buku ski kelas viii semester 1

68
Irwan Setiawan, S.Pd.I 1 | Page BAB I DINASTI ABBASIYAH Standar Kompetensi : Memahami Perkembangan Masyarakat Islam Pada Masa Bani Abbasiyah Kompetensi Dasar : 6.1. Menceritakan sejarah berdirinya Bani Abbasiyah 6.2. Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan / peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah Indikator : 6.1.1. Menjelaskan sejarah berdirinya Bani Abbasiyah 6.1.2. Menyebutkan proses terbentuknya sejarah Bani Abbasiyah 6.1.3. Menampilkan tokoh tokoh yang berperan dalam sejarah berdirinya Bani Abbasiyah 6.1.4. Mengidentifikasi faktor pendukung sejarah berdirinya Bani Abbasiyah A. RUNTUHNYA DINASTI BANI UMAYYAH 1. Kemunduran Dinasti Bani Umayyah Terdapat lima kholifah yang dianggap menonjol dalam masa pemerintahan bani umayyah, mereka yaitu : 1. Muawiyah bin Abi Sufyan 2. Abdul Malik bin Marwan 3. Al-Walid bin Abdul Malik 4. Umar bin Abdul Aziz 5. Hisyam bin Abdul Malik Namun setelah pemerintahan Hisyam, para kholifah tidak ada yang dapat menjaga stabilitas keamanan dalam Negara, mereka tidak dapat mengatasi para pemberontak, bahkan terjadi perpecahan dalam keluarga besar Bani Umayyah

Upload: muhammad-fauzi

Post on 30-Nov-2015

5.771 views

Category:

Documents


26 download

DESCRIPTION

Modul

TRANSCRIPT

Irwan Setiawan, S.Pd.I 1 | P a g e

BAB I

DINASTI ABBASIYAH

Standar Kompetensi :

Memahami Perkembangan Masyarakat Islam Pada Masa Bani Abbasiyah

Kompetensi Dasar :

6.1. Menceritakan sejarah berdirinya Bani Abbasiyah

6.2. Mendeskripsikan perkembangan kebudayaan / peradaban Islam pada masa Bani

Abbasiyah

Indikator :

6.1.1. Menjelaskan sejarah berdirinya Bani Abbasiyah

6.1.2. Menyebutkan proses terbentuknya sejarah Bani Abbasiyah

6.1.3. Menampilkan tokoh tokoh yang berperan dalam sejarah berdirinya Bani

Abbasiyah

6.1.4. Mengidentifikasi faktor pendukung sejarah berdirinya Bani Abbasiyah

A. RUNTUHNYA DINASTI BANI UMAYYAH

1. Kemunduran Dinasti Bani Umayyah

Terdapat lima kholifah yang dianggap menonjol dalam masa pemerintahan bani

umayyah, mereka yaitu :

1. Muawiyah bin Abi Sufyan

2. Abdul Malik bin Marwan

3. Al-Walid bin Abdul Malik

4. Umar bin Abdul Aziz

5. Hisyam bin Abdul Malik

Namun setelah pemerintahan Hisyam, para kholifah tidak ada yang dapat menjaga

stabilitas keamanan dalam Negara, mereka tidak dapat mengatasi para pemberontak, bahkan

terjadi perpecahan dalam keluarga besar Bani Umayyah

Irwan Setiawan, S.Pd.I 2 | P a g e

Sebab-sebab kemunduran Dinasti Bani Umayyah antara lain adalah :

1. Kekuasaan Kholifah yang absolut

Semua kebijakan kholifah tidak dapat diganggu gugat

2. Gaya hidup Kholifah yang bermewah-mewahan

Para Kholifah telah mengikuti gaya hidup para bangsawan Bizantium

3. Tidak adanya peraturan khusus tentang tata cara pengangkatan kholifah

Hal ini menyebabkan terjadi perebutan kekuasaan diantara putra mahkota

4. Banyaknya gerakan pemberontakan yang dilakukan selama pemerintahan bani Umayyah

Diantaranya adalah Golongan Syi‟ah, Khawarij, dan keluarga Bani Abbasiyyah

5. Pertentangan antara golongan Arab utara dan Arab selatan

Pertikaian itu terjadi antara Arab Utara, (Quraisy-Mudhariyah) dan Arab Selatan

(Yaman-Himariyah) dan Bani Umayyah lebih condong memihak pada kelompok Arab Selatan

6. Kekecewaan para tokoh agama tentang kebijakan pemerintah

Kebijakan Kholifah yang tidak sesuai dengan syari‟at Islam diantaranya Berfoya-foya,

dan selalu mencacimaki keluarga Ali.

2. Keruntuhan Dinasti bani Umayyah

Keluarga Bani Abbasiyyah sudah mulai menyusun kekuatan untuk dapat

menggulingkan pemerintahan bani Umayyah sejak pemerintahan Kholifah Umar bin Abdul

Aziz yang bersikap arif sehingga memberi kebebasan kelompok-kelompok lain untuk

melakukan dakwah (Propaganda), namun kegiatan tersebut masih besifat rahasia.

Perang Zab Hulu adalah perang terakhir Dinasti bani Umayyah, Perang antara Kholifah

Marwan bin Muhammad melawan pasukan Abu Muslim Al-Khurasani. Dalam perang ini terjadi

pembersihan etnis keluarga besar Dinasti bani Umayyah.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 3 | P a g e

Hanya ada satu dari keturunan Bani Umayyah yang dapat selamat, yaitu :

Abdurrahman Ad-Dakhil, beliau dapat menyelamatkan diri sampai ke Andalusia (Spanyol)

dan mendirikan Dinasti Bani Umayyah II disana.

Sebab-sebab runtuhnya Dinasti Bani Umayyah adalah :

1. Figur Kholifah yang lemah

Ada kholifah yang merupakan keturunan dari budak belian

2. Hak istimewa bangsa arab dan syuriah

Karena keluarga bani Umayyah berasal dari Syuriah, maka sebagian besar para

pejabat Negara berasal dari sana, sehingga menimbulkan kecemburuan social antara orang arab

lainnya terutama orang-orang Islam dari Persia

3. Pemerintahan yang korup dan tidak demokrasi

Sistem pemerintahan turun temurun telah menyalahi pemerintahan Khulafaur

Rosyidin, selain itu karena para pejabat Negara merupakansatu keluarga maka praktik korupsi

tidak dapat diadili

4. Terjadinya perebutan kekuasaan dalam anggota keluarga Dinasti bani Umayyah

Hal ini terjadi pada masa pemerintahan Marwan bin Hakam yang menginginkan kedua

anaknya menjabat sebagai kholifah (Abdul malik dan Abdul Aziz)

5. Tidak adanya pemimpin politik dan militer yang handal

Setelah pemerintahan Hisyam, para Kholifah bani Umayyah bersifat lemah sehingga

gagal mengatasi pemberontakan-2 yang terjadi

6. Munculnya gerakan para pemberontak

Karena para Kholifah lemah, system pemerintahan kacau, dan para pejabat hanya

mengutamakan kepentingannya pribadi untuk memperkaya diri dan berfoya-foya, hal ini

mendorong terjadinya banyak pemberontakan

7. Serangan dari kelompok Abu Muslim Al-Khurasani dan Abul Abbas As-Shaffah

Panglima Abu Muslim bersatu dengan Abul Abbas sehingga terbentuk sebuah

kekuatan besar yang berusaha meruntuhkan kekuasaan bani Umayyah

Irwan Setiawan, S.Pd.I 4 | P a g e

3. Hikmah Dari Runtuhnya Dinasti Bani Umayyah

1. Tidak boleh rakus terhadap kekuasaan

2. Tidak boleh boros dalam menggunakan uang Negara

3. Harus bersikap adil dan bijaksana dalam menjalankan kekuasaan

4. Dekat dengan tuhan dan taat menjalankan syari‟at Islam

5. Dekat dengan rakyat dan mengasihi fakir, miskin.

B. Proses Berdirinya Dinasti Abbasiyah

1. Latar Belakang berdirinya Dinasti Abbasiyah

o Pemerintahan Dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari

pemerintahan sebelumya yaitu Dinasti Umayyah yang telah

digulingkannya.

o Dinamakan Dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya

merupakan keturunan Abbas bin Abdul Mutholib, paman Rosulululloh.

o Nama Abbasiyah berasal dari kata Al-Abbas dan Abbas itu adalah nama

seorang keturunan Bani Hasyim.

o Berdirinya Dinasti Abbasiyah dilatar belakangi oleh terjadinya

kekacauan dalam kehidupan bernegara Dinasti Umayyah.

o Menjelang runtuhnya Dinasti Umayyah ini para khalifah dan pejabat

negara lainnya melakukan kekeliruan dan kesalahan yang menyebabkan

terjadinya kekacauan tersebut. Kesalahan dan kekeliruan Dinasti

umayyah yang menyebabkan runtuhnya dinasti tersebut :

o Dinasti ini menganakemaskan (mengistimewakan) bangsa Arab atas

bangsa lainnya dan menganggap rendah kaum muslim non Aran

Irwan Setiawan, S.Pd.I 5 | P a g e

(Mawali), sehingga orang-orang Mawali merasa kecewa atas perlakuan

ini.

o Dinasti ini memihak pada salah satu golongan dari suku Arab yang

bersaing Dalam persaingan antara Arab Utara (Mudariyah) dan Arab

Selatan (Himyariyah), penguasa Dinasti Umayyah mendukung salah satu

suku yaitu suku Himyariyah, sehingga suku yang tidak mendapat

dukungan merasa kecewa.

o Dinasti ini selalu menindas para pengikut Ali dan Bani Hasyim. Dinasti

ini juga mengingkari salah satu isi dari perjanjian ”Ammul Jamaah” yaitu

setalah jabatan khalifah Muawiyah berakhir kekuasaan akan diserahkan

pada musyawarah kaum muslimin tetapi Muawiyah dan penerusnya

justru mengangkat putra mahkota.

o Banyak diantara pemimpin Dinasti Umayyah melakukan pelanggaran

terhadap ajaran Islam, yaitu bergaya hidup mewah dan berfoya-foya

meniru gaya hidup penguasa Romawi, sehingga para penguasa Dinasti

ini memiliki figur yang lemah.

Kelompok-kelompok yang merasa tidak puas terhadap Dinasti Umayyah

yang menyebabkan runtuhnya dinasti tersebut :

1. Kelompok muslim non Arab (Mawali) yang memprotes kedudukan

mereka sebagai warga kelas dua dibawah warga muslim Arab.

2. Kelompok Syiah dan Khawarij yang menganggap Dinasti Umayyah

telah merampas kekhalifahan.

3. Kelompok muslim Arab di Mekah, Madinah, dan Irak yang merasa

sakit hati atas perlakuan istimewa terhadap penududuk Suriah

Irwan Setiawan, S.Pd.I 6 | P a g e

4. Kelompok muslim yang saleh, baik Arab maupun non Arab yang

menganggap keluarga Dinasti Umayyah bergaya hidup mewah jauh

dari ajaran Islam.

Kelompok-kelompok tersebut membentuk suatu kekuatan

gabungan yang dikoordinasi dan dipimpin oleh keturunan Al-

Abbas, Paman Nabi Muhammad.

Untuk mencari dukungan masyarakat luas, kelompok Dinasti

Abbasiyah melakukan propaganda yang mereka sebut sebagai

Gerakan Dakwah.

Mereka mempropagandakan bahwa “menggulingkan kekuasaan

pemerintah Dinasti Umayyah merupakan perintah agama”.

Di samping itu untuk meraih simpati umat dan dukungan kaum

Syiah mereka tidak mengusung nama Bani Abbas tetapi

mengusung nama Bani Hasyim. Mereka mengatakan bahwa

jabatan khalifah merupakan hak keluarga Nabi.

Gerakan mereka didukung oleh kaum Syiah, Khawarij dan

Mawali di kota Khurasan yang sebelumnya selalu ditindas oleh

Dinasti Umayyah.

Persamaan nasib sebagai kelompok yang tertindas inilah yang

membuat ketiga kelompok itu mendukung propaganda ini.

