buku petunjuk praktikum ilmu tanah-reviewed

62
Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah 1 KATA PENGANTAR Rasa syukur yang tiada terkira kami haturkan hanya kepada-Nya, atas segala nikmat, karunia dan kesempatan kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki dan menyelesaiakan penyusunan kembali Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah ini. Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah ini merupakan buku panduan dalam melakukan analisa tanah terutama untuk analisa sifat fisika dan kimia bagi praktikan Ilmu Tanah baik selama melakukan praktikum baik di laboratorium maupun kegiatan lapangan. Buku ini diharapkan dapat membantu praktikan dalam melaksanakan praktikum, namun buku ini bukanlah buku pegangan untuk mempelajari Ilmu Tanah, sehingga untuk melengkapi materi-materi praktikum, praktikan sangat dianjurkan membaca buku-buku Ilmu Tanah yang lain yang dapat mendukung proses pembelajaran selama praktikum dan mendalami pemahaman mengenai Ilmu Tanah. Terimakasih kami ucapakan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyempurnaan buku ini, yaitu kepada Prof. Dr. Junun Sartohadi, M.Sc., Prof. Dr. Suratman, M.Sc., Dr. Djati Mardiatno, M.Sc., dan Dr. Muhammad Anggri Setiawan, M.Sc. selaku dosen pengampu praktikum yang telah memberi masukan untuk perbaikan buku ini, serta semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu namanya. Terakhir, kami sangat berharap semoga buku ini dapat bermanfaat bagi praktikan Ilmu Tanah khususnya dan pihak lain yang membutuhkan. Yogyakarta, Agustus 2014 Penyusun Tim Asisten Ilmu Tanah 2014

Upload: cahyo-notresponding

Post on 23-Jan-2016

62 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Berisi petunjuk praktikum ilmu tanah

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

1

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang tiada terkira kami haturkan hanya kepada-Nya,

atas segala nikmat, karunia dan kesempatan kepada kami sehingga kami

dapat memperbaiki dan menyelesaiakan penyusunan kembali Buku

Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah ini.

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah ini merupakan buku

panduan dalam melakukan analisa tanah terutama untuk analisa sifat

fisika dan kimia bagi praktikan Ilmu Tanah baik selama melakukan

praktikum baik di laboratorium maupun kegiatan lapangan. Buku ini

diharapkan dapat membantu praktikan dalam melaksanakan praktikum,

namun buku ini bukanlah buku pegangan untuk mempelajari Ilmu Tanah,

sehingga untuk melengkapi materi-materi praktikum, praktikan sangat

dianjurkan membaca buku-buku Ilmu Tanah yang lain yang dapat

mendukung proses pembelajaran selama praktikum dan mendalami

pemahaman mengenai Ilmu Tanah.

Terimakasih kami ucapakan kepada seluruh pihak yang telah

membantu dalam penyempurnaan buku ini, yaitu kepada Prof. Dr. Junun

Sartohadi, M.Sc., Prof. Dr. Suratman, M.Sc., Dr. Djati Mardiatno, M.Sc., dan

Dr. Muhammad Anggri Setiawan, M.Sc. selaku dosen pengampu praktikum

yang telah memberi masukan untuk perbaikan buku ini, serta semua pihak

yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu namanya.

Terakhir, kami sangat berharap semoga buku ini dapat

bermanfaat bagi praktikan Ilmu Tanah khususnya dan pihak lain yang

membutuhkan.

Yogyakarta, Agustus 2014

Penyusun

Tim Asisten Ilmu Tanah 2014

Page 2: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. 1 DAFTAR ISI ............................................................................. 2 Tata Tertib Praktikum ............................................................................. 3 Format Laporan ............................................................................. 6 ACARA I ............................................................................. 9 ACARA II ............................................................................. 27 ACARA III ............................................................................. 28 ACARA IV ............................................................................. 31 ACARA V ............................................................................. 38 ACARA VI ............................................................................. 43 ACARA VII ............................................................................. 45 ACARA VIII ............................................................................. 48 ACARA IX ............................................................................. 51 ACARA X ............................................................................. 56 ACARA XI ............................................................................. 61 Responsi ............................................................................. 62

Page 3: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

3

Tata Cara dan Tata Tertib Praktikum

1. Praktikum Tanah diselenggarakan pada semester genap dan

gasal.

2. Praktikan wajib mengenakan jas laboratorium ketika

memasuki laboratorium. Praktikan yang tidak mengenakan

jas laboratorium TIDAK DIPERKENANKAN mengikuti

acara praktikum dan harus melakukan inhal pada acara

yang bersesuaian dengan ijin dari koordinator praktikum

3. Praktikan wajib melakukan absen setiap kali mengikuti

acara praktikum

4. Penjelasan umum di kelas setara dengan 2 x 2 jam tatap

muka. Penjelasan di kelas diikuti oleh semua peserta

praktikum. Semua praktikan wajib membawa buku

petunjuk praktikum masing-masing ketika mengikuti

penjelasan di kelas. Pada setiap tatap muka terdapatpretest

dan dilakukan penilaian kegiatan praktikum.

5. Praktikan memilih waktu praktikum yang sesuai. Satu kali

sesi praktikum paling banyak diikuti oleh 12 orang peserta.

6. Praktikum harus dilakukan secara hati-hati dan sungguh-

sungguh. Praktikan yang merusakan alat laboratorium wajib

mengganti alat yang rusak dengan alat yang baru dan

bermerek dagang sama dengan alat yang rusak. Nilai

kegiatan praktikum pada acara tersebut secara otomatis

menjadi 0(nol).

7. Pratikum dilakukan secara berkelompok. Sekali tatap muka

praktikum terdiri dari 4 kelompok, masing-masing

kelompok terdiri dari 3 orang. Setiap kelompok diberi 1

contoh tanah. Setiap anggota kelompok harus mencoba

pengukuran secara individual. Aktivitas setiap anggota

kelompok berpengaruh terhadap nilai praktikum. Anggota

yang tidak dapat ikut praktikum pada sesi yang semestinya,

Page 4: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

4

diperkenankan melakukan inhal dengan ijin khusus dari

asisten dan dosen pengampu praktikum. Peserta praktikum

maksimum hanya diperkenankan melakukan inhal

sebanyak 2 kali. Praktikan yang melakukan inhal lebih dari

2 kali dinyatakan gagal mengikuti praktikum pada semester

yang bersangkutan dan harus mengulang pada semester

berikutnya dengan mengulang semua acara praktikum.

8. Inhal dilaksanakan pada hari yang telah disepakati antara

praktikan dan asisten sebelum waktu responsi

9. Praktikum lapangan harus diikuti oleh semua peserta dan

tidak ada inhal pada semester yang sama. Praktikan yang

tidak dapat mengikuti praktikum lapangan pada semester

yang bersesuaian diperkenankan inhal pada praktikum

lapangan pada semester berikutnya dengan mendapatkan

ijin terlebih dulu dari dosen pengampu. Inhal praktikum

lapangan hanya berlaku pada semester berikutnya dan tidak

berlaku pada semester berselang. Jika pada semester

berikutnya praktikan tidak dapat melakukan inhal maka

yang bersangkutan dinyatakan gagal mengikuti praktikum

tanah dan harus mengulang seluruh acara praktikum.

10. Ketentuan inhal hanya berlaku jika:

a. Praktikan sakit, dibuktikan dengan surat keterangan

sakit dari dokter atau rumah sakit;

b. Praktikan mewakili atau menjadi utusan dari Fakultas

atau Universitas dibuktikan dengan surat keterangan

yang diketahui oleh dosen pengampu praktikum;

c. Praktikan terlambat > 15 menit;

d. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan inhal diatas

diserahkan pada dosen pengampu praktikum.

11. Laporan praktikum wajib ditulis tangan dan dikumpulkan

sebelum acara berikutnya dimulai. Jika praktikan tidak

mengumpulkan laporan maka tidak diperkenankan

Page 5: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

5

mengikuti acara praktikum berikutnya dan wajib mengikuti

inhal untuk acara praktikum yang bersesuaian. Laporan

praktikum bersifat kelompok.

12. Nilai T akan berubah secara otomatis menjadi E dalam

waktu 2 bulan sejak nilai akhir diumumkan. Mahasiswa

yang bersangkutan harus mengulang seluruh acara

praktikum.

Page 6: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

6

Format Laporan Praktikum

JUDUL (Sesuai Judul Acara Praktikum)

I. TUJUAN

Tujuan memuat hasil yang ingin didapatkan dari praktikum

yang akan dilaksanakan.

II. DASAR TEORI

Dasar teori memuat hasil penelitian/ artikel ilmiah

sebelumnya yang ada hubungannya dengan tema yang diangkat.

Dasar teori dapat berbentuk uraian kualitatif, model matematis,

atau persamaan-persamaan yang langsung berkaitan dengan bidang

yang diteliti. Jika terdapat gambar ataupun tabel hendaknya diberi

nomor tabel dan nomor gambar secara berurutan. Gambar boleh

dari internet disertakan sumbernya. Dasar teori hanya boleh jurnal,

buku, laporan penelitian, prosiding maupun paper yang

dipresentasikan dalam seminar dan tidak diterbitkan.

III. ALAT DAN BAHAN

Alat dan bahan memuat bahan dan alat-alat yang digunakan

dalam praktikum. Alat dan bahan disajikan dalam bentuk tabel,

berisi foto dan kegunaan alat dan bahan.

IV. LANGKAH KERJA

Langkah kerja memuat jalannya penelitian yang dilakukan

dan disajikan dalam bentuk diagram alir.

Page 7: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

7

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Menyajikan data dan hasil perhitungan dari praktikum. Hasil

dapat disajikan dalam bentuk tabel, grafik, foto/gambar atau bentuk

lain.

Menyajikan hasil kajian, akurasi yang dapat dicapai,

signifikansi langkah maupun pengetahuan, fenomena, maupun

informasi yang dapat diberitahukan kepada khalayak. Analisis yang

rinci dan mengkerucut sangatlah bermanfaat bagi peneliti lain.

VI. KESIMPULAN

Kesimpulan merupakan pernyataan singkat dan tepat yang

dijabarkan dari hasil penelitian dan pembahasan. Kesimpulan dapat

pula disajikan secara pointers. Kesimpulan harus mengindikasikan

secara jelas kemajuan-kemajuan, batasan-batasan dan

kemungkinan aplikasi dari penelitian.

