benda asing

47
BAB 1 PENDAHULUAN Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari benda dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda yang berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen biasanya masuk melalui hidung atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen. 1 Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari tumbuh-tumbuhan), tulang (berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain. 1 Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah, nanah, krusta, perkijuan, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium dapat 1

Upload: pranita

Post on 03-Dec-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh atau dari benda dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada

TRANSCRIPT

BAB 1

PENDAHULUAN

Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar tubuh

atau dari benda dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda yang

berasal dari luar tubuh disebut benda asing eksogen biasanya masuk melalui hidung

atau mulut. Sedangkan yang berasal dari dalam tubuh disebut benda asing endogen.1

Benda asing eksogen terdiri dari benda padat, cair atau gas. Benda asing

eksogen padat terdiri dari zat organik seperti kacang-kacangan (yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan), tulang (berasal dari kerangka binatang) dan zat anorganik seperti

paku, jarum, peniti, batu dan lain-lain.1

Benda asing endogen dapat berupa sekret kental, darah atau bekuan darah,

nanah, krusta, perkijuan, membran difteri, bronkolit, cairan amnion, mekonium dapat

masuk kedalam saluran nafas bayi pada saat proses persalinan.1

Obstruksi jalan napas oleh benda asing pada orang dewasa sering terjadi pada

saat makan. Daging merupakan penyebab utama obstruksi jalan napas meskipun

demikian berbagai macam bentuk makanan yang lain berpotensi menyumbat jalan

napas pada anak-anak dan orang dewasa.1

Secara statistik persentase aspirasi benda asing berdasarkan letaknya masing-

masing adalah hipofaring 5%, laring/trakea 12% dan bronkus sebanyak 83%. Rasio

laki-laki banding wanita adalah 1,4 : 1 Kebanyakan kasus aspirasi benda asing terjadi

1

2

pada anak usia <15 tahun. Sekitar 75% aspirasi benda asing terjadi pada anak usia 1–

3 tahun. Hal ini terjadi karena anak seumur itu sering tidak terawasi, lebih aktif dan

cenderung memasukkan benda apapun ke dalam mulutnya.2

Benda asing ada yang dapat ditembus sinar x seperti, biji kacang, kedele,

kayu, duri atau daging dan yang tidak tembus sinar x seperti logam. Gejala klinik

tergantung jenis dan letak, ditemukan stridor dan sumbatan jalan nafas.2

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Saluran Pernafasan

3

Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu kavum nasi, faring, laring, trakea,

karina, bronkus prinsipalis, bronkus lobaris, bronkus segmentalis, bronkiolus

terminalis, bronkiolus respiratorius, sakus alveolus, duktus alveolus dan alveoli.

Bagian dekstra pulmo ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan lobus

inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior. Pulmo

dekstra terdapat fisura horizontal yang membagi lobus superior dan lobus media,

sedangkan fisura oblique membagi lobus media dengan lobus inferior. Pulmo

sinistra terdapat fisura oblique yang membagi lobus superior dan lobus inferior.

Pembungkus paru (pleura) terbagi menjadi 2 yaitu parietalis (luar) dan viseralis

(dalam), diantara 2 lapisan tersebut terdapat rongga pleura (kavum pleura).3

2.1.1 Hidung

Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin kecuali nares anterior yang

dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan. Permukaan

luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Terdapat epitel

respirasi berupa epitel berlapis silindris bersilia bersel goblet dan mengandung

sel basal. Didalamnya ada konka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina

propria pada mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh

darah.3

4

Gambar 2.1 Anatomi Hidung8

2.1.2 Sinus paranasal

Merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang

tengkorak yang berhubungan dengan rongga hidung. Ada 4 sinus yaitu

maksilaris, frontalis, etmoidalis dan sphenoidalis.3

2.1.3 Faring

Lanjutan posterior dari rongga mulut. Saluran napas dan makanan

menyatu dan menyilang. Pada saat makan makanan dihantarkan ke esofagus.

Pada saat bernapas udara dihantarkan ke laring. Ada 3 rongga yaitu nasofaring,

orofaring dan laringofaring. Mukosa pada nasofaring sama dengan organ

respirasi sedangkan orofaring dan laringofaring sama dengan saluran cerna.

5

Mukosa faring tidak memiliki muskularis mukosa. Lamina propria tebal

mengandung serat elastin. Lapisan fibroelastis menyatu dengan jaringan ikat

intersisial. Orofaring dan laringofaring dilapisi epitel berlapis gepeng

mengandung kelenjar mukosa murni.3

2.1.4 Laring

Organ berongga dengan panjang 42 mm dan diameter 40 mm. Terletak

antara faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan tiroid dan krikoid.

Muskulus ekstrinsik mengikat laring pada tulang hioid. Muskulus intrinsik

mengikat laring pada tulang tiroid dan krikoid berhubungan dengan fonasi.

