bronkie kt as is

21
BRONKIEKTASIS I. PENDAHULUAN Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan ini, bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru obstruktif kronik, yang bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps, lalu menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan mukus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis. 1,2,3 Bronkiektasis paling banyak bermanifestasi sebagai: Proses fokal yang melibatkan satu lobus segmen atau sub-segmen paru, atau Proses yang bersifat difus dan melibatkan kedua paru. Proses pertama adalah yang umum terjadi, sedangkan proses kedua biasanya berkaitan dengan penyakit sistemik dan/atau penyakit sinopulmoner dan asma. 1 Bronkiektasis merupakan akibat dari proses patologis yang berlangsung luas dan lama, termasuk kelainan srtuktur bronkus (Defisiensi kartilago pada William Campbell Syndrome), penyakit akibat penimbunan mukus (Fibrosis kistik, kelainan fungsi silia), akibat infeksi (Pneumonia yang berat pada anak, defisiensi imunoglobulin) dan penyakit inflamasi (Kolitis ulceratif). Pada kebanyakan kasus, infeksi merupakan penyebab tersering dari inflamasi, kerusakan dan remodelling jalan nafas. 2

Upload: yaumil-agisna

Post on 20-Feb-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BRONKIEKTASIS

TRANSCRIPT

Page 1: Bronkie Kt as Is

BRONKIEKTASIS

I. PENDAHULUAN

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus yang

bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan berkurangnya

aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan ini, bronkiektasis digolongkan dalam

penyakit paru obstruktif kronik, yang bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan

dan mudah kolaps, lalu menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak,

gangguan pembersihan mukus yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang

hemoptisis.1,2,3

Bronkiektasis paling banyak bermanifestasi sebagai:

Proses fokal yang melibatkan satu lobus segmen atau sub-segmen paru, atau Proses yang

bersifat difus dan melibatkan kedua paru. Proses pertama adalah yang umum terjadi,

sedangkan proses kedua biasanya berkaitan dengan penyakit sistemik dan/atau penyakit

sinopulmoner dan asma.1

Bronkiektasis merupakan akibat dari proses patologis yang berlangsung luas dan lama,

termasuk kelainan srtuktur bronkus (Defisiensi kartilago pada William Campbell Syndrome),

penyakit akibat penimbunan mukus (Fibrosis kistik, kelainan fungsi silia), akibat infeksi

(Pneumonia yang berat pada anak, defisiensi imunoglobulin) dan penyakit inflamasi (Kolitis

ulceratif). Pada kebanyakan kasus, infeksi merupakan penyebab tersering dari inflamasi,

kerusakan dan remodelling jalan nafas.2

Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang ketebalan

dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernapasan. Lapisan dalam

(mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel yang melindungi saluran

pernafasan dan paru-paru dari zatzat yang berbahaya. Sel-sel ini terdiri dari:

Sel penghasil lendir Sel bersilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu

partikel-partikel dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernafasan.

Sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh melawan

organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.

Struktur saluran pernafasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan kartilago (tulang

rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran pernafasan sesuai kebutuhan.

Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi zat makanan dan sistem

pertahanan untuk dinding bronkus.4

Page 2: Bronkie Kt as Is

Diagnosis penyakit didasarkan pada riwayat klinis dari gejala respirasi yang bersifat

kronik, seperti batuk setap hari, produksi sputum yang kental dan penemuan radiografi seperti

penebalan dinding bronkus dan dilatasi lumen yang terlihat pada CT Scan.1

II. EPIDEMIOLOGI

Angka kejadian yang sebenarnya dari bronkiektasis tidak diketahui pasti. Di negara-

negara Barat, insidens bronkiektasis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Insidens

bronkiektasis cenderung menurun dengan adanya kemajuan pengobatan antibiotika. Akan

tetapi perlu di ingat bahwa insidens ini juga dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, polusi

udara dan kelainan kongenital.5,6

Di Indonesia belum ada laporan tentang angka-angka yang pasti mengenai penyakit ini.

