cerai talak dan cerai gugat di pegadilan...

141
i CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis Alasan dan Implikasi Perceraian) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh : RIYADUS SOLICHIN 211-12-005 JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2017

Upload: others

Post on 17-Dec-2020

25 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

i

CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT

DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016

(Analisis Alasan dan Implikasi Perceraian)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

RIYADUS SOLICHIN

211-12-005

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

Page 2: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

ii

Page 3: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

iii

CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT

DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016

(Analisis Alasan dan Implikasi Perceraian)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :

RIYADUS SOLICHIN

NIM : 21112005

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARI’AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

Page 4: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

iv

NOTA PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eksemplar

Hal : Pengajuan Naskah Skripsi

Kepada Yth.

Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Disampaikan dengan Hormat, Setelah dilaksanakan bimbingan, arahan

dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:

Nama : Riyadus Solichin

NIM : 21112005

Judul : CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI

PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-

2016 (ANALISIS ALASAN DAN IMPLIKASI

PERCERAIAN)

dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan

dalam sidang munaqasyah.

Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan

digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Salatiaga, 16 Marer 2017

Pembimbing

Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

NIP. 19671015 199803 2002

Page 5: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

v

KEMENTRIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

FAKULTAS SYARI’AH

Jl. Nakula Sadewa

Page 6: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

vi

PERYATAAN KEASLIAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Riyadus Solichin

NIM : 21112005

Jurusan : Hukum Keluarga Islam

Fakultas : Syari‟ah

Judul Skripsi : CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PENGADILAN

AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (ANALISIS

ALASAN DAN IMPLIKASI PERCERAIAN)

menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya

sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang

lain yang terdapat dalam skripsi saya ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode

etik ilmiah.

Salatiga, 16 Maret 2017

Yang menyatakan,

Riyadus Solichin

NIM : 21112006

Page 7: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

vii

MOTTO

BERBUAT BAIK ‘ALA KULLI HAAL

Page 8: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat serta

karunian-Nya, shalawat salam semoga tetap tercurah kepada rasulullah

SAW, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

Bapak dan Ibuku tercinta, almarhum Bapak Sahudi dan Ibu Himawati

karya ini terangkai dari keringat, kasih sayang dan do‟amu. Setiap keringat

dan kasih sayangmu yang keluar karenaku menjelma dalam setiap huruf,

setiap do‟a yang terpanjat menyatu menyampuli karya hidupku.

Adikku yang aku banggakan dik Mar‟atus Solikhah, semangat belajarmu

menjadi cambuk dan semangatku pula tuk belajar selalu. Semoga karya ini

mampu membuatmu bangga dan mampu menggantikan peranku sebagai

kakak yang selama ini belum bisa menjadi kakak yang baik bagimu karena

masih terabai oleh ego dan inginku.

Saudara, sahabat, dan orang yang saya cintai yang belum bisa saya

sebutkan disini, lebih tepatnya ya calon istri yang senantia memberikan

spirit dan memotivasi diri ini untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Page 9: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

ix

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirahim

Alhamdulillahhirobbil‟alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah

SWT, yang selalu memberikan rahmat serta hidayah dan taufiq-Nya kepada

penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul “CERAI

TALAK DAN CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA

TAHUN 2015-2016 (ANALISIS ALASAN DAN IMPLIKASI PERCERAIAN)”

tanpa halangan yang berarti.

Shalawat serta salam penulis ucapkan kepada nabi Akhiruzaman, Nabi

Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta pengikutnya yang senantiasa

setia dan menjadikannya suritauladan. Beliaulah visioner yang telah memberikan

spirit perjuangan kepada penulis dan semoga kita semua sebagai umatnya

mendapatkan Syafaatnya min hadza ila yaumil qiyamah, Aamiin Yaa

Robbal‟alamin.

Penulisan skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak yang telah tulus ikhlas membantu penulis menyelesaikan

skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan bayak terima kasih kepada:

1. Dr. Rahmat Haryadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Dra. Siti Zumrotun, M.Ag., Selaku Dekan Fakultas Syariah yang juga

selaku dosen pembimbing yang dengan ikhlas membimbing,

mengarahkan, serta mencurahkan waktu dan tenaganya kepada penulis

sehingga skripsi ini terselesaikan.

3. Sukron Ma‟mun, M.Si., selaku Ketua Jurusan Hukum Keluarga Islam.

Page 10: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

x

4. Moh. Khusen M.Ag., M.A., selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan

dan Kerjasama IAIN Salatiga yang telah membimbing dan membina

penulis baik selama penulis menerima beasiswa bidikmisi maupun

sewaktu penulis sebagai wakil ketua DEMA IAIN Salatiga.

5. Dr. Ilyya Muhsin, S.HI., M. Si,. Selaku Wakil Dekan Bidang

Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Syari‟ah yang telah membimbing

penulis sewaktu menjadi ketua DEMA Fakultas Syari‟ah periode 2015.

6. Seluruh dosen IAIN Salatiga, yang telah memberikan ilmunya yang sangat

bermanfaat.

7. Kepada Ibu dan adik penulis yang telah memberikan dan mencurahkan

segala kemampuannya untuk mendukung memenuhi keinginan penulis

untuk tetap bersekolah. Tanpa mereka mungkin karya ini tidak akan

pernah ada.

8. Sahabat-sahabati PMII Salatiga dari Rayon, Komisariat hingga Cabang

yang senantiasa memberi ilmu, masukan dan hiburan di saat aku lalai

dalam pergerakan dan perjuanganku.

9. Segenap sahabat-sahabatku pengurus HMJ Syari‟ah periode 2013, HMJ

Syari‟ah dan Ekonomi Islam periode 2014, Dewan Mahasiswa (DEMA)

Fakultas Syari‟ah periode 2015 dan Dewan Mahasiswa (DEMA) IAIN

Salatiga periode 2016.

10. Seluruh teman-teman seperjuanganku di Ahwal Al Syakhshiyyah angkatan

2012 atas segala semangat dan hiburannya sehingga penulis mampu

menyelesaikan skripsi ini.

Page 11: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

xi

11. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan

mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga

hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta pembaca

pada umumnya. Aamiin.

Salatiga, 16 Maret 2017

Riyadus Solichin

NIM : 211 12 005

Page 12: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

xii

ABSTRAK

Solichin, Riyadus. “Cerai Talak Dan Cerai Gugat Di Pengadilan Agama Tahun

2015-2016 (Analisis Alasan dan Imlikasi Perceraian)”. Skripsi. Fakultas

Syari‟ah. Jurusan Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Salatiga. Pembimbing Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.

Kata Kunci: Pernikahan, Cerai, Cerai Talak, Cerai Gugat.

Penelitian ini berusaha mengungkap problematika yang dahulu tabu

dimasyarakat namun sekarang malah menjadi hal yang biasa terjadi yaitu

perceraian. Penelitian ini penelitian berusaha membandingkan perceraian yaitu

antara cerai talak dan cerai gugat yang terjadi di Pengadilan Agama Salatiga.

Pertayaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah Apakah faktor-

faktor yang melatarbelakangi terjadinya perceraian baik cerai talak maupun cerai

gugat di Pengadilan Agama Kota Salatiga? Bagaimanakah implikasi cerai talak

dan cerai gugat yang terjadi di Pengadilan Agama Salatiga tahun 2015-2016?

Melalui penelitian kualitatif, peneliti berusaha untuk mengungkap fokus

permasalahan diatas. Dengan metode tersebut kami melakukan wawancara kepada

beberapa narasumber sesuai dengan data yang peneliti butuhkan. Dan untuk

mendukung penelitian ini, peneliti juga mencari sumber-sumber/ literature yang

berkaitan dengan permasalahan tersebut. Peneliti juga akan menggunakan data

serta dokumentasi yang ada. Dan untuk menguji hasil temuan data tersebut maka

peneliti menganalisis data dengan menggunakan kerangka teoritik yang peneliti

susun.

Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa cerai gugat lebih mendominasi

jika dibandingkan denga cerai talak. Pengadilan Agama Salatiga Pada tahun 2015

telah menangani cerai talak sebanyak 379 perkara, sedangkan cerai gugat

sebanyak 945 perkara, kemudian tahun 2016 cerai talak sebanyak 368 perkara,

sedangkan cerai gugat sebanyak 948 perkara. Adapun faktor perceraian yang

menjadi alasan diputuskannya suatu perkara pada tahun 2015-2016, dilatar

belakangi oleh krisis akhlak/ moral, faktor ekonomi, tidak adanya tanggungjawab

dalam rumah tangga, penganiayaan atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT),

gangguan/ hadirnya pihak ketiga, tidak ada keharmonisan. Perbedaan dalam

hukum islam maupun hukum positif adalah pada gugatan yang disampaikan dan

akhirnya diputuskan oleh majelis hakim dalam persidangan. Implikasi yang harus

ditanggung oleh mantan suami dan mantan istri, baik selama masa iddah maupun

setelahnya.

Page 13: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

xiii

DAFTAR ISI

Sampul

Lembar Berlogo

Judul .................................................................................................................... i

Nota Pembimbing ............................................................................................... ii

Pengesahan Kelulusan ......................................................................................... iii

Pernyataan Keaslian ............................................................................................ iv

Motto ................................................................................................................... v

Persembahan ....................................................................................................... vi

Kata Pengantar .................................................................................................... vii

Abstrak ................................................................................................................ x

Daftar Isi.............................................................................................................. xi

Daftar Tabel ........................................................................................................ xiv

Daftar Lampiran .................................................................................................. xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 8

C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8

D. Manfaat Penelitian ................................................................................... 9

E. Penegasan Istilah ..................................................................................... 10

F. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 11

G. Metodologi Penelitian ............................................................................. 13

Page 14: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

xiv

H. Sistematika Penulisan .............................................................................. 24

BAB II CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT

A. TINJAUAN UMUM TENTANG PERCERAIAN

1. Pengertian Perceraian ....................................................................... 26

2. Macam-macam dan Cara Pemutusan Hubungan Perkawinan .......... 35

3. Alasan-alasan Perceraian.................................................................. 43

B. PROSES MENGAJUAN PERCERAIAN

1. Proses mengajuan Cerai Talak ......................................................... 44

2. Proses mengajukan Cerai Gugat ...................................................... 46

3. Tatacara Perceraian .......................................................................... 48

C. SEBAB-SEBAB PUTUSNYA PERCERAIAN

1. Khulu‟............................................................................................... 54

2. Ila‟ .................................................................................................... 56

3. Li‟an ................................................................................................. 58

4. Fasakh............................................................................................... 59

5. Syiqaq ............................................................................................... 60

6. Taklik Talak ..................................................................................... 60

7. Zhihar ............................................................................................... 62

D. AKIBAT PERCERAIAN ........................................................................ 63

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN CERAI

TALAK DAN CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA

A. PROFIL PENGADILAN AGAMA SALATIGA

1. Sejarah Pengadilan Agama Salatiga ................................................. 65

2. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Salatiga................ 71

3. Visi Misi Pengadilan Agama Salatiga ............................................. 71

4. Struktur Pengadilan Agama Salatiga................................................ 72

5. Kewenangan Pengadilan Agama Salatiga ........................................ 73

B. PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA ................... 74

C. TEMUAN PENELITIAN ....................................................................... 78

Page 15: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

xv

D. ANGKA PERCERAIAN CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT

DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA

1. Cerai Talak di Pengadilaan Agama Salatiga .................................... 78

2. Cerai Gugat di Pengadilan Agama Salatiga ..................................... 78

E. FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PERCERAIAN

1. Faktor Cerai Talak ............................................................................ 79

2. Faktor Cerai Gugat ........................................................................... 81

BAB IV ANALISIS ALASAN DAN IMPLIKASI PERCERAIAN

A. GAMBARAN PERKARA CERAI TALAK DAN CERAI

GUGAT DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA .............................. 87

B. ANALISIS ALASAN CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI

PENGASILAN AGAMA SALATIGA................................................... 91

C. ANALISIS IMPLIKASI CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT

DI PENGADILAN

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 110

B. Saran .................................................................................................... 112

DATAR PUSTAKA ........................................................................................... 113

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 16: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

xvi

DAFTAR TABEL

1. Table 1.1 Daftar cerai talak dan cerai gugat ................................................ 7

2. Table 3.4 data cerai talak ............................................................................. 78

3. Table 3.5 data cerai gugat ............................................................................ 78

4. Gambar 4.1 data perceraian di Pengadilan Agama Salatiga ........................ 91

Page 17: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup

Lampiran II Penunjukan Pembimbing Skripsi

Lampiran III Permohonan Izin Penelitian

Lampiran IV Daftar Nilai SKK

Lampiran V Lembar Konsultasi Skripsi

Page 18: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

xviii

DAFTAR TABEL

1. Table 2.1 Daftar Informan Penelitian ...................................................... 16

2. Table 3.1 Fasilitas Pendidikan di Desa Sidoharjo ................................... 66

3. Table 3. 2 Proful Pelaku Perkawinan Poliandri ...................................... 74

4. Table 3. 3 Bentuk Keluarga Berdasarkan Pemukiman ........................... 83

5. Table 3. 4 Bentuk Keluarga Berdasarkan Jenis Anggota Keluarga ........ 85

6. Table 3. 5 Bentuk Keluarga Berdasarkan Bentuk Perkawinan ............... 86

7. Table 3. 6 Bentuk Keluarga Berdasarkan Jenis Perkawinan ................... 88

8. Table 4. 3 Dampak Hukum Perkawinan Poliandri .................................. 98

9. Table 4. 2 Dampak Sosiologis Perkawinan Poliandri ............................. 106

10. Tabel 4.3 Dampak Psikologis Perkawinan Poliandri ............................. 113

Page 19: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Riwayat Hidup

Lampiran II Penunjukan Pembimbing Skripsi

Lampiran III Permohonan Izin Penelitian

Lampiran IV Daftar Nilai SKK

Lampiran V Lembar Konsultasi Skripsi

Page 20: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awal penciptaan alam semesta dan seisinya, Allah SWT

menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi ini berpasang-pasangan

termasuk di dalamnya laki-laki dan perempuan. Dalam upaya

menghalalkannya, manusia memiliki aturan yang berbeda dari makhluk

yang lain, yaitu adanya pernikahan.

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 2 menyebutkan

tentang pengertian pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan

ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakaan ibadah (Departemen Agama RI, 2000: 14).

Pernikahan adalah sebuah karunia dari Allah SWT kepada hamba-

Nya karena pernikahan dapat memberikan rasa ketentraman, kedamaian

dan rasa cinta kasih antara pasangan suami istri, seperti firman Allah SWT

dalam surat Ar Rum ayat 21 yang berbunyi:

فسكن اصواجب لتسكىااليهب وجعل بيكن ي ا وهي ايته اى خلك لكن ه

سحوت ةو ىد هللىشوى) (12اى في رلك ل يت لمىم يتفك

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung

dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu

rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-

benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir(QS.Ar-Rum:

21)

Page 21: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

2

Para ulama memerinci makna lafal nikah menjadi empat macam.

Pertama, nikah diartikan akad yang sebenarnya dan diartikan percampuran

suami istri dalam arti kiasan. Kedua, sebaliknya nikah diartikan

percampuran suami istri dalam arti sebenarnya dan akad berarti kiasan.

Ketiga, nikah lafal musytarak (mempunyai dua makna yang sama).

Keempat, nikah diartikan adh-damm (bergabung secara mutlak) dan al-

ikhtilath (percampuran). Dari keterangan tersebut, jelas bahwa nikah

diucapkan pada dua makna yaitu akad pernikahan dan hubungan intim

antara suami dan istri. Nikah menurut syara‟ maknanya tidak keluar dari

dua makna tersebut (Azzam, 2009: 38)

Perkawinan mempunyai tujuan seperti dalam Undang-undang No.

1 Tahun 1974 pada pasal 1 yang disebutkan bahwa:

“Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Tujuan perkawinan dalam Islam adalah untuk memenuhi tuntutan

naluri hidup manusia, berhubungan antara laki-laki dan perempuan dalam

rangka mewujudkan kebahagiaan keluarga sesuai ajaran Allah dan Rasul-

Nya (Basyir, 2007: 13).

Tujuan pernikahan bukan saja untuk menyalurkan kebutuhah

biologis, tetapi juga menyambung keturunan yang baik dalam naungan

rumah tangga yang penuh dengan kedamaian, cinta dan kasih sayang. Ini

sesuai dengan bunyi pasal 3 Kompilasi Hukum Islam (KHI), yakni:

“perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang

Page 22: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

3

sakinah mawaddah warahmah” (Departemen Agama RI, 2000: 14).

Menurut ajaran agama Islam, menikah adalah menyempurnakan agama.

Oleh karenanya, barang siapa yang menuju kepada pernikahan, maka dia

telah berusaha menyempurnakan agamanya dan berarti juga turut berjuang

untuk kesejahteraan masyarakat.

Setiap pasangan yang telah melangsungkan pernikahan dan

memulai lembaran baru dalam kehidupannya menuai kebahagiaan pada

awal perjalanannya. Namun selang beberapa tahun bahkan beberapa bulan

sejak pernikahannya akan ada masalah-masalah yang bermunculan di

tengah-tengah keluarga, yang disebabkan oleh beberapa pengaruh dari

kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Pada era yang bebas akan

konsumsi informasi dari TV, smartphone yang semakin canggih akhir-

akhir ini, dimungkinkan banyak sekali menyumbangkan kontribusi yang

besar bagi ketidak keharmonisan sebuah keluarga.

Keadaan sebuah pernikahan tidak dapat dipungkiri pasti

mempunyai problem-problem yang sedikit banyak mengganggu

keharmonisannya. Konflik-konflik kecil selalu mewarnai perjalanan

kehidupan pernikahan, dari sinilah kehidupan rumah tangga mulai sedikit

terkoyak. Kedua belah pihak harus mampu untuk mengurai permasalahan

rumah tangga mereka, jika konflik terus berkepanjangan dan tidak

menemukan titik temu, maka tujuan perkawinan yang tersebut mustahil

untuk didapatkan. Dan kemungkinan besar kedua belah pihak akan

mengakhiri perjalanan rumah tangganya.

Page 23: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

4

Perceraian merupakan solusi akhir dari semua konflik yang tidak

kunjung ditemukan solusinya. Menurut hukum positif di Indonesia

perceraian hanya dapat dilakukan melalui Pengadilan Agama untuk

masyarakat yang beragama Islam, sesuai dengan UU No.7 tahun 1989 jo.

UU No. 50 tahun 2009. Hal tersebut juga diatur dalam Kompalasi Hukum

Islam (KHI) pasal 113, perkawinan dapat putus karena: kematian,

perceraian dan atas putusan Pengadilan(Departemen Agama RI, 2000: 56).

Perceraian pada hakekatnya adalah suatu proses dimana hubungan

suami istri tidak ditemui lagi keharmonisan dalam keluarga. Mengenai

definisi perceraian dalam undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974

tidak diatur secara eksplisit, melainkan hanya menentukan bahwa

perceraian hanyalah satu sebab dari putusnya perkawinan, disamping

sebab lain yakni kematian dan putusan pengadilan. Perceraian ialah

penghapusan perkawinan karena keputusan hakim atau tuntutan salah satu

pihak dalam perkawinan itu (Subekti, 1953: 42). Dengan diberlakukannya

UU No. 1 tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI), dimana

peraturan itu juga dijadikan sebagai hukum positif di Indonesia, maka

terhadap perceraian diberikan pembatasan yang ketat dan tegas baik

mengenai syarat-syarat untuk bercerai maupun tata cara mengajukan

perceraian, hal ini dijelaskan dengan ketentuan pasal 39 UU No 1 tahun

1974 yaitu:

1. Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan

setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak;

Page 24: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

5

2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara

suami istri itu tidak akan dapat rukun sebagai suami isteri;

3. Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam

peraturan perundangan tersebut.

Selanjutnya pada pasal 115 KHI disebutkan, perceraian hanya

dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan

Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah

pihak (Departemen Agama RI, 2000: 56)

Undang-undang perkawinan No. 1 tahun 1974 prinsipnya

memperketat terjadinya perceraian, dimana perceraian hanya dapat

dilaksanakan di hadapan sidang pengadilan, dengan alasan-alasan tertentu.

Putusnya perkawinan dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan

perceraian, maka dari berbagai peraturan tersebut dapat diketahui ada dua

macam perceraian yaitu cerai gugat dan cerai talak.

Cerai talak hanya berlaku bagi mereka yang beragama Islam dan

diajukan oleh pihak suami. Cerai talak adalah istilah yang khusus

digunakan di lingkungan Peradilan Agama untuk membedakan para pihak

yang mengajukan adalah suami, sedangkan cerai gugat yang mengajukan

adalah dari pihak istri. Sebagaimana disebutkan dalam Kompilasi Hukum

Islam pasal 114, bahwa: “Putusnya perkawinan yang disebabkan karena

perceraian dapat terjadi karena talak ataupun berdasarkan gugatan

perceraian” (Departemen Agama RI, 2000: 56).

Pada dasarnya di dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 116,

mengatur dan menentukan tentang alasan-alasan yang dapat digunakan

untuk mengajukan perceraian, yaitu :

Page 25: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

6

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk,

pemadat, penjudi dan lain sebagainya yang sukar

disembuhkan;

b. Salah satu pihak mninggalkan pihak lain selama 2 (dua)

tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan

yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun

atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan

berlangsung;

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan

berat yang membahayakan pihak lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badab atau penyakit

dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya

sebagai suami atau isteri;

f. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan

dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun

lagi dalam rumah tangga;

g. Suami menlanggar taklik talak;

h. Peralihan agama tau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidak rukunan dalam rumah tangga (Departemen Agama

RI, 2000: 57).

