chayen di negeri gajah putih

178

Upload: ycab-publisher

Post on 29-Jul-2016

314 views

Category:

Documents


29 download

DESCRIPTION

This book contains the lived experiences of Indonesian students in Thailand

TRANSCRIPT

Page 1: Chayen di negeri gajah putih
Page 2: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 2  

Yayasan Cipta Anak Bangsa

(YCAB)

CHAYEN DI NEGERI

GAJAH PUTIH

Ramadhan Tosepu Joko gunawan

Hasanuddin Nuru Suparman

Tri Hari Irfani Haerul Imam

Page 3: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 3  

CHAYEN DI NEGERI GAJAH PUTIH

Oleh: Ramadhan Tosepu, Joko gunawan, Hasanuddin Nuru, Suparman, Tri Hari Irfani, Haerul Imam © Yayasan Cipta Anak Bangsa (YCAB) 2016  

Yayasan Cipta Anak Bangsa (YCAB) Perumahan Kendari Permai Blok P 2 Nomor 1 Kendari, Sulawesi Tenggara Site: www.stikbar.org

Email: [email protected] Ilustrasi Dalam : Tim YCAB Ilustrasi Sampul : Tim YCAB Cetakan Pertama 2016 Katalog Dalam Terbitan (KDT) Chayen di Negeri Gajah Putih; Ramadhan Tosepu, Joko Gunawan, Hasanuddin Nuru, Suparman, Tri Hari Irfani, Haerul Imam

X, 176 hlm; 14 x 20 cm. ISBN 978-602-71191-0-9

Hak Cipta dil indungi Undang-undang. Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan caraapa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis dari penerbit.

Page 4: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 4  

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas segala

Rahmat dan Hidayah Allah SWT sehingga buku

“Chayen di Negeri Gajah Putih” ini dapat selesai

dan terbit tepat pada waktunya. Kata Chayen dalam

judul buku ini bermakna minuman khas tradisional

Thailand. Dan minuman ini pula yang banyak

memberikan inspirasi para penulis dalam

menyelesaikan berbagai persoalan tugas-tugas

kampus maupun tugas lainnya.

Buku ini berisi tentang cerita pengalaman

selama menempuh pendidikan di Thailand. Sajian

tulisan ini dibuat sesederhana mungkin, dimaksudkan

agar pembaca mudah mengerti dan memahami

maksud dari setiap peristiwa yang di tulis penulis.

Membaca buku ini akan membawa pembaca seolah-

olah berada dalam peristiwa tersebut, ini disebabkan

karena pemilihan kalimat yang sederhana.

Peristiwa dan nama-nama yang berada dalam

buku ini dimuat secara utuh, ini dilakukan agar esensi

dari tulisan tidak hilang dan tetap mewarnai setiap

peristiwa yang ada. Namun, jika tulisan

Page 5: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 5  

dikhawatirkan memberikan salah tafsir oleh pembaca

maka nama dalam cerita tersebut disamarkan dengan

menggunakan nama lain.

Akhirnya, kami menyampaikan terima kasih

kepada mahasiwa Indonesia yang kuliah di Thailand

atas segala sumbangsih dan motivasinya. Kepada

masyarakat Indonesia yang tinggal di Thailand atas

bebagai informasi tentang seluk beluk masyarakat

Thailand. Terkhusus bapak Duta Besar Republik

Indonesia untuk Kerajaan Thailand Drs. H. Lutfi

Rauf, MA, dan bapak Atase Pendidikan Kedutaan RI

untuk Thailand Dr. Yunardi Yusuf, atas segala

motivasi dan bimbingannya kepada para penulis.

Kepada bapak Dr. Hamam Supriyadi putra terbaik

Indonesia yang mengajar di Thammasat University

Thailand, atas sumbangsih tenaga dan fikiran dalam

berbagai diskusi tentang keberagaman di Thailand,

dan buku kami dedikasikan kepada saudara kami

Alm. Sopian Hadi (Mahasiswa S3 Universitas

Chulalongkorn) atas segala persaudaraan yang selama

ini kita lalui, “Moga buku ini menjadi amal jariyah

buatmu”. Semoga buku ini bermanfaat bagi kita

semua.

Bangkok, Februari 2016

Page 6: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 6  

 

“Harapan itu Masih Ada, Walaupun

Hanya Sekecil Buih di Lautan” (Ramadhan

Tosepu)

“Setiap Kata Baik Yang Terucap Atau

Yang Di Dalam Hati Dan Pikiran Adalah Do'a” (Suparman)

“Find A Good Place, Meet The Great

Brains And Learn” (Joko Gunawan)

“Segala Usaha Baiknya Diir ingi Dengan

Do’a” (Hasanuddin Nuru)

“SEMANGAT” (Tri Hari Irfani)

“MAKE ALLAH AS LIFE PURPOSE” “Jadilah Orang Bermanfaat Dimanapun

Kau Berada” (Haerul Imam)

Page 7: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 7  

DAFTAR ISI

Dibalik Manisnya Chayen…………………………… Belajar di Meja Chayen……………………………… Teh Tarik dan Persahabatan………………………… Taruhan Publikasi Jurnal Internasional……………… Pengumuman Pemenang Publikasi Ilmiah Chayen…… Bukan Mahasiswa Biasa……………………………… Belajar yang baik-baik dari orang Thai………………. Pak Supri & Petuah Sang Dosen……………………… Belajar di Negeri Gajah………………………………. Syok…………………………………………………… Antara Ekspektasi dan Realita……………………… Mukhoyam…………………………………………….. Protester Boikot Pemilu Thailand…………………….. Upacara Kenegaraan Di Tanah Bangkok……………... Ngaji Di Tanah Budha………………………………… Saum di Negeri Budha………………………………... Syiah Di Negeri Budhis………………………………. Camping + Ibadah…………………………………….. Si Bisu Yang Rajin Shalat…………………………….. Selamat Jalan Bang Sopian…………………………… Untukmu Saudaraku………………………………….. Empek-Empek Kapal Selam “Limited Edition”……… Tom Yum……………………………………………... Manisnya Buah Asam………………………………… Sop Daging Babe…………………………………….. Zam-Zam……………………………………………… Sepeda Keliling Bangkok……………………………... Bahasa “Tarzan”……………………………………….

8 12 15 20 24 27 31 37 41 43 49

58 61 64

68 70 73 77 79 83 91

94 97

103 107 109

112 115

Page 8: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 8  

Transportasi Sungai…………………………………… Malu Dan Sombong………………………………….. Taksi………………………………………………….. Lost in Bangkok……………………………………… Kaum Penyuka Sesama Jenis…………………………. Pacaran Dengan Bisex, Berteman Dengan Gay………. Mungkinkah Ia Lesbian?................................................ Perbatasan Surga Dan Neraka………………………… Golden Boys………………………………………….. Rca Route 66…………………………………………. Perasaanku berakhir di Chayen………………………. Satu Kepala Satu Jam…………………………………. Rugi Atau Untung?........................................................ “Tou Rai Khrub?”…………………………………….. Uniknya Nonton Bioskop Di Thailand……………….. Apartemen Versus Kondo……………………………..

Profil Penulis

119 122 125 127

129 131 136 140 142 145 149

154 157 160 164 166

Page 9: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 9  

DIBALIK MANISNYA

CHAYEN

Joko  Gunawan  

Pak Purwanto, mahasiswa S3 di Universitas

Mahidol, memberikanku gelar sebagai Presiden of

Chayen dikarenakan saya selalu berada disini

menikmati indahnya malam di Bangkok.

Sejak tahun 2013, saya tinggal didaerah gang

muslim di Petchburi soi 7 Bangkok, dimana didepan

gang tersebut ada satu toko terbuka di trotoar, tempat

nongkrong yang menurut saya kuranglah menarik

untuk seukuran Bangkok. Namun yang membuat saya

heran adalah banyaknya orang yang datang kesini

hingga ngantri lama hanya untuk duduk manis dan

ngobrol sampai larut malam. Dan kulihat banyak juga

mahasiswa-mahasiswi yang datang kesini hingga

akhirnya saya memutuskan untuk mencoba seperti

apa rasanya minuman tersebut.

Page 10: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 10  

Singkat kata saya pun memesan teh susu

berwarna coklat pekat, belum taunya namanya dan

salah satu pelayan toko tersebut bilang bahwa ini cha

yen atau cha nom yen. Dan rasanya lumayan enak dan

sangat manis, bagus untuk menambah glukosa untuk

orang-orang yang habis lari atau kebanyakan berpikir

yang membutuhkan banyak energi. Namun jika

kebanyakan, tentu perut anda melebar dan diabetes

pun bisa muncul.

Alhasil, malam demi malam saya pun terlena

dengan manisnya chayen, ditambah lagi manisnya

mahasiswa mahasiswi yang nongkrong disini. Yah

sekedar pemanisnya tempat ini. Hingga sampai detik

ini (2016) saya pun masih duduk disini mengisi hari-

hari di negeri gajah putih ini.

Namun jangan salah, dari meja kecil dan

minuman chayen inilah cerita saya dimulai. Disinilah

saya bertemu dengan orang-orang hebat, seperti

Hasanuddin nuru yang tahun 2013 bertemu dengan

beliau. Beliau menuntun saya saat di Bangkok dimana

beliau menjadi Presiden Permitha saat itu. Beliau juga

satu jurusan dengan saya yaitu keperawatan. Namun

saat itu saya sedang ambil S2 dan beliau ambil S3.

Dengan beliaulah ilmu keperawatan bertambah dan

Page 11: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 11  

disini juga saya belajar merencanakan pembuatan

seminar dan konferensi keperawatan bersama-sama

dengan teman-teman Permitha (Perhimpunan

Mahasiswa Indonesia di Thailand). Saat itu juga saya

ditemani oleh Doni dan Yoski, mahasiswa S2

Chulalongkorn University yang setia menemani

membuat seminar tersebut. Dua konferensi berhasil

dilaksanakan dengan sukses berkat bantuan mereka,

tentunya bangga punya teman seperti mereka. Dari

pencapaian tersebut dan pencapaian akademikku, saya

pun dilirik oleh dekan fakultas keperawatan saya

belajar, Prof. Yupin Aungsuroch. Beliau menawarkan

saya untuk melanjutkan pendidikan langsung S3

keperawatan tanpa harus menyelesaikan S2. Dan

tanpa pikir panjang saya pun mengambil kesempatan

itu.

Tahun 2014, saya menjalankan pendidikan S3

keperawatan, hal yang tidak pernah terpikirkan

sebelumnya. Kemudian saya bertemu dengan

seseorang lagi di meja Chayen yaitu pak Ramadhan

Tosepu, mahasiswa S3 Universitas Mahidol. Beliau

mengajarkanku banyak hal. Dan disinilah

pengembangan dunia akademik dimulai. Dari belajar

publikasi ilmiah internasional bersama beliau sampai

Page 12: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 12  

publikasi di Koran dan media lainnya. Beliau adalah

sosok luar biasa yang patut diacungkan jempol.

Bersama beliau juga saya bisa membuka yayasan

Belitung raya dan kedepannya kita akan membuka

sekolah bersama, namun beliau sudah lama membuka

sekolah sebelumnya. Sampai saat ini 2016, kita

kolaborasi bersama yang kedepannya mudah-

mudahan silaturahmi ini akan tetap terjaga.

Selain Hasanuddin Nuru dan pak Ramadhan

Tosepu. Di meja chayen inilah akhirnya kita mulai

membuat grup chayen dari 3 orang hingga saat ini

bertemu dengan Irfan, pak Suparman, dan Haerul

imam yang mulai asyik gabung bersama kami

memikirkan inovasi-inovasi yang bisa dikembangkan

baik dari bidang akademik, bisnis, dan bidang-bidang

lainnya.

Namun semua hal ini tidak lain adalah berkat

minuman yang sangat manis yang dikenal dengan

Chayen.

Page 13: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 13  

BELAJAR DI MEJA

CHAYEN

Hasanuddin  Nuru  

Seperti kata orang dahulu bahwa belajar itu

tidak hanya dalam situasi formal seperti dalam kelas

tetapi dimana saja kamu berada jika kamu mau belajar

itu sah-sah saja. Seperti yang yang telah dilakukan

Chayen Team (Joko Gunawan, Ramadhan Tosepu,

Hasanuddin Nuru, Tri Irfani dan Suparman)

sebuah geng belajar yang selalu aktif belajar tidak

hanya dibangku kuliahnya tetapi juga di meja Chayen.

Perlu saya terangkan bahwa Chayen adalah

sebuah minuman khas anak muda di Thailand yang

dibuat dari campuran susu, teh dan es. Minuman ini

banyak di konsumsi oleh anak muda di Thailand

khususnya pada malam-malam libur, termasuk

pelajar-pelajar Indonesia yang sedang menempuh

pendidikan di negeri gajah putih ini. Sambil

Page 14: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 14  

meminum chayen mereka pun berdiskusi sambil

bercanda ria di kafe-kafe pinggir jalan.

Disinilah awal mula terbentuknya Chayen

Team dari kafe-kafe pinggir jalan yang menjajakan

chayen kemudian kami bertemu. Awalnya kami hanya

bercanda, bercerita tentang identitas kami masing-

masing, kemudian berlanjut sampai kegiatan yang

kami lakukan dikampus masing-masing dan berakhir

dengan memikirkan bangsa Indonesia. Tidak jarang

kami bercanda bahwa suatu hari bakal ada calon

pemimpin bangsa Indonesia yang lahir dari meja

Chayen ini. Hampir setiap pekan pertemuan pun terus

terjadi di meja chayen lalu kemudian muncullah ide-

ide cemerlang dari kami salah satunya adalah

membuat jurnal internasional. Dan Alhamdulillah hal

itupun terealisasi diawali oleh karya Mas Joko

Gunawan dan Pak Ramadhan Tosepu, menyusul

saya dan terakhir mas Tri irfani. Begitupun dengan

buku ini semua ini tergagas dari meja chayen.

Singkat cerita bisa disimpulkan bahwa

kreatifitas seseorang, tidak hanya lahir dari

pendidikan formal di bangku sekolah/kuliah

melainkan dari kesadaran individu dan dorongan

lingkungan sekitar kita, Alhamdulillah saya sangat

Page 15: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 15  

bersyukur bertemu dengan teman-teman yang bisa

memotivasi saya untuk selalu berkarya, terima kasih

saudaraku Mas Joko Gunawan, Pak Ramadhan

Tosepu dan Mas Tri Irfani semua kenangan di meja

Chayen akan selalu teringat, sukses buat kalian

semua, Amiin.

Page 16: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 16  

TEH TARIK DAN

PERSAHABATAN

 Tri  Hari  Irfani  

   

Rosulullah pernah berkata mengenai

persahabatan yang diriwayatkan oleh muslim bahwa

perumpanan sahabat adalah seperti orang beriman

yang berkasih sayang dan saling rahmat merahmati

dan didalam kemesraan sesama mereka adalah seperti

satu tubuh, apabila satu anggota merasa sakit, maka

seluruh tubuh akan ikut merasakannya dan

membantunya. Sahabat juga akan senantiasa

mendoakan kebaikan dan selalu berkorban untuk

sahabatnya. Inilah apa yang saya rasakan ketika

menginjakan kaki di negeri gajah putih.

Setelah memenuhi semua persyaratan, izin

dan persiapan, saya berangkat menuju Thailand.

Page 17: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 17  

Terlebih dahulu saya telah menghubungi salah satu

anggota perhimpunan mahasiswa di Thailand untuk

bantuan akomodasi terutama tempat tinggal, karna

mencari tempat tinggal jauh lebih baik sebelum

berangkat ke tempat tujuan dari pada mencari ketika

tiba di tempat tujuan. Saya memutuskan untuk datang

lebih kurang 3 minggu sebelum jadwal kuliah dimulai

untuk memudahkan diri beradaptasi dengan

lingkungan, tempat tinggal, tempat makan, dan tempat

ibadah. Salah seorang anggota Permitha dengan baik

hati membantu saya mencarikan alamat tempat

tinggal yang strategis dengan harga standar. Setelah

datang ke lokasi tempat tinggal, saya diperkenalkan

dengan anggota lainnya yang juga tinggal di tempat

yang sama. Beberapa dari mereka kuliah master dan

doktor di Chulalongkorn dan Mahidol (karena lokasi

tempat tinggal tidak jauh dari universitas-universitas

tersebut). Disinilah saya diperkenalkan dengan satu

anggota yang juga merupakan bahasiswa S3 di

Universitas Mahidol bernama Pak Ramadhan

Tosepu (Beliau juga menulis di buku ini) sebagai

“guide” saya untuk mengenal lebih jauh terhadap

Thailand dan Universitas di tempat saya belajar.

Page 18: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 18  

Beliau membimbing saya ke universitas dimana

tempat saya kuliah sebelum kelas dimulai.

Waktu kuliah yang masih sekitar 2 mingguan,

saya sempatkan untuk mengenal tempat dimana saya

tinggal dan mencari lokasi ibadah dan makanan halal

mengingat saya tinggal di negara yang mayoritas

beragama Budha. Bersama pak Ramadhan, saya juga

diperkenalkan dengan mahasiswa asal Palembang

yang kuliah di Chulalongkorn bernama Pak Alim.

Saya merasa bahagia sekaligus senang bisa bertemu

teman satu asal di negara orang. Beliau amat sangat

membantu saya dalam melengkapi peralatan peralatan

tempat tinggal dan memperkenalkan saya dengan

orang-orang KBRI (Kedutaan Besar Republik

Indonesia). Dari situ pula, saya ditunjukkan tempat

makanan halal yang mayoritas adalah muslim yang

berada di tengah kota Thailand tepatnya di Soi 7

(muslim merupakan penduduk nomer dua terbanyak

di Thailand setelah Budha).

Setelah seharian jalan mengurus

perlengkapan, malam harinya pak Ramadhan

mengajak saya untuk keluar (mencari angin) mampir

di kafe kecil di pinggiran Soi 7 kota Bangkok;

Bangkok memang terkenal akan kafe-kafe kecil di

Page 19: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 19  

setiap hampir semua trotoar di pinggiran jalan utama.

Mereka menjual menu-menu khas makanan dari

Thailand. Di cafe tersebut, saya juga dikenalkan

dengan seorang teman dari Indonesia asal Bangka

Belitung yang juga sedang melanjutkan pendidikan

doktor di Universitas Chulalongkorn bernama Joko

Gunawan (Beliau juga menulis di buku ini). Joko

gunawan adalah seorang perawat berasal dari Bangka

Belitung dan memiliki kesempatan untuk kuliah di

Thailand yang di fasilitasi dengan beasiswa dari

Universitas tempat beliau belajar. Bersama dengan

pak Ramadhan, saya di “suguhkan” minuman khas

dari Thailand yang biasa mereka sebut dengan

“Chayen” (Teh Tarik).

Banyak pengalaman yang saya dapat selama

berkumpul dengan mereka terutama saat mereka

menjelaskan mengenai publikasi penelitian; saya

memang sudah lama berkeinginan untuk

mempublikasi suatu penelitian sebelumnya, karena

keterbatasan informasi menyebabkan sulitnya

merealisasi hal tersebut. Mereka juga menjelaskan

mengenai jenis-jenis penelitian yang dibuat dan

dimana kita bisa mempublikasi penelitian tersebut.

“Review article” yang merupakan salah satu

Page 20: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 20  

penelitian yang bisa dipublikasi tanpa perlu

melakukan penelitian kelapangan. Selama ini saya

hanya tahu mengenai “Original Research” saja yang

bisa di publikasi. Dengan penjelasan tersebut, saya

tergerak untuk melakukan beberapa penelitian.

Alhasil dalam waktu satu bulan, dengan arahan dan

bantuan dari mereka, saya bisa mempublikasi satu

penelitian “Pilot Study” di jurnal international dan

kemudian disusul oleh beberapa penelitian lainnya.

Semoga persahabatan ini bisa selalu terjalin dan selalu

menghasilkan sesuatu yang positif terutama buat

kami, keluarga, bangsa dan negara.

Page 21: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 21  

TARUHAN PUBLIKASI

JURNAL

INTERNATIONAL

Ramadhan  Tosepu  

Kuliah diluar negeri merupakan sebuah

anugerah dan kesempatan yang tidak semua orang

diberi kesempatan. Berbagai tantangan untuk meraih

kesempatan itu, tak terkecuali materi menjadi

taruhannya. Tetapi dengan kesabaran dan keuletan

kesempatan tersebut bisa diraih, terlepas dari itu

semua dorongan, motivasi, dukungan orang-orang

disekitar turut berkonstribusi dalam meraih

kesuksesan itu. Bukan itu saja, kesempatan untuk

mendapatkan beasiswa juga tidak mudah. Untuk

meraihnya harus bersaing dengan calon penerima

lainnya yang tentunya semua memiliki keahlian dan

bakat masing-masing, hingga akhirnya pemerintah

atau pemberi beasiswa memberikan pilihannya

kepada kita.

Page 22: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 22  

Kesempatan ini tidak boleh disia-siakan,

diabaikan, dan dilewatkan begitu saja. Tujuan utama

penerima beasiswa tentunya belajar dan meraih gelar

yang diimpikannya. Tetapi terlepas dari semua itu,

menjadi mahasiswa asing memiliki tanggungjawab

yang besar. Tangung jawab itu bukan saja berupa

gelar akademik tetapi harus kita harus memiliki nilai

lebih dengan mahasiswa lainnya, baik itu sesama

mahasiswa asing maupun mahasiswa didalam negeri.

Ini sebuah beban yang berat, sehingga membutuhkan

kerja keras untuk mencari dan membina kelebihan

yang ada pada kita.

Mencari peluang sebagai nilai lebih

mahasiswa asing ada banyak cara, salah satunya

dengan memperbanyak publikasi international.

Bersama Joko Gunawan, mahasiswa Doctoral

Program, Faculty of Nursing, Chulalongkorn

University Thailand menyepakati sebuah pertaruhan

dan persaingan untuk publikasi international.

Pemilihan jenis taruhan ini sangat unik dan menarik

untuk diikuti. Tentunya jenis artikel yang

dipublikasikan itu tergantung dari gaya masing-

masing, misalnya bisa berbentuk original article,

short communication, review article, atau lainnya.

Page 23: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 23  

Tetapi yang lebih difokuskan pada area tulisan

“ASEAN Economy Community (AEC)”, ini

disebabkan karena bulan desember 2015 AEC akan

segera di mulai. Dan yang lebih menyengangkan lagi

ketika membuka mesin pencarian journal seperti

Scopus, Google Scholar, DOAJ, dll, tema-teman

artikel tentang AEC bidang nursing dan public health

masih sangat kurang bahkan nilainya tidak lebih dari

3. Sehingga muncullah prinsip dari taruhan ini “One

month one article”, taruhan ini akan berakhir pada

bulan desember 2015 yang saat itu juga akan

diumumkan pemenangnnya. Persaingan boleh saja

terjadi tetapi ide-ide tulisan biasa didiskusikan

bersama terutama mengenai pembangunan kesehatan

di Indonesia, ini sangat penting karena di Indonesia

memiliki sumber data yang banyak dan terkadang

hasilnya pun berbeda. Dalam publikasi inipun kami

tetap mengemban dan menjaga nilai-nilai ke

Indonesiaan, seperti jika terdapat data yang sangat

ekstrim tentang kesehatan di Indonesia ini butuh

penjelasan yang detail bahkan jika sangat ekstrim

kami tidak tampilkan, karena ketika artikel itu sudah

publish maka siapa saja akan menjadikan rujukan

dalam karya ilmiah lainnya.

Page 24: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 24  

Cara ini terus kami perluas dan perbanyak

tulis pada media social seperti facebook, bbm, twitter

tujuannya agar mahasiswa lainnya tergerak hatinya

untuk berkata itu bagus, tergerak mulutnya untuk

berdiskusi, dan tergerak tangganya untuk menulis. Ini

butuh kemauan yang kuat untuk berubah, hadir di

Thailand ini adalah sebuah takdir dari yang Maha

Kuasa. Terlebih perguruan tinggi di Indonesia

mengalami minim publikasi dengan cara tersebut

maka ini akan turut memberikan konstribusi yang

besar terhadap pendidikan tinggi di Indonesia.

Page 25: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 25  

PENGUMUMAN

PEMENANG

PUBLIKASI ILMIAH

CHAYEN

Joko  Gunawan  

Sejak tahun 2015, grup chayen mengadakan

kompetisi publikasi ilmiah di Jurnal Internasional.

