batubara indonesia

28
BATUBARA DAN GAMBUT Dibuat Sebagai tugas dari mata kuliah Sumber Daya Mineral dan Energi pada Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Sriwijaya Oleh : Aziz Andalas Putra 03021281320006 Dian Permatasari 03021281320026 M. Faisal Sumantri 03021181320074 Rozali Nugraha 03021181320058 Riska Septiyani 03021181320044 Vicky Khusuma 03021181320062

Upload: riska-septiyani

Post on 06-Feb-2016

35 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

BTBR

TRANSCRIPT

Page 1: Batubara Indonesia

BATUBARA DAN GAMBUT

Dibuat Sebagai tugas dari mata kuliah Sumber Daya Mineral dan Energipada Jurusan Teknik Pertambangan

Universitas Sriwijaya

Oleh :

Aziz Andalas Putra 03021281320006Dian Permatasari 03021281320026

M. Faisal Sumantri 03021181320074 Rozali Nugraha 03021181320058

Riska Septiyani 03021181320044 Vicky Khusuma 03021181320062

Kelas : B

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

2015

Page 2: Batubara Indonesia

Batubara

A . Keadaan Umum

Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah batuan

sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa

tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Atau batu bara adalah batuan

organik yang memiliki sifat-sifat fisika dan kimia yang kompleks yang dapat ditemui

dalam berbagai bentuk Unsur-unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.

Pembentukan batu bara memerlukan kondisi-kondisi tertentu dan hanya terjadi pada

era-era tertentu sepanjang sejarah geologi. Zaman Karbon, kira-kira 340 juta tahun yang

lalu (jtl), adalah masa pembentukan batu bara yang paling produktif dimana hampir

seluruh deposit batu bara (black coal) yang ekonomis di belahan bumi bagian utara

terbentuk.Pada Zaman Permian, kira-kira 270 jtl, juga terbentuk endapan-endapan batu

bara yang ekonomis di belahan bumi bagian selatan, seperti Australia, dan berlangsung

terus hingga ke Zaman Tersier (70 - 13 jtl) di berbagai belahan bumi lain

Hampir seluruh pembentuk batu bara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan

pembentuk batu bara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:

Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat

sedikit endapan batu bara dari perioda ini.

Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga.

Sedikit endapan batu bara dari perioda ini.

Pteridofita, umur Devon Atas hingga Karbon Atas. Materi utama pembentuk batu

bara berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan

biji, berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.

Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.

Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung

kadar getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan

Page 3: Batubara Indonesia

glossopteris adalah penyusun utama batu bara Permian seperti

di Australia, India dan Afrika.

Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah

yang menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding

gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

Berdasarkan tingkat proses pembentukannya yang dikontrol oleh tekanan, panas dan

waktu, batu bara umumnya dibagi dalam lima kelas: antrasit, bituminus, sub-bituminus,

lignit dan gambut.

Antrasit adalah kelas batu bara tertinggi, dengan warna hitam berkilauan (luster)

metalik, mengandung antara 86% - 98% unsurkarbon (C) dengan kadar air kurang

dari 8%.

Bituminus mengandung 68 - 86% unsur karbon (C) dan berkadar air 8-10% dari

beratnya. Kelas batu bara yang paling banyak ditambang di Australia.

Sub-bituminus mengandung sedikit karbon dan banyak air, dan oleh karenanya

menjadi sumber panas yang kurang efisien dibandingkan dengan bituminus.

Lignit atau batu bara coklat adalah batu bara yang sangat lunak yang mengandung

air 35-75% dari beratnya.

Gambut, berpori dan memiliki kadar air di atas 75% serta nilai kalori yang paling

rendah.

Gambar 1 Urutan Pembentukan Batubara

Analisis unsur memberikan rumus formula empiris seperti C137H97O9NS untuk

bituminus dan C240H90O4NS untuk antrasit.

Page 4: Batubara Indonesia

Proses perubahan sisa-sisa tanaman menjadi gambut hingga batu bara disebut

dengan istilah pembatu baraan (coalification). Secara ringkas ada 2 tahap proses yang

terjadi, yakni:

Tahap Diagenetik atau Biokimia, dimulai pada saat material tanaman terdeposisi

hingga lignit terbentuk. Agen utama yang berperan dalam proses perubahan ini

adalah kadar air, tingkat oksidasi dan gangguan biologis yang dapat menyebabkan

proses pembusukan (dekomposisi) dan kompaksi material organik serta membentuk

gambut.

