clustering mobilitas masyarakat berdasarkan moda

6
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X Vol. 2, No. 7, Juli 2018, hlm. 2459-2464 http://j-ptiik.ub.ac.id Fakultas Ilmu Komputer Universitas Brawijaya 2459 Clustering Mobilitas Masyarakat Berdasarkan Moda Transportasi Menggunakan Metode K-Means Humam Aziz Romdhoni 1 , M. Tanzil Furqon 2 , Sigit Adinugroho 3 Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1 [email protected], 2 [email protected], 3 [email protected] Abstrak Mobilitas masyarakat adalah perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat lain. Mobilitas masyarakat merupakan topik yang patut untuk diteliti. Karena dengan mengetahui mobilitas masyarakat kita dapat mengetahui pola rute yang dilalui, moda transportasi yang dipilih, lama waktu perjalanan, dan lain-lain. Di era modern ini, data lintasan perpindahan seorang individu dapat diketahui melalui GPS (Global Positioning System). Data-data GPS yang diperoleh tersebut dapat diolah menjadi informasi yang berguna, seperti moda transportasi apa saja yang digunakan oleh setiap individu. Untuk melakukan pengolahan data tersebut dapat digunakan salah satu metode data mining, yaitu clustering. Clustering dipilih karena data GPS untuk setiap moda transportasi dianggap mempunyai karakteristik yang hampir sama, sehingga metode pengambilan informasi yang paling tepat adalah dengan cara dikelompokkan. Salah satu metode clustering yang populer adalah k-means. Pada penelitian ini diketahui bahwa hasil cluster dengan metode k-means memiliki kualitas sedang sampai baik pada nilai k mendekati jumlah jenis moda transportasi dilihat dari nilai silhouette coefficient. Akan tetapi dari hasil pengujian ketepatan, metode k-means menunjukkan persentase yang baik yaitu sebesar 90%. Kata kunci: clustering, k-means, lintasan Abstract Peoples mobility is the movement of people from one place to another. Peoples mobility is a worthy topic to research. Because by knowing the mobility of society we can know the pattern of the route traversed, the chosen transportation mode, the duration of travel, and others. In this modern era, moving trajectory data of an individual can be known through GPS (Global Positioning System). GPS data obtained can be processed into useful information, such as what each mode of transportation used by each individual. To perform this data processing, we can use one method of data mining, which name is clustering. Clustering is chosen because GPS data for each mode of transport is considered to have almost the same characteristics, so the most appropriate method of information retrieval is by grouping. One of the popular clustering methods is k-means. In this research we can see that the cluster with k- means method has medium to high quality when k value close to quantity of transportation mode seen from the value of silhouette coefficient. From the results of accuracy testing, k-means method shows a good percentage that is 90%. Keywords: clustering, k-means, trajectory 1. PENDAHULUAN Mobilitas masyarakat adalah perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat lain. Mobilitas masyarakat merupakan topik yang patut untuk diteliti. Karena dengan mengetahui mobilitas masyarakat kita dapat mengetahui pola rute yang dilalui, moda transportasi yang dipilih, lama waktu perjalanan, dan lain-lain. Di era modern ini, data perpindahan seorang individu dapat diketahui melalui GPS. Salah satu proyek yang mengumpulkan data lintasan GPS adalah Microsoft GeoLife (Zheng, 2007). Proyek ini merupakan jejaring sosial berbasis lokasi. Data- data GPS yang diperoleh tersebut dapat diolah menjadi informasi yang berguna, seperti moda transportasi apa saja yang digunakan oleh setiap individu. Dengan mengetahui hal tersebut diharapkan masyarakat mempunyai banyak pilihan yang dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk melakukan sebuah

Upload: others

Post on 07-Jun-2022

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Clustering Mobilitas Masyarakat Berdasarkan Moda

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X Vol. 2, No. 7, Juli 2018, hlm. 2459-2464 http://j-ptiik.ub.ac.id