Kita mempunyai moto yaitu “Satu Bulan, Satu

artikel”. Pemenangnya akan diumumkan pada tanggal

31 Desember 2015. Pemenang dalam kompetisi ini

akan ditentukan melalui jumlah artikel di akun google

scholar dimana yang mempunyai jumlah artikel

paling banyak ialah pemenangnya. Adapun hasil

publikasi teman-teman di grup chayen sebagai

berikut:

Tri Hari Irfani, Mahasiswa S2 di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Mahidol, adalah

seorang pendatang baru di grup chayen sejak juli

2015. Namun Irfan memutuskan untuk gabung dalam

Page 26: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 26  

kompetisi ini, hasilnya dia mendapatkan 3 artikel

publikasi jurnal internasional.

Hasanuddin Nuru, Kandidat PhD di

Fakultas Keperawatan Universitas Mahidol. Member

senior Chayen. Hasan mendapatkan 5 artikel. Saat ini

hasan sedang sibuk pengumpulan data disertasinya.

Bisa dibilang banyak publikasi yang akan muncul ke

depannya.

Ramadhan Tosepu, Kandidat PhD di

Fakultas Tropical Medicine, Universitas Mahidol.

Beliau adalah seseorang yang mengajarkanku tentang

bagaimana menulis manuscript di jurnal internasional.

Alhasil, beliau mendapatkan 11 artikel.

Saya, Joko Gunawan. Saya takut untuk

menyebutkan bahwa saya adalah pemenangnya. Akan

tetapi hasil tidak bisa menipu. Saya mendapatkan 13

artikel publikasi ilmiah. Mungkin saja inilah kekuatan

dari seseorang lelaki muda atau bisa saja senior

membiarkan saya menang.

Tentunya deskripsi hasil pengumuman

kompetisi ini lebih dari apa yang kita bayangkan

sebelumnya. Tahun 2015 merupakan tahun terbaik

dari tahun sebelumnya. Kita berharap bisa

Page 27: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 27  

meningkatkan pencapaian terutama di bidang ilmiah

pada tahun 2016 ini.

Dan satu lagi yang terpenting bahwa dari

kompetisi ini bukanlah semata hanya mengejar berapa

banyak jumlah artikel yang kita publikasikan, tapi

yang penting adalah informasi dan pengetahuan yang

ada di artikel tersebut. Karena kita saat ini sebagai

mahasiswa, dan satu hal yang penting dilakukan

adalah menulis.

Page 28: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 28  

BUKAN MAHASISWA

BIASA

Ramadhan  Tosepu  

Thailand terus mempersiapkan diri

menghadapi berlakunya ASEAN Economic

Community (AEC) yang akan dimulai pada Desember

2015, seluruh elemen Negara ini turut mengambil

bagian untuk mempromosikan dan mengelola sumber

daya yang dimilikinya. Secara eksternal mereka giat

mempelajari berbagai kebudayaan Negara-negara

yang tergabung dalam komunitas ASEAN. Upaya ini

dianggap penting karena pada AEC perpindahan

penduduk antar negera akan sangat cepat dan

kuncinya adalah dengan mengenal dan memahami

budaya Negara tersebut.

Pemerintah Thailand melalui kementerian

pendidikannya membuat sebuah program kuliner

Negara ASEAN, yang secara teknis acara ini

dilaksankan oleh e-Learning Center Rajabhat Suan

Dusit University Thailand. Perkembangan kuliner

Page 29: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 29  

Negara ASEAN di buat dalam bentuk video yang

selanjutnya akan disebarkan keseluruh universitas di

negera ini, yang kemudian akan diajarkan dan

dikenalkan kepada mahasiswa Thailand tentang

kuliner Negara ASEAN. Indonesia sebagai bagian

dari program tersebut melalui Atase Pendidikan

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)

Bangkok mengambil bagian dalam acara tersebut.

Melalui Atase pendidikan Indonesia di

Thailand, mengamanahkan tugas ini kepada Alim

Mardhi dan istri untuk menjadi chef pada acara

tersebut. Secara keilmuan bapak Alim mardhi tidak

memiliki relevansi dengan ilmu yang ditekuni saat ini

yakni sebagai staf pada Badan Tenaga Nuklir

Nasional (BATAN) Indonesia dan saat ini sebagai

mahasiswa magister chulalongkorn university, bidang

teknologi nuklir. Tetapi dengan keuletan dan

keseriusan mempelajari masakan Indonesia secara

professional yang akhirnya terpilih untuk mewakili

Indonesia dalam acara tersebut.

Sesi pengambilan gambar dilaksanakan di

laboratorium kuliner Rajabhat Suan Dusit University

Thailand, acara ini dipandu salah satu dosen

pengajarnya yakni Dr. Chutipapha yang juga sebagai

Page 30: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 30  

ahli kuliner Thailand. Melihat cara pengambilan

gambar tersebut dan gaya sang pembawa acara

terlihat sangat professional terlebih acara tersebut

dihadiri Dr. Amornvan sebagai kepala e-Learning

Center Rajabhat Suan Dusit University Thailand, ia

memantau sekaligus memberikan arahan dalam proses

pengambilan gambar. Sesekali Dr. Amornvan

menghentikan sementara acara tersebut untuk

mengingatkan kepada pemandu acara akan tata

bahasa. Sesi pengambilan gambar ini bukan saja

fokus pada cara memasak tetapi yang tak kalah

pentingnya adalah bahasa yang digunakan, antara

pemandu acara dan chef harus menggunakan tiga

bahasa yakni English, Thailand, dan Indonesia.

Terkadang keduanya lupa akan hal tersebut, tetapi

dengan adanya Dr. Amornvan situasi ini bisa

dikendalikan.

Alim Mardhi mendemonstrasikan lima

masakan Indonesia yakni, Rendang Padang sebagai

masakan andalan, dilanjutkan dengan Perkedel,

Gado-gado, Soto, dan Rujak Seru. Suasana

interaktif dibangun sedemikian rupa agar

pengambilan gambar berlangsung dengan baik. Alim

Mardhi yang dibantu sang istri dalam mengawali

Page 31: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 31  

masakan menjelaskan secara ringkas tentang asal usul

setiap masakan, terlihat pemandu acara serius untuk

memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh

chef tersebut.

Disela-sela acara tersebut hadir pula Mr.

Rangsan Mumana supervisor cooking Thailand. Ia

memberikan wejangan yang intinya seorang chef

harus memiliki pengetahuan yang baik tentang

makanan, karena chef yang professional harus

mengembangkan makanan yang ada saat ini. Bahan

dasar makanan semua hamper sama, tetapi cita rasa

akan berbeda ketika ada pengembangan bumbu dan

cara masak, demikian tuturnya

Page 32: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 32  

BELAJAR YANG

BAIK-BAIK DARI

ORANG THAI Suparman  

 

Beberapa waktu tinggal di bangkok saya

mendapatkan beberapa penilaian saya terhadap orang

Thai. saya jadi teringat kata-kata seorang teman

bahwa Indonesia itu masyarakatnya sangat agamis,

ramah, dan peduli pada orang lain,benarkah itu?

setelah saya perhatikan setiap kali saya jalan ke

kampus, berbicara dengan teman-teman Thai, setelah

saya belanja di pasar tradisional, juga ketika naik bus

untuk mengantar anak-anak sekolah ternyata apa yang

dikatakan teman tersebut yang juga sama seperti

bayangan saya sebelumnya bisa jadi perlu dikoreksi

lagi. Jika diamati secara seksama ada beberapa hal

baik yang saya pelajari dari orang Thai.

Mulai dari orang Thai sangat religius, kalau

diperhatikan secara seksama setiap rumah orang Thai

Page 33: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 33  

punya 1 atau 2 kuil kecil (sarn-chao-tee dan atau sarn-

pra-phoom) terletak di depan rumah yang tiap hari

diberi untaian bunga, dupa atau sesajen lain. Apa saya

di Indonesia melakukannya? Tentu tidak karena

kepercayaan saya beberbeda, tapi analogi dengan

yang mereka lakukan, apakah saya ketika sholat

mempersiapkan diri dan tempat seperti mereka?

Sarung, peci dan sajadah saya sudah sebulan lebih

belum dicuci. Apalagi harus memakai bunga,

wewangian dan sebagainya. ribet! kalau dipikir

sepertinya sholat saya hanya untuk menggugurkan

kewajiban saja. Lha bagaimana dengan mereka?

Apakah dikitab suci mereka mewajibkan itu?

Sepertinya tidak, jadi mereka melakukan itu karena

kebutuhan. Sepertinya mereka lebih akrab dengan

Tuhannya dibandingkan saya. Contoh yang lain,

ketika saya bergaul dengan teman-teman Thai jarang

sekali mereka menyebut nama Tuhannya, misal kalau

berjanji demi budha atau demi dewa yang lain. Di

Indonesia saya sering kali menyebut nama Tuhan

ketika berjanji, ketika berbuat salah atau untuk hal

yang sepele seperti lupa akan sesuatu, walaupun

setelah itu janji tetap diingkari, kesalahan selalu

diulang lagi. Walaupun jarang menyebut nama Tuhan,

Page 34: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 34  

tetapi mereka sangat baik. Ketika membantu

seseorang mereka dengan senang hati menjelaskan

ketika ditanya dan tidak bertanya agama saya apa.

Bagaimana dengan saya? Masih ingat ketika kuliah

dulu saya dan banyak juga kakak angkatan yang

sepertinya sangat baik siap membantu apapun tapi ya

tujuannya untuk melakukan rekruitment jamaah baru

untuk golongan saya saja. Kalau mereka menolak

untuk ikut kajian bersama saya musuhi mereka dan

tidak akan dibantu lagi. Mereka saya anggap diluar

golongan kami dan ndak perlu dibantu. Dari sini saya

menilai bahwa masyarakat Thai sangat mengenal

Tuhannya. Jadi tidak perlu menyeret-nyeret Tuhan

untuk menutupi kesalahan dan kebodohannya, atau

demi keuntungan yang lain, karena hanya orang yang

tak dekat dengan Tuhan saja yang suka menjual

namanya demi kepentingan di depan sesama manusia.

Untuk menunjukkan bahwa saya ini orang baik lho!

Orang Thai juga sangat menghormati orang

yang lebih tua, guru atau biksu. Mereka juga sangat

menyayangi anak-anak, setiap saya mengantar anak

sekolah dengan naik bus mereka selalu memberikan

tempat duduknya pada anak saya, rasanya seperti di

Indonesia tahun 90-an ketika naik bus kota kalau ada

Page 35: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 35  

ibu-ibu pasti tempat duduk saya akan saya berikan ke

ibu tersebut. Tidak tau sekarang apa itu masih terjadi

di Indonesia misalnya dikota besar seperti Jakarta.

Orang Thai jujur pengalaman ini saya dapat

saat beli baju anak di pasar saya tanya dalam bahasa

Thai. Penjual baju itu menjawab 120 saya dengarnya

220 dan saya setuju, ketika saya bayar 220 pedagang

itu mengembalikan 100 bath sambil ngomong

harganya 120 bath bukan 220 bath. Pengalaman lain

ketika saya beli telur di warung kelontong yang ada

diapartement, ketika saya mau ambil telur yang di rak

bagian atas penjual di warung itu melarang katanya

itu telur yang sudah agak lama ambil saja yang ini

baru datang tadi jadi lebih baru. Mungkin sulit

menemukan hal ini pada diri saya sekarang. Pola pikir

saya sudah pola pikir pedagang yang penting untung

besar tidak peduli orang lain. Keuntungan material

adalah segalanya.

Budaya terlambat tak ada di Thailand, ini

pukulan yang sangat keras bagi saya yang setiap

ngajar atau rapat selalu terlambat tapi masih bisa

ketawa-ketawa atau sok berwibawa disertai sejuta

alasan agar orang tahu kalau saya adalah orang yang

sangat sibuk jadi logis kalau terlambat. Gara-gara

Page 36: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 36  

kebiasaan terlambat disegala hal ini, saya kena

“semprot” Ajarn (sebutan guru dalam bahasa Thai)

karena mengerjakan tugas di akhir waktu. Di sini

mungkin yang sering terlambat adalah kereta api

karena kadang kereta harus nunggu mobil lewat dan

mungkin ini tak pernah ada di Indonesia.

Satu hal lagi kebaikan orang Thai yang cukup

menarik bagi menurut saya, mereka totalitas dalam

mengerjakan sesuatu. kebanyakan Ajarn di group

research kami belum menikah dari 5 orang hanya 1

yang sudah menikah, itupun menikahnya bisa dibilang

sangat terlambat. Kata teman saya kenapa mereka

tidak menikah ataupun punya pacar, mereka tidak

punya waktu untuk itu. Sepertinya beliau-beliau total

mengabdikan hidupnya untuk ilmu pengetahuhan.

Mereka menginfakkan hidupnya untuk kemajuan ilmu

pengetahuan. Seperti halnya seorang biksu yang rela

tidak merasakan nikmatnya dunia demi

pengabdiannya pada sang Pencipta. Atau seperti

seorang sufi yang rela hidup miskin demi ma’rifat

kepada Allah.

Itulah sedikit yang bisa disampaikan pada

tulisan ini pelajaran yang baik dari orang Thailand.

Tentu mereka punya kelemahan atau keburukan tetapi

Page 37: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 37  

bagi saya tak ada untungnya menilai apalagi

mengikuti keburukan orang. Saya belajar dengan

sudut pandang saya tentang apa-apa yang baik dari

orang Thailand yang sepertinya mirip juga budaya

mereka dengan Bangsa Nusantara, tetapi Bangsa

Indonesia mungkin terlalu lama dijajah sehingga lupa

akan kearifan atau keunggulanya. Sekarang saya

belajar pada orang Thai, bangsa yang merdeka yang

tak pernah dijajah atau menjajah bangsa manapun.

Mereka punya cara atau sudut pandang yang merdeka.

Page 38: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 38  

PAK SUPRI & PETUAH

SANG DOSEN

Ramadhan  Tosepu  

Hari itu saya menemani teman Pak Supri

untuk bertemu dosen pembimbingnya, sebelum kami

bertemu dengan dosen tersebut terlebih dahulu kami

duduk di lobby lantai satu Faculty of Science,

Mahidol University menyelesaikan tugas masing-

masing. Pak Supri memiliki tugas yang harus disetor

pada hari itu dengan batas waktu sampai jam 6 sore

waktu Bangkok. Waktu terus berjalan, dan magrib

pun tiba kami pun beranjak dari lobby kampus

menuju ruang shalat yang berada di bagian gedung

olah raga. Setelah menunaikan shalat magrib kami

naik kelantai dua untuk masuk di ruang laboratorium

guna menuntaskan tugas yang belum selesai.

Karena waktu itu adalah hari libur, maka

sebelum naik kelantai dua kami harus mengisi form

yang disediakan oleh satpam kampus. Setelah mengisi

form tersebut kami mengarunggi tangga lantai dua.

Page 39: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 39  

Belumlah kami sampai di gedung laboratorium, tiba

tiba muncul dosen pembimbing Pak Supri, sontak Pak

Supri kaget dan tak tahu harus berkata apa, yang

ternyata tugasnya belumlah dikumpulkan. Sang dosen

berkata, Pak Supri kamu dari mana? Tugasmu mana?

Apa kamu tidak tahu, besok saya harus menemani

tamu, jadi hari ini semua tugas mahasiswa saya harus

rampungkan? Berturut-turut pertanyaan keluar dari

mulut sang dosen, sayapun merasakan beratnya

perasaan Pak Supri. Tetapi dengan pelan Pak Supri

menjawab, bahwa tugas telah selesai dan segera saya

print dan akan pasang pada papan pengumuman. Sang

dosen pun memahami kondisi tersebut.

Tetapi, ternyata tidak hanya masalah tugas

yang ditanyakan, banyak hal yang disampaikan sang

dosen. Dia lalu memberikan banyak petuah kepada

Pak Supri, kamu itu harus menyampaikan segala

permasalahanmu dan jangan menutup diri, bagaimana

saya harus membantumu jika kamu tidak ngomong.

Pak Supri pun hanya tunduk dan mengamati setiap

petuah dosen tersebut. Masih lanjut nasehat tersebut,

dia lalu berkata Kenapa kamu tidak response email

saya, jangan cuman baca tapi tulis apa komentarmu.

Sang dosenpun menatap saya yang kebetulan masih

Page 40: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 40  

berada diantara mereka, dia berkata apakah dia

temanmu, Pak Supri pun menjelaskan bahwa ini

adalah teman saya dari Indonesia dan ia kuliah di

mahidol pada fakultas yang berbeda. Spontan sang

dosen berkata pada saya, tolong berikan masukan

kepada temanmu ini, ingatkan dia tentang kuliah di

Thailand karena kamu lebih duluan datang dinegeri

ini.

Usai menerima wejangan dari sang dosen,

kamipun beranjak menuju ruangan laboratorium

untuk menyelesaikan tugas yang belum kelar. Setelah

beberap menit kemudian tugas itupun selesai dan

kami menuju papan pengumuman untuk memasang

abstrak tugas tersebut, kamipun meningalkan kampus.

Dalam perjalanan pulang, saya berkata ke Pak Supri

kenapa pula email dosennmu tak kamu jawab, lah

gimana saya harus membalasnya itu kan cuman email

pernyataan bukan pertanyaan ujarnya. Nah, itulah

bedanya dengan di Indonesia, disini setiap email yang

masuk kita harus berikan response agar pengirim tahu

bahwa email telah dibaca, ujarku.

Memang, menjadi mahasiswa Ph.D tidaklah

mudah, terlebih menempuh pendidikan diusia yang

tidak muda lagi, berbagai tantangan akan silih

Page 41: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 41  

berganti berdatangan. Kawan, kita berjuang bersama

untuk menaklukan study di Thailand ini. Tiada

tantangan tak terkalahkan, tiada kesulitan yang tak

terlewati, kesabaran dan ketulusanmu telah

menjadikan pelajaran yang sangat berharga dalam

menumpuh pendidikan di negeri gajah putih ini.

Sukses selalu sahabatku.

Page 42: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 42  

BELAJAR DI

NEGERI GAJAH

Hasanuddin  Nuru  

Setiap Negara memiliki keunikan masing-

masing, Jepang yang kita kenal sebagai Negara yang

hebat di Asia memiliki tingkat disiplin dan tanggung

jawab yang sangat patut dicontoh. Di Thailand sendiri

kurang lebih sama dengan orang-orang Jepang,

diantaranya adalah suasana belajar baik itu siswa

ataupun mahasiswa Thailand. Kemajuan pendidikan

di Thailand ini salah satunya disebabkan karena

budaya disiplin, penuh motivasi dan tanggung jawab

dalam menjalankan kewajibannya sebagai

siswa/mahasiswa termasuk rasa hormat kepada

guru/dosen yang sangat tinggi. tiga tahun lamanya

saya studi disini mengajarkan saya bagaimana

membiasakan diri untuk bisa bertanggung jawab

kepada diri kita sendiri dalam menyandang status

mahasiswa, tugas mahasiswa adalah tentunya belajar

dan belajar sama halnya dengan siswa jika anda tidak

Page 43: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 43  

belajar maka anda dianggap tidak bertanggung jawab,

prinsip inilah yang membuat setiap siswa/mahasiswa

Thailand untuk komit terhadap tugas-tugasnya, selalu

termotivasi dan akhirnya terbentuk karakter yang

disiplin.

Kemudian itu semua dianggap tidak berarti

jika sikap tunduk dan patuh terhadap guru/dosen tidak

dijalankan, untuk Negara Thailand entah dibagian

selatan, utara, timur ataupun Bangkok sendiri setiap

tahunnya memperingati yang namanya hari guru.

Pada hari itu setiap siswa/mahasiswa dianjurkan

untuk memberikan penghormatan kepada

guru/dosennya yang dilakukan secara formal

(diupacarakan). Dalam pelaksanaan upacara itu

beberapa siswa/mahasiswa sebagai perwakilan akan

memberikan penghormatan kepada seluruh gurunya

dengan membawakan karangan bunga sambil

mendoakan guru/dosennya kemudian begitu juga

sebaliknya guru/dosen akan mendoakan balik

siswanya semoga sukses dalam studynya.

Inilah sedikit pelajaran yang saya dapatkan

dari negeri gajah putih semoga bisa bermanfaat,

Amiin..

Page 44: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 44  

“SYOK”

Tri  Hari  Irfani      

Mendapatkan pengalaman belajar di negara

orang dan di universitas bergengsi adalah impian

setiap para pencinta ilmu pengetahuan. Bermacam-

macam alasan mengapa para pencari ilmu ingin

mendapatkan kesempatan tersebut, ingin mencari

pengalaman baru, mendapatkan gelar bergengsi, ada

yang ingin menjenjang karier atau mungkin juga ada

yang “terpaksa”. Banyak para “penjelajah” berusaha

keras untuk mendapatkan kesempatan tersebut.

Pengorbanan biaya, waktu, tenaga, bahkan keluarga

menjadi risiko yang mendasar bagi setiap pelajar

dalam mencari kesempatan untuk bisa berpendidikan

dan mendapatkan gelar dari luar negeri.

Tahap-tahap dalam mendapatkan kesempatan

belajar pun ada lumayan banyak dan memakan waktu,

dibutuhkan kecermatan, kedisiplinan, ketepatan, dan

strategi yang benar supaya kesempatan tersebut bisa

Page 45: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 45  

didapatkan. Pengalaman saya dalam mencari

kesempatan bersekolah pun boleh dibilang sangatlah

sulit. Bermula dari pencarian situs-situs universitas

tujuan belajar, mengirim e-mail, mengurus berkas

persyaratan dan menunggu pengumuman kelulusan.

Setelah mendapatkan kesempatan berkunjung

di Thailand dalam kursus singkat yang diakan disana,

saya memiliki kesempatan berkomunikasi dengan staf

program studi yang saya tuju. Disana saya

berkonsultasi mengenai syarat-syarat yang saya

ajukan di universitas tersebut. Persyaratan yang

diajukan cukuplah banyak dan membutuhkan waktu

yang tidak singkat dimulai dari poto kopi ijazah,

sertifikat pelatihan, mengisi formulir, cek kesehatan

dan sertifikat bahasa inggris berupa TOEFL atau

IELTS dengan nilai minimum sesuai program

(minimal 500 TOEFL dan 5.0 IELTS di program

master kesehatan masyarakat di universitas mahidol).

Setelah persyaratan lengkap, barulah bisa dikirim

melalui via pos atau jasa pengiriman lain ke luar negri

dalam hal ini Thailand.

Setelah berkas terkirim, hal yang paling

menegangkan adalah saat menunggu pengumuman

apakah kita diterima di universitas tersebut atau tidak.

Page 46: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 46  

Waktu yang ditunggu adalah sekitar 1 bulan setelah

pemberian berkas. Sembari menunggu pengumuman

dari Universitas Mahidol, saya tetap menyempatkan

bekerja sebagai pengajar di universitas tempat saya

mengajar. Menjalankan tugas sebagai dokter di rumah

sakit dan klinik. Disaat sedang bekerja, saya

menyempatkan diri untuk mengecek e-mail untuk

melihat apakah ada informasi yang disampaikan

mengenai pengumuman kelulusan walaupun waktu

tersebut belum merupakan jadwal pengumuman

(penasaran).

Setelah menunggu selama lebih kurang

sebulan, ketika berada di kantor tempat saya bekerja

di universitas, saya mendapatkan pesan dari staf yang

selama ini saya selalu berkomunikasi. Dengan

timbulnya rasa gemetaran dan deg degan (kaya mau

ujian) saya langsung mengecek isi email tersebut, dan

Alhamdulillah dinyatakan “lulus”. Terasa sangat

senang dan puas atas jerih payah selama ini bisa

terbayarkan dengan kelulusan (dalam

benak..horeee…bisa kuliah di luar negeri), didalam

pengumuman, dilampirkan juga syarat-syarat yang

harus di ikuti seperti menginformasikan jika akan

melanjutkan studi disana, diberikan syarat sekitar 1

Page 47: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 47  

minggu untuk konfirmasi (jika lebih dari satu minggu

dianggap mengundurkan diri), dan syarat-syarat

mengenai biaya kuliah, lokasi tempat tinggal dan

waktu mulai kuliah. Saya bergegas membalas ke e-

mail tersebut bahwa saya akan menerima dan akan

mengkorfirmasi untuk melanjutkan studi di

universitas tersebut.