Lapisan laring merupakan epitel bertingkat silia. Epiglotis memiliki epitel selapis

gepeng tidak ada kelenjar. Fungsi laring untuk membentuk suara dan menutup

trakea pada saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara palsu

(lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara). Celah diantara pita suara disebut

rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa dan lamina propria. Pita suara

terdapat jaringan elastis padat, otot suara ( otot rangka). Vaskularisasi dari

arterovenous laringeal media dan inferior. Sedangkan inervasi oleh n. laringealis

superior.3

6

Gambar 2.2 Anatomi Laring7

2.1.5 Trakea

Trakea merupakan suatu saluran rigid yang memiliki panjang 11-12 cm

dengan diameter sekitar 2,5 cm. Trakea mulai dari ujung bawah laring setinggi

vertebra servikalis VI dan berakhir pada angulus sterni setinggi vertebra

thoraciae V-VI. Trakea terdapat pada bagian esofagus yang terentang mulai dari

kartilago krikoid masuk ke dalam rongga thoraks. Tersusun dari 16 – 20 cincin

tulang rawan berbentuk huruf “C” yang terbuka pada bagian belakangnya.

Didalamnya mengandung pseudostratified ciliated columnar epithelium yang

memiliki sel goblet yang mensekresikan mukus. Terdapat juga silia yang memicu

terjadinya refleks batuk atau bersin. Trakea mengalami percabangan pada karina

membentuk bronkus kiri dan kanan. Di sebelah lateral trakea terdapat arteri

7

karotis kommunis dan lobus-lobus glandulae thyroideae. Inferior dari isthmus

glandula thyroidea terdapat arkus venosus jugularis dan vena thyroidea inferior.3

Gambar 2.3 Trakea3

2.1.6 Bronkus

Cabang utama trakea disebut bronkus primer atau bronkus utama.

Bronkus primer bercabang menjadi bronkus lobar, bronkus segmental, bronkus

subsegmental. Struktur bronkus primer mirip dengan trakea hanya cincin berupa

lempeng tulang rawan tidak teratur yang makin ke distal makin berkurang dan

pada bronkus subsegmental hilang sama sekali. Otot polos tersusun atas anyaman

dan spiral. Mukosa tersusun atas lipatan memanjang. Epitel bronkus terdiri dari

8

kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan kelenjar submukosa sedangkan

Lamina propria terdiri dari serat retikular, elastin, limfosit, sel mast dan

eosinofil.3

Gambar 2.4 Bronkus3

2.1.7 Alveolus

Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat

terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang

9

dihirup, jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli

disokong oleh serat kolagen dan elastis halus.3

2.1.8 Pleura

Membran serosa pembungkus paru. Jaringan tipis ini mengandung serat

elastin, fibroblas, kolagen. Bagian yang melekat pada paru disebut pleura viseral

sedangkan bagian yang melekat pada dinding toraks disebut pleura parietal. Ciri

khas mengandung banyak kapiler dan pembuluh limfe. Di inervasi oleh cabang n.

frenikus dan n. interkostal.3

2.2 Fisiologi Pernafasan

2.2.1 Fisiologi ventilasi paru

Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru, pergerakan

udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:

A. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan

pleura dinding dada. Tekanan pleura normal sekitar -5 cm H2O yang

merupakan nilai hisap yang dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar

tetap terbuka sampai nilai istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal,

pengembangan rangka dada akan menarik paru ke arah luar dengan kekuatan

yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih negatif (sekitar -7,5

cm H2O).4

B. Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis

terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar paru maka

tekanan pada semua jalan nafas sampai alveoli semuanya sama dengan

10

tekanan atmosfer (tekanan acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm

H2O. Agar udara masuk tekanan alveoli harus sedikit di bawah tekanan

atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik sekitar 0,5 liter

udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang

berlawanan.4

Tekanan transpulmonal adalah perbedaan antara tekanan alveoli dan

tekanan pada permukaan luar paru dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru

yang cenderung mengempiskan paru pada setiap pernafasan yang disebut juga

tekanan daya lenting paru.4

2.2.2 Fisiologi kendali persarafan pada pernafasan

Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan.

A. Mekanisme yang berperan pada kendali pernafasan volunter. Pusat

volunter terletak di kortex serebri dan impuls dikirimkan ke neuron

motorik otot pernafasan melalui jaras kortikospinal.

