buletin al-ummah implementasi istishab pada labelisasi halal haram

Upload: himmah-mesir

Post on 28-Feb-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    1/28

    Labe

    lisasi

    Himmah Mesir @himmahmesir Himmahmesir.blogspot.com EDISI UJIAN TERM 2 2016

    Istsha

    b

    Halalpada

    mplem

    enta

    si

    Haram

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    2/28

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    3/28

    Diterbitkan Oleh:

    Pelindung:

    Penanggung Jawab:

    Pemimpin Umum:

    Pemimpin Redaksi:

    Redaksi Ahli:

    Sekretaris Redaksi:

    Tata Usaha:

    Reportase:

    Editor:

    Layout/Desain Sampul:

    Distributor:

    Web-Master:

    Alamat Redaksi:

    .

    Amanatul Ummah

    Adversing

    Muhammad Al-Barra

    Syaifullah Admadja

    M. Fajar Ali Qadha

    M. Maulal Karim

    M. Samsul Hadi,

    Mas Faiqul Khuluq,

    Mughni Rahmatullah.

    Badrus Sholeh

    Ibnu Chamdun,

    Muhammad

    Khoiruddin.

    Muhammad Nabil

    Muwaaq, Si

    Shoyah.

    Zia Hulhak, Ak

    Mahirotul Mahfudzoh.

    Faiz Hosainie Rafsanjanie.

    Muhidurrohman,

    Muhammad Nasrullah,

    Ahmad Fauzi.

    Faiz Hosainie Rafsanjnie.

    Tub Romly, el Naqabat-

    Build 27 Flat 04, Hayy

    Asyir, Madinat Nasr, Cairo.

    #

    BULETINAL-UMMAHEDISIU

    JIANTERM

    22016

    DAFTAR ISI

    1

    4

    7

    10

    14

    GALLERY

    SASTRA

    LENTERA

    17

    16

    18 ENGLISH STATION

    20DAPUR HIMMAH

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    4/28

    ##

    BULETINAL-UMMAHEDISIUJIANTERM2

    2016

    Assalamualaikum

    Haloooo.. lama gak jumpa niih.

    Berpelukaaan. Apa kabar teman

    -teman? Pada sehat semua kan?

    Hehe. Oh ya, sebelumnya Him-

    mah ingin mengucapkan

    selamat menunaikan ibadah

    puasa. Semangat terus iba-

    dahnya. Banyakin nyari pahalan-

    ya :D

    Eng ing eng.. Kabar gembiraaa.. bullen al-Ummah udah terbit nih!

    Dengan temanya, Implementasi Isshab pada Labelisasi Halam dan

    Haram. Apa sihisshab? Ialah adalah keberlangsungan hukum suatu

    problemaka pada masa sekarang-dan masa yang akan datang-

    sebagai bentuk ketetapan hukum pada masa lampau, hingga datang

    sebuah argumen atau petanda-petanda (dalil) yang mengubah ke-

    tetapan hukum tersebut. Tapi bagaimana labelasinya pada halal dan

    haram? Geeh monggo diam sejenak dan.. kita baca sama-sama. in-

    syaAllah bermanfaat dah.

    Tidak hanya tentang isshab, disini masih banyak rubrik lain loh.

    Misal Azharian, Resensi, Sastra, Arab, Inggris dan masih banyak lagi.

    Banyak hidangan. Gak bakalan bosenin lahpokoknya.

    Oh ya, di rubrik dapur Himmah kita mengangkat seorang tokoh fe-

    nomenal. Hidupnya melegenda. Seseorang yang bahkan di curigai

    sebagai wali. Wallahu Alam. Siapakah dia? Penasaran?

    Merapat gaaaan :P

    EDITORIAL

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    5/28

    SOROT

    JJ

    ika peradaban Yunani adalah peradaban fil-

    safat, dan peradaban Eropa kontemporer adalahperadaban ilmu dan teknologi, maka peradaban Islam

    dengan salah satu capaian terbesarnya-jika boleh

    dikatakan-adalah peradaban fikih. Inilah ungkapan

    menarik Muhammad Abid al-Jabiri dalam bukunya

    Takwn al-Aql al-`Araby. Dengan berani ia mengatakan

    bahwa fikih merupakan produk murni yang lahir dari

    rahim atau hasil dialektika Arab-Islam. Maka sepatut-

    nya kita berbangga memiliki peradaban luar biasa, yang

    sejatinya akan sulit kita temui padanannya dalam yuris-

    prudensi hukum positif manapun. Fikih berusaha men-

    ciptakan formulasi hukum yang konsen terhadap realitas

    -realitas masyarakat, sedangkan usul fikih bergumul

    pada tataran formulasi nalar hukum. Fikih dan usul

    fikih merupakan dua entitas yang tidak dapat

    dipisahkan. Melalui usul fikih, hukum-hukum Islam

    lahir menjadi hukum yang berada di garda depan dan

    meninggalkan hukum-hukum lain.

    Namun, pergerakan yurisprudensi Islam tidak

    ujug-ujugdan mak gedabrukterbentuk menjadi sebuah

    hukum yang matang dan siap kita konsumsi. Hukum

    dihasilkan melalui proses istinbthyang berpijak padadalil-dalil otoritatif dengan berbagai perangkatnya. Dan

    salah satu perangkat yang perlu kita telaah dan kaji

    secara kritis adalah istishab. Namun sebelum melangkah

    lebih jauh, penulis akan melakukan penjernihan makna

    secara definitif sebagai basis awal pemetaan dalam ter-ma istishab. Secara etimologi kata istishab merupakan

    derivasi dari kata al-mushhabah yaitu al-

    mulzamah yang berarti persahabatan. Secara termi-

    nologi ulama ushliyynsepakat mendefinisikan istishab

    sebagai keberlangsungan hukum suatu problematika

    pada masa sekarang-dan masa yang akan datang-

    sebagai bentuk ketetapan hukum pada masa lampau,

    hingga datang sebuah argumen atau petanda-petanda

    (dalil) yang mengubah ketetapan hukum tersebut.

    Dengan kata lain, hukum-hukum yang sudah ada pada

    masa lampau tetap memiliki eksistensi atau tetap berla-

    ku untuk zaman sekarang dan yang akan datang, selama

    tidak ada dalil-dalil otoritatif lain yang mengubah status

    hukum tersebut.

    Sebagai contoh, dalam masalah pernikahan.

    Seorang perjaka dan seorang perawan melangsungkan

    suatu akad pernikahan. Setelah berlangsungnya hub-

    ungan suami istri, suami menggugat bahwa istrinya su-

    dah tidak perawan lagi. Pernyataan atau tuduhan suami

    ini tidak dapat dibenarkan, kecuali ia mampu

    mengemukakan bukti yang kuat dan alasan logis yangdapat diterima. Karena pada dasarnya, seseorang

    dikatakan perawan berarti ia belum pernah melakukan

    hubungan suami-istri. Contoh lain, Penetapan hak milik

    Siti Shofiyah

    BingkaiBingkaiBingkaiOtoritatifOtoritatifOtoritatif

    IstishabIstishabIstishab;( (Penyematan Label Halal-

    Haram)

    1

    BULETINAL-UMMAHEDISIU

    JIANTERM

    22016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    6/28

    seseorang atas suatu barang yang ia

    peroleh melalui pembelian, warisan,

    hibah, dan wasiat. Hak milik ini

    akan terus berlangsung untuk

    selamanya, sampai ada bukti yang

    menyatakan bahwa hak milik terse-

    but sudah berpindah ke tangan orang

    lain. Dari dua contoh kasus di atas

    dapat disimpulkan bahwa metode

    yang diterapkan untuk menetapkan

    hukum tersebut didasarkan pada ka-

    camata istishab.

    Secara nalar kolektif, akan

    timbul kesadaran bahwa posisi kru-sial yang diemban oleh istishab ada-

    lah menguatkan status hukum asal.

    Istishab memiliki kuasa-otoritatif

    untuk menyematkan sebuah label

    halal-haram atau boleh-tidak boleh

    dalam suatu perkara melalui hukum

    asal. Oleh karena itu, menurut Zak-

    ky al-Din Syabandalam bukunya

    Ushul al-Fiqhistishhab tidak

    bisa menetapkan suatu hukum baru,

    ia hanya melanjutkan hukum asal

    atau mempertahankan hukum yang

    sudah ada. Inilah yang disebut oleh

    beliau dengan Istishhb hujjah li

    ibq`i m kna `al m kna l li

    itsbti m lam yakun. Maka tidak

    heran, jika pada tataran ini para ula-

    ma usul fikih masih berbeda pen-

    dapat mengenai kehujjahan istishab

    ketika tidak ada dalil yang menjelas-

    kan suatu kasus yang sedang dihada-pi.

    Terdapat tiga kubu ulama

    yang mengetengahkan pendapat

    mereka tentang kehujjahan istishab:

    Pertama, mayoritas ahli kalam yang

    menyatakan bahwa istishab tidak

    bisa dijadikan pijakan. Karena

    hukum yang ditetapkan pada masa

    lalu menghendaki adanya sebuah

    dalil, demikian juga untuk menetap-

    kan hukum yang sama pada masa

    sekarang dan yang akan datang, ha-

    rus berdasarkan dalil. Bagi mayori-

    tas ulama mutakallimin, istishab

    bukan lah dalil. Oleh karena itu,

    menetapkan hukum melalui istishab

    merupakan penetapan hukum tanpa

    dalil. Meskipun hukum yang telah

    lalu ditetapkan menggunakan dalil,

    namun untuk memberlakukan

    hukum tersebut di masa yang akan

    datang tentu memerlukan dalil lain.

    Kedua, mayoritas Hanafiyyah yang

    menjadikan istishab sebagai hujjah

    untuk menetapkan hukum yang su-

    dah ada, dan menganggap hukum

    tersebut tetap berlaku di masa yangakan datang, tetapi tidak bisa

    menetapkan hukum yang belum ada

    dan tidak bisa menjadi pijakan

    sesuatu yang akan ada. Inilah yang

    dimaksudkan oleh mayoritas

    Hanafiyyah sebagai Istishhb hu-

    jjah li daf`i wa nafyi l li istbt wa

    al-istihqq.

