biomekanik pada fraktur tulang kepala

29
BIOMEKANIK PADA FRAKTUR TULANG KEPALA I. PENDAHULUAN Trauma kepala diklasifikasikan menjadi trauma kepala tertutup dan trauma kepala terbuka. Pada jenis trauma terbuka, terjadi penetrasi terhadap tulang tengkorak dan komponen-komponen intrakranial mungkin mengalami cedera. Pada tipe trauma tertutup, tidak terdapat fraktur pada tulang tengkorak, tetapi komponen-komponen internal mengalami kelainan/cedera. 1,2 Dalam kamus kedokteran Dorland, fraktur didefinisikan sebagai pecahan atau kerusakan pada tulang, sedangkan tulang tengkorak didefinisikan sebagai tulang rangka kepala, termasuk kranium dan mandibula. Dikatakan terjadi fraktur tengkorak adalah ketika terjadi patahan atau pecahan pada salah satu tulang penyusun tulang tengkorak. 2,3 Biomekanik merupakan penerapan hukum-hukum mekanika terhadap struktur hidup, seperti terhadap lokomotor tubuh manusia. 3 II. ANATOMI TULANG KEPALA a. Kulit Kepala Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu: 4 1

Upload: nirma-nhir

Post on 18-Dec-2014

154 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

BIOMEKANIK PADA FRAKTUR TULANG KEPALA

I. PENDAHULUAN

Trauma kepala diklasifikasikan menjadi trauma kepala tertutup dan trauma

kepala terbuka. Pada jenis trauma terbuka, terjadi penetrasi terhadap tulang

tengkorak dan komponen-komponen intrakranial mungkin mengalami cedera.

Pada tipe trauma tertutup, tidak terdapat fraktur pada tulang tengkorak, tetapi

komponen-komponen internal mengalami kelainan/cedera.1,2

Dalam kamus kedokteran Dorland, fraktur didefinisikan sebagai pecahan

atau kerusakan pada tulang, sedangkan tulang tengkorak didefinisikan sebagai

tulang rangka kepala, termasuk kranium dan mandibula. Dikatakan terjadi fraktur

tengkorak adalah ketika terjadi patahan atau pecahan pada salah satu tulang

penyusun tulang tengkorak.2,3

Biomekanik merupakan penerapan hukum-hukum mekanika terhadap

struktur hidup, seperti terhadap lokomotor tubuh manusia.3

II. ANATOMI TULANG KEPALA

a. Kulit Kepala

Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan yang disebut SCALP yaitu:4

1. Skin atau kulit yang mengandung rambut dan kelenjar keringat (kelenjar

sebasea)

2. Connective tissue atau jaringan penyambung di mana sebagian besar saraf

sensorik berada di lapisan ini.

3. Aponeurosis atau galea aponeurotika yang merupakan jaringan ikat

berhubungan langsung dengan tengkorak di mana melekat 3 otot yakni ke

anterior m. frobtalis, posterior : m. occipitalis dan lateral : m. temporalis.

4. Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar yang memisahkan

galea dari perikranium. Lapisan ini kaya akan pembuluh darah sehingga

pada trauma kepala dapat terjadi perdarahan yang hebat (hematom

subgaleal).

1

Page 2: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

5. Pericranium yaitu bagian yang berhubungan dengan tabula eksterna dari

skull atau tengkorak.

Gambar 1. Anatomi Kulit Kepala5

b. Tulang Tengkorak

Ruang tengkorak (cavum cranii) merupakan ruangan keras yang tidak

memungkinkan perluasan isi intrakranial. Tulang tengkorak sebenarnya terdiri

dari dua dinding atau tabula yang dipisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar

disebut tabula eksterna, dan dinding bagian dalam disebut tabula interna. Struktur

demikian memungkinkan suatu kekuatan dan isolasi yang lebih besar, dengan

bobot yang lebih ringan. Tabula interna mengandung alur-alur yang berisikan

Arteri meningea anterior, media dan posterior. Apabila fraktur tulang tengkorak

menyebabkan terkoyaknya salah satu dari arteri-arteri ini, perdarahan arterial yang

diakibatkannya, yang tertimbun dalam ruang epidural, dapat menimbulkan akibat

yang fatal kecuali bila ditemukan dan diobati dengan segera.6

Tulang kepala terdiri atas tulang frontal yang membentuk atap bagian

anterior cranium, dua tulang temporal yang membentuk bagian terendah cranium,

tulangoksipital yang membentuk bagian posterior dan sebagian besar bagian

inferior, tulang sphenoid (yang terdiri atas sella turcica) yang membentuk dasar

kranium, dan tulang etmoid yang berperan membentuk dinding rongga hidung.