B. Mekanisme yang mengendalikan pernafasan otomatis. Pusat pernafasan

otomatis terletak di pons dan medulla oblongata dan keluaran eferen dari

sistem ini terletak di rami alba medulla spinalis di antara bagian lateral

dan ventral jaras kortikospinal.4

Serat saraf yang meneruskan impuls inspirasi berkumpul pada

neuron motorik n. frenikus pada kornu ventral C3-C5 serta neuron

motorik interkostal eksterna pada kornu ventral sepanjang segmen torakal

11

medula. Serat saraf yang membawa impuls ekspirasi bersatu terutama

pada neuron motorik interkostalis interna sepanjang segmen torakal

medula.4

Neuron motorik untuk otot ekspirasi akan dihambat apabila neuron

motorik untuk otot inspirasi diaktifkan dan sebaliknya. Meskipun refleks

spinal ikut berperan pada persarafan timbal balik (reciprocal innervation),

aktivitas pada jaras desendenlah yang berperan utama. Impuls melalui

jaras desenden akan merangsang otot agonis dan menghambat yang

antagonis. Satu pengecualian kecil pada inhibisi timbal balik ini aadalah

terdapatnya sejumlah kecil aktifitas pada akson n.frenikus untuk jangka

waktu singkat setelah proses inspirasi. Fungsi keluaran pasca inspirasi ini

nampaknya adalah untuk meredam daya recoil elastik jaringan paru dan

menghasilkan pernafasan yang halus.4

2.3 Benda Asing pada Trakeobronkial

2.3.1 Definisi

Benda asing di dalam suatu organ adalah benda yang berasal dari luar

tubuh atau dari dalam tubuh yang dalam keadaan normal tidak ada. Benda asing

pada saluran napas dapat terjadi pada semua umur terutama anak-anak karena

anak-anak sering memasukkan benda ke dalam mulutnya bahkan sering

bermain atau menangis pada waktu makan.1

.

12

2.3.2 Etiologi dan Faktor Predisposisi

Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi benda asing pada saluran

nafas adalah :

A. Usia yaitu pada anak-anak, dimana mereka sering memasukkan segala

sesuatu ke dalam mulut, gigi geligi yang belum lengkap dan refleks

menelan yang belum sempurna.

B. Jenis kelamin lebih sering pada laki-laki.

C. Faktor kejiwaan (emosi dan gangguan psikis).

D. Kegagalan mekanisme proteksi, misalnya penurunan kesadaran,

keadaan umum buruk, penyakit serebrovaskuler dan kelainan

neurologik.

E. Faktor kecerobohan, misalnya kebiasaan menaruh benda di mulut,

makan dan minum tergesa-gesa.

F. Faktor medikal dan surgikal

Faktor fisiologi dan sosiologi lain yang juga merupakan faktor

predisposisi antara lain: pertumbuhan gigi belum lengkap, belum terbentuk gigi

molar, belum dapat menelan makanan padat secara baik, kemampuan anak

membedakan makanan yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan belum

