bbf geologi undip

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud Mendeskripsikan kenampakan batuan beku fragmental secara megaskopis Mengetahui petrogenesa batuan beku fragmental melalui struktur dan teksturnya Menentukan nama batuan beku fragmental dengan klasifikasi Fisher (1969) 1.2 Tujuan Mampu mendeskripsikan kenampakan batuan beku fragmental secara megaskopis Mampu mengetahui petrogenesa batuan beku fragmental melalui struktur dan teksturnya Mampu menentukan nama batuan beku fragmental dengan klasifikasi Fisher (1969) 1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum Hari / Tanggal : Senin, 6 April 2015 Waktu : Pukul 18.30 WIB Tempat : Ruang 301 Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi, Universitas Diponegoro Hari / Tanggal : Senin, 13 Maret 2015 Waktu : Pukul 18.30 WIB Tempat : Ruang 301 Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi, Universitas Diponegoro 1

Upload: irvan-sakti

Post on 11-Nov-2015

51 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

afjkbasfaj,fnas,mfnaf,nafljnfalkfe;lasmfla,elkfnajef aje f

TRANSCRIPT

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Maksud

    Mendeskripsikan kenampakan batuan beku fragmental secara megaskopis

    Mengetahui petrogenesa batuan beku fragmental melalui struktur dan

    teksturnya

    Menentukan nama batuan beku fragmental dengan klasifikasi Fisher (1969)

    1.2 Tujuan

    Mampu mendeskripsikan kenampakan batuan beku fragmental secara

    megaskopis

    Mampu mengetahui petrogenesa batuan beku fragmental melalui struktur dan

    teksturnya

    Mampu menentukan nama batuan beku fragmental dengan klasifikasi Fisher

    (1969)

    1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Praktikum

    Hari / Tanggal : Senin, 6 April 2015

    Waktu : Pukul 18.30 WIB

    Tempat : Ruang 301 Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi,

    Universitas Diponegoro

    Hari / Tanggal : Senin, 13 Maret 2015

    Waktu : Pukul 18.30 WIB

    Tempat : Ruang 301 Gedung Pertamina Sukowati, Teknik Geologi,

    Universitas Diponegoro

    1

  • BAB II

    METODOLOGI

    2.1 Alat dan Bahan 2.1.1 Alat

    Penggaris

    Alat Tulis

    Lup

    Klasifikasi Fisher tahun 1966

    Kamera

    Lembar Deskripsi

    2.1.2 Bahan

    Batuan Peraga Nomor PR-10

    Batuan Peraga Nomor 42 XX

    Batuan Peraga Nomor X

    Batuan Peraga Nomor 108

    Batuan Peraga Nomor X2

    2.2 Diagram Alir

    Menyiapkan batuan peraga nomor PR-10, 42 XX, X, 108, X2

    Mulai

    2

  • Membuat sketsa batuan

    Pengolahan data data yang sudah di dapat kemudian dijadikan sebagai laporan

    Mendeskripsikan batuan berdasarkan kenampakan Megaskopis

    Selesai

    Mendeskripsikan komposisi batuan dan membuat persentase material yang terdapat pada batuan tersebut

    Membuat Petrogenesa batuan, berdasarkan data data kenampakan megaskopis, dan deskirpsi komposisi

    Pemberian nama batuan berdasarkan klasifikasi fisher tahun 1966

    3

  • BAB III

    HASIL DESKRIPSI

    3.1 Batuan peraga nomor PR-10

    Nomor peraga : PR-10

    Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental

    Kenampakan Megaskopis

    Warna : Abu abu terang

    Struktur : Masif

    Tekstur

    Ukuran butir : < 2 mm

    Roundness : Rounded

    Kemas : Tertutup

    Sortasi : Baik

    Deskripsi Komposisi :

    Batuan ini seluruhnya tersusun dari material piroklastik berukuran Ash ( < 2 mm)

    Material Piroklastik / mineral Persentase (%)

    Ash 100 %

    Petrogenesa :

    Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi. Memiliki

    struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat proses

    pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak berlubang. Dapat

    diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe pengendapan jatuhan karena

    memiliki ukuran yang halus. Memiliki tekstur dengan ukurang butir yang halus, derajat

    kebundaran yang membundar, kemasnya tertutup sehingga dapat diinterpretasikan

    4

  • bahwa materialnya memiliki waktu pengendapan yang homogen, sortasi baik karena

    memiliki ukuran butir yang seragam. Batuan ini terbentuk dari material ash yang

    membeku sangat cepat yang kemudian karena pengaruh tekanan, material tersebut

    terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami proses sementasi.