Rupanya kegembiraan tersebut amatlah

sangat singkat, setelah melihat pengumuman yang

lain bahwa tanggal masuk kuliahnya amatlah sangat

singkat. Disini saya merasa belum sama sekali

mempersiapkan keberangkatan karna masih belum

yakin akan kelulusan tersebut. Dalam waktu singkat

tersebut, yang pertama kali saya harus memiliki izin

dari universitas tempat saya bekerja, dalam waktu

yang singkat tersebut amatlah sangatlah mustahil bisa

mendapatkan izin secara cepat dimana saya juga harus

bekerja di rumah sakit dan klinik dalam jadwal yang

padat. Selain itu, saya juga harus (dengan berat hati)

“resign” dari tempat kerja di rumah sakit dan klinik

dimana saya dapat menemukan teman-teman yang

sangat bersahabat. Disisi lain, saya juga harus

menjelaskan kepada keluarga bahwa saya memiliki

komitmen untuk melanjutkan studi di luar negeri

Page 48: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 48  

dimana sebelumnya saya pernah “berucap” untuk

melanjutkan studi spesialis.

Kecemasan tersebut belumlah usai, disaat

sebagian izin dan perihal lain sudah diurus, lebih

kurang 3 hari berikutnya saya mendapatkan e-mail

dari universitas yang saya tuju bahwa saya

“dinyatakan mengundurkan diri” dari universitas

karena tidak memberikan konfirmasi. Disinilah saya

merasa sangat “syok” mengapa bisa saya dianggap

mengundurkan diri padahal saya sudah

mengkonfirmasi. saya terasa sangat kebingungan

dimana saya sudah menyatakan mengundurkan diri

dari rumah sakit dan klinik tempat saya bekerja.

Segera saya membalas e-mail tersebut dengan

memberikan informasi bahwa saya sudah

mengkonfirmasi sesaat setelah pengumuman

kelulusan. Dalam menunggu jawaban konfirmasi

karna e-mail yang dikirimkan tidak langsung dibalas

oleh staf disana (idealnya 1-2 hari) hilanglah

konsentrasi untuk bekerja, berfikir, bahkan (maaf)

bersosialisasi. Saya sempat meminta maaf kepada

keluarga saya bahwa akan menunda niat untuk

bersekolah karena pernyataan mengundurkan diri

tersebut. Perasaan malu karna penundaan tersebut

Page 49: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 49  

menjadi amatlah sangat tinggi. Tetapi keluarga

terutama ibu saya tetap optimis bahwa dengan doa

semua bisa berjalan dengan baik.

Setelah sekitar 2 hari dalam kecemasan

menunggu konfirmasi, saya mendapatkan konfirmasi

dari tablet bahwa ada e-mail baru yang masuk dan

saya lihat dari staf universitas. Dengan cemas dan

takut, saya membuka (seraya tidak lupa mengucapkan

“bismillah” bahwa apapun yang saya terima adalah

yang terbaik dari Allah S.W.T.) dan akhirnya

“Alhamdulillah”, staf tersebut menjelaskan bahwa

saya di “reconsideration for accepting” atau di

pertimbangkan untuk diterima sebagai mahasiswa

disana. Amatlah senang dan bersyukur atas hasil yang

didapat. Kesempatan kurang dari 5 hari pun segera

saya manfaatkan untuk kembali mengurus perizinan

dari universitas dan keluarga (serta pacar). Dengan

bantuan dari kepala bagian departemen Prof. Suryadi

Tjekyan, profesor pembimbing saya Prof. Tan

Malaka, teman sekantor dan teman kerja akhirnya

saya bisa menyelesaikan hal perizinan tersebut.

Dukungan dari keluarga terutama ibu saya amatlah

sangat besar untuk pencapaian cita-cita saya.

Akhirnya saya berangkat menuju negeri gajah putih.

Page 50: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 50  

ANTARA EKSPEKTASI

DAN REALITA

Haerul  Imam  

 

Tak sengaja saya membuka membuka HP dan

saya lihat ada pesan yang datang dari teman yang

sebenernya tidak terlalu kenal juga. Saya hanya kenal

waktu itu karena sama-sama masuk lolos seleksi

beasiswa master di salah satu Universitas Ternama di

Thailand. Nah pas dibuka ternyata isinya

pengumuman beasiswa Studi Master di Thailand.

Saya mencoba meyakinkan diri dengan bertanya.

Bang, ini bener pengumuman beasiswa ke Thailand?

Tanya saya. “iya bener, ini beasiswa” Jawab Bang

Joko. “waaahhh “dengan ekspresi riang gembira dan

keheranan (bayangin aja sendiri ekspresi bahagia

tapi juga heran) saya bertanya kembali, Bener

bang??“Bener mam, tapi ini program satu semester.

Kamu nanti dapat beasiswa untuk kuliah satu

semester di Chulalongkorn (akhirnya kesebut juga).”

“Oh satu semester” Sahut saya. “ Ya ga apa-apa satu

Page 51: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 51  

semester juga, bisa buat warming up (serasa

olahraga) buat kuliah keluar nergeri. Nanti setelah

satu semester bebas apakah mau lanjut s2 di Chula

atau di yang lain. Tapi saran saya di Chula, Nursing

nya bagus. Kalau mau lanjut disini, program ini

mempermudah untuk masuk ke S2 kalau nanti hasil

dari program ini bagus” jawab bang joko. Saya

panggil bang joko karena beliau terlihat lebih pantas

(hah? Pantas? langsung saja karena usia). Dari

gembira campur heran berubah gembira campur

bingung dan bimbang (halah meni bimbang sagala,

Sunda version) ya tapi memang itu kenyataanya.

Bimbang dengan segala harapan yang ada. Keinginan

tinggi ingin di universitas yang besar tapi kalau lihat

kemampuan masih belum terkejar sedangkan

kesempatan ada di depan mata.

Setelah sekian lama berfikir (so serius) sambil

bertanya ke sana kemari mencari alamat (sambil

nyanyi) dapat juga akhirnya keputusan. Kuteguhkan

dan kumantapkan hati untuk betanya lagi. Saking ku

bimbangnya. Tanya seseorang yang menurut saya

beliau lebih berpengalaman di Thailand dan dalam

dunia keperawatan dan mendapatkan ku-Azzam-kan

untuk mengikuti program tersebut.

Page 52: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 52  

Saya buka chat itu dan saya katakan bro jo

(without L) insya Allah saya ikut. Lega sekali bisa

memutuskan itu. Kulihat titik bergelombang menari-

nari di kotak messenger Facebook saya tanda bahwa

akan ada balasan selanjutnya. Kulihat, kutunggu,

kuamati titik itu mirip ondol-ondol, kelereng, dan

telur puyuh (hush bukan itu fokusnya). Akhirnya

netes juga tuh telor puyuh jadi tulisan yang beirisi.

B...r....o.... w....a.................k.....tu.....nya...... jawab

Bang joko. Belum selesai menjawab saya langsung

sambar “I... yaaa... bang.” Duuuu............a.........

mingguuuuu lagiiii...... (scary crapy mode)” tanpa

sela saya jawab langsung, “waaappppaaa? Dua

mingguu lagii ??. Untuk submit dua minggu lagi?”.

“Iya mam dua minggu lagi”, Sahut Bang joko.

Akhirnya saya berfikir sejenak ya sekitar 2 hari lah.

Akhirnya setelah berfikir yang sejenak itu, saya

mengajukan pertanyaan lagi. “Apa saja syaratnya

bang jok?”. “Toefl atau Ielts yang paling penting

harus disiapin”, Jawab beliau. “Oke bang, Sudah

siap. Syarat lainnya apa lagi?” “Recomendation

Letter, Surat keterangan sehat dari Rumah Sakit

pemerintah, Ijazah dan Transkrip Nilai dalam bahasa

inggris, Passport, dan Pas Foto dalam latar biru,”

Page 53: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 53  

Rinci beliau. Setelah saya pikir dan baca kembali

syaratnya ternyata ada beberapa yang belum dibuat.

Namun, melihat schedule saya di tempat kerja

sungguh sangat amat padat sekali. Akhirnya saya lihat

file ada beberapa yang dapat digunakan kembali.

Tenyata saya lihat file itu masih dapat digunakan.

Akhirnya saya Upload.

Menanti sebuah jawaban dari yang ditunggu-

tunggu. Sembari menunggu jawaban, saya melakukan

berbagai pekerjaan (yaiyalah bro namanya juga

karyawan) yang harus segera selesaikan. Setelah

berpuluh-puluh menit saya tunggu, dapat lah jawaban

dan saya Lulus. Luar biasa terkejut dan senang

(campuran apa lagi ini). Bayangkan sendiri terkejut

terus senang (Tidak jelas sama sekali maksudnya).

Setelah itu saya terkejut kembali karena satu bulan

dari pengumuman bahkan kalau diingat kurang harus

sampai di Thailand. Terkejut-Senang-Tekejut adalah

ritme yang bagus. Seperti dapat defibrilator ditengah

kegembiraan. Namun, itu baru pengumuman dari

teman yaitu Joko Gunawan. Setelah itu, malah dia

yang nanya pengumumannya sudah dikirim?. Saya

disitu kadang merasa heran, saya orang yang harusnya

dikirim oleh beliau, tapi malah saya yang ditanya

Page 54: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 54  

sudah dikirim. Sungguh filosofi yang aneh (tidak

nyambung). Dari situ saya berfikir, menunggu saja.

Namun, akhirnya pengumuman itu dikirim juga.

Beberapa hari setelah pengumuman itu, saya

memutuskan untuk pergi ke jakarta dengan maksud

membuat paspor. Pagi yang luar biasa dan dengan

penuh keyakinan pagi itu, saya memohon izin untuk

membuat paspor ke jakarta. Akhirnya saya memesan

tiket perjalanan menuju ke jakarta. Dengan bebagai

halangan rintangan dan kekhawatiran akan tantangan

kota jakarta (yaelah cuma sehari juga kagak)

sampailah itu di Royal Embassy Thailand Mega

Kuningan. Kok,banyak yang ngantri? Tanya dalam

hati. Ternyata mereka juga mempunyai urusan dengan

saya yaitu membuat visa. Dengan penuh keyakinan

saya menunggu dan mengisi formulir. Setelah 3 jam

berdiri, Hal yang sangat berat pada hari itu akhirnya

saya masuk dan menyerahkan segala persyaratan.

Dengan penuh semangat, saya dengarkan pertanyaan,

Mana LoA nya? Tanya seorang petugas. “ Itu yang

biru”, Jawab saya. Namun, setelah itu ada kata-kata

yang begitu menyeramkan saya kembali dengar. “

Iiinnii buukaann ELLLOOOOAAA”, Jawab petugas.

“apaaaaa?” Sahut saya. (lebay). Fikir saya pada

Page 55: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 55  

waktu itu adalah menunggu LOA dan waktu semakin

sedikit. Kenyataan memang pahit. Kembalilah

seminggu kemudian dan akhirnya setelah libur tahun

baru, saya bisa mengambil visa. Betapa ceroboh saya

tidak bisa membedakan mana sebuah pengumuman

dengan LOA. Buat teman-teman yang mau lanjut atau

studi ke luar negeri. Mulai siapkan segala sesuatu dari

jauh hari.

Yah inilah saat-saat menegangkan saya

menghitung mundur keberangkatan saya ke bangkok.

Kekhawatiran campur rasa senang bisa ke luar negeri

itu luar biasa teu pararuguh. Semua dipikirkan, mulai

dari tempat tinggal, baju, tempat tidur, baju kuliah,

semua ditanyakan. Dari mulai ujung rambut sampai

kaki semua ditanyakan. Hal ini dilakukan, karena ini

adalah pertama tinggal di luar negeri untuk waktu

yang lama.

Seminggu lagi waktu semakin dekat. Mulai dari

minggu itu pun saya tidak bisa tidur. Entah apa yang

dipikirkan. Yang dipikirkan adalah bagaimana beli

tiket sampai membuat otak berputar. Nyari yang

murah dan enak tapi susah. Akhirnya memutuskan

membeli tiket garuda. Orang pasti akan berfikir

bahwa mahal. (ya memang sedikit) tapi demi

Page 56: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 56  

keselamatan dan memang pilihan yang terbaik dari

berbagai pilihan baik (promosi semoga ada royalti.

Haha). Sampai H-24 jam masih belanja baju dan

belum packing. Karena hari itu baru selesai pekerjaan.

Akhirnya packing H-12 jam. Dan tidur cuma 3 jam.

Karena khwatir ada yang ketinggalan. Bayangan saya

akan luar biasa kesulitan.

Ekspektasi orang pertama kali masuk bandara

adalah masuk gate ngecek tiket. Kalau saya beda,

setiap tempat harus diberi tanda. Coba apa tebak

bro/sis? Ya tepat salah sekali jawaban anda. Jawaban

nya dalah tempat yang saya datangi pertama kali

adalah Toilet. (kucing kali beri tanda dengan B*K

/B*B). Tapi itulah yang terjadi, Pertama saya datang

ke CGK yang saya tanya pa satpam adalah “Pak

Toilet disebelah mana?” Semua pengantar dan barang

tidak dipedulikan yang penting ini barang dalam perut

keluar. Keluarga saya terutama ibu sudah tidak aneh.

Kekhawatiran itu datang karena ekspektasi

yang kurang tepat. Tapi tidak selamanya begitu, saya

datang 4 jam sebelum take off. Efeknya adalah

menurunkan tegangan terutama di perut dan kepala.

Naiklah akhirnya ke pesawat. Sungguh tenang

memasuki pesawat. Akhirnya segala kehawatiran

Page 57: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 57  

terbalas, walau masih pertanyaan nanti dijemput tidak

ya? Alhasil saking tenangnya dan gengsi, tidak peduli

dinginnya AC saya coba cari selimut, namun tidak

dipertemukan.

Pukul menunjukan 16.00 saatnya landing. Dan

tidak ada perbedaan atara Bangkok dengan Jakarta.

Ya sampailah di Bandara Shuvarnabumi. Dalam

pikiran saya adalah bebicara dengan logat khusus dan

banyak huruf bergelombang dan itu sekrang didepan

mata saya. Untung ada bahasa pengantar inggris jadi

saya masih bisa dimengerti. Dan saya mencari kawan

FB saya yang membuat naik turun tensi saya, setelah

sekian lama akhirnya tertemukan. MRT dan BTS

adalah transportasi publik pertama yang bersentuhan.

Dan pilihan saya adalah jalan. Karena katanya dekat

dan saya mengiyakan. Namun, apa daya. Perkiraan

saya dekat namun ternyata, dekaaaaaat sekali, saking

dekatnya nyampe apartemen itu udah setengah sadar.

Total barang dibawa lebih dari 30 kilo dengan jarak

yang ‘dekat’. Namun, bukan itu saja, jalannya kira

saya banyak trotoar, memang banyak tapi lagi

diperbaiki. Jadi angkut-angkut itu koper. Dan yang

membuat kaget campur seneng karena sudah sampai

(campur apalagi ini?) adalah udaranya sangat panas.

Page 58: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 58  

berat, panas, kaget, senang adalah campuran

sempurna untuk sebuah realita dari ekspektasi yang

tersalahkan.

Page 59: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 59  

MUKHOYAM

 

Ramadhan  Tosepu  

Berada jauh dari tanah air (Indonesia), akan

memberikan suasana dan budaya yang berbeda.

Keseharian warga negara Indonesia yang berada di

Thailand di kelilingi dengan budaya Thailand yang

cenderung “Bebas”. Khusus di Kota Bangkok

percampuran budaya sangatlah nampak terlihat, dan

sepertinya Thailand merupakan salah satu icon dari

negara eropa. Setiap hari nampak para wisatawan

yang berasal dari berbagai belahan dunia berdatangan

ke negara tersebut.

Indonesia merupakan salah satu negara yang

memiliki warga negara yang tinggal Thailand, salah

satunya terdapat komunitas “Masyarakat Muslim

Indonesia Thailand” (MMIT). Keberadaan komunitas

ini sangatlah membantu terutama bagi masyarakat

yang beragama muslim, berbagai kegiatan dilakukan

untuk menjalin silaturahmi, diantaranya pengajian

Page 60: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 60  

yang dilaksanakan setiap hari minggu yang bertempat

di Masjid Kedutaan Besar Republik Indonesia di

Bangkok, serta Mukhoyam yang dilaksanakan setiap

satu tahun sekali.

Untuk tahun 2014 ini Mukhoyam

dilaksanakan di tempat obyek wisata erawan national

park, perjalanan dari Kota Bangkok sekitar 4 jam.

Perjalanan yang lama namun memberikan kesan

sangat bagus karena pemerintah thailand menyiapkan

sarana dan prasarana transportasi menuju tempat

tersebut sangat baik. Fasilitas jalan sangat baik, listrik

tersedia, dan yang utama fasilitas nginap seperti

matras, tenda, alat masak, kelengkapan tidur, semua

disiapkan. Alangkah profesionalnya mereka, sehingga

dengan begitu wisatawan senang untuk berkunjung

ditempat tersebut.

Berbagai kegiatan Mukhoyam tersebut

diantaranya dengan pembinaan fisik yang tentunya

disesuaikan dengan kondisi para peserta yang telah

berumur, yang tidak kalah penting yakni pembinaan

akhlaq yakni kultum diakhir shalat berjamaah yang

disertai tanya jawab, kegiatan lainnya yakni one

activity one juz, kegiatan ini para peserta diberikan

bagian untuk taddarus Al-Quran, masing masing

Page 61: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 61  

peserta mendapat satu juz, dengan kegiatan one

activity one juz diharapkan menjadi kegiatan utama

dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi one

day one juz.

Page 62: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 62  

PROTESTER BOIKOT

PEMILU THAILAND

Ramadhan  Tosepu  

Pemerintah Thailand hari ini, minggu 2

Februari 2014 melaksanakan pemilihan umum secara

serentak. Pelaksanaan Pemilu merupakan salah satung

langkah Perdana Menteri Thailand Yingluck

Shinawatra dalam meredam aksi para demonstran

masyarakat sipil pimpinan Suthep. Ketegangan anti

pemerintah yang disimbilkan dengan atribut baju

kuning telah berlangsung lama. Ketengangn awal

dimulai dengan adanaya usulan dari pemerintah

pimpanan Yingluck Shinawatra yang mengusulkan

grasi para koruptor salah satunya Thaksin Shinawatra

yang merupakan kakak dari perdana menteri tersebut.

Usulan tersebut disampaikan kepada

parlemen thailand pada bulan November 2013.

Berbagai ketegangan bertubit-tubit terjadi, puncaknya

pemerintah membubarkan parlemen dan mempercepat

pelaksanaan pemilu. Dan sesuai dengan jadwal maka

Page 63: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 63  

hari ini merupakan hari yang sangat bersejarah bagi

warga thaailand, karena pada hari ini mereka akan

menentukan anggota parlemen mereka yang berasal

dari 53 partai.

Tetapi dengan perlawanan yang sangat kuat

dari Anti Pemerintah, khususnya dikota Bangkok

semua lokasi pemilihan umum berhasil dikuasai para

pendemo, alhasil petugas pemilihan umum tidak

kunjung tiba dilokasi tempat pemungutan suara.

Tentunya ini menyangkut keselamatan mereka.

Jalan-jalan utama kota bangkok banyak yang

ditutup oleh demonstran, seperti monumen victory

yang merupakan akses utama kota bangkok dipenuhi

lautan manusia. Demonstrasi yang terjadi di thailand

janganlah dibandingakn dengan demontrasi yang

terjadi di Indonesia. Di bangkok hampir tidak

ditemukan pendemo merusak fasilitas umum dan

menganggu pengguna jalan, dalam artian jalan utama

ditutup tetapi para pendemo memberikan alternatif

jalan lain terhadap masyarakat yang akan melalui

jalan tersebut. Dan tidak akan ditemukan sampah

berserakan dari para pendemo, inilah yang patut

dipelajari mengenai manajemen demonstrasi di

Thailand.

Page 64: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 64  

Perlawanan demi perlawanan dilakukan oleh

Suthep dalam menurunkan pemerintahan Yingluck

Shinawatra, tiga bulan lamanya mereka melakukan

demonstrasi, tidur dan nginap dijalan jalan utama kota

bangkok, tanpa lelah. Perjuangan Suthep dominan

didukung oleh kelompok terpelajar yang berasal dari

kampus-kampus dan wilayah selatan thailand.

Sementara itu perdana menteri mendapat dukungan

dari masyarakat thailand bagian utara.

Heru Herlambang mahasiswa Program

Doktor Chulalongkorn University mengatakan,

sebenarnya ketegangan tersebut bisa berhenti jika

Raja Thailand mengeluarkan maklumat terhadap yang

bertikai, namun hal ini menjadi aneh karena sampai

saat ini raja tidak pernah mengeluarkan statement

tentang situasi dithailand, selanjutnya pihak militer

mengambil alih, ujarnya.

Sementara itu Ketua Perhimpunan Pelajar

Indonesia Thailand Hasanuddin Nuru yang

merupakan Mahasiswa Program Doktor Faculty of

Nursing Mahidol University, menghimbau agar

mahasiswa yang sementara study di Thailand untuk

tetap hati-hati terhadap situasi yang ada.

Page 65: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 65  

UPACARA KENEGARAAN

DI TANAH BANGKOK

 

Ramadhan  Tosepu  

Barisan saya ambil alih, siaaaap grak,

demikian ucapan komandan upacara perayaan hari

kemerdekaan reublik Indonesia yang ke 69. Suasana

yang awalnya riuh tiba-tiba hening dan senyap seraya

mengikuti rangkaian acara peringatan detik detik

proklamasi. Drs. Lutfi Rauf Duta Besar RI untuk

Kerajaan Thailand bertindak sebagai inspektur

upacara, dalam acara tersebut dihadiri elemen

masyarkat indonesia yang berada di thailand, seperti:

mahasiswa, pelajar, staf kedutaan, perwira TNI yang

sedang belajar di thailand, dan atlit nasional sepak

takrow.

Masyarakat Indonesia yang berada di thailand

sangat antusias untuk mengikuti upacara 17 agustus

tersebut, hal ini terbukti dengan penuhnya

tribun/tenda yang disiapkan oleh pihak panitia. Tepat

Page 66: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 66  

pada pukul 10.00 waktu bangkok, sirine dan pukulan

gong menggema di area upacara yang menandakan

bahwa detik detik pembacaan teks proklamasi

kemerdekaan negara RI. Tepat pukul 10.15 waktu

bangkok rangkaian upacara 17 agustus dinyatakan

selesai, dan sebagai ungkapan syukur atas perayaan

acara kenegaraan maka dilakukan pemotongan nasi

tumpeng oleh bapak Duta Besar RI untuk Kerajaan

Thailand beserta ibu, yang mendapat kehormatan

untuk mendapatkan potongan nasi tumpeng yakni

perawakilan masyarakat indonesia di thailand,

perwaakilan mahasiswa di thailand, dan staf/guru

sekolah indonesia di thailand. Rangkaian kegiatan

peringatan hari proklamasi yang bertempat di area

Keduataan Besar Republik Indonesia (KBRI) yakni:

bazar, pentas seni, bakti sosial. Pentas seni dan

budaya yang dimulai pada pukul 13.00 waktu

bangkok di buka oleh Bapak Duta Besar RI, dalam

sambutannya mengatakan untuk sebagai masyarakat

indonesia yang berada dirantauan marilah kita

senantiasa menjaga persatuan dan silaturahmi antar

sesama warga negara indonesia, terlebih beberapa

waktu yang lalu kita lakukan pemilihan presiden yang

tidak menutup kemungkinan terdapat perbedaan

Page 67: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 67  

pilihan maka pada kesempatan ini mari kita

tanggalkan perbedaan tersebut, dan kembali kita jaga

kedamaian dan ketentraman bangsa yang kita cintai

ini.

Bazar merdeka menampilkan berbagai

macam produk buatan Indonesia, makanan indonesia

merupakan menu paforit acara tersebut, masyarakat

indonesia yang telah lama berada di negeri rantauan

tentunya sangat senang dengan adanya menu-menu

khas indonesia ini. Andre yang merupakan mahasiswa

yang berasal dari Provinsi Chiang Mai utara thailand

mengatakan bahwa saya jauh-jauh kesini hanya ingin

merasakan masakan indonesia, yang hal tersebut

sangat tidak mungkin di dapatkan di tempat saya.

