css kad uce - copy
TRANSCRIPT
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 1/22
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dalam rangka transisi epidemiologi, terjadi pola perubahan pada penyakit
yang berkembang di Indonesia. Periode saat ini merupakan era penyakit deneratif
dan pencemaran. Karena komunikasi yang lebih baik dengan masyarakat barat
serta adopsi cara kehidupan barat, penyakit-penyakit degenerative, seperti
hipertensi, penyakit kardiovaskular, dan diabetes mellitus meningkat.1
Diabetes mellitus D!" berasal dari kata #unani diaba$nein, yang berarti
%tembus& atau %pancuran air&, dan dari kata 'atin mellitus yang berarti %rasa
manis&.Di Indonesia dan negara berbahasa !elayu" lebih dikenal sebagai
kencing manis.(
)umlah pengidap diabetes melitus di Indonesia menurut data *+ pada
tahun ( mencapai / juta ji0a dan diprediksi akan meningkat menjadi lebih
dari (1 juta ji0a pada tahun ((. Itu yang membuat Indonesia menempati
peringkat keempat negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia
setelah 2merika 3erikat, 4hina dan India. Demikian juga halnya 5adan 6ederasi
Diabetes Internasional ID6" pada tahun ( memperkirakan kenaikan jumlah
penyandang diabetes mellitus dari 7, juta tahun ( menjadi 1(, juta tahun
(8.(-9
Ketoasidosis diabetik K2D" merupakan komplikasi akut penyakit diabetes
melitus atau kencing manis yang paling berat dan bisa mengancam kehidupan
penderitanya bila tidak ditangani secara tepat, sehingga sangat diperlukan
ke0aspadaan dokter terhadap setiap penderita diabetes mellitus dan pencegahan
merupakan upaya penting untuk menghindari terjadinya K2D.-
Insiden K2D di 2merika 3erikat sebesar / per 1 pasien D! per tahun
untuk semua kelompok umur. Di negara maju dengan sarana yang lengkap, angka
kematian K2D berkisar antara -1:, sedangkan di klinik dengan sarana
sederhana dan pasien usia lanjut angka kematian dapat mencapai (-:. Insiden
di Indonesia tidak sebanyak di negara barat, mengingat prevalensi diabetes
mellitus tipe-1 yang rendah.1
1
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 2/22
Penanganan pasien penderita ketoasidosis diabetikum adalah dengan
memperoleh ri0ayat menyeluruh dan tepat serta melaksanakan pemeriksaan fisik
sebagai upaya untuk mengidentifikasi kemungkinan factor-faktor pemicu.
Pengobatan utama terhadap kondisi ini adalah rehidrasi a0al dengan
menggunakan isotonic saline" dengan pergantian potassium serta terapi insulin
dosis rendah.1-11
1.2. Tujuan
2dapun tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi,
epidemiologi, patofisiologi, diagnosis, dan penatalaksanaan ketoasidosis diabetic.
(
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 3/22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes elitus
2.1.1. De!inisi
Diabetes melitus adalah gangguan endokrin yang paling umum ditemukan
dalam praktek klinis. !enurut American Diabetes Association 2D2" tahun (1,
diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin, atau kedua-duanya.9-
2.1.2. Klasi!ikasi
!enurut American Diabetes Association ( 2D2 (" klasifikasi
diabetes melitus, yaitu ; 1,
1. Diabetes !elitus <ipe 1 atau Insulin Dependent Diabetes !elitus=IDD!
destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut"
a. Proses imunologik
5entuk diabetes ini merupakan diabetes tergantung insulin,
biasanya disebut sebagai juvenile onset diabetes. +al ini disebabkan
karena adanya destruksi sel beta pankreas karena autoimun. Kerusakan
sel beta pankreas bervariasi, kadang-kadang cepat pada suatu individu
dan kadang-kadang lambat pada individu yang lain. !anifestasi klinik
pertama dari penyakit ini adalah terjadi ketoasidosis. Pada diabetes tipe
ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat
ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau
tidak terdeteksi sama sekali.
3ebagai marker terjadinya destruksi sel beta pankreas adalah
autoantibodi sel pulau langerhans dan atau aoutoantibodi insulin dan
autoantibodi asam glutamate dekarboksilase sekitar /- : terdeteksi
pada diabet tipe ini. Diabetes melitus autoimun ini terjadi akibat
pengaruh genetik dan faktor lingkungan.
b. Idiopatik
8
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 4/22
<erdapat beberapa diabetes tipe 1 yang etiologinya tidak
diketahui. +anya beberapa pasien yang diketahui mengalami
insulinopenia dan cenderung untuk terjadinya ketoasidosis tetapi bukan
dikarenakan autoimun. Diabetes tipe ini biasanya dialami oleh individu
asal afrika dan asia.
