copy of hi.docx
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Perkembangan nasional disektor industri sekarang ini berkembang semakin
pesat sejalan dengan kemajuan teknologi. Perkembangan teknologi ini telah
mendorong meningkatnya penggunaan mesin-mesin, peralatan kerja dengan
teknologi modern dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi. Di satu pihak
perkembangan industri ini memberikan dampak yang positif dengan terciptanya
lapangan pekerjaan yang lebih luas. Namun, akibat percepatan proses industrialisasi
dengan sendirinya akan memperbesar resikonya bahaya yang terkandung dalam
industri, seperti timbul Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan potensi terjadinya
kecelakaan kerja semakin besar.
Kesehatan dan keselaman kerja (K3) adalah salah satu bentuk upaya untuk
menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera, bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja serta bebas pencemaran lingkungan
yang bertujuan agar produktivitas meningkat sesuai Undang-undang No. 1 Tahun
1970 tentang Keselamatan Kerja. Seperti kita ketahui bahwa kecelakaan kerja
bukan hanya menimbulkan korban jiwa maupun kerugian material bagi pekerja dan
pengusaha tetapi dapat juga mengganggu proses produksi secara menyeluruh dan
merusak lingkungan yang akhirnya berdampak kepada masyarakat luas. Karena itu
perlu dilakukan upaya yang nyata untuk mencegah dan mengurangi risiko terjadinya
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja secara maksimal.
Sedangkan Kesehatan Kerja sendiri mempunyai pengertian spesialisasi dalam
ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar tenaga kerja
memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental
maupun sosial, dengan usaha-usaha promotif, preventif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit/gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor
pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.
Higiene perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif dan kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat

sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Pada tanggal 11 Juni 2015, kami berkesempatan untuk melakukan kunjungan
ke PT. KARMA MANGGALA YUDHA yang bergerak dalam bidang pembangunan
gedung bertingkat di Jakarta.
Dalam kunjungan tersebut kami mengamati dan mempelajari bagaimana
perusahaan menerapkan higiene di tempat kerja sehingga dapat menjadi suatu
pembelajaran yang bermanfaat bagi bidang keilmuan kami.
II. DASAR HUKUM
1. UU No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja.
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
3. UU No. 3 Tahun 1969 Tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120 Mengetahui
Higiene dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.
4. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan
Kebersihan Serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
5. Permennakertrans No.13/MEN/X/2011 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika dan Kimia di Tempat Kerja.
6. Kepmen RI No. 187/MEN/1999 Tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya.
7. Permen Perburuhan No. 7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan
serta Penerangan dalam Tempat Kerja.
III. PROFIL PERUSAHAAN
PT. Karma Manggala Yudha adalah sebuah perusahaan jasa konstruksi
nasional berdiri sejak tahun 1983.
1. Kegiatan Perusahaan
PT. Karma Manggala Yudha bergerak dibidang sipil, arsitektur,
mekanikal, dan sedang melaksanakan proyek high class building
seperti apartemen The Green Pramuka yang kami kunjungi ini.
Proyek ini dimulai sejak bulan Desember 2011 yang rencananya akan
dibangun sebanyak 17 tower apartemen di atas tanah seluas 12.6 Ha.

Saat ini terdapat 2 buah tower yang sudah selesai dan telah dihuni,
dan terdapat 2 buah tower yang sedang dalam proses pembangunan.
2. Sertifikasi PT Karma Manggala Yudha
Sampai saat ini, PT Karma Manggala Yudha belum memiliki
sertifikasi, dan sedang dalam proses pengajuan.
3. Jumlah Pegawai
Jumlah pegawai tetap : 70 orang
Jumlah pegawai tidak tetap : 470 orang
4. Jam Kerja
Pekerjaan dilakukan pada hari Senin-Sabtu pk. 08.30 – 17.30 WIB
Waktu istirahat pada pukul 12.00-13.00 WIB
Tidak terdapat sistem pembagian shift, waktu lembur dimulai pk. 18.00
– 22.00 WIB.
5. Asuransi Pegawai
Asuransi pegawai PT Karma Manggala Yudha menggunakan Jamsostek.
6. Alamat
Alamat proyek The Green Pramuka berlokasi di Jl. Ahmad Yani Kav. 49
Jakarta Pusat
IV. ALUR PRODUKSI
Proses produksi green pramuka city. Alur produksi terbagi menjadi dua
bagian, yaitu:
A. Struktural
Terdiri dari 4 proses, yaitu :
a. Ekskavasi (penggalian)
Lantai basement dibuat dengan cara menggali tanah terlebih dahulu
menggunakan alat excavator samapi elevasi kedalaman yang sudah
ditentukan oleh perusahaan, kemudian dilaksanakan pekerjaan pondasi,
tie beam, dan plat basement