sempurna. Benda tersangkut pada saat makan sambil tertawa, bicara menangis,

dan berlari. Pada orang tua terutama yang mempunyai gangguan neurologis dan

berkurangnya refleks menelan dapat disebabkan oleh pengaruh alkohol, stroke,

13

parkinson, trauma, dementia juga mempunyai risiko yang besar untuk terjadinya

aspirasi. 2

Berdasarkan data National Safety Council pada tahun 1981 dari semua

kasus benda asing yang masuk ke dalam saluran nafas dan saluran cerna yang

terjadi pada anak-anak, sepertiga dari benda asing yang teraspirasi tersangkut

disaluran nafas. Lima puluh lima persen dari kasus benda asing di saluran nafas

terjadi pada anak berumur kurang dari 4 tahun. Pada tahun 1975 anak dibawah

umur 4 tahun insidens kematian mendadak akibat aspirasi atau tertelan benda

asing lebih tinggi. Bayi di bawah umur 1 tahun gawat nafas karena aspirasi

benda asing merupakan penyebab utama kematian.1

Kacang atau biji tumbuhan lebih sering teraspirasi pada anak yang

berumur antara 2-4 tahun karena belum mempunyai gigi molar yang lengkap

dan belum dapat mengunyah makanan dengan baik. Enam sampai delapan

persen benda asing teraspirasi berupa plastik yang sukar didiagnosis secara

radiologik karena bersifat non-iritatif serta radiolusen sehingga dapat menetap

pada traktus trakeobronkial untuk periode yang lama.1

Benda asing pada laring dan trakea lebih sering terdapat pada bayi

kurang dari 1 tahun. Benda asing hidung lebih sering terjadi pada anak-anak

karena anak yang berumur 2-4 tahun cenderung memasukkan benda-benda yang

ditemukan dan dapat dijangkaunya ke dalam lubang hidung, mulut atau

dimasukkan oleh anak lain. 1

14

Benda asing pada bronkus paling sering berada dibronkus kanan

karena bronkus utama kanan lebih besar, mempunyai aliran udara lebih besar

dan membentuk sudut lebih kecil terhadap trakea dibandingkan dengan bronkus

utama kiri. Benda asing di saluran nafas dapat menjadi penyebab berbagai

penyakit paru baik akut maupun kronis dan harus dianggap sebagai diagnosis

banding.1

2.3.3 Patogenesis

Tujuan refleks menelan adalah mencegah masuknya makanan atau

cairan ke dalam trakea. Impuls motoris dari pusat menelan yang menuju ke

faring dan bagian atas esofagus diantar oleh saraf kranial V, IX, X dan XII dan

beberapa melalui saraf servikal. Menelan memiliki beberapa stadium yaitu

stadium volunter, faringeal dan oesofageal. Pada stadium volunter, benda

ditekan atau didorong ke bagian belakang mulut oleh tekanan lidah ke atas dan

belakang terhadap palatum sehingga lidah memaksa benda ke faring. Pada

stadium faringeal, palatum mole didorong ke atas untuk menutup nares

posterior sehingga mencegah makanan balik ke rongga hidung.2

Lipatan palatofaringeal saling mendorong ke arah tengah kemudian pita

suara laring berdekatan dan epiglotis mengayun ke belakang sehingga

mencegah makanan masuk ke trakea. Pada orang dewasa tertelan benda asing

sering dialami oleh pemabuk atau pemakai gigi palsu yang telah kehilangan

15

sensasi rasa (tactile sensation) dari palatum dan pada penderita gangguan

jiwa.1,2

Bronkus dan trakea sangat peka dengan benda asing ataupun iritasi

lain sehingga bisa menimbulkan refleks batuk. Lapisan mukus pada saluran

nafas mengandung faktor-faktor yang efektif sebagai pertahanan yaitu

immunoglobulin terutama IgA, PMNs, interferon dan antibodi spesifik.