Tulang-tulang tengkorak disatukan oleh sendi yang kaku (tidak dapat digerakkan)

yang disebut sutura. Sutura koronal adalah persambungan antara tulang frontal

2

Page 3: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

dan dua tulang parietal, sutura sagitalis menghubungkan kedua tulang parietal,

sutura lambdoid menghubungkan antara tulang oksipital dan parietal, dan sutura

skuamosa ditemukan antara tulang temporal dan parietal.7

Tulang wajah terdiri atas tulang maxilla (rahang atas), mandibula (rahang

bawah), dua tulang palatina yang membentuk palatum yang keras, sepasang

tulang zigomatikum (tulang pipi), sepasang tulang lakrimal pada dinding medial

mata, dua tulang nasal yang membentuk bagian superior hidung, vomer dan

sepasang konka nasalis inferior yang berlokasi di dinding rongga hidung.7

3

Gambar 2.Aspek anterior tulang tengkorak8

Gambar 3.Aspek lateral tulang tengkorak8

Gambar 4.Aspek posterior tulang tengkorak8

Page 4: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

Rongga tengkorak dasar dibagi atas 3 fossa yaitu: 9

1. Fossa Kranial Anterior

Terbentuk dari dua tulang, yakni tulang ethmoid dan frontal. Fossa ini

membentuk dinding dasar, samping dan depan dari dasar kranium. Batas fossa

anterior dengan media dibentuk oleh bagian dari tulang sphenoid. Dasar anterior

tulang tengkorak ini menjadi pangkal dari kavitas orbital dan bagian atas kavitas

nasal.

Pada bagian tengah dari fossa kranial anterior terdapat lempeng

kribriformis, yang merupakan bagian dari tulang ethmoid. Serat saraf olfaktorius

melintas di atas lempeng kribriformis dan keluar melalui lubang yang

berhubungan dengan kavitas nasal.

2. Fossa Kranial Media

Fossa kranial media terbagi berdasarkan fossa pituitari (sella turcica), yang

terdiri atas kelenjar pituitari pada bagian tengahnya. Pada sisi posterior dari fossa

pituitari, terdapat klivus yang menuju ke bagian fossa kranial posterior. Fossa

pituitari dibentuk oleh sayap mayor dan minor dari tulang sphenoid:

- Sayap mayor (ala mayor) adalah dua buah lempeng yang berasal dari kedua sisi

fossa pituitari yang berjalan menurun membentuk dasar dari fossa kranial

media

- Sayap minor (ala minor) membentang horizontal menuju fossa kranial lateral.

Di antara sayap mayor dan minor terdapat celah, yakni fissura orbitalis

superior, yang berisi saraf trochlear, saraf abdusen, saraf okulomotor,

optalmikus, dan vena orbitalis superior.

Sebagian fossa kranial media dibentuk oleh tulang temporal, yang

kemudian akan membentuk petrous (piramid), skuamous, dan bagian saluran

timpani. Kanal optik yang berisi saraf optik dan arteri oftalmik, terletak pada

fossa kranial media. Pada bagian lateral dari apex petrosus terdapat ganglion

trigeminus dari saraf trigeminus. Ganglion trigeminus akan mempercabangkan

saraf mandibular menuju foramen ovale dan saraf maxilaris ke foramen rotundum.

Arteri meningea media akan masuk melalui foramen spinosum. Foramen lacerum,

yang meneruskan saraf superficial terbesar petrosa berada di depan kanal karotis.9

4

Page 5: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

3. Fossa Kranial Posterior

Batas antara fossa posterior dan media adalah tepi dari tulang petrosus.