VII. DAFTAR PUSTAKA

Penulisan pustaka harus urut alpabetis dengan sistematika

urutan sebagai berikut :

Buku:

Kuncung, P. 2010. Kawasan Karst Gunungsewu. Yogyakarta: PT

Karsta Jaya Abadi.

Jurnal:

Kuncung, P. 2010. Estimasi Imbuhan Airtanah di Kawasan Karst

Gunungsewu. Jurnal Karst Indonesia, Vol. 3. Hal: 1-23.

Paper yang dipresentasikan dalam seminar dan diterbitkan

dalam bentuk proseeeding:

Page 8: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

8

Kuncung, P. 2011. Pengaturan Pola Tanam Meteorologis di Kawasan

Karst Gunungsewu. Prosiding Seminar Pertanian

Nasional, 24-25 Agustus 2011. Fakultas Pertanian

Universitas Alam Gunungsewu.

Paper yang dipresentasikan dalam seminar dan tidak

diterbitkan:

Kuncung, P. 2011. Keanekaragaman Hayati Kelelawar di Gua Hira’.

Dipresentasikan dalam Seminar Keanekaragaman Hayati

Kawasan Karst, 3 November 2010. Fakultas Pertanian

Universitas Alam Gunungsewu.

Laporan Penelitian, Skripsi, Tesis dan Disertasi:

Kuncung, P.; Ardita, H.; dan Rumbaka, C. 2011. Dinamika Penduduk

dan Dampaknya Terhadap Kerusakan Lahan di Kawasan

Karst Gunungsewu. Laporan Penelitian. Fakultas

Kebumian Universitas Alam Gunungsewu.

Paper dalam Buku (Kumpulan Paper/ Bunga Rampai):

Kuncung, P.; Ardita, H.; dan Rumbaka, C. 2011. Dinamika Penduduk

dan Dampaknya Terhadap Sumberdaya Air di Kawasan

Karst Gunungsewu. dalam Cahyadi, A. dan Rumbaka, C. (eds)

2010. Dinamika Penduduk dan Lingkungan. Yogyakarta:

PT Karsta Jaya Abadi.

Page 9: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

9

Acara I Deskripsi Tanah di Lapangan

Tujuan

1. Mengkaji morfologi tanah di lapangan 2. Memahami tehnik pengambilan sampel tanah di lapangan

Alat

- Peta topografi / RBI - Sekop - Meteran - Soil Test Kit - Bor Tanah - Bor Permeabilitas - Ring permeabilitas - Buku ‘Munsell Soil Color

Chart’

- Pnetrometer - pH meter - Plastik sampel tanah - Spidol OHP - GPS - Kamera - Daftar isian lapangan - Karet Gelang

Dasar Teori

Untuk mendeskripsi suatu profil tanah diperlukan beberapa data yang dikumpulkan di lapangan:

Informasi sekitar lokasi sampel a. Nomor profil:

Pemberian nomor profil harus jelas dan sudah dibedakan dengan nomor profil lainnya.

b. Tanggal pengamatan c. Pendeskripsi d. Lokasi:

Sebaiknya lokasi profil dikaitkan dengan nama perkampungan terkecil dan atau jalan terkecil. Dapat pula dikaitkan dengan lokasi kota terbesar atau pula bentuk lainnya yang terlihat pada peta skala kecil, agar pembaca yang belum mengetahui daerahnya dapat dengan mudah

Page 10: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

10

memahami. Bila mungkin posisinya terhadap garis lintang, bujur disertakan juga menggunakan GPS.

e. Ketinggian tempat: Diestimasi dari peta rupa bumi atau menggunakan altimeter

f. Bentuklahan: Fisiografi: plato, lereng cekung, dataran, teras, lereng cembung.

g. Bentuklahan sekitarnya: Datar/hampir datar : lereng kurang dari 3% Landai : 3-8% Bergelombang : 8-16% Bergelombang-berbukit : 16-30% Rendah berbukit : perbedaan ketinggian > 30% Pegunungan : perbedaan ketinggian jelas

(300 meter)

h. Mikro topografi: Bila diperoleh adanya bentuk-bentuk mikro topografi yang natural atau yang buatan juga dideskripsi seperti gilgai, kontur berteras, tanggul.

i. Kemiringan lereng: Kemiringan lereng dapat diukur dengan klinometer, abney level atau, pantometer.

j. Vegetasi dan Penggunaan lahan: Bentuk penggunaan tanah dan vegetasi dapat dibedakan atas:

1. Perkampungan 2. Tegalan 3. Sawah : - sawah pengairan

- sawah tadah hujan - sawah pasang surut

4. Perkebunan rakyat atau tanah pertanian : telah banyak dipengaruhi oleh aktvitas manusia untuk mendapatkan hasilnya

5. Hutan produksi atau perkebunan pohon-pohon (budidaya), dibedakan: - kopi - cengkih

Page 11: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

11

- karet - teh 6. Rimba belantara : hutan yang tidak terganggu oleh

manusia 7. Sabana : padang rumput dengan pohon-pohon 8. Padang rumput : hamparan rumput-rumputan,

Leguminoseae atau vegetasi pendek 9. Padang semak-belukar : kumpulan semak-belukar

yang liar Informasi vegetasi sifat-sifat yang dicatat ialah: 1. Persentase penutup dari pohon, semak dan tanaman

penutup (rumput-rumputan) 2. Ketinggian pohon, semak, dan rumput-rumputan 3. Species utama (paling sedikit 20% dari vegetasi

keseluruhan, dengan maksimum 5 spesies) 4. Intensitas pengrusakan rumput oleh hewan

k. Iklim Sebagian besar data sekunder atau hasil perhitungan. Data sekunder diperoleh dari stasiun meteorologi yang relevan dengan lokasi profil. Jarak dari stasiun meteorologi dan perbedaan ketinggiannya dari lokasi profil diperhitungkan. Informasi yang dicatat antara lain: curah hujan, temperatur udara, kelembaban, penyinaran matahari, arah dan kecepatan angin, tipe iklim.

Informasi umum tentang tanah a. Material induk:

Hendaknya dicatat informasi batuan induk: 1. Jenis batuan dan macam batuan: batuan beku, sedimen,

metamorf 2. Formasi batuan 3. Komposisi mineral utama

b. Drainase c. Kelembaban tanah

Keadaan kelembaban dari profil tanah dibedakan: 1. Profil tanah seluruhnya lembab 2. Bagian atas (50 cm) kering, bagian bawah lembab

Page 12: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

12

3. Tergenang air d. Kedalaman air tanah diukur dengan meteran e. Material permukaan dan singkapan batuan. Diameter dari

rombakan batuan/fragmen batuan Penyebaran material permukaan:

1. <0,01% : tidak berbatu/sedikit 2. 0,01 - 0,1% : agak berbatu 3. 0,1 - 3% : berbatu-batu 4. 3 -15% : berbatu-batu banyak 5. >15% : sangat berbatu-batu

Cara penetapan dengan estimasi mendasarkan kartu proporsi bahan kasar dan digambarkan dalam bagan berikut: Singkapan batuan:

1. < 2% : tidak ada singkapan 2. 2-10% : agak tersingkap 3. 10-25% : tersingkap 4. 25-50% : banyak singkapan 5. 50-90% : berbatu-batu 6. > 90% : daerah berbatu-batu

f. Keadaan erosi: Keadaan erosi dan sebagai akibatnya ialah terjadinya deposisi: 1. erosi oleh air: erosi lembar, erosi alur, erosi parit 2. deposisi oleh air 3. erosi oleh angin 4. deposisi oleh angin

g. Adanya garam alkali: h. Pengaruh manusia

Pengaruh manusia dapat melalui praktek-praktek pengolahan tanah seperti misalnya: irigasi, terasering, drainase, pencangkulan, pemupukan dan sebagainya yang dapat mengakibatkan perubahan susunan horison/lapisan tanah pada suatu profil tanah.

Deskripsi masing-masing horison tanah a. Identifikasi horison beserta symbol

Page 13: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

13

Horison Organik: O O : Horison organik ialah lapisan tanah terdiri atas bahan

organik, baik masih segar maupun telah membusuk yang terbentuk dibagian paling atas horison mineral. Kandungan bahan organiknya 30% atau lebih yang terkandung jika tanahnya bertekstur lempung lebih dari 50%, atau 20% atau lebih kandungan bahan organiknya jika tanahnya tidak mengandung lempung sama sekali, warna umumnya kelam sampai hitam.

O1 : Horison organik, bahan-bahan tumbuhan seperti tulang-tulang daun, batang, tulang hewan, masih mempunyai ciri dan bentuk seperti bahan asalnya, terlihat jelas dengan mata biasa.

O2 : Horison organik, sisa tumbuhan dan hewan yang sedang atau telah mengalami pembusukan sehingga tidak menampakkan lagi ciri-ciri dan bentuk seperti asalnya, misalnya sudah berupa humus.

Horison mineral A : Horison mineral mempunyai ciri-ciri: warna cerah muda

(kecuali horison A1) tekstur lebih kasar dan struktur yang lebih terbuka.

A1 : Horison mineral, terbentuk paling atas yang menampakkan ciri-ciri percampuran antar bahan mineral dan bahan organik, yang terlapuk, warnanya agak hitam atau kelam.

A2 : Horison pencucian atau eluviasi, mempunyai ciri-ciri horison A yang paling maksimal, karena adanya lempung, besi, alumunium dan atau bahan organik telah tercuci dan yang tertinggal bahan-bahan resisten seperti kwarsa, pasir, debu. Warnanya cerah, tekstur paling kasar dan struktur paling terbuka.

A3 : Horison peralihan ke horison B atau C dengan ciri warna seperti horison A, tetapi jika peralihannya kurang jelas ciri dan warna campuran, maka horisonnya diberi Simbol AB (jika beralih ke horison B) dan AC (jika beralih ke horison C)

Page 14: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

14

B : Horison illuvial; lempung besi, aluminium dan bahan organik masing-masing sendiri atau bersama yang tercuci dari horison A, konsentrasi residu sesquioxida atau lempungan alterasi bahan-bahan dari keadaan asalnya dan terbentuknya struktur kersai, gumpal atau tiang. Ciri umum dari horison ini: warna lebih tua, tekstur lebih berat, struktur rapat.

B1 : Merupakan horison peralihan dengan horison A yang warna dan cirinya mendekati horison B.

B2 : Horison paling maksimal menunjukkan horison B, sehingga warnanya paling kelam/tua, tekstur paling berat dan struktur padat.