Gerakan silia menyapu saluran nafas. Silia dan mukus menjebak debu dan

kuman kemudian memindahkannya ke faring karena silia bergetar ke arah

faring. Partikel asing dan mukus digerakkan dengan kecepatan 1cm/menit

sepanjang permukaan trakea ke faring. Begitu juga benda asing di saluran

hidung dimobilisasi dengan cara yang sama ke faring. Aktivitas silia bisa

dihambat oleh berbagai zat yang berbahaya. Sebagai contoh merokok sebatang

sigaret dapat menghentikan gerakan silia untuk beberapa jam.1,5

Setelah benda asing teraspirasi maka benda asing tersebut dapat

tersangkut pada tiga tempat anatomis yaitu, laring, trakea atau bronkus. Dari

semua aspirasi benda asing 80–90% diantaranya terperangkap di bronkus dan

cabang-cabangnya. Pada orang dewasa benda asing bronkus cenderung

tersangkut di bronkus utama kanan karena sudut konvergensinya yang lebih

kecil dibandingkan bronkus utama kiri. Benda asing yang lebih besar lebih

banyak tersangkut di laring atau trakea.1,2,6

16

Tujuh puluh lima persen dari benda asing di bronkus ditemukan

pada anak umur kurang dari 2 tahun dengan riwayat yang khas yaitu saat benda

atau makanan berada di dalam mulut, anak menjerit atau tertawa sehingga saat

inspirasi laring terbuka dan benda asing masuk ke dalam laring. Pada saat

benda asing itu terjepit di sfingter laring pasien batuk berulang-ulang

(paroksismal), sumbatan di trakea, mengi dan sianosis. Bila benda asing telah

masuk ke dalam trakea atau bronkus kadang terjadi fase asistomatik selama 24

jam atau lebih diikuti gejala pulmonum yang bergantung pada derajat

sumbatan bronkus. 1

Benda asing organik seperti kacang mempunyai sifat higroskopik,

mudah jadi lunak,mengembang oleh air serta dapat menyebabkan iritasi pada

mukosa, mukosa bronkus edema, meradang dapat terjadi jaringan granulasi

disekitar benda asing sehingga gejala sumbatan bronkus menghebat timbul

laringotrakeo-bronkitis, toksemia, batuk dan demam yang iregular.1

Benda asing anorganik menimbulkan reaksi jaringan lebih ringan

dan lebih mudah didignosis dengan pemeriksaan radiologi. Benda asing berasal

dari metal dan tipis seperti jarum atau peniti dapat masuk ke dalam bronkus

yang lebih distal dengan memberikan gejala batuk spasmodik.1

17

2.3.4 Gejala Klinis

Aspirasi benda asing adalah suatu hal yang sering ditemukan dan

ditangani dalam situasi gawat darurat. Aspirasi benda asing dapat

menyebabkan berbagai perubahan mulai dari gejala yang minimal dan bahkan

tidak disadari sampai gangguan jalan napas dan dapat menimbulkan

kematian.1

Gejala sumbatan benda asing di dalam saluran napas tergantung pada

lokasi benda asing, derajat sumbatan (total atau sebagian), sifat, bentuk dan

ukuran benda asing. Benda asing yang masuk melalui hidung dapat

tersangkut di hidung, nasofaring, laring, trakea dan bronkus. Benda yang

masuk melalui mulut dapat tersangkut di orofaring, hipofaring, tonsil, dasar

lidah, sinus piriformis, esofagus atau dapat juga tersedak masuk ke dalam

laring, trakea dan bronkus. Gejala yang timbul bervariasi dari tanpa gejala

hingga kematian sebelum diberikan pertolongan akibat sumbatan total. 1

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan

mengalami 3 stadium. Stadium pertama merupakan gejala permulaan yaitu

batuk-batuk hebat secara tiba-tiba (violent paroxysms of coughing), rasa

tercekik (choking), rasa tersumbat di tenggorok (gagging) dan obstruksi

jalan napas yang terjadi dengan segera. Pada stadium kedua gejala stadium

permulaan diikuti oleh interval asimptomatis. Hal ini karena benda asing

tersebut tersangkut, refleks-refleks akan melemah dan gejala rangsangan

18

akut menghilang. Stadium ini berbahaya sering menyebabkan keterlambatan

diagnosis atau cenderung mengabaikan kemungkinan aspirasi benda asing

karena gejala dan tanda yang tidak jelas. Pada stadium ketiga telah terjadi

gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat reaksi

terhadap benda asing sehingga timbul batuk-batuk, hemoptisis, pneumonia

dan abses paru.1

Benda asing di laring dapat menutup laring tersangkut di antara pita

suara atau berada di subglotis. Gejala sumbatan laring tergantung pada

besar, bentuk dan letak (posisi) benda asing.1

Sumbatan total di laring akan menimbulkan keadaan yang gawat

biasanya kematian mendadak karena terjadi asfiksia dalam waktu singkat. Hal

ini disebabkan oleh timbulnya spasme laring dengan gejala antara lain

disfonia sampai afonia, apnea dan sianosis.1

Sumbatan tidak total di laring dapat menyebabkan disfonia sampai

afonia, batuk yang disertai serak (croupy cough), odinofagia, mengi, sianosis,

hemoptisis, dan rasa subjektif dari benda asing (penderita akan menunjuk

lehernya sesuai dengan letak benda asing tersebut tersangkut) dan dispnea

dengan derajat bervariasi. Gejala ini jelas bila benda asing masih tersangkut di

laring dapat juga benda asing sudah turun ke trakea tetapi masih menyisakan

reaksi laring oleh karena adanya edema laring.1

19

Benda asing yang tersangkut di trakea disamping gejala batuk dengan

tiba-tiba yang berulang-ulang dengan rasa tercekik (choking), rasa tersumbat

di tenggorok (gagging) dan akan menyebabkan stridor, dapat ditemukan

dengan auskultasi (audible stridor) dan palpasi di daerah leher (palpatory

thud) dan nafas berbunyi pada saat ekspirasi (asthmatoid wheeze).1

Benda asing di trakea yang masih dapat bergerak pada saat benda itu

sampai dikarina akan menimbulkan reflek batuk dan benda asing akan

terlempar ke laring. Sentuhan benda asing itu pada pita suara dapat terasa

merupakan getaran didaerah tiroid yang disebut oleh Jackson sebagai

palpatory thud. Selain itu terdapat juga suara serak, dispne dan sianosis

tergantung pada besar benda dan lokasinya.1

Gejala palpatory thud serta audible slap lebih jelas teraba atau

terdengar bila pasien tidur terlentang dengan mulut terbuka saat batuk

sedangkan gejala mengi (asthmatoid wheeze) dapat didengar pada saat pasien

membuka mulut dan tidak ada hubungannya dengan penyakit asma bronkial.1

Jika benda asing menyumbat total trakea akan timbul sumbatan jalan

napas akut yang memerlukan tindakan segera untuk membebaskan jalan

napas. Gejala pada dewasa umumnya sama dengan gejala pada anak. Bila

anak batuk atau dengan wheezing yang dicurigai terjadi aspirasi benda asing

di saluran napas.1

20

Benda asing yang tersangkut di karina yaitu percabangan antara

bronkus kanan dan kiri dapat menyebabkan atelektasis pada satu paru dan

emfisema paru sisi lain tergantung pada derajat sumbatan yang diakibatkan

oleh benda asing tersebut.1

Benda asing di bronkus kebanyakan memasuki bronkus kanan karena

lebih lebar dan lebih segaris dengan lumen trakea sedangkan bronkus kiri

membuat sudut dengan trakea. Pasien dengan benda asing di bronkus yang

datang ke rumah sakit kebanyakan berada pada fase asimtomatik. Pada fase

ini keadaan umum pasien masih baik dan foto rontgen toraks belum

memperlihatkan kelainan.1

Pada fase pulmonum benda asing berada di bronkus dan dapat

bergerak ke perifer, pada fase ini udara yang masuk ke segmen paru terganggu

secara progresif dan pada auskultasi terdengan ekspirasi memanjang disertai

dengan mengi. Derajat sumbatan bronkus dan gejala yang ditimbulkannya

bervariasi tergantung pada bentuk, ukuran dan sifat benda asing dapat timbul

emfisema, atelektasis, drowned lung serta abses paru.1

Benda asing organik menyebabkan reaksi yang hebat pada saluran

nafas dengan gejala laringotrakeabronkitis, batuk dan demam ireguler. Tanda

fisik benda asing di bronkus bervariasi karena perubahan posisi benda asing

dari satu sisi ke sisi lain dalam paru.1

21

Benda asing dapat menyumbat secara total bronkus lobaris atau

segmental dan mengakibatkan atelektasis atau obstruksi parsial yang

berfungsi seperti katup satu arah dimana udara dapat masuk ke paru-paru

tetapi tidak dapat keluar sehingga menyebabkan emfisema obstruktif. Pasien

pada benda asing di bronkus umumnya datang pada fase asimptomatik

kemudian benda asing bergerak ke perifer sehingga udara yang masuk

terganggu dan pada auskultasi terdengar ekspirasi memenjang dengan mengi.