Jadi latar belakang lahirnya Dinasti Abbasiyah, yaitu kekecewaan

yang menumpuk dan bersatu akibat dari kekeliruan dan kesalahan

para penguasa Dinasti Umayyah dalam mengambil kebijakan.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 7 | P a g e

Gerakan menentang Dinasti Umayyah semakin membesar saat

Dinasti Umayyah dijabat khalifah yang terkahir yaitu Marwan bin

Muhammad (Marwan II).

2. Proses Pembentukan Dinasti Abbasiyah

1. Pendiri Dinasti Abbasiyah

Dinasti ini didirikan oleh Abu Abbas As Saffah (As Saffah berarti penumpah

darah, Ia diberi gelar ini karena ia memiliki kemauan yang keras dan tidak segan-

segan untuk menumpahkan darah guna mewujudkan keinginannya).

Langkah-langkah Bani Abbas untuk mendirikan Daulat Abbasiyah :

1. Membentuk gerakan di bawah tanah dengan melakukan propaganda

(menyusun kekuatan secara diam-diam) dengan tokohnya antara lain :

Muhammad Al-Abbas

Ibrahim Al Imam

Abu Muslim Al-Khurasani

Dari ketiga tokoh propaganda tesebut Abu Muslim Al Khurasani

merupakan propagandis yang paling sukses dan terkenal.

2. Menerapkan politik bersahabat, artinya keturunan Bani Abbas tidak

memperlihatkan sikap bermusuhan dengan Bani Umayyah atau siapapun.

3. Menggunakan nama Bani Hasyim (Ahlul Bait). Hal ini dimaksudkan

agar mendapat simpati umat dan dukungan dari kelompok pendukung

Ali (Syiah).

Irwan Setiawan, S.Pd.I 8 | P a g e

4. Menjadikan Khurasan sebagai pusat kegiatan gerakan Bani Abbas yang

dipimpin oleh Abu Muslim Al-Khurasani.

Strategi ini ternyata berhasil menghimpun kekuatan besar dan dahsyat

yang tidak bisa dibendung lagi oleh golongan manapun juga. Dalam

perjuangannya untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah, para tokoh pendiri Dinasti

ini menerapkan cara kepemimpinan yang bersifat kolektif (kolegial leadership),

namun tertutup dengan gerakan bawah tanah. Para tokoh pendiri Dinasti

Abbasiyah menetapkan tiga kota sebagai pusat kegiatan,

yaitu : Humaymah sebagai pusat perencanaan organisasi, Kufah sebagai kota

penghubung dan Khurasan sebagai pusat gerakan praktis

Proses berdirinya Dinasti Abbasiyah dimulai dari tahap persiapan dan

perencanaan yang dilakukan oleh Ali bin Abdulloh bin Abbas. Gerakan bawah

tanah dan propaganda untuk mendirikan Dinasti Abbasiyah ini dimulai ketika

Dinasti Umayyah berada di bawah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz (717-

720 M). Pada waktu itu Umar bin Abdul Aziz memimpin dengan adil. Negara

dalam keadaan aman, tentram dan stabil. Ia juga menerapkan persamaan hak

kepada seluruh warga negara. Kondisi ini memberi peluang pada Bani Abbas

untuk menyusun kekuatan dengan melakukan gerakan bawah tanah dan

propaganda di kota Al Humayah.

Peluang emas yang dimiliki Bani Abbas untuk merebut kekuasaan Bani

Umayyah itu terjadi pada masa Kholifah Marwan Bin Muhammad (127 – 132

H/745 – 750 M) yakni kholifah Bani Umayyah terakhir, di mana waktu itu

pemerintahan Dinasti Umayyah mencapai puncak kekacauan yang sulit diatasi.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 9 | P a g e

Pemimpin gerakan Bani Abbasiyah pada waktu itu adalah Muhammad bin Ali

(wafat tahun 743 M) kemudian diteruskan anaknya Ibrahim Al Imam dengan

mengangkat Abu Muslim Al Khurasani sebagai panglima perang

Abu Muslim Al-Khurasani merupakan seorang pemuda yang pemberani,

pada usia 19 tahun ia diangkat sebagai panglima perang oleh Ibrahim Al Imam.

Ia banyak memperoleh dukungan di kota Khurasan. Pernah dalam sehari ia

berhasil menarik simpati penduduk dari sekitar 60 desa di sekitar Merv. Abu

Muslim Al Khurasani mengajak golongan Syiah, golongan Alawiyyin (Bani Ali)

untuk menentang Bani Umayyah yang telah menindas mereka.

Sebelum Abu Muslim Al Khurasani diangkat sebagai panglima perang,

gerakan dakwah dan propaganda dilakukan secara diam-diam. Hal itu dilakukan

karena belum berani melawan Dinasti Umayyah secara terang-terangan. Pada

tahun 747 M setelah Abu Muslim Al Khurasani diangkat menjadi panglima

perang, Ibrahim Al Imam menyuruhnya untuk merebut kota Khurasan dan

menyingkirkan orang-orang Arab yang mendukung Dinasti Umayyah. Namun

rencana ini tercium oleh khalifah Marwan II dan akhirnya Ibrahim Al Imam

ditangkap dan dipenjara hingga meninggal. Selanjutnya komando perlawanan

diambil alih keponakan Ibrahim Al Imam yang bernama Abdulloh bin

Muhammad yang dikenal sebagai Abu Abbas As Saffah. Ia tetap menunjuk Abu

Muslim Al Khurasani untuk menjadi panglima dan melakukan perlawanan di

Khurasan.

Tokoh-tokoh pendiri Bani Abbasiyah

1. Muhammad bin Ali bin Abdullah,

Irwan Setiawan, S.Pd.I 10 | P a g e

2. Ibrahim al Imam,

3. Abu Muslim Al Khurasani,

4. Abul Abbas as-Shaffah

5. Abu Ja‟far al Mansyur.

2. Silsilah Bani Abbasiyah dan Khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah

1. Silsilah Bani Abbasiyah

Qusyai dipandang sebagai tokoh besar yang mengumpulkan kembali suku-

suku turunan Fibri yang bergelar Quraisy. Suku-suku ini mula-mula terpencar

dan bertempat tinggal di Bakkah (Mekah) dan sekitarnya yang dipandang

sebagai tanah suci oleh bangsa Arab, sebab mereka sendiri keturunan langsung

dari Nabi Ibrahim AS.

Hasyim merupakan tokoh besar yang pertama merintis kebijaksanaan

mengirimkan kafilah dagang Mekah ke utara pada musim panas dan ke selatan

pada musim dingin. Dari keturunan Hasyim itulah lahir Bani Abbas yang disebut

Abbasiyah dan keluarganya Ali yang disebut Alawiyin.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 11 | P a g e

Dalam silsilah Bani Umayyah terdapat tiga keluarga besar yang saling

bersaing memperebutkan kekuasaan, yaitu :

1. Keluarga Alawiyyin (didukung oleh kaum Syiah)

2. Keluarga Umayyah

3. Keluarga Abasiyah

Irwan Setiawan, S.Pd.I 12 | P a g e

2. Khalifah-khalifah Dinasti Abbasiyah

a. Periode pertama

Kholifah Dinasti Abbasiyah pada periode pertama adalah sebagai berikut :

1. Abu Abbas As-Saffah (132 – 136H = 750-754M)

2. Abu Ja‟far Al-Mansur (136 – 158H = 754-775M)

3. Muhammad Al-Mahdi (158-169H = 775-785M)

4. Muhammad Al-Hadi (169 – 170H = 785 – 786M)

5. Harun Ar-Rasyid (170 – 193H = 786-809M)

6. Abdullah Al-Amin (193 – 198H = 809-813M)

7. Al Ma‟mun (198 – 218 = 813 – 833 M)

8. Al Mu‟tashim Billah (218 – 227H = 833-842M)

9. Abu Ja‟far Al-Watsiq (227 – 232H = 842-847M).

b. Periode Kedua

Khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode kedua adalah sebagai berikut :

1. Al-Mutawakil (232 – 247H = 847-861M)

2. Al-Muntshir (247 – 248H = 861-862M)

3. Al-Mu‟tain (248 – 252H = 862-866M)

4. Al-Mu‟taz (252 – 255H = 866-869M)

5. Al-Muhtadi (255 – 256H = 869-870M)

6. Al-Mu‟tamid (256 – 279H = 870-892M)

7. Al-Mu‟tadhid (279 – 289H = 892-902M)

8. Al-Muktafi (289 – 295H = 902-908M)

Irwan Setiawan, S.Pd.I 13 | P a g e

9. Al-Muqtadi (295 320H = 908-932M)

10. Al-Qohir (320 – 322H = 932-934M)

11. Ar-Rodhi (322 – 329H = 934-941M)

12. Al-Muttaqi (329 – 333H = 941-945M)

13. Al-Mustaqfi (333 – 334H = 945-946M).

c. Periode Ketiga

Kholifah Dinasti Abbasiyah pada periode ketiga adalah sebagai berikut :

1. Al-Muti (334 – 363H = 946-974M)

2. At-Tho‟I (363 – 381H = 974–991M)

3. Al-Qodir (381 – 422H = 991-1031M)

d. Periode keempat

Khalifah Dinasti Abbasiyah pada periode keempat adalah sebagai berikut :

1. Al-Qoyyim (422 – 467H = 1031-1075M)

2. Al-Muqtadi (467 – 487H = 1075-1094M)

3. Al-Mustazhir (487 – 512H = 1094-1118M)

4. Al-Musytarsid (512 – 529H = 1118-1135M)

5. Al-Rasyid (529 – 530H = 1135-1136M)

6. Al-Muktafi (530 – 555H = 1136-1160M)

7. Al-Mustanjid (555 – 566H = 1160-1171M)

8. Al-Mustadi (566 – 575H = 1171-1180M)

9. An-Nashir (575 – 622H = 1180-1125M)

Irwan Setiawan, S.Pd.I 14 | P a g e

e. Periode kelima

Kholifah Dinasti Abbasiyah pada periode kelima adalah sebagai berikut :

1. Az-Zahir (622 – 623H = 1225-1226M)

2. Al-Mustanshir (623 – 640H = 1226-1242M)

3. Al-Musta‟shim (640 – 656H = 1242-1258M)

Dari ke-37 khalifah ini setidaknya terdapat tiga khalifah yang menonjol

yaitu Abu Ja‟far Al Mansur, Harun Ar Rasyid dan Abdulloh Al Ma‟mun.

Dari ketiga khalifah yang menonjol ini khalifah yang terkenal dari Dinasti

Abbasiyah adalah Harun Ar Rasyid.

3. Baghdad Sebagai Pusat Kekuasaan

Kota-kota yang pernah dijadikan Ibu Kota Abbasiyah adalah Kuffah,

Hirah, Anbar (Hasyimiah) dan Baghdad. Perpindahan ibu kota dari Kuffah ke

Hirah disebabkan karena penduduk kota Kuffah mayoritas pendukung Ali dan

dianggap tidak setia kepada golongan Abbas, sedangkan kota Hirah hanya

pilihan yang bersifat sementara, selanjutnya ibu kota pindah ke kota Anbar

(Hasyimiah).

Dengan adanya pemberontakan itu, khalifah Al-Mansyur memandang

bahwa kota Anbar tidak cocok lagi sebagai pusat pemerintahan. Kemudian

beliau memindahkan pusat pemerintahannya ke kota Bagdad.

Latar belakang dipilihnya kota Bagdad adalah :

Irwan Setiawan, S.Pd.I 15 | P a g e

1. Adanya pemberontakan Rowandiyah terhadap kholifah Abu Ja‟far

Al-Mansyur.

2. Wilayah Bahgdad cukup luas dan tanahnya subur.

3. Letak Bagdad sangat strategis dan mudah dijangkau oleh berbagai

wilayah.

Pendiri kota Baghdad adalah kholifah Abu Ja‟far Al-Mansyur dan arsitek

yang membangun kota itu adalah Hajjaj Bin Arthah dan Amran Bin Wahdhah

Para pekerjanya yang berpengalaman dari Syam, Kuffah, Basrah, Manshul,

Dailami dan lain-lain. Jumlah tenaga kerjanya kurang lebih 100.000 orang. Kota

Bagdad bentuknya bundar dengan gaya bangunan seni Islami. Di tengah kota

dibangun istana “Qashruzzahab” atau istana keemasan dengan luas 160.000

hasta persegi dan mesjid agung seluas 40.000 hasta persegi. Di luar kota

dibangun kota-kota satelit yang ditata rapi dan indah, serta dibangun istana

“Qashrulkhuldi” (Istana Abadi).