Tahap Malihan atau Geokimia, meliputi proses perubahan dari lignit menjadi

bituminus dan akhirnya antrasit.

B. Geologi ( Potensi Dan Cadangan )

Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan

Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk

PulauSumatera dan Kalimantan), pada umumnya endapan batu bara ekonomis tersebut

dapat dikelompokkan sebagai batu bara berumur Eosen atau sekitar Tersier Bawah,

kira-kira 45 juta tahun yang lalu dan Miosen atau sekitar Tersier Atas, kira-kira 20 juta

tahun yang lalu menurut Skala waktu geologi.

Batu bara ini terbentuk dari endapan gambut pada iklim purba sekitar

khatulistiwa yang mirip dengan kondisi kini. Beberapa diantaranya tegolong kubah

gambut yang terbentuk di atas muka air tanah rata-rata pada iklim basah sepanjang

tahun. Dengan kata lain, kubah gambut ini terbentuk pada kondisi dimana mineral-

mineral anorganik yang terbawa air dapat masuk ke dalam sistem dan membentuk

lapisan batu bara yang berkadar abu dan sulfur rendah dan menebal secara lokal. Hal ini

sangat umum dijumpai pada batu bara Miosen. Sebaliknya, endapan batu bara Eosen

umumnya lebih tipis, berkadar abu dan sulfur tinggi. Kedua umur endapan batu bara ini

terbentuk pada lingkungan lakustrin, dataran pantai atau delta, mirip dengan daerah

pembentukan gambut yang terjadi saat ini di daerah timur Sumatera dan sebagian besar

Kalimantan.

Page 5: Batubara Indonesia

C. Penawaran dan Permintaan Batu Bara di Indonesia

2009

Pada periode Januari sampai dengan Maret 2013, harga batubara turun kembali pada

posisi US$70. Jepang sebagai importir batubara terbesar di dunia mengalami penurunan

impor batubara thermal setidaknya sebesar 3% dengan tingkat 130 juta ton yang

disebabkan oleh meningkatnya penggunaan kapasitas pembangkit listrik energi nuklir.

Meningkatnya tingkat penggunaan pembangkit listrik energi nuklir di Jepang akan

menyebabkan berkurangnya penggunaan jenis energi lain, termasuk batubara. Hal ini

menjadi faktor penting yang menurunkan permintaan batubara dunia secara signifikan.

Pertengahan tahun 2008, harga batubara kembali meningkat pada kisaran US$71.31.

Pemulihan ekonomi dunia meningkatkan permintaan terhadap produk energi, termasuk

batubara, sehingga mendorong harga naik. Kenaikan batubara ini juga sejalan dengan

harga minyak bumi yang meningkat karena batubara merupakan komoditas energi

alternatif selain minyak dan gas. Harga batubara pada Oktober sampai dengan

Desember menguat hingga mencapai US$77,6/Mton. Meningkatnya harga komoditas

ini ditengarai sebagai respon dari naiknya permintaan Cina memasuki musim dingin di

akhir tahun guna pemenuhan kebutuhan bahan bakar listriknya. Cina merupakan

konsumen batubara terbesar dibanding negara-negara pengimpor lainnya dan hampir

80% pembangkit listrik di negara tersebut menggunakan batubara sebagai sumber

energi.

2010

Awal tahun 2010, harga batubara meningkat pada level US$95,2/Mton atau naik

22,6% dari periode sebelumnya sebesar US$77,6/Mton. Kenaikan harga batubara

tersebut sejalan dengan menguatnya harga minyak dunia yang merupakan barometer

pergerakan harga komoditas lainnya termasuk batubara. Pada pertengahan tahun 2010,

harga batubara melemah pada tingkat US$93,6/Mton. Pelemahan tersebut mengikuti

tren penurunan harga minyak bumi akibat ketidakpastian ekonomi global. Kemudian

pada triwulan akhir tahun 2010, harga batubara meningkat kembali menjadi

Page 6: Batubara Indonesia

US$106,5/Mton. Kenaikan tersebut mengikuti tren kenaikan harga minyak bumi akibat

permintaan melonjak memasuki musim dingin terutama di Eropa dan Amerika Serikat

2011

Harga batubara di pasar internasional pada awal tahun 2011 meningkat dari

US$106,5/Mton menjadi US$112,4/Mton. Selain karena tren harga yang terus

meningkat sejak akhir tahun 2010, gangguan pasokan batubara yang terjadi akibat banjir

bandang yang melanda Australia sejak Desember 2010 sebagai negara penghasil

batubara terbesar dunia menjadi faktor penyebab utama kenaikan harga batubara pada

triwulan pertama. Pada periode Mei-Juni tahun 2011, terjadi pelemahan harga batubara

dunia sebesar 7% menjadi US$104/Mton dari US$112,4/Mton pada triwulan

sebelumnya. Penurunan harga batubara dipasar internasional diperkirakan akibat

melemahnya permintaan batubara dunia dari Asia, antara lain karena belum pulihnya

permintaan dari Jepang pasca tsunami. Selain Jepang, permintaan batubara dari Korea

