bidai

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Pembidaian Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh yang mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel sebagai fixator/imobilisator. 2.2. Jenis Pembidaian a. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara - Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit - Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya - Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang lebih berat - Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan teknik dasar pembidaian b. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif - Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit) 2

Upload: qyura

Post on 21-Dec-2015

61 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

bidai

TRANSCRIPT

Page 1: bidai

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Pembidaian

Pembidaian adalah tindakan memfixasi/mengimobilisasi bagian tubuh yang

mengalami cedera, dengan menggunakan benda yang bersifat kaku maupun fleksibel

sebagai fixator/imobilisator.

2.2. Jenis Pembidaian

a. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan sementara

- Dilakukan di tempat cedera sebelum penderita dibawa ke rumah sakit

- Bahan untuk bidai bersifat sederhana dan apa adanya

- Bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri dan menghindarkan kerusakan yang

lebih berat

- Bisa dilakukan oleh siapapun yang sudah mengetahui prinsip dan teknik dasar

pembidaian

b. Pembidaian sebagai tindakan pertolongan definitif

- Dilakukan di fasilitas layanan kesehatan (klinik atau rumah sakit)

- Pembidaian dilakukan untuk proses penyembuhan fraktur/dislokasi

- Menggunakan alat dan bahan khusus sesuai standar pelayanan (gips, dll)

- Harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang sudah terlatih

2

Page 2: bidai

2.3. Beberapa macam jenis bidai :

a. Bidai keras

Umumnya terbuat dari kayu, alumunium, karton, plastik atau bahan lain yang

kuat dan ringan. Pada dasarnya merupakan bidai yang paling baik dan sempurna

dalam keadaan darurat. Kesulitannya adalah mendapatkan bahan yang memenuhi

syarat di lapangan.

Contoh : bidai kayu, bidai udara, bidai vakum.

b. Bidai traksi.

Bidai bentuk jadi dan bervariasi tergantung dari pembuatannya, hanya

dipergunakan oleh tenaga yang terlatih khusus, umumnya dipakai pada patah tulang

paha.

Contoh : bidai traksi tulang paha

c. Bidai improvisasi.

Bidai yang dibuat dengan bahan yang cukup kuat dan ringan untuk penopang.

Pembuatannya sangat tergantung dari bahan yang tersedia dan kemampuan

improvisasi si penolong.

Contoh : majalah, koran, karton dan lain-lain.

d. Gendongan/Belat dan bebat.

Pembidaian dengan menggunakan pembalut, umumnya dipakai mitela (kain

segitiga) dan memanfaatkan tubuh penderita sebagai sarana untuk menghentikan

pergerakan daerah cedera.

3

Page 3: bidai

Contoh : gendongan lengan.

2.4. Tujuan Pembidaian

a) Mencegah gerakan bagian yang sakit sehingga mengurangi nyeri dan mencegah

kerusakan lebih lanjut

b) Mempertahankan posisi yang nyaman

c) Mempermudah transportasi korban

d) Mengistirahatkan bagian tubuh yang cedera

e) Mempercepat penyembuhan

2.5. Indikasi Pembidaian

Pembidaian sebaiknya dilakukan jika didapatkan :

- Adanya fraktur, baik terbuka maupun tertutup

- Adanya kecurigaan terjadinya fraktur

- Dislokasi persendian

Kecurigaan adanya fraktur bisa dimunculkan jika pada salah satu bagian tubuh

ditemukan :

1. Pasien merasakan tulangnya terasa patah atau mendengar bunyi “krek”.

2. Ekstremitas yang cedera lebih pendek dari yang sehat, atau mengalami

angulasi abnormal

3. Pasien tidak mampu menggerakkan ekstremitas yang cedera

4. Posisi ekstremitas yang abnormal

5. Memar

6. Bengkak

7. Perubahan bentuk

8. Nyeri gerak aktif dan pasif

9. Nyeri sumbu

4

Page 4: bidai

10. Pasien merasakan sensasi seperti jeruji ketika menggerakkan ekstremitas yang

mengalami cedera (Krepitasi)

11. Fungsiolesa

12. Perdarahan bisa ada atau tidak

13. Hilangnya denyut nadi atau rasa raba pada distal lokasi cedera

14. Kram otot di sekitar lokasi cedera

Jika mengalami keraguan apakah terjadi fraktur atau tidak, maka perlakukanlah

pasien seperti orang yang mengalami fraktur.