4. Mengambil ibrah dan meneladani peristiwa Sejarah Dinasti Abbasiyah.

Setelah kita membaca sejarah berdirinya Bani Abbasiyah, maka kita

dapat mengambil hikmah dan suri tauladan antara lain sebagai berikut :

1. Bersungguh-sungguh dalam meraih cita-cita tanpa pantang menyerah

walaupun banyak hambatan, rintangan bahkan penuh pengorbanan baik

berupa waktu, materi, tenaga bahkan nyawa demi tercapai cita-cita yang

diinginkan.

2. Bekerja sama dan saling menolong sesama umat Islam segala usaha.

3. Selalu mengutamakan kepentingan agama.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 16 | P a g e

4. Hidup yang optimis, dinamis, inovatif dan siap menerima kritik

konstruktif.

5. Punya pandangan hidup yang lebih baik yang berdasarkan pada norma

susila, norma budaya, norma hukum dan norma agama.

6. Berani berjuang demi nusa, bangsa, dan negara.

EVALUASI

Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan benar !

1. Sebutkan empat tokoh pendiri Bani Abbasiyah!

2. Sebutkan kelompok-kelompok yang tidak senang dengan kepemimpinan Dinasti

Umayyah !

3. Mengapa kelompok-kelompok tersebut tidak menyenangi kepimimpinan Dinasti

Umayyah?

4. Jelaskan usaha-usaha yang dilakukan oleh Abu Muslim Al Khurasani dalam

usahanya membangun Dinasti Abbasiyah!

5. Sebutkan latar belakang dipilihnya Bagdad sebagai ibukota Daulat Bani

Abbasiyah!

PENUGASAN

a. Tugas individu

Catatlah perilaku tokoh-tokoh pendiri Bani Abbasiyah!

b. Tugas kelompok

1. Ajaklah temanmu merangkum peristiwa yang melatarbelakangi berdirinya

Bani Abbasiyah!

2. Ajaklah temanmu mendiskusikan peristiwa proses berdirinya Bani

Abbasiyah!

Irwan Setiawan, S.Pd.I 17 | P a g e

BAB II

PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN ISLAM

PADA MASA BANI ABBASIYAH

Standar Kompetensi

Memahami perkembangan Islam pada Masa Bani Abbasiyah

Kompetensi Dasar

Mendiskripsikan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani

Abbasiyah

Indikator

6.2.1. Menjelaskan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani

Abbasiyah

6.2.2. Menunjukkan sebab perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani

Abbasiyah

6.2.3. Mengidentifikasi munculnya tokoh dari perkembangan kebudayaan/peradaban

Islam pada Bani Abbasiyah

1. PerkembanganKebudayaan Islam Pada Masa Bani Abbasiyah

Kondisi sosial

Muslim non Arab merasa diangkat derajatnya hak-hak mereka disamakan

bahkan dalam beberapa periode masyarakat muslim non Arab memegang

peranan yang sangat penting dalam pemerintahan dan tidak ada pembedaan kelas

antara penduduk Arab dan non Arab. Dengan demikian mereka mampu

memberikan sumbangan yang penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan

dan peradaban.

Kemajuan kebudayaan

perkembangan kebudayaan berjalan seiring dengan penyebaran islam. Pada

masa Bani Abbasiyah wilayah pemerintahan islam meluas sampai ke Spanyol di

barat dan India di timur. Pada masa itu Bagdad dan Andalusia menjadi pusat

Irwan Setiawan, S.Pd.I 18 | P a g e

peradaban dan ilmu pengetahuan. Bangsa-bangsa non Arab yang telah masuk

dalam wilayah islam memakai bahasa Arab dan adat istiadat Arab dalam

kehidupan sehari-hari.

Kemajuan politik dan militer

Perkembangan politik dan militer Bani Abbasiyah terbagi ke dalam lima

periode. Dalam setiap periode terjadi perubahan pemegang kekuasaan, sistem

pemerintahan dan kebijaksanaan militer. Periode pertama mulai tahun

132 – 232H/750-847 M. Periode kedua mulai tahun 232-334 H / 847-946 M,

peride ketiga mulai tahun 334- 464 H /946- 1075 M, periode ke empat mulai

tahun 464 – 623 H / 1075 – 1225 M, dan periode ke lima mulai tahun

623 – 656 H/1225–1258 M.

A. Kondisi Sosial

Menyebarnya Islam sampai ke luar jazirah Arab membuat bangsa arab

berinteraksi dengan bangsa non Arab,sehingga muncullah kelas dalam

masyarakat Arab :

1. Kaum muslim Arab

2. Kaum muslim non Arab (mawali)

3. Kaum non muslim (zimmi)

Irwan Setiawan, S.Pd.I 19 | P a g e

Akan tetapi karena runtuhnya Dinast Umayyah karena adanya perbedaan

perlakuan terhadap masyarakat maka kemudian Dinasti Abbasiyah berusaha

menghapus kelas-kelas sosial tersebut. Mereka menyamakan antara orang arab

maupun non arab. Setiap masyarakat punya hak yang sama dalam hal

berpendapat dan berkarya. Sehingga pada masa ini pengaruh dari orang non arab

pun sangat besar, termasuk dalam hal pemerintahan.

Beberapa Keluarga yang berperan penting dalam pemerintahan Dinasti

Abbasiyah:

1. Keluarga Barmak

Dipimpin oleh Khalid bin Barmak. Ia punya peran besar dalam gerakan

dakwah dan proses berdirinya dinasti Abbasiyah. Jasa besar Khalid bin

Barmak adalah menumpas pemberontakan di Mesopotamia. Kemudian dia jadi

Gubernur disana. Dia diangkat sebagai Wazir yang pertama kali, kemudian

diganti anaknya Yahya bin Khalid,kemudian Ja‟far bin Yahya. Selain itu

saudaranya Fadl bin Yahya jadi Gubernur Persia Barat dan Khurasan

2. Dinasti Buwaihiyah

Mereka berasal dari golongan Syi‟ah, punya peran penting selama satu

abad. Ia adalah putra-putra Buwaih yang berasal dari Dailami yang tinggal di

pegunungan barat daya Laut Kaspia. Mereka terdiri Ali bin Buwaih berkuasa

di Isfahan, Hasan bin Buwaih berkuasa di Ray dan Jabal dan Ahmad bin

Buwaih yang berkuasa di Al Ahwaz dan Khuzistan. Mereka diakui sebagai

Irwan Setiawan, S.Pd.I 20 | P a g e

Sultan oleh khalifah Abbasiyah, sebaliknya mereka mengakui kekhalifahan

Dinasti Abbasiyah

3. Dinasti Seljuk

Kedudukannya hampir sama dengan dinasti Buwaihiyah. Mereka jadi

penguasa yang sesungguhnya sementara khalifah hanya sebagai simbol saja.

2. Perkembangan Kebudayaan pada masa Bani Abbasiyah

Wilayah yang telah ditaklukkan penduduknya masuk Islam dengan sukarela

setelah mengetahui kemajuan peradaban arab dan rapinya pemerintahan Islam

Banyak wilayah yang ditaklukan ter-arabkan seperti: Mesir, suriah,

palestina, maroko, dan al jazair. Banyak bangsa ini yang lupa bahasa dan budaya

mereka sendiri, sehingga pengertian arab tidak hanya bagi orang yang di jazirah

arab saja.

Bangsa non arab yang telah masuk wilayah Islam mempergunakan bahasa

arab dan adat istiadat arab dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat ini Baghdad dan

Andalusia sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan.

Di Sisilia hal yg hampir sama terjadi Raja Roger I dari Normandia

menjadikan istananya sbg tempat pertemuan para filosof, dokter dan ahli islam

lainnya (meniru Harun Arasyid). Ketika Roger II menjadi raja, ia juga terpengaruh

budaya arab. Pakaian kebesarannya adalah pakaian arab, gerejanya dihiasi dg ukiran

dan tulisan arab. Wanita kristen Sisilia meniru mode pakaian Islam

Irwan Setiawan, S.Pd.I 21 | P a g e

Masa Harun Arasyid dan Al Makmun peradaban Islam mencapai puncak

kejayaan, ikut berperan juga bangsa india dan Yunani.

Banyak sastrawan dan Budayawan yang muncul saat Islam menguasai

Jundisabur, Harran, Antiokia dan Iskandariyah.

a. Bukti kemajuan budaya masa Bani Abasiyah

Munculnya sastrawan dan budayawan seperti : Umar Khayam, Az Zamakhsyari,

Al Qusyairi, AnNafisi, Ibnu Maskawaih, Al Kindi

Adanya peninggalan-peninggalan bersejarah, seperti: Istana, masjid dan

bangunan lainnya.

b. Sastrawan dan Budayawan tersebut antara lain:

1. Umar Khayam

Lahir di Nisabur, Khurasan. Seorang penyair yang juga ahli bidang

matematika, astronomi dan filsafat. Dia bekerja pada Sultan Maliksyah, raja

dinasti Seljuk yang menguasai Persia. Karyanya “Rubaiat”. Dia juga seorang

sufi yang mengkritik dan mengoreksi para ilmuwan. Dalam sajaknya selalu

mencari pembuktian logis dlm menghadapi problem-problem filsafat.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 22 | P a g e

2. Az Zamakhsyari

Dia adalah pakar bahasa dan kesusastraan arab, karyanya : Asas al

Balaghah, Al Mufrad wa al Mua‟allaf fi an Nahwi, al Mustaqim fi Amsal al

arab.

c. Peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut antara lain:

Istana Al Hasyimiyah yg didirikan oleh Abu Abbas Assafah

Pembangunan kota Baghdad pada masa Abu Ja‟far al Mansyur.

Pembangunan masjid sbg pusat kegiatan umat Islam seperti :

Masjid al Mansur oleh Abu Ja‟far al Mansyur

masjid Raya Ar Risyafah oleh al Mahdi

Masjid Jami‟ Qosr al Khilafah oleh al Muktafi

Masjid Raya Samarra oleh al Mutawakkil.

Masjid Agung Isfahan oleh Al Malik Syah.

Masjid Talkhatan Baba di Mery.

Masjid Alaudin Kaskobad di Nedge.

dan sebagainya

d. Fungsi masjid pada masa Bani Abbasiyah

Sebagai tempat sholat

Sebagai tempat bermusyawarah

Sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan ilmuwan yang mendiskusikan

berbagai macam ilmu pengetahuan (tempat belajar)

Irwan Setiawan, S.Pd.I 23 | P a g e

Perkembangan Politik dan Militer Bani Abbasiyah, di bagi 5 periode :

Periode Pengaruh Persia Pertama

Periode Pengaruh Turki Pertama

Periode Pengaruh Persia Kedua

Periode Pengaruh Turki Kedua

Periode Non Pengaruh

1. Periode Pengaruh Persia Pertama

Dinamakan demikian karena periode ini terdapat satu keluarga

bangsawan Persia yang sangat berpengaruh dalam pemerintahan Bani

Abbasiyah, yakni keluarga Barmak. Periode ini merupakan masa keemasan

dan kejayaan Bani Abbas, walaupun demikian, bibit kemunduran Bani Abbas

sudah muncul pada periode ini, yaitu ketika terjadi perang saudara antara al

Amin dan al Ma‟mun.

Khalifah Bani Abbasiyah yang memerintah pada periode pertama :

1. Abu Abbas As-Saffah 750-754 M

2. Abu Ja‟far al Mansur 754-775 M

3. Al Mahdi 775-785 M

4. Al Hadi 785-786 M

5. Harun Ar Rasyid 786-809 M

6. Al Amin 809-813 M

Irwan Setiawan, S.Pd.I 24 | P a g e

7. Al Ma‟mun 813-833 M

8. Al Mu‟tasim 833-842 M

9. Al Wasiq 842-847 M

2. Periode Pengaruh Turki Pertama

Disebut demikian karena tentara Turki yang menjadi tentara Bani

Abbasiyah sangat mendominasi pemerintahan. Mereka diangkat oleh Khalifah

al Mu,tasim serta al Wasiq pd periode pertama. Pada periode ini pengaruh

mereka sangat kuat Bahkan mereka dapat mempengaruhi pengangkatan atau

pemberhentian khalifah.

