buku ittiba

60
RAMBU KEDUA SHIROTUL MUSTAQIM BUKU AL-ITTIBA’ (MENGIKUTI NABI ) PENYUSUN: LAJNAH ILMIYAH HASMI PENERBIT: PUSTAKA MIM

Upload: fiqi

Post on 10-Apr-2016

36 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

islam

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Ittiba

RAMBU KEDUA SHIROTUL MUSTAQIMBUKU

AL-ITTIBA’(MENGIKUTI NABI )

PENYUSUN:LAJNAH ILMIYAH HASMI

PENERBIT:PUSTAKA MIM

Page 2: Buku Ittiba

Judul Buku : AL-ITTIBA’ (Mengikuti Nabi ) (Rambu Kedua Shirothul Mustaqim)

Penyusun : Lajnah Ilmiyah HASMIEdit Isi dan Bahasa : Lajnah Ilmiyah HASMI

Abu ‘Abdillah Rahendra M, S.Th.I (Ketua) Abu ‘Abdirrahman Ibrahim, Lc (Anggota) Abu Hanzhalah ‘Arifin, S.H.I (Anggota)

Lay Out : Abu Sulaiman SaefuddinDesain Cover : Pustaka MIMPenerbit : Pustaka MIMCetakan Photocopy : Pertama, Februari 2008

Alamat HASMI:Harakah Sunniyyah untuk Masyarakat Islami

Jl. Kapten Yusuf, Cimanglid – Bogor 16610Tlp./Fax. (0251) 389788

www.harakahsunniyyah.orgemail:[email protected]

Alamat PUSTAKA MIM:Harakah Sunniyyah untuk Masyarakat Islami

Jl. Purnama, Cimanglid – Bogor 16610Tlp. (0251) 388006

2

Page 3: Buku Ittiba

حمن الله بسم الر حيم الرKATA PENGANTAR

ونستغفره ونستعينه نحمده لله الحمد نإ بالله ونعوذئات ،أنفسنا شرور من الله يهده أعمالنا. من وسي فال

يضلل ومن له، مضل له هادي فال أن وأشهد الإ اله ال وحده الله له، شريك ال عبده محمدا أن وأشهد

ورسوله.﴿

﴾ ﴿

﴾ ﴿

﴾ : بعد أما

هدى الهدى وخير الله، كتاب الحديث أصدق فإن بدعة، محدثة وكل محدثاتها، األمور وشر ، محمد

ار. فى ضاللة وكل ضاللة، بدعة وكل النSudah menjadi hal yang lumrah dan bahkan menjadi

prinsip yang paling dasar dalam Islam bahwa menyelisihi Sunnah Rosululloh , mengikuti jalan selain jalan beliau , tidak merealisasikan perintah beliau dan tidak

3

Page 4: Buku Ittiba

meninggalkan larangan beliau, semua itu tidak diragukan lagi termasuk ke dalam bentuk penyelisihan terhadap bagian kedua dari kalimat syahadat, yaitu syahadat wa Asyhadu Anna Muhammadan Rosululloh.

Sesungguhnya makna dan kandungan utama dari syahadat Asyhadu Anna Muhammadan Rosululloh adalah:

Membenarkan apa yang beliau kabarkan, Mentaati apa yang beliau perintahkan, Menjauhi apa yang beliau larang dan cegah, serta Tidak beribadah kepada Alloh kecuali dengan apa

yang beliau syariatkan atau contohkan.Makna dan kandungan utama tersebut di atas terhimpun

dalam satu ungkapan singkat, yaitu ittiba’un Nabiy (mengikuti Nabi ), yang tiada lain merupakan salah satu pilar utama Islam, fondasi yang membangunnya dan juga termasuk hal yang sudah dimaklumi bersama sebagai sebuah kewajiban yang harus ditegakkan.

Alloh berfirman: ﴿

﴾“...Dan apa yang diberikan Rosul kepada kalian, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah....” [QS. al-Hasyr (59): 7]

﴿

﴾“Barangsiapa yang mentaati Rosul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Alloh. Dan barangsiapa yang berpaling (dari mentaati Rosul), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” [QS. an-Nisa’ (4): 80] Buku ini diharapkan menjadi penuntun bagi kita semua

untuk mengetahui, memahami, bersegera meniti, dan

4

Page 5: Buku Ittiba

memperjuangkan jalan ittiba’ hingga akhir hidup kita di dunia fana ini.

5

Page 6: Buku Ittiba

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................iDAFTAR ISI..........................................................................iiiBAB I: DEFINISI ITTIBA’........................................................1BAB II: RUANG LINGKUP ITTIBA’..........................................2BAB III: KEDUDUKAN ITTIBA’...............................................4BAB IV: HUKUM ITTIBA’.......................................................9BAB V: KAEDAH UTAMA DALAM ITTIBA’..............................12BAB VI: TANDA DAN BUKTI ITTIBA’......................................16BAB VII: SARANA ITTIBA’.....................................................19BAB VIII: PENGHALANG ITTIBA’...........................................25BAB IX: FAEDAH ITTIBA’......................................................31

A. Faedah di Dunia.........................................................31B. Faedah di Akherar......................................................33

PENUTUP.............................................................................36DAFTAR PUSTAKA................................................................37

6

Page 7: Buku Ittiba

BAB IDEFINISI ITTIBA’

Secara bahasa, ittiba’ berarti pengikutan, atau mengikuti jejak dan langkah seseorang.

Sedangkan secara istilah yang dimaksud dengan ittiba’ yang menjadi dasar agama Islam, berarti pengikutan kepada Rosululloh dalam memahami dan menerapkan Islam.

Atau dengan ungkapan yang lebih gamblang, ittiba’ berarti mengikuti dan meneladani Rosululloh , baik dalam aqidah, ucapan, perbuatan maupun dalam apa-apa yang beliau tinggalkan, serta dengan mengamalkan apa yang beliau kerjakan, baik yang berstatus hukum wajib, sunnah, mubah, makruh ataupun haram, disertai niat dan iradah (keinginan) dalam ittiba’ tersebut.

7

Page 8: Buku Ittiba

BAB IIRUANG LINGKUP ITTIBA’

Hal-hal yang harus diikuti, dicontoh dan diteladani dari Rosululloh adalah mencakup masalah-masalah aqidah, aqwal (perkataan-perkataan), af’al (perbuatan-perbuatan) dan tark (apa yang beliau tinggalkan). Yaitu dengan mengerjakan hal-hal tersebut sesuai yang dicontohkannya, baik yang berstatus hukum wajib, sunnah, mubah, makruh ataupun haram, disertai niat dan iradah (keinginan) untuk ittiba’ kepadanya.