2.6. Kontra Indikasi Pembidaian

Pembidaian baru boleh dilaksanakan jika kondisi saluran napas, pernapasan dan

sirkulasi penderita sudah distabilisasi. Jika terdapat gangguan sirkulasi dan atau

gangguan persyarafan yang berat pada distal daerah fraktur, jika ada resiko

memperlambat sampainya penderita ke rumah sakit, sebaiknya pembidaian tidak

perlu dilakukan.

2.7. Komplikasi Pembidaian

Jika dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa

ditimbulkan oleh tindakan pembidaian :

a. Cedera pembuluh darah, saraf atau jaringan lain di sekitar fraktur oleh ujung

fragmen fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainnya pada

bagian tubuh yang mengalami fraktur saat memasang bidai.

b. Gangguan sirkulasi atau saraf akibat pembidaian yang terlalu ketat

c. Keterlambatan transport penderita ke rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu

lama selama proses pembidaian.

2.8 Prosedur Dasar Pembidaian

5

Page 5: bidai

2.8.1 Mempersiapkan penderita

- Penanganan kegawatan (Basic Life Support)

- Menenangkan penderita. Jelaskanlah bahwa akan memberikan pertolongan

kepada penderita.

- Pemeriksaan untuk mencari tanda fraktur atau dislokasi.

- Menjelaskan secara singkat dan jelas kepada penderita tentang prosedur

tindakan yang akan dilakukan.

- Meminimalkan gerakan daerah luka. Jangan menggerakkan atau

memindahkan korban sampai daerah yang patah tulang distabilkan kecuali

jika keadaan mendesak (korban berada pada lokasi yang berbahaya, bagi

korban dan atau penolong)

- Sebaiknya guntinglah bagian pakaian di sekitar area fraktur. Jika diperlukan,

kainnya dapat dimanfaatkan untuk proses pembidaian.

- Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka dan perdarahan. Bersihkan luka

dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan kasa steril. Jika luka

tersebut mendekati lokasi fraktur, maka sebaiknya dianggap bahwa telah

terjadi patah tulang terbuka. Balutlah luka terbuka atau fragmen tulang yang

menyembul dengan bahan yang se-steril mungkin

- Pasang Collar Brace maupun sejenisnya yang dapat digunakan untuk

menopang leher jika dicurigai terjadi trauma servikal

- Tindakan meluruskan ekstremitas yang mengalami deformitas yang berat

sebaiknya hanya dilakukan jika ditemukan adanya gangguan denyut nadi atau

sensasi raba sebelum dilakukannya pembidaian. Proses pelurusan ini harus

hati-hati agar tidak makin memperberat cedera.

- Periksalah sirkulasi distal dari lokasi fraktur

- Periksa nadi di daerah distal dari fraktur, normal, melemah, ataukah bahkan

mungkin menghilang?

- Periksa kecepatan pengisian kapiler. Tekanlah kuku jari pada ekstremitas yang

cedera dan ekstremitas kontralateral secara bersamaan. Lepaskan tekanan

6

Page 6: bidai

secara bersamaan. Periksalah apakah pengembalian warna kemerahan terjadi

bersamaan ataukah terjadi keterlambatan pada ekstremitas yang mengalami

fraktur.

- Jika ditemukan gangguan sirkulasi, maka penderita harus langsung dibawa ke

rumah sakit secepatnya.

- Jika pada bagian ekstremitas yang cedera mengalami edema, maka sebaiknya

perhiasan yang dipakai pada lokasi itu dilepaskan, setalah anda menjelaskan

pada penderita.

- Pada fraktur terbuka, kecepatan penanganan merupakan hal yang esensial.

Jangan pernah menyentuh tulang yang tampak keluar, jangan pernah pula

mencoba untuk membersihkannya. Manipulasi terhadap fraktur terbuka tanpa

sterilitas hanya akan menambah masalah.

2.8.2 Persiapan alat

- Bidai dapat menggunakan alat bidai standar telah dipersiapkan, namun juga

bisa dibuat sendiri dari berbagai bahan sederhana, misalnya ranting pohon,

papan kayu, dll. Panjang bidai harus melebihi panjang tulang dan sendi yang

akan dibidai.