Khalifah yg memerintah pada periode kedua :

1. Al Mutawakkil 847-861 M

2. Al Muntasir 861-862 M

3. Al Musta‟in 862-866 M

4. Al Mu‟taz 866-869 M

5. Al Muhtadi 869-870 M

6. Al Mu‟tamid 870-892 M

7. Al Mu‟tadid 892-902 M

Irwan Setiawan, S.Pd.I 25 | P a g e

8. Al Muktafi 902-908 M

9. Al Muktadir 908-932 M

10. Al Qahir 932-934 M

11. Ar Radi 934-940 M

12. Al Muttaqi 940-944 M

3. Periode Pengaruh Persia kedua

Disebut demikian karena pada masa ini sebuah golongan dari bangsa

Persia berperan penting dalam pemerintahan Bani Abbasiyah, yaitu Bani

Buwaih.Mereka memegang jabatan amir-al umara, yakni pelaksana kekuasaan

dan pemerintahan Bani Abasiyah. Khalifah pada masa ini hanya sebagai

simbul Istana.

Khalifah-khalifah yang berkuasa, al :

1. Al Muktafi 944-946 M

2. Al Muti 946-974 M

3. At Ta‟i 974-991 M

4. Al Qadir 991-1031 M

5. Al Qa‟im 1031-1075 M

Irwan Setiawan, S.Pd.I 26 | P a g e

4. Periode Pengaruh Turki Kedua

Disebut demikian karena pada saat ini sebuah golongan dari bangsa

Turki berperan penting dalam pemerintahan Bani Abbasiyah, yakni Bani

Seljuk. Sama halnya dengan Bani Buwaih, mereka juga memegang jabatan

amirul-umara, yakni pelaksana kekuasaan dan pemerintahn Bani Abbasiyah

Khalifah pada periode ini adalah :

1. Al Qa‟im 1031-1075 M

2. Al Muqtadi 1075-1094 M

3. Al Mustazir 1094-1118 M

4. Al Mustarsid 1118-1135

5. Ar Rasyid 1135-1136

6. Al Muqtafi 1136-1160

7. Al Mustanjid 1160-1170

8. Al Mustadi 1170-1180

9. An Nasir 1180-1225

Irwan Setiawan, S.Pd.I 27 | P a g e

5. Periode Non Pengaruh

Pada periode ini Bani Abbasiyah sudah tidak lagi dipengaruhi pihak

manapun. Akan tetapi, kekuatan politik dan militer Bani Abbasiyah sudah

lemah sehingga kekuasaan mereka tinggal meliputi wilayah Irak dan

sekitarnya saja. Bani Abbasiyah runtuh pada tahun 1258 M karena serangan

Bangsa Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan.

Khalifah pada periode kelima ini antara lain :

1. An Nasir 1180-1225 M

2. Az Zahir 1225-1226 M

3. Al Mustansir 1226-1242 M

4. Al Musta‟sim 1242-1258 M

Irwan Setiawan, S.Pd.I 28 | P a g e

Perbedaan sikap politik antara Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah

Bani Umayyah

Dalam segala bidang masih bercorak arab murni

Bani Abbasiyah

Dalam berbagai bidang sudah mulai bercampur dengan corak persia, turki dan

lainnya.

Baghdad jadi kota terbuka sehingga segala bangsa yang menganut berbagai

keyakinan dijinkan bermukim di dalamnya, karena merupakan pusat kegiatan

politik,ekonomi sosial dan budaya.

Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya.

Para menteri keturunan persia diberi hak yang penuh dalam menjalankan

pemerintahan sehingga mereka memegang peranan yang penting dalam

pembinaan Tamaddun Islam.

Lembaga Pemerintahan

Pengangkatan wazir (perdana menteri) sebagai pembantu khalifah dalam

menjalankan roda pemerintahan.

Pembentukan Diwanul Kitabah yang dipimpin oleh Raisul Kitabah(sekretaris

negara)

Raisul Kitabah dibantu oleh beberapa sekertaris :

Irwan Setiawan, S.Pd.I 29 | P a g e

Katibul Rasa‟il/urusan persuratan

Katibul Kharaj/urusan keuangan atau pajak

Katibul Jundi/urusan tentara atau kemiliteran

Katibul Qudha/urusan kehakiman

Katibul Syurtan /urusan kepolisian

Pengangkatan Amir (pemimpin dari Imarat) dan Syaikh al Quran

Pembentukan Angkatan Bersenjata, panglima besar angkatan perangnya

bernama Amirul Umara

Pembentukan Baitul Maal (kas negara)

Perbendaharaan negara/Diwanul khazanah

Urusan Hasil bumi /Diwanul Azra‟a

Perlengkapan tentara/Diwanul Khazainushsilah

Pembentukan Mahkamah Agung

Al Qadla, mengurus perkara agama, hakimnya disebut qadli

Al Hisbah, mengurus masalah umum, perdata maupun pidana, hakimnya Al

Mustashib

An Nashar Fil Mazhalim, menyelesaikan perkara banding dari tingkat al qadla

dan al hisbah, hakimnya Shahibul Madzalim

Irwan Setiawan, S.Pd.I 30 | P a g e

Kemajuan dalam bidang Militer

Angkatan perang pada masa bani Abbasiyah terdiri dari :

Al Jundul Murtaziqah

Al Jundul Muthauwilah, yaitu tentara sukarela

Lima karakteristik pemerintahan Bani Abbasiyah

Khalifah dari keturunan arab murni sedangkan menteri, gubernur , panglima dan

pegawainya dari Mawali (ket. Persia)

Baghdad sebagai ibu kota

Ilmu pengetahuan dipandang sesuatu yang sangat penting dan mulia

pengakuan terhadap kebebasan berpikir sebagai bagian dari hak asasi manusia

para menteri bukan arab diberikan kebebasan penuh dalam menjalankan

pemerintahan dan mengembangkan peradaban Islam

Kemajuan Ilmu Pendidikan

Bukti perkembangan pendidikan dan pengetahuan :

1. Berdirinya lembaga-lembaga pendidikan :

Darul Hikmah,yang didirikan Harun Al-Rasyid dan disempurnakan oleh

Kholifah Al-Ma‟mun.

Darul Hikmah ini merupakan perguruan tinggi (universitas) yang luas dan

memiliki perpustakaan besar. Untuk belajar ilmu kedokteran, matematika,

optika, geografi, fisika, astronomi, sejarah, filsafat, dan lain-lain.

Madrasah-madrasah

Irwan Setiawan, S.Pd.I 31 | P a g e

Majelis Mumadharuh, yaitu majelis tempat pertemuan para ulama, sarjana, ahli

pikir dan pujangga untuk membahas masalah-masalah ilmiah.

Berdirinya perguruan tinggi “An-Nizhamiyah”. Guru besarnya “Imam Al-

Ghazali”

2. Berdirinya kota pendidikan seperti : Mekah, Madinah, Kuffah, Damaskus,

Hijjaj, Kairawan, Mesir dll

3. Berkembangnya Ilmu Naqli spt :

Ilmu tafsir : Ibnu Jarir ath Thobari, As Suda

Ilmu Hadits : Imam Bukhori

Ilmu Tasawuf

Peran Baitul Hikmah dalam Transformasi Ilmu Pengetahuan

1. Sebagai perpustakaan yang menyediakan buku-buku / literature dari berbagai

sumber dan bahasa, sehingga menambah khasanah ilmu pengetahuan bagi umat

Islam.

2. Sebagai lembaga penterjemah buku-buku / karya-karya asing ( Yunani, India,

Persia ) ke dalam bahasa Arab, sehingga buku-buku asing tersebut dapat

diketahui isinya oleh umat Islam dan dapat dikembangkan oleh ilmuwan-

ilmuwan muslim.

3. Sebagai pusat kegiatan studi dan riset keilmuwan.. Dari kegiatan ini dapat

melahirkan karya-karya besar dalam ilmu pengetahuan baik dalam ilmu Filsafat,

Astronomi maupun Kedokteran.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 32 | P a g e

4. Sebagai tempat para ahli / ilmuwan muslim berkumpul untuk membahas dan

berdiskusi tentang suatu ilmu atau masalah. Dari kegiatan ini dapat melahirkan

ilmuwan-ilmuwan Muslim yang terkenal sepanjang sejarah baik ilmuwan

dibidang Filsafat, Astronomi maupun Kedokteran.

Dampak Positif Berdirinya Baitul Hikmah

1. Ilmu pengetahuan semakin berkembang.

2. Melahirkan ahli-ahli / ilmuwan-ilmuwan di bidang ilmu pengetahuan.

3. Peradaban dan kebudayaan Islam semakin maju.

4. Melahirkan karya-karya besar dalam ilmu pengetahuan.

Bidang-bidang Ilmu Pengetahuan yang Berkembang pada Masa Dinasti

Abbasiyah

1. Ilmu Filsafat

2. Ilmu Kedokteran

3. Ilmu Astronomi.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 33 | P a g e

Bidang-bidang Ilmu Agama Islam yang berkembang pada masa Dinasti

Abbbasiyah

Perkembangan dan kemajuan Ilmu Agama Islam pada masa Dinasti

Abbasiyah ini ditandai dengan :

1. Munculnya tokoh-tokoh / ulama-ulama besar dalam ilmu agama Islam

yang memiliki integritas tinggi, seperti : Imam Syafii, Malik, Hanafi dan

Hambali ( 4 imam mazhab fiqh ), Imam Bukhori, Muslim, Abu Dawud,

At Tirmizi, An Nasai dan Ibnu Majah ( 6 imam dalam ilmu Hadist )

2. Lahirnya karya-karya besar dan monumental di bidang ilmu agama

Islam, seperti : Kutubussitah (enam kitab Hadist), Tafsir At Tabari, Kitab

Al Muwatta, Kitab Ar Risalah dan lain-lain.

3. Berdirinya Madrasah-madrasah mulai dari tingkat Dasar, Menengah dan

tingkat Atas.

4. Berdirinya Majlis Munadzaroh, tempat membahas dan mendiskusikan

persoalan agama yang dianggap sulit untuk dipecahkan.

Faktor kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam pada masa Bani

Abbasiyah

1. Adanya kontak antara Islam (Arab) dengan Persi, di mana Persia banyak

berperan dalam pengembangan tradisi keilmuwan Yunani, salah satunya melalui

Akademi Jundishabur.

2. Peran keluarga Barmak yang sengaja dipanggil khalifah harun Ar Rasyid untuk

mendidik keluarga istana dalam pengembangan keilmuwan.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 34 | P a g e

3. Adanya gerakan penerjemahan karya-karya Yunani ke dalam bahasa Arab. Pada

waktu itu para penguasa dan masyarakat memberi penghargaan yang besar

kepada para penerjemah.Salah satu bentuk penghargaan adalah ”para

penerjemah diberi hadiah emas seberat buku yang berhasil ia terjemahkan”.

4. Besarnya perhatian para khalifah Dinasti Abbasiyah terhadap ilmu pengetahuan

terutama Harun Ar Rasyid dan Al Ma‟mun yang sangat mencintai ilmu.

5. Adanya percampuran berbagai kebudayaan seperti Persia, Yunani, India dan

Arab.

6. Para khalifah Dinasti Abbasiyah tidak memprioritaskan perluasan wilayah Islam

karena wilayah kekuasaan Islam waktu itu sudah sangat luas. Oleh karena itu

pemerintah dapat lebih berkonsentrasi mengurus urusan dalam negeri.

7. Didirikannya pabrik kertas, yang memungkinkan masyarakat dapat memperoleh

kertas dengan harga yang murah. Dan juga memudahkan penyalinan naskah-

naskah asing ke dalam bahasa Arab secara besar-besaran.

8. Berdirinya lembaga Baitul Hikmah sebagai tempat penterjemahan, diskusi dan

mengadakan penelitian.

Mengambil ibrah dari perkembangan kebudayaan Islam pada masa Bani

Abbasiyah

1. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam pada masa Bani

Abbasiyah telah memberikan dampak positif terhadap kehidupan umat Islam.

Banyak ilmuwan besar muslim yang melahirkan karya besar pada masa ini.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 35 | P a g e

Penemuan-penemuan ilmiah dibidang politik, sosial, budaya dan ilmu

pengetahuan berikutnya.

