bioremediasi tanah terccemar minyak bumi dengan menggunakan bakteri bacillus cereus pada slurry...
TRANSCRIPT
-
7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor
1/7
BIOREMEDIASI TANAH TERCEMAR MINYAK BUMI DENGANMENGGUNAKAN BAKTERI Bacillus cereus PADA SLURRY
BIOREAKTOR
Nuniek Hendrianie, Eko Yudie Setyawan, Rizki Dwi Nanto, dan S. R. JuliastutiJurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, Indonesia E-mail: [email protected] ; [email protected]
AbstrakUsaha penanggulangan pencemaran minyak bumi secara konvensional hasilnya kurang
memuaskan. Alternatif yang dapat digunakan dalam penanggulangan pencemaran minyak bumiadalah teknologi bioremediasi dengan metode slurry bioreaktor. Tujuan dari penelitian ini adalahmengetahui pengaruh mikroba Bacillus cereus terhadap proses bioremediasi dalam mereduksikandungan berbahaya dari minyak bumi . Metode yang digunakan adalah metode slurry bioreaktor dengan menggunakan sampel tanah tercemar minyak bumi yang diperoleh dari lokasi pengeboranminyak PT.PERTAMINA EP, Ledok-Cepu. Biakan murni bakteri yang digunakan adalah Bacilluscereus. Variabel yang digunakan adalah konsentrasi penambahan mikroba Bacillus cereus sebanyak 0%; 5%; 10%; 15% (v/v). Perbandingan antara tanah dengan air pada tiap bioreaktor adalah 1:9.Penelitian ini berlangsung dengan sistem batch dan dijaga pada suhu 25-45 oC, dengan kecepatan
pengadukan 100 rpm . Dari hasil penelitian yang didapatkan pada bioreaktor dengan penambahan Bacillus cereus sebanyak 0%; 5%; 10%; 15% (v/v) menghasilkan % biodegradasi TPH berturut-turut adalah 48.34%, 67.38%, 83.57%, 84.82%. Untuk % biodegradasi BTEX (Benzene, Toluene, Ethyl
Benzene, Xylene) yang terbaik adalah pada penambahan Bacillus cereus sebanyak 15% (v/v),berturut-turut adalah (97.86%; 79.34%; 75.03%; 59.25%). Nilai akhir TPH yang terbaik adalah
pada bioreaktor dengan penambahan Bacillus cereus sebanyak 15% (v/v), adalah 8928.57 g/g. Danuntuk nilai akhir BTEX (Benzene, Toluene, Ethyl Benzene, Xylene) yang terbaik adalah pada
penambahan Bacillus cereus sebanyak 15% (v/v), berturut-turut (0.71, 8.22, 2.25, 4.95 g/g ).
Kata kunci : s lurry bioreaktor , Bacillus cereus, TPH, BTEX, biodegradasi
Abstract Measures for mitigation of petroleum pollution in the conventional results are less
satisfactory. Alternatives that can be used in the prevention of oil pollution is a bioremediationtechnology using slurry bioreactors. The purpose of this study was to determine the influence of microbe Bacillus cereus against the process of bioremediation in reducing the harmful content of
petroleum. The method used is the method of slurry bioreactor using petroleum contaminated soilsamples obtained from oil drilling sites PT.PERTAMINA EP, Ledok-Cepu. Pure cultures of bacteriaused were Bacillus cereus. The variable used is the addition of microbial concentration of Bacilluscereus by 0%, 5%, 10%, 15% (v/v). Comparison between the soil with water in each bioreactor is 1:9.This study took place with a batch system and maintained at a temperature of 25-45 C, with 100rpm stirring speed. From research result obtained in the bioreactor with the addition of Bacilluscereus as much as 0%, 5%, 10%, 15% (v/v) yield% biodegradation of TPH, respectively 48.34%,67.38%, 83.57%, 84.82%. While % biodegradation of BTEX (Benzene, Toluene, Ethyl Benzene,
Xylene), for the best addition of 15% (v/v) Bacillus cereus, respectively is (97.86%, 79.34%, 75.03%,59.25%). The best of residual TPH value in the bioreactor with addition of 15% (v/v) Bacillus cereus,is 8928.57 g/g. While for BTEX (Benzene, Toluene, Ethyl Benzene, Xylene) is, (0.71, 8:22, 2:25, 4.95ug/g) respectively.