B3 : Horison peralihan dari horison B ke horison C atau R dengan warna dan ciri yang telah mendekati warna dan ciri horison B, seperti halnya horison AB atau AC yang merupakan percampuran yang sukar dibedakan antara horison ini dengan horison di bawahnya diberi Simbol BC (jika dengan horison C).

C : Horison mineral, sembarang apakah sama atau tidak sama dengan bahan induknya, relatif kurang dipengaruhi proses-proses perkembangan tanah dan tidak menunjukkan ciri-ciri diagnostik horison A atau B

R : Adalah batuan induk tanah yang terdapat diatasnya dan berupa batuan utuh. Beberapa Simbol tambahan (‘’suffex simbol’’) yang digunakan untuk menunjukkan keistimewaan sebagai berikut: b horison tanah yang tertimbun (burried) misalnya A1b, B2b Ca akumulasi karbonat alkali tanah umumnya calcium, misalnya BC2 Cn akumulasi konkresi sesuioxsida atau nodula keras Cs akumulasi calciumsulfat f tanah yang membeku permanent (frozen) g gleysasi kuat akibat reduksi besi oleh kelembaban atau penggenangan air.

Page 15: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

15

h akumulasi illuvial humus Jr akumulasi illuvial besi m sementasi padat, mampat, pejal, bukan batuan p horison yang telah digarap/diolah. Sa akumulasi garam-garam yang dapat larut selain calcium sulfat (salt) Si sementasi oleh bahan-bahan silika yang larut dalam alkali t akumulasi lempung illuvial x horison bersifat fragipan seperti padas yang rapuh, BV tinggi mengandung lempung Simbolisasi horison tersebut diatas berdasarkan pada uraian yang dijelaskan pada Soil Survey Manual (1951) yang disebut dengan sistem lama. Kemudian pada tahun 1981 dilakukan peubahan simbolisasi horison tanah yang dikenal dengan sistem baru.

b. Batas horison

Pengamatan dimulai dengan mengukur dalamnya, diukur dari batas atas horison mineral, dinyatakan dalam cm atau inches. Tebal horison dapat diukur untuk masing-masing horison mulai dari batas atas horison mineral. Batas horison memang tidak selalu lurus, oleh karena itu dari batas itu dapat diamati pula:

1. Jelas tidaknya (distinctness) yang dibedakan atas: Tegas (abrupt), tebal batas : < 1.0 cm Jelas (clear) : 1 – 2.5 inches Lambat laun (gradual) : 2.5 – 5 inches Baur (diffuse) : > 5 inches

2. Topografinya yang dibedakan atas: Datar (smooth) Berombak (wavy) Tak teratur (irregular) Patah (broken)

Page 16: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

16

c. Kedalaman Tanah (solum) Dapat dinyatakan dalam klas-klas: 1. Sangat dangkal : 0 – 30 cm 2. Dangkal : 30 – 60 cm 3. Sedang : 60 – 90 cm 4. Dalam : 90 –150 cm 5. Sangat dalam : > 150 cm

d. Warna (color) Warna matrix setiap horison harus dideskripsi sesuai dengan standard warna dari “Munsell Color Charts”. Warna tanah ditentukan dalam keadaan lembab, keadaan kering, dan mungkin dalam keadaan basah (misalnya di daerah sawah, pasang surut) sedapat mungkin ditentukan langsung di lapangan.

e. Warna Bercak (Mottling) Adanya warna bercak dalam suatu profil tanah sangat dipengaruhi oleh keadaan drainase. Suatu deskripsi mengenai bercak-bercak dalam buku “Soil Survey Manual” sbb: 1. Jumlahnya (abundance) dibedakan atas:

a. Sedikit (few) : < 2% luas permukaan horison profil yang diamati

b. Cukup (common) : 2–20% luas permukaan horison profil yang diamati.

c. Banyak (many): > 20% luas permukaan horison profil yang diamati

2. Ukurannya (size) bercak-bercak dibedakan atas: a. Halus (fine) : diameter bercak < 5 mm b. Sedang (medium) : diameter bercak 5 – 15 mm c. Kasar (coarse) : diameter bercak > 15 mm

3. Kejelasan (contrast) bercak-bercak dibedakan atas: a. Kabur (faint) : perbedaan warna dasar (matrik) dan

bercak-bercak tidak jelas b. Jelas (distinct) : tampak jelas perbedaan antara matrik

dan bercak-bercak.

Page 17: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

17

c. Tegas (prominent): bercak merupakan ciri yang tegas 4. Ketajaman batas bercak:

a. Tegas (sharp) : batas antara warna-warna tajam b. Jelas (clear) : perubahan warna kurang 2 mm c. Kabur (diffuse) : perubahan warna lebih 2 mm

f. Tekstur Tekstur tanah pada setiap lapisan dapat dideskripsi sebagai berikut: 1. Tekstur kasar, meliputi pasir, pasir berdebu dan pasir

bergeluh. 2. Tekstur sedang, meliputi geluh, geluh berpasir, geluh

berdebu, dan geluh berlempung. 3. Tekstur halus, meliputi lempung, lempung berpasir,

lempung berdebu.

g. Struktur Tanah Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan pengikatan partikel-partikel tanah satu sama lain. Pengikatan partikel tanah itu berwujud sebagai agregat tanah yang terbentuk dengan sendirinya tanpa sebab dari luar. Pengamatan struktur tanah di lapangan terdiri atas: Tipe strukturmenggambarkan bentuk dari agregat 1. Tipe struktur, yang dapat dibedakan:

a. Tipe lempeng (platy): ped-nya mempunyai ukuran horisontal lebih dari ukuran vertikalnya

b. Tipe tiang: ukuran vertikal ped lebih dari ukuran horisontalnya,bentuk masih dibedakan lagi atas tipe prismatik yang ujungnya persegi dan tipe kolumner yang ujungnya membulat.

c. Tipe gumpal (blocky): ukuran vertikal dan horisontalnya sama besar, berdasarkan ujungnya dapat dibedakan lagi atas gumpal bersudut dan gumpal membulat.

d. Tipe Remah (crumb): berbentuk butir-butir tanah yang saling mengikat seperti irisan roti tawar.

e. Tipe kersai (granulair): berbentuk butir-butir lepas

Page 18: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

18

f. Tipe berbutir tunggal yang tidak membentuk agregate tanah.

g. Tipe pejal (massif): yang merupakan kesatuan ikatan partikel tanah yang mampat.

2. Derajat Strukturberkaitan dengan kertahanan tanah

terdispersi Istilah-istilah untuk derajat struktur diberikan dalam buku Soil Survey Manual sbb:

a. Tak beragregate (structureless): agregasi tidak bisa diamati, baik yang strukturnya masif maupun berbutir tunggal.

b. Lemah (weak) ped-ped yang terbentuk sangat lemah, jika tersinggung mudah hancur menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil.

c. Cukupan (moderate); sudah terbentuk ped yang jelas dan masih dapat dipecahkan.

d. Kuat (strong): telah terbentuk ped yang tahan lama dan ada adhesi lemah satu sama lain, jika dipecah terasa ada tahanan

e. Sangat kuat, sukar terdispersi.

h. Konsistensi Tanah Konsistensi tanah adalah derajat kohesi dan adhesi diantara partikel-partikel tanah dan ketahanan (resistensi masa tanah terhadap peubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah). Pengamatan konsistensi di lapangan ialah dengan cara memijit tanah basah, lembab dan kering diantara telunjuk dan ibu jari. 1. Konsistensi jika tanah basah (wet)

0 : tak lekat (non sticky), sedikit adhesi tanah pada jari 1 : agak lekat (slightly sticky), sedikit adhesi tanah pada jari yang mudah lepas lagi 2 : lekat (sticky) ada adhesi tanahpada jari dan kalau dipijat memapar

Page 19: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

19

3 : sangat lekat (very sticky) adhesi tanah menempelkan ibu jari dan telunjuk yang sukar dilepaskan. 4 : tak liat (non plastic): tak dapat membentuk gilingan kecil 5 : agak liat (slightly plastic): dapat dibentuk gilingan kecil yang mudah diubah bentuknya 2 : liat (plastic): dapat membentuk gilingan-gilingan kecil dan bentuk-bentuk tertentu yang hanya dapat diubah dengan tekanan 3 : sangat liat (very plastic): dapat membentuk gilingan kecil dan hanya dapat diubah bentuknya dengan pijatan yang kuat.

2. Konsistensi jika tanah lembab 0 : lepas-lepas (loose), tak ada adhesi butir-butir tanah 1 : sangat gembur (very friable) jika dipijit mudah hancur 2 : gembur (friable) jika dipijit kuat baru hancur 3 : teguh (firm) dipijit sukar hancur 4 : sangat teguh (very firm) jika ditekan kuat yang menyakitkan baru bisa hancur 5 : luar biasa teguh (extremely firm) pijitan yang sangat kuat baru menghancurkan

3. Konsistensi jika tanah kering 0 : lepas-lepas (loose), tak ada kohesi 1 : lunak (soft), masa kohesinya lemah dan ditekan sedikit sudah hancur 2 : agak keras (slightly hard), sedikit hancur terhadap pijitan tangan 3 : keras (hard), baru dapat dipecahkan dengan tekanan kuat sekali 4 : sangat keras (very hard), tak dapat dipecahkan dengan jari 5 : luar biasa keras (extremely hard), hanya dapat dipecahkan dengan palu atau benda keras

Page 20: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

20

i. Cutan Cutan dapat dideteksi pada permukaan-permukaan agregat dan di dalam retakan, pori-pori dan “channel”. Demikian juga seperti coating, slickensides termasuk cutan. Deskripsi mengenai cutan meliputi: 1. Jumlah

Patchy : cutan sedikit tersebar setempat-setempat pada permukaan ped

Broken :cutan berada pada permukaan-permukaan ped yang sedikit tertutup

Continous:cutan-cutan berada pada ped seperti garis dalam saluran atau pori-pori

2. Ketebalan Tipis : butir-butir pasir halus kelihatan jelas di dalam

cutan, ada jembatan antara butir-butir yang lemah Cukup tebal: butir-butir pasir halus terselimuti dalam cutan

dengan garis-garis kurang jelas Tebal : permukaan cutan halus tidak menunjukkan garis-

garis butir pasir halus, ada jembatan yang kuat antara butir-butir yang lebih besar.