(. Diabetes !elitus <ipe ( atau Insulin >on-dependent Diabetes !elitus
bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin disertai defisiensi
insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama
resistensi insulin"
Pada penderita Diabet !ellitus tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi
insulin tidak bisa memba0a glikosa masuk kedalam jaringan karena terjadi
resistensi insulin yang merupakan turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. leh karena terjadinya resistensi
insulin reseptor insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih
tinggi dalam darah" akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin.
+al tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya sekresi insulin pada
rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain sehingga
sel beta pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa.
nset diabetes mellitus tipe ini perlahan lahan karena itu gejalanya
tidak terlihat asimtomatik". 2danya resistensi yang terjadi perlahan lahan
akan mengakibatkan pula kesensitifan akan glukosa perlahan-lahan
berkurang. leh karena itu, diabetes tipe ini sering terdiagnosis setelah
terjadi komplikasi. Komplikasi yang terjadi karena ketidakpatuhan pasien
dalam menggunakan obat antibiotik oral.
8. Diabetes !elitus <ipe 'ain
a. Defek genetik fungsi sel beta ;
− Kromosom 1(, +>6-1?
− Kromosom 7, glukokinase
− Kromosom (,+>6-9 ?
− Kromosom 18, insulin promoter factor
9
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 5/22
− Kromosom @17, +>6-1A
− Kromosom (, >euro D1
− D>2 !itokondria
b. Defek genetik kerja insulin ; resisten insulin tipe 2, leprechaunism,
3indrom Babson !edenhall, diabetes lipoatropik
c. Penyakit Cksokrin Pankreas suatu kelenjar yang mengeluarkan hasil
produksinya melalui pembuluh", yaitu ;
− Pankreatitis radang pada pankreas"
− <rauma=pankreatektomi pankreas telah diangkat"
− >eoplasma
− 6ibrosis kistik
− +emokromatosis
− Pankreatopati
− 6ibro kalkulus adanya jaringan ikat dan batu pada pankreas"
d. Cndokrinopati ;
− 2kromegali terlampau banyak hormon pertumbuhan"
− 3indrom cushing terlampau banyak produksi kortikosteroid dalam
tubuh"
− 6eokromositma tumor anbak ginjal"
− +ipertiroidisme
− 3omasostatinoma
− 2ldostreroma
e. Karena obat atau at kimia ; vacor, pentamidin, asam nikotinat,glukokortikoid, hormon tiroid, diaoEid, agonis beta adrenergik, tiaid,
dilantin, interferon alfa
f. Infeksi ; Bubella Kongenital
g. 3ebab imunologi yang jarang ; antibodi, antiiinsulin tubuh
menhasilkan at anti terhadap insulin sehingga insulin tidak dapat
bekerja memasukkan glugosa ke dalam sel"
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 6/22
h. 3indrom genetik lain yang berkaitan dengan D! ; sindrom Do0n,
sindrom Klinefelter, sindrom turner, sindrom *olframFs.
9. Diabete !elitus Gestasional
Pada golongan ini, kondisi diabetes dialami sementara selama masa
kehamilan. 2rtinya kondisi intoleransi glukosa didapati pertama kali pada
masa kehamilan, biasanya pada semester kedua dan ketiga. Diabetes melitus
gestasional berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal sekitar
0aktu melahirkan" dan sang ibu memiliki resiko untuk menderita penyakit
D! yang lebih besar dalam jangka 0aktu -1 tahun setelah melahirkan.
Diabetes tipe ini merupakan intoleransi karbohidrat akibat terjadinya
hiperglikemia dengan berbagai keparahan dengan serangan atau pengenalan
a0al selama masa kehamilan.
Pada 0anita hamil, jumlah hormon estrogen yang dimiliki lebih
banyak daripada 0anita normal karena plasenta juga menghasilkan estrogen
yang bekerja secara simpatis sehingga secara tidak langsung menghambat
pengeluaran insulin, mengakibatkan aktivasi glukagon untuk memecah
glikogen yang menyebabakan kadar gula darah pada 0anita hamil
meningkat.