Fakultas Ilmu Komputer

Universitas Brawijaya 2459

Clustering Mobilitas Masyarakat Berdasarkan Moda Transportasi

Menggunakan Metode K-Means

Humam Aziz Romdhoni1, M. Tanzil Furqon2, Sigit Adinugroho3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak

Mobilitas masyarakat adalah perpindahan masyarakat dari satu tempat ke tempat lain. Mobilitas

masyarakat merupakan topik yang patut untuk diteliti. Karena dengan mengetahui mobilitas masyarakat

kita dapat mengetahui pola rute yang dilalui, moda transportasi yang dipilih, lama waktu perjalanan, dan

lain-lain. Di era modern ini, data lintasan perpindahan seorang individu dapat diketahui melalui GPS

(Global Positioning System). Data-data GPS yang diperoleh tersebut dapat diolah menjadi informasi

yang berguna, seperti moda transportasi apa saja yang digunakan oleh setiap individu. Untuk melakukan

pengolahan data tersebut dapat digunakan salah satu metode data mining, yaitu clustering. Clustering

dipilih karena data GPS untuk setiap moda transportasi dianggap mempunyai karakteristik yang hampir

sama, sehingga metode pengambilan informasi yang paling tepat adalah dengan cara dikelompokkan.

Salah satu metode clustering yang populer adalah k-means. Pada penelitian ini diketahui bahwa hasil

cluster dengan metode k-means memiliki kualitas sedang sampai baik pada nilai k mendekati jumlah

jenis moda transportasi dilihat dari nilai silhouette coefficient. Akan tetapi dari hasil pengujian

ketepatan, metode k-means menunjukkan persentase yang baik yaitu sebesar 90%.

Kata kunci: clustering, k-means, lintasan

Abstract

Peoples mobility is the movement of people from one place to another. Peoples mobility is a worthy

topic to research. Because by knowing the mobility of society we can know the pattern of the route

traversed, the chosen transportation mode, the duration of travel, and others. In this modern era, moving

trajectory data of an individual can be known through GPS (Global Positioning System). GPS data

obtained can be processed into useful information, such as what each mode of transportation used by

each individual. To perform this data processing, we can use one method of data mining, which name

is clustering. Clustering is chosen because GPS data for each mode of transport is considered to have

almost the same characteristics, so the most appropriate method of information retrieval is by grouping.

One of the popular clustering methods is k-means. In this research we can see that the cluster with k-

means method has medium to high quality when k value close to quantity of transportation mode seen

from the value of silhouette coefficient. From the results of accuracy testing, k-means method shows a

good percentage that is 90%.

Keywords: clustering, k-means, trajectory

1. PENDAHULUAN

Mobilitas masyarakat adalah perpindahan

masyarakat dari satu tempat ke tempat lain.

Mobilitas masyarakat merupakan topik yang

patut untuk diteliti. Karena dengan mengetahui

mobilitas masyarakat kita dapat mengetahui pola

rute yang dilalui, moda transportasi yang dipilih,

lama waktu perjalanan, dan lain-lain. Di era

modern ini, data perpindahan seorang individu

dapat diketahui melalui GPS. Salah satu proyek

yang mengumpulkan data lintasan GPS adalah

Microsoft GeoLife (Zheng, 2007). Proyek ini

merupakan jejaring sosial berbasis lokasi. Data-

data GPS yang diperoleh tersebut dapat diolah

menjadi informasi yang berguna, seperti moda

transportasi apa saja yang digunakan oleh setiap

individu. Dengan mengetahui hal tersebut

diharapkan masyarakat mempunyai banyak

pilihan yang dapat digunakan sebagai

pertimbangan untuk melakukan sebuah

Page 2: Clustering Mobilitas Masyarakat Berdasarkan Moda

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2460

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

perjalanan. Untuk melakukan pengolahan data

tersebut dapat digunakan salah satu metode data

mining, yaitu clustering. Clustering adalah

metode untuk menganalisa data dan bertujuan

untuk mengelompokkan data yang mempunyai

karakteristik yang sama. Clustering dipilih

karena data GPS untuk setiap moda transportasi

dianggap mempunyai karakteristik yang hampir

sama, sehingga metode pengambilan informasi

yang paling tepat adalah dengan cara

dikelompokkan. Salah satu metode clustering

yang populer adalah k-means. Metode ini

memisahkan dan membagi objek ke daerah-

daerah yang terpisah sesuai dengan banyaknya k

yang telah ditentukan. K-means dipilih karena

metode ini mudah untuk diimplementasikan

serta mudah untuk diadaptasi.