Acara lainnya berupa Bakti sosial yang

dilaksanakan atas kerjasama Garuda Indonesia,

Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Thailand dan

KBRI. Acara tersebut diberi tema “Sehat bersama

Garuda”, rangkaian sehat bersama garuda yakni

pemeriksaan kesehatan secara gratis kepada

masyarakat indonesia yang berada di thailand.

Pemeriksaan gigi, pemeriksaan gula darah, kolesterol,

asam urat, dan konsultasi gizi. drg. Hubban

Nasution sebagai penanggung jawab kegiatan

Page 68: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 68  

tersebut mengatakan masyarakat sangat antusias

untuk hadir dalam pemeriksaan kesehatan dan

kedepan kegiatan semacam ini akan semakin di

tingkatkan.

Page 69: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 69  

NGAJI DITANAH

BUDHA

Ramadhan  Tosepu  

Petuah orang tua mengatakan “kemanapun

anda berpijak, ingatlah akan ajaran agamamu”.

Kalimat sederhana tersebut menyadarkan kita akan

pentingnya nilai-nilai ajaran agama dalam melakoni

kehidupan ini. Banyak orang yang terlena dengan

kehidupan duniawi yang serba modern, pergaulan

yang bebas serta godaan negatif yang silih berganti

datang. Sebagai orang yang beragama, nilai-nilai

dalam ajaran agamalah yang membatasi atau

menghindari perbuatan yang negatif tersebut.

“Meskipun berada jauh dari tanah air,

namun ketika hari sabtu rasa-rasanya hidup ini

berada di indonesia”, demikianlah perasaan yang

diutarakan Alim Mardi, yang merupakan salah satu

Student Chulalongkorn University. Pasalnya, setiap

hari sabtu dilakukan kegiatan islami “Ngajikok” atau

singkatan pengajian dibangok. Kegiatan ini selalu

Page 70: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 70  

ramai dihadiri oleh mahasiswa islam yang kuliah di

Thailand. Kegiatan utama dari Ngajikok yakni

taddarus alquran dan ceramah islami. Materi ceramah

yang disampaikan berupa keahlian atau bidang ilmu

dari sang penceramah yang tentunya dikaitkan dengan

Alquran. Dengan model semacam itu maka setiap

peserta akan memiliki pengetahuan dan ilmu baru.

Ngajikok memiliki peraturan dan mekanisme

yang sangat ketat, seseorang bisa mencapai predikat

penceramah harus melalui tiga tahapan, yakni :

diawali sebagai petugas kebersihan yang memiliki

tugas utama membersihkan semua perangkat

Ngajikok yang telah digunakan, setelah itu melangkah

ketahap kedua yakni sebagai pembaca hadits,

dilanjutkan pada tahap selanjutnya sebagai

moderator, dan yang terakhir barulah menjadi

penceramah. Hirarki ini sangat sederhana sehingga

setiap orang akan melewati tahapan itu. Sungguh

indahnya andaikan sistem kenegaraan bangsa

Indonesia seperti Ngajikok, kecurigaan dan saling

menjatuhkan akan jauh dari fikiran penyelenggara

negara karena setiap orang akan melewati mekanisme

kenegaraan yang baik, yang jauh dari sifat Korupsi,

Kolusi, dan Nepotisme.

Page 71: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 71  

SAUM DI NEGERI

BUDHA

Hasanuddin  Nuru  

Negara Thailand umum dikenal sebagai

negeri gajah putih, dengan mayoritas agama

penduduknya adalah Budha. Kedatangan saya ke

Negara ini bertepatan dengan bulan suci ramadhan,

jika tidak salah 10 hari puasa (saum), tentu sebagai

umat islam diwajibkan atas kamu untuk berpuasa

sebagaimana diwajibkannya bagi orang-orang

sebelum kamu.

Yang menarik dari hal ini, pertama yaitu saya

tidak mendapat petunjuk kapan waktu imsyak dan

kapan waktu untuk berbuka puasa mengingat saat itu

saya masih baru di kota Bangkok sehingga tidak

satupun tempat ibadah (masjid/surau) disekitaran

apartemen saya yang nampak. Bahkan waktu

sholatpun kadang-kadang hanya mengandalkan jam

tangan saja dengan berpatokan waktu Jakarta yang

Page 72: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 72  

selisih satu jam. Waktu saya sempat berpikir untuk

googling masalah ini hanya saja untuk akses wifi saya

belum bisa karena belum tau tempat membeli akun

wifi. Hal ini terjadi sekitar 3 hari lamanya yang

kemudian terbantu oleh karena sudah mampu

mengakses wifi.

Dengan bantuan wifi ini saya pun ketemu

dengan teman-teman Indonesia yang juga sementara

study di Thailand, dari sinilah awalnya saya merasa

terbantu dan tahu dimana tempat-tempat ibadah, spot

makanan halal di kota Bangkok. Hari-hari selanjutnya

saum di negeri gajah putih ini dapat saya lewati

dengan baik.

Pengalaman menarik yang kedua, yaitu pada

saat berbuka ternyata disetiap masjid/surau di kota

Bangkok itu juga disiapkan jamuan buka puasa

berupa buah-buahan Thailand plus kue dan segala

jenis syrup. Porsi yang disiapkan cukup lumayan

untuk mengisi perut yang sejak pagi belum terisi.

Setelah itu jamaah kemudian sholat magrib berjamaah

lalu dilanjutkan dengan santap malam bersama, menu

yang disiapkan tidak kala menariknya dengan jajanan

yang biasa diperjual belikan diwarung-warung spot

halal food. Sangat membantu buat mahasiswa

Page 73: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 73  

Indonesia bisa irit pengeluaran selama sebulan penuh.

Belum lagi jika kita menginginkan tambahan snack

maka mahasiswa Indonesia bisa menuju ke masjid

KBRI yang letaknya tidak teralalu jauh untuk

melakukan taraweh bersama di masjid ini jamaah

akan dibagikan snack berat yang berlimpah-limpah

setiap malamnya sebelum taraweh, inilah pengalaman

menarik saum dinegeri budha sangat menguntungkan

tanpa mengeluarkan uang perut pun bisa kenyang.

Page 74: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 74  

SYIAH DI NEGERI

BUDHIS

Ramadhan  Tosepu  

Tinggal didaerah pemukiman muslim adalah

kebahagian tersendiri yang tak dapat terlukiskan, ini

akan berbeda jika kita berada di Indonesia yang

penduduknya dominan muslim. Di negeri gajah putih

ini yang mayoritas beragama budha akan terasa sulit

untuk menemukan tempat ibadah ummat islam. Salah

satu tempat pavorit warga Negara Indonesia adalah

daerah Petchburi Soi 7 Bangkok, didaerah ini terdapat

pemukiman muslim yang tentunya memiliki masjid

cukup besar. Masjid Darul Aman ini dijadikan

sebagai aktifitas keagamaan, lokasi masjid ini sangat

strategis yakni berada di pinggir jalan utama.

Sehingga warga Negara asing yang beragama muslim

akan dengan cepat dan mudah menemukan lokasi

masjid tersebut.

Seperti biasa ketika azan berkumandang

jamaah akan berdatangan untuk melaksanaan shalat

Page 75: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 75  

secara berjamaah, dan biasanya setelah selesai shalat

para jamaah akan keluar untuk mencari tempat duduk

sambil memesan minuman dingin yang terletak

disekitar masjid. Sebagai yang doyan minum chayen

(minuman khas Thailand) sayapun menyempatkan

diri untuk nongkrong disalah satu penjual didepan

masjid. Tak lama kemudian datang seorang yang

menghampiri dan duduk bersama saya, iapun

memesan seperti yang saya minum. Dengan berbasa

basi dia menanyakan asal saya dan sayapun demikian.

Dalam diskusi tersebut dia sempat bertanya dengan

jamaah yang shalat disini apakah mereka itu syia.

Saya sampaikan kalau didaerah ini jamaahnya bukan

syiah, tetapi kalau mau menemukan komunitas syiah

mereka berada dilokasi lain dan mereka memiliki

masjid sendiri, tetapi sekali lagi saya tidak tahu

tempatnya, itu hanya informasi dari kawan saya. Wah,

ternyata dia tertarik, dan dia berkata saya pemeluk

syiah dan tak lama kemudian dia pamit dan

memberikan alamat media social miliknya.

Dalam hati ini berkata, nilai-nilai ajaran islam

inilah yang perlu diterapkan namun kok sepertinya

berbeda dengan yang orang lain lakukan. Yah, itulah

pilihan setiap orang untuk menjalankan syariah

Page 76: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 76  

agamanya. Diberbagai media nasional masih menjadi

perdebatan tentang hal ini, tetapi dengan sikap yang

diperlihatkan oleh kawan syiah tadi memperlihatkan

inilah pilihan beragama yang harus dihormati, yang

jelas tiba waktu sholat semua muslim harus taat untuk

menjalankannya.

Tetapi, terlihat berbeda dengan pemandangan

yang diperlihatakan oleh pemeluk syiah yang lain.

Kala itu saya sedang mengantarkan teman di bandara

Don Muang, tiba dibandara telah memasuki waktu

shalat magrib dan kamipun melaksankan shalat

magrib secara berjamaah. Selesai shalat kamipun

pindah dan duduk dibagian belakang sambil

menunggu teman lainnya untuk berkemas. Sambil

duduk kami memperhatikan jamaah lainnya yang

mengambil tempat untuk sahalat secara berjamaah,

dan anehnya tiba tiba salah satu jamaah tersebut

berdering handphone nya, dan iapun mengangkatnya

dan berbicara dengan sang penelpon. Imam mereka

tetap melanjutkan shalat, dan sambil shalat ia

menerima telpon. Belakangan kami tahu mereka

Syiah yang berasal dari iran.

Dalam pandangan agama yang saya anut, hal

tersebut bukanlah rukun shalat. Seorang jamaah

Page 77: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 77  

haruslah fokus untuk menyelenggarakan shalat

sebagai kewajiban ummat terhadap Tuhannya. Dua

hal yang berbeda dengan satu pemeluk yang sama.

Tetapi, inilah pilihan seseorang untuk menjalankan

syariah agama yang diyakininya. Paksaaan dalam

bergama itulah yang dilarang, dan keyakinan

seseorang haruslah dihormati sepanjang itu tidak

menyimpang dari ajaran agama yang dianutnya.

Page 78: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 78  

CAMPING + IBADAH

 

Hasanuddin  Nuru  

Setiap manusia apapun profesinya, sesantai

apapun hidupnya pastilah membutuhkan yang

namanya refreshing. Sebagai seorang mahasiswa

International yang tidak hanya sibuk dengan

pelajarannya tetapi juga aktif di berbagai macam

kegiatan organisasi kemahasiswaan baik itu di

internal Thailand sendiri termasuk di organisasi lintas

Negara seperti PPI ASEAN dan PPI Dunia, tentunya

akan sangat butuh yang namanya hiburan dengan

suasana yang sangat santai.

Hiburan yang dimaksud penulis disini adalah

kegiatan camping bersama dengan Masyarakat

Muslim Indonesia di Thailand, salah satu organisasi

kemasyarakatan yang bernuansa islam di Thailand.

Organisasi ini mengajak beberapa dari kami

mahasiswa Indonesia untuk bergabung dalam

kegiatan rutinitasnya untuk camping di belahan utara

di luar provinsi Bangkok, sebuah kawasan taman

Page 79: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 79  

nasional yang sangat menyenangkan dengan fasilitas

hiking, swimming dan waterfall sangatlah

representative untuk berkemah ditambah lagi

pemandangan danaunya yang sangat indah, tempat ini

dikenal dengan sebutan National park Erawan

Kanchanaburi. Sebuah kegiatan yang tidak mudah

terlupakan camping dengan nuansa muslim di awal

musim dingin Thailand.

Menariknya lagi kegiatan liburan ini tidak

hanya diisi dengan kegiatan refresihing semata tetapi

juga diisi dengan kegiatan berbagi pengalaman dari

masing-masing peserta termasuk kegiatan keagamaan

seperti sholat berjamaah dan ngaji one juz per each

participant jadi sangat luar biasa banget nih kegiatan,

disamping kita bisa menikmati indahnya

pemandangan National park Erawan kita juga bisa

memperdalaman ketebalan iman kita kepada sang

khalik. Inilah indahnya kebersamaan dalam kegiatan

Camping plus Ibadah at Erawan Kanchanaburi

Thailand.

Page 80: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 80  

SI BISU YANG

RAJIN SHALAT

Ramadhan Tosepu

Umat muslim diperintahkan Allah SWT

untuk melaksanakan salah satu kewajibannya yakni

menunaikan shalat. Tentunya dalam pandangan ini,

dalam segi apapun kewajiaban harus ditunaikan.

Tidak untuk ditunda, tidak untuk dilupakan, tidak

untuk dinomor duakan, tetapi harus dilaksanakan

terlebih perjanjian ini telah dilakukan seorang muslim

sebelum hijrah dari alam Rahim kealam dunia. Oleh

ini pula para ulama senantiasa menyampaikan syiar

islam dengan menekankan pelaksanaan kewajiban ini

sebagai perjanjian yang fundamental antara seorang

mausia dengan tuhannya.

Shalat berjamaah di negeri budha amatlah

jarang untuk dilakukan, karena dominasi agama

budha dinegeri ini sangatlah dominan. Namun ini

bukan berarti kewajiban tersebut akan terabaikan.

Page 81: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 81  

Didaerah Petcburi Soi 7 terdapat masjid Darul Aman

dan ini merupakan masjid yang sangat ramai disingahi

para musyafair, lokasi masjid ini sangat strategis dan

mudah untuk ditemukan.

Disekitar masjid ini dihuni oleh muslim yang

berasal dari daerah selatan Bangkok, seperti Yala

Darussalam Province, Pattani, diantara jamaah masjid

tersebut terdapat seorang pria “Bisu”,dia sangat rajin

shalat jamaah dan biasanya menjelang magrib dia

telah duduk dikursi depan masjid menunggu azan

berkumandang. Umurnya sekitar 60 an tahun dan

jalannya pun pincang karena sudah senja. Inipula

yang membuat saya tertarik untuk berbasa basi

dengannya, sangat mudah untuk bertemu dengannya

cukup tunggu dibangku depan masjid dan dia akan

singgah dan duduk bersama. Bisanya dia akan

bercerita panjang lebar tentang keaadan sekitar masjid

bahkan setiap orang yang lewat didepannya dia

komentari, tentunya dengan bahasa tubuh. Saya pun

berusaha untuk memahami setiap cerita yang

disampaikan, sesekali kami tertawa terbahak-bahak,

entah maksud dari cerita tersebut saya paham ataukah

salah yang jelas kami tertawa secara bersamaan.

Page 82: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 82  

Cerita tentang keadaan depan masjid

diuraikannya, seperti katanya dahulu sejak ia kecial

dia sudah tinggal didaerah masjid ini dan didepan

masjid ini terdapat sungai dimana dahulu mereka

sering bermain disungai tersebut dan kini sungai

tersebut telah berubah menjadi jalan dan dibawahnya

dibuat saluran pembuangan air, fikirku benar juga

yang disampikannya keadaan tersebut bisa dilihat

dengan kondisi yang ada. Dan gosippun tak pernah

lepas dalam sesi tersebut, ketika itu ada seorang lelaki

yang lewat didepan kami. Umurnya kira-kira 45

tahun, diapun berujar bahwa lelaki itu telah menikah

dan memiliki tiga orang anak akan tetapi mereka

sudah cerai dan ia telah kawin lagi, sesi ini sulit saya

pahami karena butuh pembuktian empiris. Tetapi yah,

namanya gosip saya ikut saja alurnya sesekali

menganggung pertanda paham maksud yang

diceritakan. Tanpa terasa azan pun berkumandang,

pertanda kami harus masuk masjid, dan biasanya dia

tidak pulang sampai shalat isya selesai.

Keteguhan dan kegigihan dia untuk shalat

berjamaah patutlah menjadi contoh, meski jalannya

pincang tetapi dia selalu untuk kemasjid tepat waktu.

Banyak diantara kita yang memiliki tubuh yang sehat,

Page 83: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 83  

umur yang mudah, tetapi sulit untuk melaksanakan

shalat. Untukmu si Bisu semoga Allah SWT

memanjangkan dan memuliakan hidupmu ditanah

budhis dan kelak menjadi penghuni syurga, Amin.

Page 84: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 84  

SELAMAT JALAN BANG SOPIAN

     

Joko  Gunawan    

Sopian Hadi adalah mahasiswa S3 di Faculty

of Science Chulalongkorn University jurusan Food

Technology. Beliau adalah seseorang yang cukup

muda namun boleh dibilang gayanya hampir sama

dengan anak muda, bahkan lebih. Bang Sopian,

begitulah sapaan akrabku sama beliau. Beliau masuk

Chulalongkorn University di Bangkok bersamaan

denganku dengan beasiswa yang sama pada bulan

Mei 2013. Kami pun dipertemukan ketika bersama-

sama melakukan kegiatan di PERMITHA

(Perhimpunan Mahasiswa Indonesia di Thailand).

Beliau adalah ketua dari bagian seni dan budaya dan

saya adalah anggotanya.

Banyak sekali kami habiskan waktu di dua

tahun pertama studi terutama saat nongkrong bareng

di chayen, dan beliau jarang kelihatan di chayen

ketika beliau membawa istri dan dua anaknya di tahun

Page 85: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 85  

2015, karena beliau harus membagi waktu untuk

mendidik anak beliau biar lebih sehat dan pintar

tentunya.

Bang Sopian adalah salah satu sosok yang

penuh inspirasi, gaul pada semua orang, dan enak

diajak ngobrol. Siapa yang tidak kenal dengan bang

Sopian, apalagi beliau selalu ku suruh untuk menjadi

vokalis dan bernyanyi dalam bahasa Thai saat dua

event Internasional yang diadakan di Bangkok, yaitu

Nursing Seminar dan Conference yang diadakan oleh

kampusku, Faculty of Nursing, Chulalongkorn

University. Banyak sekali mahasiswi yang suka pada

beliau, suara bagus, keren, dan bahasa Thai nya

mantap.

Bang Sopian selalu mempunyai kebiasaan

mengoleksi baju, blazer, jaket dan sepatu. Banyak

juga teman-teman beliau yang dari Indonesia

memesan pada beliau dan menjadi bisnis kecil-kecilan

buat beliau. Setiap bulan di dua tahun pertama studi di

Bangkok, kami selalu janjian untuk membeli baju

atau blazer di platinum, terutama di lantai 3 tempat

favorit beliau. Karena model bajunya yang unik

dengan leher baju yang kecil dan khas. Pokoknya

tetap ganteng.

Page 86: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 86  

Bersama beliau juga saat di organisasi

PERMITHA, beliau saya anggap pemimpin yang

baik. Beliau selalu ingin membuat suatu inovasi-

inovasi yang bisa diingat sepanjang masa. Ngobrol-

ngobrol di chayen kami pun berencana membuat satu

baju permitha, yang saat ini masih dipakai oleh para

anggota permitha. Saya tidak lupa saat itu kami

membicarakan harga baju agar terjangkau mahasiswa

walaupun tidak untung banyak. Yang jelas untungnya

bisa makan bareng-bareng anggota departemen.

Beliau juga menyempatkan waktunya disela-sela

masa sibuk studi PhD beliau untuk mengajak kami

berfoto dengan gaya yang wah banget.

Di tahun 2015, karena kita tidak lagi di

kepengurusan permitha, kita udah jarang bertemu di

chayen karena beliau lumayan sibuk menyelesaikan

studinya dan menghabiskan waktu dengan

keluarganya. Walaupun ada sesekali ketemu beliau

dan keluarga di chayen. Sempat di akhir-akhir tahun

2015, bang sopian menelponku bahwa beliau bekerja

dubbing voice di film Hollywood. Saya pun merasa

senang mendengar itu. Rezeki yang beliau dapat

sungguh luar biasa, boleh dibilang ya rezeki anak

beliau karena ini film besar. Beliau juga bilang

Page 87: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 87  

investasi untuk peralatan lab di kampusnya.

Alhamdulilah. Beliau juga cerita padaku bahwa beliau

bolak balik puket dan lumayan capek. Saya pun tidak

lupa bilang bahwa beliau harus jaga kesehatan dan

makan yang banyak walau sedikit tidur.

Setelah telpon itu, sempat dua kali kami

bertemu di chayen dan di zam-zam, namun tidak

berlangsung lama karena beliau ada kesibukan lain.

Kemudian saya jarang melihat beliau lagi, hanya chit-

chat di facebook saja.

Pada bulan November-Desember 2015, saya

pun dikagetkan dengan status facebook beliau bahwa

beliau sakit dirawat dirumah sakit selama 2 minggu

dan berat badan turun selama 10 kg. Hal yang

tentunya tidak biasa. Ketika sampai di apartemen,

beberapa hari kemudian saya dan teman-teman mau

menjenguk beliau dan kulihat beliau sangat kurus

sekali. Saya pun bersama Irfan ada rencana ingin

menginfus beliau karena beliau tidak makan sama

sekali. Saya dan Irfan kemudian mencari apotik

sekeliling petchburi soi 7 dan victory monument,

namun sayangnya kami tidak menemukan jualan infus

set. Saya pun merasa kesal dan kecewa dan tidak tega

melihat teman sakit dan lemah kayak gini. Karena

Page 88: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 88  

malam sudah larut, kami pun pamitan pulang, saya

pun berucap “bang cepat sembuh dan semangat”.

Selang beberapa hari kemudian, saya dengar

bahwa beliau akan pulang ke Indonesia dan berencana

cuti selama satu semester studi. Namun sayangnya

saya tidak bisa mengantar beliau ke bandara karena

kuliah saat itu. Sesampainya di Indonesia, beberapa

hari saya dengar beliau masuk rumah sakit untuk CT

scan dan beliau didiagnosa radang selaput otak

(meningitis). Saya pun merasa putus asa mendengar

berita itu, karena berdasarkan pengalaman saya di

rumah sakit bahwa jarang ditemukan pasien yang

selamat jika kena penyakit ini. Namun setelah

seminggu kalau tidak salah, beliau bisa pulang

kerumah dan katanya udah baikan, saya pun

mendengar itu rasanya senang bahwa beliau akan

segera bergabung kembali ke Bangkok.

Berkaitan dengan keadaan ini, saya pun

bertemu dengan Pi Ting (Koordinator beasiswa

ASEAN Chulalongkorn University) karena mengantar

Imam untuk mengurus beasiswanya. Pi Ting

kemudian bertanya padaku tentang Sopian, dan aku

bilang bahwa Sopian katanya udah baikan dan

mudah-mudahan bisa segera kembali kesini.

Page 89: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 89  

Kemudian Pi Ting bilang padaku bahwa bang Sopian

meminta untuk cuti 1 semester, namun sayangnya

karena ini beasiswa untuk program internasioonal,

pihak kampus tidak bisa memberikan beasiswa lagi

pada mahasiswa asing yang cuti 1 semester. Saya pun

kaget dan bilang bahwa bang Sopian udah urus

masalah ini sama pihak fakultas beliau.

Mendengar berita tersebut, saya pun

berencana untuk memberi tahu bang sopian selang

satu hari setelah itu, mendengar bahwa bang sopian

udah mulai baikan, saya pun kontak beliau lewat

facebook walau rasanya bukan waktu yang tepat

karena takut menambah beban pikiran beliau. Namun

karena saya lihat bang sopian lagi aktif facebooknya

dan ada update status tentang handpone saat itu dan

bisa berkomunikasi baik di facebook. Saya kemudian

kontak beliau dan bilang apa yang dibilang Pi Ting

tentang beasiswa beliau, kemudian beberapa jam

kemudian bang sopian membalas pesanku dan

mengucapkan “terima kasih informasinya, nanti akan

kontak dan coba jelaskan dengan Pi Ting”. Saya pun

kemudian jawab “iya bang dan cepat sembuh kembali

kesini”.

Page 90: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 90  

Seminggu atau dua minggu setelah kontak

beliau di facebook, di tahun 2016 saya pun mendapat

berita bahwa beliau kembali lagi kerumah sakit, saya

pun merasa was-was lagi, dan beberapa hari

kemudian bang sopian beserta istrinya memutuskan

untuk stop menyewa kamar di Diana Court tempat

beliau tinggal di Bangkok. Saya pun semakin was-

was mendengar itu.