Ittiba’ kepada Rosululloh dalam i’’tiqadnya berarti seseorang berkeyakinan sebagaimana yang diyakini oleh Rosululloh , disertai keyakinan bahwa ini adalah aqidah Rosululloh .

Ittiba’ kepada Rosululloh dalam perkataannya berarti merealisasikan kandungan perkataannya, bukan hanya sekedar menghafal atau mengulang-ulang lafazhnya saja. Ketika beliau bersabda:

وا )) أصلي رأيتموني كما (( صل“Sholatlah kalian sebagaimana kalian melihat sholatku.” (HR. Bukhori)Maka ittiba’ kepada Rosululloh dalam perkataan

(sabda)nya tersebut di atas adalah dengan melaksanakan shalat sebagaimana yang telah beliau contohkan, yaitu sesuai dengan sunnahnya.

Ittiba’ kepada Rosululloh dalam amal perbuatannya berari mengerjakan perbuatan tersebut sebagaimana contoh yang telah beliau kerjakan, disertai keyakinan bahwa amal pebuatan tersebut adalah yang telah dikerjakan oleh Rosululloh .

Sedangkan ittiba’ dalam tark adalah meninggalkan hal-hal yang ditinggalkan oleh Rosululloh sebagaimana yang dicontohkannya, disertai keyakinan bahwa amal tersebut adalah amal perbuatan yang ditinggalkan oleh Rosululloh .

8

Page 9: Buku Ittiba

Seperti, Rosululloh meninggalkan shalat di saat terbit matahari, maka kitapun meninggalkan shalat pada saat tersebut, sesuai dengan arahannya, disertai keyakinan bahwa ini adalah hal yang ditinggalkan oleh Rosululloh .

9

Page 10: Buku Ittiba

BAB IIIKEDUDUKAN ITTIBA’

Kedudukan, urgen dan agungnya ittiba’ dalam syariat Islam terlihat sangat nyata dari hal-hal berikut:1. Ittiba’ adalah syarat diterimanya ibadah.

Suatu amal perbuatan (ibadah) tidak akan diterima kecuali dengan ittiba’ dan selaras dengan apa yang dicontohkan oleh Rosululloh . Karena bila tidak, maka amal perbuatan tersebut hanya akan menjauhkan pelakunya dari Alloh .

Rosululloh bersabda: ))رد فهو أمرنا عليه ليس عمال عمل من((

“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal perbuatan yang tidak berdasarkan tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)Al-Hasan al-Bashri berkata:“Tidak sah suatu perkataan kecuali disertai dengan amal,

tidak sah pula perkataan dan perbuatan kecuali disertai dengan niat, serta tidaklah sah suatu perkataan, perbuatan dan niat kecuali bila berdasarkan sunnah.”

Ibnu Rojab berkata:“Amal perbuatan yang tidak ditujukan untuk mengharap

wajah Alloh semata tidak akan mendapatkan pahala bagi pelakunya, maka demikian pula halnya dengan amal perbuatan yang tidak ada perintah Alloh dan Rosul-Nya, maka pasti tertolak dari pelakunya....”2. Ittiba’ adalah salah satu dari 2 (dua) pilar Islam, yaitu

ikhlash hanya bagi Alloh semata dan ittiba’ kepada Rosululloh .Alloh berfirman:

﴿...

10

Page 11: Buku Ittiba

“...Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Robbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang sholeh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadah kepada Robbnya.” [QS. al-Kahfi (18): 110]Ibnu Taimiyah berkata:“Ada dua pilar yang sangat agung bagi kita semua;

Pertama: kita tidak diperkenankan beribadah kecuali hanya kepada Alloh . Kedua, kita tidak diperkenankan beribadah kecuali hanya berdasarkan apa yang telah disyariatkan-Nya (melalui Rosul-Nya), tidak beribadah dengan suatu bid’’ah. Dua pilar ini tiada lain merupakan realisasi dari dua kalimat syahadat.”

3. Ittiba’ adalah sarana dan sebab untuk masuk surgaRosululloh bersabda:

ة يدخلون أمتي كل(( يا قالوا أبى من إال الجنه رسول دخل أطاعني من قال يأبى ومن اللة ))أبى فقد عصاني ومن الجن

“Semua umatku akan masuk surga kecuali yang enggan (menolak). Para sahabat bertanya: ‘Wahai Rosululloh, siapakah orang yang enggan tersebut?’ Maka beliau menjawab: Barangsiapa yang mentaatiku, maka akan masuk surga, sedangkan yang bermaksiat kepadaku, maka dialah orang yang enggan tersebut!” (HR. Bukhori)Az-Zuhri berkata:

ة (( االعتصام ن )) نجاة بالس“Berpegang teguh kepada sunnah adalah jalan

keselamatan.”4. Ittiba’ adalah dalil (bukti) mahabbah (kecintaan)

kepada Alloh .Alloh berfirman:

11

Page 12: Buku Ittiba

﴿

﴾ “Katakanlah: ‘Jika kalian (benar-benar) mencintai Alloh, ikutilah Aku, niscaya Alloh mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.’ Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Ali 'Imron (3): 31]

5. Ittiba’ adalah sarana paling nyata yang dapat menumbuhkan kecintaan kepada Rosululloh .

Rosululloh bersabda:¡¡ؤمن ال((¡¡ ى أح¡¡دكم ي ¡¡ون حت ¡¡ه أحب أك من إلي

اس وولده والده )) أجمعين والن“Tidak beriman (dengan sempurna) salah seorang di antara kalian sehingga menjadikan diriku lebih dicintainya daripada kedua orang tuanya, anaknya dan seluruh manusia lainnya.” (HR. Bukhori)Rosululloh pernah bersabda kepada ‘Umar bin al-

Khoththob ketika dia menyatakan bahwa beliau adalah orang yang paling dicintainya melebihi siapapun juga kecuali dari dirinya sendiri, maka beliau menjawab:

ذي ال(( ى بيده نفسي وال إليك أحب أكون حت ))نفسك من

“Tidak demikian halnya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaknya aku lebih dicintai olehmu walaupun dari dirimu sendiri!” (HR. Bukhori)Maka tidak ada satu saranapun yang dapat membuktikan

kecintaan kita kepada Rosululloh secara hakiki, kecuali dengan meniti jalan ittiba’ dan bersungguh-sungguh dalam menggapai kesempurnaannya.6. Ittiba’ adalah sarana untuk merealisasikan ketaatan

kepada Rosululloh dan upaya untuk menghindarkan diri dari ancaman akibat melalaikan ketaatan tersebut.

