case anak gizi

63
BAB I PENDAHULUAN Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita (Muller, 2005). Di Indonesia KEP dan defisiensi mikronutrien juga menjadi masalah kesehatan penting dan darurat di masyarakat terutama anak balita (Departemenr Kesehatan RI, 2008). Kasus kematian balita akibat gizi buruk kembali berulang, terjadi secara masif dengan wilayah sebaran yang hampir merata di seluruh tanah air. Sejauh pemantauan yang telah dilakukan temuan kasus tersebut terjadi setelah anak-anak mengalami fase kritis. Sementara itu, perawatan intensif baru dilakukan setelah anak-anak itu benar-benar tidak berdaya. Berarti sebelum 1

Upload: nahtadia-laksitasari-pohan

Post on 16-Dec-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

referat

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUANGizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor. Gizi buruk atau Kurang Energi Protein (KEP) dan defisiensi mikronutrien merupakan masalah yang membutuhkan perhatian khusus terutama di negara-negara berkembang, yang merupakan faktor risiko penting terjadinya kesakitan dan kematian pada ibu hamil dan balita (Muller, 2005). Di Indonesia KEP dan defisiensi mikronutrien juga menjadi masalah kesehatan penting dan darurat di masyarakat terutama anak balita (Departemenr Kesehatan RI, 2008). Kasus kematian balita akibat gizi buruk kembali berulang, terjadi secara masif dengan wilayah sebaran yang hampir merata di seluruh tanah air.Sejauh pemantauan yang telah dilakukan temuan kasus tersebut terjadi setelah anak-anak mengalami fase kritis. Sementara itu, perawatan intensif baru dilakukan setelah anak-anak itu benar-benar tidak berdaya. Berarti sebelum anak-anak itu memasuki fase kritis, perhatian terhadap hak hidup dan kepentingan terbaiknya terabaikan (YPHA, 2009).

Kejadian gizi buruk perlu dideteksi secara dini melalui intensifikasi pemantauan pertumbuhan dan identifikasi faktor risiko yang erat dengan kejadian luar biasa gizi seperti campak dan diare melalui kegiatan surveilans. Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia masih tinggi. Hasil Susenas menunjukkan adanya penurunan prevalensi balita gizi buruk yaitu dari 10,1% pada tahun 1998 menjadi 8,1% pada tahun 1999 dan menjadi 6,3% pada tahun 2001. Namun pada tahun 2002 terjadi peningkatan kembali prevalensi gizi buruk dari 8,0% menjadi 8,3% pada tahun 2003 dan kembali meningkat menjadi 8,8% pada tahun 2005. Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan seluruh Indonesia terjadi penurunan kasus gizi buruk yaitu pada tahun 2005 terdata 76.178 kasus kemudian turun menjadi 50.106 kasus pada tahun 2006 dan 39.080 kasus pada tahun 2007. Penurunan kasus gizi buruk ini belum dapat dipastikan karena penurunan kasus yang terjadi kemungkinan juga disebabkan oleh adanya kasus yang tidak terlaporkan (under reported). Mencuatnya kembali pemberitaan di media massa akhir-akhir ini mengenai balita gizi buruk yang ditemukan dan meninggal menunjukkan sistem surveilans dan penanggulangan dari berbagai instansi terkait belum optimal (Anonim, 2008).

Masalah gizi buruk balita merupakan masalah yang sangat serius, apabila tidak ditangani secara cepat dan cermat dapat berakhir pada kematian. Gizi buruk lebih rentan pada penyakit akibat menurunnya daya tahan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan yang tidak optimal, sampai pada kematian yang akan menurunkan kualitas generasi muda mendatang. Hal ini telah membukakan mata kita bahwa anak balita sebagai sumber daya untuk masa depan mempunyai masalah yang sangat besar. Apalagi penyakit penyerta yang sering pada gizi buruk seperti lingkaran setan, yaitu penyakit-penyakit penyerta justru menambah rendahnya status gizi anak. Penyakit-penyakit penyerta yang sering terjadi adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), diare persisten, cacingan, tuberculosis, malaria dan HIV/AID (Anonim, 2009).

Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber daya manusia. Gizi buruk tidak hanya meningkatkan angka kesakitan dan angka kematian tetapi juga menurunkan produktifitas, menghambat pertumbuhan sel-sel otak yang mengakibatkan kebodohan dan keterbelakangan. Faktor penyebab gizi buruk dapat berupa penyebab tak langsung seperti kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan, menderita penyakit kanker dan penyebab langsung yaitu ketersediaan pangan rumah tangga, perilaku dan pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan, tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan, pendidikan rendah, ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena itu, untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor (Anonim, 2010).