2. DATA DAN METODE CLUSTERING

2.1. Microsoft GeoLife GPS Trajectory

Data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah data lintasan GPS yang didapatkan dari

proyek Microsoft GeoLife GPS Trajectory. Data

GPS ini dikumpulkan oleh 182 pengguna pada

proyek GeoLife dalam kurun waktu kurang lebih

lima tahun (sejak April 2007 hingga Agustus

2012). Data GPS ini direpresentasikan sebagai

rangkaian titik koordinat yang disertai waktu.

Titik koordinat tersebut terdiri dari latitude,

longitude, dan altitude. Data ini berisi 17.621

lintasan dengan total jarak mencapai 1.292.951

kilometer dan total durasi selama 50.176 jam.

91,5 persen dari data lintasan diambil dengan

representasi yang padat, yaitu setiap 1 – 5 detik

atau setiap 5 – 10 meter per poin.

Data yang dibutuhkan untuk diolah adalah

data latitude, longitude, dan altitude. Sebanyak

30 titik koordinat dianggap mewakili satu

lintasan berdasarkan moda transportasi.

2.2. Metode K-means

Metode k-means merupakan salah satu

metode non hirarkial clustering yang populer

digunakan. Metode ini pertama kali

diperkenalkan oleh MacQueen JB pada tahun

1976. Metode ini membagi atau memisahkan

objek ke k kelompok atau golongan bagian yang

terpisah. Metode k-means mengharuskan setiap

objek masuk ke dalam golongan yang terbentuk,

akan tetapi pada suatu tahapan langkah tertentu,

objek yang telah menjadi anggota dalam satu

golongan tadi akan berpindah ke golongan lain

pada tahapan proses berikutnya.

Langkah-langkah metode k-means:

1. Menentukan k sebagai jumlah cluster yang

ingin dibentuk.

2. Menentukan nilai secara acak untuk pusat

cluster awal (centroid) sebanyak k.

3. Menghitung jarak setiap data yang

dimasukkan terhadap masing-masing

centroid menggunakan rumus Eucledian

Distance hingga ditemukan jarak yang

paling dekat antara setiap data dengan

centroid. Berikut ini adalah persamaan

Eucledian Distance:

𝑑(𝑥𝑖 , 𝑦𝑗) = √(𝑥𝑖 − 𝑦𝑗)2 (2-1)

Keterangan:

𝑥𝑖: Data kriteria

𝑦𝑗: Centroid pada cluster j

4. Mengelompokkan setiap data berdasarkan

kedekatannya dengan centroid (jarak

terkecil).

5. Memperbaharui nilai centroid. Nilai

centroid yang baru didapatkan dari rata-rata

cluster yang bersangkutan dengan

menggunakan rumus:

𝑦𝑗(𝑡 + 1) =1

𝑁𝑠𝑗∑ 𝑥𝑗𝑗∈𝑠𝑗 (2-2)

Keterangan:

𝑦𝑗(𝑡 + 1): Centroid baru pada iterasi ke

t + 1

𝑁𝑠𝑗: Banyaknya data pada cluster j

6. Melakukan perulangan dari langkah 2

hingga 5 sampai anggota tiap cluster tidak

ada yang berubah.

7. Jika langkah 6 telah terpenuhi, maka nilai

pusat cluster pada perulangan terakhir akan

digunakan sebagai parameter untuk

menentukan klasifikasi data.

2.3. Sillhouette Coefficient

Metode pengujian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah metode Silhoutte

Coeffisient. Metode ini akan menguji kualitas

dari setiap cluster yang dihasilkan dengan

menggabungkan metode cohesion dan

separation.