2.2. Ket"asi#"sis Diabetik
2.2.1. De!inisi
Ketoasidosis diabetik K2D" adalah dekompensasi metabolik akibat
defisiensi insulin absolut atau relatif ditandai oleh trias hiperglikemia, asidosis,
dan ketosis. K2D merupakan komplikasi akut diabetes mellitus yang serius, yangharus segera diatasi.1,1(,18,19
2.2.2. E$i#e%i"l"gi
Data komunitas di 2merika serikat, Bochester menunjukkan bah0a insiden
K2D sebesar / per 1 pasien, sedangkan untuk kelompok usia di ba0ah 8
tahun sebesar 18,9 per 1 pasien D! per tahun. >amun data di Indonesia tidak
sebanyak di negara barat karena prevalensi D! tipe I yang rendah. 'aporan
H
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 7/22
insidens K2D di Indonesia umumnya berasal dari data rumah sakit, terutama pada
pasien D! tipe II. 1,1(
Insiden kondisi ini bisa terus meningkat, dan tingkat mortalitas 1-( persen
telah dibuktikan sejak tahun 17-an. Ketoasidosis diabetikum paling sering
terjadi pada pasien penderita diabetes tipe 1, akan tetapi keterjadiannya pada
pasien penderita diabetes tipe (, terutama pasien kulit hitam yang gemuk adalah
tidak sejarang yang diduga.1,1(
Di >egara maju dengan sarana yang lengkap, angka kematian K2D berkisar
-1:, sedangkan di klinik dengan sarana dan pasien lanjut usia angka kematian
dapat mencapai (-:. 5ila mortalitas akibat K2D distratifikasi berdasarkan
usia maka mortalitas pada kelompok usia H-H tahun adalah /:, kelompok usia
7-7 tahun (7:, dan 88: pada kelompok usia 7 tahun. 1,1
2ngka kematian menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang
menyertai K2D seperti sepsis, syok berat, infark miokard akut yang luas, kadar
glukosa darah a0al yang tinggi, uremia dan kadar keasaman darah yang rendah.1
2.2.&. Pat"!isi"l"gi
Gambar (.1. Patofisiologi K2D
1(
7
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 8/22
Pada semua krisis hiperglikemik, hal yang mendasarinya adalah defisiensi
insulin, relative ataupun absolut, pada keadaan resistensi insulin yang meningkat.
Kadar insulin tidak adekuat untuk mempertahankan kadar glukosa serum yang
normal dan untuk mensupresi ketogenesis. +iperglikemia sendiri selanjutnya
dapat melemahkan kapasitas sekresi insulin dan menambah berat resistensi insulin
sehingga membentuk lingkaran setan dimana hiperglikemia bertambah berat dan
produksi insulin makin kurang.1
Disamping defisiensi insulin, juga terjadi peningkatan hormon
kontraregulasi, seperti glukagon, katekolamin, kortisol, dan hormon pertumbuhan.
+ormon-hormon ini menyebabkan peningkatan produksi glukosa oleh ginjal dan
hepar dan gangguan utilisasi glukosa di jaringan, yang mengakibatkan
hyperglikemia.1
Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam
tubuh, ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit
seperti natrium dan kalium" sehingga terjadi glukosuria akan menyebabkan
diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan poliuri" akan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangna elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik
yang berat dapat kehilangan kira-kira H, ' air dan sampai 9 hingga mCJ
natrium, kalium serta klorida selama periode 0aktu (9 jam. 5ila terjadi dehidrasi
hebat, akan menimbulkan uremia pra renal dan dapat menimbulkan syok
hipovolemik.1H
Kombinasi kekurangan hormon insulin dan meningkatnya hormon kontra
insulin pada K2D juga mengakibatkan penglepasan=release asam lemak bebas
dari jaringan adipose lipolysis" akan menyebabkan kelebihan produksi asamasam lemak, yang sebagian di antaranya akan dioksidasi menjadi benda keton
oleh hepar -hydroEybutyrate L-+5M dan acetoacetate" tak terkendali, sehingga
mengakibatkan ketonemia. 5adan keton bersifat asam, dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik. 2sidodis
metabolik yang hebat sebagian akan dikompensasi oleh pernapasan kussmaul.
5ila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan
tubuh akan rusak dan bisa menderita koma.1-1H
/
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 9/22
2.2.'. Eti"l"gi #an (akt"r Pen)etus
K2D terjadi sebagai akibat defisiensi insulin yang absolut atau relative.