    Ketiga, ulama Malikiyyah,

    Syafi`iyyah, Hanabilah, Zha-

    hiriyyah, dan Syi`ah yang menya-

    takan bahwa istishab bisa menjadi

    hujjah secara mutlak untuk menetap-

    kan hukum yang sudah ada, selama

    belum ada dalil yang mengubahnya.

    Mereka berapologi bahwasannya

    sesuatu yang ditetapkan pada masa

    lalu tetap memiliki fungsinya sampai

    kapanpun, kecuali ada dalil yang

    merubah ketetapan hukum tersebut.

    Apabila tidak demikian, hukum Tu-han akan terkesan rigid dan kaku

    serta kehilangan fungsi dan eksis-

    tensinya karena tergerus oleh peru-

    bahan zaman. Dapat dipastikan bah-

    wa hukum-hukum Tuhan tidak akan

    berlaku untuk generasi-generasi se-

    lanjutnya. Dan Islam yang katanya

    shlih f kulli zamn wa mkanhan-

    ya akan menjadi slogan basi yang

    kehilangan gaungnya dan tidak perlu

    digembor-gemborkan lagi.

    Tak heran jika dalam be-

    berapa kasus, para ulama berbeda

    pendapat. Hal ini dapat dilihat dalam

    kasus mafqd (orang hilang yang

    tidak diketahui keadaannya, apakah

    masih hidup ataukah sudah mening-

    gal). Menurut ulama Malikiyyah,

    Syafi`iyah, Hanabilah, Zhahiriyah

    dan Syiah, orang hilang berhak

    menerima bagian warisannya. Bagi-

    an tersebut disimpan sampai

    keadaan orang tersebut diketahui,

    apakah masih hidup sehingga harta

    warisan itu diserahkan kepadanya,

    ataukah ia sudah meninggal sehing-

    ga harta warisnya diberikan kepadaahli waris lain. Demikian juga apabi-

    la ada seseorang yang berwasiat,

    mewakafkan atau menghibahkan

    sesuatu kepada orang hilang terse-

    but. Akan tetapi ulama Hanifiyah

    membatasi hal tersebut sampai em-

    pat tahun setelah kepergiannya. Jika

    belum habis masa empat tahun terse-

    but, maka harta warisnya tidak boleh

    dibagikan kepada ahli waris lainnya.

    Menurut ulama Hanafiyyah, orangyang hilang tidak bisa menerima

    warisan, wasiat, hibah dan wakaf,

    karena belum bisa dipastikan ia

    masih hidup. Harta tersebut juga

    belum bisa dibagikan kepada ahli

    warisnya, sampai terbukti bahwa ia

    benar-benar sudah meninggal. Kare-

    na penyebab adanya waris adalah

    meninggalnya seseorang. Istishab

    bagi ulama Hanafiyyah hanya berla-

    ku untuk mempertahankan hak

    (harta orang hilang itu tidak bisa

    dibagi), bukan untuk menerima hak

    atau menetapkan hak baginya,

    (menerima waris, wasiat, hibah dan

    wakaf).

    Menurut Dukturah Tsariya

    Mahmud Abdul Fattah, posisi

    istishab sendiri masuk pada klasifi-

    kasi dalil-dalil yang dapat diterima

    bagi mayoritas ulama, selainmashlih al-mursalah. Jika diband-

    ing dengan istihsn atau qaul

    shahbi, yang keberadaannya masih

    SOROT

    2

    BULETINAL-UMM

    AHEDISIUJIANTERM2

    2016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    7/28

    diperdebatkan secara sengit oleh kebanyakan ulama.

    Maka dapat disimpulkan bahwa istishab dapat dijadikan

    pijakan selama tidak bertolak belakang dengan teks-

    teks original-otoritatif al-Qur`an dan Sunnah, dan jika

    membawa kemaslahatan secara nyata bagi umat manu-

    sia di bumi. Dengan ini, tujuan-tujuan syariat akan

    terrealisasikan, yaitu membawa kemaslahatan bagi

    manusia di dunia dan di akhirat.

    Dari sini, perlu kiranya untuk melacak bebera-

    pa kaidah yang menjadi pondasi istishab atau kaidah-

    kaidah umum yang didasarkan pada istishab. Pertama,

    al-ash baq` m kna `al m kna, hatta yutsbita m

    yughaiyyiruh. Maksud dari kaidah ini adalah pada da-

    sarnya seluruh hukum yang sudah ada dianggap berlaku

    terus sampai ditemukan dalil yang mampu menunjuk-

    kan bahwasannya hukum tersebut tidak berlaku lagi.

    Kedua, al-ashl f al-asyy` al-ibhah. Pada hakikatnya,

    setiap hal-hal yang sifatnya bermanfaat bagi manusia

    hukumnya adalah boleh. Melalui kaidah ini, dapat

    dipastikan hukum setiap transaksi adalah sah, selama

    tidak ada dalil yang menunjukkan kebalikannya. Se-

    bagaimana sesuatu yang tidak ada dalil yang mengha-

    ramkannya, maka hukumnya adalah boleh.

    Ketiga, al-yaqn l yuzlu bi al

    -syak. Suatu

    keyakinan kedudukannya tidak bisa digantikan dengan

    sesuatu yang masih diragukan. Melalui kaidah ini, jika

    seseorang yang telah berwudhu dan merasa ragu apakah

    wudhunya batal atau belum, maka ia berpijak pada

    keyakinannya bahwa ia telah berwudhu dan wudhunya

    tetap sah. Akan tetapi, hal ini mendapat pengecualian

    dari ulama Malikiyyah dalam perihal salat. Menurut

    mereka apabila keraguan tersebut berada pada ruang

    lingkup salat, maka kaidah ini tidak berlaku. Oleh kare-

    na itu, apabila seseorang ragu dalam perihal wudhunya,

    maka ia wajib berwudhu kembali. Keempat, al-ashl f

    al-dzimmah al-bar`ah min al-taklf wa al-huqq. Se-

    jatinya, seseorang tidak dibebani tanggungjawab sebe-

    lum ada dalil yang menetapkan tanggungjawab

    seseorang. Oleh sebab itu, seorang tergugat tidak bisa

    dinyatakan bersalah dalam kasus apapun sebelum ada

    bukti yang kuat dan mampu meyakinkan bahwasannya

    ia bersalah.

    Pada dasarnya, urgensitas kedudukan istishab

    terlihat ketika para ulama tidak menemukan pijakan

    dasar dalam al-Qur`an, Sunnah, ijmak dan qiyas.

    Dengan kata lain, istishab dapat digunakan sebagai da-

    sar hukum setelah empat pilar di atas dengan memper-

    timbangkan beberapa unsur yang melingkupinya. Se-

    baliknya, menetapkan hukum melalui istishab tanpa

    memeriksa pada empat pilar tersebut adalah haram

    hukumnya, apalagi masalah tersebut telah dibahas

    secara rinci oleh al-Qur`an, Sunnah, ijmak, dan qiyas.

    Namun, meskipun beberapa perkara tidak memiliki

    landasan dalil yang kuat, tapi ia memperoleh legalisasi

    melalui salah satu perangkat hukum Islam yaitu istish-

    hab. Jika menilik beberapa kaidah di atas; hukum asal

    sesuatu itu adalah boleh. Maka dapat diasumsikan bah-

    wa istishab adalah pelabuhan terakhir beredarnya be-

    berapa hukum Islam. Ia juga mengukuhkan status

    hukum asal suatu perkara, serta memiliki kuasa untuk

    menyematkan label halal-haram melalui hukum asal.

    Inilah pentingnya istishab, dengannya hukum Tuhan

    serta Sunnah Rasul akan berlaku untuk zaman-zaman

    dan generasi yang akan datang. Dan Islam yang katanyashlih f kulli zamn wa mkan akan menjadi adagium

    yang mampu berdialektika dengan ruang dan waktu

    yang berbeda. [.]

    SOROT

    3

    BULETINAL-UMMAHEDISIU

    JIANTERM

    22016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    8/28

    OPINI

    Pada masalah yang masih

    mengandung khilaf, kita

    boleh memperketat diri, na-

    mun tidak bisa di pasangkan

    kepada orang lain.

    KetidakKetidakKetidakSesuaian YangSesuaian YangSesuaian Yang

    MenjamurMenjamurMenjamur

    Faiz Hosainie Rafsanjanie

    4

    BULETINAL-UMM

    AHEDISIUJIANTERM2

    2016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    9/28

    Dewasa ini kita sering di

    suguhkan oleh hal-hal aneh yang

    mungkin belum pernah kita temui

    sebelumnya. Dengan maraknya

    teknologi di zaman serba modernini, akhirnya gejolak perubahan dan

    hasrat pembangunan itu muncul dari

    masing-masing pihak, bahwasanya

    perubahan demi pembaharuan me-

    mang harus di lakukan. Namun di

    lain sisi ternyata kita juga diharus-

    kan untuk menjaga dan melestarikan

    budaya yang sudah ada dengan ban-

    yaknya kearifan budaya lokal yang

    sampai saat ini masih berkembang

    bahkan masih mengupayakan tingkatkeaslian dari awal kali munculnya

    budaya tersebut. Ke dua hal ini me-

    mang seharusnya ada dan seha-

    rusnya memang harus selalu di jaga.

    Keseimbangan adalah modal

    bagi setiap bangsa agar bisa lebih

    mengupayakan gaya modern yang

    mengikuti perkembangan zaman,

    namun juga masih mejaga serta me-

    lestarikan keanekaragaman budayayang sudah melekat sejak ter-

    bentuknya budaya tersebut. Sebab,

    itulah akar di mana emosional dan

    watak terbentuk melalui kearifan

    lokal lingkungan yang men-

    dukungnya.

    Perlu kita ketahui sebe-

    lumnya, ketika seseorang atau suatu

    lembaga bahkan istansi negara mem-

    berikan suatu gagasan, bahwasannyasemua hal pasti mempunyai maksud

    dan tujuan tertentu dalam men-

    gutarakan suatu gagasan tersebut.

