chapter ll

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Nilai-Nilai Perawat Nilai memberikan hidup dan identitas kepada individu, profesi, dan masyarakat. Perawat setiap hari akan ditantang dalam hubungan dan bagaimana mengambil keputusan yang dipengaruhi oleh nilai tersebut. Maka dari itu nilai menjadi sangat penting bagi seorang perawat, yaitu akan menjadi sumber kepuasan dan juga menjadi sumber konflik. Perawat dituntut untuk belajar mengenali dan bekerja dengan kekuatan nilai yang dianutnya ketika memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Pada bagian ini akan dibahas tentang definisi nilai, pengertian nilai-nilai perawat, pembentukan nilai, nilai dalam keperawatan profesional, klarifikasi nilai, dan tantangan nilai dalam keperawatan. 1.1. Definisi Nilai Nilai menurut Znowski (1974, dalam Ismani, 2001) nilai adalah keyakinan seseorang tentang susuatu yang berharga, kebenaran, dan keinginan mengenai ide- ide, objek atau perilaku khusus. Menurut Potter dan Perry (2005) nilai adalah keyakinan yang mendasari seseorang melakukan tindakan dan tindakan itu kemudian menjadi menjadi suatu standar atas tindakan yang selanjutnya, pengembangan dan mempertahankan sikap terhadap objek-objek, penilaian moral pada diri sendiri dan orang lain serta pembandingan diri dengan orang lain. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

Upload: heri-budi

Post on 10-Dec-2015

228 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

tyr

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Nilai-Nilai Perawat

Nilai memberikan hidup dan identitas kepada individu, profesi, dan

masyarakat. Perawat setiap hari akan ditantang dalam hubungan dan bagaimana

mengambil keputusan yang dipengaruhi oleh nilai tersebut. Maka dari itu nilai

menjadi sangat penting bagi seorang perawat, yaitu akan menjadi sumber

kepuasan dan juga menjadi sumber konflik. Perawat dituntut untuk belajar

mengenali dan bekerja dengan kekuatan nilai yang dianutnya ketika memberikan

asuhan keperawatan kepada pasien. Pada bagian ini akan dibahas tentang definisi

nilai, pengertian nilai-nilai perawat, pembentukan nilai, nilai dalam keperawatan

profesional, klarifikasi nilai, dan tantangan nilai dalam keperawatan.

1.1. Definisi Nilai

Nilai menurut Znowski (1974, dalam Ismani, 2001) nilai adalah keyakinan

seseorang tentang susuatu yang berharga, kebenaran, dan keinginan mengenai ide-

ide, objek atau perilaku khusus.

Menurut Potter dan Perry (2005) nilai adalah keyakinan yang mendasari

seseorang melakukan tindakan dan tindakan itu kemudian menjadi menjadi suatu

standar atas tindakan yang selanjutnya, pengembangan dan mempertahankan

sikap terhadap objek-objek, penilaian moral pada diri sendiri dan orang lain serta

pembandingan diri dengan orang lain.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

1.2. Pengertian Nilai-nilai Perawat

Ismani (2001) mendefinisikan nilai-nilai (value) merupakan hak seseorang

dalam memutuskan dan mengatur perilakunya. Nilai tersebut dimiliki oleh setiap

individu yang berfungsi untuk mengatur langkah-langkah yang seharusnya

dilakukan, karena nilai berasal dari hati nurani dan diperoleh seseorang sejak

kecil. Maka dalam memberikan pelayanan perlunya kesadaran perawat atas nilai

yang dimilikinya dan kebutuhan pasiennya. Nilai tersebut dipengaruhi oleh

lingkungan dan pendidikan perawat.

Nilai profesional dalam keperawatan yang paling fundamental adalah

perawatan (pemberian asuhan keperawatan). Perlindungan atau advokasi terhadap

pasien juga berkembang sebagai nilai keperawatan primer. Dalam dokumen yang

berjudul “Essentials of College and University Education for Professional

Nursing,” American Association of Colleges of Nursing Values (AACN) dalam

Potter dan Perry (2005) menerbitkan tujuh nilai esensial bagi perawat profesional,

yang meliputi altruisme, persamaan, estetika, kebebasan, harga diri manusia,

keadilan dan kebenaran.