Berdasarkan komposisinya cutan dibedakan bersamaan dengan material seperti:

a. mineral lempung b. mineral lempung dengan oksida besi c. mineral lempung dengan bahan organik d. oksida mangan e. larutan garam karbonat, sulfat, clorid f. silika

j. Sementasi Perekatan partikel-partikel tanah membentuk gumpalan terkonsistensi keras yang disebabkan bahan-bahan perekat seperti lempung, kapur (CaCO3), silika, sesquioxida dan humus. Makin basah makin berkurang daya perekatnya. Perekatan atau Sementasi berdasarkan kekuatannya dibedakan atas:

Page 21: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

21

a. Sementasi lemah yang rapuh b. Sementasi kuat yang sukar dipecahkan c. Sementasi sangat kuat membentuk padas yang jika

dipukul palu berbunyi. l. Kandungan fragmen mineral dan mineral

Terutama di daerah tropik rata-rata pelapukan batuan biasanya cepat, sehingga banyak dijumpai fragmen-fragmen batuan dan mineral dalam tanah.Deskripsinya dalam hal ini meliputi:

1. Jumlah yang dibedakan atas: Sangat sedikit : < 5% dari volume Sedikit : 5 – 15% dari volume Banyak : 15 – 40% dari volume Sangat banyak : 40 – 60% dari volume

2. Ukuran yang dikelompokkan atas Kerikil : 0,2 – 7,5 cm Batu : 7,5 – 25 cm Boulder : > 25 cm

3. Bentuk dari fragmen dideskripsi apakah membulat, atau lempeng, kemudian diterangkan pula jenis mineralnya, seperti kwarsa, feldspar, granit dsb. Tingkat pelapukan sedapat mungkin ikut dicatat seperti misalnya mineral/fragmen dalam keadaan segar (fresh), terlapuk (weathered), terlapuk kuat (strongly weathered).

Bentukan-bentukan istimewa dalam profil tanah

Ciri-ciri berupa bahan kasar dan bentukan istimewa sering menunjukkan kualitas tanah yang tak langsung, dapat diamati di lapangan antara lain:

1. Padas Padas merupakan lapisan tanah yang padat dan keras, yang dapat terjadi karena gaya berat masa tanah yang terletak di atasnya akibat pembajakan, pemadatan akibat cuaca yang

Page 22: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

22

membekukan, agregasi tanah disertai perubahan temperatur, karena sementasi oleh besi, bahan organik, silika, lempung. Beberapa bentuk padas yang perlu dikenal ialah: a. laterite : padas lempung yang kaya akan sesquioxida

terutama besi b. orstein : padas besi dan bahan organik c. croute calcaire : padas gamping misal pada tanah

“chernoren” d. claypan : padas berkadar lempung tinggi e. permafrost: semacam padas thermal yang tetap membeku di

bawah tanah di daerah arctic dan sub arctic 2. Konkresi

Konkresi merupakan kumpulan senyawa-senyawa kimia tertentu yag menjadi keras, bentuk besar dan warnanya berbeda-beda tergantung susunan kimianya.

3. Garam-garam kapur, gips dan garam lainnya Apabila garam-garam itu terdapat dalam bentuk kristal disebut efflorescences

4. Lembaran sesquioxida 5. Plintit : adalah lempung yang kaya akan sesquioxida dan miskin

akan humus 6. Krotovinas : adalah lubang-lubang dalam suatu horison tanah

yang diisi oleh bahan-bahan diatasnya atau dibawahnya. 7. Crust (kerak) : lapisan permukaan mendatar, tipis dan mampat

berbentuk lempeng-lempeng kerak. 8. Gilgai : mikrorelief lempung yang membentuk bukit-bukit kecil

di permukaan tanah. 9. Slickensides : permukaan gumpalan tanah yang licin mengkilap

menandakan tanah lempung. 10. Tongues (lidah-lidah) : sisipan bahan-bahan berwarna pucat ke

horison yang lebih kelam berwujud seperti lidah. 11. Bentukan-bentukan lain seperti artefacts (misalnya charcoal).

Perakaran Pengamatan akar didasarkan pada banyaknya akar dan bukurannya. Ukuran besarnya akar dibedakan:

Page 23: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

23

a. akar-akar sangat halus : diameter < 1 mm b. akar-akar halus : diameter 1 – 2 mm c. akar-akar sedang : diameter 2 – 5 mm d. akar-akar besar : diameter > 5 mm

Untuk menyatakan jumlah perakaran dapat diberikan suatu deskripsi sbb:

a. banyak sekali: jika hampir seluruh horison dipenuhi akar b. banyak : jika banyaknya akar lebih dari ½ luas

horison c. sedang : jika akar menjalar disana-sini dan masih

nampak nyata d. sedikit : jika akarnya hanya ada sedikit e. tak ada : tidak dijumpai akar

pH pH dideterminasi untuk setiap horison. Penentuan pH secara cepat di lapangan dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. pH dalam air (H2O) pH aktual 2. pH dalam KCl 1N pH potensial Dengan menggunakan tabung reaksi masukkanlah masa tanah sampai batas tertentu (tanda) kemudian dituangkan air atau KCl 1N juga sampai tanda yang telah ada pada tabung reaksi, kemudian dikocok sampai homogen. Dibiarkan sampai mengendap dan diuji dengan kertas pH (dalam hal ini memakai indikator universal). Determinasi pH dilakukan untuk setiap horison dengan cara seperti tersebut diatas.

Bahan Organik Uji secara kualitatif adanya bahan organik di lapangan, dapat dilakukan dengan meneteskan larutan H2O2 10% yang bila menunjukkan buih atau tanda gemercik berarti tanah mengandung bahan organik. Determinasi adanya bahan organik juga dilakukan pada masing-masing horison.

Page 24: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

24

Kapur Bebas Kandungan kapur (CO3) juga dideterminasi dengan cara meneteskan HCl 10% pada masa tanah, jika ada tanda buih atau memercik berarti menunjukkan ada kapur (secara kualitatif). Determinasi kadar kapur ini dilakukan pula untuk setiap horison tanah.

Cara Kerja

Praktikan diminta mempersiapkan checklist deskripsi profil tanah di lapangan

Praktikan diberi arahan tentang teknik mengidentifikasi profil tanah di lapangan bersama dosen pengampu dan dibantu beberapa asisten

Output

1. Laporan lapangan. 2. Data deskripsi tanah di lapangan.

Acara II

Persiapan Contoh Tanah dan Penetapan Kadar Air

Tujuan

1. Mahasiswa dapat mempersiapkan contoh tanah untuk keperluan

pengukuran sifat-sifat fisik dan kimia di laboratorium.

2. Mahasiswa dapat melakukan penetapan kadar air.

Alat dan bahan

- Contoh tanah yang diambil dari lapangan sebanyak 2 kg yang

telah dikering anginkan

Page 25: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

25

- Lumpang dan penumbuk dari porselin

- Timbangan analitik

- Ayakan ukuran diameter 2 mm dan 0,5 mm

- Oven pengering

- Eksikator

- Botol timbang

- Plastik/toples sebagai wadah sampel yang telah ditumbuk

Dasar Teori

Tanah di lapangan tersusun atas berbagai ukuran butir.

Komposisi ukuran butir tanah berkaitan dengan berbagai sifat fisik,

kimia, biologi dan morfologi tanah. Tanah yang didominasi oleh

partikel berukuran pasir akan terasa ringan dalam proses

pengolahan tanah, namun mempunyai kemampuan menjerap unsur

hara yang terbatas. Kondisi sebaliknya terjadi pada tanah yang

didominasi oleh partikel berukuran lempung (clay) akan

mempunya kapasitas penjerapan unsur hara tinggi namun berat

dalam pengolahan tanah.

Lengas tanah tersusun atas lengas hidroskopis, lengas

mineralogis, dan lengas lapangan. Data mengenai persentase lengas

tanah dibutuhkan untuk koreksi hasil pengukuran sifat fisik dan

kimia atas contoh tanah yang diukur di laboratorium. Pengukuran

sifat-sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium dilakukan atas

contoh tanah asli (agregat), contoh tanah lolos saring 2 mm dan 0.5

mm.

Cara Kerja

1. Ambil contoh tanah yang sudah dikeringanginkan ± 2 minggu,

lakukan penimbangan untuk mendapatkan contoh tanah yang

anda punyai.

Page 26: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

26

2. Ambil agregat tanah asli dengan ukuran diameter ± 2 cm2

sebanyak 3-4 buah, tempatkan pada kantong plastik yang telah

disiapkan, jangan lupa catat nomor tanah.

3. Haluskan sisa contoh tanah yang anda punya menggunakan

lumpang porselin dengan cara digerus. Perhatikan, penghalusan

contoh tanah dilakukan sedemikian rupa sehingga fraksi pasir

dan atau fraksi kasar tanah tidak pecah/hancur. Kesalahan

dalam prosedur penghalusan contoh tanah akan membawa

anda pada hasil pengukuran seluruh sifat fisik dan kimia tanah

menjadi tidak akurat. Lakukan penghalusan untuk seluruh

contoh tanah yang anda punya

4. Lakukan pengayakan dengan ayakan berdiameter 2 mm

sebanyak 150 gram, ambil 250 gram contoh tanah diameter < 2

mm untuk dihaluskan kembali, lakukan penyaringan dengan

ayakan diameter 0,5 mm. Tempatkan contoh tanah yang lolos

saring pada kantong plastik yang telah disiapkan, jangan lupa

catat nomor contoh tanah dan diameter sampel tanah.

5. Timbang 3 botol kosong + tutup dengan timbangan analitik dan

catat beratnya (a gr).

6. Masukkan 1 buah agregrat tanah, contoh tanah lolos saring 2

mmsebanyak ± 2 gr dan contoh tanah lolos saring 0.5 mm

sebanyak ±2 gr ke dalam botol yang sudah ditimbang satu

persatu, timbang kembali dengan timbangan analitik dan catat

beratnya (b gr).

7. Lakukan pengeringan dengan menggunakan oven bersuhu

standart (105oC) selama ≥4 jam.

8. Ambil contoh tanah kering dari oven, masukkan ke dalam

eksikator untuk proses pendinginan hingga suhu kamar.

Lakukan penimbangan ulang setelah proses pengeringan oven

dan catat beratnya (c gr).