Kekurangan insulin absolut terjadi pada individu yang baru di diagnose D! tipe-1
dan pada pasien D! dengan menghentikan pemakaian insulin. 3edangkan
defisiensi insulin relative pada pasien D! yang secara tiba-tiba kebutuhan
insulinnya meningkat, biasanya karena beberapa bentuk stress fisik atau
emosional seperti infeksi, operasi, atau penyakit akut.1(
2dapun factor pencetus ketoasidosis diabetic yaitu ;1,1(,1H
a. Keadaan sakit atau infeksi, stress akut, trauma
b. !enifestasi pertama pada penyakit D! tipe 1 yang tidak terdiagnosa dan
tidak terobati
c. Penghentian atau pengurangan dosis insulin
d. !edikasi steroid
e. Infark miokard akut
f. Pankreatitis akut
2.2.*. ani!estasi Klinik
2reataeus menjelaskan gambaran klinis K2D sebagai keluhan polyuria dan
polidipsia sering kali mendahului K2D serta didapatkan ri0ayat berhenti
menyuntik insulin, demam, atau infeksi. !untah-muntah merupakan gejala yang
sering dijumpai terutama pada K2D anak. Dapat pula dijumpai nyeri perut yang
menonjol dan hal itu berhubungan dengan gastro-paresis-dilatasi lambung. 1
3esuai dengan patofisiologi K2D, maka pada pasien K2D dijumpai
pernafasan cepat dan dalam kussmaul", berbagai derajat dehidrasi turgor kulit berkurang, lidah dan bibir kering", kadang-kadang disertai hipovolemia sampai
syok. 5au aseton dari ha0a nafas tidak terlalu mudah tercium. 1
Derajat kesadaran pasien dapat dijumpai mulai kompos mentis, delirium,
atau depresi sampai dengan koma. 5ila dijumpai kesadaran koma perlu dipikirkan
penyebab penurunan kesadaran lain misalnya uremia, trauma, infeksi, minum
alkohol". 1
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 10/22
Infeksi merupakan faktor pencetus yang paling sering. Infeksi yang paling
sering ditemukan ialah infeksi saluran kemih, dan pneumonia. *alaupun faktor
pencetusnya adalah infeksi, kebanyakan pasien tak mengalami demam. 5ila
dijumpai adanya nyeri abdomen, perlu dipikirkan kemungkinan kolestitis, iskemia
usus, apendisitis, divertikulitis, atau perforasi usus. 5ila ternyata pasien tidak
menunjukkan respon yang baik terhadap pengobatan K2D, maka perlu dicari
kemungkinan infeksi tersembunyi sinusitis, abses gigi, abses perirektal".1
2.2.+. Lab"rat"riu%
Cvaluasi laboratorium a0al pasien dengan kecurigaan K2D meliputi
penentuan kadar glukosa plasma, urea nitrogen=kreatinin serum, keton, elektrolit
dengan anion gap", osmolaritas, analisa urine, benda keton urin dengan dipstik,
analisa gas darah pemeriksaan sel darah lengkap dengan hitung jenis, dan
elektrokardiogram. Kultur bakteri dari air seni, darah, dan tenggorokan dan lain-
lain harus dilakukan dan antibiotik yang sesuai harus diberikan jika dicurigai
ada infeksi.1
21c mungkin bermanfaat untuk menentukan apakah episode akut ini adalah
akumulasi dari suatu proses evolusiner yang tidak didiagnosis atau D! yang
tidak terkontrol atau suatu episode akut pada pasien yang terkendali dengan baik.
6oto thoraE harus dikerjakan jika ada indikasi.1
Konsentrasi natrium serum pada umumnya berkurang oleh karena
perubahan osmotik yang terjadi terus menerus dari intrasellular ke eEtracellular
dalam keadaan hiperglikemia. Nntuk setiap kelebihan 1 mg=dl, tingkat natrium
serum diturunkan oleh sekitar 1,H mCJ='. 5ila kadar glukosa turun, tingkat
natrium serum meningkat dengan jumlah yang sesuai.
1
Demikian pula halnya dengan konsentrasi kalium serum, dapat juga
meningkat oleh karena pergeseran kalium eEtracellular yang disebabkan oleh
kekurangan hormone insulin, hypertonisitas, dan asidemia. Pasien dengan
konsentrasi kalium serum rendah atau lo0-normal pada saat masuk, mungkin
akan kekurangan kalium yang berat pada saat pera0atan sehingga kalium perlu
diperiksa secara berkala, ketika asidosis kadar kalium normal atau sedikit
1
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 11/22
meningkat 8- mmol per liter". Ketika diberi pemberian insulin maka kalium
akan menurun. Insulin dapat diberikan jika kadar kalium di atas 8.8 mmol='. 1
2.2.*. Diagn"sis
3ekitar /: pasien K2D adalah pasien D! yang sudah dikenal. Kenyataan
ini tentunya sangat membantu untuk mengenali K2D akan lebih cepat sebagai
komplikasi akut D! dan segera mengatasinya.1,18
'angkah pertama yang harus diambil pada pasien dengan K2D terdiri dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cepat dan teliti dengan terutama
memperhatikan patensi jalan napas, status mental, status ginjal, dan
kardiovaskular serta status hidrasi. 'angkah tersebut juga diiringi dengan
pemeriksaan laboratorium yang harus segera dilakukan, sehingga penatalaksanaan
dapat segera dimulai tanpa adanya penundaan.1,17
2dapun kriteria diagnosis K2D adalah ;
2.2.+. Penatalaksanaan
3etelah diagnosis K2D ditegakkan, maka pengelolaan harus segera dimulai.