12

Page 13: Buku Ittiba

Alloh berfirman:﴿

﴾ “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul....” [QS. an-Nisa’ (4): 59] Sebaliknya, Alloh mengancam dengan keras kepada

orang-orang yang menyelisihi Rosul-Nya :﴿

﴾“Dan barangsiapa yang menentang Rosul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali.” [QS. an-Nisa’ (4): 115]Maka tidak ada satu jalanpun bagi seorang hamba untuk

dapat merealisasikan ketaatan kepada Rosululloh dan untuk dapat menghindarkan diri dari ancaman akibat melalaikan ketaatan tersebut kecuali dengan ittiba’ dan meneladani Rosululloh . 7. Ittiba’ adalah salah satu sifat yang melekat dengan

sangat kuat pada diri kaum mukmininAlloh berfirman:

﴿

﴾ “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka diajak kepada Alloh dan Rosul-Nya guna menghukum di antara mereka adalah ‘Kami

13

Page 14: Buku Ittiba

mendengar, dan kami patuh’. Dan mereka itu adalah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang taat kepada Alloh dan Rosul-Nya dan takut kepada Alloh dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.” [QS. an-Nur (24): 51-52]Sebaliknya, Alloh justru meniadakan keimanan dari

orang yang menolak untuk mentaati Rosululloh dan tidak ridho kepada hukumnya.

Alloh berfirman: ﴿

﴾ “Maka demi Robbmu, mereka tidaklah beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [QS. an-Nisa’ (4): 65]

8. Ittiba’ merupakan salah satu bukti ketaqwaanAlloh berfirman:

﴿

﴾ “Demikianlah (perintah Alloh). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Alloh, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” [QS. al-Hajj (22): 32]Yang dimaksud dengan “syi’ar- syi’ar Alloh” adalah

perintah-perintah dan rambu-rambu agama-Nya yang jelas. Yang paling nyata dan paling tinggi di antaranya adalah mentaati Rosululloh dan ittiba’ kepada syariatnya.

14

Page 15: Buku Ittiba

BAB IVHUKUM ITTIBA’

Ittiba’ kepada Rosululloh dan meneladani beliau terhadap wahyu yang diturunkan Alloh kepadanya termasuk sebuah kewajiban yang sudah dimaklumi bersama, sehingga tidak seorangpun diperkenankan untuk tidak mengetahui hal ini, karena ittiba’ kepada Rosululloh dikategorikan sebagai hal yang sangat mendasar dalam agama dan tidak dapat ditawar-tawar lagi status hukumnya. Hal itu dikarenakan banyaknya dalil yang menjelaskan tentang kewajiban ittiba’ tersebut, di antaranya: Alloh berfirman:

﴿ ...

...﴾“...Dan apa yang diberikan Rosul kepada kalian, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagi kalian, maka tinggalkanlah....” [QS. al-Hasyr (59): 7] Ibnu Katsir berkata:“Maksudnya: ketika beliau memerintahkan kalian, maka

kerjakanlah, dan apa yang beliau larang atas kalian, maka tinggalkanlah. Karena yang beliau perintahkan hanyalah kebaikan, sedangkan yang beliau larang sudah pasti berupa keburukan!”

Asy-Syaukani berkata:“Yang benar, bahwa ayat ini berlaku umum meliputi hal

apa saja yang dibawa orang Rosululloh , baik berupa perintah, larangan, ucapan maupun perbuatan. Walaupun sebab (diturunkannya) khusus, namun yang berlaku adalah keumuman lafazh, bukan kekhususan sebab. Oleh karena itu, syari’at apa saja yang harus beliau berikan kepada kita, maka semuanya pasti telah beliau berikan dan sampaikan kepada kita. Sesungguhnya ayat ini termasuk ayat yang memiliki banyak manfaat dan faedah.”

15

Page 16: Buku Ittiba

Alloh berfirman:﴿

﴾ “Maka demi Robbmu, mereka tidaklah beriman hingga mereka mengangkatmu sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [QS. an-Nisa’ (4): 65] Ibnu Katsir berkata:“Alloh bersumpah atas diri-Nya yang mulia lagi suci

bahwa seseorang tidaklah beriman hingga dia mau menjadikan Rosul sebagai hakim dalam seluruh permasalahannya. Karena apa yang beliau putuskan, maka itu adalah sebuah kebenaran yang wajib dilaksanakan dengan sepenuhnya, zhohir maupun batin. Oleh karena itu kemudian Alloh berfirman: ‘...kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.’ Maksudnya: bila mereka mau menjadikan kamu sebagai hakim, maka sudah pasti mereka akan mentaatimu dalam batin mereka, kemudian mereka tidak akan merasa keberatan dalam hati terhadap apa yang engkau putuskan, lalu secara zhohir dan batin mereka pun tunduk patuh melaksanakannya, dan akhirnya mereka menerima dengan sepenuhnya tanpa ada keberatan, penolakan atau perdebatan lagi!” Alloh berfirman:

﴿ ...

16

Page 17: Buku Ittiba

“...Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang sangat pedih.” [QS. an-Nur (24): 63]Ibnu Katsir berkata: “Firman-Nya: ‘...Maka hendaklah orang-orang yang

menyalahi perintahnya takut...’, maksudnya adalah perintah Rosululloh , yaitu jalan, manhaj, metode, sunnah dan syariatnya. Oleh karena itu, seluruh ucapan dan amal perbuatan (kita) harus disesuaikan dengan ucapan dan amal perbuatan beliau. Bila sesuai, maka diterima dan bila bertentangan, maka pastilah akan tertolak atas pelakunya, siapapun orang tersebut!” Rosululloh bersabda:

ال كنهارها ليلها البيضاء على تركتكم قد(( ))هالك إال بعدي عنها يزيغ

“Aku telah meninggalkan kalian di atas jalan putih yang terang benderang, sehingga malam harinya bagaikan siang. Tidak akan ada yang menyimpang darinya sepeninggalku kecuali orang yang celaka.” (HR. Ibnu Majah)

Rosululloh bersabda:تي عن رغب (( من ي فليس سن )) من

“Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia bukanlah dari golonganku!” (HR. Bukhori)Ibnu Hajar berkata:“Yang dimaksud dengan sunnah adalah jalan atau

metode, bukan lawan dari yang fardhu. Sedangkan yang dimaksud dengan benci terhadap sesuatu adalah berpaling darinya dan menoleh kepada yang selainnya. Maka arti hadits tersebut, bahwa barangsiapa yang meninggalkan jalan atau metodeku dan mengikuti selain jalanku, maka dia bukanlah dari golonganku!”

17

Page 18: Buku Ittiba

BAB VKAEDAH UTAMA DALAM ITTIBA’

Untuk memperkuat 4 (empat) bab sebelumnya, maka ada beberapa kaedah utama dalam ittiba’ yang harus diperhatikan dengan baik, yaitu:1. Dasar, asas dan pilar agama Islam adalah wahyu dan

periwayatan (hadits) yang shohih, bukan berdasarkan akal dan istinbath (pengambilan kesimpulan) yang mandiri atau berdiri sendiri tanpa sedikitpun ada peran wahyu di dalamnya.Maka semua perintah dan larangan yang berasal dari al-

Qur’an atau Sunnah Rosululloh wajib diterima dan harus direalisasikan dengan segera.