    Namun satu hal yang harus lebih

    kita fahami adalah, semua gagasan

    pasti mempunyai tempat dalam

    konteksnya masing-masing. Di da-

    lam ilmuBalaghahkita menemukan

    dua objek terpenting dalam muncul-

    nya ilmu tersebut, selain menguak

    rahasia keindahan kata agar lebihenak untuk di fahami, ilmu tersebut

    juga menuntun kita agar berbicara

    sesuai dengan tempat dan kondisi

    yang ada, terkait maqamdan maqal.

    Mengenai hal tersebut, akhir

    -akhir ini kita telah mendengar bah-

    wasanya MUI mengeluarkan suatu

    hal yang aneh atau yang menurut

    saya itu adalah suatu hal yang

    janggal, terkait labelisasi halal yang

    ada pada hijab akhwatdi Indonesia.

    Sebenarnya tidak ada masalah, na-

    mun konteks yang semestinya di

    gunakan untuk melabeli makanan

    agar tidak terkontaminasi hal-hal

    yang semestinya tidak terkandung

    dalam makanan tersebut, malah digunakan untuk melebeli hijab yang

    saya pun masih belum mengetahui

    dengan pasti maksud dan tujuan atas

    diselenggarakannya hal tersebut?.

    Selanjutnya mari kita kupas.

    Mungkin ada beberapa sebab dari

    banyaknya sebab yang membuat

    adanya labelisasi tersebut muncul ke

    permukaan Indonesia:

    Sejak awal kalimunculnya hijab syari yang di-

    lontarkan oleh pihak-pihak yang me-

    nyerukan untuk kembali kepada al-

    Quran dan Hadist tersebut,

    sebenarnya saya sudah agak rancu.

    Bukan masalah ketika hijab yang

    ada di sekitar kita tambah melebar,

    atau bahkan sampai menutupi lutut

    atau kaki dan semacamnya, namun

    yang paling menakjubkan dalam hal

    ini adalah akan munculnya gelom-bang deskriminasi untuk hijab-hijab

    yang lainnya. Nah ini kan virus?

    Tentunya hal-hal semacam ini akan

    banyak memunculakan dugahan-

    dugahaan yang bersifat rasis. Misal-

    nya memunculkan sifat arogansi

    oleh pemakainya karena mengklaim

    dirinya lah yang paling syari dari

    pada yang lain. Namun sekali lagi

    hal ini sebenarnya tidak masalah jika

    memang niatnya untuk lebih bisa

    menjaga aurat dan semacamnya ka-

    rena di dalam usul fikih kita akan

    menemukan kaedah di dalam pem-

    bahasan lima kaedah besar yang

    mencakup semua furu yang ada di

    dalam pembahasan fikih yang salah

    satunya adalah al-Umuru Bima-

    qoshidiha, yang menunjukan bahwa

    sah atau tidaknya suatu perbuatan itu

    bergantung pada niatnya.

    MUI adalah sebuah majelis

    yg berfungsi sebagai wadah gabun-

    gan ormas-ormas Islam yang ada di

    Indonesia, dan majelis tersebut

    bukan merupakan bagian dari

    pemerintahan sehingga ia berdiri

    independen di atas masyarakat. Tu-gas MUI salah satunya adalah mem-

    berikan fatwa dengan tidak mengikat

    warga Indonesia untuk mengikuti-

    nya. Berbeda dengan hakim yang

    sifatnya wajib untuk di ikuti.

    Dengan adanya hal ini tentu seha-

    rusnya ada kebebasan berpikir bagi

    kita agar tidak terlalu memikirkan

    hal-hal kecil semacam label tersebut.

    Namun dengan adanya hal ini seha-

    rusnya Majelis tersebut juga lebihberpikir kedepan agar tidak membu-

    at rancu pemikiran masyarakat mod-

    el awam seperti kita. Dikhawatirkan

    jika dengan adanya label tersebut

    akan memunculkan gelombang miss

    communicationyang akhirnya malah

    membuat warga muslim di Indonesia

    akan merasa di persulit bahkan akan

    merasa susah untuk berhijab.

    Laa wong cuman hijab kokmesti golek seng halal, emange onok

    hijab seng haram? Dan mereka

    yang sudah berniat untuk memakai

    hijab pun lambat laun nantinya ma-

    lah membuat mereka lebih memilih

    untuk tidak berhijab, karena dirasa

    kebaikan semakin hari semakin sulit

    untuk di lakukan.

    Inisiatif label halal

    tersebut mungkin juga muncul kare-

    na adanya jilbob atau hijab boob

    yang belum lama ini tengah marak

    dan menjadi tren di kalangan

    OPINI

    5

    BULETINAL-UMMAHEDISIU

    JIANTERM

    22016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    10/28

    masyarakat. Pasalnya hijab yang

    seharusnya menjadi penutup agar

    terlihat lebih tertutup dari pan-

    dangan khalayak umum, malah

    digunakannya untuk ajang pamerkemolekan tubuh sang pemakainya.

    Namun jika benar adanya labelisasi

    halal pada hijab itu muncul karena

    adanya jibob ini, maka akan sedikit

    aneh juga untuk di kaitkan, karena

    sebenarnya hal ini lebih ke pakaian

    yang mereka pakai, dan sama sekali

    tidak ada hubungannya dengan hi-

    jab. Namun jika memang benar

    seandainya jilbab itu terkena lebel

    karena adanya hal tersebut, lantas

    apa gunanya label halal itu? Kalau

    memang seandainya hijab yang

    mereka pakai telah berlabel halal,

    sama sekali tidak mempengaruhi

    gaya pakaian mereka. Jika niat yang

    mereka gunakan sama dengan sebe-

    lumnya, toh ini lebih cenderung ke

    pakaian yang mereka pakai. Dan

    akhirnya malah membuat rugi, kare-

    na sudah ada banyak waktu yangterbuang sia-sia karena telah melad-

    eni hal tersebut, yoweslah embu

    mbah.

    Dari semua macam sebab

    yang ada, seharusnya pihak MUI

    juga harus mempertimbangkan ban-

    yak hal terkait hal tersebut. Ketika

    mereka mengeluarkan fatwa, terka-

    dang mereka jarang sekali memper-

    timbangkan keadaan masyarakat

    yang sedang di alaminya. Seperti

    halnya kasus rokok yang sempat

    membuat ricuh kaum mayoritas.

    yang mana MUI mengharamkan

    rokok untuk kalangan remaja yang

    masih di bawah umur. Ini memang

    bagus, dan bahkan sangat bagus,

    namun hal semacam ini terkadang

    malah membuat warga gaduh, inilah

    akibat adanya perbedaan yang tidak

    tersentuh. Akhirnya malah membuatsesuatu yang tujuan awalnya baik

    namun malah berakibat fatal, dan

    bahkan membuat pemeluk kedua

    ormas terbesar di Indonesia terasa

    regang untuk beberapa saat.

    Apakah hal semacam ini

    sengaja di lakukan? Kalau misalkan

    bener seperti itu, lantas apa dasar

    dan tujuan dengan adanya hal terse-

    but? Apa hanya untuk menambah

    kekeruhan yang sedang terjadi akhir

    -akhir ini? Atau sekedar ingin men-

    gusik kedamaian yang ada di Indo-

    nesia? Entah sengaja atau tidak,

    yang pasti saya yakin ada faktor

    politik yang membuat terdorongnya

    hal-hal semacam ini. Padahal mere-

    ka tahu sendiri bahwasanya orangyang menyuruh kebaikan tapi tidak

    dengan melihat kondisi yang sedang

    di alaminya, berarti mereka terma-

    suk kedalam orang-orang yang

    munafik.

    Dengan masalah yang

    masih mengandung khilaf, kita

    boleh memperketat diri, namun tid-

    ak bisa di pasangkan kepada orang

    lain, karena ini adalah masalah khil-

    af yang bahkan hampir setiap orang

    mempunyai pendapatnya masing-

    masing, dan begitupun para pakar

    ulama yang telah memberikan kita

    banyak khilaf hingga saat ini.

    Bukankan hujjah mereka sama-

    sama kuat?

    Namun bisa jadi juga hal ini

    muncul di karenakan kurangnya

    wawasan mereka mengenai hal kon-

    temporer, sedangkan watak pikiranmereka masih plek dengan turats

    yang ada, atau bahkan karena ku-

    rangnya pemahaman terhadap turats

    itu sendiri?. Sedangkan sebenarnya

    al-Quran dan Hadist atau bahkan

    kitab turats pun kompatibel ter-

    hadap semua kondisi dan zaman.

    Atau mungkin karena terlalunya

    mengerucut ke akar furu yang

    sebenarnya tidak terlalu dipermasa-

    lahkan namun karena ada suatu hal

    yang mendorong, akhirnya tetap di

    lakukan.

    Dari semua data yang

    mungkin bisa menjadi dasar atas

    terjadinya gagasan label pada hijab

    yang tengah di lakukan oleh pihak

    MUI tersebut, tentunya hal ini akanmengundang produk hukum baru

    yang mangaitkan hal yang asalnya

    tidak mempunyai hukum dan pada

    akhirnya mengundang hukum baru.

    Dan dengan ini, tentunya

    hal semacam itu tidak akan lepas

    dari peran istishab dalam hukum

    hijab tersebut. Misal, yang tadinya

    seseorang bisa bebas memilih dan

    memakai hijab apa saja, kemudiandi batasi dan hanya boleh memakai

    hijab yang bertendensi halal

    menurut MUI saja. sebenarnya sah-

    sah saja dalam agama, namun sekali

    lagi, apakah hal sepele seperti ini

    harus mengalami istishab? Apakah

    mereka tidak khawatir dengan masa

    depan yang semakin hari semakin di

    persulit dengan adanya hukum baru

    yang sebenarnya tidak terlalu pent-

    ing untuk di pikirkan, dan lagiantidak ada gunanya. Toh sama-sama

    hijab gituloh? Ini asumsi pribadi

    kok, malah berubah menjadi obrora-

    lan publik yang bahkan berubah

    drastis menjadi trending topic! Kan

    lucu sekali. Dan satu lagi, di

    takutkan hal ini nantinya cenderung

    akan menyempitkan pemikiran

    masyarakat. Tentu pengaruhnya

    sangat besar dan seakan mereka

    merasa terkekang dengan adanya

    hal ini, dan mungkin akan mulai

    bermunculan pemikiran-pemikiran

    radikal yang seharusnya fikih

    digunakan untuk memudahkan pen-

    ganutnya, malah di gunakan seakan

    menjadi sesuatu yang angker yang

    bahkan membuat pelaksananya ka-

    bur kalang kabut. Dan akhirnya ma-

    sa peradaban Bani Israel terulang

    kembali. [.]

