buku memenuhi kewajiban umat meraih kejayaan

65
1 MEMENUHI KEWAJIBAN UMAT MERAIH KEJAYAAN PENGANTAR Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan agama Islam bagi kita, melengkapkan nikmat-Nya kepada kita, dan semua hukum Islam sebagai hukum kita. Wahai Allah, bagi-Mu segala puji. Tidak ada yang menahan sesuatu yang Engkau berikan, dan tidak ada yang memberikan sesuatu yang Engkau tahan. Tidak ada yang menjauhkan perkara yang Engkau dekatkan, dan tidak ada yang mendekatkan perkara yang Engkau jauhkan. Ya Allah, kami meminta pertolongan-Mu dan meminta petunjuk-Mu. Kami memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu. Kami beriman kepada-Mu dan berserah diri kepada-Mu. Kami memberikan Engkau pujian keseluruhannya. Kami berterimakasih kepada-Mu dan tidak mengingkari nikmat-Mu. Dan kami melepaskan dan meninggalkan orang yang durhaka kepada-Mu. Dan kami bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, Pemilik kerajaan, Hakim yang terbaik dengan hukum-Nya yang terbaik. Dia memuliakan orang yang dia kehendaki, dan menghinakan orang yang Dia kehendaki. Kebaikan ada di Tangan-Nya dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kami juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Beliau diutus oleh Tuhan-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk mengalahkan seluruh agama dan ideologi lain meskipun para musyrikin membencinya. Ya Allah, berilah rahmat, keselamatan dan keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga beliau. Dan wahai Allah, berilah kerelaan kepada para Khalifah Rasyidah kita: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali beserta semua sahabat keseluruhan, dan kepada para tabi’in dan tabi’ut tabiin dengan kebaikan hingga hari kiamat. Amma ba’du. Allah telah mencurahkan nikmat-Nya kepada umat Islam. Allah memuliakan umat Islam dengan akidah dan syariah Islam sehingga siap menjadi umat terbaik yang dilahirkan bagi umat manusia. Allah juga menjadikan kaum Muslimin sebagai umat yang adil yang mempercayai dan menaati Syari’ah dari Allah Swt. agar menjadi saksi terhadap umat-umat lainnya. Allah mengutus Nabi yang paling baik untuk menjadi teladan umat Islam. Dia juga mengistimewakan kaum Muslimin dengan memberi kitab ideologi Islam yang paling agung. Allah telah menjamin penjagaan Al-Qur’an sebagaimana yang telah dijanjikannya. Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS.Al-Hijr: 9) Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu” (QS. Az- Zukhruf:44) Kaum Muslimin bergembira dengan kitab yang mulia ini. Allah memberikan petunjuk dan cahaya dalam kitab Al-Qur’an. Kaum Muslimin diharuskan menempatkan Al-Qur’an dalam hati mereka dan dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Makna dan hukum dari Al-Qur’an terpatri dalam pemikiran dan perbuatan mereka. Oleh karenanya, kehidupan mereka menjadi meningkat tinggi dan jiwa mereka mulia. Kaum Muslimin harus terus mengamalkan Al-Qur’an sehingga mereka menjadi umat yang mulia yang tidak mengalami kehinaan. Mereka kuat yang tidak mengenal kelemahan. Mereka menjadi orang-orang mulia yang tidak rela dengan kekufuran dan kedzaliman. Sehingga berbagai ideologi lain adalah rendah di hadapan mereka. Namun di zaman ini tersebar orang-orang pembuat bid’ah dan terus memunculkannya dalam aqidah dan hukum. Mereka menganggap remeh kitab Tuhan mereka, setelah mereka meremehkan dan merendahkan diri mereka sendiri. Mereka meninggalkan Al-Qur’an karim dan mengecilkan posisi Al-Qur’an dalam kehidupan mereka. Maka terjadilah fitnah besar seperti potongan malam yang gelap, yang tidak ada penyelesaiannya kecuali dengan merujuk kembali kepada Kitabullah dan tuntunan Rasulullah. Dan tidak ada keselamatan dari pengaruh buruknya kecuali dengan berpegang pada keduanya. Maka tidak ada solusi hakiki kecuali menjadikan Al- Qur’an sebagai jalan. Dan tidak ada kebaikan di dunia dan di akhirat kecuali dengan menjadikan Al- Qur’an sebagai penuntun. Rasulullah Saw. telah menjelaskan bahwa kebaikan umat Islam ini adalah dengan memahami dan menerapkan Al-Qur’an. Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” [HR. Bukhari dalam kitab sahihnya yang terdapat dalam kitab Fathul Bari jilid 9 hal.74, dalam pembahasan keutamaan Al-Qur’an, dari Utsman bin Affan] Allah telah mentakdirkan beberapa orang menjadi hamba-hamba beriman yang utama. Mereka diberikan kecintaan keimanan oleh Allah dan diperkuat oleh Allah dengan cahaya dan pemahaman yang terang,

Upload: anas-wibowo

Post on 11-Aug-2015

63 views

Category:

News & Politics


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

MEMENUHI KEWAJIBAN UMAT MERAIH KEJAYAAN

PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan agama Islam bagi kita, melengkapkan nikmat-Nya kepada kita, dan semua hukum Islam sebagai hukum kita. Wahai Allah, bagi-Mu segala puji.

Tidak ada yang menahan sesuatu yang Engkau berikan, dan tidak ada yang memberikan sesuatu yang Engkau tahan. Tidak ada yang menjauhkan perkara yang Engkau dekatkan, dan tidak ada yang mendekatkan perkara yang Engkau jauhkan.

Ya Allah, kami meminta pertolongan-Mu dan meminta petunjuk-Mu. Kami memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu. Kami beriman kepada-Mu dan berserah diri kepada-Mu. Kami memberikan Engkau pujian keseluruhannya. Kami berterimakasih kepada-Mu dan tidak mengingkari nikmat-Mu. Dan kami melepaskan dan meninggalkan orang yang durhaka kepada-Mu.

Dan kami bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, Pemilik kerajaan, Hakim yang terbaik dengan hukum-Nya yang terbaik. Dia memuliakan orang yang dia kehendaki, dan menghinakan orang yang Dia kehendaki. Kebaikan ada di Tangan-Nya dan dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Kami juga bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Beliau diutus oleh Tuhan-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar untuk mengalahkan seluruh agama dan ideologi lain meskipun para musyrikin membencinya.

Ya Allah, berilah rahmat, keselamatan dan keberkahan kepada Nabi Muhammad dan keluarga beliau. Dan wahai Allah, berilah kerelaan kepada para Khalifah Rasyidah kita: Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali beserta semua sahabat keseluruhan, dan kepada para tabi’in dan tabi’ut tabiin dengan kebaikan hingga hari kiamat.Amma ba’du.

Allah telah mencurahkan nikmat-Nya kepada umat Islam. Allah memuliakan umat Islam dengan akidah dan syariah Islam sehingga siap menjadi umat terbaik yang dilahirkan bagi umat manusia. Allah juga menjadikan kaum Muslimin sebagai umat yang adil yang mempercayai dan menaati Syari’ah dari Allah Swt. agar menjadi saksi terhadap umat-umat lainnya. Allah mengutus Nabi yang paling baik untuk menjadi teladan umat Islam. Dia juga mengistimewakan kaum Muslimin dengan memberi kitab ideologi Islam yang paling agung. Allah telah menjamin penjagaan Al-Qur’an sebagaimana yang telah dijanjikannya.

”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (QS.Al-Hijr: 9)

”Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu” (QS. Az-Zukhruf:44)

Kaum Muslimin bergembira dengan kitab yang mulia ini. Allah memberikan petunjuk dan cahaya dalam kitab Al-Qur’an. Kaum Muslimin diharuskan menempatkan Al-Qur’an dalam hati mereka dan dalam seluruh aspek kehidupan mereka. Makna dan hukum dari Al-Qur’an terpatri dalam pemikiran

dan perbuatan mereka. Oleh karenanya, kehidupan mereka menjadi meningkat tinggi dan jiwa mereka mulia.

Kaum Muslimin harus terus mengamalkan Al-Qur’an sehingga mereka menjadi umat yang mulia yang tidak mengalami kehinaan. Mereka kuat yang tidak mengenal kelemahan. Mereka menjadi orang-orang mulia yang tidak rela dengan kekufuran dan kedzaliman. Sehingga berbagai ideologi lain adalah rendah di hadapan mereka.

Namun di zaman ini tersebar orang-orang pembuat bid’ah dan terus memunculkannya dalam aqidah dan hukum. Mereka menganggap remeh kitab Tuhan mereka, setelah mereka meremehkan dan merendahkan diri mereka sendiri. Mereka meninggalkan Al-Qur’an karim dan mengecilkan posisi Al-Qur’an dalam kehidupan mereka.

Maka terjadilah fitnah besar seperti potongan malam yang gelap, yang tidak ada penyelesaiannya kecuali dengan merujuk kembali kepada Kitabullah dan tuntunan Rasulullah. Dan tidak ada keselamatan dari pengaruh buruknya kecuali dengan berpegang pada keduanya.

Maka tidak ada solusi hakiki kecuali menjadikan Al-Qur’an sebagai jalan. Dan tidak ada kebaikan di dunia dan di akhirat kecuali dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai penuntun.Rasulullah Saw. telah menjelaskan bahwa kebaikan umat Islam ini adalah dengan memahami dan menerapkan Al-Qur’an.“Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya.” [HR. Bukhari dalam kitab sahihnya yang terdapat dalam kitab Fathul Bari jilid 9 hal.74, dalam pembahasan keutamaan Al-Qur’an, dari Utsman bin Affan]

Allah telah mentakdirkan beberapa orang menjadi hamba-hamba beriman yang utama. Mereka diberikan kecintaan keimanan oleh Allah dan diperkuat oleh Allah dengan cahaya dan pemahaman yang terang, sehingga mereka rindu terhadap Kitabullah dan berusaha hidup menerapkan Al-Qur’an. Mereka berjaga dalam malam yang panjang untuk mempelajari dan memperjuangkan Al-Qur’an. Sehingga mereka dapat mengajarkannya dan banyak beramal sholeh berusaha mengubah dunia supaya sesuai al-Qur’an. Dengan demikian, semoga Allah membalas dengan yang terbaik atas usaha mereka ini, atas jasanya terhadap Islam dan Al-Qur’an.

Kitabullah, Al-Qur’an merupakan kitab penolong bagi umat terbaik yang mencintai Al-Qur’an serta beramal dengannya secara keseluruhan. Wabilahi Attaufiq (Allah yang mempunyai taufik)

PENTINGNYA PEMBAHASAN INI

Mengkaji kejayaan umat Islam merupakan hal penting agar Umat dapat mengetahui, mengapa kekuatan mereka hilang selama ini. Dan bagaimanakah caranya dapat mengembalikan kekuatan tersebut? Apa saja perangkat kejayaan Umat Islam ini? Apa saja kendala dan hambatan yang menghalanginya? Dan apa saja berita gembira atau indikasi kejayaan umat Islam ini?

Allah menghidupkan umat Islam dengan banyak harapan dan cita-cita besar. Allah menuntun umat Islam kepada tujuan yang agung. Allah memerintahkan agar tekad kaum Muslimin bangkit, agar mereka tidak terjebak dan terhenti dalam perkara yang penuh kekufuran, kemusyrikan, dan pengabaian hukum-hukum Allah Swt.

Page 2: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Allah akan memberikan kewibawaan kepada kaum Muslimin agar mereka tidak rela dengan posisi rendah dan hina dalam agama dan kehidupan dunia mereka. Allah memerintahkan kaum Muslimin untuk menduduki posisi tinggi dan naik ke puncak kekuatan, dan memimpin bangsa di dunia ini.

Allah melalui Rasul-Nya menunjukkan kepada kaum Muslimin terhadap apa yang semestinya mereka lakukan, dan menjelaskan jalan kepada mereka. Allah menjanjikan kaum Muslimin bahwa jika mereka bangkit, berbuat, bersabar, berjuang, dan tekun serta menjalankan perjuangan dengan sebaik mungkin, maka mereka akan mendapatkan pertolongan dan diberikan posisi yang kokoh. Dan mereka dijadikan sebagai pewaris bumi Allah di dunia ini, kemudian sebagai pewaris Surga Allah di akhirat nanti.

Perang sengit yang dilancarkan para musuh Islam begitu ganas. Dengan berbagai bentuk dan metode, mereka mencoba menghantam kaum Muslimin untuk mencerai-beraikan mereka. Musuh itu berusaha melenyapkan harapan dalam dada kaum Muslimin.

Mereka juga menyebarkan berbagai paham pemikiran kufur di antara kaum Muslimin agar kepala kaum Muslimin tidak terangkat dan tekad mereka tidak berkobar, yang akhirnya menjadikan kaum Muslimin dalam kemundurannya yang mereka derita saat ini. Kemunduran pemikiran umat Islam mengantarkan mereka kepada kehilangan eksistensi, kekalahan, dan cerai-berai di hadapan umat dan bangsa kufur yang berusaha menyerang kaum Muslimin dari berbagai sudut dan arah sebagaimana orang-orang yang akan menyantap makanan di meja makan.

Dan ada orang-orang yang hanya menonton saja dan tidak berbuat sesuatu. Mereka justru mengabaikan metode perjuangan Rasul Saw. dalam menegakkan Islam. Hal ini merupakan problem besar. Malangnya, berbagai kesesatan pemikiran terus-menerus ditujukan kepada Umat di dalam rumahnya sendiri dan di lingkup hidupnya. Maka mutlak diperlukan orang-orang yang mengembalikan keyakinan kepada Allah dan sistem-Nya.

Umat Islam sangat memerlukan orang yang bersemangat, mempunyai harapan di dadanya, dan menghidupkan iman dalam hatinya. Kaum Muslimin membutuhkan orang yang menyediakan jalan perjuangan Rasul Saw. untuk ditempuh, orang yang menjelaskan jalan itu, dan menjelaskan mereka pedoman bagaimana mereka berbuat dan ke mana mereka melangkah.

Kita diperintahkan untuk memakai sistem Allah yang dianugerahkan bagi umat Islam. Sistem tersebut mampu mengarahkan akal dan memaksimalkan potensi agar umat Islam ini dapat berjalan dalam naungan Al-Qur’an dan Sunnah dalam jalannya yang jelas. Dan supaya umat Islam terbentuk dengan dasar yang diletakkan oleh pendiri pertama yaitu Muhammad Saw. dan yang diteruskan oleh generasi setelah beliau, yaitu para sahabat dan orang-orang saleh dari umat Islam ini. Itu semua terwujud dengan menyempurnakan perjalanan yang berkah tersebut. Sehingga akhirnya kegembiraan akan kembali menghiasi kehidupan, dan Allah mengizinkan umat Islam untuk menjadi jaya sebagaimana yang telah Dia janjikan. Janji Allah adalah benar.

CONTOH SEJARAH KEKUATAN UMAT ISLAM ANTARA TEMPO DULU DAN MASA KINI

Sejak lebih dari 14 abad, Muhammad bin Abdullah menetap di Makkah, dan berada di Jabal Shafa. Beliau bersabda kepada manusia: «Saya adalah pemberi peringatan kepada kalian

akan adanya siksa yang pedih.” [Bagian dari hadits riwayat Imam Bukhari dalam kitab sahihnya, dalam kitab Fathul bari jilid 8 hal.501, dari Ibnu Abbas] Maka dakwah Rasulullah tersebut merupakan batasan yang memisahkan antara masa lalu yang kelam dan masa depan yang bersinar.

Kaum jahiliah berdiri berlawanan dengan dakwah baru itu dengan segala kekuatan mereka. Mereka mempertahankan warisan paham kufur dan tuhan-tuhan mereka. Mereka juga berperang untuk mempertahankan tatanan kehidupan mereka. Mereka melawan Rasulullah dengan kuda mereka, dan orang-orang mereka, dengan keganasan, dan dengan besi mereka. Sementara itu Rasulullah tetap tegar dalam dakwah beliau, tidak peduli dengan siksaan, tidak gentar dengan makar, dan tidak terpengaruh kepada godaan.

Beliau berkata kepada paman beliau dengan perkataan yang terkenal: “Wahai paman, demi Allah, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, agar saya meninggalkan perkara ini -sampai Allah memenangkan atau membinasakan-, maka saya tidak meninggalkannya. [Ibnu Katsir, Al-Bidayah wannihayah, jilid 2 hal 52]

Meskipun beliau baru pertama terang-terangan menyebarkan dakwah, namun beliau yakin bahwa Allah akan menolong Islam, dan akan mengokohkan penganut Islam. Hal itu meskipun terdapat hambatan-hambatan besar yang merintangi dalam perjalanan.

Setelah 13 tahun sejak mulainya dakwah di Makkah, Rasulullah Saw. dan kaum Muslimin merasakan bermacam siksaan yang keras. Mereka mendapatkan berbagai gangguan. Dan alhamdulillah, Allah memberikan pertolongan kepada Rasul-Nya dan kaum Muslimin berupa tegak dan terapnya sistem Islam setelah berhijrah ke Madinah Munawwarah di mana didirikan Daulah Islamiyah. Dan dengan mulainya penerapan sistem Islam keseluruhan di Madinah, maka mulailah fase pertama dalam fase kejayaan, sebab kaum Muslimin telah mempunyai kekuasaan serta kekuatan dalam Negara Islam dan Islam mempunyai banyak pendukung.

Dan bermulalah pertempuran bersenjata antara yang benar dan yang batil. Maka ketika itu terjadilah kemenangan dalam perang Badar, kemudian pelajaran dalam perang Uhud, kemudian dalam perang Ahzab. [Perang Badar terjadi pada tanggal 17 Ramadhan tahun kedua hijriah. Sedangkan perang Uhud terjadi pada tanggal 11 dari bulan Syawwal tahun ketiga hijriah. Sementara perang Ahzab terjadi pada bulan Dzul Qa’dah tahun 5 hijriah] Dalam perang Ahzab kaum kafir Arab melempari kaum Muslimin dengan anak panah. Kaum Muslimin senantiasa berada dalam keadaan bersemangat dengan memanggul dan menghunus senjata.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur:55)

Page 3: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

”Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apapun.” (QS. Al-Ahzab:25)

“Sekarang kita yang menyerang mereka dan mereka tidak menyerang kita.” [HR. Bukhari dalam kitab sahihnya yang juga tercantum dalam kitab Hasyiysah Assanadi jilid 3 hal 33, kitab peperangan bagian perang Khandaq, dari Sulaiman bin Shard ra.]

Dan mulailah dakwah Islam mengambil peran besar dengan menyeruak keluar menjelajah dunia. Maka Rasulullah yang juga sebagai kepala Negara Islam mengirimkan surat ke berbagai penguasa negeri-negeri untuk mengajak mereka masuk agama Allah atau tunduk pada kekuasaan Islam. Dakwah Islam harus tersebar ke belahan wilayah timur dan barat.

Allah memberikan pertolongan kepada Rasululah dan kaum Muslimin sehingga beliau dapat menaklukkan kota Makkah. [Penaklukkan kota Makkah terjadi pada bulan Ramadhan, tahun ke-8 hijriah] Maka Rasulullah Saw. menghancurkan bermacam berhala yang berada di seputar Ka’bah.

“Dan katakanlah: "Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap.” Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap” (QS. Al-Isra:81)

”Katakanlah: "Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” (QS. Saba’:49)

Rasulullah Saw. dan kaum Muslimin dalam wadah Daulah Islam terus menerapkan Islam termasuk mengemban dakwah sekuat tenaga hingga pada saatnya ideologi Islam (akidah dan syariah) menjadi sempurna:”Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu. (QS. Al-Maidah:3)

Setelah Rasululah menyampaikan risalah Islam dan menunaikan amanah, maka beliau wafat dan kembali ke haribaan Allah. Semoga Allah membalas beliau dengan balasan yang baik, karena beliau telah berjasa kepada kita dan kepada Islam.

Kemudian datanglah masa KhulafaurRasyidin ra., maka mereka menerima bendera kepemimpinan Khilafah Islam. Mereka bergerak bersama kaum Muslimin menurut aturan yang telah dijelaskan oleh Rasulullah Saw. Para khalifah itu tidak merubah dan tidak mengganti sesuatu, namun mereka menjalankan ideologi Islam secara baik, sehingga mereka bisa menjelajah ke segenap penjuru dunia, baik timur maupun barat.

Mereka membawa kalimat Allah dan menyampaikannya kepada dunia secara keseluruhan. Maka Allah mengeluarkan manusia dengan kehendak-Nya, dari menyembah manusia menjadi menyembah Tuhannya manusia, dari kesempitan dunia menuju kelapangannya, dan dari kedzaliman sistem kufur menuju keadilan Islam.

Masa KhulafaurRasyidin ini tidak lebih dari tiga puluh tahun yang merupakan masa pendek dalam sejarah. Namun demikian, menurut timbangan nilai, lebih berbobot daripada usia sistem kufur yang terus bercokol di muka bumi. Masa yang pendek tersebut merupakan kegemilangan dalam sejarah manusia keseluruhan.

Kejayaan umat Islam pada saat itu bersifat menyeluruh, tidak hanya meliputi kejayaan dalam agama dan syiar Islam, akan tetapi juga mencakup kejayaan dan kemajuan yang gemilang dalam masalah dunia. Pada saat itu Islam memimpin baik di darat maupun di lautan, dalam aspek politik, ekonomi, hukum, maupun iptek.

Kaum Muslimin merasa bergembira dengan kejayaan tersebut, Allah membuka keberkahan langit dan bumi.

Kemudian setelah itu, berakhirlah masa KhulafaurRasyidin dengan turunnya Imam Hasan bin Ali dan digantikan oleh Khalifah Mu’awiyah bin Abu Sufyan pada tahun 41 H. Maka pada saat itu dalam sejarah umat Islam, mulailah fase baru.

Dalam fase ini, kehidupan umat Islam tidak stabil, terjadi penyimpangan penerapan sistem Islam, berbeda dengan kehidupan pada zaman Rasulullah dan KhulafaurRasyidin. Namun pada saat itu hukum, nilai dan peradaban umat Islam masih merajai dunia dan unggul.

« Maka tidak benar jika disangka bahwa sistem Islam telah selesai setelah masa Rasulullah dan KhulafaurRasyidin.Yang benar, bahwa masa yang ideal telah selesai, dan mulailah fase baru yang biasa, dalam sejarah Islam.” [Muhammad Quthb: Hal Nahnu Muslimun, hal.101]

Dengan mulainya pemerintahan Bani Umaiyyah, maka mulailah fase baru yang dipimpin oleh rezim yang otoriter, dengan sistemnya yang turun temurun, dan dengan watak kedzalimannya. Dengan demikian, mulailah rezim keluarga yang pertama dalam Islam. Situasi tersebut masih diiringi dengan hilangnya pengawasan umat secara perlahan-lahan terhadap perbuatan para penguasa saat itu. Dan Negara Khilafah dikuasai oleh sistem kekuasaan yang khusus demi kepentingan rezim keluarga penguasa saja. [Muhammad Quthb: Waqi’unaa almu’ashir, hal.117 dan seterusnya]

Bagaimanapun juga, frekuensi penyimpangan sistem Islam yang terjadi pada masa Bani Umaiyyah masih terbatas, meskipun rezim ini nampak dengan nyata bersikap kasar dan bengis yang berbeda dengan kondisi kegemilangan pada zaman kenabian dan KhulafaurRasyidin.

Meskipun Bani Umaiyyah tidak dapat dibandingkan dengan masa kenabian, namun umat Islam pada saat itu berada dalam konstitusi Islam. Demikian juga ekspansi dan perluasan wilayah Khilafah melalui dakwah dan Jihad-futuhat juga cukup pesat. Sehingga kaum Muslimin mencapai pintu kota Konstantinopel.

Dakwah dan penaklukan Islami meluas hingga ke wilayah India di Timur, dan ke utara di Afrika Barat. Pemerintahan Khilafah Islam pada saat itu cukup kuat, sehingga kekuatan mereka dapat menakuti musuh-musuh mereka, dan mereka diperhitungkan dengan beribu perhitungan oleh musuh-musuh mereka. [Muhammad Quthb: Waqi’una almu’ashir hal.124]

Setelah itu datanglah masa Abbasiyyah. Mereka menunggang garis menyimpang yang dimulai oleh Umaiyyah. Bahkan penyimpangan ini bertambah pada masa mereka. Penyimpangan versi baru bermunculan di kalangan mereka. Sistem rezim keluarga yang mewariskan kepemimpinan khilafah secara turun temurun masih diterapkan.

Hal itulah yang memberi dampak negatif terhadap kepemimpinan pemerintahan negara Islamiyah pada waktu itu. Selain itu juga masih banyak terdapat konspirasi licik yang terjadi dalam perebutan posisi khalifah. Sementara itu

Page 4: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

sikap menghamburkan harta terjadi atas Baitul Mal. Pada saat itu umat Islam secara keseluruhan memang melihat penyimpangan dan tindak penyelewengan itu, namun mereka surut untuk mengatasinya. [Muhammad Quthb: Waqi’una almu’ashir hal.125]

Khilafah Bani Abbasiyyah akan mengalami kehancuran karena penyimpangan yang mereka lakukan. Kehancuran mereka merupakan realisasi dari sunnatullah dalam kehidupan manusia. Ketika itu, masuklah tentara Tartar ke ibukota negara Baghdad, pada tahun 656 H. Pasukan Tartar ini membunuh Khalifah Mu’tashim Billah dengan keji dan mereka juga membantai kaum Muslimin. Pasukan Tartar ini juga membakar berbagai buku-buku Islam dan ilmu pengetahuan. Buku-buku berharga ini sebelumnya telah menjadikan kota Baghdad dan Khilafah Bani Abbasiyyah maju dan mencapai kegemilangannya.

Pasukan Tartar itu melemparkan kebanyakan dari buku berharga tersebut ke sungai Dajlah. Buku-buku yang dilempar itu meliputi buku warisan peninggalan Islam yang penting. [Ibnu Katsir, Albidayah Wannihayah jilid 7 hal.183]

Penyebab kejadian memilukan ini adalah karena sikap lalai dan bermewah-mewahan oleh Khilafah Bani Abbasiyyah.

“Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan” (QS. Huud: 117)

Tentara Salib merebut wilayah kaum Muslimin di Andalusia. Pasukan Kristen itu mengusir kaum Muslimin dari Andalusia dengan cara yang keji dan sangat kejam. Akhirnya lenyaplah eksistensi Islam di tanah Andalusia yang sebelumnya menjadi sentral ilmu pengetahuan dan peradaban yang sangat terkenal dalam beberapa waktu lamanya. [Muhammad Quthb: Waqi’unan Al-Mu’ashir hal.138]

Kehancuran pemerintahan Khilafah Bani Abbasiyyah bukanlah penghabisan umat Islam. Telah muncul Khilafah Bani Utsmaniyyah sebagai penerus dan yang masih terus ada di muka bumi selama lima abad. Pemerintahannya bukan saja mampu menjaga eksistensi kaum Muslimin, tetapi juga dapat menyerang pasukan salib berkali-kali.

Bahkan pasukan Khilafah Bani Utsmaniyyah mampu mencapai wilayah tentara Salib di Eropa, dan memperluas wilayah Daulah Islam termasuk dalam menyebarkan ideologi Islam. Maka akhirnya jutaan manusia masuk Islam. Tentara Utsmaniyyah ini juga melarang pendirian negara Yahudi di areal tanah kaum Muslimin. Dan masih banyak lagi jasa Khilafah Bani Utsmaniyyah.

Namun pemerintahan Khilafah Bani Utsmaniyyah ini tidak terhindar dari penyimpangan yang beragam. Penyimpangan itu telah muncul dan membuahkan hasilnya yang buruk selama beberapa waktu lamanya. [disarikan dari Muhammad Quthb: Waqi’unan Al-Mu’ashir hal.138]

Pada masa Daulah Khilafah Utsmaniyyah ini, mereka menutup ijtihad. Oleh karena itulah banyak terjadi kebekuan dan keterbelakangan yang melanda negara Islam saat itu.

Dan secara perlahan masuklah peraturan kufur dari negeri asing yang menerobos masuk ke dalam negara Islam. Permulaan masuknya paham asing yang buruk ini adalah pada masa pemerintahan penguasa yang bernama Salim dan yang terkenal dengan sebutan Sulaiman Al-Qanuni. [Khalifah tahun 1520-1566 M]

Adapun praktek amar makruf dan nahi mungkar (menyuruh kepada kebaikan dan melarang kepada kemungkaran), maka pada saat itu banyak terlepas dari umat Islam.

Sementara itu umat Islam semakin jauh dari paham Islam yang benar. Mereka banyak melakukan perbuatan bid’ah, khurafat, dan maksiat. Mereka juga diselimuti oleh suasana berserah diri tanpa berusaha, tanpa melakukan upaya dan usaha.

Meskipun kondisi negara Islam cukup parah ketika itu, ideologi Islam tetap hidup. Upaya perbaikan masih terus muncul. [disarikan dari Muhammad Quthb: Waqiuna almuashir hal.152 dan setelahnya]

Dunia memasuki fase baru dalam sejarahnya bersama permulaan abad ke-17 M yang pada saat itu kaum Kristen Barat melancarkan perang terhadap dunia Islam pada umumnya.

Pada saat itu kaum Muslimin banyak menyimpang dari ideologi Islam, pemahaman umat Islam terhadap Islam banyak keliru.- Pemahamannya tentang akidah keliru. Akidah hanya diartikan sebagai ucapan dua kalimat syahadat tanpa memandang kepada perbuatan. Adanya sikap berserah diri tanpa berusaha, dan sikap menunggu nasib dan takdir, takut mati dan lemah.

- Pemahaman tentang ibadah yang menyeluruh juga salah. Ibadah hanya dipahami sebagai syiar dan ritual belaka.

- Demikian juga pemahaman tentang amal salih juga salah. Amal salih dianggap dalam ibadah ritual dan moral saja. Maka kaum Muslimin banyak mengalami kemunduran.

Persatuan ukhuwah antara umat Islam menjadi terputus sebab banyak penjajahan atas wilayah Daulah Islam dan menyebarnya paham ashobiyah nasionalisme yaitu paham kebangsaan. Akhirnya kekuatan mereka menjadi lemah dan kewibawaan mereka lenyap. [disarikan dari Muhammad Quthb: Waqiuna almuashir hal.9 dan setelahnya]

Semua gerakan penyesatan itu didalangi oleh kekuatan jahiliah dunia. Namun perusakan kepada Islam ini tidak sampai mengakibatkan Islam lenyap secara keseluruhan dan tidak sampai merobohkan dasarnya.

Dengan perjalanan zaman dan akumulasi penyerangan ini, maka ajaran Islam secara perlahan semakin berkurang dalam kehidupan kaum Muslimin termasuk dalam negara Khilafah. Hal itu menjadikan Islam dalam bahaya yang mengancam kondisi kritis. [disarikan dari Sayyid Quthb: Hadzaddin, hal.39]

Ideologi Islam mulai terlepas dari masyarakat Islam. Pada akhirnya Umat Islam tidak mampu menangkis serangan keji yang gencar dilakukan musuh dari segenap penjuru untuk menghabisi ideologi Islam.

Demikianlah, penyimpangan berlangsung selama berabad-abad lamanya. Penyimpangan itu semakin mengganas dan menyebabkan hilangnya kejayaan umat Islam. Umat Islam tergoncang dari kejayaan puncak ke dalam kekalahan menuju jurang keterpurukan yang dalam. [Muhammad Quthb: Waqi’unan almu’ashir hal.162-163]

Ketika timbul peperangan salib yang terakhir, dan kaum Muslimin masih dalam kondisi yang sama seperti itu, maka akhirnya dunia Islam menyerah kepada pendudukan tentara kafir yang menyerbu mereka. Penjajahan kafir ini membuat

Page 5: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Khilafah sungguh tercerai berai beserta tercerai berainya kaum Muslimin.

Hal ini tidak berarti bahwa umat Islam telah mengalami kehancuran total, dan tidak berarti amar makruf dan nahi mungkar menjadi tertutup.

Sementara itu bidang lain yang tidak kalah, meskipun istimewa, namun terikut kepada kekalahan yang banyak tersebut. Maka tetap dianggap sebagai kekalahan secara total dalam berbagai bidang. [Muhammad Quthb: Waqi’unan almu’ashir hal.163]

Sejarah telah mencatat bahwa dari kalangan kaum Muslimin, terdapat banyak pahlawan dalam berjuang melawan para penjajah yang merebut wilayah mereka. Namun para pahlawan tersebut adalah pahlawan dalam kekalahan. [Muhammad Qutb: Waqi’unan almu’ashir hal.10]

Hal itu telah terjadi sebab kaum Muslimin beserta daulah Islam menjauh dari faktor-faktor kejayaan di muka bumi termasuk Jihad-futuhat dan ijtihad. Mereka menuju kondisi keterbelakangan dan terjerumus mengekor kepada musuh mereka.

Jelas bahwa umat Islam telah melewati tiga macam fase:1. Masa penerapan sistem Islam keseluruhan oleh Khilafah yang unggul, dan dengan diringi oleh kejayaan yang tinggi.2. Masa penerapan sistem Islam oleh Khilafah dengan banyak penyimpangan, dan diiringi oleh kejayaan biasa.3. Masa kerugian dan bertambah jauh dari ideologi Islam, dan diringi dengan hilangnya kejayaan, kalah dari musuh dan terhapusnya Khilafah. [disarikan dari Muhammad Qutb: Waqi’unan almu’ashir hal.112]

Beberapa poin tentang faktor-faktor mendasar yang menyebabkan hilangnya kejayaan umat Islam yaitu:1. Banyak penyimpangan kaum Muslimin dari pemahaman Islam yang benar dan mereka menjauh dari Islam sebagai akidah dan amal perbuatan.2. Mengabaikan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. Islam banyak tidak dijalankan sebagai aturan hidup individu, masyarakat, dan negara Khilafah Islamiyah.3. Tercerai-berainya kesatuan jamaah kaum Muslimin setelah runtuhnya Negara Khilafah Islamiyah. Hal itu karena penjajahan oleh Inggris dan sekutunya serta berkobarnya paham serta sistem kufur dalam hal sistem negara, konsep jamaah, dan kepribadian umat Islam.4. Lemahnya kepemimpinan, penggunaan kekuasaan Khilafah untuk merealisasikan keinginan dan kemaslahatan pribadi serta jauh dari kemaslahatan Islam dan kaum Muslimin.5. Semangat Jihad-futuhat dengan komando Khalifah menjadi padam dan perangkatnya melemah.6. Menghindarkan diri dari berjuang dan hanya berpangku tangan.7. Umat Islam terlepas dari pelaksanaan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh, yaitu dalam hal amar makruf nahi mungkar, dan mengajak ke jalan Allah oleh negara Khilafah dan seluruh rakyat Muslim.8. Menutup pintu ijtihad.9. Terjangkiti filsafat dan ide kufur, paham kufur yang jelas sesat.10. Menyebarnya penyakit moral dan sosial karena lemahnya penegakkan Islam oleh individu, masyarakat, dan negara Khilafah Islam karena penyebaran paham kufur oleh Barat.11. Bangunan kepribadian individu Muslim runtuh, sedangkan wilayah Muslim dan masyarakat Muslim juga berantakan.

Krisis umat Islam ini tidak ada tandingannya dalam perputaran sejarah.

”Dikuatirkan kalian akan dikelilingi oleh berbagai umat, sebagaimana orang yang makan, mengelilingi meja makan. Seorang sahabat bertanya: Apakah pada saat itu kita berjumlah sedikit?.” Rasulullah menjawab: ”Bahkan kalian ketika itu banyak, namun kalian terombang-ambing seperti busa lautan. Allah mencabut rasa wibawa kalian di hadapan musuh, dan Allah mengisi hati kalian dengan wahn. Ada sahabat yang bertanya, wahai Rasulullah. Apakah wahn itu? Rasulullah bersabda: “Cinta terhadap dunia dan membenci kematian.” [HR. Abu Dawud dalam kitab Sunannya jilid 4 hal.111, dari Tsauban; HR. Ahmad dalam kitab Musnadnya yang tercantum di kitab Fathurrabbani jilid 23 hal.199. Syeikh M. Nashiruddin Al-Albani menyatakan sahih dalam kitab sahih jami’ushshaghir jilid 2 hal.1359]

Demikianlah, Kaum Muslimin kehilangan keamanan dan ketenangan mereka. Mereka juga kehilangan rumah dan harta mereka.

Namun, krisis ini akan lewat, jika Allah menghendakinya. Dan Allah akan memberikan kejayaan kepada umat Islam sebagaimana telah diberikan sebelumnya. Kita harus mengetahui mengapa krisis sekarang ini lebih panjang dari krisis di masa lalu? Dan hendaknya kita mengetahui tentang bagaimana cara keluar dari krisis tersebut menurut tuntunan Rasul Saw.? Maka marilah kita memaksimalkan usaha kita untuk mengantarkan kita menuju kemenangan dengan izin Allah. [serupa dengan ini: Muhammad Quthb: Waqi’unaa almu’ashir hal.6-8]

Perkara yang kita hadapi ini bukanlah perkara yang remeh dan mudah dengan jalan yang rata dan penuh bunga. Namun jalan yang kita lalui ini adalah jalan yang sulit, jalan yang penuh onak dan duri. Kaum Muslimin akan membawa Islam ini dengan melewati segala gangguan dari para musuh Islam yang selalu mengintai dan mengambil celah kelemahan kaum Muslimin. Kaum Muslimin harus waspada dengan ranjau dan hambatan di perjalanan. Seluruh perjuangan kaum Muslimin itu ditujukan untuk mencapai kejayaan kembali bagi Islam dan kaum Muslimin.

Umat Islam sekarang ini harus diobati dengan solusi Islam yang mantap. [Muhammad Al-Ghazali: Ilal Wa’adwiyah, hal.138]

Obatnya didapatkan ketika mengetahui penyakit itu. Juga dengan dokter yang tulus ikhlas yang mahir, kemudian bersabar atas rasa sakit ketika diobati.

Maka bagi umat Islam agar mengetahui siapakah sebenarnya mereka? Apa saja tugas mereka? Dan bagaimanakah mereka menjalankan tugas tersebut? Dan jalan apakah yang digunakan untuk berhenti dari kesalahan umat Islam? Bagaimanakah umat Islam mengambil pelajaran dari kemenangan dan kekalahannya, dari pembantaian yang pernah mereka alami?

Dan perangkat dasar apa saja yang diperlukan untuk meraih kejayaan umat Islam? Hambatan apa saja yang menghalangi langkah menuju kejayaan? Apa saja ciri jalan menuju kejayaan? Dan apa sajakah berita gembira atau indikasi kejayaan umat Islam?

METODE MERAIH KEJAYAAN

Metode untuk meraih kejayaan bagi kaum Muslimin adalah penerapan seluruh Syariat Islam dalam semua bidang serta semua aspek kehidupan individu, masyarakat, dan negara;

Page 6: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

termasuk penegakkan Syariat Islam mengenai Negara Khilafah Islamiyah. Itu semua wajib diperjuangkan dengan mengikuti metode perjuangan Rasul Saw. dalam menegakkan Islam secara keseluruhan; yaitu metode perjuangan dalam mengganti sistem jahiliyah dengan sistem Islam komprehensif dalam kehidupan umat manusia. Metode Rasul Saw. ini bersih dari kotoran cara dan sistem kufur manapun. [Lebih lanjut lihat, ‘Dakwah Islam’ Syeikh Ahmad Mahmud]

PASAL PERTAMA: PERANGKAT-PERANGKAT KEJAYAAN

Di dalamnya ada tujuh macam pembahasan:Pertama: ImanKedua: Amal salihKetiga: IbadahKeempat: IlmuKelima: Jihad (berperang di jalan Allah)Keenam: dakwah untuk mengajak kepada agama AllahKetujuh: kesabaran

PENGANTAR

Muqawwimat tamkin adalah sesuatu yang menjadi faktor munculnya kejayaan, dan menjadi sandaran kejayaan, yaitu menjadi sandaran pokok.

Umat Islam telah mengalami masa puncak kejayaan, kemudian menuju masa kejayaan biasa, dan selanjutnya menuju kepada hilangnya kejayaan dan kalah dengan musuh.

Supaya umat Islam kembali kepada kejayaan, memimpin dunia dan merasa aman, yang dulu telah mereka raih, maka umat Islam harus kembali kepada perangkat-perangkat kejayaan itu sendiri yang menjadi landasan dan faktor utama munculnya kejayaan bagi umat Islam pada masa generasi yang pertama. Urusan umat ini tidak menjadi baik kecuali dengan perkara baik yang ada pada para pendahulu awal mereka, yaitu di masa–masa kejayaan.

Perangkat-perangkat inilah yang merupakan prasayarat dari Allah bagi umat Islam. Jika umat Islam lalai dan tidak memenuhinya, maka kejayaan akan hilang begitu saja. Mereka akan dihinggapi rasa takut dan dengan mudah dikendalikan oleh musuh.

Meskipun syarat tersebut banyak, secara global teringkas menjadi tujuh macam perangkat kejayaan, yaitu: iman, amal shalih, ibadah, ilmu, Jihad di jalan Allah, dakwah mengajak kepada agama Allah, dan kesabaran.

PEMBAHASAN PERTAMA

IMAN

Iman adalah perangkat pertama dari macam-macam perangkat kejayaan umat. Iman ini ibarat kepala perangkat itu. Tanpa iman, maka perangkat dan sarana lainnya tidak mempunyai nilai. Maka dari sinilah, Allah mendahulukan iman ini dari hal lainnya.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan

barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur:55)

DEFINISI IMAN

Iman diartikan menurut bahasa dengan arti tashdiq atau membenarkan, sebagaimana terdapat dalam firman Allah yang diucapkan oleh para saudara Nabiyullah Yusuf as: ”Mereka berkata: "Dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami” (QS. Yusuf: 17) [Almu’jam alwasith, materi, alif, mim, nun, hal.28-29] Maksudnya adalah engkau bukanlah mushaddiq atau orang yang membenarkan.

Dan kata iman ini bisa ditambah dengan lam, misalnya pada firman Allah: “Mereka berkata: "Apakah kami akan beriman kepadamu, padahal yang mengikuti kamu ialah orang-orang yang hina?" (QS. Assyu’ara:111)Bisa juga ditambah ba’, misalnya dalam firman Allah: “(yaitu) kalian beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Ashshaff: 11)

Pengertian iman menurut istilah:Imam Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah berkata: »Iman adalah sebuah hakikat yang terbentuk dari pengetahuan tentang apa yang dibawa oleh Rasulullah Saw. dan membenarkannya dalam akad, mengakuinya dalam ucapan, tunduk kepada beliau karena cinta dan patuh. Selain itu juga mengerjakan apa yang dibawa beliau baik secara lahir maupun batin, melaksanakannya serta berdakwah dengannya menurut kemampuan ». [Al-Fawa’id hal.147]

Sedangkan Imam Alusi berkata: »Iman menurut Syariat adalah membenarkan terhadap apa yang diketahui datang dari Rasulullah dengan wajib baik yang diketahui itu secara terperinci atau global. Inilah madzhab jumhur ulama yang muhaqqiq (mantap) » [Ruuhul ma’ani jilid 1 hal.110]

Imam Raghib berkata: Yang dimaksud dengan iman, adalah pengakuan diri terhadap kebenaran, dengan lewat jalan tashdiq (membenarkan) Hal itu dengan berkumpulnya tiga macam perkara, yaitu membenarkan dengan hati, menyatakan dengan lidah, dan beramal sesuai yang dinyatakan itu dengan anggota badan. [Mufradaatul Qur’an hal.26]

Iman adalah membenarkan dengan mantap yang diringi dengan pengakuan diri dan menerimanya serta tunduk dan patuh. [Tafsiirul Mannaar jilid 1 hal.1326]

Dari Umar bin Khaththab ra., berkata: “Ketika kami sedang duduk di sisi Rasulullah Saw. -pada suatu hari- tiba-tiba di hadapan kami muncul seorang lelaki yang berpakaian sangat putih, mempunyai rambut yang sangat hitam. Bekas kedatangannya tidak diketahui dari mana, dan salah satu dari kita tidak ada yang mengenalnya. Ia kemudian duduk di hadapan Nabi Muhammad Saw. -kemudian ia menyandarkan kedua lututnya ke lutut Rasulullah. Ia lalu meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya dan berkata: Wahai Muhammad, beritahukan saya tentang Islam. Maka Rasulullah Saw. menjawab: Islam, yaitu engkau bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah dan engkau mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan engkau berpuasa di bulan Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah jika engkau mampu untuk menuju ke sana. Lelaki itu menanggapi: ‘Engkau benar.” Kami terkejut dengan sikap lelaki itu yang bertanya kepada Rasulullah dan juga sekaligus membenarkan beliau. Lelaki itu bertanya kembali: ‘Lalu beritahukan kepadaku tentang arti iman. Rasulullah menjawab: ‘Engkau percaya kepada Allah dan para malaikat-

Page 7: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Nya, dan kitab-kitab-Nya, dan para utusan-Nya dan hari akhir, dan engkau percaya kepada takdir Allah, baik yang baik maupun yang buruk’. lelaki itu menanggapi: ‘Engkau benar’ [HR. Muslim dalam sahihnya]

« Iman mempunyai cabang berjumlah 60 lebih. Yang paling tinggi adalah ucapan: Lailahaillalah (tiada Tuhan selain Allah) dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri di jalanan, malu adalah salah satu cabang dari iman » [Sahih Bukhari dalam kitab Hasyiyah Assanadi, jilid 1 hal 11, kitab iman bab perkara iman dari Abu Hurairah ra.]

