bioremediasi tanah terccemar minyak bumi dengan menggunakan bakteri bacillus cereus pada slurry...

Upload: cindhy-ade-hapsari

Post on 05-Apr-2018

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor

    1/7

    BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI DENGANMENGGUNAKAN BAKTERI Bacillus cereus PADA SLURRY

    BIOREAKTOR

    Nuniek Hendrianie, Eko Yudie Setyawan, Rizki Dwi Nanto, dan S. R. JuliastutiJurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

    Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, Indonesia E-mail: [email protected] ; [email protected]

    AbstrakUsaha penanggulangan pencemaran minyak bumi secara konvensional hasilnya kurang

    memuaskan. Alternatif yang dapat digunakan dalam penanggulangan pencemaran minyak bumiadalah teknologi bioremediasi dengan metode slurry bioreaktor. Tujuan dari penelitian ini adalahmengetahui pengaruh mikroba Bacillus cereus terhadap proses bioremediasi dalam mereduksikandungan berbahaya dari minyak bumi . Metode yang digunakan adalah metode slurry bioreaktor dengan menggunakan sampel tanah tercemar minyak bumi yang diperoleh dari lokasi pengeboranminyak PT.PERTAMINA EP, Ledok-Cepu. Biakan murni bakteri yang digunakan adalah Bacilluscereus. Variabel yang digunakan adalah konsentrasi penambahan mikroba Bacillus cereus sebanyak 0%; 5%; 10%; 15% (v/v). Perbandingan antara tanah dengan air pada tiap bioreaktor adalah 1:9.Penelitian ini berlangsung dengan sistem batch dan dijaga pada suhu 25-45 oC, dengan kecepatan

    pengadukan 100 rpm . Dari hasil penelitian yang didapatkan pada bioreaktor dengan penambahan Bacillus cereus sebanyak 0%; 5%; 10%; 15% (v/v) menghasilkan % biodegradasi TPH berturut-turut adalah 48.34%, 67.38%, 83.57%, 84.82%. Untuk % biodegradasi BTEX (Benzene, Toluene, Ethyl

    Benzene, Xylene) yang terbaik adalah pada penambahan Bacillus cereus sebanyak 15% (v/v),berturut-turut adalah (97.86%; 79.34%; 75.03%; 59.25%). Nilai akhir TPH yang terbaik adalah

    pada bioreaktor dengan penambahan Bacillus cereus sebanyak 15% (v/v), adalah 8928.57 g/g. Danuntuk nilai akhir BTEX (Benzene, Toluene, Ethyl Benzene, Xylene) yang terbaik adalah pada

    penambahan Bacillus cereus sebanyak 15% (v/v), berturut-turut (0.71, 8.22, 2.25, 4.95 g/g ).

    Kata kunci : s lurry bioreaktor , Bacillus cereus, TPH, BTEX, biodegradasi

    Abstract Measures for mitigation of petroleum pollution in the conventional results are less

    satisfactory. Alternatives that can be used in the prevention of oil pollution is a bioremediationtechnology using slurry bioreactors. The purpose of this study was to determine the influence of microbe Bacillus cereus against the process of bioremediation in reducing the harmful content of

    petroleum. The method used is the method of slurry bioreactor using petroleum contaminated soilsamples obtained from oil drilling sites PT.PERTAMINA EP, Ledok-Cepu. Pure cultures of bacteriaused were Bacillus cereus. The variable used is the addition of microbial concentration of Bacilluscereus by 0%, 5%, 10%, 15% (v/v). Comparison between the soil with water in each bioreactor is 1:9.This study took place with a batch system and maintained at a temperature of 25-45 C, with 100rpm stirring speed. From research result obtained in the bioreactor with the addition of Bacilluscereus as much as 0%, 5%, 10%, 15% (v/v) yield% biodegradation of TPH, respectively 48.34%,67.38%, 83.57%, 84.82%. While % biodegradation of BTEX (Benzene, Toluene, Ethyl Benzene,

    Xylene), for the best addition of 15% (v/v) Bacillus cereus, respectively is (97.86%, 79.34%, 75.03%,59.25%). The best of residual TPH value in the bioreactor with addition of 15% (v/v) Bacillus cereus,is 8928.57 g/g. While for BTEX (Benzene, Toluene, Ethyl Benzene, Xylene) is, (0.71, 8:22, 2:25, 4.95ug/g) respectively.