Pada bagian tengah piramid adalah pintu dari meatus akustikus internus , yang

menjadi tempat berjalannya saraf vestibulokoklearis, saraf facialis, dan kapiler

labirin. Foramen magnum adalah lubang terbesar pada fossa posterior, yang

merupakan jalur masuknya medulla oblongata dan arteri vertebralispada kavitas

kranial. Penutup otak adalah duramater, yang membentuk lapisan luar dan dalam.

Lapisan luar membentuk lapisan pelindung periosteal. Bagian dalam periosteum

akan melekat di dekat krista galli. Kemudian periosteum akan terpisah dari tulang

pada agian dinding posterior dari sinus frontal.9

III. EPIDEMIOLOGI

Patah tulang tengkorak terjadi pada 2% sampai 20% dari semua trauma

kepala, dengan kejadian keseluruhan 35 sampai 45/100.000 orang setiap

tahunnya. Biasanya paling sering antara usia 20 dan 50 tahun. Namun, anak-anak

dengan cedera kepala memiliki peningkatan prevalensi patah tulang tengkorak

dibandingkan dengan orang dewasa. Pria lebih sering terkena daripada

perempuan. Mekanisme yang paling umum, ditemukan pada sampai dengan 35%

dari kasus, adalah jatuh. Patah tulang yang paling umum adalah patah tulang

linear sederhana, ditemukan sampai dengan 50% sampai 80% dari semua patah

tulang tengkorak.10

5

Gambar 5.Struktur anatomi basis karanium8

Page 6: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

Sebagian besar penderita cedera kepala disebabkan oleh kecelakaan lalu

lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil, sepeda dan penyebrang jalan yang

ditabrak. Sisanya disebabkan oleh jatuh dari ketinggian, tertimpa benda (misalnya

