bunga pedang embun hujan.txt

Upload: sato-sakaki

Post on 02-Apr-2018

251 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    1/141

    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/1

    Judul Asli : Kiam Hoa Ie Lioe KanglamKarya: Khulung Saduran : Tjan IDMasyarakat Tjersil 2005Sumber Djvu : Dimhad WebsiteEbook oleh : Dewi KZhttp://kangzusi.com/ atau http://http://dewikz.byethost22.com/

    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/2

    BUNGA PEDANG, EMBUN HUJAN, KANGLAMLEBAH BUNGA THO BERWAJAH MANUSIA

    I

    Jian-jian menunduk rendah, melewati pintu gerbang,berjalan di atas permadani merah. Rambutnya yang hitamtersanggul rapi terselip sebatang tusuk konde emas, mutiara

    di ujung tusuk konde bergoyang tiada hentinya. Langkahkakinya selalu begitu ringan dan gemulai, tapi juga begituberat.Mereka berdelapan masuk bersama-sama, namun sorotmata semua yanghadir hanya tertuju pada dia seorang.Ia tahu itu semua, tapi posisi dan ayunan kakinya takbedasedikit pun dengan langkahnya ketika berjalan sendirian ditempat yang sepi.Keseriusan dan kecantikan Jian-jian sama-sama mendapatpujian serta rasa kagum setiap orang.Lilin merah di atas meja bersinar terang, menyilaukan hurufemas"Siu" (panjang usia) yang tertera besar di tengah ruangan,

    seterang kehidupan Lui Ki-hong, Lui lotaiya selama ini.Kini, dengan wajah penuh senyuman ia awasi dayangkesayangan istrinya ini datang mengucapkan selamat panjangumur kepadanya. Delapan orang bersama-sama menyembahhormat di hadapannya, tapi senyuman di ujung bibirnyaseolah-olah hanya tertuju pada Jian-jian seorang.Bagaimanapun ia tetap seorang pria.Sinar mata lelaki berusia 60 tahunan tak ada bedanyadengan sinar mata pria berusia 16 tahunan.Jian-jian tahu itu semua, namun dia tak membalas dengansenyuman. Jarang ada orang melihatnya tersenyum apalagitertawa.Ia selalu memahami status dirinya, perempuan semacam

    dia tak mungkin ada kesenangan, dan tak boleh adaTiraikasih Website http://kangzusi.com/3

    penderitaan, sebab termasuk selembar nyawa miliknya yangpaling berharga pun sudah menjadi milik orang lain.Oleh sebab itu mau tertawa atau pun melelehkan air mata,ia selalu lakukan setelah berada di tempat yang sepi, ditengah malam buta dan tak ada orang lain.Jian-jian masih menunduk, melalui pintu gerbang,menelusuri serambi samping. Hujan rintik musim semi sedang

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    2/141

    berderai di luar serambi, hujan rintik musim semi dari daerahKanglam.Hujan rintik memang gampang membuat hati gundah,terlebih untuk gadis berusia 17-18an tahun yang belummenikah, dalam musim seperti ini gampang muncul suatuperasaan sedih, masgul dan muram yang tak terlukiskandengan kata-kata.Jian-jian belurn pernah menikah, masih berusia 17-18antahun, namun baginya, mau di musim apa dan berada dimana pun ia tetap harus bersikap tenang dan serius.Setelah melalui serambi panjang, suara gaduh manusia takkedengaran lagi, bunga bunga yang mekar di luar halamankelihatan lebih indah dan segar di tengah terpaan hujan rintik.Semua gadis mulai nampak lincah, mulai tertawa.Biarpun mereka hanya berstatus dayang, bukan berarti takberhak menikmati kegembiraan masa remaja mereka, makalengan baju pun mulai digulung, menampilkan kulit lenganyang putih dan halus, pergi memetik bunga segar di luarpagar, pergi memetik masa remaja serta keceriaan mereka.Hanya Jian-jian yang tak bergeming, melirik sekejap keluarpagar pun tidak, kepalanya masih tertunduk, meneruskanlangkahnya dengan tenang.Memandang bayangan tubuhnya yang gemulai makinmenjauh, mulai terdengar suara tertawa dingin dari kalangan

    gadis-gadis itu, mulai ada yang menyindir dengan sinis:"Dasar balok kayu, huhh... Dia bukan manusia!""Coba lihat dadanya yang rata, datar persis sebatang papankayu... Begitu dibilang cantik... ? Huuh, coba aku pria, tak sudimemilih perempuan macam dia!"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/4

    "Memeluk gadis semacam dia, pasti rasanya sepertimemeluk sebatang kayu balok. ..Maka semua gadis pun mulai tertawa cekikikan, persisseperti serombongan lebah yang sedang bergembira.

    II

    Dengan kepala tertunduk,pelan-pelan Jian-jian membukapintu kamarnya. Dia memiliki sebuah ruangan yang kecil,sangat nyaman, sangat bersih. Di sinilah dunia bebas miliknyaseorang. Hanya di sini, tak seorang pun pernah datangmengganggu atau mengusiknya.Ia mengunci pintu kamarnya, pelan-pelan memutar badan,bersandar di pintu dan memandang keluar jendela. Wajahcantiknya yang semula pucat, tiba-tiba bersemu merah. Hanyadalam sekejap, ia sama sekali telah berubah.Dengan cepat dia melepas jubah luarnya yang tebal, dibalik jubah yang tersisa hanya pakaian yang tipis lagi ketat.Tusuk konde emasnya dicabut lepas, rambutnya yang

    hitam memanjang dibiarkan terurai di atas bahu, diliriknyacermin di atas meja sekejap, lalu tangannya merogoh ke balikpakaian ketat, melepaskan seuntai sabuk panjang berwarnaputih Kemudian... dadanya yang semula datar bagaikanlapangan secara tiba-tiba menggelembung... meloncatkeluar... tahu-tahu muncul dua gundukan bola daging yangmontokSekarang dia baru menghembuskan napas lega, sambilmemandang cermin membuat muka setan, kembali iamembuka lebar daun jendela, berlutut di atas ranjang sambil

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    3/141

    memandang keluar sana, ketika yakin tak ada orang disekelilingnya, dengan sekali loncatan ringan, tahu-tahu iasudah keluar dari kamar.Senja musim semi di bulan ketiga, burung nuri beterbangandi atas rumput yang rimbun, tanah berumput nan hijau,Tiraikasih Website http://kangzusi.com/5

    nampak begitu lembut dan halus bagai rambut seorangkekasih di tengah rintikan hujan yang membasahi jagad.Dengan sebelah tangan memegangi rambutnya yangpanjang, tangan yang lain menenteng sepatu, Jian-jiandengan bertelanjang kaki berlarian di atas rerumputan yanghijau.Ia tak perduli butiran air hujan membasahi rambutnya, iapun tak perduli rumput hijau yang tajam menusuk telapakkakinya yang indah dan mungil, walaupun semuanyamenimbulkan rasa geli dan kesemutan...Kini, ia tak beda dengan seekor burung nuri yang barulepas dari sangkar, apapun yang terjadi ia tak perduli, dalamhati kecilnya hanya terbayang satu... pergi menemuikekasihmusim seminya.Air sungai bening nan jernih, ketika titik air hujan jatuh diatasnya, tercipta lingkaran-lingkaran riak yang menggelora,persis seperti gelora perasaan gadis-gadis itu.

    Ia berlarian menelusuri sungai, naik ke atas sebuah bukit,di sana terhampar sebidang hutan bunga tho yang luas.Di balik pepohonan yang lebat, bergelantung seorangpemuda berbaju cerah, l

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    4/141

    yang basah oleh rintikan hujan, dia rela berada di situ demimenanti gadis pujaannya.Membayangkan semuanya itu, perasaan haru dan gejolakhawa panasnya semakin membara, Jian-jianmemeluknyakianerat,menggigit daun telinganya sambilberdesis meluapkan semua kerinduaan serta keresahanhatinya.Dadanya yang montok dan empuk melekat rapat-rapat diatas dadanya yang bidang. Dulu, setiap kali berada dalamposisi macam ini, gejolak napsu mereka pasti akan kianmembara dan kian membakar.Tapi hari ini...Mendadak ia mendorong badannya. Jian-jian tertegun, baraapi yang berkobar di dadanya langsung membeku, kini diabaru menyaksikan keanehan pada dirinya. Ceceran darahnampak melekat di sekujur badannya.Ceceran darah yang menodai pakaian berwarna cerahmemang susah diketahui... Hanya orang yang paling teliti barubisa menemukannya, hanya ketelitian seorang kekasih yangdapat menangkapnya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/7

    Berubah air muka Jian-jian"Lagi-lagi kau berkelahi dengan orang.. ."

    Siau Lui menggeleng."Jangan coba menipuku!" desis Jian-jian sambil menggigitbibir, "Pakaianmu penuh noda darah!"Siau Lui tertawa, "Masih ingat, darahmu juga pernahmenodai pakaianku?"Tertawanya begitu dingin,begitu tawar, tajam amatmenusuk hati, bagaikan sebilah pisau yang menghujam kedalam lubuk hatinya.Tiba tiba sekujur tubuhnya terasa kaku, terasa membeku,Jian-jian merasa badannya seolah-olah terperosok kekubangan salju."Kau... kau.. ."matanya melotot lebar, "Apa kau sudahmemiliki perempuan lain???"

    "Kenapa aku tak boleh memiliki perempuan lain?" tawaSiau Lui masih kedengaran tawar, sangat hambar.Tubuh Jian-jian mulai gemetar keras, air matanya melelehmembasahi pipinya, air mata terasa lebih dingin daripadarintikan hujan di musim semi."Tapi... apa kau sudah lupa... aku sudah mempunyai anakdarimu...?""Plookk...!" tiba tiba Siau Lui meloncat ke depan danmenampar pipinya keras-keras, makinya sambil tertawadingin."Darimana aku tahu anak siapakah itu? Hmmm, ketahuilah,kau tak lebih hanya seorang dayang... Seorang babu!"Tertawanya begitu seram, lebih seram dari lolongan

    serigala liar.Jian-jian melotot besar, selangkah demi selangkah iamundur ke belakang, tiba-tiba ia merasa seakan akan sedangberhadapan dengan seorang yang amat asing, seorang asingyang lebih tengik, lebih hina daripada seekor binatang. Airmatanya mengering secara tiba-tiba, darah pun ikutmengering, Ia merasa dirinya saat ini hanya tinggal seonggokTiraikasih Website http://kangzusi.com/8

    kerangka tubuh yang kosong, badan kasar yang tak memiliki

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    5/141

    jiwa lagi."Aku rasa lebih baik kau cepat-cepat minggat dari sini!"kembali Siau Lui merebahkan diri kemalas-malasan,"Minggatlah yang jauh... Makin jauh makin baik! Janganganggu janjiku dengan orang lain."Kuku jari Jian-jian sudah menembus ke dalam dagingtubuhnya, tapi gadis itu sama sekali tidak merasa, tidakmerasa sakit biar sedikitpun, matanya masih melotot besar,sepatah demi sepatah ujarnya."Aku pasti pergi dari sini! Jangan kuatir, sejak detik ini akutak akan datang menjumpaimu lagi! Tapi aku bersumpah,suatu hari kelak kau pasti akan menyesal..."Tiba-tiba ia membalik badannya dan lari meninggalkantempat itu.Siau Lui tidak mendongak, melirik ke arahnya sekejappuntidak, hanya dua deret air mata tiba-tiba meleleh keluarmembasahi pipinya. Air matakah? Atau hanya butiran airhujan di musim semi ini??? Entahlah...

    III

    Cahaya lampu dalam gedung masih terang-benderangmenerangi seluruh sudut ruangan, hujan pun telah berhenti.Dengan langkah perlahan Siau Lui berjalan melalui halaman

    menuju ke dalam ruang gedung, sambil menyandarkan diripada sebuah tiang, dipandangnya para tetamu yang sedangbermabukmabukan dengan pandangan dingin.Akhirnya ada juga tetamu yang mengetahui kehadirannya."Aaah, tuan muda telah kembali, ayoh kita bersulanguntuknya.""Hehehe... Kalian belum cukup minum?" dengus Siau Luisambil tertawa dingin, "Apakah kalianbaru rela pergi setelahminum sampai modal kembali?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/9

    Semua orang tertegun, seolah-olah ditampar orang secarakeras... Entah siapa yang berdiri duluan, akhirnya semua

    orang berdiri dan berlalu tanpa menoleh lagi."Lui Seng, buka pintu gerbang dan hantar tamu!" kembaliSiau Lui berseru dengan wajah dingin, membeku tanpaperasaan.Tak ada orang yang punya muka untuk tetap tinggal disana, mau tak mau setiap tamu harus angkat kaki dari sana.Lui Lo-taiya yang baru saja beristirahat di ruang belakang,buru-buru datang ke ruang tengah dengan wajah hijaumembesi.Siau Lui segera datang menyambut, menarik ayahnyamenuju ke belakang ruangan."Kau ingin membuat aku malu?" teriak Lui Lo-taiya sambilmenghentakkan kakinya, suaranya gemetar menahan emosi.