Pengelolaan K2D berdasarkan patofisiologi dan patogenesis penyakit, merupakan
11
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 12/22
titrasi, sehingga sebaiknya dira0at di ruang pera0atan intensif. 2dapun prinsip-
prinsip pengelolaan K2D adalah ; 1,7,11,1/
Penggantian cairan dan garam yang hilang
a. !enekan lipolisis sel lemak dan menekan glukoneogenesis sel hati dengan
pemberian insulin.
b. !engatasi stress sebagai pencetus K2D
c. !engembalikan keadaan fisiologis normal dan menyadari pentingnya
pemantauan serta penyesuaian pengobatan.
2da H hal yang harus diberikan dalam pengelolaan K2D, yaitu cairan,
garam, insulin, kalium, glukosa dan asuhan kepera0atan, dimana disini
dibutuhkan kecermatan dalam evaluasi sampai K2D teratasi dan stabil. 1
2.2.+.1. ,ksigenisasi
2ir0ay dan pernapasan merupakan prioritas utama. )ika pasien dating
dengan penurunan kesadaran G43 O/" perlu dipertimbangkan untuk pemasangan
intubasi dan ventilasi. Penggunaan oksigen dapat dilakukan. Pemasangan
nasogastric tube dapat dipertimbangakan jika pasien mempunyai keluhan muntah
yang berulang.1
2.2.+.2. Tera$i -airan 1/
Pasien dengan K2D memerlukan rehidrasi. Nntuk itu digunakan larutan
garam fisiologis dengan estimasi cairan yang diperlukan 1 ml=kg55. <erapi
cairan a0al bertujuan mencukupi volume intravaskular dan restorasi perfusi
ginjal. Dengan terapi cairan saja dapat menurunkan kadar glukosa darah.
Isotonik salin >a4l ,:" dimasukkan secara intravena dengan kecepatan
1 m'=jam selama dua jam pertama. Perubahan osmolalitas serum tidak boleh
lebih dari 8 msm=jam. >amun, jika pasien mengalami syok hipovolemik, maka
cairan isotonik ketiga atau keempat dapat digunakan untuk memberikan tekanan
darah yang stabil dan perfusi jaringan yang baik.
3etelah volume intravaskular terkoreksi, terapi dengan normal salin
sebaiknya dikurangi menjadi ( m'=jam atau diganti dengan salin ,9: (
1(
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 13/22
m'=jam", tergantung pada konsentrasi natrium serum dan status hidrasi
pasien.
)ika kadar gula darah mencapai ( mg=d' pada K2D atau 8 mg=d' pada
3++, penggantian cairan harus mengandung glukosa -1: untuk mencegah
terjadinya hipoglikemia karena pemberian insulin juga akan dilakukan untuk
koreksi keadaan ketonemia.
<ujuan dari terapi ini adalah untuk mengganti setengah defisit cairan selama
1((9 jam. Kegagalan koreksi keadaan dehidrasi dapat mengakibatkan penundaan
pada koreksi elektrolit.
2.2.+.&. Tera$i Insulin
<erapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis K2D dan
rehidrasi yang memadai. Pemberian insulin akan menurunkan kadar hormone
glukagon, sehingga dapat menekan produksi benda keton di hati, pelepasan asam
lemak bebas dari jaringan lemak, pelepasan asam amino dari jaringan otot, dan
meningkatkan utilisasi glukosa oleh jaringan.1
<erapi insulin dapat dilakukan melalui intravena, intramuscular, maupun
subcutan. Insulin regular intravena memiliki 0aktu paruh 9 menit, sementara
pemberian insulin secara intramuskular atau subkutan memiliki 0aktu paruh
sekitar (9 jam. Insulin infus intravena dosis rendah berkelanjutan continuous
infusion of lo0 dose insulin" merupakan standar baku pemberian insulin di
sebagian besar pusat pelayanan medis. Panduan terapi insulin pada K2D dan
3++ dapat dilihat pada tabel.18
Tabel 0 Pan#uan Tera$i Insulin Intraena $a#a KAD1&
18
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 14/22
a" Insulin Intravena
Protokol ini dimulai dengan tahap persiapan yaitu dengan
memberikan infus D: 1cc=jam. 3etelah itu, bila terdapat fasilitas
syringe pump, siapkan unit insulin reguler BI" dalam spuit berukuran
cc, kemudian encerkan dengan larutan >a4l , : hingga mencapai
cc 1 cc >a4l Q 1 unit BI". 5ila diperlukan 1, unit insulin=jam, petugas
tinggal mengatur kecepatan tetesan 1, cc=jam. Dapat pula diberikan 1(
BI dalam ( ml larutan >a4l ,:, yang berarti setiap ( cc >a4l Q 1 unit
BI.18
5ila tidak tersedia syringe pump, dapat digunakan botol infus cc
larutan >a4l ,:. !asukkan 1( unit BI dapat juga H unit atau angka
lain, sebab nantinya akan diperhitungkan dalam tetesan" ke dalam botol
infus cc larutan >a4l .:. 5ila dibutuhkan 1 unit insulin=jam, maka
dalam botol infus yang berisi 1( unit BI, diatur kecepatan tetesan 1(
jam=botol, sehingga 1( unit BI akan habis dalam 1( jam. 18