Keywords : slurry bioreaktor , Bacillus cereus, TPH, BTEX, biodegradation
mailto:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected]:[email protected] -
7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor
2/7
PENDAHULUAN
Aktivitas industri perminyakan
(pengeboran, pengilangan, proses produksi dantransportasi) umumnya menghasilkan limbahminyak dan terjadi tumpahan baik di tanahmaupun perairan. Limbah dan tumpahantersebut akan semakin meningkat sejalandengan meningkatnya aktivitas industri
perminyakan di lapangan (Udiharto, 1996).Usaha penanggulangan pencemaran
minyak bumi secara konvensional hasilnyakurang memuaskan. Membuang bahan
pencemar dengan membenamkannya ke dalamtanah tidak menanggulangi masalah. Bahan
tersebut dapat meresap ke air tanah danmencemari perairan. Demikian juga denganusaha pembakaran yang dapat mengakibatkan
pencemaran udara (Kadarwati et al ., 1996).Alternatif yang dapat digunakan dalam
penanggulangan pencemaran minyak bumiadalah teknologi bioremediasi yaitumenggunakan bakteri yang dalam aktivitasnyamampu memanfaatkan hidrokarbon minyak
bumi sebagai sumber karbon dan energikemudian mengubahnya menjadi CO 2, H 2O dan
biomassa sel. Bioremediasi merupakan salahsatu metode untuk mengaplikasi prinsip-prinsip
biologi untuk menghilangkan bahan kimia berbahaya dari air tanah, tanah, dan lumpur (Cookson Jr, 1995).
Slurry BioreaktorTeknik bioremediasi dengan
menggunakan bioreaktor merupakan pengembangan bioremediasi secara ex situ .Slurry bioreaktor seperti pada gambar 1, tidak hanya digunakan untuk mendegradasi limbah
berbentuk fase cairan dan slurry namun jugalimbah padat/tanah. Menurut Banerji (1996)fase slurry dapat diperoleh dari limbah
padat/tanah yang dicampurkan air sehinggaslurry memiliki tingkat kepadatan 10-40%.Slurry ini kemudian disimpan dalam bioreaktor.Dalam bioreaktor slurry akan diberikan nutrisidalam kondisi lingkungan yang terkontrol agar mikroorganisme dapat melakukan prosesdegradasi dengan baik. Selain penambahannutrisi, ke dalam reaktor diberikan suplai gasatau oksigen untuk menjaga agar kondisi
aerobik pada bioreaktor tetap terjaga. Selain itu juga dilakukan pengadukan secara mekanik atau pneumatik.
Gambar 1. Slurry Phase BioremediationProses penguraian hidrokarbon oleh
mikroorganisme dimulai dengan terjadinya perlekatan mikroorganisme pada globula
minyak, yang dilanjutkan dengan proses pelarutan hidrokarbon oleh surfaktan yangdiproduksi oleh mikroorganisme tersebut.Hidrokarbon yang telah teremulsi iniselanjutnya diserap ke dalam sel dan diuraimelalui proses katabolisme. Untuk n-alkana,
proses katabolisme ini diawali dengan proseshidroksilasi n-alkana yang menghasilkanalkohol primer, yang selanjutnya dioksidasioleh enzim dehydrogenase dan menghasilkanasam lemak. Jika sistem oksidasimikroorganisme pengurai hidrokarbon dapat
berjalan secara optimal, maka asam lemak yangterbentuk ini akan diurai sempurna menjadienergi, H 2O dan CO 2 melalui proses oksidasi(Godfrey, 1986). Mekanismenya ditunjukkan
pada gambar 2.