    "Tidak!" Siau Lui menggeleng."Kau sudah edan?" Lui Lo-taiya semakin gusar."Tidak!" kembali Siau Lui menggeleng."Kenapa kau lakukan perbuatan yang begitu memalukan?"teriak Lo-taiya sambil mencengkeram pakaian putranya.Menengok dari balik ruangan, tampak semua tamu yanghadir dalam gedung telah bubar, tak tertinggal seorangpun.Setelah lewat lama sekali, sepatah demi sepatah Siau Luibaru berkata."Karena malam ini tak seorang pun boleh tinggal di sini,

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    6/141

    mereka semua harus pergi dari tempat ini!""Kenapa???""Karena mereka telah datang!""Siapa yang kau maksud?" air muka Lui Ki-Hong tiba-tibaberubah.Siau Lui tidak menjawab, dari balik bajunya iamengeluarkan sepotong tangan. Sepotong lengan yang telahterpotong putus mulai pergelangannya, darah telah membekudi atas potongan lengan itu.Di atas lengan yang telah mengering tertancap seekorlebah, seekor lebah berwajah manusia.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/10

    Kulit lengan itu telah mengering, maka raut muka darilebah berwajah manusia itupun telah berubah jadi kakuhingga nampak begitu misterius, begitu menyeramkan hinggasulit dilukiskan dengan kata-kata.Air muka Lui Ki-hong ikut berubah, berubah jadi kaku danberkerut, mendadak ia seperti kehilangan keseimbanganhingga kemampuan untuk berdiri pun hampir tak sanggup.Buru-buru Siau Lui membimbing ayahnya, cekalanlengannya masih nampak tenang dan mantap."Yang mau datang, cepat atau lambat akhirnya harusdatang juga!" suaranya masih kedengaran tenang dan

    mantap."Betul" dengan nada sedih Lui Ki-Hong mengangguk,"Kalau toh harus datang, memang lebih baik datang lebihawal!"Dia memang berbicara dengan tulus, dengan sejujurnya,sebab ia cukup menyadari bahwa menanti datangnyapembalasan dendam merupakan saat penantian yang palingmenyiksa, paling menakutkan dan paling menderita"Tigabelas tahun... yaaa... sudah tigabelas tahun... Merekaberani datang kali ini berarti pasti sudah punya keyakinanpenuh!""Itulah sebabnya kecuali kita dari marga Lui, siapapun takboleh tetap tinggal di sini, semua orang kang-ouw tahu, di

    mana mereka datang dan menyatroni,tak sebatang rumputpun akan tersisakan!""Kalau begitu... kau pun harus pergi tinggalkan tempat ini,yang mereka cari hanya aku seorang," seru Lui Ki-hong sambilmenggenggam lengan putranya erat erat.Siau Lui tertawa, lolongan tertawanya sudah takmenyerupai lolongan serigala, lolongan tertawanya lebih mirippekikan malaikat...Di balik suara tertawanya terkandung rasa percaya diriyang begitu kuat, semangat dan tekad yang begitu besar dankuat, tekad untuk mengorbankan segala-galanya, tekad yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/11

    tak segan-segan menerima semua penderitaan, semuaganjaran dan semua cemoohan.Tentunya Lui Ki-Hong, sang ayah, sangat memahamiperasaan putranya, maka ia genggam lengan putranya makinerat."Paling tidak, marga Lui harus punya keturunan untukmeneruskan generasi kita..." pintanya."Keluarga Lui sudah memiliki keturunan!""Di mana?""Di tempat Jian-jian!"

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    7/141

    Lui Ki-Hong terperangah, terkejut tapi amat gembira,namun setelah menghela napas kembali tanyanya.'Tapi... di mana dia sekarang?""Aku telah menyuruhnya pergi""Dia mau pergi dari sini?"Siau Lui mengangguk. Baru sekarang dari sorot matanyaterpancar penderitaan dan kesedihan yang amat mendalam.Justru karena ia tahu bahwa Jian-jian tak bakal tegameninggalkannya, maka ia tak segan menggunakan cara yangpaling keji untuk menghancurkan hatinya, meremukkanperasaannya, agar ia patah hati.Perasaan dia sendiripun sama remuknya. Ia telah menyakitihatinya, bahkan jauh lebih menderita ketimbang menyakiti dirisendiri.Lui Ki-hong mengawasi mata putranya, ia dapat merasakankepedihan serta penderitaannya. "Kau... mana boleh kaubiarkan ia pergi seorang diri?""Aku telah menyuruh Touw Hong melindunginya diam-diam"Touw Hong adalah sahabat karibnya, bahkan ia bisamenyerahkan nyawa miliknya yang paling berharga kepadasahabat semacam ini. Dan sekarang, ia telah serahkankehidupannya kepadanya!Dia percaya asal dirinya tidak mati, pasti ada saat untukbertemu lagi dengan Jian-jian.

    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/12Lui Ki-hong tarik napas panjang dan tidak berkata lagi, iasudah memahami keputusan yang diambil putranya, ia tahukeputusan semacam ini tak mungkin bisa dirubah olehsiapapun.Semua pegawai dan pelayan telah dikumpulkan di ruangtengah, setiap orang sudah memperoleh sejumlah uang untukmenghidupi keluarganya. "Kalian cepat tinggalkan tempatini!Malam ini juga tinggalkan tempat ini, tak seorangpun bolehtetap tinggal di sini"Lui Ki-hong tidak menjelaskan apa sebabnya mereka haruspergi dari situ, tapi siapapun dapat merasakan, suatu

    perubahan serius telah menimpa keluarga Lui.Selama ini keluarga Lui bersikap sangat baik terhadapmereka, maka ada beberapa orang yang setia tetap ingintinggal di situ, ingin sehidup semati dengan keluarga Lui.Sedangkan mereka yang tidak setia, agak rikuh juga untukmeninggalkan tempat itu kelewat cepat.Nyonya Lui memandangi mereka dengan air mataberlinang. Lui Hujin yang selama ini berdandan rapi dansopan, kini telah berganti dengan pakaian ketat, sebilah golokYan-ling-to terhunus di tangannya.Dengan wajah pucat pias, ia berkata sepatah demi sepatah,"Jika kalian masih tetap tinggal di sini, sekarang juga aku akanmati di hadapan kalian!"

    Perkataannya diucapkan tegas dan keras, sama sekalitidakmemberi peluang untuk dirubah, juga tak seorang punyang menaruh curiga.Sambil menggertak gigi Lui Sin jatuhkan diri berlutut lalu,"Duk, duk, duk" ia pay-kui tiga kali kemudian putar badan,tanpa mengucapkan sepatah katapun melangkah pergidengan langkah lebar. Cuma, ketika membalikkan badan, airmatanya telah jatuh bercucuranDia adalah pembantu terbaik keluarga Lui, dan hanya diaseorang yang tahu bahwa apa yang telah dikatakan keluarga

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    8/141

    Lui pasti akan dilaksanakan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/13

    Karena itu dia tak bisa tidak harus pergi, pun tak berani takpergi.Suasana di luar pintu gelap gulita, malam yang kelam danberat tak berbeda dengan perasaan berat mereka semua.Semua orang berpaling dan memandang kearahnya... asaldia telah pergi berarti semua orang boleh pergi meninggalkantempat itu.Memandang pembantunya yang paling setia pelan-pelanberjalan menjauh, memasuki kegelapan, Lui hujin merasahatinya amat pilu dan pedih.Pada saat itulah, tiba tiba sekilas cahaya menyambar lewat,mendadak tubuh Lui Sin terbang kembali dari balik kegelapan."Bluukk!" tubuhnya roboh terlentang di atas lantai.Percikan darah menyebar ke empat penjuru, tatkalaterjatuh ke lantai, tubuhnya sudah terpotong-potong jadi limabagian.Darah yang merah kental pelahan-lahan meleleh danmengaliri ubin lantai berwarna hijau keabu-abuan, mengalirhingga ke dasar kaki seseorang.Orang tersebut seperti terkena sambaran panah secaratiba-tiba, ia melompat bangun kemudian berlarian keluar

    sambil berteriak histeris.Kembali cahaya tajam yang menyilaukan mata menyambarlewat, orang itu segera terpental balik ke dalam ruangan,roboh terjengkang di lantai dan tubuhnya kembali terpotongjadi lima bagian.Darah yang berwarna merah dan segar, kembali mengalirdi atas ubin lantai yang hijau.Suasana dalam ruangan menjadi sunyi senyap, begituhening hingga cuma terdengar suara darah yang mengalir dilantai, semacam suara yang begitu mengerikan, begitumenggidikkan hati dan membuat bulu roma pada berdiri.Lui Ki-hong mengepal tinjunya kencang kencang, seakan-akan dia sudah siap menyerbu keluar dan bertarung mati-matian melawan iblis keji si pembunuh yang berada d

    i balikTiraikasih Website http://kangzusi.com/14

    kegelapan itu, tapi Siau Lui buru-buru menarik lenganayahnya.Genggaman tangannya masih begitu kokoh dan tenang,ujarnya pelan-pelan."Di mana Kiu-Yu-It-Wo-Hong (segerombol lebah darineraka) muncul, seikat rumput pun tidak dibiarkan hidup,apalagi manusia!"Tiba-tiba terdengar seseorang tertawa dari balik kegelapan,suara tertawanya lebih mirip suara tangisan kuntilanak. Kalaubukan setan dedemit yang datang dari neraka, mana mungkin

    akan kedengaran suara tertawa yang begitu memilukan danmengerikan hati?Di tengah suara gelak tertawa yang mengerikan, sesosokbayangan manusia muncul dari balik pintu, di atas bajunyayang berwarna kuning kecoklat-coklatan tampak sebuahpergelangan tangan kanan dengan sulaman bunga berwarnahitam terlilit selembar kain putih yang digantungkan di atastengkuknya. Percikan darah menodai kain putih tersebut,sebatang lengan sudah terpapas kutung. Tak ada orang yangdapat melihat wajahnya.

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    9/141

    Ia mengenakan topeng tembaga pada wajahnya, topeng itutidak kelewat menakutkan, yang mengerikan justru sepasangmata yang tampak terpancar keluar dari balik topeng tersebut.Sepasang mata yang penuh dengan sorotan benci, dendamdan keji. Pelan-pelan ia berjalan masuk, sorotan matanya takpernah berkedip dari wajah Siau Lui.Kini semua orang sudah lari masuk ke sudut ruangan,bergerombol jadi satu. Kini tinggal tiga orang dari keluarga Luiyang masih berdiri di tengah ruangan, begitu sendiri, begitusepi hingga terkesan satu rombongan manusia yangditinggalkan, diasingkan tanpa bala bantuan.Manusia berbaju coklat itu sudah masuk melewati ruanglengah, berjalan ke hadapan Siau Lui, sorot matanya masihmenatap wajahnya lekat-lekat. Sampai lama sekali, kemudiania baru mengacungkan kurungan lengan tersebut sambilpelan-pelan bertanya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/15

    "Kau???"Siau Lui mengangguk."Bagus!" orang berbaju coklat itu mengangguk pula pelan-pelan, "Kembalikan lenganku!"Nada suaranya datar, hambar dan dingin, tapi kobaran apiyang terpancar dari balik matanya justru seakan-akan

    semburan api yang datang dari neraka.Siau Lui memperhatikan matanya sekejap, tiba-tiba ujarnyasambil tertawa."Bagaimanapun, lengan ini toh sudah tak mampu dipakaiuntuk membunuh orang lagi, jika kau mau, ambillah!"Begitu tangannya diayunkan, kurungan lengan tersebutsudah tiba di tangan orang berbaju coklat itu.Dengan menggunakan tangan kirinya orang berbaju coklatitu menopang tangan kanannya, kemudian setelahdiperhatikan sesaat mendadak ia gigit kurungan lenganmiliknya itu.Setiap orang dapat mendengar suara gemerutuk yangterpancar keluar dari katukan giginya yang sedang menggigit

    kurungan lengan itu.Ada orang mulai muntah, muntah karena mual, ada pulayang sudah pingsan, bahkan Lui Hujin sendiripun tak tahanuntuk menunduk sambilmengawasi golok di dalamgenggamannya.Golok Yan-Ling-to sebening air di musim gugur, namunujung golok tersebut kelihatan mulai gemetar.Hanya Siau Lui seorang masih memandang dengan begitutenang, menyaksikan orang berbaju coklat itu menggertakputus kutungan lengannya, mengunyah kemudian menelannyabulat-bulat.Sesaat kemudian ia baru mendongak, mengangkatkepalanya memandang Siau Lui tajam-tajam, lalu katanya

    sepatah demi sepatah kata."Sudah tak ada orang yang bisa membawa lari lengan itulagi!""Yaa, memang sudah tak ada," Siau Lui mengangguk.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/16