Selatan juga mengalami penurunan. Harga batubara bergerak stabil di sekitar

US$104/Mton pada periode Juli sampai dengan September 2011. Pergerakan ini

dipengaruhi oleh lesunya permintaan batubara dari Eropa terkait krisis hutang yang

masih melanda kawasan tersebut. Harga batubara kembali melemah pada akhir tahun

menjadi US$111,5/Mton. Penurunan tersebut disebabkan melemahnya permintaan

batubara dari Asia, terutama India akibat perlambatan aktivitas industri baja, semen dan

Direct Reduced Iron(DRI), serta Eropa akibat pelemahan ekonomi global.

2012

Pada awal tahun, harga batubara masih dalam tren penurunan dari tahun sebelumnya

sebesar US$111,5/Mton menjadi US$102,04/Mton. Penurunan harga tersebut

disebabkan oleh melemahnya permintaan global dan tingginya pasokan dari negara-

negara utama pengekspor batubara. Pertengahan tahun hingga tahun 2012 berakhir,

harga kembali menyentuh level US$90/Mton. Harga turun dikarenakan kelebihan

pasokan batubara dunia akibat penurunan permintaan. Kelebihan suplai batubara di

pasar itu diawali dari kelebihan cadangan batubara di Cina yang juga sebenarnya hasil

ekspor Indonesia. Cina mengurangi konsumsi batubara karena industri pembuatan

Page 7: Batubara Indonesia

barang jadi yang diproduksi dengan mesin-mesin elektrik yang dibangkitkan dengan

pembakaran batubara tengah lesu. Cina mengerem laju konsumsinya menjadi hanya 7%

per tahun hingga tiga tahun kedepan, setelah sebelumnya 9% per tahun. Cina juga mulai

menambang sendiri batubara miliknya dengan kapasitas produksi 750 juta ton per tahun.

Selain Cina, Amerika Serikat juga mulai menjadi pemain ekspor batubara. Setelah

menemukan gas serpih (shell gas) yang murah, dimana biaya produksinya hanya dua

sen dollar per kaki kubik, Amerika Serikat mengganti bahan bakar sejumlah pembangkit

listrik dengan gas tersebut. Pemakaian gas itu membuat Amerika Serikat menghemat

batubaranya 180 juta ton per tahun. Hal ini mengakibatkan pasokan batubara Amerika

Serikat yang sudah terlanjur dieksploitasi menjadi tidak terpakai. Oleh karena itu,

untung satu dollar saja per ton, Amerika Serikat sudah menjual batubaranya. Ekspor

Amerika Serikat sudah mencapai 91 juta ton di bulan September terutama pada pasar

Jepang dan Cina. Pasokan batubara dunia berlebih karena sejumlah pemain baru masuk

ke dalam bisnis ini, termasuk di Indonesia, dimana banyak penambang baru dan pemain

lama berlomba dalam menggenjot produksinya dikarenakan tertarik dengan tren

kenaikan harga batubara tahun-tahun sebelumnya. Pada akhirnya pasokan batubara

melimpah ruah, permintaan turun dan harga pun anjlok. Penurunan permintaan batubara

hampir di semua negara tujuan ekspor sebagai dampak ikutan dari krisis ekonomi

ekonomi yang melanda Eropa, kecuali India yang masih tumbuh sebesar 9,5% terkait

dengan pemernuhan kebutuhan energi dalam negeri. Kelesuan ekonomi di Eropa dan

Amerika Serikat membuat permintaan terhadap industri manufaktur di Cina dan India

melemah dan akibatnya pembelian batubara berkurang. Penurunan permintaan batubara

terbesar terjadi pada Cina (-38,3%) seiring dengan perlambatan ekonomi yang dialami

Cina. Penurunan permintaan batubara juga terjadi ke mitra dagang utama lainnya,

seperti Jepang (02,2%), Korea selatan (-7,7%) dan taiwan (-12,6%)

