cara mengkafani korban mutilasi

3
Cara Mengkafani Korban Mutilasi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, » َ ُﺎﺎََُُ ﺎﺎَ ﺎﺎﺎَ ََََُُْْْ ﺎﺎ« ﺎﺎُﺎﺎَ: َََُْْ ﺎﺎََﺎﺎَُ؟ِ ﺎﺎﺎﺎَﺎﺎَ: » َُْْ ﺎﺎَُْْ ﺎﺎ« “Kiamat tidak akan terjadi, sampai banyak terjadi al-haraj.” Para sahabat bertanya, ‘Apa itu al-haraj wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Pembunuhan dan pembantaian.” (HR. Muslim 157) Hadits ini memberikan gambaran kepada kita, perjalanan kepribadian manusia ketika semakin jauh dari masa kenabian. Kecenderungan untuk menjauh dari aturan syariah, membuat mereka semakin bengis dan kejam. Tidak hanya puas dengan membunuh, penganiayaan harus berlanjut pada mutilasi. Mari kita perbanyak berdoa memohon kepada Allah, agar diselamatkan dari ujian kehidupan. Selanjutnya, terkait cara memandikan dan mengkafani korban mutilasi, berikut kami simpulkan keterangan ulama hanafi, Pertama, Burhanudin Ibnu Mazah mengatakan, ﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎً ﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎ ﺎﺎ ﺎﺎﺎ ﺎﺎ ﺎﺎﺎ ﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎِ ﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎ، ﺎﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎJika hanya ditemukan potongan tubuh mayit, seperti tangan atau kaki, atau kepala saja, dia tidak dimandikan dan tidak dishalatkan, namun langsung dimakamkan. Kemudian beliau menyebutkan keterangan dari Imamnya, disebutkan oleh al-Hasan bin Ziyad dari Abu Hanifah, beliau mengatakan, ﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎ. ﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎﺎ، ﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎ ﺎﺎﺎﺎ

Upload: almiramadina

Post on 02-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

cara mengkafani

TRANSCRIPT

Page 1: Cara Mengkafani Korban Mutilasi

Cara Mengkafani Korban Mutilasi

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,

» �ق�وم� ال� اع�ة� ت �ر� ح�ت�ى الس� �ث �ك ج� ي �ه�ر� �وا « ال :ق�ال ج� و�م�ا �ه�ر� �ا ال س�ول� ي �ل�«: ق�ال� الله ؟ ر� �ق�ت ال �ل� �ق�ت « ال

“Kiamat tidak akan terjadi, sampai banyak terjadi al-haraj.” Para sahabat bertanya, ‘Apa itu al-haraj wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, “Pembunuhan dan pembantaian.” (HR. Muslim 157)

Hadits ini memberikan gambaran kepada kita, perjalanan kepribadian manusia ketika semakin jauh dari masa kenabian. Kecenderungan untuk menjauh dari aturan syariah, membuat mereka semakin bengis dan kejam. Tidak hanya puas dengan membunuh, penganiayaan harus berlanjut pada mutilasi. Mari kita perbanyak berdoa memohon kepada Allah, agar diselamatkan dari ujian kehidupan.

Selanjutnya, terkait cara memandikan dan mengkafani korban mutilasi, berikut kami simpulkan keterangan ulama hanafi,

Pertama, Burhanudin Ibnu Mazah mengatakan,

( أوجد وإن أو كيد ميت أطراف من شيئا عليه، يصل ولم يغسل لم رأس أو رجل يدفن ولكنه

Jika hanya ditemukan potongan tubuh mayit, seperti tangan atau kaki, atau kepala saja, dia tidak dimandikan dan tidak dishalatkan, namun langsung dimakamkan.

Kemudian beliau menyebutkan keterangan dari Imamnya, disebutkan oleh al-Hasan bin Ziyad dari Abu Hanifah, beliau mengatakan,

وصلي وكفن غسل البدن أكثر وجد إذا البدن، نصف كان وإن. ودفن عليه غسل الرأس ومعه ودفن عليه وصلي

Jika ditemukan potongan tubuh mayat yang lebih utuh, dia dimandikan, dikafani, dishalati, dan dimakamkan. Dan jika ditemukan separoh jasad dan ada kepalanya maka dikafani, dimandikan, dishalati, dan dimakamkan.

Beliau juga mengatakan,

( كان وإن (، نصفين مشقوقا فوجد طوال يصل ولم يغسل، لم النصفين أحد منه يدفن ولكنه عليه، كان وإن لحرمته، يصل ولم غسل، رأس بال البدن نصف البدن نصف من أقل كان وإن. عليه

وال ودفن وكفن غسل الرأس ومعه عليه يصلى

“Jika terbelah memanjang separoh, dan ditemukan hanya separohnya, maka tidak dimandikan, tidak dishalati, namun dikubur dalam rangka memuliakan jasadnya. Jika ditemukan separoh jasad melintang tanpa kepala maka dimandikan dan tidak dishalati. Jika kurang dari separoh jasad dan ada kepalanya, dia dimandikan, dikafani, dikuburkan dan tidak dishalati.” (al-Muhith al-Burhani, 2:364)

Page 2: Cara Mengkafani Korban Mutilasi

Kedua, keterangan dalam Hasyiyah Ibn Abidin,

أو إنسان أطراف من طرف وجد لو في يلف عرضا أو طوال مشقوقا نصفه معه كان إذا إال خرقة فيكفن الرأس

“Jika ditemukan potongan anggota badan manusia atau ditemukan separoh badan terbelah memanjang atau melintang, cukup dibungkus dengan kain (tidak dimandikan), kecuali jika ada kepalanya maka dia dikafani.” (ar-Raddul Mukhtar, 2:222)

Dari beberapa keterangan di atas, kita bisa mengambil kesimpulan,

1. Potongan jasad mayat, ada yang disikapi sebagai layaknya manusia utuh dan ada yang disikapi bukan sebagai manusia.

2. Potongan jasad yang disikapi sebagaimana layaknya manusia, wajib dimandikan, dikafani, dishalati dan dimakamkan sebagaimana layaknya jenazah.

Sebaliknya, potongan jasad yang tidak disikapi sebagaimana layaknya manusia, tidak dimandikan dan tidak dishalati, tapi cukup dibungkus dengan kain dan dikuburkan.

3. Potongan yang disikapi sebagai jasad manusia utuh:

– Potongan jasad mayat yang lebih dari separoh, meskipun tanpa kepala

– Potongan kurang dari separoh badan bersama kepala.

4. Potongan yang disikapi BUKAN sebagai jasad manusia utuh:

– Hanya potongan anggota badan, seperti tangan, kaki

– Hanya potongan separoh tanpa kepala.