1.3 Pembentukan Nilai

Nilai dapat dipelajari melalui observasi, pertimbangan, dan pengalaman

(Hamilton, 1992 dalam Potter & Perry, 2005). Seorang individu akan

mengobservasi tingkah laku terhadap lingkungan tertentu dan mencatat respons

yang dihasilkannya. Tingkah laku yang menurutnya berhasil dan produktif akan

dapat diadopsi sebagai penduan untuk melakukannya. Pasien akan membentuk

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

nilai dari proses observasi, pemahaman, dan pengalaman. Nilai yang dipegang

oleh suatu kelompok profesional juga terbentuk melalui pemahaman, observasi,

dan pengalaman.

1.3.1 Bentuk Transmisi Nilai

Lima cara tradisional dalam mentransmisikan nilai menurut Potter dan Perry

(2005) yaitu modeling, moralisasi, laissez-faire, pilihan bertanggung jawab, dan

penguatan atau hukuman. Cara tersebut dapat membantu perawat dalam

mengembangkan pemahaman tentang pembentukan nilai dan kemudian

menggunakannya sebagai metode yang efektif.

a. Modeling

Seseorang bertindak untuk menunjukkan cara yang lebih disukai orang lain

dalam bertingkah laku. Dimana seseorang membutuhkan nilai dari berbagai

contoh model.

b. Moralisasi

Orangtua dan guru memegang standar apa yang benar dan salah serta secara

keras membatasi anak untuk mengikuti perangkat nilai mereka.

c. Laissez-faire

Kadang seseorang memperoleh nilai dengan bertingkah laku secara bebas

tanpa batas atau peraturan. Tidak ada suatu sistem nilai yang cocok untuk

semua orang dan kemudian anak membentuk nilai tanpa panduan yang kaku

dari oranfg tua.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

d. Pilihan bertanggung jawab

Keseimbangan antara kebebasan dan pembatasan memungkinkan anak-anak

untuk memilih nilai yang mengarah pada kepuasan pribadi dan dukungan

orangtua. Pilihan nilai pada anak-anak lebih terbatas dibandingkan dengan

pendekatan laissez-faire.

e. Penguatan dan hukuman

Pemberian penguatan atau hadiah untuk suatu sikap dari nilai tertentu akan

membantu mengendalikan tingkah laku. Ketika seorang anak gagal untuk

melakukan tingkah laku tertentu, orangtua memberikan hukuman.

1.3.2 Pengaruh Sosiokultural

Nilai terbentuk dari lingkungan sosial yang dipengaruhi oleh latar belakang

pendidikan, sosioekonomi, spritual, dan budaya seseorang. Lingkungan budaya

yang lebih besar yang terdapat kelompok masyarakat yang lebih kecil, dan

subbudaya dengan nilai yang cukup khas yang akan membuat kelompok

masyarakat yang lebih kecil berbeda dengan kelompok yang dominan. Maka

mereka akan mengambil nilai-nilai budaya yang dominan ditempat mereka hidup.

Karena setiap orang akan belajar dari apa yang dilihatnya, kebiasaan, tingkah

laku, ritual, dan sikap orang lain. Jika seseorang tidak mengikuti nilai-nilai

dilingkungannya maka seringkali dianggap bodoh, tidak efektif atau bahkan

berbahaya. Hal ini juga berlaku dalam praktik keperawatan.

Untuk memberikan perawatan yang efektif, perawat berupaya untuk

memahami pengaruh budaya dalam ruang lingkup lingkungan kerjanya, nilai dari

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

promosi kesehatan, penggunaan pelayanan asuhan kesehatan dan penyesuaian

terhadap penyakit. Sistem nilai yang ada pada perawat harus memahami bahwa

praktik kultural tidak bersifat benar atau salah, namun pengertian perawat lebih

untuk memahami dan menghargai dari nilai-nilai pasiennya. Maksudnya

meskipun perawat merasa nilainya lebih benar dalam memutuskan suatu tindakan,

namun seorang perawat harus dapat menunjukkan kepeduliannya pada nilai-nilai

budaya pasien dengan berusaha untuk memahami makna dan nilai dibalik praktik

kesehatan kultural tertentu sebelum berupaya untuk melakukan modifikasi

(Johnson & Rogers, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).

