basalioma atun edit

116
MAKALAH SISTEM INTEGUMEN (ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN PADA KASUS BASALIOMA) DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 1 1. ABDULLAH TAMIM (001 STYC 13) 2. AFRILILIANTARI (003 STYC 13) 3. AHMAD CHAERI (004 STYC 13) 4. AKHMAD MUKHLIS (008 STYC 13) 5. ARTADRINIA Z.L (009 STYC 13) 6. ASRIATUN (011 STYC 13) 7. ATIKA KHETRYN O. (012 STYC 13) 8. BQ DIAN NURMAYA (014 STYC 13) 9. CHAYYI FANANI R. (015 STYC 13) 10. DEBI ANANDA P. (016 STYC 13) 11. DIAN EVITA Y. (018 STYC 13)

Upload: erna

Post on 14-Jul-2016

53 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

nlkk

TRANSCRIPT

Page 1: Basalioma Atun Edit

MAKALAH

SISTEM INTEGUMEN

(ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM INTEGUMEN PADA KASUS BASALIOMA)

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 1

1. ABDULLAH TAMIM (001 STYC 13)

2. AFRILILIANTARI (003 STYC 13)

3. AHMAD CHAERI (004 STYC 13)

4. AKHMAD MUKHLIS (008 STYC 13)

5. ARTADRINIA Z.L (009 STYC 13)

6. ASRIATUN (011 STYC 13)

7. ATIKA KHETRYN O. (012 STYC 13)

8. BQ DIAN NURMAYA (014 STYC 13)

9. CHAYYI FANANI R. (015 STYC 13)

10. DEBI ANANDA P. (016 STYC 13)

11. DIAN EVITA Y. (018 STYC 13)

12. DWI PURNAWARNI (020 STYC 13)

13. EKA SAPTA D. (021 STYC 13)

14. ERNAWATI (023 STYC 13)

15. FIRMAN SAPUTRA (029 STYC 13)

16. HELMI YATI ASRI (035 STYC 13)

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JENJANG S1

MATARAM

2015/2016

Page 2: Basalioma Atun Edit

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena atas berkat limpahan rahmat karunia dan hidayah Nya-lah penulis dapat 

menyelesaikan  Tugas Sistem Integumen tentang “Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Dengan Gangguan Sistem Integumen Pada Kasus Basalioma” ini tepat

pada waktunya.

Penulis menyadari tugas ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu

penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan penyusunan makalah yang berikutnya. Tidak lupa pula penulis

mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga

terselesaikannya makalah ini.

Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada

umumnya dan bagi penyusun pada khususnya.

Mataram, Desember 2015

Penulis

Page 3: Basalioma Atun Edit

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

KATA PENGANTAR.................................................................................. ii

DAFTAR ISI................................................................................................. iii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 1

1.1 Latar Belakang................................................................................

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................

1.3 Tujuan.............................................................................................

1.4 Manfaat...........................................................................................

1.5 Metode Penulisan............................................................................

1.6 Sistematika Penulisan.....................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5

2.1 Konsep Dasar Penyakit...................................................................

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan...............................................

BAB 3 PENUTUP........................................................................................ 23

3.1 Simpulan.........................................................................................

3.2 Saran...............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: Basalioma Atun Edit

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker kulit ialah suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan

sel-sel kulit yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan disekitarnya dan

mampu menyebar ke bagian tubuh yang lain. Karena kulit terdiri atas

beberapa jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-macam sesuai dengan

jenis sel yang terkena. Akan tetapi yang paling sering terdapat adalah

karsinoma sel basal (KSB), karsinoma sel skuamosa (KSS), dan melanoma

maligna (MM) (Ajoemedi Soemardi, 2006). Karsinoma sel basal merupakan

suatu tumor kulit yang bersifat ganas, berasal dari sel-sel basal epidermis.

Tumor ini berkembang lambat dan tidak/jarang bermetastase. Keganasan pada

karsinoma ini ialah keganasan lokal (lozalized malignant) yaitu invasi ke

tumor ke jaringan di bawah kulit (sub kulit), fasia, otot, dan tulang, umumnya

tidak menyebabkan kematian (Putra, 2008).

Karsinoma sel basal (KSB) merupakan kanker kulit non melanoma

(KKNM) yang paling banyak ditemukan di dunia, dengan kisaran 75% dari

seluruh KKNM. Karsinoma sel basal terutama terdapat pada ras Kaukasian,

menyerang terutama pada lanjut usia (Lansia), dengan jumlah rasio laki-laki

lebih banyak dari pada perempuan 2 : 1,1 sedangkan di Malaysia dan

Singapura, rasio laki-laki dibandingkan dengan perempuan hampir sama.

Meskipun insidens KSB di dunia setiap tahun selalu meningkat, namun di

Asisa insidens KSB masih rendah, seperti terlihat insidens di Jepang

(0,131%), Korea (0,048%), dan Taiwan (0,015%) Chen CC, dkk (2006).

Diagnosis standar KSB menurut klasifikasi WHO adalah berdasarkan

gambaran histopatologis menurut growth pattern yang disesuaikan dengan

gambaran klinis, bertujuan untuk menentukan jenis pengobatan dan prognosis.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa banyak perbedaan antara kedua

gambaran tersebut (Yahya, Yulia F.,Krishnaputri, S. & dkk, 2010).

Sampai saat ini masih belum diketahui pasti penyebabnya. Dari

beberapa penelitian menyatakan bahwa faktor prediposisi yang memegang

Page 5: Basalioma Atun Edit

peranan penting perkembangan karsinoma sel basal. Faktor predisposisi yang

diduga sebagai penyebab yaitu : Faktor internal : umur, ras, genetik, dan jenis

kelamin. Faktor eksternal : radiasi ultraviolet (UVB 290-320 nm), radiasi

ionisasi, bahan-bahan karsinogenik, misalnya arsen, inorganik, zat-zat kimia,

hidrokarbon polisiklik, trauma mekanis kulit misalnya bekas vaksin, bekas

luka bakar, iritasi kronis, dll (Putra, 2008).

Oleh karena itu predisposisi utama untuk terjadi kanker kulit maka

perlu diketahui perlindungan kulit terhadap sinar matahari, terutama bagi

orang-orang yang sering melakukan aktifitas di luar rumah dengan cara

memakai sunscreens (tabir surya) selama terpajan sinar matahari. Penggunaan

tabir surya untuk kegiatan di luar rumah diperlukan tabir surya dengan SPM

yang lebih tinggi (>15-30). Adanya hubungan antara terbentuknya berbagai

radikal bebas antara lain akibat sinar UV pada beberapa jenis kanker kulit,

telah banyak dilaporkan. Pemakaian antioksidan dapat berfungsi untuk

menetralkan kerusakan atau mempertahankan fungsi dari serangan radikal

bebas. Telah banyak bukti bahwa terpaparnya jaringan dengan radikal bebas

dapat mengakibatkan berbagai gejala klinik atau penyakit yang cukup serius

(Putra, 2008).

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian di atas penulis dapat merumuskan masalah sebagai

berikut : “Bagaimanakah cara melakukan asuhan keperawatan pada klien

dengan gangguan sistem integumen pada kasus basalioma?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Secara umum mahasiswa mampu mengetahui konsep dasar

teori dan konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan basalioma.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengkajian asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem integumen pada kasus basalioma dengan baik dan

benar.

Page 6: Basalioma Atun Edit

2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan

gangguan sistem integumen pada kasus basalioma dengan baik dan

benar.

3. Mampu Menentukan dan menyusun rencana asuhan keperawatan

pada klien dengan gangguan sistem integumen pada kasus

basalioma dengan baik dan benar.

4. Mengetahui konsep implementasi keperawatan yang baik dan

benar.

5. Mengetahui konsep evaluasi keperawatan yang baik dan benar.

6. Mengetahui konsep dokumentasi keperawatan yang baik dan

benar.

1.4 Manfaat

1.4.1 Ilmu Keperawatan

Menambah wawasan ilmu keperawatan khususnya untuk

melengkapi konsep-konsep intervensi keperawatan. Dapat digunakan

sebagai masukan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan

ilmu keperawatan.

1.4.2 Rumah Sakit

Diharapkan dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan

pada klien basalioma dengan memberikan perawatan yang baik.

1.4.3 Masyarakat

Dapat meningkatkan derajat kesehatan penderita basalioma

melalui proses keperawatan yang dilaksanakan dan dijadikan bahan

pertimbangan bagi masyarakat dalam upaya meningkatkan perilaku

hidup sehat.

1.4.4 Penulis

Dapat memberikan manfaat dalam menambah wawasan ilmu

pengetahuan pada penulis untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh

selama pendidikan.

Page 7: Basalioma Atun Edit

1.5 Metode Penulisan

Dalam kepustakaan ini penulis menggunakan literature atau sumber

buku yang ada kaitannya dengan permasalahan yang dibahas.

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan makalah ini terdiri dari 3 bab, untuk mempermudah

pembahasan isi makalah ini maka penulis memberikan gambaran singkat,

yaitu sebagai berikut:

BAB 1 : Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat,

metode penulisan dan sistemika penulisan.

BAB II : Tinjauan Pustaka

1. Konsep dasar basalioma menguraikan pengertian, anatomi

fisiologi, epidemiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi,

pathway, manifestasi klinis, hispatologi, prosedur diagnostik,

diagnosis banding, penatalaksanaan, komplikasi dan pencegahan.

2. Konsep dasar asuhan keperawatan menguraikan tentang

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan,

tindakan keperawatan, evaluasi keperawatan dan

pendokumentasian keperawatan.

BAB III : Penutup

Terdiri dari simpulan dan saran

Daftar Pustaka

Page 8: Basalioma Atun Edit

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit

2.1.1 Definisi

Basalioma atau karsinoma sel basal merupakan kanker kulit

yang paling sering ditemukan. Berasal dari sel-sel epidermis sepanjang

lapisan basal (Arif Muttaqin, 2012).

Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang

berasal dari pertumbuhan neoplastik sel basal epidermis dan apendiks

kulit (Graham, R, 2005).

Pertumbuhan tumor ini lambat, dengan beberapa macam pola

pertumbuhan sehingga memberikan gambaran klinis yang bervariasi,

bersifat invasif, serta jarang mengadakan metastasis (Nila, 2005).

Basalioma adalah merupakan kanker kulit yang timbul dari

lapisan sel basal epidermis atau folikel rambut ; yang paling umum dan

jarang bermetastasis : kekambuhan umum terjadi (Smeltzer, 2002).

Basalioma merupakan keganasan kulit yang paling sering

ditemukan umumnya di daerah wajah dan paling banyak timbul pada

orang kulitnya miskin pelindung terhadap sinar ultraviolet dari cahaya

matahari. Tumor ini berasal dari se l lapisan basal atau dari luar sel

folikel rambut (R. Sjamsuhidayat, 2004).

Menurut Handayani yang dikutip dalam Donna (2009),

Karsinoma Sel Basal adalah neoplasma ganas dari sel epitelial yang

lebih mirip sel germinatif folikel rambut dibandingkan dengan lapisan

sel basal epidermis. KSB merupakan tumor fibroepitelial yang terdiri

atas komponen stroma interdependen (jaringan fibrosa) dan epitelial.

Sel tumornya berasal dari primordial pluropotensial dilapisan sel basal,

dan dapat juga dari selubung akar luar folikel rambut atau kelenjar

sebasea atau adneksa kulit lain.