D. Eksplorasi

Tahapan Kegiatan Eksplorasi Batubara

1. Survei Tinjau (Reconnaissance)

Page 8: Batubara Indonesia

Survei tinjau merupakan tahap eksplorasi Batu bara yang paling awal dengan tujuan

mengidentifikasi daerah-daerah yang secara geologis mengandung endapan batubara

yang berpotensi untuk diselidiki lebih lanjut serta mengumpulkan informasi tentang

kondisi geografi, tata guna lahan, dan kesampaian daerah. Kegiatannya, antara lain,

studi geologi regional, penafsiran penginderaan jauh, metode tidak langsung lainnya,

serta inspeksi lapangan pendahuluan yang menggunakan peta dasar dengan skala

sekurang-kurangnya 1 : 100.000.

2. Prospeksi (Prospecting)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk membatasi daerah sebaran endapan yang akan

menjadi sasaran eksplorasi selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini, di

antaranya, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:50.000, pengukuran penampang

stratigrafi, pembuatan paritan, pembuatan sumuran, pemboran uji (scout drilling),

pencontohan dan analisis. Metode tidak langsung, seperti penyelidikan geofisika, dapat

dilaksanakan apabila dianggap perlu.

Logging geofisik berkembang dalam ekplorasi minyak bumi untuk analisa kondisi

geologi dan reservior minyak. Logging geofisik untuk eksplorasi batubara dirancang

tidak hanya untuk mendapatkan informasi geologi, tetapi untuk memperoleh berbagai

data lain, seperti kedalaman, ketebalan dan kualitas lapisan batubara, dan sifat

geomekanik batuan yang menyrtai penambahan batubara.

Dan juga mengkompensasi berbagai maslah yang tidak terhindar apabila hanya

dilakukan pengeboran, yaitu pengecekan kedalaman sesungguhnya dari lapisan penting,

terutama lapisan batubara atau sequence rinci dari lapisan batubara termasuk parting

dan lain lain.

3. Eksplorasi Pendahuluan (Preliminary Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta

gambaran awal bentuk tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang dilakukan antara

lain, pemetaan geologi dengan skala minimal 1:10.000, pemetaan topografi, pemboran

dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penarnpangan (logging) geofisika,

Page 9: Batubara Indonesia

pembuatan sumuran/paritan uji, dan pencontohan yang andal. Pengkajian awal

geoteknik dan geohidrologi mulai dapat dilakukan.

4. Eksplorasi Rinci (Detailed Exploration)

Tahap eksplorasi ini dimaksudkan untuk mengetahui kuantitas dan kualitas serta bentuk

tiga-dimensi endapan batu bara. Kegiatan yang harus dilakukan adalah pemetaan

geologi dan topografi dengan skala minimal 1:2.000, pemboran, dan pencontohan yang

dilakukan dengan jarak yang sesuai dengan kondisi geologinya, penampangan (logging)

geofisika, pengkajian geohidrologi, dan geoteknik. Pada tahap ini perlu dilakukan

pencontohan batuan, batubara dan lainnya yang dipandang perlu sebagai bahan

pengkajian lingkungan yang berkaitan denqan rencana kegiatan penambangan

E. Produksi

NO PERUSAHAAN TAHUN 2014 TAHUN 2015 TOTAL

1 Adaro Indonesia,

Tbk

50,601,101.00 0.00 50,601,101.00

2 Antang Gunung

Meratus

466,400.00 0.00 466,400.00

3 Arutmin Indonesia 13,051,097.00 0.00 13,051,097.00

4 Asmin Bara Bronang 957,304.60 0.00 957,304.60

5 Asmin Coalindo

Tuhup

450,092.00 0.00 450,092.00

6 Bangun Banua

Persada Kalimantan

188,578.13 0.00 188,578.13

7 Baturona Adimulya 118,084.07 0.00 118,084.07

8 Berau Coal 15,780,800.00 0.00 15,780,800.00

9 Bharinto Ekatama 2,247,610.00 0.00 2,247,610.00

10

Borneo Indobara

3,348,661.40 0.00 3,348,661.40

F. Pengolahan Batu Bara

Page 10: Batubara Indonesia

Batubara yang langsung diambil dari bawah tanah,disebut batubara tertambang

run-of-mine (ROM), seringkali memiliki kandungan campuran yang tidak diinginkan

seperti batu dan lumpur dan berbentuk pecahan dengan berbagai ukuran. Namun

demikian pengguna batubara membutuhkan batubara dengan mutu yang konsisten.