Page 27: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

27

Perhitungan

Output

1. Contoh agregat tanah sebanyak 3-4 buah.

2. Contoh tanah halus ukuran < 2 mm sebanyak 150 gram.

3. Contoh tanah halus ukuran < 0,5 mm sebanyak 250 gram.

4. Data pengukuran kadar air terhadap: agregat tanah, contoh

tanah lolos saring 2 mm dan contoh tanah lolos saring 0.5

mm.

Acara III

Analisis Besar Butir dan Perhitungan NPD

Tujuan

1. Mahasiswa dapat melakukan praktek pemipetan untuk

mengambil fraksi lempung dan fraksi debu

2. Mahasiswa dapat melakukan praktek perhitungan analisa besar

butir

3. Mahasiswa dapat melakukan praktek perhitungan NPD (Nilai

Perbandingan Disperse) yang berguna untuk mengetahui

tingkat kepekaan erosi tanah.

Alat dan bahan

- timbangan analitis

Page 28: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

28

- gelas arloji

- cawan penguap

- gelas piala berukuran 1000 ml, cawan penimbang, penangas air,

tabung sedimentasi berukuran 1 Liter, reagen (H2O230%, HCl 1N,

Na4P2O7, pH stick, pengaduk, oven, saringan 50 mikron

- Seperangkat alat pipetisasi

- Sampel tanah

- Contoh tanah lolos saring 2 mm

Dasar Teori

Tanah merupakan bahan gembur yang menyelimuti

permukaan bumi dan tersusun atas partikel-partikel dengan

berbagai ukuran ukuran. Partikel tanah yang berukuran ≥ 2 mm

merupakan penyusun bahan kasar tanah, sementara partikel tanah

yang berukuran < 2 mm pada umumnya disebut bahan tanah. Bahan

tanah tersusun atas berbagai ukuran mulai dari lempung (clay),

debu hingga pasir. Komposisi relatif fraksi/partikel lempung, debu,

dan pasir di dalam bahan tanah disebut tekstur tanah.

Cara Kerja

1. Praktikan ditunjukkan seperangkat alat yang digunakan untuk

analisis besar butir dan dijelaskan satu per satu spesifikasi dan

cara kerja

2. Praktikan ditunjukkan seperangkat reagen yang digunakan

untuk analisis besar butir dan dijelaskan satu per satu

spesifikasi dan fungsinya di dalam analisis besar butir

3. Praktikan ditunjukkan langkah demi langkah dan dijelaskan

secara mendetil teknik analisis besar butir

4. Mahasiswa dipersilahkan praktek menggojog larutan tanah di

dalam tabung sedimentasi. Semua praktikan wajib mencoba

Page 29: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

29

5. Mahasiswa dipersilahkan praktek pemipetan untuk lempung,

debu, pasir sangat halus, dan penyaringan basah jika

memungkinkan

6. Praktikan dipersilahkan praktek melakukan penimbangan atas

cawan berisi lempung, debu, dan pasir sangat halus

7. Praktikan dipersilahan menyiapkan pengukuran kadar lempung

dan debu aktual dengan cara membuat larutan tanah di dalam

tabung sedimentasi dengan tanpa perlakukan menggunakan

reagen. Perhitungan NPD dapat dilakukan dengan rumus:

Berat (debu+lempung) aktuil (gr) =

Berat (debu+lempung) total (gr) hasil analisis tekstur

Output

1. Data berat cawan, berat lempung, berat debu, berat pasir

2. Tekstur tanah yang ditentukan dengan cara memasukkan

data ke dalam segitiga tekstur menurut USDA

3. Perhitungan Nilai Perbandingan Dispers (NPD)

Lampiran

NPD =

Page 30: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

30

Gambar : Segitiga tekstur USDA

Besar NPD Daya Tahan Terhadap Erosi < 15 Tahan

15 – 19 Agak peka > 19 Peka

Acara IV Pengukuran Nilai-Nilai Konsistensi (Atterberg)

Tujuan

1. Mahasiswa dapat melakukan praktek pengukuran nilai-

nilai atterberg berupa Batas Cair (BC), Batas Lekat (BL),

Batas Gulung (BG), dan Batas Berubah warna (BBw)

Page 31: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

31

2. Mahasiswa melakukan penghitungan Penyediaan Air

Maksimum (PAM), Jangka olah (JO), dan Indeks

Plastisitas (IP).

3. Mahasiswa melakukan penghitungan Indeks Cole (IC)

Alat dan Bahan

- casagrande

- spatel dan colet

- botol penguap

- cawan porselin

- botol semprot yang

berisi aquades

- suntikan

- papan kayu pengering

pasta tanah

- lempeng kaca

- timbangan analitik

- oven

- eksikator

- contoh tanah lolos

saring 0,5 mm

- kertas semilog

Dasar Teori

Pengukuran nilai-nilai atterberg pada prinsipnya ada

pengukuran kadar air pada berbagai kondisi lapangan. Kadar air

berpengaruh terhadap warna tanah di lapangan. Tanah yang dalam

kondisi basah akan cenderung berwarna gelap sementara tanah

yang dalam kondisi kering akan cenderung berwarna cerah. Batas

berubah warna menggambarkan kadar air tanah pada saat tanah

mulai berubah warna. Nilai BBW mengambarkan batas bawah

kandungan air di dalam tanah yang tersedia untuk tanaman.

Alat-alat pertanian yang digunakan untuk pengolahan tanah

seringkali terlekati oleh tanah sehingga menjadi berat. Batas lekat

menggambarkan batas kadar air minimum tanah yang ideal untuk

dilakukan pengolahan tanah. Jika tanah mempunyai kadar air yang

Page 32: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

32

lebih rendah daripada nilai BL maka akan sulit dilakukan

pengolahan.

Tanah tersusun atas partikel-partikel tanah berukuran pasir,

debu, dan lempung. Kondisi partikel-partikel tanah di bawah

kondisi alami tidak dalam kondisi tercerai berai namun lebih

bersifat terkoagulasi membentuk agregat tanah dengan bentuk,

ukuran dan derajad kemantapan tertentu yang disebut sebagai

struktur tanah. Agregat tanah menentukan jumlah pori makro yang

ada di dalam tanah yang bernilai penting dalam menentukan

kondisi drainase tanah. Agregat tanah terbentuk karena ada bahan

pengikat seperti bahan organik, partikel berukuran lempung dan

unsur kimia tertentu seperti Ca, serta kadar air. Kadar air pada

kondisi batas gulung menggambarkan kondisi kadar air maksimum

tanah untuk dilakukan pengolahan. Jika pengolahan tanah

dilakukan pada kondisi kadar air lebih tinggi daripada BL maka

struktur tanah akan rusak karena pengolahan.

Pemberian air yang terus menerus pada tanah akan

menyebabkan tanah kehilangan gaya kohesi dan adhesi antar

partikel yang membentuk struktur tanah. Tanah akan cenderung

bergerak menuruni lereng jika berada pada kondisi lereng yang

tidak datar. Air irigasi tidak akan disimpan di dalam tanah, namun

cenderung akan dilepaskan secara gravitasional keluar dari

struktur tanah. Batas cair menggambarkan kadar air maksimum

yang dapat disimpan di dalam tanah. Kadar air yang melebihi nilai

BC tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman dan akan menyebabkan

tanah bergerak menuruni lereng.

Cara Kerja

1. Ambil sejumlah contoh lolos saring ukuran 0,5 m sebanyak 100

gram dan tempatkan pada cawan porselin.

Page 33: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

33

2. Tambahkan air ke dalam cawan yang berisi contoh tanah dan uli

tanah hingga membentuk pasta yang homogen. Pemberian air

dilakukan sedikit demi sedikit hingga tanah menjadi pasta yang

kental dan homogen.

3. Ambil pasta tanah dan tempatkan pada cawan casagrande yang

terbuat dari tembaga hingga mencapai 1/3 volume cawan.

Tempatkan cawan casagrande pada alat pengetuk. Haluskan

permukaaan pasta tanahdengan spatel di dalam cawan

casagrande. Gores bagian tengah pasta dengan colet hingga

pasta terbag dua. Jika pasta tanah menyatu kembali setelah

dilakukan pengetukan ≤ 10 kali , maka tambahkan contoh tanah

lolos saring pada pasta. Jika pasta tanah menyatu setelah

ketukan ≥40 kali maka lakukan penambahan air. Lakukan

pengetukan sebanyak 4x, sehingga diperoleh 4 data, masing-

masing terdiri dari : 2 data dengan jumlah ketukan ≥ 25 kali dan

2 data dengan jumlah ketukan ≤ 25 kali. Setiap hasil pengetukan

tadi (4 data) ambil sebagian pasta tanah di belahan yang

menyatu pada cawan casagrande, letakkan pada cawan penguap

dan lakukan penimbangan (sama seperti prosedur perhitungan

kadar air) untuk dilakukan pengukuran kadar air BC.

4. Ambil sejumlah pasta dan bentuklah bola-bola tanah berukuran

diameter ±5 cm. Jika pasta tanah banyak yang melekat pada

telapak tangan maka kembalikan pasta tanah ke dalam cawan

dan lakukan penambahan air sedikit. Jika pasta tanah tidak apat

dibentuk maka kembalikan pasta tanah ke dalam cawan dan

lakukan penambahan contoh tanah lolos saring. Ulangi kegiatan

penambahan air dan atau penambahan contoh tanah hingga

dapat dibentuk bola tanah yang ideal. Tusuk bola tanah sedalam

2,5 cm dengan spatel kemudian tarik dengan cepat spatel

tersebut. Amati ujung spatel apakah ada tanah yang melekat

pada sepertiga ujung spatel tersebut (0,8 cm). Jika tidak ada

tanah yang melekat pada ujung spatel berarti pasta tanah

Page 34: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

34

terlalu basah. Jika tanah yang melekat lebih dari setengah spatel

maka pasta tanah terlalu kering. Lakukan penambahan contoh

tanah atau penambahan air sehingga diperoleh ujung spatel

yang terlekati tanah sebanyak 1/3 bagian. Lakukan pengukuran

kadar air untuk memperoleh nilai Ka BL, ambil pasta tanah di

daerah tusukan letakkan pada cawan penguap dan lakukan

prosedur yang sama untuk pengukuran kadar air.