Pengadilan dalam hal ini adalah Pengadilan Agama berkontribusi

besar dalam upayanya menjaga keutuhan rumah tangga yang sedang

dilanda permasalahan-permasalahan dari rumah tangga yang diajukan

gugatannya ke pengadilan melalui mediasi-mediasi yang diusahakan oleh

majelis hakim. Namun pengadilan juga tidak segan-segan memutuskan

suatu pernikahan apabila proses mediasi yang dilakukan tidak

membuahkan hasil dan salah satu dari kedua belah pihak masih tetap

kekeh pada gugatannya.

Perceraian tidak akan terjadi apabila tidak ada faktor-faktor yang

melatar belakangi timbulnya perceraian itu sendiri. Di dalam sebuah

rumah tangga pasti banyak sekali permasalahan-permasalahan yang

muncul, baik dari suami, istri, anak, bahkan dari kedua belah pihak

Page 26: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

7

sekalipun. Dan dari rumah tangga tersebut, salah satu pihak menuntut

untuk bercerai dengan melayangkan gugatan, baik cerai talak maupun

cerai gugat ke Pengadilan Agama dalam hal ini adalah Pengadilan Agama

Kota Salatiga.

Penulis tertarik meneliti mengenai cerai talak dan cerai gugat dan

berusaha untuk menganalisis dari alasan dan implikasinya. Pemilihan

tempat penelitian di Kota Salatiga dikarenakan angka kasus perceraian

yang diajukan cukup tinggi setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada

laporan tahunan Pengadilan Agama Salatiga tahun 2015 dan 2016 tentang

cerai talak dan cerai gugat, sebagai berikut:

Tabel 1.1 daftar cerai talak dan cerai gugat

No Bulan Tahun 2015 Tahun 2016

Cerai

Talak

Cerai

Gugat

Cerai

Talak

Cerai

Gugat

1 Januari 35 82 37 95

2 Februari 32 75 45 82

3 Maret 37 79 37 79

4 April 48 90 26 81

5 Mei 26 71 32 78

6 Juni 29 68 33 74

7 Juli 29 56 13 48

8 Agustus 23 77 30 95

9 September 33 94 39 88

10 Oktober 30 84 25 77

11 November 31 79 27 82

12 Desember 26 90 24 69

Sub Jumlah 379 945 368 948

Jumlah total 1324 1316

Sumber laporan tahunan Pengadilan Agama Salatiga

Dari latar belakang tersebut penulis tertarik meneliti mengenai

analisis alasan dan implikasi cerai talak dan cerai gugat yang terjadi di

Pengadilan Agama Salatiga. Baik cerai talak maupun cerai gugat yang

Page 27: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

8

sangatlah menarik untuk diteliti, yang memang sebenarnya perkara

perceraian adalah perkara yang halal namun dibenci oleh Allah SWT. akan

tetapi banyak sekali masyarakat yang menjalaninya. Maka dari itu, penulis

mencoba mengangkat persoalan yang terjadi, sehingga diangkatlah judul

“CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA

TAHUN 2015-2016 (Analisis Alasan dan Implikasi Perceraian)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang di atas, maka dapat ditarik

permasalah sebagai berikut:

1. Apakah faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya cerai talak

maupun cerai gugat di Pengadilan Agama Salatiga tahun 2015-2016?

2. Bagaimanakah implikasi cerai talak dan cerai gugat yang terjadi di

Pengadilan Agama Salatiga tahun 2015-2016?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut;

1. Mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi terjadinya cerai talak

maupun cerai gugat di Pengadilan Agama Salatiga tahun 2015-2016.

2. Mengetahui implikasi cerai talak dan cerai gugat yang terjadi di

Pengadilan Agama Salatiga tahun 2015-2016.

Page 28: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

9

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian dapat menyumbangkan informasi dan wawasan

terkait praktek-praktek Hukum Islam khususnya dalam masalah

hukum Perceraian yang berkembang di masyarakat.

b. Hasil penelitian dapat dijadikan sumber bahan rujukan ilmiah bagi

para peneliti.

c. Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi ilmu bagi para

pembaca pada umumnya dan bagi para mahasiswa IAIN Salatiga

pada khusunya.

2. Manfaat Praktis

Memberikan informasi tentang potensi-potensi terjadinya perceraian

dalam upayanya membangun keharmonisan keluarga agar terwujudnya

keluarga yang sakinah mawaddah dan warahmah dapat menangani

masalah yang muncul di dalam keluarga supaya rumah tangga yang

masih utuh tidak mengalami kejadian yang sama, yaitu bercerai. Hal

ini diharapkan dapat dijadikan tendensi bagi para pembaca untuk dapat

memahami arti penting dalam berkeluarga, supaya tidak menimbulkan

permasalahan yang mengakibatkan keretakan rumah tangga untuk bisa

dipecahkan dan diselesaikan.

Page 29: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

10

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan,

dan pengalaman bagi peneliti mengenai pentingnya menjaga

keutuhan keluaga yang harus dijaga oleh baik suami dan istri.

b. Bagi Pasangan yang telah menikah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para

pasangan yang telah menikah supaya senantiasa menjaga keutuhan

dan keharmonisan rumah tangganya agar tidak sampai bercerai.

c. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau

bahan pertimbangan oleh pemerintah dalam merumuskan kembali

aturan-aturan hukum dan ketentuan-ketentuan mengenai prosesi

perceraian, suapaya pemerintah bisa menekan angka perceraian.

E. Penegasan Istilah

Supaya tidak terjadi kesalahpahaman pengertian dalam memahami

topik penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan penegasan istilah

untuk beberapa kata yang terlihat masih abstrak, sehingga mempermudah

pemahaman selanjutnya, antara lain sebagai berikut:

1. Pernikahan

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria

dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan untuk

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal

Page 30: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

11

berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU No 1 tahun 1974) dan

didalam KHI (pasal 2) pengertian pernikahan, yaitu akad yang sangat

kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan

melaksanakannya merupakaan ibadah (Departemen Agama RI, 2000:

14).

2. Perceraian

Kata cerai menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: v

(kata kerja), 1. pisah; 2. putus hubungan sebagai suami istri; talak.

Kemudian, kata perceraian mengandung arti: n (kata benda), 1.

Perpisahan; 2. Perihal bercerai (antara suami istri); perpecahan.

Adapun kata bercerai berarti: v (kata kerja), 1. Tidak bercampur

(berhubungan, bersatu, dsb) lagi: 2. Berhenti berlaki bini (suami istri)

(KBBI, 1997: 185).

Perceraian dalam bahasa Arab disebut dengan talak. Menurut

bahasa talak berasal dari kata “ithlaq” yang berarti melepaskan atau

meninggalkan. Menurut istilahnya yaitu atinya “melepaskan ikatan

perkawinan atau bubarnya hubungan perkawinan”(Sabiq, 1980: 7).

Dalam buku Hukum Perceraian (Syaifuddin, Turatmiyah & Yahanan.

2013: 19-20), perceraian menurut hukum Islam yang telah dipositifkan

dalam Pasal 38 dan Pasal 39 UU No. 1 Tahun 1974 yang telah

dijabarkan dalam PP No. 9 Tahun 1975, mencakup:

Page 31: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

12

3. Cerai Talak

Cerai talak yaitu perceraian yang diajukan permohonan

cerainya oleh dan atas inisiatif suami kepada Pengadilan Agama, yang

dianggap terjadi dan berlaku beserta segala akibat hukumnya sejak saat

perceraian itu dinyatakan (diikrarkan) di depan sidang Pengadilan

Agama (vide. Pasal 14 sampai dengan Pasal 18 PP No. 9 Tahun 1975)

4. Cerai gugat

Cerai gugat yaitu Perceraian yang diajukan gugtana cerainya

oleh dan atas inisiatif istri kepada Pengadilan Agama, yang dianggap

terjadi dan berlaku beserta segala akibat hukumnya sejak jatuhnya

putusan Pengadilan Agama yang telah mempunyai kekuatan hukum

yang tetap (vide Pasal 20 sampai dengan Pasal 36).

F. Tinjauan Pustaka

Dari hasil penelusuran penulis, ditemukan beberapa karya ilmiah

yang membahas tentang cerai talak dan cerai gugat, di antaranya:

1. Skripsi dengan judul “Analisis Hukum Islam terhadap Frekuensi Cerai

Talak dan Cerai Gugat di Pengadilan Agama Bangkalan dan

Pengadilan Agama Surabaya (Studi Komparasi Terhadap Cerai Talak

dan Cerai Gugat)” oleh Yuyun Nailufar pada tahun 2006. Skripsi ini

mencoba membandingkan angka cerai talak dan cerai gugat yang

terjadi di wilayah Kabupaten Bangkalan dan Kota Surabaya. Hasil

penelitian ini menyimpulkan bahwa cerai talak yang terjadi di

Page 32: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

13

Kabupaten Bangkalan lebih besar dibandingkan cerai gugat, hal ini

disebabkan masih rendahnya kesadaran hukum pada masyarakat

bangkalan. Sedangkan di Kota Surabaya berbanding terbalik dengan

yang terjadi di Bangkalan, cerai gugat justru lebih besar daripada cerai

talak, hal ini disebabkan kesadaran hukum yang tinggi pada

masyarakat Surabaya.

2. Skripsi dengan judul “Faktor Penyebab Cerai Gugat di Pengadilan

Agama Sidoarjo (Studi Kasus Tahun 2004 sampai 2006)” oleh Agung

Rohmawanto pada tahun 2008. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan

bahwa faktor penyebab cerai gugat yang tertinggi di Kabupaten

Sidoarjo kurun waktu 3 tahun, yakni 2004 sampai 2006 adalah tidak

adanya tanggung jawab suami dan perselisihan yang terus menerus

terjadi.

3. Skripsi dengan judul “Fenomena Cerai Gugat (Studi Data Cerai

Gugat di Pengadilan Agama Surabaya Tahun 2002-2005)” oleh

Mochammad Azis Qoharudin, pada tahun 2006. Skripsi ini

menggunakan metode kualitatif dengan menganalisis hukum Islam

terhadap fenomena cerai gugat yang terjadi di Surabaya. Dari data

yang dihasilkan, krisis akhlaq, tidak adanya tanggung jawab dan

perselisihan yang terus menerus merupakan penyebab utama cerai

gugat dalam kurun waktu 4 tahun, yakni dari tahun 2002 sampai tahun

2005.

Page 33: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

14

Dari beberapa karya tulis ilmiah di atas, penulis melakukan

penelitian yang berbeda, yakni lokasi dan tahun yang berbeda, penulis

melakukan penelitian di Pengadilan Agama Salatiga tentang perkara

cerai talak dan cerai gugat yang terjadi di Pengadilan Agama Salatiga

pada tahun 2015 dan 2016, sehingga tidak mengulangi penelitian yang

sudah ada.

G. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian dan pendekatan

Untuk membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian,

penulis menggunakan metode kualitatif dan beberapa pendekatan

untuk menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Secara jelasnya

penulis akan paparkan sebagai berikut:

a. Penelitian kualitatif

Dalam buku Prof. Dr. Lex J. Moleong, M.A dari kutipan

Bogdan dan Taylor (2011: 4) bahwa, “metode kualitatif sebagai

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati”. Dari pengertian tersebut, sudah barang tentu sesuai

dengan judul penelitian yang telah ada ini, peneliti akan berada

latar yang ilmiah sehingga metode yang akan digunakan adalah

dengan melakukan wawancara, observasi, catatan lapangan dan

pemanfaatan dokumen.

Page 34: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

15

Penelitian ini termasuk field research, berarti penelitian lapangan

yaitu penelitian obyek di lapangan untuk mendapatkan data,

gambaran yang jelas dan konkrit tentang perkara perceraian yang

telah diputus oleh Pengadilah Agama Salatiga.

b. Pendekatan

Pendekatan yang dipergunakan dalam penulisan karya

ilmiah ini adalah dengan pendekatan deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan

pemecahan masalah yang ada berdasarkan data-data. Penelitian

deskriptif kualitatif menafsirkan dan menuturkan data yang

bersangkutan dengan situasi yang sedang terjadi di dalam

masyarakat, pertentangan dua keadaan atau lebih, hubungan antar

variable, perbedaan antar fakta, pengaruh terhadap suatu kondisi

dan lain-lain. Selain itu pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan normative, yakni sebuah pendekatan yang dilakukan

dengan cara meneliti bahan pustaka, produk-produk hukum,

perbandingan konsep hukum, sejarah ataupun idiologi yang sedang

berkembang di tengah-tengah masyarakat ukum (Soekanto &

Mamudji, 1995: 13-14).

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan dalam

penelitian ini dimaksudkan menelisik penyebab perkara cerai talak

dan cerai gugat yang ada di PA Salatiga dengan mengumpulkan

data-data perceraian pada periode 2015-2016, guna memperoleh

Page 35: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

16

informasi mengenai alasan-alasan pengajuan cerai talak dan cerai

gugat serta implikasi yang timbulkan dari perceraian tersebut.

Diharapkan melaui penelitiaan ini mampu menguak apa yang

menjadi rumusan masalah yang penulis rumuskan sebelumnya

c. Kehadiran Peneliti

Melalui penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul

data. Peneliti datang dan secara langsung berinteraksi dengan

subyek penelitian dan melakukan wawancara mendalam dan

aktivitas-aktivitas lainnya demi memperoleh data yang diperlukan

dalam penelitian ini. Peneliti terjun langsung kepada subyek

penelitian, tanpa mewakilkan kepada orang lain, supaya kegiatan

yang berkaitan dengan menggali, mengidentifikasi data informasi

dapat diperoleh secara akurat.

d. Lokasi Penelitian

Adapun untuk lokasi penelitian yaitu berada di Pengadilan

Agama Kota Salatiga, Jl Lingkar Selatan Dukuh Jagalan Rt 14 Rw

05 Cebongan Salatiga, Telp (0298) 322853, Fax (0298) 325243

2. Kebutuhan dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

Page 36: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

17

a. Data primer

Data primer: data yang diperoleh dari berbagai sumber, data

yang diperoleh langsung dari penelitian, termasuk apa yang

didengar dan disaksikan oleh penulis.

1) Informan

Adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan

informasinya tentang situasi dan kondisi latar belakang

penelitian. Jadi seorang informan harus memiliki banyak

pengalaman tentang latar belakang penelitian. Seorang

informan berkewajiban secara suka rela menjadi tim anggota

penelitian walaupun hanya bersifat informal, sebagai anggota

tim dengan kebaikanya dan kesukarelaanya ia dapat

memberikan pandangan dari segi orang dalam, tentang nilai-

nilai, sikap, bangunan, proses dan kebudayaan yang menjadi

latar penelitian setempat (Moleong, 2002: 90). Dalam

penelitian ini adalah hakim, panitera dan pegawai di

Pengadilaan Agam Kota Salatiga.

2) Dokumen

Adalah setiap bahan tertulis ataupun film (Nastangin,

2012:13). Sumber tertulis dapat terbagi atas sumber buku dan

majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, dan dokumen

resmi (Nastangin, 2012:13). Dalam penelitian ini dokumen

yang dimaksud adalah setiap bahan tertulis berupa data-data

Page 37: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

18

maupun surat-surat keterangan, baik itu berupa putusan-

putusan pengadilan dan dokumen lain yang berkaitan dengan

penelitian.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain,

hasil kajian buku-buku karya lmiah serta peraturan perundang-

undangan yang erat kaitannya dengan penelitia ini adalah sebagai

berikut :

1) Undang-undang Perkawinan no. 1 tahun 1974

2) Kompilasi Hukum Islam (KHI)

3) PP No. 9 Tahun 1975

4) Al-Qur‟an dan Hadits

5) Buku-buku yang berkaitan dengan penelitian ini

6) Arsip-arsip yang mendukung

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data penulis menggunakan

beberapa teknik yakni:

a. Observasi

Dalam buku Dr. Suwartono, M. Hum. (2014: 41) Cara ini

sangat sesuai untuk mengkaji proses dan perilaku. Menggunakan

metode ini berarti menggunakan mata dan telinga sebagai jendela

untuk merekam data. Dilihat dari sejauh mana keterlibatan peneliti/

Page 38: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

19

pengumpul data dalam event yang diamati, observasi dibagi

menjadi dua, yaitu:

1) Observasi partisipan/partisipatoris

Dalam obsetvasi jenis ini peneliti adalan bagian dari apa

yang diamati.

2) Observasi nonpartisipan/nonpartisipatoris

Dalam pengamatan ini peneliti tidak berada di dalam

atau melakukan keterlibatan dalam kegiatan yang diamati.

Namun peneliti di sini hanya akan menggunakan observasi

partisipan/ partisipatoris, supaya data yang diperoleh saat

observasi merupakan data yang real di lapangan yakni di

Pengadilan Agama Kota Salatiga.

b. Wawancara

Dalam teknik wawancara penulis melakukan tanya jawab

langsung kepada pihak yang bersangkutan dalam hal ini hakim

pengadilan dan panitera di lingkungan Pengadilan Agama Kota

Salatiga yang mengetahui kondisi sosial dari gejala tersebut untuk

mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan rumusan

masalah.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable

yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti,

notulen rapat, lengger, agenda da sebagainya (Nastangin, 2012:15).

Page 39: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

20

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang dimaksud adalah

pengambilan beberapa fenomena keluarga yang diteliti, prosesi

penelitian baik itu wawancara maupun observasi.

d. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan yang peneliti buat di

lapangan pada saat melaksanakan penelitian yang berisikan informasi

penting apa saja yang didapatkan peneliti berdasarkan apa yang dilihat,

didengar, dirasakan saat melaksanakan observasi lapangan.

e. Analisis Data

Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis,

Dalam penganalisisan data tersebut penulis menggunakan analisis

kualitatif yaitu analisis untuk meneliti kasus setelah terkumpul

kemudian disajikan dalam bentuk urian sebagai berikut:

1) Reduksi Data

Yaitu dengan melakukan proses identifikasi satuan unit.

2) Kategorisasi

Kategorisasi adalah upaya memilah-milah setiap satuan ke

dalam bagian-bagian yang memiliki kesamaan.

3) Sintesisasi

Mensintesisasi berarti mencari kaitan antara satu kategori

dengan kategori yang lainnya agar bertemu titik permasalahannya.

Page 40: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

21

4) Menyusun Hipotesis Kerja

Hal ini dilakukan dengan jalan merumuskan suatu

pernyataan yang proporsional (Moleong, 2011: 288-289).

f. Pengecekan Keabsahan Data

Dalam rangka mendapatkan informasi yang factual dan

terperinci, maka penulis menggunakan beberapa teknik pengecekan

data yang diurai sebagai berikut:

1) Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai sebuah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Artinya

melalui teknik ini data pokok yang ada akan dibandingkan dengan

data pendukung lainnya, baik berdasarkan sumber, metode,

penyidik dan teori.

2) Uraian Rinci

Dalam teknik ini menuntut peneliti agar melaporkan hasil

penelitiannya sehingga uraiannya itu dilakukan seteliti dan

secermat mungkin.

3) Auditing

Auditing adalah proses pemeriksaan kebergantungan dan

kepastian data dalam penelitian. Jadi nantinya segala bentuk

informasi yang didapatkan baik berbentuk catatan ataupun data

lainnya akan sangat bermanfaat dalam proses auditing (Syafi‟i dkk,

2013: 12-13) dikutip dari (Moloeng, 2011:330-338).

Page 41: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

22

g. Tahap-tahap Penelitian

Penelitian kualitatif terbagi menjadi tiga tahap, yaitu: tahap pra-

lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data (Moleong,

2009: 127).

1) Tahap Pra-Lapangan

Tahap pra-lapangan adalah tahapan penelitian sebelum

berada di lapangan. Ada lima kegiatan yang harus dilakukan

peneliti pada tahapan ini. Tahapan ini perlu ditambahkan satu

pertimbangan tahapan lagi yaitu etika penelitian.

Dalam tahap pertama ini, ada lima hal yang harus

dilengkapi oleh penulis:

a) Menyusun rancangan penelitian;

b) Mengurus perizinan;

c) Menjajaki dan menilai lapangan;

d) Memilih dan memanfaatkan informan;

e) Menyiapkan perlengkapan penelitian.

Tahap ini digunakan sebelum peneliti melakukan penelitian

yang sebenarnya. kemudian peneliti membuat rancangan kegiatan

dan memilih salah satu lokasi untuk dijadikan obyek penelitian.

2) Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahapan ini merupakan tahapan penelitian yang

sebenarnya, di mana peneliti terlibat secara langsung dalam proses

penelitian dan datang langsung di lokasi penelitian. Peneliti

Page 42: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

23

mencari informasi tentang penelitian yang dilakukan dengan

responden yang dituju. Melakukan kegiatan ini peneliti akan

mengumpulkan data-data yang sesuai fokus penelitian.

