crs - cedera kepala nita mogan fahmi

Upload: nuansa-chalid-awaluddin

Post on 03-Apr-2018

247 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    1/25

    CASE REPORT SESSION

    CEDERA KEPALA

    Oleh :

    Nita Nurul Rachman 1301-1211-0110

    Moganasivan Superamaniam 1301-1211-3074

    Mohd Norfahmi MD Hashim 1301-1211-3087

    Pembimbing :

    Roland Sidabutar, dr. Sp.BS., M.Kes

    BAGIAN BEDAH SARAF

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

    BANDUNG

    2012

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    2/25

    STATUS CASE REPORT

    I. KETERANGAN UMUM

    Nama : Ny. D.

    Usia : 40 tahun

    Jenis kelamin : Perepuan

    Alamat : Soreang, Kab. Bandung

    Tanggal masuk RS : 28 November 2012

    Tanggal Pemeriksaan : 3 Desember 2012

    II. ANAMNESIS

    Keluhan Utama : Nyeri kepala

    Anamnesis Khusus :

    Sepuluh jam SMRS saat pasien sedang menyebrang jalan di Soreang, tiba-

    tiba pasien ditabrak sepeda motor sehingga pasieen terlempar dan kepala

    membentur aspal jalan. Pasien pingsan dan muntah tanpa disertai perdarahan dari

    telinga, hidung dan mulut. Penderita langsung dibawa ke RSUD Soreang dan

    mendapat pengobatan berupa cairan infus dan dirontgen kepala. Karena

    keterbatasan fasilitas pasien kemudian dirujuk ke RSHS.

    Pasien telah dirawat di RC III RSHS selama 6 hari dan mendapat

    pengobatan berupa penjahitan luka, ganti balutan, cairan infus dan obat

    antibiotik,antinyeri. Tiga hari yang lalu, penderita telah mendapat tindakan

    operasi berupa penyambungan tulang tengkorak.

    III.PEMERIKSAAN FISIK

    A.1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

    2. Tanda vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg

    Nadi : 88 x/menit

    Respirasi : 24 x/menit

    Suhu : afebris

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    3/25

    B.Interna

    Jantung : Bunyi jantung murni reguler

    Paru-paru : VBS, sonor, kiri = kanan, normal

    Abdomen : Datar, lembut, bising usus (+) normal

    Hepar dan lien tidak teraba

    C.Pemeriksaan Lokal

    a/r parietal sinistra : hematom (+)

    D.Pemeriksaan Psikis

    Isi kesadaran : tidak ada kelainan

    Hubungan psikis : tidak ada kelainan

    Emosi : tidak ada kelainan

    Intelek : tidak ada kelainan

    Pikiran : tidak ada kelainan

    Kelakuan : tidak ada kelainan

    E.Pemeriksaan Neurologis

    1. Kesadaran

    GCS : Mata : 4

    Gerakan : 6

    Suara : 5

    2. Tanda-tanda rangsang meningen

    Kaku kuduk : tak ada

    Brudzinsky I : tak adaBrudzinsky II : tak ada

    3. Saraf Otak

    N. I : Pembauan : tak ada kelainan

    N. II : Visus : OD : 6/6

    OS : 6/6

    Kampus : OD : temporal : sesuai pemeriksa

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    4/25

    nasal : sesuai pemeriksa

    atas : sesuai pemeriksa

    bawah : sesuai pemeriksa

    OS : temporal : sesuai pemeriksa

    nasal : sesuai pemeriksa

    atas : sesuai pemeriksa

    bawah : sesuai pemeriksa

    Fundus : tidak dilakukan

    N. III, IV, VI :

    Ptosis : (-)

    Strabismus : (-)

    Nistagmus : (-)

    Gerakan Bola Mata : baik ke segala arah

    Pupil :

    Bentuk : Bulat

    Isokor : 3 mm

    Rangsang cahaya : Direk +/+

    Indirek +/+

    N. V : Rasa raba : dalam batas normal

    Rasa nyeri : dalam batas normal

    Rasa suhu : dalam batas normal

    Motorik : dalam batas normal

    M. masseter : tak ada kelainan

    M. temporalis : tak ada kelainan

    Nyeri tekan : tak ada kelainanSupra orbital : tak ada kelainan

    Infra orbital : tak ada kelainan

    Mentalis : tak ada kelainan

    Coroca refleks : tak ada kelainan

    N. VII : Alis mata : tak ada kelainan

    Lipatan hidung : tak ada kelainan

    Angkat alis mata : +/+

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    5/25

    Sudut mulut : tak ada kelainan

    Rasa kecap 2/3 lidah bagian depan : dalam batas normal

    Gerakan patologis : (-)

