buku ajar gb. teknik

70
BUKU AJAR GAMBAR TEKNIK TM 081104 Disusun Oleh : Nama : Ir. Romli, M.T NIP : 196710181993031003 POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2011

Upload: aliyah-montessa

Post on 07-Dec-2015

73 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Buku Petunjuk Gambar Teknik

TRANSCRIPT

Page 1: Buku Ajar Gb. Teknik

BUKU AJAR

GAMBAR TEKNIK TM 081104

Disusun Oleh :

Nama : Ir. Romli, M.T

NIP : 196710181993031003

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA

2011

Page 2: Buku Ajar Gb. Teknik

BUKU AJAR

GAMBAR TEKNIK

Disusun Oleh :

Nama : Ir. Romli, M.T NIP : 196710181993031003

Palembang, September 2011

Menyetujui, Ketua Jurusan Teknik Mesin Penulis,

Iskandar Ismail, S.T.,M.T Ir. Romli, M.T

NIP. 196001071988031002 NIP. 196710181993031003

Mengetahui,

Direktur Politeknik Negeri Sriwijaya

RD. Kusumanto, S.T.,M.M NIP. 19603111992031004

Page 3: Buku Ajar Gb. Teknik

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

atas karunia-Nya juga penulis dapat menyelesaikan buku ajar ini.

Adapun buku ajar ini dibuat berdasarkan atas tugas beban mengajar

yang diberikan dalam mata kuliah “Menggambar Teknik”, yang

tentunya pembuatan buku ajar ini hanyalah bermaksud untuk

pemudahan dalam memenuhi proses belajar mengajar yang terarah

dan terpadu.

Buku ajar yang penulis buat ini membahas mengenai dasar-

dasar dan azas-azas menggambar menurut standar Internasional

yaitu ISO. Yang mana buku ajar ini sangat berguna sebagai

penunjang dalam pembuatan gambar kerja, yang sesuai dengan

kebutuhan mahasiswa Politeknik dan dituntut untuk mampu

mempunyai keahlian dalam pembuatan gambar kerja sebagai dasar

perencanaan.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua

pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan buku

ajar yang sederhana ini.

Semoga buku ajar ini berguna dan bermanfaat bagi kita

semua.

Palembang, September 2011

Penulis,

Page 4: Buku Ajar Gb. Teknik

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .............................................................

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................

KATA PENGANTAR ............................................................

DAFTAR ISI .......................................................................

DAFTAR GAMBAR .............................................................

DAFTAR TABEL .................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

BAB.

I.

II.

III.

IV.

V.

STANDARISASI ...................................................

1.1. Alat-alat gambar ......................................... 1.2. Standar huruf/ Angka ................................

1.3. Standar garis .............................................. 1.4. Standar skala .............................................

KONSTRUKSI GEOMETRIS ................................

2.1. Cara melukis garis tegak lurus ...................

2.2. Membuat sudut dalam derajat .................... 2.3. Membuat segi banyak .................................

2.4. Konstruksi garis lurus menyinggung lingkaran .................................................... 2.5. Konstruksi busur lingkaran menyinggung

lingkaran .................................................... 2.6. Panjang garis lurus mendekati panjang busur .........................................................

CARA-CARA PROYEKSI ......................................

3.1. Cara proyeksi sudut pertama (Eropa) ..........

3.2. Cara proyeksi sudut ketiga (Amerika) .......... 3.3. Pengenalan cara-cara proyeksi dan Lambangnya ...............................................

3.4. Perbandingan antar proyeksi sudut Pertama dan sudut ketiga ..........................

VISUALISASI ......................................................

4.1. Proyeksi Aksonometri ................................. 4.2. Proyeksi Oblik ............................................

4.3. Gambar Perspektif ......................................

UKURAN .............................................................

5.1. Aturan-aturan dasar untuk memberi

1

1 6

11 13

16

16

16 17

17

17

18

19

20

21

22

22

26

26 28

29

31

Page 5: Buku Ajar Gb. Teknik

VI.

VII.

Ukuran ....................................................... 5.2. Cara-cara memberi ukuran .........................

5.3. Dasar-dasar umum untuk memberi ukuran .......................................................

PEMOTONGAN ...................................................

6.1. Pemotongan penuh .................................... 6.2. Pemotongan sebagian/ setempat ................

6.3. Pemotongan setengah ................................. 6.4. Garis arsir ..................................................

PENUNJUKKAN KHUSUS ...................................

7.1. Cara menunjukkan bagian yang Dikerjakan secara khusus ..........................

7.2. Garis-garis perpotongan ............................. 7.3. Gambar bidang datar ................................. 7.4. Gambar benda-benda simetris ....................

7.5 Gambar yang diputus-putus ....................... 7.6. Proyeksi putar ............................................. 7.7. Bagian-bagian berdampingan ......................

DAFTAR PUSTAKA ..............................................

31 34

41

50

50 51

52 52

58

58

58 59 60

60 60 61

62

Page 6: Buku Ajar Gb. Teknik

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bidang koordinat utama dari kwadran-kwadran ............................................

Gambar 2. Proyeksi sudut pertama (Proyeksi Eropa) .........

Gambar 3. Proyeksi sudut ketiga (Proyeksi Amerika) .........

19

20

21

Page 7: Buku Ajar Gb. Teknik

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Lambang dan ukuran kertas gambar ...................

Tabel 2. Ukuran huruf .....................................................

2

7

Page 8: Buku Ajar Gb. Teknik

BAB I

STANDARISASI

1.1. Alat-alat gambar

Alat-alat gambar yang dipergunakan dalam bidang gambar

mesin terdiri atas kertas gambar, pensil, jangka, penggaris-T,

sepasang segitiga, sepasang mal lengkungan, mal bentuk, mistar

skala, busur derajat, penghapus, pelindung penghapus, papan

gambar dan sebagainya.