Uraian tentang tahap pekerjaan lapangan dibagi atas tiga

bagian, yaitu:

a) Memahami latar penelitian

b) Adaptasi penelitian

c) Berperan serta sambil mengumpulkan data

3) Tahap Analisis Data

Setelah semua data telah terkumpul, maka peneliti menganalisis

data yang sudah ada dengan teori-teori yang sudah ada, sehingga

dapat disimpulkan beberapa hasil penelitian, analisis data terdapat

beberapa alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu:

a) Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah kegiatan yang mengantisipasi

kegiatan sebelum melakukan penelitian ke lapangan. Penelitian

dirancang sehingga nanti mudah dalam menganalisis dan

sebagai bukti pada penelitian.

b) Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan

perhatian data kasar yang muncul dari catatan tertulis di

lapangan.

Page 43: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

24

c) Penyajian Data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang

memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan

pengambilan tindakan. Melalui data kita akan memahami apa

yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan dalam

mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang

didapatkan dari penyajian tersebut.

d) Kesimpulan

Setelah melalui proses pengumpulan data, reduksi data,

penyajian data, kemudian menarik kesimpulan dari apa yang telah

dianalisis.

H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan, pemahaman yang jelas dalam

membaca penelitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan, yaitu yang

mencakup:

Bab I Pendahuluan. Dalam bab ini penulis menguraikan: latar

belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

penegasan istilah, metode penelitian, sistematika penulisan.

Bab II Pembahasan Teoritik. Pembahasan ini menguraikan tentang:

Tinjauan umum perceraian dalam Islam, proses mengajukan perceraian,

sebab-sebab perceraian dan akibat perceraian.

Page 44: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

25

Bab III Paparan data dan temuan penelitian. Yang dibahas dalam

bab ini yaitu gambaran umum tentang Pengadilan Agama Salatiga,

paparan data perceraian (cerai talak dan cerai gugat) di Pengadilan Agama

Kota Salatiga tahun 2015-2016, faktor-faktor penyebab dan implikasi

perceraian.

Bab IV Pembahasan. Dalam bab ini menguraikan dan menganalisis

hasil penelitian.

Bab V Penutup. Dalam bab ini membahas tentang kesimpulan

penelitian dan saran-saran yang diberikan penulis kepada pihak-pihak

yang terkait dengan penelitian ini.

Page 45: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

26

BAB II

Cerai Talak dan Cerai Gugat

A. Tinjauan Umum tentang Perceraian

1. Pengertian Perceraian

a. Pengertian Perceraian dalam Undang-undang Perkawinan No.

1 Tahun 1974

Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 mengatur tentang

putusnya perkawinan, sebagai berikut:

1) Pasal 38, menyatakan Perkawinan dapat putus karena:

a) Kematian;

b) Perceraian; dan

c) atas keputusan Pengadilan.

2) Pasal 39, menyatakan:

(1) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang

Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha

dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak;

(2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa

antara suami istri itu tidak akan dapat rukun sebagai suami

isteri;

(3) Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur

dalam peraturan perundangan tersebut;

Page 46: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

27

3) Pasal 40, menyatakan:

(1) Gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan.

(2) Tata cara mengajukan gugatan tersebut pada ayat (1) pasal

ini diatur dalam peraturan perundangan tersendiri.

b. Pengertian Perceraian dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) mengatur putusnya

hubungan perkawinan sebagai berikut:

1) Putusnya Hubungan Perkawinan

a) Pasal 113 KHI, menyatakan Perkawinan dapat putus

karena:

1) Kematian;

2) Perceraian; dan

3) Atas putusan Pengadilan.

b) Pasal 115 KHI menyatakan:

Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang

Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha

dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak.

c) Pasal 114 KHI menyatakan:

Putusnya perkawinan yang disebabkan karena perceraian

dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan

perceraian.

Page 47: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

28

c. Pengertian Perceraian dalam Fiqh Islam

1) Pengertian talak

Talak terambil dari kata “ithlak” yang menurut bahasa

artinya “melepaskan atau meninggalkan”. Menurut syara‟, talak

yaitu: “melepaskan tali perkawinan dan mengakhiri hubungan

suami istri”. Jadi talak adalah menghilangkan ikatan

perkawinan sehingga setelah hilangnya ikatan perkawinan itu

istri tidak lagi halal bagi suaminya, sedangkan arti mengurangi

pelepasan ikatan perkawinan ialah berkurangnya hak talak bagi

suami yang mengkibatkan berkurangnya jumlah talak yang

menjadi hak suami dari tiga menjadi dua, dari dua menjadi

satu, dan dari satu menjadi hilang hak talak itu, yaitu terjadi

dalam talak raj‟i (Ghazaly, 2006: 191). Dalam talak raj‟i

seorang suami masih diperbolehkan ruju‟ kepada istri sebanyak

dua kali, selama masih dalam iddah.

Lafal talak telah ada sejak zaman Jahiliyah. Syara‟

datang untuk menguatkannya bukan secara spesifik atas umat

ini. Penduduk Jahiliyah menggunakannya ketika melepas

tanggungan, tetapi dibatasi tiga kali. Hadis diriwayatkan dari

Urwah bin Zubair berkata: “Dulunya manusia menalak istrinya

tanpa batas dan bilangan.” Seseorang yang menalak istri, ketika

mendekati habis masa menunggu, ia kembali kemudian

menalak lagi begitu seterusnya kemudian kembali lagi dengan

Page 48: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

29

maksud menyakiti wanita, Diriwayatkan bahwa seorang laki

laki pada zaaman Jahiliyah menalak istrinya kemudian kembali

sebelum habis masa menunggu. Andaikata wanita di talak

seribu kali kekuasaan suami untuk kembali masih tetap ada.

Maka datanglah seorang wanita kepada aisyah ra. Mengadu

bahwa suaminya menalaknya dan kembali tetapi kemudian

menyakitinya (Azzam, 2009: 255).

Kata “talak” berasal dari bahasa arab berasal dari kata

“thalaqha- yuthaliku- thalaqaqan” yang bermakna melepas

atau mengurai tali pengikat. Baik tali pengikat itu bersifat

kongkrit seperti pengikat kuda maupun bersifat abstrak seperti

tali perkawinan. Kata talak merupakan isim masdar dari kata

thallaqa- yuthaliku- tathliiqan. Jadi kata ini semakna dengan

kata taqliq yang bermakna “irsal” dan “tarku” yaitu melepaskan

dan meninggalkan. Menurut Sabiq (2009: 206) kata talak

berasal dari kata thalaq adalah al-ithlaq artinya melepaskan

atau meninggalkan. Dalam syariat islam, talak artinya

melepaskan ikatan pernikahan atau mengakhirinya.

2) Dalil disyariatkan talak

Dalil disyariatkan talak adalah alqur‟an, snnah dan

ijma‟. Dalam alqur‟an Allah berfirman:

ق ب إ حساان تاسر يح أاوب ماعر وف فاإ مسااك مارتاان الطلا

Page 49: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

30

Talak (yang dapat rujuk) dua kali. Setelah itu boleh

rujuk lagi dengan cara yang makruf atau menceraikan

dengan cara yang baik. (QS. Al-Baqoroh :229 )

Ulama sepakat bolehnya talak, ungkapanya

menunjukkan bolehnya talak sekalipun makruh. Akad nikah

sebagaimana yang kami sebutkan dilaksanakan untuk

selamanya sampai akhir hayat. Agar suami istri dapat

membangun rumah tangga sebagai pijakan berlindung dan

bersenang-senang dibawah naungannya dan agar dapat

mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang baik (Azzam,

2009: 257).

Oleh karena itu, hubungan antara suami istri adalah

hubungan yang tersuci dan terkuat. Tidak ada dalil yang

menunjukkan kesuciannya dari pada Allah menyebutkan antara

suami istri sebagai janji yang berat (mitsaq ghalizh)

sebagaimana firman Allah yang artinya: “dan mereka (isteri-

isterimu telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”(QS

An-Nisa‟ (4): 21). Jika hubungan antara suami istri begitu kuat,

maka tidak boleh diremehkan dan direndahkan. Segala sesuatu

yang melemahkan hubungan ini dibenci Islam karena

mengakibatkan luputnya manfaat dan hilangnya maslahat

antara pasangan suami istri tersebut.

Page 50: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

31

Siapa saja manusia yang menghendaki rusaknya

hubungan antara suami istri, dalam pandangan islam ia keluar

dari padanya dan tidak memiliki sifat kehormatan. Rasulullah

bersabda: Tidak tergolong kami orang yang merusak hubungan

suami istri terhadap suaminya (Azzam, 2009: 257).

Sedangkan ijma‟ menyepakati bahwa hubungan suami

istri adalah hubungan tersuci dan terkuat, maka hubungan ini

tidak boleh diremehkan dan direndahkan. Keduanya harus

berusaha menggapai mawaddah warrahmah dalam menjalani

biduk rumah tangga.

3) Hukum talak dalam Islam

Pada prinsipnya asalnya, talak itu hukumnya makruh

berdasarkan sabda rasulullah Saw

إ لاىالله ت اعاالاىالطلاق الحالال أاب غاض Perbuatan halal yang paling dibenci oleh Allah Azza

wjalla adalah talak ( Ibnu Hajar Al’ Asqolany, 733:233

hadist ke 1098)

Para ulama berbeda pendapat tentang hukum talak,

pendapat yang lebih benar adalah makruh jika tidak ada hajat

yang menyebabkannya, karena talak berarti kufur terhadap

nikmat Allah, mengkufuri nikmat Allah haram hukumnya.

Talak tidak halal karena darurat misalnya suami ragu terhadap

perilaku istri atau hati sang suami tidak ada rasa tertarik pada

istri karena Allah Maha Membalikkan segala hati. Jika tidak

ada hajat yang mendorong talak kufur terhadap nikmat Allah

Page 51: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

32

secara murni dan buruk adab terhadap suami, hukumnya

makruh.

Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah berpendapat tentang

hukum talak secara rinci. Menurut mereka hukum talak

terkadang wajib dan terkadang haram dan sunnah. Al-

Baijarami berkata: Hukum talak ada lima yaitu adakalanya

wajib seperti talaknya orang yang bersumpah ila‟ (bersumpah

tidak mencampuri istri) atau dua utusan dari keluarga suami

dan istri, adakalanya haram seperti talak bid‟ah dan adakalanya

sunnah seperti talaknya orang yang lemah, tidak mampu

melaksanakan hak-hak pernikahan.

Demikian juga sunnah, talaknya suami yang tidak ada

orang tua yang bukan memberatkan, karena buruk akhlaknya

dan ia tidak tahan hidup bersamanya, tetapi ini tidak mutlak

karena umumnya wanita seperti itu. Rasulullah telah

mengisyaratkan dengan sabdanya : Wanita yang baik seperti

burung gagak yang putih kedua sayap dan kedua kakinya.

Hadis ini sindiran kelangkaan wujudnya Al-A‟shaamm artinya

putih kedua sayapnya atau kedua kakinya dan atau salah

satunya.

Ulamanya Hanabilah (penganut mazhab Hambali)

memperinci hukum talak sebagai brikut haram, mubah dan

kadang-kadang dihukumi sunnah. Talak wajib misalnya talak

Page 52: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

33

dari hakam perkara syiqaq, yakni perselisihan suami istri yang

sudah tidak bisa didamaikan lagi, dan kedua pihak memandang

perceraian sebagai jalan terbaik untuk menyelesaikan

persengketaan mereka. Termasuk talak wajib ialah talak dari

orang yang melakukan ila, terhadap istrinya setelah lewat

empat bulan.

Adapun talak yang diharamkan, yaitu talak yang tidak

diperlukan. Talak ini dihukumi haram karena akan merugikan

suami istri serta tidak ada manfaatnya. Talak mubah terjadi

hanya apabila diperlukan, misalnya karena istri sangat jelek,

pergaulanya jelek atau tidak dapat diharapkan adanya kebaikan

dari pihak istri. Apabila pernikahan dilanjutkan pun tidak akan

mendapat tujuan apa-apa.talak mandub atau talak sunnah, yaitu

talak yang dijatuhkan kepada istri yang sudah keterlaluan yang

tlah melanggar perintah-perintah Allah misalnya meninggalkan

sholat atau kelakuanyasudah tidak dapat diperbaiki lagi atau

istri sudah tidak menjaga kesopanan dirinya.

4) Rukun dan Syarat Talak

Rukun talak ada empat yaitu:

a) Suami (orang yang menjatuhkan talak), syaratnya adalah:

(1) Berakal

(2) Baligh

(3) Atas kemauan sendiri (tidak karena paksaan)

Page 53: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

34

b) Istri (yang ditalak),

(1) Mempunyai ikatan pernikahan dengan suami yang

menjatuhkan talak

(2) Masih dalam talak raj‟i yang dijatuhkan sebelumnya

c) Ucapan talak

(1) Talak dengan ucapan. Ucapan talak ada dua macam

yaitu:

(a) Sharih (tegas), yaitu kata-kata yang tidak dapat

diartikan lain jecuali talak. Talak dengan ucapan

kata-kata yang tegas tidak memerlukan niat

(b) Kinayah (sindiran), yaitu kata-kata kalimat yang

dapat berarti talak dapat pula berarti lain. Contoh:

“pulanglah engkau kerumah orang tuamu” maka

jatuhlah talak, tetapi jika suami tidak berniat

menceraikan istrinya, tidaklah jatuh talak bagi

istrinya

(2) Talak dengan tulisan, dapat dijatuhkan juga dengan

tulisan walaupun suami dapat berbicara. Disinipun ada

dua macam yaitu tulisan yang tegas dan tertentu

maknanya serta jelas alamat yang dituju, dan tulisan

yang tidak tertentu maknanya atau tidak jelas alamat

yang dituju.

Page 54: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

35

(3) Talak dengan isyarat, hanya berlaku bagi orang yang

tidak dapat berbicara (bisu) dan tidak dapat membaca

dan menulis.

2. Macam-macam dan Cara Pemutusan Hubungan Perkawinan

a. Macam-macam Talak Menurut KHI

Dalam Inpres RI Nomor 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi

Hukum Islam (KHI) menyebutkan macam-macam talak dan cara

pemutusan sebagaimana berikut:

1) Pasal 117 KHI

Talak adalah ikrar suami di hadapan sidang Pengadilan Agama

yang menjadi salah satu sebab putusnya perkawinan, dengan

cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129, 130, dan 131.

2) Pasal 118 KHI

Talak Raj`I adalah talak kesatu atau kedua, dimana suami

berhak rujujk selamaisteri dalam masa iddah.

3) Pasal 119 KHI

a) talak Ba`in Shughraa adalah talak yang tidak boleh dirujuk

tapi boleh akad nikah baru dengan bekas suaminya

meskipun dalam iddah.

b) Talak Ba`in Shughraa sebagaimana tersebut pada ayat (1)

adalah :

(1) talak yang terjadi qabla al dukhul;

(2) talak dengan tebusan atahu khuluk;

Page 55: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

36

(3) talak yang dijatuhkan oleh Pengadilan Agama.

4) Pasal 120 KHI

Talak Ba`in Kubra adalah talak yang terjadi untuk ketiga

kalinya. Talak jenis ini tidak dapat dirujuk dan tidak dapat

dinikahkan kembali, kecuali apabila pernikahan itu dilakukan

setelah bekas isteri, menikah degan orang lain dan kemudian

terjadi perceraian ba`da al dukhul dan hadis masa iddahnya.

5) Pasal 121 KHI

Talak sunny adalah talak yang dibolehkan yaitu talak yang

dijatuhkan terhadap isteri yang sedang suci dan tidak dicampuri

dalam waktu suci tersebut.

6) Pasal 122 KHI

Talak bid`i adalah talak yang dilarang, yaitu talak yang

dijatuhkan pada waktu isteri dalam keadaan haid atau isteri

dalam keadaan suci tapi sudah dicampuri pada waktu suci

tersebut.

7) Pasal 123 KHI

Perceraian itu terjadi terhitung pada saat perceraian itu

dinyatakan di depan sidang pengadilan.

8) Pasal 124 KHI

Khuluk harus berdasarkan atas alasan perceraian sesuai

ketentuan pasal 116 KHI.

Page 56: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

37

b. Macam-macam Talak menurut Hukum Islam

Secara garis besar ditinjau dari boleh atau tidaknya rujuk

kembali, talak di bagi menjadi dua yaitu :

1) Talak Raj‟i

Talak raj‟i yaitu thalaq dimana suami masih mempunyai hak

untuk rujuk kepada istrinya, dimana istri dalam keadaan sudah

digauli. Hal ini sesuai dengan QS Al-Baqarah : 229 yang

berbunyi :

ق ب إ حساان تاسر يح أاوب ماعر وف فاإ مسااك مارتاان الطلا“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh

rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan

dengan cara yang baik.” (QS. Al Baqarah: 229)

2) Talak Ba‟in

Talak Ba‟in adalah talak yang memisahkan sama sekali

hubungan suami istri. Talak Ba‟in terbagi menjadi dua bagian :

a) Talak ba‟in sughra yaitu talak yang menghilangkan hak-hak

rujuk dari bekas suaminya, tetapi tidak menghilangkan

nikah baru kepada bekas istrinya. Artinya bekas suami

boleh mengadakan akad nikah baru dengan bekas istri, baik

dalam masa iddahnya maupun sesudah berakhir masa

iddahnya.

Yang termasuk dalam talak ba‟in sughra ialah :

(1) Talak yang dijatuhkan kepada istrinya sebelum

berkumpul

Page 57: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

38

(2) Talak dengan penggantian harta atau yang disebut

khulu‟

(3) Talak karena aib (cacat badan), karena salah seorang di

penjara, talak karena penganiayaan, atau yang

semacamnya

Hukum talak bai‟in sughra :

a. Hilangnya ikatan nikah antara suami dan istri.

b. Hilangnya hak bergaul bagi suami istri termasuk

berkhalwat (menyendiri berdua-duaan)

c. Masing-masing tidak saling mewarisi manakal

meninggal

d. Bekas istri, dalam masa iddah, berhak tinggal di

rumah bekas suaminya dengan berpisah tempat tidur

dan mendapat nafkah

e. Rujuk dengan akad dan mahar yang baru

b) Talak ba‟in kubra, ialah talak yang mengakibatkan

hilangnya hak rujuk kepada mantan istri. Walaupun

keduanya baik suami istri itu masih ingin melakukanya,

baik diwaktu iddah maupun sesudahya. Yang termasuk

dalam thalaq bain kubra adalah : perceraian yang

mengandung unsur sumpah seperti ila, zihar dan li‟an.

Sebagian ulama berpendapat yang termasuk talak ba‟in

Page 58: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

39

kubra adalah segala macam perceraian yang mengandung

unsur-unsur seperti : ila, zihar, dan li‟an.

Hukum talak ba‟in kubra :

(1) Hilangnya ikatan nikah antara suami dan istri

(2) Hilangnya hak bergaul bagi suami istri termasuk

berkhalwat (menyendiri berdua-duaan)

(3) Bekas istri dalam masa iddah, berhak tinggal di rumah

bekas suaminya dengan berpisah tempat tidur dan

mendapat nafkah

(4) Suami haram kawin lagi dengan istrinya, kecuali

bekas istri telah kawin dengan laki-laki lain.

Maksudnya apabila seorang suami menceraikan istrinya

dengan talak tiga, maka perempuan itu tidak boleh dikawini lagi

sebelum perempuan tersebut menikah dengan laki-laki lain.

Apabila suami yang telah terlanjur menjatuhkan talak sampai tiga

kali terhadap istri, tiba-tiba menyesal, tidak boleh minta kepada

seseorang untuk mengawini bekas istrinya itu, dengan

permintaan setelah berlalu beberapa waktu dan setelah terjadi

persetubuhan supaya menceraikan istrinya, guna memungkinkan

kawin lagi dengan suami pertama itu. Dalam hubungan ini hadits

Nabi riwayat Ahmad, Abu Dawud, Turmudzi, Nasai dan Ibnu

Majahdari Ali memperingatkan, “Allah mengutuk laki-laki

muhallil (mengawini perempuan untuk menghalalkan

Page 59: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

40

perkawinan kembali dengan bekas suaminya yang lama) dan

laki-laki yang menyuruh orang lain kawin sebagai

muhallilnya(Basyir, 1999: 81)

Ditunjau dari segi waktu dijatuhkannya talak itu, talak

dibagi menjadi tiga macam sebagai berikut:

1) Talak Sunni, yaitu talak yang dijatuhkan sesuai dengan

tuntunan as-sunnah. Dikatakan talak sunni jika memenuhi

empat syarat:

a) Istri yang ditalak sudah pernah digauli, bila dijatuhkan

terhadap istri yang belum pernah digauli tidak termasuk

talak sunni.

b) Istri dapat segera melakukan iddah suci setelah ditalak,

yaitu dalam keadaan suci dari haid. Menurut ulama

Syafi‟iyah, perhitungan iddah bagi wanita berhaid ialah

tiga kali suci, bukan tiga kali haid. Talak terhadap istri

yang telah lepas haid (menopause), atau belum pernah

haid, atau sedang hamil, atau karena suami meminta

tebusan (khulu‟), atau ketika istri dalam haid, semuanya

tidak termasuk talak sunni.

c) Talak itu dijatuhkan ketika istri dalam keadaan suci, baik

dipermulaan, dipertengahan maupun diakhir suci, kendati

beberapa saat lalu datang haid.

Page 60: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

41

d) Suami tidak pernah menggauli istri selama masa suci

dimana itu dijatuhkan. Talak yang dijatuhkan oleh suami

ketika istri dalam keadaan suci dari haid tetapi pernah

diaguli, termasuk talak sunni.