Gejala fisik dapat bervariasi karena perubahan benda asing, keluhan batuk

kronik dan sesak napas menyerupai gejala pasien asma atau bronkopnemonia.1

2.3.5 Diagnosis

Diagnosis klinis benda asing di saluran nafas ditegakkan berdasarkan

anamnesis adanya riwayat tersedak sesuatu, tiba-tiba timbul “cocking” (rasa

tercekik), gejala, tanda dan pemeriksaan fisik dengan auskultasi, palpasi dan

pemeriksaan radiologik sebagai pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti

benda asing disaluran nafas ditegakkan setelah dilakukan tindakan endoskopi

atas indikasi diagnostik dan terapi.1

- Anamnesis yang cermat perlu ditegakkan karena kasus aspirasi benda asing

sering tidak segera dibawa ke dokter pada saat kejadian. Perlu diketahui

macam benda atau bahan yang teraspirasi dan telah berapa lama tersedak

benda asing. Pada anak-anak kadang-kadang episode inisial belum dapat

22

diungkapkan dengan baik oleh anak itu sendiri dan tidak disaksikan oleh

orang tua atau pengasuhnya sehingga gejalanya mirip dengan penyakit paru

yang lain. Gejala yang sering ditemukan pada kasus aspirasi benda asing

yang telah berlangsung lama antara lain batuk, sesak nafas, wheezing,

demam dan stridor. Perlu ditanyakan juga telah berapa lama, bentuk,

ukuran dan jenis benda asing untuk mengetahui simtomatologi.5,6

- Pemeriksaan fisik yang menyeluruh pada kasus aspirasi benda asing sangat

diperlukan. Kegawatan nafas atau sianosis memerlukan penanganan yang

segera. Pada jam-jam pertama setelah terjadinya aspirasi benda asing tanda

yang bisa ditemukan di dada penderita adalah akibat perubahan aliran

udara di traktus trakeobronkial yang dapat dideteksi dengan stetoskop.

Benda asing disaluran nafas akan menyebabkan suara nafas melemah atau

timbul suara abnormal seperti wheezing pada satu sisi paru-paru. 5,6

- Pemeriksan penunjang pada kasus benda asing pada trakeobronkial dapat

dilakukan pemeriksaan radiologik dan laboratorium untuk membantu

menegakkan diagnosis. Benda asing yang bersifat radioopak dapat dibuat

foto rongent segera setelah kejadian sedangkan benda asing radiolusen

(seperti kacang-kacangan) dibuat foto rongent setelah 24 jam kejadian

karena sebelum 24 jam kejadian belum menunjukan gambaran radiologis

yang berarti. Biasanya setelah 24 jam baru tampak atelektasis atau

emfisema. Pemeriksaan radiologis penderita aspirasi benda asing harus

dilakukan. Dianjurkan untuk membuat foto berikut: 5,6

23

1. Foto jaringan lunak leher PA dan lateral posisi ekstensi

Dapat memperlihatkan benda asing radioopak dan kadang-kadang bahkan

benda asing radiolusen pada laring dan trakea.

2. Foto torak PA dan lateral

3. Foto torak akhir inspirasi dan ekspirasi

Dapat memperlihatkan atelektasis dan emfisema obstruktif, juga dapat

terlihat bukti tidak langsung adanya benda asing radiolusen.

4. Fluoroskopi/videofluoroskopi

Merupakan cara terbaik untuk melihat saluran nafas secara

keseluruhan dapat mengevaluasi pada saat ekspirasi dan inspirasi dan

adanya obstruksi parsial. Emfisema obstruktif merupakan bukti radiologik

pada benda asing di saluran nafas setelah 24 jam benda teraspirasi.