2. Pada masa Abbasiyah, Islam benar-benar mencapai puncak peradaban dan

memberikan kontribusi besar bagi perkembangan peradaban dunia.

3. Hampir semua ilmu pengetahuan yang berkembang dasar-dasarnya telah

ditemukan pada masa Abbasiyah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan peradaban

menjadikan masyarakat Dinasti Abbasiyah hidup tenteram, perekonomian pun

berjalan stabil. Para kholifahnya berhasil mengatsi muusuh-musuhnya.

EVALUASI

Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan benar !

1. Tunjukkan bukti-bukti kemajuan ilmu pengetahuan pada masa Dinasti

Abbasiyah!

2. Apa yang menjadi alasan filsuf Islam berpendirian bahwa tujuan filsafat mirip

dengan tujuan agama!

3. Jelaskan peran ilmu astronomi dengan pelaksanaan beberapa ketentuan agama

Islam !

4. Bagaimana bentuk penghargaan terhadap para penterjemah !

5. Sebutkan fungsi Baitul Hikmah pada masa Dinasti Abbasiyah!

PENUGASAN

1. Tugas Individu

Bacalah dan ceritakan kembali kemajuan dibidang sosial dan kebudayaan pada masa

Bani Abbasiyah

2. Tugas Kelompok

Diskusikan bersama temanmu kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan pada masa

Bani Abbasiyah.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 36 | P a g e

BAB III

TOKOH-TOKOH MUSLIM DAN PERANANNYA

DALAM KEMAJUAN KEBUDAYAAN/ PERADABAN ISLAM

PADA MASA BANI ABBASIYAH

Standar Kompetensi :

Memahami perkembangan Islam pada masa bani Abbasiyah

Kompetensi Dasar :

Mengidentifikasi Tokoh-tokoh Ilmuwan Muslim dan perannya dalam

kemajuankebudayaan /peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah.

Indikator

6.3.1. Mengklasifikasi Tokoh ilmuwan muslim masa Bani Abbasiyah

6.3.2. Menunjukkan peran tokoh ilmuwan muslim pada pada masa Bani Abbasiyah

6.3.3. Mengklasifikasi kemajuan ilmuwan muslim masa Bani Abbasiyah

6.3.4. Mengidentifikasi kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah

A. Kemajuan Dinasti Abbasiyah di Bidang Ilmu Pengetahuan

1. Tokoh-tokoh dan Hasil Karya di Bidang Filsafat

a. Al – Kindi

Al Kindi adalah filsuf besar pertama Islam. Ia lahir pada tahun 801 M

(pada masa pemerintahan Harun ar-Rasyid) dan meninggal pada tahun 869 M.

Pada masa pemerintahan khalifah-khalifah besar Dinasti Abbasiyah, yaitu al-

Amin, al-Ma‟mun, al-Mu‟tasim, al-Wasiq, dan al-Mutawakkil, ia diangkat

sebagai guru dan tabib kerajaan.

Al-Kindi lahir di Kufah dan nama lengkapnya adalah Abu Yusuf

Ya‟qub bin Ishak bin Sabah bin Imran bin Ismail bin Muhammad bin al-

Asy‟as bin Qais al-Kindi. Nama al-Kindi berasal dari nama salah satu suku

Arab yang besar sebelum Islam, yaitu suku Kindah.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 37 | P a g e

Al-Kindi dikenal sebagai filsuf muslim yang pertama karena ia adalah

orang Islam pertama yang mendalami ilmu-ilmu filsafat. Hingga abad ke-7 M,

pengetahuan filsafat masih didominasi orang-orang Kristen Suriah. Selain

menerjemahkan, al-Kindi juga menyimpulkan karya-karya filsafat Helenisme.

Ia juga dikenal sebagai pemikir muslim pertama yang menyelaraskan filsafat

dan agama. Al-Kindi memandang filsafat sebagai ilmu yang mulia. Ia

melukiskan filsafat sebagai ilmu dari segala ilmu dan kearifan dari segala

kearifan. Filsafat bertujuan untuk memperkuat kedudukan agama dan

merupakan bagian dari kebudayaan Islam

Gambar : Al-Kindi Ibnu Ishaq Al-Kindi

Karya Al Kindi

Karya-karya al-Kindi berjumlah kurang lebih 270 buah. Karya tersebut

kebanyakan berupa risalah-risalah pendek dan banyak yang sudah tidak

ditemukan lagi. Karya –karya itu dapat dikelompokkan dalam bidang filsafat,

logika, ilmu hitung, musik, astronomi, geometri, medis, astrologi, psikologi,

politik, dan meteorologi. Salah satu karya Al Kindi di bidang filsafat

adalah Risalah fi Madkhal al Mantiq bi Istifa al Qawl fih yang berisi tentang

sebuah pengatar logika. Dari karya-karyanya itu dapat diketahui bahwa al-

Irwan Setiawan, S.Pd.I 38 | P a g e

Kindi adalah orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang luas dan

mendalam.

b. Al-farabi

Al-Farabi lahir di Farab pada tahun 870 M dan wafat di Aleppo (Suriah)

pada tahun 950 M. Nama lengkapnya adalah Abu Nasr Muhammad bin

Muhammad bin Tarkhan bin Uzlag al-Farabi. Ia selalu berpindah tempat dari

waktu ke waktu. Ia dikenal rajin belajar serta memiliki otak yang cerdas. Al-

Farabi banyak belajar agama, bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Persi.

Setelah dewasa, ia pindah ke Baghdad dan tinggal di sana selama 20 tahun

serta mempelajari filsafat, logika, matematika, etika, ilmu politik, dan musik.

Al-Farabi mengarang beberapa buku dalam berbagai bidang diantaranya

logika, fisika, ilmu jiwa, kimia, ilmu politik, dan musik.

Gambar : Al-Farabi

Dua karya yang termasyur adalah al-Jam’u Baina Ra’yi al-

Hakimaini (mempertemukan dua pendapat filsuf, Plato dan Aristoteles)

dan Uyun al-Masail (pokok-pokok Persoalan).

Irwan Setiawan, S.Pd.I 39 | P a g e

Pendapat Al Farabi Tentang Negara

Ada Lima bentuk Negara yaitu : negara utama, negara orang-orang

bodoh, negara orang-orang fasik, negara yang berubah-ubah, dan negara sesat.

1. Negara Utama (al-Madinah al Fadlilah)

Negara utama adalah negara yang penduduknya berada dalam

kebahagiaan. Bentuk negara ini dipimpin oleh para nabi dan dilanjutkan oleh

filsuf.

2. Negara orang-orang bodoh adalah negara yang penduduknya tidak mengenal

kebahagiaan.

3. Negara orang-orang fasik (al-Madinah al-Fasiqah)

Negara orang-orang fasik adalah negara yang penduduknya mengenal

kebahagiaan, tetapi tingkah laku mereka sama dengan penduduk negara orang-

orang bodoh.

4. Negara yang berubah-ubah (al-Madinah al-Mutabaddilah)

Penduduk negara ini awalnya mempunyai pikirkan dan pendapat seperti

yang dimiliki penduduk negara utama, tetapi mengalami kerusakan.

5. Negara sesat (al-Madinah ad-Dallah)

Negara sesat adalah negara yang pemimpinnya menganggap dirinya

mendapat wahyu. Ia kemudian menipu orang banyak dengan ucapan dan

perbuatannya

Irwan Setiawan, S.Pd.I 40 | P a g e

c. Ar Razi

Ar Razi adalah seorang dokter dan filsafat besar, beliau dilahirkan di Rayy

(Taheran) pada tahun 865 M dan wafat tahun 932 M. beliau mempelajari beberapa

ilmu pengetahuan seperti ilmu matematika, ilmu astronomi, ilmu logika, ilmu sastra,

dan ilmu kimia. Kemudian beliau memusatkan perhatiannya pada ilmu kedokteran dan

ilmu filsafat.

Gambar : Ar-Razi

Kesungguhan Ar-Razi dalam belajar, meneliti, dan menulis sangat luar biasa. Ia

pernah menulis dalam setahun lebih dari 20.000 lembar kertas. Karya Ar-Razi

mencapai 232 buku risalah dan kebanyakan dalam bidang kedokteran.

Karya tulis Ar-Razi yang terbesar adalah Al-Hawi, yaitu sebuah ensiklopedia

kedokteran yang berjumlah 20 Jilid. Buku ini berisi ilmu kedokteran Yunani, Arab,

dan suriah yang ditulis dari hasil penelitian Ar-Razi sendiri.

Buku tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Latin pada tahun 1279 M. sejak

itu buku tersebut dipakai sebagai rujukan di universitas-universitas Eropa hingga abad

ke 17 M. Bukunya yang lain adalah Fial Judari Hasbat, buku ini membahas penyakit

Irwan Setiawan, S.Pd.I 41 | P a g e

campak dan cacar yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin. Pada tahun 1866 M

buku ini dicetak untuk yang ke 40 kalinya.

d. Ibnu Sina

Ibnu Sina memiliki nama asli Abu al-Husain bin Abdullah. Ia dilahirkan

di Afsyanah, Bukhara pada tahun 890 M dan meninggal di Hamdan pada

tahun 1037 M. Ia merupakan seorang dokter dan filsuf Islam yang ternama.

Di Barat ia dikenal dengan nama Avicenna. Sejak kecil, Ibnu Sina

mempelajari Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu agama. Setelah itu, ia mempelajari

matematika, logika, fisika, geometri, astronomi, metafisika, dan kedokteran.

Gambar : Ibnu Sina

Karya Ibnu Sina

Ibnu Sina meninggalkan tidak kurang dari 200 karya tulis. Kebanyakan

tulisan itu menggunakan bahasa Arab, sedangkan sebagian lain menggunakan

bahasa Persia. Buku-bukunya yang terkenal, antara lain seperti berikut :

1. Asy-Syifa’ (Penyembuhan). Sebuah buku yang menjadi literature

penting dalam dunia kedokteran di Eropa.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 42 | P a g e

2. Al-Qanun fit-Tibb (Peraturan-peraturan dalam Kedokteran)

3. Al-Isyarat wa at-Tanbihat (Isyarat dalam Penjelasan)

4. Mantiq al-Masyriqiyyin (Logika Timur).

5. „Uyun al Hikmah ( Mata air Hikmah ).

e. Ibnu Maskawaih

Ibnu Maskawaih lahir pada tahun 941 M dan meninggal pada tahun

1030 M. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin

Ya‟kub bin Maskawaih terkenal sebagai ahli sejarah dan filsafat. Selain itu, ia

juga seorang moralis, penyair, serta ahli ilmu kimia.

Ibnu Maskawaih mempunyai hubungan yang baik dengan para penguasa

pada zamannya. Ia pernah mengabdi kepada Abu Fadl al-Amid sebagai

pustakawan. Setelah itu, ia mengabdi kepada putranya, Abu al-Fath Ali bin

Muhammad. Kedua orang tersebut menjadi menteri pada masa Dinasti

Buwaihiyah. Ia juga pernah mengabdi kepada Adud Daulah, seorang

penguasa Dinasti Buwaihiyah. Ibnu Maskawaih merupakan seorang pemikir

muslim yang produktif

Karya Ibnu Miskawaih

Beberapa karya tulisnya yang sampai kini masih ada, antara lain sebagai

berikut :

1. Al-Fauz al-Akbar (Kemenangan Besar)

2. Al-Fauz al-Asgar (Kemenangan Kecil)

3. Tajarib al-Umam (Pengalaman Bangsa-bangsa)

Irwan Setiawan, S.Pd.I 43 | P a g e

4. Uns al-Farid (Kesenangan yang tiada tara)

5. Tartib as-Sa’adah (Akhlaq dan politik)

6. As-Siyas (Aturan hidup)

7. Jawidan Khirad (Ungkapan Bijak)

8. Tahzib al-Akhlaq (Pembinaan Akhlaq)

Pemikiran filosofis Ibnu Maskawaih yang ditunjukkan pada etika dan

moral dimuat dalam tiga bukunyaq, yaitu Tartib as-Sa’adah, Tahzib al-

Akhlaq, dan Jawidan Khirad

f. Al-Gazali

Al-Gazali lahir di kota Gazalah, sebuah kota kecil di dekat Tus,

Khurasan. Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad

at-Tusi al-Gazali. Ia lahir pada tahun 1058 M danmeninggal pada tahun 1111

M. Al-Gazali adalah seorang pemikir, teolog, filsuf, dan sufi termasyhur

sepanjang sejarah Islam.