1.1.1. Kertas gambar dan ukurannya.

Sesuai dengan tujuan gambar, bermacam-macam kertas

gambar dipakai, seperti misalnya kertas gambar putih, kertas kalkir,

dsb.

a. Kertas gambar untuk tata letak.

Untuk gambar tata letak dengan pensil dipergunakan kertas

gambar putih biasa, kertas sketsa atau kertas milimeter yang

bermutu baik dan dapat mudah dihapus.

b. Kertas gambar untuk gambar asli.

Gambar asli digambar diatas kertas kalkir, karena gambar

cetak biru dibuat langsung dari gambar tersebut.

Standar ukuran kertas gambar dipergunakan di beberapa negara

sebagaimana dikenal dengan seri A.

Ukuran dasar = 1 meter persegi dengan perbandingan sisi 1 : 2

dengan ukuran 841 mm dan 1189 mm yang mana ukuran ini

dikenal sebagai A0 (A-nol).

Tabel 1. Lambang dan ukuran kertas gambar.

Lambang A0 A1 A2 A3 A4

a x b 841x1189 594x841 420x594 297x420 210x297

C min 20 20 10 10 10

Pada setiap gambar terdapat “kepala gambar” pada sudut

kanan bawah yang terdiri atas :

Nama lembaga/ perusahaan

Judul gambar

Page 9: Buku Ajar Gb. Teknik

Nama penggambar

Nomor arsip/ gambar

Sebetulnya ada beberapa tipe kepala gambar yang dapat

digunakan, dan kepala gambar berikut merupakan salah satu

yang dipergunakan di Politeknik Negeri Sriwijaya.

C

C 20

Page 10: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 11: Buku Ajar Gb. Teknik

1.1.2. Pensil gambar.

Untuk gambar diperlukan bermacam-macam pensil gambar

yang bermutu. Akhir-akhir ini pensil gambar yang dapat diisi

kembali (pensil mekanik) dipergunakan secara luas dari pada pensil

biasa.

1.1.3. Jangka.

Ada tiga macam jangka yang dipergunakan untuk

menggambar. Jangka besar untuk menggambar lingkaran dengan

diameter 100 sampai 200 mm, jangka menengah untuk lingkaran

dari 20 sampai 100 meter, dan jangka kecil untuk lingkaran 5

sampai 30 mm.

Jika diinginkan lingkaran dengan jari-jari yang lebih besar,

maka dipakai jangka batang. Selain yang diatas, ada juga jangka

pembagi yang berguna untuk memindahkan ukuran atau untuk

membagi suatu garis lurus dalam beberapa bagian yang sama.

1.1.4. Macam-macam penggaris.

Untuk menggambar dipergunakan macam-macam penggaris

diantaranya adalah :

a. Penggaris-T.

Garis-garis horizontal ditarik dengan penggaris-T ini dengan

menekankan kepalanya pada tepi kiri dari meja gambar dan

menggesernya keatas atau kebawah.

b. Segitiga.

Sepasang segitiga terdiri dari segitiga siku sama kaki dan dan

sebuah segitiga siku 600.

c. Mal lengkungan.

Untuk menggambar garis-garis lengkung yang tidak dapat dibuat

dengan jangka dipergunakan mal lengkungan.

d. Mal bentuk.

Untuk membuat gambar secara cepat dipergunakan mal-mal

bentuk. Ada macam-macam mal bentuk, misalnya untuk

Page 12: Buku Ajar Gb. Teknik

menggambar lambang-lambang dalam bidang elektroteknik,

gambar mur, dll.

1.1.5. Alat-alat lain.

Berbagai macam alat dipergunakan untuk menggambar,

disamping alat-alat yang telah dibahas sebelumnya.

a. Mistar skala.

Untuk gambar mesin dipergunakan mistar dari plastik yang

panjangnya biasanya 300 mm.

b. Bususr derajat.

Biasanya busur derajat ini mempunyai garis-garis pembagi dari

00 sampai dengan 1800 yang gunanya untuk mengukur sudut.

c. Penghapus.

Untuk membuang garis yang salah dipergunakan penghapus

dengan mutu yang baik.

d. Pelindung penghapus.

Pelindung ini mempunyai berbagai bentuk lubang dengan

demikian bagian yang diperlukan dapat dilindungi dan hanya

yang harus dibuang tampil pada lubang.

e. Papan gambar.

Papan gambar harus mempunyai permukaan yang rata dan tepi

yang lurus, dimana kepala dari penggaris-T digeser.

Ukurannya disesuaikan dengan ukuran kertas, misalnya kertas

A0 mempunyai ukuran 1.200 mm x 900 mm, kertas ukuran A1

mempunyai ukuran 600 mm x 450 mm.

1.2. Standar Huruf/ Angka.

Dalam gambar huruf-huruf, angka-angka dan lambang-lambang

dipergunakan untuk memberi ukuran-ukuran, judul, dsb.

1.2.1. Bentuk huruf.

Bentuk huruf harus mudah ditulis dan dibaca. Sekarang

banyak metode untuk menulis huruf, tapi masih banyak yang

Page 13: Buku Ajar Gb. Teknik

menggunakan tangan dan kadang-kadang teknisi bekerja diluar

ruang gambar, untuk itu diperlukan latihan menulis huruf freehand.