- Bidai yang terbuat dari benda keras (kayu,dll) sebaiknya dibungkus/dibalut

terlebih dahulu dengan bahan yang lebih lembut (kain, kassa, dll)

- Bahan yang digunakan sebagai pembalut pengikat untuk pembidaian bisa

berasal dari pakaian atau bahan lainnya. Bahan yang digunakan untuk

membalut ini harus bisa membalut dengan sempurna mengelilingi extremitas

yang dibidai untuk mengamankan bidai yang digunakan, namun tidak boleh

terlalu ketat yang bisa menghambat sirkulasi.

-

2.9. Pelaksanaan pembidaian

7

Page 7: bidai

2.9.1. Prinsip umum dalam tindakan pembidaian

- Pembidaian minimal meliputi 2 sendi (proksimal dan distal daerah fraktur).

Sendi yang masuk dalam pembidaian adalah sendi di bawah dan di atas patah

tulang. Sebagai contoh, jika tungkai bawah mengalami fraktur, maka bidai

harus bisa mengimobilisasi pergelangan kaki maupun lutut.

- Luruskan posisi korban dan posisi anggota gerak yang mengalami fraktur

maupun dislokasi secara perlahan dan berhati-hati dan jangan sampai

memaksakan gerakan. Jika terjadi kesulitan dalam meluruskan, maka

pembidaian dilakukan apa adanya.Pada trauma sekitar sendi, pembidaian

harus mencakup tulang di bagian proksimal dan distal.

- Fraktur pada tulang panjang pada tungkai dan lengan, dapat terbantu dengan

traksi atau tarikan ringan ketika pembidaian. Jika saat dilakukan tarikan

terdapat tahanan yang kuat, krepitasi, atau pasien merasakan peningkatan rasa

nyeri, jangan mencoba untuk melakukan traksi. Jika anda telah berhasil

melakukan traksi, jangan melepaskan tarikan sebelum ekstremitas yang

mengalami fraktur telah terfiksasi dengan baik, karena kedua ujung tulang

yang terpisah dapat menyebabkan tambahan kerusakan jaringan dan beresiko

untuk mencederai saraf atau pembuluh darah.

- Beri bantalan empuk dan penopang pada anggota gerak yang dibidai terutama

pada daerah tubuh yang keras/peka(lutut,siku,ketiak,dll), yang sekaligus untuk

mengisi sela antara ekstremitas dengan bidai.

- Ikatlah bidai di atas dan bawah luka/fraktur. Jangan mengikat tepat di bagian

yang luka/fraktur. Sebaiknya dilakukan sebanyak 4 ikatan pada bidai, yakni

pada beberapa titik yang berada pada posisi :

superior dari sendi proximal dari lokasi fraktur

diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan pertama

inferior dari sendi distal dari lokasi fraktur

8

Page 8: bidai

diantara lokasi fraktur dan lokasi ikatan ketiga (point c)

- Pastikan bahwa bidai telah rapat, namun jangan terlalu ketat sehingga

mengganggu sirkulasi pada ekstremitas yang dibidai. Pastikan bahwa

pemasangan bidai telah mampu mencegah pergerakan atau peregangan pada

bagian yang cedera.

- Pastikan bahwa ujung bidai tidak menekan ketiak atau pantat

- Harus selalu diingat bahwa improvisasi seringkali diperlukan dalam tindakan

pembidaian. Sebagai contoh, jika tidak ditemukan bahan yang sesuai untuk

membidai, cedera pada tungkai bawah seringkali dapat dilindungi dengan

merekatkan tungkai yang cedera pada tungkai yang tidak terluka. Demikian

pula bisa diterapkan pada fraktur jari, dengan merekatkan pada jari

disebelahnya sebagai perlindungan sementara.

- Kantong es dapat dipasang dalam bidai dengan terlebih dahulu dibungkus

dengan perban elastis. Harus diberikan perhatian khusus untuk melepaskan

kantong es secara berkala untuk mencegah “cold injury” pada jaringan lunak.

Secara umum, es tidak boleh ditempelkan secara terus menerus lebih dari 10

menit. Ekstremitas yang mengalami cedera sebaiknya sedikit ditinggikan

posisinya untuk meminimalisasi pembengkakan.

9

Page 9: bidai

2.9.2. Teknik Pembidaian pada berbagai lokasi cedera

a. Fraktur cranium dan tulang wajah

Pada fraktur cranium dan tulang wajah, hindarilah melakukan penekanan pada

tempat yang dicurigai mengalami fraktur. Pada fraktur ini harus dicurigai adanya

fraktur tulang belakang, sehingga seharusnya dilakukan imobilisasi tulang belakang.