Gambar 2. Jalur Oksidasi MonoterminalMikroorganisme yang menggunakan
petroleum sebagai sumber karbon dan energiada yang bersifat aerob dan ada yang bersifatanaerob. Mikroorganisme aerob cepat dan
paling efisien dalam mendegradasi karenareaksi aerob memerlukan lebih sedikit energi
bebas untuk inisiasi dan menghasilkan lebih
Tanahterkontaminasi
Clarifier
Agitator
Reaktor
DischargeTanahBersih
H2O
teroksidasi
H2O NAD(P)H
Sistem
AlkoholDehidrogenasi
AldehidDehidrogenasi
O2 NAD +
Alkana
Alkohol Primer
Aldehid
Asam lemak
-
7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor
3/7
Volsampel B B
lg MLSS 1000)(
)/( 12
banyak energi. Hidrokarbon akan didegradasisecara beruntun oleh sejumlah enzim, oksigen
bertindak sebagai akseptor eksternal seperti
yang ditunjukkan pada gambar 3.
Gambar 3. Degradasi senyawa Benzena
METODE PENELITIAN
BahanBahan yang digunakan dalam penelitian iniadalah: sampel tanah terkontaminasi minyak
bumi yang diperoleh dari lokasi pengeboranminyak PT.PERTAMINA EP, Ledok-Cepu,Isolat bakteri Bacillus cereus , Kaldu dagingsapi, Pepton, Glukosa, KH 2PO 4, Urea,n-Hexane, Aquades.
AlatPeralatan yang digunakan pada penelitian iniditunjukkan gambar 4 :
Gambar 4. Skema Peralatan
PROSEDUR PENELITIAN
Pada proses bioremediasi, slurry yang
berisi campuran tanah dan air dengan perbandingan 1:9 dimasukkan ke dalam reaktor bioslurry (A, B, C dan D). Kemudian dilakukan pengadukan dengan kecepatan agitasi 100 rpm pada suhu ruang (2932 oC) serta dilakukan penambahan aerasi pada bioreaktor tersebut.Untuk bioreaktor A, B, dan C ditambahkansuspensi bakteri Bacillus cereus dengankonsentrasi (5%, 10%, 15%)(v/v) dan dengankepadatan populasi (>10 5 sel/ ml). Sedangkan
pada bioreaktor D digunakan sebagai blangko,yang mana perlakuannya hanya dilakukan
pengadukan dan penambahan aerasi tanpadilakukan penambahan suspensi bakteri
Bacillus cereus . Secara periodik dilakukan pengukuran temperatur, pH, DO (dissolveoxygen), MLSS, MLVSS dan TPH sesuaidengan ketentuan. Setelah proses bioremediasiselesai maka dilakukan pemisahan antara tanahdengan airnya untuk selanjutnya dilakukananalisa akhir dari hasil bioremediasi tersebut.
Analisa MLSSAnalisa dilakukan dengan memanaskan
cawan penguap yang sudah dibersihkan kedalam oven pada suhu 110 0 C untuk mendapatkan berat konstan kemudianmendinginkannya selama 15 menit dalamdesikator. Menimbang cawan tersebut (B 1).Memasukkan sejumlah sampel ke dalam cawan.Memasukkan cawan+sampel ke dalam ovensampai suhu 105 0C cawan+abu (B2) selama 1
jam, kemudian mengeluarkan danmendinginkannya selama 15 menit dalamdesikator. Menimbang cawan+abu (B 2).