Page 9: Basalioma Atun Edit

2.1.2 Anatomi Fisiologi Kulit

Gambar 1. Anatomi kulit

Sistem integumen merupakan bagian dari tubuh manusia,

khusunya organ yang menutupi permukaan atau bagian luat tubuh

manusia yang sering disebut kulit. Kulit merupakan organ yang paling

besar pada tubuh manusia dan terletak paling luar sehungga mudah

mnegalami trauma atau terkontaminasi oleh mikroorganisme serta

mudah dilihat individu maupun orang lain. Kulit merupakan jalinan

pemebuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung, semuanya

memiliki potensi untuk terserang penyakit. Luas kulit orang dewasa

1,5 m2 dengan berat kira-kira 15% dari berat badan.

Menurut Syaifuddin (2006), secara mikroskopis kulit terdiri

dari tiga lapisan yaitu lapisan epidermis, dermis, dan lemak subkutan.

Berikut akan di uraikan mengenai masing-masing lapisan :

1. Lapisan Epidermis

Lapisan epidermis adalah lapisan paling atas dari kulit serta

tidak mengandung pembuluh darah dan saraf. Tebalnya di kulit

biasa 0,3 mm. Ditelapak tangan dan kaki tebalnya 1,5 mm. Waktu

yang diperlukan dari lapisan yang paling bawah menjadi paling

luar 30 hari.

Page 10: Basalioma Atun Edit

Bagian-bagian lapisan epidermis :

a. Stratum korneum

Adalah lapisan tanduk yang berada paling luar, terdiri

atas beberapa lapis sel gepeng yang mati dan tidak berinti dan

mengandung zat keratin.

b. Stratum lucidum

Adalah lapisan yang terdapat langsung dibawah lapisan

korneum, merupakan lapisan sel gepeng tanpa ini dengan

proroplasma yang berubah menjadi protein yang disebut

eleiden.

c. Stratum granulosum

Merupakan lapisan epidermis yang mempunyai fungsi

penting dalam pemebntukan protein dan ikatan kimia stratum

korneum. Selnya gepeng, berinti dan protoplasma berbutir

besar.

d. Stratum spinosum

Adalah lapisan yang mengalami proses mitosis.

Protoplasmanya jernih karena mengandung glikogen dan inti

selnya di tengah-tengah. Sel bentuk dan besarnya berbeda

karena proses mitosis.

e. Stratum basale

Merupakan lapisan epidermis yang paling bawah.

Terdiri atas sel-sel berbentuk kubus (kolumnar) yang berbaris

seperti pagar (palisade). Didalam lapisan ini terdpat melanosit,

sel pembentuk melanini (melanosit) merupakan sel-sel

berwarna muda menganding pigmen-pigmen melanosom.

2. Lapisan Dermis

Adalah lapisan kulit dibawah epidermis yang terbagi

menjadi 2 bagian, yaitu :

a. Pars Papilaris (stratum papilar)

Yaitu bagian yang menonjol ke epidermis. Bagian ini

berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah yang

Page 11: Basalioma Atun Edit

menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis. Lapisan

papila hampir tidak mengandung jaringan ikat, memiliki

serabut kolagen yang tipis. Lapisan ini dikenal dengan lapisan

subepitel karena dibawah lapisan epitel epidermis. Lapisan ini

disebut juga lapisan papila karena terdapat papila (keci, seperti

jari-jari) yang berikatan dengan epidermis. Papila dengan

serabut saraf doble ditelapak tangan dan kaki membentuk sidik

jari.

b. Pars Retikularis (stratum retikularis)

Lapisan retikuler terdiri dari jaringan ikat, memiliki

serabut kolagen yang kasar dan berkas serabut yang saling

bersilangan membentuk seperti jaring. Garis-garis serabut

tersebut membentuk Cleavage yang penting dalam proses

pembedahan. Sayatan bedah yang memotong garis cleavage

lebih sulit sembuh daripada yang paralel dengan garis ini.

Lapoisan reticular sangat banyak mengandung pembuluh

darah, syaraf, ujung-ujung syaraf bebas, sel-sel adiposa

(lemak), kelenjar minyak dan akar rambut, reseptor untuk

tekanan dalam. Bagian terbawah lapisan ini mengandung

serabut otot polos (khususnya di dada dan puting susu genital)

dan folikel rambut.

Disekitar pembuluh darah yang kecil terdapat limfosit,

histiosit, sel mast, dan leukosit yang melindungi tubuh dari infeksi

dan invasi benda-benda asing. Di samping itu, di dalam lapisan

dermis juga terdapat akar rambut dan kelenjar keringat.

Ada 2 macam kelenjar keringat, yaitu :

a. Kelenjar ekrin, yang berukuran kecil, terletak di bagian dangkal

dermis dengan secret yang encer. Kelenjar ini langsung

bermuara di permukaan kulit. Kelenjar ini terdapat di seluruh

permukaan kulit, terbanyak pada bagian dahi, tangan, kaki, dan

aksila.

Page 12: Basalioma Atun Edit

b. Kelenjar apokrin, yang lebih besar, terletak lebih dalam dan

sekretnya lebih kental. Kelenjar apokrin diperngaruhi oleh saraf

adrenargi, terdapat di aksila, aerola mammae, pubis, labia

minora dan saluran telinga luar.

Manusia memiliki 2 jenis rambut, yaitu :

a. Rambut lanugo, dengan ciri pendek, tidak berpigmen, halus,

dan akarnya di dalam dermis. Contohnya, rambut yang ada di

pipi, rambut yang aa pada tubuh bayi (biasanya akan hilang

setelah lahir).

b. Rambut terminal, dengan ciri lebih panjang, lebih kasar,

berpigmen, berkumpul di daerah tertentu, dan akrnya di dalam

subkutis. Rambut ini memiliki siklus pertumbuhan yang lebih

cepat, kurang lebih 1 cm perbulan (misal, rambut kepala).

3. Lapisan Subkutis

Lapisan hypodermis atau lapisan subkutan terdiri dari

jaringan adipose, nayak mengandung pembuluh darah darah,

pembuluh limfe dan syaraf juga terdapat gulungan kelenjar

keringat dandasar dari folikel rambut. Tidak seperti epidermis dand

ermis, batas dermis dengan lapisan ini tidak jelas. Pada bagian

yang banyak bergerak jaringan hipodermis kurang, pada bagian

yang melapisi otot atau tulang mengandung anyaman serabut yang

kuat. Pada area tertentu yang berfungsi sebagai bantalan (payudara

dan tumit) terdapat lapisan sel-sel lemak yang tipis. Distribusi

lemak pada lapisan ini banyak berperan dalam pembentukan

bentuk tubuh terutama pada wanita.

4. Fungsi Kulit

a. Menutupi dan melindungi organ-organ dibawahnya

b. Melindungi tubuh dari masuknya mikroorganisme dan benda

asing yang dapat membahayakan tubuh. Fungsi ini merupakan

fungsi perlindungan pasif. Selain fungsi perlindungan pasif,

lapisan dermis berperan dalam proses menyiapkan limfosit

yang di produksi oleh sumsum tulang sebelum benar-benar

Page 13: Basalioma Atun Edit

dipakai untuk mnyerang berbagai mikroorganisme penyebab

penyakit. Peran kulit dalam hal ini merupakan peran aktif

dalam perlindungan tubuh.

c. Pengaturan suhu. Kulit, jaringan sub kutan dan lemak

merupakan penyekat panas dari tubuh. Lemak menyalurkan

panas sepertiga kecepatan jaringan lain atau dalam kata lain

lemak menghambat pengeluaran panas dari tubuh. Kecepatan

aliran darah ke kulit menyebabkan konduksi panas sangat

efisien. Konduksi panas ke kulit diatur oleh sistem saraf

simpatis. Saraf simpatis mengatur kecepatan aliran darah

dengan mesntimulasi vasokonstriksi dan vasodilatasi.

d. Eskresi. Melalui respirasi atau berkeringat, membuang

sejumlah kecil urea.

e. Sintesis. Konversi 7-dehydrocholesterol menjadi vit D3

(cholecalciferol) dengan bantuan sinar UV . kekurangan UV

dan Vit D mengakibatkan absorpsi Ca dari intestinal ke darah

menurun.

f. Sensori persepsi. Mengandung reseptor terhadap oanas, dingin,

nyeri, sentuhan/raba, tekanan. Juga mengandung ujung-ujung

saraf bebas yang berfungsi sebagai homeostatis.

2.1.3 Epidemiologi

Angka kejadian KSB jauh lebih besar pada laki-laki dari pada

perempuan. Hal ini mungkin mencerminkan suatu tingkat yang lebih

tinggi paparan sinar matahari dari laki-laki karena pola kerja. Sebuah

studi di Minnesota memberikan angka kejadian tahunan untuk pria dan

wanita adalah masing-masing 175 dan 124 per 100.000. Namun,

kejadian pada wanita meningkat karena perubahan mode pakaian

di luar rumah dan waktu yang dihabiskan akibat pola rekreasi atau

pekerjaan tertentu. Survei di Australia menunjukkan bahwa kejadian

baru penderita KSB primer baru meningkat 1,5% dalam 10 tahun dan

lebih dari 700 orang per 100.000 orang menderita KSB multipel.

Page 14: Basalioma Atun Edit

Kejadian KSB meningkat menurut usia dan lebih sering terjadi pada

orang tua. Lebih dari 90% dari KSB yang terdeteksi terdapat pada

pasien yang berusia 60 tahun atau lebih.

Sepertiga dari KSB bermanifestasi pada kepala, leher dengan

bentuk nodul yang berulserasi. Insidensi KSB berhubungan langsung

dengan usia penderita dan berhubungan terbalik dengan jumlah

pigmen melanin pada epidermis. Dari aspek mortalitas dan morbiditas,

walaupun KSB merupakan suatu neoplasma maligna. Namun jarang

bermetastasis. Insiden terjadinya metastasis KSB diperkirakan <0,1%.

Cigna, E, mengemukakan dalam studinya yang diambil dari

kelompok 1123 pasien antara tahun 1999-2009, yang terkena

karsinoma basal-sel rata-rata usia berusia 64,5 tahun, perbedaan

relevan antara dua jenis kelamin yaitu 764 laki-laki (68%)

dibandingkan dengan 359 perempuan (32%). Mengenai daerah yang

terkena, pertama daerah cervicofacial dengan prevalensi 652 kasus

(58%), badan 256 kasus (23,5%), tungkai bawah 97 kasus (8,9%),

tungkai atas 71 (6%), dan daerah lainnya 47 kasus (3,6%).

KSB sangat jarang terjadi pada anak di bawah 15 tahun.

Karsinoma sel basal yang terlihat pada kelompok usia anak dikaitkan

dengan sindrom genetiK seperti basal sindrom nevus sel, pigmentosum

xeroderma, sindrom Bazex, vitiligo, albinisme, dan lesi kongenital

seperti sebaceous nevus. Radioterapi dosis tinggi telah dilaporkan

sebagai faktor risiko juga.. Sinar ultraviolet menyebabkan kerusakan

DNA yang mengarah ke overekspresi dari onkoge bersama-sama

dengan depresi gen supresor tumor.

Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 800 000 kasus baru dari

KSB, umumnya terjadi pada orang tua usia 50 tahun atau lebih, dan

pada kelompok usia ini, insiden meningkat tajam. Namun, hanya

sedikit informasi yang diketahui tentang kejadian dengan usia kurang

dari 40 tahun. Survei, registri kanker, dan studi berbasis populasi telah

diselidiki secara sporadic menganai KSB dan KSS pada yang muda,

Page 15: Basalioma Atun Edit

tetapi jumlah kasus dalam penelitian ini terlalu kecil untuk

menentukan suatu kesimpulan.

Menurut penelitian Tjarta, peringkat kanker kulit di Indonesia

adalah:

1. Karsinoma Sel Basal (36,67%)

2. Karsinoma Sel Skuamosa (11,4%)

3. Melanoma Maligna (0,59%)

4. Tumor ganas adneksa kulit dan tumor ganas kulit lainnya (8,5%)

2.1.4 Etiologi

Menurut Mutaqqin (2012), penyebab pasti belum diketahui,

tetapi ada beberapa faktor yang menjadi predisposisi terjadinya

basalioma.

1. Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogenik adalah sinar

yang memiliki panjang gelombang berkisar antara 280 sampai 320

nm. Spektrum ini terutama bertanggung jawab dalam membakar

dan membuat kulit menjadi cokelat. Pemakaian bahan-bahan yang

melindungi kulit dari sinar matahari sangat dianjurkan pada setiap

orang yang dalam keluarganya ada yang menderita kanker kulit,

dan pada orang-orang yang berkulit peka sehingga mudah sekali

menderita luka bakar karena sinar matahari.

2. Orang yang tidak memproduksi (pigmen) melanin dengan jumlah

yang cukup di dalam kulit untuk melindungi jaringan di bawahnya

sangat rentan terhadap kerusakan akibat sinar matahari. Orang

yang paling beresiko itu adalah orang yang berkulit cerah, bermata

biru, berambut merah yang nenek moyangnya berdarah Celtic, atau

orang dengan warna kulit yang merah muda atau cerah di samping

orang yang sudah lama terkena sinar matahari tanpa terjadi

perubahan warna kulit menjadi cokelat kekuningan.

3. Para pekerja yang mengalami kontak dengan zat-zat kimia tertentu

(senyawa arsen, nitrat, batubara, ter dan aspal, serta paraffin).

Page 16: Basalioma Atun Edit

4. Xenoderma pigmentosum : penyakit ini merupakan penyakit

resesif autosomal yang menjadi predisposisi untuk penuaan dini

pada kulit, dimulai dengan perubahan pigmen dan berubah menjadi

karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, dan melanoma

maligna. Efek dari Xenoderma pigmentosum adalah karena

ketidakmampuan untuk memperbaiki kerusakan DNA akibat sinar

ultraviolet dari matahari.

5. Orang yang menderita sikatriks akibat luka bakar yang berat dapat

mengalami kanker kulit setelah 20 hingga 40 tahun kemudian.

Menurut Marwali (2000), lebih dari 90 % penyebab basalioma

yaitu terpapar sinar matahari atau penyinaran ultraviolet lainnya.

Sering muncul usia > 40 tahun. Faktor resiko lainnya :

1. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau

hijau dan rambut pirang atau merah).

2. Pemaparan sinar X yang berlebihan.

3. Senyawa kimia arsen

4. Trauma

5. Ulkus kronis

2.1.5 Klasifikasi

Menurut Brown & Burns (2005), terdapat 5 tipe, yaitu :

1. Tipe Nodula-ulseratif (Ulkus Rodens)

Jenis ini dimulai dengan nodus kecil 2-4 mm, translusen,

warna pucat seperti lilin (waxy-nodulo). Dengan inspeksi yang

teliti, dilihat perubahan pembuluh darah superficial melebar

(telangiektasi). Permukaan nodul mula-mula rata tetapi kalau lesi

membesar, terjadi cekungan ditengahnya dan pinggir lesi

menyerupai bintil-bintil seperti mutiara (pearly border). Nodul

mudah berdarah pada trauma ringan dan mengadakan erosi spontan

yang kemudian menjadi ulkus yang terlihat di bagian sentral lesi.

Kalau telah terjadi ulkus, bentuk ulkus seperti kawah, berbatas

tegas, dasar irreguler dan ditutupi oleh krusta. Pada palpasi teraba

Page 17: Basalioma Atun Edit

adanya indurasi di sekitar lesi terutama pada lesi yang mencapai

ukuran lebih dari 1 cm, biasanya berbatas tegas, tidak sakit atau

gatal. Dengan trauma ringan atau bila krusta diatasnya diangkat,

mudah berdarah.

2. Tipe Pigmented

Gambaran klinisnya sama dengan nodula-ulseratif, ada

pada jenis ini berwarna ciklat atau berbintik-bintik atau homogen

(hitam merata) kadang-kadang menyerupai Melanoma. Banyyak

dijumpai pada orang dengan kulit gelap yang tinggal pada daerah

tropis.

3. Tipe Morphea-like atau fibrosing

Merupakan jenis yang agak jarang ditemukan. Lesinya

berbentuk plakat yang berwarna kekuningan dengan tepi yang

tidak jelas, kadang-kadang tepinya meninggi. Pada permukaannya

tampak beberapa folikel rambut yang mencekung sehingga

memberikan gambaran seperti sikatriks. Kadang-kadang tertutup

krusta yang melekat erat. Jarang mengalami ulserasi. Tepi ini

cenderung invasif ke arah dalam. Tepi ini menyerupai penyakit

morphea atau skleroderma.

4. Tipe Superfisial

Berupa bercak kemerahan dengan skuama halus dan tepi

yang meninggi. Lesi dapat meluas secara lambat, tanpa mengalami

ulserasi. Umumnya multipel, terutama dijumpai pada badan,

kadang-kadang pada leher dan kepala.

5. Tipe Fibroepitelial

Berupa satu atau beberapa nodul yang keras dan kering

bertangkai pendek, permukaannya halus dan sedikit kemerahan.

Terutama dijumpai di punggung. Tipe ini sangat jarang ditenukan.

Page 18: Basalioma Atun Edit

Menurut Putra (2008), Stadium Clarke I-V, kriteria

berdasarkan ketebalan tumor :

Stadium Clarke Ketahanan 5 Tahun (%) Ketebalan Tumor (mm)

I (Episermis) 100 0,76

II (Dermis Papiler) 90-100 0,76-1,49

III (Dermis Papiler/Retikuler) 80-90 1.50-2,49

IV (Dermis Retikuler) 60-70 2,50-3,99

V (Lemak Subkutan) 15-30 4,00-7,99 > 8,00

Keterangan :

1. Tingkat I : Sel kanker terletak di atas membrana basalis epidermis

(melanoma in situ : intraepidermal). Sangat jarang dan tidak

membahayakan.

2. Tingkat II : Invasi sel kanker sampai dengan lapisan papilaris

dermis (dermis bagian superfisial).

3. Tingkat III : Invasi sel kanker sampai dengan perbatasan antara

lapisan papilaris dan lapisan retikularis dermis. Sel kanker mengisi

papila dermis.

4. Tingkat IV : Invasi sel kanker sampai dengan lapisan retikularis

dermis.

5. Tingkat V : Invasi sel kanker sampai dengan jaringan subkutan.

Menurut Putra (2008) pada teori Breslow, kriteria kedalaman

(ketebalan) tumor dibagi tiga golongan, yaitu :

1. Golongan I : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor kurang dari

0,76 mm.

2. Golongan II : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor antara 0,76

mm – 1,5 mm.

3. Golongan III : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor lebih dari

1,5 mm.

Kedalaman (ketebalan) tumor menurut Breslow, diukur secara

langsung menggunakan mikrometer okuler (dinyatakan dalam NM)

dan merupakan metode yang obyektif untuk menentukan prognosis.

Page 19: Basalioma Atun Edit

Sedangkan tingkat invasi Clark merupakan arah pengukuran ketebalan

tumor secara tidak langsung.

2.1.6 Patofisiologi

Karsinoma sel basal dari epidermis dan adneksa struktur

(folikel rambut, kelenjar ekstrin). Terjadinya didahului dengan

regenerasi dari kolagen yang sering dijumpai pada orang yang sedikit

pigmennya dan sering mendapat paparan sinar matahari, sehingga

nutrisi pada epidermis terganggu dan merupakan prediksi terjadinya

suatu kelainan kulit. Melanin berfungsi sebagai energi yang dapat

menyerap energi yang berbeda jenisnya dan menghilang dalam bentuk

panas. Jika energi masih terlalu besar dapat merusak sel dan

mematikan atau mengalami mutasi untuk selanjutnya menjadi sel

kanker.

Peningkatan radiasi ultraviolet dapat menginduksi terjadinya

keganasan kulit pada manusia melalui efek imunologi dan efek

karsinogenik. Transformasi sel menjadi ganas akibat radiasi ultraviolet

diperkirakan berhubungan dengan terjadinya perubahan pada DNA

yaitu terbentuknya mutasi DNA yang berperan pada pembentukan

tumor. Reaksi sinar ultraviolet menyebabkan efek terhadap proses

karsinogenik pada kulit yaitu proliferasi melanosit menjadi

berkurangnya apoptosis yang menyebabkan terus-menerus melanosit

rusak serta proliferasi pada autoimunnya. Terjadilah metastase pada

epidermis semakin menjalar perlahan ke bagian dermis (subkulit).

Timbul pigmentasi dan plak-plak kehitaman, jika lesi semakin lama

menebal, dan menyebar terus-menerus harus segera dilakukan

pembedahan untuk mencegah terjadinya resiko berkelanjutan

(Putra, 2008).

Page 20: Basalioma Atun Edit

2.1.7 Pathway

Page 21: Basalioma Atun Edit

2.1.8 Manifestasi Klinis

Sebagian besar berawal sebagai sebuah nodul yang menyebar

keluar dengan lambat, biasanya terjadi penekanan pada bagian tengah

(menimbulkan gambaran yang klasik, yaitu bagian tepi yang

tergulung), biasanya warna kulit tampak transparan (sering dilukiskan

seperti ‘keperakan’), telangi-ekstasis pembuluh-pembuluh darah pada

permukaan tumor sangat khas, dan merupakan penyebab keluhan yang

sering muncul tentang mudahnya terjadi perdarahan akibat benturan,

metastasis sangat jarang, tetapi invasi lokal dapat sering destruktif, dan

KSB dapat menyebar melalui jalur tulang sampai ke tulang tengkorak

(Brown & Burns, 2005).

Yang harus di waspadai apabila suatu tahi lalat curiga menjadi

ganas adalah bila pada tahi lalat tersebut di temukan tanda”ABCD”,

yaitu:

1. A : Asimetrik, bentuknya tak beraturan.

2. B : Border atau pinggirannya juga tiak rata.

3. C : Color atau warnanya bervariasi dari suatu area ke area lainnya.

Bisa kecoklatan sampai hitam. Bahkan dalam kasus tertentu

ditemukan berwarna putih, merah dan biru.

4. D : Diameternya lebih besar dari 6mm.

Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Basal biasanya di

wajah dan leher. Meskipun jarang dapat pula di jumpai pada lengan,

tangan, badan, kaki dan kulit kepala (Marwali, 2000).

Penyakit ini dimulai dengan papula kecil, warna kuning abu-

abu mengkilat, meninggi di atas permukaan kulit, jika kena trauma

mudah berdarah. Papula makin lama makin membesar menjadi makula

dan bagian tengah dapat timbul siklus atau tida ada ulkus (Siregar,

2005).