    "Bagus!" kembali orang berbaju coklat itu mengangguk.Ternyata ia tak mengucapkan perkataan lain lagi, dansegera balik badan pelan pelan berjalan keluar. Ia berjalansangat lamban, namun tak ada yang berusaha mencegah atau

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    10/141

    menghalanginya.Walau ia berjalan sangat lamban, namun setiap langkahnyaseolah-olah menginjak di atas ruas tulang setiap orang yanghadir di tempat itu.Ada orang yang mulai roboh ke lantai, roboh persis di atasbekas tumpahannya tadi, ruas-ruas tulang mereka serasalemas, serasa tak mampu untuk berdiri lagi.Lui Ki-hong hanya mengawasi orang berbaju coklat itupergi meninggalkan ruangan, diapun tidak bermaksudmencegah atau menghalanginya.Penantian selama tigabelas tahun membuat ia sudahterbiasa belajar sabar. Kesabaran yang ditempa selamatigabelas tahun membuat ia tahu bagaimana harusmenantikan saat seperti iniWalaupun kini ia sudah melihat kemunculan si ular berbisa,namun belum menemukan titik kelemahan si ular berbisa itu,maka ia harus menunggu, wajib menanti.Jika dia harus menyerang, serangan tersebut harus tepatmengenai titik kelemahan ular beracun tersebut, ia takbolehmemberi peluang kepada si ular beracun untuk balikmematuknya.Pada saat itulah mendadak terdengar..."Took, toook, toook, toook...!"Berbareng dengan menggemanya suara itu, dari atas

    dinding tembok di seberang ruangan meluncur masuk empatutas tali panjang yang langsung menyambar ke tengahruangan, golok lengkung di ujung tali langsung "Took!"menancap di atas tiang belandar di tengah ruangan.Menyusul kemudian ada empat sosok manusia meluncurmasuk melewati tali panjang itu, empat sosok mayat manusia.Empat sosok mayat manusia yang sudah mati lama, mayatitu sudah kaku, kering dan mengeras tapi masih nampak utuhTiraikasih Website http://kangzusi.com/17

    dan sempurna seperti diberi obat pengawet, rambut yangterurai di kepala mereka masih kelihatan hitam mengkilat.Tak ada orang bisa melihat wajah mereka, untung tak ada

    orang bisa memandang wajah mereka. Betapapunmenakutkannya empat sosok mayat, tak akan lebihmenakutkan daripada wajah-wajah mereka. Sudah tigabelastahun lamanya mereka mati.Mati pada tigabelas tahun berselang, di suatu malam yanggelap gulita tanpa cahaya rembulan dan berangin kencang.Lui Ki-hong mengenali mereka, walau ia tidak sempatmelihat wajah-wajah mereka, tapi ia tetap dapat mengenalimereka semua.Biarpun dandanan pakaian serta topeng yang dikenakanKiu-Yu-It Wo-Hong kelihatannya serupa, namunsesungguhnya pada tiap topeng yang mereka kenakan terterasuatu pertanda atau lambang yang khas.

    Dalam sekali pandangan saja Lui Ki-hong dapat mengenaliciri khas mereka semua. Karena pada tigabelas tahunberselang ia pernah mencopot topeng-topeng yang dikenakankeempat orang itu dan mengamatinya sampai lama sekali.Keempat orang itu sudah mati di tangannya. Bahkanseorang di antara mereka adalah si ratu tawon darigerombolan tawon dari neraka ini. Pada topeng yangdikenakan ratu tawon itu terukir sekuntum bunga tho kecil.

    IV

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    11/141

    Jin-bin-tho-hoa-hong, si Lebah Bunga Tho BerwajahManusia, penjahat nomor wahid dari dunia persilatan.Lui Ki-hong telah melihat topeng bunga tho itu, sudahmelihat bunga tho di atas topeng tersebut. Lambungnyamendadak mengerut kencang, nyaris isi perutnya menyemburkeluar.Banyak orang dalam dunia persilatan tahu dia telahmembunuhnya, namun tak seorangpun yang tahu ia pernahTiraikasih Website http://kangzusi.com/18

    membayar dengan begitu banyak penderitaan danpengorbanan yang menyakitkan hati.Hingga tigabelas tahun kemudian, setiap kali teringat akankejadian pada malam itu, ia masih merasa begitu mualperutnya dan ingin muntahMalam itu mereka berangkat bersebelas, bersama-samameluruk sarang lebah itu.Dari sebelas orang jago lihay dunia persilatan, hanya diaseorang yang masih tetap hidup hingga kini.Begitu sengit dan dramatisnya pertempuran itu membuat iatak pernah berani membayangkannya kembali kendatikejadian tersebut sudah lewat banyak tahun.Untung saja si Ratu Lebah Berwajah Bunga Tho yang

    berada di hadapannya sekarang, tak lebih hanya sesosokmayat saja.Betapapun sempurnanya mengawetkan sesosok mayat, iatak akan mampu membunuh orang lagi.Lui Ki-hong menepuk pundak putranya dengan perasaanamat bersyukur, karena nasib si anak muda itu ternyata jauhlebih baik ketimbang dirinya, beruntung tidak bertemudengannya ketika ia masih dalam keadaan hidup.Pada jaman Ratu Lebah Berwajah Bunga Tho masih hidup,semua pemuda yang pernah berjumpa dengannya harus mati!Bahkan harus mati dalam cara yang paling istimewa.Asal kau telah mendengar suara tertawanya, sudah lebihdari cukup untuk menjerumuskan dirimu ke dalam neraka

    jahanam, dan tak pernah bisa ditiriskan kembali.Tentu saja orang yang sudah mati tak sanggup tertawa.Lui Ki-hong menghembuskan napas lega, tapi kemudianaliran darah dalam sekujur tubuhnya mendadak berubah jadidingin dan membeku.Tiba-tiba saja ia mendengar ada orang sedang tertawa,begitu merdu dan manja suara tertawa itu, bagaikan bunga dimusin semi, lebah yang berterbangan di antara bebungahan.Jin-bin-tho-hoa-hong telah tertawa.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/19

    Tak seorang pun dapat melukiskan suara tertawa itu. Jelastertawa itu bukan berasal dari sesosok mayat yang sudah mati

    lama, lebih-lebih tak mungkin suara tertawa itu datang daridasar neraka jahanam... Seandainya hanya berada di dasarneraka baru bisa mendengar suara tertawa semerdu, semanjaitu, pasti ada banyak orang yang rela datang ke neraka untukmencarinya."Siapa kau?" bentak Lui Ki-hong."Kau sudah tidak mengenali aku?" suara tertawa itu makinmanis dan merdu, "Tapi aku tak akan melupakan kau, takakan melupakan kejadian di tengah hutan pada tigabelastahun berselang"

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    12/141

    "Kau bukan dia, kau tak akan bisa menipu diriku. Dia sudahmampus tigabelas tahun berselang""Benar, tigabelas tahun berselang aku sudah mati, karenaitulah sekarang aku ingin kau mengembalikan nyawaku..."Suara tertawanya bagaikan suara seorang dewi, seorangmalaikat, sedang suara dari ke tiga sosok mayat lainnyamenyerupai tangisan setan penasaran dari dasar neraka."Kembalikan nyawaku, kembalikan nyawaku..."Angin malam berhembus lewat. Mayat-mayat kaku itu mulaibergoyang di tengah hembusan angin.Mendadak Siau Lui melangkah maju ke depan,menghadang persis di depan tubuh ayahnya."Maaf!" suaranya masih begitu tenang dan mantap,"Tangan boleh dikembalikan, tapi sayang nyawa tak bisadikembalikan."Jin-bin-tho-hoa-hong tertawa makin merdu, makin manis,sepatah demi sepatah ujarnya."Kalau begitu gunakan sembilanpuluh-tujuh lembar nyawayang berada dalam keluargamu untuk mengganti nyawakami!""Nyawa boleh saja dikembalikan kepadamu, cuma..." suaraLui Hujin sangat dingin, sorot matanya pun setajam ujunggoloknya."Cuma kenapa??

    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/20"Aku masih ingin mengajukan satu pertanyaan lagi.""Tanyakan!""Sebenarnya apa yang sedang kalian lakukan di dalamhutan pada malam tigabelas tahun berselang?""Tentu saja perbuatan yang tak boleh diketahui orang lain,"jawab Jin-bin-tho-hoa-hong sambil tertawa, "Sebagai seorangistri yang pandai, seharusnya berpura-puralah bodoh sekalipunsudah tahu dengan jelas, buat apa kau banyak bertanya lagi?"Tiba-tiba Lui Hujin membalikkan badannya, menghadap kearah suaminya, dengan wajah pucat pias bagaikan mayat iaberkata.

    "Ternyata kau... selama ini kau membohongi aku, selalumenutupi kejadian ini, rupanya kau sama sekali tidakmenghabisi nyawanya!""Kau lebih percaya kepadanya atau aku?" merah jengahwajah Lui Ki-hong."Aku hanya ingin mengetahui kejadian yang sebenarnya!""Kita sudah tigapuluhan tahun hidup bersama sebagaisuami-istri, masa hingga sekarang kau masih sok cemburu?"teriak Lui Ki-hong sambil menghentakkan kakinya sakingjengkelnya."Biarpun sudah puluhan tahun jadi suami-istri toh masihbisa cemburu," jawaban Lui hujin dingin dengan wajah kaku."Sekalipun kau ingin menunjukkan cemburumu, tidak

    seharusnya kau tunjukkan di saat seperti ini""Aku tak ambil perduli saat apakah sekarang ini, jika kauenggan berterus terang, aku akan adu jiwa dulu denganmu!"teriak Lui hujin makin sengit.Kalau wanita sudah cemburu, urusan apapun memang takdigubris lagi, betapa luasnya pengetahuan dan pengalamanseorang wanita, jika mulai dilanda rasa cemburu, ia bisaberubah jadi berangasan dan tak pakai aturan.Lui Ki-hong menghembuskan napas panjang, setelahtertawa getir ujarnya.

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    13/141

    "Baik, baik, kuberitahu kepadamu, pada malam itu..."Tiraikasih Website http://kangzusi.com/21

    Ketika berbicara sampai di situ, mendadak ia mengedipkanmatanya kepada sang istri memberi kode. Suami-istri yangsudah hidup dan berjuang bersama puluhan tahun lamanya initiba-tiba turun tangan melancarkan serangan secara serentak.Dua bilah golok yang tajam langsung menusuk ke tubuhJin-bin-tho-hoa-hong itu.Golok Yan-ling-to sebenarnya termasuk sejenis golok yangamat ringan, tapi berada dalam genggaman suami-istri darikeluarga Lui ini, kedahsyatannya ternyata luar biasa.Ilmu golok Peng-hii-to-hoat (ilmu golok kilatan halilintar)yang dimiliki Lui Ki-hong sudah diwariskan turun-temurun,bukan saja cepat dalam gerakan, penuh dengan perubahanbahkan kedahsyatannya luar biasa.Bagaikan kilatan bianglala yang saling menggunting, duabilah golok itu menyambar kian-kemari. Perasaan merekaberdua yang telah menyatu membuat kerja sama ilmu golokyang mereka gunakan begitu rapat dan sempurna.Tubuh Jin-bin-tho-hoa-hong bergelantungan di atas talipanjang, nampaknya sulit baginya untuk menghindariserangan golokitu, tapi pada saat yang bersamaan, talitersebut kelihatan bergetar kencang menyusul kemudian

    empat sosok tubuh yang bergelantungan di atas tali panjangtadi sudah melesat mundur dengan kecepatan bagaikan anakpanah yang terlepas dari busurnya.Dalam waktu singkat, empat orang itu sudah lenyap di balikpintu dan tertelan dalam kegelapan malam."Kejar!" bentak Lui Hujin nyaring."Jangan, jangan dikejar!" sahut Lui Ki-hong dan putranyahampir berbarengan.'Tak usah dikejar!"Bayangan lilin bergoncang terhembus angin, dalam kilatancahaya keempat sosok mayat yang bergelantungan di atas talipanjang tadi mendadak sudah meluncur masuk lagi ke dalamruangan bagaikan kilatan bintang.

    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/22Tubuh mereka masih tetap bergelantungan seperti orangbermain ayunan, tapi kecepatannya bergerak kian-kemari takbeda dengan kelebatan bayangan setan.Sambil tertawa dingin Lui Hujin mengayunkan goloknya,babatan ini lebih kencang dan cepat, di antara kilauan cahayagolok bagaikan bianglala di angkasa, ia songsong tubuh Jin-bin-tho-hoa-hong itudengan sebuah bacokan ganas.Kali ini Jin-bin-tho-hoa-hong tidak mundur."Bluuk!" mata golokmembelah persis di atas tubuhnyaseperti membacok seikat rumput kering, tubuh si lebahtersebut terbelah jadi dua dan roboh ke tanah.