Dari Abu Hurairah ra, berkata, Rasulullah Saw. ditanya, apakah perbuatan yang paling utama? Dan apakah perbuatan yang paling baik? Beliau menjawab: iman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ditanyakan lagi: Kemudian apa lagi? Rasul menjawab: Jihad adalah puncak amal. Ada yang bertanya: Kemudian apa lagi wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Kemudian haji yang mabrur. [HR. Turmudzi Abu Isa Muhammad bin Isa dalam kitab sunannya dan ia berkata: hadits hasan sahih, jilid 4 hal.185, kitab keutamaan Jihad, bab tentang penjelasan amal yang paling utama]

ANTARA IMAN DAN ISLAM

Imam Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan firman Allah yang berbunyi: ”Orang-orang Arab Baduwi itu berkata: "Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah 'kami telah tunduk.” (QS. Al-Hujurat:14) Ibnu Katsir berkata: « Dari ayat ini dapat diambil kesimpulan bahwa iman lebih khusus dari Islam. Ini adalah madzhab Ahlussunnah Wal-jama’ah. Hal itu ditunjukkan oleh hadits Jibril as. ketika ia bertanya tentang Islam, kemudian tentang iman kemudian tentang ihsan. Maka urutannya naik dari yang umum ke yang khusus kemudian ke yang lebih khusus. [Tafsir Ibnu Katsir jilid 4 hal.220]

IMAN ADALAH UCAPAN DAN PERBUATAN, DAN BISA BERTAMBAH DAN BERKURANG

”Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (QS. Al-Anfaal: 2-4)

”Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berJihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujuraat: 15)

”Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (QS. Al-Ahzab: 22)

”Supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada) (QS. Al-Fath:4)“Dan supaya orang yang beriman bertambah imannya.” (QS. Al-Muddtatsir: 31)

“Iman dapat melihat dengan penglihatan hakiki yang benar, tidak goncang, dan tidak goyang. Iman lewat dengan pemiliknya di jalan dengan diiringi cahaya, kepercayaan diri, dan ketenangan. Iman adalah naungan yang menaungi. Jiwa merasa tentram dengan iman dan hati merasa damai

dengannya. Orang yang jauh dari iman akan mengalami keraguan, kegelisahan, dan kebingungan dalam kesesatan yang gelap tanpa petunjuk … Iman juga merupakan gerak membangun yang membuahkan hasil yang tidak diam dan terpaku, tidak sia-sia dan tidak hampa.” [Sayyid Quthb; FiiZhilaali Qur’an jilid 5 hal 2939 ketika beliau menafsirkan firman Allah: Wamaa yastawil a’ma walbashir.” Yaitu surat Fathir 19-20]

”Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil mAnfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia) Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” (QS. Ibrahim:18)

”Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amalnya dengan cukup dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. Annur:39)

”Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan.” (QS. Al-Furqaan: 23)

Iman begitu penting dan dampaknya kuat dalam pikiran, perilaku, dan kehidupan manusia. Al-Qur’an memberikan sistem sempurna kehidupan manusia di muka bumi ini. Pesan-pesan, perundangan, dan aturan yang terdapat dalam Al-Qur’anul karim kesemuanya bersambungan dengan keimanan kepada Allah dan hari akhir.

”Hai orang-orang yang beriman, apabila kalian memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kalian.” (QS. Al-Anfaal:45)

”Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzaab:41)

”Dan bertaqwalah kepada Allah Yang kepada-Nya kamu beriman.” (QS. Al-Mumtahanah: 11)

HAKIKAT IMAN YANG DITUNTUT

Iman yang diwajibkan Allah kepada manusia dan dijadikan sebagai perangkat utama kejayaan umat Islam, harus berada dalam bentuk yang diatur Allah Tuhan semesta alam, dan berada dalam garis yang digambarkan Rasulullah Saw.

Ada juga iman yang duduk berdiam diri yang terkadang melarikan diri ke kesunyian, atau hidup terisolasi yang tidak mau berusaha berjuang di muka bumi. Iman seperti itu tidak kuat menghadapi realita dan berbagai peristiwa, serta tidak berpikir menghadapi berbagai ideologi dan sistem kufur.

Iman seperti ini bukan bersumber dari Kitabullah. Sebab Kitabullah telah mencetuskan bahwa kaum Muslimin harus berjuang di setiap penjuru.

Ada juga keimanan yang hina yang hidup di balik prinsip-prinsip kufur atau hidup dengan meminta-minta terhadap berbagai kepentingan yang menuju kepadanya. Iman semacam ini tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Demikian juga, bahwa iman yang dituntut oleh Allah bukanlah iman yang samar, dan bukan sekedar hiasan dan simbol saja.

Page 8: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

”Merupakan hal sangat berbahaya yang muncul di kalangan umat Islam adalah kondisi iman yang hanya berada dalam kerongkongan dan permukaan saja. Iman itu berada di kalangan Muslim yang membawa beban iman dalam pangkuan mereka dengan hanya mencukupkan kepada simbol saja. Iman menurut mereka tidak lebih dari sekedar syiar-syiar, slogan dan sesuatu yang remeh lainnya.” [Sa’id Hawwa: Kay laa namdhi ba’idan an ihtiyajatil ashr hal.46]

Al-Qur’an Karim telah menyebutkan kelompok sesat yang mulai muncul bersama awal berdirinya negara Islam di Madinah Al-munawarah. Mereka itulah orang munafik yang menampakkan diri dengan penampilan Islam dan berteriak dengan slogan iman tetapi mereka menjadikannya sebagai dusta belaka. Mereka menyangka dapat mengelabui Allah, Rasulullah dan orang-orang yang beriman.

Maka Allah mengungkapkan rencana makar mereka dan membeberkan rahasia mereka. Kedok mereka terbongkar di hadapan Rasulullah dan kaum mukminin.

”Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar.” (QS. Al-Baqarah: 8-9)

”Allah Swt. memperingatkan di sini tentang sifat dan ciri kaum munafik agar kaum Muslimin tidak terpedaya oleh penampilan lahiriah mereka. Kaum munafik akan menyebabkan kerusakan yang parah dalam lingkungan Islam, karena mereka tidak sempat terdeteksi dan terjaga, dan karena mereka dianggap beriman. Padahal mereka adalah orang-orang kafir yang hanya beriman di mulut saja. Hal ini merupakan bahaya yang sangat besar, sebab menyangka pelaku kejahatan sebagai orang yang baik.” [Tafsir Ibnu Katsir jilid 1 hal.47]

“Iman adalah keyakinan yang merasuk dalam hati, ilmu yang memenuhi rongga dada, dan sistem yang dijalankan kaum mukminin.Iman adalah kesungguhan, pengorbanan, pemberian, sikap khusyu’, bertaubat, dan perilaku. Kesemuanya itu diperinci oleh sistem aturan Allah Swt. dengan perincian yang disertai bukti kuat yang dapat menghilangkan perdebatan dan menutup pintu-pintu syirik dan kemunafikan.” [Adnan Ali Ridha Annahwi, Liqaul mukminin, jilid 2 hal.207]

”Itulah iman yang benar yang menetap dalam hati dengan pembenaran dan keyakinan, dan melimpah dalam anggota tubuh dengan mempengaruhi perilaku dan perbuatan. Itulah iman yang menyinari hati, menggerakkan kemauan, dan mengarahkan akal.” [Mohammad Abdullah Al-Khathib, Khashaishul mujtama’ al-Islami hal.18-19]

PENGARUH KEIMANAN DALAM MERUBAH DIRI MANUSIA

Selain iman, tidak ada yang dapat merubah diri manusia dengan perubahan yang sempurna dan dapat mencetak manusia sebagai manusia baru. Contoh ini adalah para tukang sihir Fir’aun. Mari kita lihat bagaimana kepribadian mereka berubah dengan drastis. Dan bagaimana diri mereka bisa berbalik arah 100 derajat dari kondisi asal mereka.

Sebelumnya, tujuan utama mereka terfokus kepada harta benda. Dalam hal ini Allah berfirman:”Maka tatkala ahli-ahli sihir datang, merekapun bertanya kepada Fir'aun: "Apakah kami sungguh-sungguh mendapat

upah yang besar jika kami adalah orang-orang yang menang?" (QS. Asusyuara’:41)Sebelumnya, cita-cita mereka bergantung kepada Fir’aun. Dalam hal ini Allah berfirman:”Mereka berkata: "Demi kekuasaan Fir'aun, sesungguhnya kami benar-benar akan menang.” (QS. Asysyuara’:44)Demikian ucapan mereka sebelum mereka beriman. Dan tatkala mereka merasakan manisnya iman, hati dan diri mereka merasa tenang dan mantap memeluk Islam, maka jawaban mereka terhadap Fir’aun -setelah Fir’aun mengancam mereka dengan keras- adalah sebagaimana terdapat dalam firman Allah:”Mereka berkata: "Kami sekali-kali tidak mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mu'jizat), yang telah datang kepada kami dan daripada Tuhan yang menciptakan Kami; maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan.” (QS. Thaha:72)Arah mereka berubah total dan ucapan mereka juga berganti. Demikian itu hasil dan pengaruh dari keimanan. [Mohammad Abdullah Al-Khathib, Khashaishulmujtama; alIslami, hal.20]

Ibnu Abbas mengomentari sikap para tukang sihir Fir’aun yang yang mengagumkan ini dan perubahan yang mencengangkan itu:”Pada saat pagi, para tukang Fir’aun itu menjadi tukang sihir, pada saat dhuha mereka beriman, dan ketika waktu sore mereka mati syahid.” [Imam Suyuti: Addurr al-mantsur fittafsir bilma’tsur jilid 3 hal.515]

Umar bin Khaththab pada masa Jahiliah terkenal sangat ganas memusuhi umat Islam. Sehingga salah seorang sahabat berkata: ”Demi Allah, seandainya keledai milik Khaththab masuk Islam, niscaya Umar bin Khaththab tidak ikut masuk Islam.” [Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wannihayah, jilid 2 hal.95]Namun dalam naungan iman dan ketaqwaannya menerapkan hukum-hukum Allah Swt., Umar mencapai puncak yang tinggi. Demikianlah sikap seorang Umar bin Khatthab.

Sedangkan wanita yang kita jadikan contoh kali ini bernama Khansa’. Kita melihatnya menyiapkan anak-anaknya untuk berJihad di jalan Allah Swt., dan mendorong mereka turun ke medan perang. Khansa’ rela dan merasa tenteram anak-anaknya ikut Jihad di jalan Allah.Para sejarawan menceritakan bahwa Khansa’ pernah ikut serta dalam perang Qadisia. [qadisisha adalah sebuah kota yang berjarak 13 farsakh dari kota Kufah. Perang qadissi ini terjadi pada bulan muharram pada tahun 14 hijriah di antara Negara Islam dengan Persia. Pada peperangan ini, Daulah Islam mendapatkan pertolongan Allah sehingga memperoleh kemenangan yang gemilang. Lihat Ibnu Katsir dalam kitabnya albidayah wannihayah jilid 4 hal.59] Umat Islam ketika itu dipimpin oleh Sa’d bin Abi Waqqash ra. Wanita tersebut disertai dengan keempat anak-anaknya. Khansa’ duduk di sisi mereka. Ia menasihati anak-anaknya dan mendorong mereka berperang dan tetap teguh dalam Jihad di jalan Allah. Khansa’ berkata kepada anak-anaknya: ”Wahai anak-anakku, kalian masuk Islam dengan patuh, dan kalian ikut berhijrah dengan suka rela. Demi Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, kalian adalah keturunan dari satu lelaki, sebagaimana juga kalian keturunan seorang satu wanita. Saya tidak berkhianat kepada ayah kalian, dan saya tidak mempermalukan paman kalian. Saya tidak mencoreng kehormatan kalian dan saya tidak merubah nasab kalian. Kalian telah mengetahui pahala besar yang disiapkan Allah bagi kaum Muslimin ketika memerangi orang-orang kafir. Dan ketahuilah, bahwa tempat tinggal yang abadi lebih baik daripada tempat tinggal yang fana. Allah berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian dan kuatkanlah kesabaran kalian dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian) dan bertakwalah kepada

Page 9: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Allah supaya kalian beruntung.” (QS. Ali Imran:200) Maka jika kalian masuk waktu pagi besok, insya Allah kalian berada dalam keadaan selamat. Maka berangkatlah kalian ke medan perang menghadapi musuh kalian dengan hati-hati. Kalian akan mendapatkan pertolongan Allah atas musuh kalian. Ambillah harta rampasan dan kemuliaan di akhirat nanti.”

Ketika Khansa’ mendengar berita kematian semua anak-anaknya, ia tidak merasa terkejut, bahkan ia mengucapkan: “Segala puji bagi Allah yang memberikan kehormatan bagiku dengan kematian mereka secara syahid. Saya mengharapkan agar Allah mengumpulkan saya dengan mereka dalam limpahan kasih sayang-Nya.” [Muhammad Abdullah Alkhathib, khashaishulmujtama’ elIslami hal.22]

Iman dapat mengubah sikap manusia dan dapat membentuk suatu kaum.

Kunci kepribadian umat Islam ini dan faktor yang memaksimalkan potensi umat adalah iman. Iman inilah yang menjadikan umat Islam generasi awal sebagai umat terbaik yang dimunculkan Allah di tengah-tengah manusia. Dengan iman ini Negara Islam dapat didirikan, seluruh syariah dapat ditegakkan, dan mencapai kemenangan melawan imperium terbesar dalam sejarah di muka bumi meskipun umat Islam berjumlah lebih sedikit dan alat persenjataan mereka terbatas.

Dengan iman inilah Negara Khilafah Islam pernah mendapatkan kemenangan terhadap serangan tentara Tartar yang datang dari wilayah belahan timur dan juga tentara Salibis yang muncul dari wilayah barat. Dengan iman inilah, umat Islam sekarang berpotensi kembali mendirikan Daulah Khilafah untuk menang melawan penerus tentara Tartar dan Salibis itu.

IMAN, SYARAT TERPENTING UNTUK MERAIH KEJAYAAN

”Janganlah kalian bersikap lemah, dan janganlah (pula) kalian bersedih hati, padahal kalianlah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kalian orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran:139)

”Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yang fasik. » (QS. Annur:55)

”Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman. » (QS. Arrum:47)

”Tidak diragukan lagi bahwa umat Islam sekarang ini berada dalam pergulatan yang berbahaya dengan kekuatan kafir yang amat menguasai kekuatan materi dan fisik. Sedangkan umat Islam tidak memiliki modal kemajuan fisik dan materi yang mencukupi. Jika umat Islam tidak bermodalkan kekuatan iman, maka ketika berhadapan dengan kaum kafir, tidak mustahil umat Islam akan kalah.” [Sa’id Hawwa: Kay La Namdhi ba’idan anitiyajatil ashr hal.46]

“Jika terdapat iman, maka jalan kemenangan dan kejayaan akan terbuka. Jika iman hilang, maka apa artinya segala senjata dunia meskipun dikumpulkan menjadi satu untuk

melawan musuh?” [Mohammad Abdullah Al-Khathib, Khashaishul mujtama’ alIslami, hal.62]

Ketika Negara Islam menghadapi Persia dan Romawi, pasukannya berjumlah sedikit dibanding Persia dan Romawi. Daulah Islam pada saat itu miskin yang hidup seadanya dan secukupnya. Persenjataan musuh lebih canggih dari persenjataan kaum Muslimin. Akan tetapi dengan keimanan dan ketakwaan menerapkan syariah mereka berusaha keras merealisasikan eksistensi mereka dalam kehidupan. Umat Islam bersama negara Islam berhasil merealisasikan diri sebagai kekuatan terbesar dalam sejarah di muka bumi ini. Umat Islam berhasil mencapai kawasan timur dan barat dengan cepat yang tiada bandingannya dalam sejarah kehidupan manusia. Dengan iman yang terlaksana mengikuti syariah Negara Islam berhasil menyebarkan petunjuk Islam dan melawan kebatilan. Mereka berhasil menyingkirkan berbagai hambatan yang menghalangi perjalanan mereka.Maka berkali-kali Negara Islam berhasil memperoleh kemenangan dalam berbagai pertempuran. Mereka unggul karena sumber kejayaan mereka, yaitu iman dan taqwa sebenar-benarnya.

IMAN ADALAH DASAR SEGALA KEBAIKAN

”Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf:96)

MAKNA GLOBAL AYAT INI

» Iman kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya akan melahirkan limpahan keberkahan dari langit dan bumi sebagai realisasi dari janji Allah. Apakah ada orang lain yang lebih menepati janji daripada Allah? …Keberkahan yang timbul karena iman dan takwa ini, bukan saja keberkahan dalam benda saja, tetapi juga keberkahan dalam jiwa dan perasaan manusia, keberkahan dalam kehidupan yang baik, serta keberkahan dengan pengembangan dan kemajuan kehidupan.” [Sayyid Quthb: Fii Dzilali Qur’an jilid 3 hal.1338, dan setelahnya]

Umat Islam akan memantapkan iman mereka, dan memahaminya dengan pemahaman yang jernih sebagaimana yang diinginkan Allah. Iman tersebut akan direalisasikan secara nyata dalam kehidupan yaitu dalam perilaku, ucapan, dan perjuangan umat. Umat bergerak dengan iman dalam setiap waktu dan tempat. Maka umat Islam mewujudkan keimanan yang mereka pegang ini dalam bentuk nyata ketakwaan menerapkan seluruh Syariat Islam. Ketika itulah, umat Islam layak mewarisi bumi dan menjadi pemimpin dunia dengan Negara Khilafahnya dan hal itu merupakan janji Allah. PEMBAHASAN KEDUA: AMAL SALIH

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka,” (QS. An-Nur:55)

”Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik.” (QS. Arra’d:29)

» Dan dimasukkanlah orang-orang yang beriman dan beramal saleh ke dalam Surga.” (QS. Ibrahim:23)

Page 10: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

« Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh.” (QS. Al-Ashr: 1-3)

Keimanan tidak terlepas dari amal salih. Sebab amal salih adalah hasil dari iman. Hakikat iman tidak sempurna jika tidak diiringi dengan amal salih.

Urusan keimanan bukan sekedar simbol dan slogan saja, tetapi merupakan slogan yang dibuktikan dengan gerak nyata untuk membentuk realita sesuai dengan ajaran Islam dalam kehidupan. [Sayyid Quthb: Khashsishuttashawwur al-Islami wa muqawwimatuh hal.157]

Iman berusaha merealisasikan dirinya ke luar menjadi amal salih. Iman bergerak beramal dan berjuang mengganti sistem kehidupan kufur dengan sistem Islam. Iman yang benar dan kuat tidak mungkin tetap diam membisu, tidak bergerak. Jika iman ini tersembunyi dalam keadaan samar maka berarti ia palsu atau mati.

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl:97)

“Inilah janji Allah Swt. bagi orang yang beramal salih, yaitu amal yang mengikuti Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw., baik orang laki-laki atau wanita dari anak keturunan Adam, yang hatinya beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah akan memberikan mereka kehidupan yang baik di dunia. Allah akan membalas dengan balasan paling baik atas perbuatan yang telah mereka kerjakan dengan balasan di akhirat nanti … [Tafsir Ibnu Katsir, jilid 2 hal.586]

Kehidupan yang baik itu adalah rezeki yang halal dan beribadah di dunia. Kehidupan yang baik itu adalah ketaatan menjalankan syariah dalam seluruh aspek kehidupan dan berlapang dada dengan ketaatan itu.

Amal salih berlaku dalam ibadah yang telah ditentukan tata caranya, maupun dalam ibadah secara umum. Orang yang beriman beramal salih sebagai individu dan juga beramal salih sebagai kelompok memperjuangkan berlakunya syariah keseluruhan sebagaimana target dan tujuan yang diinginkan oleh Allah Swt.

Maka amal salih mempunyai jangkauan seluas syariah Islam yang mengatur segala perbuatan dalam kehidupan.

“Tidak ada seorang Muslim yang meletakkan benih di tanah atau menanam tanaman, lalu tanaman itu dimakan burung, manusia atau binatang ternak, kecuali ia dianggap telah melakukan sedekah dari perbuatannya itu.” [Shahih Muslim” syarah nawawi” jilid 4 hal.215]

Telah jelas bahwa amal salih adalah menerapkan seluruh sistem Islam dari Allah dalam realita kehidupan, diiringi niat tulus semata karena Allah. Dan penerapan seluruh syariah itu tidak terbatas pada satu lapangan kehidupan saja, tetapi berbagai bidang dan beragam aktivitas. Individu yang beriman dan Umat yang beriman dituntut mempraktekkan keimanannya dan menerapkan seluruh aturan Allah dalam kehidupan.

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu

ada masa yang jauh; dan Allah memperingatkan kamu terhadap Diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang kepada hamba-hamba-Nya. (QS. Ali Imran ayat 30)

Mempersempit beragama dalam beberapa macam perbuatan taat yang diajarkan Rasulullah merupakan penyimpangan terhadap hakikat agama, penyelewengan terhadap risalah serta warisan-warisan agama. Mempersempit wilayah beragama itu akan memberikan syetan wilayah luas yang dapat ia kendalikan semaunya. [Mohammad Ghazali, aththariq min huna hal.18]

Faktor kerusakan yang menimpa manusia adalah karena amal saleh dianggap hanya terbatas pada ibadah-ibadah ritual. Padahal kebaikan adalah perubahan diri yang menyeluruh yang menjadikan pemiliknya mencintai aqidah dan syariah Islam; serta membenci aqidah dan syariah kufur. Maka ia hidup di dunia sebagai seorang Muslim yang wajahnya menghadap kepada Allah Tuhan semesta alam.

“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (QS. Luqman: 22)

« Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. » (QS. al-anbiya’: 105)

Allah akan memberikan kejayaan bagi orang-orang salih di dunia, yaitu dengan mewariskan bumi bagi mereka, yang di dalamnya terdapat bumi atau tanah suci dan tanah orang kafir. Kemudian juga memberikan kejayaan di akhirat nanti yaitu dengan mewariskan Surga bagi mereka.

Ibnu Katsir menyebutkan dalam kitab bidayah wannihayah bahwa ketika Sa’d bin Abi Waqqash -panglima perang Negara Islam di perang Qadisia- berkhutbah di depan mujahidin kaum Muslimin menjelang perang, ia mengingatkan mereka dengan ayat yang mulia ini: ”Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur sesudah (Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh. (QS. al-anbiya:105)

PEMBAHASAN KETIGA: IBADAH

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur:55)

MAKNA IBADAH

Ibadah menurut bahasa adalah: ketaatan dengan disertai ketundukan dan merendah diri kepada Allah yang Agung. Ada istilah thariq mu’abbad (jalan ditundukkan dengan sering diinjak) [Lisanul arab, materi abada hal.2778, Mafatihul Ghaib jilid 1 hal.296, ketika menafsirkan firman Allah yang berbunyi ”iyyyaka na’budu waiyyaka nasta’inu”]

Page 11: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Sedangkan makna ibadah menurut Syariat sebagaimana didefinisikan Ibnu Taimiyyah adalah: ”nama yang jami’ (menyatukan) bagi setiap apa yang dicintai dan diridhoi Allah baik berupa perkataan dan perbuatan yang batin maupun yang dzahir.” [Al-Ubudiyyah: Maktabah daarul ma’arif Riyadh cetakan pertama 1404 H/1983 M, hal.4]

”Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu", Dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.” (QS. Yasiin: 60-61)

”Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu.” Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)” (QS. al-a’raaf:172)

Diriwayatkan dari Ka’ab bin Ajzah yang berkata: “Seorang lelaki berjalan melintas di depan Rasululah Saw. Para sahabat mencermati bahwa lelaki itu begitu gigih dan giat. Maka mereka bertanya: ”Wahai Rasulullah, apakah perbuatan lelaki itu berada di jalan Allah?.” Maka Rasul menjawab: “Jika ia keluar berusaha mencukupi anaknya yang masih kecil, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia keluar berusaha mencukupi kedua orangtuanya yang lanjut usia, maka ia berada di jalan Allah. Jika ia keluar berusaha mencukupi dirinya sendirinya agar tidak meminta-minta, maka ia berada di jalan Allah. Dan jika ia keluar berusaha dengan maksud riya (meminta pujian orang lain) atau membanggakan dirinya, maka ia berada di jalan syetan.” [HR. Imam Thabrani dalam kitab mu’jam kabir jilid 19 hal.129, dan al-hafidz al-haitsami menyebutkannya dalam majma’izzawaid jilid 4 hal.325]

”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jum’ah: 10)

“Sesungguhnya Allah baik dan tidak menerima kecuali yang baik.” [HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya jilid 2 hal.703]

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi” (QS. Al-munafiqun: 9)

”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku » (QS. Adz-dzariyat:56)

”Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu" (QS. An-nahl:36)”Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata: "Wahai kaumku sembahlah Allah” (QS. Al-a’raf:59)”Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum 'Aad saudara mereka, Hud. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah.” (QS. Al-a’raaf:65)”Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum Tsamud saudara mereka, Shaleh. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah” (QS. Al-a’raf:73)”Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Madyan saudara mereka, Syu'aib. Ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah” (QS. al’-a’raaf: 85)

”iyyaka na’budu waiyyaka nasta’in” (hanya kepada-Mu lah kami menyembah dan hanya kepada-Mu kami mohon pertolongan) (QS. Al-Fatihah: 5)

Tidak lurus kehidupan manusia di muka bumi ini tanpa adanya ibadah dan tanpa beribadah dengan semua perbuatan sholeh, baik dalam kehidupan individu, kelompok, masyarakat maupun negara Islam secara keseluruhan dalam segenap perputaran dan masanya.

Maka keberadaan manusia di bumi ini mempunyai tujuan tertentu yaitu tugas melaksanakan seluruh ibadah dan amal sholeh menerapkan syariah. Barangsiapa yang berpaling dari ibadah ini, maka ia terlepas dari aturan Allah sehingga keluar dari rel. Ia terjerumus kepada kehilangan mutlak yang menimpa setiap orang yang lepas dari aturan Allah yang mengikat.

”Dan sembahlah (beribadahlah) kepada Tuhanmu sampai engkau didatangi kematian” (QS. al-hijr: 99)“Saya adalah hamba Allah” (QS. maryam: 30)

IBADAH ADALAH HAK ALLAH YANG DIWAJIBKAN ATAS HAMBA

Hadits Nabi Saw. Dari Mu’adz bin jabal ra. berkata:“Ketika saya menemani Nabi di atas kendaraan keledai, tidak ada benda lain di antara saya dan beliau kecuali binatang tunggangan. Rasulullah bersabda: “Wahai Mu’adz!.” Saya menjawab: “Saya penuhi panggilan anda wahai Rasulullah dan saya senang dengan anda.” Kemudian Mu’adz bercerita kembali: “Kemudian Rasulullah berjalan sebentar lalu bersabda: “Wahai Mu’adz!.” Saya menjawab: “Saya penuhi panggilan anda wahai Rasulullah dan saya senang dengan anda.” Kemudian beliau berjalan sebentar lalu bersabda: “Wahai Mu’adz!.” Saya menjawab: “Saya penuhi panggilan anda dan saya senang dengan anda.” Rasulullah bersabda: “Apakah engkau mengetahui hak Allah yang diwajibkan atas hamba-Nya?” Saya menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.”Beliau bersabda lagi: “Hak Allah yang wajib dilakukan hamba-Nya adalah menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatupun.” Kemudian Mu’adz bercerita lagi: “Kemudian beliau berjalan sebentar kemudian bersabda: “Wahai Mu’adz bin Jabal!.” Saya menjawab: “Saya penuhi panggilan anda wahai Rasulullah dan saya senang dengan anda.”Rasulullah bersabda: “Apakah engkau mengetahui apa hak-hak hamba-hamba yang akan dipenuhi Allah jika mereka melakukan perbuatan seperti itu?” Mu’adz bercerita: “Saya menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah bersabda: “Hak-hak bagi hamba yang dipenuhi Allah yaitu Dia tidak menyiksa mereka.” [HR. Imam Bukhari dalam kitab sahihnya yang tercantum dalam hasyiyash sanadi jilid 4 hal.46; HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya yang tercantum dalam kitab syarah nawawi jilid 1 hal.230]

MENYEMBAH ALLAH SAJA, ADALAH PUNCAK KEBEBASAN BAGI MANUSIA

Manusia yang menyembah selain Allah, maka hal itu merupakan kehinaan dan kerendahan. Menyembah hanya kepada Allah, maka akan menjadikan manusia merdeka dan mulia, terhormat dan tinggi. Mereka akan terbebas dari belenggu penyembahan kepada manusia.

Menyembah hanya kepada Allah adalah nikmat dari Tuhan yang dianugerahkan Allah kepada para hamba-Nya. Orang yang mendapat nikmat ini ditugaskan Allah untuk

Page 12: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

menunjukkan nikmatnya kepada semua manusia dan menyuruh manusia agar menjadi maju dengan nikmat itu, sebagaimana para pendahulu mereka sebelumnya yang maju karena nikmat tersebut. [Sayyid Quthub: Khashaishuttashwir al-Islami wamuqawwimatuh hal.198-199]

Rub’i berkata kepada Rustum, seorang panglima tentara Persia: “Allah mengutus kami agar membebaskan manusia dari menyembah manusia lain, menjadi menyembah Allah saja. Allah mengutus kami agar membebaskan manusia dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat, dan menghindarkan manusia dari kedzaliman agama-agama untuk mengantarkannya menuju keadilan Islam.” [Imam Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wannihayah, jilid 4 hal.54]

Kalimat itu berarti mengembalikan urusan manusia hanya kepada Allah beserta Syariat-Nya.

Tauhid dalam maknanya yang komprehensif akan membebaskan manusia dari belenggu penyembahan kepada manusia menuju penyembahan kepada Allah saja. Dengan tauhid inilah, manusia menjadi merdeka, bahkan seperti baru dilahirkan. [Imam Ibnu Katsir, Al-Bidayah Wannihayah, jilid 4 hal.199-200]

ARTI IBADAH DALAM ISLAM

”Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah” (QS. At-taubah: 31)Pada saat itu Rasulullah Saw. membaca ayat ini ketika beliau didatangi Ady bin Hatim.Ady berkata: “Mereka tidak menyembah pendeta-pendeta dan rahib.” Maka Rasulullah Saw. menanggapinya: “Mereka sungguh menyembah pendeta dan rahib. Sebab pendeta dan rahib itu mengharamkan yang halal, dan menghalalkan yang haram bagi mereka. Kemudian orang-orang tersebut mematuhi keputusan pendeta dan rahib tersebut. Maka kepatuhan mereka itulah penyembahan mereka terhadap pendeta dan rahib.” [Sayyid Quthub: Fii Dzilalil Qur’an jilid 4 hal.1902]

Dalam konsep Islam, tidak ada satupun aktivitas manusia yang tidak dianggap ibadah. Semua gerak manusia adalah ibadah jika sesuai Syariat dan ikhlas. Islam menjadikan semua perbuatan manusia sebagai ibadah. Dengan perbuatan ibadahnya itu, berarti ia mengakui Allah sebagai Tuhan dan hanya menyembah Allah saja. Jika ia menyimpang dari perbuatan menerapkan Syariah maka dia melakukan perbuatan mematuhi selain Allah, berarti dia beribadah kepada selain Allah Swt. Jika ia melakukan suatu perbuatan karena riya’, berarti dia beribadah kepada selain Allah Swt.

Ibadah yang komprehensif itulah yang dapat melepaskan manusia dari syirik.

Dahulu Kaum Muslimin memenuhi kewajiban-kewajiban dari Allah Swt. dalam kehidupan. Mereka mencapai kesuksesan yang luar biasa dalam sejarah manusia. Dalam kurang dari separuh abad, perluasan negara Islam berhasil dilakukan hingga India di timur sampai menuju samudera di wilayah barat. Perluasan wilayah Daulah Islam itu merupakan kesuksesan yang cepat dan mencengangkan. Dakwah dan Jihad-Futuhat oleh Negara Islam berhasil mengantarkan hati manusia mendapat petunjuk dengan cahaya Allah, sehingga hati tersebut berbondong-bondong beriman mengikuti agama Allah.

Umat Islam tidak akan mampu mencabut dan melenyapkan kemusyrikan semudah dan secepat itu tanpa penerapan

seluruh Syariah termasuk Jihad penaklukan dengan metode wajibnya yaitu Negara Khilafah.

Tanpa berkah melimpah dari penerapan Syariah oleh Daulah Islam, Umat Islam tidak akan mampu menciptakan gerakan keilmuan besar dan gerakan peradaban tinggi.

Umat Islam mampu merealisasikan dan mencapai semua itu karena berbuat ibadah menyeluruh yang tidak membeda-bedakan antara satu kewajiban dengan kewajiban lainnya.

Kaum kafir imperialis berusaha menyesatkan kaum Muslimin supaya ibadah berubah makna menjadi tidak lebih dari shalat, dzikir dan bentuk ibadah ritual lainnya; Ibadah yang tidak melewati batas wilayah masjid dan hati; Ibadah yang tidak berkaitan dengan berbagai aktivitas kehidupan dan tidak berhubungan dengan negara dan politik pemerintahan. Makar itu dilakukan kaum kafir supaya mereka bisa menguasai kehidupan dan nasib Umat Islam demi agenda imperialisme dan kekufuran mereka. Para gembong kekuatan kafir mencokolkan sistem kufur dalam beragam aspek kehidupan Umat; dalam bidang ekonomi, politik, sosial, pendidikan, peradilan, militer, budaya, dll.

Ibadah dengan lingkup sempit dan dangkal seperti inilah yang dipromosikan kaum kafir dan antek-anteknya supaya dipahami dan diterapkan kaum Muslimin.

“Jika umat Islam menjalankan ibadah dalam arti sempit itu, maka ibadah mereka tidak menyelamatkan dari krisis yang sedang melanda mereka, dan tidak mengangkat dari jurang kehinaan dan kemunduran yang mereka alami selama ini.” [Mohammad Quthb: Mafahim yanbaghi an tushahhah hal.246-247]

”Katakanlah bahwa shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku adalah untuk Allah Tuhan seru sekalian alam.” (QS. Al-An’am: 162)

PEMBAHASAN KEEMPAT: MENGUASAI IDEOLOGI ISLAM (AQIDAH DAN SYARIAH)

”Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan” (AS. Al-Alaq: 1)

”Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan yang tidak mengetahui. Orang-orang yang berakal itulah yang dapat menerima pelajaran.” (QS. Az-zumar: 9)

“Dan katakanlah: wahai Tuhan, tambahkanlah aku ilmu.” (QS. thaha: 14)

”Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik.” (QS. Al-Qashas: 80) ”Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tiada yang memahaminya kecuali orang yang berilmu.” (QS. Al-ankabut: 43)

”Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan orang-orang yang berakal” (QS. Ali Imran: 7)

”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadalah: 11)

“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan

Page 13: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu) Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” (QS. Ali Imran: 18)

”Sesungguhnya orang-orang yang diberi pengetahuan sebelumnya apabila al-Qur'an dibacakan kepada mereka, mereka menyungkur atas muka mereka sambil bersujud, dan mereka berkata: "Maha suci Tuhan kami; sesungguhnya janji Tuhan kami pasti dipenuhi.” Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'.” (QS. Al-Isra: 107-109)

“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama” (QS. al-faathir: 28)

”Barangsiapa menempuh jalan untuk mendapatkan ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju Surga.” [HR. Imam Turmudzi dalam kitab Sunan-nya jilid 5 hal.28, hadits hasan]

“Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah sampai ia kembali.” [HR. Imam Turmudzi dan ia berkata: hadits Hasan, jilid 5 hal.29]

“Para ulama adalah pewaris para Nabi.” [HR. Imam Bukhari dalam kitab sahihnya jilid 1 hal.2423; HR. Imam Ibnu Majah dalam kitab sunan-nya jilid 1 hal.81]

Dengan ilmu, seorang Muslim dapat mengetahui hak-hak Allah yang diwajibkan kepadanya. Dengan ilmu yang menyeluruh, Umat Muslim menerapkan seluruh Syariah dengan Negara yang wajib ditegakkan yaitu Khilafah Islamiyah.

”Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dari hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat.” (QS. Fathir:27)

”Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka?, Allah tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya melainkan dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan.” (QS. Ar-rum: 8)

Kesempurnaan alam beserta al-Qur’an adalah bukti jelas yang mengharuskan manusia untuk berakidah Islam dan mematuhi Allah Swt. dalam semua hukum-Nya, dalam semua lingkup kehidupan.

RAHMAT DAN BERKAH PENERAPAN SYARIAH ISLAM SEMPURNA

Para musuh Islam berupaya menyelewengkan sikap Umat Islam mengenai Syariah. Mereka menghembuskan pandangan kepada orang-orang bahwa merujuk kepada Islam berarti merujuk kepada masa keterbelakangan dan kesuraman kehidupan.

Peradaban Islam yang terwujud dengan kekuasaan Negara Khilafah Islamiyah (Negara wajib penerap Syariah lengkap) telah mengantarkan kehidupan manusia kepada kondisi yang lebih baik, dan memunculkan para pakar dan guru dalam berbagai disiplin ilmu. Kaum Muslimin Arab adalah orang pertama yang menggunakan “Bushlah” (kompas) dengan bentuk yang menawan yang digunakan bersama peta. Hal itu dilakukan dalam perjalanan kaum Muslimin ketika mengarungi lautan luas dan samudera. Kaum Muslimin juga

mempunyai jasa besar dalam pengembangan industri kertas. Yahya Albarmaki, seorang pejabat Khilafah Bani Abbasiyah di bawah Khalifah Harun Ar-Rasyid telah mendirikan pabrik kertas pertama di Baghdad kira-kira pada tahun 800 M. Kaum Muslimin juga dianggap sebagai pendiri ilmu matematika, dan peletak dasar ilmu teknik terapan dan ilmu segitiga.Abu Zakariya Ar-razi pakar dalam ilmu kedokteran. Abu Bakar Al-khawarizmi dalam ilmu pasti atau matematika dan imu astronomi. Ibnul Haytsam dalam ilmu alam dan ilmu optik. Abu Zakariyya Al-awwam dalam ilmu botani atau tumbuhan. Abul Qasim Az-zahrawi dalam ilmu bedah (forensik). Dan masih banyak ahli lain yang nama-nama mereka diabadikan sejarah. Para pakar dan cendekiawan. [disarikan dari Amir syakib arsalan, limadza ta’akhkhra alMuslimun walimadza taqaddama ghairuhum hal.605] Mereka juga menciptakan bubuk mesiu yang mempunyai kekuatan besar. [Fathi ridlwan, alIslam walMuslimun hal.485] Para ahli dan pakar serta bermacam keberkahan dan rahmat lainnya tercurah deras selama sistem Syariah keseluruhan diterapkan termasuk Syariat mengenai Khilafah. Tidak boleh ada bidang kehidupan manusia yang luput dari ketundukan terhadap Syariah Islam.

Berikut ini persaksian para ilmuwan dan cendekiawan Eropa tentang kemajuan ilmu pengetahuan Daulah Islam:Privolt dalam bukunya “membangun manusia” menyatakan: Ilmu pengetahuan merupakan andalan peradaban Arab bagi dunia modern saat ini. Bukan ilmu saja yang mengembalikan kehidupan negeri Eropa, namun pengaruh dan beragam faktor lainnya yaitu dampak peradaban Islam yang berpengaruh dan pancarannya menyinari kehidupan bangsa Eropa.Tidak ada satu segi kemakmuran Eropa kecuali memang pantas untuk dikembalikan asalnya kepada faktor-faktor kebudayaan Islam. [Mohammad Quthub: Hal nahnu Muslimun hal.61-62]

Richard Coul berkata: Eropa banyak mengikuti negeri Spanyol yang waktu itu merupakan kedaulatan arab (Andalusia) Pada saat itu Cordova membawa pancaran sinar ilmu pengetahuan di saat mana ilmu pengetahuan di negeri Eropa lainnya masih surut seperti sinar yang redup.Peradaban agung Islam yang mampu mendirikan bangunan megah seperti istana Hamra’, dan membangun masjid untuk ibadah seperti masjid Cordova, memberikan kita contoh akan perbedaan besar antara kaum Muslimin Spanyol dengan kebodohan yang besar yang melanda negeri Eropa dan negeri lainnya saat itu.Charles Singer berkata: Penuntut ilmu yang menggeluti ilmu pengetahuan dan berusaha mendapatkan faedah pengetahuan, tidak direstui oleh sekolah di Eropa. Demikian juga orang yang ingin mendapatkan informasi seputar ilmu pengetahuan dan hikmah Arab. Oleh karena itulah para pencari ilmu banyak yang pergi dan menuju ke Toledo dan Cordova.Sarton berkata: Kaum Muslimin yang merupakan cendekiawan timur telah merealisasikan pengaruh besar dalam abad pertengahan. Berbagai buku besar dikarang, dan bahan pelajaran terbanyak menggunakan bahasa Arab.Bahasa Arab ini pada pertengahan abad ke-8 M sampai akhir abad ke-11 M merupakan bahasa ilmu pengetahuan dan simbol kemajuan bagi komunitas manusia. Merupakan kebutuhan mendesak untuk belajar bahasa Arab jika seseorang ingin mengetahui kebudayaan pada masanya dan kondisi pada zamannya. [Fathi Ridlwan, AlIslam WalMuslimun hal.485, menukil dari kitab Ma’atsirul Arab Alal Hadlarah alerubiyyah karya Jalal Mudzhar]

“Pada awal abad ke-13 M, negeri Islam telah mencapai puncak kemajuan yang agung dalam ilmu dan kebudayaan.

Page 14: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Hal tersebut menjadikan George, raja Inggris pada saat itu menghubungi khalifah kaum Muslimin agar dapat mengutus utusan dari puteri-puteri bangsawan Inggris untuk belajar ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah Andalusia.Raja Inggris tersebut menuliskan pesan kepada khalifah yang isinya:“Dari George, raja Inggris kepada khalifah kaum Muslimin di wilayah Andalusia, pemilik kebesaran, Hisyam ketiga yang mulia yang ditempatkan dengan pengagungan dan penghormatan:“Kami telah mendengar tentang kemajuan besar yang dicapai beberapa sekolah ilmu pengetahuan dan industri di negara kalian yang makmur.Maka kami bermaksud untuk mengutus puteri-puteri kami guna mengambil pelajaran dari ilmu pengetahuan yang besar itu. Hal itu agar menjadi permulaan yang baik ketika kami mengambil kemajuan kalian itu. Semuanya itu untuk menyebarkan cahaya ilmu pengetahuan di negara kami yang masih diliputi kebodohan dalam empat aspeknya.Kami telah mengutus keponakan kami, yaitu puteri Dubant dengan membawa utusan banyak puteri bangsawan Inggris. Kami mengharapkan agar anda dapat menyambut mereka di kerajaan anda dan memberikan mereka kelembutan dan agar puteri dan kawan-kawannya mendapatkan perhatian di sisi kalian dan mendapatkan perlindungan yang mulia.Saya telah menyertakan puteri kami yang masih muda tersebut dengan sebuah hadiah yang pantas untuk anda yang mulia. Saya berharap anda dapat menerimanya dengan kebesaran dan kecintaan yang murni dan tulus.Pelayan kalian, George.Maka khalifah mengabulkan permintaan raja Inggris tersebut dan mengabulkan permintaannya. Khalifah menyuruh untuk mengajari puteri-puteri tersebut dengan nafkah baitul mal kaum Muslimin.” [Mahmud Imarah, Nhwa Usluubun Amtsal lidda’wah Al-Islamiyyah, hal.177]

Demikian itu keadaan umat Islam ketika mereka memegang teguh kitab Allah dan Sunnah Nabi mereka. Keterbelakangan bukanlah produk ideologi Islam.

Bagi dunia Islam untuk kembali kepada kegemilangan, dan kejayaannya yang agung; memulai hidup baru; memimpin dan menguasai dunia; merealisasikan kejayaan yang dijanjikan Allah, maka dunia Islam harus membuang seluruh sistem kufur dan menerapakan Syariah lengkap termasuk Khilafah sebagai institusi wajib penerap Syariah lengkap. Wajib membuang sistem negara sekular, sistem ekonomi kapitalisme, sistem peradilan thoghut, sistem sosial liberalisme, sistem pemerintahan demokrasi, sistem pemerintahan kerajaan, sistem keuangan ribawi, sistem pendidikan sekular, dsb.

Proyek ini adalah tugas semua pihak kaum Muslimin, termasuk yang pokok adalah pihak yang mempunyai kekuatan riil semacam militer. Maka semua pihak harus saling bekerjasama untuk kebangkitan mengikuti perjuangan dakwah Rasul Saw. menegakkan Islam keseluruhan. Dan tugas inilah yang harus diemban dan dilaksanakan setiap Muslim dari umat ini. Dalam kekuasaan ideologi Islam itulah terdapat segala apa yang dibutuhkan generasi Umat untuk mengurus kehidupan mereka dan menjaga eksistensi mereka.