Az-Zuhri berkata:سالة الله ( من سول وعلى الر وعلينا البالغ الر

سليم ) الت“Risalah berasal dari Alloh, tugas Rosul-Nya menyampaikan dan kewajiban kita adalah menerima dengan sepenuhnya (totalitas).”Ibnu Abi al-‘Izz berkata:“Tidak akan kuat keislaman seseorang yang tidak mau

menerima terhadap nash-nash dua wahyu (al-Qur’an dan as-Sunnah) secara totalitas dan tidak mau tunduk patuh kepadanya. Sebaliknya, dia tidak boleh membantahnya dan tidak boleh membenturkannya dengan pendapat, nalar dan qiyas analoginya.”2. Seorang muslim berkewajiban untuk meneliti dan

memastikan validitas (keshohihan) suatu hukum syar’i sebelum mengamalkannya dalam seluruh sisi kehidupannya.Rosululloh bersabda:

))رد فهو أمرنا عليه ليس عمال عمل من((

18

Page 19: Buku Ittiba

“Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal perbuatan yang tidak berdasarkan tuntunan dari kami, maka amalan tersebut tertolak.” (HR. Muslim)Dan tidak ada jalan atau sarana yang dapat

merealisasikan hal tersebut selain dengan ittiba’ dan meneladani Rosululloh .3. Tujuan hakiki dari ittiba’ kepada Rosululloh adalah

merealisasikan segala perintah dan larangannya, baik yang berasal dari al-Qur’an maupun as-Sunnah.‘Atha’ berkata:

باع ( طاعة سول: ات ة الكتاب الر ن ) والس“Mentaati Rosululloh adalah dengan ittiba’ kepada al-Qur’an dan as-Sunnah.”

4. Ibadah apa saja yang ditinggalkan oleh Rosululloh dan tidak pernah beliau lakukan, padahal unsur-unsur yang mendukung –untuk dikerjakannya ibadah tersebut- telah ada pada beliau, maka mengerjakan hal tersebut adalah bid’ah dan meninggalkannya adalah sunnah.Malik berkata:

دينا يومئذ يكن لم ( فما ) دينا اليوم يكون فال“Suatu hal yang pada waktu itu (zaman Rosululloh) bukan

bagian dari agama, maka sekarangpun tidak akan dianggap sebagai bagian dari agama!”

Ibnu Taimiyyah berkata:“Meninggalkan hal-hal yang ditinggalkan (Rosululloh)

adalah sunnah, demikian pula halnya dengan mengerjakan hal-hal yang dikerjakan(nya).”5. Seluruh masalah ushuluddin (pokok-pokok agama) dan

furu’ (cabang-cabang)nya dalam masalah dunia dan akherat yang dibutuhkan umat manusia, baik berupa ibadah, mu’amalat, politik, sosial dan lainnya, maka semuanya telah dijelaskan dan dipaparkan dalam syari’at.

Alloh berfirman:

19

Page 20: Buku Ittiba

﴿

﴾ “...Dan telah Kami turunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” [QS. an-Nahl (16): 89]

﴿ ...

...﴾ “...Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu jadi agama bagi kalian....” [QS. al-Ma’idah (5): 3]

6. Ittiba’ tidak dapat terwujud kecuali apabila amal ibadah tersebut sesuai dengan syariat dalam 6 (enam) hal, yaitu: Sabab (sebab), apabila seseorang mengerjakan

suatu ibadah kepada Alloh dengan sebab yang tidak disyariatkan, maka ibadah tersebut adalah bid’ah dan tertolak.Seperti; sholat tahajjud pada malam 27 Rojab, dengan

dalih bahwa itu adalah malam mi’roj (dinaikkan)nya Rosululloh . Sholat tahajjud adalah ibadah, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut, maka menjadi bid’ah, karena didasarkan atas sebab yang tidak disyariatkan. Jins (jenis), artinya ibadah harus sesuai dengan

syariat dalam jenisnya. Jika tidak, maka tidak diterima dan tertolak.Contoh, seorang yang menyembelih kuda untuk

kurban adalah tidak sah, karena menyalahi ketentuan syariat dalam jenisnya, karena yang disyariatkan adalah unta, sapi, atau kambing.

20

Page 21: Buku Ittiba

Qadr (kadar bilangan), apabila ada orang yang menambah bilangan atau jumlah raka’at suatu sholat, yang menurutnya diperintahkan, maka sholat tersebut adalah bid’ah dan tidak diterima, karena tidak sesuai dengan ketentuan syariat dalam bilangannya.Contoh lainnya sholat sunnah fajar empat raka’at,

atau membasuh anggota wudhu’ lebih dari 3 kali. Kaifiyyah (cara), apabila ada orang berwudhu

dengan cara membasuh tangan, lalu muka, maka tidak sah wudhunya, karena tidak sesuai dengan cara yang ditentukan oleh syariat.Contoh lainnya berdzikir secara berjama’ah. Berdzikir

adalah sunnah, tetapi jika dilakukan secara berjama’ah menjadi bid’ah. Zaman (waktu), apabila ada orang menyembelih

binatang kurban pada hari pertama bulan Dzul Hijjah, maka kurbannya tidak sah, karena waktu pelaksanaannya tidak syar’i.Contoh lainnya membaca sholawat sebelum

mengumandangkan adzan. Membaca sholawat adalah sunnah, tetapi jika dikhususkan waktunya sebelum adzan menjadi bid’ah. Makan (tempat), apabila ada orang beri’tikaf

selain di masjid, maka tidak sah, karena tempat i’tikaf hanyalah di masjid.Contoh lainnya membaca al-Qur’an di sisi kuburan.

Atau berdoa di sisi makam orang sholeh.