    OPINI

    6

    BULETINAL-UMM

    AHEDISIUJIANTERM2

    2016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    11/28

    ZH RI N

    inggu 21 Februari 2016,

    pemimpin tertinggi

    institusi al Azhar Kairo

    Mesir, Grand Syaikh al Azhar, Prof.

    Dr. Syaikh Ahmad Muhammad

    Ahmad al Tayyeb beserta dua belas

    delegasi lainnya, seperti Abdel

    rahman al Hasan--mantan presiden

    republik sudan, Mahmud Hamdi Ali

    Zaqzuq--mantan mentri agama

    Mesir, Prof. Abd al Fattah al Awari--

    dekan fakultas Ushuluddin al Azhar,

    Prof. dr. Ali al Nuami--sekjen

    Majelis Hukama al-Muslimin, dan

    juga pemuka agama Mesir lainnya,

    telah mendarat di bandara Halim

    Perdana Kusuma dan disambut apik

    oleh mentri agama Lukman Hakim

    Saifuddin dan sekjen Ikatan Alumni

    al Azhar Indonesia (IAAI), Muchlis

    M. Hanafi, Prof. Quraisy Shihab dan

    sejumlah duta besar negara sahabat.Ini merupakan sebuah kehormatan

    tersendiri bagi Indonesia,

    dikarenakan ini adalah kunjungan

    awal kalinya bagi Syaikh Ahmad al

    Tayyeb di negeri yang kita tercinta,

    Indonesia.

    Dalam pertemuannya,

    mentri agama, Lukman Hakim,

    menaruh harapan besar kepada

    Grand Syaikh al Azhar supaya

    menyaksikan langsung dengan

    cermat sosialisasi dan interaksi

    kehidupan beragama yang ada di

    Indonesia ini--

    khususnya umat

    Islam, hingga pada akhirnya bisa

    disampaikan kepada dunia

    internasional bagaimana sih model,

    gaya, dan metode Islam yang ada di

    negara lemah lembut itu.

    Mudah-mudahan beliau

    bisa berbicara di dunia

    internasional, bahwa Islam yang

    berkembang di Indonesia bisa jadi

    model dan metode bagi umat Islamdi dunia dalam ikut membangun

    peradaban di dunia ini. Ujarnya.

    Menteri agama juga

    berharap dengan kedatangan Grand

    Syaikh ini bisa memberikan efek-

    efek positif kepada umat beragama

    Indonesia--khususnya umat Islam--

    dan memberikan nasihat-nasihat

    keagamaannya akan bahaya faham

    radikal yang mengatas namakan

    Islam, serta mengaungkan dan

    menyuarakan Islam yang wasatiyah,

    tawazun, yakni Islam yang berada di

    jalan tengah antara dua kutubmagnet yang saling berlawanan.

    Misalnya jalan tengah antara

    spritualisme (ruhaniyyah) dan

    materialisme (maddiyyah). Menteri

    agama mengaku sangat bersukur

    lantaran Grand Syaikh tidak hanya

    bertemu presiden dan masyarakat,

    tetapi turut menemui Majelis Ulama

    Indonesia (MUI). Beliau

    berpendapat bahwasanya kedatangan

    pemimpin agung lembaga institut alAzhar ini sesuai pada momentum

    atau sikon yang sangat tepat,

    mengingat Indonesia akhir akhir ini

    Kunjungan Grand Syaikh

    al-Azhar

    ke Indonesia

    Mudah-mudahan beliau

    bisa berbicara di duniainter-

    nasional, bahwa Islam yang

    berkembang di Indonesia

    bisa jadi model dan metode

    bagi umat Islam di dunia

    dalam ikut membangun

    peradaban di dunia ini.

    Ujarnya.

    M

    Ahmad Fauzi

    7

    BULETINAL-UMMAHEDISIU

    JIANTERM

    22016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    12/28

    dibanjiri dengan permasalahan-permasalahan yang bersangkut-paut dengan isu agama.

    Dalam kunjungannya, Grand Syaikh berada di Indonesia selama enam hari untuk menemui beberapa

    petinggi Indonesia dan menemui beberapa instansi-instansi pendidikan yang telah dijadwalkannya. Lebih

    runtutnya ada di tabel agenda di bawah ini.

    Tabel Agenda Kunjungan Grand Syaikh al Azhar di Indonesia

    Senin 22 Februari 2016, tepatnya pukul 10:00 WIB, Presiden Joko Widodo menyambut dengan hangat

    atas kunjungan Grang Syaikh dan para rombongannya di Istana Merdeka, dan serta ikut dihadiri hari itu oleh

    Mentri Agama--Lukman Hakim Saifuddin, Wamenlu--A.M. Fachir dan Prof. Quraish Shihab. Dalam

    pertemuannya, presiden bertererimakasih atas kunjungan hangat ini dan berharap kepada Grand Syaikh supaya

    bisa memberikan pencerahan keagamaan kepada umat Islam Indonesia dan terus membina dengan baik

    mahasiswa dan mahasiswi Indonesia yang berada di Mesir akan bahaya faham radikal, faham yang jauh dari perikemanusian, dan faham yang jauh dari nilai moral agama Islam, supaya kelak dikemudian hari bisa diamalkan dan

    di ajarkan, dan masyarakat tidak tersesat.

    Secara khusus, bahwa presiden mengharapkan dari Syaikh Azhar untuk dapat memberikan pencerahan

    kepada masyarakat

    muslim Indonesia dalam

    kunjungan ini dan

    seterusnya dapat

    membimbing mahasiswa-

    mahasiswa Indonesia di

    Mesir dibawah naunganal Azhar untuk kembali

    menyebar-luaskan faham

    Islam yang moderat, yang

    jauh dari ekstrimisme,

    yang rahmatan lil

    alamin. Paparnya (Alwi

    Shihab).

    Presiden menambahkan

    dalam perbicangannya,

    beliau sangat

    mengapresiasi atas

    kunjungan kehormatan

    ini sebagai undangan

    pemerintah Indonesia

    no tanggal Rentetan Kunjungan

    1 21 Februari2016

    Tiba di Bandara Halim Perdana Kusuma

    2 22 Februari2016

    Pertemuan dengan Presiden Joko Widodo dan MUI Pertemuandengan Majelis Hukama al Muslimin

    3 23 Februari2016

    Kuliah mum dan temu alumni al Azhar meninjau pusat studi alQuran pimpinan Prof. Dr. Quraisy Shihab mengunjungi masjidal Azhar bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla

    4 24 Februari

    2016

    Penganugrahan gelar doktor kehormatan dari UIN Maulana Malik

    Ibrahim, Malang

    5 25 Februari2016

    Peresmian gedung pasca sarjana universitas Darussalam Gontor,Ponorogo, Jawa Timur

    6 26 Februari2016

    Kembali ke Mesir

    ZH RI N

    8

    BULETINAL-UMM

    AHEDISIUJIANTERM2

    2016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    13/28

    dengan tujuan mempererat hubungan

    diantara dua belah negara di bidang

    pendidikan, kebudayaan, dan

    dakwah keagaamaan. Presiden juga

    menjanjikan akan berkunjung keMesir sebagai lawatan balasan

    Presiden Sisi yang tidak lama

    kemarin sudah berkunjung ke

    Indonesia.

    Selepas dari istana presiden,

    Grand Syaikh mengadakan audiensi

    bersama pimpinan MUI, menteri

    agama, duta besar Negara-negara

    sahabat, dan sejumlah tokoh pusat di

    kantor MUI. Grand Syaikhmenyampaikan risalah persatuan

    yang sangat mendasar di internal

    umat Islam. Perbedaan pendapat

    yang muncul seharusnya tidak

    menjadi benih pertikaian.

    Jangan menganggap

    pendapat orang lain salah dan

    mengklaim pendapat kita paling

    benar. Tuturnya di kantor MUI.

    Disela pembicaraannya,Grand Syaikh memuji ulama

    Indonesia karena telah sukses

    mengelola perbedaan pandangan

    agama dalam masyarakatnya, dan itu

    tidak terlepas dari kiprah peranan

    para ulama nya. beliau juga

    berberharap kepada para ulama,

    supaya bisa membawa ruh toleransi

    terhadap perbedaan tadi ke

    masyarakat. Karena ekstrimisme

    akan melahirkan sikap yang mudah

    mengkafirkan orang lain tatkala

    berbeda pendapat dan akan

    melahirkan generasi-generasi yang

    jauh dari peri kemanusiaan.

    Dalam kunjungan acaraselanjutnya, Grand Syaikh tetap

    konsisten menyuarakan dan

    menegaskan bahwasanya janganlah

    sekali-kali mengangap diri kita itu

    paling benar, dan dengan begitu kita

    mudah mengkafirkan dan

    menafikkan muslim lain. Tetapi

    jadilah muslim yang toleran, pintar

    dalam segala keadaan, selalu

    mempererat tali ukhuwah terhadap

    muslim maupun non muslim, dan

    menyebarkan perdamaian dunia

    yang merangkul semua golongan.

    Lalu dalam sela sela

    audiensinya, beliau juga sedikitmenyinggung tentang keberadaan

    konflik Syiah dan Sunni di

    Indonesia, beliau memaparkan

    dengan sangat baik bahwasanya

    Syiah dan Sunni itu adalah bagian

    dari Islam sebagai konskuensi logis

    atas lima asas keislaman (rukun

    Islam), yaitu bersahadat bahwasanya

    tiada Tuhan selain Allah, Nabi

    Muhammad adalah utusan Allah,

    melaksanakan salat, zakat, puasa,

    dan haji bagi yang mampu.