b. Pembangunan
Pekerjaan selanjutnya adalah pekerjaan kolom, balok, plat dan struktur
tangga meliputi pekerjaan bekisting, pekerjaan pembesia dan pekerjaan
cor beton.
c. Pembangunan Top level
Pembangunan Top level sama dengan pembangunan level dibawahnya.
d. Finishing
Pemasangan lantai, pengecetan, pemasangan jendela dan sebagainya.
B. Arsitektur
Terdiri dari finishing interior.
V. LANDASAN TEORI
A. DEFINISI
Higiene Perusahaan sendiri adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta
prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab
penyakit kualitatif & kuantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui
pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada
lingkungan tersebut serta lebih lanjut pencegahan agar pekerja dan masyarakat
sekitar suatu perusahaan terhindar dari akibat bahaya kerja serta dimungkinkan
mengecap derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Soeripto, Ir., DIH., 1992).
Berdasarkan peraturan Menteri perburuhan No.7 Tahun 1964 tentang syarat
kesehatan, kebersihan serta penerangan di tempat kerja ada beberapa hal yang
menjadi ruang lingkup hygiene industry diantaranya adalah:
1. Penyediaan air
2. Tempat kerja
3. Dapur,kamar makan dan alat keperluan makan
4. Perlengkapan fasilitas sanitasi
5. Pembuangan dan pengendalian limbah

B. FAKTOR BAHAYA DI LINGKUNGAN KERJA
1. Faktor Fisik
Menurut Permenaker No 13 tahun 2011 tentang NAB faktor fisika dan faktor
kimia ditempat kerja. Faktor fisika adalah faktor di dalam tempat kerja yang
bersifat fisika yang dalam keputusan ini terdiri dari iklim kerja, kebisingan,
getaran, gelombang mikro, sinar ultra ungu, dan medan magnet.
a. Suara Bising
Bising adalah bunyi yang tidak disukai, mengganggu dan
menjengkelakan maupun merusak pendengaran dan terkadang hal ini
sangat individual (Eyaanoer, 1997)
Untuk kebisingan dengan intensitas 85dB., maka pekerja terpajan
selama 8 jam sehari, kebisingan dengan intensitas 88 dB maka pekerja
dapat terpajan selama 4 jam sehari dengan demikian setiap kenaikan 3
dB maka waktu pemajanannya berkurang setengahnya. Telingan
manusia hanya mampu mendengar frekuensi antara 16-20.000 Hz.
1) Jenis-jenis kebisingan :
a. Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang luas (steady state,
wide band noise). Misalnya suara kipas angin, dapur pijar dll.
b. Kebisingan kontinyu dengan spektrum kebisingan sempit
(steadt state, narrow band noise). Misalnya gergaji sekuler,
katup gas, dll.
c. Kebisingan terputus-putus (intermitten). Misalnya: lalu lintas
pesawat terbang.
d. Kebisingan impulsif/impact (impulsive noise), misalnya:
pukulan, tembakan bedil atau meriam dan ledakan.
e. Kebisingan impulsif berulang, misalnya mesin tempa di
perusahaan.
2) Akibat paparan kebisingan.
Terpapar kebisingan terdiri dari 85dB selama 8 jam dan 40 jam
seminggu maka menimbulkan penurunan atau kehilangan fungsi
pendengaran yang dapat terjadi secara sementara atau permanen.