    Gumpalan asap berwarna merah segera menyembur keluardari belahan tubuh itu, tatkala Lui Hujin sadar kalau dirinyaterjebak, keadaan sudah terlambat, tubuhnya langsung robohterjengkang ke belakang.Jin-bin-tho-hoa-hong ini selain bukan manusia hidup, jugabukan orang mati. Ketika tubuhnya meluncur mundur dariayunan tali panjang tadi, ternyata ia sudah bertukar diri dibalik kegelapanWaktu itu, mata golok Lui Ki-hong hampir saja membabatdi atas sesosok mayat yang berada di hadapannya.

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    14/141

    Menyaksikan perubahan yang tak terduga itu, dengan paksa iamenarik kembali ayunan goloknya.Tak disangka kali ini bukan saja orang itu tidak mati, punbukan orang palsu untuk menjebak Ketika Lui Ki-hong menarikpaksa ayunan goloknya, tahu-tahu pergelangan tangannyasudah dicengkeram orang itu kencang-kencang, separuhbadannya kontan menjadi kesemutan dan kaku.Siau Lui melompat ke depan dengan kecepatan tinggi, tapidalam waktu bersamaan dua sosok mayat lain yang masihbergelantung di atas tali panjang itu sudah berayun mendekat,empat buah kaki melancarkan serangkaian tendangan berantaike tubuhnya.Dengan tubuh berputar setengah lingkaran, ia berkelit daritendangan berantai sepasang kaki itu, kemudian sambilTiraikasih Website http://kangzusi.com/23

    membalik telapak tangannya ia babat pergelangan kaki duakaki yang lain."Bluuk!" sebuah pergelangan kaki terbabat hingga hancurberantakan, tapi lagi-lagi segumpal asap merah menyemburkeluar dari balik serpihan kaki yang hancur itu.Ternyata kedua orang itu satu asli satu palsu, kaki si orangpalsu yang dipakai untuk menendang tadi dilancarkan denganmeminjam kekuatan ayunan kaki orang yang asli.

    Siau Lui berjumpalitan, bersalto beberapa kali di udara, lalumelejit mundur sejauh tiga kaki dari posisi semula.Walaupun ia berhasil menghindarkan diri dari semburanasap beracun itu, tapi sayang ayahnya sudah jatuh ke dalamcengkeraman lawan.Gelak tawa menggema di udara bagaikan tangisan setanpenasaran, wajah Lui Ki-hong pucat pias bagaikan mayat,goloknya sudah terlepas dari genggamannya dankini terjatuhke tanah, dengan pandangan tak berkedip ia pandanglambang mata setan yang terukir di atas topeng tembaga itu.Lebah Bermata Setan tertawa terkekeh-kekeh, teriaknyamenyeramkan, "Kembalikan nyawaku!"Tubuhnya menyusut ke muka, nampaknya dia ingin

    menyambar Lui Ki-hong dan berusaha membawanya pergi darisitu, siapa tahu pada detik terakhir itulah mendadak tiga orangpelayan berbaju hijau yang semula sudah roboh tergeletak ditanah itu melompat bangun sambil mengayunkan tangannyabersamaan waktu, puluhan titik cahaya bintang yang berhawaamat dingin segera memancar ke muka bagaikan hujangerimis.Tubuh si Lebah Bermata Setan seketika terhajar puluhansenjata rahasia itu hingga berubah bagaikan landak, untukmenjerit kesakitan pun tak sempat diutarakan.Lui Ki-hong membalik pergelangan tangannya, secepat kilatia sambar golok yang pada saat bersamaan telah dilemparSiau Lui ke arahnya.

    Percikan darah segar menyembur ke empat penjururuangan, dua batang kaki yang berlumuran darah jatuh rontokTiraikasih Website http://kangzusi.com/24

    dari tengah udara, dua batang kaki yang berdaging dan penuhberpelepotan darah segar.Orang yang kehilangan kedua kakinya itu menjeritkesakitan, cepat-cepat tubuhnya berayun pada tali danmelompat mundur ke belakang, semburan darah segar ikutmenyembur keluar membasahi lantai, persis seperti kuntum

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    15/141

    kuntum-bunga sakura yang rontok dari rantingnya danberguguran ke tanah.Waktu itu Siau Lui sudah melompat ke depan, berjongkokdi samping ibunya. Paras muka Lui Hujin telah berubah pucatpias bagaikan mayat."Bagaimana keadaanmu?" tanya Lui Ki-hong dengan nadaberatSiau Lui menggertak giginya kencang kencang, otot-otot diwajahnya menonjol keluar semua menahan emosi, ia marahdan sangat mendendam.Sementara itu ketiga orang pelayan berbaju hijau itu sudahmelompat bangun dan berdiri berjajar menghadang di mukamajikannya berdua, mereka bertiga telah menyingkap pakaianluarnya hingga kelihatan kantung-kantung kulit yang terikatrapi di pinggang mereka.Tangan mereka bertiga siap merogoh ke dalam kantung-kantung kulit itu, jari jemari yang kurus dan panjang nampakruncing penuh tenaga, kuku mereka terpapas pendek.Sebagian besar tangan jago-jago kenamaan dalampenggunaan senjata am-gi, semuanya terawat bersih dan rapi."Boan-Thian-Hoa-Yu (hujan bunga memenuhi angkasa)..."seru orang dari balik kegelapan sambil tertawa melengking,suara tertawa yang amat memikat hati, "Tiga bersaudarakeluarga Peng, sejak kapan kalian jadi begundal orang lain?

    Betul-betul sebuah kejadian yang tak disangka..."Paras muka tiga bersaudara dari keluarga Peng tetap dinginkaku, sama sekali tidak menunjukkan perubahan mimikapapun.Syarat utama untuk bisa melepaskan am-gi secara tepatadalah harus memiliki sepasang tangan yang sangat tenangTiraikasih Website http://kangzusi.com/25

    dan kokoh, untuk bisa memperoleh tangan yang tenang dankokoh harus dilatih syaraf dan semangat yang keras bagaikanbaja."Lui Ki-hong, kau memang si rase tua!" suara tertawaLebah Bunga Tho Berwajah Manusia tergetar tiada hentinya,

    "Tak disangka kau dapat membeli tiga bersaudara darikeluarga Peng secara rahasia dan menyembunyikan mereka didalam rumah. Aku kagum kepadamu!"Suara tertawa perempuan itu meski merdu, sayang Lui Ki-hong tidak mendengarnya.Baginya tak ada suara lain yanglebih penting daripada dengus napas istrinya saat itu. NapasLui hujin sudah amat lirih amat lemah.Siau Lui angkat wajahnya, memandang ke arah ayahnya.Waktu itu Lui Ki-hong telah berlutut, berlutut di sisi istrinya,sambil membungkuk ia berbisik."Lebah Bunga Tho Berwajah Manusia sudah mampustigabelas tahun berselang, yang datang kali ini pastigadungan!"

    Paras muka Lui Hujin sudah kaku, sekaku batu, namunsorot matanya masih lembut, halus bagaikan aliran air.Ia memandang ke arahnya, dia bukan cuma suaminya, jugamerupakan sahabat sehidup-sematinya. Ia selalu memper-cayainya, seperti dia percaya pada diri sendiri. Kini dia tahu,sebentar lagi dia akan pergi meninggalkannya, namun takterpancar rasa takut sedikitpun dari sorot matanya.Juga tak terpancar rasa sedih, apalagi rasa takut ataungeri. Kematian bukan sesuatu yang menakutkan.Bagi seorang wanita, selama ia sudah mendapat seorang

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    16/141

    suami yang sepanjang hidup selalu setia kepadanya, apalaharti dari sebuah kematian???Lui Ki-hong mengganggam tangannya dengan lembut, tapisinar mata istrinya sudah dialihkan ke wajah putranya.Tiba tiba muncul setitik suara dari balik tenggorokannya...sejenis kekuatan luar biasa yang mendorong dia dapatmengeluarkan suara tersebut.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/26

    Itulah kekuatan kasih-sayang seorang ibu terhadapanaknya.Dengan suara lirih Lui Hujin berbisik."Kau tak boleh mati... Kau harus temukan Jian-jian, diasangat baik... dia pasti bisa melahirkan seorang cucu yanggagah untukku.""Aku pasti dapat menemukannya" Siau Lui merebahkankepalanya di atas dada ibunya yang lemah, "Aku pasti dapatmembawa putra kami datang ke sini, menjumpai dirimu."Di tengah sorotan mata Lui Hujin yang lembut, tersunggingsecercah senyuman, dia seolah-olah ingin mengangkattangannya, menggerakkan lengannya untuk memeluk putratercintanya. Sayang ia tidak sempat menggerakkan lengannya,sepanjang masa tak pernah dapat dilakukannya lagi.Dada ibunya sudah lama menjadi dingin. Siau Lui masih

    berlutut di sana, berlutut tanpa bergerak sedikitpun. Tatkaladada ibunya mulai mendingin, perasaan hati putranya jugaikut mendingin.Titik air mata nampak bercucuran membasahi kelopak matatiga bersaudara dari keluarga Peng, namun tak seorangpunyang berpaling. Mereka tidak bisa berpaling.Kembali ada empat orang berjalan masuk dari atas talipanjang, berjalan masuk dengan langkah sangat lambat.Siapapun tak tahu keempat orang yang baru muncul itumanusia sungguhan? Gadungan? Mayat hidup? Atau manusiahidup?Tiga bersaudara dari keluarga Peng memiliki senjata am-giyang sangat beracun, tapi sayang mereka tak bisa

    memakainya untuk menyerang. Asap racun yang menyelimutiruangan itu sudah kelewat jenuh, kelewat pekat.Mendadak Siau Lui menyambar golok milik ibunya,berjumpalitan di udara dan melesat sejauh empat kaki lebih,di antara kilatan cahaya golok, empat utas tali terbang ituterpapas putus semuaTiraikasih Website http://kangzusi.com/27

    Empat sosok manusia itu jatuh hampir bersamaan..."Blukk.." Semuanya terkapar di atas tanah tanpa bergeraksedikitpun, rupanya empat sosok manusia gadungan.Seandainya tiga bersaudara dari keluarga Peng melepaskanam-gi mereka tadi, niscaya asap beracun yang menyelimuti

    ruangan itu akan semakin menyesakkan napas.Biarpun serbuk bunga dari segerombolan lebah itu sangatharum, namun pantang tercium baunya... Biarpun serbukbunga dari sang lebah sangat beracun, yang paling beracunjustru sengatannya.Setelah terjerembab ke tanah, keempat sosok manusia itutidak pernah bergerak lagi... mendadak cahaya lampu yangmenerangi ruangan dalam rumah itu padam, suasana jadigelap gulita.Menyusul kemudian terdengar jeritan lengking yang

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    17/141

    menyayat hati bergema dari balik kegelapan. Jeritan ngeri daribegitu banyak orang yang belum pernah terdengar sebelum-nya, jeritan tersebut sudah tak mirip suara dari manusia tapilolongan menyeramkan dari sekawanan binatang.Lolongan ngeri sekawanan binatang yang sedang sekarat,semacam irama suara yang membikin perut jadi mual, jeritanyang membuat otot pada kaku, susul-menyusul tiadahentinya.Mungkin, hanya ada satu suasana yang lebih menakutkandaripada suara tersebut... ketika semua suara mendadakberhenti berbunyi... Ketika suasana tiba-tiba tercekam dalamkeheningan yang amat menyeramkan.Bagaikan suara irama musik yang tiba-tiba terhenti karenasenarnya terbabat putus oleh bacokan golok, suara pisau yangsedang membabat di atas daging manusia, suara tulang yangsedang retak dan hancur... Suara tenggorokan yangmendadak tercekik dan dipatahkan.Namun seluruh suara tersebut tak pernah terdengar,karena semua suara itu tak pernah bisa didengar secara jelas,karena seluruh suara itu tenggelam oleh jeritan ngeri yangmenyayat hati.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/28

    Ketika jeritan ngeri itu terhenti, seluruh suara yang ada

    dalam ruangan pun ikut terhenti. Tak seorang pun yang tahukenapa semua suara yang begitu menakutkan itu bisa berhentisecara tiba-tiba.Juga tak seorang pun yang tahu mengapa ruangan ditempat itu bisa berubah begitu gelap gulita, begitu senyap.Kenapa sampai suara napas manusia pun tak kedengaran?Entah berapa lama sudah lewat... Setitik cahaya lampumendadak berkilat dari balik kegelapanCahaya lampu yang berwarnah hijau pucat pelan-pelanmelayang masuk dari luar pintu, seorang manusia bertubuhlangsing yang memegang lentera tersebut.Ketika cahaya lentera baru saja menyinari pemandangandalam ruangan itu, lentera yang berada di tangannya

    mendadak terjatuh ke lantai, terbakar di atas tanah, orangyang membawa lentera itu mulai muntah-muntah.Tak ada orang yang bisa menahan rasa mual bila menyak-sikan pemandangan di tempat itu. Tak nampak seorangmanusia hidup pun di dalam gedung.