Kenyataannya penyakit ini cukup sering ditemukan di klinik-klinik dan diderita oleh laki-laki

maupun wanita. Penyakit ini dapat diderita mulai sejak anak bahkan dapat berupa kelainan

kongenital. 5,6,7

Bronkiektasis merupakan penyebab kematian yang amat penting pada 5 negara-negara

berkembang. Di negara-negara maju seperti AS, bronkiektasis mengalami penurunan seiring

dengan kemajuan pengobatan. Prevalensi bronkiektasis lebih tinggi pada penduduk dengan

golongan sosioekonomi yang rendah.1,5

Data terakhir yang diperoleh dari RSUD Dr. Soetomo tahun 1990 menempatkan

bronkiektasis pada urutan ke-7 terbanyak. Dengan kata lain didapatkan 221 penderita dari

11.018 (1.01%) pasien rawat inap.7

III. ETIOLOGI

Etiologi bronkiektasis sampai sekarang masih belum jelas. Namun diduga bronkiektasis

dapat timbul secara kongenital maupun didapat.6

Kelainan kongenital

Dalam hal ini, bronkiektasis terjadi sejak individu masih dalam kandungan. Faktor

genetik atau faktor pertumbuhan dan perkembangan memegang peranan penting.

Bronkiektasis yang timbul kongenital biasanya mengenai hampir seluruh cabang bronkus

pada satu atau kedua bronkus.

Selain itu, bronkiektasis kongenital biasanya menyertai penyakit-penyakit kongenital seperti

Fibrosis kistik, Sindroma Kertagener, William Campbell syndrome, Mounier-Kuhn

syndrome, dll.1,2,3,5,6,7

Page 3: Bronkie Kt as Is

Kelainan didapat

Bronkiektasis sering merupakan kelainan didapat dan kebanyakan merupakan proses berikut:

Infeksi,Campak,Pertusis,Infeksi adenovirus, Infeksi bakteri contohnya Klebsiella,

Staphylococcus atau Pseudomonas, Influenza, Tuberkulosa, Infeksi

mikoplasma1,2,3,4,5,6,8,9 Penyumbatan bronkus, Benda asing yang terisap, Pembesaran

kelenjar getah bening, Tumor paru, Sumbatan oleh lendir1,2,3,4,5,6,8,9

Cedera penghirupan, Cedera karena asap, gas atau partikel beracun, Menghirup getah

lambung dan partikel makanan 1,2,3,4 Kelainan imunologik, Sindroma kekurangan

imunoglobulin, Disfungsi sel darah putih, Defisiensi komplemen, Infeksi HIV,

Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti artritis rematoid, kolitis

ulcerativa1,2,3,4,5

Keadaan lain :

Penyalahgunaan obat (misalnya heroin)4

ANATOMI

Gambar dibawah ini menunjukkan anatomi dari sistem respirasi.7

Gambar 1. Anatomi Bronkus. (dikutip dari kepustakaan 18)

Dari gambar dapat kita lihat bahwa cabang utama bronkus kanan dan kiri akan

bercabang menjadi bronkus lobaris dan bronkus segmentalis. Percabangan ini berjalan terus-

menerus menjadi bronkus yang ukurannya semakin kecil sampai akhirnya menjadi bronkiolus

terminalis, yaitu bronkiolus yang tidak mengandung alveoli. Bronkiolus terminalis

Page 4: Bronkie Kt as Is

mempunyai diameter kurang lebih 1 mm. Bronkiolus tidak diperkuat oleh kartilago tetapi

dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara sampai

pada tingkat ini disebut saluran penghantar udara karena fungsinya menghantarkan udara ke

tempat pertukaran gas terjadi.9

Setelah bronkiolus terdapat asinus yang merupakan unit fungsional dari paruparu.

Asinus terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris dan sakkus alveolaris

terminalis. Asinus atau kadang disebut lobulus primer memiliki diameter 0,5 sampai 1 cm.

Terdapat sekitar 23 percabangan mulai dari trakea sampai sakkus alveolaris terminalis.