3) Pengukuran kebisingan
Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat sound
level meter. Alat ini mengukur kebisingan antara 30-130dB dan frekuensi
dari 20-20.000Hz.
b. Pencahayaan.
Pencahayaan yang baik memungkinkan pekerja bisa melihat objek yang
dikerjakan dengan jelas, cepat dan tanpa upaya yang tidak perlu.
Intensitas cahaya dapat diukur dengan Luxmeter.
Sifat-sifat pencahayaan
1. Pembagian iluminasi pada lapangan penglihatan sesuai
jenis pekerjaan.
2. Pencegahan kesilauan.arah sinar
3. Warna
4. Panas cahaya.
Pengaruh pencahayaan yang kurang terhadap kesehatan
1. Iritasi, mata berair dan mata merah.
2. Penglihatan ganda
3. Sakitkepala
4. Ketajaman mata menurun.
5. Akomodasi dan konvergensi menurun.
c. Iklim dan suhu.
Respon fisiologis akan tampak jelas pada pekerja dengan iklim panas.
Saridewi (2002) menyatakan bahwa perbedaan peningkatan tekanan
darah yang signifikan pada tenaga kerja seblum atau sesudah terpapar
panas yang memperburuk kondisi tenaga kerja. Sistem termoregulasi
pada hipotalamus akan merespon dengan beberapa mekanisme kontrol
seperti konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi dengan tujuan untuk
mempertahankan suhu tbuh sekitara 36-37 derajat celcius. Namun
apabila paparan dibiarkan terus menrus akan menyebabkan kelelahan
dan akan menyebabkan timbulnya efek “heat stress’ (ErwinD 2004).

Menteri Tenaga Kerja RI mengeluarkan standar NAB untuk lingkungan
fisik tertentu di lingkungan kerja yang salah satunya adalah NAB iklim
kerja dengan menggunakan indeks suhu bola basah (ISBB) diadopsi dari
Wet Bulb Globe Temperature Index (WBGTI) dikeluarkan oleh ACGIH.
NAB menurut pasal Permenaker No 13 tahun 2011 untuk suhu di
tempat kerja adalah sbb:
Jika perbandingan kerja 75% dan istirahat 25% untuk pekerja
ringan dalam 8 jam sehari adalah 30 derajat celcius., sedang 26,7
derajat celsius dan berat 25 derajat celsius.
Jika perbandingan kerja 50% dan istirahat 50% untuk pekerja
ringan dalam 8 jam sehari adalah 31,4 derajat celcius., sedang
29,4 derajat celsius dan berat 27,9 derajat celsius.
Jika perbandingan kerja 25% dan istirahat 75% untuk pekerja
ringan dalam 8 jam sehari adalah 32,2 derajat celcius., sedang
31,1 derajat celsius dan berat 30 derajat celsius.
d. Getaran
Ada dua macam getaran yaitu: getaran seluruh badan dan getaran
lengan/tangan ( handaram). Getaran seluruh tubuh adalah getaran yang
bisa melalui kaki ( tempat berdiri) atau melalui tempat duduk. Getaran ini
terjadi biasa pada alat pengangkut eperti truk dan traktor. Sedangkan
getaran lengan-tangan adalah getaran yang terjadi melalui lengan dan
tangan, misalnya pada gerinda, bor tangan, dan gergaji listrik.
Tiga aspek penting pada getaran :
Level(m/dr2)
Frekuensi (Hz)
Lama pemarapan (jam)
Efek getaran :
Hand and arm vibration pada frekuensi 8-1000Hz dapat
menyebabkan white finger serta kelainan otot rangka.
Whole body vibration menyebabkan getaran pada ala-alat dalam
sehingga dapat menyebabkan gejala sakit dada, LBP, dan
gangg.penglihatan
Pada frekuensi rendah dapat menyebabkan sea sickness.