Ada beberapa bidai khusus yang digunakan untuk fiksasi fraktur tulang wajah

(bersifat bidai definitif),

b. Pembidaian leher

Dalam kondisi darurat, bisa dilakukan pembidaian dengan pembalutan.

Pembalutan dilakukan dengan hati-hati tanpa menggerakkan bagian leher dan kepala.

Pembalutan dianggap efektif jika mampu meminimalisasi pergerakan daerah leher.

Jika tersedia, fixasi leher paling baik dilakukan menggunakan cervical Collar

c. Tulang klavikula

Fraktur Clavicula

Tanda-tanda patah tulang selangka :

1. Korban tidak dapat mengangkat tangan sampai atas bahu

2. Daerah yang patah nyeri tekan

Pertolongan :

1. Dipasang ransel perban

2. Bagian yang patah diberi alas terlebih dahulu

3. Pembalut dipasang dari pundak kiri disilangkan melalui punggung ke

axilla kanan Dari axilla kanan ke depan atas pundak kanan, dari pundak kanan

disilangkan ke axilla kiri, lalu ke pundak kanan dan akhirnya diikat

10

Page 10: bidai

clavicula bandage

d. Tulang iga

Perhatian utama pada kondisi suspect fraktur costae adalah upaya untuk

mencegah bagian patahan tulang agar tidak melukai paru. Upaya terbaik yang bisa

dilakukan sebagai pertolongan pertama di lapangan sebelum pasien dibawa dalam

perjalanan ke rumah sakit adalah memasang bantalan dan balutan lembut pada

dinding dada, memasang sling untuk merekatkan lengan pada sisi dada yang

mengalami cedera sedemikian sehingga menempel secara nyaman pada dada.

e. Lengan atas

- Pasanglah sling untuk gendongan lengan bawah, sedemikian sehingga sendi

siku membentuk sudut 90%, dengan cara :

Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku, dan

puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera. posisikan

11

Page 11: bidai

lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat (kira-kira

membentuk sudut 10°). ikatlah dua ujung sling pada bahu dimaksud. Gulunglah

apex dari sling, dan sisipkan di sisi siku.

- Posisikan lengan atas yang mengalami fraktur agar menempel rapat pada

bagian sisi lateral dinding thoraks.

- Pasanglah bidai yang telah di balut kain/kassa pada sisi lateral lengan atas

yang mengalami fraktur.

- Bebatlah lengan atas diantara papan bidai (di sisi lateral) dan dinding thorax

(pada sisi medial).

- Jika tidak tersedia papan bidai, fiksasi bisa dilakukan dengan pembebatan

menggunakan kain yang lebar

12

Page 12: bidai

f. Lengan bawah

- Imobilisasi lengan yang mengalami cedera

- Carilah bahan yang kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara

siku sampai ujung telapak tangan

- Carilah tali untuk mengikat bidai pada lengan yang cedera

- Flexi-kan lengan yang cedera, sehingga lengan bawah dalam posisi membuat

sudut 90° terhadap lengan atas. Lakukan penekukan lengan secara perlahan

dan hati-hati.

- Letakkan gulungan kain atau benda lembut lainnya pada telapak tangan agar

berada dalam posisi fungsional

- Pasanglah bidai pada lengan bawah sedemikian sehingga bidai menempel

antara siku sampai ujung jari

- Ikatlah bidai pada lokasi diatas dan dibawah posisi fraktur. Pastikan bahwa

pergelangan tangan sudah terimobilisasi

- Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai

- Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi

pembidaian, untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat

- Pasanglah sling untuk menahan bagian lengan yang dibidai, dengan cara :

Letakkan kain sling di sisi bawah lengan. Apex dari sling berada pada siku,

dan puncak dari sling berada pada bahu sisi lengan yang tidak cedera.

posisikan lengan bawah sedemikian sehingga posisi tangan sedikit terangkat

(kira-kira membentuk sudut 10°). ikatlah dua ujung sling pada bahu

dimaksud. Gulunglah apex dari sling, dan sisipkan di sisi siku.

g. Tulang jari

Fraktur jari bisa dibidai dengan potongan kayu kecil atau difiksasi dengan

merekatkan pada jari di sebelahnya yang tidak terkena injury (buddy splinting)

13

Page 13: bidai

h. tulang punggung

Pasien yang dicurigai menderita fraktur tulang belakang/punggung, harus dibidai

menggunakan spine board atau bahan yang semirip mungkin dengan spine board.

i. Fraktur Panggul

Fraktur panggul lebih sering terjadi pada orang tua. Jika seseorang yang berusia

tua terjatuh dan mengeluhkan nyeri daerah panggul, maka sebaiknya dianggap

mengalami fraktur. Apalagi jika pasien tidak bisa menggerakkan tungkai, atau

ditemukan pemendekan dan atau rotasi pada tungkai (biasanya kearah lateral).