PEMBAHASAN KELIMA: JIHAD (BERPERANG) DI JALAN ALLAH

Jihad merupakan bagian tidak terpisahkan dari akidah Islam dan tidak terlepaskan dari misi umat Islam. Jihad dan kejayaan, keduanya saling berkaitan dengan kaitan erat. Tiada kejayaan bagi Negara Khilafah dan kaum Muslimin tanpa Jihad. Jika Jihad telah terlaksana dengan benar, maka

kejayaan dengan izin Allah akan tercapai. Jihad adalah ibadah yang merupakan metode wajib bagi tiap individu Muslim dalam mempertahankan wilayah kaum Muslimin dari serangan.

Jihad merupakan sunnatullah dalam kehidupan ini. Maka tidak layak dalam kapasitas manusia untuk menolak Jihad kecuali jika ia memang menolak kehidupan itu sendiri dan ia termasuk orang yang mati. Dakwah dan Jihad adalah metode wajib dalam pembebasan negeri-negeri kufur menjadi bersatu dalam Negara Khilafah Islam. Dengan pembebasan oleh Negara Islam maka umat manusia terbebas dari kekuasaan rezim sistem kufur manapun sehingga merasakan rahmat Islam. Umat manusiapun bisa dengan sukarela dan penuh kesadaran berbondong-bondong memeluk Islam setelah mereka membuktikan dan merasakan rahmat yang hanya terwujud dengan sistem Islam.

“Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnya Thalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian umat manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam.” (QS. Al-Baqarah: 251)

Dengan pembelaan Allah terhadap pasukan mujahidin kaum Muslimin, maka sistem yang baik dan bermanfaat akan tetap bertahan; dan yang rusak, yang tidak mendatangkan rahmat Allah akan hilang.

“Adapun buih, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya; adapun yang memberi mAnfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan.” (QS. Ar-ra’d: 17)

“Dan orang-orang yang berJihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS. Al-ankabut: 69)

”Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berJihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali-Imran: 142)

“Karena itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat berperang di jalan Allah. Barangsiapa yang berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka kelak akan Kami berikan kepadanya pahala yang besar.” (QS. An-nisa’: 74)

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah-lembut terhadap orang-orang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berperang di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dihendaki-

Page 15: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 54)

”Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan musuh Allah, musuhmu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalas dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Anfaal: 60)

”Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mu'min itu untuk berperang.” (QS. Al-Anfaal: 65)

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian.” (QS. At-taubah: 29) Dengan penaklukan oleh Negara Islam maka umat manusia terbebas dari militer rezim kufur beserta sistem kufurnya sehingga merasakan rahmat Islam.

“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan ringan ataupun merasa berat, dan dan berperanglah dengan harta dan jiwa pada jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. at-Taubah: 41)

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan Surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. at-Taubah: 111)

”Apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir (di medan perang) maka pancunglah batang leher mereka.” (QS. Muhammad: 4)

”Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berJihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu, itulah yang lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya” (QS. Ash-Shaff: 10-11)

”Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu.” (QS. Al-Anfaal:24) “lima yuhyikum”: ”Mayoritas ulama mengatakan bahwa maksudnya adalah Jihad. [Imam Fakhrurrazi Mafatihul Ghaib jilid 7 hal.473]

”Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki.” (QS. Ali Imran: 169)

Rasulullah Saw. bersabda: “Dan puncak tertinggi Islam adalah Jihad.” [Bagian hadits dari Mu’adz bin Jabal yang awalnya: ”Maukah anda aku beritahu akan pangkal perkara dan tiangnya dan puncaknya yang tertinggi?” HR. Imam Turmudzi jilid 5 hal.13; HR. Imam Hakim dalam kitab al-mustadrak jilid 2 hal.76, kitab Jihad dan berkata: hadits ini sahih menurut syarat Bukhari dan Muslim namun keduanya tidak meriwayatkannya]

Rasulullah Saw. telah ditanya: Apa yang dapat menyamai Jihad? Beliau menjawab: “Kalian tidak mampu.” Lalu si penanya mengulangi pertanyaannya sebanyak dua kali atau

tiga kali. Dalam jawaban semua pertanyaan itu Rasulullah menjawab: “Kalian tidak mampu untuk melakukannya ».Kemudian dalam ucapan ketiga, beliau menjawab: “Perumpamaan mujahid atau orang yang berperang di jalan Allah adalah seperti orang berpuasa yang shalat malam dengan membaca ayat-ayat Allah yang tidak lepas dari shalat dan puasa sampai mujahid itu kembali dari berperang di jalan Allah.” [HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya, “syarah nawawi” jilid 5 juz 13 hal.14-15 kitab Jihad bab keutamaan mati syahid dari abu Hurairah]

Hadits dari Abu Sa’id al-Khudri ra. yang berkata: ”Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda:”Barangsiapa yang rela Allah sebagai Tuhan, dan Muhammad sebagai Rasul, maka telah wajib Surga baginya.”Maka Abu Sa’id kagum dan terkejut lalu ia bertanya: “Ulangilah hal itu wahai Rasulullah.” Maka Rasulullah mengulangi ucapan beliau kemudian beliau bersabda lagi:“Dan Allah mengangkat derajat sebanyak 100 derajat bagi hamba itu di dalam Surga yang berada di antara kedua derajat, sebagaimana antara langit dan bumi »Kemudian Abu Sa’id bertanya: “Apakah hal itu wahai Rasulullah?” Maka beliau menjawab: “Jihad di jalan Allah. Jihad di jalan Allah. Jihad di jalan Allah.” [HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya syarah nawawi jilid 5 juz 13 hal.28, kitab Jihad, bab balasan apa yang disiapkan Allah bagi orang yang berJihad]

Kehidupan Rasulullah Saw. sebagai kepala Negara Islam dari awal sampai akhir merupakan rangkaian Jihad yang terus bersambung di jalan Allah. Rasulullah Saw. telah mengikuti ghazwah di jalan Allah sebanyak 27 kali dan beliau mengutus sariyyah sebanyak kurang lebih 47 sariyyah. [Ghazwah (perang) menurut istilah sejarawan dan kitab-kitab sejarah adalah pasukan Jihad yang dipimpin oleh Rasululah Saw. sendiri baik terjadi pertempuran atau tidak terjadi pertempuran. Sedangkan sariyyah maka dimaksudkan sebagai golongan yang terpilih dari tentara yang diutus oleh Nabi Saw. untuk menakuti musuhnya atau untuk mengungkap kondisi mereka atau untuk lainnya. Dan ini menurut kebanyakannya]

“Demi Dzat yang diriku berada dalam genggaman-Nya. Seandainya lelaki-lelaki yang beriman tidak berpaling dariku - dan saya tidak menanggung dosa mereka–, maka saya tidak akan meninggalkan sariyyah yang bertempur di jalan Allah. Dan demi Dzat yang saya berada dalam genggamanNya, saya ingin terbunuh di jalan Allah, kemudian saya hidup lagi, kemudian terbunuh di jalan Allah, kemudian hidup, kemudian terbunuh lagi, kemudian hidup lagi kemudian terbunuh lagi.” [HR. Imam Bukhari dalam kitab sahihnya dan lafadznya dari Imam Bukhari yang terdapat dalam hasyiyah assanadi jilid 2 hal.137 kitab Jihad bab menginginkan mati sayahid, dari Abu Hurairah ra.; HR. Imam Muslim dalam syarah nawawi jilid 5 juz 13 hal.20 kitab Jihad bab keutamaan Jihad dan keluar berjuang di jalan Allah, keduanya berasal dari Abu Hurairah]

”Barangsiapa yang bertemu dengan Allah, tanpa bekas Jihad, maka ia bertemu dengan Allah dalam keadaan cedera.” [HR. Imam Turmudzi dan Ibnu Majah dalam kitab Sunannya jilid 4 hal.189 kitab keutamaan Jihad, bab hadits yang menjelaskan keutamaan bersiap-siap berperang, dari Abu Hurairah ra. Imam Turmudzi berkata: hadits Gharib. HR. Imam Hakim dalam kitab Sahihnya jilid 2 hal.401, bagian tafsir dari Ubay bin Ka’ab. Tsulmah dari kata tsaluma yaitu tempat yang terkena cedera yang ada luka atau robek, materi latsuma, al-mu’jam al-wasith hal.104]

”Dan berJihadlah kamu di jalan Allah dengan Jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali

Page 16: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orangtuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (al-Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu.” (QS. Al-Hajj:78)

Allah memilih dan menunjuk umat Islam ke hadapan manusia agar mereka menjadi makhluk-Nya yang lurus, berkuasa di muka bumi menerapkan seluruh Syariat-Nya dengan pimpinan seorang Khalifah, dan tetap meneruskan dakwah Rasul Saw.

Jika kaum Muslimin diserang maka fardhu ’ain bagi tiap individu Muslim negeri yang diserang untuk memerangi penjajah itu; dan wajib bagi negeri-negeri Muslim lainnya untuk memerangi penjajah itu jika mereka masih menjajah. Jika Khalifah memerintahkan kaum Muslim untuk berperang menaklukkan negara kufur dan membebaskan penduduknya dari kekuasaan rezim sistem kufur beserta militernya, maka mereka harus menuju medan perang. Ibnu Qudamah dalam kitab Mughni mengatakan: ”Perang paling sedikit yang dilakukan Imam (Khalifah) adalah sekali setahun.”

Islam mengharuskan kemerdekaan manusia di muka bumi dari belenggu penyembahan kepada sesama manusia. Islam mengharuskan pemusnahan segala sistem kufur buatan manusia beserta kekuasaan yang menyokongnya.

Makna Jihad adalah gerak pertahanan dan maju ke depan untuk membebaskan manusia di muka bumi dengan sarana yang relevan dengan segenap aspek realitas kehidupan. [Sayyid Quthub: Fii Dzilalil Qur’an jilid 3 hal.1435]

Perang melawan penguasa dan militer negara sistem kufur dilakukan ketika dakwah oleh Negara Khilafah Islam dihalangi untuk mencapai tujuannya, yaitu mereka tidak mau tunduk pada kekuasaan dan sistem Islam yang diterapkan Negara Khilafah. Sebab, dakwah oleh Negara Islam adalah dengan menguasai negara-negara kufur dan menggabungkannya dengan Negara Islam sehingga diterapkan sistem Islam atas penduduknya. Penduduk kafir negara yang ditaklukkan itu selanjutnya bisa merasakan keadilan dan kerahmatan sistem Islam dalam segala bidang yang membuat mereka bisa sadar untuk beriman. Maka masuk Islamlah penduduk negeri-negeri yang sebelumnya adalah negara-negara kufur secara berbondong-bondong. Metode dakwah dan Jihad-futuhat oleh Negara Islam ini adalah metode wajib yang dituntunkan Rasulullah Saw. dan para Khulafa ur-Rasyidin. (Rincian bisa dilihat di Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam serta Tarikh ul-Khulafa’) « Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas » (QS. Al-Baqarah: 190)

”Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.” (QS. Al-Maidah: 8)

“Barangsiapa yang berperang dengan bertujuan agar agama Allah menjadi paling tinggi, maka ia berperang di jalan Allah.” [HR. Imam Turmudzi dan berkata: hasan sahih, jilid 4 hal.179, dari Abu Musa ra.; HR. Imam Bukhari dalam kitab Sahihnya, yang terdapat dalam hasyiyah sanadi jilid 2 hal.139]

”Jihad di jalan Allah dengan bertujuan mengakui sistem Allah di muka bumi, menyatakan kekuasaan Allah atas manusia, berlakunya hukum Syariat Allah dalam kehidupan, untuk

merealisasikan kebaikan, kemaslahatan dan kemajuan manusia, kesemuanya itu merupakan sifat kelompok yang beriman yang dipilih oleh Allah untuk menjalankan kehendak-Nya di muka bumi dengan golongan itu.Mereka berjuang di jalan Allah dan di bawah bendera naungan-Nya, bukan di jalan diri mereka sendiri, bukan di jalan kaum mereka, bukan demi tanah air mereka, bukan demi suku mereka dan bukan di bawah naungan bendera apapun. Mereka berada di jalan Allah untuk merealisasikan sistem Allah, mengakui kekuasaan-Nya, melaksanakan Syariat-Nya dan merealisasikan kebaikan bagi seluruh manusia.Mereka tidak bertujuan dengan tujuan yang sepele yaitu tujuan dunia yang telah disebutkan deretannya di atas. Mereka tidak akan mengejar tujuan remeh dan sementara, namun tujuan Jihad dan perjuangan mereka adalah untuk Allah dan berada di jalan Allah saja dengan tanpa ada sekutu bagi-Nya.” [Jamaluddin abdurrahman al-asnawi, Nihayatussuul bisyarhi Minhaajil wuhul ilaa ilmil ushul jilid 1 hal.95]

”Ketahuilah, bahwa kekuatan adalah melempar.” Beliau mengatakannya sebanyak tiga kali. [HR. Imam Muslim dalam sahihnya dalam syarah nawawi jilid 5 juz 13 hal.64, dari Uqbah bin Amir ra.]

Para musuh Islam dalam berbagai nama dan bentuk benar-benar telah berupaya mengacaukan gambaran mengenai Jihad dalam Islam. Dan selanjutnya akan mengacaukan gambaran Islam yang benar sehingga para manusia menjadi kebingungan dan terjadilah kekacauan di tengah kaum Muslimin. Mereka menebarkan kebodohan di mana kalimat Jihad menurut mereka identik dengan watak yang sadis, perangai yang bengis dan karakter yang kejam. Jihad menurut mereka adalah ungkapan penumpahan darah orang-orang yang tidak berdosa.

Termasuk strategi mereka untuk merusak kebenaran, adalah menghembuskan pandangan yang salah ketika kalimat Jihad diungkapkan. Mereka memprovokasi orang-orang untuk memahami Jihad dengan salah. Akhirnya orang-orang hanya memahami bahwa Jihad adalah ekspresi dari perilaku yang ganas, keji dan bengis. Mereka menganggap kaum Muslimin mengobarkan api fanatisme dan kebencian dan mata mereka dipenuhi dengan kejahatan untuk membunuh dan nafsu untuk merampas.

“Jika manusia telah tergila-gila dengan dinar dan dirham, dan mereka berbuat dengan iinah (salah satu bentuk praktek riba), kalian mengikuti ekor sapi dan kalian rela dengan pertanian, dan kalian meninggalkan Jihad di jalan Allah, maka Allah akan memberikan kalian kehinaan yang tidak tercabut dari kalian sampai kalian kembali kepada urusan agama kalian.” [HR. Imam Ahmad dalam kitab musnadnya jilid 2 hal.28, dari abdullah bin Umar ra., disahihkan oleh Imam Hakim. Iinah adalah salah satu bentuk praktek riba, meskipun mengambil bentuk jual beli]

PEMBAHASAN KEENAM: DAKWAH MENGAJAK KEPADA AGAMA ALLAH

Dakwah adalah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan ideologi kufur (paham dan sistem kufur) menuju cahaya ideologi Islam (Aqidah dan Syariah Islam lengkap) dengan izin Allah Swt. yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

Kejayaan umat yang dicita-citakan yang terwujud dalam pembangunan masyarakat Islam dan diterapkannya seluruh sistem Islam; melanjutkan kehidupan Islam dengan tegaknya Negara Khilafah Islamiyah, harus dimulai dengan gerakan

Page 17: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

partai Islam, yaitu gerakan yang sadar dan menguasai ideologi Islam, gerakan yang mengikuti metode Rasul Saw. dalam menegakkan Islam keseluruhan, gerakan yang tidak berkompromi dengan sistem kufur bangsa manapun, gerakan yang terus berdakwah menyadarkan dan memobilisasi Umat ke arah kejayaan.

Para penduduk negeri Muslim telah jenuh dan frustasi dengan dampak dari diterapkannya sistem kufur Barat di berbagai bidang. Dalam perjalanan Umat menuju kegemilangan diperlukan penunjuk yang benar-benar memahami jalan yang bisa mencapai tujuan. Penunjuk itu terdapat dalam partai politik berideologi Islam yang mengerjakan dakwah Islam, yaitu dakwah yang membebaskan masyarakat dari belenggu paham dan sistem kufur, dakwah yang berupaya memberikan rahmat bagi masyarakat yaitu terapnya sistem Islam keseluruhan, yang tanggung jawabnya dijalankan oleh para da’i yang tulus.

HUKUM DAKWAH

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran: 104)

”Sampaikan apa yang berasal dariku meskipun hanya satu ayat.” [HR. Imam Bukhari dalam kitab fathul bari jilid 6 hal.496, dari Abdullah bin Amru ra.]

Dakwah Islam adalah = untuk mewujudkan kepribadian Islam, yaitu mewujudkan individu berpola pikir dan berpola sikap Islam; menjadikan berakidah Islam dan menyikapi segala sesuatu berdasar hukum Islam.= untuk mewujudkan masyarakat Islam, yaitu masyarakat yang berpemikiran Islam, berperasaan Islam, dan bersistem Syariah Islam.= untuk mewujudkan negara Khilafah Islam, yaitu negara yang berideologi Islam; akidah Islam menjadi dasar negara; Syariah Islam menjadi konstitusi dan undang-undangnya; Sistem Islam keseluruhan menjadi sistemnya; mengemban dakwah kepada seluruh manusia untuk menegakkan keadilan Islam menjadi misinya.

Amal perbuatan tersebut dan segala yang mengiringinya merupakan kewajiban dalam Islam yang tidak gugur sampai bisa terus terpenuhi.

Selama kekuasaan yang menangani dan menjalankan tanggung jawab dan mengurusi perkara kaum Muslimin itu tidak ada, maka segala kelalaian atau sikap duduk terpaku yang dilakukan kaum Muslimin, menurut Syariat adalah perbuatan dosa yang tidak termaafkan kecuali dengan bersegera dan cepat bangkit dan menjalankan kewajiban berdakwah untuk Islam itu. [Mohammad alghazali: rakaizul iman, bainalaqli walqalbi, hal.57]

Maka Islam tidak mencukupkan bagi Muslim untuk menjadi salih dan mendapatkan petunjuk bagi dirinya saja. Islam menuntut dari Muslim agar menjadi pelaku kebaikan bagi orang lain dan memberi petunjuk bagi orang lain.

“Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (QS. Al-a’raaf:158)

Risalah Nabi Muhammad Saw. tetap berlangsung terus sampai nanti hari kiamat. Tujuan dari risalah itu adalah memberi petunjuk manusia semuanya agar mereka berjaya di dunia dan di akhirat.

”Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfaal:25)

Hadits dari Ummul Mukminin Zainab binti Jahsy bahwa dia bertanya kepada Rasulullah Saw.: ”Apakah kita akan hancur sementara di sisi kita terdapat orang-orang salih? Rasulullah menjawab: “Ya, jika keburukan merajalela.” [Sahih Muslim dalam syarah nawawi jilid 6 juz 18 hal.3-4, kitab fitnah, bab mendekati fitnah. Imam nawawi berkata: ”Khubuts ditafsirkan oleh mayoritas fuqaha’ sebagai kedurhakaan dan keburukan… Yang dzahir, bahwa maksud dari khubuts adalah kemaksiatan secara mutlak]

Kondisi umat Islam diliputi dengan kerusakan yang telah menjalar dalam setiap aspek kehidupan. Hal itu menjadikan wajib bagi setiap Muslim untuk berjuang guna merubah realitas ini, dan mendirikan hukum Allah di muka bumi. [Mohammad Alghazali; rakaizul iman bainalaqli walqalbi: dalam pendahuluan]

KEWAJIBAN DAKWAH SEBAGAI MISI UMAT ISLAM

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup Nabi-Nabi.” (QS. al-Ahzab:40)

”Katakanlah: "Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan bukti yang nyata.” (QS. Yusuf:108)

Imam Thabari berkata tentang ayat ini dengan menukil dari Ibnu Zaid: Maksudnya ini adalah urusanku dan sunnahku atau sistemku, saya dan orang-orang yang mengikutiku mengajak kepada Allah dengan hujjah yang nyata. Imam thabari berkata: Demi kebenaran dan demi Allah bagi orang yang mengikuti, agar mereka mengajak kepada apa yang diajaknya dan mengingatkan dengan alqur’an dan nasihat serta melarang terhadap maksiat. [Tafsir thabari jilid 7 hal.52]

Arti sabiilii artinya jalanku. Sabil menurut bahasa adalah thariq artinya jalan. Hal itu dinyatakan oleh Imam Razi. [Mafatihul ghaib jilid 9 hal.169] Sedangkan makna ala bashiratin adalah dengan yakin dan benar. Hal itu dinyatakan oleh Imam Qurthubi. [Tafsir Qurthubi jilid 5 hal.3609]

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri" (QS. Fushshilat:33)

Ibnu Katsir mengatakan: “Dia bukanlah termasuk orang-orang yang menyuruh kebaikan sementara ia tidak melakukannya, atau melarang kemungkaran sementara dia tidak meninggalkannya. Ia bukanlah tipe orang seperti itu.Ia menyuruh kepada kebaikan dan meninggalkan kejelekan dan menyeru makhluk untuk menuju Allah Swt… Dan ini adalah umum, berlaku bagi orang yang menyeru kepada kebaikan sedangkan dia sendiri merupakan orang yang mendapatkan petunjuk.” [Tafsir Iibbnu Ktsir jilid 4 hal.101]

“Kemudian Kami wariskan kitab kepada orang-orang yang telah kami pilih dari hamba-hamba Kami.” (QS. Faathir: 32)

Kewajiban umat Islam yang terbesar bahkan inti eksistensi mereka adalah agar memimpin manusia dengan nama Allah dengan kepemimpinan yang menjaga agar dunia ini tetap dalam petunjuk, ketakwaan, penjagaan diri dan kecukupan. Umat Islam bertugas menjaga manusia dari kehancuran,

Page 18: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

kerusakan, dan bahaya. [Mohammad Al-Ghazali, Rakaaizul iman bain alaqli walqalbi hal.208]

Allah telah berkehendak sejak memunculkan umat Islam ke dunia ini agar Islam selalu menjadi rujukan bagi umat manusia secara keseluruhan. Jika umat Islam menjalankan misinya, maka akan tercipta kebaikan bagi mereka dan bagi umat manusia juga. Namun jika umat Islam berpaling dari misinya maka akan muncul rezim jahiliah, dan sistem jahiliah itu akan menguasai dan mengontrol manusia. Pada saat itulah terjadi fitnah dan kerusakan yang besar.

”Di antara orang-orang yang Kami ciptakan, terdapat umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan.” (QS. Al-A’raaf:181)

Umat yang memberi petunjuk ke arah kebaikan. Mereka adalah para penyeru kepada kebaikan dan tidak berdiam diri saja dalam hal dakwah. Mereka tidak hanya mencukupkan kebenaran bagi dirinya sendiri dan tidak terlena dengan kebenaran yang mereka ketahui sendiri dan yang mereka bawa. Namun mereka memenuhi kewajiban memberi petunjuk kebenaran kepada orang lain. Mereka menyerukan kebenaran dan menegakkan kepemimpinan Negara khilafah atas nama kebenaran.

Muslim sekarang ini tidak boleh berdiam diri dan berpangku tangan dengan meninggalkan dakwah meskipun terdapat halangan apapun. [Muhammad ahmad Arrasyid, almunthalaq hal.64]

Seorang tabiin yang bernama Amir Asy-Sya’bi meriwayatkan bahwa beberapa orang lelaki keluar dari Kufah dan turun di suatu tempat untuk beribadah. Kejadian itu diketahui oleh seorang sahabat ynag mulia yaitu Abdullah bin Mas’ud ra. Maka Abdullah mendatangi mereka. Merekapun senang dengan kedatangan Abdullah kepada mereka. Maka Abdullah bertanya kepada mereka. Apa yang membuat kalian melakukan perbuatan itu? Mereka menjawab: Kami senang untuk keluar dari keramaian manusia untuk beribadah. Maka Abdullah bin Mas’ud berkata: ”Seandainya para manusia lain melakukan seperti apa yang kalian lakukan, lantas siapakah yang berperang melawan musuh? Saya tidak akan pergi dari sini sebelum kalian meninggalkan tempat.”Dalam kejadian itu, Ibnu Mas’ud bertindak benar. Sebab jika semua hamba Allah sibuk dengan ibadah mereka dan mengasingkan diri (uzlah) di pojok-pojok masjid dan mereka meninggalkan lapangan dakwah, lantas siapakah yang berperang melawan musuh? Dan mencukupi orang yang lemah? Dan siapakah yang mencegah orang dzalim dari perbuatan dzalimnya? Siapakah yang menyuruh kepada kebajikan dan melarang kepada kemungkaran? Dan siapakah yang menyeru kepada Allah? Siapakah yang mengantarkan umat Islam untuk menuju keutamaan dan cahaya dan siapakah yang menjelaskan jalan yang lurus bagi mereka? [disarikan dari Muhammad ahmad Arrasyid, almunthalaq hal.64]

Sejarah Islam tidak akan melupakan nama seperti Sumayyah, Bilal, Khabbab bin Art, Mush’ab bin Umair dan Khubaib bin Uday dan nama-nama lainnya yang terkadang dilupakan orang namun di sisi Allah nama mereka tercatat sebagai orang-orang yang abadi.

Sejarah Islam penuh dengan cerita tentang saudara-saudara fakih yang da’i ... Mereka itulah yang mengatakan kalimat kebenaran dan membawa obor hidayah dalam kondisi yang paling sukar. Maka akhirnya Allah mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya melalui para da’i tersebut.

[Mohammad Imarah: Nahwa Usluubin Amtsal lidda’wah Al-Islamiyyah hal.252]

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imran:110)

Karena itulah munculnya kebaikan bukan karena iman yang dianut oleh berbagai umat beriman. Namun faktor kebaikan itu adalah keberadaan umat ini yang lebih kuat dalam menjalankan amar makruf nahi mungkar dibanding umat lainnya. [Imam Fakhrurrazi Mafatihul Ghaib jilid 4 hal.395]

« Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan-perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma'ruf. » (QS. at-Taubah:67)« Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar. » (QS. At-Taubah:71)

“Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj:40-41)

”Telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan lisan Daud dan 'Isa putera Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu.” (QS. Al-Maidah:78-79)

“Demi Dzat yang diriku berada dalam genggaman-Nya, niscaya kalian akan menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran atau bisa jadi Allah akan memberikan kalian siksa kemudian kalian berdoa kepada-Nya namun doa kalian tidak dikabulkan.” [HR. Imam Turmudzi jilid 4 hal.468, kitab alfitan bab hadits yang menjelaskan tentang amar makruf nahi mungkar. Turmudzi berkata: hadits ini hasan]

Hadits dari Abu Said Al-khudri ra.: Saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Barangsiapa dari kalian yang melihat kemungkaran, maka hendaklah mengubahnya dengan tangannya. Jika ia tidak mampu, maka dengan lidahnya, dan jika tidak mampu, maka dengan hatinya, dan hal itu merupakan iman yang paling lemah.” [HR. Imam Muslim Jilid 1 juz 2 hal.22 kitab Iman bab mencegah kemungkaran merupakan keimanan dan amar makruf nahi mungkar merupakan kewajiban]

Imam Nawawi berkata: ”Amar makruf dan nahi mungkar hukumnya fardhu kifayah. Jika beberapa orang dari kaum Muslimin telah menjalankannya, maka yang lainnya tidak diwajibkan. Akan tetapi jika semua kaum Muslimin meninggalkan amar makruf nahi mungkar, maka orang yang mampu menjalankannya mendapatkan dosa. Kemudian hukumnya menjadi fardhu ain jika ada sebuah kemungkaran di suatu tempat yang hanya diketahui olehnya atau tidak ada yang mampu menghilangkannya kecuali dirinya. [Sahih Muslim, syarah nawawi jilid 1 juz 2 hal.23]

Amar makruf dan nahi mungkar hukumnya fardhu kifayah. Jika beberapa orang dari kaum Muslimin telah menjalankannya dan mereka telah benar-benar berhasil

Page 19: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

mewujudkan semua ma’ruf dan menghapus semua munkar; Jika mereka belum berhasil memenuhi tuntutan itu maka hukumnya fardhu ain bagi setiap Muslim.

Imam Nawawi berkata: ”Dan ketahuilah bahwa bab ini ”maksudnya amar makruf nahi mungkar” kandungannya banyak disia-siakan sejak lama. Dan tidak tersisa sampai sekarang kecuali hanya kandungan yang sangat sedikit. Padahal amar makruf nahi mungkar ini merupakan bab yang agung yang merupakan penopang dan penentu perkara. Jika keburukan menjalar, maka siksa akan banyak menimpa manusia, baik yang salih maupun yang durhaka.Jika kaum Muslimin tidak mencegah tangan orang dzalim, maka dikuatirkan mereka akan dilanda siksa dari Allah dengan azab-Nya. Allah berfirman:”Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur:63)Maka bagi pencari akhirat dan yang berusaha mendapat kerelaan Allah, harus memperhatikan bab ini, sebab faedahnya besar. Dan hendaklah ia tahu bahwa pahala tergantung kadar kelelahan. Maka tidak akan ada hal yang sia-sia. Sebab Allah telah berfirman:“Dan niscaya Allah benar-benar akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya” (QS. Al-Hajj: 40)Dan berfirman juga:”Dan barangsiapa yang berpegang teguh pada (agama) Allah, maka sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Ali Imran: 101)Dan Allah berfirman:”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, maka Kami akan menunjukkan mereka jalan Kami.” (Al-Ankabut:69) [Sahih Muslim dalam syarah nawawi, jilid 1 juz 2 hal.24]

”Apakah kalian menyuruh manusia kepada kebaikan, dan melupakan diri kalian.” (QS. Al-Baqarah: 44)

”Dan suruhlah kepada kebaikan dan laranglah dari kemungkaran dan bersabarlah atas apa yang menimpamu.” (QS. Luqman: 17)

”Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk.” (QS.Al-Maidah: 105)

Orang yang mendapatkan petunjuk berarti dia orang yang juga menjalankan kewajiban dakwah, amar ma’ruf nahi munkar.

”Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.” (QS. Al-Ghasyiyah:21)

”Dan (ingatlah) ketika suatu umat di antara mereka berkata: "Mengapa kamu menasihati kaum yang Allah akan membinasakan mereka atau mengazab dengan azab yang amat keras. ”Agar kami mempunyai alasan (memenuhi tanggung jawab) kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertaqwa. Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat fasik.” (QS. Al-A’raaf:164-165)

”Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya merekapun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang

tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS. An-Nisa’:104)

Keberhasilan bagi kaum Muslimin adalah penerapan seluruh Syariat Islam dalam semua bidang serta semua aspek kehidupan individu, masyarakat, dan negara; termasuk penegakkan Syariat Islam mengenai Negara Khilafah Islamiyah.Itu semua wajib diperjuangkan dengan mengikuti metode perjuangan Rasul Saw. dalam menegakkan Islam secara keseluruhan; yaitu metode perjuangan dalam mengganti sistem jahiliyah dengan sistem Islam komprehensif dalam kehidupan umat manusia dengan Negara Khilafah.Metode Rasul Saw. ini bersih dari kotoran cara dan sistem kufur manapun. [Lebih lanjut lihat, ‘Dakwah Islam’ Syeikh Ahmad Mahmud]

PEMBAHASAN KETUJUH: KESABARAN

”Dan jadikanlah sabar dan shalat sebagi penolongmu” (Al-Baqarah: 45)

”Wahai orang-orang yang beriman, jadikanlah kesabaran dan shalat sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Baqarah: 153)

”Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negara Islam) dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung.” (QS. Ali-Imran: 200)

« Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran. » (QS. Al-Ashr:1-3)

“Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik.” (QS. Al-Muzaammil: 10)“Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah.” (QS. Al-Muddatsir: 7)

Sabar merupakan unsur kepribadian yang matang dan kepahlawanan gemilang. Sebab beban berat mewujudkan kehidupan Islam tidak mampu ditanggung orang-orang lemah yang tidak sabar. Dan misi menegakkan seluruh Islam dalam kehidupan tidak dapat terpenuhi dan tidak dapat terus meningkat capaiannya kecuali di tangan orang-orang cemerlang dan para pahlawan yang sabar.

“Dan sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl:96)”Mereka itulah yang diberikan pahala dua kali karena kesabaran mereka.”(Al-Qashash: 54)“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar: 10)

”Dan bersabarlah kalian. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bersabar” (QS. Al-Anfaal: 46)”Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda.” (QS. Ali-Imran: 125)

« Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk. » (QS. Al-Baqarah:157)

Page 20: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

”Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul-Rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah. Dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita Rasul-Rasul itu.” (QS. Al-An’am:34)

Sesungguhnya gerak dakwah kepada Allah terus maju menerjang, bergerak sesuai perputaran zaman, melewati jalan, melangkah dengan lurus, dengan kaki tegak menjejak, yang jalannya dihambat oleh orang–orang jahat dari segala arah. Terdapat para da’i yang mendapat siksaan karena berdakwah, dan mengucurkan darah dan tubuh mereka terluka. Namun gerak dakwah tetap berlalu di jalannya dengan tegap, tanpa menoleh dan tidak bergeming, tidak goyah dan tidak goncang. Balasan sebagai hasil akhir akan tetap ada. Balasan kebaikan akan didapatkan meskipun dalam waktu dan perjalanan panjang. Ketika akhir perjalanan, Allah akan menolong. [Fii Dzilalil Qur’an, jilid 2 hal.1077]

”Sehingga apabila para Rasul tidak mempunyai harapan lagi (tentang keimanan kaum mereka) dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para Rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami terhadap orang-orang yang berdosa.” (QS. Yusuf:110)

“Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Huud: 49)”Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi Rasul, (yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.” (QS. Ashshaffat: 171-173)

”Sesungguhnya Kami menolong Rasul-Rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat),” (QS. Ghafir:51)”Maka bersabarlah kamu, karena sesungguhnya janji Allah itu benar.” (QS. Ghafir:55)

”Di belakang kalian terdapat hari-hari. Orang yang sabar di dalamnya seperti pemegang bara api. Bagi orang yang berbuat mendapatkan lima puluh. Sahabat bertanya: ”Wahai Rasulullah, lima puluh bagi mereka atau lima puluh bagi kita. Beliau menjawab: « Lima puluh bagi kalian.” [HR. Imam Turmudzi jilid 4 hal.456, kitab alfitan, bab 73, dari anas ra. Turmudzi berkata: ”Hadits hasan gharib; HR. Imam Ahmad dalam musnadnya jilid 2 hal.390-391]

“Tidak ada jalan bagi Muslim kecuali memantapkan dirinya untuk menanggung hal-hal yang dibenci tanpa kegelisahan, dan menunggu hasil bagaimanapun jauhnya. Seorang Muslim harus menghadapi beban bagaimanapun beratnya dengan hati yang tidak kenal ragu dan hati yang tidak ditimpa kesedihan. Seorang mukmin harus percaya diri dan mantap langkahnya, tidak terpengaruh dengan mendung yang muncul di ufuk meski mendung itu terus bertambah pekat…Ia harus tetap yakin bahwa unsur-unsur kemenangan dan kejayaan akan datang. » [Mohammad Al-Ghazali, Khuluqul Muslim hal.157]

“Jika kamu bersabar dan bertakwa, maka sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan.” (QS. Ali-Imran: 186)

Kesabaran –atas ujian dan cobaan- bagaimanapun panjangnya, akan berujung kepada kemenangan. Hasil baik akan didapatkan orang-orang bertakwa setelah perjuangan

melelahkan dan cobaan yang beraneka ragam. Inilah jalan para Nabi yaitu dakwah, kesabaran menjalani metode dakwah Rasul saw. dalam menegakkan Islam keseluruhan; meniti perjuangan Beliau dalam mendirikan Negara Islam; terus melaju dalam dakwah, Jihad-Futuhat, dan penerapan Syariah lengkap bersama Negara Islam. Semua itu berujung kepada kemenangan yang gemilang.

PASAL KEDUA: KENDALA KEJAYAAN

Dalam pasal ini terdapat dua pembahasan yaitu:Pembahasan pertama: Kendala kejayaan umat dari luar yang meliputi:1. Makar Yahudi internasional2. Makar kaum Salibis internasional3. Serangan pemikiran dan sistem kufur

Pembahasan kedua: Kendala kejayaan umat dari dalam yang meliputi:1. Tidak menerapkan Syariat Islam keseluruhan dalam wujud Negara Khilafah Islamiyah2. Cerai berai dalam barisan umat Islam karena negara-negara kebangsaan nasionalisme3. Lenyapnya kepemimpinan yang bijak dalam wujud Negara Khilafah Islamiyah4. Ketertinggalan umat Islam dalam berbagi bidang kehidupan karena tiadanya penerapan seluruh sistem Islam oleh Negara Khilafah Islamiyah5. Kendala-kendala (internal) yang lain akibat tidak terapnya sistem Islam dengan Negara Khilafah Islamiyah

PENDAHULUAN

“Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu. » (QS. Al-Ahzaab:18)

« Dan sesungguhnya telah didustakan (pula) Rasul-Rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami terhadap mereka. Tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) Allah.” (QS. Al-An’aam:34)

”Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (QS. Yusuf:21)

PEMBAHASAN PERTAMA: KENDALA EKSTERNAL KEJAYAAN UMAT

PENGANTAR

Orang yang mencermati sejarah sejak Islam dinyatakan di kota Makkah, dan berdiri Negara Islam sampai sekarang tiadanya Negara Khilafah Islam, maka akan mengetahui sejauh mana upaya konsisten untuk melenyapkan, menghentikan laju dan upaya memusnahkan Islam dari muka bumi.

Kaum Zionis [Zionis adalah sebuah aliran agama yang menjajah dan bersifat radikal yang dianut kalangan Yahudi ekstrem. Kata Zionis terambil dari nama sebuah gunung di salah satu pegunungan Palestina yang terletak di utara Quds. Lihat Mohammad Sayyid Aththanthawi, Banuu Israail filkitaab was-Sunnha hal.15] dan Salibis di masa modern ini menggunakan beraneka perlawanan dan makar yang berlipat ganda ukurannya daripada peperangan yang mereka lancarkan sejak abad-abad lalu.

”Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu

Page 21: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri.” (QS. AlBaqarah:109)

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (QS. Al-Baqarah: 217)

Tiga hambatan eksternal kejayaan umat:1. Makar Yahudi internasional.2. Makar kaum Salibis internasional. 3. Serangan pemikiran dan sistem kufur

PERTAMA: MAKAR YAHUDI INTERNASIONAL

[Ada beberapa pendapat , mengapa mereka dinamakan dengan nama Yahudi, yaitu:1. Ketika mereka bertaubat dan tidak menyembah sapi lagi. Mereka berkata: ”inna hudnaa ilaika”, artinya kami bertaubat dan kembali. Maka kalimat Yahudi berasal dari kata haada yang artinya bertaubat dan kembali.2. Karena mereka yatahawwadun artinya bergerak ketika membaca kitab taurat.3. Dinisbatkan kepada putera keempat dari Nabi Ya’qub yang bernama Yahudza. Lihat Mohamad Sayyid Thanthawi, Banuu Israail filkitab was-Sunnah hal.15]

”Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik.” (QS. Al-Maidah:82)

”Hal itu tidak lain karena kekafiran Yahudi adalah kekafiran yang ingkar dan melawan, menyelewengkan kebenaran, menghina manusia dan mencela ahli ilmu. Karena inilah, mereka banyak membunuh para Nabi. Bahkan bukan hanya sekali mereka bermaksud membunuh Rasulullah Saw.Mereka pernah berusaha meracun dan menyihir beliau. Mereka juga bersekongkol dengan kaum musyrikin yang juga bermusuhan dengan Islam. Mereka semua layak mendapat laknat Allah yang terus menerus sampai hari kiamat. [Tafsir Ibnu Katsir, jilid 2 hal.86]

”Madzhab Yahudi yaitu bahwa wajib menyampaikan kejahatan kepada orang yang bertentangan agama (jalan hidup) dengan mereka dengan segala cara dan jalan. Jika mereka dapat melakukannya dengan membunuh, maka mereka membunuh. Jika tidak dapat, maka mereka merampas harta atau mencurinya atau dengan jenis makar, tipuan dan rekayasa lainnya.” [Fakhruddin Arrazi, Mafatihul Ghaib jilid 6 hal.111-112]

Kaum Yahudi itulah yang menyimpan kemunafikan di kota Madinah dan memperluasnya dengan sarana-sarana makar kepada Islam dan kaum Muslimin. Mereka itulah yang menghasut kaum musyrikin untuk bersedia berkonspirasi dengan mereka. Kaum Yahudi saling bekerjasama dengan kaum musyrikin untuk memerangi kaum Muslimin.

Mereka juga menebarkan isu-isu, kabar bohong dan makar dalam barisan umat Islam. Mereka juga berperan menyebarkan kekacauan, keraguan serta penyimpangan seputar akidah dan kepemimpinan Negara Islam. Kesemua hal itu terjadi sebelum mereka mengarahkan wajah-wajah mereka dalam perang nyata dan terang-terangan.

”Mereka mengatakan kepada orang-orang kafir (musyrik Mekah), bahwa mereka itu lebih benar jalannya dari orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa’:51)

Mereka bergerak membuat makar kepada Islam melalui hembusan kabar bohong yang dilancarkan ke dalam kitab Taurat mereka. Tidak ada kitab yang selamat dari rekayasa berita bohong mereka kecuali hanya kitabullah Alqur’an yang kemurniannya dijamin Allah.

Yahudi di balik kesombongannya di masa Khilafah terakhir (Utsmani), berada di balik kudeta yang dimulai dengan makar penggantian Syariat Islam dari perundangan, dan mengganti undang-undang pada masa Sultan Abdul Hamid, lalu penghapusan Negara Khilafah Islam secara total dengan pelaksana Kamal Attaturk seorang Yahudi.

PERILAKU KAUM YAHUDI

1. Ingkar kepada Allah, mendustakan para Rasul serta mengingkari wahyu”Maka (Kami lakukan terhadap mereka beberapa tindakan), disebabkan mereka melanggar perjanjian itu, dan karena kekafiran mereka terhadap keterangan-keterangan Allah dan mereka membunuh Nabi-Nabi tanpa (alasan) yang benar dan mengatakan: "Hati kami tertutup.” Bahkan, sebenarnya Allah telah mengunci mati hati mereka karena kekafirannya, karena itu mereka tidak beriman kecuali sebagian kecil dari mereka.” (QS. An-Nisa:155)

”Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu", sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu dan merekalah yang dilaknat disebabkan apa yang telah mereka katakan itu.” (QS. Al-Maidah:64)

“Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya Allah miskin dan kami kaya.” (QS. Ali Imran:181)

2. Menyesatkan, menyembunyikan kebenaran dan mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan”Dan janganlah kamu campur-adukkan yang haq dengan yang bathil dan janganlah kamu sembunyikan yang haq itu, sedang kamu mengetahui.” (QS.Al-Baqarah:42)

3. Dengki, iri dan egois“Orang-orang kafir dari Ahli Kitab dan orang-orang musyrik tiada menginginkan diturunkannya sesuatu kebaikan kepadamu dari Tuhan-mu.” (QS. Al-Baqarah:105)

“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah:109)

4. Pengecut, takut dan lemah”Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.” (QS. Al-Maidah:22)

”Sesungguhnya kamu dalam hati mereka lebih ditakuti daripada Allah.Yang demikian itu karena mereka adalah kaum yang tiada mengerti. Mereka tiada akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok. Permusuhan antara sesama mereka adalah sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu sedang hati mereka berpecah belah. Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka adalah kaum yang tiada mengerti.” (QS. Al-Hasyr: 13-14)

5. Berhati keras (tiada menerima kebenaran)

Page 22: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

”Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.” (QS.Al-Baqarah:74)

6. Kikir dan pelit“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS. At-Taubah:34)

7. Melanggar kesepakatan dan perjanjian”Dan karena mereka melanggar janji mereka, maka Kami melaknat mereka.” (QS. Al-Maidah: 13)

HUBUNGAN KAUM YAHUDI DENGAN UMAT LAINNYA

Hubungan kaum Yahudi dengan bangsa lainnya terjalin dalam bentuk tipuan, kemunafikan, pencurian, pertumpahan darah, dan zina dengan wanita selain yahudi.

Seorang tokoh agama Yahudi berkata: Tuhan memberi kuasa kaum Yahudi atas harta dan darah umat-umat lainnya. Orang Yahudi berhak memperkosa para wanita yang tidak beriman, (maksudnya wanita yang bukan Yahudi). [Sa’duddin Sayyid shalih, Al-aqiidah alyahuudiyyah wakhatharuha alalinsaniyyah hal.52-125]

METODE YAHUDI UNTUK MENCAPAI TUJUAN MEREKA

Di antara metode bangsa Yahudi untuk mencapai tujuan mereka adalah:1. Menguasai ekonomi dunia secara batil.2. Menyebarkan aturan hukum kufur di dunia.3. Menghancurkan agama-agama, dan menghembuskan konsep-konsep Atheis dan prinsip-prinsip yang merusak moral dan nilai, menjauhkan umat Islam dari Islam.4. Menguasai media massa dunia dan mendominasi distribusi dan penyebarannya termasuk melalui industri hiburan, menyibukkan umat dengan bermacam perkara sia-sia dan haram.5. Berpegangan kepada gerakan tersembunyi semacam freemason.6. Membuat perpecahan nasionalisme, sektarianisme (ashobiyah) dan mengobarkan api peperangan antar bangsa di dunia.7. Mengumumkan slogan-slogan menawan yang menipu dan berupaya menggalang dukungan manusia dengannya.8. Berusaha mempengaruhi kebijakan pendidikan sekolah dan universitas.Dan banyak lagi metode dan upaya lain yang kotor yang intinya adalah mereka itu setan dari bangsa manusia.