Setelah beberapa hari kemudian, di malam

Jumat saya dan teman-teman ke chayen dan biasa

ngobrol, dan saya pun kemudian teringat bang sopian

dan menanyakan ke pak Ramadhan ada tidak

mendengar tentang beliau, serasa tidak ada kabar.

Kemudian pada Jumat pagi hari (12 February

2016), kak Nazli mengirim pesan singkat di facebook

bahwa kak Nazli mendengar berita duka tentang

Sopian, saya pun tidak percaya secepat itu, ternyata

subuhnya (Jumat pagi) ada kabar bahwa beliau sudah

tiada dan pergi meninggalkan dunia fana ini. Saya pun

langsung teringat masa-masa indah bersama beliau

menghabiskan waktu bersama di Bangkok. Rasanya

baru kemarin kita bercerita dan ngobrol masa depan,

namun beliau sudah meninggalkan kami lebih dulu.

Page 91: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 91  

Selamat jalan Bang Sopian, saudara sekaligus

sahabatku. I miss the crazy and beautiful moments

with you

Page 92: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 92  

UNTUKMU SAUDARAKU

 

Ramadhan  Tosepu      

Jumat pagi, tanggal 12 fabruari 2016 masuk

sebuah pesan singkat dari kawan Maulida

Rachmawati “Innalillahi wa innailahi rojiun, telah

berpulang saudara kita Sopian Hadi, tolong doanya

mudah mudahan segala amal baiknya diterima di sisi

Allah SWT, dari pihak keluarga juga mohon maaf bila

ada kesalahan-kesalahannya” demikian isi pesan

tersebut. Sontak saya terhenyak membaca pesan itu,

saya tenangkan fikiran dan mengirimkan alfatihah

buat almarhum.

Masih belum percaya pak Sopian hadi begitu

cepat meninggalkan kami, masih belum lama sekitar

sebulan yang lalu kami bersama memeriksakan

kesehatan kerumah sakit Tropical Medicine, Faculty

of Tropical Medicine, Mahidol University, Thailand.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya

gangguan pada fungsi hati, pemeriksaan ini sama

dengan pemeriksaan yang dilakukan di rumah sakit

Page 93: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 93  

Chulalongkorn University. Tetapi hal yang berbeda

dengan perasaan yang dirasakan pak Sopian Hadi,

justru yang paling berat penyakitnya berada pada

bagian kepala, bukan pada bagian hati. Dan secara

fisik tidak menunjukkan adanya gangguan fungsi hati

seperti umummnya penyakit ini, misalnya munculnya

tanda tanda kuning pada bagian tubuh, kuning pada

kelopak mata, semua biasa tak ada ciri tersebut.

Berselang tiga hari dari rumah sakit, bersama

keluarga diputuskan untuk kembali ke Indonesia

melakukan perawatan yang lebih intensif seperti

melakukan CT-Scan pada bagian kepala. Dan

akhirnya ditemukan ternyata terdapat gangguan pada

bagian kepala.

Pak Sopian Hadi merupakan kawan yang

paling pandai memasak, teringat jika saat-saat libur

kami selalu masak bersama, dan dia sangat paham

selera semua teman teman. Saya yang tidak doyan

makan lombo/cabe, secara khsusus dibuatkan cabe

dengan standar pedas paling bawah, dan itu berulang

ulang ia lakukan. Masakannya sangat tidak diragukan

bebagai olahan masakan dia lihai membuatnya. Dunia

senipun ia tidak ketinggalan, salah satu yang sempat

saya rekam yakni ia membawakan lagu berbahasa

Page 94: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 94  

Thailand, begitu fasih ia melafalkan Bahasa Thailand

dan beliau sangat menghayati lagu tersebut seolah ia

orang Thailand.

Tiga kali pindah apartment kami selalu

bersama, pertama di Athen apartment, karena pemilik

lama menjualnya maka semua penghuni apartment

tersebut harus pindah, dan pilihan kami tujukan di

jalan petchburi soi 7, disana kami menempati Baan

Lena, tak cukup setahun kamipun pindah ke soi 6 di

Diana Apartment, disini kami menempati kamar yang

berada di lantai lima. Pertama kali berada di Diana

Apartment kami belum membawa keluarga, berselang

satu bulan pak Sopian Hadi kembali ke Indonesia

untuk menjemput keluarganya datang ke Thailand.

Suasana Diana Apartment seolah seperti berada pada

lingkungan keluarga karena banyak dihuni penduduk

Indonesia.

Kini, ia telah dipanggil yang maha kuasa.

Tuhan lebih mencintai beliau, dan almarhumah

meninggalkan seorang istri dan dua orang anak,

“Kanaya dan Edo”. Selamat jalan saudaraku, kelak

anak-anakmu akan menjadi anak yang sholeh dan

sholehah, karena engkau telah menanamkan nilai nilai

kebaikan dan agama kepada mereka dengan baik.

Page 95: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 95  

EMPEK-EMPEK

KAPAL SELAM

“LIMITED EDITION”

Ramadhan Tosepu

Tengtong...tengtong..tengtong...bunyi bel

kamar berdering, terlihat waktu menunjukkan pukul

16.32 waktu bangkok. Jam segini siapa pula yang

bertamu, kataku dalam hati, dengan langkah cepat

pintu kamar pun saya buka. Assalamu Alaikum

ucapnya, dan saya pun membalas salam tersebut

Waalaikumussalam. Ada apa pak, tanyaku. Nih ada

sedikit makanan...wow...saya mulai serius, maaf pak

makanan apa ? diapun menjawab Empek-empek

kapal selam. Percakapan kami berakhir dengan

kalimat “piringnya diantar dikamar 528” (piring yang

dipinjam dari pengajian,penulis), akupun berkata

Siap pak dan terima kasih.

Hari ini merupakan hari yang indah dan

special mendapatakan makanan khas indonesia, yang

secara rasional tidak mungkin menemukan di

Page 96: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 96  

bangkok ini. Jangankan makanan khas indonesia,

makanan halal pun sangat sulit untuk

mendapatkannya. Beberapa hari ini memang

pembicaraan makanan khas indonesia menjadi trend

diantara kami, biasanya pembicaraan itu muncul

ketika kami berada dimasjid untuk shalat berjamaah,

yang kebetulan dari tempat kami terdapat masjid

didaerah Petchburi Soi 7. Selesai shalat magrib sambil

menunggu isya topik ini selalu diangkat, dan

terlontarlah topik empek-empek kapal selam. Dan apa

yang kami perbincangkan itu hari ini diwujudkan oleh

Pak Alim Mardhi student Chulalongkorn University

yang berasal dari palembang.

Tidak berselang lama pak Alim Mardhi dari

kamar saya, Facebook berentetan berbunyi, penasaran

saya pun membukanya, wah ternyata berisi pesan

“Alhamdullilah, Empek-Empek kapal selam

Palembang” pesan dari Rico Kirk Schöler

Dijawab oleh Herlambang Saja Subhanallah.... luar

biasa rasanya, belum pernah merasakan empek-

emek palembang seenak ini..... Syeh Alim Mardhi

cuma dua kata : " Minta Lagi ......"

Tak ketinggalan Hubban Nst berkomentar : Mau la

pak Alim Mardhi......

Page 97: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 97  

Pimpinan tertinggi Ngajikok pun berkomentar Heri

Akhmadi Alhamdulillah...mantap nich pak Alim,

kayaknya siap dilaunching ngajikok pekan

depan...

Dan ditutup oleh Alim Mardhi Thanks bro,

smga barokah...special limited editions for the first

launching in thailand, next will be considered to be

comercial.....555

Hanya kalimat subhanallah yang pantas

kamai ucapkan, semoga apa yang diberikan oleh pak

Alim Mardhi menjadi berkah, Amin.

Page 98: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 98  

TOM YUM

Haerul  Imam  

 

 

Sejalan dengan waktu berlalu di Thailand,

beberapa Imajinasi terus diputar di pikiran saya bak

video yang sedang diputar mulai dari suasana,

Bahasa, penduduk, geografis, iklim, cuaca, jumlah

penduduk, keanekaragaman hayati (sebenernya mau

jadi guru geografi atau nulis cerita). Oh ya kembali ke

tema. Saya sedikit cerita dengan yang namanya TOM

YUM.

Tiga hari di Thailand membuat saya masih

bingung. Bener saya the lagi di luar negeri? Atau di

Indonesia? Tapi ko panas banget? Sadar woi, ini di

Thailand, di luar negeri, pikirku terus berkecamuk

(ceileh kaya novel aja). Sudah tiga hari megurung diri

di kamar. Bukan apa-apa, hanya karena tidak tahu

jalan, ‘buta aksara’, Bisu (bukan arti sebenernya).

Buta aksara disini maksudnya tidak bisa baca tulisan

thai. Kalua sya lihat mirip tulisan jawa. *dapat info

Page 99: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 99  

katanya itu tulisan palawa. Makanya sama, karena

mengambil dari palawa. Tapi pasti pengucapan dan

arti berbeda. selain itu, mau ngomong berapa banyak

pun tidak akan mengubah apapun ketika kamu ketemu

orang thai yang tidak bisa Bahasa Indonesia. Jadi,

cukup membuat khawatir keluar kamar. Sampai

akhirnya mengurung diri di kamar sampai ada temen

yang mengajak keluar makan. Terus ngapain dong 3

hari gak makan?

Hari pertama dan kedua masih tertolong ada

yang mengajak. Nah hari ketiga ini. Karena hanya

sekali makan di hari kedua akhirnya menyengaja di

hari ketiga menunggu sore. Akhirnya ada yang chat di

facebook dan mendeteksi kalau saya belum makan.

Akhirnya diajaklah ketemuan di kampus tempat saya

akan kuliah. Ternyata kantinnya buka. Namun bukan

dikantin cerita itu bermula.

Kantinnya bersih dan rapih. Di kantin ini,

pertama kali saya pertama bertemu dengan seorang

perempuan Thailand. Dia ternyata mahasiswi tempat

saya kuliah. Sebenarnya sangat grogi ketemu orang

thai, khawatir tidak nyambung ketika ngobrol atau

diskusi dengan mereka apalagi perempuan. Dan

ketika saya gugup maka akan sulit berkonsentrasi. Ini

Page 100: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 100  

kelemahan saya. Sejalan dengan waktu dan suasana

mulai mencair. Akhirnya percapakan dan komunikasi

yang bagus akhirnya mulai jalan.

Tidak lama kemudian berkenalan dengan

mahasiswa Thailand, saya langsung diajak makan ke

MBK (Ma Boon Khrong). MBK adalah mall Bangkok

yang sangat terkenal. Saya diberitahu oleh mereka

bahwa MBK adalah mall favorit para pelancong atau

tourist. Dan tibalah di tempat makan. Tiba-tiba temen-

teman saya semua ke WC semua termasuk mahasiswi

Thai itu. Nah kadang disitu saya cemas membara.

Tadinya saya tidak berani masuk, halal tidak ya

(padahal sudah di kasih kode halal) karena takut

ditanya-tanya sama pelayan, nanti tiba-tiba temen

tidak balik dari WC gimana, kan tidak bawa uang

(bawa uang rupiah, mana laku). Namun pada akhirnya

saya mencoba percaya bahwa teman saya akan balik

lagi dari WC. Yah, saya masuk ke restoran YANA

dan diberi menu. Hal pertama yang saya fikirkan

adalah bagaimana ya rasa Tom yum di negeri aslinya.

Saya buka menu dan ternyata uwooooowww saya gak

bisa baca itu tulisan. Akhirnya mainan tuh HP

walaupun tidak ada signal (mana ada signal

telkomsel) hahaha. Menunggu dengan cemas dan

Page 101: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 101  

mana terus ditanya pelayannya. Gue biang aja “four

People”. Emang ngerti pertanyaannya? Sebenarnya

engga. Perasaan lega bercampur bahagia melihat itu

teman kayaknya kaya ketemu penyelamat di suatu

pulau terpencil. Padahal cuma teman yang kembali

dari WC.

Mulai lah aksi mahasiswi Thailand itu yang

bernama Freya. Nama aslinya tidak tau sih. Dia minta

dipanggil freya. Mereka kaya asik dengan dunia

sendiri antara pelayan dengan freya padahal lagi

mesen. Saya tidak tau porsi aslinya buat perorang atau

porsi besar untuk beberapa orang. Saya ‘Keukeuh’

dengan pilihan saya ini satu. Temen saya yang indo

siapa lagi kalau bang joko sudah ngasih tahu buat

banyakan tapi saya tetap teguh pendirian milih

seewood soup (semoga bener tuh tulisan sup rumput

laut intinya) dan yang lain bisa memesan pesanan

berbeda biar bisa saling icip (kebiasan orang indo

kalau mesen makanan saling icip atau gue aja) bodo

amat. Sambal menunggu akhirnya bisa berdiskusi

dengan freya. Kemampuan Inggris gue semakin

terasah semakin tajam, semakin tajam saking

tajamnya dia kadang tidak ngerti saya ngomong apa.

Page 102: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 102  

Pelayan membawa satu-satu makanan dan salah

satunya ada tom yum. Wow excited banget. Tapi gue

tahan ekspresi, agak jaimlah depan mereka terutama

tuh cewek Thai. Setelah dipersilahkan rasanya kayak

denger suara dari surga (lebay). Ya dengan mata

berbinar penuh hasrat saya ambil itu kuah dan mulai

memasukan ke mulut yang sudah penuh dengan

saliva, kemudian masuk dan kuah tom yum masuk ke

mulut. Namun apa yang terjadi pemirsa. Tiba-tiba

mata menegang, dan perut menahan akan makanan itu

masuk. Dalam pikiran saya Tom Yum apa ini kenapa

asem, kenapa ‘hangseur’ baunya, oh ini jelas perutku

berontak. Tapi aku tetap memasukan dan mecoba

beberapa kali memasukan dan mencoba udangnya.

Dan semua dengan ekspresi yang sama. Rasanya

asam, baunya seperti walang sangit atau kepik

membuat ‘enek’ itu perut. Dan saya coba makanan

sup rumput laut, sup ini lebih enak, tidak berbau dan

berasam. Ya saya akhirnya menghabiskan sup. Dan

saya coba makanan tumis dagingnya ternyata sama.

Saya analisa ketiga makanan itu ada daun yang seperti

seledri dan ada daun jeruk. Saya analisa kedua daun

tersebut. Ternyata daun yang seperti seledri inilah

yang mebuat bau menurutku tidak sedap. Selesai

Page 103: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 103  

dengan semua yang berkecamuk akhirnya kita pulang

dan mampir ke supermarket untuk beli beberapa

kebutuhan orang baru pindahan.

Setelah beberapa hari saya mencari info dan

searching (sesudah dapat kartu thai ya) ternyata daun

itu namanya phak cie dalam istilah Thailand. Saya

tanya dosen saya juga yang sekolah di Thailand dan

teman sebelah kamar saya. Saya cari info tentang

bumbu makanan Thai dan akhirnya dapat keterangan

jelas kalau itu adalah bumbu khas Thailand. Jika

istilah Indonesia itu adalah daun ketumbar. Memang

mirip seledri tapi itu daun ketumbar. Bagi teman-

teman yang tidak tahan baunya dan rasanya sebaiknya

memilih makanan Thai yang minim atau sedikit

menggunakan daun ketumbar seperti makanan di

sekitar komunitas Thai muslim. Disana tepatnya di

Petchburi soi 7 (chet) banyak makanan Thai halal.

Disitu penjualnya sebagian besar muslim. ya sekian

dari saya. Semoga bermanfaat.

Page 104: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 104  

MANISNYA

BUAH ASAM

Ramadhan  Tosepu  

Sulitlah untuk membayangkan kelebihan dari

buah asam, tentunya yang akan terlintas dalam

fikiran hanyalah sebagai salah satu bumbu masakan,

tak lebih dari itu. Fikiran itupun bersarang di memori

saya, buah asam sepertinya tidak memiliki tempat

istimewa didalam diri ini. Terlebih mau

membayangkan, rugilah waktu jika harus mengingat

akan kelebihan emas dari buah asam. Cobalah kita

bandingkan buah asam dengan buah lainnya, seperti :

mangga, durian, pepaya, melon, markisa, dll.

Jikalah kesemua itu disandingkan maka pilihan

pertama yang akan dipilih tentunya salah satu dari

buah tersebut, kecuali buah asam.

Suatu ketika, dalam olah raga bulu tangkis,

ini biasanya kami lakukan bersama teman teman

indonesia yang berada di bangkok, dan itu rutin

dilakukan setiap jumat malam yang bertempat di

Page 105: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 105  

pusat olah ranga kedutaan besar republik indonesia di

bangkok. Karena kami datangnya lebih dahulu, maka

permainan pun kami mulai. Beberapa saat kemudian

datanglah seorang kawan dengan membawa beberapa

buah. Dan ianya berterik hai teman yang mau buah

silahkan diambil di tempat ini. Dan permainan pun

terus berlanjut, ketika saatnya istrahat kami melihat

diantara beberapa buah tersebut terdapat buah Asam.

Wah, dalam hati saya berfikir kalau buah ini sih

untuk apa dibawa dan dipromosikan. Bahkan,

andaikan Miss Indonesia 2014 yang promosikan

buah tersebut saya yakin tidak akan laku, fikirku

dalam hati. Berulang-ulang dia mempersilahkan saya

untuk mencicipi buah asam tersebut, dan berulang

ulang pula saya harus menolaknya.

Tetapi, setelah sekian lama memperhatikan

wajahnya, saya kembali berfikir “ kok ketika ia

memakan buah asam tersebut, keningnya tidak

mengkerut” yang biasanya jika memakan buah asam

akan memperlihatkan “kekuatan” buah tersebut.

Saya semakin penasaran “wah, ini ada yang aneh”

tanyaku dalam hati. Diam-diam saya mengambil dan

membuka kulit asam tersebut, perlahan saya masukan

sedikit dalam mulut, hanya untuk merasakan

Page 106: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 106  

bagaimana rasanya buah tersebut. Dan buah asam pun

masuk dalam mulut, bertemulah lidah, sambil

menunggu response yang dibawa syaraf pembawa

respnse, keningpun tak bergeming tetap diam tak

memberikan tanda bahwa yang sementara dimakan

adalah buah asam. Tersadar buah asam itu manis,

spontan saya berkata pada si pembawa buah tersebut,

rupanya buah sama ini sangat manis pak, tidak

sama dengan buah asam yang di indonesia, rasanya

yah sama dengan namanya asam.

bapak bukan orang yang pertama yang

mengalami hal ini”, dia pun menceritakan beberapa

kejadian yang dia alami mulai dari keluarganya di

indonesia sampai teman-teman kerjanya yang berada

di negara lain.

Dan inilah salah satu dari kelebihan negara

Thailand, rupanya mereka telah melakukan rekayasa

genetik buah asam tersebut, menjadi buah yang

manis. Sehingga memberikan nilai ekonomi bagi

masyarakatnya. Dengan merubah rasa buah asam

telah memberikan peluang baru bagi para petani untuk

menanam buah asam. Menanam pohon asam tidak

membuthkan tehnologi modern, cara menamamnya

Page 107: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 107  

pun sangat sederhana dan tanaman ini bebas dari

berbagai macam penyakit tanaman lainnya.

(Inspirasi dari Pak Hari, pilot senior di salah satu

maskapai penerbangan di Thailand)

Page 108: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 108  

SOP DAGING BABE

Joko  Gunawan  

Selama berada di Bangkok, tentunya kita

tidak bisa terlepas dengan yang namanya “Makanan”.

Sesuatu yang menjadi kebutuhan manusia yang

merupakan kebutuhan yang paling mendasar menurut

Abraham Maslow. Mencari makanan yang pas di

lidah dan tentunya halal menjadi prioritas, mengingat

saya akan tinggal cukup lama di Negeri gajah putih

ini.

Setiap harinya saya mencari tempat-tempat

makanan halal yang ada di sekitaran gang muslim

(Pecthburi soi 7) hingga akhirnya menemukan satu

tempat yang menurut saya dan teman-teman cocok

untuk lidah Indonesia, yaitu Sop Daging Babe.

Babe ini ada seorang penjual makanan yang

cukup berumur berasal dari bagian selatan Thailand

dengan pengalaman masak luar biasa yang

memanjajakan lidah kami dengan sop dagingnya yang

Page 109: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 109  

luar biasa enak. Sehingga kami pun sering makan

makanan ditempat beliau.

Namun ada satu hal yang membuat kami

kesal, yaitu dimana babe ini seenaknya buka tutup

warungnya (ya iyalah warung punya dia sendiri,

bukan punya orang lain, apa harapanmu?) Banyak

penjual makanan disini, dan mereka buka tiap hari.

Namun tidak untuk babe, beliau buka warung

makanannya kalau ada mood sepertinya. Kalau mood,

ya buka, kalau tidak mood, cukup lihat pintu

warungnya tertutup. Beginilah salah satu contoh

kebebasan yang nyata, bekerja semaunya, tanpa ada

paksaan orang lain. Dibenak pun sempat berkata,

“mungkin karena semua anaknya sudah besar,

sehingga target untuk mencapai keuntungan yang

besar tidak terlalu tinggi, mungkin cukup saja untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari beliau bersama

istrinya”.

Alhasil, sop daging babe hanya kita rasakan

kalau babe mood untuk buka warungnya. Antara ada

dan tiada alias samar-samar, area abu-abu, dilemma.

Entahlah bagaimana cara mendeskripsikannya.

Page 110: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 110  

ZAM-ZAM  

Haerul  Imam        

Ini cerita tentang salah satu kegiatan saya

selama di Thailand yaitu nongkrong di chayen.

Disana ada ada berbagai menu berbahan dasar roti

seperti Roti telur, Egg Banana, dan tamada. Selain itu,

berbagai minuman ada disini seperi the Thailand

(chayen), Ice milk, Ice vhocolate, teh manis, dan lain

sebagainya. Chayen inilah tempat pertama saya

kumpul dengan kawan-kawan dari Indonesia lainnya.

Disini kami berdisuksi dan sharing mengenai berbagai

hal. Namun, ada sedikit yang membuat penasaran

saya adalah café apa yang ada di depan chayen.

Café ini membuat saya bertanya. Namun, saya

hiraukan saja. Dalam benak saya “ah mungkin café

biasa saja”. Saya tidak terlalu mempedulikannya.

Namun saya masih tetap terfikirkan halal atau tidak

ya. Kadang saya melihat beberapa orang muslim

masuk dan keluar dari café ini. Saya telisik lebih

dalam lagi juga terlihat muslimah berjilbab panjang

Page 111: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 111  

dengan gamis menutupi tubuhnya dan menggunakan

masker sedang mengantarkan makanan dan minuman

kepada konsumen. Ternyata saya baru tahu kalau

halal. Saya tidak pernah melihat label halal di kaca

depan.

Akhirnya pada suatu waktu, kebetulan chayen

tutup jadi saya dan teman mampir di zam-zam.

Bangkok lagi musim dingin. Jangan bayangkan

musim dinginnya Bangkok kaya di Eropa atau

Jepang. Musim dingin disini hanya turun beberapa

derajat. Lumayan juga sekitar 12-18 derajat celcius.

Ketika saya buka menu, ternyata banyak menunya.

Melihat menu yang berbeda mata saya langsung

berbinar. Saya lihat ada red curry green curry, mie

rebus pakai telor, dan kue. Akhirnya saya pesan mie

rebus. Sudah lama tidak makan mie rebus. Namun,

ketika saya sedang memesan mi, saya melihat ada es

krim dengan berbagai rasa seperti rasa cokelat, green

tea, dan buah. Akhirnya saya memutuskan membeli es

krim tersebut. Saya tanya kepada pelayannya pakai

Bahasa inggris, eh malah balik nanya pakai melayu.

Akhirnya saya pakai Bahasa Indonesia dan dia

mengerti. Saya tanya kepada pelayannya apakah ini

halal atau tidak. Beliau menjawab halal. Saya tanya

Page 112: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 112  

karena tidak ada label halalnya. Yah inilah zam-zam

salah satu café modern muslim yang saya temui di

Pecthaburi Soi 7 (Chet).

Page 113: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 113  

SEPEDA KELILING

BANGKOK

Ramadhan  Tosepu  

Rasanya sangat rugi kalau tidak mengelilingi

Kota Bangkok, suasana ibukota negara Thailand

secara umum sama seperti ibukota negara lainnya.