Standar bentuk huruf miring (150) terhadap garis vertikal,

seperti contoh berikut ini :

1.2.2. Ukuran huruf.

Tinggi huruf besar (h) dan tinggi huruf kecil (c) tidak boleh

kurang dari 2,5 mm. Ini berarti bahwa bila terdapat gabungan antara

huruf besar dan kecil, dengan huruf kecil setinggi 2,5 mm, maka h

akan menjadi 3,5 mm.

Perbandingan yang dianjurkan untuk tinggi huruf-huruf, jarak

antara huruf-huruf, ruang minimum antara garis dasar dan jarak

antara perbatasan-perbatasan diberikan pada Tabel 2.

Page 14: Buku Ajar Gb. Teknik

1.3. Standar garis.

Dalam gambar mesin dipergunakan beberapa jenis garis dalam

bentuk tebal sesuai dengan penggunaannya seperti dalam tabel

berikut :

Page 15: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 16: Buku Ajar Gb. Teknik

Pada umumnya tebal garis tebal adalah 0,5 atau 0,7 mm.

Jarak minimum antara garis (jarak antara garis tengah garis) sejajar

termasuk garis arsir, tidak boleh kurang dari tiga kali tebal garis

yang paling tebal dari gambar. Dianjurkan agar ruang antara garis

tidak kurang dari 0,7 mm.

a. Tebal garis.

b. Jarak antara garis (dianjurkan nilai minimum = 3 a)

c. Ruang antara garis.

1.4. Standar skala.

Semestinya gambar kerja harus digambar dengan ukuran

sebenarnya atau dengan skala 1:1. Tetapi komponen mesin yang

harus kita gambar tidak selalu besar atau sebaliknya selalu kecil,

untuk itu perlu adanya skala. Kalau benda kerja terlalu besar, kita

skala perkecil, dan kalau terlalu kecil di skala perbesar.

Khusus gambar-gambar detail selalu diskala besar, kenapa

demikian, karena detail biasa dilakukan untuk memperlihatkan

bagian yang kecil pada benda yang besar, dengan cara memperbesar

pada bagian benda tersebut. Oleh karenanya tidak janggal bila

memperbesar gambar yang di detail tersebut sampai 5 kali lipat,

sehingga mudah dibaca.

Standar skala metrik yang dianjurkan :

Ukuran normal 1 : 1

Skala pembesaran 50 : 1 20 : 1 10 : 1 5 : 1 2 : 1

Skala pengecilan 1 : 2 1 : 5 1 : 10

1 : 20 1 : 50 1 : 100

a

b c

Page 17: Buku Ajar Gb. Teknik

BAB II

KONSTRUKSI GEOMETRIS

Konstruksi geometris mempunyai fungsi yang penting dalam

pembuatan gambar kerja maupun untuk pemecahan masalah

dengan grafik dan diagram.

Konstruksi geometris sangat diperlukan apabila juru gambar tidak

mempunyai alat atau perlengkapan gambar yang komplit.

2.1. Cara melukis garis tegak lurus.

2.2. Membuat sudut dalam derajat.

Page 18: Buku Ajar Gb. Teknik

2.3. Membuat segi banyak.

2.4. Konstruksi garis lurus menyinggung lingkaran.

2.5. Konstruksi busur lingkaran menyinggung lingkaran.

Page 19: Buku Ajar Gb. Teknik

2.6. Panjang garis lurus mendekati panjang busur.

Page 20: Buku Ajar Gb. Teknik

BAB III

CARA-CARA PROYEKSI

Bidang-bidang proyeksi yang paling banyak dipergunakan

adalah bidang horisontal dan bidang vertikal (Gb. 1). Bidang-bidang

utama ini membagi seluruh ruang dalam empat kuadran. Bagian

ruang diatas bidang horisontal dan di depan bidang vertikal disebut

kuadran pertama. Bagian ruang diatas bidang horisontal dan

dibelakang bidang vertikal disebut kudran kedua. Kuadran ketiga

adalah bagian ruang yang terletak dibawah bidang horisontal dan

didepan bidang vertikal, dan kuadran keempat adalah bagian ruang

yang terletak dibawah bidang horisontal dan dibelakang bidang

vertikal.

Proyeksi kuadran pertama (proyeksi sudut pertama) yaitu jika

benda yang akan digambar diletakkan di kuadran pertama dan

diproyeksikan pada bidang-bidang proyeksi. Proyeksi kuadran ketiga

(proyeksi sudut ketiga) yaitu jika bendanya diletakkan pada kuadran

ketiga.

Gambar 1. Bidang koordinat utama dari kwadran-kwadran.

Page 21: Buku Ajar Gb. Teknik

3.1. Cara proyeksi sudut pertama (Proyeksi Eropa)

Benda yang tampak pada Gb. 2b. Ia diproyeksikan pada

bidang belakang garis penglihatan A dan gambarnya adalah

gambar pandangan depan. Pada Gb. 2b tampak juga proyeksi

benda pada bidang bawah menurut arah B, menurut arah C

pada bidang proyeksi sebelah kanan, menurut arah D pada

bidang proyeksi sebelah kiri, menurut arah E pada bidang

proyeksi atas dan menurut arah F pada bidang depan.

Bidang-bidang proyeksi dimisalkan merupakan sebuah

peti (Gb. 2b). Sisi-sisi peti kemudian dibuka menurut Gb 2.c

sehingga semua sisi terletak pada bidang vertikal.

Susunan gambar proyeksi harus demikian hingga dengan

pandangan depan A sebagai patokan, pandangan atas B terletak

dibawah, pandangan kiri C terletak dikanan, pandangan kanan

D terletak sebelah kiri, pandangan bawah E terletak diatas dan

pandangan belakang F boleh ditempatkan disebelah kiri atau

kanan (Gb.2d).