    Mereka yang

    melaksanakan lima hal pokok ini

    maka dia muslim. Kecuali mereka

    yang mendustakan. tegas beliau.

    Kurang lebihnya begitulah

    Grand Syaikh berpesan dan

    menyerukan perdamaian untuk umat

    manusia di seluruh dunia. Sebagai

    pilar penting dalam menyebarkan

    pemahaman Islam moderat, peran al

    Azhar tentu saja sangat diperlukan,

    terutama bagi Indonesia. [.]

    ZH RI N

    9

    BULETINAL-UMMAHEDISIU

    JIANTERM

    22016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    14/28

    10

    BULETINAL-UMM

    AHEDISIUJIANTERM2

    2016

    GALLERY HIMMAH

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    15/28

    11

    BULETINAL-UMMAHEDISIU

    JIANTERM

    22016

    GALLERY HIMMAH

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    16/28

    S

    STR

    Suatu hari di sebuah desa,

    ada seorang ibu dan dua anaknya

    yang hidup dalam kemiskinan.

    Mereka memang miskin harta, akan

    tetapi kaya hatinya. Tak pernah

    sedikitpun mereka menyerah untuk

    mencukupi kebutuhannya. Tak kenal

    lelah, tak kenal putus asa. Dua anak

    tersebut bernama Dona dan Doni.

    Keduanya senantiasa selalu

    membantu ibunya. Kemanapun,

    dimanapun, dan kapanpun, keduanya

    selalu setia menemani sang ibu demikehidupan.

    Tak peduli makian dan

    celaan orang lain yang tidak

    semestinya mereka terima. Sakit

    sekali rasanya menjadi orang miskin

    yang dihina dan tak ada satupun

    tetangga ataupun orang lain yang

    mau membantu dalam keadaan yang

    sebagaimana mereka alami. Mereka

    terus-menerus bersabar dan berusaha

    untuk mencukupi kebutuhannya.

    Semua saling bekerja, dan saling

    membantu demi merubah nasib yang

    selama ini mereka jalani.

    Setiap hari mereka berjuang.

    Dona dan ibunya mencari kayu

    bakar untuk dijual dan sebagian

    untuk masak. Begitu pula Doni,

    mencari ikan di laut sebagaimana

    nelayan, akan tetapi ia sendiri, tak

    ada seorangpun yang mau

    menemaninya. Menjual ikan di pasar

    dan sisanya untuk makan mereka.

    Hari demi hari tak putus mereka

    berjuang dan berdoa. Memohon

    kepada Allah SWT, Ya Allah..

    berikanlah kepada kami kehidupan

    yang layak, berikanlah kami

    kemudahan, kesabaran untuk

    mencapai ridho-MU. ya Allah.

    Lima tahun kemudian,mereka menjadi orang terkaya di

    desanya, sampai orang lain terkagum

    -kagum melihat perubahan mereka

    yang

    semakin lama semakin kaya. Rumah

    yang begitu indah dan semua harta

    yang mereka miliki. Sampai pada

    akhirnya, semua orang hormat

    kepada mereka. Yang dulunya

    menghina, memaki dan sebagainya,

    kini tunduk semua. Seakan dunia

    terbalik.

    Pada saat itu Dona dan Doni

    menginjak dewasa, Si Doni ingin

    berhenti sekolah sampai tamat SMA

    saja, karena ingin menemani sang

    ibu yang telah merawatnya sampai

    dewasa. Sedangkan Dona ingin

    melanjutkan studinya ke Amerika,

    ingin menimba ilmu lebih dalam

    lagi, dan ingin membahagiakan sang

    ibu dan kakaknya.

    Sebelum Dona akan

    berangkat ke Amerika, ia berpamitan

    pada ibu dan adiknya, memeluk

    keduanya. Pada saat akan memeluk

    sang ibu, perlahan sang ibu mulaimenangis, merasa berat untuk ia

    tinggalkan. Begitu juga Dona, sakit

    rasanya untuk meninggalkan ibu.

    Donipun ikut serta meneteskan air

    mata, ia juga merasakan betapa

    pedihnya ditinggalkan oleh sang

    kakak yang selama ini selalu

    bersama, dalam suka maupun duka,

    sedari kecil hingga ia dewasa. Akan

    tetapi demi cita-cita yang ingin ia

    capai, ia rela tinggalkan ibu dan

    Doni. Biarkan air mata menetes,

    tetapi masih ada ikatan batin yang

    selalu kuat. Biarlah waktu

    memisahkan, asal cinta tetap di hati.

    Pada saat itu Ibu dan Doni

    merelakan kepergiannya.

    Tibalah Dona di Amerika,

    dan menjadi mahasiswa disana. Dia

    terkenal sebagai mahasiswa yang

    paling pintar, dikenal oleh semua

    dosen dan teman-temannya. Akan

    tetapi Doni tak pernah merasa besar

    kepala, ia selalu ingat akan susahnya

    dulu.

    Setelah beberapa tahun di

    Amerika, pada saat itu Dona merasa

    tidak memiliki apa-apa. Harta,

    benda. Apapun yang ia miliki hilang

    sudah. Mungkin Tuhan memberi

    cobaan padanya. Tetapi Dona tak

    merasa kesulitan mengalami yang

    sedemikian rupa, karena ingat betapa

    susahnya dulu, menjadi pelajaranbagi Doni. Pada

    akhirnya,

    Muhammad Nasrullah

    Rinduku,Rinduku,Rinduku,

    SemangatkuSemangatkuSemangatku

    12

    BULETINAL-UMM

    AHEDISIUJIANTERM2

    2016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    17/28

    disamping kuliah ia juga bekerja

    untuk mencukupi kebutuhan

    kuliahnya dan lainnya.

    Disana, Dona tak pernah

    sedikitpun mengeluh, atau

    menyusahkan keluarga di rumah. Ia

    memiliki prinsip bahwa ia harus

    berusaha sendiri, dalam keadaan

    apapu dan bagaimanapun. Kuliah

    dan bekerja. Minim sekali rasanya

    untuk beristirahat sejenak. Ia rela

    bekerja keras, membanting tulang

    demi kesuksesan yang nantinya akan

    menjadi cita-cita yang mulia.

    Tak lupa pula ibu dan Doni

    yang ada dirumah. Ibu yang semakin

    lama semakin tua, tak pernah lelah

    Doni merawat sang ibu, dan

    membantu sebagaimana pekerjaan

    ibu menjadi ibu rumah tangga.

    Apabila sang ibu sakit, Doni lah

    yang merawat sampai sembuh dan

    dapat beraktifitas kembali. Bahagia

    canda dan tawa bersama lagi.

    Di suatu malam, ibu

    menangis terseduh-seduh di

    kamarnya. Doni terkejut mendengar

    tangisan beliau dan bergegas menuju

    kamar sang ibu. Masuklah Dona

    kemudian bertanya, Ibu.. mengapa

    ibu tiba-tiba menangis?. Ibu

    menjawab ,Aku teringat kakakmu,

    aku rindu padanya. Yang dulunya

    kita senantiasa bersama, berjuang

    demi mencukupi hidup yang serba

    kekurangan, sampai pada akhirnya

    ia pergi. Secara tak langsung

    Donipun ikut menangis, ia juga

    merasakan, mendengar apa yang

    telah dikatakan oleh sang ibu.

    Keduanya berharap semogaDona cepat kembali dalam keadaan

    baik-baik saja dan telah ia gapai cita-

    cita yang ia harapkan . Doni berkata,

    Ya sudahlah bu, kita hanya bisa

    berdoa, semoga kakak cepat pulang,

    kembali ke rumah yang penuh

    sejarah ini, dengan bahagia dan

    selamat. Saat itu mereka berdua

    berdoa dan berharap semoga Dona

    cepat kembali dengan secepatnya.

    Di suatu malam Doni

    bermimpi bahwa ia telah selesai

    studinya dan kembali pulang ke

    tanah air. Ia bertemu dan berkumpul

    dengan keluarga, ia

    merasa bahagia sekalikarena lama sekali tak

    jumpa dengan keluarga.

    Pada saat itu Dona

    menangis seakan terharu.

    Sang ibu meneteskan air

    mata Dona pun

    memeluknya, dan pada

    saat itu dengan spontan

    bangunlah Dona dari

    tidurnya.

    Ketika itu ia sadar,

    merasakan bahwa ibu

    dan adiknya

    merindukannya. Setelah

    itu ia mulai bangkit

    kembali untuk segera

    menyelesaikan kuliahnya

    dan kembali ke tanah air, karena

    mimpi tersebut membuat Doni jadi

    semakin tekun, giat, semangat

    mencapai harapannya, sesuai dengancita-cita yang ia inginkan. Setahun

    kemudian menjelang kelulusan,

    Donipun dengan percaya diri berkata

    dalam hati, Aku pasti berhasil.

    Saat itu ujian sedang

    berjalan, sedikit demi sedikit ia

    menyelesaikan semua mata kuliah

    dengan baik. Tiga hari setelah ujian,

    tibalah saat pengumuman kelulusan,

    lalu dengan yakin ia melihat hasil

    tersebut, dengan gemetar ia melihat..

    ternyata ia lulus dengan nilai yang

    begitu memuaskan. Spontan ia

    meneteskan air mata, terharu dan

    gembira dengan hasil yang ia capai.

    Saat wisuda pun tiba. Bangga sekali

    ia dapat mewujudkan dan mencapai

    cita-citanya.

    Lalu, seminggu kemudian ia

    bergegas untuk kembali ke tanah air

    untuk membawa berita gembirabahwa ia telah lulus. Dona pun

    kembali pulang ke tanah air dan

    kembali berkumpul dengan keluarga

    S STR

    13

    BULETINAL-UMMAHEDISIU

    JIANTERM

    22016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    18/28

    RESENSI

    Dia adalah Zainuddin bin

    Muhammad bin Muhammad bin

    Muhammad abu Hamid al-

    Ghozali,Atau yang mashurnya di panggil se-

    bagai Imam Ghozali. Adalah salah

    satu imam yang karangannya telah

    banyak dijadikan kajian bagi para

    pencari ilmu. Beberapa karangan

    beliau yang sering kita dengar yaitu

    Minhaj al-Abidin, Ihya Ulumudin,

    dan masih banyak lagi karangan be-

    liau yang lainnya.