Gedung menjulang tinggi, pusat-pusat keramaian

yang padat, arus lalu lintas yang padat merupakan tiga

dari sekian banyak dari ciri-ciri sebuah kota.

Pemandangan gedung pencakar langit semakin

menggambarkan bahwa ibukota tersebut semakin

padat. Aktifitas masyrakatnya pun sangat beragam

dan sibuk antara satu dengan lainnya, bahkan antara

sesama tempat tinggal saja sudah jarang ketemu

apalagi untuk saling kenal.

Beruntunglah saya berada ditempat yang

berpenghuni dominan warga negara indonesia,

pertama kali berada diapartemen Athen saya langsung

disampaikan bahwa bapak harus memiliki sepeda kata

Pak Alim Mardhi yang merupakan mahasiswa

Page 114: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 114  

Chulalongkorn University Thailand, sambungnya

kalau bapak memiliki sepeda anda bisa kemana-mana

dengan mudah, seperti ke masjid, ke pasar, bahkan ke

kampus pun bisa dijangkau dengan sepeda. Tawaran

itu pun saya terima, esoknya saya menuju tempat jual

sepeda di Lotus Swalayan dengan naik bus nomor 11

dari petcburi road 11. Harga sepedapun bervariasi

tergantung dari jenis dan kualitasnya, yah dengan

kondisi mahasiswa maka saya memilih sepeda yang

harga standar 2.800 Bath.

Pertama kali menggunakan sepeda di kota

bangkok memang sangat takut karena kendaraan yang

padat serta pejalan kaki yang sangat ramai. Saya

sempat berfikir kalau begini kemana harus lewat,

apakah dijalan raya ataukah di trotar jalan. Sementara

trotoar jalan digunakan oleh pejalan kaki, tetapi

perlahan saya melihat kok pengendara sepeda motor

terutama tukang ojek dominan mereka naik melewati

jalan trotoar. Fakta ini saya berfikir, saya juga bisa

melewati jalan tersebut. Alhamdulillah masyarakat

pengguna jalan trotoar sangat sopan dan toleran

terhadap pengguna sepeda.

Memang bersepeda di kota bangkok bukan

merupakan kebiasaan yang umum dilakukan,

Page 115: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 115  

masyarakat kota ini lebih condong untuk

menggunakan transportasi umum seperti bus, van,

tuk-tuk, ojek, dll. Kelompok sepeda ini, kami beri

nama Athen Group yang terdiri dari enam orang Heru

Herlambang, Andryas, Ubban Nasution, Heri

Akhmadi, Alim Mardhi dan saya. Jadwal bersepeda

biasanya kami lakukan pada hari minggu setelah

shalat shubuh, rutenya biasanya didiskusikan pada

malam minggu, yah karena semua telah menikah

maka jadwal malam minggu diisi dengan diskusi,

tentulah beda yang belum nikah suasanya akan

mencari nuansa romantis untuk mengukir kisah-kisah

bahagia yang tak terlupakan. Benarlah kata H.Rhoma

Irama dalam syair lagunya “Masa muda masa yang

berapi-api....”.

Page 116: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 116  

BAHASA ‘TARZAN’

Haerul  Imam  

Kalau kita baca judul diatas mungkin agak

ambigu. Tapi akan saya coba ceritakan bagaimana

kejadian itu bermula.

Jarak antara apartemen dan kampus memang tidak

begitu jauh atau ya sekitar 5-8 Kilometer. Kadang

begitu dekat hingga jalan pun menjadi alternative

terbaik. Jika kamu mencoba mengefektifkan waktu

coba pakai sepeda. Mungkin akan mngefesienkan

waktu sehingga lebih cepat. Namun, jarak akan begitu

jauh kita waktu yang mendesak kita karena kelalaian

kita. Jika waktu sudah mndekati jam masuk kuliah,

maka jarak yang dekat akan terasa begitu jauh sekali.

Jarak itu terasa akan sangat mengerikan jika berjalan

atau naik sepeda.

Hal itu terjadi jika waktu sangat mendesak alias

mepet sekali. Alternatif kendaraan yang bisa kita

pakai adalah mamang ojek. Yup, betul sekali ojek.

Page 117: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 117  

Ojek adalah istilah transportasi public yang sering

dipakai atau sarana transpotasi yang paling cocok jika

kita ingin cepat, praktis dan murah. Apalagi di kota

besar, solusi pas untuk menghindari macet. Maka dari

itu saya memilih ojek. Jika di Indonesia mendengar

ojek mungkin biasa saja. Tinggal bilang “mang ojek”,

terus mang ojeknya pasti nanya balik kemana

bang/boss (hampir semua tukang ojek manggil laki-

laki pakai pakaian kantoran atau rapi dibilang

bos)/mba/neng/cep/mas. Lah, masalahnya ini di

Thailand lo. Terus?

Terus ya gue bingung. Mana ngarti Bahasa thai

secara genap sebulan aja belum. “gimana

mesennya?”, Gimana ngomong nya?”, “kalau stop

atau berhenti bilang apa” masa kiri kan kagak lucu

juga. Kalau dia lurus aja gimana?. Makin ragu untuk

menggunakan ojek ini. Akhirnya saya memutuskan

mengacungkan telunjuk tangan. Terus dia bialng

entah apa, saya mengangguk saja. Baru setelah duduk,

saya bilang Petchaburi Soi Kau. Tiba-tiba hening.

Terusmamang ojek bilang, “£%^”&£^ Pethaburi”.

Hah Petchabury? Tegas saya. Dengan nada meninggi

mamang ojek berkata, “This Petchabury”. “Oh ya

petcabury!” sahut saya. setelah itu saya sejenak

Page 118: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 118  

berfikir, kan saya tinggal di petchabury, terus kenapa

saya bilang petcaburi”. Tanpa berfikir sejenak lagi

(kan barusan sudah berfikir sejenak), langsung saya

sampaikan “sorry, Chula Soi Kao (9)”. “kou ah?”,

tanya mamang ojek. “khap”, jawab saya.

Ya, saya menetap di Petcabury Soi Hok (6). Jadi

aneh kan kalau saya bilang Petchaburi, walaupun bisa

saja saya naik ojek ke Petchaburi soi 9. Namun,

keterlaluan banget, jalan aja deket. Dan tempat

kampus saya adalah Chulalongkorn atau Chula Soi

12.

Sepertinya cerita diatas ada yang sedikit

mengganjal. Alamat kampus kan soi 12, kenapa

bilang ke mamang ojek soi 9?. Ya kawan inilah

keunikan saya atau kepolosan saya. Wallahualam

bishowab. Jadi selama satu sebulan pertama saya di

Thailand. Saya selalu mengorder ojek ke chula soi 9.

Karena yang saya tahu jalan di kampus saya cuma

chula soi 9. Sedangkan saya pada sebulan pertama itu

tidak tahu kalau alamat kampus saya chula soi 12.

Jadi setiap saya naik kendaraan umum entah taksi

atau ojek atau tuktuk, saya selalu ke chula soi 9.

Setelah itu jalan atau berlari ke fakultas saya. Padahal

tinggal lurus kalau naik ojek. Tinggal bilang lurus aja.

Page 119: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 119  

Ya kalau di Indonesia mungkin tinggal bilang lurus,

Kalau disini? Saya tidak tahu.

Setelah sebulan kemudian saya memberanikan diri

untuk ke chula soi 12. Sebelumnya saya memastikan

dulu kalau 12 itu adalah Sip Song. Akhirnya bilang ke

mamang ojek, Chula soi sip song. Perjalanan pun

dimulai lancer tanpa kendala, sesampainya di soi 12,

mamang ojek nanya, “ @£&*!)(*&^”. Oh mungkin

dia bertanya, dimana turunya? saya jawab, over there.

“)(*&^!@)(*&” (maaf bro tidak mengerti apa yang

dibicarakan oleh mamang ojek)”, Tanya balik

mamang ojek. Akhirnya saya jawab sambal nunjuk

overthere? Mamang ojek masih nanya, tapi bahasanya

mulai berubah, Ah uh ah ah ah? (sambil nunjuk kanan

atau kiri). Akhirnya saya jawab, ah uh ah ngah

(sambil tangan kiri nunjuk ke arah kanan dan dan

tangan kanan dilambaikan untuk bilang no) dan

mamang ojek tiba-tiba berkata “ah uh ah ah” dan

nunjuk arah ke kanan. Setelah saya lihat, saya jawab “

uh ah here ya stop). Kalau saya lihat, jika kawan-

kawan semua tidak mengerti Bahasa warga lokal.

Cukup pakai Bahasa “Tarzan”. Ini adalah Bahasa

andalan saya. Mungkin kata tidak bermakna, tapi

bahasa tubuh dapat lebih berbicara.

Page 120: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 120  

TRANSPORTASI

SUNGAI

Ramadhan  Tosepu  

Indonesia memiliki sungai yang sangat

beragam bahkan jumlahnya sangat banyak, sungai-

sungai di Indonesia seperti Mahakam, Kapuas,

Konaweeha dan lainnya merupakan potensi yang luar

biasa untuk dikembangkan. Pemanfatan sungai

tersebut masih sebatas alur angkut muat batu bara,

namun untuk daerah tertentu di Indonesia sungai

tersebut merupakan jalur transportasi yang

menghubungkan atar satu daerah dengan daerah

lainnya. Pemanfaatan lainnya berupa sumber air

minum dan bidang pertanian seperti mengairi sawah.

Kategori sungai tersebut berada pada dearah

pedesaan, tetapi untuk sungai yang berada di daerah

perkotaan itu belum dimanfaatkan secara maksimal

bahkan hanya berfungsi sebagai penampung limbah

rumah tangga.

Page 121: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 121  

Di Thailand terdapat beberapa alat

transportasi umum seperti Bus, Tuk-tuk kalau di

indonesia ini semacam bemo, kereta api, BTS, perahu.

Di Bangkok alat transportasi sungai seperti perahu

merupakan hal yang sangat membangakan dan

menjadi daya tarik wisata. Kota Bangkok secara

umum memiliki banyak sungai, pemerintah melihat

ini sebagai peluang bagi mereka untuk mengurai

kemacetan di kota tersebut. Pemanfaatan sungai ini

juga memberi peluang bagi masyarakat untuk meraih

rezeki. Pilihan untuk menggunakan perahu sebagai

transportasi sehari-hari sangat diminati oleh

masyarakat baik penduduk kota Bangkok maupun

para wisatawan, penggunaan perahu sangat jauh dari

suasana macet.

Halte atau pelabuhan dibuat sebaik mungkin

sehingga Nampak bersih dan jauh dari kesan kumuh,

suasana dihalte pun dibuat sedemikian rupa sehingga

para penumpang nyaman menungu kadatangan

perahu. Dihalte tersebut disiapkan informasi rute dan

jalur keberangkatan yang tentunya setiap jalur dan

lokasi pemberhentian dilengkapi dengan informasi

biaya tiket. Pembayaran tiket dilakukan didalam

kapal, petugas akan menagih kepada setiap

Page 122: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 122  

penumpang dengan sebelumnya menanyakan halte

tujuan dari para penumpang, harga tiketpun sangat

murah dan terjangkau.

Menariknya dalam perjalanan mengitari

sungai akan Nampak terlihat beberapa masjid yang

terletak dipinggir sunggai, konon ceritanya zaman

dahulu pembangunan kota Bangkok dilakukan oleh

masyarakat yang berasal dari Thailand Selatan seperti

Phatani, Yala yang beragama muslim. Mereka datang

dibangkok dengan menyusuri sungai, oleh pemerintah

kerajaan Thailand mereka diberi izin untuk tinggal

didaerah tersebut yang selanjutnya secara turun

temurun bermukim dialiran sungai. Karena dominan

mereka beragama muslim maka pembangunan masjid

pun turut menjadi bagian dari hidup mereka.

Page 123: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 123  

MALU DAN SOMBONG

Joko  Gunawan  

Hidup di Bangkok ini keras bung! Kalau

boleh dibilang ya mirip-mirip di Jakarta lah. Bangkok

adalah pusat kota Thailand dengan biaya hidup yang

cukup mahal. Jangan terlalu banyak harapan kalau

hidup cuma bermodalkan beasiswa, kecuali emang

ada pendapatan lain.

Perubahan hidup emang berubah drastis dari

gaya hidup yang cukup mewah sampai dengan gaya

yang paling sederhana, bahkan paling sederhana. Dari

naik mobil, jadi naik motor; dari naik motor sampai

naik sepeda; dan ada juga yang banyak memilih jalan

kaki.

Untuk yang mempunyai pemasukan selain

beasiswa, tentunya akan bisa membeli motor disini,

karena banyak sekali motor seken disini dan harganya

cukup murah. Namun memiliki kendaraan disini

cukup ribet dari mulai proses pembelian sampai

Page 124: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 124  

proses perizinan berkendara (alasan lain karena tidak

ada duit).

Sehingga saya lebih memilih bersepeda

walaupun awalnya saya jalan kaki untuk kemana-

kemana. Namun rasa capek jalan itu tidak bisa

bohong terutama saat cuaca panas Bangkok yang

melelehkan kepala ini.

Bersepeda di Bangkok saat ini sudah menjadi

trend. Banyak orang yang merasa keren dan sombong

dengan bersepeda disini, dan tentunya sehat pula.

Tetapi ini bukan untuk saya, buat orang lain saja.

Trend bersepeda disini dipenuhi oleh orang-

orang berduit dengan model sepeda gunung atau

sepeda lipat dengan peralatan-peralatannya yang serba

mahal. Bayangkan saja suatu ketika saya dan teman

mengunjungi toko sepeda di Bangkok, harga

sadel/tempat duduknya saja 10 ribu baht (3-4 Juta

rupiah). Apalagi harga sepedanya. Cukup buat makan

satu bulan ini. Sadis!

Saya cuma mampu membeli sepeda yang

seharga dibawah 6000 Baht saja, itu juga lama

mikirnya mau beli atau tidak. Dua minggu baru saya

memutuskan beli sepeda. Gengsi dong mau beli

sepeda bekas. Walau murah yang penting baru.

Page 125: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 125  

Apalah ini!!! Masih ada perasaan malu dan gengsi

dihati ini. Namun rasa ini tidak berlangsung lama,

rasa capek jalan kaki mengalahkan semuanya.

Namun emang nasib saya yang sial, satu

minggu menggunakan sepeda baru saya, sepeda itu

hilang tanpa bekas. Sepeda yang saya ikat dengan

tiang dan gembok rantai di roda belakang seperti tak

ada artinya. Itu maling benar-benar tidak mengerti

perasaan ini. Sial !

So, saya kembali jalan kaki saat ini dan

untungnya ada teman yang membeli motor, sehingga

sepulang dari chayen saya seperti raja yang diantar ke

pediamannya. Nikmatnya hidup! (yang punya motor

dalam hatinya berkata “Sialnya hidup”

Page 126: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 126  

TAKSI

Joko  Gunawan  

Kehidupan kita ini tidak akan terlepas dari

adanya barang dan jasa. Keduanya memang selalu

beriringan satu sama lain membuat seseorang

kerapkali susah untuk membedakan yang mana yang

dimaksud dengan barang dan yang mana yang

dimaksud dengan jasa. Dalam setiap kegiatan

ekonomi terutama, kita seringkali membeli barang

dan juga jasa.

Barang merupakan produk yang nampak atau

berwujud serta dapat dipegang yang berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan hidup kita. Sedangkan jasa

sendiri merupakan suatu layanan yang diberikan oleh

seseorang kepada kita untuk memenuhi kebutuhan

hidup. Jika barang dapat kita gunakan pada

kehidupan sehari–hari dan dapat memenuhi

kebutuhan kita, seperti misalnya televisi dapat

memberikan kita informasi dan hiburan, maka lain

pula dengan jasa.

Page 127: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 127  

Jasa dapat kita peroleh dari orang lain untuk

diri kita ketika kita membutuhkan suatu layanan,

misalnya jasa sopir taksi untuk mengantarkan kita ke

suatu tempat. Pada umumnya keduanya sama – sama

dapat diperoleh dengan cara membayar atau membeli

baik itu barang ataupun jasa tersebut.

Nah di kesempatan ini saya akan

menyinggung masalah jasa, terutama jasa taksi.

Selama saya di Indonesia, sopir taksi selalu berburu

pelanggan, kemanapun pelanggan itu pergi, sopir

tidak akan pernah menolak. Namun tidak untuk taksi

di Bangkok, banyak sekali taksi-taksi yang menolak

penumpangnya. Beberapa kali pengalaman saya di

Bangkok ditolak taksi. Kita tidak tahu apa alasannya,

yang jelas ini hanya terjadi di Bangkok. Kalaupun

mereka mau, pasti menawarkan untuk tidak

menggunakan speedometer dan menawarkan “song

roi baht” atau 200 baht kemanapun itu disekitaran

Bangkok baik dekat maupun jauh.

Pengalaman–pengalaman seperti ini membuat

para pengguna taksi merasa kecewa, risih, dan

bingung, khususnya saya. Ya mudah-mudahan hal ini

tidak terjadi di Indonesia.

Page 128: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 128  

LOST IN BANGKOK  

Hasanuddin  Nuru  

Seperti yang umum kita ketahui bahwa

Bangkok adalah kota wisata yang banyak dikenal oleh

para wisatawan mancanegara berbagai tourist

dibelahan dunia berkunjung ke kota Bangkok, sangat

banyak tempat-tempat menarik yang menyenangkan

untuk dikunjungi oleh wisatawan, saking banyaknya

inilah yang membuat pemerintah Thailand

menyediakan akses transportasi umum yang banyak,

namun bagi pendatang baru tentulah kebingungan

untuk menghafal setiap nomor bus termasuk diri saya,

karenanya saya berpikir untuk mengutamakan hafalan

nomor bus yang menuju ke kampus dan kembali ke

apartemen saya. Cara ini pun bukan jaminan untuk

pendatang baru agar tidak tersesat di kota Bangkok.

Suatu hari diluar dugaan, saya pun tersesat

karena salah jalur meskipun nomor bus yang saya

tumpangi sudah benar akan tetapi halte bus tempat

dimana saya menunggu bus yang tidak sesuai,

Page 129: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 129  

untunglah saya berbekal handphone yang memiliki

GPS (software penunjuk arah pada handphone),

dengan sigap saya bertanya kepada female

conductress (kondektur wanita) dengan modal bahasa

thai yang ala kadarnya “anni phay lamathibodhi, ca

mai…?” (apakah bus ini menuju ramathibodhi,

bukan…?) dan kondektur menjawabnya “mai phay na

khab” (tidak menuju kesana) dan beliau segera

menyuruh saya untuk turun di halte bus berikutnya

sambil memberikan petunjuk arah menuju kampus

saya. Untunglah hari itu hari pertama saya masuk

kuliah dan saya pun berangkat lebih awal sehingga

saya pun terlepas dari keterlambatan. Bagi saya

peristiwa ini adalah pengalaman yang tak terlupakan

dari kejadian ini saya bisa belajar bahwa kemanapun

kita berangkat apalagi jika tujuan kita belum jelas

sangatlah penting membawa petunjuk arah baik itu

peta maupun yang digital seperti GPS, selain itu jika

terjadi kesalahan janganlah panic tetap sabar jaga

jangan sampai orang-orang disekeliling kita tahu

bahwa kita ini tersesat dan cobalah untuk bertanya

seakan-akan kita paham kondisi daerah tersebut,

berangkatlah lebih awal sehingga ada waktu lowong

jika tersesat.

Page 130: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 130  

KAUM PENYUKA

SESAMA JENIS

Hasanuddin  Nuru  

Bangkok lumayan terkenal dengan kaum

penyuka sesama jenisnya, atau disebut juga dengan

LGBT (Lesbian, gay, bisex dan transgender) yang

saat ini sedang banyak dibicarakan. Bangkok adalah

pintu gerbang orang-orang Eropa dan Amerika

(tourists) sangatlah eksotis dengan dunia malamnya.

Makanya tidaklah heran jika banyak tourist-tourist

yang mampir di Bangkok atau bahkan menjadi

destinasi utama untuk menikmati dunia malamnya.

Kita semua paham bahwa cewek-cewek thai sangatlah

menarik perpaduan antara cina dan melayu, bukan

hanya orang-orang eropa ataupun amerika yang

interest tapi orang Asia pun tidak bisa berbohong

untuk mengatakan tidak jika bertatapan dengan cewek

Thailand. Namun yang sangat mengherankan hamper

semua cewek yang memiliki paras yang sangat cantik

justru tidak tertarik sama sekali dengan lawan

Page 131: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 131  

jenisnya, begitupun juga dengan cowok yang sangat

tampan beliau enggan untuk mengejar cewek-cewek

yang cantik. Mereka-mereka ini lebih senang

dengan sesama jenisnya. Mereka dengan bangga dan

tidak sedikitpun rasa malu untuk mengakui statusnya

sebagai Lesbi ataupun Gay termasuk Bisex dan

transgender. Tidak sedikit kita jumpai disetiap jalan-

jalan besar maupun jalan kecil di seluruh pelosok kota

Bangkok cowok jalan bareng dengan cowok sambil

bergandengan tangan bahkan saling peluk-pelukan

dipinggiran setapak, begitu juga dengan Lesbian.

Seorang mahasiswi disalah satu universitas

ternama di Thailand yang juga teman saya

mengatakan bahwa status itu bukanlah hal yang harus

membuat mereka malu, itu adalah persoalan pribadi

yang tidak harus direspon oleh orang-orang lain.

Bahkan mahasiswi itu menjelaskan bahwa mereka

juga manusia namun karena kehidupan sex seperti itu

sehingga kita perlu mendekatinya dan

memperlakukan mereka sama dengan yang lainnya.

Disnilah letak syurga kaum LGBT di kota Bangkok,

mereka tidak akan dipandang sebelah mata justru

malah mendapat perlakuan yang sama seperti manusia

yang lain.

Page 132: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 132  

PACARAN DENGAN

BISEX, BERTEMAN

DENGAN GAY

Ramadhan  Tosepu  

Di Indonesia menyebut kata Bisex dan Gay

(BG) merupakan hal yang tabuh yang tidak boleh

diucapkan secara terbuka, bahkan membahasnya pun

mesti hati-hati dan butuh strategi khusus agar

masyarakat tidak salah tafsir. Tentunya ini

dilatarbelakangi dengan penduduk Indonesia yang

dominan muslim dan pada agama lainpun juga

memberikan perhatian yang sama terhadap keadaan

ini. Disisi lain budaya Indonesia yang memegang

budaya timur membuat bahasan “BG” menjadi jauh

dari bahasan politis yang mewarnai media setiap saat.

Secara umum pengertian dari BISEX yakni Orientasi

Sexsual Seorang Pria/Wanita yang menyukai dua

jenis kelamin baik Pria/Wanita. GAY bermakna

Orientasi Seksual seorang Pria yang hanya

Mempunyai Hasrat Sesama Pria. LESBIAN berarti

Page 133: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 133  

Orientasi seksual seorang Perempuan yang hanya

Mempunyai Hasrat Sesama Perempuan. Selanjutnya

ketiga hal tersebut berkembang menjadi

TRANSGENDER bukan TRANSJAKARTA (pen

bus area Jakarta) yang berarti Orientasi seksual

seorang Pria/Wanita dengan mengidentifikasi dirinya

menyerupai Pria/Wanita (Misal:Waria). Keempat

istilah tersebut dewasa ini dikenal dengan model

trendnya LGBT.

Di negeri gajah putih ini bahasan LGBT

sangat terbuka dan bahkan para pelakonnya pun bebas

untuk beraktifitas pada semua level tanpa ada

perbedaan hak. Keseharian dapat kita bertemu

mereka, pada orang baru di negera ini akan sulit

membedakan antara laki-laki dan perempuan, butuh

pendalaman agar kita tidak salah tafsir. Kadang laki-

laki lebih cantik dari perempuan asli, dandanan

perempuan, rambut terurai rapih, makeup yang

aduhai, penampilan yang asoy, langkah yang feminim

semakin sulit untuk membedakannya. Tetapi bagi

mereka yang telah lama tinggal dinegeri ini sekilas

saja melihatnya akan mudah membedakannya.