Ada tiga langkah yang perlu dilakukan

untuk menghitung Silhoutte Coeffisient, yaitu:

1. Untuk setiap objek i, hitung rata-rata jarak

objek i dengan seluruh objek yang berada

dalam satu cluster. Maka akan didapatkan

nilai rata-rata yang disebut dengan ai.

Page 3: Clustering Mobilitas Masyarakat Berdasarkan Moda

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2461

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

2. Untuk setiap objek i, hitung rata-rata jarak

dari objek i dengan objek yang berada di

cluster lainnya. Dari semua jarak rata-rata

tersebut diambil nilai yang paling kecil.

Nilai ini disebut dengan bi.

3. Setelah itu maka nilai Silhoutte Coeffisient

dari objek i adalah:

𝑆𝑖 = (𝑏𝑖 − 𝑎𝑖)/𝑚𝑎𝑥(𝑎𝑖 , 𝑏𝑖) (2-3)

Keterangan:

𝑎𝑖: Rata-rata jarak objek i terhadap

seluruh objek di dalam cluster

𝑏𝑖: Rata-rata jarak objek i terhadap

seluruh objek di luar cluster

Ukuran nilai Silhoutte Coeffisient

(Kaufman dan Rousseeuw, 2008):

• 0,7 < SC <= 1 Strong structure • 0,5 < SC <= 0,7Medium structure • 0,25 < SC <= 0,5Weak structure • SC <= 0,25 No structure

3. PEMBAHASAN

3.1. Proses Clustering

Contoh perhitungan clustering dengan

menggunakan metode k-means ini dilakukan

terhadap 26 data lintasan. Langkah-langkah

proses clustering menggunakan metode k-means

dijelaskan secara rinci di bawah ini:

1. Tentukan nilai k, yaitu jumlah cluster yang

akan dibentuk. Dalam contoh kali ini akan

ditentukan nilai k adalah 3, sehingga akan

terbentuk 3 cluster.

2. Tentukan centroid atau pusat cluster.

Karena nilai k adalah 3, maka akan dipiplih

titik tengah cluster sebanyak 3 titik. Titik

pusat cluster ini dipilih secara acak.

Nantinya nilai titik pusat cluster (centroid)

akan berubah setiap selesai sekali proses

clustering. Setiap sekali proses clustering

anggota cluster yang terbentuk juga tidak

akan sama dengan proses clustering

sebelumnya. Karena nilai centroid awal

ditentukan secara acak, maka ada

kemungkinan proses clustering

membutuhkan banyak perulangan apabila

nilai awal centroid terlalu jauh dari centroid

yang terbentuk pada cluster terbaik. Pada

perancangan ini diambil satu contoh

percobaan. Dari hasil pemilihan centroid

secara acak, maka diperoleh centroid untuk

masing-masing cluster sebagai berikut:

C1 = (41.765052, 83.34479, -777,

41.765113, 83.345118, -777, …, - 777)

C2 = (34.754773, 113.650028, -777, 34.756763, 113.649385, …, -777)

C3 = (41.140963, 80.29841, -777, 41.13767, 80.289385, -777, …, -777)

3. Selanjutnya hitung jarak setiap objek data

terhadap setiap centroid yang terbentuk.

Hasil dari perhitungan ini akan menjadi

penentu data tersebut berada pada cluster

yang mana. Perhitungan jarak ini dihitung

menggunakan rumus Eucledian Distance

seperti pada rumus 2.1. Contoh perhitungan

data lintasan pertama terhadap centroid

pertama adalah sebagai berikut:

d1 =

√(39.893397 − 41.765052)2 + ⋯ + (−777 − (−777))2

= 180.9247425

Contoh perhitungan data lintasan

pertama dengan centroid kedua adalah

sebagai berikut:

d2 =

√(39.893397 − 34.754773)2 + ⋯ + (−777 − (−777))2

= 31.12279205

Contoh perhitungan data lintasan

pertama dengan centroid ketiga adalah

sebagai berikut:

d3 =

√(39.893397 − 41.140963)2 + ⋯ + (−777 − (−777))2

= 198.1061559

4. Setelah mengetahui jarak setiap objek data

dengan setiap centroid, pilih jarak yang

paling dekat dan masukkan data tersebut ke

dalam cluster yang di dalamnya terdapat

centroid dengan jarak yang paling dekat

dengan data tersebut. Contohnya pada hasil

perhitungan jarak di atas, data nomor 1

memiliki jarak yang paling dekat dengan

centroid 2, maka data nomor dimasukkan

ke dalam cluster 2

5. Setelah semua data masuk ke dalam setiap

cluster, hitung rata-rata atribut pada setiap

cluster untuk dijadikan centroid baru pada

cluster tersebut. Perhitungan rata-rata ini

menggunakan rumus 2.2. Contoh

perhitungan centroid baru adalah sebagai

berikut:

Misal pada cluster 1 terdapat 10

anggota. Maka setiap atribut pada tiap-tiap

data dijumlahkan kemudian dibagi

sebanyak jumlah anggota.

Page 4: Clustering Mobilitas Masyarakat Berdasarkan Moda

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2462

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

C11 = 41.147205+43.774235+⋯+43.15195

10 = 42.2215328

C12 = 109.619872+95.457762+⋯+95.470535

10 =

88.0972963

...........................

C190 = −777+(−777)+⋯+(−777)

10 = -777

Pada cluster 2 terdapat 12 anggota,

sehingga perhitungan atribut centroid baru:

C21 = 39.893397+39.50293+⋯+39.1657

12 = 36.1647855

C22 = 116.313677+116.714948+⋯+117.20348

12 =

114.358932

...........................

C290 = −777+(−777)+⋯+16

10 = -566.5

Pada cluster 3 terdapat 4 anggota,

maka perhitungan atribut centroid baru

sebagai berikut:

C31 = 41.140963+39.473332+39.471673+39.492748

4 =

39.894679

C32 = 80.29841+75.988222+75.98658+76.047162

4 =

77.0800935

...........................

C390 = −777+(−777)+⋯+(−777)

4 = -777

Keterangan:

C11 = atribut 1 pada centroid cluster 1.

C12 = atribut 2 pada centroid cluster 1.

C190 = atribut 90 pada centroid cluster

1.

C21= atribut 1 pada centroid cluster 2.

C22 = atribut 2 pada centroid cluster 2.

C290 = atribut 90 pada centroid cluster

2.

C31 = atribut 1 pada centroid cluster 3.

C32 = atribut 2 pada centroid cluster 3.

C390 = atribut 90 pada centroid cluster

3.

6. Setelah mendapatkan centroid baru, ulangi

langkah 3 sampai 5 hingga setiap anggota

cluster dan centroid tiap cluster tidak

berubah. Pada percobaan kali ini, proses

berhenti pada perulangan ke-6.

4. PENGUJIAN DAN ANALISIS

4.1. Pengujian Kualitas Cluster

Kualitas cluster dilihat berdasarkan nilai

rata-rata silhouette coefficient. Setiap percobaan

clustering menggunakan nilai k yang berbeda-

beda untuk diketahui nilai k yang paling tepat

dan menghasilkan kualitas cluster yang paling

baik. Data yang digunakan dalam pengujian

adalah 100 data lintasan dari 5 orang yang

berbeda. Masing-masing orang diwakili 20

lintasan.

Pengujian kualitas cluster ini dilakukan

sebanyak 10 kali dengan nilai k mulai dari 3

sampai 12. Hasil dari pengujian kualitas cluster

ditampilkan tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pengujian Kualitas Cluster

Silhouette Coefficient

Pengujian 1 (k=2) 0.658923826

Pengujian 2 (k=3) 0.720749771

Pengujian 3 (k=4) 0.718863788

Pengujian 4 (k=5) 0.670422407

Pengujian 5 (k=6) 0.692242069

Pengujian 6 (k=7) 0.696811609

Pengujian 7 (k=8) 0.630570671

Pengujian 8 (k=9) 0.552190494

Pengujian 9 (k=10) 0.636142387

Pengujian 10 (k=11) 0.546994785

4.2. Pengujian Ketepatan Cluster

Ketepatan cluster diuji dengan cara

mencocokkan hasil cluster dengan data real

berdasarkan moda transportasi. Moda

transportasi yang ada pada data yang diuji antara

lain mobil pribadi, taksi, bus, kereta, dan kereta

bawah tanah. Nilai k pada pengujian ketepatan

cluster ini adalah 5 karena disesuaikan dengan

jumlah jenis moda transportasi yang ada pada

data lintasan yang diuji.