    N. VIII : N. Cochlearis : dalam batas normal

    N. Vestibularis : dalam batas normal

    N. IX, X : Suara : tak ada kelainan

    Kontraksi palatum : tak ada kelainan

    Menelan : tak ada kelainan

    N. XI : Angkat bahu : tak ada kelainan

    Melihat ke kiri dan kanan : tak ada kelainan

    N. XII : Keluarkan lidah : simetris

    Atrofi : (-)

    Kontraksi fibrilair : (-)

    Tremor : (-)

    4. Motorik

    Atrofi : (-)

    Kontraksi : tak ada kelainan

    Fasikulasi : (-)

    Kekuatan kontraksi otot : tak ada kelainan

    Tonus otot : tak ada kelainan

    Gerakan involunter : (-)

    5. Sensibilitas

    Permukaan : Rasa raba : tak ada kelainan

    Rasa nyeri : tak ada kelainan

    Rasa suhu : tak ada kelainanDalam : Arah gerak : tak ada kelainan

    Rasa tulisan : tak ada kelainan

    Stereognosi : tak ada kelainan

    Dermografi : tak ada kelainan

    Romberg test : tak ada kelainan

    Vibrasi : tak ada kelainan

    Tanda-tanda iritasi radiks : Kernig : (-)

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    6/25

    Laseque : (-)

    6. Koordinasi

    Intensio tremor : tak ada kelainan

    Tes telunjuk hidung : tak ada kelainan

    Tes tumit lutut : tak ada kelainan

    Ataksia : (-)

    Disarthria : (-)

    7. Saraf vegetatif

    Miksi : tak ada kelainan

    Defekasi : tak ada kelainan

    8. Refleks-refleks :

    Oculocephalic : Lengan : Biseps : +/+

    Triseps : +/+

    Ulna : +/+

    Radiar : +/+

    Kulit : Epigastrik : +/+

    Mesogastrik : +/+

    Hipogastrik : +/+

    Tungkai : KPR : +/+

    APR : +/+

    Patologi : Hoffman Tromer : -/-

    Babinsky : -/-

    Clonus : Patella : -/-

    Achilles : -/-

    IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Laboratorium :

    - Hematologi (tgl. 28-12-2012)

    Dalam batas normal

    Pemeriksaan Radiologis :

    - Foto Polos Schedel AP Lateral (tgl 28-11-2012)

    Kesan : Fracture diastasis a/r sutura labdoidan sinistra

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    7/25

    - Foto Cervical Lateral (tgl 28 -12-2012)

    Kesan : Curve lurus verbrae cervicalis

    - Foto Polos Thoraks AP (tgl. 28-12-2012)

    Kesan : Tidak tampak traumatik wet lung atau contusio paru

    Tidak tampak fraktur os.clavicula,costae dan skapula

    Tidak tampak pembesaran jantung.

    Tidak ada TB paru aktif

    - Foto Pelvis AP (tgl 28-12-12)

    Kesan : Foto pelvis dalam batas normal

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    8/25

    V. DIAGNOSIS

    Mild HI (GCS 15) + Closed fraktur diastasis a/r sutura lambdoidea

    sinistra

    VI. USUL PEMERIKSAAN

    CT Scan kepala

    VII. PENATALAKSANAAN

    Umum : Observasi GCS, TNRS

    Head up 30o

    IVFD NaCl 0,9 % 1000 cc

    IVDF RL 1000 cc

    Diet biasa TKTP: 1600 kkal/hari

    Khusus : Ceftriaxone 2 x 1 gr i.v.

    Ranitidin 3 x 1 amp i.v.

    Betahistine 3x6 mg po

    Procetam tab 3x1200mg

    Coditam tab PRN

    VIII. PROGNOSA

    Quo ad vitam : ad bonam

    Quo ad functionam : dubia ad bonam

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    9/25

    I. DEFINISI

    Trauma kepala adalah gangguan pada otak yang bersifat non degeneratif

    dan non kongenital yang disebabkan oleh kekuatan mekanik eksternal, yangmenyebabkan terjadinya kerusakan kognitif, fisikal, dan fungsi psikososial yang

    permanen atau sementara, dengan disertai berkurangnya atau perubahan tingkat

    kesadaran.