Dinegeri ini pula semua menjadi mungkin,

seorang kawan sebutlah namanya Pronchap (nama

Page 134: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 134  

samaran) tiba-tiba berceritera tentang peristiwa yang

dialaminya. Dua bulan terakhir dia berpacaran dengan

seorang gadis Suwhala (nama samaran) yang

dikenalnya disatu tempat, gadis itu sangat baik dan

ramah berbeda dengan gadis lainnya yang cuek dan

acuh walaupun berpacaran. Keseharian mereka diisi

dengan bahagia, satu sama lainnya saling melengkapi

bahkan perbedaan agama mulai menemukan titik

terang untuk belajar sedikit demi sedikit, tentunya

suwhala mulai tertarik untuk belajar agama yang

dianut pronchap. Seiring dengan jauhnya cinta

mereka, tiba-tiba masalah mulai berdatangan,

Pronchap melalui pertemanan media social facebook

di add oleh seseorang yang mengaku pacar dari

Suwhala, yang ternyata seorang perempuan berambut

pendek dan dalam foto profilnya terlihat foto mereka

yang sangat mesra. Pronchap sungguh tak percaya

dengan keadaan tersebut, namun dengan meyakinkan

sangat kekasih Pronchap tersebut mengatakan bahwa

mereka sudah menjalin kasih selama setahun.

Sungguh hal yang sulit untuk diterima oleh Pronchap,

memiliki pacar yang seorang BISEX. Pronchap pun

tidak tinggal diam, dia memanggil Suwhala tentunya

dengan mengkopi hasil pembicaraan dengan

Page 135: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 135  

kekasihnya itu yang disertai dengan foto-foto mereka,

yah tetap saja dia menolak tuduhan itu, ia berkata itu

saudara saya bukan pacar, anehnya dia berkata

Sekarang Saya Suka Laki-Laki. Pertengakaran pun

tak dapat dibendung dengan bijak Pronchap berkata

“sebaiknya hubungan ini kita akhiri dan silahkan

kamu kembali ke kekasihmu, saya tidak punya urusan

lagi dengan kamu”.

Keadaan yang sulit diterima tapi inilah jalan

terbaik yang mereka pilih, akan sulit untuk

melanjutkan langkah yang jauh bila keduanya tidak

memiliki ketulusan untuk mencintai. Belumlah lama

Pronchap kehilangan kekasihnya yang BISEX

tersebut dia mendengar kawannya yang selama ini

sangat dekat ternyata memiliki kelainan yakni GAY.

Ini tidak disangka kawannya itu tidak memperlihatkan

perilaku yang aneh, tetapi setelah ditelusurinya

rupanya mereka itu GAY.

Rupanya setelah sekian lama Pronchap

menjalin kasih dengan Suwhala, semua menjadi sirna

ketika ia tahu Suwhala memiliki kekasih yang

sejenis, ini menjadi perdebatan bathin yang kuat oleh

Pronchap akan keadaan tersebut. Suwhala berusaha

untuk meyakinkan Pronchap dengan berkata “Now I

Page 136: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 136  

like man”, Pronchap tetap pada sikapnya untuk

mencintai seorang wanita yang benar-benar wanita

bukan seorang pencinta Bisex. Dengan sikap tegas

pula Pronchap berucap “Yes, now you like man, but

tomorrow you like girls”. Situasi semakin tidak

terkendali, diam-diam kekasih Suwhala menghubungi

Pronchap melalui media social, dia mengatakan

“tolong jangan ganggu hubungan kami, cinta kami

sudah semakin jauh”, tanpa pikir panjang Pronchap

berkata dan berjanji pada kekasih Suwhala yang juga

seorang perempuan, “baik saya tidak akan

menganggu Suwhala, dan semoga kalian bahagia”.

Sejak itu maka Pronchap tidak lagi berhubungan

dengan Suwhala, dan ia pun mulai selektif untuk

memilih pasangan hidup dengan super hati-hati

Page 137: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 137  

MUNGKINKAH IA

LESBIAN?

Ramadhan  Tosepu  

Pertengahan bulan April 2015, Pronchap

mengajak saya untuk mengikuti sebuah festival

budaya yang dilangsungkan oleh salah satu perguruan

tinggi di Bangkok, ia berkata kamu pasti tertarik

karena malam ini akan ditampilkan budaya Indonesia

dan akan banyak diahadiri oleh pelajar Indonesia di

Bangkok. Tanpa fikir panjang, sayapun mengiyakan

untuk mengahadiri acara tersebut, dan kamipun buat

janji untuk pergi bersama. Keesokan harinya kami

menghadiri acara tersebut, perjalanan yang cukup

melelahkan karena harus melalui jalan yang macet ini

membuat kami telat tiba di lokasi tersebut, rupanya

acara telah berlangsung sekitar 20 menit yang lalu,

dank arena telat maka kami duduk pada kursi paling

belakang, sambil memperhatikan penyaji

memaparkan budaya Indonesia, satu persatu saya

Page 138: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 138  

perhatikan undangan yang hadir. Beberapa undangan

saya kenal seperti perwakilan dari kedutaan Indonesia

di Thailand, pelajar Indonesia, dan beberapa warga

Negara Indonesia yang telah lama tinggal di Bangkok.

Mata saya tertuju pada salah satu pelajar Indonesia,

dan ia pun sempat melihat kami yang duduk

dibelakang, dalam hati saya berujar “Setahu saya

gadis ini menggunakan jilbab, tapi kok kali ini ia

melepas jilbabnya…apa saya salah orang…”. Saya

pun mengangap yah, kalau pun ia pelajar

Indonesia itu hak dia untuk melepas jilbabnya, toh

di Negara ini semua bisa terjadi. Bahkan wanita

bisa menjadi laki-laki, dan sebaliknya laki-laki bisa

menjadi perempuan, apalagi hanya melepas jilbab.

Sayapun terus memperhatikan pemaparan penyaji,

selang 15 menit dari kami duduk, tiba-tiba gadis itu

keluar meninggalkan acara dan melewati kami dengan

sedikit menunduk dan menghelai rambutnya yang

panjang melewati bahu. Sampai acara selesai ia tak

kunjung kembali, fikirku dia sudah pulang,tapi

anehnya kalau ia pulang kenapa tasnya tidak dibawa

serta dan dibiarkan berada di kursi tempat ia duduk.

Karena acara telah selesai, maka secara

bersamaan saya dan Pronchap bersama staf kedutaan

Page 139: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 139  

Indonesia meninggalkan acara dari lantai 4 dengan

menggunakan lift, kejadian aneh kembali mewarnai

perjalanan kami. Disaat kami akan keluar dari gedung

tersebut, tiba-tiba dari arah kiri saya, yang kebetulan

agak gelap. Saya melihat gadis itu bersembunyi di

sudut gedung tersebut. Saya semakin berfikir kok dia

memperlihatkan sikap yang aneh seakan-akan saya

tidak melihatnya, yah untuk menjaga privasinya saya

hanya berujar kepada Pronchap bahwa tadi saya

melihat pelajar Indonesia yang bersembunyi didekat

pintu keluar gedung itu, ia pun hanya tersenyum

sambil berkata “wow it’s Indonesia student?, sambil

berlalu kami pun pulang.

Seiring berjalannya waktu saya semakin

penasaran dengan gadis itu, ilmu jurnalis yang saya

pelajari zaman strata satu mulai saya gunakan dengan

sedikit. Cara pertama mulai dengan memperhatikan

dengan siapa ia berteman saat pertama kali kami

bertemu dan pelajari perilaku mereka, dimana ia

tinggal, pelajari pertemanan di media social, pelajari

perkembangannya dan keanehan-keanehan yang

muncul pada dirinya, dan yang terpenting adalah

pelajari kejujurannya. Tentunya itu tidak mudah,

namun sekali lagi ilmu Investigasi reporting itu bisa

Page 140: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 140  

membantu. Sedikit demi sedikit saya mulai

mengambil benang merah dari perilakunya. Hingga

saya berkesimpulan sementara ia memiliki

penyimpangan sexual “Lesbian”.

Tentunya, itu adalah pilihannya yang kelak

akan dipertangungjawabkan kepada keluarganya yang

begitu mencintainya dan mengharapkan untuk meraih

gelar magister di negeri gajah putih ini. Rupanya,

dinegeri gajah putih ini trend LGBT (Lesbian, Gay,

Bisex, Transgender bukan Transjakarta) bukan

saja dialami dan dilakoni penduduk negeri ini, tetapi

perlahan pelajar Indonesia mulai mengambil bagian

dari LGBT. Perkembangan selanjutnya, mungkinkah

ia Lesbian? Dan jika ia lesbian, siapakah

pasangannya? Sesama pelajar Indonesia ataukah

warga Negara lain?, kisahnya segera terungkap.

Page 141: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 141  

PERBATASAN SURGA

DAN NERAKA

Joko  Gunawan  

Siapa yang tidak kenal dengan soi Nana? the

red light district di Bangkok tepatnya di jalan

Sukhumvit No 4 berdekatan dengan BTS (Skytrain)

Nana, bersebrangan dengan Nana Plaza. Tempat ini

awal mulanya dibuka pada akhir tahun 1970 dengan

dibukanya restoran yang dilengkapi dengan Go-Go

Bar dimana bar tersebut dilengkapi dengan pernak

perniknya yang khas yaitu cewek barnya mulai dari

para mahasiswi sampai para ladyboy. Kalau tidak tau

ladyboy itu adalah bencong atau banci. Yah tempat ini

emang enak buat santai dengan nuansa yang merah

bombastis termasuk kegilaannya.

Begitu banyak turis yang datang di soi nana

ini buat nongkrong. Namun sebenarnya banyak juga

yang datang bukan karena ingin nongkrong, tapi rasa

penasaran yang ingin tahu dunia di soi nana ini.

Page 142: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 142  

“Perbatasan Surga dan Neraka” ya begitulah

cara temanku mendeskripsikannya. Kok bisa begitu?

Hal ini dikarenakan sebelum masuk ke gang ini,

didepannya banyak sekali rombongan muslim dari

Iran, India, Uzbekistan dan sekitarnya yang tinggal

didaerah ini, sehingga banyak sekali restoran muslim

yang tentunya tidak akan kesulitan untuk mencari

makanan halal.

Namun yang menjadi perhatian kami adalah

setelah melewati restoran-restoran halal ini,

didalamnya ada red-district walau tidak se-ekstrim soi

patpong dan soi cowboy. Banyak club striptease, bar-

bar, termasuk pijat plus-plus yang dipenuhi oleh turis.

Sungguh fenomena yang menarik. Jadi wajar kalau

temenku bilang ini perbatasan surga dan neraka.

Dibenakku berkata, apakah emang sengaja dikonsep

seperti ini untuk strategi bisnis karena banyaknya

pengunjung datang kesini.

Bangkok emang tidak ada tandingnya.

Namun hal ini tentunya secara tidak langsung

mencederai perspektif orang lain tentang Islam. Akan

tetapi perspektif emang selalu berbeda-beda.

Selanjutnya diserahkan ke diri masing-masing.

Page 143: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 143  

GOLDEN BOYS

Joko  Gunawan  

Thailand adalah kota pariwisata yang sangat

terkenal di mata dunia. Banyak sekali pengunjung

setiap tahunnya yang datang untuk menikmati

keindahan dunia Thailand.

Thailand ini juga terkenal dengan kotanya

para ladyboy yang begitu cantik yang mungkin bisa

menipu para mata lelaki. Banyak sekali fenomena-

fenomena pariwisata di Thailand ini khususnya

Bangkok yang penuh dengan LGBT (Ladyboy, Gay,

Bisex, Transgender).

Di kesempatan ini saya akan menceritakan

tentang pengalaman saya disalah satu tempat wisata

malam di Bangkok, Golden Boys Patpong.

Ditahun 2014 kemarin, aku pun kedatangan

salah satu mantan dosenku, pak Nazliansyah, yang

juga mengenyam pendidikan di Bangkok ini. Beliau

menghubungiku untuk berkeliling kota Bangkok di

Page 144: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 144  

malam hari, mungkin beliau ingin tahu liarnya dunia

malam. Mungkin saja.

Kemudian kami berkeliling red district

Bangkok yang salah satunya di patpong. Jika dilihat

dari luar, patpong ini seperti night market dimana

banyak sekali toko-toko yang menjual pakaian,

aksesoris, dan banyak lagi lainnya. Dan didalamnya

ada bar-bar, dan club striptease, dan salah satu

diantaranya yaitu clubnya para gay, golden boys.

Aku belum pernah masuk ke club tersebut

sebelumnya, hingga pak nazli ini mengajakku kesitu

karena rasa penasaran dan ingin tahu bagaimana

kondisi didalamnya. Ditambah lagi ada yang nawarin

pingpong show dan golden boys show. Alhasil, ketika

berdua memberanikan diri masuk kesitu, karena

banyak sekali juga para bule dengan pacar mereka

masuk kesitu karena penasaran.

Namun ketika baru sampai pintu gerbang,

kami langsung disambut oleh lelaki bertubuh kekar

tapi gemulai, dan menarik tangan temenku, Pak Nazli

pun langsung berteriak dan menarik tanganku.

Kemudian aku pun bilang dengan santai “mai aw

khrub” (kita tidak mau). Dengan perasaan was-was

kita menelusuri gang-gang tersebut dengan santai,

Page 145: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 145  

karena kalau kita kelihatan gugup malah tambah

digodain.

Mata kita pun tidak terlepas untuk

mengobservasi lingkungan sekitaran club tersebut.

Dari mulai anak remaja sampai kakek-kakek pun ada

disitu. Dan dari muka yang biasa sampai muka kayak

artis dengan sixpack pun ada.

Sesampainya diujung gang berjalan, kita pun

tidak berani lagi untuk jalan balik ke club tersebut.

Kemudian kami mutar jalan ke arah lain dan akhirnya

pulang dengan selamat. Cukuplah pengalaman di

malam itu.

Page 146: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 146  

RCA ROUTE 66

Joko  Gunawan  

Bangkok bukanlah apa-apa tanpa dunia

wisatanya, khususnya kehidupan dunia malam

Bangkok. Banyak turis yang datang hanya untuk

menikmati indahnya malam dengan dentuman keras

yang memekakkan telinga dan pernak pernik yang

berbentuk gitar spanyol membuat mata tak lepas

untuk memandang indahnya ciptaan Tuhan.

Kali ini saya akan bercerita tentang salah satu

Klub Malam di Bangkok, RCA Route 66. Tempat ini

pertama kali dikenalkan oleh teman wanita sekampus

saya yang hobi nongkrong. Wanita berparas cantik

dan lugu tapi ternyata liar dan lebih tua dari saya.

Baginya tempat ini adalah tempat yang menarik untuk

para kaum muda. Tentunya saya tidak akan menolak

ajakan itu, bagaimana mau nolak kalau udah dijemput

dibawah dengan mobil mewahnya sambil berkata “I

am waiting in front of your apartment, come in 5

Page 147: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 147  

minutes”. Akankah ada laki-laki yang menolak ajakan

ini?

Ketika pertama sampai di lokasi, hati saya

berkata, ini bukanlah club, tapi benar-benar tempat

nongkrong. Kalau bisa dideskripsikan RCA ini terbagi

dari 4 club didalamnya, ONYX, FLIX, Route 66, dan

Gay Club.

Berdasakan pengamatan saya, Onyx dan Flix

club dipenuhi oleh kaula muda Thailand kelas

menengah ke atas, sangat jarang melihat para bule

nongkrong di club ini. Kemudian gay club, jangan

ditanya apa isi dalamnya, pedang lawan pedang. Dan

terakhir yang mau saya bahas disini yaitu Route 66.

Route 66 menurut saya mempunyai konsep

club yang bagus. Ada tiga bagian didalamnya yang

terdiri dari Club Thai Live Music, Hardcore Music,

dan R&B / pop. Konsep seperti ini memberikan

bermacam-macam pilihan bagi para clubber. Selain

itu, konsepnya ada yang indoor dan outdoor untuk

memisahkan para smoker dan non smoker. Yang jelas

tidak akan ditemukan asap rokok di indoor club

sehingga membuat para pengunjung merasa nyaman

disana.

Page 148: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 148  

Disini tentunya tersedia berbagai pilihan

minuman sesuai lidah pengunjung, mulai dari

Whisky, Wine, Vodka, Bacardi, dan lain-lain. Alhasil

saya cuma minum soda atau coca cola saja saat

nongkrong sama temen wanita satu ini. Yah yang

penting have fun.

Satu hal yang membedakan Route 66 dan

club lainnya adalah jumlah bulenya. Dan ini yang

paling disukai kebanyakan para wanita Thailand.

Temenku ini bilang bahwa wanita Thailand tidak suka

dengan Laki-laki ASEAN, mereka sukanya produk

luar (Europe dan kawan-kawan). Dalam hatiku

berkata “Wanita Thailand punya selera”. Nah yang

lucunya disini berdasarkan pengamatan saya ketika

ada salah satu bule ganteng yang lewat, mata-mata

wanita ini semakin tajam, walau tidak semua. Dan

bule ini mengerti dan siap untuk picupk atau hunting.

Sehingga seringkali terlihat bule cuma bermodalkan

satu botol bir keliling club cuma untuk berkenalan

dan have fun. Enak banget jadi bule ya. Ya apalah

dikata, muka pas-pasan gini dicap ASEAN pula,

jangan terlalu tinggi harapan.

Termasuk temenku ini ternyata cuma

menjadikanku sebagai umpan untuk ngobrol dengan

Page 149: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 149  

bule ganteng dan memperkenalkan si bule ini ke

temenku. Dasar wanita cerdas dan berbisa. saya cuma

berkata “lanjutkan, asal antarkan saya pulang”.

Inti yang diambil disini adalah ternyata uang

itu bukan segalanya, cukup bermodalkan muka

ganteng, putih, tinggi. Semua mata akan tertuju

padamu. Tidak perlu Vodka, cukup satu bir saja

(khusus bule).

Page 150: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 150  

PERASAANKU

BERAKHIR

DI CHAYEN

Joko  Gunawan  

Sejak Mei 2013, saya mulai menyukai yang

namanya Cha yen. Teh Thai yang manis yang bisa

mengakibatkan diabetes ini memberikanku banyak hal

yang sulit untuk dilupakan. Salah satunya urusan

wanita.

Suatu hari, saat duduk bareng temenku, doni,

menikmati chayen. Ada seorang wanita berjilbab yang

melirikku manis yang membuat mata ini pun tidak

terlepas dari cantiknya ciptaan Tuhan ini. Yaa “wanita

surga”, begitulah caraku mendeskripsikannya.

Awalnya saya berpikir, mungkin ini cuma

perasaanku saja yang terlalu percaya diri. Namun

pikiranku membantah, berdasarkan pengalaman-

pengalaman yang lalu, tentu hal ini berbeda.

Lirikannya itu membuatku gundah, mukaku memerah,

Page 151: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 151  

hatiku berdetak lebih cepat. Arrrgh tidaklah mungkin

aku suka dengan wanita ini baru 5 menit duduk disini.

Namun hati tidak bisa berbohong, perlahan

aku mulai membalas tatapannya, tapi saya pun tidak

berani berkenalan, cukup pandang-pandangan saja.

“ah cemen lu,” begitulah teriak temenku. Aku pun

menjawab, “I had no idea, I lost my power”. Hari

demi hari teruslah seperti ini tanpa ada perubahan

hingga akhirnya dia menghilang. Kemudian saya pun

langsung mencari-cari dia disekitaran chayen dan

akhirnya saya bertanya dengan penjaga chayen

kemana perginya tuh wanita surga. Mereka bilang

bahwa wanita itu udah pulang ke Thailand selatan.

Mendengar jawaban itu, pupuslah harapan dan

runtuhnya hati ini. Ya hatiku berkata ini bukanlah

jodohku lagi.

Namun setahun kemudian di tahun 2014, saat

liburan semester, si wanita surga ini muncul lagi di

chayen dengan melirikku sama seperti diawal kita

bertemu. Saya pun mulai gelisah lagi, ntah dari mana

aku memulainya untuk berkenalan. Satu hari

kulewatkan begitu saja tanpa ada kata-kata, namun

keeesokan harinya, wanita itu itu sudah pergi lagi ke

Page 152: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 152  

Thailand selatan. Kesempatan keduaku hilang tak

berbekas. “Bego bener saya ini”.

Hingga tahun 2015 saya menunggunya di

Chayen mengharapkan kedatangannya lagi saat libur

semester, dan tepat pada bulan Agustus 2015, dia pun

bersama temen-temennya muncul di chayen. Saya pun

juga bersama temen-temen, Pak Ramadhan dan Irfan.

Singkat cerita saya bercerita tentang perasaan ini

bersama mereka terhadap wanita itu. Dan tanpa

diduga wanita itu bersama-sama temennya duduk

tepat dibelakang kita. What a coincidence!!

Namun kondisi malam ini cukup berbeda,

dulunya wanita ini nongkrong bareng temen

wanitanya, sekarang ada tiga wanita dan dua laki-laki

yang menurut observasiku bahwa mereka ini adalah

pasangannya. Akan tetapi kondisi ini tidak

melemahkanku sedikitpun karena ini adalah

kesempatan yang ketiga kalinya, dan I am not gonna

miss it.

Pak Ramadhan pun mengomporiku, dan

beliaulah yang memulai percakapan dengan mereka

menggunakan bahasa melayu. Saya pun kaget ntah

harus ikut nimbrung percakapan itu atau tidak.

Namun wanita itu kulihat berbeda, mungkin merasa

Page 153: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 153  

tidak enak karena ada cowok disebelahnya, yang

mungkin pasangannya. Tapi tidak, karena lirikan mata

itu masih memberikanku harapan.

Karena melihat pak Ramadhan mulai akrab

dengan mereka, sepertinya cowok disebelah wanita

itu langsung mengambil inisiasi untuk segera pulang.

Pak Ramadhan pun langsung menyuruhku untuk

memberikan nomor handphone. Secepatnya saya

minta sebuah kertas dan pulpen dari penjaga chayen

dan menulis no hp ku.

Saat mereka beranjak dan mau meninggalkan

chayen, pak Ramadhan langsung menyuruhku

memberikan selembar kertas ditangaku kepada wanita

itu. Saya pun langsung memberanikan diri dan

memanggil dia dari belakang: “Hey, I saw you many

times here, this is my phone number. Might be we can

contact each other in the future”. Namun hal tragis

terjadi padaku, wanita itu cuma memandangku tanpa

mengambil kertas yang kuberikan, dan salah satu

temennya langsung berkata, “she had a husband

already, please don’t disturb her”. Saya pun langsung

tersentak kaget dan semua orang memandangku di

situ, saya pun malu dan kembali ke tempat dudukku,

namun pak Ramadhan dan Irfan tertawa bahagia

Page 154: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 154  

melihatku ditolak mentah-mentah. Dan Irfan sedikit

mulai membujukku bahwa saya adalah orang yang

paling berani yang pernah dia lihat, mengungkapkan

perasaan secara langsung depan umum yang tidak

semua orang bisa lakukan. Yah emang betul, paling

tidak rasa penasaran ini menghilang dan saya sudah

mencoba. Walaupun gagal yang diterima. Lanjutkan!!

Page 155: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 155  

SATU KEPALA

SATU JAM

Joko Gunawan

Ketika berada di Thailand, satu hal yang perlu

diperhatikan yaitu potong rambut. Potong rambut ini

penting mengingat penularan HIV bisa melalui silet

yang digunakan untuk banyak orang, sehingga kita

harus berhati-hati dan selektif menentukan pilihan.

Dan tentunya sebagai mahasiswa harus mencari

alternative potong rambut yang relative terjangkau

(harga mahasiswa). Sehingga pertanyaan muncul

dibenak saya. Saya harus potong rambut dimana?

Emang banyak sih salon yang bagus disini, namun

harganya sekali potong 500-1000 baht. Emang tidak

terlalu mahal, tapi 500 baht cukup buat makan 2-3

hari. Masalahnya rambut ini 2 minggu saja

panjangnya luar biasa. Kalau rambut panjang lurus sih

santai saja. Tapi rambut ini ikal dan mengembang ke

atas. Sangat tidak enak dimata baik dilihat dari dekat

ataupun jauh.

Page 156: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 156  

“Kamu kok perhatian gaya banget sih?”

Tanya temenku. Kemudian saya menjawab, ya tentu

saja bro. Ketika kita bertemu seseorang, yang pertama

kali dilihat adalah penampilannya, termasuk rambut,

kalau rambut acak-acakan tidak jelas, bagaimana

otakmu. Ya walaupun ada pendapat yang mengatakan

penampilan tidak perlu yang penting otaknya mantap.