2) Talak Bid‟i, yaitu talak yang dijatuhkan tidak sesuai atau

bertentangan dengan tuntunan sunnah, tidak memenuhi

syarat-syarat talak sunni.

Termasuk talak bid‟i:

a) Talak yang dijatuhkan terhadap istri pada waktu haid

(menstruasi) baik dipermulaan haid maupun

dipertengahannya.

b) Talak yang dijatuhkan terhadap istri dalam keadaan suci

tetapi pernah digauli oleh suaminya dalam keadaan suci

dimaksud.

3) Talak la sunni wala bid‟i, yaitu talak yang tidak termasuk

kategori talak sunni dan tidak pula termasuk talak bid‟i yaitu:

a) Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah

digauli.

b) Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang belum pernah

haid, atau istri yang telah lepas haid.

c) Talak yang dijatuhkan terhadap istri yang sedang hamil.

Page 61: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

42

Ditinjau dari segi tegas dan tidaknya kata-kata yang

digunakan sebagai ucapan talak, maka talak dibagi menjadi dua

macam, sebagai berikut:

1) Talak syarih, yaitu talak dengan mempergunakan kata-kata

yang jelas dan tegas, dapat dipahami sebagai pernyataan talak

atau cerai seketika diucapkan, tidak mungkin dipahami lagi.

Beberapa contoh talak syarih ialah seperti suami berkata

kepada istrinya:

a) Engkau saya talak sekarang juga, engkau saya cerai

sekarang juga.

b) Engkau saya firaq sekarang juga,engkau saya pisahkan

sekarang juga.

Apabila suami menjatuhkan talak terhadap istri dengan talak

syarih, maka menjadi jatuhlah talak dengan sendirinya,

sepanjang diucapkannya itu dinyatakan dalam keadaan sadar

dan atas kemauannya sendiri.

2) Talak kinayah, yaitu talak dengan mempergunakan kata

sindiran, atau samar-samar suami berkata kepada istrinya:

a) Engkau sekarang telah jauh dari diriku

b) Selesaikan sendiri segala urusanmu

c) Janganlah engkau mendekati aku lagi

d) Keluarlah engkau dari rumah ini sekarang juga

e) Pergilah engkau dari tempat ini sekarang juga

Page 62: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

43

f) Susullah keluargamu sekarang juga

g) Pulanglang kerumah orang tuamu sekarang

h) Beriddahlah engkau dan bersihkanlah kandunganmu itu

i) Saya sekarang telah sendirian dan hidup membujang

j) Engkau sekarang telah bebas merdeka, hidup sendirian

Ucapan-ucapan tersebut mengandung kemungkinan

cerai dan mengandung kemuungkinan lain, tentang

kedudukan talak dengan kata-kata kinayah atau sidiran ini

sebagaimana dikemukakan oleh Taqiyuddin Al-

Husaini,bergantung kepada niat suami. Artinya, jika suami

dengan kata-kata tersebut bermaksud menjatuhkan talak

maka menjadi jatuhlah talak itu, dan jika suami dengan kata-

kata tersebut tidak bermaksud menjatuhkan talak maka talak

tidak jatuh. (Ghazaly, 2006:195)

3. Alasan-alasan Perceraian

Dalam Pasal 116 KHI disebutkan bahwa, perceraian dapat

terjadi karena alasan atau alasan-alasan:

a. salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,

penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b. salah satu pihak mninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah

atau karena hal lain diluar kemampuannya.

c. salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d. salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat

yang membahayakan pihak lain;

e. sakah satu pihak mendapat cacat badab atau penyakit dengan

akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami

atau isteri.

Page 63: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

44

f. antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi

dalam rumah tangga.

g. Suami melanggar taklik talak;

h. peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidakrukunan dalam rumah tangga.

B. Proses Mengajukan Perceraian

1) Proses mengajukan Cerai Talak

Inpres RI Nomor 1 Tahun 1991 tentang KHI menyebutkan

tentang proses mengajukan cerai talak sebagaimana berikut:

a. Pasal 129 KHI

Seorang suami yang akan menjatuhkan talak kepada isterinya

mengajukan permohonan baik lisan maupun tertulis kepada

Pengadilan Agama yang mewilayahi tempat tinggal isteri disertai

dengan alasan serta meminta agar diadakan sidang untuk keperluan

itu.

b. Pasal 130 KHI

Pengadilan Agama dapat mengabulkan atau menolak permohonan

tersebut, dan terhadap keputusan tersebut dapat diminta upaya

hukum banding dan kasasi

c. Pasal 131 KHI

1) Pengadilan agama yang bersangkutan mempelajari permohonan

dimaksud pasal 129 dan dalam waktu selambat-lambatnya tiga

puluh hari memanggil pemohon dan isterinya untuk meminta

Page 64: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

45

penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

maksud menjatuhkan talak.

2) Setelah Pengadilan Agama tidak berhasil menashati kedua

belah pihak dan ternyata cukup alasan untuk menjatuhkan talak

serta yang bersangkutan tidak mungkin lagi hidup rukun dalam

rumah tangga, pengadilan Agama menjatuhkan keputusannya

tentang izin bagi suami untuk mengikrarkan talak.

3) Setelah keputusannya mempunyai kekeutan hukum tetap suami

mengikrarkan talaknya disepan sidang Pengadilan Agama,

dihadiri oleh isteri atau kuasanya.

4) Bila suami tidak mengucapkan ikrar talak dalam tempo 6

(enam) bulah terhitung sejak putusan Pengadilan Agama

tentang izin ikrar talak baginya mempunyai kekuatan hukum

yang tetap maka hak suami untuk mengikrarkan talak gugur

dan ikatan perkawinan yant tetap utuh.

5) Setelah sidang penyaksian ikrar talak Pengadilan Agama

membuat penetapan tentang terjadinya Talak rangkap empat

yang merupakan bjukti perceraian baki bekas suami dan isteri.

Helai pertama beserta surat ikrar talak dikirimkan kepada

Pegawai Pencatat Nikah yang mewilayahi tempat tinggal suami

untuk diadakan pencatatan, helai kedua dan ketiga

masingmasing diberikan kepada suami isteri dan helai keempat

disimpan oleh Pengadilan Agama.

Page 65: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

46

2) Proses mengajukan Cerai Gugat

a. Pasal 132 KHI

1) Gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya pada

Pengadilan Agama yang daerah hukumnya mewilayahi

tempat tinggal penggugat kecuali isteri meninggalkan

tempat kediaman bersama tanpa izin suami.

2) Dalam hal tergugat bertempat kediaman diluar negeri,

Ketua Pengadilan Agama memberitahukan gugatan tersebut

kepada tergugat melalui perwakilan Republik Indonesia

setempat.

b. Pasal 133 KHI

1) Gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam pasal 116

huruf b, dapat diajukan setelah lampau 2 (dua) tahun

terhitung sejak tergugat meninggalkan gugatan

meninggalkan rumah.

2) Gugatan dapat diterima apabila tergugat menyatakan atau

menunjukkan sikap tidak mau lagi kembali ke rumah

kediaman besama.

c. Pasal 134 KHI

Gugatan perceraian karena alasan tersebut dalam pasal 116

huruf f, dapat diterima apabila telah cukup jelas bagi

Pengadilan Agama mengenai sebab-sebab perselisihan dan

Page 66: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

47

pertengkaran itu dan setelah mendengar pihak keluarga serta

orang-orang yang dekat dengan suami isteri tersebut.

d. Pasal 135 KHI

Gugatan perceraraian karena alsan suami mendapat hukuman

penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat sebagai

dimaksud dalam pasal 116 huruf c, maka untuk mendapatkan

putusan perceraian sebagai bukti penggugat cukup

menyapaikan salinan putusan Pengadilan yang memutuskan

perkara disertai keterangan yang menyatakan bahwa putusan

itu telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.

e. Pasal 136 KHI

(1) Selama berlangsungya gugatan perceraian atas permohonan

penggugat atau tergugat berdasarkan pertimbangan bahaya

yang mingkin ditimbulkan, Penghadilan Agama dapat

mengizinkan suami isteri tersebut untuk tidak tinggal dalam

satu rumah.

(2) Selama berlangsungnya gugatan perceraian atas

permohonan penggugat atau tergugat, Pengadilan Agama

dapat :

(a) menentukan nafkah yang harus ditanggung oleh suami;

(b) menentukan hal-hal yang perlu untuk menjamin

terpeliharanya barang-barang yang menjadi hak

Page 67: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

48

bersama suami isteri atau barang-barang yang menjadi

hak suami atau barang-barang yang menjadi hak isteri.

3) Tatacara Perceraian

Berdasarkan pasal 39-41 Undang-Undang Perkawinan

dan dalam Peraturan Pemerintah No. 9/1975 pasal 14-36,

perceraian ada 2 macam yaitu:

a) Cerai talak

Tatacara tentang seorang suami yang hendak

mentalak isterinya diatur dalam P.P. No. 9/1975 pasal 14-

18 yang pada dasarnya dalah sebagai berikut:

(1) Seorang suami yang telah melangsungkan perkawinan

menurut agama Islam yang akan menceraikan isterinya,

mengajukan surat kepada Pengadilan Agama di tempat

tinggalnya, yang berisi pemberitahuan bahwa ia

bermaksud menceraikan isterinya disertai dengan

alasan-alasannya serta meminta kepada Pengadilan agar

diadakan sidang untuk keperluan itu. Di sini ditegaskan

bahwa pemberitahuan itu harus dilakukan secara tertulis

dan yang diajukan oleh suami tersebut bukanlah surat

permohonan tetapi surat pemberitahuan. Setelah terjadi

perceraian di muka Pengadilan, maka Ketua Pengadilan

membuat surat keterangan tentang terjadinya

perceraian.

Page 68: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

49

(2) Setelah pengadilan menerima surat pembritahuan

tersebut, kemudian setelah mempelajarinya, selambat-

lambatnya 30 hari setelah menerima surat itu,

Pengadilan memanggil suami dan isteri yang akan

bercerai itu, untuk dimintai penjelasan.

(3) Setelah Pengadilan mendapat penjelasan dari suami-

isteri, ternayat memang terdapat alasan-alasan untuk

bercerai dan Pengadilan berpendapat pula bahwa antara

suami-isteri yang bersangkutan tidak mungkin lagi

didamaikan untuk hidup rukun lagi dalam rumahtangga,

maka Pengadilan memutuskan untuk mengadakan

sidang untuk menyaksikan perceraian itu.

(4) Sidang Pengadilan tersebut, setelah meneliti dan

berpendapat adanya alasan-alasan untuk perceraian dan

setelah berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak

dan tidak berhasil, kemudian menyaksikan perceraian

yang dilakukan oleh suami itu di dalam sidang tersebut.

(5) Kemudian Ketua Pengadilan memberi surat keterangn

tentang terjadinya perceraian tersebut, dan surat

keterangan tersebut dikirimkan kepada Pegawai

Pencatat di tempat perceraian itu terjadi untuk diadakan

pencatatan perceraian.

Page 69: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

50

(6) Perceraian itu terjadi terhitung pada saat terjadi

perceraian itu dinyatakan di depan sidang Pengadilan.

b) Cerai gugat

Cerai gugat adalah perceraian yang disebabkan oleh

adanya suatu gugatan lebih dahulu oleh salah satu pihak

kepada Pengadilan dan perceraian itu terjadi dengan suatu

putusan Pengadilan.

Tatacara perceraian ini diatur dalam P.P. No. 9/1975

pasal 20-36 yang pada dasarnya adalah sebagai berikut:

(1) Pengajuan gugatan

(a) Gugatan perceraian diajukan oleh suami atau isteri

atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah

hukumnya meliputi tempat tergugat.

(b) Dalam hal tempat kediaman tergugat tidak jelas atau

tidak diketahui atau tidak mempunyai kediaman

yang tetap, begitu juga tergugat bertempat kediaman

di luar negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan

di tempat kediaman penggugat.

(c) Demikian juga gugatan perceraian dengan alasan

salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2

tahun berturut-turut tanpa ijin pihak lain dan tanpa

alasan yang sah atau hal lain di luar kemampuannya,

Page 70: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

51

gugatan diajukan kepada Pengadilan di tempat

penggugat.

(2) Pemanggilan

(a) Pemanggilan harus disampaikan kepda pribadi yang

bersangkutan apabila tidak dapat dijumpai,

panggilan disampaikan melalui surat atau yang

dipersamakan dengannya. Pemanggilan ini

dilakukan setiap akan dilakukan persidangan.

(b) Yang melakukan pemanggilan tersebut adalah

jurusita (Pengadilan Negeri) dan petugas yang

ditunjuk (Pengadilan Agama).

(c) Panggilan tersebut harus dilakukan dengan cara

yang patut dan sudah diterima oleh para pihak atau

kuasanya selambat-lambatanya 3 hari sebelum

sidang dibuka. Panggilan kepada tergugat harus

dilampiri dengan salinan surat gugat.

(d) Pemanggilan bagi tergugat yang tempat

kediamannya tidak jelas atau tidak mempunyai

tempat kediaman tetap, panggilan dilakukan dengan

cara menempelkan gugatan pada papan

pengumuman di Pengadilan dan mengumumkan

melalui satu atau beberapa suratkabar atau mass

media lain yang ditetapkan oleh Pengadilan yang

Page 71: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

52

dilakukan dua kali dengan tenggang waktu satu

bulan antara pengumuman pertama dan kedua.

(e) Apabila tergugat berdiam di luar negeri

pemanggilannya melalui Perwakilan Republik

Indonesia setempat.

(3) Persidangan

(a) Persidangan untuk memeriksa gugatan perceraian

harus dilakukan oleh Pengadilan selambat-

lambatnya 30 hari setelah diterimanya surat gugatan

di Kepaniteraan. Khusus bagi gugatan yang

tergugatnya bertempat kediaman di luar negeri,

persidangan ditetapkan sekurang-kurangnya 6 bulan

terhitung sejak dimasukkannya gugatan perceraian

itu.

(b) Para pihak yang berpekara dapat menghadiri sidang

atau didampingi kuasanya atau sama sekali

menyerahkan kepada kuasanya dengan membawa

surat nikah/rujuk, akta perkawinan, surat keterangan

lainnya yang diperlukan.

(c) Apabila tergugat tidak hadir dan sudah dipanggil

sepatutnya, maka gugatan itu dapat diterima tanpa

hadirnya tergugat, kecuali kalau gugatan itu tanpa

hak atau tidak beralasan.

Page 72: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

53

(d) Pemeriksaan perkara gugatan perceraian dilakukan

dalam sidang tertutup.

(4) Perdamaian

(a) Pengadilan harus berusaha untuk mendamaikan

kedua belah pihak baik sebelum maupun selama

persidangan sebelum gugatan diputuskan.

(b) Apabila terjadi perdamaian maka tidak boleh

diajukan gugatan perceraian baru berdasarkan

alasan-alasan yang ada sebelum perdamaian dan

telah diketahui oleh penggugat pada waktu

dicapainya perdamaian.

(c) Dalam usaha mendamaikan kedua belah pihak

Pengadilan dapat meminta bantuan kepada orang

lain atau badan lain yang dianggap perlu.

(5) Putusan

(a) Pengucapan putusan Pengadilan harus dilakukan

dalam sidang terbuka.

(b) Putusan dapat dijatuhkan walaupun tergugat tidak

hadir, asal gugatan itu didasarkan pada alasan yang

telah ditentukan.

(c) Perceraian dianggap terjadi dengan segala akibat-

akibatnya terdapat perbedaan antara orang yang

beragama Islam dan yang lainnya. Bagi yang

Page 73: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

54

beragama Islam perceraian dianggap terjadi sejak

jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah

mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Sedang

bagi agama lain terhitung sejak saat pendaftarannya

pada daftar pencatatan kantor pencatatan oleh

pegawai pencatat(Wasman dkk, 2011:158-163).

C. Sebab-sebab Putusnya Perkawinan

Suatu perkawinan menjadi putus adalah karena talak baik talak

mati atau hidup. Sedangkan talak itu sendiri hanya berhak dilakukan oleh

suami. Talak bukan merupakan kesewenang-wenangan seorang suami

sebagai sejata untuk memutus ikatan perkawinan dengan istrinya, namun

jatuhnya talak bisa disebabkan beberapa alasan. Alasann-alasan itu bisa

datang dari suami maupun istri sehingga mengakibatkan talak. Ada

beberapa sebab perceraian yang dirumuskan oleh para ulama klasik.

Diantaranya adalah imam syafi‟I yang menuliskan sebab-sebab putusnya

perkawinan selain talak yaitu khulu’, fasakh, syiqaq, nusyuz, ila’, dzihar,

li’an yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Khulu’

Menurut bahasa kata khulu’ berarti tebusan. Karena istri

menebus dirinya dari suaminya dengan mengembalikan apa yang

pernah dia terima. Sedangkan menurut istilah khulu’ berati talak yang

diucapkan istri dengan mengembalikan mahar yang pernah dibayar

Page 74: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

55

oleh suaminya. Artinya tebusan itu dibayar kembali kepada suaminya

agar suaminya dapat menceraikannya. Menurut fiqih pun demikian,

khulu’ berarti perceraian yang dilakukan lelaki terhadap istrinya

dengan mendapatkan harta tebusan (iwadh) (Ghazali,2006:220). Dasar

hukum disyari‟atkan khulu’ ialah dalam surat Al-Baqarah ayat 22

sebagai berikut:

ب ءاتيتوىهي شيئب إل أى يخبفب أل يميوب حذود ول يحل لكن أى تؤخزوا هو

فل جبح عليهوب فيوب افتذث به )البمشة: فئى خفتن أل يميوب حذود الل الل

11

Artinya: "Tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu

dari yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau

keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-

hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami

istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, maka tidak

ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh

istri untuk menebus dirinya" (QS. Al-Baqarah:22)

Adanya kemungkinan bercerai dengan jalan khuluk ini ialah

untuk mengimbangi hak talak yang ada pada suami. Dengan khuluk ini

si isteri dapat mengambil inisiatif untuk memutuskan hubungan

perkawinan dengan cara penebusan. Penebusan atau pengganti yang

diberikan isteri pada suaminya disebut juga dengan kata “iwald”.

Syarat sahnya khuluk ialah:

a. Perceraian dengan khuluk itu harus dilaksanakan dengan kerelaan

dan persetujuan suami-isteri.

b. Besar kecilnya uang tebusan harus ditentukan dengan persetujuan

bersama antara suami-isteri.

Page 75: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

56

Apabila tidak terdapat persetujuan antara keduanya mengenai

jumlah uang penebus, Hakim Pengadilan Agama dapat menentukan

jumlah uang tebusan itu.

Khuluk dapat dijatuhkan sewaktu-waktu, tidak usah menanti

isteri dalam keadaan suci dan belum dicampuri, hal ini disebabkan

karena khuluk itu terjadi atas kehendak istri sendiri.

2. Ila’

Kata ila’ menurut bahasa artinya sumpah. Sedangkan menrut

istilah, ila’ adalah sumpah suami dengan menyeut nama Allah atau

sifat-Nya yang tertuju kepada istrinya untuk tidak mendekati istrinya

itu, baik secara mutlak atau dibatasi dengan ucapan selamanya, atau

dibatasi empat bulan atau lebih. Dasar hukum pengetahuan ila’ suarat

Al-Baqarah ayat 226-227 sebagai berikut :

حين للزيي يؤلىى هي سآئهن تشبص أسبعت أشهش فئى فآءو فئى الل غفىسس

)112( وإى عضهىا الطلق فئى الل سويع علين )112(

“Kepada orang-orang yang meng-illa’ istrinya, diberi tangguh

empat bulan (lamanya). Kemudian jika mereka kembali

(kepada istrinya), maka sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan jika mereka ber’azam

(bertetap hati untuk) talak, maka sesungguhnya Allah Maha

Mendengar lagi Maha Mengetahui”(QS. Al-Baqarah: 226-

227).

Meng-ila’ istri maksudnya : bersumpah tidak akan mencampuri

istri. Dengan sumpah ini seorang wanita menderita, karena tidak

disetubuhi dan tidak pula diceraikan. Berdasarkan Al-Quran, surat Al-

Baqarah ayat 226-227, dapat diperoleh ketentuan bahwa:

Page 76: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

57

a. Suami yang mengila‟ isterinya batasnya paling lama hanya empat

bulan.

b. Kalau batas waktu itu habis maka suami harus kembali hidup

sebagai suami-isteri atau mentalaknya.

Bila sampai batas waktu empat bulan itu habis dan suami

belum mentalak isterinya atau meneruskan hubungan suami-isteri,

maka menurut Imam Abu Hanifah suami yang diam saja itu dianggap

telah jatuh talaknya satu kepada isterinya.

Apabila suami hendak kembali meneruskan hubungan dengan

isterinya, hendaklah ia menebus sumpahnya dengan denda atau

kafarah. Kafarah sumpah ila‟ sama dengan kafarah umum yang

terlanggar dalam hukum Islam. Denda sumpah umum ini diatur dalam

Al-Quran surat Al-Maidah ayat 89, berupa salah satu dari empat

kesempatan yang diatur secara berurutan, yaitu:

a. Memberi makan sepuluh orang miskin menurut makan yang wajar

yang biasa kamu berikan untuk keluarga kamu, atau

b. Memberikan pakaian kepada sepuluh orang miskin, atau

c. Memerdekakan seorang budak, atau jika tidak sanggup juga, maka

d. Hendaklah kamu berpuasa tiga hari.