    V

    Cahaya api yang sedang berkobar, memancar di atas wajahtiga bersaudara dari keluarga Peng, air muka merekamenunjukkan mimik wajah yang sangat aneh, seakan-akanmereka tak percaya bahwa dirinya bakal tewas di ujungsenjata rahasia orang lain.

    Senjata rahasia itu berupa jarum beracun dari seekor lebah,lebah yang datang dari neraka dan kini sudah balik kembali kedalam neraka.Ketika tubuh Lui Ki-hong roboh ke tanah, tangannya masihmenggenggam golok Yan-ling-to miliknya, meski matagoloknya telah gumpil.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/29

    Ia roboh persis di samping jenasah istrinya, seakan-akanhingga detik terakhir hidupnya ia enggan meninggalkan sisi

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    18/141

    istrinya walau setengah langkah pun.Siau Lui sendiripun roboh di tengah genangan darah,ceceran darah berwarna hitam, jelas darah yang mengandungracun.Empak sosok manusia yang meluncur turun dari atas taliterakhir tadi, kini tidak berada di posisi semula.Mereka bukan manusia gadungan, tapi sekarang telahberubah menjadi orang mati. Masih berapa banyak orang yangmati disitu?Pada saat itulah terbesit setitik cahaya api di luar jendela,api itu mulai membakar daun jendela, membakar bangunanloteng dan gedung tersebut.Tak ada yang tega saling memandang, karena memang takmungkin saling memandang lagi... lentera yang tadi terbakarkini apinya telah padam,"Tak sejengkal rumputpun yang tersisa!" Hanya kobaranapi yang tak berperasaan dapat mengubah tempat tersebutmenjadi tak tersisa walau hanya sejengkal rumputpun.Entah berapa lama kembali berlalu, dari balik kilauancahaya api kembali muncul sesosok bayangan manusia.Sesosok bayangan tubuh yang langsing dan indah,wajahnya i nengenakan sebuah topeng, sebuah topengdengan sekuntum bunga tho... bunga tho yang nampak merahmenyala karena terpantul cahaya api.

    la berdiri tenang di depan pintu, mengawasi tumpukanmayat yang berserakan di hadapannya dengan tatapan dingin,walau seluruh lantai berubah jadi lautan darah, ia taksedikitpun muntah, ia bahkan tidak merasa mual.Mungkinkah ia bukan manusia? Mungkinkah ia benar-benarsetan iblis yang hidup kembali dari dalam neraka? Lambat launtempat tersebut berubah semakin panas, sepanas api jahanamdari dalam neraka. Kejam dan menyeramkan seseram suasananeraka, dan ternyata ia berjalan memasuki neraka itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/30

    Perlahan-lahan ia berjalan masuk ke dalam ruangan, sepatuyang dikenakan telah basah berpelepotan darah, golok dalam

    genggamannya masih memancarkan cahaya yangmenyilaukan mata.Sorot matanya berputar kesana-kemari seakan-akansedang mencari sesuatu. Akhirnya pandangan matanyaterhenti di atas batok kepala Lui Ki-hong. Itulah batok kepaladari musuh besarnya, dia harus membawa pulang batokkepala itu, untuk bersembahyang bagi arwah ibunya.Dendam kesumat! Ketika rasa dendam mulai membakardalam lubuk hati seseorang, kobaran apinya akan lebihdahsyat ketimbang kobaran api yang membakar gunung, lebihmenakutkan, lebih menyeramkan.Kalau Thian telah menganugerahkan rasa cinta dalam alamjagat ini, kenapa harus menebarkan pula bibit dendam

    kesumat disitu?Selangkah demi selangkah ia berjalan mendekati Lui Ki-hong, tak ada lagi manusiadi dunia ini yang bisamenghalanginya. Tapi mungkin masih ada seseorang...Yaaa, hanya satu orang yang bisa menghalanginya!Mendadak muncul seseorang dari balik genangan darah,menghadang persis di hadapannya, menghalangi jalanperginya.Tampaknya orang itu mengenakan pula sebuah topeng diwajahnya, bukan topeng yang terbuat dari tembaga, tapi

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    19/141

    topeng yang penuh berlumuran darah.Darah segar bukan saja menyelimuti seluruh wajahnya,juga mengelamkan air mukanya, menutupi semuaperasaannya, pikirannya.Dia bagaikan sesosok mayat, mayat hidup yang berdirikaku di situ sambil mengawasi dirinya, meski tak dapatmelihat wajah asli perempuan itu, paling tidak ia masih dapatmelihat dengan jelas ukiran bunga tho yang terpampang diatas topeng wajahnya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/31

    Lama sekali ia berdiri di situ mengawasi lawannya,kemudian sambil tertawa seram yang menggidikkan buluroma, katanya."Rupanya kau belum mampus?"Yaa, dia memang belum mati, karena ia tak boleh mati."Kedua orang-tuamu sudah pada mampus, apa artinya kautetap hidup seorang diri? Lebih baik pergilah mampus!"Ia cukup tahu siapakah dia, tapi tidak cukup tahu manusiamacam apakah dirinya. Hanya sedikit orang yang tahumanusia macam apakah dirinya, amat sedikit manusia yangbenar-benar bisa memahami dirinya.Darah segar masih meleleh keluar membasahi wajahnya, diatas wajahnya sudah tak ada air mata, yang ada tinggal

    darah, cucuran darah segar.Dalam tubuhnya juga tak punya darah lagi, karena semuadarah miliknya sudah mengalir keluar, yang ada dalamnadinya sekarang tinggal aliran kekuatan yang besar, mungkinsaja semacam kekuatan yang terbawa dari dalam neraka,kekuatan yang muncul dari kekuatan rasa dendamnya.Kobaran api semakin membara, seluruh belandar dalamgedung itu sudah terbakar, terjilat kobaran api yang makinmembara.Akhirnya perempuan itu menghela napas panjang, ujarnyapelan."Kalau kau tak ingin mampus, pergilah! Toh yang kucarisebenarnya bukan dirimu. ..

    Yang dicari perempuan ini memang bukan dia, tapi sebelumucapannya selesai diutarakan, ia sudah turun tangan, sabatangolok di genggamannya tak beda dengan sengatan beracunseekor lebah.Siau Lui tidak menghindar, juga tidak bergerak, ia biarkanmata golok yang tajam menembusi tulang iganya, ketika matagolok sudah terjepit di dalam tulangnya itulah tiba-tiba iabalas melancarkan serangan."Krakkk....!"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/32

    Bersamaan dengan patahnya tulang iga yang ditembusimata golok pergelangan tangan perempuan itu ikut terhajar

    patah.Gerakannya bukan gerakan dari ilmu silat, di dunia ini takada ilmu silat semacam ini.Tindakan yang dilakukan olehnya saat itu tak ubahnyadengan pertarungan seekor hewan liar, bahkan lebihmenakutkan dan lebih kejam daripada pertarungan hewan liar.Sebab pertarungan seekor hewan masih dilandasi untukmempertahankan hidup, tapi baginya, ia sudah tidakmemikirkan keselamatan sendiri, tak memikirkan kehidupansendiri. Memang, kadangkala sifat manusia memang jauh

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    20/141

    lebih kejam daripada sifat seekor hewan.Hingga saat itulah sorot mata ngeri dan takut mulaiterpancar keluar dari sorot mata perempuan itu, tiba-tibateriaknya keras."Kau ingin membunuhku?""Betul!" jawaban Siau Lui amat singkat, sesingkat matagolok yang meluntakkan tulang iganya."Kenapa? Ingin balaskan dendam ayah-ibumu? Kau bolehmembalaskan sakit hati orang-tuamu, kenapa aku tak boleh?Bila kau anggap tindakanku keliru, kaupun telah melakukanlangkah yang salah!" Nada suaranya tinggi tajam sepertisayatan sebilah mata golokMakin kencang jari-jemari Siau Lui mencengkeram tulangpergelangan tangannya yang telah hancur, seluruh tubuhperempuan itu mulai gemetar, wajahnya mulai menampilkanperasaan kesakitan dan ngeri yang amat mendalam.Tapi ia masih dapat mempertahankan diri, sudah lama diaterbiasa menahan rasa penderitaan dan rasa ngeri yangdalam, katanya: "Lagipula aku toh tidak membunuh siapapun,tanganku belum pernah ternoda oleh darah siapapun,sebaliknya ibuku justru mati di tangan ayahmu, akumenyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana matagoloknya menggorok leher ibuku, memenggal kepala ibuku...""Kau menyaksikan dengan mata kepala sendiri?"

    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/33Perempuan itu mengangguk, dengan sorot mata penuhkebencian dan rasa dendam yang dalam lanjutnya."Kau ingin melihat wajahku?" Tiba tiba ia lepaskan topengyang menutupi wajahnya, memperlihat raut muka aslinya.Tak dipungkiri sebenarnya dia memiliki sebuah wajah yangamat cantik, kecantikan wajahnya cukup membuat setiaplelaki berlutut di hadapannya, membuat setiap lelakikehilangan sukma dan tergila-gila kepadanya.Tapi sekarang, sebuah bekas bacokan golok yang sangatdalam dan mengerikan membekas di wajah ayunya,menggurat dari ujung matanya hingga ke ujung bibirnya.

    Seperti sebuah lukisan wanita cantik yang ternoda oleh tindahitam...Semua orang pasti akan merasa sayang bila melihat rautmuka seperti ini, guratan golok tersebut bukan hanyamenghancurkan paras mukanya yang cantik, meluluhlantakkanjuga kehidupannya.Sambil menunjuk bekas bacokan golok di wajahnya dantertawa dingin, kembali ia berkata."Tahukah kau perbuatan biadab siapakah hasil karya ini?Dia tak lain adalah ayahmu... Padahal aku masih berusia limatahun kala itu... Siapa yang mengira seorang pendekar besargolok sakti ternyata begitu tega menghancurkan kehidupanseorang gadis yang masih berumur lima tahun???"

    Siau Lui tertegun memandang wajahnya, genggamantangannya yang semula kencang mulai mengendor, tiba tibasaja ia pingin muntah, perutnya mulai terasa mual."Sekarang, apakah kau masih ingin membunuhku? Masihingin balaskan dendam bagi ayah-ibumu?" sepatah demisepatah kata ia bertanya.Tiba tiba Siau Lui melengos, dia tak tega lagi memandangiwajahnya. Seluruh semangat dan kekuatan rubuhnyamendadak jadi runtuh."Aku sengaja mengatakan semuanya ini tak lebih hanya

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    21/141

    ingin beritahu kepadamu bahwa Lui Ki-hong bukan seorangmalaikat," kembali ia bicara dengan suara dingin, sedingin esTiraikasih Website http://kangzusi.com/34

    dari kutub, "la tidak sesuci dan sehebat apa yang kaubayangkan, dia ingin membunuh ibuku karena tak lain ingin...""Enyah kau dari sini, cepat enyah dari sini!" teriak Siau Luitiba tiba, "Mulai detik ini aku tak ingin bertemu dirimu lagi!"Kembali ia tertawa, bekas luka golok yang membekas diujung bibirnya membuat suara tertawanya seakan akanmengandung sindiran yang tak terlukis dengan kata-kata,ujarnya."Kalau toh kau tak berani mendengar lagi, baiklah, aku takusah lanjutkan perkataanku, sebab jika kuteruskan, perutkupun mulai ikut mual, pingin muntah!"Perlahan-lahan ia membalikkan tubuhnya, perlahan-lahanpergi meninggalkan tempat itu, ia tak berpaling lagi walausekejap pun. Siau Lui juga tidak memandang ke arahnya,apalagi menghalangi Kepergiannya.Dia cuma berdiri termangu di situ seperti orang yangkehilangan sukma, seluruh pikiran dan peredaran darahnyaseolah-olah jadi kosong dan hampa.Api masih berkobar dengan hebatnya, semua tiangbelandar lelah terbakar patah, arang dan abu mulai

    berguguran ke atas tanah, mengotori sekujur badannya.Ia tidak berkelit juga tidak berusaha untuk menghindar,maka tubuhnya ikut roboh keatas tanah.Betapa hebatnya kobaran api yang membakar tempat itu,pada akhirnya padam juga. Sebuah perkampungan yangsemula begitu kokoh dan angker kini sudah rata dengantanah.Seluruh kehidupan, jenasah, tulang-belulang, cecerandarah segar, kini sudah tersapu bersih oleh kobaran api. Tapihanya satu yang tak mungkin patah walau dibacok, tak habisterbakar walau dijilat kobaran api yang begitu dahsyat. Itulahperasaan manusia.Hutang budi, dendam kesumat, cinta,benci... Selama

    manusia masih hidup di dunia ini, semua perasaan itu tetapakan hidup.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/35

    Rasa marah, rasa sedih, keberanian... semuanya munculhanya dikarenakan perasaan tersebut.Kini, walau kobaran api sudah padam, namun ceritamengenai mereka justru baru saja dimulai.