5. Ambil pasta tanah secukupnya untuk dibuat tali ddengan

diameter 0,3 cm dengan cara menggulung-gulungkan pasta di

lempeng kaca dengan menggunakan tangan dalam keadaan jari

meregang tanpa disertai tekanan. Perhatikan tali yang dibuat

dengan ketebalan yang merata. Apabila tali retak-retak sebelum

mencapai diameter 0,3 cm lakukan penambahan air pada pasta

tanah, jika dimater tali mencapai 0,3 cm namun belum mulai

retak maka lakukan penambahan contoh tanah lolos saring pada

pasta tanah. Lakukan berulang-ulang hingga didapatkan tali

yang ideal. Ambil sebagian tali pasta tanah didaerah yang retak

untuk dilakukan pengukuran kadar air BG.

6. Ambil sisa pasta tanah dan letakkan pada papan kayu

pengeringan. Bentukah seperti kerucut dengan ketinggian

maksimum kerucut 0,3 cm semakin ke tepi semakin tipis

(menyerupai kue serabi). Letakkan pasta tanah pada papan

kayu pengering di ruang dengan sirkulasi udara bebas. Amati

perubahan warna seiring waktu ka rena pasta tanah mengering

mulai dari bagian tepi yang tipis ke arah pusat kerucut yang

tebal. Jika lebar bagian pasta tanah yang mengalami perubahan

warna mencapai ±1 cm lakukan pengambilan pasta tanah pada

bagian yang berubah warna untuk dilakukan pengukuran kadar

air BBW.

7. Perhitungan indeks cole, ambil contoh tanah lolos saring

diameter 0,5cm secukupnya. Buat pasta tanah dengan

menambahkan aquades sampai diperoleh konsistensi batas

Page 35: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

35

gulung (kondisi pasta tanah seperti pada pasta tanah BG).

Masukkan pasta tanah dalam suntikan hingga penuh kemudian

dorong sampai pasta tanah keluar dan rapikan kedua ujungnya.

Letakkan pada papan kayu dan ukur panjang pasta tanah (Ld)

diamkan hingga 2 malam dan ukur kembali panjangnya (Lm)

8. Perhitungan :

Catatan :

a = berat botol kosong (gr) b = berat a + pasta tanah c = berat b setelah dikeringkan n = jumlah pengulangan Jangka Olah = Batas Lekat – Batas Gulung Indeks Plastisitas = Batas Cair – Batas Gulung Persediaan Air Maksimum = Batas Cair – Batas Berubah Warna

Lm = panjang pasta tanah awal

Ld = panjang pasta tanah akhir

Output

1. Hasil pengukuran BC, BL, BG, BBW

2. Hasil pengukuran JO, IP, PAM

3. Hasil pengukuran Indeks Cole

Page 36: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

36

Lampiran

Tabel harkat angka-angka atterberg (Wiryohardjo, 1953)

BATAS CAIR (BC) BATAS LEKAT (BL)

Nilai Harkat Nilai Harkat

< 20 Amat rendah 1 – 3 Amat rendah

20 – 30 Rendah 4 – 10 Rendah

31 – 45 Sedang 11 – 18 Sedang

46 – 70 Tinggi 19 – 31 Tinggi

71 – 100 Amat tinggi 31 – 45 Amat tinggi

>100 Terlampau tinggi >45 Terlampau tinggi

BATAS GULUNG (BG) BATAS BERUBAH WARNA (BBW)

Nilai Harkat Nilai Harkat

>50 Tinggi 1 – 3 Amat rendah

10 – 50 Sedang 4 – 10 Rendah

<10 Rendah 9 – 18 Sedang

19 – 30 Tinggi

31 – 40 Terlalu tinggi

JANGKA OLAH (JO) INDEKS PLASTISITAS

Nilai Harkat Nilai Harkat

1 – 3 Amat rendah 0 – 5 Amat rendah

4 – 8 Rendah 6 – 10 Rendah

8 – 15 Sedang 11 – 17 Sedang

16 – 25 Tinggi 18 – 30 Tinggi

26 – 40 Amat tinggi 31 – 43 Amat tinggi

>40 Terlampau tinggi >43 Terlampau tinggi

Page 37: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

37

PERSEDIAAN AIR MAKSIMUM

Nilai Harkat

<20 Amat buruk

21 – 30 Buruk

30 – 45 Sedang

46 – 60 Tinggi

61 – 100 Amat tinggi

>100 Terlampau amat

tinggi

Page 38: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

38

Acara V

Pengukuran BV dan BJ serta Porositas Tanah

Tujuan

1. Mahasiswa dapat melakukan praktek pengukuran berat volume

(Bulk Density)

2. Mahasiswa dapat melakukan praktek pengukuran berat jenis

tanah (Specific Density)

3. Mahasiswa dapat menghitung porositas tanah

Alat dan bahan

- Picnometer + kawat pengaduk

- Termometer

- Lilin+cawan pemanas lilin

- Gelas ukur

- Kompor listrik

- Timbangan analitik

- Benang

- Botol pemancar berisi aquades

- Alkohol

- Kertas tissue

- Corong gelas

- Contoh tanah lolos saring 2 mm dan agregat tanah

Dasar Teori

Tanah tersusun atas partikel berukuran pasir, debu, dan

lempung. Ketiganya tidak dalam kondisi tercerai berai namun lebih

cenderung dalam kondisi terkoagulasi membentuk agregat tanah.

Agregat tanah mengandung rongga atau pori yang terdiri dari pori

makro dan pori mikro. Keberadaan pori baik makro dan mikro

Page 39: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

39

menentukan aerasi tanah. Berat tanah dibedakan menjadi dua, yaitu

berat masa tanah (berat jenis) dan berat volume (bulk density).

Berat tanah dinyatakan dengan satuan berat / satuan volume.

Volume tanah pada berat masa tidak mencakup volume pori tanah,

sementara volume tanah pada berat jenis mencakup volume pori

tanah.

Cara Kerja

Berat volume

1. Panaskan lilin hingga cair merata. Perhatikan suhu lilin tidak

boleh lebih dari 50-60oC. Suhu pemanasan yang terlalu panas

akan menyebabkan lilin terlalu cair sehingga dapat meresap ke

dalam pori makro tanah.

2. Sementara menunggu proses pemanasan, ambil agregat tanah

asli yang sudah kering angin kira-kira berdiameter 1 cm. Ikat

dengan benang sepanjang 20-30 cm. Lakukan penimbangan

dengan timbangan analitis (a).

3. Celupkan agregat tanah di dalam lilin cair hingga seluruh

permukaan agregat tanah terselimuti, lalu angkat dan

dinginkan. Timbang agregat tanah yang telah terselimuti lilin

(b), dan isilah gelas ukur dengan volume tertentu (p ml).

Tenggelamkan agregat tanah berselimut lilin ke dalam air dalam

gelas ukur. Catat volume air dalam gelas ukur (q ml).

4. Berat volume setara dengan berat tanah gumpal kering mutlak

dibagi dengan volume agregat tanah. Rumus perhitungannya

adalah sebagai berikut:

b) Berat gumpal tanah kering mutlak (gr) = Ka

a100

100

Ka = kadar air contoh tanah gumpal

Page 40: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

40

c) Volume gumpal tanah (ml) =

lilinjenisberat

abpq

)(

Berat jenis lilin = 0,87 gram/cm³

d) BV = (gr/cm3)

Berat jenis

1. Siapkan satu set picnometer kosong yang sudah ditimbang

beratnya (a). Isi picnometer dengan aquades hingga mengisi

saluran kapiler pada tutup picnometer. Timbang picnometer

yang berisi air (b), kemudian ukur suhu dalam picnometer (t1)

dan lihat pada lampiran tabel berat jenis air berdasarkan suhu

untuk memperoleh nilai BJ1.

2. Buang air dalam picnometer dan keringkan menggunakan

cairan alkohol. Siapkan dan masukkan tanah lolos saring 2 mm

ke dalam picnometer. Upayakan agar tanah menutup dasar

picnometer setebal ± 0.75 cm untuk picnometer ukuran 50 cc.

Pasang picnometer dan timbang (c). Isi picnometer dengan

aquades hingga setengahnya. Aduk campuran tanah dan

aquades, kemudian hilangkan gelembung yang muncul di dalam

picnometer menggunakan kawat pengaduk. Tunggu suspensi

hingga mengendap. Keesokan harinya penghilangan gelembung

diulangi lagi. Tambahkan aquades higga picnometer penuh.

Perhatikan proses penambahan aquades sedemikian rupa

sehingga tidak menyebabkan suspensi teraduk kembali.

Timbang picnometer tersebut (d) dan baca berat jenis air

berdasar suhu airnya (BJ2).

3. Berat jenis tanah setara dengan nilai berat tanah lolos saring 2

mm kering mutlak dibagi dengan volume total butir tanah.

Secara prinsip, volume butir tanah dihitung berdasarkan selisih

Page 41: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

41

volume air dalam picnometer yang berisi air murni dengan

picnometer berisi tanah dan air. Rumus perhitungannya adalah

sebagai berikut:

a) Berat tanah kering mutlak (gr) = Ka

ac

100

100

Ka = Kadar air contoh tanah lolos saring 0,5 mm

b) Volume total butir tanah (cm³) =

21 BJ

cd

BJ

ab

Porositas tanah

Porositas tanah (N) dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

N = %1001

BJ

BV

Output

1. Hasil pengukuran BV dan BJ

2. Hasil perhitungan nilai porositas

Page 42: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

42

Page 43: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

43

Acara VI

Pengukuran Permeabilitas Tanah

Tujuan 1. Mahasiswa dapat melakukan praktek pengukuran permeabilitas

tanah di laboratorium

Alat dan bahan

- Seperangkat alat permeameter

- Contoh tanah tak terusik di dalam ring permeabilitas tanah

yang sudah di rendam selama 1 malam dan siap untuk

dipasang di dalam alat permeameter

- Stopwatch/jam

Dasar Teori

Permeabilitas tanah menggambarkan kemampuan tanah

meloloskan air dalam kondisi jenuh. Permeabilitas tanah diukur

dengan prinsip gravitasi, yaitu air teratuskan ke bawah melalui

penampang tanah secara vertical. Aplikasi nilai permeabilitas

penting untuk menggambarkan potensi kehilangan air pada lahan

pertanian secara gravitasional disamping juga menggambarkan

drainase tanah dakhil (internal soil drainage). Tanah yang hanya

mampu menyerap air namun terbatas kemampuannya dalam

melepaskan air akan mempunyai potensi tinggi untuk menjadi

penghambat pertumbuhan akar tanaman. Tanah yang mempunyai

kemampuan menyerap dan meloloskan air yang tinggi

menggambarkan potensi tanaman mengalami stress akibat

kekeringan. Aplikasi nilai permeabilitas untuk kepentingan

pengelolaan lingkungan biasanya terkait dengan analisis potensi

banjir, genangan, dan permasalahan pengatusan (drainase).