21

Page 22: Buku Ittiba

BAB VITANDA DAN BUKTI ITTIBA’

Sesungguhnya ittiba’ memiliki tanda dan bukti yang menunjukkan adanya ittiba’ tersebut. Di antara tanda dan bukti ittiba’ yang paling utama adalah:1. Ta’zhim an-Nushush asy-Syar’iyyah, mengagungkan

dan hormat kepada nash-nash syar’i.Alloh berfirman:

﴿

﴾ “Sesungguhnya jawaban orang-orang mukmin, bila mereka diajak kepada Alloh dan Rosul-Nya agar Rosul menghukum (mengadili) di antara mereka adalah; ‘Kami mendengar, dan kami patuh’. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang taat kepada Alloh dan Rosul-Nya dan takut kepada Alloh dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan.” [QS. an-Nur (24): 51-52]

﴿

﴾ “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukminah, apabila Alloh dan Rosul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, lalu ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Alloh dan Rosul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” [QS. al-Ahzab (33): 36]

22

Page 23: Buku Ittiba

2. Takut (khawatir) tergelincir dan berpaling dari kebenaran.Ibnu Mas’ud berkata:“Sesungguhnya seorang mukmin adalah seseorang yang

memandang dosa-dosanya seakan-akan bagaikan orang yang duduk di bawah gunung yang dia takut jika gunung itu menimpa dirinya. Sebaliknya, seorang fasik adalah seseorang yang menganggap dosa-dosanya hanyalah bagaikan seekor lalat yang lewat di depan hidungnya, lalu ia menghalaunya.” (HR. Bukhori)

Al-Hasan al-Bashri berkata: “Seorang mukmin adalah seseorang yang beramal dalam

ketaatan dengan penuh rasa takut (bila amalnya tidak diterima). Sedangkan orang yang fajir adalah orang yang merasa aman walaupun bergelimang dengan perbuatan maksiat.”3. Meneladani Rosululloh , secara lahir maupun batin

Hal ini dilakukan dengan ittiba’ secara totalitas kepada Rosululloh , sehingga tidak ada masalah aqidah, ibadah, amaliyyah, akhlak, moral, perundang-undangan, sosial kemasyarakatan, ekonomi, politik dan lainnya, kecuali sesuai dengan yang telah dicontohkannya, yaitu yang terdapat dalam al-Qur’an dan as-Sunnah.

Alloh berfirman: ﴿

﴾ “Sesungguhnya (diri) Rosululloh itu adalah teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Alloh dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Alloh.” [QS. al-Ahzab (33): 21]

﴿ ...﴾

23

Page 24: Buku Ittiba

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri....” [QS. al-Ahzab (33): 6]

4. Menjadikan syariat Rosululloh sebagai hukum undang-undang dan penentu kewajiban.Alloh berfirman:

﴿

﴾ “Maka demi Robbmu, mereka tidaklah beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” [QS. an-Nisa’ (4): 65]

﴿

﴾ “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Rosul (Nya), dan ulil amri di antara kalian. kemudian jika kalian bersengketa tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Alloh (al-Qur’an) dan Rosul (sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya.” [QS. an-Nisa’ (4): 59]

5. Ridho dengan hukum dan syariat Rosululloh Rosululloh bersabda:

ا بالله رضي من إليمانا طعم ذاق(( ربإلسالوبا ))رسوال وبمحمد دينا م

24

Page 25: Buku Ittiba

“Yang dapat merasakan lezatnya keimanan hanyalah seorang yang meridhoi Alloh sebagai Robbnya, Islam sebagai agamanya dan Muhammad sebagai Rosul-Nya.” (HR. Muslim)

25

Page 26: Buku Ittiba

BAB VIISARANA ITTIBA’

Untuk dapat merealisasikan ittiba’ kepada Rosululloh dibutuhkan sarana yang dapat mengantarkan kepada ittiba’ tersebut, di antaranya:1. Takwa dan takut kepada Alloh .

Hal ini dikarenakan orang yang bertakwa dan takut kepada Alloh , maka ia akan mendapatkan furqon (pembeda), yang akan menuntun dan membimbingnya untuk dapat membedakan mana yang haqq dan yang mana yang batil, serta mana cahaya dan mana kegelapan. Dengan furqon tersebut, seseorang akan dapat menggapai kebahagiaan hidupnya, baik di dunia maupun di akherat.

Alloh berfirman: ﴿

﴾ “Wahai orang-orang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Alloh, Niscaya Dia akan memberikan kepada kalian Furqon....” [QS. al-Anfal (8): 29]

﴿

﴾ “Wahai orang-orang yang beriman (kepada para rosul), bertakwalah kepada Alloh dan berimanlah kepada Rosul-Nya, niscaya Alloh memberikan rahmat-Nya kepada kalian dua kali lipat, dan menjadikan untuk kalian cahaya yang dengan cahaya itu kalian dapat berjalan dan Dia mengampuni kalian. Dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. al-Hadid (57): 28]As-Sa’di berkata:

26

Page 27: Buku Ittiba

“Maksud firman Alloh : ‘...dan menjadikan untuk kalian cahaya yang dengan cahaya itu kalian dapat berjalan....’, bahwa Dia akan memberi kalian ilmu, petunjuk dan cahaya yang dengannya kalian dapat berjalan menyibak berbagai kegelapan yang ditimbulkan oleh kebodohan.”

Dalam ayat lain, Alloh berfirman:﴿

﴾ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Robb merekalah mereka bertawakkal.” [QS. al-Anfal (8): 2]

2. Ikhlash kepada Alloh dalam mencari kebenaran.Ibnu taimiyyah berkata:“Demikian pula halnya dengan orang yang berpaling dari

ittiba’ kepada kebenaran karena mengikuti hawa nafsunya, maka hal ini hanya akan mendatangkan kebodohan dan kesesatan hingga mematikan hatinya dari mengetahui kebenaran yang sangat gamblang sekalipun, sebagaimana Alloh berfirman:

﴿ ...

﴾ “...Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Alloh pun memalingkan hati mereka dan Alloh tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” [QS. ash-Shof (61): 5]

﴿ ...﴾ “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Alloh penyakitnya....” [QS. al-Baqarah (2): 10]

27

Page 28: Buku Ittiba

3. Berserah diri dan tadhorru’ (merendahkan diri) kepada Alloh serta dengan menampakkan kebutuhan kepada-Nya.Bahkan hal ini dianggap sebagai salah satu sarana yang

paling utama, sebagaimana sikap Rosululloh dimana di antara doa yang sering beliau lantunkan adalah:

هم(( متني بما انفعني الل مني عل ينفعني ما وعل ))علما وزدني

“Ya Alloh, berilah manfaat kepadaku dengan ilmu yang Engkau ajarkan kepadaku, dan ajarilah aku apa yang bermanfaat bagiku serta tambahkanlah ilmu untukku.” (HR. Ibnu Majah)

هم((¡¡ ل أن بك أعوذ الل ل أو أض¡¡ أو أزل أو أض¡¡ ))أزل

“Ya Alloh, aku berlindung kepada-Mu dari tersesat atau disesatkan, dari tergelincir atau digelincirkan....” (HR. Abu Dawud)

هم((¡ ت ،إليك وجهي أسلمت الل أم¡ري وفوض¡ ال إليك ورغبة رهبة ،إليك ظهري وألجأت ،إليك ))إليك إال منك ملجأ

“ Ya Alloh, aku tundukkan wajahku untuk-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku pada-Mu, karena takut dan berhadap kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dari adzab(Mu) kecuali kepada-Mu jua....” (HR. Abu Dawud)Dan Alloh telah memerintahkan kepada hamba-hamba-

Nya untuk senantiasa berdoa dan bertadhorru’ kepada-Nya:

“Dan Robb kalian berfirman: ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku-perkenankan bagi kalian.