Pembayaran kafarah ini pun juga harus dilaksanakan apabila

suami mentalak isterinya dan merujuknya kembali pada masa „iddah

atau dalam perkawinan baru setelah masa „iddah habis.

Page 77: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

58

3. Li’an

Arti li’an ialah laknat yaitu sumpah yang di dalamnya terdapat

pernyataan bersedia menerima laknat Tuhan apabila yang

mengucapkan sumpah itu berdusta. Akibatnya ialah putusnya

perkawinan antara suami-isteri untuk selama-lamanya.

Proses pelaksanaan perceraian karena li‟an diatur dalam Al-Quran

surat An-Nur ayat 6-9, sebagai berikut:

a. Suami yang menuduh isterinya berzina harus mengajukan saksi

yang cukup yang turut menyaksikan perbuatan penyelewengan

tersebut.

b. Kalau suami tidak dapat mengajukan saksi, supaya ia tidak terkena

hukuman menuduh zina, ia harus mengucapkan sumpah lima kali.

Empat kali dari sumpah itu ia menyatakan bahwa tuduhannya

benar, dan sumpah kelima menyatakan bahwa ia sanggup

menerima laknat Tuhan apabial tuduhannya tidak benar (dusta).

c. Untuk membebaskan diri dari tuduhan si isteri juga harus

bersumpah lima kali. Empat kali ia menyatakan tidak bersalah dan

yang kelima ia menyatakan sanggup menerima laknat Tuhan

apabila ia bersalah dan tuduhan suaminya benar.

d. Akibat dari sumpah ini isteri telah terbebas dari tuduhan dn

ancaman hukuman, namun hubungan perkawinan menjadi putus

untuk selama-lamanya.

Page 78: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

59

4. Fasakh

a. Pengertian fasakh

Arti fasakh ialah merusakkan atau membatalkan. Ini berarti

bahwa perkawinan itu diputuskan/dirusakkan atas permintaan salah

satu pihak oleh hakim Pengadilan Agama. Biasanya yang menuntut

fasakh di pengadilan adalah isteri. Adapun alasan-alasan yang

diperbolehkan seorang isteri menuntut fasakh di pengadilan.

1) Suami sakit gila;

2) Suami menderita penyakit menular yang tidak dapat diharapkan

dapat sembuh;

3) Suami tidak mampu atau kehilangan kemampuan untuk

melakukan hubungan kelamin;

4) Suami jatuh miskin hingga tidak mampu memberi nafkah pada

isterinya;

5) Isteri merasa tertipu baik dalam nasab, kekayaan atau

kedudukan suami;

6) Suami pergi tanpa diketahui tempat-tinggalnya dan tanpa

berita, sehingga tidak diketahui hidup atau mati dan waktunya

sudah cukup lama.

b. Akibat fasakh

Istri yang diceraikan Pengadilan dengan jalan fasakh tidak

dapat dirujuki oleh suaminya. Apabila mereka akan kembali hidup

bersuami istri harus melakukan akad nikah baru. Fasakh tidak

Page 79: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

60

mengurangi bilangan talak yang menjadi hak suami, dengan

demikian suami istri yang dicerailan pengadilan dengan fasakh,

apabila nantinya mereka kembali hidup bersuami istri, suami tetap

mempunyai hak talak tiga kali (Basyir, 1999:87)

5. Syiqaq

Syiqaq itu berarti perselisihan atau menurut istilah Fiqh berarti

perselisihan suami-isteri yang diselesaikan dua orang hakam, satu

orang dari pihak suami dan yang satu orang dari pihak isteri.

Menurut Syekh Abdul „Aziz Al Khuli tugas dan syarat-syarat

orang yang boleh diangkat menjadi hakam adalah sebagai berikut:

a. Berlaku adil di antara pihak yang berpekara.

b. Dengan ikhlas berusaha untuk mendamaikan suami-isteri itu.

c. Kedua hakam itu disegani oleh kedua pihak suami-isteri.

d. Hendaklah berpihak kepada yang teraniaya/dirugikan apabila pihak

yang lain tidak mau berdamai.

6. Taklik Talak

Arti daripada ta‟lik ialah menggantungkan, jadi pengertian

ta‟lik talak ialah suatu talak yang digantungkan pada suatu hal yang

mungkin terjadi yang telah disebutkan dalam suatu perjanjian yang

telah diperjanjikan lebih dahulu.

Di Indonesia pembacaan ta‟lik talak dilakukan oleh suami

setelah akad nikah. Adapun sighat ta‟lik talak yang tercantum dalam

buku nikah dari Departemen Agama adalah sebagai berikut:

Page 80: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

61

Sewaktu-waktu saya:

a. Meninggalkan isteri saya tersebut enam bulan berturut-turut;

b. Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan

lamanya;

c. Atau saya menyakiti badan/jasmani isteri saya itu;

d. Atau saya membiarkan/tidak memperdulikan isteri saya itu enam

bulan lamanya.

Kemudian isteri saya tidak rela dan mengadukan halnya kepada

Pengadilan Agama atau petugas yang diberi hak mengurus pengaduan

itu, dan pengaduannya dibenarkan serta diterima oleh Pengadilan atau

petugas tersebut dan isteri saya itu membayar uang sebesar Rp ……..

sebagai „iwald (pengganti) kepada saya, maka jatuhlah talak saya satu

kepadanya. Kepada Pengadilan atau petugas tersebut tadi saya

kuasakan untuk menerima uang „iwald (pengganti) itu dan kemudian

memberikannya untuk keperluan ibadah sosial.

Talak satu yang dijatuhkan suami berdasarkan ta‟lik,

mengakibatkan hak talak suami tinggal dua kali, apabila keduanya

kembali melakukan perkawinan lagi. Kalau kita perhatikan jatuhnya

talak dengan ta‟lik ini hampir sama dengan khuluk, sebab sama-sama

disertai uang „iwald dari pihak isteri. Sehingga talak yang dijatuhkan

atas dasar ta‟lik dianggap sebagai talak ba‟in, suami boleh mengambil

isterinya kembali dengan jalan melaksanakan akad-nikah baru.

Page 81: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

62

7. Zhihar

Zhihar adalah prosedur talak, yang hampir sama dengan ila‟.

Arti zhihar ialah seorang suami yang bersumpah bahwa isterinya itu

baginya sama dengan punggung ibunya. Dengan bersumpah demikian

itu berarti suami telah menceraikan isterinya. Masa tenggang serta

akibat zhihar sama dengan ila‟. Ketentuan mengenai zhihar ini diatur

dalam Al-Quran surat Al-Mujadilah ayat 2-4, yang isinya:

a. Zhihar ialah ungkapan yang berlaku khusus bagi orang Arab yang

artinya suatu keadaan di mana seorang suami bersumpah bahwa

bagi isterinya itu sama denagn punggung ibunya, sumpah ini

berarti dia tidak akan mencampuri isterinya lagi.

b. Sumpah seperti ini termasuk hal yang mungkar, yang tidak

disenangi oleh Allah dan sekaligus merupakan perkataan dusta dan

paksa.

c. Akibat dari sumpah itu ialah terputusnya ikatan perkawinan antara

suami-isteri. Kalau hendak menyambung kembali hubungan

keduanya, maka wajiblah suami membayar kafarahnya lebih dulu.

d. Bentuk kafarahnya adalah melakukan salah satu perbuatan di

bawah ini dengan berurut menurut urutannya menurut kesanggupan

suami yang bersangkutan, yakni:

1) Memerdekakan seorang budak, atau

2) Puasa dua bulan berturut-turut, atau

3) Memberi makan 60 orang miskin.

Page 82: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

63

8. Kematian

Putusnya perkawinan dapat pula disebabkan karena kematian

suami atau isteri. Dengan kematian salah satu pihak, maka pihak lain

berhak waris atas harta peninggalan yang meninggal. Walaupun

dengan kematian suami tidak dimungkinkan hubungan mereka

disambung lagi, namun bagi isteri yang kematian suami tidak boleh

segera melaksanakan perkawinan baru dengan laki-laki lain. Si isteri

harus menunggu masa iddahnya habis yang lamanya empat bulan

sepuluh hari (Wasman dkk, 2011:152).

D. Akibat Perceraian

Hal-hal apa yang perlu dilakukan oleh pihak isteri maupun suami

setelah terjadi perceraian diatur dalam pasal 41 Undang-Undang

Perkawinan yang pada dasarnya adalah sebagai berikut:

1. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memlihara dan mendidik anak-

anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada

perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi

keputusannya.

2. Biaya pemeliharaan dan pendidikan anak-anak menjadi tanggungjawab

pihak bapak, kecuali dalam kenyataannya bapak dalam keadaan tidak

mampu sehingga tidak dapat melakukan kewajiban tersebut, maka

Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.

Page 83: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

64

3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan

biaya penghidupan dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas

isteri (Wasman dkk, 2011: 163).

Page 84: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

65

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PENGADILAN AGAMA

SALATIGA

A. Profil Pengadilan Agama Salatiga

1. Sejarah Pengadilan Agama Salatiga

a. Masa Sebelum Penjajah

Pengadilan Agama Salatiga dalam bentuk yang kita kenal

sekarang ini embrionya sudah ada sejak Agama Islam masuk ke

Indonesia. Pengadilan Agama Salatiga timbul bersama dengan

perkembangan kelompok masyarakat yang beragama Islam di

Salatiga dan Kabupaten Semarang.

Masyarakat Islam di Salatiga dan di daerah Kabupaten

Semarang pada saat itu apabila terjadi suatu sengketa, mereka

menyelesaikan perkaranya melalui Qodli (Hakim) yang diangkat

oleh Sultan atau Raja, yang kekuasaannya merupakan tauliyah dari

Waliyul Amri yakni Penguasa tertinggi. Qodli (Hakim) yang

diangkat oleh Sultan adalah alim ulama' yang ahli di bidang Agama

Islam.

b. Masa Penjajahan Belanda Sampai dengan Jepang

Ketika penjajah Belanda masuk Pulau Jawa khususnya di

Salatiga, dijumpainya masyarakat Salatiga telah berkehidupan dan

Page 85: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

66

menjalankan syari'at Islam, demikian pula dalam bidang Peradilan

umat Islam Salatiga dalam menyelesaikan perkaranya

menyerahkan keputusannya kepada para Hakim sehingga sulit bagi

Belanda menghilangkan atau menghapuskan kenyataan ini.

Oleh karena kesulitan pemerintah Kolonial Belanda

menghapus pegangan hidup masyarakat Islam yang sudah

mendarah daging di Indonesia pada umumnya dan khususnya di

Salatiga, maka kemudian pemerintah Kolonial belanda menerbitan

pasal 134 ayat 2 IS (Indische Staatsregaling) sebagai landasan

formil untuk mengawasi kehidupan masyarakat Islam di bidang

Peradian yaitu berdirinya Raad Agama, disampingi itu pemerintah

kolonial Belanda menginstruksikan kepada para Bupati yang

termuat dalam Staatblad tahun 1820 No. 22 yang menyatakan

bahwa perselisihan mengenai pembagian warisan di kalangan

rakyat hendaknya diserahkan kepada Alim Ulama.

Sejarah Pengadilan Agama Salatiga terus berjalan sampai

tahun 1940, kantor yang ditempatinya masih menggunakan

serambi Masjid Kauman Salatiga dengan Ketua dan Hakim

Anggotanya diambil dari Alumnus Pondok Pesantren. Pegawai

yang ada pada waktu itu 4 orang yaitu K. Salim sebagai Ketua, K.

Abdul Mukti sebagai Hakim Anggota dan Sidiq sebagai Sekretaris

merangkap Bendahara serta seorang pesuruh.

Page 86: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

67

Wilayah Hukum Pengadilan Agama Salatiga meliputi Kota

Salatiga dan Kabupaten Semarang terdiri dari 14 Kecamatan.

Adapun Perkara yang ditangani dan diselesaikan yaitu perkara

waris, perkara gono-gini, gugat nafkah dan cerai gugat. Pada waktu

penjajahan Jepang keadaan Pengadilan Agama Salatiga atau Raad

Agama Salatiga masih belum ada perubahan yang berarti yaitu

pada tahun 1942 sampai dengan 1945 karena pemerintahan Jepang

hanya sebentar dan Jepang dihadapkan dengan berbagai

pertempuran dan Ketua beserta stafnya juga masih sama.

c. Masa Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka tanggal 17 Agustus 1945,

Pengadilan Agama Salatiga berjalan sebagaimana biasa. Kemudian

pada tahun 1949 Ketua dijabat oleh K. Irsyam yang dibantu 7

pegawai. Kantor yang ditempati masih menggunakan serambi

Masjid Al-Atiq Kauman Salatiga dan bersebelahan dengan Kantor

Urusan Agama Kecamatan Salatiga yang sama-sama mengunakan

serambi Masjid sebagai kantor. Kemudian kantor Pengadilan

Agama Salatiga pindah dari serambi Masjid Al-Atiq ke kantor baru

di Jl. Diponegoro No. 72 Salatiga sampai tanggal 30 April 2009

dan setelah sekian lama kantor Pengadilan Agama Salatiga pindah

ke gedung baru pada tanggal 1 Mei 2009 di Jl. Lingkar Selatan,

Jagalan, Cebongan, Argomulyo, Salatiga. Kemudian kantor lama

digunakan sebagai arsip-arsip dan rumah dinas. Kemudian pada

Page 87: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

68

tahun 1953 Ketua dijabat oleh K. Moh Muslih, pada tahun 1963

Ketua dijabat oleh KH. Musyafa'. Pada tahun 1967 Ketua dijabat

oleh K. Sa'dullah, semua adalah alumnus Pondok Pesantren.

d. Masa Berlakunya Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

Sejak kehadiran dan berlakunya Undang-undang Nomor 14

Tahun 1970 pada tanggal 17 Desmber 1970 kedudukan dan posisi

Peradilan Agama semakin jelas dan mandiri termasuk Pengadilan

Agama Salatiga, namun umat Islam Indonesia masih harus

berjuang karena belum mempunyai Undang-undang yang mengatur

tentang keluarga muslim. Melalu proses kehadirannya pada akhir

tahun 1973 membawa suhu politik naik. Para ulama dan umat

Islam di Salatiga juga berjuang ikut berpartisipasi, akan

terwujudnya Undang-undang perkawinan, maka akhirnya terbitlah

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 yang diundangkan pada

tanggal 2 Januari 1974.

Setelah secara efektif Undang-undang Perkawinan berlaku

yaitu dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975.

Pengadilan Agama Salatiga dilihat dari fisiknya masih tetap seperti

dalam keadaan sebelumnya, namun fungsi dan peranannya

semakin mantap karena banyak perkara yang harus ditangani oleh

Pengadilan Agama.

Di Pengadilan Agama Salatiga banyak perkara masuk yang

menjadi kewenangannya. Volume perkara yang naik yaitu perkara

Page 88: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

69

Cerai Talak disamping Cerai Gugat dan juga banyak masuk

perkara Isbat Nikah (Pengesahan Nikah), karena di Pengadilan

Agama Salatiga yang wilayahnya sangat luas yaitu meliputi Daerah

Kota Salatiga dan Kabupaten Semarang.

Maka melalui SK Menteri Agama Nomor 95 tahun 1982

tanggal 2 Oktober 1982 Jo. KMA Nomor 76 Tahun 1983 tanggal

10 Nopember 1982 berdirilah Pengadilan Agama Ambarawa di

Ungaran. Adapun penyerahan wilayah yaitu dilaksanakan pada

tanggal 27 April 1984 dari Ketua Pengadilan Agama Salatiga Drs.

A.M. Samsudin Anwar kepada Ketua Pengadilan Agama

Ambarawa yaitu sebagian wilayah Kabupaten Semarang dan

wilayah hukum Pengadilan Agama Salatiga yang ada sekarang

tinggal 13 Kecamatan yaitu : Yang masuk wilayah Kota Salatiga

ada 4 Kecamatan yaitu Kecamatan Sidorejo, Kecamatan

Sidomukti, Kecamatan Argomulyo, Kecamatan Tingkir. Yang

masuk wilayah Kabupaten Semarang ada 9 Kecamatan adalah

Kecamatan Bringin, Kecamatan Bancak, Kecamatan Tuntang,

Kecamatan Getasan, Kecamatan tengaran, Kecamatan Susukan,

Kecamatan Suruh, Kecamatan Pabelan, Kecamatan kaliwungu

e. Masa Berlakunya Undang-Undang No. 7 Tahun 1989

Sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 7 Tahun

1989 posisi Pengadilan Agama Salatiga semakin kuat, Pengadilan

Agama berwenang menjalankan keputusannya sendiri tidak perlu

Page 89: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

70

lagi melalui Pengadilan Negeri, selain itu hukum acara yang

berlaku di Pengadilan Agama sama dengan hukum acara yang

berlaku di Pengadilan Negeri. Untuk melaksanakan tugas

pemanggilan dan pemberitahuan, sudah ada petugas Jurusita.

Untuk menyesuaikan dengan Undang-undang Pengadilan

Agama ini, Pengadilan Agama Salatiga mendapatkan bimbingan

dan pembinaan dari Departemen Agama RI dan secara teknis

Yustisial mendapatkan pembinaan dari Mahkamah Agung RI dan

Pengadilan Tinggi Agama.

Struktur organisasi Pengadilan Agama juga disesuaikan

dengan Peradilan Umum dan Peradilan lainnya, sehingga status

kedudukannya menjadi sederajat dengan Peradilan lain yang ada di

Indonesia, dari segi fisik dan jumlah personil Pengadilan Agama

Salatiga masih ketinggalan dari Peradilan Umum, hal ini

disebabkan karena dana yang tersedia untuk sarana fisik kurang

memadai, namun kwalitas sumber daya manusia Pegawai

Pengadilan Agama Salatiga sama dan sejajar dengan Peradilan

Umum bahkan melebihi, karena tenaga yang direkrut harus malalui

seleksi yang ketat dan memenuhi syarat-syarat yang ditentukan.

Sejak Pengadilan Agama mendapatkan pembinaan dari

Mahkamah Agung RI mulai diadakan pemisahan jabatan antara

Kepaniteraan dan Kesekretariatan begitu juga rangkap jabatan

antara Jurusita dan Panitera Pengganti, bagi para Hakim juga diberi

Page 90: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

71

tugas Pengawasan bidang-bidang. Upaya pembenahan di

Pengadilan Agama Salatiga selalu ditingkatkan.

Pengadilan Agama Salatiga sampai tahun 2004 belum

memenuhi standar gedung Pengadilan, yang ada sekarang adalah

bangunan rumah kuno peninggalan zaman Belanda, selain itu balai

sidang dan ruang-ruang lainnya sangat sempit.

Demikianlah keadaan sejarah Pengadilan Agama Salatiga

sampai saat ini sehingga untuk menyesuaikan dengan Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagai Court of Law perlu

pembenahan lebih lanjut.

2. Dasar Hukum Pembentukan Pengadilan Agama Salatiga

a. Staatsblaad tahun 1882 Nomor 152 tentang pembentukan

Pengadilan Agama di Jawa dan Madura.

b. Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI KMA Nomor 76 tahun

1983 Tanggal 10 Nopember 1983 tentang penetapan perubahan

wilayah Hukum Pengadilan Agama/Mahkamah Syariah Propinsi

dan Pengadilan Agama serta Pengadilan Agama/Mahkamah

Syariah.

3. Visi dan Misi Pengadilan Agama Salatiga

a. Visi

Terwujudnya Pengadilan Agama Salatiga yang Agung

Page 91: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

72

b. Misi

1. Meningkatkan kualitas pelayanan dibidang Hukum yang prima

berbasis Teknologi Informasi

2. Meningkatkan kualitas aparatur Peradilan Agama yang

Profesional

3. Meningkatkan martabat dan wibawa Pengadilan Agama

Salatiga.

4. Struktur Pengadilan Agama Salatiga

Page 92: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

73

5. Kewenangan Pengadilan Agama Salatiga

a. Kompetensi Relatif

Kompetensi Relatif adalah kekuasaan atau dasar wilayah

hukum dan dapat diartikan sebagai kekuasaan Pengadilan yang

satu jenis dan satu tingkatan, dalam perbedaanya dengan kekuasaan

Pengadilan yang mana dan jenis sama tingkatannya. Kekusaan

relatif ini diatur dalam pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989. Sehingga, Pengadilan Agama mempunyai wilayah

hukum tertentu atau mempunyai “yuridiksi relatif” tertentu dalam

hal ini meliputi Kotamadya, atau satu Kabupaten, atau dalam

keadaan tertentu sebagai pengecualian.

Adapun kewenangan relatif Pengadilan Agama Salatiga

adalah meliputi Pemerintah Daerah Kabupaten Semarang yang

terdiri dari tiga belas Kecamatan yang terdiri dari dua ratus tujuh

puluh sembilan Desa serta meliputi wilayah Kota Salatiga dengan

empat Kecamatan.