Alveolus dipisahkan dari alveolus di dekatnya oleh septum. Lubang pada dinding ini

dinamakan pori-pori Kohn yang memungkinkan komunikasi antara sakkus. Alveolus hanya

selapis sel saja, namun jika seluruh alveolus yang berjumlah sekitar 300 juta itu dibentangkan

akan seluas satu lapangan tennis.9

Alveolus pada hakikatnya merupakan gelembung yang dikelilingi oleh kapiler-kapiler

darah. Batas antara cairan dengan gas akan membentuk suatu tegangan permukaan yang

cenderung mencegah ekspansi pada saat inspirasi dan cenderung kolaps saat ekspirasi. Di

sinilah letak peranan surfaktan sebagai lipoprotein yang mengurangi tegangan permukaan dan

mengurangi resistensi saat inspirasi sekaligus mencegah kolaps saat ekspirasi.9

Pembentukan surfaktan oleh sel pembatas alveolus dipengaruhi oleh kematangan sel-sel

alveolus, enzim biosintetik utamanya alfa anti tripsin, kecepatan regenerasi, ventilasi yang

adekuat serta perfusi ke dinding alveolus. Defisiensi surfaktan, enzim biosintesis serta

mekanisme inflamasi yang berjung pada pelepasan produk yang mempengaruhi elastisitas

paru menjadi dasar patogenesis emphysema, dan penyakit lainnya.9

Bronkus merupakan percabangan dari trachea. Terdiri dari bronkus dextra dan bronchus

sinistra.

Bronkus Dextra

Mempunyai bentuk yang lebih besar, lebih pendek dan letaknya lebih vertikal daripada

bronkus sinistra. Hal ini disebabkan oleh desakan dari arcus aortae pada ujung caudal trachea

ke arah kanan, sehingga benda-benda asing mudah masuk ke dalam bronkus dextra.

Panjangnya kira-kira 2,5 cm dan masuk kedalam hilus pulmonis setinggi vertebra thoracalis

VI. Vena Azygos melengkung di sebelah cranialnya.

Ateria pulmonalis pada mulanya berada di sebelah inferior, kemudian berada di sebelah

ventralnya. Membentuk tiga cabang (bronkus sekunder), masing-masing menuju ke lobus

superior, lobus medius, dan lobus inferior. Bronkus sekunder yang menuju ke ke lobus

superior letaknya di sebelah cranial a.pulmonalis dan disebut bronkus eparterialis. Cabang

Page 5: Bronkie Kt as Is

bronkus yang menuju ke lobus medius dan lobus inferior berada di sebelah caudal

a.pulmonalis disebut bronkus hyparterialis. Selanjutnya bronkus sekunder tersebut

mempercabangkan bronkus tertier yang menuju ke segmen pulmo.10,

Bronkus Sinistra

Mempunyai diameter yang lebih kecil, tetapi bentuknya lebih panjang daripada bronkus

dextra. Berada di sebelah caudal arcus aortae, menyilang di sebelah ventral oesophagus,

ductus thoracicus, dan aorta thoracalis.

Pada mulanya berada di sebelah superior arteri pulmonalis, lalu di sebelah dorsalnya

dan akhirnya berada di sebelah inferiornya sebelum bronkus bercabang menuju ke lobus

superior dan lobus inferior, disebut letak bronkus hyparterialis.

Pada tepi lateral batas trachea dan bronkus terdapat lymphonodus tracheobronchialis superior

dan pada bifurcatio trachea (di sebelah caudal) terdapat lymphonodus tracheobronchialis

inferior.10

Bronkus memperoleh vascularisasi dari a.thyroidea inferior.

Innervasinya berasal dari N.vagus, n. Recurrens, dan truncus sympathicus.10

VI. PATOFISIOLOGI

Berdasarkan defenisinya, bronkiektasis menggambarkan suatu keadaan dimana terjadi

dilatasi bronkus yang ireversibel (> 2 mm dalam diameter) yang merupakan akibat dari

destruksi komponen muskular dan elastis pada dinding bronkus. Rusaknya kedua komponen

tersebut adalah akibat dari suatu proses infeksi, dan juga oleh pengaruh cytokine inflamasi,

nitrit okside dan netrophilic protease yang dilepaskan oleh system imun tubuh sebagai respon

terhadap antigen.5

Bronkiektasis dapat terjadi pada kerusakan secara langsung dari dinding bronkus atau

secara tidak langsung dari intervensi pada pertahanan normal jalan nafas. Pertahanan jalan

nafas terdiri dari silia yang berukuran kecil pada jalan nafas. Silia tersebut bergerak berulang-

ulang, memindahkan cairan berupa mukus yang normal melapisi jalan nafas. Partikel yang

berbahaya dan bakteri yang terperangkap pada lapisan mukus tersebut akan dipindahkan naik

ke tenggorokan dan kemudian batukkan keluar atau tertelan.3

Terlepas dari apakah kerusakan tersebut diakibatkan secara langsung atau tidak

langsung, daerah dinding bronkus mengalami kerusakan dan menjadi inflamasi yang kronik.