    Akan tetapi, definisi dari trauma kepala adalah tidak selalu tetap dan

    cenderung untuk bervariasi bergantung kepada spesialitas dan keadaan

    lingkungan. Seringkali, trauma/cedera otak disamakan dengan trauma kepala.

    II. ETIOLOGI

    Penyebab terbanyak trauma kepala adalah kecelakaan lalu lintas dimana lebih

    dari setengah kasus terjadi lebih sering pada daerah perkotaan. Penyebab lainnya

    adalah jatuh dari tempat tinggi, korban kekerasan, trauma akibat olahraga, dan

    trauma penetrasi. Trauma kepala dua sampai empat kali lebih sering terjadi pada

    laki-laki dibandingkan pada perempuan, dan lebih sering terjadi pada umurkurang dari 35 tahun.

    III.KLASIFIKASI TRAUMA KEPALA

    Klasifikasi trauma kepala dibagi berdasarkan mekanisme trauma, beratnya

    trauma, dan morfologi trauma.

    1. Mekanisme:

    Tumpul : kecepatan tinggi (kecelakaan lalu lintas) dan kecepatan rendah

    (jatuh, dipukul)

    Tembus/penetrasi : cedera peluru dan cedera tembus lainnya.

    2. Beratnya:

    Ringan (GCS 14-15)

    Sedang (GCS 9-13)

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    10/25

    Berat (GCS 3-8)

    3. Morfologinya:

    Fraktur tengkorak : kalvaria (linier/steleate, depresi/nondepresi,

    terbuka/tertutup), basis kranii(dengan/tanpa kebocoran LCS, dengan/tanpa

    parese CN VII).

    Lesi intrakranial : fokal (epidural, subdural, intraserebral), difus (komosio

    ringan, komosio klasik, cedera akson difus)

    (ATLS, 1999)

    IV.KLINIS

    Tingkat kesadaran pasien adalah hal terpenting dalam mengevaluasi pasien

    trauma kepala. Glascow Coma Scale (GCS) merupakan alat bantu yang dipakai

    untuk menentukan derajat trauma kepala. GCS dibagi menjadi tiga kategori, yaitu

    eye opening(E), motor response (M), dan verbal response (V).

    Tabel Glasgow Coma Scale

    Eye Opening

    Score 1 Year or Older 0-1 Year

    4 Spontaneously Spontaneously

    3 To verbal command To shout

    2 To pain To pain

    1 No response No response

    Best Motor ResponseScore 1 Year or Older 0-1 Year

    6 Obeys command

    5 Localizes pain Localizes pain

    4 Flexion withdrawal Flexion withdrawal

    3 Flexion abnormal (decorticate)Flexion abnormal

    (decorticate)

    2 Extension (decerebrate) Extension (decerebrate)

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    11/25

    1 No response No response

    Best Verbal Response

    Score >5 Years 2-5 Years 0-2 Years

    5 Oriented and converses Appropriate words Cries appropriately

    4Disoriented and

    converses

    Inappropriate

    wordsCries

    3Inappropriate words;

    criesScreams

    Inappropriate

    crying/screaming

    2 Incomprehensible sounds Grunts Grunts

    1 No response No response No response

    Pasien trauma kepala memiliki riwayat satu ataupun kombinasi dari cedera

    kepala primer, bergantung pada derajat dan mekanisme trauma yang terjadi. Tipe

    cedera kepala primer adalah cedera kulit kepala, fraktur tengkorak, fraktur basis

    cranii, kontusio, perdarahan intrakranial, perdarahan subarachnoid, perdarahan

    intraventrikuler, hematom epidural, hematom subdural, cedera penetrasi, dan

    cedera akson difus.

    Untuk mengetahui adanya fraktur cranii, perlu ditanyakan saat kejadian

    trauma, mekanisme cedera, progresivitas gejala yang terjadi akibat cedera

    tersebut. Fraktur tulang tengkorak dapat bersifat linier, comminuted, depressed,

    dansteleate.