Gambar : Al-Gazali

Irwan Setiawan, S.Pd.I 44 | P a g e

Ia lahir dari keluarga sederhana yang taat beragama. Pendidikannya dimulai

dengan belajar Al-Qur‟an dari ayahnya sendiri. Sepeninggal ayahnya, ia dan

saudaranya dititipkan pada Ahmad bin Muhammad ar-Razikani, seorang temah

ayahnya dan sufi besar. Dari ar-Razikani, al-Gazali mempelajari ilmu fiqih, riwayat

hidup, dan kehidupan spiritual para wali. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya ke

Jurjan dan berguru pada Imam Abu Nasr al-Isma‟il. Beberapa tahun kemudian, ia

pergi ke Nisabur dan memasuki Madrasah Nizamiyah, yaitu madrasah yang didirikan

oleh Nizamuk Mulk, perdana menteri dari Dinasti Saljuk. Di sana, al-Gazali berguru

kepada Imam Haramah al-Juwaini tentang ilmu usul fiqih, ilmu mantiq, dan ilmu

kalam. Karena bakatnya, al-Gazali diangkat sebagai asisten yang menggantikan al-

Juwaini mengajar jika ia berhalangan hadir.

Karya Al Ghazali

Di Nisabur ini, bakat menulis al-Gazali berkembang. Ia menulis hampir

100 buku tentang teologi, fiqih, tasawwuf, akhlak, dan autobiografi dalam

bahasa Arab dan Persia. Karena keahliannya diberbagai bidang ilmu, baik

filsafat, ilmu kalam, fiqh dan tasawuf maka Ia mendapat gelar Hujjatul Islam.

Diantara bukunya yang terkenal adalah sebagai berikut :

1. Maqasid al-falasiyah (Tujuan dari Filsuf)

2. Tahafut al-Falasiyah (Kekacauan para Filsuf)

3. Ihya’Ulumudin (Menghidupkan ilmu-ilmu Agama). Berisi tentang

perpaduan antara fiqh dan tasawuf dan merupakan buku yang terkenal

dalam ilmu tasawuf dan ilmu kalam.

4. Al-Munqiz min ad-Dalal (Penyelamat dari Kesesatan)

Irwan Setiawan, S.Pd.I 45 | P a g e

g. Ibnu Rusyd

Ia seorang filsuf ulung yang juga ahli ilmu Al-Qur‟an dan ilmu-ilmu

yang lain, seperti biologi, kedokteran, dan astronomi. Ibnu Rusyd lahir di

Cordova, Spanyol pada tahun 1126 M dan meninggal di Maroko pada tahun

1198 M. Di Barat/Eropa dia dikenal dengan nama Averroes. Ulasan-ulasannya

terhadap filsafat Aristoteles berpengaruh besar pada kalangan ilmuwan di

Eropa sehingga muncul di sana suatu aliran filsafat yang dinisbahkan pada

namanya, yaitu Averroisme. Salah satu dampak pemikiran Ibnu Rusyd di

Eropa adalah terjadinya kebebasan berpikir di sana.

Gambar : Ibn Rusyd

Karya Ibnu Rusyd

Diantara karyanya ialah Fasl al-Maqal fi ma baina asy-Syari’ah wal

Hikmah minal Ittisal (Pembeda yang jelas hubungan antara Syariat dan

Filsafat). Al-Kasyf’an Manahij al-Adillah fi Aqaid al-Millah (Menyingkap

Metodologi Dalil dalam Akidah Agama), dan Tahafut at-Tahafut (Kerancauan

Berpikir dalam buku kerancauan filsafat). Buku terakhir ini ditujukan untuk

Irwan Setiawan, S.Pd.I 46 | P a g e

membantah pendapat-pendapat al-Gazali dalam buku Tahafut al-

Falasifah (Kerancauan Filsafat). Selain seorang filsuf, Ibnu Rusyd juga

seorang dokter dan ahli hukum Islam (fiqih). Kitab fiqihnya yang terkenal

adalahBidayatul Mujtahid (Permulaan bagi Mujtahid).

2. Tokoh – tokoh dan Hasil Karya di Bidang Kedokteran

1. Ibnu Musawah

Nama lengkapnya adalah Abu Zakariya Yuhana bin Musawah. Ia

seorang dokter yang masyhur pada abad ke-9 M/3 H. Kariernya sebagai

dokter dimulai sejak masa khalifah Harun ar-Rasyid hingga al-Mutawakkil. Ia

pernah menjadi dokter istana dan terkenal sebagai dokter spesialis diet.

Diantara karyanya yang terpenting ialah An-Nawadir at-Tibbiyah, sebuah

kumpulan aforisme medis, danKitab al-Azmina, sebuah deskripsi tentang

musim sepanjang tahun. Ia juga banyak berjasa dalam menerjelahkan buku-

buku kedokteran Yunani.

2. Jabir bin Hayyan

Jabir bin Hayyan dikenal sebagai seorang ahli kimia dan dokter

termasyhur. Di Barat, ia terkenal dengan nama Geber. Ia lahir di Tus pada

tahun 721 M dan meninggal pada tahun 815 M di Kufah. Ia dekat dengan

keluarga khalifah Dinasti Abbasiyah di Baghdad karena hubungan baiknya

dengan keluarga Barmak. Seiring dengan tersingkirnya keluarga Barmak pada

masa Khalifah Harun ar-Rasyid, ia ikut menyingkir ke Kufah hingga wafat.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 47 | P a g e

Selain ilmu kimia, Jabir bin Hayyan juga menulis tentang logika,

matematika, kedokteran, dan fisika. Karya tulisnya berjumlah hamper 80 buah

dan banyak diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Diantara karya tulisnya

adalah at-Tajmi’ dan az-Zi’biq asy-Syargiy

3. Ar-Razi

Ar-Razi adalah seorang dokter dan filsuf besar pada zamannya. Nama

lengkapnya Abu bakar Muhammad bin Zakaria ar Razi. Ia berasal dari Persia.

Ia lahir di Ray pada tahun 865 M dan wafat pada tahun 932 M di kota yang

sama. Setelah mempelajari matematika, astronomi, logika, sastra, dan kimia,

ia memusatkan perhatiannya pada kedokteran, dan filsafat.

Kesungguhan ar-Razi untuk belajar, meneliti, dan menulis sangat luar

biasa. Ia pernah menulis dalam setahun lebih dari 20.000 lembar kertas. Karya

ar-Razi mencapai 232 buku atau risalah dan kebanyakan dalam bidang

kedokteran.

Karya tulisnya yang terbesar adalah al-Hawi, sebuah Ensiklopedi

Kedokteran yang berjumlah 20 jilid. Buku ini mengandung ilmu kedokteran

Yunani, Arab, dan Suriah yang ditulis dari hasil penelitian ar-Razi sendiri.

Buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa latin pada tahun 1279 M. Sejak

itu, buku tersebut dipakai sebagai rujukan di universitas –universitas Eropa

hingga abad ke-17 M. Bukunya yang lain adalah Fi al-Judari wa al-Hasbat.

Buku ini membahas penyakit campak dan cacar yang diterjemahkan ke dalam

bahasa latin. Pada tahun 1866 M, buku itu dicetak untuk yang ke-40 kalinya.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 48 | P a g e

4. Ibnu Sina

Ketika membicarakan filsafat, kita telah mengenal Ibnu Sina. Di Barat

ia dikenal dengan nama Avicenna. Konon, karyanya mencapai 200 buah yang

meliputi filsafat, kedokteran, geometri, astronomi, teologi, filologi, dan

kesenian. Karya monumentalnya berjudul Al-Qanun fit-Tibb. Buku ini

merupakan kumpulan pemikiran kedokteran Yunani-Arab. Karya Ibnu Sina

ini dipakai sebagai buku panduan bagi para mahasiswa yang mempelajarai

kedokteran dari abad ke-12 sampai abad ke-17 M. Buku ini membedakan

antara mediastinum dan pleurisy (pembengkakan pada paru-paru); mengenai

kemungkinan penalaran wabah penyakit phthisis (penyakit saluran

pernafasan, utamanya asma dan TBC) melalui pernafasan dan penyebaran

berbagai penyakit melalui air dan debu. Ibnu Sina juga memberikan diagnosis

ilmiah tentang penyakit ankylostomisis dan menyebutkan cacing pita sebagai

penyebabnya. Sekitar 170 jenis obat-obatan disebutkan dalam buku ini.

3. Tokoh-tokoh dan Hasil Karya di Bidang Astronomi

1. Al-Battani

Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Jabir bin Sinan al-

Battani. Ia termasuk astronom Arab terbesar. Astronom yang dilahirkan

sekitar tahun 858 M ini bekerja di observatorium yang dibangun oleh

Khalifah al-Ma‟mun. Ia wafat pada tahun 929 M di Kasr al-Jis, sebelah Timur

Sungai Tigris/ Dajlah. Diantara karyanya ialah Kitab al-Buruj fi ma baina

Arba’ al-Falak, sebuah buku yang berbicara tentang naiknya tanda-tanda

zodiac, dan memberikan penyelesaian terhadap persoalan-persoalan

Irwan Setiawan, S.Pd.I 49 | P a g e

astrologis. Kitabnya yang berjudul Risalat fi Tahqiq Akdar al-Ittisalat berisi

uraian mengenali penentuan secara tepat kuantitas dari penerapan-penerapan

astrologis.

2. Al-Biruni

Al-Biruni adalah saintis muslim terkemuka pada masa Abbasiyah.

Selain ahli astronomi, ia juga ahli dalam bidang kedokteran, fisika, dan

matematika. Ilmuwan bernama lengkap Abu ar-Rayhan Muhamamd bin

Ahmad al-Biruni ini lahir di pinggiran kota Khawirizmi pada tahun 973 M. Ia

telah berjasa dalam menentukan arah kiblat. Selama hidupnya ia telah menulis

banyak buku, seperti Kitab at-Tafhim li Awa’il Sina’i at Tanjim (berisi

astronomi, geometri, aritmatika dan astrologi). Karya lainnya adalah al-

Qanun al-Ma’udi (ketentuan-ketentuan al-Mas‟udi), Kitab al-Hind (buku

tenang India), dan Maqalid ‘Ilm al-Hay’ah (kunci ilmu perbintangan). Pada

tahun 1048 M ia meninggal di Ghazna.

3. Al Khawarizmi

Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Musa Al Khawarizmi. Ia

hidup pada tahun 780-850 M/194- 266 H.Di samping ahli dibidang astronomi

ia juga ahli di bidang matematika. Salah satu jasanya di bidang matematika

adalah menyusun buku tentang al jabar ( dalam bahasa Inggris disebut Al

goritme ) yang berjudul Muktasar fi Hissab al jabiwa al muqaballah (

Ringkasan Perhitungan Al jabar dan Perbandingan ) yang disusun pada tahun

825 pada masa pemerintahan Al Makmun. Ia dikenal sebagai Bapak Al Jabar

dan di Barat / Eropa dikenal dengan nama Algoarisme / Algorisme.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 50 | P a g e

Di samping itu ia juga berhasil menemukan angka “nol” ( 0 ) yang

dalam bahasa Arab disebut “sifr” dalam bukunya Al jam’wa at Tafriq bi

Hisab al Hind ( Menambah dan memecah dengan perhitungan India ). Pada

mulanya angka 1 sampai 9 berasal dari Hindu (India), kemudian

dikembangkan oleh umat Islam (Arab), sehingga angka 1 sampai 9 dan angka

nol ( 0 ) disebut sebagai angka (bilangan) Arab, kemudian berkembang lagi

menjadi angka (bilangan) Latin.

4. Tokoh-tokoh yang Berperan dalam Bidang Ilmu Agama Islam dan Karya-

karyanya

1. Tokoh-tokoh Ilmu Hadist, Perkembangan dan Karya Besarnya

2. Tokoh-tokoh Ilmu Tafsir, Perkembangan dan Karya Besarnya

3. Tokoh-tokoh Ilmu Fiqh, Perkembangan dan Karya Besarnya

4. Tokoh-tokoh Ilmu Tasawuf, Perkembangan dan Karya Besarnya.

1. Tokoh-tokoh Ilmu Hadist, Perkembangan dan Karya Besarnya

BUKHARI, karyanya antara lain Sahih al-Bukhari, at-Tarikh as-Sagir, at-

Tarikh, al-Ausat, Tafsir al-Musnad al-Kabir, Kitab al-illal, Kitab ad-Duafa,

Asami as-Sahab, dan Kitab al-Kura.