Bronkus yang mengalami inflamasi akan kehilangan keelastisannya, sehingga bronkus akan

menjadi lebar dan lembek serta membentuk kantung atau saccus yang menyerupai balon yang

kecil. Inflamasi juga meningkatkan sekresi mukus. Karena sel yang bersilia mengalami

Page 6: Bronkie Kt as Is

kerusakan, sekret yang dihasilkan akan menumpuk dan memenuhi jalan nafas dan menjadi

tempat berkembangnya bakteri. Yang pada akhirnya bakteri-bakteri tersebut akan merusak

dinding bronkus, sehingga menjadi lingkaran setan antara infeksi dan kerusakan jalan nafas.3

VII. DIAGNOSIS

1. Gambaran Klinis

Manifestasi klasik dari bronkiektasis adalah batuk dan produksi sputum harian yang

mukopurulen sering berlangsung bulanan sampai tahunan. Sputum yang bercampur darah

atau hemoptisis dapat menjadi akibat dari kerusakan jalan nafas dengan infeksi akut.1

Variasi yang jarang dari bronkiektasis kering yakni hemoptisis episodik dengan sedikit

atau tanpa produksi sputum. Bronkiektasis kering biasanya merupakan sekuele (gejala sisa)

dari tuberculosis dan biasanya ditemukan pada lobus atas.1

Gejala spesifik yang jarang ditemukan antara lain dyspnea, nyeri dada pleuritik,

wheezing, demam, mudah lelah dan berat badan menurun.

Pasien relatif mengalami episode berulang dari bronkitis atau infeksi paru, yang merupakan

eksaserbasi dari bronkiektasis dan sering membutuhkan antibiotik. Infeksi bakteri yang akut

ini sering diperberat dengan onsetnya oleh peningkatan produksi sputum yang berlebihan,

peningkatan kekentalan sputum, dan kadang-kadang disertai dengan sputum yang

berbau.1

Batuk kronik yang produktif merupakan gejala yang menonjol.

Terjadi hampir 90% pasien. Beberapa pasien hanya menghasilkan sputum dengan infeksi

saluran pernafasan atas yang akut. Tetapi sebaliknya, pasien-pasien itu mengalami infeksi

yang diam. Sputum yang dihasilkan dapat berbagai macam, tergantung berat ringannya

penyakit dan ada tidaknya infeksi sekunder. Sputum dapat berupa mukoid, mukopurulen,

Page 7: Bronkie Kt as Is

kental dan purulen. Jika terjadi infeksi berulang, sputum menjadi purulen dengan bau yang

tidak sedap. Dahulu, jumlah total sputum harian digunakan untuk membagi karakteristik

berat ringannya bronkiektasis. Sputum yang kurang dari 10 ml digolongkan sebagai

bronkiektasis ringan, sputum dengan jumlah 10-150 ml perhari digolongkan sebagai

bronkiektasis moderat dan sputum lebih dari 150 ml digolongkan sebagai bronkiektasis berat.

Namun sekarang, berat ringannya bronkiektasis dikalsifikasikan berdasarkan temuan

radiologis. Pada pasien fibrosis kistik, volume sputum pada umumnya lebih banyak

dibanding penyakit penyebab bronkiektasis lainnya.1,2,5,8

Hemoptisis terjadi pada 56-92% pasien dengan bronkiektasis. Homoptisis mungkin

terjadi masif dan berbahaya bila terjadi perdarahan pada arteri bronkial. hemoptisis biasanya

terjadi pada bronkiektasis kering, walaupun angka kejadian dari bronkiektasis tipe ini jarang

ditemukan.1,2

Dyspnea terjadi pada kurang lebih 72% pasien bronkiektasis tapi bukan merupakan

temuan yang universal. Biasanya terjadi pada pasien dengan bronkiektasis luas yang terlihat