PROTOKOLER ZIONIS YANG KOTOR

Kata protokol, dalam bahasa berarti: keputusan atau tempat pertemuan, atau ceramah, atau rancangan strategi kerja. Sedangkan dalam istilah, protokol berarti: Rencana terperinci untuk menguasai dunia melalui organisasi Yahudi rahasia dengan metode-metode tertentu. [Sa’duddin Sayyid shalih, Al-aqiidah alyahuudiyyah wakhatharuha alalinsaniyyah hal.173,174 mengambil dari Levy, kekuatan rahasia dalam politik dunia, terjemah: Mohammad Kamal tsabit hal.75]

Puncak kisah protokol ini yaitu bahwa Yahudi menyelenggarakan sebuah konferensi rahasia di kota Pal di negera Swiss pada tahun 1897. Mereka sepakat pada keputusan yang sangat rahasia dan tersembunyi. Namun

seorang wanita dari Perancis dapat mengetahui beberapa dokumen keputusan-keputusan itu. Kemudian bocoran dokumen itu akhirnya sampai ke tangan seorang ilmuwan Rusia bernama Sergi Nilos.Keganasan isi dokumen tersebut membuatnya takut. Maka ia mempelajari dan menganalisisnya kemudian mempublikasikannya pada awal abad ke-20 M. [Abdussattar Fathullah Sa’id, ma’rikat alwujuud bainalqur’aan wattalmuud hal.52]

Target utama bangsa Yahudi yang mereka paparkan dalam protokoler adalah berusaha menguasai seluruh dunia dan mengendalikannya dengan hukum yang tersembunyi atau terang-terangan dengan tangan besi sehingga tidak ada satupun pemerintahan negara di dunia yang dapat mengelak dan terlepas dari cengkeraman mereka. [Sa’duddin Shalih, al-aqidah alyahuudiyyah wakhatharuhaa alalbasyariyyah hal.180]

Pada bagian pertama protokoler ini kaum Yahudi menyebutkan: ”Slogan kita harus menggunakan segala bentuk kekuatan. Perundangan kita pertama kali adalah kekuatan, berkhianat, dan kelicikan, jika semuanya itu membantu dalam urusan kita.” [Mohammad Ibrahim Madli, Shuraa’unaa ma’alyahuud bainalmadli walmustaqbal, hal.74]

Dan yang kita lihat sekarang ini adalah gambaran penerapan protokoler itu di banyak negara, khususnya negeri-negeri Muslim dan negara-negara lainnya yang menjadi target Yahudi untuk mencapai mimpi besar mereka yaitu Israil yang paling besar, dari sungai Nil sampai sungai Eufrat.

“Dari sinilah, maka kaum Muslimin perlu menghadapi strategi mereka itu dengan strategi juga, sistem dengan sistem...Gerakan berkesinambungan Yahudi itu tidak mungkin dilawan dengan duduk berpangku tangan, sikap pasif dan bermalasan dari kaum Muslimin.Kerjasama yang digalang bangsa Yahudi di antara mereka di segenap penjuru dunia tidak mungkin dihadapi dengan kondisi umat Islam yang bercerai berai, terpisah...” [Sa’duddin shalih, al-aqiidah alyahuudiyyah wakhatharuhaa alal basyariyyah hal.18]

Yang kita harapkan adalah gerakan besar dari kaum Muslimin beserta pihak-pihak yang berpengaruh termasuk militer untuk mendirikan Negara Khilafah; sehingga Negara Khilafah memenuhi semua kewajibannya yang telah digariskan Syariat Islam; itu berarti membereskan semua masalah umat di seluruh dunia.

KEDUA: MAKAR KAUM SALIBIS INTERNASIONAL

Salibis adalah sebuah gerakan yang terbentuk di Eropa barat pada abad pertengahan, dan mencapai puncaknya pada akhir abad ke-11 M (atau 5 H). Gerakan ini bertujuan melebarkan cengkeraman Eropa Kristen atas dunia Timur Tengah yang beragama Islam.

Kaum Salibis mewakili penganut Kristen dari bangsa barat dan berbagai gereja yang tersebar di belahan dunia dengan berbagai alirannya. [Sa’duddin shalih, al-asalib alhadiitsah fii Muwaajahatil-Islam, hal.9]

Realita sejarah mencatat kaum Salibis Romawi yang memperlakukan Islam dengan sikap permusuhan sejak pertempuran Yarmuk. Yarmuk adalah sebuah lembah yang mengarah ke sungai di Yordania. Perang Yarmuk itu terjadi pada hari Senin tanggal 5 Rajab tahun 15 H dengan dipimpin panglima perang Negara Islam Khalid bin Walid. Tentara Romawi terpukul mundur dan kaum Muslimin akhirnya

Page 23: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

mendapatkan kemenangan. [Lihat: Sayyid Quthb: Fii Dhilalil Qur’a jilid2 hal.966]

Kedengkian kaum Salibis terhadap Islam dan kaum Muslimin nampak nyata dalam peperangan Salib yang terkenal yang berlangsung selama dua abad lamanya. Dan juga nampak dalam perang pemusnahan yang dilancarkan kaum Salibis terhadap Islam dan kaum Muslimin di kota Andalusia, Spanyol. Kemudian juga dalam misi penjajahan dan Kristenisasi yang dilancarkan terhadap negeri-negeri Muslim di Afrika pada mulanya, kemudian akhirnya menjalar ke dunia secara keseluruhan. [disarikan dari Sayyid Quthb: Fii Dhilalil Qur’a jilid2 hal.966]

“Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri.” (QS. Al-Baqarah:109)

“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu sehingga kamu mengikuti agama (millah/jalan hidup) mereka.” (QS. Al-Baqarah:120)

“Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup.” (QS. Al-Baqarah:217)

Para pemimpin kaum Salibis, pemikir dan juru tulis mereka mengakui bahwa permusuhan mereka terhadap kaum Muslimin, dalam aspek akidah juga dapat dibuktikan:“Setelah Aljazair merdeka, salah seorang pembesar orientalis memberikan ceramah di kota Madrid [Ibukota negara Spanyol] yang bertemakan: “Mengapa kita berusaha tetap berada di Aljazair?” Dia menjawab pertanyaan itu dengan penjelasan panjang, yang teringkas sebagai berikut:”Kami tidak menaklukkan setengah juta tentara demi anggur Aljazair, gurun pasir atau buah zaitunnya. Kami menganggap diri kami sebagai pagar Eropa yang berdiri berhadapan dengan pertempuran melawan Islam yang diwakili penduduk Aljazair dan saudara mereka dari kaum Muslimin di sepanjang samudera tengah di mana mereka ingin mengembalikan kota Andalusia yang telah hilang dari umat Islam.Dan juga agar mereka masuk ke wilayah Perancis dan menyerbu Eropa yang lemah. Dan mereka menyempurnakan tekad mereka ketika masa Khilafah Bani Umaiyyah dulu dengan mengubah Samudera Tengah menjadi lautan yang benar-benar dikuasai kaum Muslimin. Karena itulah, kami memerangi Aljazair.” [disarikan dari jalalul ilmi, Qaadatulgharb yaquuluun hal.56]

* Ketika Allenby, panglima misi salib ke-8 masuk ke wilayah al-Quds ia berkata: “Hari ini perang salib telah selesai.”* Ketika Jenderal Ghoro dari Perancis masuk ke Damaskus, ia langsung menuju makam panglima perang Shalahuddin al-Ayyubi rahimahullah yang berada di masjid jami’ Umaiyyah dan menginjak makam itu dengan kakinya yang najis (najis ideologinya) seraya berkata: “Inilah, kami telah kembali wahai Shalahuddin.”* Sebelum perang bulan Juni tahun 1967 M, para pengikut Israel keluar di kota Paris untuk berdemonstrasi. Mereka membawa poster-poster dan kotak-kotak pengumpulan sumbangan yang bertuliskan tiga kata yaitu ”Perangilah Umat Islam.”Maka fanatisme Salib bergejolak, dan akhirnya orang-orang Perancis menyumbang seribu juta Franc selama empat hari saja. Mereka juga mencetak kartu-kartu yang di dalamnya tertulis ”kekalahan bulan sabit” yang terjual dengan jumlah jutaan untuk menopang kaum Yahudi yang meneruskan perjuangan dan mendukung misi kaum Salibis Eropa di

wilayah itu yaitu memerangi Islam dan menghancurkan kaum Muslimin. [jalalul ilmi, Qaadatulgharb yaquuluun hal.33-34-38]

Demikianlah kaum Salibis menampakkan kesiapan mereka untuk bekerjasama bersama bangsa Yahudi demi melenyapkan Islam dan kaum Muslimin. Dan inilah yang dipaparkan oleh Cardinal Bour kepada majalah Inggris Katolik ketika al-Quds jatuh dijajah pada tahun 1967, setelah dilakukan sembahyang oleh pengikut Kristen bersama bangsa Yahudi di dalam tempat ibadah Yahudi untuk pertama kalinya dalam sejarah umat Kristen.Cardinal Bour berkata: Umat Kristen harus bekerjasama dengan bangsa Yahudi untuk melenyapkan Islam dan memusnahkan tanah-tanah suci. [jalalul ilmi, Qaadatulgharb yaquuluun hal.62]

STRATEGI KAUM SALIBIS UNTUK MELENYAPKAN ISLAM DAN UMAT ISLAM

Kaum Salibis mengetahui melalui persinggungan mereka dengan umat Islam bahwa mereka tidak mungkin merealisasikan tujuan (melenyapkan Islam dan umat Islam) melalui jalan militer semata. Oleh karena itulah mereka merubah strategi mereka.

Louis ke-9, raja Perancis dan panglima misi salib ke-9 yang pernah ditawan di sebuah rumah Ibnu Luqman di Manshurah pernah berbicara -yang tercatat dalam sebuah dokumen yang tersimpan di museum dokumen di Paris-:”Tidak mungkin mengalahkan kaum Muslimin melalui perang, tetapi mungkin mengalahkan mereka melalui jalur politik dengan menempuh langkah berikut ini:1. Membuat perpecahan di antara panglima dan pemimpin kaum Muslimin. Dan jika mulai tumbuh perpecahan itu, maka hendaklah diperluas dan diperbesar sebisa mungkin agar perbedaan itu menjadi faktor yang melemahkan kaum Muslimin.2. Membuat negeri-negeri Islam dan Arab tidak mampu menjalankan pemerintahan dengan baik.3. Merusak sistem pemerintahan di negeri Islam dengan sogok-menyogok, kerusakan dan wanita sampai akhirnya pondasi terpisah dengan puncaknya.4. Menghalangi dengan membuat tentara Muslim tidak menjalankan kewajiban bagi tanah airnya dan tidak berkorban mempertahankan prinsip mereka.5. Berusaha mencegah kesatuan dunia Arab di wilayah Arab (yaitu mencegah pemenuhan kewajiban persatuan umat Islam mendirikan Negara Khilafah Islam).6. Berusaha mendirikan negara asing dalam wilayah Arab yang memanjang di antara Ghazzah di sebelah selatan dan Ontokia di sebelah utara. Kemudian mengarah ke timur dan memanjang hingga sampai ke barat. (maksudnya mendirikan negara Israel) [Jalalul ilm: Qaadatul gharb yaquuluun hal.63]

Tidak ada perbedaan antara kaum Zionis dan Salibis. Dan tidak ada perbedaan di antara kedua kelompok ini dalam membuat makar kepada Islam dan dengki kepadanya dan melancarkan perang yang tidak akan berhenti sepanjang zaman. [Sayyid Quthb: Fii Dhilalil Qur’an jilid 2 hal.966]

KETIGA: SERANGAN PEMIKIRAN

Yang dimaksud dengan serangan pemikiran adalah cara-cara non-militer yang digunakan para musuh Islam untuk menghilangkan kehidupan Islam -yaitu aqidah dan syariah Islam keseluruhan yang berkuasa serta diterapkan oleh Negara Khilafah- dan menyimpangkan umat dari Islam.

BAHAYA SERANGAN PEMIKIRAN

Page 24: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Serangan pemikiran merupakan senjata paling berbahaya dari senjata yang digunakan musuh Islam untuk memerangi umat Islam guna melenyapkan identitasnya, menghilangkan jati dirinya dan melepaskan keterikatan umat Islam dari agama Islam.

“Dan fitnah lebih besar daripada pembunuhan.” (QS. Al-Baqarah: 217)

Serangan pemikiran ini mempunyai kelebihan tersendiri di antaranya:1. Tipuan: dengan muncul dalam bentuk buku menawan yang diterbitkan, atau film yang mempesona, atau dengan lidah salah seorang warga negara kita.2. Bahaya: sebab serangan pemikiran ini menarik hati dan menimbulkan rasa cinta yang melekat dengan hati, mempunyai umur panjang dan berimplikasi luas.3. Sederhana: serangan pemikiran ini mudah, sederhana dan mempunyai beban ringan daripada serangan militer yang banyak menghabiskan tenaga, dana dan kucuran darah. [Almu’aasharah fii Ithaaril ashaalah hal.135. Demikan juga Sa’duddin Shalih, Alasaalib alhaditsah fii muwajahatilIslam hal.35]

DARI SERANGAN MILITER KE SERANGAN PEMIKIRAN

Bersamaan dengan munculnya cahaya Islam, maka muncul pula pertikaian bersenjata antara Islam dengan musuhnya. Setiap kali, para musuh Islam menelan pil pahit kekalahan dari umat Islam mereka bertanya-tanya tentang rahasia kekuatan umat Islam dan faktor kemenangan mereka. Maka mereka menemukan bahwa akidah Islamlah yang merupakan rahasia kekuatan umat Islam. Umat Islam menang karena mereka berpegang teguh dengan Islam keseluruhan. Dan mereka kalah, karena mereka terlepas dari Islam.

Mereka mengganti meriam dengan pena, dan tentara yang ganas dengan pembawa misi Kristenisasi dan para orientalis. Senjata yang mereka gunakan dalam serangan ini adalah kekufuran pemikiran, kalimat, pendapat, tipu daya, konsep, kerancuan, bersilat lidah, ungkapan menawan, perdebatan sengit, permusuhan konsisten dan menyelewengkan kalimat dari arti sebenarnya. Hal itu agar peperangan ini mengambil strategi lain yang bukan berhadapan secara militer, dan agar dapat melenyapkan umat Islam secara perlahan dan berangsur-angsur tanpa keributan dan keramaian. [Abdul wahhab abdulwasi, attahaddiyat allati tuwajihu alalam alIslami. Dan juga sa’duddin assayyid shalih, alasaalib alhadiistah fii muwaajahatil Islam hal.32]

TUJUAN SERANGAN PEMIKIRAN

Tujuan serangan pemikiran teringkas dalam beberapa poin penting berikut ini:1. Melenyapkan Islam secara global dan total.2. Mengaburkan gambaran Islam di mata umat Islam.3. Mengasingkan umat Islam sekarang ini dari agama Islam, sehingga kaum Muslimin tidak mempunyai kekuatan dan kekuasaan Negara Islam yang diperolehnya pada zaman dulu dan supaya tidak bisa kembali lagi.4. Agar umat Islam menjalankan berbagai konsep dan sistem kufur barat dan meninggalkan sistem Islam keseluruhan yang berasal dari Allah Swt.5. Menjadikan umat Islam mengekor kepada barat dengan seutuhnya. Akhirnya umat Islam tidak dapat menerapkan dan mendirikan masyarakat Islam, negara Khilafah Islam dan tidak mampu memulai pembangunan peradaban Islam mereka lagi.

6. Berupaya menunda kebangkitan Islam dan menggugurkannya atau menyimpangkannya dari metode perjuangan Rasul Saw. dalam menegakkan Islam keseluruhan. [diolah dari Anwar Jundi, Al-Mu’aasharah: hal.28]

TANDA-TANDA SERANGAN PEMIKIRAN

Tanda-tanda yang nampak dari serangan pemikiran secara global sebagai berikut:1. Berupaya merancukan atau mengaburkan pandangan yang diarahkan kepada Islam meliputi:- Upaya merusak dan mengaburkan pandangan tentang Al-Qur’anul karim. (yaitu sebagai kitab yang dibaca saja tanpa perlu semua hukumnya diterapkan)- Upaya mengaburkan pandangan dalam hal sunah Nabi dan sunah Khulafa’ ur-Rasyidin. (yaitu umat Islam tidak wajib bersatu di bawah pimpinan seorang kepala negara yaitu Khalifah; umat Islam boleh saja berpecah-belah dalam banyak negara kebangsaan ashabiyah menyalahi Syariah)- Upaya mengaburkan pandangan tentang kepribadian Rasulullah Saw. (yaitu bahwa Rasul Saw. hanyalah Nabi yang berakhlak mulia, tidak mendirikan Negara Islam, serta tidak perlu menerapkan Syariah Islam keseluruhan, bahwa Beliau bukan kepala negara yang menjalankan perintah Jihad-Futuhat bersama pasukan mujahidin Islam)- Upaya mengaburkan pandangan dalam hal sejarah Islam. (yaitu bahwa ketika Islam dan Syariatnya diterapkan oleh Umat diwakili seorang Khalifah maka banyak terjadi kekacauan serta pertumpahan darah; itu semua adalah keterbelakangan, tidak adil dan kuno)- Upaya mengaburkan sistem kehidupan Islam. (yaitu para pembenci Islam mengatakan bahwa agama itu hanya urusan pribadi dan ritual serta moral belaka; negara sekularismelah yang terbaik)- Upaya mengaburkan warisan peninggalan Islam. (yaitu bahwa Islam dengan Negara Khilafahnya tidak punya andil dalam kemajuan)

2. Upaya westernisasi kepada Islam dan meliputi:- Westernisasi dalam pendidikan dan kebudayaan- Westernisasi kehidupan sosial- Westernisasi sistem ekonomi- Westernisasi sistem politik, pemerintahan, militer, kebijakan luar negeri, dsb.[diolah dari Anwar Jundi, almu’asharah fii ithar al-ashaalah hal.28; Ali Abdul Halim Mahmud, Alghazwu alfikri waatsaruhu alfikri filmujtama’ alIslami hal.59]

KRISTENISASI SALIBIS

Mereka menjadikan kristenisasi sebagai sarana mengeluarakan seorang Muslim dari keIslamannya sekalipun ia tidak masuk ke dalam agama Kristen. [Sa’duddin Shalih, Al-Asaalib alhadiitsah fii Muwaajahatil Islam hal.117 dengan sedkit gubahan]

TUJUAN KRISTENISASI

Selain demi serangan pemikiran, Kristenisasi juga bertujuan sebagai berikut:1. Melenyapkan Islam dalam jiwa umat Islam.2. Berusaha memusnahkan kesatuan dunia Islam dalam Negara Khilafah.3. Berusaha menghentikan penyebaran agama Islam.4. Mengaburkan kandungan Islam di mata rakyat Eropa.5. Menciptakan kekalahan psikologi di antara umat Islam. [diolah dari Sa’duddin Salih, Al-Asaalib alhadiitsah fii MuwaajahatilIslam hal.53]

METODE KRISTENISASI

Page 25: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Ada beberapa cara dan metode yang terbuka dan transparan seperti membangun gereja dengan jumlah yang melimpah, dan mendistribusikan jutaan kitab bibel secara luas dengan beredar di berbagai tempat, diberikan secara gratis, dan diterjemahkan dalam berbagai bahasa, terutama bahasa Arab.

Ada juga cara-cara yang dijalankan secara lebih tersembunyi, misalnya:1. Pengobatan.2. Pelayanan masyarakat.3. Menangani para pelajar.4. Menggunakan suap.5. Menggunakan perpustakaan dan pers.6. Menggunakan klub-klub dan organisasi.7. Menampakkan perhatian terhadap wanita Muslimah.8. Menggunakan kekuatan.9. Konferensi agama-agama secara bersama. (dialog antar agama)10. Utusan pendidikan ke luar negeri.11. Membangun sekolah-sekolah dan universitas asing.12. Menggunakan kesenian dengan segala bentuknya dan media massa dengan segala macamnya. [diolah dari Sa’duddin Salih, Al-Asaalib alhadiitsah fii MuwaajahatilIslam hal.61]

”Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah. Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka dan mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.” (QS. Al-Anfaal:36)

Di antara kitab-kitab penting yang mengungkap para pelaku Kristenisasi dan tujuan mereka serta mengupas eksistensi, kejahatan misi, dan bahaya makar mereka adalah kitab ”algharah alal alam alIslami” (serangan terhadap dunia Islam)” [Kitab algharah ala Alalam alIslami (serangan terhadap dunia Islam) ini adalah beberapa makalah yang ditulis oleh A.L. Syatlih dan diringkas ke bahasa Arab oleh Muhibbuddin alkhathib dan Musa’id Al-Yafi] Di dalamnya para musuh Islam berbicara dengan terang-terangan tentang strategi mereka untuk menghancurkan agama Islam dan menaklukkan umat Islam.

ORIENTALISME

Orientalisme adalah gerakan mempelajari ilmu, sastra dan peradaban Islam dengan tujuan mengetahui pengetahuan, pemikiran mereka, arah dan faktor kemajuan serta kekuatan umat Islam. Upaya mempelajari ilmu ini bertujuan menghantam kekuatan Islam, mengambil manfaat dari ilmu pengetahuan umat Islam, serta memulai penjajahan Kristen (baik secara militer dan pemikiran) terhadap dunia Islam dan menundukkan umat Islam dalam cengkeraman dan kekuasaannya. [Sa’duddin Shalih, Al-Asaalib Al-haditsah hal.89]

Faktor pertumbuhan orientalisme kembali kepada abad ke-18 M, namun orientalisme sebagai metode yang digunakan secara individu telah muncul jauh sebelumnya. Orientalisme adalah upaya meletakkan racun di madu. [Mohammad Quthb: Hal nahnu Muslimun? Hal.78]

Kaum orientalis merupakan murid-murid pelaku Kristenisasi. Tujuan orientalisme sama dengan tujuan serangan pemikiran dan juga sama dengan tujuan Kristenisasi yang telah disebutkan tadi.

SARANA ORIENTALISME

Sarana mereka yang terpenting adalah melalui penulisan buku. Kaum orientalis telah menulis banyak buku menyesatkan tentang Islam yang bahkan mencapai hampir enam puluh ribu jilid. Dan tentu saja, penulisan itu akan terus berlanjut.

Dalam buku-buku tersebut, mereka menghembuskan berita bohong tentang Islam dan umat Islam dan juga tentang Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dengan berita bohong yang tiada batasnya. [Abdul adzim ibrahim al-math’ani, iftiraa’aat almustasyriqiin alal Islam hal.3]

Mereka tidak membahas sebuah kekurangan, kecuali menuduhkannya kepada Islam. Tidak ada hakikat Islam yang benar kecuali mereka berupaya menghapus atau menyelewengkan maksudnya yang diakibatkan kedengkian dari dalam diri mereka.

Di antara buku-buku mereka yang paling berbahaya adalah:Buku “kehidupan Muhammad” karya Sir William More, “Islam” karangan Henry Lams, ”ajakan menara” karya Kant Kraj, dan biografi Al-Qur’an karya orientalis Ariri, “cakupan pengetahuan Islam”, “kamus Munjid” dan “ensiklopedi Arab ringkas.”Buku-buku tersebut dikarang para orientalis untuk mengaburkan pandangan tentang gambaran Islam. Para orientalis diliputi sikap penuh fanatisme dan kedengkian terhadap Islam. Di dalam buku-buku itu terdapat kekeliruan ilmiah dan pengaburan sejarah yang tidak terhitung jumlahnya.” [Sa’duddin shalih, al-asaalib alhadiitsah fii muwaajahtil Islam hal.97]

Musibah yang terbesar yaitu bahwa banyak orang awam penipu yang mengaku sebagai umat Islam, tetapi menjadikan musuh Islam -yang memalsukan agama dan Nabi mereka serta memerangi agama mereka- sebagai guru bagi mereka. Mereka mengadopsi konsep tentang agama Islam dari para musuh itu dan membenarkan tulisan yang dibuat para musuh Islam tentang sejarah dan kandungan agama ini. Kemudian orang awam dari umat Islam tadi menyangka bahwa mereka adalah intelektual. [Sayyid Quthb, Fii Dhilalil Qur’an jilid 3 hal.1379, ketika menafsirkan ayat 158 dari surat al-a’raaf]

Para musuh Islam berusaha mengalahkan umat Islam melalui akidah, paham, dan sistem kufur sebab mereka mengetahui-melalui pengalaman panjang- bahwa mereka tidak dapat mencapai tujuan yang mereka inginkan ketika umat Islam berpegang teguh pada akidah dan sistem Islam mereka, berjalan sesuai jalan lurus itu dan mengetahui makar para musuh mereka. Oleh karena itu, para musuh Islam dan pengikut mereka mencurahkan tenaga maksimal untuk mengalihkan umat kepada paham nasionalisme, sistem negara sekularisme, demokrasi, paham pluralisme, sistem peradilan hukum thaghut, gaya hidup hedonisme-materialistis, sistem ekonomi kapitalisme, dsb.; mereka ingin berhasil menancapkan penjajahan dan penguasaan terhadap dunia Islam.

”Segolongan dari Ahli Kitab ingin menyesatkan kamu, padahal mereka (sebenarnya) tidak menyesatkan melainkan dirinya sendiri, dan mereka tidak menyadarinya.” (QS. Ali Imran:69)

Kita diwajibkan berdiri melawan serangan pemikiran saat ini dan racun-racun dalam pemikiran umat. Kita harus bergantung kepada Al-Qur’an dan as-Sunnah yang suci dan menjadikan keduanya sebagai sumber dan dasar bagi segala pemikiran dan sistem. Itu semua harus dicapai dengan

Page 26: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

gerakan organisasi/partai politik berideologi Islam; partai yang menyadarkan umat dan mencerdaskan umat hingga terwujudnya penerapan seluruh Syariah termasuk Negara Khilafah. Hanya dengan partai berideologi Islam yang besar dan kuat sajalah umat bisa dikeluarkan dari kungkungan jahiliyah yang membelenggunya; untuk kemudian hidup dalam naungan Aqidah dan Syariah Islam, naungan Negara Khilafah Islam.

”Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.” (Ali-Imran:120)

”Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya.” (QS. Al-Anfaal:30)

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai. (QS. at-Taubah:32)

”Dan sungguh orang-orang kafir sebelum mereka (kafir mekah) telah mengadakan tipu daya, tetapi semua tipu daya itu adalah ada dalam kekuasaan Allah. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap diri, dan orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik) itu.” (QS. Ar-Ra’d:42)

PEMBAHASAN KEDUA: KENDALA KEJAYAN UMAT ISLAM INTERNAL

PENGANTAR

Sebenarnya umat Islam telah berbuat kejahatan terhadap diri mereka sendiri dengan kejahatan yang besar ketika mereka mengingkari misi mereka dan membalikkan punggung mereka di hadapan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw.

“Namun kitalah sebagai orang Islam yang lalai dan mengabaikan agama kita. Kita memperlakukan agama Islam dengan salah, yaitu dengan sangat mengacuhkan kemudian berkembang kepada penakwilan yang salah dan berlanjut kepada penerapan konyol.” [Mohammad Al-Ghazali, Dustuur alwahdah atstsaqaafiyyah baina alMuslimin hal.21]

Saya khawatir dengan sangat khawatir ketika saya melihat umat Islam melepaskan perjanjian mereka dengan Allah Swt. Saya kuatir mereka terlepas dari pakaian takwa dan berjalan beriringan bersama kebodohan dan penjajahan yang menghancurkan kekuatan ruh kita dan memotong tali agama kita. [Mohammad Ghazali, ma’allah, diraasaat fiddakwah waddu’aat hal.9]

Kendala-kendala internal terangkum dalam poin-poin berikut ini:1. Tidak menerapkan Syariat Islam keseluruhan dalam wujud Negara Khilafah Islamiyah2. Perpecahan dalam barisan umat Islam karena negara-negara kebangsaan nasionalisme3. Lenyapnya kepemimpinan yang adil dalam wujud Negara Khilafah Islamiyah4. Ketertinggalan umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan karena tiadanya penerapan seluruh sistem Islam dengan Negara Khilafah Islamiyah5. Kendala-kendala (internal) yang lain akibat tidak terapnya sistem Islam dengan Negara Khilafah Islamiyah

1. Tidak menerapkan Syariat Islam keseluruhan dalam wujud Negara Khilafah Islamiyah

Termasuk kendala internal yang menghambat umat Islam dan menghalangi antara mereka dan kejayaan adalah tidak memberlakukan Syariat Islam keseluruhan dan tidak memutuskan dengan hukum yang diturunkan Allah. Bahkan hal itu menjadi sebab langsung yang melahirkan banyak sekali problematika dan kesulitan-kesulitan dalam kehidupan umat Islam.

MAKNA SYARIAT

Syariat menurut arti bahasa adalah tempat datangnya air yang digunakan untuk minum kemudian orang Arab mengartikannya sebagai jalan yang lurus.Sedangkan Syariat Islam menurut arti istilah: hukum-hukum syara’ (al-ahkam asy-syar’iyyah) (yaitu hukum-hukum dari Allah bagi perbuatan hamba). Syariah di sini tidak mencakup masalah-masalah keimanan (aqidah). Syariah mempunyai 3 cakupan: pertama, yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, yaitu hukum-hukum ibadat; kedua, yang mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yaitu hukum-hukum makanan, minuman, pakaian, dan akhlaq; ketiga, yang mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, yaitu muamalat dan uqubat (sanksi-sanksi). [Muhammad Husayn Abdullah, Al-Wadhih fi Ushul Al-Fiqh, hal.56-58]

Adapun arti fiqih, adalah ilmu tentang hukum-hukum syara’ tersebut yang diperoleh dari dalil-dalil syar’i yang rinci. [Al Jurjani, At Ta’rifat, hal168; Imam Asy Syaukani, Irysadul Fuhul ila Tahqiqi Al Haq min Ilm Al Ushul, (Beirut: Darul Fikr, tanpa tahun), hal.3; Saifuddin Al Amidi, Al Ihkam fi Ushul Al Ahkam, hal.9; Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Al Fiqh, Cetakan XII, (Kuwait: Darul Qalam, 1978)]

“Katakanlah: "Sesungguhnya aku telah ditunjuki oleh Tuhanku kepada jalan yang lurus, (yaitu) agama yang benar.” (QS. Al-An’aam:161)

”Allah menyuruh Rasulullah Saw. untuk mengumumkan (menerapkan) Syariat dan melemparkan apa yang selainnya. Allah menggambarkan Syariat dengan istilah jalan yang lurus yang tidak bengkok.” [Abu Hayyan, Albahrul muhith jilid 4 hal.261]

Allah tidak membiarkan manusia begitu saja berjalan dengan hawa nafsu dalam situasi, kondisi, serta kejadian yang menimpanya. Akan tetapi Allah meletakkan sistem lengkap yang lurus baginya dan menggariskan jalan yang lurus.

”Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertaqwa.” (QS. Al-An’aam:153)

Tidak ragu bahwa Allah lebih mengetahui benda ciptaan-Nya, paling mengetahui makhluk-Nya dan paling mengerti hal yang membuat manusia bahagia, selamat di dunia dan akhirat, dan yang membuat mereka sengsara.

”Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Mulk:14)

Allah telah mengetahui bahwa kebahagiaan manusia tidak akan tercapai kecuali dalam naungan sistem Syariat-Nya. Apabila manusia itu mengambil dan menerapkan selainnya, maka ia telah menempuh jalan yang sesat.

Page 27: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Tidak ragu bahwa penyakit mematikan yang menimpa umat Islam adalah akibat langsung dari penyimpangan mereka dari jalan Allah, pengingkaran mereka terhadap petunjuk-nya dan perlawanannya terhadap Syariat Allah. Allah tidak mengangkat derajat dan menjadikannya sebagai umat terbaik yang dimunculkan kepada manusia kecuali dengan perantara Islam ini.Pada saat ini (sebagian) umat justru ingin lepas dari Islam dan rela dengan sistem lainnya sebagai pengganti Islam. Tidak ada yang menghambat umat ini dari upaya mengembalikan posisi tinggi yang diberikan Allah, kecuali umat itu telah terlepas dari sistem dan aturan Allah yang diperuntukkan bagi umat.Umat Islam telah memilih sistem yang beragam yang tidak direlai oleh Allah dan menjadikan agama atau fitrah dengan bermacam agama yang bukan agama Allah. Padahal Allah ingin agar umat Islam beragama dengan agama Allah saja. [Sayyid Quthb, Fii Dhilalil Qur’an jilid 1 hal.132]

“Shibghah Allah. Dan siapakah yang lebih baik shibghahnya daripada Allah? Dan hanya kepada-Nya-lah kami menyembah.” (QS. al-Baqarah:138)

Sibghah adalah (celupan) apa yang mewarnai pakaian. Dan yang dimaksud dengan sibghah Allah adalah agama Allah atau fitrahnya. [Imam Fakhrurrazi dalam kitab tafsirnya jilid 2 hal.456]

MENETAPKAN HUKUM DENGAN SYARIAT ALLAH

”Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. An-Nisa’:65)

Menetapkan hukum sesuai sistem Allah dan Syariat-Nya merupakan keharusan dan tidak bisa hanya dijadikan pilihan saja. Sebab yang ada hanyalah iman dan tidak beriman. [Sayyid Quthb: fii Dhilalil Qur’an jilid 1 hal.132]

Kaitan antara ayat ini dengan ayat sebelumnya sangat jelas. Ayat ini datang setelah perintah mematuhi Allah dan Rasul-nya Saw. dan mengembalian urusan kepada Allah dan rasul ketika terjadi perselisihan. Kemudian penafi’an iman bagi orang yang mengaku beriman namun tidak rela untuk menetapkan hukum dari Allah dan Rasul-Nya. Ayat ini datang untuk menegaskan makna ayat yang sebelumnya tersebut dengan penetapan yang mantap dan gambaran yang kuat.

Seolah dikatakan: ”Mereka tunduk kepada keputusanmu dengan ketundukan pasti yang tidak ada keraguan lagi di dalamnya.” [Tafsir an-Nasafi jilid 1 hal.234]

Hadits dari Urwah bin Zubair yang berkata: Zubair bertengkar dengan seorang lelaki kaum anshar tentang sebuah aliran air. Maka Rasulullah bersabda: “Berilah air wahai zubair kemudian berikan air itu ke tetanggamu.” Lalu sahabat Anshar itu berkata: ”wahai Rasulullah, apakah karena Zubair sepupu anda?.” lantas wajah Rasulullah Saw. berubah warna kemudian beliau bersabda: “Kamu wahai Zubair yang mengairi, kemudian tahanlah air sampai menuju ke tembok kemudian berikan air itu kepada tetanggamu.” Zubair berkata: ”Saya melihat bahwa ayat ini turun tentang masalah tersebut.” [Sahih Bukhari ”fathul bari” jilid 8 hal.254 kitab attafsiir bab falaa warabbika]

”Ayat ini dengan jelas memberikan batasan syarat iman dan batasan Islam, yaitu berhukum kepada Syariat Allah yang

terdapat dalam kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. Ini adalah perkara yang diakui oleh Allah sendiri dan Dia bersumpah terhadapnya dengan Dzat-Nya yang Maha Tinggi.Tidak ada keraguan bahwa maksud dari Rasulullah menerapkan adalah menerapkan Syariat Allah dan sistem-Nya dalam kehidupan beliau dan setelah beliau wafat.…Maka hendaknya umat Islam melihat di manakah posisi mereka dalam hal Islam dan di manakah posisi mereka dalam hal iman?.” [Sayyid Quthb: Fii Dhilalil Qur’an jilid 2 hal.696]

”Dan tidakkah patut bagi laki-laki mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan mu'minah, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al-Ahzaab:36)

“Tidak ada pilihan bagi mukmin lelaki dan wanita ketika Allah dan Rasulullah telah menetapkan keputusan. Keputusan Allah itulah yang harus diikuti. Apa yang dimaksudkan Rasulullah Saw. itulah yang benar. Barangsiapa menentang Allah dan Rasul dalam sesuatu hal maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata. Sebab Allah-lah yang mengatur, dan Rasulullah yang menunjukkan dan menjadi perantara. Maka barangsiapa yang meninggalkan orang yang mengatur dan tidak mendengar perkataan orang yang menunjukkan, maka ia benar-benar telah sesat.” [Fakhrurrazi, Mafatihul Ghaib jilid 12 hal.596]

Ibnu Katsir, setelah menyebutkan sebab turunnya ayat itu dan menyebutkan kisah Zaid bin Haritsah dan Ummul Mukminin Sayyidah Zainab binti Jahsy ra., beliau berkata: ”Ayat ini umum dalam segala perkara. Yaitu jika Allah dan Rasulullah telah menetapkan keputusan maka seseorang tidak boleh melanggarnya. Tidak ada seorangpun setelah firman Allah dan sabda Rasulullah yang berhak memilih, berpendapat atau berkata. Karena itulah Allah memperkeras jika ada seseorang yang melanggar ketentuan-Nya dan keputusan Rasul-Nya. Maka setelah itu Allah berfirman: “Dan barangsiapa yang durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata”, seperti firman Allah: ”Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih -QS.An-Nuur:63.

Allah telah menyempurnakan akidah dan Syariat Islam ini. Maka tidak boleh lagi seorang mukmin mengatakan bahwa dalam agama ini terdapat kekurangan yang memerlukan penyempurnaan, kekurangan yang memerlukan penambahan. Atau mempunyai konsep Islam yang berubah sesuai tempat atau zaman tertentu yang harus berubah mengikuti perkembangan zaman. Allah berfirman: “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agamamu”-QS.al-Maidah:3.

Tentang ayat itu, Imam Ibnu Katsir berkata: Ini merupakan nikmat Allah terhadap umat Islam yang terbesar, sebab Allah telah menyempurnakan agama Islam bagi mereka sehingga mereka tidak memerlukan kepada agama selain Islam dan kepada Nabi selain Nabi mereka. Karena itulah, Allah menjadikan Nabi Muhammad sebagai Nabi terakhir dan mengutus beliau kepada manusia dan jin. Maka tidak ada halal kecuali apa yang dihalalkan Allah, dan tidak ada keharaman kecuali yang diharamkan Allah, serta tidak ada agama kecuali apa yang diSyariatkan Allah.Imam Ibnu Katsir berkata tentang firman Allah “Dan telah Aku ridhai Islam sebagai agamamu”: Maksudnya bersikaplah rela akan Islam bagi diri kalian, sebab Islam adalah agama yang dicintai Allah dan diridhai-Nya. Dengan Islam itu beliau

Page 28: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

mengutus Rasul yang mulia yang paling utama, dan dalam Islam itulah Allah menurunkan kitab-Nya yang paling mulia.” [Tafsir Ibnu Katsir jilid 2 hal.13]

Imam Bukhari meriwayatkan hadits mengenai penafsiran ayat ini. Beliau berkata: “Kaum Yahudi berkata kepada Umar: Kalian membaca sebuah ayat yang jika ayat itu turun kepada kita, maka kita akan menjadikannya sebagai hari raya. Maka Umar berkata: Saya sungguh mengetahui ketika ayat itu diturunkan, di mana turunnya dan di manakah Rasulullah saat ayat itu turun, yaitu di padang Arafah. Dan saya, demi Allah juga berada di padang Arafah.” [Sahih Bukhari, jilid 8 hal.270, kitab tafsir bab alyauma akmaltu lakum diinakum, dari Thariq bin syihab ra.]

Dalam kitab Alhukuumah alIslamiiyah, Abul A’la Al-maududi [Abul a’la almaududi, dilahirkan pada tahun 1903 M di kota Urank Abad di India. Beliau adalah pendiri sebuah jama’ah Islam di sana. Kehidupannya penuh dengan perjuangan. Beliau wafat pada tanggal 12 september 1979 M] berkata:

“Tuntutan untuk kembali kepada sistem Allah dan Syariat-Nya timbul dari perasaan yang kuat bahwa jika seorang Muslim tidak mengikuti peraturan Allah, maka pengakuan keIslamannya batal dan tiada berarti.

Inilah argumentasai Al-Qur’an karim tentang pernyataan tersebut:

1. Al-Qur’an ul-karim menyebutkan bahwa Allah adalah pemilik kerajaan. Oleh karenanya Dialah yang berhak memutuskan perkara dan membuat perundangan. Al-Qur’an juga menetapkan bahwa menjalankan perintah orang selain Allah (menyalahi Syariah) atau hukum selain hukum Allah di muka bumi Allah, maka hal itu merupakan pelanggaran terhadap hukum Allah dan merupakan kebatilan dan pengingkaran yang nyata.

Yang benar, seorang hakim (termasuk pemimpin yaitu Khalifah, ed.) menghukumi dengan peraturan Allah dan memerincikan perkara dengan Syariat Allah dalam kaitan hakim sebagai khalifah Allah dan wakil Allah di muka bumi. Allah berfirman:

”Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki.”(QS.Ali-Imran:26)Allah berfirman:

”Dan katakanlah: "Segala puji bagi Allah Yang tidak mempunyai anak dan tidak mempuyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan tidak mempunyai penolong (untuk menjaga-Nya) dari kehinaan dan agungkanlah Dia dengan pengagungan yang sebenar-benarnya.”(QS.Al-Israa’:111)Allah berfirman:

”Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja yang disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan. Maka keputusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (QS.Al-Mu’min:12)Allah berfirman:

”Dan Dia tidak mengambil seorangpun menjadi sekutu-Nya dalam menetapkan keputusan.” (QS. Kahfi:26)

2. Berdasarkan hal ini, maka Allah telah mencabut hak penghalalan dan pengharaman, sebab manusia merupakan makhluk dan hamba yang diatur. Tugasnya terfokus kepada mengikuti peraturan yang ditetapkan pemilik kerajaan. Allah berfirman:”Dan janganlah kamu mengatakan terhadapa apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ‘ini halal dan ini haram’, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.”(QS.An-Nahl:116)

3. Allah menegaskan bahwa Dia menurunkan Al-Qur’an sebagai sistem agar manusia berhukum dengannya di muka bumi. Allah berfirman:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu.”(QS.An-Nisa’:105)

Allah juga berfirman:“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara

mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kemu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati. hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.”(QS.al-Maaidah:49)

4. Segala sesuatu yang muncul dari perbuatan dari arah mana saja yang berlandaskan syariat lainnya yang bukan Syariat Allah, maka batal dan tidak bernilai. Allah berfirman:

“Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya. Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.”(QS.Al-Kahfi 103-104)

Ini adalah teks Kitabullah yang muhkam (pasti arahnya). Dan inilah akidah yang merupakan pusat pemikiran, sistem, moral serta aturan Islam dalam kehidupan sosial. Umat Islam tidak mungkin sampai kepada iman yang sempurna tanpa menjalankan aturan dan Syariat Allah dan menerapkannya dalam segala perbuatan yang kecil dan besar yang berkaitan dengan urusan kehidupan mereka.” [Abul A’laa al-Maududi, alhukuumah alIslamiyyah hal.20 dan selanjutnya]

KARAKTERISTIK KEUNGGULAN SYARIAT ISLAM

1. Rabbaniyyah (KeTuhanan): Syariat Islam diturunkan dari Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui. Dia mengetahui apa yang terbaik bagi diri manusia dan apa yang merusaknya. Allah berfirman:”Apakah Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”(QS.Al-Mulk: 14)

2. Universal: Syariat Islam bukan untuk satu jenis manusia atau segolongan orang tertentu dari mereka. Akan tetapi untuk manusia dalam kapasitasnya sebagai manusia. Dalam hal ini Allah berfirman:”Katakanlah: "Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua.” (QS.Al-A’raaf:158)

3. Komprehensif: Syariat Islam mencakup segala bidang kehidupan. Allah berfirman:”Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS.An-Nahl:89)

4. Keadilan mutlak. Syariat Islam tidak memperhatikan sekelompok rakyat tanpa sekelompok lainnya atau satu tingkatan orang tanpa tingkatan lainnya. Syariat Islam juga tidak memperhatikan satu aspek dan mengabaikan aspek lainnya.

Segala karakteristik Syariah tersebut merupakan hal yang mustahil terjadi dalam perundangan konvensional buatan manusia. Sebab memenuhi karakteristik itu semuanya memerlukan ilmu ketuhanan dan kasih sayang-Nya. Manusia selamanya tidak bisa membuat aturan yang baik di semua sisi yang beragam. Sedangkan yang memandang dengan pandangan yang meliputi semua aspek dan segala hal, adalah Allah yang Maha Menciptakan dan Maha Mengetahui; ilmu dan rahmat-Nya mencakup segala sesuatu. [Abdullah nasih Ulwan, hatta ya’lama asyssyabab hal.45]

Beberapa persaksian para penulis barat dan pemikir mereka agar hal itu dapat lebih menguatkan argumentasi:

Page 29: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Dr. Esco Ensapato berkata: ”Syariat Islam unggul dalam banyak bagiannya daripada perundangan Eropa. Bahkan Syariat Islam adalah Syariat yang paling mantap bagi dunia.” [Abdullah nasih Ulwan, hatta ya’lama asyssyabab hal.45]

Baba Syanudah dalam pembicaraannya yang dipublikasikan pers mengatakan: “Para pendeta dalam naungan hukum Syariat Islam lebih bahagia dan lebih merasa aman. Mereka pernah seperti itu, berada dalam kebahagiaan ketika hukum Syariat menjadi hukum yang banyak dijalankan. Kami rindu untuk hidup dalam naungan ”hak bagi mereka, maka kita juga berhak, dan kewajiban bagi mereka, maka kami juga berkewajiban.”