28

Page 29: Buku Ittiba

Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.” [QS. al-Mu’min (40): 60]Rosululloh pun bersabda:

)) عليه يغضب الله يسأل لم (( من“Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Alloh, maka Dia marah kepadanya!” (HR. Tirmidzi)

4. Mempelajari hukum-hukum syar’iKarena tidak ada sarana untuk dapat megamalkan

hukum-hukum Islam dan ittiba’ kepada Rosululloh kecuali dengan mempelajari ajaran wahyu yang berasal dari al-Qur’an dan as-Sunnah.5. Memahami nash-nash yang shohih dan mentadabburi

kandungannyaYaitu nash-nash al-Qur’an dan as-Sunnah, yang

merupakan sumber kebenaran dan petunjuk.Alloh berfirman:

﴿ ....﴾ “Sesungguhnya al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus ....” [QS. al-Isra’ (17): 9]

﴿ ﴾ “Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” [QS. Muhammad (47): 24] Rosululloh bersabda:

ي وا لن شيئين فيكم تركت قد (( إن تضلتي الله بعدهما: كتاب )) وسن

“Sesungguhnya telah kutinggalkan untuk kalian dua hal, dengan keduanya kalian tidak akan sesat selamanya, yaitu Kitabulloh dan Sunnahku.” (HR. Hakim)

29

Page 30: Buku Ittiba

6. Ittiba’ kepada manhaj salaf dalam berilmu dan beramal.Rosululloh bersabda:

ذين ثم قرني، (( خيركم ذين ثم يلونهم، ال اليلونهم... ))

“Sebaik-baik dari kalian adalah generasiku (sahabat), kemudian generasi sesudahnya (tabi’in) dan generasi sesudahnya (tabi’ut tabi’in).” (HR. Hakim)Dalam tentang perpecahan umat yang akan berpecah

menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, Rosululloh menjelaskan hanya satu golongan saja yang selamat, yaitu orang-orang yang mengikuti jejak langkahku dan para sahabatku. (HR. Tirmidzi)7. Berteman dengan kawan-kawan yang sholeh.

Yaitu berteman dengan orang-orang yang sama-sama meniti manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yang senantiasa komitmen kepada Sunnah Rosululloh dan para sahabatnya.

Rosululloh bersabda:جل من أحدكم فلينظر خليله، دين على (( الر

)) يخالل“Seseorang itu tergantung kepada agama kawan akrabnya. Oleh karena itu, hendaklah salah seorang di antara kalian meneliti siapa saja yang akan dijadikannya sebagai kawan.” (HR. Abu Dawud)

وء الصالح الجليس مثل(( كحامل والس أن إما المسك فحامل الكير ونافخ المسك ريحا منه تجد أن وإما منه تبتاع أن وإما يحذيكبة أن وإما ثيابك يحرق أن إما الكير ونافخ طي ))خبيثة ريحا تجد

30

Page 31: Buku Ittiba

“Perumpamaan teman yang baik dan yang buruk adalah bagaikan penjual minyak dan pandai besi. Bila berkawan dengan penjual minyak, maka boleh jadi dia memberikan wewangiannya ataupun menjualnya, atau kita akan mencium bau wanginya. Sedangkan bila berkawan dengan pandai besi, maka boleh jadi percikan apinya akan membakar baju atau akan memberikan bau yang tidak sedap!” (HR. Bukhori)‘Abdulloh bin Syaudzab berkata:

باب على الله نعمة من ( إن أن نسك إذا الشة صاحب يواخي ) عليها يحمله سن

“Sesungguhnya di antara nikmat Alloh kepada seorang pemuda adalah bila dalam masa pencarian jati dirinya ia berkatan dengan seorang Ahlus sunnah yang membimbingnya kepada jalan Sunnah tersebut!”

31

Page 32: Buku Ittiba

BAB VIIIPENGHALANG ITTIBA’

Selain adanya berbagai sarana yang dapat mengantarkan kepada ittiba’, terdapat pula faktor-faktor penghalang dan penghambat ittiba’, di antaranya:1. al-Jahl (bodoh).

Kebodohan merupakan rintangan terbesar bagi ittiba’, bahkan dapat menyebabkan seseorang terjerumus dalam kekufuran, bid’ah dan maksiat. Oleh karena itu, maka dalam al-Qur’an dan as-Sunnah banyak kita jumpai peringatan agar waspada dari kebodohan dan dari bahayanya serta penjelasan tentang ilmu dan keutamaannya, sebagai obat bagi penyakit jahl tersebut.

Alloh berfirman:﴿

﴾ “Katakanlah: ‘Robbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Alloh dengan sesuatu yang Alloh tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Alloh apa yang tidak kalian ketahui.” [QS. al-A’raf (7): 33]

﴿

﴾ “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu

32

Page 33: Buku Ittiba

akan diminta pertanggungan jawabnya.” [QS. al-Isra’ (17): 36] Rosululloh bersabda:

من ينتزع¡¡ه انتزاعا العلم يقبض ال الل¡¡ه إن((¡¡ ¡¡¡اد ى العلم¡¡¡اء بقبض العلم يقبض ولكن العب حت

¡¡¡ق لم إذا خ¡¡¡ذ عالما يب اس ات ا الن جهاال رءوس¡¡¡ بغير فأفتوا فسئلوا وا علم ))وأضلوا فضل

“Sesungguhnya Alloh tidak akan begitu saja mencabut ilmu dari hamba-hamba-Nya. Tetapi Alloh akan mencabut ilmu dengan mewafatkan para ulama hingga bila tidak tersisa seorang ulamapun, maka kemudian umat manusia akan menjadikan para pemimpin yang bodoh sebagai panutan. Kemudian bila mereka ditanya, mereka pun akan berfatwa dengan tanpa ilmu, mereka adalah orang-orang yang sesat lagi menyesatkan.” (HR. Bukhori)

Ibnu Mas’ud berkata: ما أو عالما ( اغد مستمعا، أو متعل بع تكن وال الر

) فتهلك“Jadilah orang yang alim, atau yang mau belajar atau

orang yang mendengar (ilmu). Dan janganlah kamu menjadi orang yang keempat, nisacaya engkau akan binasa!” (HR. Darimi)Salman al-Farisi berkata:

اس يزال ( ال ى األول، بقي ما بخير الن م حت يتعلم أن قبل األول هلك فإذا اآلخر، هلك اآلخر يتعلاس ) الن

“Umat manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama generasi awalnya masih tersisa, sehingga generasi berikutnya akan belajar dari mereka. Apabila generasi awal

33

Page 34: Buku Ittiba

telah tiada sebelum generasi berikut belajar dari mereka, maka umat manusiapun akan binasa!” (HR. Darimi)2. Mengikuti hawa nafsu

Mengikuti hawa nafsu dan apa saja yang diinginkan oleh nafsu merupakan salah satu rintangan terbesar ittiba’ dan salah satu sebab yang dapat memalingkan seseorang dari kebenaran.