pada gambaran radiologisnya.1,2

Wheezing sering dilaporkan dan mungkin akibat obstruksi jalan nafas yang diikuti oleh

destruksi dari cabang bronkus. Seperti dyspnea, ini juga mungkin merupakan kondisi yang

mengiringi, seperti asma.1,2

Nyeri dada pleuritik kadang-kadang ditemukan, terjadi pada 46% pasien pada sekali

observasi. Paling sering merupakan akibat sekunder pada batuk kronik, tetapi juga terjadi

pada eksaserbasi akut.1,2

Penurunan berat badan sering terjadi pada pasien dengan bronkiektasi yang berat. Hal

ini terjadi sekunder akibat peningkatan kebutuhan kalori berkaitan dengan peningkatan kerja

pada batuk dan pembersihan sekret pada jalan nafas. Namun, pada umumnya semua penyakit

kronik disertai dengan penurunan berat badan.1

Demam biasanya terjadi akibat infeksi yang berulang.2

2. Gambaran Radiologis

- Foto thorax

Dengan pemeriksaan foto thoraks, maka pada bronkiektasis dapat ditemukan gambaran

seperti dibawah ini:

Ring shadow

Terdapat bayangan seperti cincin dengan berbagai ukuran (dapat mencapai diameter 1

cm). dengan jumlah satu atau lebih bayangan cincin sehingga membentuk gambaran

Page 8: Bronkie Kt as Is

‘honeycomb appearance’ atau ‘bounches of grapes’. Bayangan cincin tersebut menunjukkan

kelainan yang terjadi pada bronkus.11,12,13,14

Gambar 4. Tampak dilatasi bronkus yang ditunjukkan oleh anak panah

Tramline shadow

Gambaran ini dapat terlihat pada bagian perifer paru-paru.

Bayangan ini terlihat terdiri atas dua garis paralel yang putih dan tebal yang dipisahkan oleh

daerah berwarna hitam. Gambaran seperti ini sebenarnya normal ditemukan pada daerah

parahilus. Tramline shadow yang sebenarnya terlihat lebih tebal dan bukan pada daerah

parahilus.11,12,13,14

Page 9: Bronkie Kt as Is

tubular shadow

Ini merupakan bayangan yang putih dan tebal. Lebarnya dapat mencapai 8 mm.

Gambaran ini sebenarnya menunjukkan bronkus yang penuh dengan sekret. Gambaran ini

jarang ditemukan, namun gambaran ini khas untuk bronkiektasis.11,13

Glove finger shadow

Gambaran ini menunjukkan bayangan sekelompok tubulus yang terlihat seperti jari-jari pada

sarung tangan.11,13

- Bronkografi

Bronkografi merupakan pemeriksaan foto dengan pengisian media kontras ke dalam sistem

saluran bronkus pada berbagai posisi (AP, Lateral, Oblik). Pemeriksaan ini selain dapat

menentukan adanya bronkiektasis, juga dapat menentukan bentuk-bentuk bronkiektasis yang

dibedakan dalam bentuk silindris (tubulus, fusiformis), sakuler (kistik) dan varikosis.12,13

Pemeriksaan bronkografi juga dilakukan pada penderita bronkiektasis yang akan di

lakukan pembedahan pengangkatan untuk menentukan luasnya paru yang mengalami

bronkiektasis yang akan diangkat.12

Pemeriksaan bronkografi saat ini mulai jarang dilakukan oleh karena prosedurnya yang

kurang menyenangkan terutama bagi pasien dengan gangguan ventilasi, alergi dan reaksi

tubuh terhadap kontras media.5

- CT-Scan thorax

Page 10: Bronkie Kt as Is

CT-Scan dengan resolusi tinggi menjadi pemeriksaan penunjang terbaik untuk

mendiagnosis bronkiektasis, mengklarifikasi temuan dari foto thorax dan melihat letak

kelainan jalan nafas yang tidak dapat terlihat pada foto polos thorax. CT-Scan resolusi tinggi

mempunyai sensitivitas sebesar 97% dan spesifisitas sebesar 93%.2,8,14

CT-Scan resolusi tinggi akan memperlihatkan dilatasi bronkus dan penebalan dinding

bronkus. Modalitas ini juga mampu mengetahui lobus mana yang terkena, terutama penting

untuk menentukan apakah diperlukan pembedahan.14

Gambar 8. CT-Scan Thorax menunjukkan adanya dilatasi bronkus pada lobus inferior

kiri.