    Gambar Batuan :

    Nama Batuan : Tuff (Fisher, 1966)

    Ash

    Foto 3.1 Batuan nomor peraga PR-10

    5

  • 3.2 Batuan peraga nomor 42-XX

    Nomor peraga : 42 XX

    Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental

    Kenampakan Megaskopis

    Warna : Abu abu terang

    Struktur : Masif

    Tekstur

    Ukuran butir : 2 - 64 mm

    Roundness : Rounded

    Kemas : Tertutup

    Sortasi : Buruk

    Deskripsi Komposisi :

    Batuan ini tersusun dari material piroklastik berukuran ash ( < 2 mm) dengan

    presentase (45%) dan material piroklastik berukuran lapilli ( 2 64 mm) dengan

    presentase (55%). Selain itu juga terdapat mineral di dalam batuan ini yaitu hornblende

    dengan persentase (5%)

    Material Piroklastik / mineral Persentase (%)

    Ash 45 %

    Lapili 55 %

    Hornblende 5 %

    Petrogenesa :

    Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi. Memiliki

    struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat proses

    pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak berlubang. Dapat

    diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe pengendapan aliran karena

    6

  • memiliki sortasi yang buruk. Jadi, material piroklastik yang berukuran ash dan lapilli

    bercampur , dan mengakibatkan sortasinya yang buruk. Batuan ini tersusun dari

    material piroklastik berukuran ash dan lapili yang mengendap di cekungan karena tipe

    aliran piroklastik, dan kemudian karena pengaruh tekanan, material tersebut

    terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami proses sementasi.

    Gambar Batuan :

    Nama Batuan : Lapili Tuff (Fisher, 1966)

    Ash

    Lapili Hornblende

    Foto 3.2 Batuan nomor peraga 42 XX

    7

  • 3.3 Batuan peraga nomor X

    Nomor peraga : X

    Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental

    Kenampakan Megaskopis

    Warna : Biru

    Struktur : Masif

    Tekstur

    Ukuran butir : -

    Roundness : -

    Kemas : -

    Sortasi : -

    Deskripsi Komposisi :

    Batuan ini seluruhnya tersusun dari gelasan ( 100 % )

    Material Piroklastik / mineral Persentase (%)

    Gelasan 100 %

    Petrogenesa :

    Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi yang

    memiliki struktur masif karena tidak menunjukkan adanya lubang-lubang tempat

    pengeluaran gas-gas sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak berlubang.

    Memiliki tekstur gelasan yang menunjukkan bahwa pembekuannya sangat cepat

    sehingga tidak memungkinkan membentuk Kristal atau amorf serta dapat disebabkan

    oleh adanya kontak dengan air. Sehingga dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini

    terbentuk dengan tipe pengendapan aliran

    8

  • Gambar Batuan :

    Nama Batuan : Obsidian (Thrope and Brown, 1924)

    Gelasan

    Foto 3.3 Batuan nomor peraga X

    9

  • 3.4 Batuan peraga nomor 108

    Nomor peraga : 108

    Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental

    Kenampakan Megaskopis

    Warna : Coklat terang

    Struktur : Masif

    Tekstur

    Ukuran butir : < 2 mm

    Roundness : Rounded

    Kemas : Tertutup

    Sortasi : Baik

    Deskripsi Komposisi :

    Batuan ini seluruhnya tersusun dari material piroklastik berukuran Ash ( < 2 mm)

    Material Piroklastik / mineral Persentase (%)

    Ash 100 %

    Petrogenesa :

    Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi. Memiliki

    struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat proses

    pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak berlubang. Dapat

    diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe pengendapan jatuhan karena

    memiliki ukuran yang halus. Memiliki tekstur dengan ukurang butir yang halus, derajat

    kebundaran yang membundar, kemasnya tertutup sehingga dapat diinterpretasikan

    bahwa materialnya memiliki waktu pengendapan yang homogen, sortasi baik karena

    memiliki ukuran butir yang seragam. Batuan ini terbentuk dari material ash yang

    10

  • membeku sangat cepat yang kemudian karena pengaruh tekanan, material tersebut

    terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami proses sementasi.