ranting pohon, kayu, dsb), olahraga, korban kekerasan (misalnya senjata api,

golok, parang, batang kayu, palu dan sebagainya).4

IV. BIOMEKANIK FRAKTUR TULANG TENGKORAK

Tulang kompakta lebih kaku dibandingkan tulang trabekular dan dapat

menahan tekanan yang lebih besar, namun kurang dapat menahan stres berupa

tegangan. Tulang trabekular lebih elastis dan mampu menahan dan melepaskan

energi serta tegangan sebesar 75% sebelum timbul fraktur dibandingkan dengan

tulang kompakta yang hanya mampu menahan tegangan sebesar 2% (Carter and

Hayes 1976).6

Perbedaan morfologi fraktur berkaitan dengan perbedaan biomekanik yang

mendasari timbulnya fraktur.Jumlah energi yang dibutuhkan untuk dapat

menyebabkan satu fraktur linier dari pukulan objek keras terhadap kepala atau

kepala yang terbentur dengan kecepatan yang lambat bergantung pada permukaan

benda keras.11

Faktor-faktor yang berperan dalam proses terjadinya fraktur ataupun

perluasan daerah fraktur ketika kepala terbentur benda keras :6,11

A. Karakteristik fisik kepala :

1. Jumlah rambut pada kepala

2. Ketebalan kulit kepala (scalp)

3. Konfigurasi dan ketebalan tulang tengkorak

4. Elastisitas tulang yang terkena benturan

B. Karakteristik fisik objek yang membentur kepala :

1. Bentuk dan ukuran daerah kontak benturan

2. Bentuk, berat dan konsistensi objek yang mengenai kepala

C. Energi kinetik kontak benturan :

1. Kecepatan benda yang mengenai kepala

6

Page 7: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

2. Kecepatan kepala yang membentur objek.

3. Sudut benturan.

Adapun mekanisme terjadinya fraktur tulang tengkorak dapat dijelaskan di

bawah ini :6

Strain yang paling utama dari benturan akibat benda tumpul adalah strain

tegangan pada kasus murni beban tegangan dan kombinasi tegangan dan tekanan

pada kasus bending. Strain tegangan terbesar selalu terjadi pada permukaan

konveks (bending-tension side) dan strain tekanan terbesar terjadi pada

permukaan konkaf (bending-pressure side). Sejak tulang tengkorak mengalami

bend (lekukan) ke arah dalam pada titik benturan dan ke arah luar pada area

sekitar, lekukan fraktur dapat menunjukkan dapat terjadi pada permukaan dalam

atau luar tulang tengkorak.6

Sejak material tulang umumnya dapat menahan tekanan lebih besar

daripada tegangan sebelum kehilangan kontinuitasnya (Evans and Lissner 1957),

fraktur selalu dimulai (tegak lurus permukaan) pada sisi bending-tension dan

meluas secara asimtotikal (garis lurus yang mendekati suatu kurva, tetapi tidak

memotongnya ke jarak yang dekat) ke sisi bending-pressure. Jadi garis fraktur

yang terbentuk pada bagian dalam (tabula interna) dan lapisan luar kompakta

secara sistematik terpisah satu sama lain. Pada kasus kepala mengalami benturan

akibat trauma tumpul, bending selalu merupakan mekanisme lokal pada dan di

sekitar area kontak, jika area ini kecil (<15cm2). Hal ini merupakan wilayah

fraktur penetrasi dan fraktur depresi.6

Jika area kontak berukuran besar (>15cm2), perforasi tulang tengkorak

jarang terjadi karena tulang tengkorak secara keseluruhan mengalami stres,

sehingga deformitas yang timbul relatif kecil atau hanya terjadi fraktur superfisial

pada tabula eksterna. Karena terjadi kesimetrisan stres (stres tegangan pada sisi

luar dan sisi dalam tulang tengkorak), pecahan dari garis fraktur pada bagian

dalam dan luar dari tulang kompakta tidak terpisah satu sama lain. Sejak

pembentukan dan penyebaran fraktur terjadi secara tegak lurus terhadap arah

7

Page 8: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

strain tegangan, penampilan luar dari pecahan fraktur berbentuk linear dan

bergerigi, menyebar secara radial dari daerah benturan.6

Ketika kepala dibebani oleh gaya berintensitas tinggi akibat trauma

tumpul, misalnya dipukul atau kepala yang terbentur ke tanah akibat jatuh, dapat

menimbulkan tegangan dan deformitas pada tulang tengkorak. Jika efek dari

energi melampaui kapasitas elastik tulang tengkorak, baik itu yang ditimbulkan

oleh area kontak yang kecil serta durasi kontak yang singkat maupun area kontak

yang luas serta durasi kontak yang lama, maka dapat timbul fraktur baik lokal

ataupun global. Fraktur yang timbul pada titik benturan disebut fraktur langsung

(direct fracture); sedangkan fraktur yang timbul pada area di sekitar ataupun jauh

dari titik benturan disebut fraktur tidak langsung (indirect fracture).6

Gambar A diatas mengilustrasikan efek dari peningkatan gaya benturan

pada tulang tengkorak. Pertama-tama, terjadi deformitas lokal, sebagaimana yang

ditunjukkan pada gambar B. Hal ini menyebabkan tabula interna yang berada di

bawah titik benturan secara langsung mengalami peregangan dan tabula eksterna

tertekan, akibatnya terjadi lekukan ke arah dalam pada tabula interna sedangkan

pada titik sekitar benturan terjadi lekukan ke arah luar. Jika batas elastisitas tulang

tidak terlampaui, tulang tengkorak akan kembali ke bentuk yang asli dan fraktur

tidak akan terjadi. Namun, jika batas elastisitasnya terlampaui namun gaya yang

membebani kecil dan durasi deformitasnya pendek, maka fraktur hanya terbatas

pada tabula interna sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar C. Jika gayanya

meningkat lagi, fraktur akan terjadi pada tabula interna, pada titik di bawah

8

Gambar 6. Efek peningkatan gaya benturan pada kranium.12

Page 9: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

benturan, dan area tabula eksterna di sekitar titik terjadinya benturan,

sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar D. Jika gaya semakin besar dari