Page 44: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

44

Cara Kerja

1. Praktikan ditunjukkan dan dijelaskan alat-alat dan bahan yang

digunakan di dalam pengukuran permeabilitas. Praktikan

diminta memasang contoh tanah ke dalam alat permeameter.

2. Praktikan diminta mengukur permeabilitas dengan cara

mengukur volume air yang keluar dari permeameter hingga

mendapatkan hasil pengukuran selama 60 menit.

3. Praktikan diminta menghitung permeabilitas tanah atas

contoh tanah yang diukur.

K= permeabilitas (cm/jam) Q= jumlah air yang keluar selama pengukuran (ml) L = tebal contoh tanah (cm) h = tinggi muka air di permukaan tanah (cm) t = waktu pengukuran (jam) A = luas pengukuran contoh tanah (cm2) Output

Hasil pengukuran permeabilitas.

Lampiran

Nilai Harkat <0,125 Sangat lambat

0,125 – 0,5 Lambat 0,5 – 2,0 Agak lambat

2,0 – 6,25 Sedang 6,25 – 12,5 Agak cepat 12,5 – 25,0 Cepat

>25,0 Sangat cepat

K =

Page 45: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

45

Acara VII

Pengukuran PH dan Salinitas Tanah

I. Tujuan

3. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pH dengan larutan

KCl dan H2O

4. Mahasiswa dapat mengukur Daya Hantar Listrik Tanah

5. Mahasiswa dapat melakukan penghitungan salinitas tanah

II. Alat dan bahan

- Botol penggojog

- Corong

- Erlenmeyer 250 ml

- Kertas saring

- Mesin penggojog

- pH meter elektrolis

- Contoh tanah lolos saring 2 mm sebanyak 5 gram

- Aquades

- Konduktometer

III. Dasar Teori

Konsentrasi ion positif dan negatif tanah sangat menentukan

pH tanah dan daya hantar listrik tanah. Ion positif dan negatif di

dalam tanah ada yang terdapat secara bebas maupun terjerap di

dalam mineral tanah yang tidak dapat lepas dalam perendaman air

murni (H2O). Ion-ion yang ada di dalam kompleks jerapan mineral

penyusun partikel tanah tidak dapat lepas dalam perendaman air

murni. pH yang terukur dengan menggunakan pelarut air murni

adalah pH aktual sementara pH yang terukur dengan menggunakan

pelarut KCl adalah pH potensial. Pengukuran salinitas

Page 46: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

46

menggambarkan tingginya dominasi ion Na di dalam kompleks ion-

ion di dalam tanah.

IV. Cara Kerja

1. Ambil contoh tanah halus Ф 2 mm sebanyak masng-masing 5 gr

pada 3 botol gojok, 2 botol gojok untuk pH dan 1 untuk DHL.

2. Masukkan tanah ke dalam botol gojok.

3. Tambahkan 25 ml aquades ke dalam botol gojok, kemudian

gojok dengan menggunakan mesin selama 1/2 jam.

4. Saring sampel tanah dengan kertas saring pada botol

Erlenmeyer.

5. Ukur pH sampel tanah KCl dan H2O dengan alat pH meter

6. Pengukuran OH dalam aquades digunakan untuk pengukuran

DHL, dengan cara langsung diukur dengan alat konduktometer,

larutan tanah yang telah digojok tidak perlu disaring. Kemudian

setel alat, baca sampai ketelitian tiga desimal dalam satuan

mmhos atau µmhos.

7. Hasil pengukuran DHL, dapat digunakan untuk menentukan

persentase garam total dalam tanah (salinitas) dengan

menggunakan rumus :

t = tterukur - 25C

EC25 = ECt (t.)0,02.ECt)

Salinitas (%) = (0,109 x EC25)+ 0,01

Output

Hasil pengukuran pH aktual, pH potensial, DHL dan salinitas

Page 47: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

47

Lampiran

TINGKAT KEASAMAN

pH Harkat

4 Sangat masam

4 – 5 Masam

5 – 6 Kemasaman sedang

6 – 7 Sedikit masam

7 Netral

7 – 8 Sedikit basa

9 – 10 Basa

>10 Sangat basa

Sumber : Thompson dan Troch, 1975

ELECTRIC CONDUCTIVITY (EC)

Nilai Harkat

0 – 0.15% garam laut : 0 – 4 (ECx103) mmhos/cm

pada suhu 25oC

Bebas

0.15 – 0.35% garam laut : 4 – 8 (ECx103) mmhos/cm

pada suhu 25oC

Sedikit

0.35 – 0.65% garam laut : 8 - 15 (ECx103) mmhos/cm

pada suhu 25oC

Sedang

0.65 garam laut : 15 (ECx103) mmhos/cm pada suhu

25oC

Banyak

Sumber Arsyad, 1939

Page 48: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

48

Acara VIII

Pengukuran C-organik

Tujuan

1. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan analisa C-organik.

Alat dan bahan

- Erlenmeyer

- Labu takar

- Timbangan analitik

- Gelas arloji

- Seperangkat alat pipet

- Seperangkat alat titrasi

- Khemikalia : K2Cr2O7 1 N, FeSO4 1 N, H2SO4 pekat, H3PO4 85%,

Indikator diphenil amine.

Dasar Teori

Bahan organik tanah berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang

dapat berasal dari hewan maupun tumbuhan. Bahan organik tanah

dapat pula tersusun atas makhluk hidup di dalam tanah yang

berukuran mikroskopis. Bahan organik tanah yang berasal dari sisa

makhluk hidup yang berukuran makro mengalami

degradasi/terurai secara fisik-mekanik dan kimia sehingga menjadi

senyawa organik yang sederhana yang kemudian berperan sebagai

koloid tanah. Bahan organik tanah yang berukuran koloid inilah

yang akan diukur dengan menggunakan metode Walkey and Black.

Page 49: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

49

Cara Kerja

1. Ambil contoh tanah kering udara Ф 0,5 mm sebanyak 1 gr. Masukkan ke dalam labu takar dan tambahkan 10 ml reagen K2Cr2O7 1N dan 10 ml H2SO4 pekat. Goyangkan labu takar dengan arah mendatar dan memutar agar larutan homogen dan reaksi berjalan sempurna.

2. Usahakan warna tetap merah jingga, apabila warna menjadi hijau tua atau biru maka tambahkan lagi K2Cr2O7 1N dan H2SO4 pekat masing-masing sebanyak 10 ml. Kemudian diamkan larutan hingga dingin.

3. Tambahkan 5 ml H3PO4 dan aquades hingga volume larutan menjadi 50 ml. Kemudian tutup dengan penutup labu takar.Kocok dengan cara membolik-balikkan sampai homogen, diamkan hingga larutan mengendap.

4. Ambil larutan yang jernih sebanyak 5 ml dan masukkan ke dalam erlenmeyer. Tambahkan 15 ml aquades dan 2 tetes dipenil amin.

5. Titrasi dengan 1N FeSO4 hingga warna menjadi kehijau-hijauan. Catat volume titran.

6. Ulangi langkah tersebut tanpa menggunakan reagen untuk mendapatkan larutan blanko.

Perhitungan: [C] =

% BO =

Keterangan :

A = volume titran contoh tanah (ml)

B = volume titran larutan blanko (ml)

n = normalitas (1N)

Page 50: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

50

Output

1. Data primer volume titrasi.

2. Hasil penghitungan C-organik.

Lampiran

BAHAN ORGANIK (%) Nilai Harkat

<2 Sangat rendah 2 – 3,5 Rendah

>3,5 – 5 Sedang >5 – 8,5 Tinggi

>8,5 Sangat tinggi Sumber : Puslitanak, 1993

Page 51: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

51

Acara IX

Pengukuran Kapasitas Tukar Kation dan Kejenuhan Basa

Tujuan

1. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan Kapasitas Tukar

Kation (KTK) dan Kejenuhan Basa

Alat dan bahan

Pengukuran KTK

- Erlenmeyer

- Seperangkat alat titrasi

- Seperangkat alat destilasi

- Corong gelas

- Gelas piala

- Kertas saring

- Reagen : NH4-acetat, Alkohol (C2H5OH) 98%, H2SO4 0,1 N

- Campuran HBO3 2% dan indikator Methyl Red+Brown

Cresol hijau

Pengukuran Kejenuhan Basa

Ca2+

- Erlenmeyer 50 ml

- Alat titrasi

- Pipet

- KCN 2,5% - NaOH 8%

- Na-EDTA - NH2OH .HCl 3%

- Indikator murexide

Mg2+

- Erlenmeyer 50 ml

Page 52: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

52

- Alat titrasi

- Pipet

- KCN 2,5 % - NH4OH 25 %

- Na –EDTA - NH2OH.HCl 3%

- Indikator Eriocrom Black T

Na+ dan K+

- Flame fotometer - standar Na dan K 10 ppm

- Gelas piala 25 ml - aliquot

Dasar Teori

Ada dua macam koloid di dalam tanah, yaitu koloid lempung dan

koloid organik. Koloid adalah partikel tanah yang berukuran

sedemikian kecilnya hingga permukaannya mempunyai muatan

listrik. Pada umumnya muatan listrik koloid tanah bermuatan

negatif sehingga tanah mempunyai kemampuan untuk mengikat

ion-ion positif (kation) secara elektrolis. Tanah yang mempunyai

kandungan lempung dan atau organik tinggi mempunyai

kecenderungan untuk mempunyai kapasitas tukar kation yang

tinggi.

Kation-kation di dalam tanah ada yang terdapat dalam kondisi

tersedia dan dapat tukar, kation yang demikian adalah yang

tersedia dapat dimanfaatkan oleh pada umumnya tanaman berakar.

Kation-kation di dalam tanah pada umumnya tersusun atas unsur

yang tergolong di dalam kelompok metal. Kation-kation di dalam

tanah yang utama mencakup K, Na, Ca, dan Mg. Kation jenis lain

pada umumnya tersedia dalam jumlah yang lebih sedikit.

Perbandingan atau rasio antara jumlah kation utama dengan jumlah

total kation di dalam tanah disebut dengan kejenuhan basa.