Pengolahan batubara – juga disebut pencucian batubara (“coal benification” atau “coal

washing”) mengarah pada penanganan batubara tertambang (ROM Coal) untuk

menjamin mutu yang konsisten dan kesesuaian dengan kebutuhan pengguna akhir

tertentu.

Pengolahan tersebut tergantung pada kandungan batubara dan tujuan

penggunaannya. Batubara tersebut mungkin hanya memerlukan pemecahan sederhana

atau mungkin memerlukan proses pengolahan yang kompleks untuk mengurangi

kandungan campuran. Untuk menghilangkan kandungan campuran, batubara terambang

mentah dipecahkan dan kemudian dipisahkan ke dalam pecahan dalam berbagai ukuran.

Pecahan-pecahan yang lebih besar biasanya diolah dengan menggunakan metode

‘pemisahan media padatan’. Dalam proses demikian, batubara dipisahkan dari

kandungan campuran lainnya dengan diapungkan dalam suatu tangki berisi cairan

dengan gravitasi tertentu, biasanya suatu bahan berbentuk mangnetit tanah halus.

Setelah batubara menjadi ringan, batubara tersebut akan mengapung dan dapat

dipisahkan, sementara batuan dan kandungan campuran lainnya yang lebih berat akan

tenggelam dan dibuang sebagai limbah.

Pecahan yang lebih kecil diolah dengan melakukan sejumlah cara, biasanya

berdasarkan perbedaan kepadatannya seperti dalam mesin sentrifugal. Mesin sentrifugal

adalah mesin yang memutar suatu wadah dengan sangat cepat, sehingga memisahkan

benda padat dan benda cair yang berada di dalam wadah tersebut. Metode alternatif

menggunakan kandungan permukaan yang berbeda dari batubara dan limbah. Dalam

‘pengapungan berbuih’, partikel-partikel batubara dipisahkan dalam buih yang

dihasilkan oleh udara yang ditiupkan ke dalam rendaman air yang mengandung reagen

kimia. Buih-buih tersebut akan menarik batubara tapi tidak menarik limbah dan

kemudian buih-buih tersebut dibuang untuk mendapatkan batubara halus.

Page 11: Batubara Indonesia

Perkembangan teknolologi belakangan ini telah membantu meningkatkan perolehan

materi batubara yang sangat baik

F . Pemasaran dan Pemanfaatan

Batubara merupakan sumber energi dari bahan alam yang tidak akan membusuk, tidak

mudah terurai berbentuk padat. Oleh karenanya rekayasa pemanfaatan batubara ke

bentuk lain perlu dilakukan.

Pemanfataan yang diketahui biasanya adalah sebagai sumber energi bagi Pembangkit

Listrik Tenaga Uap Batubara, sebagai bahan bakar rumah tangga (pengganti minyak

tanah) biasanya dibuat briket batubara, sebagai bahan bakar industri kecil; misalnya

industri genteng/bata, industri keramik. Abu dari batubara juga dimanfaatkan sebagai

bahan dasar sintesis zeolit, bahan baku semen, penyetabil tanah yang lembek. Penyusun

beton untuk jalan dan bendungan, penimbun lahan bekas pertambangan,; recovery

magnetit, cenosphere, dan karbon; bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori;

bahan penggosok (polisher); filler aspal, plastik, dan kertas; pengganti dan bahan baku

semen; aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization).

Ada beberapa faktor yang menadi alasan batubara digunakan sebagai sumber energi

alternatif, yaitu:

1. Cadangan batubara sangat banyak dan tersebar luas. Diperkirakan terdapat lebih

dari 984 milyar ton cadangan batubara terbukti (proven coal reserves) di seluruh

dunia yang tersebar di lebih dari 70 negara.

2. Negara-negara maju dan negara-negara berkembang terkemuka memiliki banyak

cadangan batubara.

Page 12: Batubara Indonesia

3. Batubara dapat diperoleh dari banyak sumber di pasar dunia dengan pasokan

yang stabil.

4. Harga batubara yang murah dibandingkan dengan minyak dan gas.

5. Batubara aman untuk ditransportasikan dan disimpan.

6. Batubara dapat ditumpuk di sekitar tambang, pembangkit listrik, atau lokasi

sementara.

7. Teknologi pembangkit listrik tenaga uap batubara sudah teruji dan handal.

8. Kualitas batubara tidak banyak terpengaruh oleh cuaca maupun hujan.

9. Pengaruh pemanfaatan batubara terhadap perubahan lingkungan sudah dipahami

dan dipelajari secara luas, sehingga teknologi batubara bersih (clean coal

technology) dapat dikembangkan dan diaplikasikan.