Gambar 2. Proyeksi sudut pertama (Proyeksi Eropa)

Page 22: Buku Ajar Gb. Teknik

3.2. Cara proyeksi sudut ketiga (Proyeksi Amerika)

Benda yang akan digambar diletakkan dalam peti dengan sisi-

sisi tembus pandang sebagai bidang-bidang proyeksi (Gb.3a).

Pandangan depan dalam arah A dipilih sebagai pandangan

depan. Sisi-sisi peti dibuka menjadi satu bidang proyeksi depan

menurut arah anak panah (Gb.3b). Dengan pandangan depan A

sebagai patokan, pandangan atas B diletakkan diatas, pandangan

kiri C diletakkan dikiri, pandangan kanan D diletakkan dikanan,

pandangan bawah E diletakkan dibawah dan pandangan belakang

dapat diletakkan dikiri atau kanan.

Gambar 3. Proyeksi sudut ketiga (Proyeksi Amerika)

Page 23: Buku Ajar Gb. Teknik

3.3. Pengenalan cara-cara proyeksi dan lambangnya.

Jika hasil-hasil gambar proyeksi sudut pertama dan proyeksi

sudut ketiga dibandingkan, maka terlihat bahwa gambar yang satu

merupakan kebalikkannya yang lain, dilihat dari segi susunannya.

Untuk keseragaman, semua gambar dalam standar ISO

digambar menurut proyeksi sudut pertama.

3.4. Perbandingan antara proyeksi sudut pertama dan proyeksi

sudut ketiga.

Negara Amerika dan Jepang telah menentukan untuk memakai

proyeksi sudut ketiga saja. Hal ini didasarkan atas kelebihannya dari

cara proyeksi sudut pertama.

1. Dari gambarnya, bentuk benda dapat langsung dibayangkan.

Dengan pandangan depan sebagai patokan, gambar pandangan

lain dilipat menurut Gb.3 dan bendanya akan muncul seperti

aslinya.

2. Gambarnya mudah seperti aslinya.

Gambar yang satu dengan yang lain dekat.

3. Pandangan yang berhubungan diletakkan berdekatan.

Oleh karena itu mudah untuk membaca ukuran-ukurannya.

Page 24: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 25: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 26: Buku Ajar Gb. Teknik

BAB IV

VISUALISASI

Untuk mendapatkan gambaran dari bentuk benda aslinya

kadang-kadang diperlukan gambar-gambar dalam tiga dimesi dari

sebuah benda, sehingga mudah dimengerti oleh si penglihat. Oleh

karena itu gambar-gambar ini biasa dipakai sebagai produk-produk

industri mesin dan sebagainya.

Untuk menyajikan benda tiga dimensi pada sebuah bidang

dari tiga proyeksi yaitu proyrksi aksonometri, oblik (miring) dan

perspektif.

4.1. Proyeksi Aksonometri.

Ada tiga bentuk proyeksi aksonometri yaitu isometri, dimetri

dan trimetri.

4.1.1. Proyeksi Isometri.

Dalam proyeksi ini sisi-sisi AB, AD, dan AE ketiga-tiganya

sama panjang dan saling berpotongan pada sudut yang sama pula

yaitu 1200.

Page 27: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 28: Buku Ajar Gb. Teknik

4.1.2. Proyeksi dimetri.

Pada proyeksi ini, skala perpendekkan dari dua sisi dan dua

sudut dengan garis horisontal sama.

4.1.3. Proyeksi trimetri.

Pada proyeksi ini, skala perpendekkannya dari tiga sisi dan

tiga sudut tidak sama.

4.2. Proyeksi oblik (miring).

Proyeksi miring adalah semacam proyeksi sejajar, tetapi dengan

garis-garis proyeksinya miring terhadap bidang proyeksi.

Pada proyeksi ini bendanya dapat diletakkan sesukanya, tetapi

biasanya permukaan depan dari benda diletakkan sejajar dengan

bidang proyeksi vertikal. Dengan demikian bentuk permukaan depan

tergambar seperti sebenarnya.

Page 29: Buku Ajar Gb. Teknik

Sudut yang menggambarkan kedalamannya biasanya 300, 450

dan 600 terhadap sumbu horisontal. Dalamnya dapat ditentukan

sembarang. Jika panjang kedalam sama dengan panjang sebenarnya

disebut gambar cavalier. Kalau pada sumbu kedalam menggunakan

skala perpendekkan ½ memberikan gambar yang disebut gambar

cabinet.

Gambar 4. Perbandingan gambar isometri dengan gambar miring.

Gb 5. Cavalier Projection Gb 6. Cabinet Projection

4.3. Gambar Perspektif.

Jika antara benda dan titik penglihatan tetap diletakkan sebuah

bidang vertikal atau bidang gambar, maka pada bidang gambar ini

akan terbentuk bayangan dari benda tadi dan bayangan ini disebut

gambar perspektif. Ini merupakan gambar pandangan tunggal yang

terbaik, tetapi cara penggambarannya sangat sulit dan rumit

daripada cara-cara gambar yang lain. Oleh karena itu gambar

perspektif ini jarang sekali dipakai.

Ada tiga macam gambar perspektif diantaranya adalah :

Perspektif satu titik.

Perspektif dua titik.

Perspektif tiga titik.

Page 30: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 31: Buku Ajar Gb. Teknik

BAB V

UKURAN

5.1. Aturan-aturan dasar untuk memberi ukuran.

Memberi ukuran besaran-besaran geometrik dari bagian benda

harus menentukan secara jelas tujuannya dan tidak boleh

menimbulkan salah tafsir. Oleh karena itu aturan-aturan dasar

untuk memberi ukuran harus ditentukan cara-caranya :

5.1.1. Garis ukur dan garis bantu.

Untuk menentukan ukuran sebuah dimensi linier, ditarik

garis-garis bantu melalui batas gambar pandangan benda, dan garis

ukurnya ditarik garis tegak lurus. Sebuah garis ukur dengan mata

panahnya menunjukkan besarnya ukuran dari suatu permukaan

atau garis sejajar dengan garis ukur. Garis bantu dan garis ukur

ditarik dengan garis tipis.