    Gambar Batuan :

    Nama Batuan : Tuff (Fisher, 1966)

    Foto 3.4 Batuan nomor peraga 108

    Ash

    11

  • 3.5 Batuan peraga nomor X 2

    Nomor peraga : X 2

    Jenis Batuan : Batuan Beku Fragmental

    Kenampakan Megaskopis

    Warna : Abu abu terang

    Struktur : Masif

    Tekstur

    Ukuran butir : 2 - 64 mm

    Roundness : Rounded

    Kemas : Tertutup

    Sortasi : Buruk

    Deskripsi Komposisi :

    Batuan ini tersusun dari material piroklastik berukuran ash ( < 2 mm) dengan

    presentase (35%) dan material piroklastik berukuran lapilli ( 2 64 mm) dengan

    presentase (55%). Selain itu juga terdapat mineral di dalam batuan ini yaitu Biotite

    dengan persentase (10%)

    Material Piroklastik / mineral Persentase (%)

    Ash 35 %

    Lapili 55 %

    Biotite 10 %

    Petrogenesa :

    Batuan ini terbentuk dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi. Memiliki

    struktur masif karena tidak mengalami pengeluaran gas-gas saat proses

    pembentukannya sehingga membentuk struktur yang padat dan tidak berlubang. Dapat

    diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dengan tipe pengendapan aliran karena

    12

  • memiliki sortasi yang buruk. Jadi, material piroklastik yang berukuran ash dan lapilli

    bercampur , dan mengakibatkan sortasinya yang buruk. Batuan ini tersusun dari

    material piroklastik berukuran ash dan lapili yang mengendap di cekungan karena tipe

    aliran piroklastik, dan kemudian karena pengaruh tekanan, material tersebut

    terkompaksi namun bersifat unconsolidated karena tidak mengalami proses sementasi.

    Gambar Batuan :

    Nama Batuan : Lapili Tuff (Fisher, 1966)

    Ash

    Lapili

    Biotite

    Foto 3.5 Batuan nomor peraga X2

    13

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    Praktikum Petrologi acara Batuan Beku Fragmental dilaksanakan dua kali yaitu

    pada Senin,6 April 2015 dan Senin, 13 April 2015 di Laboratorium Teknik Geologi.

    Praktikum ini bertujuan agar praktikan dapat mengetahui kenampakan batuan beku

    fragmental berdasarkan kenampakan megaskopis, dan memberi penamaan sesuai

    dengan klasifikasinya. Selain itu, praktikan juga diharapkan dapat mengetahui

    petrogenesa dari batuan yang telah di deskripsi berdasarkan kenampakan secara

    megaskopis dan dapat memperkerikan tipe aliran piroklastiknya.

    4.1 Batuan nomor peraga PR-10

    Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki warna

    abu-abu terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang pejal, keras,

    tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen batuan lain yang

    tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif. Memiliki

    tekstur dengan ukuran butir (< 2 mm), derajat kebundarannya Rounded,

    memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling bersentuhan.

    Sortasinya baik yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang terdapat pada

    batuan ini seragam

    Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi

    yang berukuran (< 2 mm) yang disebut ash. Material piroklastik ini keluar dari

    gunungapi akibat erupsi lalu terbawa oleh angin dan akan terendapkan di suatu

    daerah.

    Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun seluruhnya dari material

    piroklastik berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (100%) maka setelah

    diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966 batuan tersebut termasuk

    Tuff (Fisher, 1966).

    14

  • Gambar 4.1.1 Klasifikasi Fisher, 1966

    Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat erupsi

    yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material piroklastik

    yaitu ash. Dari tipe letusannya yang bersifat eksplosif dapat diindikasikan

    bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila dilihat dari ukuran materialnya

    yang halus dan juga sortasinya yang baik, dapa diinterpretasikan bahwa tipe

    aliran piroklastinya yaitu tipe jatuhan. Pada saat magma berada di permukaan

    bumi, magma menghasilkan letupan-letupan gas, lalu pada saat itu magma juga

    mengeluarkan material halus yang sangat cepat membeku di udara. Kemudian

    karena adanya pengaruh tekanan dan lingkungan sekitar, material-material ash

    tersebut mengalami kompaksi namun tidak mengalami sementasi sehingga

    bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk dalam fasies Medial yang dimana

    pada daerah ini terdapatkan banyak litologi tuff

    15

  • Gambar 4.1.2 Fasies Gunungapi

    4.2 Batuan nomor peraga 42 XX

    Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki warna

    abu-abu terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang pejal, keras,

    tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen batuan lain yang

    tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif. Memiliki

    tekstur dengan ukuran butir (2 - 64 mm), derajat kebundarannya Rounded,

    memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling bersentuhan.

    Sortasinya buruk yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang terdapat pada

    batuan ini tidak seragam

    Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi

    yang berukuran (2 - 64 mm) yang disebut lapilli, selain itu pada batuan ini

    ditemukan juga material piroklastik berukuran ash (< 2 mm). Material

    piroklastik ini keluar dari gunungapi akibat erupsi lalu terbawa oleh aliran dan

    terendapkan di suatu cekungan.

    Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun dari material piroklastik

    berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (40%), lapilli ( 2 64 mm) dengan

    Zona Medial

    16

  • persentase (55%), dan juga mineral hornblende dengan persentase (5%), maka

    setelah diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966 batuan tersebut

    termasuk Lapili Tuff (Fisher, 1966).

    Gambar 4.2.1 Klasifikasi Fisher, 1966

    Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat erupsi

    yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material piroklastik

    yaitu ash dan lapili. Dari tipe letusannya yang bersifat eksplosif dapat

    diindikasikan bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila dilihat dari

    sortasinya yang buruk, dapat diinterpretasikan bahwa tipe aliran piroklastinya

    yaitu tipe aliran. Karena pada tipe aliran material material yang berbeda

    ukurannya terbawa bersama dan tidak ada pemilahan sehingga sortasinya

    menjadi buruk dan acak-acakan. Kemudian pada suatu cekungan, material

    material tersebut dan mengendap lalu karena adanya pengaruh tekanan,

    material-material tersebut mengalami kompaksi namun tidak mengalami

    sementasi sehingga bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk dalam fasies

    Medial yang dimana pada daerah ini terdapatkan banyak litologi lapilli tuff

    17

  • Gambar 4.2.2 Fasies Gunungapi

    4.3 Batuan nomor peraga X

    Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki warna

    biru. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang pejal, keras, tidak

    terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen batuan lain yang

    tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif. Memiliki

    tekstur gelasan, yang menunjukan bahwa batuan ini merupakan batuan beku

    ekstrusif yang terbentuk di luar permukaan bumi yang menyebabkan tidak

    terbentuknya kristal pada batuan ini dan seluruhnya tersusun atas gelasan.

    Memiliki warna biru cerah, dari warna batuan yang cerah ini dapat

    diindikasikan bahwa sifat magma penyusunnya adalah asam sampai

    intermediete

    Batuan ini seluruhnya tersusun atas gelasan dengan persentase (100%),

    Setelah di masukkan kedalam klasifikasi thrope and brown tahun 1985, nama

    batua ini adalah obsidian (Thrope and Brown, 1985).

    Zona Proximal

    18

  • Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk di luar

    permukaan bumi. Dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk dari

    proses pendinginan magma yang sangat cepat sehingga tidak memungkinkan

    untuk terbentuknya Kristal atau dapat disebut sebagai amorf. Lalu dalam proses

    pendinginan yang cepat ini lavanya kontak dengan air sehingga proses

    pendinginannya berlangsung tambah cepat dan tidak memungkinkan

    terbentuknya Kristal. Dari hal ini dapat diinterpretasikan bahwa tipe aliran

    piroklastiknya adalah tipe aliran. Dan pada fasies gunung api dapat diperkirakan

    bahwa batuan ini terdapatkan pada zona distal sampai zona medial

    Gambar 4.3.1 Fasies Gunungapi

    4.4 Batuan nomor peraga 108

    Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki warna

    coklat terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang pejal, keras,

    tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen batuan lain yang

    Zona Medial Zona Distal

    19

  • tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif. Memiliki

    tekstur dengan ukuran butir (< 2 mm), derajat kebundarannya Rounded,

    memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling bersentuhan.

    Sortasinya baik yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang terdapat pada

    batuan ini seragam

    Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi

    yang berukuran (< 2 mm) yang disebut ash. Material piroklastik ini keluar dari

    gunungapi akibat erupsi lalu terbawa oleh angin dan akan terendapkan di suatu

    daerah.

    Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun seluruhnya dari material

    piroklastik berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (100%) maka setelah

    diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966 batuan tersebut termasuk

    Tuff (Fisher, 1966).

    Gambar 4.4.1 Klasifikasi Fisher, 1966

    Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat erupsi

    yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material piroklastik

    20

  • yaitu ash. Dari tipe letusannya yang bersifat eksplosif dapat diindikasikan

    bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila dilihat dari ukuran materialnya

    yang halus dan juga sortasinya yang baik, dapa diinterpretasikan bahwa tipe

    aliran piroklastinya yaitu tipe jatuhan. Pada saat magma berada di permukaan

    bumi, magma menghasilkan letupan-letupan gas, lalu pada saat itu magma juga

    mengeluarkan material halus yang sangat cepat membeku di udara. Kemudian

    karena adanya pengaruh tekanan dan lingkungan sekitar, material-material ash

    tersebut mengalami kompaksi namun tidak mengalami sementasi sehingga

    bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk dalam fasies Medial yang dimana

    pada daerah ini terdapatkan banyak litologi tuff

    Gambar 4.4.2 Fasies Gunungapi

    4.5 Batuan nomor peraga X 2

    Berdasarkan pengamatan secara megaskopis batuan ini memiliki warna

    abu-abu terang. Memiliki struktur yang menunjukkan struktur yang pejal, keras,

    tidak terdapat lubang-lubang gas serta tidak terdapat fragmen batuan lain yang

    Zona Medial

    21

  • tertanam dalam tubuh batuan ini, maka strukturnya disebut masif. Memiliki

    tekstur dengan ukuran butir (2 - 64 mm), derajat kebundarannya Rounded,

    memiliki kemas tertutup karena antar butiran batuannya saling bersentuhan.