    Salah satu karangan beliau

    yang sudah dak asing di kalangan

    penuntut ilmu adalah kitab Minhaj

    al-Abidin Ila Janna robb al-Alamin,

    salah satu kitab karangan Imam

    Ghozali dalam bidang ilmu tasawuf.

    Kitab ini adalah tulisan terakhir yang

    di karang oleh sang imam. Kitab

    yang menjadi ringkasan pikiran,

    insari dari pengetahuan dan akhir

    dari mujahadahImam Ghozali kepa-

    da Allah sebelum wafatnya. Sebuah

    kitab yang di peruntukkan bagi

    seorang yang ingin mengenal lebih

    jauh tantang Sang Maha Pencipta

    dan meninggaklan kehidupan dunia

    yang fana dan bersifat sementara

    untuk menuju kehidupan akhirat

    yang kekal dan abadi di surga.

    Kitab yang tercipta dari doa

    Imam Ghozali kepada Allah agar

    memudahkannya dalam menulis

    sebuah kitab yang bermanfaat dan

    mudah untuk di fahami. Karena jikadibandingkan dengan karangan

    kitab kitab tasawwuf yang sebe-

    lumnya, sper Ihya Ulumudin dan al

    -Qurbah Ilallah, memang kitab ini

    jauh labih ringkas dan mudah

    difahami karena runtutan-runtutan

    pemaparan yang ada dalam kitab

    ini sangat sistemas, sehingga

    memudahkan pembaca dalam me-

    maham isi yang terkandung dalam

    kitab ini.

    Para ulama menaruh per-

    haan lebih kepadanya, terlihat dari

    antusias mereka dalam membaca

    dan mempelajari isi yang terkan-

    dung dalam kitab, dan diantara

    mereka telah banyak yang membu-

    at syarah dan ringkasan-ringkasan

    dari kitab karangan imam nghozali

    ini. Salah satu syarah dan ring-

    kasannya adalah al-Darutsamin

    Syarh Maqasid Minhaj al-Abidin

    milik Imam Kutubuddin Musthofa

    bin Kamaluddin, dan minhaj al-

    Tolibin Fi Mukhtashar Minhaj al-

    Abidin milik Imam Muhmmad bin

    Abdul karim al-kholodi.

    sesuatu yang luar biasa d-

    ak mungkin didapatkan dengan

    usaha yang biasa-biasa saja, dibu-

    tuhkan usaha yang lebih agar bisa

    mendapatkannya. Begitu juga hal-

    nya dalam hal, menggapai surgaAllah. untuk menggapainya, banyak

    cobaan dan rintangan yang harus

    dilewa oleh seorang hamba.

    Di dalam kitab ini penulis

    membaginya ke dalam tujuh

    rintangan. rintangan pertama yana

    harus di lalui adalah aqbatul ilmi wal

    marifah. Cobaan ini adalah cobaan

    bagi orang awam yang mulaimenyadari akan adanya pencipta

    alam semesta ini, dengan melihat

    betapa menakjubkannya ciptaan-

    Nya, seper perganan siang dan

    malam. Melihat matahari yang ke-

    ka siang menyinari bumi dengan

    sinarnya dan bintang dan bulan

    yang keka malam menghiasi langit

    yang gelap dengan cahayanya yang

    terang. Bagaimana semua itu terjadi

    tanpa adanya Sang Pencipta, yang

    menunjukan betapa agungnya Dia.

    Mulai menyadari bahwa tujuan

    hidup di dunia ini adalah untuk

    mengabdi dan beribadah kepada-

    Nya. Ibadah tentunya mempunyai

    tatacara tersendiri yang harus di-

    jalani, dan karena itu seorang ham-

    ba di tuntut untuk mempelari ilmu

    syariah untuk mempelajari tata cara

    ibadah di dalamnya.

    Judul Buku : Minhaj al-Abidin Ila Janna robb al-Alamin

    Pengarang

    : Imam Ghozali

    Penerbit : Dar al-Mokaam

    TahunTerbit : 2010

    Tebal buku : 224

    Putra Jasa Rohmatullah

    14

    BULETINAL-UMM

    AHEDISIUJIANTERM2

    2016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    19/28

    Di saat itu pula seorang

    hamba akan sadar bahwa betapa

    banyak dosa yang di perbuat. Tapi

    dalam keadan yang penuh dosa,dak memungkinkan baginya untuk

    beribadah sehingga akan muncul

    rintangan yang selanjutnya yaitu

    aqbatuaubah yang mengharus-

    kannya meninggalkan perbuatan

    dosa yang telah dilakukan dan dak

    akan kembali terjerumus ke dalam

    perbuatan dosanya agar ibadah

    yang dilaksanakan dapat di terima.

    Tentunya cobaan akan se-

    makin berat karena seorang hamba

    harus bisa melewa rintangan yang

    berupa dunia, manusia, bisikan

    setan laknatullah alaih dan nafsu

    yang ada dalam dirinya. Rintangan-

    rintangan inilah yang disebut se-

    bagai aqbatul awaiq. Semua itu

    harus dliewa dengan menjauhi

    sesuatu yang bersifat dunia yang

    berlebihan, mengasingkan diri dari

    manusia, berperang melawan bisi-

    kan setan yang seap saat selelu

    menggoda bani adam dan memaksa

    melawan nafsu karena nafsu yang

    ada dalam dirinya.

    Setelah semua rintangan

    tersebut berhasil di lalui, maka akan

    muncul aqbatul awarid. Pertama,

    dalam rintangan ini sang hamba

    akan menemukan cobaan berupa

    rizki. Seorang hamba akan berkir

    dari manakah rizkinya, sedangkan

    selama ini dia meninggalkan dunia,

    dan menyendiri dari manusia.

    Kedua adalah memikirkan tentang

    segala sesuatu yang di harapkan

    atau yang di inginkan atau yang di

    benci, sesuatu yang dak di ketahui

    kebaikan atau keburukan di da-

    lamnya. Kega adalah musihbah

    yang selalu menimpa seorang ham-

    ba dari segala sisi, berapa banyak

    musibah yang di temui, dan harusberapa kegelisahan dan kesedihan

    yang dirasakan. Keempat adalah

    macam macam qodho dari Allah

    berupa pahit manisanya kehidupan

    yang akan membuat seorang hamba

    lalai dalam melaksanakan ibadah

    kepada-Nya. Untuk terlepas dari

    rintangan itu, dibutuhkan empat hal

    untuk melawannya, yaitu tawakkal

    kepada Allah dalam rizki, dan me-

    masrahkan segala hal kepada Sang

    Maha Pencipta, sabar keka

    dihadapkan dengan kesusahan dan

    cobaan, dan ridho dengan qodho

    yang di turunkan Allah.

    Dengan berhasilnya seorang

    hamba melewa semua rintangan

    itu, maka akan kembali muncul

    rintangan dari dalam dirinya sendiri

    berupa kemalasan yang mengaki-

    batkan dak semangatnya seorang

    hamba dalam melakukan suatu ke-

    baikan, maka dibutuhukan sebuah

    movasi agar ia kembali berseman-

    gat dalam beribadah. Movasi itu

    adalah roja dah khouf. Kedua hal

    ini sangat dibutuhkan untuk

    membimbing seorang hamba keluar

    dari aqbatul bawaits, agar kembali

    beribadah dan melaksanakannya

    dengan sungguh sungguh.

    Seorang hamba yang mera-

    sa telah melakukan ibadah dengan

    baik maka akan muncul dalam

    dirinya riya dan ujub yang akan

    merusak ibadah yang telah dia

    lakukan, maka seorang hamba se-

    dang menemui rintangan yang ber-

    nama aqbatul qowadih. Untuk

    menghilangkannya dibutuhkan

    keikhlasan serta mengingat anugrah

    yang telah Allah berikan kepadanya.

    Setelah terbebas dan ber-

    hasil melewa semua rintangn ini,

    maka seorang hamba kembali

    mendapatkan ibadah yang

    sesungguhnya dan telah

    terselamatkan dari semua penyakit.

    Keka itu dia merasa betapa banyak

    kenikmatan yang diberikan Allah

    kepadanya, dan dia takut akan ke-

    hilangan rasa syukur atas apa yangtelah diberikan dan takut menjadi

    orang yang kufur nikmat. Disini

    seorang hamba akan mulai hilang

    ke ikhlasannya dalam beribadah,

    karena ia menjalankannya bukan

    semata-mata ikhlas mengharap

    ridho Allah melainkan karena takut

    kehilangan kenikmatan ibadah yang

    Allah berikan, dan menyebabkan

    turunnya derajat seorang hamba di

    hadapan Tuhannya. Inilah aqbatul

    hamdi wa syukriatas nikmat yang di

    berikan Allah kepdanya.

    Maka keka seorang hamba

    berhasil keluar dari rintangan ini

    dan kembali beribadah dengan

    ikhlas mengharap ridhoAllah, maka

    ialah hamba yang jasadnya berada

    di dunia tapi hanya berda di

    akhirat. Hamba yang selalu meng-

    ingat Allah dalam segala amal per-

    buatannya, semua amal perbuatan

    yang dilakukan selalu dikaitkan

    dengan Allah yang membuatnya

    semakin rindu dengan-Nya, sehing-

    ga ma bukan lagi hal yang

    menakutkan. Dia lah hamba

    sesungguhnya yang mengisi waktuhidupnya dengan mengabdi dan

    beribadah kepada Allah. *.+

    RESENSI

    15

    BULETINAL-UMMAHEDISIU

    JIANTERM

    22016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    20/28

    :

    . ,

    "

    "

    .

    .

    : . .

    .

    . . .

    . : .

    .

    .

    .

    ."

    "

    .

    .

    : . " " . ) ( (

    .)

    (

    .

    )

    .

    .

    .