    Pada fraktur basis kranii, pasien memiliki riwayat terbentur pada belakang

    kepala, penurunan kesadaran, kejang, mual, muntah dan defisit neurologis. Tanda

    patognomonis trauma basis cranii adalah adanya Battle sign, raccoon eyes, dan

    CSF otorrhea dan rhinorrhea. Terjepitnya saraf kranial optikus terjadi pada 1-

    10% pasien fraktur basis kranii.

    Kontusio terjadi akibat cedera kepala primer pada lobus temporalis dan

    frontalis. Hal ini karena pada daerah tersebut terdapat protuberantia kalvaria.

    Terdapat gejala penyimpangan neurologis progresif sekunder akibat edema

    serebral lokal, infark, dan/atau pembentukan-lambat hematom.

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    12/25

    Hematom epidural terjadi akibat adanya laserasi pada arteri atau vena pada

    daerah antara tulang tengkorak dan lapisan duramater. Hematom terbentuk 6-8

    jam bila lesi berasal dari arteri atau lebih dari 24 jam bila berasal dari vena setelah

    cedera kepala. Lokasi hematom biasanya pada lobus temporalis, frontalis, dan

    oksipitalis. Pasien biasanya mengalami lucid interval, yaitu suatu periode dimana

    pasien dalam keadaan sadar yang terjadi antara penurunan kesadaran dengan

    adanya defisit neurologis. Lucid interval lebih sering terjadi pada dewasa

    dibandingkan pada anak-anak. Defisit neurologis terjadi akibat adanya kompresi,

    akibat ekspansi hematom, pada lobus temporalis dan/atau pada batang otak.

    Hematom subdural terjadi pada daerah antara lapisan duramater dan korteksserebrii. Lesi ini terjadi akibat robekan pada bridging vein atau adanya laserasi

    pada arteri korteks akibat cedera akselerasi-deselerasi. Lesi ini juga dapat

    disebabkan trauma akibat persalinan, biasanya terjadi pada 12 jam kehidupan

    yang ditandai adanya kejang (shaken baby syndromes), fontanel yang menonjol,

    peningkatan lingkar kepala, anisokor, dan gagal nafas.

    Perdarahan intraventrikuler biasanya terjadi pada trauma minor dan dapat

    sembuh spontan. Perdarahan masif dapat menyebabkan hidrosefalus obstruktif,

    terutama bila terjadi pada level foramen Monroe dan aquaduktus Sylvii.

    Perdarahan subarachnoid adalah bentuk perdarahan yang umum terjadi pada

    trauma kepala. Perdarahan disebabkan adanya gangguan pada pembuluh darah

    kecil pada korteks serebrii. Lokasi lesi biasanya pada sepanjang falx serebrii atau

    tentorium dan lapisan luar korteks. Gejala klinis yang biasanya terjadi adalah

    mual, muntah, sakit kepala, gelisah, demam, dan kaku kuduk.

    Cedera akson difus terjadi akibat gaya akselerasi-deselerasi yang tejadi secara

    terus-menerus yang mengakibatkan gangguan pada jalur akson-akson kecil. Area

    yang umumnya terganggu adalah ganglia basalis, talamus, nukleus hemisfer

    profunda, dan korpus kolosum. Pasien biasanya memberikan gejala klinis berupa

    perubahan status mental dan adanya perpanjangan status vegetatif. Pada

    pemeriksaan CT-scan biasanya didapatkan adanya petekie.

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    13/25

    V. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK

    Anamnesis

    I. Identifikasi pasien (nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan)

    II. Keluhan utama, dapat berupa :

    - Penurunan kesadaran

    - Nyeri kepala

    III.Anamnesis tambahan :

    - Kapan terjadinya ( untuk: mengetahui onset)

    - Bagaimana mekanisme kejadian, bagian tubuh apa saja yang terkena,

    dan tingkat keparahan yang mungkin terjadi)

    Berdasarkan mekanismenya, trauma dibagi menjadi :

    a. Cedera tumpul : - kecepatan tinggi (tabrakan)

    - kecepatan rendah (terjatuh atau terpukul)

    b. Cedera tembus (luka tembus peluru atau tusukan) adanya penetrasi

    selaput dura menentukan apakah suatu cedera termasuk cedera tembus

    atau cedera tumpul.