Adapun empat kecamatan yang termasuk ke dalam wilayah

Kota Salatiga adalah Kecamatan Sidorejo, Kecamatan Sidomukti,

Kecamatan Argomulyo, dan Kecamatan Tingkir. Sedangkan

sembilan kecamatan wilayah Kabupaten Semarang yang masuk

dalam kewenangan relatif Pengadilan Agama Salatiga adalah

Kecamatan Bringin, Kecamatan Bancak, Kecamatan Tuntang,

Page 93: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

74

Kecamatan Getasan, Kecamatan Tengaran, Kecamatan Susukan,

Kecamatan Suruh, Kecamatan Pabelan dan Kecamatan Kaliwungu.

b. Kompetensi Absolut

Kompetensi (kewenangan) absolut adalah weewenang suatu

peradilan yang sifatnya mutlak dan dapat diartikan kekuasan

Pengadilan yang sehubungan dengan jenis perkara atau jenis

Pengadilan atau tingkat Pengadilan dalam perbedaannya dengan

jenis perkara atau jenis Pengadilan atau tingkat Pengadilan lainnya.

Tugas pokok dari Pengadilan Agama sesuai dengan

ketentuan Pasal 2 jo. Pasal 49 dan 50 Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama adalah memeriksa,

memutus, dan menyelesaikan perkara tertentu antara orang-orang

yang beragama Islam dalam bidang perkawinan, waris, wasiat,

hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan ekonomi syari‟ah.

B. Perceraian di Pengadilan Agama Salatiga

Perceraian merupakan dinamika rumah tangga bagi siapa saja yang

menjalaninya. Perceraian ada karena adanya perkawinan. Meskipun

perceraian bukanlah tujuan dari perkawinan sesuai yang diamanatkan

undang-undang, tapi perceraian merupakan sunnatullah dengan beragam

penyebab yang melatar belakanginya. Pada prinsipnya, suatu perkawinan

dapat putus dan berakhir karena berbagai hal. Dalam Undang-undang

pasal 38 UU No. 1 tahun 1974, putusnya perkawinan disebabkan karena

Page 94: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

75

tiga hal yaitu: kematian, perceraian, dan atas putusan pengadilan.

Sebenarnya perceraian bisa dihindari jika suatu pasangan suami istri sama-

sama menjalankan tanggungjawab masing-masing, maka akan terwujud

ketentraman dan ketenangan hati dalam upayanya menyempurnakan

kebahagiaan hidup berumah tangga. Dengan demikian tujuan hidup

berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntunan agama dan amanat

Negara, yaitu sakinah, mawaddah warahmah.

Perkara perceraian yang diajukan ke Pengadilan Agama Salatiga

untuk diproses secara hukum terbilang cukup signifikan dengan jumlah

yang semakin meningkat pada tiap tahunnya. Padahal kita ketahui bahwa

Pengadilan Agama, khususnya Pengadilan Agama Salatiga sendiri dalam

azasnya selalu mempersulit perceraian dan lebih memprioritaskan pada

perdamaian baik melalui mediasi maupun lainya mediasi. Selain itu proses

perceraian trlebih berkenaan masalah cerai gugat, di Indonesia harus

dilakukan di depan lembaga taklik talak yang dalam hal ini adalah

Pengadilan Agama. Sebagaimana telah diatur dalam Undang-undang pasal

39 UU No. 1 tahun 1974 yang isinya memuat ketentuan imperative bahwa

perceraian hanya dapat dilakukan di depan Pengadilan, setelah Pengadilan

yang bersangkutan berusaha mendamaikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang ada, secara nyata diketahui

bahwa angka perceraian di Indonesia menduduki peringkat tertinggi

dibanding Negara Islam lainnya (Bahari, 2012:12) dikutip dari Skripsi

Imam Syafi‟I (2015: 85). Gejolak yang mengancam kehidupan struktur

Page 95: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

76

keluarga ini semakin bertambah jumlahnya. Hal yang paling memilukan

adalah perceraian menigkat dua kali lipat, setiap 100 orang yang menikah,

10 pasangan diantaranya bercerai. Hal ini menunjukkan bahwa telah ada

pergeseran nilai-nilai dalam kehudupan masyarakat.

Pada zaman dahulu perceraian adalah hak mutlak seorang suami

yang hendak menceraikan istrinya dengan sebab yang beragam

diantaranya karena permasalahan keluarga yang sudah dirasa tidak ada

keharmonisan didalamnya. Selain itu, dahulu istri takut dan khawatir jika

diceraikan oleh suaminya, namun kenyataannya sekarang yang terjadi

menunjukkan bahwa sebagian besar istrilah yang lebih banyak

mengajukan cerai ke Pengadilan Agama. Dalam Kompilasi hukum Islam

membedakan cerai gugat dengan khulu‟. Namun demikian ia mempunyai

kesamaan dan perbedaan di antara keduanya. Persamaannya adalah

keinginan untuk bercerai datangnya dari pihak isteri. Lain halnya

perbedaannya, yaitu cerai gugat tidak selamanya membayar uang iwadl

(uang tebusan) menjadi dasar akan terjadinya khulu‟ uang iwad (uang

tebusan) menjadi dasar akan terjadinya khulu‟ atau perceraian.

Adapun dalam praktiknya yang terjadi di Pengadilan Agama

Salatiga, perkara yang diputus/ diselesaikan pada Tahun 2015 dan 2016,

menunjukkan bahwa cerai gugat lebih mendominasi jika dibandingkan

denga cerai talak. Pengadilan Agama Salatiga Pada tahun 2015 telah

menangani cerai talak sebanyak 379 perkara, sedangkan cerai gugat

Page 96: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

77

sebanyak 945 perkara, kemudian tahun 2016 cerai talak sebanyak 368

perkara, sedangkan cerai gugat sebanyak 948 perkara.

Dari gambaran data di atas bisa diketahui bahwa perkara cerai pada

tahun 2015 maupun 2016, cerai talak lebih sedikit daripada perkara cerai

gugat, sehingga perempuan lah yang banyak mengajukan gugatan

perceraian ke Pengadilan Agama Salatiga

Dari perkara perceraian yang masuk di Pengadilan Agama Salatiga,

pengajuan perceraian yang ada lebih didominasi dari wilayah Kabupaten

Semarang. Mengingat kewenangan relatif Pengadilan Agama Salatiga

terdiri dari 13 kecamatan yang terbagi atas Kota Salatiga yang hanya ada 4

kecamatan yaitu Sodorejo, Sidomukti, Argomulyo dan Tingkir. Sedangkan

sisanya adalah wilayah Kabupaten Semarang sebanyak 9 Kecamatan yaitu

Kecamatan Bringin, Bancak, Tuntang, Getasan, Tengaran, Susukan,

Kaliwungu, Suruh dan Pabelan. Kewenangan relatif Pengadilan Agama

Salatiga ini berdasarkan Keputusan Mahkamah Agung RI Np.

KMA/010/SK/III/1996 tanggal 6 Maret 1996.

Dari hasil wawancara tanggal 27 Februari 2017 dengan bapak Drs.

Salim, S.H., M.H. yang merupakan salah satu Hakim Pengadilan Agama

Kota Salatiga, menyampaikan bahwa dalam perkara perceraian harus

dibedakan antara faktor penyebab perceraian dengan alasan perceraian.

Setiap orang yang mau bercerai harus mempunyai alasan-alasan, hal

tersebut didasarkan pada, Pasal 39 ayat (2) menyatakan:

(2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara

suami istri itu tidak akan dapat rukun sebagai suami isteri.

Page 97: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

78

Adapun alasan perceraian dijelaskan pada pasal 116 Kompilasi

Hukum Islam sebagai berikut:

a. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,

penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

b. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau

karena hal lain diluar kemampuannya;

c. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau

hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

d. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat

yang membahayakan pihak lain;

e. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan

akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau

isteri;

f. Antara suami dan isteri terus menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam

rumah tangga.

g. Suami melanggar taklik talak;

h. Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya

ketidakrukunan dalam rumah tangga.

Dari alasan-alasan perceraian tersebut diatas yang paling banyak

digunakan dalam gugatan perceraian yang dilayangkan ke Pengadilan

Agama termasuk di Pengadilan Agama Salatiga adalah huruf (f),

ringkasnya yaitu terjadi perselisihan dan pertengkaran yang terus menerus

dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

C. Temuan Penelitian

Dari penelitian yang telah dilakukan di Pengadilan Agama

Salatiga, ada beberapa hal yang ditemukan berdasarkan hasil observasi,

wawancara dan pengkajian data-data perceraian tahun 2015-2016.

Diantara temuan penelitian tersebut, diantaranya:

Page 98: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

79

Pertama, perihal data perkara yang masuk. Jumlah perkara pada

Pengadilan Agama Salatiga tahun 2015 sebanyak 1870 perkara terdiri dari

sisa perkara tahun 2014 sebanyak 370 perkara dan perkara yang diterima

pada tahun 2015 sebanyak 1500 perkara. Perkara yang diputus tahun 2015

sebanyak 1478 perkara, maka sisa perkara yang belum diputus tahun 2015

sebanyak 333 perkara. Pada tahun 2016 ini prosentase tingkat

penyelesaian perkara mencapai 83%.

Adapun jumlah perkara pada Pengadilan Agama Salatiga tahun

2016 sebanyak 1790 perkara terdiri dari sisa perkara tahun 2015 sebanyak

333 perkara dan perkara yang diterima pada tahun 2016 sebanyak 1457

perkara. Perkara yang diputus tahun 2016 sebanyak 1503 perkara, maka

sisa perkara yang belum diputus tahun 2016 sebanyak 287 perkara. Pada

tahun 2016 ini prosentase tingkat penyelesaian perkara mencapai 84 %.

Kedua, berkenaan data perkara yang diputus, adapun perkara

perceraian yang diputus/diselesaikan pada tahun 2015 dan 2016 dapat

dirinci menurut jenis perkaranya sebagai berikut :

Tabel 3.1 Jenis Perkara yang diputus

No Jenis Perkara 2015 2016

1 Cerai Talak 379 368

2 Cerai Gugat 945 948

Jumlah 1.326 1.319

Sumber: Laporan Tahunan Pengadilan Agama Salatiga (2016:39)

Adapun rincian cerai talak dan cerai gugat di Pengadilan Agama

Salatiga adalah sebagai berikut:

Page 99: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

80

1. Cerai Talak di Pengadilan Agama Salatiga

Rincian data cerai talak di Pengadilan Agama Salatiga pada tahun

2015-2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2 data cerai talak

No Bulan 2015 2016

Cerai Talak Cerai Talak

1 Januari 35 37

2 Februari 32 45

3 Maret 37 37

4 April 48 26

5 Mei 26 32

6 Juni 29 33

7 Juli 29 13

8 Agustus 23 30

9 September 33 39

10 Oktober 30 25

11 November 31 27

12 Desember 26 24

Jumlah 379 368

2. Cerai Gugat di Pengadilan Agama Salatiga

Adapun rincian data cerai gugat di Pengadilan Agama Salatiga

pada tahun 2015-2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5 data cerai gugat

No Bulan Tahun 2015 Tahun 2016

Cerai Gugat Cerai Gugat

1 Januari 82 95

2 Februari 75 82

3 Maret 79 79

4 April 90 81

5 Mei 71 78

6 Juni 68 74

7 Juli 56 48

8 Agustus 77 95

9 September 94 88

10 Oktober 84 77

11 November 79 82

12 Desember 90 69

Jumlah 945 948

Page 100: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

81

Dari tabel di atas bisa diketahui perkara cerai talak lebih sedikit

daripada perkara cerai gugat, sehingga dapat diketahui bahwa banyak

perempuan yang mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama

Salatiga.

Ketiga, penyebab perceraian dari alasan-alasan permohonan baik

cerai talak maupun cerai gugat. Berdasarkan surat gugatan yang ada,

hampir semua dalam surat gugatan yang dilayangkan ke Pengadilan

Agama Salatiga pastinya mempunyai alasan, adapun rata-rata petitum

dalam surat gugatan yang dilayangkan ke Pengadilan Agama Salatiga

beralasankan:

1) Krisis akhlak/ moral

Salah satu faktor yang berkontribusi dalam memutuskan ikatan

perkawinan adalah krisis akhlak. Ini tercermin pada adanya 14 putusan

tahun 2015 yang alasanya karena krisis akhlak. Adapun salah satu

putusan dalam isi petitumnya menyebutkan bahwa si istri sering pergi

dari rumah tanpa pamit kepada suami, melontarkan kata yang tidak

pantas diucapkan kepada suami yaitu bajingan dan asu, hal itu terjadi

pada perkara nomor: 0197/Pdt.G/2015/PA.Sal. Pada tahun 2016 dalam

laporan Pengadilan Agama Salatiga tidak ada petitum yang

beralasankan krisis akhlak.

2) Faktor ekonomi

Permasalahan ekonomi merupakan perkara yang rumit apabila

diantara salah satu pasangan tidak mau memahaminya. Dalam kasus

Page 101: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

82

cerai talak, bisa penulis ambil contoh umumnya istri telah diberikan

nafkah oleh suami, akan tetapi tidak merasa cukup, yang membuat

suami tidak kuat dan akhirnya menceraikan talak istrinya ke

Pengadilan Agama. Adapun contoh perkaranya yaitu, nomor:

0611/Pdt.G/2015/PA.Sal. Faktor yang menjadi andalan istri untuk

mengajukan gugatannya dalam hal ini cerai gugat ke Pengadilan

Agama adalah tidak tercukupinya nafkah, dan suami malas bekerja.

Adapun contoh putusan pada perkata ini adalah pada nomor:

0194/Pdt.G/2016/PA.Sal.

3) Tidak ada tanggung jawab

Tanggung jawab adalah suatu hak dan kewajiban yang harus

dipenuhi dalam sebuah rumah tangga, baik itu suami maupun istri.

Namun dalam kasus ini kelalaian seorang istri yang tidak mau

menunaikan apa yang menjadi tanggung jawabnya dalam rumah

tangga. Contoh dari kasus ini terdapat dalam putusan nomor:

0017/Pdt.G/2016/PA.Sal. Adapun dalam kasus cerai gugat, suami

seharusnya menjadi imam yang baik bagi keluarganya malah tidak

menjadi sebaliknya, sehingga melalaikan tanggung jawabnya di dalam

rumah tangga. Seorang istri dengan kesadaran hukum dan

keberaniannya berani menggugat cerai suaminya jikalau tidak

keterlaluan. Dalam petitum yang diajukan istri ke Pengadilan Agama

biasanya yaitu suami tidak memperdulikan/ mengurusi istrinya dan

suami juga tidak pernah memberikan nafkah wajib kepada istri.

Page 102: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

83

Adapun contoh dari perkara ini adalah pada nomor:

0289/Pdt.G/2016/PA.Sal.

4) Gangguan pihak ketiga

Dalam perkara ini alasan yang sering diajukan dalam surat

gugatan cerai talak adalah istri menjalin hubungan dengan laki-laki

lain. Alasan tersebut ada pada perkara nomor:

1227/Pdt.G/2015/PA.Sal. Adanya pihak ketiga dalam sebuah rumah

tangga, sering menjadi sebab putusnya sebuah ikatan perkawinan.

Dalam perkara cerai gugat disini petitum yang disampaikan dalam

gugatan adalah suami menjalin hubungan cinta dengan wanita lain dan

telah diketahui sendiri oleh istri dan membuat istri sakit hati. nomor

perkaranya adalah 006/Pdt.G.2016/PA.Sal.

5) Tidak adanya keharmonisan

Keharmonisan rumah tangga adalah sesuatu yang sangat

didambakan oleh setiap pasangan yang akan dan telah menikah.

Namun apa jadinya jika dalam rumah tangga tersebut tidak ditemui

keharmonisan dalam menjalinnya. Pasti akan ada salah satu yang tidak

sanggup menjalaninya. Dalam kasus cerai talak ini ada alasan di dalam

isi petitumnya yang menyebutkan dalam rumah tangga tersebut selalu

ada pertengkaran yang penyebabnya karena istri tidak mau

berkomunikasi dengan baik dengan Pemohon, setiap ada masalah kecil

selalu menjadi pertengkaran yang berkepanjangan antara Pemohon dan

Termohon dan tidak pernah ada penyelesaian yang baik. Adapun salah

Page 103: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

84

satu perkaranya adalah pada nomor: 1168/Pdt.G/2015/PA.Sal. Ketidak

harmonisan di sini disebabkan kurang atau bahkan tidak adanya

komunikasi yang sejalan seolah berjalan masing-masing. Adapun

kasus dari perkaranya adalah nomor: 1104/Pdt.G/2015/PA.Sal.

Faktor di atas adalah sebagai alasan yang menyebabkan perceraian

yang didaftarkan dan telah diputuskan oleh Pengadilan Agama Salatiga.

Baik suami atau istri berani mengambil tindakan untuk memutuskan

dengan tegas agar hak-haknya dapat terlindungi melalui pengajuan baik

cerai talak maupun cerai gugat kepada Pengadilan Agama Salatiga. Karena

masyarakat sekarang sadar bahwa hukum di Indonesia menjamin dan

memberikan perlindungan atas tindakan yang tidak sesuai dengan peri

kemanusiaan dan peri keadilan sebagaimana termaktub dalam Undang-

undang Dasar 1945 dan tuntunan ajaran agama Islam yang ada.

Keempat, Implikasi Cerai Talak dan Cerai Gugat di Pengadilan

Agama Salatiga. Dari penelitian yang telah dilakukan di Pengadilan

Agama Salatiga, ada beberapa hal yang ditemukan berdasarkan hasil

observasi dan pengkajian data-data perceraian tahun 2015-2016. Diantara

temuan penelitian menunjukkan bahwa implikasi perceraian sejatinya

memang harus ditanggung oleh mantan suami dan mantan istri. Adapun

implikasi perceraian di Pengadilan Agama Salatiga adalah sebagai berikut:

1. Jatuhnya talak atau putusnya suatu perkawinan

Dalam kaitan diputuskannya perkawinan oleh majelis Hakim di

Pengadilan Agama Salatiga, maka ada beberapa macam pertimbangan

Page 104: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

85

yang diputuskan oleh Majelis Hakim, diantaranya adalah sebagai

berikut:

a. Talak satu raj‟i

Talak satu raj‟i ini pada umumnya adalah diputuskan oleh

Majelis Hakim pada perkara cerai talak atau perceraian yang

diajukan oleh pihak suami. Adapun salah satu perkaranya dapat

dicontohkan pada perkara nomor: 0017/Pdt.G/2016/PA.Sal.

b. Talak satu ba‟in sugro

Talak satu ba‟in sugro adalah implikasi putusan dari

perkara cerai gugat yang diajukan pihak istri ke Pengadilan Agama

Salatiga. Dan salah satu contoh putusan pengadilan yang

memutuskan talak satu ba‟in sugro adalah pada perkara nomor:

006/Pdt.G.2016/PA.Sal.

c. Talak satu khul‟i

Konsekuensi hukum yang harus ditunaikan ketika majelis

Hakim menjatuhkan putusan dengan talak satu khul‟i adalah

dengan membayar iwadl sebesar Rp. 10.000,-. Talak satu khul‟i ini

diputuskan oleh majelis Hakim dari istri yng mengajukan gugatan

perceraian. Adapun salah satu perkaranya dicontohkan pada

perkara nomor: 0194/Pdt.G/2016/PA.Sal.

2. Dialaminya masa iddah pada perempun (istri/ mantan istri) yang

ditalak.

Page 105: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

86

3. Pemberian nafkah mut‟ah oleh mantan suami kepada mantan istri.

Pasca diputuskannya perkara perkara perceraian oleh Majelis Hakim

maka dalam suatu perkara, Majelis Hakim memutuskan sekalian

tentang pemberian nafkah mut‟ah.

4. Konsekuensi perceraian selanjutnya adalah tentang hak pengasuhan

anak, karena hak pengasuhan anak bisa terjadi kerumitan apabila tidak

diatur kemudian.

Page 106: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

87

BAB IV

ANALISIS ALASAN DAN IMPLIKASI PERCERAIAN

A. Gambaran Perkara Cerai Talak dan Cerai Gugat di Pengadilan Agama

Salatiga

Perceraian merupakan bagian dari dinamika rumah tangga. Perceraian

ada karena adanya perkawinan. Walaupun tujuan perkawinan bukan

perceraian sebagaimana amanat Undang-undang, tapi perceraian merupakan

sunnatullah dengan beragam penyebab yang melatar belakanginya. Pada

prinsipnya, suatu perkawinan dapat putus dan berakhir karena berbagai hal.

Dalam Undang-undang Pasal UU No. 1 Tahun 1974, putusnya perkawinan

disebabkan karena tiga hal yaitu : kematian, perceraian, dan atas putusan

pengadilan. Sebenarnya perceraian bisa dihindari jika suatu pasangan suami

istri sama-sama menjalankan tanggung jawab masing-masing, maka akan

terwujud ketentraman dan ketenangan hati sehingga sempurnalah kebahagiaan

hidup berumah tangga. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan

terwujud sesuai dengan tuntunan agama dan amanat Negara yaitu sakinah

mawaddah, warahmah.

Wujud dari tanggung jawab sebagai suami istri itu sandiri adalah

keseimbangan antara hak dan kewajiban suami istri, sebagaimana dijelaskan

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 dalam BAB IV Pasal 30-34. Pasal 30

disebutkan, “suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan

rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat”. Hal ini

Page 107: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

88

menunjukkan bahwa harus ada semacam sinergisitas tanggung jawab yang

harus dipikul bersama oleh suami dan istri dalam membina ruumah tangga

yang baik. Sehingga konsep rub „al-jinayat dalam fikih munakahat, yaitu

menata pengamanannya dalalm suatu tertib pergaulan yang menjamin

ketentraman pasangan suami-istri dapat terealisasi secara sempurna.