(dikutip dari kepustakaan 15)

Patologi Anatomi

Terdapat berbagai variasi bronkiektasis, baik mengenai jumlah atau

luasnya bronkus yang terkena maupun beratnya penyakit.6

Perubahan morfologis bronkus yang terkena:

a. Dinding bronkus

Dinding bronkus yang terkena dapat mengalami perubahan berupa proses inflamasi yang

sifatnya destruktif dan ireversibel. Pada pemeriksaan patologi anatomi sering ditemukan

berbagai tingkatan keaktifan proses inflamasi serta terdapat proses fibrosis. Jaringan bronkus

yang mengalami kerusakan selain otot-otot polos bronkus juga elemen-elemen elastis.6

b. Mukosa bronkus

Page 11: Bronkie Kt as Is

Mukosa bronkus permukaannya menjadi abnormal, silia pada sel epitel menghilang, terjadi

perubahan metaplasia skuamosa, dan terjadi sebukan hebat sel-sel inflamasi. Apabila terjadi

eksaserbasi infeksi akut, pada mukosa akan terjadi pengelupasan, ulserasi, dan pernanahan.6

c. Jaringan paru peribronkial

Pada parenkim paru peribronkial dapat ditemukan kelainan antara lain berupa pneumonia,

fibrosis paru atau pleuritis apabila prosesnya dekat pleura. Pada keadaan yang berat, jaringan

paru distal bronkiektasis akan diganti jaringan fibrotik dengan kistakista berisi nanah.6

Variasi kelainan anatomi bronkiektasis:

Pada tahun 1950, Reid mengkasifikasikan bronkiektasis sebagai berikut :

a. Bentuk tabung (tubular, cylindrical, fusiform bronchiectasis)

Varias i ini merupakan bronkiektasis yang paling ringan. Bentuk ini sering ditemukan pada

bronkiektasis yang menyertai bronkitis kronik.1,5,6

b. Bentuk kantong (saccular bronkiektasis)

Merupakan bentuk bronkiektasis yang klasik, ditandai dengan adanya dilatasi dan

penyempitan bronkus yang bersifat ireguler. Bentuk ini kadang-kadang berbentuk kista.1,5,6

Varicose bronkiektasis

Bentuknya merupakan bentuk antara diantara bentuk tabung dan kantong. Istilah ini

digunakan karena perubahan bentuk bronkus yang menyerupai varises pembuluh vena.1,5,6

DIAGNOSIS BANDING4,6

Fibrosis Kistik

Kelainan yang ditemukan dapat bervariasi dari pasien yang satu ke pasien yang lain,

namun banyak individu yang memiliki gambaran radiografi yang memperlihatkan

bronkiektasis kronis disertai fibrosis kistik yang meliputi: hiperinflasi, penebalan dan dilatasi

bronkus, peribronkial cuffing, mucoid impaction, kistik radiolusen, peningkatan tanda

interstisial dan penyebaran nodul-nodul.

PENGOBATAN

Pengobatan pasien bronkiektasis terdiri atas 2 kelompok, yaitu :

Pengobatan konservatif 6

Pengelolaan umum, meliputi

Menciptakan lingkungan yang baik dan tepat bagi pasien

Memperbaiki drainase sekret bronkus

Mengontrol infeksi saluran napas, misalnya dengan pemberian

Page 12: Bronkie Kt as Is

antibiotik.

Pengelolaan khusus

Kemoterapi pada bronkiektasis

Drainase sekret dengan bronkoskopi

Pengobatan simtomatik

a. Pengobatan obstruksi bronkus, misalnya dengan obat bronkodilator.

b. Pengobatan hipoksia, dengan pemberaian oksigen.

c. Pengobatan Hemoptisis misalnya dengan obat-obat hemostatik.

d. Pengobatan demam, dengan pemberian antibiotik dan antipiretik.

Pengobatan Pembedahan

Tujuan pembedahan adalah untuk mengangkat (reseksi) segmen atau lobus yang terkena.