Sekarang ini negara Mesir (negara sistem kufur sekularisme) mengadopsi perundangan dari luar dan menerapkannya bagi kita. Sementara kita tidak menerapkan perundangan yang terperinci dalam Islam. Lantas bagaimana bisa kita rela dengan perundangan yang diambil dari luar, sementara kita tidak rela dengan perundangan Islam? [Mohammad Imarah: al-Islam wassiyasah hal.150, yang juga dicantumkan dalam koran al-ahraam Mesir tanggal 6 maret 1985]

ANTARA SYARIAT DAN PERUNDANGAN KONVENSIONAL

Ada rasa absurd (non-sense) jika membandingkan Syariat Islam dengan perundangan konvensional. Sebagaimana sebuah syair mengatakan: “Apakah engkau lihat bahwa pedang berkurang kadarnya (derajatnya)? Jika dikatakan bahwa pedang lebih canggih daripada tongkat?” [Bait syair oleh Ibnu Katsir ketika menafsirkan surat al-Qadr, jilid 4 hal.531]

Pembicaraan dalam hal ini adalah untuk membuka aib perundangan konvensional sehingga keburukannya nampak dan para penganutnya dapat mengetahui hakikat materi undang-undang kufur tersebut.

Para penguasa batil di negeri-negeri Muslim mencoba solusi asing yang diimpor dari Barat dan Timur. Namun solusi itu tidak dapat merealisasikan harapan masyarakat kita yang dicita-citakan yaitu membersihkan individu dan meningkatkan kualitas masyarakat. Solusi itu juga tidak dapat memberikan kebaikan dalam agama dan kemakmuran dunia, dan tidak menghasilkan sesuatu kecuali hanya musibah dan kekacauan yang dampaknya sekarang ini dapat kita saksikan.

Sistem jahiliah yang dirancang manusia bagi diri mereka sebagai pelarian dari petunjuk Allah, telah mewakili kebodohan besar manusia, kelemahan, serta hawa nafsunya. Sistem jahiliah tersebut bertentangan dengan fitrah manusia baik secara total dan parsial. Oleh karena itulah, diri manusia akan sengsara sesuai dengan kadar pertentangan dengan fitrahnya.

Jika sistem jahiliyah kembali berusaha mengobati penyakit baru yang timbul dari usaha pengobatan penyakit sebelumnya, maka sistem kufur tersebut mengakibatkan penyakit baru lagi, dan demikian seterusnya dalam segala bidang.

Sistem hukum kufur menjadikan manusia terbebani dengan beban berat terus-menerus dalam semua segi kehidupannya. Berbeda dengan sistem solusi sempurna, komprehensif dan sesuai dengan fitrah manusia, yaitu sistem Islam. Perbedaan mendasar hukum Islam dengan hukum kufur secara global:

1. Perundangan Islam adalah wujud ketakwaan antara Muslim dengan Penciptanya. Sedangkan perundangan buatan manusia, adalah wujud kesombongan dan keingkaran kepada Allah Swt.

2. Perundangan Islam adalah perundangan yang betul-betul mencegah manusia melakukan pelanggaran dan menebus dosa Muslim pelakunya. Hukum Islam menyuburkan kebaikan. Sedangkan perundangan konvensional buatan manusia adalah perundangan yang gagal; tidak mampu mencegah tumbuhnya para kriminal yang rusak dan merusak.

3. Perundangan Islam mempunyai pengaruh kuat dalam hati, sebab hukum Islam adalah sesuai fitrah manusia dan berasal dari Allah Swt.; berlandaskan aqidah yang benar sehingga diyakini secara pasti sebagai kebenaran.

“Hukum buatan manusia, tidak mempunyai posisi terhormat dalam jiwa manusia dan tidak mempunyai kekuatan yang mampu mengendalikan kehidupan mereka (secara benar).”[Hamid Mahmud Isma’il: Tarikh tasyri’ Al-islaami]

4. Perundangan Islam tidak berubah-ubah karena telah sempurna; sumber-sumber hukum Islam mencukupi keperluan pengambilan hukum untuk segala perkara. Sedangkan perundangan kufur berubah-ubah menuruti pikiran para manusia yang sangat terbatas; menuruti hawa nafsu; sehingga menjadikan masyarakat sebagai korban sistem gagal.

Demikianlah, nilai agung Syariat Islam yang diberikan Allah kepada manusia. Dan bagi umat Islam yang memiliki sistem dari Allah, tidak boleh selamanya meninggalkan berlian yang dimilikinya dan mencari debu dan asap di tangan manusia lain. [serupa dengan ini: Anwar Jundi, almu’asharah fii ithaar al-ashaalah hal.6]

Sistem Islam atau Syariah Islam lengkap hanya bisa diterapkan secara menyeluruh; termasuk Syariat mengenai Negara pelaksananya yaitu Negara Khilafah Islam. Sistem Islam tidak bisa benar-benar terwujud di dalam sistem kufur semacam kerajaan, demokrasi, kediktatoran, dsb. Hukum-hukum yang tampak Islami di sistem negara kufur sesungguhnya adalah tipuan belaka, sebab sistem negara kufur tidaklah memenuhi syarat/kondisi wajib bagi diterapkannya sistem Islam.

Maka konsep Islam jelas yaitu bahwa kebenaran hanya satu yang tidak beragam. Adapun selain kebenaran itu, maka dinamakan kesesatan. Selain itu, kebenaran dan kesesatan tidak dapat digabung dan tidak mungkin bercampur di antara keduanya. Yang ada hanya hukum Allah dan hukum jahiliah. Syariat Allah dan hawa nafsu. [Sayyid Quthb: Ma’alim alaththariiq hal.164]

”Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (QS. Al-Maidah:50)

“Allah mengingkari orang yang keluar dari koridor hukum Allah yang pasti, yang mengandung segala kebaikan, dan melarang segala keburukan. Orang tersebut beralih kepada selain hukum Allah yang berupa pendapat, hawa nafsu,dan istilah-istilah lainnya yang diberikan orang tertentu tanpa sandaran dari Syariat Islam. Itulah kesesatan dan kebodohan yang dianut pengikut jahiliah yang mereka nyatakan dengan pendapat dan hawa nafsu mereka.Allah berfirman: “Dan (hukum) siapakah yang lebih dari hukum Allah, bagi orang-orang yang yakin?”Maksudnya siapakah yang lebih adil dari Allah dalam hukum-Nya. Bagi orang yang memikirkan kandungan hukum Allah, tidak ada yang lebih adil dari Allah. Tidak ada yang lebih adil dari Allah dalam pandangan orang beriman, meyakini, dan mengetahui bahwa Allah pemberi hukum paling bijaksana,

Page 30: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

dan paling sayang terhadap makhluk-Nya daripada seorang ibu kepada anaknya. Allah Maha mengetahui terhadap segala sesuatu, Maha Kuasa terhadap segalanya, yang Adil dalam segalanya.” [Tafsir Ibnu Katsir, jilid 2 hal.68]

Tidak ada jalan di tengah-tengah antara Syariat yang lurus dan hawa nafsu yang bengkok. Ketika seseorang meninggalkan Syariat Allah, maka ia telah berhukum dengan hawa nafsu. Segala sesuatu selain Syariat Islam, maka merupakan hawa nafsu yang dituju oleh orang yang tidak mengetahui.

Demikianlah, menjadi jelas bahwa perkara ini adalah perkara serius, yaitu perkara akidah. Kemudian perkara ini adalah perkara kebahagiaan manusia dan kesengsaraan. Manusia tidak terobati sakitnya kecuali dengan obat yang berasal dari Allah Swt. Allah telah menjadikan sistem-Nya saja sebagai kunci pembuka segala kebuntuan dan obat dari segala penyakit. [serupa dengan ini: Sayyid Quthb: Fii Dhilalil Qur’an, jilid 1 hal.15]

Allah juga memberikan petunjuk dan kebahagiaan dunia dan akhirat ketika manusia mengikuti petunjuk dan sistem-Nya. Ketika manusia berpaling dari Syariat Allah maka akan mendapatkan kesengsaraan, kesempitan dalam kehidupan dunia, serta kebutaan dan kerugian di akhirat.

”Maka jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, lalu barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan ia tidak akan celaka. Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha: 123-124)

Ibnu Katsir berkomentar: “falaa yadlillu” maksudnya tidak sesat di dunia, dan “walaa yasyqaa” maksudnya tidak celaka di akhirat. Penafsiran demikian itu disebutkan oleh Ibnu Abbas ra.

“Barangsiapa yang berpaling dari mengingat-Ku, maka ia akan mendapatkan kehidupan yang sengsara”, maksudnya barangsiapa melanggar urusan-Ku dan wahyu yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku, berpaling darinya, melupakannya dan mengambil petunjuk selainnya, maka ia mendapatkan kehidupan yang sengsara di dunia, tidak mendapatkan ketenangan, dan hati yang lega.

Tetapi hatinya menjadi sempit dan sesak karena kesesatannya, meskipun secara lahiriah ia (mungkin) merasa gembira karena nikmat, berpakaian sekehendaknya, makan semaunya dan tinggal sesuai kemauannya. Sebab jika hatinya tidak mendapatkan keyakinan dan petunjuk, maka ia berada dalam kegelisahan dan kebimbangan, sehingga ia masih terus dalam keraguan berkecamuk.” [Tafsir Ibnu Katsir, jilid 3 hal.169]

SALAH SATU BENTUK PENOLAKAN TERHADAP SYARIAT ISLAM: MEMISAHKAN AGAMA DARI NEGARA (SEKULERISME)

Pemisahan agama dengan negara merupakan musibah besar yang menimpa umat Islam. Dalam kondisi itu umat Islam berupaya mengikuti kebangkitan barat. Maka umat Islam justru menjauhkan Islam dari lapangan kehidupan. Umat Islam menjadikan Islam hanya terbatas pada ritual-ritual ibadah dan menggugurkan pemahaman Islam yang komprehensif yang ditegaskan oleh teks Al-Qur’an karim dan Sunnah Nabi baik perkataan dan perbuatan, dan penerapan oleh sahabat, tabi’in serta generasi yang datang setelah itu.

Para musuh Islam telah mencurahkan daya upaya keras untuk mengantarkan umat Islam sampai kepada pemahaman sekulerisme. Yaitu pemahaman Islam yang hanya terbatas dalam ruang lingkup keyakinan hati dan ritual ibadah saja dan dihindarkan dari sistem kehidupan nyata dan dijauhkan dari dominasi dalam setiap aktivitas nyata kehidupan manusia.

Yang sangat disayangkan, bahwa di kebanyakan negeri-negeri Muslim diterapkan pemikiran ini dan mengembangkannya untuk mengatur negeri mereka. Padahal pemikiran tersebut asing dalam Islam dan umat Islam. Negeri-negeri tersebut mengakui secara formalitas bahwa Islam adalah agama negara secara resmi, [Ada beberapa negara yang tidak mengakui Islam sebagai agama resmi negara mereka namun mengakui negaranya sebagai negara sekuler seperti Turki yang sebelumnya adalah Negara yang wajib didirikan yaitu Negara Khilafah Islam. Dan tiada daya dan kekuatan selain dari Allah yang Maha tinggi dan Maha Agung] akan tetapi realitas sesungguhnya benar-benar bertolak belakang. Negara-negara sekular tersebut menolak Islam mengatur sistem politik, kehidupan ekonomi serta sosial. Dan pada akhirnya dakwah mengajak kepada penerapan Islam keseluruhan menjadi barang terlarang dan benda yang dijauhkan di berbagai negeri Muslim saat ini.

Maka hasilnya adalah kegiatan kaum Muslimin yang hanya terpaku di masjid-masjid. Aktivitas mereka hanya terbatas kepada ritual ibadah dalam pengertiannya yang sempit. Dan pada akhirnya dalam hati banyak orang muncul persepsi bahwa hal demikan itu adalah Islam yang sebenarnya. Dan yang selain itu, maka merupakan sisipan dan tambahan yang tidak berarti. [Hamid Sulaiman, alghaam fii thariiq ashshahwah alIslamiyyah hal.24]

ALQUR’AN MENETAPKAN ISLAM YANG KOMPREHENSIF

Sikap Al-Qur’an karim tentang perkara ini begitu jelas dan tidak ada kerancuan di dalamnya. Al-Qur’an menetapkan bahwa Islam adalah keseluruhannya dan tidak terpisah-pisah. Mengambil Islam secara parsial (hanya bagian-bagian tertentu) merupakan hal yang tidak diterima Allah.

”Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya.” (QS. Al-Baqarah:208)

Maksudnya masuklah ke dalam semua Syariat Islam. Sikap ini merupakan pendapat mayoritas para ahli tafsir.

”Allah memerintahkan orang-orang yang beriman untuk masuk dalam mengamalkan Syariat Islam dan ketentuan-ketentuan Syariat Islam semuanya, dan menjaga kewajibannya yang diwajibkan Allah. Allah juga melarang mereka menyia-nyiakan sesuatu yang masuk ke dalam kandungan Syariat.” [Imam Thabari, Jami’ul bayan, jilid 2 hal.188]

”Maksudnya, masuklah kalian dalam cabang-cabang Islam dan semua kandungan Syariatnya.” [Tafsir an-Nasafi jilid 1 hal.105]

Allah telah memperingatkan dengan keras agar tidak mengambil Islam secara parsial (bagian-bagian tertentu saja)

”Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kemu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu.” (QS. Al-Maidah:49)

Page 31: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Al-Qur’an karim telah mencakup semua lapangan kehidupan dunia dan akhirat. Maka ia juga berbicara tentang akidah dan ibadah. Selain itu juga membahas tentang Jihad, hukum dan penetapan keputusan dan juga tentang perdagangan, muamalat. Al-Qur’an tidak membiarkan hal-hal kecil dan besar kecuali memberikan ketentuan mengenainya.

”Tiadalah Kami lupakan sesuatu apapun di dalam Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (QS. Al-An’am:38)

”Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (al-Qur'an) dan Rasul (Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’:59)

Imam Nasafi berkata: ”Farudduhu ilalah warRasul” (kembalikan kepada Allah dan Rasul), maksudnya kembalilah kepada kitabullah dan Sunnah Rasulullah Saw. “Itu adalah lebih baik dan paling baik penakwilan”, maksudnya lebih baik bagi kalian di sisi Allah pada hari akhirat kalian dan lebih baik dalam kehidupan dunia kalian.” [Tafsir an-Nasafi jilid 4 hal.95]

Umat Islam tidak boleh memilih sebagian Syariat dan melemparkan sebagian lainnya. Namun agar masyarakat menjadi Islam sebenarnya, maka haruslah mematuhi Islam semuanya sehingga masyarakat tidak menjadi seperti bani Israil yang beriman dengan sebagian hukum Taurat dan ingkar dengan sebagian lainnya. Maka Allah membalas keingkaran mereka dalam firman-Nya:”Apakah kamu beriman kepada sebagian dari Al-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebagian yang lain? Tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.” (QS. Al-Baqarah:85)

Menjauhkan Islam dari lapangan kehidupan, dan memisahkannya dari pengaturan terhadap segala hal terkait pemerintahan negara merupakan sebab utama bermacam prahara yang menimpa umat Islam.

Salah satu tujuan sistem kufur sekulerisme adalah mengganjal dan mencegah gerakan Islam untuk mendirikan Negara Khilafah Islam yang berkewajiban menerapkan seluruh sistem Islam.

Dengan diberlakukannya sistem kufur oleh para penguasa batil di negeri-negeri Muslim, maka problematika dan kesengsaraan dalam masyarakat menjadi penyakit kronis, yang obatnya hanya bisa didapat dengan perjuangan besar, yaitu perjuangan mengenyahkan penyebab penyakitnya.

Para antek kafir penjajah menuduh bahwa dalam Islam terdapat kekurangan dan tidak lengkap. Padahal Islam lepas dari tuduhan mereka itu. Manusia tidak dapat menemukan rahmat dan nilai praktis Islam kecuali setelah Islam kembali ke tempatnya yang semula yaitu dijadikan rujukan, menjadi hukum, memerintah, melarang, dan mengatur segala urusan kehidupan manusia dengan Negara Khilafah Islamiyah.

Ketika Islam dijadikan solusi kehidupan, maka segala kesulitan di segenap bidang kehidupan akan hilang dan terselesaikan. Dalam naungan Islam yang benar, dalam kekuasaan Khalifah penerap Syariah, segala segi kehidupan akan menjadi benar.

STATUS HUKUM ORANG YANG TIDAK MELAKSANAKAN SYARIAT ISLAM

Allah mengancam orang-orang yang meninggalkan hukum dan Syariat-Nya; dan mengikuti hukum, perundangan dan hawa nafsu manusia dengan berbagai ancaman.

”Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.” (QS.Al-Maidah:44)”Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.” (QS.al-Maidah:45)”Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik.” (QS.Al-Maidah:47)

Meskipun ayat-ayat tersebut turun tentang orang Yahudi, namun yang diperhitungkan -sebagaimana kaidah yang diakui- adalah umumnya lafadz dan bukan khususnya sebab. [Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi, al-itqaan fii ulumilqur’aan jilid 1 hal.50]

”Para mufassir berbeda pendapat. Di antara mereka ada yang menjadikan ketiga sifat tersebut (kafir, dzalim dan fasik) sebagai sifat dari satu orang, yaitu orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah. Sementara orang lain berkata: ”Sifat yang pertama (kafir) adalah bagi orang yang menentang, dan yang kedua (dzalim) serta ketiga (fasik) bagi orang yang tidak berhukum dengan hukum Islam namun ia masih mengakuinya.” [Fakhrurrazi, Mafatihul Ghaib jilid 6 hal.41]

Imam Thabari menyebutkan beberapa pendapat mengenai penafsiran ayat ini. Salah satunya: Makna ayat itu: Dan barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Allah dan menentangnya, maka ia orang kafir. Sedangkan bagi orang yang tidak berhukum, namun ia masih beriman dan tidak menentang, maka ia termasuk orang dzalim dan fasik.

Diceritakan dari Ibnu Abbas yang berkata: Barangsiapa menentang apa yang diturunkan Allah, maka ia telah kafir. Dan barangsiapa mengakui apa yang diturunkan Allah, namun tidak berhukum dengannya, maka ia dzalim dan fasik. [Tafsir Thabari jilid 4 hal.163]

Perkataan Ikrimah mengenai ayat-ayat ini yang intinya bahwa sifat kafir diperuntukkan bagi orang yang mengingkari dengan hatinya dan menentang dengan lidahnya. Sedangkan orang yang mengakui hukum Allah dengan lidah dan hatinya, namun berhukum dengan selainnya, maka ia dianggap masih berhukum dengan hukum Allah. Hanya saja ia meninggalkannya. Karena itu, ia tidak harus masuk dalam cakupan sifat kafir. [Imam Razi,Mafatihul Ghaib jilid 6 hal.35]

Imam Qurthubi menceritakan tentang ayat ini: Dari Ibnu Mas’ud dan Hasan: “Ayat itu umum bagi setiap orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah, baik orang tersebut berasal dari kalangan umat Islam, Yahudi dan kafir. Maksudnya orang itu membolehkan untuk tidak berhukum dengan hukum Allah. Sedangkan orang Muslim yang tidak berhukum dengan hukum Allah dan ia meyakini bahwa ia telah berbuat haram, maka ia fasik. Urusannya diserahkan kepada Allah. Jika Allah berkehendak, maka ia bisa disiksa, dan jika Allah berkehendak, maka ia bisa dimaafkan.” [Tafsir Qurthubi, jilid 3 hal.2285]

Pengarang kitab Al-aqidah Assalafiyyah yang terkenal yang berjudul ”aththahawiyyah” mengatakan: ”Kita tidak mengkafirkan seseorang dari umat Islam karena dosa, selama

Page 32: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

ia tidak meyakini kehalalan dosa itu.” [Shadruddin ali bin abil’izz alhanafi hal.296]

“Madzhab penganut kebenaran yaitu bahwa tidak mengkafirkan orang Islam karena berbuat dosa. Adapun orang Islam yang menentang hal yang sudah pasti dalam agama, maka ia dihukumi murtad dan kafir.” [Imam Nawawi, Syarhunnawawi jilid 1 hal.150]

Kita memohon kepada Allah untuk memberikan petunjuk kepada para pemegang pengaruh dan kekuatan di antara kaum Muslimin dan memberikan mereka taufik agar dapat mendirikan Negara Khilafah Islam sebagai Negara wajib penerap hukum Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Allahlah sebaik-baik tempat memohon.

Di akhir pembahasan

Umat Islam harus yakin bahwa mereka tidak akan bisa keluar dari krisis multidimensi, terangkat dari rantai dan belenggu yang menimpa mereka, dan menderita kesengsaraan, kecuali dengan kembali secara serius dan benar kepada Islam secara menyeluruh. Islam itulah nikmat dari Allah bagi umat Islam dan telah diridhai untuk mereka.

Dan Islam telah memberi tuntunan untuk mengatasi krisis multidimensi ini. Krisis multidimensi ini mewabah gara-gara terapnya sistem kufur negara batil sekularisme di seluruh negeri Muslim. Maka tuntunan yang harus diikuti adalah tuntunan perjuangan untuk mewujudkan terapnya sistem Negara Islam Khilafah secara keseluruhan. Metode perjuangan Rasul Saw. dalam mengganti sistem jahiliyah dengan Islam ini dibahas secara lengkap di bukunya Syaikh Ahmad Mahmud, “Dakwah Islam”.

Umat Islam perlu berjuang keras dan serius. Ini juga menunggu tekad kita untuk secara berterusan memperjuangkan Syariat Islam dengan membai’at seorang Khalifah bagi kaum Muslimin seluruhnya, yaitu mewujudkan Negara Khilafah secara riil.

Tidak boleh kita menyalahi metode Rasul Saw. dalam menegakkan Islam keseluruhan sebab itulah satu-satunya syariatnya. Sedangkan perkataan mengenai kaidah bahwa ‘sesuatu yang tidak dapat dijangkau seluruhnya, maka tidak boleh ditinggalkan semuanya’ tidak boleh kita ikuti untuk menerapkan Syariah secara sedikit-sedikit dan bertahap; sebab pihak yang berhak menerapkan sistem Syariat dalam hal pemerintahan Negara, termasuk peradilan, hanyalah seorang Khalifah yang dibai’at untuk penerapan Islam keseluruhan; bukan seorang presiden, bukan parlemen, bukan mahkamah negara sekularisme, bukan raja, bukan diktator, bukan preman berdasi, bukan tokoh masyarakat tertentu. Hanya Khalifahlah yang berhak melakukannya. Maka metode Rasul Saw. itu benar-benar harus diikuti sehingga pasti mencapai tujuan dan tidak terjerumus tersesat dalam demokrasi serta sistem kufur lainnya.

Kami mengingatkan umat Islam bahwa segala jalan di depan mereka telah tertutup kecuali satu jalan yaitu jalan metode penegakkan Islam dari Rasul Saw. Semua metode lain, bagaimanapun juga, tidak bisa mencapai pemenuhan kewajiban penerapan Islam. Maka hendaknya umat Islam menghentikan percobaan-percobaan melelahkan dan merugikan. Para tokoh umat Islam hendaknya segera berjuang dengan metode yang benar sebagaimana partainya Rasul Saw. 2. Perpecahan dalam barisan umat Islam karena negara-negara kebangsaan nasionalisme

Perpecahan dalam barisan umat Islam adalah hambatan terbesar yang menghalangi berjayanya umat Islam. Hal itu dikarenakan, kekuatan umat Islam terkandung dalam terpenuhinya kewajiban persatuan mereka dalam Negara wajib Khilafah Islamiyah. Jika mereka bercerai berai, maka mereka akan menjadi umat yang tidak bersyariah Islam secara lengkap dan tidak mempunyai kekuatan; tidak mempunyai kekuasaan yang dipimpin seorang Khalifah.

Islam datang ketika dunia dalam kondisi perpecahan. Tidak ada yang mengikat persatuan kecuali fanatisme golongan dan ikatan fanatisme keturunan, ras, suku, termasuk juga kebangsaan/nasionalisme; itu semua adalah paham jahiliyah yaitu ashabiyah.

Islam muncul dan berhadapan dengan manusia yang mengagungkan ikatan tanah air, nasab, atau menyatu karena asas kemaslahatan dan kemanfaaatan. Maka Islam datang dan menyeru kepada semua manusia untuk meninggalkan semua ikatan yang bersifat jahiliah itu dan selanjutnya mereka bersatu dalam satu umat yang memiliki syi’ar “Tiada Tuhan selain Allah, Muhammad utusan Allah.”

Dan demikianlah, Islam menggoreskan kalimatnya yang mantap dalam perkara yang agung ini yang menggariskan hubungan antara sebagian manusia dengan sebagian lainnya. Islam menyatakan bahwa tidak ada perbedaan warna kulit, jenis, keturunan, tanah air, serta kemanfaatan. Kesemuanya itu tidak dapat mengikat dan menyatukan manusia dan tidak dapat dijadikan standar hukum perbuatan/sikap. Yang dapat dijadikan standar dan barometer adalah akidah atau keyakinan.

Pengikat sahih untuk mengumpulkan manusia adalah akidah; sebab akidah Islam adalah akidah yang sahih yang memancarkan sistem yang lengkap; demikian itulah ideologi Islam.

Dengan sendirinya Islam unggul di atas ras dan kebangsaan manusia. Islam menyerukan semua bangsa untuk menciptakan persatuan mereka dalam satu umat yang bersaudara. Di dalam Islam tidak ada keutamaan kecuali berdasarkan takwa dan amal salih.

Allah menyeru kepada kaum mukmin di segenap penjuru bumi dan dalam setiap generasi untuk bersatu dalam persatuan yang sesuai Syari’ah, yaitu persatuan dalam wadah Negara Khilafah. Negara inilah wujud nyata konsep jamaah kaum Muslimin dalam Islam. Konsep jamaah kaum Muslimin seluruh dunia bukanlah konsep jamaahnya George Washington, Benjamin Franklin, atau Hitler, Stalin, ataupun Raja Saud, Ratu Elizabeth; tapi konsep jamaah umat Islam seluruh dunia adalah taat bersatu di bawah kepemimpinan seorang Khalifah: Negara Khilafah.

”Sesungguhnya (agama tauhid) ini adalah agama kamu semua; Umat yang satu (ummatan wahidah) dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku. (QS. Al-anbiya:92)“Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, Umat yang satu (ummatan wahidah) dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertaqwalah kepada-Ku.” (QS. Al-Mukminun:52)

AL-QUR’AN MENETAPKAN PERSAUDARAAN IMAN

”Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebagian yang lain.” (QS. At-Taubah:71)

Page 33: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

”Orang-orang yang beriman adalah bersaudara.” (QS.Al-Hujuraat: 10)”Dan berpeganglah kamu pada tali Allah dan janganlah kamu bercerai berai.” (QS.Ali Imran: 103)

Imam Thabari berkata: “Dan berpeganglah kamu dengan agama Allah yang hal itu diperintahkan oleh Allah dan merupakan perjanjian-Nya kepada kalian dalam kitab-Nya berupa persatuan dalam kalimat kebenaran dan penyerahan kepada urusan Allah Swt.”

”Dan ta'atlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatan dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS. Al-Anfaal:46)

Sunnah Nabi baik perbuatan dan perkataan juga telah mengakui pentingnya persatuan kepemimpinan Negara Islam di antara umat dan memperingatkan dengan keras terhadap perpecahan.

Tindakan pertama yang dilakukan Rasulullah Saw. setelah beliau membangun Negara Islam dan masjid adalah mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar. Beliau bersabda kepada mereka: “Bersaudaralah kalian karena Allah, dua orang, dua orang.” [Abul Qasim Abdurrahman as-Suhaili, arraudl al-anif hal.242] Rasulullah bermaksud agar mereka saling menopang satu sama lain. Dengan demikian, kekuatan umat Islam bertambah mantap dan Negara Islam disegani baik di Madinah maupun di tempat lainnya.

Maka sesama warga Daulah Islam merasakan ketenangan dan kebahagiaan. Mereka mencintai Negara Islam yang ketika itu baru berkuasa atas Madinah saja. Dan mereka semuanya berada dalam suasana persaudaraan.

”Dan orang-orang yang telah menempati Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu) Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr:9)

”Perumpamaan kaum mukminin dalam persaudaraan, kasih sayang, dan kelembutan mereka seperti satu tubuh, jika salah satu anggota tubuh mengeluh sakit, maka anggota tubuh lainnya ikut tak bisa tidur malam dan merasa demam.” [HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya jilid 4 hal.1999, dari Nu’man bin Basyir ra.]

”Seorang mukmin bagi mukmin lainnya seperti sebuah bangunan, sebagian lainnya memperkuat bagian lainnya, lalu beliau menggabungkan jari jemari.” [HR. Imam Bukhari dalam sahihnya yang terdapat dalam hasyiyah asanadi jilid 2 hal.670;HR. Imam Muslim dalam Syarah Nawawi jilid 6 juz 16 hal.139, dari Abu Musa al-asy’ari ra.]

“Seorang Muslim adalah saudara Muslim lainnya. Dia tidak mendzaliminya dan tidak menundukkannya. Barangsiapa yang berada untuk memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah berada dalam kebutuhannya, dan barangsiapa yang melepaskan kesulitan seorang Muslim, maka Allah akan melepaskan kesulitannya pada hari kiamat nanti. Dan barangsiapa yang menutupi aib seorang Muslim, maka Allah

akan menutupi aibnya nanti pada hari kiamat.” [HR. Imam Muslim dalam sahihnya dalam “Syarah Nawawi” jilid 6 juz 16 hal.134, dari Salim dari ayahnya ra.]

Nabi Saw. juga berusaha melawan apa saja yang dapat menimbulkan perpecahan dalam barisan persatuan umat Islam.

”Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat.” (QS. Ali Imran:105)

”Janganlah kalian berselisih, sebab umat sebelum kalian berselisih, maka mereka menjadi hancur.” [HR. Imam Bukhari dalam kitab sahihnya yang tercantum dalam kitab “fathul bari” jilid 5 hal.70, dari Abdullah bin Mas’ud ra.]

”Jika dibai’at dua orang khalifah, maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya.” [HR. Imam Muslim no.3444; juga dalam Syarah Nawawi jilid 4 juz 12 hal.242, dari Abu sa’id al-Khudri ra.]

Inilah konsep persatuan Islam, yang selamanya tidak akan berubah dan tidak akan tergantikan secara mutlak. Sejarah telah juga menunjukkan bahwa umat manusia dalam naungan Khilafah dapat merasakan rahmat dari Syariah Islam yang diterapkan. Umat Islam wajib menjadikan negeri-negerinya bergabung dalam kekuasaan Khilafah Islam.

Jika kita mencermati sejarah berbagai bangsa dari segi kekuatan dan kelemahannya, bahkan dalam hal kejayaan dan kehancurannya, maka kita akan mendapatkan sunnatullah bahwa kekuatan dan eksistensi suatu kaum terjadi ketika mereka berada dalam kesatuan dan persatuan.

Islam mampu menyatukan berbagai manusia dan mempertautkan bermacam hati dan menjadikan masyarakat Islam (dalam Negara Islam, ed.) berada pada satu golongan tanpa memperhatikan jenis, warna kulit atau bahasa. Kondisi inilah yang mencengangkan dunia. Mereka dikejutkan oleh umat Islam yang bersatu dan yang dapat mempersatukan kumpulan manusia yang beragam. [Sa’duddin salih, al-asaalib alhadiitsah fii muwaajahat alislaam hal.119]

Ketika umat Islam menghadapi dunia dengan barisan persaudaraan yang bersatu padu dalam naungan Negara Khilafah, maka mereka tidak digentarkan oleh berbagai imperium dunia kapanpun.

Para musuh Islam tercengang melihat kesatuan kuat umat Muslim dalam Negara Berideologi Islam; Akidah adalah dasar Negara dan Syariah lengkap adalah undang-undangnya. Mereka mengetahui bahwa Negara tunggal Khilafah Islam merupakan hambatan terbesar yang menghalangi terwujudnya ambisi mereka. Hal tersebut muncul dalam berbagai penjelasan orang-orang kafir Barat.

”Dan Yang mempersatukan hati mereka (orang-orang yang beriman) Walaupun kamu membelanjakan (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS.al-Anfaal:63)

Lurons Brown berkata: “Jika umat Islam bersatu dalam satu kekaisaran maka mereka bisa menjadi laknat dan bahaya bagi dunia. Adapun jika mereka bercerai berai, maka ketika itu mereka tanpa kekuatan dan tidak berpengaruh.” [Sa’duddin Shalih, alasaalib alhadiitsah hal.120]

Page 34: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Simon berkata: “Kesatuan umat Islam dapat merealisasikan cita-cita mereka dan dapat membantu melepaskan dominasi Eropa.” [Jalalul Alam, qaadatul gharb yaquuluun hal.74]

Salazad berkomentar dalam wawancaranya dengan wartawan: “Bahaya yang sesungguhnya adalah apa yang akan diperbuat dan diciptakan oleh umat Islam dengan merubah sistem dunia. Salazad ditanya: Umat Islam banyak berselisih dan tidak terlalu berpikir untuk bersatu. Maka ia menjawab: Saya kuatir di antara mereka ada orang yang menciptakan perselisihan dalam golongan kita.” [Sa’id Hawwa, Jundullah tsaqaafatan waakhlaaqan hal.15]

Laporan menteri pembangunan Inggris, Owermars Ghoe, yang berkata dalam laporan itu: “Perang mengajarkan kita bahwa kesatuan umat Islam adalah bahaya terbesar yang harus diwaspadai oleh imperium dan harus dilawan. Politik kita selamanya dan seterusnya bertujuan mencegah munculnya kesatuan dan kerjasama antara umat Islam. Strategi politik ini harus terus dijalankan seperti itu.” [Jalalul alam, qaadatl gharb yaquuluun hal.51]

Sejak berdirinya pemerintahan Negara Islam yang awalnya hanya sebatas Madinah Munawwarah, para musuh Islam berusaha keras dengan berbagai cara untuk melepaskan kesatuan umat Islam sebagai upaya awal untuk menghabisi mereka. Mereka memiliki banyak misi dan rencana.

Sejarah Khilafah Islam merupakan saksi yang paling baik bahwa selama umat Islam bersatu dalam kalimat Allah, Negara, serta tujuan dan misinya, maka setiap kali itulah kekuatan mereka bertambah dan mereka menang, perkasa dan berkuasa. Namun semenjak umat Islam saling bercerai berai karena sistem kufur nasionalisme dan berselisih, maka setiap kali itulah mereka akan gagal dan hina. Dengan perpecahan itu maka kaum Muslimin juga akan mendapatkan nasib seperti umat lainnya ketika mereka melanggar sistem dari Allah Swt.

PERSATUAN ISLAM MERUPAKAN KEHARUSAN YANG WAJIB DIREALISASIKAN

Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (ummat Islam), ummat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasulullah (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.” (QS. Al-Baqarah:143)

“Kalian adalah umat terbaik yang dimunculkan kepada manusia” (QS. Ali Imran: 110)

Umat Islam tidak boleh bergerak dan melawan musuhnya secara bercerai berai karena nasionalisme serta negara yang berbeda-beda. Sebab kita merupakan umat yang satu.

Umat Islam adalah umat yang membawa misi dan bangkit bergerak dengan membawa tugas, berjalan dengan memanggul tanggung jawab. Umat Islam adalah umat yang satu yang kekuasaannya meluas sepanjang sejarah dengan Negara Islam.

Tetapi kekuatan kafir imperialis Barat yang memusuhi Islam menginginkan kita agar menjadi umat yang saling terpecah tanpa kekuatan di antara kita dengan kungkungan negara-negara kebangsaan yang dipimpin para antek mereka.

Bagaimana bisa negara Israel mengalahkan kita, padahal kita terdiri dari lebih 50 negara? Israel menang karena umat Islam seluruh dunia tidak memiliki Negara yang diridhai Allah Swt., yaitu Negara Khilafah Islam. Umat Islam terpecah belah dan terbodohi, teracuni pemikirannya, dan tertidur gara-gara penerapan sistem negara-negara sekularisme oleh para kafir

penjajah beserta kacung-kacungnya, yaitu para preman berdasi di negeri-negeri Muslim. Merekalah para preman sebab kekuasaan mereka tidak sah menurut hukum Allah Swt. Baik banyak orang ridha terhadap para penguasa itu ataupun tidak, mereka tetaplah para preman yang batil kekuasaannya. Kekuasaan mereka tidak diakui oleh Islam. Sejatinya para penguasa itu adalah para penjajah juga, meski mereka tidak menembakkan peluru dan bom, selama mereka tidak bertobat.

Taubat para penguasa itu adalah dengan berbalik memperjuangkan tegakknya Islam mengikuti metode Rasul Saw.

”Kelak, berbagai umat akan mengincar kalian dari berbagai penjuru, sebagaimana kalian mengincar dan akan melahap makanan.” Dikatakan, kami (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah saat itu kami dalam keadaan sedikit?” Beliau bersabda: “Justru kalian saat itu banyak, namun kalian seperti buih yang berada di atas (aliran) air. Kewibawaan kalian sudah tercerabut dari musuh-musuh kalian, sementara di hati kalian ada wahn. Kami bertanya: “Apa yang dimaksud dengan wahn? Beliau bersabda: cinta hidup (dunia) dan takut mati.” [Musnad Ahmad no.21363]

Buih tidak mempunyai arah dan tidak memiliki tujuan. Buih mengalir sesuai situasi dan kondisinya oleh kekuatan lain, tidak mengetahui ke mana seharusnya ia harus melangkah. Maka Umat ini setelah dijajah dan berkubang dalam sistem kufur, harus berjuang menegakkan sistem Islam dengan metode tuntunan Rasul Saw.

”Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 211)

Para pendukung kebatilan saling bekerjasama bahu-membahu dalam kebatilan mereka tanpa sedikitpun rasa malu. Maka bagi pendukung kebenaran, bagi merekalah kewajiban mendesak untuk saling bersatu dan bekerjasama dalam kebenaran mereka.

Memang terdapat seruan-seruan dan teriakan untuk bersatu yang batil. Itu semua bukan dalam bingkai dan naungan Islam, yaitu semacam seruan nasionalisme, kesukuan atau kearaban, keturkian, dan seruan lainnya. Dan tidak ragu lagi bahwa seruan-seruan seperti itu merupakan seruan jahiliah. Islam datang untuk melenyapkan benih-benih jahiliah tersebut. Selain itu seruan itu juga merupakan salah satu sarana penjajah untuk mencerai-beraikan dunia Islam. Ketika kita mendengar dan menaati seruan batil semacam itu, maka kita akan mengantarkan umat kepada kehancuran dan memutus tali umat yang satu.

“Tidak ada di sana bendera yang dapat menyatukan umat Islam kecuali bendera Islam. Dan tidak ada di sana kesatuan yang bisa diciptakan umat Islam kecuali kesatuan Islam.” [Sayyid Quthb: Fii Dhilalil Qur’aan jilid 2 hal.105]

“Mereka juga harus menyinari kebangkitan mereka dengan Syariat Islam dan slogannya, dan bukan dengan hal remeh yang mereka adopsi dari sumber barat dan timur lainnya.” [Mohammad Ghozali, Sirr ta’khiir alArab alMuslimin hal.125]

Ketika umat Islam kembali menjadi umat bersatu dan bersaudara seperti badan yang satu mengikuti perjuangan Rasul Saw. -sebagaimana generasi pertama dan sebagaimana diwasiatkan Rasulullah-, maka ketika itu umat Islam pantas mendapatkan janji Allah baginya yaitu kejayaan. Sesungguhnya Allah tidak mengingkari janji.

Page 35: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

3. Lenyapnya kepemimpinan yang adil dalam wujud Negara Khilafah Islamiyah

Hambatan kejayaan umat yang paling berbahaya adalah hilangnya kepemimpinan Islam yang adil, yaitu Daulah Khilafah Rasyidah. Hal itu karena Khalifah adalah orang yang menentukan kehidupan umat dan setara dengan posisi kepala bagi badan manusia. Jika Khalifah ini baik, maka umat akan baik. Namun jika Khalifah dan jajarannya buruk, maka umat ini akan menjadi rusak.

Sementara saat ini para penguasa di negeri-negeri Muslim adalah buruk 3 kali: buruk karena mereka berkuasa secara batil dengan sistem kufur; buruk karena mereka sendiri menjalani seburuk-buruknya sistem; buruk karena mereka menghalangi perjuangan penegakkan sistem baik Negara Khilafah Islam.

“Sebagai peringatan akan pentingnya kepemimpinan dalam kehidupan umat Islam, maka Amirul Mukminin Umar bin Khaththab pernah berkata: ”Manusia masih lurus selama pemimpin-pemimpin mereka lurus.” [Ahmad muhammad jamal, muhimmat alhaakim alMuslim]

“Sedangkan Khalifah ketiga Utsman bin Affan ra. pernah berkata: ”Allah akan mencegah dengan tangan penguasa kepada hal yang tidak dapat dicegah oleh Al-Qur’an.” [Abul ’a’la almaududi, alhukuumah alIslamiyyah hal.68]

Imam Abu Hamid Al-Ghazali mengisyaratkan tentang makna di atas tersebut dengan ungkapannya: ”Ketahuilah, bahwa Syariat adalah yang pokok dan penguasa adalah penjaganya. Sesuatu yang tidak mempunyai pokok, maka ia hancur, dan sesuatu yang tidak mempunyai penjaga, maka akan hilang.” [Hasan albanna, majmu’at arrasail hal.211]

Dan karena begitu pentingnya Imam/Khalifah yang adil dalam kehidupan umat Islam, maka Allah memberikan balasan baginya berupa anugerah. Hal itu dijelaskan oleh Rasulullah Saw. ketika beliau menjadikan Imam yang adil sebagai orang pertama dari ketujuh orang yang akan diberikan naungan Allah dalam naungan-Nya. Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda: “Ada tujuh orang yang akan dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari tidak ada naungan selain naungan Allah, Imam yang adil……,” [HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya jilid 2 hal.715, dari Abu Hurairah ra.]

“Orang-orang yang adil, di sisi Allah nanti akan berada pada mimbar di sebelah kanan Ar-Rahman. [HR. Imam Muslim dalam kitab “sahihnya” dalam ‘Syarah Nawawi’ jilid 4 juz 12 hal.211 bab keutamaan penguasa yang adil dan hukuman bagi orang yang dzalim, dari Zuhair ra.]

Adil adalah sesuai dengan Syariah, yaitu tidak menyalahi Syariah Islam. Pemimpin yang sah dan adil atas kaum Muslimin adalah seorang Khalifah/Imam/Amirul Mukminin yang dibai’at dengan kekuasaan dan kekuatan nyata untuk menerapkan Syariah Islam keseluruhan. Para pemimpin yang sah setelah itu adalah para pejabat Khilafah Islam, yaitu para gubernur, amil, dsb yang diangkat oleh Khalifah yang sah itu.

“Wahai Allah, barangsiapa yang mengurusi perkara umatku lalu mempersulit kepada mereka, maka persulitlah dia. Dan barangsiapa yang menangani perkara umatku dan berbuat lembut terhadap mereka, maka berikan kelembutan kepadanya.” [HR. Imam Muslim dalam Syarah Nawawi jilid 4 juz 12 hal.212 bab keutamaan Imam yang adil dan hukuman bagi penguasa dzalim, dari ummul mukminin Aisyah ra.]

”Tidak ada seorang hamba yang diberikan amanat mengurusi perkara umat kemudian ia mati dalam keadaan menipu rakyatnya, kecuali Allah mengharamkan Surga baginya.” [HR. Imam Muslim dalam Syarah Nawawi jilid 4 juz 12 hal.214 bab keutamaan Imam yang adil, dari Ma’qal bin Yasar ra.]

UMAT ISLAM DALAM NAUNGAN KEPEMIMPINAN NEGARA KHILAFAH ISLAM YANG ADIL

Umat Islam pernah hidup lama dalam naungan kepemimpinan yang adil. Ketika itu mereka merasa aman, damai dan bahagia. Saat itu keadilan menyebar dan rahmat melingkupi segala aspek kehidupan umat Islam dan sekeliling mereka. Hal itu sampai kepada satu kondisi di mana ketika Umar bin Khaththab ra. memegang jabatan hakim pengadilan pada masa Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq ra., Umar menjalani setahun penuh, tanpa ada dua orang yang bersengketa. Tidak ada orang yang mengajukan diri kepadanya untuk menyelesaikan kasus mereka.

Bahkan ketika masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, kemiskinan dan kekurangan harta dalam masyarakat Negara Islam tidak didapatkan lagi. Khalifah Umar bin Abdul Aziz pernah mengutus Yahya bin Sa’id untuk memberikan sedekah kepada orang-orang Afrika. Maka Yahya menjalankan perintah Khalifah dan mencari fakir miskin untuk diberinya sedekah. Akan tetapi Yahya tidak menemukan orang miskin. Akhirnya dengan uang sedekah itu, ia membeli seorang budak kemudian ia merdekakan.