sebelumnya, maka retakan pada tabula interna dapat memisahkan fragmen tulang

melalui tabula eksterna, sedangkan retakan pada area sekitar titik benturan di

tabula eksterna dapat memisahkan fragmen tulang melalui tabula interna,

sebagaimana yang ditunjukkan pada gambar E. Jika tulang trabekular tidak

serapuh biasanya, pada bagian tulang tempat terjadinya benturan, akan terjadi

retakan tanpa mempengaruhi tabula interna. Pola seperti ini ditunjukkan oleh

gambar F. Namun fraktur jenis ini jarang terjadi.12

Pada kasus benturan kepala dengan benda berkecepatan rendah atau jatuh

dari ketinggian pada permukaan yang keras, energi sebesar 45 – 100 Nm yang

diabsorpsi oleh tulang tengkorak dan jaringan lunak sekitarnya dapat

menimbulkan single fraktur linear, fraktur stellata, atau fraktur linear multipel

pada tulang tengkorak (Evans et al. 1958; Lissner and Evans 1958). Sebagai

contoh, pada kasus jatuh bebas dari ketinggian 1,8 m, dimana berat kepala 4,5 kg

dan kecepatan sekitar 6 m/s (= 22 km/jam), energi yang dihasilkan sebesar 80

Nm, energi yang cukup untuk dapat menimbulkan fraktur tulang tengkorak.6

Sedangkan pada kasus benturan kepala dengan benda berkecepatan tinggi,

dibutuhkan energi kinetik sebesar 360 – 790 Nm dan kecepatan objek sebesar 13

m/s (=47 km/jam) – 20 m/s (=70 km/jam) untuk dapat menimbulkan fraktur

tulang tengkorak.6

Ketika kepala dipukul oleh suatu objek, pada daerah benturan, objek

cenderung akan menyebabkan indentasi dan lekuk pada kepala. Penghantaran

energi tidak hanya terlokalisasi pada fokus benturan, tetapi menyebar pada area

sekitar fokus benturan yang menurunkan kemungkinan terjadinya fraktur. Fraktur

linear atau fraktur komunitif pada tengkorak disebabkan oleh benturan kepala oleh

objek (seperti alat/perkakas motor) dengan energi kinetik pada daerah benturan

berkisar 268 – 581 ft lbs. Kecepatan benturan yaitu 43 ft/detik (29mph) sampai 65

ft/detik (45 mph).6

Jika sebuah objek yang keras, berukuran kecil dengan permukaan yang

rata seluas 5 cm2 menghantam kepala, dengan durasi kontak 4 ms, maka energi

9

Page 10: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

rata-rata yang dibutuhkan untuk dapat menciptakan fraktur, misalnya pada regio

temporo-parietal, adalah sebesar 25 Nm (Allsop et al. 1991).6

Energi sebesar 454 kg/m2 sudah dapat menyebabkan fraktur. Adanya

fraktur tulang tengkorak tidak menggambarkan beratnya cedera otak yang terjadi,

demikian juga sebaliknya.4

Ketebalan dan elastisitas jaringan tulang menentukan kemampuan tulang

tersebut untuk menyesuaikan diri dengan proses perubahan bentuk (deformasi)

saat benturan. Hal ini juga dipengaruhi oleh umur, dengan pertambahan usia maka

elastisitas jaringan tulang akan berkurang.4

Pada saat benturan, terjadi peristiwa penekanan pada tabula eksterna

ditempat benturan dan peristiwa peregangan pada tabula interna. Peristiwa

peregangan tabula interna ini terbatas di daerah kontak, tetapi meliputi seluruh

tengkorak. Oleh sebab itu, peristiwa fraktur tulang tengkorak berawal dari tabula

interna yang disusul oleh tabula eksterna.4

Pendapat ini didukung oleh beberapa hal, antara lain:4

1. Fraktur pada tabula interna biasanya lebih luas daripada fraktur tabula

eksterna diatasnya.

2. Sering ditemukan adanya fraktur interna walaupun tabula eksterna utuh.

3. Kemungkinan hal ini juga didukung oleh pengamatan banyaknya kasus

epidural hematom walaupun pemeriksaan awal dengan radiologi dan

gambaran intra operatif tidak tampak adanya fraktur pada tabula eksterna,

tetapi tampak garis fraktur pada tabula interna.