Diagnosis gizi buruk dapat diketahui melalui gejala klinis, antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Gejala klinis gizi buruk berbeda-beda tergantung dari derajat dan lamanya deplesi protein dan energi, umur penderita, modifikasi disebabkan oleh karena adanya kekurangan vitamin dan mineral yang menyertainya. Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak yang sehat. Gizi buruk ringan sering ditemukan pada anak-anak dari 9 bulan sampai 2 tahun, akan tetapi dapat dijumpai pula pada anak yang lebih besar. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari pertumbuhan linier mengurang atau terhenti, kenaikan berat badan berkurang, terhenti dan adakalanya beratnya menurun, ukuran lingkar lengan atas menurun, maturasi tulang terlambat, rasio berat terhadap tinggi normal atau menurun, tebal lipat kulit normal atau mengurang, anemia ringan, aktivitas dan perhatian berkurang jika dibandingkan dengan anak sehat, adakalanya dijumpai kelainan kulit dan rambut. (Solihin, 2000).BAB IISTATUS PASIENI.Identifikasi

Nama

: M. Sunil Apriyan

Nama Ayah : Tn.AUmur

: 14 tahun

Usia

: 50 tahunJenisKelamin: Laki-laki

Nama Ibu: Ny. NBeratBadan: 20 Kg

Usia

: 43 tahunTinggiBadan: 148 cm

Agama

: Islam

Bangsa

: Indonesia

MRS

: 4 Agustus 2014II. Anamnesis(Alloanamnesis dari ibu pasien pada tanggal 12 Agustus 2014)

Keluhan UtamaBerat badan turunKeluhan Tambahan

Demam, diare, pucat.Riwayat Perjalanan Penyakit

Kurang lebih 5 bulan SMRS, penderita mulai BAB cair (+) air lebih banyak dari ampas, frekuensi 6x sehari, sebanyak5 sendok makan,darah (-) lendir (+)anggota keluarga lain yang diare (-) mual (+) muntah (+) setelah diberi makanan, banyaknya 1/4 gelas aqua, tidak menyemprot, demam (+) tidak terlalu tinggi, naik turun, terutama pada malam hari, kejang (-), penurunan kesadaran (-) nafsu makan menurun. Penderita tidak dibawa berobat, tidak ada perbaikan. Berat badan tertinggi 35 kg.

Kurang lebih 1 minggu SMRS, penderita demam (+) tinggi, naik turun, terutama pada malam hari, kejang (-) penurunan kesadaran (-) batuk (-) pilek (-) berkeringat di malam hari (-) BAB cair makin bertambah (+), frekuensi 8-9x sehari,volume 1/4 gelas aqua, air lebih banyak dari ampas, mual (+) muntah (+) setelah diberi makanan,nafsu makan semakin menurun, hanya 3x2 sendok nasi sehari. Minum susu (-), penderita tampak semakin kurus, penderita tidak dibawa berobat.

Kurang lebih 2 hari SMRS penderita tampak semakin kurus dan lemas, hanya bisa berbaring dibawa berobat ke sinse, diberikan racikan, tidak ada perubahan. Penderita dibawa berobat ke RS.

Food recall : 5 bulan yang lalu, nasi 3x1 porsi, lauk bervariasi, ikan, tempe, telur, tahu, makanan kecil kurang lebih 1x sehari, bervariasi seperti pisang goreng dan bakwan. (kesan: kalori cukup)

4 bulan yang lalu, hanya makan nasi 3x2 sendok, berat badan semakin turun Riwayat Sosial Ekonomi

Ayah os bekerja sebagai buruh dengan penghasilan Rp.300.000/bulan, sedangkan ibu os ibu rumah tangga. Saudara pertama dan kedua bekerja sebagai buruh dengan penghasilan Rp. 300.000/bulan dan saudara ke-4 dan 5 os bekerja sebagai ibu rumah tangga.