    Keywords : slurry bioreaktor , Bacillus cereus, TPH, BTEX, biodegradation

    mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]
  • 7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor

    2/7

    PENDAHULUAN

    Aktivitas industri perminyakan

    (pengeboran, pengilangan, proses produksi dantransportasi) umumnya menghasilkan limbahminyak dan terjadi tumpahan baik di tanahmaupun perairan. Limbah dan tumpahantersebut akan semakin meningkat sejalandengan meningkatnya aktivitas industri

    perminyakan di lapangan (Udiharto, 1996).Usaha penanggulangan pencemaran

    minyak bumi secara konvensional hasilnyakurang memuaskan. Membuang bahan

    pencemar dengan membenamkannya ke dalamtanah tidak menanggulangi masalah. Bahan

    tersebut dapat meresap ke air tanah danmencemari perairan. Demikian juga denganusaha pembakaran yang dapat mengakibatkan

    pencemaran udara (Kadarwati et al ., 1996).Alternatif yang dapat digunakan dalam

    penanggulangan pencemaran minyak bumiadalah teknologi bioremediasi yaitumenggunakan bakteri yang dalam aktivitasnyamampu memanfaatkan hidrokarbon minyak

    bumi sebagai sumber karbon dan energikemudian mengubahnya menjadi CO 2, H 2O dan

    biomassa sel. Bioremediasi merupakan salahsatu metode untuk mengaplikasi prinsip-prinsip

    biologi untuk menghilangkan bahan kimia berbahaya dari air tanah, tanah, dan lumpur (Cookson Jr, 1995).

    Slurry BioreaktorTeknik bioremediasi dengan

    menggunakan bioreaktor merupakan pengembangan bioremediasi secara ex situ .Slurry bioreaktor seperti pada gambar 1, tidak hanya digunakan untuk mendegradasi limbah

    berbentuk fase cairan dan slurry namun jugalimbah padat/tanah. Menurut Banerji (1996)fase slurry dapat diperoleh dari limbah

    padat/tanah yang dicampurkan air sehinggaslurry memiliki tingkat kepadatan 10-40%.Slurry ini kemudian disimpan dalam bioreaktor.Dalam bioreaktor slurry akan diberikan nutrisidalam kondisi lingkungan yang terkontrol agar mikroorganisme dapat melakukan prosesdegradasi dengan baik. Selain penambahannutrisi, ke dalam reaktor diberikan suplai gasatau oksigen untuk menjaga agar kondisi

    aerobik pada bioreaktor tetap terjaga. Selain itu juga dilakukan pengadukan secara mekanik atau pneumatik.

    Gambar 1. Slurry Phase BioremediationProses penguraian hidrokarbon oleh

    mikroorganisme dimulai dengan terjadinya perlekatan mikroorganisme pada globula

    minyak, yang dilanjutkan dengan proses pelarutan hidrokarbon oleh surfaktan yangdiproduksi oleh mikroorganisme tersebut.Hidrokarbon yang telah teremulsi iniselanjutnya diserap ke dalam sel dan diuraimelalui proses katabolisme. Untuk n-alkana,

    proses katabolisme ini diawali dengan proseshidroksilasi n-alkana yang menghasilkanalkohol primer, yang selanjutnya dioksidasioleh enzim dehydrogenase dan menghasilkanasam lemak. Jika sistem oksidasimikroorganisme pengurai hidrokarbon dapat

    berjalan secara optimal, maka asam lemak yangterbentuk ini akan diurai sempurna menjadienergi, H 2O dan CO 2 melalui proses oksidasi(Godfrey, 1986). Mekanismenya ditunjukkan

    pada gambar 2.