1.4 Nilai dalam Keperawatan Profesional

Profesi keperawatan yang berhubungan dengan pasien dibutuhkan nilai-nilai

profesi yang mendasarinya dalam memberikan pelayanan. Untuk tujuan identitas

dan pendidikan, profesi keperawatan menyatakan nilai-nilai yang mereka percayai

yang akan dibentuk dan dipertahankan. Namun, secara periodik profesi mengkaji

ulang nilai dan tingkah laku dalam keperawatan untuk mengembangkan dan

mengakomodasi kebutuhan baru pada pasien. Nilai perawat yang paling

fundamental yaitu memberikan asuhan keperawatan dan memberikan

perlindungan atau advokasi kepada pasien.

1.4.1 Nilai dan Perilaku Keperawatan Esensial

Profesi keperawatan memiliki nilai sebagai identitas yang dapat

mempengeruhi tindakan dan mempertahankan apa yang yang dilakukannya.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Sebagai profesi yang berhubungan langsung dengan pasien maka diperlukan nilai-

nilai sebagai dasar dalam memutuskan dan memberikan pelayanan pada pasien.

Berdasarkan Potter dan Perry (2005) tentang “American Association of Colleges

of Nursing (AACN)” menetapkan tujuh nilai dan perilaku keperawatan esensial

yaitu alturisme, persamaan, estetika, kebebasan, martabat manusia, keadilan, dan

kebenaran.

a. Alturisme

Alturisme menjelaskan tentang nilai personal yang dimiliki perawat yaitu

sebagai individu yang perhatian, komitmen, kasihan, memiliki kemurahan hati,

dan ketekunan. Dan nilai profesional perawat yaitu memberikan perhatian yang

penuh pada pasien, membantu teman sejawat ketika mereka tidak dapat

melakukannya dalam memberikan perawatan, dan menunjukkan perhatian pada

masalah sosial yang behubungan dengan kesehatan.

b. Persamaan

Seharusnya perawat memiliki nilai dan sikap personal yang mudah menerima,

asertif, tidak sepihak, harga diri yang baik, dan toleransi. Nilai dan perilaku

profesional sebagai perawat yaitu dapat memberikan asuhan keperawatan

berdasarkan kebutuhan individu, tidak melihat dan memilih pasien dari

karakter seseorang, melakukan interaksi dengan perawat yang lain,

mengekspresikan pikiran tentang perkembangan dalam bidang keperawatan

atau kesehatan.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

c. Estetika

Sikap dan kualitas personal yang memiliki penghargaan terhadap kinerjanya,

kreativitas, imajinasi, dan sensitivitas. Perilaku profesional perawat yaitu dapat

beradaptasi dengan lingkungan sehingga bisa memuaskan pasien, menciptakan

lingkungan kerja yang menyenangkan bagi diri sendiri dan orang lain,

menempatkan diri dengan cara yang dapat meningkatkan kesan positif dalam

keperawatan.

d. Kebebasan

Memiliki sikap dan nilai personal yang percaya diri, memiliki harapan,

kemerdekaan, keterbukaan, penguasaan diri, dan disiplin. Perilaku sebagai

perawat profesional yaitu bisa menghargai hak pasien untuk menolak

perawatan, mendukung hak teman sejawat untuk memberikan berbagai

alternatif pada rencana perawatan, mendukung diskusi terbuka terhadap isu-isu

yang kontroversi dalam profesi.