Indikasinya pada pasien bronkiektasis yang terbatas dan resektabel, yang tidak berespon

terhadap tindakan-tindakan konservatif yang adekuat, selain itu juga pada pasien

bronkiektasis terbatas, tetapi sering mengalami infeksi berulang atau hemoptisis yang

berasal dari daerah tersebut. Pasien dengan hemoptisis masif seperti ini mutlak perlu tindakan

operasi.6

PROGNOSIS

Kelangsungan Hidup

Prognosis pasien bronkiektasis tergantung pada berat-ringannya serta luasnya penyakit

waktu pasien berobat pertama kali. Pemilihan pengobatan secara tepat (konservatif atau

pembedahan) dapat memperbaiki prognosis penyakit. Pada kasus-kasus yang berat dan tidak

diobati, prognosisnya jelek, survivalnya tidak akan lebih dari 5-15 tahun. Kematian pasien

tersebut biasanya karena pneumonia, empiema, payah jantung kanan, hemoptisis dan lain-

lain. Pada kasus-kasus tanpa komplikasi bronkitis kronik berat dan difus biasanya

disabilitasnya ringan.4,6

Kelangsungan Organ

Kelainan pada bronkiektasis biasanya mengenai bronkus dengan ukuran sedang.

Adanya peradangan dapat menyebabkan destruksi lapisan muscular dan elastic dari bronkus

serta dapat pula menyebabkan kerusakan daerah peri bronchial. Kerusakan ini biasanya akan

menyebabkan timbulnya daerah fibrosis terutama pada daerah peribronkial.6

Page 13: Bronkie Kt as Is

DAFTAR PUSTAKA

1. Emmons EE. Bronchiectasis. www.emedicine.com last update Januari 2007.

2. O’Regan AW, Berman JS. Baum’s Textbook of Pulmonary Disease 7 th Edition .

Editor James D. Crapo, MD. Lippincott Williams & Walkins. Philadelphia. 2004.

hal 255-274.

3. Benditt, JO. Lung and Airway Disorder: Bronchiectasis. www.merck.com last

update Januari 2008.

4. Anonymous. Bronkiektasis. http://medicastore.com/med/detail_pyk.php, 2004

5. Hassan I. Bronchiectasis. www.emedicine.com. Last update December,8 2006

6. Rahmatullah P. Bronkiektasis, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi

Ketiga. Editor Slamet Suyono. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2001. hal 861-871.

7. Alsagaff H, Mukty A. Bronkiektasis, Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru, Airlangga

University Press. Surabaya. 2006. hal 256-261

8. Barker AF. The New English Journal of Medicine : Bronkiektasis. 2002;

346:1383-1393.

9. Wilson LM. Patofisiologi (Proses-Proses Penyakit) Edisi enam. Editor Hartanto

Huriawati, dkk. EGC. Jakarta 2006. hal 737-740

10. Luhulima JW. Trachea dan Bronchus. Diktat Anatomi Systema Respiratorius.

Bagian Anatomi FKUH. Makassar. 2004. hal 13-14.

11. Meschan I. Obstrictive Pulmonary Disease. Synopsis of Analysis of Roentgen

Signs in General Radiology. Philadelphia. 1975. hal 55-56

12. Kusumawidjaja K. Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Editor Iwan Ekayuda.

Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2006. hal 108-115.

13. Sutton D. Textbook of Radiology and Imaging volume 1. Churchill livingstone.

Page 14: Bronkie Kt as Is

Tottenham. 2003. hal 45, 163, 164 & 168.

14. Patel PR. Lecture Notes Radiologi Edisi Kedua. Erlangga. Jakarta. 2005. hal 40-

41

15. Eng P, Cheah FK. Interpreting Chest X-rays. Cambridge Univesrsity Press. New

York. 2005. hal 67-68.

16. Greif J. Medical Imaging in Patients with Cystic Fibrosis.

www.eradimaging.com. Last update Februari 2008.

17. Ketai LH. Infectious Lung Disease. Fundamental of Chest Radiology, 2nd

Edition, Loren H. Ketai Richard Lofgren, Andrew J. Meholic, Elseiver Inc. hal

21

18. Wicaksono H. Anatomi Dasar Sistem Pernapasan, www. ilmusehat.com