MUSLIM, karya terbesarnya adalah al-Jami’as-Shahih Muslim yang lebih

dikenal dengan sebutan Shahih Muslim. Hadits-hadits yang dimuat dalam

Shahih Muslim adalah hadits yang telah disepakati dan disaring dari 300.000

hadits yang diketahuinya

Irwan Setiawan, S.Pd.I 51 | P a g e

ABU DAWUD, karyanya yaitu Sunan Abi Dawud. Para ulama memasukkan

kitab tersebut ke dalam kutubus-sittahh atau enam hadits utama. Kitab hadits itu

memuat 4.800 hadits dari sekitar 500.000 hadits yang dikumpulkannya. Kitab

Sunan Abi Dawud merupakan yang paling popular diantara karangan-karangan

Abu Dawud yang berjumlah 20 judul. Tidak kurang dari 13 judul kitab telah

ditulis untuk mengulas karya tersebut dalam

bentuk syarh (komentar), mukhtasar (ringkasan), dan tahzib (revisi).

AT TIRMIDZI , diantara kelebihan Sunan at-Tirmidzi adalah pencantuman

riwayat dari sahabat lain mengenai suatu masalah yang dibahas dalam hadits

pokok, baik yang isinya semakna, berbeda, maupun bertentangan secara

langsung atau tidak langsung. Hal itu membuat pembahasan suatu masalah

dalam Sunan at-Tirmizi lebih mudah dipahami daripada dalam Sahih al-Bukhari

atau Sahih at-Tirmizi lebih mudah dipahami daripada dalam Sahih al-Bukhari

atau Sahih Muslim. Apabila kitab Sahih al-Bukhari dan Sahih Muslim hanya

dapat dipahami oleh seorang ahli, Sunan at-Tirmizi dapat dipahami oleh siapa

pun.

AN-NASA’I menulis beberapa kitab, as-Sunan al-Kubra (Sunah-sunah yang

Agung), as-Sunan al-Mujtaba’ (Sunah-Sunah Pilihan) yang terkenal

dengan Sunan an Nasa’i, Kitab at-Tamyiz (Kitab Pembeda), Kitab ad-

Duafa (Kitab tentang Orang-orang Kecil), Khasa’is Amirul Mu’minin Ali bin

Abi Thalib (Keistimewaan Amirul Mu‟minin Ali bin Abi Thalib), Musnad

Ali (Hadits dari Ali), danMusnad Malik (Kitab Hadits dari Malik), dan tafsir.

Kitab as-Sunan al-Mujtaba’ atau lebih dikenal Sunan An

Nasa’i merupakan kitab yang terkenal dari Imam an-Nasa‟i pada saat ini.

Kitab ini memuat 5.716 hadits dan termasuk dalamkutubussittah.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 52 | P a g e

Usaha-usaha untuk memelihara hadits diantaranya sebagai berikut :

1. Menghafal hadits-hadits

2. Memperbaiki susunan kitab-kitab hadits

3. Mengumpulkan hadits-hadits yang masih berserakkan ke dalam bagian-bagian

yang lebih sistematis

4. Membuat kitab syarah atau penjelasan terhadap kitab-kitab hadits terdahulu

Beberapa jenis kitab yang dihasilkan para ulama dalam periode ini adalah

sebagai berikut :

1. Kitab Mustakhrij

Yaitu kitab yang dihasilkan dengan metode istikhraj. Cara kerja

metode ini adalah mengambil hadits dari seorang ulama hadits tertentu, lalu

meriwayatkannya dengan sanad sendiri yang berbeda dari sanad ulama

tersebut.

2. Kitab Atraf

Yaitu kitab yang menyebut sebagian dari teks atau matan hadits saja,

kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu.

3. Kitab Mustadrak

Irwan Setiawan, S.Pd.I 53 | P a g e

Yaitu kitab yang menghimpun hadits-hadits yang memiliki syarah dari

al-Bukhari dan Muslim atau salah satu diantara keduanya.

4. Kitab Jami’

Yaitu kitab yang menghimpun hadits-hadits yang telah termuat dalam

kitab-kitab yang telah ada

2. Tokoh-tokoh Ilmu Tafsir, Perkembangan dan Karya Besarnya

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at Thabari,

Fakhruddin Ar Razi,

Az Zamakhsyari

Abu Ja’far Muhammad bin Jarir at Thabari,

Karya terbesar at-Tabari di bidang tafsir adalah sebuah kitab yang

berjudul Jami’al- Bayan fi Tafsir Al-Qur’an yang bisa disingkat at-

Tafsir atau Tafsir Tabari. Dalam kitab itu, at-Tabari menyebutkan bahwa tafsir

yang baik adalah tafsir yang juga menghargai pendapat para Sahabat dan Tabiin.

Selain dalam ilmu Tafsir Ia juga menghasilkan beberapa karya lain,

diantaranya Tarikh ar-Rasul wa al-Muluk (Sejarah para Rasul dan Raja-

raja). Tarikh ar-Rijal (Sejarah Para Tokoh), dan Tahzib al-Asar (Sebuah buku

dalam bidang hadits)

Fakhruddin Ar Razi,

Irwan Setiawan, S.Pd.I 54 | P a g e

Nama lengkap Abu Abdullah Muhamamd bin Umar bin Usain at-Taimi al-

Bakhri. Ia juga dikenal dengan nama ar-Razi atau Imam Fatkhruddin. Ia lahir di

Ray, Iran pada tahun 1149 M dan meninggal di Heart, Afganistan pada tahun

1209 M.

Beberapa karyanya dalam ilmu kalam adalah al-Matalib al-Aliyah min al-

llm al-Ilahi, Asas Taqdis dan al-Arba’in fi Usuluddin. Dalam bidang tasawwuf

karyanya adalah hikmah al-Irsyad dan an-Nazar ila Lata’if al-Assas dan

Kitab Syarh ‘Uyun al-Hikmah. Dalam bidang filsafat karyanya adalah

Kitab Syarh Qism al-Ilahiyat min al-Isyarah li Ibn Sina dan Lubah al-Isyarah. Ia

juga menuliskan buku dalam bidang sejarah, antara lain Kitab Manaqib al-Imam

asy-Syafi’i dan Kitab Syarh Saqt al-Zind li al-Mu’ri. Salah satu bukunya dalam

bidang usul fiqih adalah al-Mahsuf fi ‘Ilm Usul al-Fiqh.

Az Zamakhsyari

Az-Zamakhsyari memiliki nama lengkap Abu Kasim Mahmud bin Umar

az-Zamakhsari. Ia lahir di Khawarizmi tahun 1075 M dan meninggal di

Jurjaniyah tahun 1134 M.

Karya tafsir az-Zamakhsyari yang sangat terkenal adalah al-Kasyaf an

Haqaid at-Tanzil wa Uyun al-Aqawil (Penyingkap Tabir Hakikat Wahyu dan

Mata Air Hikmah) yang selesai ditulis pada tahun 1134 M. Dalam kitab ini, az-

Zamakhsyari menafsirkan ayat-ayat Al-Qur‟an dengan merunjuk pada balaghoh

atau keindahan retorika untuk membuktikan sebagian aspek mukjizat Al-

Qur‟an. Kitab ini dikritik karena disisipi pandangan Muktazilah.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 55 | P a g e

3. Tokoh-tokoh Ilmu Fiqh, Perkembangan dan Karya Besarnya

Imam Hanafi,

Imam Hanafi lahir di Kufah pada tahun 699 M/80 H dan meninggal di

Baghdad pada tahun 776 M/157 H.

Imam Hanafi memiliki banyak guru dari kalangan tabiin, seperti Ata‟ bin

bin Abi Rabah, Imam Nafi Maula bin Amr, dan Imam Hammad bin Abi

Sulaiman. Selain mendalami ilmu fiqih, Imam Hanafi juga mendalami hadits

dan tafsir. Kedua ilmu itu sangat erat kaitannya denga ilmu fiqih. Dalam

menetapkan sebuah hukum, Imam Hanafi menggunakan beberapa dasar, yaitu

Al-Qur‟an, sunah Rasulullah SAW, fatwa dari sahabat, kias, istihsan, ijmak, dan

urf. Pemikirannya dalam fiqh sebagian besar diikuti oleh umat Islam di Turki,

Mesir, Turkistan, Afganistan, India dan Pakistan.

Imam Malik,

Imam Malik merupakan keturunan Yaman yang lahir di Madinah

pada tahun 715 M/93 H dan meninggal di kota yang sama pada tahun 795

M/179 H. Nama lengkapnya adalah Abdullah Malik bin Abi Amir bin Haris bin

Gaiman bin Kutail bin Amr bin Haris al-Asbani.

Kitab termasyhur yang ditulis oleh Imam Malik adalah al-Muwatta‟. Inilah

kitab hukum Islam tertua yang sampai pada kita. Kitab itu ditulis atas

permintaan Khalifah al-Mansur dan selesai penulisannya pada masa Khalifah al-

Irwan Setiawan, S.Pd.I 56 | P a g e

Mahdi. Kitab itu merupakan kitab hadits sekaligus kitab fiqih karena berisi

hadits-hadits yang berkaitan dengan bidang-bidang fiqih

Imam Syafi’I

Imam Syafi‟i lahir di Gaza, Palestina pada tahun 767 M/150 H dan

meninggal di Fustat, Kairo pada tahun 820 M/204 H

Beberapa karya tulisnya adalah ar-Risalah (membahas tentang usul fiqih),

al-Umm (membahas kitab fiqih yang menyeluruh), al-Musnad (berisi hadits-

hadits nabi), dan ikhtilaf al-Hadits (hadits mengenai perbedaan-perbedaan dalam

hadits).

Imam Hambali

Imam Hambali lahir di Baghdad pada tahun 708 M/164 H dan meninggal

di tempat yang sama pada tahun 855 M/241 H. Nama lengkapnya Ahmad bin

Muhammad bin Hambal.Ia hidup pada masa khalifah al Makmun sampai masa

al Mutawakkil

Karya besar dalam ilmu hadits yaitu Kitab al-Musnad yang menghimpun

40.000 hadits yang disusun berdasarkan tertib nama sahabat yang

meriwayatkannya, kebanyakan hadits dalam kitab al-Musnad berderajat sahih

dan hanya sedikit sekali yang berderajat dhaif.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 57 | P a g e

Beberapa karya tulisnya yang lain adalah Kitab as Salah, Ar Roddu „ala az

Zindiq (sebuah risalah tentang sanggahannya terhadap ajaran Muktazilah), Kitab

At Tarikh (Kitab Sejarah), Tafsir Al-Qur’an, Kitab an-Nasikh wal Munsukh,

Kitab al-Muqaddam wa al-Muakhkhar, Kitab al-Manasikh al-Kahir, Kitab al-

Illahh, Kitab al-Wara, dan Kitab Ta’at ar-Rasul

4. Tokoh-tokoh Ilmu Tasawuf, Perkembangan dan Karya Besarnya.

Diantara tokoh tasawuf Suni adalah :

1. Al-Haris bin Asad al-Muhasibi yang wafat tahun 838 M di Baghdad. Ia

meninggalkan beberapa karya antara lain ar-Ri’ayat li Huquqillah (menjaga

hak-hak Alloh, mengajarkan kita disiplin diri ataumuhasabah), Kitab Al

Wasaya (mengurai perilaku hidup zuhud), Fasl fi mahabbah (mengungkap

kecintaannya kepada Tuhan).

2. Junaid al Baghdadi, menurut pendapatnya memperdalam pengenalan kepada

Alloh harus bersamaan dengan pengingkatan amal dan disiplin diri.

3. Abu Nasr as Sarraj at Tusi yang menulis Kitab al Luma’

Adapun tasawuf yang bersifat filsafat adalah tasawuf yang sudah

tercampur dengan metafisika. Tasawuf model ini juga disebut tasawuf filsafat.