G. Cadangan Batu Bara di Dunia

Pada tahun 1996 diestimasikan terdapat sekitar satu exagram (1 × 1015 kg atau 1

trilyun ton) total batu bara yang dapat ditambang menggunakan teknologi tambang saat

ini, diperkirakan setengahnya merupakan batu bara keras. Nilai energi dari semua batu

bara dunia adalah 290 zettajoules.[6] Dengan konsumsi global saat ini adalah 15 terawatt,[7] terdapat cukup batu bara untuk menyediakan energi bagi seluruh dunia untuk 600

tahun.

British Petroleum, pada Laporan Tahunan 2006, memperkirakan pada akhir 2005,

terdapat 909.064 juta ton cadangan batu bara dunia yang terbukti (9,236 × 1014 kg), atau

cukup untuk 155 tahun (cadangan ke rasio produksi). Angka ini hanya cadangan yang

diklasifikasikan terbukti, program bor eksplorasi oleh perusahaan tambang, terutama

sekali daerah yang di bawah eksplorasi, terus memberikan cadangan baru. Departemen

Energi Amerika Serikat memperkirakan cadangan batu bara di Amerika Serikat sekitar

1.081.279 juta ton (9,81 × 1014 kg), yang setara dengan 4.786 BBOE (billion barrels of

oil equivalent)

H. Tempat Terbentuknya Batubara

Page 13: Batubara Indonesia

Gambar 2 Proses Terbentuknya Batubara

Batubara adalah mineral organik yang dapat terbakar, terbentuk dari sisa tumbuhan

purba yang mengendap yang selanjutnya berubah bentuk akibat proses fisika dan kimia

yang berlangsung selama jutaan tahun. Oleh karena itu, batubara termasuk dalam

kategori bahan bakar fosil. Adapun proses yang mengubah tumbuhan menjadi batubara

tadi disebut dengan pembatubaraan (coalification).

Faktor tumbuhan purba yang jenisnya berbeda-beda sesuai dengan jaman geologi

dan lokasi tempat tumbuh dan berkembangnya, ditambah dengan lokasi pengendapan

(sedimentasi) tumbuhan, pengaruh tekanan batuan dan panas bumi serta perubahan

geologi yang berlangsung kemudian, akan menyebabkan terbentuknya batubara yang

jenisnya bermacam-macam. Oleh karena itu, karakteristik batubara berbeda-beda sesuai

dengan lapangan batubara (coal field) dan lapisannya (coal seam).

Untuk menjelaskan tempat terbentuknya batubara, dikenal dua macam teori yaitu :

a. Teori Insitu

Teori ini mengatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara,

terbentuknya ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian

maka setelah tumbuhan tersebut mati, belum mengetahui proses transportasi segera

tertutup oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang

terebentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih

baik karena kadar abunya relative kecil. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia

didapatkan di lapangan batubara Muara Enir – Sumatera Selatan.

b. Teori Drift

Page 14: Batubara Indonesia

Coal

Rawa gambur Sedimentasi bahan organis (biokimia-biotektonik)

Proses-proses geotektonik dan geokimia menghasilkan batubara Penurunan

dasar rawa

A. In-situ (autochthonous)

B. Drift (allochthonous)

Transportasi oleh aliran air

Akumulasi tumbuhan, atau gambut yang tersingkap, lapuk, pecah-pecah

Sedimentasi dan Kompaksi

Teori ini menyebutkan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan batubara terjadinya

ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup dan berkembang.

Dengan demikian tumbuhan yang telah mati di angkut oleh media air dan berakumulasi

disuatu tempat, tertutupoleh batuan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis

batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas, tetapi di

jumapi dibeberapa tempat, kualitas kurang baik karena banyak mengandung material

pengotor yang terangkut bersama selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman

ke tempat sedimentasi. Batubara yang terbentuk seperti ini di Indonesia didapatkan

dilapangan batubara delta Mahakam Purba – Kalimantan Timur.

Gambar 3 Pembentukan batubara tipe in-situ dan tipe drift

Gambut

Page 15: Batubara Indonesia

A. Keadaan Umum

Gambut mempunyai banyak istilah padanan Bahasa Inggris, antara lain disebut

peat, bog, moor, mire atau fen. Istilah-istilah ini berkenaan dengan perbedaan jenis sifat

gambut antara satu tempat dan tempat lainnya. Istilah gambut diambil dari kata bahasa

daerah Kalimantan Selatan (suku banjar). Gambut diartikan sebagai material organik

yang tertimbun secara alami dalam keadaan basah terlebih dan hanya sedikit mengalami

perombakan (Noor, 2001).