Pengukuran getaran :
Pengukuran getaran dilakukan dengan menggunakan vibration
acceleration meter.
e. Radiasi
Jenis radiasi dapat dibedakan menjadi
1. Radiasi pengion: alpha, beta, gamma, sinar X dan neutron.
2. Radiasi non pengion: UV, IR, ultrasound dan mikorowave.
Pengaruh radiasi terhadap kesehatan:
1. Efek stokastik: tergantung frekuensi tingkat keparahan tidak
tergantung dosis. Contoh : karsinogen, teratogen, mutagen.
2. Efek nonstokastik: tegrantung frekuensi dan dosis. Cth: katarak,
kerusakan nonmalignan kulit.
Alat untuk mengukur tingkat radiasi adalah survei meter dan dosimeter
personal.
2. Faktor Kimia
Menurut Permenaker No 13 tahun 2011 Faktor kimia adalah faktor di
dalam tempat kerja yang bersifat kimia yang dalam keputusan ini
meliputi bentuk padatan (partikel), cair, gas, kabut, aerosol dan uap
yang berasal dari bahan-bahan kimia Faktor kimia mencakup wujud
yang bersifat partikel adalah debu, awan, kabut, uap logam, dan asap;
serta wujud yang tidak bersifat partikel adalah gas dan uap.
a. Bahan-bahan kimia:
Fume (asap) :
Partikel-partikel zat padat yang terjadi oleh karena dari bentuk
gas yang biasanya sesudah penguapan benda padat yang
dipijarkan.
Gas :

Bentuk wujud yang tidak mempunyai bentuk bangunan sendiri,
melainkan mengisi ruang tertutup pada keadaan suhu dan
tekanan normal.
Uap:
Bentuk gas dari zat-zat yang dalan keadaan biasa dberbentuk
zat padat atau zat lain yang dapat dikembalikan pada tingkat
wujud semula.
Kabut
Debu
b. Efek-efek bahan kimia
Iritasi
Reaksi alergi: flour, garlic powder.
Asfiksia
Cancer
Efek sistemik: otak ,peripheral nervous sytem, pembentukan sel
darah, ginjal, paru
Selain pengaruhnya terhadap kesehatan, juga dapat
menyebabkan resiko keselamatan kerja berupa kebakaran dan
peledakan, akibat dari bahan kimia yang mudah tebakar dan
meledak seerti pelaruh organik atau gas-gas yang kontak
dengan sumber api.
c. Pengukuran.
Pengukuran faktor kimia di urara mengunakan media yaitu: gas
detektor yang prinsip kerjanya adalah detektor tersebut akan
menghisap baha-bahan kimia di udara, dan kemudian bereraksi
dengan reagen yang sudah tesedria di dalam tabung detektor
sehingga dapat diketahui nilai kualitas dan kuantitas.
Pengambilan sampel debu dilakukan secara impingmen, yaitu:
filtrasi, presipitasi, sedimentasi, dan segala kombinasinya,
alatnya disebut imprengen, prinsipa kerjanya adalah debu

dihisap dan mengalami imprengemen dan sejumlah debu
dihitung di bawah mikroskop.
d. Nilai ambang batas.
NAB faktor kimia diatur berdasarkan surat edaran No.SE
01/MEN/1997 tentang NAB faktor kimia di udara lingkungan
kerja.
Kategori nilai ambang batas:
1. NAB rata-rata selama jam kerja.
2. NAB pemaparan singkat.
3. NAB tertinggi
3. Biologis
Potensi bahaya yang mungkin terjadi di ling.kerja yang disebabkan oleh
adanya mikroorganisme sebagai penyebab dari proses produksi.
Bahaya biologi meliputi :
Infeksi akut dan kronis
Parasit
Produk toksik.
Reaksi alergi terhadap tanaman dan hewan.
Irritan.
Klasifikasi faktor biologis meliputi :
1. Mikroorganisme dan toksinnya. Contoh: virus, bakteri dan
produknya
2. Arthropoda. Contoh: crustacea
3. Alergen dan toksik tanaman
4. Reaksi yang ditimbulkan: dermatitis alergi, asma
5. Protein alergen dari hewan vertebrata
6. Reaksi alergi yang ditimbulkan melaui urin, feses, rambut dan
saliva.
Cara masuk biological agents ke dalam tubuh melalui:

1. Inhalasi
2. Ingesti
3. Kontak kulit
4. Kontak dengan mata, hidung, dan mulut
4. Pengendalian
1. Pemberian label dan simbol pada wadah untuk bahan yang berisikan
tentang: nama bahan kimia, resiko yang ditimbulkan, jalan masuknya ke
tubuh, efek paparan, cara penggunaan yang aman dan pertolongan
pertama keracunan.
2. Memiliki MSDS, yaitu semua informasi mengenai suatu bahan kimia yang
dibuat oleh seuatu perusahaan, berisikan antara lain.:
kandungan/komposisi, sifat fisik dan kmia, cara pengankutan dan
penyimpanan, informasi APD sesuai NAB, efek terhadap kesehatan,
gejala keracunan, pertolongan pertama keracunana, alamat dan nomer
telepon pabrik pembuat atau distributor.
3. Memiliki petugas K3 kimia dan ahli K3 kimia yang mempunyai
kewajiban , melakukan identifikasi bahaya melaksanakan prosedur kerja
aman, penganggulangan keadaan darurat dan mengembankan
pengetahuan K3 di bidang kimia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIK
PELAKSANAAN
A. Tanggal dan Waktu Pengamatan
Kamis, 11 Juni 2015, Pukul 14.00-16.00 WIB.
B. Lokasi Pengamatan

Jl. Ahmad Yani Kav. 49 Jakarta Pusat.
C. Dokumen Pengamatan
Pengamatan secara langsung dan wawancara dengan Bpk. Suhendar selaku
Petugas K3 PT. Karma Manggala Yudha.
BAB III
HASIL PENGAMATAN
A. Faktor Bahaya Fisika
1. Bising
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan secara langsung, alat
yang menjadi sumber bising antara lain : tower crane, alat pemotong besi,
dan alat pengebor. Belum pernah dilakukan pengukuran derajat

kebisingan pada pekerja dan lingkungan kerja, namun para pekerja
sepertinya tidak terganggu dengan kebisingan tersebut.
2. Penerangan
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, sumber penerangan
pada siang hari, berasal dari sinar matahari, sedangkan pada malam hari
berasal dari lampu. Pada penerangan buatan digunakan lampu jenis
neon panjang (TL) disetiap area nya, lampu neon panjang yang
digunakan berwarna putih, setiap mandor mendapatkan tiga buah lampu
TL. Secara umum penerangan cukup baik, menerangi daerah kerja
secara merata dan dapat mempermudah pekerja melakukan pekerjaan
nya. Belum pernah dilakukan pengukuran penerangan sebelumnya.
3. Iklim Kerja
Saat melakukan pengamatan dilokasi kerja sebagian pekerja terpapar oleh
sinar matahari secara langsung, namun suhu tidak dapat diukur karena tidak ada alat
pengukur suhu di tempat tersebut. Terkadang para pekerja merasakan panas yang
tidak nyaman.
4. Getaran
Dari hasil wawancara dan pengamatan di gunakan beberapa alat yang dapat
menimbulkan getaran di antaranya berasal dari alat bor, mesin mixing dan
kendaraan pengangkut berat. Para pekerja hanya menggunakan sarung tangan
biasa/ tidak standar untuk meredam getaran.
5. Radiasi
Pekerja bekerja langsung dibawah sinar matahari, sehingga terpapar
radiasi sinar ultraviolet langsung selama jam kerja.
B. Faktor Bahaya Biologi
Tidak ditemukan adanya bahaya biologi