Jenis-jenis fraktur tulang tengkorak :

Fraktur Linier

Fraktur linier merupakan garis fraktur tunggal pada tengkorak yang

meliputi seluruh ketebalan tulang.4

Seringkali ditemukan benturan pada kepala dengan kecepatan rendah

dengan area kontak antara kepala dan objek benturan yang luas.Contoh yang

paling sering pada kasus terjatuh dengan kepala terbentur dengan peningkatan

10

Page 11: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

kecepatan dan kekuatan benturan maka dapat terjadi fraktur komplit ataupun

inkomplit.11

Gambar 6. Fraktur linier disebabkan oleh benturan keras pada kepala yang mengenai jalan

raya akibat kecelakaan lalu lintas6

Fraktur Diastase

Fraktur yang terjadi pada sutura sehingga terjadi pemisahan sutura kranial.

Fraktur ini sering terjadi pada anak di bawah usia 3 tahun.4

Pada tulang tengkorak dengan sutura yang belum menyatu dengan baik,

garis sutura menjadi area yang lemah dan fraktur dapat terjadi pada daerah

tersebut (fraktur diastase).11

Pada fraktur diastase, terjadi pemisahan sutura pada tulang kraniofasial

akibat trauma yang kuat menyebabkan robeknya ligamen sutura. Hal ini terjadi

karena sutura yang belum menyatu dengan baik. Dapat pula terjadi peningkatan

tekanan intrakranial yang terjadi secara sekunder akibat robekan sutura.13

Gambar 7. Fraktur diastase pada Coronal Suture Line (CSL) dan Sagital Suture Line

(SSL).11

11

Page 12: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

Fraktur Comminuted

Fraktur dengan dua atau lebih fragmen fraktur. Ketiga jenis fraktur diatas

tidak memerlukan tindakan khusus, kecuali jika disertai lesi intrakranial. Jika

disertai dengan laserasi SCALP, maka perlu dilakukan debridemen yang baik dan

segera ditutup dnegan penjahitan.4

Fraktur Depressed

Diartikan sebagai fraktur dengan tabula eksterna pada satu atau lebih tepi

frkatur terletak di bawah level anatomik normal dari tabula interna tulang

tengkorak sekitarnya yang masih utuh.4

Jenis fraktur ini terjadi terjadi ketika tengkorak terkena objek yang keras

dengan energi kinetik yang besar dengan area permukaan benda yang kecil atau

ketika suatu objek dengan energi kinetik yang besar namun hanya mengenai

tengkorak dengan luas area yang sempit.11

Fraktur depresi dapat disertai dengan fragmentasi tulang. Fraktur ini

disebabkan oleh kegagalan permukaan dalam tulang tengkorak menahan benturan.

Contoh pada kasus ini yaitu fraktur tipe sirkuler depresi yang disebabkan oleh

pukulan martil.11

12

Gambar 8. Gambaran fraktur comminuted13

Page 13: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

Gambar 9. Fraktur depressed pada tulang tengkorak14

Fraktur Konveksitas

Fraktur konveksitas adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang yang

membentuk konveksitas (kubah) tengkorak seperti os frontalis, os temporalis, os

parietalis, dan os occipitalis. Fraktur konveksitas dapat berupa fraktur linier,

deppressed, kominutif, atau diastase.4

Gambar 10. Fraktur konveksitas dengan hematoma subgaleal yang luas4

Fraktur Basis Cranii

Yaitu fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk dasar tengkorak.

Dasar tengkorak terbagi atas tiga bagian yaitu fossa anterior, fossa media, fossa

posterior.4

Basis kranium memiliki sifat konstruksi yang lemah dengan bentuk yang

ireguler. Seringkali benturan luas pada vertex tengkorak dapat menyebabkan

13

Page 14: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

fraktur basis kranium. Fraktur basis kranium dapat terjadi akibat benturan kepala

di sepanjang lingkaran kepala dibawah kalvaria kranium. Fraktur basis kranium

dapat terjadi dari anterior-posterior, posterior-anterior, sisi ke sisi sebelahnya,

ataupun kombinasi ketiganya. Fraktur basis kranium sering kali tidak terlihat pada