Page 22: Basalioma Atun Edit

Gambaran klinik karsinoma sel basal bervariasi. Terdapat 5

tipe dan 3 sindroma klinik yaitu:

1. Tipe Nodula-ulseratif (Ulkus Rosdens)

Jenis ini dimulai dengan nodus kecil 2-4 mm, translusen,

warna pucat sperti lilin (waxy-nodule). Dengan inspeksi yang teliti,

dapat dilihat perubahan pembuluh darah superficial melebar

(telangektasia).

Permukaan nodus mula-mula rata tetapi kalu lesi

membesar, terjadi cekungan di tengahnya dan pinggir lesi

menyerupai bintil-bintil seperti mutiara (pearly border). Nodus

mudah berdarah pada trauma ringan dan mengadakan dan

mengadakan erosi spontan yang kemudia menjadi ulkus yang

terlihat di bagian sentral lesi.

Kalau telah terjadi ulkus, bentuk ulkus seperti kawah,

berbatas tergas, dasar irreguler dan ditutupi oleh krusta. Pada

palpasi teraba adanya indurasi disekitar lesi terutama pada lesi

yang mencapai ukuran lebih dari 1 cm, biasanya berbatas tegas,

tidak sakit hati atau gatal. Dengan trauma ringan atau bila krusta

diatasnya diangkat, mudah berdarah.

Gambar 2. Papul pada hidung saat awal KSB

Page 23: Basalioma Atun Edit

Gambar 3. KSB nodular tipikal dengan tepi yang berputar, dan dengan telangiektasia prominen

Gambar 4. Ulkus rodent

Page 24: Basalioma Atun Edit

2. Tipe pigmented

Gambaran klinisnya sama dengan nodula-ulseratif, pada

jenis ini berwarna coklat atau berbintik-bintik atau homogeni

(hitam merata) kadang-kadang menyerupai Melanoma. Banyak

dijumpai pada orang dengan kulit gelap yang tinggal pada daerah

tropis.

Gambar 5. Karsinoma Sel basal Tipe Berpigmen

Gambar 6.A. KSB nodular dengan pigmentasi melanin prominenB.Gambaran dermoskopik pada KSB nodular dengan

pigmentasi

Page 25: Basalioma Atun Edit

3. Tipe morphea-like atau fibrosing

Merupakan jenis yang agak jarang ditemukan. Lesinya

berbentuk plakat yang berwarna kekuningan dengan tepi yang

tidak jelas, kadang-kadang tepinya meninggi. Pada permukaannya

tampak beberapa folikel rambut yang mencekung sehingga

memberikan gambaran seperti sikatriks.

Kadang-kadang tertutup krusta yang melekat erat. Jarang

mengalami ulserasi. Tepi ini cenderung invasive kearah dalam.

Tepi ini menyerupai penyakit morphea atau skleroderma.

Gambar 7. KSB tipe morfea

4. Tipe superfisial

Berupa bercak kemerahan dengan skuama halus dan tepi

yang meninggi. Lesi dapat meluas secara lambat, tanpa mengalami

ulserasi. Umumnya multiple, terutama dijumpai pada badan,

kadang-kadang pada leher dan kepala.

Gambar 8. KSB superfisial multisentrik berpigmen

Page 26: Basalioma Atun Edit

5. Tipe fibroepitelial

Berupa satu atau beberapa nodul kera dan sering bertangkai

pendek, permukaannya halus dan sedikit kemerahan. Terutama

dijumpai dipunggung. Tipe ini sangat jarang ditemukan.

Sindrom klinik yang merupakan bagian penting dari karsinoma

sel basal yaitu :

1. Sindroma karsinoma sel basal nevoid.

Dikenal sebagai sindroma Gorlin Goltz. Merupakan suatu

sindroma yang diturunkan secara autosomal dan terdiri dari :

a. Kelainan kulit : berupa nodul kecil yang multiple yang terdapat

pada masa kanak-kanak atau akhir pubertas, terutama dijumpai

pada muka dan badan.

b. Selama stadium nevoid, ukuran dan jumlah nodur bertambah.

Sering setelah umur dewasa, lesinya mengalami ulserasi dan ke

dalam stadium neoplastik dimana terjadi invasi, desktruksi dan

mutilasi. Kematian dapat terjadi karena invasi ke otak terdapat

cekungan (pit’s) pada telapak tangan dan kaki

c. Kelainan tulang : berupa kista pada rahang, kelainan pada

tulang iga dan tulang belakang (skoliosis,spina bifida)

d. Kelainan mata : berupa katarak,buta congenital

2. Sindroma linear and generalized follicular basal cell nevi.

Merupakan jenis yang sangat jarang ditemui pada lesi yang

linear, berupa nodul yang disertai komedo dan kista epidermal,

tersusun seperti garis dan unilateral. Biasanya terdapat sejak lahir.

Pada jenis generalized follicular ditemukan adanya kerontokan

rambut yang bertahap, akibat kerusakan folikel rambut akibat

pertumbuhan tumor.

3. Sindroma Bazex : atrophoderma dengan multiple kasinoma sel

basal.

Disamping itu ada juga tipe-tipe klinis yang jarang

dijumpai yaitu : fibro epitelioma, giant pore KSB, wild fire KSB,

Page 27: Basalioma Atun Edit

angiomatous KSB, lipoma like KSB, giant exophytic KSB,

hiperkreatotic KSB dan intra oral KSB.

Lima tanda bahaya dari basalioma :

1. Luka terbuka yang berdarah, kotor, atau berkrusta, dan masih

terbuka selama lebih 3 minggu. Luka yang tidak sembuh-sembuh

merupakan tanda paling sering dari basalioma dini.

2. Bagian yang merah atau area yang teiritasi sering terdapat pada

dada, bahu, lengan, atau tungkai. Seringkali berkrusta, ini juga

dapat gatal dan sakit. Kadang-kadang juga tidak ada keluhan.

3. Nodul atau benjolan yang mengkilat yang tampak seperti mutiara

atau translusen, dan sering berwarna merah jambu, merah, atau

putih. Benjolan juga dapat berwarna coklat kemerahan, hitam, atau

coklat, terutama pada orang-orang berambut hitam dan dapat

timbul bersamaan dengan tahi lalat.

4. Pertumbuhan yang kemerahan dengan tepi yang meninggi dan

indentasi krusta di tengahnya. Sebagai pertumbuhan yang lambat

membesar, pembuluh darah yang kecil dapat timbul pada

permukaannya.

5. Daerah bekas luka yang berwarna putih, kuning, atau licin, dan

sering terdapat tepi yang sedikit tegas. Kulitnya sendiri terlihat

mengkilat dan tegang. Meskipun merupakan tanda yang jarang,

dapat mengindikasikan adanya tumor yang agresif.

Page 28: Basalioma Atun Edit

2.1.9 Hispatologi

Klasifikasi karsinoma sel basal berdasarkan histopatologi

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Karsinoma Sel Basal Berdasarkan Gambaran Histopatologi

Berikut adalah tipe histologis dasar dari KSB yang dibuat oleh

seluruh penelitian yang dipublikasikan dan memiliki persetujuan yang

absolute pada variasi histologis ini:

1. Tipe nodular (solid)

Tipe ini merupakan tipe yang paling sering ditemukan,

yaitu 30-75% dari seluruh KSB. Tipe histologist nodular terdiri

atas sel-sel islet dengan palisade perifer tipikal pada sel dan

susunan chaotic pada daerah sentral sel. Dapat terlihat gambaran

kistik pada mikroskop pada kasus nekrosis yang terletak pada

sentral sel, yang selanjutnya dapat terjadi akumulasi musin.

Kadang sel-sel tumor dapat menghasilkan susunan retikuler.

Beberapa peneliti meletakkan bentukan kistik dan adenoid sebagai

tipe khusus, namun peneliti lain memasukkan varian tersebut ke

Page 29: Basalioma Atun Edit

dalam variasi nodular dikarenakan gambaran pertumbuhan

dasarnya. Varian fibroepitelial kadang dapat dimasukkan dalam

tipe nodular.

Gambar 9. KSB nodular awal yang memperlihatkan pewarnaan basofilik nodular dan pulau tumor dengan cleft yang prominen

Gambar 10. Karsinoma Sel Basal tipe Nodular (solid)(H&E, magnifikasi x20)

Page 30: Basalioma Atun Edit

2. Tipe superficial (multisentrik, multifocal)

Tipe histologis ini merupakan 10-15% dari seluruh kejadian

KSB yang paling sering ditemukan pada kategori usia muda. Tipe

ini terdiri atas islet-islet kecil yang banyak pada sel-sel tumor

basal, dengan circumstripta yang baik yang berlawanan dengan

epitel normal, serta kontak yang tertutup namun tanpa terlihat

invasi, dengan dermis yang berbentuk papiler. Sering dikelilingi

oleh stroma fibrosa dengan infiltrasi limfosit dan pembuluh darah

yang tipis

Gambar 11. Karsinoma Sel Basal tipe Superfisial (H&E, magnifikasi x40)

3. Tipe infiltratif

Tipe ini terjadi pada 10% dari seluruh kasus KSB, terdiri

atas varian histologis non-sclerosing dan sklerosing, dengan

infiltratif yang menonjol dibandingkan pola pertumbuhan yang

meluas, dimana terjadi dengan pola yang panjang, dengan tepi sel

tumor yang tipis, yang dipenetrasi secara dalam diantara fascicula

kolagen. Lapisan superficial tumor seringkali memiliki pola

pertumbuhan yang solid dan tipe infiltrative yang terlihat pada

lapisan bawah atau lapisan tepi dari tumor. Apabila eksisi tidak

lengkap, tumor ini dapat menjadi tipe nodulae dan tipe infiltratif

hanya dapat terdeteksi selama re-eksisi.

Page 31: Basalioma Atun Edit

Varian sklerosing (morphemic, fibrosing, sikatrical atau

desmoplastik) pada KSB infiltratif merupakan karakteristik dari

peningkatan jumlah fibroblast dan terdapatnya stroma fibrotic

desmoplastik, yang memberikan karakteristik klinis tumor seperti

morphea atau keloid.

Gambar 12. Karsinoma Sel Basal tipe infiltrating sclerosing (H&E, magnifikasi x20)

Gambar 13. Karsinoma Sel Basal tipe infiltrating sclerosing (H&E, magnifikasi x20)

Page 32: Basalioma Atun Edit

Sedangkan Lever membagi KSB dalam beberapa tipe

histopatologi yang terdiri atas KSB yang berdiferensiasi dan KSB

tidak berdiferensiasi.

1. KSB berdiferensiasi

a. Jenis keratotik

Disebut juga tipe pilar oleh karena berdiferensiasi

kearah rambut.Menunjukkan sel-sel parakeratotik dengan

gambaran inti yang memanjang dan sitoplasma agak eosinofilik

dan dijumpai homocyst, selain sel-sel undifferentiated dengan

sitoplasma basofilik.

b. Jenis kistik

Dijumpai adanya bagian-bagian kistik di bagian tengah

massa tumor yang terjadi akibat degenerasi sel-sel tumor atau

diferensiasi sel-sel kearah kelenjar.

c. Jenis adenoid

Adanya gambaran struktur mirip kelenjar yang dibatasi

jaringan ikat.Kadang-kadang ditemukan lumen yang dikelilingi

sel-sel bersekresi. Dalam lumen dapat ditemukan semacam

bahan koloid atau massa amorf.