Garis bantu ditarik sedikit melebihi 2 mm garis ukur.

Dibeberapa negara seperti Amerika, garis bantu tidak langsung

berhubungan dengan garis gambar, tetapi dengan jarak sedikit

untuk membedakan garis gambar dengan garis bantu.

5.1.2. Tinggi dan arah angka ukur.

Angka ukur atau huruf-huruf harus digambar dengan jelas,

baik pada gambar aslinya maupun pada salinan gambar yang

Page 32: Buku Ajar Gb. Teknik

diperkecil. Oleh karena itu angka-angka dan huruf-huruf harus

dibuat sempurna sesuai dengan peraturan ISO 3098. Yang mana

angka-angka dan huruf-huruf tersebut harus diletakkan ditengah

dan sedikit diatas garis ukur.

Untuk ukuran sudut atau garis ukurnya berupa garis

lengkung. Azas dasar yang harus dipertahankan disini ialah bahwa

garis ukur merupakan garis tulis. Jadi angka selalu harus diatas

garis ukur, dan apabila garis ukurnya cenderung vertikal, maka

selalu terletak disebelah kiri garis ukur.

5.1.3. Dimensi fungsional, dimensi tidak fungsional dan dimensi

tambahan.

Sebagai ilustrasi diperlihatkan sebuah tuas (link) yang

dihubungkan pada sebuah benda dengan sebuah pen. Ukuran-

ukuran pen ditentukan seperti pada gambar berikut :

Page 33: Buku Ajar Gb. Teknik

Sesuai dengan fungsi dari susunan tersebut, ukuran-

ukurannya dibagi dalam golongan-golongan sebagai berikut :

a. Fungsional dimensions (F).

Adalah ukuran yang mempunyai fungsi untuk pertimbangan

pemasangan.

b. Non fungsional dimensions (NF).

Adalah ukuran yang tidak mempunyai fungsi dalam

pemasangan.

c. Auxiliary dimensions (Aux).

Adalah ukuran pembantu diberikan panpa toleransi, hanya

sebagai bahan informasi.

5.1.4. Satuan-satuan.

Semua ukuran dalam gambar harus ditulis dalam satuan yang

sama, dalam sistem satuan SI satuan panjang adalah milimeter

(mm). Singkatan satuan panjang (mm) tersebut tidak perlu

dicantumkan dibelakang tiap ukuran.

Ukuran sudut biasanya dalam derajat, dan jika perlu juga

dalam menit dan detik. Ini dinyatakan oleh lambang (0), („), dan (“),

yang ditulis disebelah kanan atas dari angka yang bersangkutan.

Page 34: Buku Ajar Gb. Teknik

5.2. Cara-cara memberi ukuran.

Sesuai dengan aturan-aturan dasar untuk memberi

ukuran, baik ukuran-ukuran panjang, profil atau sudut harus

diperinci oleh cara-cara khusus yang akan dibahas berikut ini :

5.2.1. Memberi ukuran dimensi linier.

Pada dasarnya ukuran-ukuran linier harus diperinci oleh garis

bantu, garis ukur dan angka ukur. Jika ruang antara garis bantu

terlalu sempit untuk menempatkan anak panah dapat diganti

dengan titik. Dalam hal ini dianjurkan untuk membuat gambar

detail yang diperbesar. Dengan demikian ukuran-ukurannya dapat

dibuat dengan jelas pada gambarnya.

Page 35: Buku Ajar Gb. Teknik

5.2.2. Memberi ukuran bagian yang harus dikerjakan khusus.

Bagian-bagian seperti misalnya lubang yang dibor, lubang

yang direamer dan sebagainya, diberi ukuran dengan garis penunjuk

beserta ukuran dan catatannya. Caranya bisa diperhatikan pada

gambar berikut :

Page 36: Buku Ajar Gb. Teknik

5.2.3. Angka-angka ukur.

Angka-angka atau huruf-huruf harus diletakkan kira-kira

ditengah-tengah dan sedikit diatas garis ukur. Angka ukur tidak

boleh dipotong atau dipisahkan oleh garis gambar lain. Jika

dianggap perlu angka ukur boleh ditempatkan dipinggir supaya jelas.

Jika angka ukur harus ditempatkan pada bagian yang diasrsir,

arsirnya harus dihilangkan untuk memberi tempat untuk angka.

Dalam keadaan tertentu angka ukur dapat ditempatkan agak

dekat pada salah satu anak panah, untuk mencegah bertumpuknya

angka-angka ukur, dan jika terdapat banyak ukuran, garis ukurnya

boleh ditarik hanya sebagian agar angka ukurnya tidak terlalu jauh

dari bagian yang diberi ukuran.

Pada bagian yang sempit, angka ukurnya dapat ditempatkan

diluar garis ukur. Untuk ini garis ukurnya diperpanjang, lebih

diutamakan perpanjangan kesebelah kanan dan angka ukuranya

diatas garis perpenjangan ini.

Page 37: Buku Ajar Gb. Teknik

5.2.4. Memberi ukuran benda yang tirus.

Pada benda atau bagian benda yang miring sedikit, garis-garis

bantu vertikal maupun horisontal menjadi tidak jelas, dalam hal

demikian garis-garis bantu digambar miring dan sejajar.