    Sortasinya buruk yang menunjukkan bahwa ukuran butir yang terdapat pada

    batuan ini tidak seragam

    Batuan ini terkomposisi dari material hasil erupsi eksplosif gunungapi

    yang berukuran (2 - 64 mm) yang disebut lapilli, selain itu pada batuan ini

    ditemukan juga material piroklastik berukuran ash (< 2 mm). Material

    piroklastik ini keluar dari gunungapi akibat erupsi lalu terbawa oleh aliran dan

    terendapkan di suatu cekungan.

    Berdasarkan komposisinya yaitu tersusun dari material piroklastik

    berukuran ash ( < 2 mm) dengan persentase (35%), lapilli ( 2 64 mm) dengan

    persentase (55%), dan juga mineral biotite dengan persentase (10%), maka

    setelah diklasifikasikan berdasarkan klasifikasi fisher, 1966 batuan tersebut

    termasuk Lapili Tuff (Fisher, 1966).

    Gambar 4.5.1 Klasifikasi Fisher, 1966

    22

  • Batuan ini merupakan batuan piroklastik yang terbentuk akibat erupsi

    yang bersifat eksplosif sehingga menghasilkan material-material piroklastik

    yaitu ash dan lapili. Dari tipe letusannya yang bersifat eksplosif dapat

    diindikasikan bahwa sifat magma asalnya adalah asam. Bila dilihat dari

    sortasinya yang buruk, dapat diinterpretasikan bahwa tipe aliran piroklastinya

    yaitu tipe aliran. Karena pada tipe aliran material material yang berbeda

    ukurannya terbawa bersama dan tidak ada pemilahan sehingga sortasinya

    menjadi buruk dan acak-acakan. Kemudian pada suatu cekungan, material

    material tersebut dan mengendap lalu karena adanya pengaruh tekanan,

    material-material tersebut mengalami kompaksi namun tidak mengalami

    sementasi sehingga bersifat uncosolidated. Batuan ini termasuk dalam fasies

    Medial yang dimana pada daerah ini terdapatkan banyak litologi lapilli tuff

    Gambar 4.5.2 Fasies Gunungapi

    Zona Proximal

    23

  • BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Batuan peraga nomor PR-10 memiliki warna abu-abu terang, struktur massif,

    dan memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (< 2 mm), bentuk butir rounded, sortasi

    baik, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash dengan persentase

    (100 %). Nama batuan ini adalah Tuff (Fisher, 1966)

    Batuan peraga nomor 42-XX memiliki warna abu-abu terang, struktur massif,

    dan memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (2 - 64 mm), bentuk butir rounded,

    sortasi buruk, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash dengan

    persentase (40 %), Lapili dengan persentase (55 %), dan mineral hornblende

    dengan persentase (5 %). Nama batuan ini adalah Lapili-Tuff (Fisher, 1966)

    Batuan peraga nomor X memiliki warna biru, struktur massif, dan memiliki

    tekstur gelasan. Memiliki komposisi berupa gelasan dengan persentase (100

    %). Nama batuan ini adalah Obsidian (Thrope and Brown, 1985)

    Batuan peraga nomor 108 memiliki warna coklat terang, struktur massif, dan

    memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (< 2 mm), bentuk butir rounded, sortasi

    baik, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash dengan persentase

    (100 %). Nama batuan ini adalah Tuff (Fisher, 1966)

    Batuan peraga nomor 42-XX memiliki warna abu-abu terang, struktur massif,

    dan memiliki tekstur yaitu, ukuran butir (2 - 64 mm), bentuk butir rounded,

    sortasi buruk, dan kemas tertutup. Memiliki komposisi berupa ash dengan

    persentase (35 %), Lapili dengan persentase (55 %), dan mineral biotite dengan

    persentase (10 %). Nama batuan ini adalah Lapili-Tuff (Fisher, 1966)

    24

  • 5.2 Saran

    Agar pada saat penyampaian materi presentasi tidak terlalu cepat dalam

    penyampainnya

    25