    16

    BULETINAL-UMM

    AHEDISIUJIANTERM2

    2016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    21/28

    LENTERA

    Melihat fenomena yang terjadi saat ini sangatkomplek, baik yang berhubungan dengan keagamaan,

    politik dan sosial, apalagi dengan keberadaan media

    massa yang selalu mengekspos peristiwa itu secara

    massif meskipun terkadang hanya mencari sensasi yang

    tidak ada nilai pendidikan sehingga mengakibatkan

    respon pro dan kontra pada level wacana atau praktis,

    tapi terkadang yang sangat memprihatinkan sampai

    terjadi konflik pada masyarakat.

    Dan polemik ini sering menimpah pada masalah

    keagamaan karena terkadang munculnya fatwa dari

    tokoh agama yang terlalu memonopoli kebenaran

    kemudian memprovokasi masyarakat untuk berbuat

    anarkis atau melakukan tindakan melanggar hukum

    yang tidak disertai pemikiran jangka panjang dalam

    menjaga keharmonisan berbangsa, maka harus

    bersinergi antara tokoh agama dan organisasi

    keagamaan dalam merespon permasalahan dengan

    melakukan sharing keilmuan seperti tradisi ulama

    terdahulu baik itu yang bersifat keagamaan dan

    kebangsaan.

    Oleh karena itu, untuk menjaga atau

    menghindari konflik dalam merespon permasalahan

    umat Islam yang terus berkembang dengan kemajuan

    zaman maka Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM)

    yang beranggotakan para ulama dari berbagai organisasi

    kemasyarakatan pada tahun 26 juli 1975 membentuk

    MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang mempunyai

    fungsi. Pertama, sebagai pewaris tugas-tugas para nabi

    (warasatul anbiya). Kedua, sebagai pemberi fatwa(mufti). Ketiga, sebagai pembimbing dan pelayan umat

    (Riayat wa khadim al ummah). Keempat, Sebagai

    gerakan Islah wa al Tajdid. Kelima, Sebagai penegak

    amar ma'ruf nahi munkar.

    Pada tahun 2016 tepatnya bulan Februari, umat

    Islam yang mempunyai akses untuk mendapatkan

    informasi melalui media sosial dikejutkan dengan

    pemberitaan tentang MUI yang telah memberikan label

    halal pada brand ternama busana muslim yaitu Zoya,

    yang mengungkapkan bahwa produk kerudung mereka

    telah mendapatkan sertifikasi halal.

    Maka respon yang terjadi kepada masyarakat

    bermacam-macam, ada yang menanggapi menurut

    perspektif ekonomi yang mengatakan bahwa mengapa

    permasalahan kerudung ada sertifikasi halal-nya, pada

    realitanya yang sering terjadi perdebatan yaitu hukum

    memakai kerudung bagi muslimah, kemudian

    mempertanyakan ada motif apa dibalik pemberian

    sertifikat itu atau hanya mengikuti pemodal supaya

    produk mereka semakin digemari yang tidak ada

    hubungan-nya dengan tugas MUI, setelah itu ada respon

    sebagian dari kalangan yang mendalami masalah fikih

    mengatakan bahwa MUI telah melakukan tradisi fatwa

    yang dilakukan para ulama terdahulu untuk menjadi

    pewaris para nabi, dan hal ini bisa diterima karena

    menggunakan sumber-sumber yang dipakai mayoritas

    umat muslim untuk mengeluarkan produk hukum.

    Dalam melihat permasalahan fatwa yang terjadi

    di Indonesia, menurut hemat penulis harus ada cara

    berfikir yang jelas diantara umat Islam dalam merespon

    hal ini, seperti memahami keberadaan atau tugas para

    ulama fikih dalam merespon permasalahan menurutkaca mata agama, dan ini termasuk salah satu bentuk

    tanggung jawab moral untuk meneruskan tradisi para

    ulama terdahulu dalam mendialektikakan antara nash

    dan permasalahan seperti yang terangkum dalam lima

    fungsi MUI.

    Kemudian keberadaan para ulama sendiri dalam

    memberikan fatwa harus memperhatikan sesuatu yang

    memang penting dan harus memberikan fatwa untuk

    kebaikan umat islam karena tujuan memberikan fatwa

    untuk mewujudkan maksud-

    maksud syariat yaitukebaikan bersama dan tidak ada motif untuk

    memberikan kebaikan satu golongan apalagi hanya

    untuk kepentingan ekonomi.Allah alam bissowab. [.]

    Ahmad Mughni Rahmatullah, Lc.

    Merespon atwa Majelis

    Ulama

    Indonesia

    17

    BULETINAL-UMMAHEDISIU

    JIANTERM

    22016

    https://id.wikipedia.org/wiki/Amar_ma%27ruf_nahi_munkarhttps://id.wikipedia.org/wiki/Amar_ma%27ruf_nahi_munkar
  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    22/28

    Silent night, Im rise my hand, seeing the dimsheen of

    the moon, withstand the burden of bitterness lived this

    long. A longing that always handcruff this body.

    Fortitude, patience and sincerity to do. There is no

    longer my choice to deny, bonding fate has become the

    will of the powerfull, will be another time to meet of

    my dad.

    Two years already, the late father left me alone.

    I have a lost my father who was always in me. And its

    all gone in my life, only the remaining empty dream,

    father left me for a malignant cancer that attacks fa-

    thers body. Now, the new sheet always I filled with

    wonderful new things better for my life. My days

    always gone through together with my mother and

    brother. All my mother just for my mother, a small

    family which is the part of my life.

    In the view of society, my family was limited to

    a simple family. However, my side is a family filled

    with love and affection. My Mother is only transientvegetable merchant. Clearly pictured meager wages,

    thats just enough to meet the daily food needs. In my

    reason very meaningful education sector in future,

    when I was just out of class families can not afford.

    Working hard at that became my spirit to attain.

    This morning, I saw my mother is cooking in

    the kithcen. Without thingking long immediately, I help

    my mother. Altough only briefly, it has been able to

    alleviate the mothers activities in the morning. While

    the food menu ready to be served, immediately I had ashower, and get ready to eat food. Minutes have elapsed

    togrtherness always bacame tradition of this small in

    my family. The food this is quite simple in my family .

    Just enough a piece a fried tempe droplets of soy sauce

    and a piece cracker. It had to be special in the simple of

    family.

    The sweet smile that just my Mom be

    encouraging my life. the presence of my father is just

    dream meaningless void. The the time when my father

    leave me is so fast. His hard and made me feel uneasy.

    But, in life there must be the name of the creator exam.

    This is called Street Life man, this life was not fair

    anymore to me. If only in times of trouble like this there

    is a father

    who led me.

    And after

    the

    departure of

    the father is

    now the mother of the one became the backbone of my

    life. Two years already I always withstand the burden

    of this pain, this trip until felt me. The time it spins sofast.

    Now, I have got in My School.

    Kring....kring....kring the bell is ringing.

    The bell has been rang class started by Mrs.

    Bella. As well as Fardan and I like usually begin classes

    start until the end. As the hours passed, the time show

    13:00 bells mark the end of class, has been sound. Of

    each door of a classroom of children out with school

    bags in his soulder respectively. They walked without

    haste. Beside the door had Visible Fardan. Apparently

    he was waiting. Blistering sunshine greeted us.

    Fortunately, right hand side of the road grow

    mahogany trees that shade. Thoose giving enough

    protection. Do not feel 30 minutes Fardan and I passing

    trough the strong flow of the stream. So that made me

    rush quickened my pace running toward the house.

    Fardan let us run fast, because he want to rush

    selling newspapers for the participation fund. Because it

    is too late ya 3 months! I ordered.

    Yeah..let ya Replied Fardan.

    I ran on to the yard of my house. I saw the

    corner of the room, a pile of newspaper. Immediately I

    headed for our room to change her clothes. Time passed

    turns, help my black hat help when vend newspapers

    highway crossroads. Minutes went by more and more

    time playing, to move my feet were in-roads..

    Newspapers..Newpapers.... Thats what I said

    when in crossroads.

    If only this time the father is still alive in this

    world, I dont have to work this hard. After all, how

    else would twist of fate would name me. The road of life

    ENGLISH STATION

    TasbihSadnessTearsAtik Mahirotul Mahfudzoh

    18

    BULETINAL-UMM

    AHEDISIUJIANTERM2

    2016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    23/28

    that become meaningful events in my

    life, that Isaid in a low voice and

    hopeful.

    The newspaper of mymerchant one by one has been sold.

    Only by selling newspapers is what

    can I do to ease the burden on the

    mother. Work hard and that is the

    spirit of my initial steps to be

    succesfull. In the sense that family

    life is most important in my life.

    When dusk arrived in this

    villagevery often perched stock rest

    after a day foraging paddy fields.

    The time I was waiting for has

    arrived, now Ive come to my house.

    But now I face the mother, in my

    conscience. I wondered.

    Wheres mother? I said softly.

    Soon came a village resident named

    Mr.A.Yani.

    Son, what this really Mom Ainun

    house? Asked citizens in a panic

    and rush.

    In my little heart feel

    something bad. And why should the

    man asked wondering as

    something that happens to the

    mother.

    Thats right, Sir. What happened to

    the mother? I asked briefly.

    Mom now in hospital sister, the

    mothers sister is now a criticalcondition. And the mothers sister

    had advised that there soon. Said

    the aged mans lungs.

    Turns in My reason is right,

    mother mine during emergencies,

    because the mother was hit by a

    container truck to cart mother

    shattered mother fortunatelystill

    alive. Tempering the more I feel the

    pain of what this is in family, why

    should I Ya Rabbi, who must bear

    the burden of this. Groaned my

    heart. Sense of injustice from the

    power, always on me, and I always

    felt from the power, always on me,

    and I always together with Fardan.

    Tens of millions tears of pain is

    always wet, this cheek.

    I do not know what to do?

    I said. Without thingking long, I

    immediately invited Fardan to go to

    hospital. Not far from my house,

    after my run fast, now I have arrived

    at hospital just climbing the prayers I

    can to cure the mother. Arriving

    there I went straight to the spatial

    ER to see the condition of mother.

    Suddenly, the doctor called me and

    told me and Fardan to get info that

    room.. When I entered the room, I

    saw my mothers condition is very

    critical. This is my las seconds of

    seeing the mother. Suddenly, the

    mother wake up and tell to me.