Page 53: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

53

Cara Kerja

1. Ambil contoh tanah kering angin Ф 2mm dan timbang sebanyak

5 gr. Tempatkan sampel tanah pada gelas piala dan tambahkan

NH4acetat sebanyak 20 ml atau sampai terendam. Biarkan

semalam.

2. Keesokan harinya tempatkan sampel pada corong gelas yang

sudah beralaskan kertas saring Whatman yang sudah

dipasangkan di atas erlenmeyer. Tuangkan NH4-acetat sebanyak

15 ml ke atas contoh tanah sedemikian rupa sehingga tidak ada

partikel tanah yang terbawa ke dalam erlenmeyer, lakukan

sebanyak 10 kali atau hingga didapatkan volume larutan yang

tersaring kira-kira 150 ml.Larutan hasil pencucian tersebut

disebut dengan “aliquot”yang berguna untuk analisa KTK parsiil

(K+, Na+, Ca2+, Mg2+). Ambil larutan aliquot tersebut dan sisihkan

untuk analisis berikutnya.

3. Ambil erlenmeyer yang masih bersih. Letakkan corong beserta

kertas saring yang telah dilakukan pencucian sebelumnya,

diatas Erlenmeyer tersebut. Tuangkan 15 ml alkohol 98%

melalui corong tersebut. Kemudian, tuangkan lagi sebanyak 15

ml. Ambil larutan hasil saringan dan buang.

4. Masukkan tanah dan kertas saring yang telah dicuci dengan

alkohol ke dalam labu destilasi, tambahkan aquades sebanyak

250 ml dan NaOH pekat sebanyak 25 ml dengan gelas ukur,

usahakan mengalir lewat dinding labu.Lakukan destilasi selama

30 menit (dihitung saat mulai mendidih). Tampunglah hasil

destilasi dengan campuran larutan HBO3 2% dengan campuran

indikator Methyl merah dan Brown Cresol hijau. Selama proses

Page 54: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

54

destilasi larutan ini akan berubah warna menjadi biru

kehijauan.

5. Ambil hasil destilasi kemudian dititrasi dengan H2SO4 0,1N

hingga warna berubah menjadi merah muda. Catat volume

titran yang diperlukan. Kemudian lakukan perhitungan KTK

dengan rumus berikut:

KTK(meq/100gr tanah) =

normalitas H2SO4 = 0,1

6. Untuk analisis kejenuhan basa, gunakan larutan aliquot yang

telah anda dapatkan pada analisis KTK sebelumnya:

Ca2+

Pipet 5 ml aliquot dan masukkan ke dalam erlenmeyer.

Tambahkan 1 ml Na2OH .HCl 3% dan 2 ml KCN. Kemudian

tambahkan 5 ml NaOH 8% sehingga pH menjadi

10.Tambahkan indikator murexide 3 – 5 tetes. Titrasi

larutan dengan Na-EDTA hingga warna berubah dari

merah/kuning menjadi ungu/purple. Catat volume titran

dan lakukan perhitungan dengen rumus berikut:

BTKM = berat tanah kering mutlak

fl = faktor larutan Na-EDTA terhadap Ca2+ = 0,2326 mg/ml

Mg2+

Pipet 5 ml aliquot dan masukkan kedalam erlenmeyer.

Tambahkan 1 ml NH2OH.HCl 3% dan 2 ml KCN. Kemudian

tambahkan 5 ml NH4OH 25%.Tambahkan indikator

Ca2+ = x

Page 55: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

55

Eriocrom Black T 10 tetes. Titrasi larutan dengan Na-EDTA

hingga warna berubah dari coklat/merah menjadi biru.

Catat volume titran dan lakukan perhitungan dengan rumus

berikut:

ppm CaCO3 = x

fl = faktor larutan Na – EDTA terhadap CaCO3 = 0.5518

Na+ dan K+ Sisa aliquot digojok kemudian ukur dengan menggunakan

alat flame fotometer dan baca angka Na+ dan K+ pada

alat(me/100gr)

Output

1. Hasil volume titrasi KTK, Ca dan Mg

2. Hasil penghitungan KTK dan kejenuhan basa

Dasar Teori (Tambahan)

pH

KB

5,5

50%

KB = x 100% Σ (Ca2+,Mg2+,Na+,K+)

KTK Total

Page 56: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

56

Lampiran

KTK (me/100g)

Nilai Harkat 5 Sangat rendah

5 – 16 Rendah 17 – 24 Sedang 25 – 40 Tinggi

40 Sangat tinggi

KAPASITAS TUKAR KATION

Nilai (me/100g) Kriteria 100 – 300 Humus

80 – 150 Lempung montmorilonit

3 – 15 Lempung kaolinit

0 – 3 Seskioksida

Sumber : Puslitanak, 1993

Page 57: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

57

Acara X

Pengukuran P(PO4)

Tujuan

1. Mahasiswa dapat melakukan perhitungan kandungan Pospat

dengan menggunakan metode Bray

Alat dan bahan

- Colorimeter dengan saringan merah melalukan cahaya dengan

panjang gelombang 700 mu

- Mesin gojok

- Botol gojok

- Kertas saring

- Kertas semilog

- Reagen: larutan pengekstraksi 25 ml NH4F 0,1N, Larutan SnCl2

encer, Larutan standard P (P2O5), Aluminium Molybdat

Dasar Teori

Kandungan fosfat didalam tanah menjadi penting karena fosfat

tidak hanya sebagai nutrisi penting tetapi juga dapat menyerap

logam-logam berat, membuat kandungan logam menjadi lebih

sedikit didalam tanaman dan mikroba. Fosfat merupakan pupuk

yang baik bagi tanaman karena mampu menghambat hasil

perpindahan dari penyerapan logam berat sampai keakar, sehingga

dapat mengurangi penyerapan logam berat oleh tanaman.

Cara Kerja

1. Ambil sampel tanah Ф 2 mm sebanyak 5 gr. Masukkan ke dalam

botol gojok.Tambahkan 35 ml larutan pengekstraksi dan gojok

Page 58: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

58

selama ½ jam. Tambahkan bubuk karbon dan saring larutan

tanah dengan kertas saring, ulangi lagi sampai mendapatkan

filtrat yang jernih.

2. Pipet 5 ml filtrat, masukkan ke dalam tabung reaksi 25 ml,

kemudian tambahkan 5 ml aquades.Tambahkan 1 ml larutan

amonium Molybdat dan campurkan dengan baik.Tambahkan ½

ml larutan SnCl2 encer dan baru, kemudian gojok dengan baik

dan tambahkan lagi aquades sampai tanda.Setelah 5 – 6 menit

(sebelum 20 menit) ukur dengan colorimeter 700 mu.

3. Siapkan kurva standard yang mengandung ½ ml larutan SnCl2

encer, dalam barisan 0,1 – 1,0 mg P/ml. Buat grafik transmisi

pada kertas semilogaritmik. Hasil analisa dikoreksi dengan

berat tanah kering mutlak.

Perhitungan

1. Metode grafik regresi

Hasil pengamatan larutan standar dibuat suatu grafik dengan

log hasil pembacaan absorbansi sebagai absis dan kandungan

larutan SnCl2larutan standar sebagai ordinat. Untuk

menggambarkan grafik ini dengan menggunakan kertas

semilog. Apabila pengamatan yang dilakukan betul maka akan

merupakan grafik linier.

Vo

l. la

ruta

n s

tan

dar

(P

2O5)

Log absorbansi larutan standar

Page 59: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

59

ppmP2O5 =

ppm P(PO4) = ppm P2O5 x fl

fl = 1,3381

2. Metode Rumus Regresi

Persamaan regresi adalah Y = a + bX, dimana a dan b diperoleh

dari perhitungan sebagai berikut :

Absorbansi Log

absorbansi

(x)

Vol larutan

standar (ml)

(y)

Xy x2

A x1 y1 x1y1 x12

B x2 y2 x2y2 x22

C x3 y3 x3y3 x32

D x4 y4 x4y4 X42

Σx Σy Σxy Σx2

= a = - b

= b =

N = jumlah larutan standar

X = nilai log absorbansi sampel

ppmP2O5 =

ppm P(PO4) = ppm P2O5 x fl

fl = 1,3381

Page 60: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

60

Output

1. Hasil penghitungan Pospat dengan menggunakan metode

grafik dan rumus

Membuat tabel untuk Perhitungan Pospat

Lampiran

P2O5 (ppm) Nilai Harkat <10 Sangat rendah

10 – 15 Rendah 16 – 25 Sedang 26 – 35 Tinggi

>35 Sangat tinggi Sumber : Puslitanak, 1993

Page 61: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

61

Acara XI Analisis Data Hasil Pengukuran Laboratorium

Tujuan

Mahasiswa dapat melakukan analisa data tanah

Alat dan bahan

Seseri data hasil analisis laboratorium dan deskripsi tanah di lapangan

Dasar Teori

Perwatakan tanah ditentukan oleh serangkaian sifat-sifat tanah yang yang terdiri dari sifat fisik, kimia, dan biologi. Sifat-sifat tanah saling berkait satu sama lain secara relatif di dalam menentukan perwatakan tanah. Satu sifat tanah tidak berdiri sendiri secara independen tetapi secara relatif terkait dengan sifat lain. Kekurang akuratan dalam pengukuran sifat tanah akan mudah terlihat jika dilakukan analisis korelasi dengan sifat tanah yang lain.

Cara Kerja

1. Masing-masing kelompok melakukan rekapitulasi data hasil pengukuran baik itu sifat fisik maupun sifat kimia tanah berdasarkan contoh tanah yang tersedia.

2. Masing-masing anggota kelompok diminta membuat sebuah laporan rangkuman atas hasil pengukuran laboratorium yang berisi perhitungan dan analisis hasil.

Output

1. Hasil persentasi tiap kelompok dalam bentuk soft file (CD) 2. Hasil perhitungan untuk pengisian data kosong.

Page 62: Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah-reviewed

Buku Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah

62

Responsi

Tujuan

Evaluasi penguasaan materi praktikum

Output

Mahasiswa diharapkan dapat menguasai dengan baik dan benar

analisis-analisis tanah yang dilakukan baik itu di laboratorium

maupun di lapangan. Tingkat penguasaan mahasiswa terhadap

materi praktikum ilmu tanah ini nantinya akan diujikan secara lisan

dan atau tulisan. Materi responsi berupa cara kerja pengukuran

sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium, analisa data tanah di

lapangan. Penilaian akan dilakukan secara langsung pada saat

responsi oleh para asisten.