Gambaran emfisema tampak sebagai pergeseran mediastinum ke sisi paru

yang sehat pada saat ekspirasi (mediastinal shift) dan pelebaran

interkostalis.5,6

5. Bronkografi

Berguna untuk benda asing radiolusen yang berada di perifer pada

pandangan endoskopi serta perlu untuk menilai bronkiektasis akibat benda

asing yang lama berada di bronkus. 1,5

24

6. Pemeriksaan laboratorium darah

Berguna untuk mengetahui adanya gangguan keseimbang asam basa

serta tanda infeksi traktus trakeobronkial. 1,5

Diagnosis benda asing di saluran nafas dapat ditegakkan pada hampir

70% kasus. Harus diingat bahwa tidak terdapatnya kelainan radiologis tidak

berarti adanya benda asing dapat disingkirkan. Foto torak cenderung

memberikan gambaran normal pada 1/3 pasien yang didiagnosis sebagai

aspirasi benda asing dalam 24 jam pertama kejadian.1,6

2.3.6 Penatalaksanaan

Untuk dapat menanggulangi kasus aspirasi benda asing dengan cepat

dan tepat perlu diketahui dengan sebaik-baiknya gejala di tiap lokasi

bersangkutan benda asing tersebut. Secara prinsip benda asing di trakeobronkial

diatasi dengan pengangkatan segera secara endoskopik dalam kondisi yang

paling aman dan dengan trauma yang minimum. Kebanyakan pasien dengan

aspirasi benda asing yang datang ke ahli THT telah melalui fase akut sehingga

pengangkatan secara endoskopik harus dipersiapkan seoptimal mungkin baik

dari segi alat maupun personal yang terlatih.1

Pasien dengan benda asing ditrakea harus di rujuk ke rumah sakit

dengan fasilitas bronskopi, Benda di keluarkan dengan bronskopi secara segera

pada pasien tidur terlentang dengan posisi Trendelenburg supaya tidak lebih

turun ke bronkus, benda asing dipegang dengan kunam yang sesuai dan

25

dikeluarkan melalui laring diusahakan sumbu panjang benda asing segaris

dengan sumbu panjang trakea jadi pada sumbu vertikal untuk memudahkan

pengeluaran benda asing itu melalui rima glotis. Bila bronkospi tidak tersedia

dilakukan trakeostomi dan benda asing dikeluakan memakai kunam atau alat

penghisap melalui stoma tersebut.1

Benda asing di bronkus di keluarkan dengan bronskop kaku atau serat

optik dan kunam yang sesuai dengan benda asing tersebut. Tindakan ini harus

segera di lakukan apalagi benda asing bersifat organik. Pada bayi dan anak-anak

sebaiknya digunakan bronkoskopi kaku untuk mempertahankan jalan napas dan

pemberian oksigen yang adekuat karena diameter jalan napas pada bayi dan

anak-anak sempit. Pada orang dewasa dapat dipergunakan bronkoskop kaku atau

serat optik tergantung kasus yang dihadapi. Ukuran alat yang dipakai juga

menentukan keberhasilan tindakan. Keterampilan operator dalam bidang

endoskopi juga berperan dalam penentuan pelaksanaan tindakan bronkoskopi.1

Bronkoskop kaku mempunyai keuntungan antara lain ukurannya lebih

besar variasi kunam lebih banyak mempunyai kemampuan untuk mengekstraksi

benda asing tajam dan kemampuan untuk dilakukan ventilasi yang adekuat.

Selain keuntungan di atas penggunaan bronkoskop kaku juga mempunyai

kendala yaitu tidak bisa untuk mengambil benda asing di distal dapat

menyebabkan patahnya gigi geligi, edema subglotik, trauma mukosa, perforasi

bronkus dan perdarahan. Pada pemakaian teleskop maupun cunam penting

diperhatikan bahwa ruang untuk pernapasan menjadi sangat berkurang sehingga

26

lama penggunaan alat-alat ini harus dibatasi sesingkat mungkin. Bronkoskop

serat optik dapat digunakan untuk orang dewasa dengan benda asing kecil yang

terletak di distal, penderita dengan ventilasi mekanik, trauma kepala, trauma

servikal dan rahang. Bila tidak dapat di keluarkan misalnya tajam, tidak rata, dan

tersangkut pada jaringan dapat dilakukan servikotomi atau torakotomi untuk

mengeluarkan benda saing tersebut.1

Antibiotik dan kortikosteroid tidak rutin diberikan setelah endoskopi.

Dilakukan fisioterapi dada pada kasus pnemonia, bronkitis purulenta dan

atelektasis, pasien dipulangkan 24 jam setelah tindakan jika paru bersih dan tidak

demam. Pasca bronkoskopi dibuat foto torak hanya bila gejala pulmonum tidak

menghilang pada keadaan tersebut perlu di selidiki lebih lanjut dan diobati secara