Ya kalau bisa dua-duanya kan lebih keren, intinya

bukan buat orang lain, tapi buat diri sendiri. Disisi

lain kita ini berada di Thailand, ya setidaknya

beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Tidak perlu

mahal, cukup yang murah-murah saja, asal tidak

murahan. Kemudian ku mulai berkeliling didaerah

muslim di Bangkok tepatnya di daerah petchburi soi 5

dan 7 untuk mencari barber shop khusus untuk laki-

laki. Sehingga kumulai mencoba satu persatu style

nya, dan bukan cuma gaya rambut yang dipotong, tapi

dari komunikasinya. Ya maklumlah bahasa Thai

tingkat pemula mana bisa bilang potong rambut, yang

ada bahasa tubuh tidak jelas yang dipakai. Selama 3

bulan aku mutar-mutar tukar ganti barber shop tapi

belum ada yang cocok, sampai akhirnya aku

menemukan satu barber shop yang sangat pas di hati

ini. Dan yang penting tukang potong rambunya bisa

Page 157: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 157  

berbahasa melayu. Rasanya hati ini tenang dan siap-

siap melakukan experiment dengan gaya rambut ala

Thailand.

Pertama kali aku potong rambut disini, aku

bilang “bang, saya mau gaya artis Thailand”. Tukang

potong rambut pun tersenyum padaku dan bilang iya

bisa. Alhasil setelah selesai, gaya kepala Muay Thai

yang muncul. Emang bagus, tapi rasanya ingin

langsung ke ring dan mulai tanding muay thai. Dan

satu hal yang membuatku kesal sama orang yang

potong rambut ini yaitu durasi potong rambutnya, satu

kepala orang lamanya satu jam, sangat detail dan

terperinci, biayanya pun tidak mahal cuma 150 baht

dibandingkan salon lainnya 500 baht ke atas. Namun

hasilnya sangat memuaskan dan boleh dibilang

kualitas tingkat tinggi. Sehingga muncul dibenakku,

“Barber shop macam apa kayak gini? Ini orang mau

cari duit atau apa? Biasanya potong rambut paling

lama 15-20 menit. ini orang udah gila, atau emang

benar-benar hobi”. Namun banyak sekali yang antri

walau nunggunya lama termasuk diriku sampai saat

ini masih potong rambut ditempat ini. Intinya disini

adalah kepuasan pelanggan nomor 1, kalau sudah

hobi, waktu dan uang itu bukanlah target semata.

Page 158: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 158  

RUGI ATAU UNTUNG?

Joko  Gunawan  

Bulan puasa adalah bulan yang penuh berkah

yang ditunggu oleh semua umat Muslim di dunia.

Bulan yang dipenuhi rahmat dimana setiap umat

Muslim berlomba-lomba untuk mencari kebaikan.

Saat menikmati bulan puasa di tahun 2014,

aku pun membeli laptop baru, Macbook Air dengan

tujuan untuk meningkatkan kinerjaku, melihat banyak

sekali laptop yang tidak bisa menemaniku selama 24

jam. Mungkin tidak tahan dengan hobiku yang

menjadikan mereka sebagai teman baik untuk

membuat paper-paperku selama belajar di Thailand.

Sejak membeli Macbook ini, saya pun merasa

ada yang kurang dalam hidup ini. saya punya

macbook yang diberikan beberapa fitur yang baik

untuk menjelajah dunia teknologi di dunia ini. Saya

pun mulai sedikit-sedikit belajar website melalui

blogspot.com atau wix.com. Satu persatu aku

Page 159: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 159  

memulai membuat website saat itu. Namun hati

kecilku belum puas dengan apa yang disediakan dari

web provider ini, karena kita hanya drag dan drop

fitur kedalam platform web, yang rasanya belum pas

di hati. Saya ingin mencoba sesuatu yang lebih, yang

menggunakan coding dari awal membuat website.

Kemudian saya pun menghubungi temenku

Canggih dan Decky dimana mereka adalah

mahasiswa di bidang Computer Science dan

Engineering. Mereka memberikanku sedikit

penjelasan tentang website dari mulai html, php,

MysQl, dan lainnya. Aku pun buta entah harus

memulai dari mana.

Namun niat dihati ini udah bulat, bahwa saya

harus bisa membuat website. Saya pun kemudian

mulai sedikit-sedikit dengan bantuan mbah google

dan youtube yang menuntunku ke arah yang benar.

Sehingga hari-hariku saat bulan puasa seperti tidak

ada rasanya. Setiap harinya dibulan puasa, saya tidur

jam 5 malam habis sahur dan subuh untuk belajar

website dari awal, kemudian bangun waktu dzuhur

dan kemudian melanjutkan urusan web tadi, yang

pernah di suatu ketika aku mendapatkan error hanya

Page 160: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 160  

dikarenakan satu titik atau koma. Benar-benar

mengeceawakan!!

Selama satu bulan penuh saya pun hidup

seperti ini. Hingga saat ini aku bisa membuat website

dan menerima lumayan banyak orderan sampai saat

ini. Namun terkadang muncul dibenakku. Apakah

saya termasuk orang yang merugi dibulan puasa ini?

Dikarenakansaya hanya menghabiskan waktu didepan

laptop. Mudah-mudahan bisa dipertemukan dengan

bulan puasa di tahun-tahun berikutnya.

Page 161: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 161  

“TOU RAI KHRUB?”

Joko  Gunawan  

Ketika kita belajar di Negeri Gajah Putih ini,

tentunya kita dituntut untuk belajar bahasa Thai untuk

keperluan sehari-hari, sehingga akan memudahkan

kita untuk berkomunikasi dengan orang lain,

mengingat tidak semua orang Thailand bisa berbahasa

Inggris. Namun sejak pertama kali tiba di Thailand di

tahun 2013 sampai tahun 2015, rasanya hati ini masih

menolak untuk mendengar bahasa Thai tersebut.

Bahasa yang sulit didengar apalagi diucapkan.

Ditambah lagi tulisannya seperti bahasa jawa kuno

yang membuatku pusing dan membutuhkan

paracetamol dan tidur.

Tentu hal ini merupakan masa penolakan

yang cukup lama yaitu 2 tahun hanya untuk menerima

bahasa Thai itu agar enak untuk didengarkan.

Ditambah lagi, banyak teman-teman Thai yang selalu

bertanya, “How long have you been in Bangkok? You

Page 162: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 162  

should speak Thai na”. Aku pun terkadang malu

dengan pertanyaan itu. Selama 2 tahun aku tidak

mendapatkan apa-apa kecuali “Sawat dee khrub, kob

khun khrub, and tou rai khrab”.

Namun ternyata pengalaman ini tidak hanya

terjadi padaku, begitu juga dengan temanku, pak

Ramadhan. Beliau ini ternyata lebih parah dari apa

yang aku alami. Namun gaya beliau udah cocok

seperti orang Thailand.

Alkisah ada seorang teman yang sangat

percaya sama beliau ini, yaitu Pak Suparman. Saat itu

mereka berdua pergi belanja ke Lotus (supermarket di

Thailand). Dengan gagahnya pak Ramadhan bilang,

“kalau ada apa-apa berkenaan dengan bahasa

Thailand, Tanya sama saya?” Pak Suparman pun

merasa senang karena ada teman yang bisa

diandalkan. Saat itu mereka mencari rice cooker, dan

kemudian pelayan supermarket tersebut menjelaskan

panjang lebar dengan bahasa Thai, Pak Ramadhan

pun sembari menanggapi perkataan pelayan tersebut

dengan ucapan “khrab” (ya) beberapa kali. Kemudian

dengan polosnya pak Suparman bertanya apa

maksudny? Kemudian pak Ramadhan pun

menjelaskan bahwa rice cooker ini tinggal satu disini,

Page 163: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 163  

tidak ada yang lain. Pak Suparman pun menggangguk

dengan tingkat kepercayaan tinggi.

Namun rasa percaya itu runtuh seketika saat

kita bertiga mau membeli sesuatu di toko

persimpangan petchbrui soi 5, Pak Ramadhan

langsung bertanya, “Tou rai khrub?” (Berapa harga

barang ini?). Aku pun hanya mendengarkan beliau,

mungkin beliau sudah ahli dalam bahasa Thai. Namun

saat itu penjualnya ngomong panjang lebar, dan

beliau cuma bilang “khrub” (ya). Padahal penjual

tersebut bertanya kepada beliau. Kemudian langsung

beliau beri 100 baht kepada penjual tersebut, yang

ternyata penjual tersebut hanya minta 20 baht, dan di

tangan pak ramadhan ada duit 20 baht. Aku pun

tertawa lebar melihat gaya beliau yang begitu cool

dan akhirnya tertawa bersama.

Ada lagi hal tragis lainnya, saat itu kita ingin

Shalat Jumat di Masjid Darul Aman Petchburi soi 7.

Setelah berwudhu, kemudian ada pengumuman dari

pihak masjid dalam bahasa Thai. Aku pun tidak

mengerti apa maksud pengumuman tersebut. Namun

tiba-tiba Pak Ramadhan menghampiriku dan

menjelaskan bahwa pengumuman tersebut menyuruh

untuk para muslimin untuk mengisi lantai atas

Page 164: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 164  

sebelum memenuhi lantai bawah. Aku pun langsung

berkata “siap pak kyai”.

Selang beberapa menit kemudian saat kita

duduk berdua. Pak Ramadhan kelihatan gelisah

karena tabletnya (Tab-hp berukuran besar) lupa

diletakkan dimana. Beliau bingung dan mencoba

mengingat dimana saat terakhir meletakkan tablet

tersebut. Kemudian beliau pergi ke tempat wudhu

dibawah. Dan setelah beberapa saat beliau kembali

duduk disampingku sambil tersenyum karena

tabletnye sudah ditemukan.

Parahnya ternyata pengumuman yang kata

beliau bahwa para muslimin harus mengisi lantai atas,

ternyata pengumuman tersebut menjelaskan tablet

beliau yang hilang. Sangat professional bapak satu ini

dan sangat ahli berbahasa Thai!!

Page 165: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 165  

UNIKNYA NONTON

BIOSKOP

DI THAILAND

Joko  Gunawan  

Selain jalan-jalan menelusuri dunia Bangkok,

satu hal lagi yang bisa membuat kita relax akibat

stress kuliah, yaitu nonton bioskop. Tentu teman-

teman kuliah juga hobi nonton, apalagi yang punya

pasangan saat hari libur. Moment yang cukup

romantis, terutama bagi yang baru PDKT. Ya namun

bukan untuk diriku karena nontonnya sendiri.

Pengalaman nonton bioskop di Thailand ini

cukup mengesankan. Untuk nonton bioskop ini tidak

perlu jauh, karena mall-nya persis disebelah

fakultasku. Harga nonton bioskop pun tidaklah jauh

berbeda dengan nonton bioskop di Indonesia, seperti

di Jakarta atau Bandung, seharga 120-160 Baht. Dan

ada diskon disetiap hari rabunya. Ya sebagai

mahasiswa, banyaklah yang nonton dihari rabu

Page 166: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 166  

ketimbang hari-hari lainnya. Kemudian aku membeli

tiket dan memilih tempat duduk di tengah.

Setelah membeli tiket kemudian masuk

kedalam bioskop karena udah lewat 5 menit. Namun

ternyata setelah duduk disana, iklannya setengah jam.

Cukup mengecewakan untuk pemula seperti diriku,

ditambah lagi Air Conditionernya sangat dingin.

Nasib ya nasib mengapa seperti ini.

Namun setelah iklannya habis, ada satu hal

yang mengejutkanku, sebelum film dimulai, seluruh

penonton harus berdiri, dan mendengarkan lagu

kebangsaan Thailand, disitu juga ditampilkan Raja

Thailand di layar cinema tersebut sehingga kita harus

menghormati dan menghargai. Tentu hal ini

membuatku terpana sejenak bagaimana Pemerintah

Thailand mengingatkan warganya akan pentingnya

nasionalisme, dan rasa serta sikap warganya pun

sudah terbentuk. Benar-benar fenomena yang

menarik. Hal ini tidak akan pernah terlupakan.

Selain itu, saat nonton, script yang

ditampilkan dilayar menggunakan bahasa Thailand,

sehingga teman- teman harus memiliki kualitas

listening yang baik jika ingin menonton film

berbahasa Inggris.

Page 167: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 167  

APARTEMEN VERSUS KONDO

 

Joko  Gunawan  

Mahasiswa-mahasiswi yang kuliah di

Bangkok semuanya tinggal di apartemen, dan

sebagian ada yang tinggal di Kondomonium disingkat

Kondo. Tentulah merasa bangga tinggal di apartemen

sebagaimana kita ketahui bahwa apartemen berisikan

fasilitas yang mewah, berkualitas, dan tentunya

membuat para penggunanya merasa nyaman.

Namun ternyata hal itu bertolak belakang apa

yang kita pikirkan selama di Bangkok. Ketika kita di

Indonesia, kita mungkin berasumsi bahwa apartemen

itu sangatlah bagus. Namun ternyata berbeda disini,

Apartemen di Bangkok ini sangatlah sama dengan

yang namanya Kos-kosan. Tempat kecil, fasilitas

seadanya, dan tentu tidak sebagus seperti yang kita

bayangkan. Namun biaya sewanya perbulan sangatlah

mahal. Untuk satu apartemen/kosan disini dari 5000-

Page 168: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 168  

10,000 baht (1,5- 4 juta rupiah). Dan belum termasuk

biaya listrik dan air. Dan hal ini cukup mengejutkan

bagi mahasiswa yang baru datang ke Bangkok.

Terus apa bedaya dengan kondominium? Nah

untuk kondominium ini sama persis dengan

apartemen yang kita bayangkan seperti di Jakarta,

dilengkapi fasilitas mewah, gedung tinggi dan bersih.

Jadi mulai sekarang kita harus bisa membedakan

kedua terminologi tersebut apakah mau menggunakan

versi Indonesia atau versi Thailand.

Page 169: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 169  

PROFIL PENULIS

RAMADHAN  TOSEPU  

Ramadhan Tosepu,

SKM.,M.Kes, PhD

(Candidate) lahir di

Wawonggole, Provinsi

Sulawesi Tenggara.

Pendidikan SD sampai

SMU ditamatkan di Kota

Unaaha, Kabupaten

Konawe, tamat dari dari

SMU melanjutkan pendidikan S1 di Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Tamalatea Makassar dan jenjang S2

pada Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin

Makassar, pada bagian ilmu kesehetan masyarakat.  

Sejak tahun 2006 diangkat sebagai dosen

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas

Halu Oleo (UHO) Kendari. Berbagai karya ilmiah

telah dihasilkan seperti Analysis of Disease Based

Environment on Community Coastal Areas, Saponda

Page 170: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 170  

Laut Village, Soropia District, Konawe Regency,

Indonesia. Buku Survei Demografi dan Kesehatan

Indonesia 2007, Provinsi Sulawesi Tenggara. Buku

Kesehatan Lingkungan. Mengikuti Short course

remote sensing, Surveillance de l'Environnement

Assistée par Satellite dan Océan Indien (SEAS-OI)

station, Reunion Island, 20th –26th June 2015, France.

Tahun 2007-2011 sebagai ketua Program Studi

Kesehatan Masyarakat dan Tahun 2011-2013

diangkat sebagai Wakil Dekan bidang Akademik

FKM UHO. Tahun 2003-sekarang sebagai Ketua

Umum Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

(IAKMI) Sulawesi Tenggara.

-----------------------------------------------------------------

JOKO  GUNAWAN  

Joko Gunawan, S.Kep.

Ners, PhD (Candidate)

lahir di Tanjungpandan,

Provinsi Bangka

Belitung. Pendidikan SD

sampai SLTA

ditamatkan di Kota

Manggar Belitung

Timur, tamat dari SLTA kemudian melanjutkan

Page 171: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 171  

pendidikan D3 keperawatan di Akademi Keperawatan

Pemkab Belitung, setelah tamat D3 kemudian

melanjutkan pendidikan S1 dan profesi Ners di

Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Bandung. Setelah itu penulis mendapatkan beasiswa

pemerintah Thailand untuk melanjutkan studi Master

dan PhD Keperawatan yang saat ini sedang

berlangsung di Fakultas Keperawatan, Universitas

Chulalongkorn, Bangkok, Thailand.

Sejak tahun 2015 banyak kegiatan-kegiatan

ilmiah yang diikuti seperti menjadi pembicara di

Nursing Talkshow yang diadakan oleh PPNI Belitung,

menjadi dosen tamu di Fakultas Kedokteran,

Universitas SIAM Bangkok Thailand, dan dosen tamu

juga di AKPER Pangkal Pinang, Indonesia. Berbagai

karya ilmiah yang telah dihasilkan seperti Indonesia

Health Care System and ASEAN Economic

Community; Nurse Preparation towards ASEAN

Economic Community 2015; ASEAN mutual

recognition arrangement for Indonesian nurses: is it a

promise?; Thailand medical tourism and ASEAN

Mutual Recognition Arrangement (MRA): treat or

promise?; dan lainnya.

Page 172: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 172  

HASANUDDIN NURU

Hasanuddin Nuru, S.Kep,

Ners, M.Kes, PhD

(Candidate) menyelesaikan

pendidikan S1 Keperawatan

dan profesi ners di Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan

Gema Insan Akademik pada

tahun 2008 dengan predikat

terbaik kedua. Lalu kemudian diangkat menjadi

Dosen Yayasan di STIK GIA Makassar 2008-2009

dengan jabatan terakhir sebagai ketua program studi

S1 Keperawatan. Pada tahun 2009 beliau dinyatakan

lulus sebagai aparatur sipil Negara di kotamadya

Makassar dan ditempatkan di RSUD Kota Makassar.

Pada tahun 2010 beliau juga mampu menyelesaikan

pendidikan pasca sarjana di Universitas Hasanuddin

dengan predikat sangat memuaskan. Saat ini beliau

sementara melanjutkan pendidikan S3 Keperawatan di

Mahidol University, Bangkok, Thailand.

Berbagi pengalaman organisasinya telah

dilakoninya baik didalam negeri maupun diluar

negeri, beliau pernah menjabat sebagai President of

Indonesian Student Association in Thailand, 2013-

Page 173: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 173  

2014 sekaligus menjabat Coordinator of Indonesian

Student Association in ASEAN, sebagai delegasi

pelajar Indonesia di Thailand dalam International

Conference di Beijing China 2013, Sebagai Delegasi

Pelajar Indonesia di Thailand dalam International

Conference di Singapura 2012. Organizing komite

dalam kegiatan symposium internasional

perhimpunan pelajar Indonesia (PPI) se-ASEAN dan

seluruh dunia di Bangkok Thailand 2013 di Bangkok.

Delegasi Pelajar Indonesia di Thailand dalam

International Conference di Jepang 2014. Sebagai

Ketua KPU PILPRES 2014 di Thailand.

-----------------------------------------------------------------

SUPARMAN

Suparman, anak pertama dari

3 bersaudara, dilahirkan oleh

Ibu yang hebat di

Karanganyar pada 23 Juni

1976 dan dididik oleh

seorang Ayah yang sangat

percaya kemaha besaran

Tuhan. Suparman

menyelesaikan sekolah dengan benar hanya sampai

SMP di kecamatan kecil sebelah barat kota Solo.

Page 174: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 174  

Setelah itu riwayat pendidikannya sangat ditentukan

oleh nasib keberuntungan. Saat ini sedang menempuh

pendidikan S3 di Faculty of Science, Mahidol

University Thailand. Riwayat pekerjaan, pernah

bekerja sebagai Apoteker Pengelola Apotek,

kemudian sebagai dosen di fakultas Farmasi

Universitas Muammadiyah Purwokerto. Menikah

dengan Siti Fitriyah An’anah dan dikaruniai 2 putri

Maiya Tsuroya Suradi dan Laras Sahila Dahlan dan

semoga segera bertambah lagi.

………………………………………………………...

TRI HARI IRFANI

dr. Tri Hari Irfani. Kelahiran

di kota Palembang, provinsi

Sumatera Selatan,

Indonesia. Menyelesaikan

pendidikan Sekolah Dasar

dan Sekolah Menengah

pertama di desa Payaraman,

kecamatan Ogan Ilir,

Sumatera Selatan. Melanjutkan Sekolah Menengah

Umum di Kota Palembang. Menyelesaikan

Page 175: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 175  

pendidikan Dokter umum di Universitas Sriwijaya,

Palembang, Sumatera Selatan.

Anak ketiga dari 3 bersaudara yang sedang

melanjutkan studi program master di Universitas

Mahidol, Bangkok, Thailand, kemudian melanjutkan

menjadi seorang pengajar di fakultas kedokteran

Universitas Sriwijaya, Palembang, Sumatera Selatan

sejak tahun 2013 di program studi kesehatan

masyarakat keilmuan kesehatan keselamatan kerja,

sebagai asisten profesor sampai sekarang.

Beberapa pelatihan dalam bidang kesehatan

dan juga keselamatan kerja yang pernah diikuti seperti

pelatihan hiperkes sebagai dokter perusahaan,

berkunjungan ke banyak perusahaan di Indonesia

sebagai instruktur pelatihan hiperkes, pelatihan etik,

pelatihan ACLS (Advanced cardiac life support),

ATLS (Advanced Trauma Life Support), pelatihan

promosi kesehatan masyarakat di Universitas

Mahidol, mengikuti konferensi international

kesehatan masyarakat di Bangkok. Beberapa

penelitian yang berkaitan dengan kesehatan dan

keselamatan kerja telah di publikasi di jurnal

Indonesia dan International.

Page 176: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 176  

HAERUL IMAM

Haerul Imam, S.Kep., Ners

lahir di Banjarsari, Ciamis.

Banjarsari merupakan salah satu

kecamatan yang berada di

kabupaten ciamis bagian

selatan. Disinilah saya

menyelesaikan pendidikan

dasar sampai tingkat SMA. Saya sekolah di SDN VII

Banjarsari, SMP N dan SMA N 1 Banjarsari.

Kemudian dengan izin Allah saya berhasil masuk ke

universitas terfavorit di Indonesia yaitu Universitas

Padjadjaran. Saya lulus SPMB dan masuk di Fakultas

Keperawatan Universitas Padjadjaran. Saya Masuk

tahun 2007 dan Alhamduillah lulus tahun 2011.

Kemudian langsung melanjutkan program profesi ners

selama satu tahun (2011-2012) di Universitas

Padjadjaran. Selama kuliah sarjana saya mengikuti

beberapa organisasi dan mendapatkan amanah Ketua

BEM Kema FKep Unpad dari tahun 2010-2011 dan

Koordinator Menteri Internal BEM Kema Unpad

2011 (hanya 6 bulan) serta beberapa organisasi

lainnya seperti Paduan Suara Mahasiswa Fakultas,

Padjadjaran Nursing Corps (PNC), Jaringan

Page 177: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 177  

Mahasiswa Kesehatan Indonesia (JMKI), dan Rohis

Quwattul Azzam di Tahun Pertama Kuliah. Tidak

sampai menunggu lama, saya langsung mengajar di

STIKes Bhakti Kencana sampai saat 2015. Bidang

kekhususan mata ajar saya Keperawatan Medikal

Bedah dan Gawat Darurat. Namun, selain itu juga

saya masuk di mata kuliah Filsafat Ilmu Keperawatan,

Dan Basic Science in Nursing. Sekarang saya berada

di Thailand sedang melaksanakan program One

semester Program tahun 2016 di Faculty of Nursing,

Chulalongkorn University.

Selama saya kuliah, bebera karya tulis ilmiah

berkelompok (unpublish) yang kami hasilkan.

Beberpa diantaranya adalah Revitalisasi Fungsi

Keluarga dengan Metode GCTC, Peningkatan Konsep

Diri Pada Anak Usia Sekolah dengan Meggunakan

Metode Video dan Respon Konsumen terhadap

Tempe Lamtoro. Ada satu karya tulis yang

mendapatkan pendanaan dari DIKTI tentang ‘Karya

eren dari Kertas Semen. Beberapa organisasi

masyarakat saya ikuti setelah selesai masa studi

seperti Bulan Sabit Merah Indonesia dan Research

Community and Development Center.

Page 178: Chayen di negeri gajah putih

Chayen di Negeri Gajah Putih 178