5ila dibutuhkan ( unit perjam, kecepatan tetesan infus diatur menjadi H jam=botol, karena 1( unit BI akan habis dalam H jam, demikian
seterusnya, tetesan diatur sesuai permintaan. 3ebagai patokan tetesan, 1 cc
cairan infus Q ( tetesan makro Q H tetesan mikro. 18
Pemberian insulin infus intravena dosis rendah 9/ unit=jam
menghasilkan kadar insulin sekitar 1 uN=ml dan dapat menekan
glukoneogenesis dan lipolysis sebanyak 1:. 18
19
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 15/22
4ara pemberian infus insulin dosis rendah berkelanjutan dikaitkan
dengan komplikasi metabolic seperti hipoglikemia, hipokalemia,
hipofosfatemia, hipomagnesema, hiperlaktatemia, dan diseJuilibrium
osmotik yang lebih jarang dibandingkan dengan cara terapi insulin dengan
dosis besar secara berkala atau intermiten. 18
b" Insulin intramuskular
Penurunan kadar glukosa darah yang dicapai dengan pemberian
insulin secara intramuskular lebih lambat dibandingkan dengan cara
pemberian infus intravena berkelanjutan. <erapi insulin intramuskular
dosis rendah unit" yang diberikan secara berkala setiap 1(jam"
sesudah pemberian insulin dosis a0al loading dose" sebesar ( m juga
merupakan cara terapi insulin pada pasien K2D. 4ara tersebut terutama
dijalankan di pusat pelayanan medis yang sulit memantau pemberian
insulin infus intravena berkelanjutan. Pemberian insulin intramuskular
tersebut dikaitkan dengan kadar insulin serum sekitar H RN=d'.18
<abel. Panduan <erapi Insulin Intramuskular pada K2D18
1
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 16/22
c" Insulin subcutan
<erapi insulin subkutan juga dapat digunakan pada pasien K2D.
>amun, untuk mencapai kadar insulin puncak dibutuhkan 0aktu yang
lebih lama. 4ara itu dikaitkan dengan penurunan kadar glukosa darah a0al
yang lebih lambat serta timbulnya efek hipoglikemia lambat late
hypoglycemia" yang lebih sering dibandingkan dengan terapi
menggunakan insulin intramuskular.18
<abel. Panduan <erapi Insulin subcutan pada K2D18
1H
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 17/22
Pada mayoritas pasien, terapi insulin diberikan secara simultan dengan
cairan intravena. 2pabila pasien dalam keadaan syok atau kadar kalium a0al
kurang dari 8,8mCJ=', resusitasi dengan cairan intravena atau suplemen kalium
harus diberikan lebih dahulu sebelum infus insulin dimulai. Insulin infus intravena
-7 N=jam seharusnya mampu menurunkan kadar glukosa darah sebesar 7
mg=d'=jam serta dapat menghambat lipolisis, menghentikan ketogenesis, dan
menekan proses glukoneogenesis di hati.1, 18, 1H
Kecepatan infus insulin harus selalu disesuaikan. 5ila faktor-faktor lain
penyebab penurunan kadar glukosa darah sudah dapat disingkirkan dan penurunan
kadar glukosa darah kurang dari mg=d'=jam, maka kecepatan infus insulin
perlu ditingkatkan. Penyebab lain dari tidak tercapainya penurunan kadar glukosa
darah, antara lain rehidrasi yang kurang adekuat dan asidosis yang memburuk. 1, 18,
1H
5ila kadar glukosa darah sudah turun O ( mg=d', dosis insulin infus harusdikurangi menjadi ,-,1 N=kg55=jam sampai pasien mampu minum atau
makan. Pada tahap ini, insulin subkutan dapat mulai diberikan, sementara infus
insulin harus dilanjutkan paling sedikit 1( jam setelah insulin subkutan kerja
pendek diberikan. Pasien K2D dan 3++ ringan dapat diterapi dengan insulin
subkutan atau intramuskular. +asil terapi dengan insulin infus intravena,
subkutan, dan intravena intermiten pada pasien K2D dan 3++ ringan tidak
17
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 18/22
menunjukkan perbedaan yang bermakna dalam hal kecepatan penurunan kadar
glukosa dan keton pada ( jam pertama. 1, 18, 1H
2.2.+.'. Kaliu%
Pada a0alnya K2D biasanya kadar ion K serum meningkat hyperkalemia
yang fatal sangat jarang dan bila terjdi harus segera diataasi dengan pemberian
bikarbonat. 5ila pada elektrokardiogram ditemukan gelombang < yang tinggi,
pemberian cairan dan insulin dapat segera mengatasi keadaan hiperkalemi
tersebut. 1, 18, 1H
#ang perlu menjadi perhatian adalah hypokalemia yang dapat fatal selama
pengobatan K2D. Ion kalium terutama terdapat di intraselular. Pada keadaan
K2D, ion K bergerak ke luar sel dan selanjutnya dikeluarkan melalui urine. <otal
defisit K yang terjadi selama K2D diperkirakan mencapai 8- mCJ=kg 55.