e. Martabat Manusia

Perawat memiliki nilai dan sikap personal dalam memberikan pertimbangan,

empati, kemanusiaan, keramahan, bisa menghargai, dan percaya diri. Perilaku

profesonal sebagai perawat dapat melindungi hak pasien terhadap

kebebasannya sendiri, memperlakukan pasien sesuai dengan yang mereka

inginkan, mempertahankan kerahasiaan pasien dan pegawai, merawat pasien

dengan hormat tanpa memandang latar belakang.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

f. Keadilan

Memiliki sikap dan nilai personal yang berani, integritas, moralitas, dan

objektivitas. Perilaku profesional yang dimiliki perawat yaitu bertindak sebagai

advokasi dalam perawatan kesehatan pasien, mealokasikan sumber daya secara

adil, dan melaporkan praktik yang tidak kompeten, tidak etis, dan ilegal secara

objektif dan aktual.

g. Kebenaran

Memiliki sikap dan nilai personal yang akuntabilitas, kebenaran, kejujuran,

keingintahuan, rasionalitas, dan refleksivitas. Perilaku profesional yang

dimiliki seorang perawat yaitu dapat mendokumentasikan keperawatan secara

akurat dan jujur, mendapatkan data yang cukup untuk membuat suatu

keputusan sebelum melaporkan adanya pelanggaran kebijakan organisasi,

berpartisipasi dalam usaha profesional untuk melindungi masyarakat dari

kesalahan informasi mengenai kesehatan.

1.4.2 Nilai Advokasi

Advokasi adalah mendukung, menjunjung, dan mendiskusikan nilai-nilai

yang dianut orang lain. Terbentuknya advokasi terhadap pasien dipengaruhi oleh

berbagai faktor, baik dari perawat maupun pasien itu sendiri. Adapun bentuk

advokasi yang bisa dilakukan perawat pada pasien yaitu memberikan informasi

atau edukasi, penjelasan tentang prosedur tertentu, penjelasan tentang hasil tes

akhir, keikutsertaan dalam perencanaan perawatan, identifikasi kekuatan pasien

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

dan mendengarkan secara hati-hati (American Nurse Association (ANA) Code of

Ethics, 1985 dalam Potter & Perry, 2005).

1.5 Klarifikasi Nilai

Menurut Raths, Harmin, dan Simon (1979, dalam Potter & Perry, 2005)

memperkenalkan klarifikasi nilai sebagai suatu pendekatan untuk menghargai

nilai, menggambarkan sebuah metode dalam klarifikasi nilai yang meliputi tiga

langkah yaitu pertama memilih kepercayaan dan perilaku seseorang dengan

memilih beberapa alternatif, memilih dengan bebas, dan mempertimbangkan

setiap konsekuensi. Kedua menghargai kepercayaan dan perilaku seseorang

dengan menghargai dan menyukai pilihan, memberi dan menyukai pilihan, dan

memberi tahu orang lain tentang pilihan yang diambil. Ketiga bertindak sesuai

kepercayaan seseorang dengan membuat keputusan terhadap kepercayaan orang

tersebut dan bertindak dengan pola yang tetap dan berulang-ulang.

1.5.1 Pemilihan

Memulai klarifikasi nilai ketika seseorang memilih, kemudian membuat

prioritas nilai pribadi. Skala nilai hidup memberikan contoh bagaimana seseorang

dapat memulai proses. Hal ini meliputi 10 nilai yang harus diberi prioritas mereka

secara urut. Cara lain untuk menyelesaikan latihan ini adalah dengan membuat

pasien secara bebas menuliskan 10 nilai dan membuat prioritasnya. Ketika

seseorang secara bebas memilih nilai pribadi mereka, mereka akan lebih

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

menghargai pilihan akhirnya. Seorang individu juga harus dapat melihat pilihan

mereka dan menilai setiap pilihan yang diwakilkannya.

1.5.2 Menghargai

Menunjukkan kepuasan diri dan publik dengan nilai yang telah dipilih.

Seseorang memiliki nilai dalam rasa percaya diri dengan merasa senang tentang

pilihan tertentu. Seorang perawat membantu pasien menggunakan klarifikasi nilai

sehingga orang tersebut dapat menguatkan nilai pribadi dihadapan orang lain.

1.5.3 Tindakan

Pada suatu nilai yang telah dipilih memperkuat penerimaannya. Tindakan

membutuhkan penerjemahan nilai kedalam perilaku. Raths, Harmin, dan Simon

(1979, dalam Potter & Perry, 2005) mengusulkan bahwa seseorang harus

bertindak secara konsisten dan teratur pada nilai yang telah dipilih.