    Gambar 2. Jalur Oksidasi MonoterminalMikroorganisme yang menggunakan

    petroleum sebagai sumber karbon dan energiada yang bersifat aerob dan ada yang bersifatanaerob. Mikroorganisme aerob cepat dan

    paling efisien dalam mendegradasi karenareaksi aerob memerlukan lebih sedikit energi

    bebas untuk inisiasi dan menghasilkan lebih

    Tanahterkontaminasi

    Clarifier

    Agitator

    Reaktor

    DischargeTanahBersih

    H2O

    teroksidasi

    H2O NAD(P)H

    Sistem

    AlkoholDehidrogenasi

    AldehidDehidrogenasi

    O2 NAD +

    Alkana

    Alkohol Primer

    Aldehid

    Asam lemak

  • 7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor

    3/7

    Volsampel B B

    lg MLSS 1000)(

    )/( 12

    banyak energi. Hidrokarbon akan didegradasisecara beruntun oleh sejumlah enzim, oksigen

    bertindak sebagai akseptor eksternal seperti

    yang ditunjukkan pada gambar 3.

    Gambar 3. Degradasi senyawa Benzena

    METODE PENELITIAN

    BahanBahan yang digunakan dalam penelitian iniadalah: sampel tanah terkontaminasi minyak

    bumi yang diperoleh dari lokasi pengeboranminyak PT.PERTAMINA EP, Ledok-Cepu,Isolat bakteri Bacillus cereus , Kaldu dagingsapi, Pepton, Glukosa, KH 2PO 4, Urea,n-Hexane, Aquades.

    AlatPeralatan yang digunakan pada penelitian iniditunjukkan gambar 4 :

    Gambar 4. Skema Peralatan

    PROSEDUR PENELITIAN

    Pada proses bioremediasi, slurry yang

    berisi campuran tanah dan air dengan perbandingan 1:9 dimasukkan ke dalam reaktor bioslurry (A, B, C dan D). Kemudian dilakukan pengadukan dengan kecepatan agitasi 100 rpm pada suhu ruang (2932 oC) serta dilakukan penambahan aerasi pada bioreaktor tersebut.Untuk bioreaktor A, B, dan C ditambahkansuspensi bakteri Bacillus cereus dengankonsentrasi (5%, 10%, 15%)(v/v) dan dengankepadatan populasi (>10 5 sel/ ml). Sedangkan

    pada bioreaktor D digunakan sebagai blangko,yang mana perlakuannya hanya dilakukan

    pengadukan dan penambahan aerasi tanpadilakukan penambahan suspensi bakteri

    Bacillus cereus . Secara periodik dilakukan pengukuran temperatur, pH, DO (dissolveoxygen), MLSS, MLVSS dan TPH sesuaidengan ketentuan. Setelah proses bioremediasiselesai maka dilakukan pemisahan antara tanahdengan airnya untuk selanjutnya dilakukananalisa akhir dari hasil bioremediasi tersebut.

    Analisa MLSSAnalisa dilakukan dengan memanaskan

    cawan penguap yang sudah dibersihkan kedalam oven pada suhu 110 0 C untuk mendapatkan berat konstan kemudianmendinginkannya selama 15 menit dalamdesikator. Menimbang cawan tersebut (B 1).Memasukkan sejumlah sampel ke dalam cawan.Memasukkan cawan+sampel ke dalam ovensampai suhu 105 0C cawan+abu (B2) selama 1

    jam, kemudian mengeluarkan danmendinginkannya selama 15 menit dalamdesikator. Menimbang cawan+abu (B 2).

    Menghitung MLSS dengan persamaan:

    Analisa MLVSSSetelah analisa MLSS, memasukkan

    kembali cawan+abu ke dalam furnace padasuhu 550 0 selama 1020 menit.Memindahkannya ke dalam oven dengan suhu105 0C selama 30 menit sebelummendinginkannya dalam desikator selama 15

    Benzena

    Katekol

    Asam mukonat

    Asam - ketoadi at

    Asam suksinat

    Asam trikarboksilat

    O2

    O2

    H2

    H2O, koenzim A

    1

    2

    1 1 1

    2

    2

    2

    3 3 3 3 45

    Keterangan:1. Motor pengaduk 2.Drum reaktor 3.Sparger 4.Tubing line aeration

    5.Aerator

  • 7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor

    4/7

    Volsampel

    B Blg MLVSS

    1000)()/(

    32

    menit. Kemudian menimbangnya (B 3). Lalumenghitung nilai MLVSS dengan persamaan:

    Analisa TPHAnalisa TPH (Total Petroleum

    Hidrokarbon) menggunakan metode gravimetriU.S. EPA Method 1664 . Pertama-tama adalahmengekstrak 10 gram tanah dengan 100 mln-hexane, kemudian di shaker selama 1 jam.Menyaring hasil ekstrak tersebut dengan

    penyaring Buchner . Menambahkan 10 gram Na 2SO 4 anhidrat ke dalam ekstrak untuk

    menghilangkan kandungan airnya danselanjutnya dipisahkan dengan menggunakancorong pemisah. Lapisan atas yang merupakancampuran minyak dan n-hexanediuapkan/didestilasi untuk memisahkan pelarutdari fasa organiknya pada suhu 85 oC selama 45menit. Residu yang tertinggal dipanasi padasuhu 100 oC selama 10 menit, dan setelahnyadidinginkan dalam desikator. Melakukan

    penimbangan sampai beratnya konstan, beratyang terukur merupakan total hidrokarbonminyak bumi.

    Analisa BTEXAnalisa BTEX (Benzene, Toluene,

    Ethyl Benzene, Xylene) diukur denganmenggunakan GC (Gas Chromatography) yangdilakukan di Laboratorium Robotika, ITS,Surabaya.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Analisa TPH

    TPH (Total Petroleum Hidrokarbon)merupakan salah satu parameter acuankeberhasilan proses bioremediasi tanahterkontaminasi limbah minyak bumi danlimbah lain yang juga merupakan turunandari minyak bumi yang keberadaannyadalam limbah minyak bumi harus sesuai dengankriteria nilai akhir yang diperkenankan untuk dibuang ke lingkungan sesuai dengan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nilai batas aman yang telah ditentukan yaitu

    dibawah 10000 g/g (KEPMEN LH no : 128 tahun 2003) .

    Gambar 5. Hubungan Antara Nilai TPHdengan Waktu

    Gambar 6. Hubungan % Biodegradasi TPHdengan Waktu

    Pada gambar 5, terlihat bahwa semakinlama waktu bioremediasi menyebabkan nilaiTPH semakin kecil. Perlakuan dengan

    penambahan bakteri menunjukkan hasil penurunan TPH yang lebih besar biladibandingkan dengan blangko, yang artinyadegradasi hidrokarbon berlangsung lebih baik atau meningkat dengan adanya kehadiranmikroba pendegradasi senyawa hidrokarbon.Walker dan Colwell, 1978 menyebutkankeanekaragaman dan kelimpahanmikroorganisme pendegradasi hidrokarbonmemiliki hubungan yang linier dengan

    peningkatan degradasi senyawa hidrokarbon.Dari gambar 6, dapat dilihat bahwa

    pada perlakuan dengan penambahan bakteri Bacillus cereus dengan konsentrasi 5%, 10%,15% (v/v), menyebabkan nilai TPH tereduksi.Hal ini bisa diketahui dengan semakinmeningkatnya % biodegradasi senyawahidrokarbon dari interval hari ke-7 sampaidengan hari ke-63. Sedangkan pada perlakuantanpa penambahan bakteri Bacillus cereus (blangko) menyebabkan nilai TPH mengalami

  • 7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor

    5/7

    penurunan, akan tetapi % biodegradasinyarelatif lebih rendah dibandingkan dengan

    perlakuan penambahan bakteri Bacillus cereus .

    Hal tersebut disebabkan karena bakteri alamiyang ada di dalam tanah belum bisamendegradasi senyawa hidrokarbon minyak

    bumi secara efektif. Diduga kelompok bakteriyang mendominasi tanah yang tercemar adalahkelompok mikroba indigenous yang tidak dapatmemanfaatkan senyawa hidrokarbon minyak

    bumi untuk pertumbuhannya, sehingga lajudegradasinya berlangsung lambat (Astri

    Nugroho, 2006).