    Komplikasi / Penyulit

    1. Memakai helm atau tidak (untuk kasus KLL)

    2. Pingsan atau tidak (untuk mengetahui apakah terjadi Lucid interval)

    3. Ada sesak nafas, batuk-batuk

    4. Muntah atau tidak

    5. Keluar darah dari telinga, hidung atau mulut

    6. Adanya kejang atau tidak

    7. Adanya trauma lain selain trauma kepala (trauma penyerta)

    8.Adanya konsumsi alkohol atau obat terlarang lainnya

    9.Adanya riwayat penyakit sebelumnya (Hipertensi, DM)

    Pertolongan pertama (apakah sebelum masuk rumah sakit penderita sudah

    mendapat penanganan). Penanganan di tempat kejadian penting untuk

    menentukan penatalaksanaan dan prognosis selanjutnya.

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    14/25

    Pemeriksaan Fisik

    1.Primary Survey

    A.Airway, dengan kontrol servikal:

    Yang pertama harus dinilai adalah jalan nafas, meliputi pemeriksaan

    adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang

    wajah, fraktur mandibula atau maksila, fraktur laring atau trakea.

    - Bila penderita dapat berbicara atau terlihat dapat berbicara - jalan nafas

    bebas.

    - Bila penderita terdengar mengeluarkan suara seperti tersedak atau

    berkumur - ada obstruksi parsial.

    - Bila penderita terlihat tidak dapat bernafas - obstruksi total.

    Jika penderita mengalami penurunan kesadaran atau GCS < 8 keadaan

    tersebut definitif memerlukan pemasangan selang udara.

    Selama pemeriksaan jalan nafas, tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi

    atau rotasi pada leher.

    Dalam keadaan curiga adanya fraktur servikal atau penderita datang

    dengan multiple trauma, maka harus dipasangkan alat immobilisasi pada

    leher, sampai kemungkinan adanya fraktur servikal dapat disingkirkan.

    B.Breathing, dengan ventilasi yang adekuat

    Pertukaran gas yang terjadi saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen

    dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik meliputi

    fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan diafragma.

    Pada inspeksi, baju harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan dan

    jumlah pernafasan per menit, apakah bentuk dan gerak dada sama kiri dan

    kanan.

    Perkusi dilakukan untuk mengetahui adanya udara atau darah dalam

    rongga pleura.

    Auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknva udara ke dalam paru-

    paru

    http://penurur.an/http://penurur.an/
  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    15/25

    Gangguan ventilasi yang berat seperti tension pneumothoraks, flail chest,

    dengan kontusio paru, dan open pneumothorasks harus ditemukan pada

    primary survey.

    Hematothorax, simple pneumothorax, patahnya tulang iga dan kontusio

    paru harus dikenali pada secondary survey

    C. Circulation, dengan kontrol perdarahan

    a. Volume darah

    Suatu keadaan hipotensi harus dianggap hipovolumik sampai terbukti

    sebaliknya.

    Jika volume turun, maka perfusi ke otak dapat berkurang sehingga dapat

    mengakibatkan penurunan kesadaran.

    Penderita trauma yang kulitnya kemerahan terutama pada wajah dan

    ekstremitas, jarang dalarn keadaan hipovolemik. Wajah pucat keabu-abuan

    dan ekstremitas yang dingin merupakan tanda hipovolemik.

    Nadi

    - Periksa kekuatan, kecepatan, dan irama

    - Nadi yang tidak cepat, kuat, dan teratur : normovolemia

    - Nadi yang cepat, kecil : hipovolemik

    - Kecepatan nadi yang normal bukan jaminan normovolemia

    - Tidak ditemukannya pulsasi dari arteri besar, merupakan tanda

    diperlukan resusitasi segera.

    b. Perdarahan

    Perdarahan eksternal harus dikelola pada primary survey dengan cara

    penekanan pada luka

    D.Disability

    Evaluasi terhadap keadaan neurologis secara cepat. Yang dinilai adalah

    tingkat kesadaran, ukuran pupil dan reaksi pupil terhadap cahaya dan adanya

    parese.

    Suatu cara sederhana menilai tingkat kesadaran dengan AVPU

    A : sadar (Alert)

    V : respon terhadap suara (Verbal)

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    16/25

    P : respon terhadap nyeri (Pain)

    U : tidak berespon (Unresponsive)

    Glasgow Coma Scale adalah sistem skoring sederhana dan dapat

    memperkirakan keadaan penderita selanjutnya. Jika belum dapat dilakukan pada

    primary survey, GCS dapat diiakukan pada secondary survey.