C. Faktor Bahaya Kimia
a. Penggalian
Dari penggalian di konstruksi tersebut didapatkan bahan kimia berupa debu.
Untuk kita ketahui debu dapat membahayakan karena dapat terhirup dan masuk ke
paru-paru. Tenaga kerja di PT. Krama Manggala Yudha terlihat banyak yang tidak
menggunakan APD seperti masker, tetapi operator perusahaan mengatakan bahwa
semua pekerja diberikan APD.
b. Pembesian atau pengelasan
Di perusahaan ini ada beberapa tenaga kerja yang melakukan pengelasan. Yang kita
ketahui pengelasan mengeluarkan fume, dimana fume tersebut merupakan partikel
padat yang terbentuk dari hasil kondensasi dari bentuk uap. Bentuk gas fume yang
dikeluarkan seperti Zn, Mg, dan Oksida, dimana gas berbahaya ini akan dapat
mengakibatkan penyakit metal fume fever yang terjadi akibat terhisapnya uap/ gas
tersebut. Dan menurut informasi dari operator perusahaan, APD yang digunakan para
pekerja tersebut adalah sarung tangan dan googles.
c. Pengecoran
Untuk pengecoran itu sendiri, faktor kimia yang dikeluarkan seperti debu silika, asap
metal, CO, dan senyawa kimia lain yang dilibatkan dalam prose. Dan untuk APD
tidak ada informasi dari operator perusahaan.
d. Penggunaan genset
Dari penggunaan genset, factor kimia yang dikeluarkan berupa zat CO. disini kami
tidak mengetahui letak genset tersebut dan juga tidak ada penjelasan mengenai APD.
D. Kebersihan (Higiene Perusahaan) / Faktor Lingkungan
Higiene Industri yang kami dapatkan PT. Karma Manggala Yuda terdapat
petugas hygiene, untuk kebersihan per-shift diserahkan ke bagian mandor. Sedangkan untuk
kebersihan perorangan tenaga kerja disediakan kamar mandi berjumlah 24 WC.
Dalam proyek tersebut juga disediakan barak kolam 4 buah. Pada gudang
penyimpanan terdapat banyak sampah. Di ruangan kantin cukup tertata baik, namun ada
beberapa makanan yang tidak tertutup dan tidak tersedianya tempat cuci tangan dan tempat
duduk untuk makan. Kantin tersebut memiliki hygiene yang kurang.
Perusahaan ini tidak memilki halaman. Beberapa jalan yang biasanya digunakan
mobil pengangkut belum ditutupi aspal sehingga kondisi lingkungan Perusahaan masih

berdebu. Selain itu terdapat juga beberapa genangan air di beberapa titik di lingkungan kerja
perusahaan ini.
Air yang tersedia berasal dari PAM, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa. Air
tersebut digunakan untuk mandi, cuci tangan di WC. Air minum yang disediakan tidak
dilakukan pemeriksaan khusus unyuk menilai kualitas air.
Makanan yang tersedia di kantin untuk bahan dan proses pengelolaannya tidak
tersedia data yang menunjang, dikarenakan pengelolaannya diserahkan pada mandornya
masing-masing (independen).
Pada pemeliharaan fasilitas industri, mesin, peralatan kerja gudang penyimpanan,
tempat istirahat untuk kebersihannya diserahkan kepada mandor masing-masing.
E. Petugas Higiene Industri
Petugas Hygiene Industri di Perusahaan ini bertugas membersihkan
Lingkungan kerja dengan sistem berkelanjutan, yaitu petugas kebersihan hanya
membersihkan jika kondisi tampak kotor secara visual.
F. Pengolahan Limbah
Konstruksi PT. Krama Manggala Yudha menghasilkan limbah dari
pembangunan apartemen Green Pramuka. PT. Krama Manggala Yudha
bekerja sama dengan jasa pembuangan limbah. Perusahaan mengumpulkan
limbah berdasarkan jenisnya, limbah besi dan limbah lainnya. Limbah besi
kemudian akan dijual kembali ke pabrik, sedangkan limbah lain diserahkan
kepada pihak luar sebagai pengelola limbah.
Semua barang dan bahan diusahakan untuk dipakai se-efektif mungkin agar
menghasilkan limbah yang minimal.
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
4.2 Faktor Fisik

