case jiwa hum

Upload: ida-bagus-deny-prayudi

Post on 10-Jan-2016

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

psikiatri

TRANSCRIPT

  • PSIKOTIK POST PARTUM(F.53.1)

    OlehHumairah

    Pembimbingdr. Siti Khairiah, Sp.KJ

  • IDENTITAS PASIEN

    Nama: Ny. EUsia: 42 tahunJenis Kelamin: PerempuanAlamat : BanjarmasinPendidikan: SDAgama: IslamSuku: Banjar/IndonesiaStatus: Sudah MenikahMRS: 6 Januari 2015

  • RIWAYAT PSIKIATRIKAloanamnesis dengan pasien pada tanggal 10 Januari 2015KELUHAN UTAMA Tidak mau merawat anak yang baru di lahirkanKELUHAN TAMBAHAN : Tidak mau mengurus diri sendiri dan melihat seseorang yang tidak di lihat oleh orang lain (keluarga yang tidak tinggal bersamanya)

  • RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGaloanamnesis : dengan suami pasienPasien diantar oleh suami pasien ke poli Jiwa RS. Ansari Saleh dengan keluhan tidak mau merawat anak yang baru di lahirkannya2 minggu SMRS pasien melahirkan bayi perempuan berat 2600 gram secara vacum karena pasien tidak kuat mengejan. Setelah pasien melahirkan, pasien tidak mau menyususi bayinya dan tidak mau menggendong bayinya tanpa alasan yang jelas. Setelah pulang ke rumah, pasien tetap tidak mau mengurus bayi yang baru di lahirkan dah hanya membiarkannya walaupun bayinya menangisMenurut suami pasien, kehamilan yang sekarang merupakan kehamilan yang tidak direncanakan, dan selama kehamilan pasien tidak berniat untuk menggugurkannya.Selama hamil pasien jarang kontrol kebidan, dan tidak pernah ke posyandu yang ada di dekat rumahnya

  • RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGGizi pasien selama hamil baik, pasien makan dengan baik dengan nasi, lauk dan sayur 3x sehari. Pasien juga minum vitamin yang diberikan oleh bidan namun tidak rutin.Selama hamil pasien bisa merawat dirinya sendiri dan beraktivitas seperti sebelum hamil. Namun setelah melahirkan pasien tidak mau merawat dirinya sendiri, pasien selalu dimandikan oleh suaminya dan kadang ngompol dan makan kadang disuapi oleh suaminya.Pasien tidak mau memasak dan membersihkan rumah.Pasien hanya berbaring dan kadang duduk menonton tv.Setelah melahirkan pasien sering melihat keluarga yang tidak datang kerumahnya berada di rumahnya.Pasien tidak pernah bicara sendiri.

  • RIWAYAT PENYAKIT SEKARANGAutoanamnesis:Pasien mengaku baru melahirkan bayi perempuan namun pasien lupa berat badannya. Pasien juga tidak mau menjawab proses melahirkannya. Pasien tidak tahu kenapa dia tidak mau mengurus bayinya. Namun pasien tidak merasa benci dan tidak ingin membunuh bayinya.Pasien merasa sayang dengan bayinya, namun tidak mau untuk memberikan asi dan tidak mau menggondongnya.Pasien tidak mengetahui keberadaan bayinya, dan tidak ada rasa keinginan untuk mencari bayinya.Selama hamil pasien hanya berdiam diri di rumah dan jarang bersosialisasi dengan tetangganya karena menurut suaminya kurang perlu dan hanya membuang waktu.

  • RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

    Pasien memiliki riwayat penyakit darah tinggi sejak 3 tahun yang lalu. Namun tidak kontrol rutin berobat1 tahun terakhir pasien mengalami stroke ringan, dan tidak berobat ke RS, dan hanya di pijit saja.Setelah terkena stroke pasien bisa menerima penyakitnya. Pasien tidak terlihat sedih, namun aktivitas nya berkurang. Ingatan pasien juga tidak berkurang namun pasien tidak bisa menyelesaikan masalah yang berat karena pasien merasa berat di kepala.Pasien tidak mempunyai riwayat trauma/sakit berat/penurunan kesadaran, tidak pernah kejang dan tidak pernah menderita tumor serta tidak ada riwayat minum alkohol/mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

  • Riwayat PerinatalTidak diadapatkan informasiRiwayat Masa Bayi ( 0-1,5 tahun) = Trust vs MistrustTidak diadapatkan informasiRiwayat Masa Kanak-Kanak (1,5-3 tahun ) = Autonomy vs Shame, Doubt Tidak diadapatkan informasiRiwayat Masa Presekolah (3-6 tahun) = Initiative vs GuiltTidak diadapatkan informasiRIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

  • RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADIRiwayat Masa Sekolah (6-12 tahun) = Industry vs InferioritySuami pasien hanya mengetahui pasien merupakan lulusan SD dan tidak melanjutkan ke jenjang berikutnyaRiwayat Masa Remaja (12-20 tahun) = Identity vs Identity ConfusionPada riwayat masa remaja pasien memiliki banyak teman dan mulai memilki ketertarikan dengan lawan jenis.Riwayat Pendidikan Pasien menjalani pendidikan sampai sekolah dasar. Riwayat pekerjaanPasien sudah tidak bekerja lagi sejak 1 tahun yang lalu karena terserang stroke. Pasien hanya bisa mengurus rumah dan pasien tidak sedih karena penyakitnya karena suami pasien tetap memberikannya semangat.Riwayat perkawinan Pasien menikah pertama kali pada tahun 1992

  • RIWAYAT KELUARGAKeterangan : = Pasien = laki-laki = perempuan = Meninggal

  • RIWAYAT SITUASI SEKARANGPasien tinggal bersama suami dan ke 3 anak kandungnya. Hubungan dengan keluarga baik, namun hubungan dengan tetangganya kurang baik.PERSEPSI PASIEN TENTANG DIRI DAN LINGKUNGANNYAPenderita merasa dirinya sakit dan pasien mengetahui mengapa ia dibawa ke rumah sakit. Pasien melihat keluarganya yang tidak datang kerumahnya, namun ada di rumahnya. Namun setelah memejamkan mata pasien tidak melihatnya lagi.

  • STATUS MENTALDESKRIPSI UMUMPenampilanSaat datang ke RSAS tercatat tanggal 6 Januari 2015, seorang wanita yang berusia 38 tahun, berperawakan pendek 150 cm dan berat badan 45 kg. Pasien terlihat kurang terawat, datang dengan diantar suaminya menggunakan baju tidur lengan panjang dan celana panjang berwarna cream bermotif bunga-bunga dan menggunakan jilbab berwarna hijau. Menggunakan sendal jepit.

  • Pasien mampu untuk mengemukakan identitas diri sendiri, suami dan anaknya, mampu menyebutkan usia anggota intinya, mengetahui keberadaan dia dan apa yang dilakukan pada saat ini.Saat di tanya pasien hanya menjawab singkat, dan lebih banyak diamPasien tidak mampu mandi dan merawat diri sendiri.Tidak mampu mengurus rumah tangga, hanya bisa duduk dan berbaring

  • Pasien merasakan ada sesuatu hal yang mengganggu yaitu itu pada penglihatan nya. Pasien menjawab spontan ketika ditanya, jawaban pasien relevan sesuai apa yang ditanyakan namun lambat.Pasien tidak merasa khawatir dengan penyakitnya. Pasien tidak ada gangguan pikiran. Pasien dalam wawancara mampu mengendalikan diri, dalam penilaian keadaan sekarang pasien mampu menjelaskan. Pasien tidak merasa ada gangguan jiwa pada dirinya. Dapat disimpulkan pasien dapat dipercaya.