Pemindahan pasien yang dicurigai menderita fraktur panggul harus

menggunakan tandu. Tungkai yang mengalami cedera diamankan dengan merapatkan

pada tungkai yang tidak cedera sebagai bidai. Anda bisa melakukan penarikan/traksi

untuk mengurangi rasa nyeri, jika perjalanan menuju rumah sakit cukup jauh, dan

terdapat orang yang bisa menggantikan anda saat anda sudah kelelahan.

14

Page 14: bidai

j. Tungkai atas

Pada fraktur femur, bidai harus memanjang antara punggung bawah sampai

dengan di bawah lutut pada tungkai yang cedera. Traksi pada cedera tungkai lebih

sulit, dan resiko untuk terjadinya cedera tambahan akibat kegagalan traksi seringkali

lebih besar. Sebaiknya jangan mencoba untuk melakukan traksi pada cedera tungkai

kecuali jika orang yang membantu pembidaian telah siap untuk memasang bidai.

k. Tungkai bawah

1. Imobilisasikan tungkai yang mengalami cedera untuk mengurangi nyeri dan

mencegah timbulnya kerusakan yang lebih berat

2. Carilah bahan kaku yang cukup panjang sehingga mencapai jarak antara

telapak kaki sampai dengan diatas lutut.

3. Carilah bahan yang bisa digunakan sebagai tali untuk mengikat bidai

4. Pastikan bahwa tungkai berada dalam posisi lurus

5. Letakkan bidai di sepanjang sisi bawah tungkai, sehingga bidai dalam posisi

memanjang antara sisi bawah lutut sampai dengan dibawah telapak kaki

15

Page 15: bidai

6. Pasanglah bidai pasangan di sisi atas tungkai bawah sejajar dengan bidai yang

dipasang di sisi bawah tungkai

7. Ikatlah bidai pada posisi diatas dan di bawah lokasi fraktur. Pastikan bahwa

lutut dan pergelangan kaki sudah terimobilisasi dengan baik

8. Pasanglah bantalan pada ruang kosong antara bidai dan lengan yang dibidai

9. Periksalah sirkulasi, sensasi dan pergerakan pada region distal dari lokasi

pembidaian, untuk memastikan bahwa pemasangan bidai tidak terlalu ketat

l. Fraktur/dislokasi pergelangan kaki

1. Cedera pergelangan kaki terkadang bisa diimobilisasi cukup dengan

menggunakan pembalutan. Gunakan pola “figure of eight”: Dimulai dari sisi

bawah kaki, melalui sisi atas kaki, mengelilingi pergelangan kaki, ke belakang

melalui sisi atas kaki, kesisi bawah kaki, dan demikian seterusnya.

2. Bidai penahan juga bisa dipasang sepanjang sisi belakang dan sisi lateral

pergelangan kaki untuk mencegah pergerakan yang berlebihan. Saat

melalukan tindakan imobilisasi pergelangan kaki, posisi kaki harus selalu

dijaga pada sudut yang benar.

m. Fraktur/dislokasi jari kaki

Sebagai tindakan pertama, cedera pada jari kaki sebaiknya dibantu dengan

merekatkan jari yang cedera pada jari di sebelahnya.

2.10. Evaluasi pasca pembidaian

Periksa sirkulasi daerah ujung pembidaian. Misalnya jika membidai lengan maka

periksa sirkulasi dengan memencet kuku ibu jari selama kurang lebih 5 detik. Kuku

16

Page 16: bidai

akan berwarna putih kemudian kembali merah dalam waktu kurang dari 2 detik

setelah dilepaskan.

Pemeriksaan denyut nadi dan rasa raba seharusnya diperiksa di bagian bawah

bidai paling tidak satu jam sekali. Jika pasien mengeluh terlalu ketat, atau kesemutan,

maka pembalut harus dilepas seluruhnya. Dan kemudian bidai di pasang kembali

dengan lebih longgar.

17