Diantara tokohnya adalah :

Irwan Setiawan, S.Pd.I 58 | P a g e

1. Zunnun al-Misri yang wafat tahun 899 M di Iskandariah. Selain ahli tasawuf ia

juga dikenal ahli kimia dan ahli tulisan Mesir kuno ( hieroglif ). Ia sering disebut

sebagai bapak teori ma‟rifat.

2. Abu Yazid al-Bustami yang wafat tahun 875 M di Bistam.

3. Husain bin Mansur al Hallaj yang terkenal dengan teorinya hulul dan al

Haqiqat al Muhammadiyah.

3. Identifikasi Kebudayaan / Beradaban Pada Masa Bani Abbasiyah

Dengan ringkas pengidentifikasian terangkum sebagai berikut :

1. Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi

kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan

pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk

membela rakyat.

2. Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang

membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.

3. Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang

dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu

pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.

4. Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan

dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan

dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam,

kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 59 | P a g e

5. Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat

negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling

bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk

memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.

6. Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan

seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang

memuaskan di semua fihak.

7. Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan

akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan

keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan

dan kawan.

8. Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang

diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini

semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT.

Tokoh Ilmuwan Muslim Masa Bani Abbasiyah

1. Ilmu Hadis : Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At Tirmidzi , An Nasa‟I dan Ibnu

Majah

2. Tafsir : Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir at Thabari, Fakhruddin Ar Razi, Az

Zamakhsyari

3. Ilmu Fiqih : Imam Hanafi, Imam Malik, Imam Syafi‟I dan Imam hambali

4. Ilmu Tasawuf : Kharis bin Asad al Muhasibi, Abu Nashr as Sarraj at Tusi, Abu

Thalib al Maki, Abu Bakar al Kalabasi, Dzunun al Misri, Abu Yazid al bistami

Irwan Setiawan, S.Pd.I 60 | P a g e

Ilmuwan Muslim Masa Bani Abbasiyah

1. Ilmu Filsafat : Al Kindi, Ar Razi, Al Farabi, Ibnu Sinna, Ibnu Maskawaih dan

Al Ghozali

2. Ilmu Astronomi : Abu Mansur Al Fallaki, Jabir Batani, Abu Hasan dan

Raihan al Biruni

3. Ilmu Kedokteran : Ibnu Sina, Ibnu Rusydi, al Kindi, Jabir bin Hayyan,

Ibnu Sahal, Abu Bakar ar Razi dan Ali bin Abbass

4. Ilmu Matematika : Al Kindi, Al Khawarizmi, Al Fazari dan Al Farghani.

Prestasi Bani Abbasiyah :

Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi

kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan

pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk

membela rakyat.

Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang

membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.

Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang

dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu

pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.

Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan

dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan

Irwan Setiawan, S.Pd.I 61 | P a g e

dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam,

kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.

Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat

negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling

bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk

memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.

Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan

seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang

memuaskan di semua fihak.

Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan

akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan

keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan

dan kawan.

Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang

diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini

semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 62 | P a g e

EVALUASI

a. Tugas Individu

Pelajarilah materi tentang tokoh-tokoh ilmuwan muslim masa bani abbasiyah beserta

karyanya..

b. Tugas Kelompok

Ajaklah temanmu mendiskusikan tentang tokoh ilmuwan muslim dan perannya dalam

kemajuan kebudayaan Islam pada masa bani abbasiyah.

Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan benar !

1. Sebutkan tokoh-tokoh ilmuwan bidang ilmu tafsir pada masa bani abbasiyah !

2. Sebutkan 4 imam madzhab dalam ilmu fiqih !

3. Jelaskan perbedaan antara ilmu tasawuf Sunni dengan ilmu tasawuf filasafat !

4. Apa yang dimaksud dengan Ta‟assub Madzab, dan apa dampaknya terhadap

perkembangan perkemb angan hukum Islam!

5. Sebutkan enam Kitab Hadist yang termasuk Kutubus-sitah!

Irwan Setiawan, S.Pd.I 63 | P a g e

BAB IV

MENGAMBIL IBRAH DARI PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN /

PERADABAN ISLAM PADA MASA ABBASIYAH PADA MASA KINI DAN

MASA YANG AKAN DATANG

Standar Kompetensi :

Perkembangan Islam Masa Bani abbasiyah

Kompetensi Dasar :

Mengambil Ibrah dari Perkembangan Kebudayaan / Peradaban Islam pada masa Bani

Abbasiyah Untuk masa kini dan yang akan datang

Indikator

1. Peserta didik mampu mengaitkan ibrah nilai nilai positif dari perkembangan

kebudayaan/peradaban Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah untuk masa kini

2. Peserta didik mampu menunjukkan contoh negatif dari perkembangan

kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah

3. Mengelompokkan nilai nilai positif yang bisa diteladani dari ketekunan

perkembangan kebuda-yaan/peradaban Islam Bani Abbasiyah

4. Mengubah prilaku nilai-nilai negatif ke nilai-nilai positif yang bisa diteladani dari

ketekunan perkembangan kebudayaan/peradaban Islam Bani Abbasiyah

5. Mendemonstrasikan kegigihan para tokoh perkembangan kebudayaan/peradaban

Islam Bani Abbasiyah

Irwan Setiawan, S.Pd.I 64 | P a g e

A. Nilai-nilai Positif dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam pada

masa Abbassiyah

1. Penerapan Nilai Keseimbangan antar Sistem Pemerintahan dan Kekuatan Rakyat

Kemajuan peradaban dan kebudayaan Bani Abbasiyah dapat menandingi

dan mengalahkan kemajuan peradaban-peradaban sebelumnya seperti dari

Bangsa Yunani, Byzantium, India, dan sebagainya. Sebab peradaban Bani

Abbasiyah, tidak hanya mendapat pencerahan ilmu-ilmu Yunani, Persia, dan

India melainkan karena mendapat ”cahaya Al-Qur‟an dan Hadits-hadits

Rasululllah SAW.”

2. Nilai Kesungguhan dan Kebersamaan Khalifah dalam memajukan Negara

dengan Keihlasan para Ilmuwan dan Ulama

Adapun hikmah yang dapat diambil umat Islam atas peran ulama dan para

ilmuwan antara lain :

1. Ke-Istiqomahan mereka dalam menegakkan Islam

2. Para ulama bener-benar menegakkan dasar dan prinsip : ilmu amaliah

dan amal ilmiah

3. Keikhlasan mereka baik jiwa, raga, harta, dan waktu hanya satu untuk

kemajuan Islam dan mencari ridho Allah swt

B. Nilai-nilai Negatif dari Perkembangan Kebudayaan/peradaban Islam pada

masa Abbassiyah

Irwan Setiawan, S.Pd.I 65 | P a g e

Adapun sebab-sebab dampak negatif atau kemunduran Bani Abbasiyah antara

lain:

1. Perpecahan antar bangsa keturunan Arab dan bangsa non-Arab (‟Ajam);

2. Perbedaan pendapat antara tradisi muslim Arab dan muslim Non-Arab;

3. Sikap keirian kaum Dzimmy terhadap kemajuan Islam secara signifikan;

4. Keturunan khalifah yang merasa berhak untuk melanjutkan kekhalifahan,

sedangkan rezim baru tidak peduli dengan sistem keturunan;

5. Munculnya beragam aliran keagamaan seperti: Syiah, Qaramithah, Ismailiyah,

dan sebagainya yang melahirkan ideologi baru;

6. Kehidupan keduniaan akibat kemajuan di segala bidang, melahirkansikap

konsumtif di lingkungan keluarga khalifah;

7. Kepemimpinan pada generasi kedua tidak cakap sebagaimana pemimpin

generasi sebelumnya;

8. Adanya perang yang berlangsung sampai 2 abad, sehingga cukup melelahkan

militer Islam.

C. Identifikasi kebudayaan/Peradaban pada masa Dinasti Abbasiyah

1. Bani Abbasiyah cukup cerdas dari pengalaman, bahwa sebuah negara menjadi

kuat dikarenakan militernya kuat, rakyat menjadi kuat karena mendapatkan

pengayoman, ketenangan , ketentraman dari militer yang memang untuk

membela rakyat.

2. Militer yang dibangun abbasiyah, bukan militerisme tetapi militer yang

membesarkan rakyat dan dibesarkan rakyat untuk tujuan daulat rakyat.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 66 | P a g e

3. Penguatan di bidang militer akan menciptakan stabilitas politik yang

dikembangkan dan berdampak positif pada kemajuan-kemajuan ilmu

pengetahuan, ekonomi,sosial dan kebudayaan.

4. Kemajuan Abbasiyah merupakan buah dari setrategi politik yang dikembangkan

dengan pendekatan kepentingan bersama. Bani abbasiyah dapat mengendalikan

dari berbagai kepentingan untuk satu tujuan yaitu kemulyaan Islam,

kesejahteraan dan keadilan masyarakat secara menyeluruh.

5. Penataan internal mulai dari khalifah secara pribadi, para menteri, para pejabat

negara, wazir, gubenur sampai dengan pimpinan ditingkat paling

bawah.Kekhalifahan ini didirikan dengan tekat satu, yaitu bersatu untuk

memakmurkan dunia Islam dan meninggikan kalimat Allah di muka bumi.

6. Sistem politik dengan mengedepankan demokrasi atau musyawarah dengan

seluruh jajaran kekhalifahan bersama rakyat dan membuahkan keputusan yang

memuaskan di semua fihak.

7. Kedisiplinan, ketertiban dengan dasar kejujuran dan pengabdian yang dilaksan

akan oleh semua fihak, dengan tetap menjaga kehormatan pribadi dan

keteladanan umum, menjadikan kekhalifahan sangatlah berwibawa dimata lawan

dan kawan.

8. Sealain itu hal yang prinsipil dan organ, yaitu berkat rahmat Alla SWT. Yang

diberikan dinasti abbasiyah, sehingga mengalami kejayaan sampai 500 tahun. Ini

semua merupakan kemurahan dan karunia Allah SWT.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 67 | P a g e

D. Dampak Perkembangan Ilmu Agama Bagi Perkembangan Umat

Dampak positif tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Muncul ulama-ulama hadits dan karya besarnya sehingga umat Islam

tidak akan ragu lagi dan ditipu oleh hadits-hadits palsu karana hadits-

hadits tersebut sudah teruji kesahihannya.

2. Adanya pembukuan dan penyeleksian hadits akan memudahkan umat

Islam mengikuti teladan hidup dari Rasul

3. Berkembangnya ilmu tafsir akan mempermudah umat Islam mengetahui

isi, dan makna kandungan Al Qur‟an sebagai pedonam dalam kehidupan

sehari-hari

4. Berkembangnya ilmu fiqih serta munculnmya ulama-ulama fiqih dan

karya besarnya, maka umat Islam bebas memilih mazhab yang akan

menjadi panutan dalam menentukan hukum dan tidak akan buta mazhab

yag kadang menimbulkan perpecahan

5. Perkembangan ilmu tasawuf sangat berperan dalam kehidupan umat agar

manusia tidak terbuai dengan urusan keduniaan saja, berpola hidup

sederhana dan menjauhi hal-hal yang bertentangan dengan agama.

Irwan Setiawan, S.Pd.I 68 | P a g e

EVALUASI

A. Tugas individu

Bacalah dan ceritakan kembali ibrah dari perkembangan kebudayaan / peradaban

islam pada masa bani abbasiyah untuk masa kini dan yang akan datang.

B. Tugas kelompok

Mencari buku / literatur yang berkaitan dengan hasil ibrah dari perkembangan

kebudayaan / peradaban islam pada masa bani abbasiyah untuk masa kini dan yang

akan datang di perpustakaan

Jawablah pertanyaan – pertanyaan dibawah ini dengan benar !

1. Sebutkan ibrah nilai nilai positif dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam pada

masa Dinasti Bani Abbasiyah untuk masa kini !

2. Tunjukkan 3(tiga) contoh dampak negatif dari kemunduran perkembangan

kebudayaan/peradaban Islam pada masa Bani Abbasiyah !

3. Tulislah 4 (empat) contoh nilai nilai positif yang bisa diteladani dari ketekunan

perkembangan kebuda-yaan/peradaban Islam Bani Abbasiyah !

4. Tunjukkan 3 (tiga) dampak positif dari perkembangan kebudayaan/peradaban Islam

Bani Abbasiyah!