    VI

    Matahari bersinar terik.Bunga tho berwarna merah yang tumbuh di bawah terik

    matahari kelihatan begitu merah bagaikan kobaran api.Bunga Tho masih tetap berkembang seperti sedia kala, tapidi manakah orang di bawah bunga itu?

    JIAN-JIANI

    Jian-jian menundukkan kepala memandangi kaki sendiri.Noda darah membasahi kakinya yang mungil. Onak semakbelukar yang tajam dan kerikil batu gunung yang runcing

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    22/141

    membuat ia amat tersiksa.Tapi, betapa pun beratnya luka luar yang dideritanyasekarang, jauh tak dapat menandingi kepedihan hatinya yangterluka dan tersayat sayat.Ia berlarian sampai di situ bagaikan kesetanan, lupa sianglupa malam, bahkan lupa arah jalan yang di tuju. Kesemuanyaitu dapat ia lupakan, sayang ia susah melupakan diri Siau Lui.Kini perasaan hatinya sudah tercabik-cabik menjadi ribuankeping. Tapi dalam setiap kepingan yang hancur itu masihtertera bayangan dari Siau Lui.Bayangan yang begitu menarik tapi juga begitumenggeramkan, rasa benci yang lebih mendalam ketimbangrasa cinta.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/36

    "Mengapa ia bersikap begitu kepadaku? Kenapa secaratiba-tiba ia begitu tega, begitu tak berperasaan kepadaku?" Iatidak tahu, benar benar tidak paham. Tapi dia inginmengetahui, ingin mencongkel keluar hatinya, agar bisaditanya sampai jelas.Sayang ia tak punya kemampuan untuk berbuat begitu.Apa boleh buat, sumpah sehidup-semati yang pernahdiucapkan dulu, cinta kasih yang lembut bagaikan buaian air,sekarang telah berubah menjadi luka sayatan yang begitu

    dalam menggores hatinya.Bisikan-bisikan mesra tempo dulu, juga rangkulan danpelukan hangat di masa lalu, kini hanya tersisa kenangan yangpenuh kegetiran dan penderitaan.Dia rela mengorbankan segalanya untuk ditukar dengankemesraan dan kegembiraan seperti di masa lalu, walau ituhanya berlangsung sekejap pun.Sayang semuanya sudah berlalu, semuanya tak mungkindiulang kembali. Walau ia benturkan kepalanya ke atasdinding, walau dibenturkan hingga seluruh tubuhnya hancurlebur, semuanya tak mungkin terulang kembali.Inilah yang dinamakan kesedihan, kepedihan yangsesungguhnya, penderitaan yang sebenarnya.

    Penderitaan semacam ini dapat meresap langsung kedalam peredarah darahmu, ke dalam tulang sumsummu.Musim semi, hembusan angin pagi dimusim semi masihterasa dingin.Ia hanya mengenakan seperangkat pakaian yang amattipis, bertelanjang kaki. Pakaian tipis itu adalah seluruh hartayang di milikinya saat itu.Sisanya telah ia tinggalkan,Tinggalkan untuknya. Kini mungkin hanya kematianmerupakan satu-satunya pelepasan baginya, tapi dia masihtak pingin mati."Suatu hari nanti... Akan kubuat kau menyesal seumurhidup."

    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/37

    Cinta yang kelewat mendalam dapat berubah menjadikebencian dan dendam, semakin kau mencintai seseorang,semakin dalam rasa bencimu kepadanya.Oleh sebab itu dia harus tetap hiidup, dia harus membalasdendam, tapi dengan cara apa dia mempertahankanhidupnya? Dunia begitu luas, kemana ia harus pergi untuktinggal sementara waktu? Dia tak ingin menangis tapi air matajatuh berlinang tiada hentinya.

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    23/141

    "Jian-jian..." Tiba-tiba ia mendengar ada orang memanggilnamanya dengan suara lirih."Jian-jian... Jian-jian..." ketika berada di depan bunga, dibawah sinar rembulan, dalam pelukan mesranya Siau Luiselalu memanggil namanya berulang-ulang.Dalam sekejap mata ia seperti melupakan seluruhkepedihan hatinya, semua rasa benci dan dendamnya, asal iamau balik kepadanya maka diapun akan segera memaafkanseluruh kesalahan dan kesilafan yang telah dilakukan olehnya,ia akan segera menjatuhkan diri ke dalam pelukan mesranya.Tapi sayang dia kecewa, yang memanggil namanya bukanSiau Lui, dia adalah Kim Cwan.Kim Cwan seorang terpelajar juga seorang pendekar. KimCwan adalah seorang pemuda yang halus, lembut dan penuhsopan santunRambutnya selalu disisir hingga kelimis dan rajin, pakaianyang di kenakan selalu bersih, modis dan ae suai denganperawakan tubuhnyaDibandingkan dengan Siau Lui, mereka berdua sama sekaliberbeda dan bertolak belakang. Tapi dia justru sahabatkaribnya Siau Lui.Tentu saja Jian-jian kenal dengannya, sebab pemuda inipuntahu hubungan asmara antara dia dengan Siau Lui yangberjalin secara rahasia.

    "Jangan-jangan Siau Lui yang menyuruh dia datangmencariku jantungnya berdebar keras, tak tahan serunya."Kenapa kau bisa muncul di sini?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/38

    "Datang mencarimu," senyuman Kim Cwan lembut sepertisenyuman seorang perawan"Mencari aku? Darimana kau tahu aku berada di sini?""Sepanjang jalan aku selalui melindungimu!"Hati Jian-jian berdebar semakin kencang, iaberharap KimCwan mau memberitahukan kepadanya bahwa Siau Lui lahyang menyuruh dia melakukan semuanya itu. Tapi sayangpemuda itu tidak berkata demikian.

    "Apa kau melihat dia?" Sambil menggigit ujung bibir taktahan Jian-jian bertanya lagi.Kim Cwan menggeleng."Kau tahu... kami telah berpisah?"Kim Cwan tetap menggeleng.Perasaan hati Jian-jian semakin tenggelam, lama sekali iamenundukkan kepalanya sebelum diangkat kembali. Tiba tibaia menemukan Kim Cwan sedang mengawasi kakinya, kakimungilnya yang telanjang, putih mulus bagaikan pualam tapipenuh dengan goresan luka dan darah itu, sepasang kaki yangmenimbulkan rasa iba bagi yang melihatnya.Lelaki manapun yang menyaksikan sepasang kaki itu, tentutak akan bisa mengendalikan diri untuk mengamatinya lebih

    lama... karena kaki perempuan yang putih mungil itu seolah-olah mengandung suatumisteri yang menarik, semacamhubungan perasaan yang amat aneh.Ia ingin sekali menarik pakaiannya untuk menutupi kakinyayang telanjang, tapi pada saat yang bersamaan tiba tibaterpancar sinar kebencian yang luar biasa dari balik matanya."Aku pasti akan membuatnya menyesal... aku harusmembalas sakit hati ini..."Hanya cinta yangkelewat dalam dapat berubah secaramendadak jadi kebencian yang luar biasa, yang dapat

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    24/141

    mengubah seorang gadis yang lemah-lembut dan berhatimulia menjadi beracun dan jahat, sejahat ular berbisa."Kau tidak pulang?" kembali Kim Cwan bertanya dengansuaranya yang merdu bagai seorang gadis.Jian-jian menunduk rendah, sahutnya sedih.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/39

    "Aku tak punya rumah...""Lantas... kau ingin ke mana?"Kepala Jian-jian menunduk semakin rendah, ia mengertiantara rasa kasihan dan rasa cinta seringkah susah dipisahkansatu dengan lainnya. Ia tahu dan mengerti bagaimana caranyamembangkitkan rasa iba dan kasihan seorang lelaki terhadapdirinya.Betul juga, rasa iba dan kasihan segera muncul di wajahKim Cwan, setelah menarik napas panjang katanya lagidengan lembut."Apapun akhirnya nanti, paling tidak aku harus temani kauuntuk berganti pakaian bersih dan makan sampai kenyang."Ada satu hal yang tak boleh dilupakan kaum lelaki,pembalasan yang datang dari seorang wanita seringkalidilakukan dengan segala car dan menghalalkan cara apapun.

    II

    Bunga Tho di bawah terik matahari nampak merahbagaikan bara api, Ketika Siau Lui membuka matanya,terbentang bunga-bunga tho yang membara bagaikan kobaranapi di atas ranting pohon di hadapannya.Seseorang berdiri bersandar di bawah pohon bunga tho,seorang berbaju putih yang berbadan langsing, bersanggultinggi dan memakai sebuah cadar yang menutupi wajahputihnya.Merah bunga yang memenuhi seluruh hutan merangkultubuhnya vang putih bagaikan salju, Seorang bidadari kah dia?Bidadari bunga tho?Siau Lui meronta ingin bangun dan duduk. Pakaian yang di-kenakan sudah basah ole

    h embun pagi, namun sekujurbadannya terasa panas bagai digarang di atas kobaran apiyang membara.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/40

    Dia ingin duduk, tapi rasa sakit yang luar biasa membuatseluruh badannya kejang dan sakit, begitu sakitnya nyarismembuat ia jatuh pingsan."Kau terluka sangat parah," ujar gadis berbaju putih itusambil memandangnya dengan mata yang bening, "lebih baikberbaringlah dengan tenang jangan sembarangan bergerak."Suaranya lembut, merdu tapi dingin dan hambar seakan-akan berasal dari suatu tempat yang jauh.

    Siau Lui coba pejamkan matanya, semua peristiwa yangdialaminya semalam kembali terlintas di depan matanya.Kilatan golok, bayangan darah, kobaran api...Kejadian terakhir yang masih diingatnya adalah jilatan apimembara yang rontok ke arah tubuhnya, membuat sekujurbadannya serasa terbakar hebar, membuat ia serasaterjerumus ke dalam neraka tingkat tujuhbelas.Tapi kini, angin lembut musin semi berhembusmenggoyangkan rerumputan harum bunga semerbak mengalirbagaikan alur air jernih di selokan.

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    25/141

    Kicauan burung di antara dahan pohon merdu bagaikanbisikan mesra seorang kekasih.Sekali lagi Siau Lui membuka matanya: "Aku... bagaimanaaku sampai di sini? Kau yang menolongku?"Gadis berbaju putih itu mengangguk."Siapa kau?"Pelan-pelan gadis berbaju putih itu memutar badannya,begitu ringan gerak tubuhnya bagaikan gerak awan dikejauhan bukit sana.Ia petik sekuntun bunga tho lalu disisipkan di atassanggulnya, bunga tho yang merah bagaikan darah, cadaryang putih bagaikan salju membuat gadis itu seperti sekuntumbunga merah yang sedang mengapung di tengah kabut."Jin-bin-tho-hoa!" tak tertahan Siau Lui menjerit, "Rupanyakau!"Gadis berbaju putih itu tertawa, suara tertawanya merdubagaikan keleningan perak yang berdenting di tengahTiraikasih Website http://kangzusi.com/41

    hembusan angin musim semi, "sudah kuduga, cepat ataulambat kau pasti akan mengenaliku""Kau... mengapa kau menolongku?" tiba-tiba Siau Luimerasa tubuhnya mengejang keras."Bunuh orang itu melanggar hukum, masa menolong orang

    juga dianggap melanggar hukum?" gadis berbaju putih itutertawa.Kembali ia membalikkan tubuhnya dan mengeluarkansebuah tangannya yang semenjak tadi disembunyikan di balikbaju, sebuah tangan yang dibalut kain putih, tangan yangtelah diremuk Siau Lui tadi malam.Siau Lui segera tertawa: "Ooh... kau ingin akumengembalikan tanganmu itu? Ambillah!""Sebenarnya kau hanya berhutang sebuah tangan kepada-ku, tapi sekarang kau berhutang pula selembar nyawakepadaku," sahut gadis berbaju putih itu hambar."Kalau mau, kau boleh ambil juga nyawaku!" jawab SiauLui dengan suara yang ringan dan datar, seakan-akan

    menyuruh seseorang mengambil sebuah pakaian rombengsaja.Gadis berbaju putih itu memandangnya sampai lama sekali,tiba tiba ia mengajukan satu pertanyaan yang sangat aneh."Kau benar benar putranya Lui Lo-hong?""Ehm!""Kau tahu ayahmu sudah mati?""Tahu!""Kau tahu rumahmu sudah terbakar habis dan rata dengantanah?""Tahu!"Gadis berbaju putih itu menghela napas panjang."Heran, kenapa wajahmu sama sekali tidak mirip orang

    sedih?""Bagaimana baru kau anggap mirip? Harus memukul dadasambil menangis meraung-raung?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/42