Gambar 14. KSB jenis diferensiasi adenoid (kelenjar)

Page 33: Basalioma Atun Edit

2. KSB tidak berdiferensiasi/ KSB solid

Merupakan gambaran histopatologis yang banyak

ditemukan.Berupa pulau-pulau sel dengan bentuk dan ukuran

bermacam-macam, terdiri atas sel-sel basaloid, dengan inti

basofilik yang bulat atau lonjong, sitoplasma sedikit, sel-sel pada

tepi massa tumor tersusun palisade.

2.1.10 Pemeriksaan Diagnostik

Menurut Putra (2008), pemeriksaan diagnostik yang biasa

dilakukan pada penderita basalioma adalah :

1. Anamnesis, keluhan utama adalah adanya benjolan atau borok di

kulit terutama di daerah terbuka seperti muka, lengan, dan kaki.

2. Pemeriksaan fisik, lesi terbanyak di daerah muka nodul, tungkai,

lengan, berupa nodul atau ulkus iduratif, pinggir dan dasar ulkus

teratur dan kotor.

3. Biopsi, sebelum dilakukan terapi selalu dilakukan biopsi untuk

konfirmasi histopatologi sebelum terapi. Tumor yang berukuran

kecil dapat dilakukan biopsi eksisi, sedang ukuran besar biasanya

biopsi insisi.

2.1.11 Komplikasi

Menurut Donna (2009), komplikasi yang dapat ditimbulkan

dari penyakit kanker kulit ini yaitu :

1. Akibat pembedahan dan terapi radiasi

2. Jaringan yang di buat tergores/terluka

3. Perubahan warna kulit

4. Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik.

5. Luka kulit yang kronis

6. Keterbatasan anggota badan jika pengobatan luas.

Komplikasi secara umum, yaitu:

1. Timbulnya perubahan pada kulit dari alat-alat kosmetik dan citra

tubuh.

Page 34: Basalioma Atun Edit

2. Kehilangan fungsi pada ekstremitas.

3. Perlukaan dan perubahan warna kulit.

4. Proses hasil metastase penyakit pada pengobatan invasif dan

potensial kematian terakhir.

2.1.12 Diagnosis

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan pemeriksaan

penunjang dapat ditegakkan diagnosis basalioma. Biopsi kulit

diperlukan untuk menentukan diagnosis pasti dan identifikasi secara

histologik bentuk dari basalioma. Karena itu sebaiknya biopsi

dilakukan secara tajam.

2.1.13 Diagnosis Banding

1. Karsinoma Sel Squamosa

2. Hiperplasie sebasea

3. Penyakit Bowen

4. Melanocyte naevi

5. Karsinoma sel Merkel

6. Melanoma Maligna

7. Trichoepitelioma

2.1.14 Penentuan Stadium

Untuk Basalioma/Karsinoma Sel Basal seperti halnya pada

karsinoma kulit lainnya, penentuan stadium tumor berdasarkan

klasifikasi AJCC (American Joint Committe on Cancer) masih dapat

digunakan. Akan tetapi, secara klinis tidak berguna karena untuk

penentuan T (besarnya tumor primer) sukar dilakukan dan untuk N

(keadaan kelenjar getah bening regional) dan M (ada atau tidaknya

metastasis) secara praktis tidak ada. Jadi, untuk menentukan stadium

tumor dipakai :

1. Ukuran atau diameter horisontal tumor

2. Lokasi tumor.

Page 35: Basalioma Atun Edit

3. Tipe Karsinoma Sel Basal

4. Penyebaran histologik ke jaringan yang lebih dalam (diameter

vertikal).

5. Batas keamanan terapi.

6. Batas reseksi operasi mikroskopis.

Basalioma sangat jarang bermetastasis dan sering tidak

diperlukan penilaian stadium sampai kanker ini menjadi sangat besar

sehingga suspek terjadi penyebaran ke bagian lain dari tubuh.

2.1.15 Penatalaksanaan

Idealnya semua basalioma harus di biopsi sebelum menentukan

tindakan terapi yang paling tepat. Bila biopsi preoperatif tidak dapat

dilakukan, dianjurkan pada saat tindakan operatif dilakukan. Dalam

memilih penatalaksanaan yang tepat harus diperhatikan hal-hal sebagai

berikut : ukuran, lokasi, lesi, umur penderita, dapat memberikan hasil

kosmetik yang baik, tipe histologik, bentuk tumor, dan kemampuan

penderita untuk mentoleransi tindakan operasi.

1. Terapi Non Bedah

Terapi dari basalioma sangat bervariasi tergantung dari

ukuran kanker, kedalaman, dan lokasi.

a. Krioterapi : Terapi ini menggunakan nitrogen cair untuk

membekukan lesi superfisial yang kecil, dengan menyisakan

sedikit jaringan parut. Banyak pasien yang merasa kesakitan

dan bengkak pada area yang diterapi. Secara umum cara ini

tidak direkomendasikan untuk basalioma, khususnya untuk

bentuk morfea, invasif dalam, dan lesi ulserasi, atau pada tumor

yang berbatas jelek.

b. 5-Fluorouracil (5-FU) : Penggunaan fluorouracil secara lokal

dapat menolong para ahli untuk penanganan basalioma pada

pasien selektif (seperti pada kanker yang terbatas pada lapisan

superfisial kulit dari pasien yang berumur lanjut yang tidak bisa

menjalani perawatan agresif lainnya). Penggunaannya dua kali

Page 36: Basalioma Atun Edit

sehari selama beberapa minggu. Selama pengobatan, pasien

dapat mengalami peradangan tetapi jaringan parut kurang.

Angka rekurensi sangat tinggi.

c. Radioterapi : Basalioma selalu radiosensitif, dan radioterapi

dapat digunakan untuk tingkat lanjut dan lesi yang luas dimana

pembedahan tidak cocok (seperti pada pasien yang alergi sama

obat anestesi, pada terapi antikoagulan, bertendensi jadi bentuk

keloid). Tipe terapi ini merupakan kontra indikasi pada pasien

muda, oleh karena resiko tinggi menjadi jaringan parut, lesi

pada tubuh dan anggota gerak, atau kanker yang rekuren.

d. Retinoid sistemik : Beberapa laporan menunjukkan efektifitas

dari pengobatan retinoid sistemik, tapi daya toksik dari

penggunaan yang lama membatasi penggunaannya pada

banyak pasien (Smeltzer, 2002).

2. Terapi Bedah

Terapi operatif dikombinasi dengan konfirmasi histologis

merupakan prosedur standar penanganan basalioma. Operasi

tujuannya untuk membuang tumor sehingga tidak bisa lagi

berfloriferasi. Pengetahuan tentang sifat dan perbedaan bentuk

klinik dan patologi dari berbagai sub tipe basalioma sangat

diperlukan untuk pemilihan jenis terapi yang tepat. Dikenal dua

macam operasi yaitu :

a. Operasi Mikrografi (pemotongan kompilt)

Terdapat 2 metode yaitu Frozen section contohnya

tekhnik Mohs dan Parafin Section. Prosedur ini memilki

tingkat akurasi diagnostic yang tinggi, sehingga kulit yang

sehat bisa diselamatkan dan hanya mengeksisi tumornya saja

sehingga teknik ini aman serta bagus dari segimkosmetik.

Operasi mikrografi ini diperlukan untuk basalioma yang kurang

potensial untuk mengalami rekurensi, yaitu :

1) Tipe infiltrate, yang ada di kepala dan bagian distal

ekstremitas.

Page 37: Basalioma Atun Edit

2) KSB dengan diameter >5 mm dan berlokasi di hidung,

mata dan daerah telinga, dan tumor yang berdiameter >20

mm di daerah lain selain yang disebut di atas.

3) Tumor yang rekuren.

b. Operasi Konvensional

Tingkat rekurensinya 5-10%. Untuk meminimalisir

tingkat rekurensinya maka harus digunakan batas eksisi 0,3-1,2

cm di luar tumor bahkan pada penderita dengan tumor yang

kecil. Operasi ini untuk tumor yang berukuran 3-10 mm.

Selain operasi, terapi yang lain yaitu :

1) Eksisi : Memotong keluar lesi dan menjahit kulit. Prosedur

ini secara normal dinamakan biopsi kulit, dimana diambil

sedikitnya 4 mm jaringan sehat di sekitar tepi tumor. Eksisi

merupakan penanganan terbaik

2) Kuret / kauterisasi : Seorang ahli dapat menggabungkan

teknik ini, dengan cara mengorek tumor untuk dibuang.

Lesi di garuk dengan kuret dan dasarnya dikauter dengan

aliran listrik untuk menghentikan perdarahan. Prosedur ini

sering digunakan pada pasien dengan lesi nodular yang

diameternya kurang dari 2 cm dengan tepi yang tegas. Luka

biasanya menyembuh dengan cepat tanpa dijahit, sering

dengan jaringan parut yang nonestetik. Prosedur kuret dan

kauterisasi tidak cocok untuk lesi morfea, pasien dengan

pacemaker jantung, pengobatan invasif yang dalam, atau

pasien dengan tumor rekuren yang tepinya tidak tegas.

3) Bedah plastik : Prosedur ini sangat berguna untuk

penanganan lesi yang lebih besar dari 3 mm atau untuk

lokasi tumor yang sulit. Biasanya, ahli bedah menggunakan

prosedur ini sesudah suatu eksisi simple untuk hasil yang

estetik. Untuk melakukan prosedur ini, digunakan skin graft

atau skin flap untuk memperbaiki defek sesudah eksisi.

Page 38: Basalioma Atun Edit

Teknik ini digunakan khusus untuk mengurangi jaringan

parut atau untuk penutupan luka yang cepat.

4) Bedah laser : Prosedur ini membuang lesi dengan

menggunakan laser karbon dioksida yang menggunakan

sinar energi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan

menghentikan pertumbuhannya. Teknik rutin tidak berguna

pada pasien dengan resiko tinggi perdarahan. Sesudah

pengobatan, beberapa perubahan di kulit dapat terjadi, yang

akan menjadi nyata setelah beberapa tahun kemudian (Arif

Muttaqin, 2012).

2.1.16 Pencegahan

Menurut Smeltzer (2002), untuk mencegah kekambuhan,

hindari hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit basalioma, antara

lain :

1. Jangan mencoba berjemur untuk membuat kulit menjadi coklat

kekuningan.

2. Hindari pajanan sinar matahari dengan menggunakan topi, kemeja

lengan panjang, celana panjang atau rok panjang.

3. Gunakan tabir surya berkualitas tinggi, minimal dengan SPF (Solar

Protection Faktor) 15, yang menghambat sinar UV (Ultra Violet) A

dan UV (Ultra Violet) B.

4. Oleskan tabir surya minimal setengah jam sebelum bepergian dan

oleskan sesering mungkin.

5. Periksalah kulit secara teratur untuk mengetahui adanya berbagai

perubahan yang mengarah kepada keganasan (pertumbuhan baru di

kulit yang membentuk tukak, mudah berdarah, sukar sembuh,

berubah warna, ukuran, struktur, terasa nyeri, meradang atau

gatal).