1.6 Tantangan Nilai dalam Keperawatan

Profesi keperawatan telah berkembang, pergeseran kritis dalam nilai

profesional perawat memperkeruh kontroversi dan menciptakan ide baru. Perawat

secara bersama-sama menghadapi tantangan untuk memperbaharui dan

membentuk nilai profesional dalam perubahan sistem perawatan kesehatan yang

tepat. Maka tantangan nilai muncul sebagai kritik untuk pertumbuhan personal

dan profesionalnya.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

1.6.1 Tantangan Pribadi

Tindakan perawat untuk mengatasi konflik dan tantangan pribadi dalam

membentuk dan menerima nilai maupun kualitas perilakunya, maka seorang

perawat harus memiliki pengetahuan yang lebih luas dan profesional. Seorang

perawat akan memiliki kesulitan melakukan perannya sebagai seorang profesional

ketika nilai pribadinya tidak jelas dan tidak meyakinkan. Perawat harus

menghadapi tantangan, usaha untuk memahami situasi hidup dan pengalaman

orang lain.

1.6.2 Tantangan Profesional

Priester (1992, dalam Potter & Perry, 2005) mengemukakan enam nilai

yang mendasar sistem perawatan kesehatan di Amerika. Keenam nilai itu meliputi

autonomi profesional, autonomi pasien, perlindungan pasien, kedaulatan

pelanggan, perawatan berkwalitas tinggi dan akses yang universal pada

perawatan. Menurut Aroskar (1993, dalam Potter & Perry, 2005) membuat

rekonfigurasi dari nilai tersebut dan menantang keperawatan untuk memainkan

posisi kunci dalam proses tersebut. Sebuah rangka kerja yang baru akan mengatur

kembali atau menghasilkan definisi yang baru dari nilai yang telah ada dan

menambahkan nilai yang memiliki penekanan lebih besar untuk kepentingan

pasien. Maka perawat perlu memahami nilai-nilai esensial dalam melakaukan

asuhan keperawatan.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

2. Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif memiliki beberapa ciri pembeda yang mungkin

berlawanan dengan metode kuantitatif. sementara peneliti kuantitatif pada

umumnya hanya melakukan sedikit kontak dengan subjek studi, peneliti kualitatif

sering kali menggunakan diri mereka sebagai instrumen pengumpulan data.

Dalam membuat rencana analisis data peneliti kualitatif merumuskan kesimpulan

berkaitan dengan data yang dikumpulkan. Karena data lebih bersifat kualitatif

bukan kuantitatif (numeris), metode analisis data biasanya tidak tergantung pada

uji statistik. Bagian ini akan dibahas mengenai definisi, tujuan, tipe desain,

analisan data, analisa isi, dan validitas penelitian kualitatif (Potter & Perry, 2005).

2.1. Definisi Penelitian Kualitatif

Riset kualitatif adalah pendekatan induktif untuk menemukan atau

mengembangkan pengetahuan. Riset ini memerlukan keterlibatan peneliti dalam

mengidentifikasi pengertian atau relevansi fenomena tertentu terhadap individu.

Analisa dan interpretasi hasil riset dalam metode ini biasanya tidak tergantung

pada kuantifikasi pengamatan (Brockopp & Tolsma, 1999).

2.2. Tujuan Penelitian Kualitatif

Tujuan penggunaan metodologi riset kualitatif dapat bervariasi. Metode ini

bisa digunakan sewaktu dicurigai terjadi bias dalam pengetahuan atau teori-teori

saat ini, atau pertanyaan riset berhubungan dengan pemahaman dan

penggambaran suatu fenomena (Field & Morse, 1985; Morse, 1991 dalam

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Brockopp & Tolsma, 1999). Riset kualitatif mencoba untuk menggali/eksplorasi,

menggambarkan atau mengembangkan pengetahuan bagaimana kenyataan

dialami (Brockopp & Tolsma, 1999).