Dan jika dua bagian yang miring berpotongan dan bagian yang

lancip ini kemudian dibulatkan, maka ukuran harus diberikan

seperti gambar diatas dengan bantuan perpanjangan garis bidang

yang miring tersebut.

5.2.5. Memberi ukuran tali busur, busur dan sudut.

Pada tali busur garis bantunya sejajar dan garis ukurnya lurus

dan tegak lurus pada garis bantu. Untuk busur caranya sama,

hanya garis ukurnya berbentuk lengkung sejajar dengan busur.

Ukuran sudut ditempatkan diatas garis ukur yang berbentuk

lengkung dan garis bantunya adalah perpanjangan sisi sudut.

5.2.6. Penunjukkan ukuran pada benda-benda simetri.

Untuk penghematan waktu dan tempat, gambar benda simetri

boleh digambar separoh saja. Dengan demikian garis ukurnya tidak

dapat digambar lengkap pula. Untuk ini cukup dibuat garis ukur

yang sedikit melebihi garis sumbu benda.

Page 38: Buku Ajar Gb. Teknik

5.2.7. Huruf dan lambang yang ditambahkan pada angka ukur.

Huruf dan lambang dapat ditambahkan pada angka ukur

untuk beberapa bentuk benda. Dengan demikian gambar pandangan

dapat dikurangi.

a. Lambang diameter (Ø)

Lambang diameter diletakkan didepan angka ukur dan sekaligus

menunjukkan bentuk permukaan yang bersangkutan. Lambang

ini harus ditulis sama besar dengan angka ukur. Dengan

mempergunakan lambang ini, gambar pandangan samping tidak

diperlukan lagi, jika bentuknya sudah tampak jelas pada benda,

lambang tersebut tidak perlu dipakai lagi.

b. Lambang jari-jari (R)

Ukuran bususr ditentukan oleh jari-jarinya. Jari-jari ini

merupakan garis ukur dimana angka ukurnya harus diletakkan

dengan huruf “R” didepannya. Disini garis ukurnya hanya

mempunyai satu anak panah, sedangkan ujung yang lain adalah

titik pusat busur tersebut.

Untuk jari-jari yang besar, dimana titik pusatnya terletak diluar

kertas gambar, garis ukurnya dapat dipotong atau diperpendek,

dalam hal ini letak pusat radius tidak perlu ditunjukkan.

Page 39: Buku Ajar Gb. Teknik

Jika garis ukur terlalu pendek untuk penempatan angka ukur,

angka ukur dapat ditempatkan pada perpanjangan garis ukur.

Anak panah garis ukur diletakkan didalam, jika perpanjangannya

kedalam dan diletakkan diluar jika perpanjangannya keluar.

c. Lambang bujur sangkar.

Bentuk benda bujur sangkar hanya dapat ditunjukkan pada

pandangan tertentu saja, jika bentuknya tidak jelas dari gambar,

maka dengan menggunakan lambang bujur sangkar (□) dapat

menghemat gambar dan waktu.

d. Lambang jari-jari atau diameter dari bentuk bola (SØ, SR).

Jari-jari atau diameter dari bentuk bola, yang dalam gambar

hanya dalam bentuk lingkaran atau busur lingkaran.

Page 40: Buku Ajar Gb. Teknik

e. Lambang tebal (t).

Untuk memberi ukuran benda-benda tipis seperti plat, kadang-

kadang menimbulkan kesulitan. Pada umumnya kesulitan yang

timbul adalah sempitnya ruangan untuk menempatkan angka

ukurnya. Oleh karena itu dipakai lambang “t” didepan angka

ukur, yang ditempatkan didalam gambar atau didekat gambar.

f. Memberi ukuran-ukuran bagian-bagian secara khusus.

Bagian-bagian tertentu, sesuai fungsinya harus dikerjakan

secara khusus, umpamanya harus dipoles, disepuh dan

sebagainya. Bagian yang akan dikerjakan khusus diberi tanda

dengan garis sumbu tebal dan dengan garis penunjuk dijelaskan

pengerjaan khusus yang diinginkan.

g. Memberi ukuran yang disederhanakan oleh huruf-huruf

referensi.

Dimana diperlukan supaya tidak mengulang-ulang ukuran yang

sama atau untuk menghindari garis-garis penunjuk yang

panjang dipergunakan huruf-huruf referensi yang ditebalkan.

Cara ini sangat berguna untuk pembuatan dengan mesin-mesin

numeric control (NC).

Page 41: Buku Ajar Gb. Teknik

5.3. Dasar-dasar umum untuk memberi ukuran.

5.3.1. Pandangan yang terutama diberi ukuran.

Ukuran-ukuran harus ditempatkan pada pandangan atau

potongan-potongan yang memberikan bentuk benda kerja yang

paling jelas. Pandangan depan pada umumnya dipilih paling

dominan yang menunjukkan bentuk khas atau fungsi benda.

Oleh karena itu ukuran-ukuran yang paling dominan juga

ditempatkan pada pandangan depan dan ukuran yang lain dapat

ditempatkan pada pandangan-pandangan lain.

5.3.2. Ukuran-ukuran dalam gambar.

Gambar dibawah ini memperlihatkan contoh proses

pembuatan sebuah bagian yang berbentuk silinder dan pemberian

ukuran-ukurannya sesuai dengan proses pengerjaan benda kerja

tersebut. Dalam hal ini konsep ukuran fungsional harus diterapkan,

Page 42: Buku Ajar Gb. Teknik

sehubungan dengan toleransi yang diperlukan. Ukuran-ukuran non

fungsional harus diletakkan ditempat yang paling mudah dibaca oleh

pembuat maupun untuk pengawas.