gambaran X-ray tulang tengkorak.11

Pada korban dengan fraktur pada tulang petrosus temporal akan

menunjukkan gejala otorhea CSF dan kemerahan di sekitar mastoid, yang disebut

battle’s sign. Gejala yang muncul apabila terdapat fraktur pada fossa kranial

anterior adalah rhinorea CSF dan kemerahan disekitar mata, yang dikenal dengan

racoon’s eyes. Resiko lain yang mungkin terjadi adalah emboli udara, aspirasi

darah, liquorhea, dan lain-lain.15

Battle’s sign adalah warna kebiruan pada kulit di belakang telinga yang

disebabkan oleh ekstravasasi darah dibawah scalp akibat fraktur tengkorak.13

Hematom kacamata (raccoon’s eyes) adalah perubahan warna pada jaringan

sekitar mata yang disebabkan oleh fraktur tengkorak. Perdarahan dapat

melibatkan satu atau kedua. Hematoma kacamata dapat disebabkan oleh

pemukulan langsung pada mata, pada sisi kepala atau darah yang mengalir ke

bawah setelah fraktur basis kranium. Jika pada mata tidak ditemukan cedera,

perdarahan kemungkinan berasal dari fraktur basis kranium.16

14

Gambar 11. Hematoma kacamata pada seorang anak.16

Page 15: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

Fraktur Hinge

Merupakan fraktur transversa pada basis kranium yang membagi dua

basis kranium. Fraktur hinge dapat dibagi menjadi 3 kategori:11

- Tipe I : fraktur pada bidang koronal, menyebar dari lateral disekitar daerah

tulang petrosa, melewati sella tursica, hingga ke lateral, bagian petrosa

kontralateral (paling sering terjadi).

- Tipe II : fraktur menyebar dari depan hingga ke belakang, melewati

sellatursica

- Tipe III : fraktur menyebar dari salah satu sisi ke sisi kontralateral pada bidang

koronal namun tidak melewati sella tursica.

15

Gambar 12. Fraktur basis kranium seringkali berjalan dari satu sisi ke sisi sebelahnya. (A)Fraktur sagital diakibatkan kompresi pada axis longitudinal. (B)Fraktur transversal

diakibatkan kompresi pada axis transversa.6

(A) (B)

Page 16: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

Fraktur cincin (Ring Fractures)