  • Kesadaran Composmentis Perilaku dan aktivitas motorik aktifPembicaraan Koheren, menjawab sesuai pertanyaan pemeriksaSikap terhadap pemeriksa KooperatifKontak PsikisKontak ada, wajar, dan dapat dipertahankan

  • KEADAAN AFEKTIF, PERASAAN, EKSPRESI AFEKTIF, KESERASIAN DAN EMPATI

    Afek(mood): HipothymEkspresi afektif: SedihKeserasian: appropriateEmpati: Tidak dapat dirabarasakanHidup emosi:Pengendalian: TerkendaliStabilitas: StabilEmpati :tidak dapat dirabarasakan Dalam-dangkal: NormalArus emosi: lambat

  • FUNGSI KOGNITIF

    Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan tingkat pendidikan Orientasi : kurang baikRegistrasi : baikAtensi dan kalkulasi :baikMengingat kembali: kurang baikBahasa : baik

    Pedoman skore MMSE : 16 (definite gangguan kognitif)

  • GANGGUAN PERSEPSIHalusinasiA/V: (-/-)Depersonalisasi/ Derealisasi : (-/-)Ilusi : tidak ada

  • PROSES PIKIR

    Arus pikir : Produktivitas : spontan lambat menjawab bila ditanyaKontinuitas : relevan.Hendaya berbahasa : Tidak ada

    Isi Pikir : a. Preocupasi : Tidak ada b. Waham : tidak ada c. Gangguan isi pikiran : ada

  • PENGENDALIAN IMPULSPasien dapat mengendalikan impulsDAYA NILAIa. Daya norma sosial: baikb. Uji daya nilai: baikc. Penilaian realita: Tidak tergangguTILIKANTilikan 1tidak menyadari dirinya sakitTARAF DAPAT DIPERCAYAdapat dipercaya

  • PEMERIKSAAN DIAGNOSIS LANJUTSTATUS INTERNUSKeadaan Umum : Baik Tanda vital :TD : 150/100 mmHgN : 80 x/menitRR : 22 T : 36,5 oCLain-lain dalam batas normal

  • STATUS NEUROLOGIS: Kekuatan otot : tangan 4/2 kaki 4/3parese n VII central dan n XMeningial signKaku Tengkuk: (-)Kernig: (-)/(-)Laseque: (sde)/(sde)Bruzinski I: (-/-)Bruzinski II: (-)/(-)Refleks fisiologis (Kanan/Kiri):Refleks Biceps: +/+Refleks Triceps: +/+Refleks Patella: +/+Refleks Achiles: +/+Refleks Patologis :TungkaiBabinski: -/-Chaddock: -/-Oppenheim: -/-Rossolimo: -/-Gordon: -/-Schaffer: -/-

  • EVALUASI MULTIAKSIALAksis I: Psikotik Post partumAksis II: ciri kepribadian skizoidAksis III: SNHAksis IV : Masalah keluarga dan pekerjaanAksis V: GAF scale 60-51 (gejala sedang disabilitas sedang)

  • PROGNOSISDiagnosis penyakit: dubia ad bonamPerjalanan penyakit: dubia ad bonamCiri kepribadian: dubia ad bonamRiwayat herediter: dubia ad bonamUsia saat menderita: dubia ad bonamPola keluarga: dubia ad bonamPendidikan: dubia ad bonamAktivitas pekerjaan: dubia ad bonamEkonomi: dubia ad bonamLingkungan sosial: dubia ad bonamOrganobiologi: dubia ad bonamPengobatan psikiatri: dubia ad bonamKetaatan berobat: dubia ad bonamKesimpulan: Dubia ad bonam

  • RENCANA TERAPIPsikofarmaka: Stelosi 5mg -0- Arkine 2mg -0- Psikoterapi : Support terhadap penderita dan keluarga Rehabilitasi: Sesuai dengan minat dan bakat penderita.Usulan pemeriksaan penunjang: Test psikologi

  • DISKUSI

    Psikotik post partum ialah suatu sindrom yang ditandai oleh depresi berat dan waham. Umumnya terjadi pada kehamilan pertama dan biasanya kasus terjadi hari ke 2-3 setelah melahirkan. Perempuan yang menderita bipolar disorder atau masalah psikotikl ainnya yang disebut skizoafektif disorder mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terkena postpartum psikotik.Gangguan ini bisa terjadi karena konflik psikodinamik mengenai keibuan, misalnya seperti kehamilan yang tidak dikehendaki, terjadinya perkawinan yang tidak bahagia atau takut menjadi ibu.Patofisiologi : Faktor hormonFaktor psikososialFaktor biologis