2.3. Tipe Desain Penelitian Kualitatif

Menurut Brockopp dan Tolsma (1999) penelitian kualitatif dibedakan

menjadi lima jenis yaitu fenomenologi, etnografis, antropologi, dan grounded

theory. Dan menurut Polit dan Hungler (1999) tipe lain dalam desain penelitian

kualitatif ada historis dan studi kasus (case studies).

2.3.1. Fenomenologi

Cabang filosofi yang menekankan subjektivitas pengalaman manusia.

Sewaktu digunakan sebagai dasar filosofi dalam riset, fenomenologi

mengamanatkan bahwa data ilmiah dihasilkan dengan memperlajari informasi

yang diharapkan dari perspektif peserta riset. Menurut Omery (1983, dalam

Brockopp & Tolsma, 1999) peserta mneghasilkan realitas pengalaman tanpa

hipotesa atau “firasat” sebelumnya yang ditetapkan untuk mengarahkan apa yang

harus ditemukan. Peneliti bertindak sebagai papan tulis yang bersih, bersedia

untuk menulis suatu bab baru tentang pengetahuan yang dicari.

2.3.2. Etnografis

Menurut Ragucci (1972, dalam Brockopp & Tolsma, 1999) etnografis

adalah suatu metoda pelaksanaan riset kedalam proses kehidupan dengan

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

mempelajari individu-individu, benda-benda atau dokumen-dokumen dalam

lingkungan alami. Penelitian ini meliputi desain riset antropologis maupun

historis. Tujuan akhirnya adalah untuk memahami sudut pandang peserta dan

mengetahui bagaimana fenomena sehat dan sakit dipertimbangkan.

2.3.3. Antropologi

Menurut Leininger (1985, dalam Brockopp & Tolsma, 1999) antropologis

studi mengenai manusia dalam kondisi yang alami. Tipe area riset ini berusaha

untuk mengetahui bagaimana fungsi individu atau kelompok berfungsi tingkah

lakunya dengan pengamatan langsung maupun tidak langsung pada individu atau

kelompok atau dengan menemukan bentuk peradaban untuk memperoleh

wawasan yang dalam mengenai bagaimana mereka mempengaruhi kelompok-

kelompok kultural saat ini.

2.3.4. Grounded Theory

Metodologi grounded theory dikembangkan oleh sosiologi Glaser dan

Strauss (1966), adalah suatu cara menarik dalam pengembangan teori dengan

menggambarkan secara mendalam tentang data sosial yang terperinci untuk

mempertajam keyakinan-keyakinan teoritis. Suatu teori yang pada akhirnya

dihasilkan melalui kegiatan induktif dan deduktif

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

2.3.5. Historis

Menurut Polit dan Hungler (1999) historis adalah suatu metoda yang

digunakan untuk menjawab penelitian tentang penyebab, efek, atau peristiwa-

peristiwa yang lalu yang akan terjadi pada yang akan datang. Bagian penting yang

membedakan tipe historis dengan yang lain yaitu menggunakan hipotesis.

2.3.6. Studi Kasus (case studies)

Penelitian mendalam yang tidak hanya berpusat pada individu, tetapi juga

keluarga, kelompok, institusi dan kelompok sosial lainnya. Tujuan dari case

studies untuk menganalisa dan mengartikan fenomena penting dari riwayat,

perkembangan atau perawatan individu dan masalah individu. Fokus case studies

yaitu menentukan secara dinamis bagaimana seseorang berpikir, berprilaku, dan

berkembang. Bukan hanya melihat status, kemajuan, tindakan, dan pikirannya.

Case studies memberikan kesempatan untuk peneliti mengetahui kondisi, pikiran,

perasaan, tindakan yang lalu dan yang akan datang, perhatian, dan lingkungan

partisipannya. Dalam pengumpulan data case studies jika dilakukan dengan cara

observasi maka titik fokus peneliti menjadi observer. Keuntungannya case studies

dapat membuat kemungkinan-kemungkinan yang terjadi mengenai tingkah laku

partisipannya untuk yang akan datang dipengaruhi oleh masa lalunya.