3elama terapi K2D, ion K kembali mempertahankan kadar K serum dalam batas
normal., perlu pemberian kalium. Pada pasien tanpa gagal ginjal serta tidak
ditemukannya gelombang < yang lancip dan tinggi pada elektrokardiogram,
pemberian kalium segera dimulai setelah jumlah urine cukup adekuat. 1, 18, 1H
2.2.+.*. Bikarb"nat
<erapi bikarbonat pafda K2D menjadi topik perdebatn selama beberapa
tahun. Pemberian bikarbonat hanya dianjurkan pada K2D yang berat.
2dapun alas an keberatan pemberian bikarbonat adalah ; 1, 18, 1H
a. !enurunkan p+ intraselular akibat difusi 4( yang dilepas bikarbonat.
b. Cfek negatif pada dissosiasi oksigen di jaringan
c. +ipertonis dan kelebihan natriumd. !eningkatkan insidens hipokalemia
e. Gangguan fungsi serebral
f. <erjadi hiperkalemia bila bikarbonat terbentuk dari asam keton.
3aat ini bikarbonat hanya diberikan bila p+ kurang dari 7,1 0alaupun
demikian komplikasi asidosis laktat dan hiperkalemia yang mengancam tetap
merupakan indikasi pemberian bikarbonat.
1/
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 19/22
2.2.. "nit"ring
Pemantauan merupakan bagian yang terpenting dalam pengobatan K2D
mengingat penyesuaian terapi perlu dilakukan selama terapi berlansung. Nntuk itu
perlu dilaksanakan pemeriksaan ; 1
1. kadar glukosa darah tiap jam dengan glukometer
(. elektrolit tiap H jam selama (9 jam selanjutnya tergantung keadaa.
8. 2nalisis gas darah, bila p+ O7 0aktu masuk periksa setiap H jam sampai p+
7,1, selanjutnya setiap hari sampai keadaan stabil
9. Sital 3ign tiap jam
. Keadaan hidrasi, balance cairan
H. *aspada terhadap kemungkinan DI4
2gar hasil pemantauan efektif dapat digunakan lembar evaluasi
penatalaksanaan ketoasidosis yang baku.
2.2.3. K"%$likasi 1314
4erebral edema merupakan komplikasi serius, yang dapat muncul selama
pengobatan diabetic ketoacidosis K2D". Nntuk menghindari edema serebral
selama inisiasi terapi maka perlu penga0asan yang ketat. Penurunan tingkat
kesadaran biasanya menunjukkan terjadinya edema serebral. !BI biasanya
digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis. Cdema serebral langka dan
memba0a angka kematian tertinggi. !eskipun manitol dan deksametason sering
digunakan dalam situasi ini, namun tidak ada pengobatan khusus yang terbukti
bermanfaat dalam kasus tersebut.
Dysrhythmia jantung dapat terjadi karena hipokalemia yang berat dan=atau
asidosis baik a0alnya atau sebagai akibat dari terapi. 5iasanya, koreksi penyebabnya adalah cukup untuk mengobati dysrhythmia jantung, tetapi jika
masih berlangsung, maka perlu konsultasi dengan ahli jantung. !elakukan
pemantauan jantung pada pasien dengan K2D selama koreksi elektrolit selalu
disarankan.
Cdema paru dapat terjadi karena alasan yang sama seperti edema serebral.
!eskipun jarang, namun perlu berhati-hati. Cdema paru terjadi karena koreksi
1
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 20/22
yang berlebihan untuk terapi kehilangan cairan. Diuretik dan terapi oksigen
digunakan untuk pengelolaan edema paru.