Meskipun konflik keluarga tidak selamanya terselesaikan secara damai

tanpa harus bercerai, namun jalan perceraian itu adalah sebuah perbuatan yang

legal dan sah-sah saja untuk dilakukan, akan tetapi perceraian di dalam Islam

amatlah tidak dianjurkan, karena Islam tetap memandang bahwa peerceraian

adalah sesuatu yang bertentangan dengan asas-asas hukum Islam,

sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:

Artinya: “Dari Ibnu umar ia berkata : Rasulullah SAW telah bersabda

“Sesuatu yang halal yang amat dibenci oleh Allah ialah Talak”

(Rasjid, 2011: 401)

Perkara perceraian yang diajukan ke Pengadilan Agama Salatiga untuk

diproses secara hukum terbilang cukup signifikan dengan jumlah yang

semakin bertambah tiap tahunnya. Padahal kita tahu bahwa Pengadilan

Agama, khususnya Pengadilan Agama Salatiga sendiri dalam azasnya selalu

mempersulit perceraian dan lebih memprioritaskan perdamaian baik melalui

cara mediasi maupun lainnya mediasi. Selain itu, dalam proses perceraian

terlebih berkenaan masalah cerai gugat, di Indonesia harus dilakukan di depan

lembaga taklik talak yang dalam hal ini adalah Pengadilan Agama,

sebagaimana telah diatur Undang-undang Pasal 39 UU No. 1 Tahun 1974

Page 108: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

89

yang isinya memuat ketentuan imperative bahwa perceraian hanya dapat

dilakukan di depan Pengadilan, setelah Pengadilan yang bersangkutan

berusaha mendamaikan.

Dalam 5 tahun terakhir, angka perceraian di Indonesia meningkat lebih

dari 40%. Sekitar 2 juta pasangan menikah tiap tahunnya dan sekitar 200.000

pasangan bercerai tiap tahun. Angka ini 10% dari angka pernikahan itu

sendiri. Umumnya terjadi pada pernikahan yang masih berusia muda (di

bawah 5 tahun). Alasan perceraian yang paling tinggi ialah ketidak

harmonisan (Damayanti: online). Angka perceraian di Indonesia menduduki

peringkat tertinggi dibanding Negara Islam lainnya (Bahari, 2012: 12).

Gejolak yang mengancam kehidupan struktur keluarga ini semakin bertambah

jumlahnya. Ironisnya dari berbagai kasus perceraian di Pengadilan Agama

Salatiga hampir 70% adalah gugatan perceraian oleh istri kepada suaminya,

sedang sisanya adalah cerai talak dari permohonan suami. Hal ini

menunjukkan bahwa telah ada semacam pergeseran nilai-nilai dalam

kehidupan masyarakat.

Dahulu perceraian adalah hak mutlak dari seorang suami yang

dijatuhhkan kepada istrinya dengan sebab yang beragam di antaranya karena

permasalahan sudah tidak adanya rasa ketenangan dan keharmonisan dalam

rumah tangga dan lain sebagainya. Selain itu, dahulu istri paling khawatir atau

takut jika diceraikan oleh suaminya, namun kenyataan sekarang yang terjadi

menunjukkan bahwa sebagian besar istrilah yang lebih banyak mengajukan

cerai ke Pengadilan Agama. Pergeseran nilai ini merupakan fenomena sosial

Page 109: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

90

yang menyangkut kultur budaya di masyarakat yang menganggap lebih

modern dan mapan. Keberanian istri dalam mengajukan gugatan cerai

mengindikasikan perkembangan positif kesadaran perempuuan akan hak-

haknya yang mulai meningkat. Dari yang dulunya masih takut-takut ketika

hak-hak dirinya apabila dalam rumah tangganya merasa dizhalimi oleh suami,

maka perempuan tersebut tidak merasa enggan lagi untuk melaporkan ketidak

adilan dan kekerasan yang terjadi pada rumah tangganya, bahkan gugat cerai

istri kepada suami sudah menjadi hal yang dipandang biasa pada masa

sekarang.

Dalam praktiknya yang terjadi di Pengadilan Agama Salatiga,

percerain yang dilakukan oleh istri atau yang lebih dikenal dengan cerai gugat

mengalami kenaikan atau bahkan lebih tinggi volumenya dibandingkan

dengan perkara cerai talak. Melonjaknya angka perceraian terlihat jelas sekali

mulai tahun 2015 hingga 2016. Pengadilan Agama Salatiga pada tahun 2015

telah menangani perkara cerai talak sebanyak 379 perkara, sedangkan cerai

gugat sebanyak 945 perkara, kemudian tahun 2016 cerai talak sebanyak 368

perkara, sedangkan cerai gugat sebanyak 948 perkara. Dari data perkara

perceraian tahunan di Penadilan Agama Salatiga tersebut dapat kita lihat,

bahwa dalam kurun waktu dua tahun telah terjadi kenaikan perceraian yang

terjadi pada cerai gugat namun cerai talak mengalami penurunan. Terjadinya

penurunan perkara cerai talak di tahun 2016 dari tahun sebelumnya namun

berbanding terbalik dengan perkara cerai gugat yang mengalami penambahan

perkara yang melebihi separuh dari perkara cerai talak. Fenomena ini sungguh

Page 110: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

91

sangat disayangkan sekali ketika kasus perkara cerai yang diajukan suami

kepada istri tergolong rendah kenaikan tiap tahunnya, namun melihat perkara

cerai yang diajukan istri kepada suami justru mengalami kenaikan berkali

setiap tahunnya sebagaimana pada keterangan di atas. Untuk lebih mudahnya,

berikut adalah grafik perkara perceraian di Pengadilan Agama Salatiga;

Gambar 4.1. Data perceraian di Pengadilan Agama Salatiga

B. Analisis Alasan Cerai Talak dan Cerai Gugat di Pengadilan Agama

Salatiga

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, sebagaimana keterangan

yang diberikan dari hasil wawancara tanggal 27 Februari 2016 dengan bapak

Drs. Salim, S.H., M.H. yang merupakan salah satu hakim Pengadilan Agama

Kota Salatiga, menyampaikan bahwa dalam perkara perceraian harus

Page 111: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

92

dibedakan antara faktor penyebab perceraian dengan alasan perceraian. Setiap

orang yang mau bercerai harus mempunyai alasan-alasan, hal tersebut

didasarkan pada, Pasal 39 ayat 2 menyatakan “untuk melakukan perceraian

harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu tidak akan dapat rukun

sebagai suami isteri”.

Dari pemaparan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, faktor

perceraian yang menjadi alasan diputuskannya suatu perkara pada tahun 2015-

2016, dilatarbelakangi karena masalah:

1. Krisis Akhlak/ moral

2. Faktor Ekonomi

3. Tidak adanya tanggungjawab dalam rumah tangga

4. Penganiayaan atau kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)

5. Gangguan/ hadirnya pihak ketiga

6. Tidak ada keharmonisan

Berdasarkan pemaparan data yang telah disampaikan di atas

bahwasanya perkara perceraian yang masuk di PA Salatiga, alasan tersebut

merupakan masalah-masalah yang dominan yang dicantumkan dalam setiap

gugatan yang dilayangkan ke PA Salatiga dan telah diputuskan di Pengadilan

Agama Salatiga baik pada tahun 2015 maupun 2016.

Berkaitan dengan alasan perceraian tersebut di atas, dalam pasal 39

ayat (2) UU No. 1 tahun 1974 yang telah dijabarkan pada pasal 19 huruf a PP

No. 9 tahun 1975 menegaskan bahwa perceraian harus disertai dengan alasan-

alasan hukum, yaitu:

Page 112: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

93

1. Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi,

dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;

2. Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun

berturutturut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena

hal lain diluar kemampuannya;

3. Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman

yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;

4. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak yang lain;

5. Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak

dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;

6. Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan

pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah

tangga.

Sehingga sudah jelas bahwasanya perkara-perkara perceraian yang

terdaftar di Pengadilan Agama Salatiga dengan faktor yang melatar

belakanginya sebagaimana yang tercantum dalam petitum surat gugatan yang

ada, telah melanggar pasal 39 ayat (2) UU No. 1 tahun 1974 yang telah

dijabarkan dalam pasal 19 huruf a PP No. 9 tahun 1975.

Dalam fiqh Islam sendiri dijelaskan bahwasanya perceraian telah

disyariatkan. Selain talak, ada sebab lain yang bisa memutuskan ikatan

perkawinan yaitu khulu‟, fasakh, syiqaq, nusyus, ila‟ dzihar, dzihar. Hal ini

bisa dijadikan sebab yang menjadikan perkawinan bisa putus.

Page 113: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

94

Dari pemaparan faktor di atas adalah sebagai alasan yang

menyebabkan perceraian yang didaftarkan dan telah diputuskan oleh

Pengadilan Agama Salatiga. Baik suami atau istri berani mengambil tindakan

untuk memutuskan dengan tegas agar hak-haknya dapat terlindungi melalui

pengajuan baik cerai talak maupun cerai gugat kepada Pengadilan Agama

Salatiga. Karena masyarakat sekarang sadar bahwa hukum di Indonesia

menjamin dan memberikan perlindungan atas tindakan-tindakan yang tidak

sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan sebagaimana termaktub

dalam Undang-undang Dasar 1945 dan tuntunan ajaran agama Islam yang ada.

Dari pemaparan pada bab sebelumnya bahwa factor yang melatar

belakangi terjadinya perceraian adalah:

a. Krisis Akhlak/moral

Dalam krisis akhlak terdapat beberapa alasan yang mendasari

pemohon atau penggugat, memohon atau menggugat termohon atau

termohon di Pengadilan Agama Salatiga. Jika dikaitkan dengan alasan

perceraian yang termaktub dalam pasal 116 KHI, maka krisis akhlak

tercermin pada ayat a, yaitu “…berbuat zina, menjadi pemabuk, pemadat,

penjudi dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan”. Krisis akhlak yang

terjadi dalam rumah tangga terjadi karena kurang adanya bimbingan

agama atau bisa dikatakan lemah imannya. Karena orang yang kuat

imannya tidak akan mengalami yang namanya krisis akhlak, hal tersebut

seperti yang dicontohkan oleh rasulullah saw, bagaimana baiknya dengan

istri-istri beliau.

Page 114: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

95

b. Faktor Ekonomi

Permasalahan ekonomi menjadi alasan yang sering juga banyak

digunakan dalam petitum gugatan ke Pengadilan Agama. Hal ini

disebabkan permasalahan suami yang tidak sanggup dengan tuntutan istri

yang menuntut lebih dari apa yang menjadi kemampuan suami sehingga

suami menceraikan talak istrinya, sedangkan masalah istri umumnya tidak

sanggup jika hanya diberikan nafkah yang sedikit yang kurang dari kata

cukup, hingga istri menggugat cerai suaminya. Nafkah adalah kewajiban

bagi suami untuk memberikan kepada istrinya, itu juga sesuai dengan yang

tertera pada sighat taklik talak yang memang diucapkan suami setelah

akad nikah.

c. Tidak ada tanggungjawab

Faktor penyebab tidak ada tanggungjawab dalam rumah tangga ini

sebagai akibat tidak adanya singkronisasi yang seimbang atas pelaksanaan

hak dan kewajiban sebagai suami istri. Hal ini diatur pada pasal 116 KHI

pada huruf b yang menyatakan bahwa salah satu pihak meninggalkan

pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan

tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya.

d. Penganiayaan/kekejaman mental

Dalam perkara penganiayaan/ kekejaman mental ini sering yang

menjadi korban adalah istri. Namun dalam pasal 39 ayat (2) UU No. 1

tahun1974 yangtelah dijabarkan dalam pasal 19 huruf a PP No. 9 tahun

1975, yang selaras dengan KHI pasal 116 pada huruf d menjelaskan bahwa

Page 115: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

96

“salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang

membahayakan pihak lain”. Itu yang menjadikan alasan atau mencari

perlindungan hukum dengan jalan cerai.

e. Gangguan/ hadirnya pihak ketiga

Dalam faktor yang disebabkan oleh gangguan pihak ketiga ini

terdapat beberapa alasan yang mendasari pemohon atau penggugat,

memohon atau menggugat termohon atau termohon di Pengadilan Agama

Salatiga. mengajukan alasan-alasan bahwa, rumah tangga Penggugat dan

Tergugat sering terjadi perselisihan dan pertengkaran karena Tergugat

menjalin hubungan cinta dengan wanita lain dan telah diketahui sendiri

oleh Penggugat dan membuat Penggugat sakit hati.

f. Tidak ada keharmonisan

Kurang adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri

menyebabkan kurang atau bahkan tidak ada keharmonisan dalam rumah

tangga. Hal ini tercermin pada pasal 116 KHI huruf f yaitu antara suami

istri teru-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada

harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.

C. Analisis Implikasi Cerai Talak dan Cerai Gugat Di Pengadilan

Implikasi dari suatu perkawinan dapat dilihat sejak diputuskannya

perkara oleh Majlis Hakim di Pengadolan Agama. Adapun perinciannya

adalah sebagai berikut:

Page 116: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

97

1. Akibat Talak Raj‟i

Di Pengadilan Agama Salatiga, Majelis Hakim dalam memutuskan

suatu perceraian dalam hal ini talak raj‟i bisa penulis ketahui pada perkara

cerai talak. Adapun konsekuensi hukum yang harus ditanggung dari

jatuhnya talak raj‟i ini yaitu tidak melarang mantan suami berkumpul

dengan mantan istrinya, sebab akad perkawinannya tidak hilang dan tidak

menghilangkan hak (pemilikan), serta tidak mempengaruhi hubungannya

yang halal (kecuali persetubuhan).

Sekalipun tidak mengakibatkan perpisahan, talak raj‟i ini tidak

menimbulkan akibat-akibat hukum selanjutnya selama masih dalam masa

iddah istrinya. Segala akibat hukum talak baru berjalan sesudah habis

masa iddah dan jika tidak ada ruju‟. Apabila masa iddah telah habis maka

tidak boleh ruju‟ dan berarti perempuan itu telah bertalak ba‟in. Jika masih

ada dalam massa iddah maka talak raj‟i yang berarti tidak melarang suami

berkumpul dengan istrinya kecuali bersenggama. Jika ia menggauli

istrinya berarti ia telah ruju‟.

Dari analisa peneliti, berpendapat bahwa dalam talak satu raj‟i

suami masih berleluasa untuk kembali kepada istrinya selama masa iddah

istri belum habis. Masa iddah adalah masa pertimbangan yang seharusnya

tidak boleh disia-siakan apabila ada niat untuk kembali.

Istri yang menjalani iddah raj‟iyah, jika ia taat atau baik terhadap

suaminya, maka ia berhak memperoleh tempat tinggal, pakaian dan uang

belanja dari mantan suaminya. Tetapi jika ia durhaka maka tidak berhak

Page 117: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

98

mendapat apa-apa. Ini sesuai dengan apa yang disabdakan Rasulullahh

SAW:

“Perempuan yang berhak mendapat nafkah dan tempat tinggal (rumah)

dari mantan suaminya adalah apabila mantan suaminya itu berhak merujuk

kepadanya (HR. Ahmad dan An-Nasa‟i)”. Sabdanya pula : “Nafkah dan

tempat tinggal bagi wanita yang memiliki (kesempatan untuk) di ruju‟”.

Ruju‟ adalah salah satu hak bagi laki-laki dalam masa iddah. Oleh

karena itu ia tidak berhak membatalkannya sekalipun suaminya misal

berkata: “tidak ada rujuk bagiku”. Namun sebenarnya ia tetap mempunyai

hak rujuk. Sebab dalam firman Allah SWT surat al-Baqarah ayat 228

disebutkan :

“Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu…”

Karena ruju‟ merupakan hak suami maka untuk merujuknya suami

tidak perlu saksi, dan kerelaan mantan istri serta wali. Namun

menghadirkan saksi dalam ruju‟ hukumnya sunnah, karena dikhawatirkan

apabila kelak istri akan menyangkal rujuknya suami. Begitulah pentingnya

pencatatan baik perkawinan maupun perceraian, dalam upayanya

memperoleh kepastian hukum dan persaksian dari saudara, tetangga

hingga majelis hakim yang memutuskannya. Adapun mana iddah Pasal

154 Apabila isteri bertalak raj`I kemudian dalam waktu iddah sebagaimana

yang dimaksud dalam ayat (2) huruf b, ayat (5) dan ayat (6) pasal 153, di

tinggal mati oleh suaminya, maka iddahnya berubah menjadi empat bulan

sepuluh hari terhitung saat matinya bekas suaminya.

Page 118: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

99

2. Akibat Talak Ba‟in Sughra

Dalam perkara yang diputuskan oleh majelis hakim mengenai

jatuhnya talak ba‟in sughra ialah terjadi pada perkara cerai gugat yang

dijukan di Pengadilan Agama Salatiga. Adapun konsekuensi dari talak

ba‟in sugro adalah memutuskan hubungan perkawinan antara suami dan

istri setelah kata talak diucapkan. Karena ikatan perkawinan telah putus,

maka istrinya kembali menjadi orang lain bagi suaminya. Oleh karena itu,

ia tidak boleh bersenang-senang dengan perempuan tersebut, apalagi

sampai menyetubuhinya.

Apabila ia menalaknya satu kali, berarti ia masih memiliki sisa

dua kali talak setelah ruju‟ dan jika sudah dua kali talak, maka ia hanya

berhak atas satu kali lagi talak setelah ruju‟. Adapun akibat jatuhnya talak

ba‟in sugro adalah:

a. Hilangnya ikatan nikah antara suami dan istri.

b. Hilangnya hak bergaul bagi suami istri termasuk berkhalwat

(menyendiri berdua-duaan)

c. Masing-masing tidak saling mewarisi manakal meninggal

d. Bekas istri, dalam masa iddah, berhak tinggal di rumah bekas

suaminya dengan berpisah tempat tidur dan mendapat nafkah

e. Rujuk dengan akad dan mahar yang baru

3. Akibat Talak Ba‟in Kubra

Hukum talak ba‟in kubra sama dengan talak ba‟in sughra yaitu

memutuskan hubungan tali perkawinan antara suami dan istri.tetapi talak

Page 119: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

100

ba‟In kubra tidak menghalalkan bekas suami merujuk kembali bekas istri,

kecuali sesudah ia menikah dengan laki-laki lain dan telah bercerai

sesudah dikumpulinya (telah bersenggama), tanpa ada niat nikah tahlil.

Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 230:

“Kemudian jika si suaminya menalaknya (sesudah talak yang kedua),

maka perempuan itu tidak halal lagi baginya hingga dia kawin denga

suami yang lain.”

Perempuan yang menjalani iddah talak ba‟in, jika tidak hamil, ia

hanya berhak memperoleh tempat tinggal (rumah), lain tidak. Tetapi jika

ia hamil maka ia juga berhak mendapat nafkah. Dalam al qur‟an

ditegaskan :

“Tempatkanlah mereka ( para istri ) dimana kamu bertempat tinggal

menurut kemmpuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan ( hati ) mereka dan jika mereka ( istri-istri yang sudah

ditalak ) itu sedang hamil maka berikanlah kepada mereka bersalin.. (At-

Thalaq: 6)

Perempuan yang menjalani iddah wafat (karena ditinggal mati oleh

suaminya), ia tidak berhak sama sekali nafkah (dan tempat tinggal) dari

mantan suaminya, karena ia dan anak (yang dikandungnya) adalah pewaris

yang berhak mendapat harta pusaka dari almarhum suaminya itu.

4. Akibat Hukum Fasakh

Pisahnya suami istri akibat fasakh berbeda dengan yang

diakibatkan oleh talak. Ada beberapa perkara yang diputuskan oleh majelis

Page 120: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

101

hakim di Pengadilan Agama Salatiga yang diputuskan dengan fasakh, ini

terjadi sebab salah seorang dari suami atau istri murtad. Pisahnya suami

istri yang diakibatkan talak dapat mengurangi bilangan talak itu sendiri.

Jika suami menalak istrinya denga talak raj‟i kemudian kembali pada masa

iddahnya, atau akad lagi setelah habis masa iddahnya dengan akad baru,

maka perbuatan terhitung satu talak yang berarti ia masih ada kesempatan

dua kali talak lagi.

Sedangkan pisah suami istri karena fasakh, hal ini tidak berarti

mengurangi bilangan talak, meskipun terjadinya fasakh karena khiyar

baligh kemudian kedua suami istri tersebut menikah dengan akad baru

lagi, maka suami tetap mempunyai kesempatan tiga kali talak.

Selanjutnya analisa penulis akibat perceraian yang dilakukan oleh

suami maupun istri, mempunyai dampak bagi keduanya dalam hal ini mantan

suami maupun mantan istri, baik kehidupan mereka setelah menikah maupun

kelangsungan hidup bauh hati atau anak-anak mereka. Tanpa dipungkiri dari

perceraian tersebut, keduanya harus segera membuka lembaran baru

kehidupan mereka.