    Hasil Analisa MLVSS

    Gambar 7. Hubungan antara TPH dan MLVSSdengan Waktu pada penambahan Bacillus

    cereus 5% (v/v)

    Gambar 8. Hubungan antara TPH dan MLVSSdengan Waktu pada penambahan Bacillus

    cereus 10% (v/v)Pada gambar 7, 8, dan 9 dapat disimpulkan

    bahwa kenaikan nilai MLVSS diiringi dengan penurunan nilai TPH dari waktu ke waktu. NilaiMLVSS yang tinggi pada umumnyamempunyai hubungan dengan kemampuanyang tinggi dalam menguraikan senyawahidrokarbon. Jumlah bakteri pendegradasihidrokarbon diketahui dapat menaikkantingkat degradasi dan menyebabkan

    terdegradasinya senyawa hidrokarbon(Jennings & Tanner, 2000). Hal laindisebabkan karena enzim yang dihasilkan

    lebih bervariasi dalam jenis dan tingkat penguraian serta jumlah enzim yang lebih banyak dibanding dengan bakteri indigenous sehingga penguraian lebih cepat terjadi (Plohl et al ., 2002).

    Gambar 9. Hubungan antara TPH dan MLVSSdengan Waktu pada penambahan Bacillus

    cereus 15% (v/v)Pada gambar 7, 8, dan 9 menunjukkan

    degradasi senyawa hidrokarbon berhubungandengan populasi bakteri. Pada tahap awalmikroorganisme beradaptasi di lingkunganminyak bumi, kemudian pada saat pertumbuhansel bakteri berada pada fase pertumbuhanlogaritmik maka senyawa hidrokarbon yang adaakan semakin berkurang akibat aktivitasmikroorganisme dan pada saat mikroorganismetersebut sudah tidak mampu mendegradasisenyawa hidrokarbon yang ada maka

    pertumbuhannya akan terus menurun danakhirnya sel bakteri tersebut akan mati.

    Hasil Analisa BTEXBTEX (Benzene, Toluene, Ethyl Benzene,

    Xylene), merupakan komponen senyawahidrokarbon aromatik yang terkandung dalamminyak bumi. BTEX bersifat rekalsitran danmutagenik (Atlas dan Bartha, 1998). Olehkarena itu, BTEX menjadi salah satu parameter keberhasilan pada penelitian ini.

    Aktivitas mikroba dalam mendegradasitanah yang terkontaminasi minyak bumidilakukan dengan memotong-motongkomponen hidrokarbon yang ada menjadisenyawa yang lebih sederhana dan tidak

    berbahaya terhadap lingkungan, sehingga tanahyang tercemar minyak bumi tersebut akan

  • 7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor

    6/7

    memperlihatkan perubahan komposisi fraksihidrokarbon penyusunnya (Sharpley, J.M,1966). Oleh karena itu, untuk melengkapi

    analisis yang telah ada, penelitian ini dilengkapi pula dengan analisis kromatografi gas. Untuk konsentrasi BTEX awal dari tanah sampel dan

    pada akhir penelitian ditunjukkan pada tabel berikut:

    Tabel 1 . Konsentrasi awal senyawa BTEXKomponen Konsentrasi (g/g)

    Benzene 33.23Toluene 39.79

    Ethyl Benzene 9.01

    Xylene 12.15

    Tabel 2 . Konsentrasi senyawa BTEX padaakhir penelitian dalam (g/g)

    KomponenPenambahan bakteri

    Bacillus cereus 0%

    (v/v)5%

    (v/v)10%(v/v)

    15%(v/v)

    Benzene 16.86 10.93 0.97 0.71Toluene 21.75 20.07 9.88 8.22

    Ethyl

    Benzene 6.15 4.96 2.55 2.25Xylene 10.32 9.96 5.28 4.95Dari tabel 2, terlihat bahwa untuk

    penurunan kandungan BTEX terbesar ada pada bioreaktor dengan penambahan 15% (v/v) Bacillus cereus . Dimana konsentrasi Benzeneturun menjadi 0,71 g/g, Toluene turun menjadi8.22 g/g, Ethyl Benzene turun menjadi 2.25g/g, dan Xylene turun menjadi 4.95 g/g.