[Nama lengkap Umar bin Abdul Aziz adalah Abu Hafsh Umar bin Abdul Aziz bin marwan, dilahirkan di Hilwan, Mesir pada tahun 61 H. Ia dibaiat menjadi khalifah menggantikan Sulaiman bin Abdul Malik pada tanggal 5 bulan Shafar tahun 99 H. Ia menjabat pemerintahan selama dua tahun dan lima bulan. Namun beliau wafat karena diracun pada tanggal 20 rajab pada tahun 101 H. Semoga Allah meridhainya]

Khalifah Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepada gubernurnya di Iraq agar mengeluarkan pemberian untuk orang yang memerlukan. Maka surat Khalifah Umar itu dibalas oleh gubernur di Iraq sebagai berikut: ”Saya telah mengeluarkan harta-harta untuk diberikan kepada umat Islam. Akan tetapi di baitul mal masih terdapat sisa harta. Maka Khalifah Umar menulis lagi surat untuk gubernur Iraq yang isinya memerintahkan untuk memeriksa gadis perawan yang tidak mempunyai harta, dan supaya gubernur itu menikahinya jika gadis perawan tadi setuju untuk menikah.

Maka gubernur itu mencari gadis perawan yang mau dinikahi dan akhirnya ia mendapatkan dan menikahinya serta memberikan sedekah kepadanya. Namun gubernur tadi masih menulis surat laporan kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang berisi: “Saya telah menikahi wanita yang saya temukan, namun di baitul mal umat Islam masih terdapat harta.”

Maka Khalifah Umar bin Abdul Aziz menulis surat yang berisi perintah untuk memeriksa orang-orang yang berkewajiban membayar zakat, untuk dilipatgandakan tanahnya dan agar tanahnya disewa guna memperkuat pendanaan tanah.” [As-Suyuthi, tarikh alkhulafa’ hal.270 dan selanjutnya]

Dari Abdurrahman bin Zaid Al-khaththab berkata: “Umar bin Abdul Aziz hanya memerintah selama tiga puluh bulan. Ketahuilah, demi Allah ia tidak meninggal sampai ia mengutus seorang lelaki untuk memberikan kami harta yang melimpah seraya berkata: “Silahkan anda bagaikan harta ini kepada fakir miskin.” Lelaki utusan itu masih terus di tempat dan akhirnya ia kembali membawa harta itu. Ia mencoba mencari orang-orang yang akan diberikannya sedekah itu, namun tidak menemukannya. Sungguh Umar bin Abdul Aziz telah mencukupi penduduknya.” [Fathul bari jilid 6 hal.613, dalam kitab dalali, dinasabkan kepada Imam Baihaqi, dan

Page 36: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

yang seperti itu diriwayatkan dalam kitab tarikhul Khulafa’ karya Imam Suyuthi]

MUSUH ISLAM MENGETAHUI BAHAYA JIKA ADA KEPEMIMPINAN NEGARA KHILAFAH ISLAM YANG ADIL

Para musuh Islam mengetahui akan pentingnya kepemimpinan wajib dalam kehidupan umat Islam, yaitu Negara Khilafah. Karena itulah, mereka selalu berusaha menjaga semaksimal mungkin agar Khilafah dijajah, tidak berfungsi, dan dapat diruntuhkan.

Seorang orientalis dari Inggris, Montego Mary Watt pernah menjelaskan dalam majalah Times terbitan London dengan ungkapan: ”Jika terdapat pemimpin pilihan yang mengucapkan perkataan yang sesuai tentang Islam, maka bisa jadi agama ini akan muncul menjadi sebuah kekuatan politik terbesar di dunia sekali lagi.” [Jalalul Ilmi, Qaadatul Gharb yaquuluun hal.25]

Sedangkan seorang orientalis berkebangsaan Yahudi, Bernard Louis dalam tema “Islam kembali” berkata dalam satu kajian yang ia publikasikan pada tahun 1976 M sebagai berikut: ”Hilangnya kepemimpinan masa kini yang cerdas yaitu kepemimpinan yang mengabdi kepada Islam sesuai dengan kemajuan ilmu dan kemajuan ini, akan menyebabkan gerakan Islam terbelenggu dan tidak dapat menang.

Ketiadaan kepemimpinan ini akan menghalangi gerakan Islam untuk dapat maju. Namun gerakan ini bisa berubah menjadi kekuatan politik domestik yang hebat jika ia mempersiapkan diri untuk menciptakan kepemimpinan yang adil.” [Jalalul Ilmi, Qaadatul Gharb yaquuluun hal.25 dengan tema yang sama mentransfer dari majalah Commentary pada tahun 1976 M hal.49]

TANGGUNG JAWAB PARA PENGUASA NEGARA SISTEM KUFUR TERHADAP KONDISI UMAT ISLAM

Umat Islam terpecah belah dan terbodohi, teracuni pemikirannya, dan tertidur gara-gara penerapan sistem negara-negara sekularisme oleh para kafir penjajah beserta kacung-kacungnya, yaitu para preman berdasi di negeri-negeri Muslim. Merekalah para preman sebab kekuasaan mereka tidak sah menurut hukum Allah Swt. Baik banyak orang ridha terhadap para penguasa itu ataupun tidak, mereka tetaplah para preman yang batil kekuasaannya. Kekuasaan mereka tidak diakui oleh Islam. Sejatinya para penguasa itu adalah para penjajah juga, meski mereka tidak menembakkan peluru dan bom, selama mereka tidak bertobat.

Sesungguhnya saat ini para penguasa di negeri-negeri Muslim adalah buruk 3 kali: buruk karena mereka berkuasa secara batil dengan sistem kufur; buruk karena mereka sendiri menjalani seburuk-buruknya sistem; buruk karena mereka menghalangi perjuangan penegakkan sistem baik Negara Khilafah Islam.

Taubat bagi para penguasa itu adalah dengan berbalik memperjuangkan tegakknya Islam mengikuti metode Rasul Saw.

« (yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.” (QS. Al-Hajj:41)

“Mereka (Rasulullah Saw. dan para sahabat) itulah contoh yang sempurna bagi agama, dunia dan gabungan antara agama dan dunia. Mereka itulah para pemimpin yang selalu

berhubungan dengan rakyat, dan hakim yang selalu memutuskan kasus-kasus mereka. Mereka juga para panglima yang memimpin pasukan, para penguasa yang menangani urusan negara dan menjalankan hukum-hukum had yang ditentukan Allah.

Setiap orang dari mereka juga merupakan orang bertakwa, zuhud dan seorang pahlawan pejuang. Selain itu juga seorang hakim, ahli fikih yang mujtahid dan politikus yang ulung. Maka urusan agama dan politik dapat ditangani oleh satu orang yaitu Khalifah. [Abul Hasan Annadawi, Madza Khasiral-alam binhithathil Muslimin hal.117]

Meskipun para da’i telah mengerahkan segala daya upaya untuk menjalankan amar makruf nahi mungkar, namun perangkat media informasi dan perangkat lainnya yang dikendalikan dan dibiayai pemerintah batil Negara sistem batil sekularisme dalam sekejap mata bisa menghancurkan upaya yang dibangun para da’i dalam setahun.

Demikian juga media-media lainnya yang bersifat destruktif. Tayangan-tayangan media tersebut banyak didominasi oleh acara-acara kejahiliyahan. Sementara itu program acara Islami relatif sedikit sekali dan hanya menampilkan Islam sebagai agama ritual dan moral belaka sebagaimana agama agama kufur; itu dengan tujuan supaya kekuasaan sistem kufur semacam di negeri ini dan semacam kerajaan Saud tetap bisa langgeng melenggang tanpa gangguan.

CIRI KEPEMIMPINAN KHILAFAH YANG ADIL

”Umat yang bahagia adalah umat yang diberikan anugerah Allah Swt. berupa pemimpin-pemimpin yang beriman dan jujur. Pemimpin itu mengetahui dengan persis terhadap perintah Tuhan. Mereka takut kepada Allah ketika menangani urusan rakyat sehingga mereka tidak berbuat dzalim terhadap masyarakat dan tidak melanggar hak-hak manusia. Para pemimpin itu juga menjalankan hukum-hukum had Allah dan tidak mengerjakan apa yang diharamkan Allah bagi mereka.

Seorang dari mereka bergadang karena membahagiakan rakyat dan mencari keridhaan Tuhannya. Mereka taat dan patuh kepada Allah. Hal itu terpancar dalam penanganannya yang baik terhadap urusan masyarakat.

Pemimpin itu bahagia dan membahagiakan masyarakat. Pemimpin dan rakyat semuanya hidup dengan aman dan sejahtera dengan kemakmuran hidup yang baik. Pemimpin itu mencintai masyarakat dan masyarakatpun mencintainya. Pemimpin itu berdoa untuk masyarakat dan masyarakat juga mendoakannya.

Mereka itulah para pemimpin yang paling baik dan paling mulia di sisi Allah dan di hadapan manusia sebagaimana telah dijelaskan Rasulullah Saw. dalam sabda beliau:”Pemimpin-pemimpin paling baik adalah mereka yang kalian cintai, dan mereka mencintai kalian. Kalian mendoakan mereka dan mereka mendoakan kalian. Sedangkan pemimpin-pemimpin yang buruk adalah mereka yang kalian benci dan membenci kalian, dan kalian melaknat mereka dan mereka melaknat kalian.” [Muhammad mahmud ashshawwaf, muqaddimatun hal.8-9. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim ra dalam bukunya jilid 3 hal.1481 kitab kepemimpinan bab pemimpin yang paling baik dan paling buruk, dari Auf bin Malik ra.]

Seorang ulama pengikut Syafi’i yang bernama Imam Mawardi berkata: ”Termasuk sifat pemimpin yang paling penting adalah mempunyai ilmu, memiliki sikap santun, zuhud, wara’, takut kepada Allah, makrifat, dan simpati terhadap rakyat. Kemudian bergadang demi kepentingan umat Islam, sibuk dengan urusan umat Islam , berpikir terus-menerus dan

Page 37: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

membela kepentingan umat dan meninggikan bendera mereka. Lalu memajukan negeri rakyat, dan berbuat agar Islam dapat meluaskan sayapnya di muka bumi supaya tidak terjadi fitnah dan agama menjadi milik Allah.” [ahmad Muhammad Jamal, muhimmat alhaakim alMuslim, hal.40]

Ketika Umar bin Abdul Aziz menjadi Khalifah, beliau menulis pesan kepada Hasan Bashri ra. agar Hasan menuliskan baginya sifat Imam yang adil. Maka Hasan Bashri menulisnya dan memberikannya kepadanya. Isi tulisan Hasan Bashri sebagai berikut: ”Ketahuilah wahai amirul mukminin, bahwa Allah Swt. menjadikan Imam yang adil sebagai penegak setiap yang condong dan pemberi peringatan kepada orang dzalim. Imam yang adil juga memperbaiki setiap orang yang rusak, memberi pengayoman bagi orang lemah, menolong setiap orang yang didzalimi dan penghibur setiap orang yang terkena musibah…

Wahai amirul mukminin, Imam yang adil seperti hati dalam jajaran anggota tubuh lainnya. Anggota tubuh itu akan baik jika hati baik dan rusak jika hati rusak.

Wahai amirul mukminin, Imam yang adil berdiri di hadapan Allah dan hamba-hamba-Nya. Ia mendengarkan firman Allah dan memperdengarkannya kepada rakyatnya, melihat kepada Allah dan memperlihatkan Allah kepada mereka. Ia mengarahkan dirinya kepada Allah dan mengarahkan rakyat kepada Allah…

Dan ketahuilah wahai amirul mukminin bahwa Allah menurunkan hukuman had agar menjadikannya sebagai peringatan dari perbuatan keji dan buruk. Maka bagaimanakah jika orang yang menangani had itu justru melakukan perbuatan buruk itu? Allah telah menurunkan qishash sebagai kehidupan bagi para hamba-Nya. Maka bagaimanakah jika orang-orang yang bertugas qishash ternyata justru membunuh para hamba itu?” [Ali Mahfudz, Hidaayatul mursyidin hal.383]

Adalah Umar bin Abdul Aziz ra., yang suatu saat ditemui oleh pembantunya Muzahim. Muzahim melihat Umar merasa sedih karena urusan Khilafah dan terlalu serius memperhatikan perkara pemerintahan. Maka muzahim bertanya kepada Umar: ”Apakah engkau sedang serius memperhatikan sesuatu wahai amirul mukminin? Maka Umar menjawab: Urusan seperti ini yang membuat aku memperhatikannya dengan serius. Tidak ada seorangpun dari umat Muhammad di timur dan barat kecuali mendapatkan haknya di hadapanku yang harus saya tunaikan, meskipun ia tidak menuliskan haknya dan tidak memintanya kepadaku.” [Ahmad Muhammad jamal, muhimmat alhakim alMuslim hal.18]

Istri Umar bin Abdul Aziz menghampiri Umar. Namun Umar menangis sehingga membuat istrinya bertanya-tanya tentang sebab ia menangis. Maka Umar menjawabnya: Perlu engkau ketahui wahai Fathimah, saya menangani perkara umat ini dan saya berpikir tentang kondisi orang fakir yang kelaparan, orang sakit yang tidak terawat, orang tidak berpakaian yang menderita, anak yatim yang terlantar, orang yang didzalimi yang dipaksa, orang perantauan, tawanan, lanjut usia, janda yang sendirian, keluarga yang mempunyai banyak anak sedangkan rezekinya sedikit, dan orang-orang yang seperti mereka yang tersebar di segenap penjuru bumi.

Saya mengetahui bahwa Tuhan akan menanyakan saya tentang mereka pada hari kiamat nanti, dan Muhammad Saw. akan membela mereka. Maka saya kuatir tidak dapat memberikan jawaban, karena itulah saya menangis ». [Jalaluddin as-Suyuthi, tarikhul khulafa’ hal.270]

Umat Islam wajib mempunyai kepemimpinan yang beriman kepada Allah dan Islam sebagai ideologinya, itulah Negara Khilafah; kepemimpinan yang mewakili Islam dan

menerapkan ajarannya secara baik untuk urusan dalam negeri maupun luar negeri; kepemimpinan yang melewati waktu pagi dan sore dengan berkonsentrasi terhadap Islam dan umatnya.

Ketika Kepemimpinan sah dan adil -sesuai Syariah- terpenuhi, maka berbagai hambatan baik internal dan eksternal akan lenyap. Beragam ketertindasan yang menjangkiti umat selama bertahun-tahun akan hilang. Dengan demikian, umat Islam akan mampu mendapatkan kejayaan dari Allah. Dan ketika itulah orang-orang yang beriman merasa gembira dengan pertolongan Allah.

4. Ketertinggalan umat Islam dalam berbagai bidang kehidupan karena tiadanya penerapan seluruh sistem Islam dengan Negara Khilafah Islamiyah

Sistem Islam kaaffah telah mengangkat derajat umat Islam generasi pertama. Generasi pertama Islam berada pada urutan pertama yang memimpin dunia dengan Negara Islam yang dikepalai Rasulullah Saw. Para sahabat dengan Negara Khilafah Islam kemudian maju di nomor terdepan dalam bidang keilmuan, politik dan peradaban. Umat Islam generasi pertama mencapai kemajuan tinggi dalam segala bidang, baik sipil maupun militer dengan Syariah Islam kaaffah yang terwujud dalam Negara Khilafah.

“Kondisi yang terjadi sekarang ini merupakan dampak ilmu pengetahuan yang telah teracuni, pendidikan yang rusak dan politik yang berkhianat. Faktor-faktor tersebut mengantarkan umat Islam dari kejayaan puncak menuju jurang kehinaan dan menjadikan peradaban umat Islam hanya tinggal kenangan saja.” [Muhammad alghazali, alghazwu atstsaqafi yamtaddu fii faraghinaa hal.114]

Umat Islam harus kembali kepada Islam keseluruhan yang terwujud dengan berdirinya kembali Negara Khilafah, yang akan mengantarkan kepada kemajuan yang diharapkan dengan izin Allah. Dan juga akan menjadikan mereka dapat melewati fase keterbelakangan yang menyedihkan. Pendirian Khilafah wajib diperjuangkan dengan satu-satunya metode wajib, yaitu metode Rasul Saw. dalam memperjuangkan tegaknya Negara Islam –termasuk sebagaimana Rasul Saw. mencari kekuatan dan kekuasaan penolong Islam dari para pemilik kekuatan serta kekuasaan riil (thalabun nussrah), tanpa mengikuti sistem kufur –semacam demokrasi– sedikitpun.

5. Kendala-kendala (internal) yang lain akibat tidak terapnya sistem Islam dengan Negara Khilafah Islamiyah

Termasuk kendala-kendala itu adalah perbuatan dosa, penyakit moral dan sosial di antara kaum Muslimin, terkhusus atas para pengemban dakwahnya.

Ummul mukminin, Sayyidah Zainab binti Jahsy pernah bertanya kepada Rasulullah Saw.: « Apakah kita akan hancur, sementara di sekitar kita terdapat orang-orang salih?” Maka Rasulullah Saw. menjawab: “Ya, jika khubuts (dosa) merajalela.” [SyarhunNawawi, jilid 6 juz 18 hal.3-4] Imam Nawawi lebih cenderung mengunggulkan makna khubuts dengan arti maksiat secara mutlak.

Termasuk kendala-kendala itu adalah kekalahan diri dan putus asa, yang merupakan penyakit ganas sehingga orang yang terjangkit penyakit itu maka akan menderita. Penyakit ini lebih berbahaya bagi umat dari tentara bengis. Termasuk kendala juga adalah bersikap pasif, banyak menonton tanpa berbuat, dan menunggu tindakan orang lain.

Page 38: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Itu merupakan hambatan yang berbahaya yang harus diwaspadai oleh umat. Umat Islam harus berupaya melenyapkannya agar kejayaan umat terwujud dengan izin Allah, Tuhan semesta alam.

“Ketika umat Islam bangkit dan berpegang teguh dengan akidah dan Syariat mereka, maka segala macam hambatan ini akan lenyap dan semua bentuk aral yang melintang akan hilang ditelan angin.” [Sa’duddin shalih, al-asaalib alhadiitsah fii muwaajahat alislaam hal.295]

“Maka jelas bahwa faktor-faktor kebangkitan dunia Islam berada di tangan umat Islam sendiri. Dan unsur-unsur luar yang menghambat, tidak akan berarti ketika umat Islam kembali kepada agama mereka.” [Muhammad Ghazali, aththariiq min hunaa, hal.79]

Umat Islam harus bekerja keras melenyapkan hambatan-hambatan itu dengan metode Rasul Saw. dalam mendirikan Negara Islamiyah. Kita harus mengikuti metode Rasul Saw. dalam mewujudkan Negara Islam agar kejayaan yang dijanjikan Allah dapat terealisasi.

PASAL KETIGA: SUNNATULLAH MENUJU KEJAYAAN UMAT

Di dalamnya terdapat lima pembahasan:Pembahasan pertama: Sunnatullah perubahan (Taghyir)Pembahasan kedua: Sunnatullah saling menolak (tadafu’)Pembahasan ketiga: Sunnatullah tidak menggunakan sistem dan hukum kufur sedikitpunPembahasan keempat: Sunnatullah cobaan (Ibtila’)Pembahasan kelima: Sunnatullah berikhtiar (Al-Akhdz bil-asbab)

PENGANTAR

Sunan adalah bentuk jamak dari sunnah. Sunnah dapat diartikan dengan makna yang beragam, di antaranya: arah, bentuk, jalan dan kelakuan. [Ibnu Mandhur, Lisanul Arab jilid 13 hal.24, dan Ibnul Atsir, annihayah fii ghariib alhadiits wal-atsar jilid 2 hal.409]

Menurut istilah para ulama hadits, sunnah adalah sesuatu yang diambil dari Rasulullah Saw. baik perkataan, perbuatan, ketetapan atau sifat. [Manna’ul Qaththan, tarikh attaysri’ hal.87]

Sunnatullah adalah: Hukum-hukum ketentuan Allah, perintah dan larangan-Nya. Demikianlah, sebagaimana diceritakan Ibnu Mandhur dari Imam Lihyani. [Lisanul Arab, materi sanana jilid 13 hal.24]”Sunnatullah adalah sesuatu yang menjadi tempat perjalanan sistem Allah terhadap makhluk-Nya.” [Alqaamus alqawiim, jilid 1 hal.331]

Rabbaniyyah, berasal dari kata mashdar yang dinasabkan kepada rabb, di dalamnya ditambahkan alif dan nun dengan tanpa aturan. Maknanya adalah: intisab (menggantungkan) kepada rabb(Tuhan), yaitu Allah Swt. [Arraghib al-ashfahani, mufradaat alqur’aan, hal.184]

Manusia di sebut dengan rabbani jika ia mempunyai hubungan kuat dengan Allah, mengetahui agama dan kitab-Nya dan mengajarkan Kitabullah itu.

”Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS. Ali Imran:79)

Imam Thabari berkata: »Rabbaniyyun adalah jamak dari rabbani dan arrabbani yang dinasabkan kepada arrabban yang memelihara manusia. Allah-lah yang memperbaiki, memelihara, dan menanganinya urusan manusia.” [Tafsir aththabari jilid 3 hal.233]

”Allah, Tuhan semesta alam berkehendak menjalankan perkara agama ini-bahkan perkara alam ini -dengan sunnah atau ketentuan yang berlaku, dan bukan atas ketentuan aneh di luar kebiasaan. Hal itu agar para generasi umat Islam tidak berpangku tangan dengan berkata: ”Generasi Islam pertama telah ditolong dengan kejadian di luar kebiasaan, padahal kejadian yang di luar kebiasaan itu tidak akan terjadi lagi setelah risalah Islam selesai dan kenabian berakhir.” [Muhammad Quthb: waaqi’unaa almu’ashir hal.414]

“Mereka tidak hanya berpegangan kepada keberadaan mereka sebagai umat Islam untuk mencapai kemenangan dan kejayaan, namun mereka juga menjalankan ikhtiar yang mengantarkan kepada kejayaan tersebut.” [Muhammad Quthb, fii dhilalil qur’an jilid 1 hal.478]

Kejayaan tidak datang dengan sendirinya, tidak muncul secara kebetulan, dan tidak lepas kendali begitu saja. Namun kejayaan mempunyai aturan-aturan yang telah ditentukan Allah dalam kitab-Nya yang mulia agar para hamba-Nya yang beriman dapat mengetahui dan bertindak dengannya secara sadar.

PEMBAHASAN PERTAMA: SUNNATULLAH PERUBAHAN

”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d:11)

Kejayaan tidak akan terwujud bagi umat yang merelakan diri mereka berada dalam kehidupan hina dan kejahiliyahan pemikiran tanpa berupaya merubah realita kehidupan dan terlepas dari belenggu sistem kufur.

Umat Islam telah dilanda realitas pahit yang masih terus menimpa sejak khilafah Islam diruntuhkan sampai sekarang ini. Umat Islam harus yakin bahwa mereka mampu melakukan perubahan itu –dengan izin Allah– dengan melakukan tindakan.

Termasuk karakteristik sistem Islam yang paling penting adalah bahwa ia tidak dapat menerima untuk hidup dengan realitas yang buruk, dan tidak rela dengan hanya menambal, mereparasi dan memberikan solusi separuh saja. [Fathi yakan, asysyabab wattaghyir hal.17]

”Pada awal pertama kali Islam datang, ia berhadapan dengan realita yang besar, yaitu realita semenanjung Arab, dan realita dunia secara keseluruhan. Di hadapan wajah Islam terdapat berbagai keyakinan dan aliran kepercayaan yang menghadang. Di depan Islam terdapat nilai-nilai dan prinsip (lain) yang menjadi anutan. Islam berhadapan dengan sistem kehidupan lainnya yang beragam dan kondisi beragam. Di muka Islam juga terdapat berbagai kepentingan dan fanatisme yang menghadang…

Semuanya berdiri menghadang perjalanan agama Islam yang baru tersebut. Ketika itu Islam bukan saja ingin merubah keyakinan, kepercayaan, nilai, prinsip kehidupan, tradisi, taklid, moral dan syiar saja, namun Islam juga bermaksud merubah berbagai sistem, realitas, perundangan, dan aturan hidup manusia yang ada saat itu.

Islam juga ingin melepaskan kendali manusia dari tangan syetan dan kaum jahiliah untuk mengembalikannya

Page 39: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

kepada Allah dan Islam.” [Sayyid Quthub, Hadzaddin, hal.51-52]

”Islam menghadapi realita seperti itu. Namun ia tidak bersikap menyerah, lemah dan berpangku tangan saja. Akan tetapi berusaha merubah realitas itu, dan mengalihkannya ke dalam posisi Islam yang mulia dan tinggi berdasarkan prinsipnya yang kuat, ketakwaan dan kerelaan kepada Allah.

Tidak ragu bahwa apa yang terjadi sekali, maka akan terjadi sekali lagi. Kejadian telah berlangsung sesuai sunnatullah atau ketentuan Allah yang berlaku dan bukan sesuai mukjizat di luar kebiasaan manusia. Bangunan Islam berdiri di atas fitrah yang tersimpan dalam diri setiap orang yang mengumpulkan, mengoleksi, dan menjalankan kandungan Islam yang benar.” [Sayyid Quthb, hadzaddin hal.65]

”Perubahan Islami adalah dengan menghapuskan prinsip-prinsip perundangan dan pemikiran masyarakat jahiliah dan menggantikannya dengan pemikiran Islam, prinsip serta perundangannya.

Perubahan Islami berarti mengarahkan manusia kepada Tuhan semesta alam dalam segala urusan kehidupan mereka yang umum maupun yang khusus. Perubahan Islami berarti mengarahkan umat Islam untuk bergantung hanya kepada Allah.

Perubahan Islami adalah perubahan total dan mendasar terhadap segala sistem jahiliah dan bukan hanya menambal saja atau sekedar mereparasi salah satu bagiannya.” [Fathi yakan, asysyabab wattaghyir, hal.27-28]

”Perubahan Islami sesuai dengan kriteria yang dijelaskan tadi wajib hukumnya secara Syariat. Selain itu, perubahan Islami merupakan kepentingan bagi manusia yang mendesak. Perubahan itu hukumnya wajib, karena terdapat upaya menghilangkan kekuasaan Allah dan (ada upaya) dominasi sistem dan perundangan konvensional terhadap manusia. Hal itu menjadikan umat Islam harus bersegera melakukan perubahan dan memulai kehidupan baru.

Kemudian untuk merealisasikan masyarakat Islam, maka tidak mungkin dilakukan tanpa melakukan perubahan. Terdapat kewajiban-kewajiban dan hukum Syariat yang tidak dapat dijalankan tanpa adanya kekuasaan perundangan Islam. Ungkapan kaidah Syariat adalah: ”Sesuatu yang menjadikan yang wajib tidak sempurna, kecuali dengan sesuatu itu, maka sesuatu itu hukumnya wajib.”

Perubahan Islami merupakan hal yang mendesak bagi manusia karena banyak sebab dan faktor yang kami ringkas sebagai berikut:1. Menyelamatkan manusia dari keterpurukan dan keterbelakangan peradaban barat.2. Kebangkrutan peradaban barat membuat perubahan Islami menjadi keharusan yang mendesak bagi manusia.3. Kegoncangan eksistensi akidah Islam di dunia memperkuat adanya kebutuhan terhadap perubahan Islami.4. Pandangan yang cermat terhadap kondisi yang dialami dunia Islam menegaskan adanya kebutuhan untuk melakukan perubahan Islami. Hal itu demi menyelamatkan umat Islam dari kondisi yang mereka derita saat ini agar mereka menempati posisinya yang unggul dengan memberikan petunjuk bagi dunia. Dengan demikian juga akan menyelamatkan manusia dari kehancuran dan keterpurukan yang akan menimpanya. [Fathi yakan, asysyabab wattaghyir, hal.28]

Perubahan Islami adalah gerakan perubahan dengan mengikuti metode Rasul Saw. dalam mendirikan Negara Islam sebagai negara wajib penegak sistem Islam keseluruhan. Secara rinci bisa dilihat di bukunya Ahmad Mahmud, “Dakwah Islam.”

Manusia dalam pandangan Islam adalah makhluk yang diberikan beban dan tanggung jawab. Ia adalah hamba Allah yang mampu merubah kondisi di sekitarnya sebagaimana ia mampu merubah dirinya sendiri.

Allah memberikan manusia kesempatan untuk berperan aktif dalam kehidupan ini. Manusia berkesempatan melakukan perubahan dalam kehidupan ini, baik perubahan dalam hati, niat, kelakuan, tindakan dan kondisi mereka sehingga sesuai dengan Islam.

Perubahan pada diri manusia dan masyarakat yang harus diwujudkan itu merupakan perubahan yang menyapu bersih segala unsur kerusakan, keburukan, kemunduran, penyimpangan dan kesesatan.

Rasulullah Saw. telah memimpin revolusi perubahan masyarakat secara menyeluruh dengan metode perubahan dari Allah Swt. yang wajib kita ikuti; kita ikuti metode Beliau tanpa kekerasan dalam mengganti sistem jahiliyah dengan sistem Negara Islam. Beliau mulai dengan membina para kader dakwah, sehingga beliau dapat mencetak para pejuang hebat. Kemudian dari mereka itulah, perjalanan dilanjutkan untuk menciptakan perubahan besar terhadap masyarakat sistem jahiliyah; yaitu merubah masyarakat dari kegelapan sistem kufur menuju cahaya Islam, dari kebodohan menuju ilmu dan dari keterbelakangan menuju kemajuan, dari kesengsaraan menuju kekuatan. Dengan para kader dakwah pilihan ini, maka Beliau membangun peradaban paling agung yang tercatat dalam sejarah kehidupan manusia.

Jalan menuju perubahan Islami adalah perjuangan yang kontinyu dan konsisten.

MENGUSAHAKAN PERUBAHAN

Kekalahan yang menimpa umat Islam di Uhud, adalah karena perbuatan mereka sendiri dan itu takdir Allah Swt.”Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan apa yang menimpa kamu pada hari bertemunya dua pasukan, maka (kekalahan) itu adalah dengan izin (takdir) Allah, dan agar Allah mengetahui siapa orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 165-166)

”(Yaitu) orang-orang yang menta'ati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud) Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertaqwa ada pahala yang besar. (Yaitu) orang-orang (yang menta'ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (QS.Ali Imran:172-274)

Mereka kembali kepada Allah dan bertawakkal kepada-Nya agar mereka dapat keluar dari realitas buruk menuju realitas yang baik, sesuai Islam.

Telah dimaklumi bahwa berbuat untuk mengubah sesuatu, tidak bertentangan dengan takdir Allah. Maka takdir Allah tidak boleh dijadikan alasan untuk menyerah kepada keadaan yang terjadi dan berpangku tangan tidak mengubahnya.

Page 40: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Umat Islam juga harus berpegang teguh terhadap sunnatullah perubahan ini dalam mewujudkan peradaban Islam Negara Khilafah. Hal itu agar perjalanan umat Islam dapat bersambung dengan para generasi tua mereka yang salih sampai nanti hari kiamat. Dan agar bendera Islam terkibarkan dengan tinggi di tangan umat Islam yang mengendalikan kehidupan umat manusia menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.

PEMBAHASAN KEDUA: SUNNATULLAH SALING MENOLAK

”Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebahagian manusia dengan sebagaian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.” (QS. Al-Baqarah:251)

“Allah mengetahui bahwa keburukan bersifat membanggakan diri. Keburukan tidak mungkin menjadi sadar dan tidak mungkin membiarkan kebaikan tumbuh berkembang meskipun kebaikan itu dilakukan dengan jalan yang baik. Sebab dengan adanya kebaikan yang berkembang, akan membawa bahaya terhadap kejelekan. Adanya kebenaran akan membawa bahaya terhadap kebatilan. Dan keburukan itu pasti akan melangkah untuk memusuhi kebaikan. Kebatilan itu akan mempertahankan diri melalui upaya membunuh kebenaran dan membungkamnya dengan kekuatan.

Dari sinilah maka terjadilah tarik menarik antara kebenaran dan pengikutnya melawan kebatilan dan para sekutunya. Dan hal itu merupakan sunnatullah. Engkau tidak mendapatkan sunnatullah itu diganti. » [Sayyid Quthb, fii Dhilalil Qur’aan jilid 2 hal.742]

« Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka” (QS. Huud: 118-119)

Allah menjadikan realitas bagi manusia adalah sebagai makhluk yang aktif dan mampu memilih salah satu dari dua jalan, adakalanya petunjuk dan adakalanya kesesatan, [Muhammad Quthb, Waaqi’unaa Almu’aashir, hal.115]

“Dan niscaya Allah akan menolong orang-orang yang menolong (agama)Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat dan Maha Perkasa.”

“Golongan tersebut (yang mendapat petunjuk Allah) juga mengetahui bahwa mereka dibebani untuk menolak kebatilan dan menetapkan kebenaran di muka bumi. Dan mengetahui bahwa tidak ada keselamatan bagi mereka dari siksa Allah kecuali jika bangkit mengemban peran yang mulia ini, dan kecuali jika mampu menanggung beban dalam perjalanannya karena taat kepada Allah dan mengharap ridha-Nya.

Di sinilah Allah memberikan perintah-Nya dan menjalankan ketentuan-Nya, dan menjadikan kalimat kebenaran dan kebaikan serta kesejahteraan sebagai kalimat yang paling tinggi. Selain itu juga menjadikan hasil akhir pergulatan, kompetisi, saling tolak-menolak, dimenangkan oleh kekuatan kebaikan yang membangun yang menjalankan pergulatan dengan cara yang paling baik, paling mulia, dan paling maksimal dalam mencapai tingkatan sempurna yang diterapkan dalam kehidupan.

Dari sinilah, akhirnya kelompok kecil berjumlah sedikit yang bergantung kepada Allah, memenangkan pergulatan dan unggul. Hal itu merupakan kehendak Allah yang paling tinggi dalam menolak kerusakan di muka bumi, dan merealisasikan kedamaian dalam kehidupan. Kelompok

kecil itu menang karena mewakili tujuan yang paling tinggi yang berhak memperoleh kemenangan.” [Tafsir Fii Dhilalil Qur’an jilid 1 hal.270]

Umat yang menjalankan dakwah menyeru kepada Allah dan misi-Nya, perlu untuk mengerahkan segenap unsurnya, mengumpulkan segala kekuatannya dan mengerahkan segala kemampuannya agar perkembangan umat dapat tercipta dan kematangannya dapat sempurna. Dan dengan demikian dapat siap mengemban amanat yang besar menerapkan Syariah beserta Negara Khilafah dan menjalankan amanat itu.

Upaya yang tidak mengeluarkan jerih payah dan yang muncul dengan santai dan lemas dengan berpangku tangan dan suka berleha-leha, akan menghambat kemenangan. Itu artinya semakin lama umat berada dalam kesengsaraan di segala sisi.

“Perangilah mereka, maka mereka akan disiksa oleh Allah melalui tangan kalian.” (QS. At-Taubah: 14)

“Ketika Allah Swt. membebankan kaum beriman untuk berJihad di jalan-Nya, Dia tidak melakukan itu karena meminta pertolongan kepada kaum beriman untuk melenyapkan (militer) kaum kafir. Tidak seperti itu. Sebab Allah Swt. mampu untuk melenyapkan mereka dengan sekali tindakan langsung. Akan tetapi memerintahkan berJihad kepada kaum mukminin untuk menguji para hamba-Nya di antara mereka sesuai sunnatullah yang berlaku.” [tafsir an-Nasafi, jilid 6 hal.3286]

Agama Islam ini adalah sistem bagi kehidupan manusia. Perwujudannya terjadi dalam kehidupan manusia dengan usaha keras dalam batas kemampuan manusia. Islam juga mencapai apa yang tidak dicapai oleh setiap sistem lain manapun yang dibuat manusia.

“Allah Swt. juga berkehendak agar realisasi sistem-Nya bagi kehidupan manusia terjadi melalui jalan usaha manusia dan dalam batas kemampuan manusia. Allah Swt. juga berkehendak untuk menyampaikan kesemuanya itu sesuai dengan kadar usaha yang dicurahkan dalam batas perjalanan kehidupan yang dialami manusia.” [Sayyid Quthb: Fii Dhilalil Qur’an, jilid 1 hal.527]

“Mereka berkata: "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar daripadanya. Jika mereka keluar daripadanya, pasti kami akan memasukinya” [QS. Al-Mai’idah: 22]

“Mereka berkata: "Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja” [QS. Al-Mai’idah: 24]

Sistem ketuhanan yaitu Islam -sebagaimana telah dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.- ini tidak terwujud di muka bumi dalam kehidupan manusia dengan sekedar turun dari Allah Swt. begitu saja. Dan juga tidak terealisasi dengan hanya menyampaikannya kepada manusia dan menjelaskannya…

Akan tetapi sistem Islam ini terealisasi ketika ia dibawa oleh sekelompok manusia dan mereka mengimani apa yang mereka bawa itu dengan iman yang sempurna dan berjalan lurus dengannya sesuai dengan kadar kemampuannya. Selain itu, manusia menjadikan kandungan Islam sebagai misi kehidupan dan tujuan cita-citanya untuk menyebarkannya di hati dan kehidupan orang lain. Sekelompok orang itu

Page 41: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

berjuang untuk tujuan ini dengan mengerahkan segala usaha dan kemampuan.

Sekelompok orang itu berjuang melawan kelemahan yang ada pada manusia, dan hawa nafsu, baik yang muncul dari dalam dirinya maupun dari orang lain. Dan juga berjuang melawan orang-orang yang menyebabkan kelemahan, syahwat dan kebodohan yang kesemuanya merintangi sistem kehidupan ini.Setelah kesemuanya itu, maka perwujudan sistem ini akan mencapai batasan dan tingkatan yang diterapkan oleh fitrah manusia... sejauh mana kesungguhan kelompok tersebut dalam tujuan ini dan sejauh mana mereka menerapkan kandungan sistem ini. Selain itu juga sejauh mana mereka berhubungan dengan Allah Swt. sebagai pemilik sistem ini serta kepercayaan mereka terhadap-Nya dan penyerahan diri mereka kepada-Nya. [Sayyid Quthb: Fii Dhilalil Qur’an jilid 1 hal.528]

Pembahasan ketiga: Sunnatullah tidak menggunakan sistem dan hukum kufur sedikitpun

Bagi dunia Islam untuk kembali kepada kegemilangan, dan kejayaannya yang agung; memulai hidup baru; memimpin dan menguasai dunia; merealisasikan kejayaan yang dijanjikan Allah, maka dunia Islam harus membuang seluruh sistem kufur dan menerapakan Syariah lengkap termasuk Khilafah sebagai institusi wajib penerap Syariah lengkap. Wajib membuang sistem negara sekular, sistem ekonomi kapitalisme, sistem peradilan thoghut, sistem sosial liberalisme, sistem pemerintahan demokrasi, sistem pemerintahan kerajaan, sistem keuangan ribawi, sistem pendidikan sekular, dsb.

Siapapun yang mengerjakan perbuatan mengikuti sistem kufur semacam demokrasi berarti mengerjakan perbuatan haram dan mendapat dosa. Demokrasi menjadikan para manusia sebagai tuhan-tuhan tandingan bagi Allah Swt. dengan menjadi pembuat hukum; sistem demikian jelas sistem kufur; negara demokrasi adalah negara batil, tidak sah, memiliki konstitusi dan undang-undang yang menyalahi Syariah Islam, dan negara demokrasi tidak diridhai Allah Swt.

Islam sama sekali tidak membolehkan melakukan perbuatan haram meski untuk meraih ridha Allah Swt. sementara Syari’at tidak memberikan tuntunan seperti itu; yang berarti perbuatan haram itu menyalahi tuntunan Allah Swt. dalam kondisi apapun.

Para musuh Islam berusaha mengalahkan umat Islam melalui akidah, paham, dan sistem kufur sebab mereka mengetahui-melalui pengalaman panjang- bahwa mereka tidak dapat mencapai tujuan yang mereka inginkan ketika umat Islam berpegang teguh pada akidah dan sistem Islam mereka, berjalan sesuai jalan lurus itu dan mengetahui makar para musuh mereka. Oleh karena itu, para musuh Islam dan pengikut mereka mencurahkan tenaga maksimal untuk mengalihkan umat kepada paham nasionalisme, sistem negara sekularisme, demokrasi, paham pluralisme, sistem peradilan hukum thaghut, gaya hidup hedonisme-materialistis, sistem ekonomi kapitalisme, dsb.; mereka ingin berhasil menancapkan penjajahan dan penguasaan terhadap dunia Islam.

Sistem Islam atau Syariah Islam lengkap hanya bisa diterapkan secara keseluruhan; termasuk Syariat mengenai Negara pelaksananya yaitu Negara Khilafah Islam. Sistem Islam tidak bisa benar-benar terwujud di dalam sistem kufur semacam kerajaan, demokrasi, kediktatoran, dsb. Hukum-hukum yang tampak Islami di sistem negara kufur sesungguhnya adalah tipuan belaka, sebab sistem negara

kufur tidaklah memenuhi syarat/kondisi wajib bagi diterapkannya sistem Islam.

Tidak boleh kita menyalahi metode Rasul Saw. dalam menegakkan Islam keseluruhan sebab itulah satu-satunya syariatnya. Sedangkan perkataan mengenai kaidah bahwa ‘sesuatu yang tidak dapat dijangkau seluruhnya, maka tidak boleh ditinggalkan semuanya’ tidak boleh kita ikuti untuk menerapkan Syariah secara sedikit-sedikit dan bertahap; sebab pihak yang berhak menerapkan sistem Syariat dalam hal pemerintahan Negara, termasuk peradilan, hanyalah seorang Khalifah yang dibai’at untuk penerapan Islam keseluruhan; bukan seorang presiden, bukan parlemen, bukan mahkamah negara sekularisme, bukan raja, bukan diktator, bukan preman berdasi, bukan tokoh masyarakat tertentu. Hanya Khalifahlah yang berhak melakukannya. Maka metode Rasul Saw. itu benar-benar harus diikuti sehingga pasti mencapai tujuan dan tidak terjerumus tersesat dalam demokrasi serta sistem kufur lainnya.

Umat Islam harus kembali kepada Islam keseluruhan yang terwujud dengan berdirinya kembali Negara Khilafah, yang akan mengantarkan kepada kemajuan yang diharapkan dengan izin Allah. Dan juga akan menjadikan mereka dapat melewati fase keterbelakangan yang menyedihkan. Pendirian Khilafah wajib diperjuangkan dengan satu-satunya metode wajib, yaitu metode Rasul Saw. dalam memperjuangkan tegaknya Negara Islam –termasuk sebagaimana Rasul Saw. mencari kekuatan dan kekuasaan penolong Islam dari para pemilik kekuatan serta kekuasaan riil (thalabun nussrah), tanpa mengikuti sistem kufur –semacam demokrasi– sedikitpun.

FIKIH AULAWIYAT

Yang dimaksud dengan fikih aulawiyat adalah meletakkan segala sesuatu dalam tingkatannya, sehingga tidak mengakhirkan yang semestinya didahulukan atau mendahulukan hal yang semestinya diakhirkan. Inilah yang berlaku dalam hukum Syariah.

Termasuk kesalahan adalah memperhatikan hal yang bersifat cabang sebelum yang pokok, memperhatikan yang bagian daripada keseluruhannya. Kewajiban didahulukan atas yang sunnah, dan fardhu ain didahulukan atas fardhu kifayah.

Kewajiban yang telah dibatasi waktunya dan telah datang waktunya, maka didahulukan daripada kewajiban yang luas waktunya.

Termasuk dari fikih aulawiyat adalah kita mengetahui manakah perkara yang lebih utama untuk diperhatikan sehingga diberikan usaha dan waktu yang lebih banyak daripada perkara lainnya.

Jika kita ingin mendirikan sebuah masyarakat Islam sejati, maka kita tidak boleh menyangka bahwa hal itu bisa terealisasi dengan keputusan yang keluar dari sistem kufur semacam dari presiden, raja atau parlemen. Akan tetapi masyarakat Islam terealisasi dengan jalan tahapan perjuangan Rasul Saw., yaitu tahap pengkaderan; tahap terjun ke masyarakat dengan: pertarungan pemikiran, perjuangan politik, membantu permasalahan umat, dan mencari kekuatan/kekuasaan riil yang menolong menegakkan Islam; kemudian tahap penerapan seluruh Syariah dengan Negara Islam.

Metode dengan tahapan seperti itulah yang ditempuh oleh Rasulullah Saw. untuk merubah kehidupan jahiliah menjadi kehidupan yang Islami. Ketika itu Rasulullah selama tiga belas

Page 42: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

tahun berada di kota Makkah. Di sana Beliau mendidik generasi mukmin yang mampu mengemban beban dakwah dan beban perjuangan. Karena itulah periode Makkah bukanlah periode perundangan atau penerapan hukum, sebab pada perode itu adalah masa dakwah intelektual dan pemikiran.

Terkadang sebuah generasi mulai melakukan perjuangan permulaan yang cukup besar, dan belum dapat dinikmati oleh generasi kedua dan ketiga atau generasi setelahnya. Akan tetapi hal itu tidak menjadi masalah selama segala sesuatunya berjalan dalam garisnya yang lurus dan jalannya yang mengikuti tuntunan Rasul saw.