    Menilai tingkat keparahan cedera kepala melalui GCS :

    a. Cedera kepala ringan (kelompok risiko rendah)

    - Skor GCS 15 (sadar penuh, atentif; orientatif)

    - Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya : konklusi)

    - Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang

    - Pasien dapat tnengeluh nyeri kepala dan pusing

    - Pasien dapat menderita abrasi, Iaserasi, atau hematoma kulit kepala

    - Tidak ada kriteria cedera sedang-berat

    b. Cedera kepala sedang, (kelompok risiko sedang)

    - Skor GCS 9-14 (konfusi, letargi, atau stupor)

    - Konklusi

    - Amnesia pasca trauma

    - Muntah

    - Tanda kemungkinan fraktur kranium (tanda Battle, mata rabun,

    hemotimpanum, otorea atau rinorea cairan serebro spinal)

    - Kejang

    c. Cedara kepala berat (kelompok risiko berat)

    - Skor GCS 3-8 (koma)

    - Penurunan derajat kesadaran secara progresif

    - Tanda neurologis fokal

    - Cedera kepala penetrasi atau teraba fraktur depresi kranium

    Penurunan kesadaran dapat terjadi karena berkurangnya perfusi ke otak atau

    trauma langsung ke otak. Alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu tingkat

    kesadaran penderita. Jika hipoksia dan hipovolemia sudah disingkirkan, maka

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    17/25

    trauma kepala dapat dianggap sebagai penyebab penurunan kesadaran, bukan

    alkohol sampai terbukti sebaliknya.

    E.Exposure

    Penderita trauma yang datang harus dibuka pakaiannya dan dilakukan evaluasi

    terhadap jejas dan luka.

    2. Secondary Survey

    Adalah pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe, examination),

    termasuk reevaluasi tanda vital.

    Pada bagian ini dilakukan pemeriksaan neurologis lengkap yaitu GCS jika

    belum dilakukan pada primary survey

    Dilakukan X-ray foto pada bagian vang terkena trauma dan terlihat ada

    jejas.

    VI. PENANGANAN CEDERA KEPALA RINGAN (GCS 14-15)

    Sekitar 80% dari semua pasien cedera kepala dikategorikan sebagai cedera kepala

    ringan. Pasien sadar tetapi mungkin mengalami hilang ingatan atas kejadian yang

    melibatkan cederanya. Bisa terdapat riwayat singkat terjadinya pingsan namun

    sulit untuk diketahui. Gambaran ini sering berhubungan dengan alcohol atau zat

    intoksikan lainnya.

    Kebanyakan pasien dengan cedera kepala ringan sembuh tanpa penanganan

    berarti. Tetapi, sekitar 3% mengalami komplikasi yang tidak terduga,

    mengakibatkan disfungsi neuroligik berat jika penurunan status mental terlambat

    dideteksi.

    Pemeriksaan CT scan perlu dipertimbangkan pada semua pasien yang mengalami

    pingsan lebih dari lima menit, amnesia, nyeri kepala berat, dan GCS

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    18/25

    2. Posisi midline pineal gland jika ada kalsifikasi

    3. Level udara cairan pada sinus

    4. Pneumocephals

    5. Fraktur fasial

    6. Benda asing

    Indikasi rawat pasien cedera kepala ringan yaitu :- Pingsan > 15menit

    - Post Traumatic Amnesia > 1Jam

    - Pada observasi penurunan kesadaran

    - Sakit Kepala >>

    - Fraktur

    - Otorhoe / Rinorhoe

    - Cedera penyerta,

    - CT-Scan Abnormal

    - Tidak ada keluarga

    - Intoksikasi alkohol / Obat-obatan.

    Jika pasien asimtomatik, sadar penuh, normal secara neurologis, maka pasien

    diamati selama beberapa jam, diperiksa ulang, dan jika masih normal, akan

    dipulangkan.