Alloh berfirman:﴿

﴾ “Maka jika mereka tidak menyambut (seruanmu), ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Alloh sedikitpun. sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.” [QS. al-Qashash (28): 50]

﴿

﴾ “Maka terangkanlah kepadaku orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Robbnya dan Alloh menyesatkannya setelah sampainya ilmu kepadanya dan Alloh telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Alloh (membiarkannya sesat). Maka mengapa kalian tidak mengambil pelajaran?” [QS. al-Jatsiyah (45): 23]

3. Mendahulukan pendapat para tokoh, syaikh atau para pemimpin daripada nash-nash yang sangat jelas.

34

Page 35: Buku Ittiba

Alloh berfirman: ﴿

﴾ “Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah mengikuti apa yang diturunkan Alloh dan mengikuti Rosul’. mereka menjawab: ‘Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya’. Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” [QS. al-Ma’idah (5): 104]

﴿

﴾ “Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata: ‘Seandainya dahulu kami taat kepada Alloh dan taat (pula) kepada Rosul’. Dan mereka berkata: ‘Wahai Robb kami, sesungguhnya kami telah mentaati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Wahai Robb kami, timpakanlah kepada mereka adzab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar.” [QS. al-Ahzab (33): 66-68] Asy-Syafi’i berkata:“Umat telah sepakat bahwa barangsiapa yang telah jelas

baginya sunnah Rosululloh, maka dia tidak boleh meninggalkannya hanya karena pendapat seseorang.”4. Mendahulukan akal di atas dalil naqli yang shohih

Ibnu Abi al-’Izz berkata:

35

Page 36: Buku Ittiba

“Tidaklah kokoh keimanan seseorang yang tidak mau menerima nash-nash dua wahyu (al-Qur’an dan as-Sunnah) secara totalitas dan tidak mau tunduk patuh kepadanya. Sebaliknya, dia tidak boleh membantahnya dan tidak boleh membenturkannya dengan pendapat nalar dan qiyas analoginya.”5. Bersandar dan berpegang teguh pada syubhat

Rosululloh bersabda:¡¡اس أمتي آخ¡¡ر في سيكون((¡¡ ما يح¡¡دثونكم أناكم آباؤكم وال أنتم تسمعوا لم اهم فإي ))وإي

“Pada masa akhir umatku nanti akan muncul sekelompok orang yang berbicara kepada kalian tentang sesuatu hal yang kalian dan bapak kalian belum pernah mendengarnya. Waspadalah kalian terhadap mereka!” (HR. Bukhori)

6. Diam dan bungkamnya para ulamaYaitu diamnya para ulama dalam menyebarkan

kebenaran dan dalam memberikan peringatan terhadap kebatilan, hingga membuat suara kebatilan beredar dengan luas.

Alloh berfirman:﴿

﴾ “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk yang telah Kami turunkan, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam al-Kitab, mereka itu dilaknati Alloh dan dilaknati (pula) oleh semua (mahluk) yang melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan memperbaiki apa yang mereka rusak serta

36

Page 37: Buku Ittiba

menerangkan (apa yang mereka sembunyikan), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” [QS. al-Baqoroh (2): 160]Rosululloh bersabda:

عن سئل من((¡ يوم ألجم كتمه ثم علمه علم القيامة ))نار من بلجام

“Barangsiapa yang ditanya tentang ilmu yang telah diketahuinya kemudian ia menyembunyikannya, maka kelak pada hari kiamat dia akan dikekang dengan kekang dari api.” (HR. Tirmidzi)

¡ه أتي إال فيكتم¡¡ه علما يحفظ رجل من ما((¡¡ ب ملجما القيامة يوم ار من بلجام ))الن

“Tiada seorangpun yang telah menghafal ilmu kemudian ia menyembunyikannya, melainkan pada hari kiamat nanti dia didatangkan dalam keadaan terkekang dengan kekang dari api.” (HR. Ibnu Majah)

7. Bermajelis dengan ahli bid’ah dan maksiatIbnu ‘Abbas berkata:

ضة مجالستهم فإن األهواء، أهل تجالس ( ال ممر) للقلب

“Janganlah engkau bermajelis dengan pengikut hawa nafsu (ahlul bid’ah), karena bermajelis dengan mereka hanya akan mematikan hati.”8. Berpijak kepada nash-nash yang lemah dan palsu.

Hal ini bahkan dapat dianggap sebagai salah satu penghalang ittiba’ yang paling utama.

37

Page 38: Buku Ittiba

BAB IXFAEDAH ITTIBA’

Di antara faedah, buah dan manfaat ittiba’ yang sangat luar biasa, baik di dunia maupun di akherat adalah:A. Faedah di dunia:1. Mendapatkan hidayah.

Alloh berfirman:﴿

﴾ “Wahai ahli Kitab, Sesungguhnya telah datang kepada kalian Rosul Kami, menjelaskan kepada kalian banyak dari isi Al kitab yang kalian sembunyikan, dan banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepada kalian cahaya dari Alloh, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Alloh menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhoan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Alloh mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [QS. al-Ma’idah (5): 15-16]

﴿

38

Page 39: Buku Ittiba

“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Qur’an), maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah ia: Wahai Robbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?’ Alloh berfirman: ‘Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari inipun kamu dilupakan”. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Robbnya. Dan sesungguhnya adzab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.” [QS. Thaha (20): 124-127]

2. Memperoleh keberuntungan.Alloh berfirman:

﴿ ...