“Memang, jarak begitu panjang. Sementara itu pergulatan antara kebenaran dan kebatilan tidak dapat terungkap hasilnya dalam setahun atau dua tahun dan tidak diketahui hasilnya dalam satu ronde atau dua ronde.” [Muhammad alghazali, ilal wa-adwiyah hal.37]

PEMBAHASAN KEEMPAT: SUNNATULLAH COBAAN

Pengertian cobaan menurut bahasa: Cobaan atau ibtila’ terambil dari fi’il ”ibtalaa.” Kata mujarradnya adalah “baliya.” Anda mengatakan: Balaahu wabalaa’an maksudnya mengujinya. [Ibnu mandhur, lisanul arab, jilid 14 hal.82]

Sedangkan kata ibtila’ mempunyai beberapa makna yang berdekatan yang sama-sama mengandung arti ujian dan cobaan. Al-Qur’an karim seringkali menggunakan kata ini (ibtila’) dengan makna ini (cobaan dan ujian), seperti firman Allah Swt.:” Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”(QS. Al-Baqarah: 155)Dan firman Allah:“Dan agar Allah menguji terhadap apa yang ada di dalam dada kalian.” (QS. Ali Imran: 154)

Di antara kata-kata yang digunakan dalam makna ini: “mihnah”(ujian) ada di firman Allah:“Mereka itulah yang hati mereka diuji Allah agar bertakwa” (QS. Al-Hujuraat:3)Sebagaimana juga Al-Qur’an menggunakan kata ”fitnah” dengan arti ujian dalam firman Allah:”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?” (QS. Al-Ankabut:2)“Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al-Ankabut:3)

UJIAN MERUPAKAN KETENTUAN ALLAH DALAM KEHIDUPAN

”Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikanNya kepadamu.” (QS. Al-An’aam:165)

”Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (QS. Al-Kahfi:7)

”Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya.”(QS. Al-Mulk:2)

”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan)” (QS. Al-insan:2)

“Mengemban amanat -setelah menang atas kebatilan- tidak dapat dilakukan oleh tiap manusia, akan tetapi hanya dapat dijalankan oleh kaum yang terpilih. Mereka disiapkan dengan persiapan khusus agar mereka dapat menjalankan amanat dengan baik.” [Muhammad Quthb, haula attafsir alIslami littarikh, hal.111-112]

Kekuatan yang hebat ini tidak tercipta kecuali dalam pribadi yang mengekang syahwat dan hawa nafsu, dan tegar terhadap cobaan dan kesulitan, dapat mengatasi bahaya dan memenuhi apa yang dibutuhkan. Selain itu umat itu harus lebih condong berbuat taat dan patuh dan menanggung beban-beban sehingga dapat mengatasi ujian demi ujian.

Karena itulah seorang panglima harus menguji tentaranya, menguji ketegaran dan kesabarannya. Ketegarannya pertama kali adalah dapat mengendalikan keinginan dan syahwat. Dan kesabaranannya yang kedua adalah dengan kekurangan dan kepayahan. Thalut ingin menjalankan proses ujian tersebut, yaitu berupa ujian terhadap rasa haus para pasukannya. Hal itu agar dapat diketahui mana tentara yang dapat bersabar melangkah bersama Thalut dan manakah yang meninggalkannya dan melarikan diri. [Sayyid Quthb, Fii Dhilalil Qur’an, jilid 1 hal.268]

”Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: "Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa tiada meminumnya, kecuali menceduk seceduk tangan, maka ia adalah pengikutku.” Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka." (QS.Al-Baqarah: 249)

“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah.” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al-Baqarah:214)

”Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu.” (QS. Ali Imran:186)

Ini adalah jalan menuju Surga. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah, bahwa jalan menuju Surga dipenuhi dengan cobaan, sementara jalan menuju neraka dipenuhi dengan syahwat. [Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab sahihnya jilid 4 hal.2174, dari Anas ra.]

“Iman adalah amanat Allah di muka bumi. Amanat ini tidak akan dapat diemban kecuali oleh orang yang sesuai dan orang yang mampu menanggung bebannya. Orang-orang itulah yang mempunyai hati ikhlas dan mencurahkan perhatian terhadap amanat itu. Yang dapat mengemban amanat itu adalah orang-orang yang lebih mengutamakan amanat tersebut dari istirahat dan santai, dari rasa aman dan keselamatan dan dari segala macam kesenangan dunia dan aksesorisnya.” [Sayyid Quthb, Fii Dhilalil Qur’an, jilid 2 hal.1090]

”Manusia yang paling banyak mendapat cobaan adalah para Nabi, kemudian orang-orang salih, kemudian yang seperti itu dan seterusnya yang seperti itu: seseorang diuji sesuai

Page 43: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

dengan kadar agamanya. Jika ia kuat berpegang teguh dengan agamanya, maka cobaan akan ditambahkan baginya.” [HR. Imam Turmudzi dalam kitab sunannya dari hadits Sa’d bin Abi Waqqash, jilid 4-601. Turmudzi berkata: hadits itu adalah hadits hasan sahih]

”Perumpamaan orang mukmin adalah seperti tanaman yang terus dicondongkan oleh angin dan orang mukmin akan terus mendapat cobaan. Dan perumpamaan orang munafik adalah seperti pohon besar yang tidak digoncang angin sampai datang waktu panen.” [HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya dalam ”Syarah Nawawi” jilid 6 juz 17 hal.151, dari Abu Hurairah]

”Kami tidaklah mengutus seseorang Nabi pun kepada suatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan Nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dan merendahkan diri.” (QS. Al-A’raaf:94)

UJIAN BAGI RASULULLAH SAW.

Cobaan itu telah melekat dan mengiringi Rasulullah Saw. sejak awal pertama beliau menerima tugas menjalankan misi dakwah. Ketika itu paman beliau Abu Lahab -Abdul Uzza bin Abdul Muththalib- berdiri di hadapan beliau dan berkata kepada beliau: “Celaka kamu, apakah hanya karena ini engkau mengumpulkan kami?” Maka setelah itu Allah menurunkan surat Al-Masad yang membicarakan tentang diri Abu lahab ini. [HR. Imam Bukhari dalam kitab sahihnya dalam Hasyiyah Assanadi kitab tafsir bab tafsir surat Al-Masad]

“Aku telah disakiti di jalan Allah sementara tiada seorangpun yang disiksa, dan saya diancam dalam perjuangan di jalan Allah, sementara orang lain tidak ada yang diancam. Telah datang kepadaku 30 hari 30 malam, sementara aku dan Bilal tidak mendapatkan sesuatu yang dapat dimakan kecuali hanya sesuatu yang dapat menutupi ketiak Bilal.” [HR. Imam Turmudzi dalam kitab sunannya jilid 4 hal.625. ia berkata: hadits hasan gharib. Dan hadits ini disebutkan oleh Imam Ibnu Katsir dalam kitab albidayah wannihayah jilid 3 hal.47 dan berkata: hadits hasan Shahih]

Rasulullah Saw. mendapatkan berbagai siksaan dari para pengikut Quraisy yang bodoh. Jika beliau lewat di depan majelis mereka di Makkah, maka kaum Quraisy itu mengejek beliau. Mereka berkata dengan nada ejekan: ”Apakah hari ini engkau mendapat pembicaraan dari langit?” [Abul qasim as-Suhaili, Arraudl alanif jilid 2 hal.33 dan selanjutnya]

Ibnu Mas’ud menceritakan dengan berkata: “Kami berada bersama Rasulullah Saw. di masjid ketika beliau sedang shalat. Abu Jahl berkata: “Tidak adakah orang yang membawa kotoran binatang dari bani Fulan dan melemparkannya kepada Muhammad ketika ia sedang sujud?” Maka musuh Allah yang bernama Uqbah bin Abi Mu’ayyath bangkit berdiri dan melemparkan kotoran di atas punggung Rasulullah Saw.Tidak ada seorangpun sahabat dari kaum Muslimin yang berada di masjid yang berani menghilangkan kotoran itu dari punggung Rasulullah karena kondisi mereka yang lemah dan tidak mampu melawan musuh mereka. Rasulullah Saw. masih tetap sujud sampai akhirnya puteri beliau Fathimah datang dan mengangkat kotoran dari punggung beliau lalu melemparkannya.” [HR. Imam Bukhari dalam kitab sahihnya jilid 1 hal.174]

Dari Urwah bin Zubair berkata, saya berkata kepada Abdullah bin Amru bin Ash, yang memberitahukan saya tentang tindakan paling kejam yang dilakukan kaum musyrikin

terhadap Rasulullah Saw. Abdullah berkata: “Ketika Rasulullah Saw. sedang menjalankan shalat di halaman Ka’bah, tiba-tiba Uqbah bin Abi Mu’ayyath datang dan memegang pundak Rasulullah Saw. Kemudian ia melipat pakaian Rasulullah yang digantungkan di lehernya sehingga ia mencekik Rasulullah dengan kuat. Lalu datanglah Abu Bakar dan mengangkat pundak Uqbah lalu membela Rasulullah Saw. kemudian berkata: "Apakah kamu akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan: "Tuhanku ialah Allah" padahal dia telah datang kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu.”(QS. Ghafir:28)

Bahkan tindakan kaum musyrikin telah melewati batas sampai musuh Allah, Umayyah bin Khalaf meludahi wajah Rasulullah Saw. [Abul qasim as-Suhaili, arraudl alanif jilid 2 hal.48]

Dan hingga setelah Rasulullah Saw. berhijrah dan mendirikan Negara Islam yang ketika itu masih sebatas Madinah Al-Munawwarah, intensitas cobaan kepada beliau tidak berhenti, bahkan berbentuk strategi baru. Selanjutnya Rasulullah Saw. mempunyai musuh-musuh seputar Madinah yang berasal dari orang-orang munafik yang tinggal bertetangga di Madinah dan juga orang-orang Yahudi, Persia, Romawi serta sekutu-sekutu mereka.

Setelah sebelumnya siksaan di Makkah berupa ejekan dan cemoohan serta embargo dan pukulan, maka Daulah Islam di Madinah dengan Beliau sebagai kepala negara menghadapi tekanan militer bersenjata, dengan pertempuran yang sengit, atau pukulan dan tusukan. Maka hal itu merupakan cobaan bagi Rasul dalam harta dan juga jiwa. [serupa dengan ini: Lasyin Abu Syanab, Zaadul Yaqiin, hal.137]

Demikian itu masih belum terhitung kesulitan hidup yang dialami Rasulullah Saw.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud yang berkata: “Saya masuk menemui Rasulullah Saw. ketika beliau sedang tidak enak badan. Lalu saya katakan: “Wahai Rasulullah, engkau menderita sakit keras.” Maka Rasul menjawab: “Benar, saya sedang sakit sebagaimana sakitnya dua orang dari kalian.” Abdullah berkata: lalu saya katakan “Berarti engkau mendapatkan dua pahala?” Maka Rasul menjawab: “Benar.” [HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya dalam Syarah Imam Nawawi jilid 6 juz 16 hal.127]

Sebagaimana beliau juga berada pada beberapa malam, sedangkan keluarganya merasa lapar. Mereka tidak mendapatkan makanan untuk makan malam. Roti yang bisa mereka makan adalah roti gandum. [HR. Imam Turmudzi jilid 4 hal.580 Turmudzi berkata: hadits ini adalah hadits Hasan] roti gandum: roti dengan gandum kasar.

Dan dari Abu Thalhah ra., berkata: kami mengadu kepada Rasulullah Saw. tentang rasa lapar kami, dan kami mengangkat pakaian kami dan terlihat sebuah batu yang mengganjal perut kami. Lalu Rasulullah Saw. mengangkat pakaian beliau dan terlihat dua buah batu (mengganjal perut beliau) [HR. Imam Turmudzi jilid 4 hal.585, Turmudzi berkomentar: ini adalah hadits Hasan]

Rasulullah tidak gentar terhadap apa yang menimpa beliau di jalan Allah. Beliau tetap bersabar, dan menanti balasan dari Allah sampai beliau wafat. Semoga Allah juga memberikan kita sebaik-baik balasan.

UJIAN BAGI PARA SAHABAT ra.

Page 44: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Adapun para sahabat yang mulia, maka mereka telah menanggung musibah yang setara dengan beban gunung yang tinggi. Mereka mengorbankan harta, darah dan jiwa mereka di jalan Allah. Para sahabat mengerahkan daya upaya dengan maksimal sampai tidak terbatas.

Sementara itu Umayyah bin Khalaf mengeluarkan Bilal ketika matahari sedang terik dengan tali diikatkan di leher Bilal. Umayyah membawa Bilal ke sebuah padang pasir di Makkah kemudian memerintahkan untuk meletakkan batu besar untuk diletakkan di atas dada Bilal.

Kemudian Umayyah berkata kepada Bilal; Tidak, sungguh tidak. Keadaan akan seperti ini sampai kamu mati kecuali jika kamu ingkar dengan Muhammad dan menyembah Latta dan Uzza.” Namun Bilal menjawab di tengah siksaan itu: ’Ahad, ahad (Yang Maha satu, yang Maha Satu). [Sirah Ibnu Hisyam, jilid 1 hal.318]

Mereka mendapatkan suasana keterasingan dan diusir, diputuskan komunikasi, dikeluarkan dari kampungnya, diputus hubungan mereka dengan keluarga dan mendapatkan perlawanan senjata. Namun meskipun demikian, golongan yang diberkahi ini bersikap sabar dan tegar dalam agama mereka dan berjalan melangkah sesuai metode perjuangan Rasul Saw. dengan tahapan-tahapannya.

“Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata: "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita." Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.” (QS. Al-Ahzaab:22) Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya itu ialah kemenangan sesudah mengalami kesukaran.

HIKMAH COBAAN

Seorang mukmin meyakini bahwa dalam segala peristiwa yang terjadi terdapat hikmah Allah dan tujuan di dalamnya. Hal itu berbeda dengan orang kafir atau munafik. Sebab jika orang munafik sakit kemudian sembuh, maka sikapnya seperti seekor unta yang diikat oleh pemiliknya kemudian dilepaskan. Onta itu tidak tahu mengapa pemiliknya mengikatnya dan tidak mengetahui mengapa ia melepaskannya. [sebagaimana HR. Abu Dawud jilid 3 hal.182, kitab jenazah, bab sakit yang menggugurkan dosa. Hadits ini juga disebutkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsirnya jilid 4 hal.226]

PERTAMA: DALAM TINGKATAN INDIVIDU

1. Mengangkat kedudukan dan derajat di sisi Allah.Dari Ummul Mukminin, Aisyah ra. berkata: Rasulullah Saw. bersabda:“Seorang mukmin tidak ditimpa musibah atau lebih dari itu kecuali ia diangkat derajatnya oleh Allah, dan kesalahannya digugurkan.” [HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya dalam kitab Syarah Nawawi jilid 6 hal.127-128, dari Ummul Mukminin Aisyah ra.]

2. Menggugurkan dosa-dosa kecil.“Seorang Muslim tdiak ditimpa dengan kepayahan dan kelelahan, kedukaan, kesedihan dan gangguan sampai duri yang ditancapkan kepadanya, melainkan Allah akan menggugurkan kesalahan-kesalahannya.” [HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya dalam Syarah Nawawi jilid 6 juz 16 hal.129]

3. Ketulusan jiwa kepada Allah Swt., dan kemurniannya dari segala noda yang mengeruhkan kejernihan iman. Sebab cobaan akan dapat menjernihkan jiwa dari segala noda, dan

hati dari perasaan riya (suka pamer), dan amal perbuatan dari syirik.

4. Menampakkan kepada manusia akan hakikat mereka. Sebab merupakan hal mudah untuk mengaku beriman, sabar dan zuhud dan lainnya. Akan tetapi dengan adanya cobaan, maka akan nampak hakikat pengakuan tadi dan diri manusia sesungguhnya akan terlihat.

5. Orang yang diuji, mengetahui kedudukannya di sisi Allah dan kuatnya agamanya.”Manusia yang paling banyak mendapat cobaan adalah para Nabi, kemudian orang-orang salih, kemudian yang seperti itu dan seterusnya yang seperti itu: seseorang diuji sesuai dengan kadar agamanya...” [HR. Imam Turmudzi dalam kitab sunannya dari hadits Sa’d bin Abi Waqqash, jilid 4-601. Turmudzi berkata: hadits itu adalah hadits hasan sahih]

6. Menyiapkan mukmin dan mendidiknya agar menjadi seorang tentara dalam menyeru ke jalan Allah. Pendidikan ini tidak tercipta kecuali melalui rasa lelah ketika bertindak.

7. Merealisasikan penyembahan kepada Allah Swt. di saat senang dan susah, yaitu di masa senang dengan bersyukur dan masa sedih dengan bersabar.”Alangkah mengagumkan urusan seorang mukmin. Segala urusannya merupakan hal baik. Jika ia diberikan kesenangan, maka ia bersyukur, maka menjadi kebaikan baginya. Dan jika ia ditimpa kedukaan, maka ia bersabar, maka menjadi kebaikan baginya.” [HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya dalam Syarah Nawawi jilid 6 juz 18 hal.125, dari Shuhaib ra.]

8. Cobaan mendatangkan anugerah di dunia dan masuk Surga di akhirat.”Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk Surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berJihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” (QS. Ali Imran:142)

KEDUA: DALAM TINGKATAN KELOMPOK

1. Membersihkan barisan Muslim dari musuh dalam selimut dan mengetahui mana orang yang salih dan mana orang yang durhaka, dan menghilangkan yang buruk dalam jajaran yang baik.”Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk (munafik) dari yang baik (mu'min)”(QS. Ali Imran:179)

2. Mempertautkan hati orang-orang yang mendapatkan cobaan dan meningkatkan sambungan tali persaudaraan dan menjadi kuat.

3. Menjadikan musuh Islam putus asa ketika mereka melihat bahwa daya upaya yang mereka kerahkan untuk mengalahkan umat Islam menjadi sia-sia, karena kesabaran umat Islam, ketegaran dan kekuatan iman mereka.

4. Cobaan akan melahirkan generasi yang bertanggung jawab terhadap Tuhannya dan terhadap dirinya sendiri, serta bertanggung jawab terhadap manusia, tulus, bersih yang konsisten dan tidak bimbang, serta tegar dan tidak tergoncang. [sebagaimana HR. Imam Muslim dalam kitab sahihnya dalam Syarah Nawawi jilid 6 juz 18 hal.137]

“Tatkala unsur-unsur tersebut terealisasi dalam tubuh sebuah golongan, maka pada akhirnya mereka akan menerima panji. Yaitu dengan menjaga amanat panji itu dalam keadaan percaya diri atas diri mereka dengan harga mahal yang

Page 45: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

mereka keluarkan. Dan juga dengan kesabaran yang mereka terapkan atas musibah-musibah dan dengan rasa sakit serta pengorbanan yang mereka korbankan di jalan panji itu.” [Sayyid Quthb, Fii Dhilail Qur’an jilid 5 hal.2720 dan selanjutnya]

“Maka bagi pembela kebenaran dari putera umat Islam, harus meyakini bahwa mereka adalah sebuah rangkaian yang tidak terpisah dari rangkaian lainnya dalam ruang lingkup pergulatan panjang antara kebenaran dan kebatilan. Dan bahwa ujian yang menimpa mereka merupakan salah satu praktek dari ketentuan Allah (sunnatullah) dalam pergulatan ini.” [Lasyin Abu Syanab, Zaadul Yaqiin hal.142]

PEMBAHASAN KELIMA: SUNNATULLAH BERIKHTIAR ATAU MENJALANI SEBAB

Termasuk ketentuan Allah terpenting yang harus dijaga oleh umat Islam adalah sunnatullah berupa ”al-akhdzu bilasbab(menjalani sebab) atau ikhtiar.Asbab adalah bentuk jamak dari sabab yaitu segala sesuatu yang dijadikan perantara kepada hal lainnya.“Asal makna sabab (sebab) menurut bahasa adalah habl (tali) Ada perkataan orang Arab: “Tali tidak diakui sebagai sabab(sarana) sampai ia turun dan naik. Dengan kata itu terdapat firman Allah: ”Maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya.” (QS. Al-Hajj:15)Ada yang mengatakan: “Segala sesuatu yang anda jadikan sarana menuju tempat atau keperluan yang anda inginkan, maka dinamakan sebab.” Ada yang mengatakan: “Jalan mempunyai sebab, karena dengan menempuh jalan itu maka anda akan sampai di tempat yang anda inginkan.”Allah berfirman: “Maka ia mengikuti sabab” [QS. al-Kahfi:85], maksudnya jalan. Sabab langit, maksudnya pintu-pintunya, karena untuk sampai ke langit, di dapatkan dengan cara memasuki pintu itu. Dalam hal ini Allah Swt. memberitahukan tentang Fir’aun: ”Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (QS.Ghafir:36) (Yaitu) pintu-pintu langit.” (QS. Ghafir:37)Persaudaraan di antara dua kaum, dinamakan sabab, karena dengan persaudaraan itu mereka saling berhubungan dan berkomunikasi.

Sedangkan pengertian sabab (sebab) menurut istilah Syariat adalah: Sesuatu yang dijadikan perantara untuk mencapai suatu maksud dan ia tidak terpengaruh dengannya, misalnya waktu sebagai sebab kewajiban shalat.” [Imam Razi, Mafaatiihul Ghaib, jilid 2 hal.626]

Kata sabab juga dipinjam untuk arti segala sesuatu yang dijadikan perantara untuk sampai kepada suatu perkara tertentu. [Ar-Raghib Al-Ashfahani, mufradaat alqur’aan kitab sin hal.220, dam mu’jam alwasith materi sababa hal.427]

Sunnatullah ‘menjalani sebab’ atau ikhtiar ini telah ditetapkan.

”Dan katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu'min akan melihat perkerjaanmu itu.” (QS. at-Taubah:105)”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rizki-Nya.” (QS. Al-Mulk:15)“Dan goyangkanlah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu.” (QS. Maryam:25)

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat

untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Anfaal:60)

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad:7)

“Maka haruslah menjalani sebab untuk mendapatkan kemenangan dan kejayaan, meskpun hal itu merupakan takdir yang telah ditentukan di sisi Allah.” [Muhammad Quthb, mafaahiim yanbaghii an tushahhah hal.262-263]

Rasulullah Saw. sebagai ornag paling utama yang bertawakkal, tetap sangat menjaga ketentuan Allah “berikhtiar” ini. Maka ketika beliau mendirikan dan memulai pembangunan negara Islam, beliau berusaha menjalani segala usaha dan ikhtiar semaksimal mungkin. Bagi yang mencermati sejarah kenabian, maka akan mengetahui hal itu dengan baik.

Dalam hijrah misalnya, Rasulullah Saw. tidak membiarkan urusan berjalan serampangan, akan tetapi beliau mempersiapkan segala keperluan, memperhitungkan segala kemungkinan yang akan terjadi, dan merancang strategi sesuai dengan kapasitas kemampuan tenaga dan sarana yang dimiliki.

Rasulullah Saw. menyiapkan kendaraan dan petunjuk arah perjalanan. Beliau memilih kawan dan tempat yang dijadikan bersembunyi dengan kawan beliau sampai kondisi tenang dan ketegangan situasi mereda. Beliau menguasai semua hal itu sesuai dengan kemampuan manusia untuk mengambil tindakan waspada, bersembunyi dan berikhtiar dengan berjaga-jaga.Bersamaan dengan itu beliau memohon kebaikan atas segala urusan kepada Allah Swt.

Demikian juga mengenai perang Badar, Uhud dan Ahzab serta semua peperangan yang beliau ikuti dan segala urusan yang beliau tangani.

Dalam urusan dunia, Rasulullah Saw. selalu menasihati para sahabat agar berikhtiar.Bahwa seorang lelaki dari Anshar datang menemui Rasulullah Saw. dan meminta sesuatu kepada beliau. Lalu Rasul bertanya: “Apakah di rumahmu tidak ada sesuatu?” Ia menjawab: “Ya, ada. Yaitu sepotong alas kain, sebagian kami pakai dan sebagaian kami hamparkan, serta ada sebuah gelas tempat minum.” Rasul bersabda: “Bawalah kemari kedua benda tersebut.”Maka lelaki itu membawa kedua benda itu ke hadapan Rasulullah Saw. Lalu Rasul mengambil kedua benda itu dengan tangan dan bersabda: “Siapakah yang mau membeli kedua benda ini?” Ada seorang sahabat yang berkata: “Saya akan membelinya dengan satu dirham. Rasul menanggapinya: “Siapakah yang membeli dengan lebih dari satu dirham?”-beliau mengatakannya dua atau tiga kali-. Maka seorang sahabat menjawab: “Saya akan membelinya dengan dua dirham.”Lalu Rasul memberikan kedua benda itu kepada sahabat yang membelinya dan mengambil uang dua dirham darinya dan memberikan uang itu kepada sahabat dari Anshar. Kemudian beliau bersabda kepadanya: “Belilah makanan dengan uang satu dirham dan berikan kepada keluargamu, lalu dengan satu dirham, belilah kapak lalu datanglah kemari

Page 46: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

lagi.” Akhirnya sahabat dari Anshar tadi mendatangi rasul lagi.Kemudian Rasulullah memegang erat tangannya lalu bersabda: « Pergilah, dan carilah kayu kemudian jual. Saya memberikan kamu waktu selama lima belas hari. » Kemudian ia pergi dan datang lagi kepada Nabi dengan membawa uang sepuluh dirham. Lalu ia membeli pakaian dengan beberapa dirham, dan sebagian lagi dibelikannya makanan. Lalu Rasul bersabada kepadanya: “Ini lebih baik bagimu daripada engkau datang membawa masalah dengan noda hitam di wajahmu pada hari kiamat.” [HR. Abu Dawud, dan teks darinya, jilid 2 hal.120, dari Anas ra.]

”Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.” (QS. Al-Isra:19)

Ketika Rasulullah Saw. diberikan ayat: ”Dan berilah peringatan kepada keluargamu yang dekat”, beliau bangkit berdiri dan bersabda: “Wahai kaum Quraisy, jagalah diri kalian! Aku tidak menjamin kalian dari Allah.””Wahai bani Abdul Muththalib! Aku tidak menjamin kalian dari Allah. Wahai Abbas bin Abdul Muththalib, aku tidak menjaminmu dari Allah. Wahai Shafiyyah, bibi Rasulullah. Aku tidak menjamin kamu dari Allah. Wahai Fathimah puteri Rasulullah, mintalah engkau hartaku yang engkau mau, (tetapi) Aku tidak menjaminmu dari Allah.” [HR. Imam Bukhari dalam kitab sahihnya tercantum dalam kitab fathul bari jilid 8 hal.408, dari Abu Hurairah ra.]

Umat Islam generasi pertama menunjukkan bahwa keimanan mereka atas takdir Allah yang mutlak dan ketentuan serta ketetapan-Nya, tidak bertentangan dengan berusaha menjalani ikhtiar.

ANTARA TAWAKAL KEPADA ALLAH DAN BERIKHTIAR

Tawakal kepada Allah Swt. tidak menghalangi adanya ikhtiar. Tawakal kepada Allah Swt. berjalan berbarengan dengan ikhtiar. Menjalankan ikhtiar merupakan ibadah dan ketaatan. Tawakal kepada Allah merupakan pemenuhan kewajiban, yang artinya tidak bertawakal kepada selain Allah. Dan pada hakekatnya tidaklah berguna bertawakal kepada selain Allah Swt.

“Dengan demikian perasaan seorang mukmin bebas dari menuhankan sebab(ikhtiar)” [Sayyid Quthb, Fii Dhilalil Qur’an jilid 3 hal.1476]

Anas bin Malik meriwayatkan bahwa seorang lelaki berdiri membawa ontanya di depan pintu masjidil haram dan bermaksud masuk ke masjid. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah Saw.: “Apakah aku melepaskan kendaraan tungganganku lalu bertawakkal?” Maka Rasul menanggapinya dengan bersabda kepadanya: ”Ikatlah ontamu dan bertawakkallah.” [HR. Imam Turmudzi dalam kitab sunannya jilid 4 hal.576; HR. Ibnu Hibban dalam kitab sahihnya jilid 2 hal.56, dari Ja’far bin Umar bin Umayyah; HR. Imam Hakim dalam kitab almustadrak jilid 3 hal.623. Imam Dzahabi berkomentar: Sanad hadits ini baik]

Umar bin Khaththab ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw. bersabda: ”Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakkal, maka Allah akan memberi rezeki kalian sebagaimana memberi rezeki burung, yang pergi pagi hari dalam keadaan (perut) kosong dan dan pulang di sore hari dalam keadaan penuh. [HR. Imam Ahmad dalam kitab musnadnya jilid 1 hal.52 dan dicantumkan dalam bab

mengenai zuhud hal.25. Syaikh Ahmad Syamir berkata: sanadnya sahih]

Umar bin Khaththab berkata: “Orang yang bertawakkal yaitu orang yang menaburkan benih di bumi dan bertawakkal kepada Allah.” [Alhafisz Abu bakr Abdullah bin abi Dunya, attawakkul alAllah hal.26, Imam Thabrani meriwayatkan dari Ka’ab bin Ajrah dan Ibnu Abi Dunya dari Mu’awiyah]

Meniadakan ikhtiar berarti meniadakan Syariat. Berpegangan hanya kepada ikhtiar saja dengan meninggalkan tawakkal berarti syirik (menyekutukan) Allah. Islam menghubungkan ikhtiar dengan tauhid dengan keyakinan bahwa perkara ikhtiar semuanya berada dalam kekuasaan Allah Swt. Jadi yang dituntut dari seorang Muslim adalah berikhtiar dengan bertawakkal kepada Allah.

“Seorang Muslim menjalankan ikhtiar semata karena beribadah kepada Allah dan berjalan sesuai ketentuan-Nya. Pada saat yang sama ia merasakan bahwa hasil yang ia capai merupakan ketentuan yang ditetapkan Allah Swt., dan bukanlah hasil dari ikhtiar yang dijalaninya. Dan bahwa ikhtiar atau menjalani sebab, tidak otomatis mengantarkan dengan pasti terhadap hasil. Akan tetapi mengantarkan kepada hasil dengan ketentuan Allah Swt. Jika Allah berkehendak, maka Dia tidak memberikan hasil dari usaha ikhtiarnya. Sebab yang mengendalikan urusan secara pasti adalah kehendak Allah Swt. dan bukan karena ikhtiar manusia.” [Muhammad Quthb, mafaahiim yanbaghi an tushahha, hal.277]

Dan bagi umat Islam haruslah mengetahui bahwa berikhtiar untuk mencapai kejayaan, merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan lagi. Hal itu telah berdasarkan ketentuan Allah sesuai sunnatullah yang pasti terjadi.

“Sementara itu pemikiran orang yang berpangku tangan yang berkata: “Tuhan kita akan menolong kita dengan niat baik kita”, merupakan pemikiran yang bertentangan dengan ketentuan Tuhan. Dan pemikiran orang-orang yang menganggap bahwa musuh Islam akan ditimpa oleh angin topan dan disambar burung ketika umat Islam hanya menunggu tanpa berbuat sesuatu dan tanpa persiapan mantap, maka merupakan pemikiran yang bertentangan dengan sunnatullah.” [Muhammad Quthb, haula attafsiir alIslami littarikh hal.123-124]

PASAL KEEMPAT: BERITA GEMBIRA KEJAYAAN

Dalam pasal ini ada 3 pembahasan:Pertama: Kejayaan adalah janji yang pasti didapat oleh umat Islam.Kedua: Hancurnya sistem-sistem jahiliyah.Ketiga: Kebangkitan Islam.

Pengantar

Berita gembira adalah beberapa perkara rahasia yang diberitakan kepada manusia dan ditunjukkan atasnya. Rasulullah Saw. bersabda,“Tidak tertinggal dari kenabian itu kecuali berita-berita gembira” [HR. Bukhari dalam Shahih-nya pada Hâsyiyah as-Sanadi, juz 4 hal.209, dari Abu Hurairah ra.]

Pengarang Lisânul Arab berkata, “al-Mubasyirât: angin yang bertiup di antara awan dan membawa berita gembira dengan turunnya hujan. Allah Swt. berfiman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah bahwa Dia mengirimkan angin sebagai pembawa berita gembira.” [QS.Ar-Ruum:46]

Berita gembira kejayaan ialah dua hal, yaitu:

Page 47: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Pertama: Apa yang dijanjikan Allah Swt. dan diberitakan-Nya dalam al-Quran dan diberitakan oleh Rasul-Nya Saw. dalam hadits-hadits mulia.Kedua: Fenomena-fenomena dan tanda-tanda yang ada sekarang, yang memberikan kabar gembira dengan dekatnya realisasi kejayaan umat Islam.

“Thaa Siin. (Surat) ini adalah ayat-ayat al-Qur'an, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan, untuk menjadi petunjuk dan berita gembira bagi orang-orang yang beriman” [QS.An-Naml:1-2]

“Maksudnya ialah hidayah dan kegembiraan hanya akan didapat dari al-Quran bagi orang yang beriman dengannya, mengikutinya, membenarkannya dan mengamalkannya, seperti yang disebutkan dalam firman Allah Swt., “Agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan al-Qur'an itu kepada orang-orang yang bertaqwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang” [Tafsir Ibnu Katsir: juz 3 hal.357 (firman tersebut ialah Surah Maryam:97)]

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan (dalam kehidupan) di akhirat” [QS.Yunus:63-64]

“Sesungguhnya Kami telah mengutus (Muhammad) dengan kebenaran; sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan” [QS.Al-Baqarah:119]”Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan” [QS.Al-Furqaan:56]“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan” [QS.Al-Ahzaab:45]

Dari Ibnu Abbas ra., dia berkata, “..Nabi Saw. memerintahkan Ali dan Mu’adz ra. untuk pergi ke Yaman. Beliau bersabda, “Pergilah kalian berdua, berikan berita gembira dan jangan memberikan kabar siksa hingga orang akan lari, mudahkanlah dan jangan dipersulit, sebab telah turun wahyu kepadaku yang berbunyi, “Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan” (yaitu QS.Al-Ahzaab:45) [Tafsir Ibnu Katsir: juz 3 hal.498] (penduduk Yaman ketika itu belum mendapatkan dakwah Islam yaitu mereka masih kafir namun ketika itu mereka bukan kafir yang memerangi Islam dan negaranya)

“Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir” [QS.Yuusuf:87]“Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat” [QS.Al-Hijr:56]

“Apabila seseorang berkata, “Manusia telah binasa”, berarti dia telah menewaskan mereka” [HR. Muslim dalam Shahih-nya pada Syarah an-Nawawi: jilid 6 juz 16 hal 175, dari Abu Hurairah]

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan” [QS.Alam Nasyrah:5-6]

Kejayaan adalah sebuah janji yang pasti didapat oleh umat Islam

“Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” [QS.Al-Qamar:45] Ibnu Katsir berkata, “Ketika ayat ini turun dan didengar oleh Umar Bin Khatthab ra., dia berkata dengan penuh rasa heran, “Golongan apa

yang akan dikalahkan? Golongan apa yang akan ditaklukkan?” Maka ketika terjadi perang Badar, Umar melihat Rasulullah Saw. memakai baju besi dan berkata, “Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur ke belakang.” Saat itu, baru Umar mengetahui akan ta’wil ayat tersebut.” [Al-Hafizh Ibnu Katsir, Tafsîr al-Quran al-‘Azhîm: juz 4 hal 267]

Di awal-awal dakwah Nabi Saw. di Mekkah, beliau menyebarkan Islam kepada kabilah-kabilah Arab dan meminta bantuan mereka serta menjanjikan kepada mereka bahwa mereka akan dapat menguasai kerajaan Kisra dan Qaisar. [As-Suhaili, ar-Raudhul Unfu: juz 2 hal 180]

Nabi Saw. selalu menanamkan keyakinan di hati para sahabatnya dan mengukuhkan kebenaran ini untuk seluruh manusia.Dari Khabbab ra., dia berkata, “Kami mengadu kepada Rasulullah Saw. Saat itu beliau sedang berbaring dengan berbantalkan selendang di bawah naungan Ka’bah.Kami berkata kepada beliau, “Apakah engkau tidak memohon agar kita menang? Apakah engkau tidak berdoa untuk kita?” Maka Rasulullah Saw. bersabda, “Dahulu, seorang laki-laki sebelum kalian, dia dikubur di dalam tanah, lalu tubuhnya digergaji dari atas kepalanya sampai ke bawah perutnya hingga tubuhnya terbelah menjadi dua, namun itu tidak bisa menghalangnya dari agamanya. Demi Allah, kejayaan itu pasti akan datang, hingga orang yang berjalan dari Shan’a (Iraq) menuju Hadra Maut (Iran) tidak merasa takut kecuali hanya kepada Allah atau takut kepada srigala yang akan menerkam dombanya. Tetapi sungguh kalian bersikap terburu-buru.”

Adiy Bin Hatim menceritakan kisah keIslamannya, dia berkata, “Rasulullah Saw. berkata kepadaku, “Hai Adiy Bin Hatim, aku tahu apa yang menghalangi engkau untuk memeluk agama Islam. Engkau berkata bahwa yang memeluk agama ini hanya orang-orang lemah dan tidak memiliki kekuatan apa-apa malah telah diusir oleh orang Arab. Apakah engkau tahu al-Hirah? [Al-Hirah adalah sebuah kota yang jaraknya 3 mil dari Kufah] Aku menjawab, “Aku tidak pernah melihatnya tetapi aku pernah mendengarnya.”Rasulullah Saw. bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku di tangannya, Allah pasti akan menyempurnakan perkara (agama) ini hingga orang yang pergi dari al-Hirah menuju ke Mekah lalu dia tawaf di Baitullah akan merasa aman walaupun tanpa ada seorangpun yang bersamanya, dan Allah pasti akan menaklukkan kerajaan Kisra Bin Hurmuz.” Aku berkata, “Kerajaan anak Hurmuz?!” Beliau bersabda, “Benar, Kisra Bin Hurmuz. Harta juga akan melimpah ruah hingga tidak ada lagi orang yang mau menerimanya.”Adiy berkata, “Benar apa yang dikatakan Nabi Saw. itu. Ini orang yang pergi dari Hirah menuju Mekah dan tawaf di Baitullah dia merasa aman walaupun tidak ada seorangpun yang bersamanya, dan aku termasuk orang yang ikut menaklukkan kerajaan Kisra. Demi Dzat yang jiwaku ditangannya, hal ketiga yang diucapkan Rasulullah Saw. pasti akan terjadi nanti.” [HR. Bukhari dalam Shahih-nya pada Hâsyiyah as-Sanadi: juz 2 hal 278 bab ‘Alâmat an-Nubuwwah fi al-Islâm; HR. Imam Ahmad dalam Musnad-nya: juz 4 hal 257, 378, 375. Juga dimuat oleh Ibnu Kastir dalam al-Bidâyah wa an-Nihâyah: juz 5 hal 66]

“Dan sesungguhnya telah Kami tulis di dalam Zabur (sesudah Kami tulis dalam) Lauh Mahfuzh, bahwasanya bumi ini dipusakai hamba-hamba-Ku yang saleh.” [QS.Al-Anbiyaa’:105]

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa

Page 48: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur:55)

Imam Ibnu Katsir berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Ini adalah janji dari Allah Swt. untuk Rasul-Nya, bahwa Dia akan menjadikan umatnya sebagai khalifah di muka bumi, yaitu pemimpin-pemimpin manusia dan menguasai mereka. Dengan mereka, akan tercipta kemaslahatan negeri dan semua orang akan tunduk kepada mereka. Allah juga berjanji akan menggantikan ketakutan mereka (terhadap manusia) menjadi rasa aman dan dapat menguasai mereka. Semua janji itu telah Allah wujudkan –dan Hanya kepada-Nya segala pujaan dan pujian- sebab sebelum Rasulullah wafat, Allah Swt. telah memberikan kepadanya penaklukan Mekah, Khaibar, Bahrain dan seluruh jazirah Arab, juga seluruh negeri Yaman. Beliau juga dapat memungut pajak (jizyah,zakat,dll) dari orang-orang Majus Hajr dan sebagian wilayah pesisir Syam. Beliau juga mendapat hadiah dari Hiraklius Raja Rum, Penguasa Mesir dan Alexandri (yakni Muqauqis), juga hadiah dari raja-raja Uman serta Negus Raja Ethiopia.

Setelah Rasulullah Saw. wafat dan Allah memberikan kemuliaan yang ada di sisi-Nya untuknya, kepemimpinan dipegang oleh Khalifahnya yang bernama Abu Bakar ra.Tak lama setelah wafatnya Nabi Saw., Abu Bakar mengirim pasukan Islam ke negeri Persia, Syam dan Mesir, maka Allah memberikan kemenangan kepada mereka atas negeri-negeri ini.Allah pun memanggil Abu Bakar dan memberikan kemuliaan yang ada di sisi-Nya untuknya...

Allah memberikan kemenangan di masa-masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Khattab atas seluruh negeri-negeri yang ada di Syam dan seluruh wilayah-wilayah Mesir. Dia juga dapat menekan Persia dan mengguncang Kisra serta menghinakannya seburuk-buruk penghinaan dan mengguncang sampai ke seantero kerajaannya. Dia juga dapat menghambat sepak terjang Qaisar dan mengangkat tangannya (kekuasaannya) dari negeri-negeri Syam lalu dia juga menaklukkan Qonstantinopel. Dia juga menyedekahkan semua harta Kisra dan Qaisar di jalan Allah, tepat seperti apa yang dijanjikan Rasulullah Saw. yang datang dari janji Tuhan-nya.

Kemudian, setelah masa Khilafah Utsman Bin Affan, kekuasaan pemerintahan Islam meluas sampai ke ujung timur dan barat. Umat Islam dapat menaklukkan negeri-negeri di wilayah barat sampai ke ujung; Andalusia, Qabrus, negeri-negeri Qirwan dan lainnya hingga berakhir di samudera Atlantik, dan dari sisi timur sampai ke ujung negeri Cina. Pada Khilafahnya juga, Kisra terbunuh dan takluklah seluruh kerajaannya. Umat Islam juga dapat menaklukkan kota-kota di Iraq, Khurasan dan Ahwaz. Pajak (jizyah,zakat,dll) dari wilayah-wilayah timur dan barat diserahkan ke hadapan Amirul Mu’minin Utsman Bin Affan ra.

Itulah janji yang disebutkan Rasulullah Saw. seperti yang tersebut dalam hadits shahih. Rasulullah Saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah telah melipat bumi untukku, maka aku dapat melihat wilayah-wilayah timur juga barat, dan kekuasaan umatku akan sampai kepada wilayah-wilayah yang diperlihatkan kepadaku itu.” [Tafsir Ibnu Katsir: jilid 3, hal.300-302]

“Dan sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba-hamba Kami yang menjadi rasul, (yaitu) sesungguhnya

mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.” [QS. Ash-Shaafaat:171-173]

“Maksudnya adalah janji kemuliaan mereka atas musuh mereka di dunia dan di akhirat.” [Tafsir Nasafi: juz 4 hal.31]

“Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman pada kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat)” [QS.al-Mu’min:51]

“Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. Dia-lah yang mengutus Rasulnya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci.” [QS.Ash-Shaaf:8-9]

Kehendak Allah terwujud, maka nampaklah jalan hidup Islam di atas agama dan ideologi lainnya, sebagian besar daerah di muka bumi tunduk kepada Islam yang terwujud dalam Negara Islam, hanya dalam jangka waktu satu abad atau kurang. Islam dan kekuasaan Negara Islam terus menyebar luas sekalipun dihadang oleh setiap orang yang mencoba membendungnya di seantero jagat -dengan perang dan tipu muslihat- sebagai perwujudan dari janji Allah yang tidak akan terhenti oleh usaha mereka (musuh Islam), sekalipun usaha itu mencapai puncak kekuatan, tipu muslihat dan penyesatan. Semua itu didapat jika Islam tegak beserta Syariahnya termasuk Negara Islamnya dengan metode perjuangan Rasul Saw.

Hadits-Hadits Tentang Berita Gembira Kejayaan

Hadits-Hadits Nabi Saw. yang menjanjikan kejayaan dan memberikan berita gembira sebagiannya sebagai berikut:

>“Perkara ini (Islam) akan sampai seperti malam dan siang. Allah tidak membiarkan satupun rumah di kota juga satupun rumah di pedalaman kecuali Allah pasti memasukan ke dalamnya agama ini dengan kemuliaan dari Yang Maha Mulia atau dengan kehinaan orang yang hina. Kemuliaan yang dengan kemuliaan itu Allah memuliakan Islam, dan dengan kehinaan itu Allah menghinakan kekufuran.” [HR. Imam Ahmad Bin Hanbal dalam Musnad-nya:4/130; HR. Hakim dalam al-Mustadrak:4/430. Hakim berkata bahwa riwayat ini shahih menurut syarat Syaikhain tetapi mereka berdua tidak meriwayatkannya. Al-Albani berkata, “Riwayat ini hasan shahih, menurut syarat Muslim]

>“Senantiasa ada segolongan dari umatku yang membela kebenaran, tidak bisa memudharatkan mereka oleh orang yang menghinakan mereka dan oleh orang yang menentang mereka sampai hari kiamat hingga datang ketentuan Allah, dan merekapun tetap masih seperti itu.” Dalam riwayat lain, “Hingga mereka berperang dengan Dajjal.” Dalam riwayat lain lagi, “Hingga turun Isa anak Maryam dan merekapun jaya.” [Muttafaq ‘Alaih: HR. Bukahri dalam Shahih-nya pada Hâsyiyah as-Sanadi: juz 2 hal.286, dari Mu’awiyah ra.; HR. Muslim dalam Shahih-nya pada Syarah an-Nawawi: jilid 5 juz 13 hal.65, dari Tsauban ra.] Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Semua riwayat ini derajatnya shahih dan tidak ada yang bertolak belakang.”