Kesan: sosioekonomi menengah ke bawah.Riwayat Kehamilan

GPA

: G5P4A0

HPHT

: 2 September 2013Periksa hamil

: 2 kali di bidanKebiasaan ibu sebelum/selama kehamilan

Minum alkohol

: tidak pernah

Merokok

: tidak pernah

Makan obat-obatan tertentu

: tidak pernah

Penyakit atau komplikasi kehamilan ini: tidak ada

Riwayat PersalinanCara persalinan

: spontanDitolong

: BidanBB lahir

: 3800 gr

PB lahir

: LupaKPSW

: Tidak ada

Riwayat demam saat persalinan

: tidak ada

Riwayat ketuban kental, hijau, bau

: tidak adaKeadaan bayi saat lahir

Jenis kelamin

: laki-laki

Kelahiran

: tunggal

Kondisi saat lahir

: langsung menangis A/S : 8/9Riwayat Makanan

ASI

: 0-1 tahun

Bubur nasi

: 6 bulan-1 tahunNasi

: 1 tahun-sekarang

Kesan: Asupan makan cukup

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Tengkurap : 4 bulan

Duduk : 8 bulan

Berdiri : 10 bulan

Berjalan : 12 bulanKesan: pertumbuhan dan perkembangan sesuai usiaRiwayat Imunisasi

(Dilakukan di posyandu)

BCG

: 1 kali, scar (-)Polio

: 4 kali

Hepatitis B

: 4 kali

DPT

: 3 kali

Campak

: 1 kali Kesan

: Imunisasi dasar lengkapRiwayat Perkembangan Mental

Isap jempol: tidak ada

Ngompol: tidak ada

Aktivitas: aktif, bermain dengan teman sebaya (+)

Membangkang: tidak ada

Ketakutan: tidak ada

Kesan: perkembangan mental dalam batas normal

Riwayat Penyakit DahuluBatuk lama disangkalKontak dengan penderita TB disangkal

Bepergian ke luar kota (-)

Nyeri BAK (-)

BAK darah (-)

BAK berpasir (-)

Diare kronis (-)

Riwayat Penyakit KeluargaKeluarga pasien tidak ada yang memiliki penyakit tertentu. Batuk lama (-), diare kronis (-), penurunan berat badan (-), alergi (-). Ayah, ibu dan saudara pasien dalam kondisi sehat dan tidak memiliki penyakit tertentu.III. PemeriksaanFisik

a. Pemeriksaan Fisik Umum

Keadaan Umum: apatis, lemah, rewel, tampak sakit sedang, napas spontan adekuat, pucat (+), muka seperti orang tua (+)Sensorium

: compos mentis

Nadi

: 96 x/menit, isi dan tegangan cukup

Pernapasan

: 20 x/menit, normal dan regulerTemperatur

: 37,50C

Berat badan

: 20 kg

Tinggi badan

: 148 cmStatus Gizi BB/U : 20/33 = 60.6%

TB/U : 148/168 = 88.09%

BB/TB : 20/30 :66.67%

b. Pemeriksaan Fisik Khusus

Keadaan Spesifik

Kepala

:Normocephali, rambut mudah dicabut

Mata

: konjungtiva anemis (+) sklera ikterik (-), isokor, refleks cahaya +/+,mata cekung(-)

Hidung

: nafas cuping hidung (-), sekret tidak adaLeher

: tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.Thorax

: bentuk simetris, pergerakan simetris, , retraksi (-) iga gambang(+)Cor

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)Pulmo

: Retraksi (-) vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Abdomen

: datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bising usus (+) normal, turgor kembali cepat< 2 detikLipat paha dan genitalia: pembesaran KGB tidak adaEkstremitas

: akral hangat, CRT 38.5oC)

- R/rontgen thorax AP/lateral

- R/ kultur darah dan urin

Tanggal 6 Agustus 2014

Berat badan :22.1 kgUsia

:14tahunS

:BAB cair, demam (-), susu habis, muntah (-), sesak (-)O

Keadaan umum:

Sensorium

:kompos mentisTD

: 90/50 mmHgHR

:80 x/menit

RR

:20 x/menit

T

:36,8oC

Kepala

:NCH (-), CA (+), SI (-), muka seperti orang tua, mata cekung (-)Thorax

:simetris, retraksi (-)

Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen

:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

:CRT < 2 detik, akral pucat (+)

Target kalori : 70x30 = 2100 kkalRealisasi

: F75 12x200 = 1800 kkal

A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK + anemia (Hb: 6mg/dl)P:

- F75 12x200 cc = 1800 kkal

- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)

- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)

- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)

- R/ transfusi PRC 2x150 cc -( WB- Menunggu hasil kultur darah dan urin Tanggal 7 Agustus 2014

Berat badan :22.1 kgUsia:14tahunS:BAB cair, demam (-), susu habis, muntah (-), sesak (-)O

Keadaan umum:

Sensorium

:kompos mentisTD

: 90/60 mmHgHR

:88 x/menit

RR

:20 x/menit

T

:36,8oC

Kepala

:NCH (-), CA (+), SI (-), muka seperti orang tua, mata cekung (-)Thorax

:simetris, retraksi (-)

Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen

:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral pucat (+)

Target kalori : 70x30 = 2100 kkalRealisasi

: F1008x250 = 2000 kkal

A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK + anemia (Hb: 6mg/dl)P:

- F1008x250 cc = 2000 kkal

- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)

- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)

- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)

- R/ transfusi WB1x250 cc

Hasil crossmatch minor (+) ( ganti dengan PRC 1x150 cc

- Menunggu hasil kultur darah dan urin

Tanggal 8 Agustus 2014

Berat badan :22 kgUsia

:14tahunS

:BAB cair (+) demam tidak terlalu tinggi (+), lendir (-) darah (-) muntah (-)O

Keadaan umum:

Sensorium

:kompos mentisTD

: 90/60 mmHgHR

:88 x/menit

RR

:20 x/menit

T

:36,8oC

Kepala

:NCH (-), CA (+), SI (-), muka seperti orang tua, mata cekung (-)Thorax

:simetris, retraksi (-)

Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen

:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

: CRT < 2 detik, akral pucat (+)

Target kalori

: 70x30 = 2100 kkalRealisasi

: F100 8x250 = 2000 kkal

A

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK + anemia (Hb: 6mg/dl)P:

- F100 8x250 cc = 2000 kkal

- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)

- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)

- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)

- R/ transfusi WB 1x250 cc

Hasil crossmatch minor (+) ( ganti dengan PRC 1x150 cc

- Menunggu hasil kultur darah dan urin Tanggal 9 Agustus 2014

Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (-), susu habis (-), BAB cair (-), kultur urine (steril)O

Keadaan umum:

Sensorium:kompos mentisTD : 90/60 mmHgHR:88 x/menit

RR:24 x/menit

T:36,9oC

Kepala:NCH (-), CA (+), SI (-)Thorax:simetris, retraksi (-), iga gambing (+)Cor: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral hangatA: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK + anemia P:

- F100 8x250 cc = 2000 kkal

- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)

- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)

- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)

- Menunggu hasil kultur darah Tanggal 10 Agustus 2014

Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (-), BAB cair (+), susu habis (-)O

Keadaan umum:

Sensorium

: kompos mentisTD

: 90/60 mmHgHR

: 86 x/menit

RR

: 22 x/menit

T

: 37oC

Kepala

: NCH (-), CA (+)Thorax

: simetris, retraksi (-), iga gambing (+)Cor

: BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen

: datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

: CRT < 3 detik, akral hangat

A

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK + anemiaP:

- F100 8x250 cc = 2000 kkal

- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)

- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)

- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)

- Menunggu hasil kultur darah

Tanggal 11 Agustus 2014

Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (-), BAB lembek 1x, muntah (-)O

Keadaan umum:

Sensorium:kompos mentisTD : 90/60 mmHgHR:88 x/menit

RR:24 x/menit

T:37,1oC

Kepala:NCH (-), CA (+), SI (-)Thorax:simetris, retraksi (-)Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo: vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral pucat

A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK + anemia

P:

- F100 8x250 cc = 2000 kkal

- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)

- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)

- PCT tablet 3x250 mg p.o (jika T>38.5oC)

- Ca Glukonas 3x12 cc

Tanggal 12 Agustus 2014

Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (-), BAB cair (-), susu habis (-), muntah (-), nasi habisO

Keadaan umum:

Sensorium:kompos mentisTD : 90/60 mmHgHR:88 x/menit

RR:24 x/menit

T:37,1oC

Kepala:NCH (-), CA (+)Thorax:simetris, retraksi (-)Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral pucat

A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK + anemiaP:

- F100 5x200 cc

- Nasi biasa 3x1 porsi

- Injeksi Ampicillin 3x650 mg (IV)

- Injeksi gentamisin 2x50 mg (IV)

- Ca Glukonas 3x12 ccTanggal 13 Agustus 2014

Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (-), BAB cair (-), susu habis (-), muntah (-), nasi habisO

Keadaan umum:

Sensorium:kompos mentisTD : 90/60 mmHgHR:81 x/menit

RR:24 x/menit

T:37,1oC

Kepala:NCH (-), CA (+), SI (-)Thorax:simetris, retraksi (-)Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral pucat

A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c susp. TB paru dd/ TISK + anemiaP:

- F100 5x200 cc

- Nasi biasa 3x1 porsi

- Ca Glukonas 3x12 ccTanggal 14Agustus 2014

Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (+), BAB cair (-), susu habis (+), muntah (-), nasi habisO

Keadaan umum:

Sensorium

:kompos mentisTD

: 90/60 mmHgHR

:84 x/menit

RR

:24 x/menit

T

:37,2oC

Kepala

:NCH (-), CA (+), SI (-)Thorax

:simetris, retraksi (-)Cor

:BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo

:vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen

:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas

:CRT < 2 detik, akral pucat

A

: Marasmus kondisi V + demam lama e.c TISK + anemiaP:

- F100 5x200 cc

- Nasi biasa 3x1 porsi

- Ca Glukonas 3x12 ccTanggal 15 Agustus 2014

Berat badan :22 kgUsia:14tahunS:demam (+), BAB cair (-), susu habis (+), muntah (-), nasi habisO

Keadaan umum:

Sensorium:kompos mentisTD : 90/60 mmHgHR:84 x/menit

RR:24 x/menit

T:37,2oC

Kepala:NCH (-), CA (+), SI (-)Thorax:simetris, retraksi (-)Cor : BJ I-II normal, murmur (-), gallop (-)

Pulmo : vesikuler (+) normal, rhonki (-) wheezing (-)Abdomen:datar, lemas, BU (+) normal, hepar lien tidak teraba.

Ekstremitas:CRT < 2 detik, akral pucat

A: Marasmus kondisi V + demam lama e.c TISK + anemiaP:

- F100 5x200 cc

- Nasi biasa 3x1 porsi

- Ca Glukonas 3x12 ccBAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengertian Gizi BurukMalnutrisi (gizi buruk) adalah suatu istilah umum yang merujuk pada kondisi medis yang disebabkan oleh diet yang tak tepat atau tak cukup. Walaupun seringkali disamakan dengan kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya konsumsi, buruknya absorpsi, atau kehilangan besar nutrisi atau gizi, istilah ini sebenarnya juga mencakup kelebihan gizi (overnutrition) yang disebabkan oleh makan berlebihan atau masuknya nutrien spesifik secara berlebihan ke dalam tubuh. Seorang akan mengalami malnutrisi jika tidak mengkonsumsi jumlah atau kualitas nutrien yang mencukupi untuk diet sehat selama suatu jangka waktu yang cukup lama. Malnutrisi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan kelaparan, penyakit, dan infeksi.

Tanda-tanda dari banyak kasus malnutrisi yaitu ketika cadanagn nutrisi dihabiskan dan nutrisi serta energi yang masuk tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau tidak memenuhi tambahan metabolic yang meningkat.

Defisiensi gizi dapat terjadi pada anak yang kurang mendapatkan masukan makanan dalam waktu lama. Istilah dan klasifikasi gangguan kekurangan gizi amat bervariasi dan masih merupakan masalah yang pelik. Walaupun demikian, secara klinis digunakan istilah malnutrisi energi dan protein (MEP) sebagai nama umum. Penentuan jenis MEP yang tepat harus dilakukan dengan pengukuran antropometri yang lengkap (tinggi badan, berat badan, lingkar lengan atas dan tebal lipatan kulit), dibantu dengan pemeriksaan laboratorium

Gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan atau menderita sakit dalam waktu lama. Itu ditandai dengan status gizi sangat kurus (menurut BB terhadap TB) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus, kwashiorkor atau marasmik kwashiorkor.2.2 Penyebab Gizi Buruk1. Penyebab langsung

Penyakit infeksi

2. Penyebab tidak langsung

1. Kemiskinan keluarga

2. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua yang rendah

3. Sanitasi lingkungan yang buruk

4. Pelayanan kesehatan yang kurang memadai

Selain itu ada beberapa penyebab dari gizi buruk seperti :

1. Balita tidak mendapat makanan pendanping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih

2. Balita tidakmendapat ASI ekslusif (ASI saja) atau sudah mendapat makanan selain ASI sebelum umur 6 bulan

3. Balita tidakmendapat makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada umur 6 bulan atau lebih

4. MP-ASI kurang dan tidak bergizi

5. Setelah umur 6 bulan balita jarang disusui

6. Balita menderita sakit dalam waktu lama,seperti diare,campak, TBC, batukpilek

7. Kebersihan diri kurang dan lingkungan kotor.

2.3 Klasifikasi Gizi BurukUntuk kepentingan praktis di klinik maupun di lapangan klasifikasi MEP ditetapkan dengan patokan perbandingan berat badan terhadap umur anak sebagai berikut:

1. Berat badan 60-80% standar tanpa edema : gizi kurang (MEP ringan)

2. Berat badan 60-80% standar dengan edema : kwashiorkor (MEP berat)

3. Berat badan