Jumlah anggota cluster berdasarkan moda

transportasi hasil dari pengujian ketepatan

cluster ditampilkan pada tabel 2.

Tabel 2. Hasil Pengujian Ketepatan Cluster

Moda Jumlah

C

l

u

s

t

e

r

1

Mobil 0

Bus 0

Kereta 0

Kereta bawah tanah 20

Taksi 0

C

l

u

Mobil 0

Bus 0

Kereta 20

Page 5: Clustering Mobilitas Masyarakat Berdasarkan Moda

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2463

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

s

t

e

r

2

Kereta bawah tanah 0

Taksi 0

C

l

u

s

t

e

r

3

Mobil 20

Bus 20

Kereta 0

Kereta bawah tanah 0

Taksi 0

C

l

u

s

t

e

r

4

Mobil 0

Bus 0

Kereta 0

Kereta bawah tanah 0

Taksi 10

C

l

u

s

t

e

r

5

Mobil 0

Bus 0

Kereta 0

Kereta bawah tanah 0

Taksi 10

4.3. Analisis Kualitas Cluster

Pada tahap analisis kualitas cluster, tingkat

kualitas cluster dilihat dari rata-rata nilai

silhouette coefficient. Nilai tersebut didapatkan

dari rata-rata jarak data terhadap data lain di luar

cluster dikurangi dengan rata-rata jarak data

terhadap data lain di dalam satu cluster.

Selanjutnya hasil pengurangan tersebut dibagi

dengan nilai terbesar antara kedua nilai yang

telah dihitung sebelumnya.

Berdasarkan pengujian clustering yang

telah dilakukan terhadap 100 data lintasan dari 5

orang yang berbeda, didapatkan nilai silhouette

coefficient yang berbeda-beda setiap k yang

berbeda. Pada gambar 1 adalah grafik nilai rata-

rata silhouette coefficient pada pengujian 1

sampai pengujian 10.

Gambar 1. Grafik Rata-rata Nilai Silhouette

Coefficient pada Pengujian

Pada gambar 1 diketahui grafik rata-rata

nilai silhouette coefficient pada masing-masing

pengujian. Terlihat nilai tertinggi ada pada

pengujian kedua dengan nilai k = 3. Pada

pengujian kedua rata-rata nilai silhouette

coefficient adalah 0,720749771. Hal ini

disebabkan karena ada 3 moda transportasi yang

memiliki rute hampir mirip yaitu Bus, Mobil

Pribadi, dan Taksi. Sehingga memiliki nilai

silhouette coefficient yang baik jika hanya

membentuk 3 cluster saja. Sedangkan nilai

terendah ada pada pengujian kesepuluh dengan

nilai k = 11, yaitu 0,546994785.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kualitas

cluster yang dihasilkan adalah medium atau

sedang karena nilai silhouette coefficient berada

di antara 0.5 – 0.7.

4.4. Analisis Ketepatan Cluster

Pada tahap analisis ketepatan cluster ini,

ketepatan cluster ditentukan dari banyaknya

jumlah mayoritas moda transportasi pada tiap

cluster dibanding dengan banyaknya jumlah

anggota pada cluster tersebut.

Berikut perhitungan ketepatan cluster

merujuk pada data di tabel 2:

• Cluster 1: Mayoritas moda transportasi

adalah Kereta bawah tanah dengan jumlah

20 dan jumlah seluruh anggota cluster

adalah 20.