  • DISKUSIGejala psikotik post partum sering terjadi pada minggu ke dua atau ketiga selepas persalinan. Kebanyakan pasien tidak mengidap gangguan jiwa sebelumnya, namun demikian insidennya amat besar pada pasien dengan riwayat gangguan bipolar, gangguan jiwa masa nifas (psikosis dan depresi) dan riwayat keluarga tentang gangguan jiwa masa nifas. Gejala khas pada psikosis post partum terdiri dari agitasi, gelisah, emosi yang labil, termasuk kegembiraan berlebih, insomnia, menangis, bingung, dan akhirnya timbul episode psikotik yang gawat dengan gambaran mania dan delirium.

  • DiskusiBerdasarkan hasil anamnesa (alloanamnesa dan autoanamnesa) serta pemeriksaan status mental menunjukkan bahwa penderita berdasarkan DSM-IV-TR, tidaK ada kriteria bagi gangguan psikotik pada post partum. Namun diagnosis bisa di tegakkan apabila psikosis yang terjadi mempunyai hubungan dengan persalinan dan hanya sementara. Harus juga dipertimbangkan diagnosis gangguan mood DSM-IB-TR sebagai diferensial diagnosisnya. Adannya gejala dan karakteristik bagi gangguan psikotik pada pasien ini berupa gangguan kognitif, gangguan motilitas, mood atau gangguan isi pikir.

  • Diskusi Gejala psikotik ini hanya mencakup hal-hal yang menyangkut keibuan dan kehamilan. DSM-IV-TR juga menyetujui diagnosis gangguan psikotik dan gangguan mood yang singkat di sebabkan karena pasca persalinan.Pada pasien ini tidak didapatkan adanya tanda-tanda depresi dimana tidak didapatkan adanya afek depresif; kehilangan minat dan kegembiraan; dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas, serta gejala lainnya seperti konsentrasi dan perhatian berkurang, tidur terganngu, dan nafsu makan berkurang diikuti dengan adanya halusinasi dan waham.Menurut PPDGJ-III, maka pedoman diagnosis pada pasien ini adalah gangguan psikiatri pada post partum (F.53), yaitu:F.53.1 Gangguan Mental dan perilaku berat yang berhubungan dengan masa nifas YTK: psikosis masa nifas YTT

  • Diskusi Psikotik post partum merupakan suatu kondisi emergensi dan memerlukan perhatian dan penanganan segera. Pasien mungkin akan membutuhkan terapi obat untuk jangka waktu tertentu.Pada pasien ini di berikan stelosi 5mg mengandung Trifluoperazine HCL 5mg. Trifluoperazine HCL adalah termasuk golongan obat penenang turunan phenothiazine dengan daya kerja anti psikotik, ansiolitik, dan antiemetik yang keras.Dalam dosis rendah mengendalikan keadaan gelisah, pikiran yang tegang dan agitasi yang berlebih. Digunakan untuk mengendalikan manifestasi penyakit psikotik.

  • DISKUSIBila terjadi sindrom Parkinson maka penatalaksanaannya: hentikan obat anti psikosis atau bila obat antipsikosis masih diperlukan diberikan arkine (trihexyphenidyl 2mg)Apabila sindrom Parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap, untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson. Efek samping obat antipsikosis salah satunya hepatotoksis maka perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium rutin dam kimia darah terutama untuk memeriksa fungsi hati (SGOT, SGPT) dapat juga dari pemeriksaan fisik, tanda ikterik, palpasi hepar. Pada pasien ini tidak didapatkan tanda-tanda hepatotoksik dari pemeriksaan fisik.Psikoterapi dianjurkan pemberian support pada pasien dan keluarga agar mempercepat penyembuhan pasien dan untuk rehabilitasi disesuaikan dengan psikiatrik sehingga bisa dipilih metode yang sesuai untuk pasien tersebut.