Page 39: Basalioma Atun Edit

2.1.17 Prognosis

Basalioma yang ditangani secara inkomplit dapat rekuren,

sehingga semua penanganan harus diikuti dengan follow-up,

mengingat 20% dari kekambuhan yang ada biasanya terjadi antara 6-

10 tahun pasca operasi. Jika diterapi dengan tepat maka prognosis

pasian dengan KSB rekuren masih cukup baik, walaupun tumor yang

rekuren memilki kecenderungan untuk kambuh lagi dan menjadi

agresif. Pasien dengan riwayat penyakit yang rekuren harus dimonitor

lebih sering terhadap perkembangan rekurensinya dan timbulnya

tumor primer.

Sedangkan untuk kasus yang bermetastasis, prognosisnya

adalah buruk di mana hanya dapat bertahan sekitar 8-10 bulan setelah

di diagnosis. Rekurensi KSB setelah follow up adalah 18% untuk

eksisi, 10% untuk radiasi, 40% untuk elektrodesikasi dan kuretasi, dan

12% untuk krioterapi (dengan follow up <5 tahun). Sebaliknya, dengan

terapi Mohs tingkat rekurensi untuk KSB setelah follow up 5 tahun

adalah 3,4-7,9%. Dengan demikian Mohs mikrografi adalah

pengobatan pilihan untuk KSB rekuren. Dengan terapi yang adekuat,

angka kesembuhan lebih dari 95 % dapat dicapai.

Page 40: Basalioma Atun Edit

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survikal klien pada

aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitative, dan preventif perawatan kesehatan.

Oleh karena itu, profesi keperawatan telah mengidentifikasi proses pemecahan

masalah yang menggabungkan elemen yang paling diinginkan dari seni

keperawatan dengan elemen yang paling relevan dari sistem teori dengan

menggunakan metode ilmiah (Doengoes, 2000).

Proses keperawatan terdiri dari lima tahap, yaitu : pengkajian,

diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi yang

didasarkan pada metode ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data

dan penganalisaan temuan. Kajian selama bertahun-tahun, penggunaan dan

perbaikan telah mengarahkan perawat pada pengembangan proses

keperawatan menjadi lima tahap yaitu : pengkajian, identifikasi masalah

(diagnosa keperawatan), perencanaan, implementasi dan evaluasi (Doengoes,

2000).

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian adalah bagian dari proses keperawatan yang terdiri

dari pengumpulan data yang tepat untuk mendapatkan masalah

keperawatan pada klien. Data yang dikumpulkan berupa data subyektif

dan data obyektif. Metode yang digunakan melalui wawancara,

inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi (Long, 2000).

1. Identitas

a. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, status

dalam keluarga, agama, suku/bangsa, pekerjaan, tanggal masuk

rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa

medik dan alamat.

b. Identitas penanggung jawab meliputi : nama, umur, agama,

pendidikan, jenis kelamin, pekerjaan, hubungan dengan klien

dan alamat.

Page 41: Basalioma Atun Edit

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan keluhan yang paling

dirasakan pasien. Pada umumnya keluhan yang paling

dirasakan oleh pasien adalah luka pada kulit.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Meliputi alasan masuk rumah sakit, kaji keluhan klien,

kapan mulai tanda dan gejala. Faktor yang mempengaruhi,

apakah ada upaya-upaya yang dilakukan. Riwayat keluhan

utama menggambarkan keluhan utama saat dilakukan

pengkajian dapat dijabarkan dengan menggunakan konsep

PQRST.

1) Paliatif/provokatif : Apa yang menyebabkan terjadinya

nyeri pada wajah, leher dan kulit kepala. Faktor

pencetusnya adalah insisi pebedahan.

2) Qualitatif/kuantitatif : Bagaimana bentuk atau gambaran

keluhan yang dirasakan dan sejauh mana tingkat

keluhannya. Misalnya yang dirasakan : berdenyut, terus

menerus, hilang timbul, tumpul, atau tusukan.

3) Region/radiasi : Lokasi keluhan dirasakan dan

penyebarannya. Misalnya terjadi pada daerah wajah, leher,

dan kulit kepala dan menyebar disekitarnya.

4) Skala : Intensitas keluhan yang dirasakan, apakah sampai

mengganggu atau tidak. Skala nyeri 0-10 dapat

diklasifikasikan sebagai berikut : (0 Does not hurts), (1-2

Hurts a little bit), (3-4 Hurts a little more), (5-6 Hurts even

more), (7-8 Hurts a whole lot), dan (9-10 Hurts worst).

5) Timming : Kapan waktu mulai terjadi keluhan dan berapa

lama kejadian ini berlangsung.

Page 42: Basalioma Atun Edit

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Pada riwayat kesehatan dahulu, pernakah klien

menderita penyakit yang sama atau perlu dikaji apakah klien

pernah mengalami penyakit yang berat atau suatu penyakit

tertentu yang menunjukan akan berpengaruh pada kesehatan

sekarang.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Kaji mengenai adanya penyakit keturunan, penyakit

menular, kebiasaan buruk dalam keluarga seperti merokok atau

keadaan kesehatan anggota keluarga. Dengan menggunakan

genogram tiga generasi, apakah dalam keluarga klien ada

anggota keluarga yang pernah yang menderita penyakit yang

sama dengan klien.

3. Pola Fungsional Gordon

a. Riwayat keperawatan untuk pola persepsi kesehatan-

penanganan kesehatan.

Pola sehat-sejahtera yang dirasakan, pengetahuan

tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat,

pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada

ketentuan medis dan keperawatan.

b. Riwayat keperawatan untuk pola nutrisi-metabolik

Pola makan biasa dan masukan cairan, tipe makanan

dan cairan, peningkatan/penurunan berat badan, nafsu makan,

pilihan makanan.

c. Riwayat keperawatan untuk pola eliminasi

Defekasi, berkemih, penggunaan alat bantu,

penggunaan obat-obatan.

d. Riwayat keperawatan untuk pola aktifitas

Pola aktivitas, latihan dan rekreasi, kemampuan untuk

mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja, dll).

Page 43: Basalioma Atun Edit

e. Riwayat keperawatan untuk pola istirahat-tidur

Pola tidur-istirahat dalam 24 jam, kualitas dan kuantitas

tidur.

f. Riwayat keperawatan untuk pola kognitif perseptual

Penglihatan, perasa, pembau, kemampuan bahasa,

belajar, ingatan dan pembuatan keputusan.

g. Riwayat keperawatan untuk pola konsep diri

Sikap klien mengenai dirinya, persepsi klien tentang

kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal

diri, harga diri dan peran diri.

h. Riwayat keperawatan untuk pola peran / hubungan

Persepsi klien tantang pola hubungan, persepsi klien

tentang peran dan tanggung jawab.

i. Riwayat keperawatan seksualitas/reproduksi

Kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan klien

terhadap seksualitasnya, Tahap dan pola reproduksi, termasuk

didalamnya penggunaan alat kontrasepsi.

j. Riwayat keperawatan untuk koping / toleransi stress

Kemampuan mengendalian stress, sumber pendukung.

k. Riwayat keperawatan untuk nilai / kepercayaan

Nilai, tujuan dan keyakinan, spiritual/agama, konflik.

4. Data fokus bio-psiko-sosio-spritual

a. Data biologis

1) Pola nutrisi : pasien mengalami anoreksia, dan

ketidakmampuan untuk makan.

2) Pola minum ; Masukan cairan klien adekuat, pasca operasi,

klien puasa total 24 jam.

3) Pola eliminasi ; Terjadi konstipasi dan berkemih tergantung

masukan cairan.

4) Pola istirahat dan tidur : Tidak dapat tidur dalam posisi

baring rata pasca operasi.

Page 44: Basalioma Atun Edit

5) Pola kebersihan : Penurunan kemampuan melakukan

aktivitas sehari-hari disebabkan pasca operasi.

6) Pola aktivitas : Keletihan melakukan aktivitas sehari-hari

(Brunner and Suddarth, 2000).

b. Data psikologis

1) Status emosi : pasien dapat merasa terganggu dan malu

dengan kondisi yang dialaminya atau tidak.

2) Gaya komunikasi ; kesulitan berbicara dalam kalimat

panjang/perkataan yang lebih dari 4 atau 5 sekaligus.

3) Pola interaksi ; tidak ada sistem pendukung, pasangan,

keluarga, orang terdekat. Keterbatasn hubungan dengan

orang lain, keluarga atau tidak.

4) Pola koping : Klien marah, cemas, menarik diri atau

menyangkal.

c. Data sosial

1) Pendidikan dan pekerjaan : tingkat pengetahuan tentang

operasi minim.

2) Hubungan sosial : kurang harmonisnya hubunan sosial

merupakan stressor emosional pernafasan tidak teratur.

3) Gaya hidup : kebiasan merokok, minum minuman

berakohol, sering bergadang (Brunner & Suddarth, 2002).

d. Data spiritual : keterbatasan melakukan kegiatan spiritual

(Brunner & Suddarth, 2002).

5. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum

Lemah

b. Kesadaran

Composmentis sampai koma, tergantung tingkat efek

pembedahan dan anestesi.

c. Tanda-tanda vital meningkat disebabkan adanya infeksi.

Page 45: Basalioma Atun Edit

d. Pemeriksaan Head To-toes

1) Kepala

Rambut bersih atau kotor, warna rambut, ada lesi atau

tidak.

2) Mata dan telinga

Konjungtiva anemis atau tidak, pupil isokor anisokor,

lubang telinga kotor atau tidak.

3) Hidung

Lubang hidung sama besar atau tidak, sekitar hidung kotor

atau bersih, ada polip atau tidak.

Pernafasan cuping hidung.

4) Mulut

Sianosis atau tidak, sekitar mulut kotor atau bersih.

5) Kulit

Inspeksi : ada perubahan warna atau tidak, ada lesi, warna

lesi, luas lesi, banyak area yang terkena

Palpasi : kering atau lembab, halus atau kasar, nyeri atau

tidak saat ditekan, teraba hangat atau dingin, akral dingin

atau panas.

6) Dada/jantung/paru

a) Dada

Berpengaruh apabila tingkatan infeksi tinggi akan

mempengaruhi pernafasan cepat sampai retraksi.

b) Paru-paru :

Inspeksi : Bagaimana kembang kempis dada, simetris

atau tidak.

Palpasi : Bagaimana sterfimitus kanan kiri sama atau

tidak.

Perkusi : Pekak seluruh lapang paru atau tidak.

Auskultasi  : Suara cordius tampak atau tidak.

c) Jantung :

Inspeksi : Ictus cordis tampak atau tidak.

Page 46: Basalioma Atun Edit

Palpasi : Ictus cordis teraba atau tidak.

Perkusi : Konfigurasi normal atau tidak.

Auskultasi :Terdapat suara abnormal atau tidak

7) Abdomen

Inspeksi : Tidak asites.

Auskultasi : Terdengar bising usus.

Palpasi : Ada nyeri atau tidak

Perkusi : Kembung atau tidak

8) Genitalia

Apakah terpasang kateter atau tidak, bersih atau tidak.

9) Ekstremitas

Ekstremitas berkeringat (Brunner & Suddarth, 2002).

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium

Biopsy

b. Darah lengkap

1) Hb

2) Leukosit

3) Trombosit

7. Analisa Data

No. Symptom Etiologi Problem

1 DS :

1. Pasien mengatakan nyeri

pada bagian pipinya.

2. Pasien mengatakan nyerinya

seperti berdenyut-denyut

dengan durasi ±3 menit.