Maka ketepatan cluster adalah 20

20× 100% =

100%

• Cluster 2: Mayoritas moda transportasi

adalah Kereta dengan jumlah 20 dan jumlah

seluruh anggota cluster adalah 20.

0

0,1

0,2

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8Grafik Rata-rata Nilai Silhouette

Coefficient

Page 6: Clustering Mobilitas Masyarakat Berdasarkan Moda

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 2464

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Maka ketepatan cluster adalah 20

20× 100% =

100%

• Cluster 3: Mobil dan Bus sama-sama

berjumlah 20 dan anggota cluster adalah 40.

Maka ketepatan cluster adalah 20

40× 100% =

50%

• Cluster 4: Mayoritas moda transportasi

adalah Taksi dengan jumlah 10 dan jumlah

seluruh anggota cluster adalah 10.

Maka ketepatan cluster adalah 10

10× 100% =

100%

• Cluster 5: Mayoritas moda transportasi

adalah Bus dengan jumlah 10 dan jumlah

seluruh anggota cluster adalah 10.

Maka ketepatan cluster adalah 10

10× 100% =

100%

• Rata-rata ketepatan cluster adalah:

100% + 100% + 50% + 100% + 100%

5= 90%

Bus dan Mobil Pribadi masuk ke dalam

cluster yang sama karena kedua moda

transportasi tersebut memiliki rute lintasan yang

hampir mirip. Sedangkan Taksi terbagi ke dua

cluster yang berbeda karena tersisa 2 cluster

setelah Bus dan Mobil Pribadi masuk ke dalam

satu cluster.

5. PENUTUP

Kesimpulan yang diambil dari penelititan

ini adalah:

1. Metode k-means dapat diimplementasikan

untuk clustering mobilitas masyarakat

dengan cara menjadikan rangkaian titik

koordinat yang terdiri dari latitude,

longitude, dan altitude yang mewakili satu

data lintasan menjadi atribut dalam

perhitungan clustering.

2. Kualitas clustering dilihat dari nilai

silhouette coefficient masuk pada kategori

sedang sampai baik pada k yang mendekati

jumlah moda transportasi. Sedangkan pada

k semakin jauh dari jumlah moda

transportasi, semakin buruk kualitas

cluster.

DAFTAR PUSTAKA

Han, J. dan Kamber, M., 2006. Data Mining:

Concepts and Techniques, Second Edition.

Morgan Kaufmann Publisher.

Irwanto, 2016. Penerapan Data Mining Untuk

Mengetahui Pola Pemilihan Program Studi

Mahasiswa Baru UIN Sunan Kalijaga

Menggunakan Algoritma K-means

Clustering. Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga. Yogyakarta.

Hastuti, N.F. 2013. Pemanfaatan Metode K-

means Clustering dalam Penentuan

Penerima Beasiswa. Universitas Sebelas

Maret. Surakarta.

Zheng, Y., 2007. GeoLife: Building Social

Networks Using Human Location History.

https://www.microsoft.com/en-

us/research/project/geolife-building-social-

networks-using-human-location-history/

Andayani, S. 2007. Pembentukan Cluster dalam

Knowledge Discovery in Database dengan

Algoritma KMeans. Seminar Nasional

Matematika dan Pendidikan Matematika

2007. Universitas Negeri Yogyakarta.

Yogyakarta.

Santosa, B. 2007. Data Mining Teknik

Pemanfaatan Data untuk Keperluan Bisnis.

Graha Ilmu. Yogyakarta.

Agusta, Y. 2007. K-Means-Penerapan,

Permasalahan dan Metode Terkait. Jurnal

Sistem dan Informatika Vol.3, 47-60.

Nuningsih, S. 2010. K-Means Clustering: Studi

Kasus pada Data Pengujian Kualitas Susu

di Koperasi Peternakan Bandung Selatan.

Jurusan Matematika FMIPA, Universitas

Pendidikan Indonesia. Bandung.

Kaufman, L. dan Rousseeuw, P.J., 2008. Finding

Groups in Data: An Introduction to Cluster

Analysis. John Wiley & Sons, Inc.