Klasifikasi tanah (soil taxonomy) tanah gambut dikelompokkan dalam ordo histosol

atau sebelumnya dinamakan organosol yang berbeda dengan jenis tanah mineral

umumnya. Menurut Radjagukguk dan Setiadi (1989) gambut didefenisikan sebagai

tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20 – 30% (12 – 18% C-Organik)

dengan ketebalan 40 cm atau lebih dari 80 cm. Menurut Noor (2001) tanah gambut

terbentuk karena kondisi lingkungan anaerob, kondisi seperti ini dapat menghambat

aktivitas mikroorganisme perombak, sehingga penumpukan bahan organik lebih besar

dari pada mineralisasi. 

Berdasarkan tingkat kematangannya gambut digolongkan atas tiga bagian yaitu

fibrik yang tingkat pelapukannya rendah yaitu kecil dari 33% sehingga masih banyak

mengandung serabut, berat jenis sangat rendah (< 0,1), kadar air tinggi dan bewarna

coklat. Hemik dengan tingkat kematangan sedang yang merupakan peralihan

dekomposisi bahan organik antara 33 – 66%, dimana masih banyak mengandung

serabut dan berat jenis antara 0,07 – 0,13 dengan kadar air tinggi serta bewarna kelam.

Saprik adalah gambut yang mempunyai tingkat dekomposisi bahan organiknya lebih

dari 66%, kurang mengandung serabut, berat jenis lebih dari 0,2, kadar air tidak terlalu

tinggi bewarna hitam dan coklat kelam (Susewo, 1987). Menurut Notohadiprawiro

(1998) saprik merupakan gambut dengan daya pegang perakaran yang cukup baik

terhadap tanaman. 

Tingkat kematangan tanah gambut juga menentukan sifat kimia dan kesuburan

selain ditentukan oleh ketebalan lapisan gambut, keadaan tanah mineral yang berada di

bawah lapisan tanah gambut serta kualitas dari air yang menggenanginya juga

Page 16: Batubara Indonesia

berpengaruh. (Widyaya, 1997). Dekomposisi bahan organik akan menghasilkan asam-

asam fenolat (asam hidroksibenzoat, p-kumarat, ferulat, vanilat dan siringat) dan asam

karboksilat (asam asetat, asam laktat, asam propionat dan asam butirat). Asam-asam ini

menyebabkan kemasaman pada tanah gambut. Gugus ini merupakan gugus reaktif yang

mendominasi komplek tukaran dan dapat bertindak sebagai asam lemah sehingga dapat

terdissosiasi dan menghasilkan ion H dalam jumlah banyak (Rachim, 2000).

Fitotoksik asam-asam organik dari hasil dekomposisi bahan organik tanah gambut

berpengaruh terhadap tanaman meliputi penundaan atau penghambatan pertunasan, biji,

pertumbuhan tanaman kerdil, pengrusakan sistem perakaran, menghambat penyerapan

hara, klorosis, layu, mengganggu proses respirasi dan mematikan tanaman (Prasetyo,

1996).

Tanah gambut mempunyai fungsi ekonomi dan ekonomis. Tanah ini berperan

dalam mengisi dan mengatur debit air tanah, mengendalikan banjir, kaya akan flora dan

fauna. Tanah ini dapat dikembangkan menjadi lahan pertanian berkelanjutan meskipun

masih perlu dilakukan perbaikan beberapa sifat penting untuk mencapai tujuan produksi

(Triutomo, 1997).

Menurut Prasetyo (1997) tanah gambut sebagai seumberdaya pertanian ditinjau dari

sifat fisik dan kimianya, dikatakan sebagai lahan yang berproduktivitas rendah.

Pemanfatan lahan gambut masih mempunyai banyak kendala yakni tingkat kesuburan

tanah rendah yang ditandai dengan pH yang rendah, kejenuhan basa rendah, drainase

dan aerase tidak baik kerana bersifat irreversible drying yaitu gejala tidak dapat balik

dan memiliki kandungan air yang tinggi. Rendahnya ketersediaan hara makro seperti N,

P, K, Ca, Mg dan kandungan asam-asam organik yang meracun (fenolat dan

karboksilat). Kemasaman tanah gambut semakin tinggi jika gambut tersebut semakin

tebal. (Hakim dkk. 1986).