Merupakan fraktur sirkuler pada basis kranium yang mengelilingi foramen

magnum. Seringkali, fraktur menyebar dari sella tursica, berjalan ke bawah

melewati petrosus ridge, berjalan ke posterior, dan ke madial, dan bertemu pada

fossa posterior mengelilingi foramen magnum. Hal ini mungkin akibat benturan

pada puncak kepala yang menyebabkan tengkorak terdorong ke bawah kearah

kolumna vertebra, menyebabkan kolumna vertebra menekan basis kranium,dan

benturan pada ujung dagu. Benturan pada ujung dagu disebabkan oleh transmisi

benturan melewati mandibula hingga ke basis kranium, (seringkali tanpa disertai

fraktur mandibula). Hasil ekperimen menunjukkan bahwa diperlukan benturan

lebih keras agar dapat menyebabkan fraktur mandibula dibandingkan fraktur basis

kranium.11

16

Gambar 14. Fraktur cincin pada basis kranium11

Gambar 13. Fraktur Hinge Tipe I, II, dan III.11

Page 17: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

Humphry et al. Mengamati 86 kasus fraktur basis kranium mereka

menemukan tidak adanya korelasi antara lokasi benturan yang spesifik

menyebabkan hinge ataupun ring fracture.11

Fraktur tulang wajah

Fraktur mandibula, maksilla, zigomatikum dan arkus zigomatikum

seringkali disebabkan karena pukulan, jatuh atau kecelakaan lalu lintas. Fraktur

wajah dapat dibagi menjadi 5 kategori, yaitu :17

1. Fraktur dentoalveolar.

2. LeFort I.

3. LeFort II.

4. LeFort III.

5. Fraktur sagital.

Fraktur dentoalveolar disebabkan oleh benturan langsung dari arah anterior atau

lateral yang menyebabkan pemisahan fragmen mandibula. Pada fragmen ini

sering terdapat beberapa gigi.17

Fraktur LeFort I merupakan fraktur transversa pada maksilla, diatas puncak

gigi, melewati septum nasi , sinus maksillaris, tulang palatum dan tulang

sphenoidale.17

Fraktur LeFort II (tipe piramidal) merupakan fraktur dengan garis fraktur

membentuk kurva yang berjalan ke atas hingga mendekati sutura zigomatik-

maksillaris, melewati sebelah bawah dan dasar kavum orbita hingga melewati

dinding medial, tulang dan septum nasi. 17

17

Gambar 15. Fraktur maksilla LeFort I.17

Page 18: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

Fraktur LeFort III merupakan fraktur transversa yang terletak diatas maksilla

melewati sutura nasofrontal hingga dinding medial kavum orbita dan sutura

fronto-zigomatikum, melewati arkus zigomatikum dan tulang sphenoidale. 17

Fraktur sagital merupakan fraktur berjalan pada bidang sagital melewati tulang

maksilla.17

18

Gambar 16. Fraktur maksilla LeFort II.17

Gambar 17. Fraktur maksilla LeFort III.17

Page 19: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

DAFTAR PUSTAKA

1. Maconochie I, Ross M. Clinical Evidence Head Trauma (moderate to severe).

2007. BMJ Publishing Group. Pg. 1-13.

2. Lovell NC. Trauma Analysis in Paleopathology. Yearbook of Physical

Anthropology 40:139-170 (1997).

3. Dorland WAN. Kamus Kedokteran Dorland Ed. 29. Jakarta. Penerbit Buku

Kedokteran EGC; 2002. Hal. 260, 875.

4. Japardi I. Cedera Kepala. Jakarta Barat. Penerbit PT Bhuana Ilmu Populer;

2004. Hal. 1-14.

5. Ellis Harold. The Scalp. In: Clinical Anatomy. London. Blackwell Publishing;

2006. Pg. 312-3.

6. Oehmichen M, Auer RN, Konig HG. Injuries of the Brain’s Coverings. In:

Forensic Neuropathology and Neurology. Germany. Springer Verlag-Berlin

Heidelberg; 2006. Pg. 111-120.

7. Van De Graaf KM, Rhees RW. Skeletal System. In: Human Anatomy and

Physiology. United State. McGraw-hill;2001. Pg. 38-9.

8. Faiz O, David Moffat. The Skull. In: Anatomy at A Glance. Oxford UK.

Blackwell Science; 2002. Pg. 122-5.

9. Servadei F, Ciucci G, Pagano F, Rebucci G G, Arioano M, Piazza G, Gaist G.

Skull fracture as a risk factor of intracranial complications in minor head

injuries: a prospective CT study in a series of 98 adult patients. J of

Neurology, Neurosurgery, and Psychiatry. 1988;51:526-528

10. Epidemiology Skull Fracture. 2012. BMJ Publishing Group.

11. DiMaio V J, DiMaio D. Trauma to the Skull and Brain : Craniocerebral

Injuries. In : Forensic Pathology. New York. CRC-Press; 2001. Pg. 166-74.

12. Solvadottir AE, Thomsen HR. Biomechanical Investigation of Skull Fracture.

Roskalde. Technical University of Denmark; 2008.

13. Matshes E, Lew E. Forensic Osteology. In : Forensic Pathology Principle and

Practice. Oxford UK. Elsevier; 2005. Pg. 591-2.

19

Page 20: Biomekanik Pada Fraktur Tulang Kepala

14. Shkrum M J, David A R. Skull Fracture. In: Forensic Pathology of Trauma.

New Jersey. Humana Press; 2007. Pg. 524-31.

15. Qureshi NH. Skull Fracture. (online) Januari 2012. [cited on 28thJuly 2012].

Available from : http://emedicine.medscape.com

16. Dix J. Blunt Trauma, In : Color Atlas of Forensic Pathology. New York.

CRC-Press; 2000. Pg. 32-3, 38.

17. DiMaio V J, DiMaio D. Blunt Trauma Wounds, Fractures of The Face. In :

Forensic Pathology. New York. CRC-Press; 2001. Pg. 128-9.

20