Menghitung MLSS dengan persamaan:
Analisa MLVSSSetelah analisa MLSS, memasukkan
kembali cawan+abu ke dalam furnace padasuhu 550 0 selama 1020 menit.Memindahkannya ke dalam oven dengan suhu105 0C selama 30 menit sebelummendinginkannya dalam desikator selama 15
Benzena
Katekol
Asam mukonat
Asam - ketoadi at
Asam suksinat
Asam trikarboksilat
O2
O2
H2
H2O, koenzim A
1
2
1 1 1
2
2
2
3 3 3 3 45
Keterangan:1. Motor pengaduk 2.Drum reaktor 3.Sparger 4.Tubing line aeration
5.Aerator
-
7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor
4/7
Volsampel
B Blg MLVSS
1000)()/(
32
menit. Kemudian menimbangnya (B 3). Lalumenghitung nilai MLVSS dengan persamaan:
Analisa TPHAnalisa TPH (Total Petroleum
Hidrokarbon) menggunakan metode gravimetriU.S. EPA Method 1664 . Pertama-tama adalahmengekstrak 10 gram tanah dengan 100 mln-hexane, kemudian di shaker selama 1 jam.Menyaring hasil ekstrak tersebut dengan
penyaring Buchner . Menambahkan 10 gram Na 2SO 4 anhidrat ke dalam ekstrak untuk
menghilangkan kandungan airnya danselanjutnya dipisahkan dengan menggunakancorong pemisah. Lapisan atas yang merupakancampuran minyak dan n-hexanediuapkan/didestilasi untuk memisahkan pelarutdari fasa organiknya pada suhu 85 oC selama 45menit. Residu yang tertinggal dipanasi padasuhu 100 oC selama 10 menit, dan setelahnyadidinginkan dalam desikator. Melakukan
penimbangan sampai beratnya konstan, beratyang terukur merupakan total hidrokarbonminyak bumi.
Analisa BTEXAnalisa BTEX (Benzene, Toluene,
Ethyl Benzene, Xylene) diukur denganmenggunakan GC (Gas Chromatography) yangdilakukan di Laboratorium Robotika, ITS,Surabaya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisa TPH
TPH (Total Petroleum Hidrokarbon)merupakan salah satu parameter acuankeberhasilan proses bioremediasi tanahterkontaminasi limbah minyak bumi danlimbah lain yang juga merupakan turunandari minyak bumi yang keberadaannyadalam limbah minyak bumi harus sesuai dengankriteria nilai akhir yang diperkenankan untuk dibuang ke lingkungan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Nilai batas aman yang telah ditentukan yaitu
dibawah 10000 g/g (KEPMEN LH no : 128 tahun 2003) .
Gambar 5. Hubungan Antara Nilai TPHdengan Waktu
Gambar 6. Hubungan % Biodegradasi TPHdengan Waktu
Pada gambar 5, terlihat bahwa semakinlama waktu bioremediasi menyebabkan nilaiTPH semakin kecil. Perlakuan dengan
penambahan bakteri menunjukkan hasil penurunan TPH yang lebih besar biladibandingkan dengan blangko, yang artinyadegradasi hidrokarbon berlangsung lebih baik atau meningkat dengan adanya kehadiranmikroba pendegradasi senyawa hidrokarbon.Walker dan Colwell, 1978 menyebutkankeanekaragaman dan kelimpahanmikroorganisme pendegradasi hidrokarbonmemiliki hubungan yang linier dengan
peningkatan degradasi senyawa hidrokarbon.Dari gambar 6, dapat dilihat bahwa
pada perlakuan dengan penambahan bakteri Bacillus cereus dengan konsentrasi 5%, 10%,15% (v/v), menyebabkan nilai TPH tereduksi.Hal ini bisa diketahui dengan semakinmeningkatnya % biodegradasi senyawahidrokarbon dari interval hari ke-7 sampaidengan hari ke-63. Sedangkan pada perlakuantanpa penambahan bakteri Bacillus cereus (blangko) menyebabkan nilai TPH mengalami
-
7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor
5/7
penurunan, akan tetapi % biodegradasinyarelatif lebih rendah dibandingkan dengan
perlakuan penambahan bakteri Bacillus cereus .
Hal tersebut disebabkan karena bakteri alamiyang ada di dalam tanah belum bisamendegradasi senyawa hidrokarbon minyak
bumi secara efektif. Diduga kelompok bakteriyang mendominasi tanah yang tercemar adalahkelompok mikroba indigenous yang tidak dapatmemanfaatkan senyawa hidrokarbon minyak
bumi untuk pertumbuhannya, sehingga lajudegradasinya berlangsung lambat (Astri
Nugroho, 2006).