    "Sekarang kau tak punya apa-apa lagi, yang kau milikitinggal selembar nyawa," kembali gadis itu berkata setelahmemandangnya mkuplama."Ooh..."'Tahukah kau, bagi siapa pun yang tertinggal kini hanya

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    26/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    27/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    28/141

    seakan-akan seperti percaya pada diri sendiri.Bukit di depan mata terasa begitu jauh. Siau Lui berharapbisa menemukan sekor kuda dengan sebuah pedati... sayangtidak ada pedati... apalagi seekor kuda.Darah segar bercucuran di wajahnya, bercampur denganpeluh, sekujur tulang-belulang tubuhnya seolah-olah akanhancur berantakan saking sakit dan menderitanya.Betapa pun jauh dan menderitanya jalan raya yang harusditempuh, asal kau berniat menelusurinya, suatu ketika akantiba juga saatnya mencapai ujung jalan tersebut.Pohon Yang-liu nan hijau bergoyang terhembus angin,pada akhirnya ia dapat melihat sepucuk bendera hijaubertuliskan "Ciu" berkibar di antara pepohonan liu nan lebat.Cahaya matahari senja memancarkan cahayanya di atasbendera yang tampaknya masih baru. Pagar yang terbuat daribambu membiaskan cahaya hijau pualam di bawah sorotanmatahari yang sendu.Pagar itu mengelilingi tiga-lima buah tiang bangunan.Ditinjau dari balik jendela kelihatan kalau tamu di rumahmakan itu tak banyak.Tempat itu memang bukan jalan raya utama, bukantermasuk dusun yang ramai dan makmur. Hanya tamu yangTiraikasih Website http://kangzusi.com/46

    tertarik dengan kesohoran tempat tersebut yang datangberkunjung.Walaupun arak yang dibuat kakek Sin Hoa-ang tidak bisadibilang amat tersohor, paling tidak cukup untuk memabukkanorang.Kakek Sin Hoa-ang dengan rambutnya yang telah putihberuban sedang duduk santai di pinggir rumah makannya,memakai sebuah hud-tim ekor kuda mengusir lalat-lalat hijauyang muncul dari balik pepohonan liu.Di atas meja tersedia lima-enam macam sayur yang ditutupdengan sebuah tudung saji terbuat dari kain kasa hijau, bukansaja kelihatan lezat menggiurkan juga amat menyolok mata.Tuan rumah yang santai, tamu yang santai... Tempat ini

    sesungguhnya memang sebuah tempat santai yang amat sepidan hening.Ketika Siau Lui melangkah masuk ke dalam, tuan rumahdan tamu-tamu segera memandangnya dengan rasa kagetdan terperana....Melihat pandangan mata orang yang begitu terkejut, iasegera sadar betapa menakutkan wajah dirinya saat ini,betapa mengerikan dan kacaunya keadaan dia...Tapi ia tak ambil perduli. Bagaimanapun pandangan oranglain terhadap dirinya, ia tak perduli.Yang dia perdulikan sekarang hanya, "Kenapa Kim-Cwandan Jian-jian tidak berada di situ? Ke mana mereka pergi?"Ia menerjang ke tepi meja. Sebenarnya kakek SinHoa-ang

    ingin memayangnya, tapi melihat betapa gerahnya anak mudaitu, ia segera menarik kembali tangannya sambil menjerit."Mengapa kau berubah jadi begini? Apa yang sebenarnyatelah terjadi?"Tentu saja Siau Lui tidak menjawab, lebih banyak persoalanyang dia ingin tanyakan. "Kau masih ingat dengan keduaorang temanku yang datang mengetuk pintu di tengah malambuta tempo hari?""Tentu saja masih ingat," sahut kakek Sin Hoa-ang sambiltertawa pahit.

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    29/141

    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/47

    "Mereka tidak datang kemari hari ini?""Sudah, pagi tadi.""Di mana mereka sekarang?""Telah pergi!""Ada orang yang memaksa mereka untuk pergi dari sini?"Siau Lui menggenggam kencang tangan Sin Hoa-ang, nadasuaranya agak berubah"Tidak ada! Mereka hanya makan bubur dua mangkuk, taksempat minum arak, mereka segera pergi.""Mengapa mereka telah pergi? Mengapa tidakmenungguku?"Sin Hoa-ang memandangnya dengan melongo, ia merasapertanyaan ini sangat aneh... kelewat aneh, kenapa sikapanak muda ini macam orang sinting? Tidak waras otaknya?"Kalau mereka tidak menerangkan, darimana aku bisa tahukenapa mereka pergi?"Kapan mereka pergi dari sini?" tanya Siau Lui sambilmelepaskan genggamannya dan melangkah mundurSudah pergi lama sekali, mereka hanya beristirahat sejenaklalu pergi."Pergi melalui jalan yang mana?"Sin Hoa-ang berpikir sejenak, lalu menggeleng dengan

    perasaan bimbang."Mereka tidak meninggalkan pesan untukku?" buru SiauLui."Tidak!" Jawaban Sin Hoa-ang tegas dan meyakinkan.Daun pohon liu berkibar lembut terhembus angin sepoi-sepoi, cahaya senja mulai memenuhi angkasa membuatsuasana semakin sendu, asap mulai mengepul dari balikdusun, dari balik atap rumah.Lamat-lamat terdengar suara gonggongan anjing, tangisanbayi menggaung dari kejauhan, berbaur dengan suara istriyang memanggil suaminya agar pulang...Sebenarnya tempat ini merupakan sebuah tempat yangtenang, sebenarnya merupakan sebuah dunia yang hening,

    Tiraikasih Website http://kangzusi.com/48tapi bagi Siau Lui ibarat sebuah medan pertempuran berdarahyang penuh dengan jeritan tentara dan ringkikan kuda terluka.Ia sudah menjatuhkan diri duduk di atas bangku yangterbuat dari bambu, di hadapannya tersedia secawan air kata-kata yang baru sajadituang kakek Sin Hoa-ang untuknya."Teguk dulu satu dua cawan air macan, siapa tahu merekaakan balik kemari?"Siau Lui tidak mendengar kata-kata itu, dia hanyamendengar pertanyaan yang diajukan suara hatinya kepadadiri sendiri:"Kenapa mereka tidak menunggu? Kenapa Kim Cwan tidak

    berusaha menahannya? Ia sudah berjanji untuk melakukannyauntukku!!!"Ia percaya dengan Kim Cwan, belum pernah Kim Cwaningkar janji. Arak hijau nan semerbak ditenggaknya hinggahabis, sayang rasanya getir, sepahit perasaaan hatinya kini.Penantian jauh lebih getir daripada rasa arak. Mataharisenja sudah turun gunung, selimut kegelapan malam mulaimembentang menyelimuti angkasa, rembulan mulai munculdengan malu-malu dari balik ranting pohon liu yang ramping.Mereka tidak datang! Sebaliknya Siau Lui sudah dibuat

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    30/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    31/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    32/141

    tetap sanggup untuk menerimanya, bahkan termasukpenderitaan karena dikhianati sahabat karib sendiri.Gadis berbaju putih itu sudah duduk di tepi ranjang, jari-jemarinya mash mempermainkan sekuntum bunga tho yangbaru saja dipetiknya, namun yang ia pandang saat itu bukanbunga tho tersebut, ia sedang mengawasi anak muda itu.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/52

    Lelaki macam kau pasti memiliki seorang kekasih. Siapadia?" tiba-tiba gadis itu bertanya.Siau Lui memejamkan matanya, juga mengunci mulutnyarapat-rapat.Gadis itu tertawa. "Walau aku tak tahu siapakah gadis itu,tapi aku tahu kau telah berjanji dengannya untuk bertemu didusun Sin-hoa-ang bukan?""Apa lagi yang kau ketahui?""Aku masih tahu kalau ia sama sekali tidak menunggumu disitu Itu karena kau masih mempunyai seorang sahabat karib."Setelah tersenyum lanjutnya, "Kini kekasihmu telah kaburbersama sahabat karibmu, selama hidup kau tak bakal tahukemana mereka telah perg..i""Kau tahu?" tiba-tiba Siau Lui pentang matanya lebar-lebar."Aku juga tak tahu, seandainya lalui juga tak bakalkuberitahu kepadamu."

    "Tentu," pelan pelan Siau Lui mengangguk. "Tentu saja takakan kau beritahu kepadaku.""Kini, kau masih memiliki apa lagi?""Selembar nyawaku!""Jangan lupa kalau nyawamu sudah menjadi milikku," tukasgadis berbaju putih itu cepat. "Apalagi nyawa yang kau milikisekarang paling tinggal separuh lembar.""Oh ya?""Tulang igamu ada dua yang telah patah, belum terhitungberapa banyak luka bacokan dan luka bakar yang telah kauderita, bisa hidup sampai sekarang pun sudah terhitung suatukemukjijatan.""Oh ya...!"

    "Bila aku jadi kau," kata gadis berbaju putih itu lagi dengansuara yang lebih lembut, "Sekalipun ada satu juta orang yangberlutut dan memohon kepadaku, aku tak bakal hidup lebihlanjut.""Kau bukan aku, dan akupun bukan kau.""Oh, jadi kau masih ingin hidup terus?""Ehm!"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/53

    "Apakah hidupmu masih berarti?""Tidak, sama sekali tidak berarti.""Kalau memang hidup tak berarti, apa yang hendak kaulakukan jika hidup terus?"

    "Tidak melakukan apa-apa.""Lalu, kenapa kau harus hidup terus?""Karena aku masih hidup... Selama seseorang masih bisahidup maka ia harus hidup terus," nada suaranya masih begitutenang, rasa tenang yang mendirikan bulu kuduk orang, rasatenang yang begitu menakutkan.Gadis berbaju putih itu memandangnya sekejap, kemudianmenghela napas panjang, kembali katanya."Ada sepatah kata ingin kutanyakan sekali lagi kepadamu,boleh?"

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    33/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    34/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    35/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    36/141

    "Selama ini kau yakin bisa melaksanakan keinginanmu?""Selamanya begitu, apalagi menghadapi manusia macamkau.""Kau tahu, manusia macam apa aku ini?""Semacam manusia yang satu tingkat lebih rendahdaripada diriku.""Oh ya?"Sorot mata manusia berbaju abu-abu itu makin dingin danmenyeramkan, sepatah demi sepatah katanya lagi."Paling tidak aku tak pernah menghianati sahabat sendiri,paling tidak aku tak pernah mencuri uang sebesardelapanratus ribu tahil perak yang dititipkan sahabat karibuntuk dibawa kabur."Tiba tiba Siau Lui tertawa terbahak-bahak, seakan-akanbaru saja ia mendengar satu cerita yang paling lucu di duniaini. Yaaa, kejadian ini memang teramat lucu.Bukan yang pertama kali ini dia difitnah dan dituduh orangsecara semena-mena. Tapi ia tak pernah sudi memberipenjelasan apapun di hadapan seseorang yang sama sekalitak dipandang sebelah mata olehnya."Sekarang kau pasti sudah mengerti bukan, siapa yangsuruh kami datang mencarimu?" kembali manusia berbajuabu-abu itu berkata dengan suara yang dingin dan menatapwajahnya tajam-tajam.

    Siau Lui menggeleng."Kau mau balik tidak?" kembali orang berbaju abu-abu itumenegaskan.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/59

    Sekali lagi Siau Lui menggeleng."Jadi kau paksa kami untuk menggotong balik dirimu?"hardik orang berbaju abu-abu itu.Siau Lui masih terus mengeleng, hanya kali ini di kala iasedang menggeleng, secara tiba-hba badannya sudah melejitke depan, bagaikan anak panah yang baru terlepas daribusurnya, dia meluncur ke arah manusia berbaju abu-abuyang bicara paling banyak tadi.