Akibat yang harus ditanggung oleh mantan suami maupun mantan istri

seiring dengan putusan pengadilan dalam hal ini Pengadilan Agama Salatiga

memang harus mereka tanggung. Setelah putusan pengadilan dibacakan di

depan sidang, maka itu yang harus dilakukan oleh keduanya. Ada berberapa

kewajiban yang melekat bagi keduanya, yaitu nafkah iddah yang harus

diberikan suami kepada istri, dan pengasuhan anak. Akibat yang lain adalah

Page 121: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

102

adanya hak rujuk, hal itu dapat terjadi apabila dalam putusan hakim

menyebutkan talak satu raj‟i atau cerai yang diajuakan oleh suami. Talak raj‟i

adalah perceraian di mana suami mengucapkan (melafazkan) talak satu atau

talak dua kepada isterinya. Suami boleh rujuk kembali ke isterinya ketika

masih dalam iddah. Jika waktu iddah telah habis, maka suami tidak

dibenarkan merujuk melainkan dengan akad nikah baru. Adapun apabila

dalam putusanya adalah talak ba‟in yang mana suami mengucapkan talak tiga

atau melafazkan talak yang ketiga kepada isterinya. Isterinya tidak boleh

dirujuk kembali. Si mantan suami hanya boleh merujuk setelah isterinya

menikah dengan lelaki lain, dan suami barunya menyetubuhinya, setelah

diceraikan suami barunya dan telah habis iddah dengan suami barunya

Namun apabila cerai gugat atau yang mengajukan istri maka talak

yang digunakan adalah talak ba‟in sugro. Adapun konsekuensi hukum dari

talak ba‟in sughro ini adalah tidak bisa rujuk kembali, akan tetapi harus ada

akad nikah baru. Ada dua istilah yang dipergunakan pada kasus gugat cerai

oleh istri, yaitu fasakh dan khulu‟. Fasakh adalah pengajuan cerai oleh istri

tanpa adanya kompensasi yang diberikan istri kepada suami, dalam kondisi di

mana suami tidak memberikan nafkah lahir dan batin selama enam bulan

berturut-turut, suami meninggalkan istrinya selama empat tahun berturut-turut

tanpa ada kabar berita (meskipun terdapat kontroversi tentang batas

waktunya), suami tidak melunasi mahar (mas kawin) yang telah disebutkan

dalam akad nikah, baik sebagian ataupun seluruhnya (sebelum terjadinya

hubungan suamii istri); atau adanya perlakuan buruk oleh suami seperti

Page 122: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

103

penganiayaan, penghinaan, dan tindakan-tindakan lain yang membahayakan

keselamatan dan keamanan istri. Umumnya gugan yang dikabulkan oleh

hakim berdsarkan bukti-bukti dari pihak istri, maka Hakim berhak

memutuskan (tafriq) hubungan perkawinan antara keduanya.

Adapun implikasi dari gugat cerai oleh istri baik Fasakh maupun

Khulu‟ adalah talak ba'in shughra (talak ba'in kecil). Efek hukum yang

ditimbulkan oleh fasakh dan khulu‟ adalah talak ba'in sughra, yaitu hilangnya

hak rujuk pada suami selama masa „iddah. Artinya, apabila lelaki tersebut

ingin kembali kepada mantan istrinya maka ia diharuskan melamar dan

menikah kembali dengan perempuan tersebut. Sementara itu, istri wajib

menunggu sampai masa „iddahnya berakhir apabila ingin menikah dengan

laki-laki yang lain.

Akibat dari perceraian lain yaitu adanya masa iddah pada mantan istri.

Iddah adalah masa tunggu bagi istri yang dicerai talak oleh suami atau karena

gugat cerai oleh istri. Dalam masa iddah, seorang perempuan yang dicerai

tidak boleh menikah dengan dengan siapapun sampai masa iddahnya habis

atau selesai. Bagi istri yang ditalak raj‟i (talak satu atau talak dua) maka suami

boleh kembali ke istri (rujuk) selama masa iddah tanpa harus ada akad nikah

baru. Sedangkan apabila suami ingin rujuk setelah masa iddah habis, maka

harus ada akad nikah yang baru.

Masa iddah bagi mantan istri adalah apabila ditinggal mati suaminya,

maka iddahnya adalah empat bulan sepuluh hari, baik sang isteri sudah

dicampuri (hubungan intim) atau belum (QS Al-Baqarah 2: 234). Apabila

Page 123: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

104

dicerai tidak dalam keadaan hamil dan masih haid secara normal, maka masa

iddahnya tiga kali haid yang sempurna(QS Al-Baqarah 2: 228). Sedangkan

saat sedang hamil, maka masa iddahnya sampai melahirkan (QS At-Talaq 65:

4). Kemudian yang dijatuhi talak itu masih kecil, belum mengeluarkan darah

haid atau sudah lanjut usia yang sudah manopause (berhenti masa haid), maka

iddahnya adalah tiga bulan (At-Thalaq 65: 4). Dan apabila wanita yang

pernikahannya fasakh/dibatalkan dengan cara khulu‟ atau selainnya, maka

cukup baginya menahan diri selama satu kali haid. Dan yang terakhir adalah

wanita yang dicerai-talak sebelum ada hubungan intim, maka tidak ada masa

iddahnya.

Dalam Undang-undang Perkawinan No. 1 tahun 1974 mengatur

tentang putusnya perkawinan, pada pasal 38 menyatakan perkawinan dapat

putus karena: kematian, perceraian dan atas putusan Pengadilan. Dan

selanjutnya dijelaskan pada Pasal 39, menyatakan, perceraian hanya dapat

dilakukan di depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan

berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Untuk

melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara suami istri itu

tidak akan dapat rukun sebagai suami isteri. Dan tata cara perceraian di depan

sidang Pengadilan diatur dalam peraturan perundangan tersebut.

Dari paparan sebelumnya telah disebutkan bahwa dari tahun ke tahun

angka perceraian semakin meningkat, peningkatan lebih terfokus pada cerai

gugat atau permohonan cerai yang dilakukan oleh istri. Dari penjelasan diatas

dapat ketahui bahwasanya masyarakat sekarang sudah sadar hukum, tidak

Page 124: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

105

semata-mata tunduk pada kejahilan dan takut pada ketidak adilan yang

dialaminya.

Negara telah mengatur secara komprehensif tentang hubungan dua

insan yang dipersatukan dalam ikatan perkawinan dan kemungkinan-

kemngkinan yang ada didalamnya atau mengikutinya, dalam hal ini adalah

perceraian. Sebenarnya dalam hal perceraian ini, Negara melalui Pengadilan

Agama azasnya adalah mempersulit tejadinya perceraian. Namun ada saja

yang tidak bisa disatukan lagi dalam suatu maghligai rumah tangga.

Di Pengadilan Agama Salatiga sendiri telah menerapakan itu, sehingga

setiap perkara perceraian yang diajukan tidak semata-mata langsung

diputuskan begitu saja. Mediasi adalah upaya yang dilakukan oleh Pengadilan

untuk mengupayakan jalan damai dari pasangan yang bersengketa. Hal ini

dijelaskan pada pasal 115 KHI menyatakan Perceraian hanya dapat dilakukan

di depan Sidang Pengadilan setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha

dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak. Selanjutnya dijelskan

pada Pasal 114 KHI menyatakan, Putusnya perkawinan yang disebabkan

karena perceraian dapat terjadi karena talak atau berdasarkan gugatan

perceraian.

Akhirnya dalam akibat perceraian, hal-hal yang perlu dilakukan oleh

pihak isteri maupun suami setelah putusnya perkawinan sesuai dengan pasal

41 Undang-Undang Perkawinan yang mengharuskan baik bapak (mantan

suami) atau ibu (mantan istri) tetap berkewajiban memelihara dan mendidik

anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak; bilamana ada

Page 125: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

106

perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi

keputusannya.

Dalam hal untuk membiayai pemeliharaan dan pendidikan anak-anak

menjadi tanggungjawab pihak bapak, kecuali dalam kenyataannya bapak

dalam keadaan tidak mampu sehingga tidak dapat melakukan kewajiban

tersebut, maka Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya

tersebut. Selanjutnya pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk

memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan suatu kewajiban bagi

bekas isteri

Adapun akibat perceraian secara terperinci dan hal itu dijadikan dalil

bagi hakim dalam menjamin kehidupan diantara keduanya, hal tersebut diatur

dalam Kompilasi Hukum Islam Bab XVII dijelaskan tentang akibat putusnya

perkawinan sebagai berikut:

Akibat Talak yang dijelaskan pada Pasal 149 KHI Bilamana perkawinan

putus karena talak, maka bekas suami wajib: a. memberikan mut`ah yang

layak kepada bekas isterinya, baik berupa uang atau benda, kecuali bekas isteri

tersebut qobla al dukhul; b. memberi nafkah, maskan dan kiswah kepada

bekas isteri selama dalam iddah, kecuali bekas isteri telahdi jatuhi talak ba‟in

atau nusyur dan dalam keadaan tidak hamil; c. melunasi mahar yang masih

terhutang seluruhnya, dan separoh apabila qobla al dukhul; d. memeberikan

biaya hadhanan untuk anak-anaknya yang belum mencapai umur 21 tahun.

Begitulah konsekuensi yang harus ditanggung oleh suami istri yang telah

memutuskan tali perkawinannya.

Page 126: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

107

Selanjurnya diatur pada Pasal 150-152 KHI, paska diputuskanya

perceraian maka, bekas suami berhak melakukan ruju` kepada bekas istrinya

yang masih dalam iddah. Bekas isteri selama dalam iddah, wajib menjaga

dirinya, tidak menerima pinangan dan tidak menikah dengan pria lain. Bekas

isteri berhak mendapatkan nafkah iddah dari bekas suaminya kecuali ia

nusyuz.

Adapun waktu tunggu yang diatur dalam Pasal 153 KHI adalah bagi

seorang isteri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu atau iddah,

kecuali qobla al dukhul dan perkawinannya putus bukan karena kematian

suami. Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan sebagai berikut: a.

Apabila perkawinan putus karena kematian, walaupun qobla al dukhul, waktu

tunggu ditetapkan 130 (seratus tiga puluh) hari: b. Apabila perkawinan putus

karena perceraian,waktu tunggu bagi yang masih haid ditetapkan 3 (tiga) kali

suci dengan sukurang-kurangnya 90 (sembilan puluh) hari, dan bagi yang

tidak haid ditetapkan 90 (sembilan puluh) hari; c. Apabila perkawinan putus

karena perceraian sedang janda tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu

ditetapkan sampai melahirkan; d. Apabila perkawinan putus karena kematian,

sedang janda tersebut dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai

melahirkan.

Tidak ada waktu tunggu bagi yang putus perkawinan karena perceraian

sedang antara janda gtersebut dengan bekas suaminya qobla al dukhul. Bagi

perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu tunggu dihitung

sejak jatuhnya Putusan Pengadilan Agama yang mempunyai kekuatan hukum

Page 127: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

108

yang tetap, sedangkan bagi perkawinan yang putus karena kematian, tenggang

waktu tunggu dihitung sejak kematian suami. Waktu tunggu bagi isteri yang

oernah haid sedang pada waktu menjalani iddah tidak haid karena menyusui,

maka iddahnya tiga kali waktu haid. Dalam hal keadaan pada ayat (5) bukan

karena menyusui, maka iddahnya selama satu tahun, akan tetapi bila dalam

waktu satu tahun tersebut ia haid kembali, maka iddahnya menjadi tiga kali

waktu suci.

. Pasal 155 Waktu iddah bagi janda yang putus perkawinannya karena

khuluk, fasakh dan li`an berlaku iddah talak.

Adapun akibat perceraian yang dijelaskan Pasal 156 KHI bahwa akibat

putusnya perkawinan karena perceraian ialah :

a. anak yang belum mumayyiz berhak mendapatkan hadhanah dan ibunya,

kecuali bila ibunya telah meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan

oleh:

1) wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ibu;

2) ayah;

3) wanita-wanita dalam garis lurus ke atas dari ayah;

4) saudara perempuan dari anak yang bersangkutan;

5) wanita-wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.

b. anak yang sudah mumayyiz berhak memilih untuk mendapatkan hadhanah

dari ayahatau ibunya;

c. apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin keselamatan

jasmani dan rohanianak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah telah

Page 128: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

109

dicukupi, maka atas permintaann kerabat yang bersangkutan Pengadilan

Agama dapat memindahkan hak hadhanah kepada kerabat lain yang

mempunyai hak hadhanah pula;

d. semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi tanggung jawab ayah

menurut kemampuannya, sekurang-kurangnya sampai anak tersebut

dewasa dapat mengurus diri sendiri (21 tahun)

e. bilamana terjadi perselisihan mengenai hadhanah dan nafkah anak,

Pengadilan Agama memberikan putusannya berdasrkan huruf (a), (b), dan

(d);

f. pengadilan dapat pula dengan mengingat kemampuan ayahnya

menetapkan jumlah biaya untuk pemeliharaan dan pendidikan anak-anak

yang tidak turut padanya.

Implikasi perceraian selanjutnya adalah terkait dengan masalah

Mut`ah, yang dijelaskan pada Pasal 158 yaitu, Mut`ah wajib diberikan oleh

bekas suami dengan syarat : a. belum ditetapkan mahar bagi isteri ba`da al

dukhul;b.perceraian itu atas kehendak suami. Dan pada Pasal 159 dijelaskan

Mut`ah sunnat diberikan oleh bekas suami tanpa syarat tersebut pada pasal

158. Pasal 160 menjelaskan bahwa Besarnya mut`ah disesuaikan dengan

kepatutan dan kemampuan suami.

Page 129: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

110

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka dapat

disimpulkan bahwa:

1. Pengadilan Agama Salatiga telah memutuskan perkara perceraian

sebanyak 1324 perkara pada tahun 2015 dan 1316 pada tahun 2016,

yang dibagi atas cerai talak 379 perkara, sedangkan cerai gugat

sebanyak 945 perkara pada 2015, kemudian tahun 2016 cerai talak

sebanyak 368 perkara, sedangkan cerai gugat sebanyak 948 perkara.

Adapun faktor yang melatar belakangi terjadinya perceraian pada

tahun 2015-2016, baik cerai talak maupun cerai gugat berdasarkan

petitum dalam gugatan baik suami atau istri adalah sebagian besar

karena permasalahan krisis akhlak/ moral yang disebabkan karena

lemahnya iman dan pendidikan seseoarang, faktor ekonomi yang

disebabkan oleh kurangnya pemenuhan nafkah dalam rumah tangga,

tidak adanya tanggungjawab dalam rumah tangga, seperti suami atau

istri lari dari tanggung jawab untuk memberi nafkah maupun mengurus

rumah tangga, Penganiayaan atau kekerasan dalam rumah tangga

(KDRT) yang disebabkan kurang nya kontrol pada diri sehingga

tangannya ringan sekali untuk memukul, Gangguan/ hadirnya pihak

ketiga dikarenakan baik suami atau istri menjalin hubungan dengan

Page 130: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

111

adanya orang ketiga dalam rumah tangganya, tidak ada keharmonisan

dalam rumah tangga disebabkan karena perselisihan yang

berkepanjangan.

2. Dalam praktiknya yang terjadi di PA Salatiga, perkara yang diputus/

diselesaikan pada Tahun 2015 dan 2016, menunjukkan bahwa cerai

gugat lebih mendominasi jika dibandingkan denga cerai talak. Adapun

implikasinya dari perceraian adalah adanya hak rujuk bagi suami yang

diputuskan talaknya yaitu talak raj‟i oleh Majelis Hakim. Selanjurnya

adalah dialaminya masa iddah pada mantan istri yang ditalak dengan

beberapa kriteria hukum yang menjadi pertimbangannya. Dalam hal

jatuhnya talak ba‟in adalah membayar iwadl sebesar Rp. 10.000,-.

Adapun salah satu perkaranya dicontohkan pada perkara nomor:

0194/Pdt.G/2016/PA.Sal. Pemberian nafkah mut‟ah oleh mantan suami

kepada mantan istri. Pasca diputuskannya perkara perkara perceraian

oleh Majelis Hakim maka dalam suatu perkara, Majelis Hakim

memutuskan sekalian tentang pemberian nafkah mut‟ah. Konsekuensi

perceraian selanjutnya adalah tentang hak pengasuhan anak, karena

hak pengasuhan anak bisa terjadi kerumitan apabila tidak diatur

kemudian.

Page 131: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

112

B. Saran

Dalam rangka membangun keluaga yang utuh, harmonis dan

bahagia, serta meminimalisir terjadinya perceraian, ada hal-hal yang harus

lebih ditekankan, yaitu:

1. Pemerintah harus lebih memperhatikan kesejahteraan rakyatnya, baik

berkaitan dengan masalah kesejahteraan ekonomi melalui penyediaan

lapangan pekerjaan yang memadahi, maupun kesejahteraan dalam

berumah tangga dengan memaksimalkan peran pemerintah dalam

mencegah, menaggulangi, dan menekan angka perceraian.

2. Perlunya kegiatan preventif yang bisa dilakukan oleh Badan Penasehat

Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (BP4), dalam hal ini KUA

harus pro aktif.

3. Pasangan suami istri tidak boleh gegabah dan buru-buru mengajukan

gugatanya ke Pengadilan, apabila dalam rumah tangganya sedang

ditimpa masalah. Mungkin itulah ujian dalam mendewasakan salah

satu dari keduanya atau malah kedua-duanya supaya tujuan

pernikahanya tetap langgeng dan terjaga dari kata cerai.

Page 132: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

113

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟anul Karim dan Terjemahannya

Al Fathi, Sulaiman. 2010. Mukhtasar Fiqh Sayyid Sabiq. Solo: Aqwam

Departemen Agama RI. 2000. Kompilasi Hukum Islam. Jakarta.

Imam Syafi‟i, dkk. 2013. Bahtsul Masail sebagai Metode Ijtihad Kelektif

dalam Menjawab Problematika Kontemporer. Salatiga

Lexy Moleong. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT

Remaja Rosdakarya Offset.

Najmudin, dkk. 2014. Upacara Pernikahan dengan Tradisi Jawa Dengan

Perspektif Hukum Islam. Salatiga

Nastangin. 2012. Percerian karena salah satu pihak murtad (Putusan

Pengadilan Agama Salatiga Nomor 0356/pdt.G/2011/PA.SAL).

Salatiga.

Soekanto, Soerjono & Mamudji, Sri. 1995. Penelitian Hukum Normatif

Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta: PT. Raja. Press.

Suwartono, 2014. Dasar-dasar Metodologi Penelitian. Yogyakarta :

ANDI

Syaifuddin, Muhammad. Sri, Turatmiyah & Annalisa Yahanan. 2013.

Hukum Perceraian. Jakarta: Sinar Grafika.

Undang-undang Perkawinan Nomor 1 tahun 1974

Wasman dan Nuroniyah, Wardah. 2011. Hukum Perkawinan Islam di

Indonesia. Yogyakarta : Teras.

Nailufar, Yuyun, “Analisis Hukum Islam terhadap Frekuensi Cerai Talak

dan Cerai Gugat di Pengadilan Agama Bangkalan dan Pengadilan

Agama Surabaya (Studi Komparasi Cerai Gugat dan Cerai

Talak)” (Skripsi—IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2006), 69

Ni‟mah, Siti Nurun, “Korelasi suami yang merantau terhadap frekuensi

cerai gugat di Pengadilan Agama Gresik tahun 2001” (Skripsi—

IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2003), 11

Agung Rohmawanto, “Faktor Penyebab Cerai Gugat di Pengadilan

Agama Sidoarjo (Studi Kasus tahun 2004 sampai 2006)”

(Skripsi—IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2008), 72.

Page 133: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

114

Mocahmmad Azis Qoharudin, “Fenomena Cerai Gugat di Pengadilan

Agama Surabaya tahun 2002-2005” (Skripsi—IAIN Sunan Ampel

Surabaya, 2006), 68.

Al-Asqolani, Ibnu Hajar, 773. Kitab Bulughul Marom. Semarang. Pustaka

Alawiyah

Azzam, Abdul Aziz Muhammad. 2009. Fiqh Munakahat. Jakarta: Sinar

Grafika

Basyir, Ahmad Azhar. 1996. Hukum Perkawinan Islam. Cet ke-9.

Yogyakarta: Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Islam

Indonesia.

Ghazaly, Abdur Rahmaan. 2006. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Subekti, S.H. 1985. Pokok-pokok Hukum Perdata. Cet ke-20. Jakarta: PT

Intermasa

http://www.pa-salatiga.go.id/index.php/news/profil.html#sejarah. (Online).

diakses pada hari minggu 14 september 2014, 11.34 WIB.

http://www.psikologikita.com/?q=perceraian-penyebab-akibat. (Online).

diakses pada pad min-20/05/2012

Page 134: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Riyadus Solichin

Nim : 211-12-005

Jurusan : Ahwal Al Syakhshiyyah

Tempat Tanggal Lahir : Kab. Semarang, 25 Januari 1993

Alamat : Dsn Reksosari Rt 02 Rw 01 Desa Reksosari,

Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang

50776

Nama Ayah : (Alm) Sahudi

Nama Ibu : Himawati

Agama : Islam

Pendidikan : TK Muslimat Lulus Tahun 1999

SD N Reksosari 1 Lulus Tahun 2005

SMP N 1 Suruh Lulus Tahun 2008

MAN Suruh Lulus Tahun 2011

Demikian daftar riwayat hidup ini, penulis buat dengan sebenar-benarnya.

Salatiga, Maret 2017

Penulis

Riyadus Solichin

Page 135: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis
Page 136: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis
Page 137: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis
Page 138: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis
Page 139: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis
Page 140: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis
Page 141: CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/2745/1/skripsi.pdfiii CERAI TALAK DAN CERAI GUGAT DI PEGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2015-2016 (Analisis