Hasil Analisa MLVSS
Gambar 7. Hubungan antara TPH dan MLVSSdengan Waktu pada penambahan Bacillus
cereus 5% (v/v)
Gambar 8. Hubungan antara TPH dan MLVSSdengan Waktu pada penambahan Bacillus
cereus 10% (v/v)Pada gambar 7, 8, dan 9 dapat disimpulkan
bahwa kenaikan nilai MLVSS diiringi dengan penurunan nilai TPH dari waktu ke waktu. NilaiMLVSS yang tinggi pada umumnyamempunyai hubungan dengan kemampuanyang tinggi dalam menguraikan senyawahidrokarbon. Jumlah bakteri pendegradasihidrokarbon diketahui dapat menaikkantingkat degradasi dan menyebabkan
terdegradasinya senyawa hidrokarbon(Jennings & Tanner, 2000). Hal laindisebabkan karena enzim yang dihasilkan
lebih bervariasi dalam jenis dan tingkat penguraian serta jumlah enzim yang lebih banyak dibanding dengan bakteri indigenous sehingga penguraian lebih cepat terjadi (Plohl et al ., 2002).
Gambar 9. Hubungan antara TPH dan MLVSSdengan Waktu pada penambahan Bacillus
cereus 15% (v/v)Pada gambar 7, 8, dan 9 menunjukkan
degradasi senyawa hidrokarbon berhubungandengan populasi bakteri. Pada tahap awalmikroorganisme beradaptasi di lingkunganminyak bumi, kemudian pada saat pertumbuhansel bakteri berada pada fase pertumbuhanlogaritmik maka senyawa hidrokarbon yang adaakan semakin berkurang akibat aktivitasmikroorganisme dan pada saat mikroorganismetersebut sudah tidak mampu mendegradasisenyawa hidrokarbon yang ada maka
pertumbuhannya akan terus menurun danakhirnya sel bakteri tersebut akan mati.
Hasil Analisa BTEXBTEX (Benzene, Toluene, Ethyl Benzene,
Xylene), merupakan komponen senyawahidrokarbon aromatik yang terkandung dalamminyak bumi. BTEX bersifat rekalsitran danmutagenik (Atlas dan Bartha, 1998). Olehkarena itu, BTEX menjadi salah satu parameter keberhasilan pada penelitian ini.
Aktivitas mikroba dalam mendegradasitanah yang terkontaminasi minyak bumidilakukan dengan memotong-motongkomponen hidrokarbon yang ada menjadisenyawa yang lebih sederhana dan tidak
berbahaya terhadap lingkungan, sehingga tanahyang tercemar minyak bumi tersebut akan
-
7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor
6/7
memperlihatkan perubahan komposisi fraksihidrokarbon penyusunnya (Sharpley, J.M,1966). Oleh karena itu, untuk melengkapi
analisis yang telah ada, penelitian ini dilengkapi pula dengan analisis kromatografi gas. Untuk konsentrasi BTEX awal dari tanah sampel dan
pada akhir penelitian ditunjukkan pada tabel berikut:
Tabel 1 . Konsentrasi awal senyawa BTEXKomponen Konsentrasi (g/g)
Benzene 33.23Toluene 39.79
Ethyl Benzene 9.01
Xylene 12.15
Tabel 2 . Konsentrasi senyawa BTEX padaakhir penelitian dalam (g/g)
KomponenPenambahan bakteri
Bacillus cereus 0%
(v/v)5%
(v/v)10%(v/v)
15%(v/v)
Benzene 16.86 10.93 0.97 0.71Toluene 21.75 20.07 9.88 8.22
Ethyl
Benzene 6.15 4.96 2.55 2.25Xylene 10.32 9.96 5.28 4.95Dari tabel 2, terlihat bahwa untuk
penurunan kandungan BTEX terbesar ada pada bioreaktor dengan penambahan 15% (v/v) Bacillus cereus . Dimana konsentrasi Benzeneturun menjadi 0,71 g/g, Toluene turun menjadi8.22 g/g, Ethyl Benzene turun menjadi 2.25g/g, dan Xylene turun menjadi 4.95 g/g.