4edera miokard nonspesifik dapat terjadi pada DK2 berat, yang
berhubungan dengan peningkatan biomarker miokard troponin < dan 4K-!5"
dan perubahan CKG dengan infark miokard !I". 2sidosis dan asam lemak bebas
yang sangat tinggi dapat menyebabkan ketidakstabilan membran dan kebocoran
biomarker. 2rteriografi koroner biasanya adalah normal, dan pasien biasanya
sembuh tanpa disertai penyakit jantung iskemik.
Perubahan mikrovaskuler konsisten dengan retinopati diabetes telah
dilaporkan sebelum dan sesudah terapi DK2.
2.2./. E#ukasi #an Pen)ega5an
!erupakan komplikasi akut diabetes yang ditandai dengan peningkatan
kadar glukosa darah yang tinggi 8-H mg=d'", disertai dengan adanya tanda
dan gejala asidosis dan plasma keton T" kuat. smolaritas plasma meningkat
8-8( ms=m'" dan terjadi peningkatan anion gap.9
6aktor pencetus utama K2D ialah pemberian dosis insulin yang kurang
memadai dan kejadian infeksi. Pada beberapa kasus, kejadian tersebut dapat
dicegah dengan akses pada sistem pelayanan kesehatan lebih baik termasuk
edukasi D!" dan komunikasi efektif terutama pada saat penyandang D!
mengalami sakit akut misalnya batuk pilek, diare, demam, luka.1,9
Npaya pencegahan merupakan hal penting pada penatalaksanaan D! secara
komprehensif. Npaya pencegahan sekunder untuk mencegah terjadinya
komplikasi D! kronik dan akut, melalui edukasi sangat penting untuk
mendapatkan ketaatan berobat pasien yang baik.
1,9
Khusus mengenai pencegahan K2D dan hipoglikemia, program edukasi
memerlukan penekanan pada cara-cara mengatasi sakit akut.1,9
2.2.14. Pr"gn"sis 314
Prognosis pasien diobati dengan ketoasidosis diabetes sangat baik, terutama
pada pasien yang lebih muda jika infeksi intercurrent tidak ada. Prognosis
terburuk adalah biasanya diamati pada pasien yang lebih tua dengan penyakit
(
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 21/22
intercurrent parah, misalnya, infark miokard, sepsis, atau pneumonia.s
Kehadiran koma mendalam pada saat diagnosis, hipotermia, dan oliguria
merupakan tanda-tanda prognosis buruk.
(1
8/15/2019 Css Kad Uce - Copy
http://slidepdf.com/reader/full/css-kad-uce-copy 22/22
BAB III
KESIPULAN
Ketoasidosis diabetik K2D" merupakan komplikasi metabolik akut serius
pada pasien diabetes melitus. !anifestasi utamanya adalah kekurangan insulin,
hiperglikemia yang berat, dehidrasi, asidosis metabolik. K2D terjadi bila
kekurangan insulin yang berat tidak saja menimbulkan hiperglikemia dan
dehidrasi yang berat tapi juga mengakibatkan produksi keton meningkat serta
asidosis.
Diagnosis K2D ditegakkan bila ditemukan hiperglikemia U ( mg=d'",
ketosis darah atau urin, dan asidemia p+ O 7.8"., +48 rendah O1 meJ='",
anion gap yang tinggi.
<erapi bertujuan mengoreksi kelainan patofisiologis yang mendasari, yaitu
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kadar glukosa darah, gangguan
asam basa, serta mengobati faktor pencetus. Prinsip terapi K2D terdiri dari
pemberian cairan, terapi insulin, koreksi kalium, dan bikarbonat.
Komplikasi K2D dapat berupa edema paru, hipertrigliseridemia, infark
miokard akut dan komplikasi iatrogenik. Komplikasi iatrogenik tersebut ialah
hipoglikemia, hiperkloremia, hipokalemia, edema otak, dan hipokalsemia.
Ketoasidosis diabetikum sering terjadi akbat adanya faktor infeksi dan
penghentian obat insulin atau +. Perlunya upaya pencegahan merupakan hal
terpenting untuk mencegah timbulnya kasus K2D. #ang paling penting ialah agar
tidak menghentikan pemberian insulin atau + dan sebaiknya segera mencari
pertolongan atau nasehat tenaga kesehatan yang profesional.Pasien D! harus didorong untuk pera0atan mandiri terutama saat mengalmi
masa-masa sakit, dengan melakukan pemantauan kadar glukosa darah dan keton
urine sendiri. Di sinilah pentingnya edukaror diabetes yang dapat membantu
pasien dan keluarga, terutama padaa keadaan sulit.