    Pesan untuk penderita / keluarga, Segera kembali ke Rumah Sakit bila dijumpai

    hal-hal sbb :

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    19/25

    -Tidur / sulit dibangunkan tiap 2 jam

    - Mual dan muntah yang terus memburuk

    - Sakit Kepala yang terus memburuk

    - Kejang

    - Kelemahan tungkai & lengan (hemiparese)

    - Bingung / Perubahan tingkah laku /gaduh gelisah

    - Pupil anisokor

    - Nadi naik / turun (bradikardi)

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    20/25

    VII. PENANGANAN CEDERA KEPALA SEDANG (GCS 9-13)

    Kira-kira sekitar 10% dari pasien cedera kepala adalah termasuk cedera kepala

    sedang. Pasien masih dapat mengikuti perintah sederhana tetapi pasien biasanya

    bingung dan somnolen dan mungkin terdapat defisit neurologis fokal seperti

    hemiparesis. Sekitar 10-20% dari pasien ini mengalami penurunan kesadaran

    hingga koma.

    Sebelum dilakukan penanganan neurologis, anamnesa singkat dilakukan dan

    kardiopulmoner distabilkan terlebih dahulu. CT scan kepala perlu dilakukan dan

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    21/25

    dokter bedah saraf dihubungi. Semua pasien ini memerlukan observasi di ruang

    ICU atau unit serupa yang memudahkan observasi dan evaluasi neurologis ketat

    untuk 12 hingga 24 jam pertama. CT scan untuk follow up dalam 12-24 jam

    dianjurkan jika hasil CT scan awal abnormal atau jika terjadi penurunan pada

    status neurologis pasien.

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    22/25

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    23/25

    VIII. PENANGANAN CEDERA KEPALA BERAT (GCS 3-8)

    Pasien yang mengalami cedera kepala berat tidak mampu untuk mengikuti

    perintah sederhana bahkan setelah stabilisasi kardiopulmoner. Pendekatan wait

    and see pada pasien ini bisa berakibat fatal, maka diangnosis dan penanganan

    cepat sangatlah penting. Jangan menunda CT scan.

    A. Primary Survey dan Resusitasi

    Cedera kepala sering tidak disebabkan oleh cedera sekunder. Hipotensi pada

    pasien dengan cedera kepala berat berhubungan dengan tingkat mortalitas

    yang meningkat dua kali lipat dibanding pasien tanpa hipotensi (60% vs 27%).

    Adanya hipoksia ditambah hipotensi berhubungan dengan tingkat mortalitas

    yang mencapai 75%. Maka dari itu, stabilisasi kardiopulmoner pada pasien

    cedera kepala berat adalah prioritas dan dan harus segera tercapai.

    Transient respiratory arrest dan hipoksia dapat menyebabkan cedera otak

    sekunder. Pada pasien koma, intubasi endotrakeal harus dilakukan segera.

    Pasien diberi oksigen 100% sampai didapat gas darah, lalu penysuaian tepat

    terhadap FIO2. Pulse oxymetri adalah pembantu yang berguna dan diharapkan

    didapat saturasi O2 > 98%. Hiperventilasi harus digunakan pada pasien dengan

    cedera kepala berat secara hati-hati dandipakai hanya saat terjadi penurunan

    tingkat neurologic.

    Hipotensi biasanya tidak terkait dengan cedera kepala itu sendiri kecuali pada

    stadium terminal saat terjadikegagalan vena medular. Perdarahan intrakranila

    tidak menyebabkan syok hemoragik. Euvolemia harus segera dilakukan jika

    pasien hipotensi.

    Hipotensi adalah penanda kehilangan banyak darah, walau tidak terlalu jelas.

    Penyebab yang harus diperhatikan yaitu cedera spinal cord, kontusio jantung

    atau tamponade dan tension pneumothorax.

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    24/25

    B. Pemeriksaan Neurologis

    Segera setelah status kardiopulmoner pasien stabil, pemeriksaan neurologis

    yang cepat dan langsung. Terdiri dari pemeriksaan GCS dan reflex cahaya

    pupil. Pada pasien koma, respon motorik dapat dilakukan dengan mencubit

    otot trapezius atau dengan nail-bed pressure.

    C. Secondary Survey

    Pemeriksaan seperti GCS, lateralisasi dan reaksi pupil sebaiknya dilakukan

    untuk mendeteksi penurunan neurologik sedini mungkin.

    D. Prosedur Diagnostik

    CT scan kepala emergensi harus dilakukan sedini mungkin setelah

    hemodinamik stabil. CT scan juga harus diulang bila ada perubahan padastatus klinis dan secara rutin 12-24 jam setelah cedera untuk pasien dengan

    kontusio atau hematom pada CT scan awal.

  • 7/29/2019 CRS - Cedera Kepala Nita Mogan Fahmi

    25/25