    Son, keep Fardan brother,

    maybe now is the last time mother

    with you, always pray too father and

    mother,that father and mother lived

    happily there, Said the mother.

    Fardan and I could only cry

    and grieve for the mother heard the

    speech. This time I could not bury

    this pain.

    Assy..hadu..Allailaha....ilall

    ah.....wa..a..ashadu

    anna...mu..hammad darrasulullah.

    As the mother closed his

    eyes and breathed his last with

    Khusnul Khatimah. Cries pour

    boilling water on with Fardan is notaccept departure of the mother. For

    now how I can live without both

    parents. But destiny separate this

    family happines.

    Finally, a new life began to

    feel again with Fardan. And thats

    also the only two people, because we

    do not have relatives on the island of

    Java. And now Im the one who

    should be the backbone for Fardan

    brother. I also do not know whether I

    should do after left of my mother.

    My side this time patience must have

    in my soul. My desire now is to live

    a more beautiful, even without the

    presence of a father and mother. And

    Im sure the other side Gods up to

    something beautiful for me and

    Fardan.

    Whatever my problems are

    complicated then I will not give up.Whatever the obstacles that continue

    to run, the storm had passed. The sun

    still shines, Im sure there God is

    with me always work.

    The Solution to Every Problem is inPatience and Seeking Forgiveness.

    *.+

    ENGLISH STATION

    19

    BULETINAL-UMMAHEDISIU

    JIANTERM

    22016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    24/28

    Jika latar belakang terbitnya buletin kali ini untuk me-

    nyikapi labelisasi halal-haram MUI pada salah satu produk hijab

    kenamaan, penulis lebih senang mengulas tentang labelisasi

    "Almamater Seni dan Budaya" yang tersemat pada Himmah Cairo.

    Label ini bukan muncul dari ruang hampa, ia nampak ke

    permukaan karena realita. Ya walaupun sejatinya labelisasi ini

    muncul dari obrolan biasa yang di dramatisir dengan analisa dan tesa oleh penulis sendiri agar bisa disajikan

    disini, yang jelas fakta berbicara: Himmah Cairo adalah organisasi almamater yang beranggotakan para seniman

    dan budayawan. Seandainya belum mendapatkan pengakuan banyak pihak, tulisan ini dibuat dengan tujuan

    membuka mata siapa saja akan kebenaran labelisasi tersebut.

    Buktinya, hampir setiap event-event kesenian di kancah masisir selalu dibintangi oleh seniman-seniman

    himmah. Coba tengok pagelaran music masisir khatulistiwa, orkes dangdut "Pandawa" yang selalu menjadi pun-

    cak acara ini personel-

    personel nya berasal dari kami.Tentang alat musik, kita jangan ditanya. Dari gitar, piano, biola, drum, seruling sampai rebana, kita lah

    ahlinya. Yang dibutuhkan hanya rasa percaya diri dan semangat yang tinggi untuk membentuk sebuah grup musik

    himmah. Seandainya penulis turun gunung ikut andil jadi vokalis, tentu para akhwat masisir manis yang

    menyaksikan akan riuh tepuk tangan-hormat berdiri, menyapa dengan senyum sambil bertanya : "Mas Faiq kapan

    mati?". Duh, untung tau diri.

    Belum lagi sepak bola, tiap tahun tim kebanggaan gamajatim "Airlangga FC" tak pernah absen merekrut anggota -

    anggota kami. Amboi.. semuanya pemain inti. Kredibilitas mereka di lapangan sungguh tidak diragukan lagi. Be-

    tapa tidak, seandainya tidak kuliah di kairo, mungkin arek-arek himmah dengan motonya "Bola adalah teman"

    sudah berada di markas besar real Madrid Santiago Bernebeu, atau mungkin Camp Nou. Bukan.. bukan jadi

    tukang sapu. Ngawur itu.. lebih tepat nya asisten tukang sapu.

    Apalagi hadrah, jelas almamater ini lah sebagai pelopor dibaan dan sholawatan jauh jauh hari sebelum

    maraknya ritual ini di kalangan masisir. Tim Hadrah NU tanpa penerbang dan vokalis dari kami akan terdengar

    sumbang. Suara meliuk-liuk (kadang juga menukik-nukik, tapi gak sampe jungkir balik) samsul hadi yang

    dipadukan genderang suara rebana yang harmoni dari Maulal, Khoirudin, Nasrul dan Hamdun memang tak ada

    tandingan nya. Tim hadrah kami jauh berbeda kelas dari sekedar lingkup ecek-ecekmasisir. Yang kami anggap

    sebagai saingan berat cuma dua: Scorpion dan Iwan Fals.

    Itu tadi sisi label seni, bagaimana dengan budaya? Sebenarnya penulis tak punya banyak bukti atas rele-

    vansi label budaya pada almamater himmah. Tapi pernahkah anda mendengar nama Mughni Rahmatullah? Jika

    tak pernah, anda tak layak disebut masisir. Lebih baik pulang saja. Percuma menghabiskan waktu belajar di mesir

    jika tak tau Cak Ni (Cak Mughni).

    Benar, sosok yang lebih penting dari sekadar dubes RI di mesir ini bernama Mughni Rahmatullah. Senga-

    ja nama depan tidak saya sebut. Keraguan beliau atas nama depan nya sendiri, antara "Ahmad" atau "Abdul" itu

    saya kira sudah mengindikasikan betapa budayawan nya beliau. Tak lagi mempersoalkan nama, esensi nya

    DAPUR HIMMAH

    HIMMAH,Almamater

    Seni&Budaya

    Mas Faiqul Khuluq, Lc.

    20

    BULETINAL-UMM

    AHEDISIUJIANTERM2

    2016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    25/28

    Mughni adalah Mughni.

    Sapaan "Cak" yang melekat pada dirinya semakin menguatkan indikasi malakahkebudayaan beliau. To-

    long Jangan berpikiran picik bahwa sapaan "Cak" selalu identik dengan budayawan Cak Nun. Cak Ni jauh ber-

    beda diatas Cak Nun. Jika diberi kesempatan bertatap muka, bisa jadi Cak Nun lah yang berinisiatif menyalamin-ya, sungkem cium tangan dan mendoakan beliau semoga panjang umur dan senantiasa mendapat rahmat Allah.

    Jika Cak Nun mendapat gelar sebagai nabinya rakyat kecil. Cak Ni mungkin pantas disebut sebagai nabinya

    rakyat besar.Halah..

    Mengenai label budayawan pada Cak Ni, penulis bukan orang pertama yang memberinya gelar demikian.

    Lamanya berinteraksi langsung dengan Cak Ni sela- ma kurang lebih delapan tahun membuat penulis

    jadi agak yakin kalau Cak Ni memang pan- tas disebut budayawan.

    Setiap kita membahas apa pun, pasti akan keluar statemen menc-

    erahkan. Suatu saat berupa analisa, suatu saat berupa kritik. Kadang ide

    maupun komentar. Bisa berupa cerita, bisa juga berupa kalam

    hikmah. Jika tak percaya dengan kalimat saya, silahkan verifi-kasi kepada teman-teman him- mah lain nya. Kebanyakan

    tentu mengiyakan. Jika ada yang tidak, itu hanya

    komentar picisan yang tak perlu digubris, tapi patut

    dipertimbangkan. Apalagi ndombos nya cak ni

    seringnya kelewatan.

    Penulis juga percaya, semua yang

    berinteraksi dengan Cak Ni akan merasa enjoy

    dan santai. Ia mampu mengimbangi dan me-

    nyesuaikan kondisi psikologi lawan

    bicaranya. Sifat menga- yomi nya begitu jelasdirasakan beragam ele- men masisir. Dari pe-

    jabat KBRI, aktifis organ- isasi, pecinta kajian,

    penggemar talaqi, aktifis kampus hingga adik-

    mbak-ibu-nenek penyumbang devisa

    negara pun merasa cocok dengan beliau. Memang

    demikianlah sifat budaya- wan. Dapat masuk,

    diterima dan menentramkan semua kalangan. Saya pun

    curiga, jangan-jangan beliau adalah wali yang diutus Al-

    lah untuk mencerahkan siapa saja yang ditemuinya. Walla-

    hu a'lam.

    Jika sudah demikian, bukti apa lagi yang kau ingkari dari ke-

    budayawan-an Cak Ni? Bukankah deskrpisi diatas sudah melegitimasi

    label "Almamater Budaya" yang ter- representasikan pada sosok Cak Ni?

    Tapi mohon jangan salah sangka. Labelisasi seni dan budaya pada himmah tidak menegasikan ketinggian

    ilmu agama mereka. Anda tentu tahu filosof muslim al Farabi. Seorang filosof yang tak hanya hafal al-Qur'an dan

    alim fikih. Beliau juga seorang filosof yang sufi. Ditambah dengan kemahiran beliau bersyair dan kepiawaian nya

    memainkan banyak macam alat musik. Seandainya pada zaman beliau sepak bola adalah trending sport, tak me-

    nutup kemungkinan beliau juga ahli menggiring dan mencetak gol.

    Begitu juga dengan kami. Jangan dikira label almamater seni dan budaya berarti kita jarang belajar ilmu

    agama lo ya. Ini mesir kawan. Negeri para nabi. Ada al-Azhar sebagai menara ilmu Islam seluruh dunia. Halaqah

    talaqi tersebar dimana-mana. Diasuh langsung oleh para pakar pada masing-masing bidang keilmuan Islam. Kami

    juga belajar bro. Cuma ya itu tadi. Kita belajar nya main gitar, biola, sepak bola dan rebana.. hanya sebatas hobi

    saja. [.]

    DAPUR HIMMAH

    21

    BULETINAL-UMMAHEDISIUJIANTERM

    22016

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    26/28

    22

    BULETINAL-UMM

    AHEDISIUJIANTERM2

    2016

    CATATAN

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    27/28

  • 7/25/2019 Buletin Al-Ummah Implementasi Istishab Pada Labelisasi Halal Haram

    28/28

    A l h l d l h l i

    LENGKAPILAH

    KOLEKSI ANDA