5.3.3. Ukuran-ukuran terhadap bidang referensi.

Jika sebuah benda mempunyai sebuah bidang refenrensi

sebagai patokan pembuatan atau perakitan, ukuran-ukurannya

harus dinyatakan terhadap garis referensi tersebut.

Page 43: Buku Ajar Gb. Teknik

5.3.4. Susunan ukuran.

a. Ukuran berantai.

Ukuran berantai hanya boleh diterapkan bilamana kemungkinan

pengumpulan toleransi tidak akan mempengaruhi persyaratan

fungsional dari benda yang bersangkutan.

b. Ukuran sejajar.

Pemberian ukuran secara sejajar mempergunakan ukuran secara

terpisah untuk tiap elemen terhadap suatu garis referensi atau

titik dasar. Pada cara pemberian ukuran demikian bidang

referensinya ditentukan dan toleransinya tidak mengumpul.

Walaupun demikian, cara ini memerlukan banyak waktu dan

tempat.

Page 44: Buku Ajar Gb. Teknik

c. Ukuran berimpit.

Pada cara ini, titik pangkal yang menunjukkan garis atau bidang

refensi harus dilingkari. Angka ukurnya harus diletakkan dekat

anak panah searah dengan garis bantu bersangkutan.

d. Ukuran kombinasi.

Ukuran-ukuran kombinasi terjadi akibat penggunaan ukuran

berantai dan ukuran sejajar secara bersama-sama.

Page 45: Buku Ajar Gb. Teknik

5.3.5. Pemberian ukuran dengan koordinat.

Untuk proses-proses pembuatan benda kerja tertentu kadang-

kadang lebih menguntungkan bila dipergunakan ukuran berimpit

dalam dua arah seperti gambar dibawah ini. Titik nol dari dasar

bersama dapat berupa tepi dari benda, titik pusat dari sebuah

lubang atau sembarang unsur yang menonjol.

Dalam hal-hal tertentu, penggunaan tabel yang menentukan

koordinat-koordinat sekelompok titik pusat dari beberapa lubang

akan lebih menguntungkan.

5.3.6. Memberi ukuran bentuk-bentuk tertentu.

a. Profil

Sebuah garis lengkung yang terdiri dari beberapa busur

lingkaran mengutamakan pemberian ukuran dengan jari-jari dan

kedudukan titik pusatnya atau dengan garis singgung

lengkungnya.

Page 46: Buku Ajar Gb. Teknik

b. Jari-jari atau diameter.

Ukuran-ukuran busur pada umumnya dinyatakan oleh jari-jari.

Jika sudutnya kurang dari 1800, dan oleh diameter jika sudutnya

lebih besar dari 1800. Ukuran busur diberikan juga sebagai

diameter walaupun sudutnya kurang dari 1800, jika diperlukan

untuk proses permesinan. Benda kerja yang karena alasan

simetri hanya digambar setengah diberi ukuran penuh. Dalam

hal demikian tanda Ø tetap harus dibubuhkan di depan angka

ukurnya.

c. Ukuran sudut.

Garis ukur dari sebuah sudut berupa sebuah busur dengan titik

pusatnya pada titik sudutnya dan berujung pangkal pada kedua

buah kaki sudutnya atau pada perpanjangannya.

Page 47: Buku Ajar Gb. Teknik

d. Memberi ukuran bagian yang sama.

Benda kerja yang mempunyai bagian-bagian yang sama,

misalnya flens dari sebuah sambungan-T, lemari katup, dsb.,

hanya diberi ukuran pada salah satu ukuran saja, dalam hal ini

bagian yang tidak diberi ukuran harus diterangkan dengan

pernyataan persamaannya.

Ukuran lubang dengan alur pasak.

Jika sebuah lubang dengan alur pasak digambar sebagai gambar

potongan, maka ukurannya adalah sebagai berikut.

Page 48: Buku Ajar Gb. Teknik

Memberi ukuran bagian-bagian yang berjarak sama.

Ukuran-ukuran lubang baut, lubang alur, lubang pen, lubang

paku keling, apabila mempunyai ukuran maupun jarak yang

sama, maka harus dinyatakan dengan jumlah lubang didepan

ukuran lubang yang dihubungkan oleh garis penunjuk pada

salah satu lubang.

Page 49: Buku Ajar Gb. Teknik

BAB VI

PEMOTONGAN

Tidak jarang ditemui benda-benda teknik berongga

didalamnya, seperti lubang, celah dan sebagainya. Untuk

menggambar bagian-bagian yang tersembunyi ini dipergunakan garis

putus-putus. Jika hal ini dilaksanakan secara taat azas, maka akan

dihasilkan gambar yang rumit sekali dan susah dimengerti. Bisa

dibayangkan betapa rumitnya apabila sebuah mesin harus digambar

secara lengkap tanpa adanya proses pemotongan. Untuk itu betapa

pentingnya pemotongan pada suatu gambar yang harus digambar

secara lengkap.

Berikut ini diberikan beberapa contoh untuk pemotongan

suatu benda yang sangat lengkap.

6.1. Pemotongan penuh.

Page 50: Buku Ajar Gb. Teknik

Perhatikan gambar berikut ini, bagaimana cara pemotongannya :

Dan lihat cara penggambarannya :

6.2. Pemotongan sebagian/ setempat.

Page 51: Buku Ajar Gb. Teknik

Perhatikan contoh berikut :

6.3. Pemotongan setengah.

6.4. Garis Arsir

Garis arsir digunakan untuk menunjukkan penampang yang

terpotong. Kemiringan garis arsir adalah 450 terhadap garis sumbu

atau terhadap garis gambar. Jarak garis-garis arsir disesuaikan

dengan besarnya gambar, dan apabila arsiran bagian yang

berdampingan harus dibedakan arah sudutnya agar jelas.