tepat dan adekuat.1

Beberapa faktor penyulit mungkin dijumpai dan dapat menimbulkan

kegagalan bronkoskopi antara lain adalah faktor penderita, saat dan waktu

melakukan bronkoskopi, alat, cara mengeluarkan benda asing, kemampuan

tenaga medis dan para medis dan jenis anestesia. Sering bronkoskopi pada bayi

dan anak kecil terdapat beberapa kesulitan yang jarang dijumpai pada orang

dewasa karena lapisan submukosa yang longgar di daerah subglotik

menyebabkan lebih mudah terjadi edema akibat trauma. Keadaan umum anak

cepat menurun dan cepat terjadi dehidrasi dan renjatan. Demam menyebabkan

perubahan metabolisme, termasuk pemakaian oksigen dan metabolisme jaringan,

vasokontriksi umum dan perfusi jaringan terganggu. Adanya benda asing di

27

saluran napas akan mengganggu proses respirasi sehingga benda asing tersebut

harus segera dikeluarkan.1

Pemberian kortikosteroid dan bronkodilator dapat mengurangi edema

laring dan bronkospasme pasca tindakan bronkoskopi. Pada penderita dengan

keadaaan sakit berat maka sambil menunggu tindakan keadaan umum dapat

diperbaiki terlebih dahulu misalnya rehidrasi, memperbaiki gangguan

keseimbangan asam basa dan pemberian antibiotika. Keterlambatan diagnosis

dapat terjadi akibat kurangnya pengetahuan dan kewaspadaan penderita maupun

orang tua mengenai riwayat tersedak sehingga menimbulkan keterlambatan

penanganan.1

Kesulitan mengeluarkan benda asing saluran napas meningkat

sebanding dengan lama kejadian sejak aspirasi benda asing. Pada benda asing

yang telah lama berada di dalam saluran napas atau benda asing organik maka

mukosa yang menjadi edema dapat menutupi benda asing dan lumen bronkus,

selain itu bila telah terjadi pembentukkan jaringan granulasi dan striktur maka

benda asing menjadi susah terlihat.1

2.3.7 Komplikasi

Komplikasi dapat disebabkan oleh benda asing itu sendiri atau trauma

tindakan bronkoskopi. Komplikasi akut akibat tersangkutnya benda asing antara

lain sesak nafas, hipoksia, asfiksia sampai henti jantung. Gangguan ventilasi

ditandai dengan adanya sianosis. Komplikasi kronis antara lain pneumonia dapat

28

berlanjut dengan pembentukan kavitas dan abses paru, bronkiektasis, fistel

bronkopleura, pembentukan jaringan granulasi atau polip akibat inflamasi pada

mukosa tempat tersangkutnya benda asing. Dapat juga terjadi

pneumomediastinum, pneumotorak.6

Keterlambatan diagnosis aspirasi benda asing yang berlangsung lebih dari

3 hari akan menambah komplikasi seperti emfisema obstruktif, pergeseran

mediastinum, pneumonia dan atelektasis. Komplikasi tindakan bronkoskopi

antara lain aritmia jantung akibat hipoksia, retensi CO2 atau tekanan langsung

selama manipulasi bronkus utama kiri. Komplikasi teknis yang paling mungkin

terjadi pada operator yang kurang berpengalaman adalah benda asing masuk

lebih jauh sampai ke perifer sehingga sulit dicapai oleh skop, laserasi mukosa,

perforasi atau benda asing masuk ke segmen yang tidak tersumbat pada saat

dikeluarkan. Bisa juga terjadi edema laring dan reflek vagal. Komplikasi pasca

bronkoskopi antara lain demam, infiltrat paru dan pneumotorak yang

memerlukan bantuan ventilasi.6

29

BAB 3

KESIMPULAN

Benda asing dalam suatu organ dapat terbagi atas benda asing eksogen

(dari luar tubuh) dan benda asing endogen (dari dalam tubuh) yang dalam keadaan

normal benda tersebut tidak ada. Faktor yang mempermudah terjadinya aspirasi

benda asing pada saluran nafas adalah usia, jenis kelamin, faktor kejiwaan

(emosi,dan gangguan psikis) kegagalan mekanisme proteksi, faktor kecerobohan,

misalnya kebiasaan menaruh benda di mulut.1

Seseorang yang mengalami aspirasi benda asing saluran napas akan

mengalami 3 stadium. Stadium pertama yaitu violent paroxysms of coughing,

(choking), (gagging) dan obstruksi jalan napas dengan segera. Stadium kedua

gejala stadium permulaan diikuti oleh interval asimptomatis. Stadium ketiga

telah terjadi gejala komplikasi dengan obstruksi, erosi atau infeksi sebagai akibat

reaksi terhadap benda asing. 1

Keterlambatan diagnosis aspirasi benda asing yang berlangsung lebih dari 3

hari akan menambah komplikasi seperti emfisema obstruktif, pergeseran

mediastinum, pneumonia dan atelektasis. 6

30

DAFTAR PUSTAKA

1. Junizaf, M.H. Benda Asing pada Saluran Nafas, Dalam :Soepardi EA,

Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD (Editors). Buku Ajar Ilmu Telinga,

Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi Keenam Jakarta: Balai Penerbit

FK UI 2010. Hal : 259-265.

2. Siegel.LG. Penyakit Jalan Nafas Bagian Bawah. Dalam : Adam GL,Boies LR,

Higler PA. BOIES, Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Edisi 6.

Alih Bahasa: Wijaya C. BOIES Fundamental of Otolaryngology. Jakarta:

Penerbit EGC; 1997. Hal 467-480.

3. Snell, Richard S. Dalam Clinical Anatomy by Region Ninth Edition Lippincolt

William and Wilkins. Philadelpia 2012.Hal 34-58

4. Guyton, Arthur C., Hall, John E. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran ed. 11.

EGC. Jakarta 2007

5. Soepardi EA. Disfagia. Dalam: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,

Restuti RD.(Editors). Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok

Kepala dan Leher Edisi Keenam. Edisi Keenam Jakarta: Balai Penerbit FK UI

2010 Hal. 276-302.

6. Muluk,A. Pertahanan Saluran Nafas. Available from: URL:

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18350/1/mkn diakses 24

september 2015

31

7. Cohen JI. Anatomi dan Fisiologi Laring. Dalam: Adam GL, Boies LR, Higler

PA. BOIES, Buku Ajar Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Edisi 6. Alih

Bahasa: Wijaya C. BOIES Fundamental of Otolaryngology. Jakarta: Penerbit

EGC; 1997. 370-471

8. Itzhak B. Acute Sinusitis, Medscape.

URL http://emedicine.medscape.com/article/232670-overview#showall

diakses September 2015