    Hal ini telah sesuai dengan baku mutuyang ditetapkan, bahwa untuk senyawa BTEXyang terpapar oleh pencemaran limbah minyak

    bumi konsentrasinya maksimal 10 g/g,sehingga efek toksiknya tidak membahayakan

    bagi keseimbangan ekosistem sekitar (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup

    Nomor:128 Tahun 2003).Perbandingan nilai BTEX untuk semua

    tanah pada masing-masing bioreaktor dapatdinyatakan dalam persen biodegradasi BTEX.

    Nilai ini menunjukkan seberapa besar senyawaBTEX yang terurai oleh bakteri.

    Gambar 10. Perbandingan % BiodegradasiBTEX pada tiap variabel penambahan

    Bacillus cereus Dari gambar 10, dapat dilihat bahwa pada

    perlakuan dengan penambahan bakteri Bacillus

    cereus dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%(v/v), menyebabkan nilai BTEX tereduksi. Halini bisa diketahui dengan semakinmeningkatnya % biodegradasi senyawa BTEXdari interval awal sampai dengan akhir

    penelitian. Kondisi ini menunjukkan bahwakonsorsium bakteri yang tumbuh dalam

    bioreaktor mampu memanfaatkan sumber karbon yang berasal dari minyak bumi untuk

    pertumbuhannya. Sedangkan pada perlakuantanpa penambahan bakteri Bacillus cereus menyebabkan nilai % biodegradasinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan

    penambahan bakteri Bacillus cereus . Haltersebut disebabkan karena bakteri alami yangada di dalam blangko belum bisa mendegradasisenyawa hidrokarbon minyak bumi secaraefektif.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan data dan hasil analisa pada penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:1. Bioremediasi dengan metode slurry

    bioreaktor dapat dimanfaatkan untuk mendegradasi senyawa hidrokarbon minyak

    bumi.2. Semakin besar penambahan konsentrasi

    bakteri Bacillus cereus maka nilai MLVSS,% biodegradasi TPH, % biodegradasi BTEX semakin meningkat.

    3. Dari segi mereduksi TPH, yang terbaik adalah bioreaktor dengan penambahan

  • 7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor

    7/7

    Bacillus cereus 15% (v/v), yaitu sebesar 84,82%.

    4. Dari segi % biodegradasi BTEX, yang

    terbaik adalah bioreaktor dengan penambahan Bacillus cereus 15% (v/v),yaitu berturut-turut sebesar 97,86%; 79,34%;75,03%; 59,25% .

    DAFTAR PUSTAKA

    Atlas, R. M. 1981. Microbial Degradation of Petroleum Hydrocarbon : an

    Environmenntal Perspective. MicrobialReview Vol. 45. No. 1 p. 180-209.

    Harayama, S. K. 1995. Biodegradation of

    Crude Oil . Program and Abstracts in theFirst Asia-Pasific Marine BiotechnologyConference. Shimizu, Shizuoka, Japan.

    Leisinger, et al ,. 1981. Microbial Degradationof Xenobiotic & Recalsitrant Coumpund. Academical Press, London.

    Nugroho, A. 2006. Biodegradasi Sludge Minyak Bumi Dalam Skala Mikrokosmos .MAKARA, TEKNOLOGI, Vol. 10, No.2. p. 82-89. Jakarta.

    Nugroho, A. 2006. Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi . Graha Ilmu, Jakarta.

    Sharpley, J. M. 1966. Elementary Petroleum Microbiology . Gulf Publishing Company,Texas.

    Sheehan, D. 1997. Bioremediation Protocols- Methods in Biotechnology. HumanaPress, New Jersey. p. 60-63.

    Udiharto, M. 1996. Bioremediasi Minyak Bumi .Prosiding Pelatihan Lokakarya PerananBioremediasi dalam PengolahanLingkungan. LIPI/BPPT/HSF. Cibinong.