1. Bising
a. Sebaiknya dilakukan pemeriksaan kebisingan pada alat alat penghasil bising, jika
intensitas kebisingan melebihi 85 db, dilakukan penyegelan alat untuk mengurangi
intensitas bisang hingga kurang dari 85 db.
b. Rotasi kerja dapat dilakukan bila dengan penyegelan intensitas bising masih melebihi
85 db
c. Penyediaan APD secara Cuma Cuma untuk setiap tenaga kerja bila hal tersebut diatas
tidak mungkin dilakukan
2. Pencahayaan
Di setiap ruang sebaiknya diberikan pencahayaan yang sesuai, yaitu 100 lux untuk ruang
kantin, WC, P3K.
3. Getaran
Sebaiknya dilakukan pengukuran getaran pada setiap alat penghasil getar.
Jika intensitas getaran yang dihasilkan melebihi NAB, maka alat tersebut diberi peredam
getar yang sesuai
Rotasi jam kerja dapat disesuaikan jika cara diatas belum dapat mengurangi jumlah
getaran dibawah NAB
Pemberian APD secara cuma cuma bagi setiap tenaga kerja jika hal tersebut diatas tidak
memungkinkan untuk dilaksanakan
4. Radiasi
Tidak ditemukan radiasi
5. Iklim dan suhu
Sebaiknya dilakukan pengukuran dengan WBGT di lingkungan kerja
Pembuatan taman dapat menurunkan suhu tempat kerja
Disetiap ruangan sebaiknya diberikan sirkulasi udara yang baik
4.2 Faktor Kimia
Seharusnya ada tindak lanjut mengenai APD itu sendiri. Seperti pemakaian masker,
bagi perkerja yang tidak menggunakan akan diberikan sanksi. Sama seperti yang lainnya
juga. Ada sikap ketegasan bagi para perkerja yang tidak taat akan penggunaan APD tersebut.
4.3 Faktor Biologi

Sedangkan untuk faktor biologi seharusnya ada sikap peduli dan mawas terhadap para
pekerjanya. Dimana sanitasi yang buruk sangat mengganggu para pekerja dan mengurangi
produktifitas perusahaan.
4.4 Kebersihan
4.4.1. WC (Toilet)
1. WC sebaiknya dibersihkan secara berkala minimum, sebanyak 3 kali sehari
2. WC yang disediakan seharusnya sesuai dengan kapasitas tenaga kerja yaitu 1 WC
untuk 24 tenaga kerja
3. Setiap WC sebainya disediakan sabun dan air mengalir yang bersih
4. Setiap sebaiknya disediakan tempat sampah sementara
4.1.2. Gudang penyimpanan
1. Sampah yang berada dalam gudang penyimpanan sebaiknya dipindah tempatkan
pada titik penampungan sampah sementara
2. Gudang penyimpanan sebaiknya dibersihkan minimal 3 kali sehari
3. Penataan letak barang penyimpan sebaiknya ditata secara teratur sehingga petugas
dapat berjalan melintasi gudang dengan nyaman
4.1.3. Jalanan
1. Sebaiknya tenaga kerja diberikan APD yang Bersertikasi untuk melindungi
mereka dari debu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan.
Konsep dasar dari hygiene industry adalah agar seorang tenaga kerja berada dalam
keserasian sebaik-baiknya, yang beraarti bahwa yang bersangkutan dapat terjamin keadaan

kesehatan dan produktifitas kerjanya secara optimal, maka perlu ada keseimbangan yang
positif-konstruktif, antara unsur beban kerja, beban tambahan akibat dari pekerjaan dan
lingkungan kerja dan kapasitas kerja.
Gangguan pada kesehatan dan daya kerja akibat berbagai factor dalam pekerjaan dan
lingkungan kerja bias dihindarkan, asal saja perusahaan, pimpinan atau manajemen
perusahaan dan pekerja serta serikat pekerja ada kemauan yang kuat untuk mencegahnya.
Peraturan perundang-undangan tidak aka nada faedahnya, apabila perusahaan tidak
melaksanakan ketetapan yang berlaku sebagaimana diatur oleh perundang-undangan, juga
sama halnya apabila pengurus perusahaan dan pekerja tidak mengambil peranan proaktif
dalam menghindarkan terjadinya gangguan terhadap kesehatan, daya kerja dan produktiitas
tenaga kerja.
3.2. Saran.
1. Diharapkan agar pimpinan perusahaan, manjemen perusahaan dan pekerja memahami
betul konsep dari hygiene industry.
2. Diharapkan pihak perusahaan dapat menjalankan semua program hygiene industri
agar produktiitas tenaga kerja tetap terjaga.