﴾ “...Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (al-Quran), mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [QS. al-A’raf (7): 157]

3. Tsabat (teguh) di atas kebenaran.﴿

﴾ “(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Alloh dan Rosul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: ‘Sesungguhnya orang-orang kafir telah

39

Page 40: Buku Ittiba

mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah pada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: ‘Cukuplah Alloh menjadi Penolong kami dan Alloh adalah sebaik-baik Pelindung’. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Alloh, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Alloh. Dan Alloh mempunyai karunia yang besar.” [QS. Ali Imron (3): 173-174]

4. Mendapatkan perlindungan dan pertolongan.Alloh berfirman:

﴿

﴾ “Wahai Nabi, cukuplah Alloh sebagai pelindung bagimu dan bagi orang-orang mukmin yang mengikutimu.” [QS. al-Anfal (8): 64]

B. Faedah di akherat1. Bergabung dengan barisan para nabi.

Alloh berfirman: ﴿

﴾ “Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim adalah orang-orang yang mengikuti beliau dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepadanya), yaitu kaum mukmin, dan Alloh adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” [QS. Ali ‘Imron (3): 68]

﴿

40

Page 41: Buku Ittiba

“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: ‘Wahai Robbku, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. Wahai Robbku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan manusia, maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai-Ku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [QS. Ibrohim (14): 35-36]

2. Mendapatkan keluarga (keturunan) yang ikut meniti jalan ittiba’.Alloh berfirman:

﴿

﴾ “Dan orang-oranng yang beriman dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Setiap orang akan menanggung apa yang dikerjakannya.” [QS. ath-Thur (52): 21]

﴿

﴾ “Wahai Robb kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang sholeh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [QS. al-Mu’min (40): 8]

3. Terhindar dari rasa takut dan kesedihan.

41

Page 42: Buku Ittiba

Alloh berfirman: ﴿

﴾ “Kami berfirman: ‘Turunlah kalian dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepada kalian, maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [QS. al-Baqoroh (2): 38]

4. Memperoleh pintu taubat dan ampunan.Alloh berfirman:

﴿

﴾ “Sesungguhnya Alloh telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshor yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Alloh menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Alloh Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.” [QS. at-Taubah (9): 117]

﴿

﴾ (Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Robbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Robb Kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah

42

Page 43: Buku Ittiba

ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan-Mu dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala.” [QS. al-Mu’min (40): 7]

43

Page 44: Buku Ittiba

PENUTUP

Ittiba’ kepada Rosululloh adalah rambu kedua dari rambu-rambu shirotul mustaqim yang terpenting. Apabila tauhid sebagai rambu pertama dalam meniti shirotul mustaqim adalah realisasi dari ketaatan dan kecintaan kepada Alloh yang merupakan hak-Nya, maka ittiba’ merupakan realisasi dari hak Rosululloh , sebagai bukti dan manifestasi dari ketaatan dan kecintaan kepada beliau .

Walaupun kedua hak tersebut memiliki perbedaan, namun keduanya memiliki keterkaitan hubungan yang sangat erat, yaitu sama-sama sebagai pintu gerbang hidayah.

Setelah kita membaca Buku Tauhidulloh (Mengesakan Alloh ), maka kita diibaratkan telah membuka salah satu pintu gerbang hidayah, bahkan pintu gerbang pertamanya. Maka Buku al-Ittiba’ (Mengikuti Nabi ) adalah pintu gerbang hidayah yang berikutnya. Oleh karena itu, marilah kita pelajari dan kaji dengan seksama Buku al-Ittiba’ ini.

Mudah-mudahan Alloh semakin mengokohkan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita semua dan bahkan semakin menambahkannya bagi kita. Amin....

44

Page 45: Buku Ittiba

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahnya. A’lam as-Sunnah al-Mansyuroh li I’tiqod ath-

Tho’ifah an-Najiyah al-Manshuroh, Syaikh Hafizh bin Ahmad al-Hakamiy, ed. Dr. Ahmad bin ‘Ali ‘Alusiy Madkholiy, Riyadh: Maktabah ar-Rusyd, 1424 H/2003.

‘Ilm al-’Aqidah ‘inda Ahli as-Sunnah wa al-Jama’ah, Dr. Muhammad Yusri, Riyadh: Dar Thoyyibah, 1427 H/2006.

Al-Itmam bi Syarh al-’Aqidah ash-Shohihah wa Nawaqidh al-Islam, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Fathi bin as-Sayyid ‘Id Nada, Riyadh: Dar al-Arqom, 1420 H/1999.

Al-Ittiba’ –Anwa’uhu wa Atsaruhu fi Bayan al-Qur’an, Syaikh Muhammad bin Mushthofa as-Sayyid, Riyadh: Maktab Majallah al-Bayan, 1423 H/2002.

Ittiba’ an-Nabiy fi Dhou’ al-Wahyain, Syaikh Faishol bin ‘Ali al-Ba’daniy, ed. Dr. Sholeh bin Fauzan al-Fauzan et.all., Riyadh: Maktab Majallah al-Bayan, 1422 H/2001.

Iqozh al-Himmah li Ittiba’ Nabiy al-Ummah, Syaikh Kholid bin Su’ud al-’Ajmiy, ed. Dr. Sholeh bin Fauzan al-Fauzan, Riyadh: Dar al-Wathon, 1422 H/2001.

Al-Madkhol li Dirosah al-’Aqidah al-Islamiyyah ‘ala Madzhab Ahli as-Sunnah wa al-Jama’ah, Dr. Ibrohim bin Muhammad al-Buroikan, Khobar: Dar as-Sunnah, 1415 H/1994.

Manhaj at-Talaqqi wa al-Istidlal Baina Ahli as-Sunnah wa al-Mubtadi’ah, Syaikh Ahmad bin Muhammad ash-Shuwayyan, Riyadh: Maktab Majallah al-Bayan, 1422 H/2001.

Nur al-Huda wa Zhulumat adh-Dholal fi Dhou’ al-Kitab wa as-Sunnah, Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahaf al-Qohthoniy, 1421 H/2000.

45

Page 46: Buku Ittiba

Shiro’ al-Fikr wa al-Ittiba’, Syaikh ‘Adnan bin Muhammad Alu ‘Ar’ur, al-Jizah: Mu’assasah Qurthubah, 1416 H/1995.

46

Page 47: Buku Ittiba

Sudah menjadi hal yang lumrah dan bahkan menjadi prinsip yang paling dasar dalam Islam bahwa menyelisihi Sunnah Rosululloh , mengikuti jalan selain jalan beliau , tidak merealisasikan perintah beliau dan tidak meninggalkan larangan beliau, semua itu tidak diragukan lagi termasuk ke dalam bentuk penyelisihan terhadap bagian kedua dari kalimat syahadat, yaitu syahadat wa Asyahadu Anna Muhammadan Rosululloh.

Makna utama dari syahadat Asyahadu Anna Muhammadan Rosululloh terhimpun dalam satu ungkapan singkat, yaitu ittiba’un Nabiy (mengikuti Nabi ), yang tiada lain merupakan salah satu pilar utama Islam, fondasi yang membangunnya dan juga termasuk hal yang sudah dimaklumi bersama sebagai sebuah kewajiban yang harus ditegakkan.

Buku ini diharapkan menjadi penuntun bagi kita semua untuk mengetahui, memahami, bersegera meniti, mengajak dan mendakwahkan orang lain untuk meniti dan memperjuangkan jalan ittiba’ hingga akhir hidup kita di dunia fana ini.

Mudah-mudahan Alloh semakin mengokohkan hidayah-Nya yang telah diberikan kepada kita dan bahkan semakin menambahkannya bagi kita semua. Amin....

47