DO :

1. Pasien tampak meringis dan

gelisah

2. Pasien tampak memegangi

area yang nyeri

Basalioma

Pigmentasi makula

Kerusakan jaringan

Nyeri akut

Page 47: Basalioma Atun Edit

3. Konjungtiva anemis

4. Akral teraba hangat

5. Ascites (-)

2 DS :

1. Pasien mengatakan adanya

luka kulit pada daerah pipi

sebelah kanan seperti “tahi

lalat” yang berubah

warnanya menjadi

kemerahan dan gatal.

2. Pasien mengatakan sejak

umur 35 tahun sudah menjadi

seorang nelayan dan jarang

menggunakan pelindung

wajah saat mencari ikan di

tengah laut.

DO :

1. TD 140/90 mmHg

2. Nadi 98 x/menit

3. RR 20 x/menit

4. Kulit tampak adanya

luka/ulkus yang terdapat

pada pipi sebelah kanan.

5. Daerah luka tampak

kemerahan.

6. Kira-kira berdiameter 5 cm

dengan ketebalan luka 2,30

mm dan masuk ke dalam

stadium III (dermis

papiler/retikuler).

Paparan Sinar matahari UVA dan

UVB

Basalioma

Pigmentasi macula

Kerusakan

integritas kulit

3. DS :

1. Pasien mengatakan adanya

Basalioma Resiko infeksi

Page 48: Basalioma Atun Edit

luka kulit pada daerah pipi

sebelah kanan, gejala

bertambah parah disertai

nyeri, berdarah, membesar

atau ulkus pada pipi kanan.

2. Pasien juga mengatakan

adanya luka yang tidak

sembuh-sembuh.

DO :

1. Suhu 37,8 oc

2. Leukosit 10.100 mm3

3. Hb 12 gr/dl

4. Trombosit 170.000 mm3

5. Tampak adanya luka/ulkus

yang terdapat pada pipi

sebelah kanan

6. Daerah luka tampak

kemerahan

7. Luka tampak sesekali

mengeluarkan darah dan

cairan bening.

Nodul hitam kebiruan

Metastase limfogen dan hematogen

4. DS :

1. Pasien menganggap

penyakitnya itu hanya gatal

biasa saja, namun gejala

bertambah parah.

2. Pasien juga mengatakan

adanya luka yang tidak

sembuh-sembuh.

DO :

1. Pasien tampak bertanya-

tanya tentang kondisinya

Kurangnya informasi

yang didapat

Defisiensi

pengetahuan

Page 49: Basalioma Atun Edit

yang tidak sembuh-sembuh.

2. Pasien tampak gelisah

5. DS :

1. Pasien mengatakan takut jika

penyakitnya tidak bisa

disembuhkan.

2. Pasien mengatakan takut

dengan prosedur

pembedahan karena pasien

belum pernah di operasi.

DO :

1. Pasien tampak gelisah

2. Konjungtiva anemis

Basalioma

Timbul plak kehitaman di

permukaan kulit

Penebalan lesi

Metastase limfogen dan hematogen

Pembedahan

Ansietas

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan jaringan, ditandai

dengan pasien mengatakan nyeri pada bagian pipinya, pasien

mengatakan nyerinya seperti berdenyut-denyut dengan durasi ±3

menit, pasien tampak meringis dan gelisah, pasien tampak

memegangi area yang nyeri, konjungtiva anemis, akral teraba

hangat, ascites (-).

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan paparan Sinar

matahari UVA dan UVB dan pigmentasi macula, ditandai dengan

pasien mengatakan adanya luka kulit pada daerah pipi sebelah

kanan seperti “tahi lalat” yang berubah warnanya menjadi

kemerahan dan gatal, TD 140/90 mmHg, nadi 98 x/menit, RR 20

x/menit, kulit tampak adanya luka/ulkus yang terdapat pada pipi

sebelah kanan, daerah luka tampak kemerahan.

3. Resiko infeksi berhubungan dengan metastase limfogen dan

hematogen, ditandai dengan pasien mengatakan adanya luka kulit

pada daerah pipi sebelah kanan, gejala bertambah parah disertai

nyeri, berdarah, membesar atau ulkus pada pipi kanan, suhu 37,8 o

Page 50: Basalioma Atun Edit

C, leukosit 10.100 mm3, Hb 12 gr/dl, trombosit 170.000 mm3,

tampak adanya luka/ulkus yang terdapat pada pipi sebelah kanan,

daerah luka tampak kemerahan, luka tampak sesekali

mengeluarkan darah dan cairan bening.

4. Ansietas berhubungan dengan proses pembedahan, ditandai oleh

pasien mengatakan takut dengan prosedur pembedahan karena

pasien belum pernah di operasi, pasien tampak gelisah, konjungtiva

anemis.

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi

yang didapat, ditandai dengan pasien menganggap penyakitnya itu

hanya gatal biasa saja, namun gejala bertambah parah, pasien juga

mengatakan adanya luka yang tidak sembuh-sembuh, pasien

tampak bertanya-tanya tentang kondisinya yang tidak sembuh-

sembuh, pasien tampak gelisah.

2.2.3 Intervensi Keperawatan

NoDX

Keperawatan

Intervensi

NOC NIC

1 Nyeri akut

Defenisi:

Pengalaman

sensori yang

tidak

menyenangkan

akibat adanya

kerusakan

jaringan yang

aktual atau

potensial atau

digambarkan

dengan istilah

(Internasional

NOC

1. Pain level

2. Pain control

3. Comfort level

Kriteria Hasil:

1. Mampu

megontrol

nyeri (tahu

menggunakan

tehnik

nonfarmakolo

gi untuk

mengurangi

nyeri,

Pain Management

1. Lakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif termasuk lokasi,

karakteristik, durasi, frekuensi,

kualitas dan faktor presipitasi

ketidaknyamanan.

2. Gunakan teknik komunikasi

terapeutik untuk mengetahui

pengalaman nyeri pasien.

3. Kaji kultur yang mempengaruhi

respon nyeri.

4. Evaluasi pengalaman nyeri masa

lampau.

5. Evaluasi bersama pasien dan tim

Page 51: Basalioma Atun Edit

Associsation

for the Study

of Pain),

awitan yang

tiba-tiba atau

perlahan

dengan

intensitas

ringan sampai

berat dengan

akhir yang

dapat

diramalkan

atau durasinya

kurang dari

enam bulan.

Batasan

karakteristik:

1. Perubahan

selera

makan

2. Perubahan

pernafasan

3. Laporan

isyarat

4. Diaforesis

5. Perilaku

distraksi

(mis.

Berjalan

mondar

mandir

mencari

bantuan)

2. Melaporkan

bahwa nyeri

berkurang

dengan

menggunakan

manajemen

nyeri

3. Mampu

mengenali

nyeri (skala,

intensitas,

frekuensi dan

tanda nyeri).

4. Menyatakan

rasa nyaman

setelah nyeri

berkurang

kesehatan lain tentang

ketidakefektifan kontrol nyeri

masa lampau.

6. Bantu pasien dan keluarga untuk

mencari dan menemukan

dukungan.

7. Kontrol lingkungan yang dapat

mempengruhi nyeri seperti suhu

ruangan, pencahayaan dan

kebisingan.

8. Kurangi faktor presipitasi nyeri.

9. Pilih dan lakukan penanganan

nyeri (farmakologi, non

farmakologi dan inter personal).

10. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk

menentukan intervensi.

11. Ajarkan tentang teknik non

farmakologi.

12. Berikan analgenik untuk

mengurangi nyeri.

13. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri.

14. Tingkatkan istirahat.

15. Kolaborasi dengan dokter jika ada

keluhan dan tindakan nyeri tidak

berhasil.

16. Monitor penerimaan pasien

tentang manajemen nyeri.

Analgesik Administration

1. Tentukan lokasi, karakteristik,

kualitas dan derajat nyeri sebelum

pemberian obat.

2. Cek instruksi dokter tentang jenis

Page 52: Basalioma Atun Edit

mencari

orang lain

dan atau

aktivitas

lain,

aktivitas

yang

berulang)

6. Mengekpres

ikan

perilaku

(mis.

Gelisah,

merengek,

menangis)

7. Masker

wajah (mis.

Mata kurang

bercahaya,

tampak

kacau,

gerakan

mata

terpancar

atau tetap

pada satu

fokus

meringis)

8. Sikap

melindungi

area nyeri

9. Fokus

obat, dosis dan frekuensi.

3. Cek riwayat alergi.

4. Pilih analgesik yang diperlukan

atau kombinasi dari analgesik

ketika pemberian lebih dari satu.

5. Tentukan pilihan analgesik

tergantung tipe dan beratnya

nyeri.

6. Tentukan analgesik pilihan, rute

pemberian dan dosis optimal.

7. Pilih rute pemberian secara IV,

IM untuk pengobatan nyeri secara

teratur.

8. Monitor vital sign sebelum dan

sesudah pemberian analgesik

pertama kali.

9. Berikan analgesik tepat waktu

terutama saat nyeri hebat.

10. Evaluasi efektivitas analgesik,

tanda dan gejala.

Page 53: Basalioma Atun Edit

menyempit

(mis.

Gangguan

persepsi

nyeri,

hambatan

proses

berpikir,

penurunan

interaksi

dengan

orang dan

lingkungan)

10. Indikasi

nyeri yang

yang dapat

diamati

11. Perubahan

posisi untuk

menghindari

nyeri

12. Sikap tubuh

melindungi

13. Dilatasi

pupil

14. Melaporkan

nyeri secara

verbal

15. Gangguan

tidur

Faktor yang

Page 54: Basalioma Atun Edit

berhubungan:

Agen penyebab

cedera (mis:

biologis, kimia,

fisik dan

psikologis)

2 Kerusakan

integritas

kulit

Defenisi:

Perubahan/gan

g-

guan epidermis

dan/ atau

dermis

Batasan

karakteristik:

1. Kerusakan

lapisan kulit

(dermis).

2. Gangguan

permukaan

kulit

(epidermis).

3. Invasi

struktur

tubuh.

Faktor yang

berhubungan:

Eksternal:

1. Zat kimia,

radiasi

NOC

1. Tissue

Integrity: Skin

and Mucous

membranes

2. Hemodyalis

akses

Kriteri Hasil:

1. Integritas kulit

yang baik bisa

dipertahankan

(sensasi,

elastisitas,

temperatur,

hidrasi,

pigmentasi).

2. Tidak ada

luka /lesi pada

kulit.

3. Perfusi

jaringan baik.

4. Menunjukkan

pemahaman

dalam proses

perbaikan

kulit dan

Pressure Management

1. Anjurkan pasien untuk

menggunakan pakaian yang

longgar.

2. Hindari kerutan pada tempat

tidur.

3. Jaga kebersihan kulit agar tetap

bersih dan kering.

4. Mobilisasi pasien (ubah posisi

pasien ) setiap dua jam sekali.

5. Monitor kulit akan adanya

kemerahan.

6. Oleskan lotion /minyak/baby oil

pada daerah yang tertekan.

7. Monitor aktivitas dan mobilisasi

pasien.

8. Monitor status nutrisi pasien.

9. Memandikan pasien dengan

sabun dan air hangat.

Insision site care

1. Membersihkan, memantau dan

meningkatkan proses

penyembuhan pada luka yang

ditutup dengan jahitan, klip atau

staples.