Menurut Yin (2003, dalam Boxter dan Jack, 2008) penelitian case studies

dapat dibedakan menjadi beberapa karakteristik yaitu eksplanatoris, eksploratoris,

dan deskriptif.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

a. Eskplanatoris

Tipe ini digunakan untuk mengetahui jawaban dari sebuah pertanyaan yang

akan menjelaskan hal-hal diaggap menjadi penyebab tindakan nyata dalam

kehidupan dengan melakukan pencarian atau strategi eksperimen. Dan juga

untuk mencari faktor-faktor dari sebuah pelaksanaan program dan efeknya.

b. Eksploratoris

Tipe ini digunakan untuk menjelaskan situasi intervensi sampai evaluasi yang

tidak jelas, akan menghasilkan data tunggal.

c. Deskriptif

Tipe ini digunakan untuk mendeskripsikan sebuah tindakan atau fenomena

yang terjadi dalam kehidupan yang nyata.

Pengumpulan data pada penelitian case studies menggunakan banyak

sumber data, strategi ini untuk menjaga kredibilitas data ( Patton, 1990; Yin, 2003

dalam Boxter & Jack, 2008). Sumber data yang digunakan didapat dari

dokumentasi, surat-surat lama, wawancara, artefak, observasi langsung, dan

observasi terhadap pertisipan. Perbedaan tipe penelitian ini dengan tipe kualitatif

lainnya dalam pengumpulan data, tipe ini hampir sama seperti mencari data-data

dalam kuantitatif. Kemudian data dilakukan dengan proses analisa, baik manual

maupun menggunakan sistem komputerisasi. Analisa case studies sama seperti

penelitian kualitatif lainnya. Yin (2003, dalam Boxter & Jack, 2008) menjelaskan

yang terpenting dari analisa data case studies yaitu membentuk proporsi (jika

digunakan), jika tidak digunakan maka analisa data yang digunakan sama seperti

penelitian kualitatif lainnya.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

Dalam membuat laporan hasil penelitian ini termasuk sulit karena peneliti

harus dapat menjelaskan fenomena yang terjadi secara lengkap dan dimengerti

pembaca. Tantangan dalam penelitian ini, peneliti menjadikan hasil penelitian nya

dalam bentuk komprehensif dimana pembaca seoleh-olah masuk dalam penelitian

dan merasa menjadi partisipannya serta diaplikasikan dengan situasinya sendiri.

Melaporkan hasil penelitian case studies peneliti harus memperhatikan metode-

metode yang digunakan yaitu dengan cara linear, komparatif, kronologis,

membangun teori, ketegangan, dan tidak berurutan (Yin, 2003 dalam Boxter &

Jack, 2008).

2.4. Analisa Data Kualitatif

Analisa data kualitatif memerlukan waktu. Hubungan-hubungan seringkali

tak terlihat dan mungkin memerlukan suatu kesadaran intuitif (berdasarkan

intuisi) untuk mengidentifikasikannya. Selain itu, data biasanya sangat besar

jumlahnya dan suatu penelaahan yang cepat jarang dinyatakan kekayaan informasi

yang dikumpulkan sedikit demi sedikit. Menurut Field dan Morse, 1985; Polit

dan Hungler, 1991; Leininger, 1985; Parse, Coyne, dan Smith (1985, dalam

Brockopp & Tolsma, 1999) mengusulkan beberapa langkah yang umum meliputi

identifikasi tema-tema, membuktikan tema-tema yang dipilih melalui gambaran

data tersebut dan pembahasan dengan para peneliti atau ahli-ahli lain dalam

bidang tersebut, mengkategorisasikan tema-tema (menggunakan kategori-kategori

yang ada atau kategori-kategori baru), mencatat data yang mendukung kategori-

kategori tersebut, dan identifikasi proposisi.

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

2.4.1. Analisis Isi (Content Analysis)

Content Analysis adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi

yang dapat ditiru (replicabel), dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya.