Potongan-potongan sejajar dari benda yang sama pada satu

bidang dan berubah arah, diarsir dengan jarak yang sama tetapi

tidak bersambung.

Page 52: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 53: Buku Ajar Gb. Teknik

BAB VII

PENUNJUKKAN KHUSUS

7.1. Cara menunjukkan bagian yang dikerjakan secara khusus.

Bagian-bagian benda tertentu harus dikerjakan secara khusus.

Jika hal ini ingin ditunjukkan dalam gambar, maka bagian-bagian

tersebut dijelaskan oleh garis sumbu tebal sejajar dengan bagian

bersangkutan dan diberi jarak sedikit agar jelas. Pada benda-benda

simetri garisnya tidak perlu digambar seluruhnya, cukup setengah

saja. Disamping garis sumbu tebal ini masih diperlukan keterangan

tambahan mengenai pengerjaan tambahan yang diperlukan.

7.2. Garis-garis perpotongan.

a. Garis perpotongan yang sebenarnya.

Garis perpotongan antara dua permukaan geometris harus

digambar dengan garis gambar jika kelihatan dan dengan garis

gores jika tersembunyi.

Page 54: Buku Ajar Gb. Teknik

b. Gambar garis perpotongan yang disederhanakan.

Untuk menghemat waktu beberapa garis perpotongan yang

sebenarnya dapat digambarkan dengan disederhanakan,

umpamanya :

1. Garis perpotongan antara silinder dengan silinder.

2. Garis perpotongan antara silinder dengan prisma tegak lurus.

3. Garis perpotongan khayal.

Garis perpotongan khayal yang terdapat pada pembulatan atau

perpotongan antara dua silinder, digambar dengan garis tipis,

tidak sampai batas-batas gambar, tetapi pada gambar

pandangan samping garis, demikian digambar dengan garis

tebal.

7.3. Gambar bidang datar.

Untuk menghindarkan kesalahan atau untuk jelasnya gambar,

misalnya bidang datar pada bagian silinder, diperlukan keterangan

yang menekankan bahwa bagian tersebut adalah bidang datar.

Dalam gambar bidang yang dimaksud ditandai oleh diagonalnya

yang digambar dengan garis tipis. Walaupun bidangnya tersembunyi

macam garisnya tetap sama. Harus dicatat bahwa suatu segi empat

dengan diagonalnya dalam bidang bangunan dan arsitektur

merupakan lubang.

Page 55: Buku Ajar Gb. Teknik

7.4. Gambar benda-benda simetris.

Untuk menghemat waktu dan tempat, benda-benda simetris

dapat digambar sebagian saja. Garis simetrisnya ditandai oleh dua

garis pendek sejajar, tegak lurus padanya.

Cara lain ialah bagian benda yang dihilangkan digambar sedikit

melalui garis simetrinya. Dalam hal ini garis pendek sejajar boleh

dihilangkan.

7.5. Gambar yang diputus-putus.

Gambar seperti poros panjang dapat digambar terputus-putus

untuk menghemat waktu dan tempat. Garis-garis potongnya

digambar dengan garis tipis, dengan tangan bebas atau dengan

penggaris dan diberi zig-zag.

7.6. Proyeksi putar.

Suatu gambar harus memperlihatkan bentuk benda sejelas

mungkin. Sebuah elemen seperti misalnya sebuah lengan yang

dilekatkan pada sebuah bos dengan suatu sudut tertentu, pada

pandangan depan tidak tampak nyata. Panjang sebenarnya akan

tampak lebih pendek. Cara untuk menghindari hal tersebut ialah

dengan proyeksi putar. Bagian miring tersebut diputar hingga sejajar

dengan bidang proyeksi, baru diproyeksikan.

Page 56: Buku Ajar Gb. Teknik

7.7. Bagian-bagian berdampingan.

Jika pada gambar diperlukan bagian yang ada disebelahnya,

maka bagian tersebut digambar dengan garis tipis. Gambar bagian

ini tidak boleh menutupi bagian utamanya. Gambar bagian yang

menempel ini tidak diarsir pada gambar potongan.

Page 57: Buku Ajar Gb. Teknik

DAFTAR PUSTAKA

1. G. Takeshi Sato,”Menggambar menurut Standar ISO”, PT. Pradnya

Paramita, Jakarta, 1981.

2. M. T. Tumanggung, Drs,”Menggambar Teknik Basis A”, Ghalia

Indonesia, Jakarta, 1981.

3. H. W. French,”Technician Engineering Drawing I ”, Seriel London, 1979.

4. Cecil Jensen,”Engineering Drawing and Design”, Gregg Division, Mc Graw-Hill Book Company.

5. PEDC,”Gambar Teknik”, Bandung, 1984.

Page 58: Buku Ajar Gb. Teknik

LATIHAN : PEMOTONGAN

Page 59: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 60: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 61: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 62: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 63: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 64: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 65: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 66: Buku Ajar Gb. Teknik
Page 67: Buku Ajar Gb. Teknik

LATIHAN : SKALA

Gambarkan, gambar berikut dengan skala 1 : 2.

Page 68: Buku Ajar Gb. Teknik

CONTOH ALAT-ALAT GAMBAR :

Page 69: Buku Ajar Gb. Teknik

LATIHAN : PROYEKSI

Gambarkan dalam tiga pandangan :

Proyeksi Orthogonal kuadran I, Skala 1 : 1

di kertas A3

Page 70: Buku Ajar Gb. Teknik

LATIHAN : UKURAN