Hal ini telah sesuai dengan baku mutuyang ditetapkan, bahwa untuk senyawa BTEXyang terpapar oleh pencemaran limbah minyak
bumi konsentrasinya maksimal 10 g/g,sehingga efek toksiknya tidak membahayakan
bagi keseimbangan ekosistem sekitar (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup
Nomor:128 Tahun 2003).Perbandingan nilai BTEX untuk semua
tanah pada masing-masing bioreaktor dapatdinyatakan dalam persen biodegradasi BTEX.
Nilai ini menunjukkan seberapa besar senyawaBTEX yang terurai oleh bakteri.
Gambar 10. Perbandingan % BiodegradasiBTEX pada tiap variabel penambahan
Bacillus cereus Dari gambar 10, dapat dilihat bahwa pada
perlakuan dengan penambahan bakteri Bacillus
cereus dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%(v/v), menyebabkan nilai BTEX tereduksi. Halini bisa diketahui dengan semakinmeningkatnya % biodegradasi senyawa BTEXdari interval awal sampai dengan akhir
penelitian. Kondisi ini menunjukkan bahwakonsorsium bakteri yang tumbuh dalam
bioreaktor mampu memanfaatkan sumber karbon yang berasal dari minyak bumi untuk
pertumbuhannya. Sedangkan pada perlakuantanpa penambahan bakteri Bacillus cereus menyebabkan nilai % biodegradasinya relatif lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan
penambahan bakteri Bacillus cereus . Haltersebut disebabkan karena bakteri alami yangada di dalam blangko belum bisa mendegradasisenyawa hidrokarbon minyak bumi secaraefektif.
KESIMPULAN
Berdasarkan data dan hasil analisa pada penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:1. Bioremediasi dengan metode slurry
bioreaktor dapat dimanfaatkan untuk mendegradasi senyawa hidrokarbon minyak
bumi.2. Semakin besar penambahan konsentrasi
bakteri Bacillus cereus maka nilai MLVSS,% biodegradasi TPH, % biodegradasi BTEX semakin meningkat.
3. Dari segi mereduksi TPH, yang terbaik adalah bioreaktor dengan penambahan
-
7/31/2019 Bioremediasi Tanah Terccemar Minyak Bumi Dengan Menggunakan Bakteri Bacillus Cereus Pada Slurry Bioreaktor
7/7
Bacillus cereus 15% (v/v), yaitu sebesar 84,82%.
4. Dari segi % biodegradasi BTEX, yang
terbaik adalah bioreaktor dengan penambahan Bacillus cereus 15% (v/v),yaitu berturut-turut sebesar 97,86%; 79,34%;75,03%; 59,25% .
DAFTAR PUSTAKA
Atlas, R. M. 1981. Microbial Degradation of Petroleum Hydrocarbon : an
Environmenntal Perspective. MicrobialReview Vol. 45. No. 1 p. 180-209.
Harayama, S. K. 1995. Biodegradation of
Crude Oil . Program and Abstracts in theFirst Asia-Pasific Marine BiotechnologyConference. Shimizu, Shizuoka, Japan.
Leisinger, et al ,. 1981. Microbial Degradationof Xenobiotic & Recalsitrant Coumpund. Academical Press, London.
Nugroho, A. 2006. Biodegradasi Sludge Minyak Bumi Dalam Skala Mikrokosmos .MAKARA, TEKNOLOGI, Vol. 10, No.2. p. 82-89. Jakarta.
Nugroho, A. 2006. Bioremediasi Hidrokarbon Minyak Bumi . Graha Ilmu, Jakarta.
Sharpley, J. M. 1966. Elementary Petroleum Microbiology . Gulf Publishing Company,Texas.
Sheehan, D. 1997. Bioremediation Protocols- Methods in Biotechnology. HumanaPress, New Jersey. p. 60-63.
Udiharto, M. 1996. Bioremediasi Minyak Bumi .Prosiding Pelatihan Lokakarya PerananBioremediasi dalam PengolahanLingkungan. LIPI/BPPT/HSF. Cibinong.