Analisi Isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Dalam

penelitian kualitatif, Analisis Isi ditekankan pada bagaimana peneliti melihat

keajengan isi komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana peneliti memaknakan

isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan isi interaksi simbolik yang

terjadi dalam komunikasi (Bungin, 2006). Menurut Hsieh dan Shannon (2005,

dalam Bungin, 2006) Content Analysis merupakan metode interpretasi subjektif

dari isi data teks melalui proses klasifikasi yang sistemik dengan cara pembuatan

kode (koding) dan penentuan tema atau pola.

2.5.Validitas Data Kualitatif

Menurut Lincoln dan Guba (1985, dalam Polit & Hungler, 1999)

mengusulkan pengukuran yang spesifik dalam penelitian kualitatif yaitu dengan

cara kredibilitas (validitas internal), transferabilitas, dependabilitas, dan

confirmabilitas.

2.5.1. Kredibilitas

Suatu langkah dimana peneliti memperbaiki dan mengevaluasi keabsahan

dari kesimpulan datanya, mengacu pada data yang benar. Lincoln dan Guba

(1985, dalam Polit & Hungler, 1999) menjelaskan dua aspek dalam tahap ini,

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

pertama dengan pencarian data yang lebih dipercaya dan yang kedua

mendemonstrasikan keabsahan data mengacu pada kejujuran dari teknik

penelitian. Peneliti mampu membuat catatan lengkap mereka sendiri yang terbaru

dalam penelitian dan dengan pola yang benar. Strategi yang digunakan prolonged

engagement (perjanjian panjang), observasi tetap, bertanya dengan teman,

trianggulasi, dan pemeriksaan anggota.

a. Prolonged Engagement

Prolomged engagement dilakukan saat pengumpulan data untuk memahami

tentang kebudayaan, bahasa, melihat kelompok belajar, dan tidak adanya

informasi yang salah. Tahap ini juga membangun kepercayaan antara peneliti

dan partisipan (Polit & Hungler, 1999)

b. Persisten Observation

Persisten observation merupakan observasi yang dilakukan secara

berkelanjutan untuk meminimalisir kesalahan arti dari data yang terkumpul,

maka diarahkan peneliti fokus terhadap karakteristik atau aspek situasi atau

percakapan yang relevan antara fenomena dengan yang akan diteliti (Polit &

Hungler, 1999).

c. Triangulation

Triangulation digunakan untuk mendapatkan kesimpulan dengan apa yang

ingin diteliti. Yang harus diperhatikan yaitu apa yang menjadi tujuan penelitian

dengan melihat waktu, orang dan tempat penelitian. Metodenya dengan

mewawancara, observasi dan dokumen yang mendukung. Tujuan akhir dari

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

triangulasi ini yaitu peneliti berusaha keras untuk memilih informasi-informasi

yang benar (Polit & Hungler, 1999).

d. Member check

Suatu cara untuk mendapatkan umpan balik dari partisipan mengenai data-data

yang telah dikumpulkan dan peneliti melihat kembali reaksi partisipan.

Tujuannya yaitu untuk menetapkan kebenaran data kualitatif (Polit & Hungler,

1999).

2.5.2. Transferabilitas

Transferabilitas yaitu pengumpulan data deskriptif yang lengkap atau

gambaran lengkap tentang perkembangan yang akan diteliti untuk mendapatkan

data yang pasti. Peneliti perlu mencari kebenaran tentang data yang digunakan.

Maksudnya dalam penentuan sampel dan desain penelitian harus searah (Polit &

Hungler, 1999).

2.5.3. Dependabilitas

Dependabilitas merupakan cara peneliti untuk mengkaji tentang konsep

yang menetapkan aspek-aspek yang menyatakan kebenaran dan keseimbangan

data, dengan melakukan pemeriksaan data agar data relevan dengan dokumen-

dokumen pendukung diluar wawancara (Polit & Hungler, 1999).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara

2.5.4. Confirmabilitas

Confirmabilitas adalah metode untuk pengumpulan data yang objektif dan

netral dari dua atau lebih orang yang menyatakan kerelevanan dan makna data

dengan cara pemeriksaan data seperti dependabilitas (Polit & Hungler, 1999).

Universitas Sumatera UtaraUniversitas Sumatera Utara