Tingkat kesuburan lahan gambut alami dengan cepat mengalami penurunan.

Pemberian bahan ameliorasi berupa kapur, fosfat alam, pupuk organik merupakan salah

satu cara yang bisa digunakan guna mengatasi kelemahan sifat tanah gambut

(Poerwowidodo, 1992).

Page 17: Batubara Indonesia

B. Potensi dan Cadangan

Gambut merupakan deposit karbon yg sangat besar.  Estimasi 2002 dari tanah

gambut seluas 7,20 juta dan 5,77 juta hektar (berturut-turut di P. Sumatra dan P.

Kalimantan), yang tersebar pada berbagai kedalaman, menunjukkan simpanan total

karbon sebanyak 30 Gt (Giga Ton) C

Secara global lahan gambut menyimpan sekitar 329 - 525 giga ton (Gt) karbon

atau 15-35 % dari total karbon terestris. Sekitar 86 % (455 Gt) dari Karbon di

lahan gambut tersebut tersimpan di daerah temperate (Kanada dan Rusia)

sedangkan sisanya sekitar 14 % (70 Gt) terdapat di daerah tropis.

(Murdiyarso et al, 2004).

C. Pemanfaatan

Lahan gambut di daerah penyelidikan dapat dimanfaatkan sebagai

sumberdaya energi, industri, media penyemaian dan lain-lain yang dapat

dikelompokkan sebagai berikut :

1. Daerah bergambut dengan ketebalan 0 - 1 meter

2. Daerah bergambut dengan ketebalan 1- 2 meter

3. Daerah bergambut dengan ketebalan 2 - >7 meter

Bahan bakar dapat diolah melalui proses sederhana dengan bongkah yang

disebut “Sod Peat” ataupun lahan gambut “Milled Peat”. Kedua bahan bakar ini

dibuat dengan cara pengeringan gambut dengan saluran dan pengeringan oleh sinar

matahari setelah dibentuk ataupun dikupas.

Dalam Repelita VI diharapkan bahwa sumber daya gambut sudah mulai dapat

dimanfaatkan sebagai bahan energi serta bahan baku industri, baik di dalam

negeri maupun untuk tujuan ekspor.

Energi gambut sejauh mungkin dapat membantu program nasional

pengentasan desa tertinggal dan daerah yang relatif terpencil, mengingat sifat

arang gambut yang secara ekonomis kurang menguntungkan untuk

ditranspor. Penggunaan gambut juga direncanakan untuk percobaan ekstraksi

asam humat (lignin), sebagai pengencer lumpur pengeboran, pengatur

pengerasan semen, dan media semai. Upaya pemanfaatan gambut tersebut

Page 18: Batubara Indonesia

tetap memperhatikan kegunaan lahan bagi keperluan pertanian dan usaha lain,

dan menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup.

D. Pembentukan Gambut

Dalam konteks ilmiah geologi batubara, tempat/lahan basah atau ekosistem

dimana gambut terakumulasi disebut sebagai suatu mire. Suatu mire dipengaruhi

oleh beberapa faktor diantaranya adalah evolusi flora, iklim, dan posisi geografis /

struktur daerah. Jenis dan perkembangan mire dibedakan berdasarkan genesa dan

suplainya. Berdasarkan genesanya, jenis dan perkembangan mire dibagi menjadi 2,

yaitu :

·         paludification (swamping) : pembentukan mire di atas tanah berhutan, padang,

basement, dan lain-lain oleh karena adanya proses autogenik atau perubahan

iklim.

·         Terrestrialization : pembentukan mire dengan pengisian material organik pada

tubuh air, misalnya dengan adanya ekstensi tumbuhan di pinggir danau.

Sedangkan berdasarkan suplainya, tipe dan perkembangan mire dibagi menjadi dua,

yaitu:

·         Ombrotrophic : suplai nutrien untuk tumbuhan hanya berasal dari air hujan.

Gambut yang terbentuk pada kondisi ombrotrophic disebut ombrogenous.

·         Mineratrophic (Rheotrophic) : suplai nutrien berasal dari mineral dalam tanah

atau batuan, bisa juga berasal dari aliran air sungai / danau. Gambut yang

terbentuk pada kondisi ini disebut topogeneous.

Suatu gambut dapat tumbuh dengan baik jika memiliki lingkungan

pengendapan yang sesuai dengan karakteristik dari penyusun gambut

tersebut. Deposit gambut terbentuk dengan baik pada daerah yang mengalami

penurunan cekungan.

Page 19: Batubara Indonesia