    Biasanya di kala seseorang sedang berbicara, titikperhatiannya selalu akan terpencar, oleh sebab itu orang yangberbicara paling banyak akan menjadi sasaran yang palingbaik bagi orang lain. Sebilah pedang tajam berada dalamgenggaman orang itu.Entah dikarenakan ia sudah terbiasa mengasah lidahnyakelewat tajam hingga pedang yang berada dalamgenggamannya menjadi lamban, ketika Siau Lui sudahmenerjang sampai di hadapannya, ia baru menggerakkansenjatanya. Di saat cahaya pedang berkelebat lewat, Siau Luisudah menerjang masuk ke balik cahaya senjata.Ia sama sekali tidak mengepal tinjunya, luka golok yangmenyayat dadanya telah membuat dia kehilangan tenaga

    untuk mengepalkan kembali tinjunya.Namun terjangan tubuhnya bagaikan sebuah martil besiyang sangat berat, menumbuk persis di dada orang itu keras-keras. Cahaya pedangberkilau, namun senjata itu malahterlepas dari genggamannya dan mencelat ke udara.Tubuh orang itu terlempar ke arah rekannya yang lain.Ketika masih di tengah udara, darah segar telah menyemburkeluar dari mulutnya, hingga sewaktu tubuhnya sudah terjatuhkembali ke lantai, semburan darah segar itu persis jatuhberhamburan di tubuhnya sendiri bagai percikan hujan gerimis

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    37/141

    membasahi dadanya yang sudah melengkung gara garatumbukan tersebut.Darah segar membasahi juga tubuh Siau Lui. Gara-garatumbukan yang keras tadi, mulut luka di dadanya kembalirobek besar, tapi ia masih berusaha untuk berdiri tegak.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/60

    Dua bilah pedang telah menempel di tengkuknya, hawasenjata yang dingin menggidikkan membuat bulu kuduknyapada berdiri, rasa ngeri terlintas dipiikirannya.Di kala kedua orang itu meluncur datang tadi, sebenarnyaia mempunyai cukup waktu dan tenaga untuk berkelit,melompat ke samping.Tapi sayang kekuatan yang tersisa itu sudah ikut mengucurkeluar bersama kucuran darah dari mulut lukanya, bahkantengkuknya juga mulai melelehkan darah segar.Bahkan sekarang ia sudah dapat merasakan rasa sakitakibat tusukan benda tajam yang menempel di tengkuknyaitu, merasakan kekakuan akibat hawa dingin yang memancardari mata pedang yang sangat tajam.Walau begitu, pinggangnya tetap berdiri lurus dan tegak,biar sampai mati pun ia tak bakal membungkukkanpinggangnya.Manusia berbaju abu-abu yang terkapar di tengah

    genangan darah itu kini sudah berhenti bernapas.Tapi orang berbaju abu-abu yang berada di belakangtubuhnya justru menghardik keras dengan nada yang dinginmenyeramkan."Kembali!"Tidak seharusnya Siau Lui menggeleng sebab ia sudah takdapat menggelengkan kepalanya lagi. Asal dia menggelengmaka kedua mata pedang yang menempel kuat di tengkuknyaakan menyayat kulitnya dan menusuk ke dalam badannya."Hrnm! Akan kulihat kau akan menggeleng ataumengangguk kali ini..." Ejek orang berbaju abu-abu yang lainsambil tertawa dingin.Siau Lui tertawa terbahak-bahak. Di saat sedang tertawa ia

    sudah menggelengkan kepalanya, di saat menggeleng, darahsegar pun segera bercucuran keluar, meleleh jatuh dari matapedang yang mengiris kulit tengkuknya."Aku selalu akan pergi ke mana aku senang pergi," katanyasambil tertawa.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/61

    "Hmm... hmm... sayang sekali kali ini kedua kakimu sudahtak bisa mengikuti perintah hatimu," kembali orang itu tertawadingin.Siau Lui segera merasakan lekukan kakinya teramat sakit,tahu-tahu ia sudah jatuhkan diri berlutut dengan kaki sebelah."Mau balik tidak?" mata pedang yang satunya lagi masih

    menempel ketat di atas tengkuknya.'Tidak!" jawaban Siau Lui tetap singkat."Tampaknya orang ini pingin mampus!" teriak orangberbaju abu-abu itu sengit."Yaa, tampaknya dia memang jauh lebih enak mati ditangan kita ketimbang mati ditangah Liong-su!"''Hmmm, aku justru tak akan biarkan ia mampus secaramudah, aku akan paksa dia untuk balik!"Mata pedangnya mulai bergeser menekan dibelakangpunggung Siau Lui, menekannya hingga memaksa tubuh anak

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    38/141

    muda itu melengkung ke bawah.Hampir saja kepalanya menempel di atas tanah karenatekanan mata pedang yang sangat kuat itu."Mau kembali tidak?" kembali orang itu menghardik."Tidak!" tiba tiba Siau Lui membuka mulutnya, menggigitpasir bercampur kerikil yang berserak di hadapannya lalumenyemburnya kuat kuat.Jawabannya masih tetap mengulang kata-kata yang sama,tak seorangpoun dapat memaksanya untuk mengubahjawaban itu.Sekalipun tubuhnya bakal dicincang hingga hancurberkeping selama ia masih dapat bicara, jawabannya akantetap sama dan tak akan berubah.Otot tangan orang berbaju abu-abu yang menggenggampedang itu sudah mulai menonjol keluar, mulai gemetar kerasmenahan emosi yang meledak di dalam dadanya.Ujung pedang yang menempel di punggung pemuda itupun ikut bergetar dan gemetar keras.Tetesan darah segar mengalir keluar tiada hentinyamenelusuri mata pedang yang bergetar itu, ujung pedangTiraikasih Website http://kangzusi.com/62

    yang tajam semakin menusuk ke dalam rubuhnya dan mulaimenembusi tulang punggungnya.

    Menyaksikan kucuran darah yang meleleh keluar daripunggung pemuda tersebut, tiba-tiba sorot mata manusiaberbaju abu-abu yang semula dingin kaku itu mulai membara."Kendorkan tanganmu!" mendadak orang berbaju abu-abuyang lain berteriak. "Ingat, yang diminta si pemesan adalahorang hidup!"Manusia berbaju abu-abu itu tertawa dingin."Hmm, jangan kuatir, kalau hanya satu-dua jam takbakalan membuat dia kehilangan nyawa.""Tapi kalau kau lanjutkan perbuatan itu, rasanya akan sulitbaginya untuk hidup lebih lanjut."Manusia berbaju abu-abu itu tertawa seram."Aku justru akan buat dia..." Belum habis ucapan tersebut

    tiba-tiba ia tutup mulut.Saat itulah dari kejauhan terdengar suara derap kaki kudayang ramai, dua ekor kuda sedang berlari mendekati tempattersebut, satu di antaranya bahkan sudah berada enam kakidari situ dan mulai memperlambat larinya.Sedang seekor kuda yang lain bergerak jauh lebih cepat, ialari sampai di luar tembok pekarangan baru menghentikangeraknya.Diiringi suara ringkikan kuda yang panjang, seekor kudabesar berwarna hitam pekat telah melompati pakar temboksetinggi delapan depa itu dan meluncur masuk bagaikan kudayang sedang terbang di angkasa.Cahaya emas berkilauan dari atas kuda, memancarkan

    sinar yang menyilaukan mata.Kembali terdengar suara ringkikan kuda yang panjang,kuda itu maju tiga langkah lagi ke depan lalu mengangkatkakinya berdiri tegak.Seorang kakek berambut putih duduk tegak lurus di ataspelana kuda itu. Seiring dengan hilangnya cahaya emas,terlihat sebuah tombak sepanjang satu koma empat kakiberada di dalam genggamannya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/63

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    39/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    40/141

    Ouyang Ci tertegun. Betul juga jawaban ini, meski saat inidia gelisah bercampur gusar, tapi jawaban tersebut betul-betulmembuatnya terbungkam dan tak mampu mengucapkansepatah katapun.Daging dan otot ujung bibir Siau Lui kini sudah mengejangkeras saking menahan rasa sakitnya yang tak terhingga.Darah juga masih bercucuran keluar dengan derasnya, tapi diamasih sanggup tersenyum, kembali ujarnya,"Jika sudah tahu salah tangkap, semestinya sikap kalianharus lebih sungkan dan hormat kepadaku, masa lagakmumasih begitu kurang ajar?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/65

    Ouyang Ci termenung sambil mengawasi wajahnya,cengkeraman juga telah mengendor, tapi secara mendadak iamenghardik lagi."Bagaimana pun juga, kau toh tetap sahabatnya."Siau Lui menghela napas panjang."Yaa, aku memang temannya, masa kau bukansahabatnya?"Sekali lagi Ouyang Ci tertegun, kini ia sudah melepaskancengkeramannya dan tanpa sadar mundur dua langkahdengan sempoyongan.Saat itu manusia berbaju abu-abu itu justru maju ke depan

    sambil menyodorkan tangan ke hadapannya seraya berseru,"Bawa kemari.""Apanya yang bawa kemari?""Sepuluh ribu tahil perak!""Sepuluh ribu tahil perak? Sudah salah tangkap sasaranmasih menuntut sepuluh ribu tahil?"Manusia berbaju abu-abu itu tertawa dingin, katanyahambar,"Semuanya ini toh kesalahanmu, bukan salahku. Bukankahyang kau minta adalah orang yang berada di rumah ini danharus diserahkan hidup-hidup. Kini telah kuserahkan diahidup-hidup kepadamu, berarti kami tidak salah.""Tapi..."

    "Bayar saja!" tukas kakek berambut putih itu tiba-tiba.Merah padam paras muka Ouyang Ci saking gelisahnya,kembali dia membantah."Tapi Siau-kim belum ditemukan, masa kita mesti serahkansepuluh ribu tahil perak...""Bayar mereka!" kembali kakek berambut putih itumenghardik.Ouyang Ci jengkel sekali, ia hentakkan kakinya berulang-kali dengan perasaan mendongkol, meski begitu, ia lepaskanjuga sebuah buntalan yang nampaknya sangat berat dari ikatpinggangnya.Tiraikasih Website http://kangzusi.com/66

    Dengan jari tangannya yang kuat manusia berbaju abu-abuitu menerima buntalan tadi, lalu setelah mengerling Siau Luisekejap katanya,"Orang ini kah yang sedang kalian cari?'"Bukan."Manusia berbaju abu-abu itu manggut manggut."Kalau memang bukan," katanya, "biar kami bawa pergi or-ang tersebut.""Kenapa?""Dia telah membantai orangku, jadi dia mesti mampus diujung pedangku," sahut manusia berbaju abu-abu itu sambil

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    41/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    42/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    43/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    44/141

  • 7/27/2019 Bunga Pedang Embun Hujan.txt

    45/141

    Jian-jian tidak berminat membongkar kedok rahasianya, diapun tak punya maksud untuk mengusirnya pergi dari situ.Sebab dia masih sangat membutuhkan dirinya kini, diamasih ingin memperalatnya, menggunakan dia untuk balasTiraikasih Website http://kangzusi.com/73

    dendam terhadap Siau Lui, memperalatnya sebagai perkakasuntuk melanjutkan hidupnya."Hei... siapa bilang mudah bagi seorang perempuansebatang kara untuk hidup tenteram seorang diri di dunia ini?"Jian-jian masih menundukkan kepalanya, ia mulaimelanjutkan pekerjaannya, menjahit pakaian yang dikenakan.Pakaian ini bukan miliknya, milik Kim Cwan.Padahal baju itu sama sekali tidak robek, ketika membantumengemasi pakaiannya tadi, dia memang sengajamerobeknya sedikit secara diam-diam.Bila seorang wanita ingin tunjukkan perasaan cintanyaterhadap seorang lelaki, tindakan apa lagi yang jauh lebihmudah ketimbang menjahitkan pakaian baginya?Kim Cwan sedang menggunakan ujung matanya untukmelirik perempuan itu secara diam-diam.Jian-jian tahu hal itu. Memang sejak awal dia inginmembantunya menciptakan kesempatan emas, memberinyasedikit semangat dan keberanian dan kini kesempatan

    tersebut nampaknya sudah tiba.Cahaya lentera menyorot di atas wajahnya, pipi danbibirnya nampak semu merah karena tersipu-sipu.Dia memang sengaja berbuat demikian, agar pemuda itutahu bahwa ia sudah mengetahui bahwa ia sedang curi-curimelirik dan memandang ke arahnya. Itulah sebabnyawajahnya berubah jadi semu merah, bukan wajahnya sajayang merah, perasaan hatinya ikut kalut, maka karena kuranghati-hati ujung jarum melukai ujung jarinya.Betul juga, Kim Cwan segera membuang bukunya dan larimendekat, ia lari dengan terburu-buru, penuh perhatian danrasa kuatir.Mungkin lantaran terlalu terburu napsu dan penuh rasa

    kuatir, maka tak tahan lagi ia geng-gam tangannya erat-eratseraya berseru,"Coba lihat... kenapa kau tidak hati-hati? Sakit tidak?"Tiraikasih Website http://kangzusi.com/74

    Jian-jian menggeleng, paras mukanya semakin memerahbegitu merah hingga menyerupai cucuran darah yang melelehdari ujung jarinya.Kim Cwan menggigit ujung bibirnya kuat-kuat, dia sepertiingin melukai juga bibirnya agar ikut berdarah."Mana mungkin tidak sakit? Coba lihat begitu banyak darahtelah bercucuran keluar...""Hanya sedikit berdarah, tidak apa-apa," sahut Jian-jian

    lirih.Ia meronta pelahan, seakan-akan ingin meronta agar lepasdari genggaman tangannya, tapi rontaan itu tidak terlalubertenaga.Genggaman Kim Cwan semakin kencang, kembali katanya," Kau terluka demi aku, aku... mana mungkin hatiku tenang?"Jian-jian tertunduk, pelan-pelan ia hisap darah yangmengucur dari ujung jarinya itu.Sekujur badannya seolah-olah jadi lemas secara mendadak