>“Kenabian ada bersama kalian sepanjang waktu yang Allah kehendaki kenabian itu ada, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendaki untuk mengangkatnya. Kemudian ada Khilafah berdasarkan manhaj kenabian sepanjang waktu yang Allah kehendaki Khilafah itu ada, kemudian Dia

Page 49: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

mengangkatnya apabila Dia menghendakinya. Kemudian ada kekuasaan zalim sepanjang waktu yang Allah kehendaki kerajaan itu ada. Kemudian ada kekuasaan diktator sepanjang waktu yang Allah kehendaki kekuasaan itu ada, kemudian Allah mengangkatnya apabila Dia menghendakinya, kemudian akan ada Khilfah sesuai manhaj kenabian.” [HR. Imam Ahmad dalam al-Musnad pada al-Fath ar-Rabbani: juz 23 hal.10, dari Hudzaifah ra. Al-Hafizh al-Haitsami dalam Mujamma’ az-Zawâid:6/88. Para perawinya adalah orang-orang terpercaya. Riwayat ini dikatakan shahih oleh al-Iraqi]

Yang menyejukkan dari hadits ini adalah bahwa di sana akan datang satu masa, nanti kehidupan kaum Muslimin berada di bawah naungan Khilafah yang mendapat petunjuk berlandaskan manhaj kenabian, keterasingan dan keterpurukan yang sedang melanda Islam dan kaum Muslimin sekarang akan hilang, dan pada masa itu kejayaan akan kembali diperoleh oleh umat Islam.

>“Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali kaum Muslimin berperang dengan orang Yahudi, maka kaum Muslimin membunuh dan membasmi mereka sampai ada di antara orang yahudi yang bersembunyi di belakang batu dan pohon. Ketika itu batu atau pohon itu berkata, “Hai Orang Islam, hai hamba Allah, ini orang Yahudi bersembunyi di belakangku, kemarilah dan bunuh dia”, kecuali pohon Gharqad sebab itu pohon Yahudi.” [Muttafaq ‘Alaih: HR. Imam Bukhari dalam Shahih-nya (Fathul Bâri): juz 6 hal 604; HR. Imam Muslim dalam Shahih-nya (Syarah an-Nawawi): jilid 16 juz 18 hal.44-45, dari Abi Hurairah ra. Lafaznya dari Muslim. Gharqad adalah sejenis pohon berduri yang sangat dikenal di negeri Baitul Maqdis]

Juga terdapat sabda Nabi Saw.,“Islam pada awalnya adalah asing dan akan kembali dalam keadaan asing pula seperti semula. Maka beruntunglah bagi orang-orang yang asing.” [HR. Imam Muslim dalam Shahih-nya pada Syarah an-Nawawi: jilid 1 juz 2 hal 175. Kitabul Iman, Bab Bayân annal Islâm Bada a Gharîban, dari Abi Hurairah]

Muhammad Ghazali menyatakan: Ada orang yang menyebutkan sebagian hadits ini kepadaku dan seakan-akan dia memahami dari hadits itu bahwa Islam akan menyusut dan melemah, dan kepada orang yang mendengar hadits ini agar berekonsiliasi dengan kezaliman dan mengambil muka (mujamalah) kepada orang-orang kuat dan pasrah untuk terbenam yang tidak bisa dihindari.

Menyebutkan hadits ini dan memahaminya dengan pemahaman seperti itu adalah suatu penyakit lama yang sudah menyebar luas...

Sebenarnya, hadits ini dan hadits-hadits semisalnya mengisyaratkan akan masa-masa krisis yang akan dihadapi oleh kebenaran dalam perjalanan panjangnya, sebab kebatilan tidak akan pernah menyerah begitu saja bahkan barangkali keberaniannya sampai kepada bahwa dia berani menerobos masuk ke dalam batasan-batasan Islam dan berusaha untuk melenyapkannya. Namun kegelapan akan tetap sirna di hadapan orang-orang yang membenarkan apa yang dijanjikan oleh Allah, mereka melawan kesesatan mati-matian, tidak merasa asing dengan suasana fitnah yang mereka hidup di dalamnya dan tidak merasa terhina karena keterasingan secara rohani dan pemikiran yang mereka alami. Mereka senantiasa melaksanakan kewajiban mereka terhadap Allah Swt. hingga hilang kesusahan dan Islam keluar dari cobaannya dalam keadaan kuat dan mulia.

Kemudian, keterasingan dalam Islam tidak akan berlangsung lama namun itu akan lepas dan lenyap, sebab keterasingan adalah ibarat gejala yang timbul dari suatu

penyakit seperti penyakit-penyakit biasa lainnya. [Muhammad Ghazali, Qadzâiful Haq: hal.187-188]

“Janji ini pernah terjadi sekali di tangan Rasulullah Saw. dan para Khalifahnya serta di tangan orang-orang yang datang setelah mereka pada waktu yang cukup lama, namun ketika kaum Muslimin berlepas dari keIslaman mereka atau dari sebagiannya, mereka jadi seperti sekarang ini. Tetapi sekali lagi, ini bukan akhir perjalanan. Sesungguhnya janji Allah Swt. masih berlaku, menunggu golongan orang-orang Islam yang akan membawa panji dan bergerak maju menyempurnakan perjalanan yang telah dimulai oleh Nabi Muhammad Saw. dan para sahabatnya.” [Sayyid Quthub, Fî Zhilâlil Quran: juz 3 hal 1644, pada tafsir ayat 23 dari surah at-Taubah]

Selama umat Islam berjalan di jalan yang benar, maka mereka akan sampai dengan izin Allah kepada kejayaan sesuai janji yang diberikan Allah Swt. dan diberitakan oleh Rasulullah Saw.Tetapi jika janji Allah belum terwujud pada masa tertentu, maka hendaklah kaum Muslimin menunggu, hendaklah mereka kembali introspeksi syarat-syarat janji itu pada diri mereka, dan hendaklah mereka memperhatikan keikhlasan niat mereka, kebenaran iman mereka, kesalehan amal mereka, kekuatan usaha mereka, kejujuran Jihad mereka dan penyesuaian diri mereka terhadap risalah-risalah yang mereka bawa. [Adnan an-Nahwi, Liqâ’ al-Mu’minîn, juz 2 hal.213]

Kaum Muslimin harus meyakini bahwa mereka tidak akan mendapatkan kemenangan dan tidak akan mendapatkan kejayaan hingga mereka menolak semua sistem kufur semacam demokrasi dan kembali menjalankan metode perjuangan Rasul Saw. dalam menegakkan seluruh Syariah termasuk Negara Islam; metode perjuangan Rasul itu jelas tanpa mengikuti sistem kufur.

Bila kejayaan umat Islam adalah janji Allah yang pasti terjadi dan janji itu memang pasti terjadi dengan kehendak Allah dan karunia-Nya, maka seluruh bukti dan tanda-tanda baik menunjukkan akan hal itu. Di antara bukti dan tanda baik terpenting dan terkuat adalah sebagai berikut: > Hancurnya sistem-sistem jahiliyah.> Kebangkitan Islam.Mari kita mulai mengutarakan tentang hancurnya sistem-sistem jahiliyah, dengan pertolongan dan taufiq-Nya.

Hancurnya Sistem-Sistem Jahiliyah

Yang saya (penulis) maksudkan dengan sistem-sistem jahiliyah ini adalah setiap sistem yang bertentangan dengan manhaj Allah Swt. dan agama-Nya yang Dia ridhai untuk makhluknya, yaitu Islam.

Kehancuran sistem-sistem jahiliyah dan peradaban materialisme barat adalah di antara tanda-tanda kejayaan terbesar. Sebab, jatuhnya sistem-sistem ini dan hancurnya peradaban itu akan mengungkap topeng kebohongan besar yang telah lama menipu manusia, dan membuat mereka tertipu dengan ucapan bahwa mereka sanggup untuk hidup jauh dari manhaj Allah yang Dia buat untuk makhluk-Nya.

Hancurnya peradaban-peradaban dan sistem-sistem ini datang sejalan dengan sunnatullah yang menyatakan akan binasanya orang-orang zalim dan hancurnya mereka. Itu adalah perkara biasa yang pasti terjadi sesuai dengan kehendak Allah Swt., karena dasar di mana sistem ini berdiri di atasnya adalah dasar yang lemah dan rapuh yang tidak bisa membendung faktor-faktor kefanaan. Allah Swt. berfirman,

Page 50: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

“Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya atas dasar taqwa kepada Allah dan keridhaan(-Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” [QS.At-Taubah:109]

Al-Quran mengajak untuk memperhatikan begitu banyak berita dan kisah umat-umat terdahulu agar menjadi i’tibar, renungan dan nasihat.“Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul)” [QS.Yusuf:109]“Katakanlah: "Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa.” [QS.An-Naml:69]

“Berapalah banyaknya kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi, maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” [QS.Al-Hajj:45-46]

“Sesungguhnya telah berlalu sebelum kamu sunnah-sunnah Allah; karena itu berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul)” [QS.Ali Imraan:137]

“Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.” [Al-An’aam: 6]

Al-Quran mengarahkan pandangan untuk melihat generasi-generasi yang binasa ini agar dapat menjadi peringatan bagi orang-orang yang tertipu.

“Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang seburuk-buruknya.” [Ali Imran: 196-197]

Ibnu Katsir [Tafsir Ibnu Katsir: juz 1 hal.443] berkata, “Allah Swt. berfirman, “Jangan kalian melihat kepada apa yang didapat oleh mereka yang bergelimang dengan keni’matan dan kegembiraan. Tak lama lagi, itu semua akan hilang dari mereka dan mereka akan tertawan (terpenjara) dengan perbuatan buruk mereka sendiri.”

Mereka, walaupun jaya tetapi mereka tidak pernah tenteram dan mendapatkan berkah. Mereka hidup dengan perasaan sempit sekalipun mereka bergelimang dengan hiburan dan materi.“Dan barangsiapa yang berpaling dengan peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit.” [QS.Thaahaa:124]

Jenis pertama dari kebinasaan, yakni kebinasaan total, sudah terhenti dan telah berakhir dengan diutusnya Rasul kita Muhammad Saw. Allah Swt. berfirman, “Dan tidaklah Kami utus engkau kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam.” [Al-Anbiyaa’: 107]

Sedangkan jenis kebinasaan kedua, yakni kebinasaan berupa kelemahan, kekalahan dan kesia-siaan adalah sunah Allah yang abadi atas seluruh umat hingga hari kiamat. [menurut Tafsir al-Manar: juz 8 hal.403]

Jelaslah bagi kita bahwa peradaban kufur semacam sistem kufur Barat ini telah terjerumus pada kesalahan yang sama dengan umat terdahulu dan dikelilingi oleh faktor-faktor kehancuran yang sama pula. Umatnya juga berjalan di jalan yang sama dengan umat-umat terdahulu, yakni jalan kekafiran, pendustaan dan pembangkangan, jalan penjajahan, kemegahan dan tengelam dalam kelezatan syahwat yang tanpa batas sementara pada akhir jalan itu adalah kekalahan, kehancuran dan keterpurukan.“Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka gembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. Maka orang-orang yang zalim itu dimusnahkan sampai ke akar-akarnya. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.” [QS.Al-An’aam:44-45]

Begitu juga keadaan Amerika, Inggris dan Prancis juga yang lain dari mereka. Itulah sunah Allah dan sunah Allah tidak bisa dibatalkan oleh bangunan-bangunan pencakar langit, tidak bisa dibatalkan oleh satelit-satelit juga pesawat-pesawat terbang canggih modern dan lain-lain dari fenomena kehidupan sistem kufur sosialisme maupun sistem kufur demokrasi beserta kapitalisme. [serupa dengan ini: Adnan an-Nahwi, Liqâ’ al-Mu’minîn: juz 2 hal.226]

Peradaban barat berada di tempat peradaban kufur terdahulu yang keluar dari manhaj Allah.“Dan berapalah banyaknya (penduduk) negeri yang mendurhakai perintah Tuhan mereka dan Rasul-rasul-Nya, maka Kami hisab penduduk negeri itu dengan hisab yang keras, dan Kami azab mereka dengan azab yang mengerikan. Maka mereka merasakan akibat yang buruk dari perbuatannya, dan adalah akibat perbuatan mereka kerugian yang besar.” [QS.ath-Thalaaq:8-9]

Abul A’ala al-Maududi berkata: “Sesungguhnya bibit kotor yang dilemparkan di tanah Eropa, sangat cepat tumbuh dan menjadi pohon kotor yang buahnya manis tapi beracun, bunga-bunganya indah namun berduri. Orang-orang barat yang telah menanam pohon ini malah melaknatnya dan mereka menggerutu kesal sebab ia mengakibatkan begitu banyak problem dan keruwetan di semua aspek kehidupan mereka. Setiap kali mereka ingin menyelesaikan satu problem, setiap kali itu pula problem baru muncul. Setiap kali mereka ingin memisahkan satu cabang darinya setiap kali itu pula muncul cabang-cabang baru yang lebih banyak lagi dan lebih berduri. Mereka, dalam mengobati penyakit mereka seperti orang yang mengobati penyakit dengan penyakit.

Pohon itu terus membuahkan kejahatan dan musibah bagi mereka hingga kehidupan Barat menjadi seperti tubuh yang penuh luka, di sekujur tubuhnya terasa perih dan sakit. Penyakit itu telah membuat para dokter kewalahan, ibarat kain yang bertambah robek. Umat-umat Barat bergelimang dengan kepedihan, hati mereka hancur lebur, ruh (jiwa) mereka kehausan dan memerlukan air kehidupan namun mereka tidak tahu di mana sumbernya. Mereka mencari-cari sesuatu untuk mengobati penyakit mereka dan mengeluarkan

Page 51: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

mereka dari musibah itu, tetapi mereka bingung. [Abul Hasan an-Nadawi, Mâdzâ Khasiral ‘Âlam bi Inhithâthil Muslimîn: hal.197-198, dikutip dari Abul A’la al-Maududi dalam Kitâb Tanqîhat: hal.24-25]

“Apakah mereka telah membasmi tindak kriminal dan manusia telah aman dari kejahatan orang-orang jahat? Apakah orang-orang tak mampu menjadi kaya dan apakah harta yang melimpah ruah itu dapat mengenyangkan perut mereka yang kelaparan? Apakah rakyat telah dapat merasakan ketenangan, kedamaian dan aman dari kebencian orang-orang yang melampaui batas dan kezaliman orang-orang zalim? Sekali-kali tidak... tidak ada sedikitpun yang mereka dapatkan dari itu semua.” [menurut Hasan al-Banna, Majmû’ ar-Rasâil: hal.98 dan Sayyid Quthub, Hâdzâ ad-Dîn: hal.26-27]

“Orang barat, sekalipun telah mampu terbang di udara seperti burung dan berenang di air seperti ikan namun dia belum mampu berjalan di muka bumi seperti manusia!” [menurut Abul Hasan an-Nadawi: Mâdzâ Khasiral ‘Âlam bi Inhithâthil Muslimîn: hal.189]

“hampir-hampir telah mewarnai seluruh kehidupan dengan kesusahan, kekhawatiran dan kesengsaraan. Tidaklah itu semua kecuali awal dari sebuah jalan menuju akhir.” [Sayyid Quthub, Fî Zhilâlil Qurân: juz 2 hal.1091]

Sesungguhnya peradaban sistem kufur itu membawa faktor-faktor kebinasaan, kehancuran dan runtuhnya sendi-sendi kehidupan. Peradaban sistem kafir itu sebenarnya peradaban ketakutan dan kekhawatiran yang membunuh jiwanya dengan jiwanya sendiri. Ia yang membangun bangunan namun ia sendiri yang merobohkannya. Ia yang mendidik generasi namun ia sendiri yang menyembelihnya. Ia yang menanam namun ia sendiri yang membakarnya. Ia yang mengeluarkan buah namun ia sendiri yang membuangnya. [serupa dengan ini: Adnan an-Nahwi, Liqâ’ al-Mu’minîn: juz 2 hal.229]“mereka memusnahkan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri dan tangan orang-orang mukmin. Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, hai orang-orang yang mempunyai wawasan.” (QS.Al-Hasyr:2)

Penyakit-penyakit ini tidak hanya ada di satu negara atau di beberapa negara saja, namun penyakit-penyakit ini mewabah di seluruh negara-negara sistem kufur yang jelas menentang Allah Swt. dan membangkang terhadap manhaj-Nya. Maka penyakit serupa juga terjadi di negeri-negeri Muslim yang dijajah di berbagai bidang. Negeri-negeri Muslim sekarang ini memang termasuk negara-negara sistem kufur semacam demokrasi dan kerajaan dengan para penguasa yang berperan sebagai anak buah Barat penjajah.

Ada Apa Dengan Amerika?

Penulis Jerry Fowlawl berkata dalam bukunya yang berjudul “Dengarkan, hai Amerika”: “Kami mempunyai penelitian statistik mengejutkan tentang perceraian, kehancuran rumah tangga, aborsi, penyimpangan para remaja, kekacauan seksual, mengkonsumsi narkoba dan tindak kriminal pembunuhan. Saya menyaksikan sendiri ‘puing-puing’ manusia dan jiwa-jiwa yang terancam di ‘tumpukan’ yang jumlahnya melebihi perkiraan.” [Majallah al-Ummah al-Qathariyah, edisi Rajab 1403 H: hal.27]

Di Amerika:- Hidup lebih dari 3.000.000 gelandangan tanpa

tempat tinggal dan mencari makanan dari tong-tong sampah.

Ada 38.000.000 jiwa yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang pantas sebab ketidakmampuan mereka membayar biayanya. [Majallah Falisthin, November 1994 M]

Jumlah orang-orang yang kecanduan minum minuman keras lebih dari 50%.

Antara 30.000 sampai 40.000 bayi yang meninggal dunia hanya akibat dari penyakit sepilis keturunan saja dalam waktu satu tahun.

Sedikitnya 1.000.000 kandungan gugur di setiap tahunnya, dan beribu-ribu bayi dibunuh seketika setelah mereka dilahirkan.

Kasus wanita hamil (di luar nikah) dari para siswi di sekolah-sekolah tingkat atas pada salah satu kota saja, mencapai 48%.

Kasus wanita hamil (di luar nikah) dalam salah satu tahun pada salah satu sekolah di kota New York, mencapai 2.487 wanita hamil. [Abdullah Nashih Ulwan, ad-Da’wah al-Islâmiyah wa al-Inqâdz al-‘Âlami: hal.11-13]

Salah seorang warga Amerika mengaku bahwa dia telah membunuh 33 pemuda setelah dia melakukan perbuatan homoseks dengan mereka, dan mayat-mayat mereka ditemukan terkubur di bawah rumahnya. [Majallah ad-Da’wah (al-Mishriyah), edisi 52 Syawal 1400 H: hal.12]

Ada satu opera (tempat pertunjukan) di kota New York yang para aktrisnya melakukan perbuatan homoseks di depan mata para penonton. Di opera lain, menghadirkan 10 orang pemeran, 5 laki-laki dan 5 perempuan, yang mereka melakukan hubungan seksual di depan penonton. [Abdullah Nashih Ulwan, ad-Da’wah al-Islâmiyah wa al-Inqâdz al-‘Âlami: hal.23]

55% tempat (ranjang) di seluruh rumah sakit dikhususkan untuk penderita sakit jiwa.

Penyakit stres menyebabkan kerugian yang sangat signifikan, hingga mencapai lebih besar dari kerugian yang disebabkan oleh penyakit cacar air 10.000 kali lipat.

Para dokter menyimpulkan bahwa 1 dari 20 orang Amerika akan menghabiskan hidupnya di rumah sakit jiwa. [sebagaimana di bukunya Muhammad Quthub, Jâhiliyatul Qarnil ‘Isyrîn, hal.164]

Ini belum termasuk beribu-ribu orang yang mati setiap tahunnya dengan sebab minuman keras dan narkoba, belum termasuk meningkatnya kasus perceraian dan meningkatnya kasus anak-anak yang tidak sah, belum termasuk penyakit AIDS yang sangat ganas dan korbannya tiap tahun kian bertambah. Juga belum termasuk putusnya hubungan rumah tangga dan sosial dengan bentuk yang mengerikan, dan lain-lain dari penyakit serta problematika.

Beberapa majalah dan surat kabar serta data statistik resmi juga memuat seperti ini malah lebih mengerikan lagi, dan tidak diragukan lagi bahwa data-data yang telah disebutkan bisa jadi bertambah dalam tahun-tahun berikutnya.

Seperti itu –bahkan mungkin lebih banyak lagi- juga ada dan terjadi di Prancis, Inggris, Jerman, Swedia dan Belanda serta semua negara-negara sistem kufur; negara yang menjadikan untuk mereka suatu manhaj yang berlawanan dengan agama Allah Swt. dan fitrah dari-Nya.

Jika peradaban Barat dan sistem-sistem jahiliyahnya sekarang telah bersiap-siap untuk jatuh dan melemah, maka sebelum mereka telah lebih dulu jatuh sistem komunisme di Rusia dan hancur total, mereka menghancurkan -dengan sebab diri mereka sendiri- dalam beberapa saat apa yang mereka bangun dengan tangan mereka dalam beberapa tahun.

Page 52: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

“Adapun orang-orang yang kafir, maka akan Ku-siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak memperoleh penolong.” [QS.Ali Imraan:56]“Bagi mereka azab dalam kehidupan dunia dan sesungguhnya azab akhirat adalah lebih keras dan tak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah.” [QS.Ar-Ra’d:34]“Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)” [QS.As-Sajdah:21]

Diriwayatkan oleh Ibnu Katsir dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Yang dimaksud dengan al-‘Adzâb al-Adna adalah segala musibah dunia, penyakit dan kesulitan dunia.” [Tafsir Ibnu Katsir: juz 3 hal.463]

Dalam beberapa tulisan para pemikir dan jurnalis Barat yang mempelajari Islam serta mengakui dengannya, mereka menemukan satu hakikat besar, yaitu bahwa peradaban Barat telah gagal dan ‘bintang’-nya akan segera tenggelam, dan sesungguhnya kesempatan telah terpampang bagi peradaban Islam untuk mengambil alih perannya dari awal.

Sejarawan Prancis yang bernama Baba Skope berkata, “Sesungguhnya Islam adalah satu-satunya penyelamat yang diperlukan oleh seluruh dunia sekarang ini untuk menyelamatkannya dari kesemrawutan peradaban materialis modern, yang mana bila terus berlangsung pasti akan membawa kepada kehancuran manusia.” [Abdullah Nashih Ulwan, ad-Da’wa al-Islâmiyah wa al-Inqâdz al-‘Âlami: hal.61, dinukil dari Majallah al-Amân al-Lubnâniyah, edisi 57]

Spink Liz berkata: “Peradaban mempunyai perputaran seperti galaksi yang berputar, tenggelam di sini untuk terbit di sana, dan peradaban baru akan segera terbit dalam bentuk yang paling sempurna, yaitu peradaban Islam.” [Abdullah Nashih Ulwan, ad-Da’wa al-Islâmiyah wa al-Inqâdz al-‘Âlami: hal.62, dinukil dari Majallah al-Amân al-Lubnâniyah, edisi 57]

Sesungguhnya dunia sangat membutuhkan kepada risalah kita, kepada akidah kita, kepada peradaban kita, kepada Syariat kita, dan kepada sistem Islam lengkap kita yang menjamin setiap individu. Menjamin kemuliaan bagi setiap manusia, menjamin keselamatan pribadi, keselamatan harta dan keselamatan masyarakat, sebagaimana juga dapat menjamin kemajuan di segala bidang.

Tetapi sekarang siapa yang akan menyajikan risalah ini kepada manusia? Siapa yang sanggup menahan beban amanah dan panjangnya perjalanan mengikuti metode perjuangan Rasul Saw. dalam menegakkan Islam keseluruhan beserta Negara Islamnya?Tidak lain kecuali para generasi kebangkitan Islam yang timbul sekarang dari segala penjuru dunia, yang mana Allah Swt. telah menjamin akan mengeluarkannya untuk membimbing manusia dan mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya dengan izin Tuhan mereka, yakni ke jalan Tuhan Yang Maha Mulia lagi Maha Terpuji.

Kebangkitan Islam (Ash-Ashahwah al-Islâmiyah)

Pengertian Ash-Shahwah diambil dari kalimat ash-Shahwu, artinya sirnanya kabut. Yaumun Shahwun wa Samâun Shahwun (hari cerah dan langit cerah) Juga seperti kata orang Arab: Shahhatis Samâu (langit cerah), apabila bersih tanpa awan. Ash-Shahwu bisa juga berarti irtifâ’ an-Nahâr (tengah hari) [Al-Mu’jam al-Wasîth, materi Shad Ha’ Waw: hal.528]

Menurut pengarang Lisânul Arab, ash-Shahwu bisa juga berarti mabuk (tidak sadar) telah hilang. [Juz 14, hal.452-453] Makna ini disandarkan dengan kata umat Islam, ketika hendak menggambarkan kesadaran, keterjagaan dan kembalinya umat Islam kepada kebenaran. Jadi arti ash-Shahwu adalah sadar, terjaga dan kembali waspada setelah lalai, lupa dan tidak sadar.Maka, ash-Shahwah al-Islâmiyah artinya benar-benar kembali kepada Allah Swt., secara akidah, ibadah, thariqah perjuangan, hukum, dan kembali kepada apa yang dilakukan oleh orang-orang saleh terdahulu, jauh dari penyelewengan akidah dan segala sistem masyarakat. [serupa dengan ini: Majdi ad-Daghir, Majallah al-Wa’yu al-Islâmi al-Kuwaitiyah, edisi 360, Sya’ban 1416 H/ Januari 1996 M: hal.20]

Fenomena kebangkitan Islam termasuk salah satu berita gembira terbesar kejayaan umat Islam. Ia adalah kejadian bersejarah yang memiliki petunjuk atau bukti. Ia datang setelah adanya usaha keras para Zionis selama hampir dua abad untuk mengalihkan arah umat Islam dari agamanya dan memisahkan mereka darinya. Ia juga datang saat manusia berada di salah satu persimpangan perjalanan sejarahnya, yang mana manusia sudah mulai putus asa dengan peradaban sistem kufur kapitalisme dan menunggu-nunggu hadirnya solusi baru. [serupa dengan ini: Muhammad Quthub, Wâqi’una al-Mu’âshir, hal.12]

Kebenaran di manapun adalah Islam, sekalipun memberontak darinya orang yang memberontak atau menyesatkan darinya orang yang sesat.

“Sesungguhnya harapan besar tergantung pada generasi pembawa berkah ini, generasi kebangkitan Islam yang mana sejarah pada masa ini sedang menyaksikan kelahirannya di banyak negara di bumi Allah. Di tangan generasi yang ditunggu-tunggu ini, Allah akan menyelamatkan manusia kembali sebagaimana Dia telah menyelamatkan mereka di tangan saudara-saudara mereka dahulu, hingga kembali dapat memulai perjalanan hidup yang suci di bawah naungan wahyu ilahi.” [Abdus Sattar Fathullah Said, Ma’rakatul Wujûd Baina al-Quran wa at-Talmûd: hal.28-29]

“Para musuh Islam, dari Yahudi, salibis dan lain-lain berusaha untuk menghalang lahirnya kebangkitan Islam ini, sebab mereka yakin seratus persen bahwa adanya kebangkitan ini adalah kiamat bagi mereka. Mereka berusaha keras untuk menghalanginya dengan usaha yang anarkis dan menggunakan segala cara-cara syaitan serta tipu muslihat yang sangat keji.Tetapi kekuatan keimanan mampu menghancurkan setiap konspirasi untuk menghabisi Islam, juga kekuatan ini saling bantu-membantu untuk memproklamirkan kalimat Allah ke seluruh alam di hadapan kekuasaan Barat, sebagaimana yang juga dilakukan sebelumnya di hadapan dua kekuasaan Persia dan Romawi.” [Anwar al-Jundi, al-Mu’âsharah fi Ithâril Ashâlah, hal.74]

“Sungguh, kebangkitan Islam datang berdasarkan ketentuan dari Allah Swt. untuk mengeluarkan umat ini dari kesia-siaan yang sedang menimpanya dan menjadikannya seperti buih yang diseret oleh banjir, lalu membawanya kepada istiqamah (tetap/kokoh) di jalan kebenaran, juga dapat kembali memperkokoh akar-akarnya dan melaksanakan peran barunya dalam kehidupannya, yakni menyelamatkan dirinya dari kehinaan, peremehan dan perpecahan. Pada waktu yang sama pula dapat memancarkan sinar untuk manusia yang kebingungan agar dapat kembali menemukan jalannya.” [Anwar al-Jundi, al-Mu’âsharah fi Ithâril Ashâlah: hal.80]

Page 53: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

Para imperialis mempergunakan segala kemampuan yang bisa mereka pergunakan dan manusia mengira pada satu masa bahwa imprialis telah menang, dan umat Islam ini masih tertidur pulas, tak akan bangun-bangun lagi. Namun tiba-tiba ia bangun dan bangkit seakan-akan tak pernah tidur sebelumnya. [menurut Sayyid Quthub, Fi at-Tarikh Fikratun wa Minhâjun, hal.9]

Inilah tabiat umat Islam. Ia mampu menyembuhkan dirinya. Umat Islam, sekalipun pernah dihinggapi beberapa penyakit yang melemahkan iman dan menjauhkannya dari manhaj Allah, namun di antara rahmat dan kasih sayang Allah, Dia menugaskan untuk umat ini orang-orang pembangkit.“Sesungguhnya Allah akan mengutus untuk umat ini di awal setiap seratus tahun, orang yang membangkitkan agamanya.” [HR. Abu Daud dalam Sunan-nya: juz 4 hal.109, dari Abu Hurairah ra. Hadits ini derajatnya hasan]

Para ulama yang mampu mengumpulkan kembali Umat dari kepingan-kepingan perpecahan, menghidupkannya dari kematian dan menyadarkannya dari ‘koma’nya; dengan Islam yang murni dan lengkap inilah dia mampu membangkitkan.

Musuh Islam Menyadari “Bahaya” Kebangkitan Islam

Sebagian dari keterangan atau ketetapan mereka, sebagai contoh:< Seorang pejabat di kementerian luar negeri Prancis berkata: “Sesungguhnya dunia Islam adalah seperti raksasa yang sedang terikat yang belum menampakkan wujudnya secara sempurna hingga sekarang. Saat ini, dia kebingungan, khawatir dan berada dalam kesulitan sebab keterbelakangan dan kemerosotannya. Sekalipun dia juga dihinggapi penyakit malas dan kekacauan, namun dia sangat optimis pada masa depan yang lebih baik dan kebebasan yang lebih sempurna.

Maka tugas kita adalah berusaha sekuat tenaga agar raksasa itu tidak bangkit dan mewujudkan angan-angannya. Jika gagal dalam menggagalkan kebangkitannya, niscaya kita akan tertimpa bahaya yang sangat besar dan masa depan kita akan terbang seperti kapas yang ditiup angin. Sesungguhnya kebangkitan dunia Arab dan kekuatan besar Islam yang mengikutinya, memberikan peringatan akan bencana bagi Barat dan memberikan peringatan akan akhir dari tugas hakikinya dalam memimpin dunia.” [Jalalul Alam, Qâdatul Gharb Yaqûlûn: hal.55]

< Lord Camble, salah seorang anggota majelis kebangsawanan Inggris menuliskan dalam sebuah pernyataannya. Dalam pernyataan itu dia berkata: “Sesungguhnya di sana ada satu bangsa yang tinggal antara Teluk dan samudera Atlantik –yang dia maksudkan adalah bangsa Arab yang Muslim-, bahasanya satu, agamanya satu, kiblatnya satu, kebudayaannya satu, angan-angannya sama, juga tanahnya saling berhubungan, dan sekarang berada dalam genggaman tangan kita, tetapi dia mulai menggeliat. Lalu apa yang akan terjadi dengan kita besok, jika raksasa telah terbangun?” [Muhammad Quthub, Wâqi’unâ al-Mu’âshir: hal.389]

< Albert Misyador berkata: “Sesungguhnya orang Muslim yang pintar dan berani ini telah meninggalkan bagi kita hasil usahanya, seninya, kejayaannya dan keagungannya. Orang Muslim yang telah lama tidur nyenyak beratus-ratus tahun telah mulai menyeru, “Inilah aku sekarang, aku belum mati. Aku telah kembali dalam kehidupan.” Albert meneruskan kata-katanya, “Siapa yang tahu? Barangkali dia telah kembali sekarang, dan negara kita jadi terancam. Dia turun dari langit untuk memerangi dunia kedua kalinya di waktu dan masa yang sangat tepat. Saya tidak mengaku mendapatkan kenabian (artinya, bisa meramal masa depan-pent.) tetapi

tanda-tanda yang menunjukkan akan prediksi ini begitu banyak, yang kekuatan atom atau nuklir tak akan sanggup menghentikannya.” [Said Hawwa, Jundullah, Tsaqâfatan wa Akhlâqan: hal.15, dinukil dari Jaudat Said dalam bukunya “Lima Hâdza ar-Ra’b Kulluhu Minal Islâm, hal.16]

< Seorang orientalis yang bernama Gibb berkata: “Sesungguhnya yang paling berbahaya dari agama ini adalah bahwa ia bisa timbul seketika tanpa ada tanda-tanda jelas terlebih dahulu, dan tanpa bisa diduga di mana tempat timbulnya.” [Muhammad Quthub, Wâqi’una al-Mu’âshir: hal.389]

Inilah beberapa contoh yang datang dari lisan musuh-musuh Islam dan dari keterangan-keterangan mereka, dan apa yang tersirat dalam keterangan mereka, dan yang tersembunyi di hati mereka lebih besar lagi.

Makna serupa juga pernah dimuat oleh penyair Muhammad Iqbal dalam syair indahnya yang diberi judul “Parlemen Iblis.”Dia menyebutkan di sana bahwa para syaitan dan para iblis serta para pembantunya berkumpul di majelis permusyawaratan. Mereka mendiskusikan perihal perjalanan dunia dan berita-berita esok (masa depan) serta apa saja yang mereka dengar tentang itu, karena mereka mengkhawatirkan akan sistem iblis mereka dan misi syetan mereka.

Maka mereka saling ingat mengingati akan fitnah dan bahaya yang barangkali telah mengepung mereka dan mengancam sistem mereka seperti yang telah dialami oleh republik, komunisme dan lain-lain. Saat itu berbicaralah pemimpin majelis, yakni syaitan, “Jika sekarang aku takut maka sesungguhnya aku takut dengan umat yang bara api kehidupannya masih menyala dan semangatnya masih terpendam di bawah abunya. Di dalamnya masih ada orang-orang yang ‘mengeringkan’ lambungnya dari tempat tidur dan air mata mereka mengalir di pipi mereka pada waktu sahur. Terlihat jelas oleh pemburu berpengalaman bahwa Islam adalah fitnah esok dan kelicikan masa depan.

Saya (iblis) tidak memungkiri bahwa umat ini telah meninggalkan al-Quran, terfitnah dengan harta dan mabuk dengan mengumpulkannya dan menyimpannya seperti umat-umat lainnya. Saya tahu bahwa malam di ‘timur’ sedang gelap gulita dan ulama-ulama Islam serta para pendidiknya tidak mempunyai ‘tangan’ bersinar yang dapat menyinari kegelapan dan menerangi dunia. Tetapi saya takut para ‘pemukul beduk’ masa ini dan keadaannya akan menggoyang tempat tidurnya dan membangunkan umat ini serta mengarahkannya kepada Syariat Muhammad.

Saya (iblis) peringatkan dan waspadalah terhadap agama Muhammad, pemelihara kehormatan, penjamin keamanan dan harga diri. Agama penuh kemuliaan dan keagungan, agama penuh amanah dan kesucian diri, agama penuh kesopanan dan kepahlawanan, agama penuh perjuangan dan Jihad. Agama yang membatalkan segala bentuk perbudakan dan menghapuskan segala bekas perbudakan manusia. Agama yang tidak membedakan antara tuan dan budak dan tidak mendahulukan penguasa atas rakyat.

Berusahalah semampu kalian hingga agama ini terus tersembunyi dan terdinding dari pandangan manusia, dan hingga orang Muslim tetap sibuk dengan masalah-masalah ilmu kalam dan perdebatan. Hancurkan seruan azan orang Islam sebab dia dapat mematahkan mantera dunia dan mengalahkan sihir kita dengan azannya dan takbirnya. Berusahalah untuk memanjangkan malamnya dan membatalkan sihirnya. Sibukkan dia agar tidak semangat dan tidak dapat bekerja hingga dia rugi di dunia ini. Sangat baik untuk kita jika orang Islam tetap menjadi budak orang lain, dan sangat baik untuk kita jika dia meninggalkan dunia ini

Page 54: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

dan mengasingkan diri darinya juga menyerahkan dunia untuk orang lain dengan alasan karena zuhud. Celakalah kita, rugilah kita, jika umat yang diperkuat dengan agamanya ini terjaga dan sadar untuk menjaga dunia.” [Abul Hasan an-Nadawi, Mâdzâ Khasiral ‘Âlam bi Inhithâthil Muslimîn: hal.229 dan seterusnya]

Munculnya Kebangkitan Islam

Tidak diragukan lagi bahwa fenomena kebangkitan Islam di seluruh dunia sangat nampak bagi setiap orang yang mempunyai dua mata, yang mana umat Islam mulai terjaga dan melihat jurang terbentang di depannya yang hampir saja ia terjerumus ke dalamnya. Seruan-seruan mulai nyaring terdengar di seantero jagat, mengumandangkan ajakan kepada Allah. [Mahmud Imarah, Nahwa Uslûb Amtsal Li ad-Da’wah al-Islâmiyah: hal.78]

Munculnya kebangkitan Islam secara global ialah berupa kembalinya umat kepada Islam dalam bentuk dan isi. Ada beberapa indikasi, yaitu:* Adanya generasi umat Islam yang selalu menekuni Islam secara semangat, ibadah, pemikiran, perbuatan, dakwah dan Jihad melawan penjajahan oleh militer kafir. Generasi ini tumbuh dan bertambah banyak dari hari ke hari di segenap penjuru negeri umat Islam.* Adanya opini umum yang mendukung Islam, dan mengadopsi pemikiran Islam, juga menuntut diterapkannya Syariat, dan mengingkari segala kekufuran termasuk liberalisme dan sekularisme beserta kapitalisme.* Adanya kenyataan bahwa pemuda Muslim selalu menekuni Islam dan bergabung dalam barisan dakwah kepada Allah serta perpegang teguh dengan kitab-Nya dan sunah Nabi-Nya. Juga adanya usaha untuk mempraktekkan Islam pada diri mereka sendiri dan atas kehidupan nyata.“Dobrakan pemudi Muslimah pada dinding-dinding yang dibuat zionis salibis dan kembalinya mereka kepada hijab Islami adalah suatu perkara yang mempunyai tanda kuat akan gerakan kebangkitan Islam ini.” [Muhammad Quthub, Wâqi’una al-Mu’âshir: hal.445-446]* Adanya kenyataan bahwa para pemudi Muslimah selalu menekuni Islam dan kembali menggunakan hijab.* Gerakan Islam merambah ke jantung kota kafir dan menyebar di dalam benteng-bentengnya.

“Kebangkitan Islam semakin bertambah dan tumbuh di wilayah kekuasaan kaum kafir dengan bentuk yang sangat mengagetkan kekuatan musyrik di dunia. Mereka menyadari setelah kegagalan usaha-usaha mereka untuk memusnahkan Islam bahwa kebangkitan itu akan pasti terjadi, tidak akan terhenti sekalipun dihalangi oleh beragam cobaan dan goncangan.” [Majdi adh-Dhagir, Majallah al-Wa’yi al-Islami al-Kuwaitiyah, edisi 360, Sya’ban 1416H – Januari 1996M: hal.20]

Demikianlah zaman dan manusia, khususnya para pemuda mulai kembali kepada Islam. Mereka ingin Islam secara bersih seperti diturunkan pertama kali. Di setiap tempat di muka bumi telah nampaklah gerakan-gerakan kebangkitan Islam, para penyeru yang menyerukan ajakan kepada Islam dan para pemuda yang sedang menanti-nanti hari di mana mereka akan menemukan Islam telah dipraktekkan secara nyata, menanti-nanti hari di mana kaum Muslimin kembali jaya di muka bumi seperti mereka dahulu. [menurut Muhammad Quthub, Wâqi’unâ al-Mu’âshir, hal.11]

“Umatku seperti hujan yang tidak bisa diketahui mana yang lebih baik, akhirnya atau awalnya.” [HR. Turmuzi: juz 5 hal.152 kitab al-Amtsâl, dari Anas ra.; HR. Imam Ahmad dalam al-Musnad juz 3 hal.130, dari Anas ra. Juga riwayat dari

al-Qadhi abu Abdillah al-Qudha’i dalam Musnad asy-Syihab, juz 2 hal.276, dari Ibnu Umar ra.]

Kebangkitan Islam harus memenuhi beberapa syarat pokok sebagai berikut: 1. Selamatnya aqidah. Aqidah adalah pondasi utama bagi setiap amal dan permulaan bagi setiap gerakan.2. Syari’ah. Kebangkitan ini harus mempunyai para ahli Syariah Islam yang dapat mengarahkan umat dan menyelamatkan mereka dari bahaya dan jebakan.3. Bersatu dan tidak berpecah-belah antar gerakan dalam perkara Islam yang qath’i (pasti).4. Selamat dari metode, cara, maupun sistem yang kufur semacam demokrasi, sosialis, dsb.

“Semua tanda-tandanya mengisyaratkan bahwa hari kebebasan sudah dekat, fajar akan terbit dan cahaya akan menerangi ufuk.Dunia Islam ini tidak akan tidur lagi setelah kebangkitannya, tidak akan mati lagi setelah kebangkitannya, dan tidak akan mati akidahnya, yang memimpinnya untuk berjuang, juga membangunkannya dari komanya. Sekali lagi tidak akan mati, sebab akidah itu dari Allah dan Allah Maha Hidup, tak akan pernah mati.” [Sayyid Quthub, Fi at-Târikh Fikratun wa Minhâjun: hal 10]

“Sekalipun ada beragam usaha pembekuan secara sengaja, tetapi umat Islam tetap akan kembali kepada kejayaannya apabila umat Islam sendiri mampu dalam mencari manhaj Allah dan mampu melepaskan ikatan-ikatan yang mengikat langkahnya.” [Anwar al-Jundi, Al-Mu’âsharah fi Ithâril Ashâlah: hal.59]

“Dan Kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.” [QS.Ar-Ruum:47]

Kesimpulan

Umat Islam telah hidup di masa-masa keemasan di bawah naungan Negara Islam, yaitu Negara wajib yang menerapkan seluruh sistem Islam, telah berbahagia dengan kejayaan pada masa yang cukup panjang. Di masa itu, umat Islam dapat merasakan manisnya hidup dan Allah membukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Kejayaan yang telah mencapai puncaknya ini adalah hasil dari praktek nyata ideologi Islam beserta Negara Islamnya.

Kemudian masa praktek ideologi Islam ini, yang diiringi dengan kejayaan, disambung dengan masa kemunduran dan makin bertambah jauh dari Islam yang berakibat hilangnya kejayaan dan sebaliknya musuh yang berjaya.

Umat Islam wajib mewujudkan unsur-unsur kejayaan hingga mereka berhak mendapatkannya. Mereka wajib mengikuti metode perjuangan Rasul Saw. dalam mengganti sistem jahiliyah dengan sistem Islam; sehingga menyingkirkan segala halangan yang menghadang di jalan menuju kejayaan. Dengan perjuangan yang benar maka tunggulah janji Allah yang pasti terwujud.

“Jika umat Islam dapat mengambil pelajaran dari kejadian zamannya, merasakan pedihnya keterbelakangan, hinanya kemunduran, pedihnya kefakiran di segala bidang dan keresahan jauhnya dari barisan kepemimpinan, serta lemahnya mencapai kekuasaan dan komando, niscaya semua itu akan membuahkan keinginan kuat dan kesadaran tulus untuk bangkit dan lepas dari krisis ini, dari faktor-faktornya dan dari segala pengaruhnya.

Kemudian, keinginan ini juga membuahkan mulainya perjalanan menuju keselamatan dari krisis ini. Jika perjalanan

Page 55: Buku Memenuhi Kewajiban Umat Meraih Kejayaan

1

ini terus berlangsung, tahan menanggung beban, mendapat taufik dan umat Islam dapat memiliki unsur-unsur utama kejayaan juga dapat menaklukkan segala halangan dan rintangan, niscaya umat ini –dengan izin Allah- akan dapat keluar dari masa krisis sekarang dan pasti mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Tuhan mereka dari Kekhalifahan (Negara Khilafah Islamiyah), kejayaan dan kedamaian.” [menurut Abdul Hayy al-Farmawi: Zâdud Duât: hal.640]

Segala puji bagi Allah yang dengan pujian kepada-Nya sempurnalah segala amal-amal saleh, tuluslah segala niat, berkembanglah segala amal perbuatan dan terwujudlah segala harapan. Salawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad Saw. dan para keluarganya, sahabatnya, serta para pengikutnya. Maha suci Allah, Engkau yang memiliki kemuliaan dan salam sejahtera kepada para Rasul.

MEMENUHI KEWAJIBAN UMAT MERAIH KEJAYAANInsidewinme.blogspot.com

Benar-benar diolah oleh Annas I. Wibowo, SE dari terjemahan bukunya Muhammad As-Sayyid Muhammad Yusuf:

:judul terjemahan) التمكّين لألمة اإلسالمّيAةUmmat Islam Kembali Berjaya)