2. Monitor proses kesembuhan area

Page 55: Basalioma Atun Edit

2. Usia yang

ekstrim

3. Kelembapa

n

4. Hipertermia

,Hipotermia

5. Medikasi

6. Imobilitasi

fisik

Internal:

1. Perubahan

pigmentasi

2. Perubahan

turgor

3. Faktor

perkembang

an

4. Kondisi

ketidak

seimbangan

5. Penurunan

imunologis

6. Penurunan

sirkulasi

7. Kondisi

gangguanm

etabolic

mencegah

terjadinya

cedera

berulang.

5. Mampu

melindungi

kulit dan

mempertahan

kan

kelembaban

kulit dan

perawatan

alami.

insisi.

3. Monitor tanda dan gejala infeksi

pada area insisi.

4. Bersihkan sekitar area staples,

menggunakan lidi kapas steril.

5. Gunakan preparat antiseptik

sesuai program.

6. Ganti balutan pada interval yang

sesuai atau biarkan luka tetap

terbuka (tidak dibalut) sesuai

program.

3 Resiko infeksi

Definisi :

Berisiko

terhadap invasi

organisme

NOC

1. Keparahan

infeksi

2. Pengendalian

resiko.

Pengendalian Infeksi

1. Ajarkan pasien teknik mencuci

tangan yang benar.

2. Ajarkan kepada pengunjung

untuk mencuci tangan sewaktu

Page 56: Basalioma Atun Edit

patogen.

Faktor Resiko :

1. Penyakit

kronis.

2. Penekanan

sistem

imun.

3. Ketidakade

kuatan

imunitas

dapatan.

4. Pertahanan

primer

tidak

adekuat.

5. Pertahanan

lapis kedua

yang tidak

memadai.

6. Peningkata

n

pemajanan

lingkungan

terhadap

patogen.

7. Pengetahua

n yang

kurang

untuk

menghindar

i pajanan

patogen.

3. Penyembuhan

luka primer

dan sekunder.

Kriteria Hasil :

1. Pasien

terbebas dari

tanda dan

gejala infeksi.

2. Memperlihatk

an personal

hygine yang

adekuat.

3. Menggambark

an faktor yang

menunjang

penularan

infeksi.

masuk dan meninggalkan

ruangan pasien.

3. Bersihkan lingkungan dengan

benar setelah dipergunakan

masing-masing pasien.

4. Pertahankan teknik isolasi, bila

diperlukan.

5. Tetapkan kewaspadaan universal.

6. Batasi jumlah pengunjung bila

diperlukan.

7. Kolaborasi dalam pemberian

antibiotik, bila diperlukan.

Page 57: Basalioma Atun Edit

8. Prosedur

invasif.

9. Malnutrisi.

10. Agens

farmasi.

11. Kerusakan

jaringan.

12. Trauma.

4 Ansietas

Defenisi:

Perasaan tidak

nyaman atau

kekhawatiran

yang samar

disertai respon

autonom

(sumber

seringkali tidak

spesifik atau

tidak diketahui

oleh individu),

perasaan takut

yang

disebabkan

oleh antisipasi

terhadap

bahaya. Hal ini

merupakan

isyarat

kewaspadaan

yang

memperingatka

NOC

1. Anxiety self-

control

2. Anxiety level

3. Coping

Kriteria Hasil:

1. Pasien mampu

mengidentifik

asi dan

mengungkapk

an gejala

cemas

2. Mengidentifik

asi,

mengungkapk

an dan

menunjukkan

tehnik untuk

mengontrol

cemas

3. Vital sign

dalam batas

normal

4. Postur tubuh,

Anxiety Reduction (penurunan

kecemasan)

1. Gunakan pendekatan yang

menenangkan

2. Nyatakan dengan jelas harapan

terhadap pelaku pasien

3. Jelaskan semua prosedur dan apa

yang dirasakan selama prosedur

4. Pahami perspektif pasien

terhadap situasi stres

5. Temani pasien untuk

memberikan keamanan dan

mengurangi takut

6. Dorong keluarga untuk

menemani pasien

7. Dengarkan dengan penuh

perhatian

8. Identifikasi tingkat kecemasan

9. Bantu pasien mengenal situasi

yang menimbulkan kecemasan

10. Dorong pasien untuk

mengungkapkan perasaan,

ketakutan, persepsi

11. Instruksikan pasien

Page 58: Basalioma Atun Edit

n individu akan

adanya bahaya

dan

memampukan

individu untuk

bertindak

menghadapi

ancaman.

Batasan

karakteristik:

Perilaku

1. Penurunan

produktivita

s

2. Gerakan

yang

ireleven

3. Gelisah

4. Melihat

sepintas

5. Insomnia

6. Kontak

mata yang

buruk

7. Mengekspre

sikan

kekhawatira

n karena

perubahan

dalam

peristiwa

hidup

ekspresi

wajah, bahasa

tubuh dan

tingkat

aktivitas

menunjukkan

berkurangnya

kecemasan

menggunakan tehnik relaksasi

12. Berikan obat untuk mengurangi

kecemasan

Page 59: Basalioma Atun Edit

8. Agitasi

9. Mengintai

10. Tampak

waspada

Afektif

1. Gelisah,

distres

2. Kesedihan

yang

mendalam

3. Ketakutan

4. Perasaan

tidak

adekuat

5. Berfokus

pada diri

sendiri

6. Peningkatan

kewaspadaa

n

7. Irritabilitas

8. Rasa nyeri

yang

meningkatk

an

ketidakberd

ayaan

9. Peningkatan

rasa

ketidakberd

ayaan yang

persisten

Page 60: Basalioma Atun Edit

10. Bingung,

menyesal

11. Ragu/tdk

percaya diri

12. Khawatir

Fisiologis

1. Wajah

tegang,

tremor

tagan

2. Peningkatan

keringat

3. Peningkatan

ketegangan

4. Gemetar,

tremor

5. Suara

bergetar

Simpatik

1. Anoreksia

2. Eksitasi

kardiovasku

lar

3. Diare,

mulut

kering

4. Wajah

merah

5. Jantung

berdebar-

debar

6. Peningkatan

Page 61: Basalioma Atun Edit

tekanan

darah

7. Peningkatan

denyut nadi

8. Peningkatan

reflek

9. Peningktan

frekuensi

pernapasan,

pupil

melebar

10. Kesulitan

bernapas

11. Vasokontrik

si

superfisial

12. Lemah,

kedutan

pada otot

Parasimptik

1. Nyeri

abdomen

2. Penurunan

tekanan

darah

3. Penurunan

denyut nadi

4. Diare, mual,

vertigo

5. Letih,

gangguan

tidur

Page 62: Basalioma Atun Edit

6. Kesemutan

pada

ekstremitas

7. Sering

berkemih

8. Anyang-

anyangan

9. Dorongan

segera

berkemih

Kognitif

1. Menyadari

gejala

fisiologis.

2. Bloking

fikiran

konfusi.

3. Penurunan

lapang

persepsi.

4. Kesulitan

berkonsentr

asi.

5. Penurunan

kemampuan

untuk

belajar.

6. Penurunan

kemampuan

untuk

memecahka

n masalah.

Page 63: Basalioma Atun Edit

7. Ketakutan

terhadap

konsekuensi

yang tidak

spesifik.

lupa,

gangguan

perhatian

khawatir,

melamun

cenderung

menyalahka

n orang

lain.

Faktor yang

berhubungan:

1. Perubahan

dalam

(status

ekonomi,

lingkungan,

status

kesehatan,

pola

interaksi,

fungsi

peran, status

peran).

2. Pemajanan

toksin.

3. Terkait

keluarga.

Page 64: Basalioma Atun Edit

4. Herediter

5. Infeksi/

kontaminasi

interpersona

l.

6. Krisis

maturasi,

Krisis

situasional.

7. Stres,

Ancaman

kematian.

8. Penyalah-

gunaan zat.

9. Konflik

tidak

disadari

mengenai

tujuan

penting

hidup.

10. Kebutuhan

yang tidak

dipenuhi.

7 Defisiensi

Pengetahuan

Defenisi:

Tidak ada tau

kurang

informasi

kognitif

tentang topik

NOC

1. Knowledge:

disease

process.

2. Knowledge:

Health

behavior

Kriteria hasil:

Teaching : Disease Process

1. Berikan penilaian tentang tingkat

penyakit yang spesifik.

2. Jelaskan patofisiologi dan

penyakit dan bagaimana hal ini

berhubungan dengan anatomi dan

fisiologi, dengan cara yang tepat.

3. Gambarkan proses penyakit

Page 65: Basalioma Atun Edit

tertentu

Batasan

karakteristik:

1. Perilaku

hiperbola.

2. Ketidakakur

atan

mengikuti

perintah.

3. Ketidakakur

atan

melakukan

tes.

4. Perilaku

tidak tepat

(mis.

Histeria,

bermusuhan

, agitasi,

apatis).

5. Pengungkap

an masalah.

Faktor yang

berhubungan:

1. Keterbatasa

n kognitif.

2. Kesalahan

dalam

memahami

informasi

yang ada.

3. Kurang

1. Pasien dan

keluarga

menyatakan

pemahaman

tentang

penyakit,

kondisi,

prognosis dan

program

pengobatan.

2. Pasien dan

keluarga

mampu

melaksanakan

prosedur yang

dijelaskan

secara benar.

3. Pasien dan

keluarga

mampu

menjelaskan

kembali apa

yang

dijelaskan

perawat/tim

kesehatan

lainnya.

dengan cara yang tepat.

4. Identifikasi kemungkinan

penyebab dengan cara yang tepat.

5. Sediakan informasi pada pasien

tentang kondisi dengan cara yang

tepat.

6. Hindari jaminan yang kosong.

7. Sediakan bagi keluarga informasi

tentang kemajuan pasien dengan

cara yang tepat.

8. Diskusikan perubahan gaya

hidup yang mungkun diperlukan

untuk mencegah komplikasi di

masa yang akan datang dan atau

proses pengontrolan penyakit.

9. Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan.

10. Dukung pasien untuk

mengeksplorasi atau

mendapatkan second opinion

dengan cara yang tepat atau

diindikasikan.

11. Rujuk pasien pada grupatau

agensi di komunitas lokal dengan

cara yang tepat.

12. Instruksikan pasien mengenai

tanda dan gejala untuk

melaporkan pada pemberi

perawatan kesehatan dengan cara

yang tepat.

Page 66: Basalioma Atun Edit

pengalaman

.

4. Kurang

perhatian di

dalam

belajar.

5. Kurang

kemampuan

mengingat

kembali.

6. Kurang

familier

dengan

sumber-

sumber

informasi.

2.2.4 Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan merupakan tindakan yang sudah di rencanakan

dalam rencana keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup

tindakaan mandiri (independen)dan tindakan kolaborasi. Agar lebih

jelas dan akurat dalam melakukan implementasi diperlukan

perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional (Tarwoto dan

Wartonah, 2006).

Pelaksanaan merupakan langkah ke empat dalam tahap proses

keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah di rencanakan dalam

rancana tindakan keperawatan. Dalam tahap ini perawat harus

mengetahui berbagai hal di antaranya bahaya-bahaya fisik dan

perlindungan bagi klien, tehnik komunikasi, kemapuan dalam prosedur

tindakan, pemahaman dari hak-hak dari klien serta dalam memahami

tingkat perkembangan klien (A Aziz Alimul Hidayat, 2007).

2.2.5 Evaluasi

Page 67: Basalioma Atun Edit

Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang

bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah di

capai yang dapat di gunakan sebagai bahan pertimbangan perencanaan

selanjutnya. Dengan demikian proses keperawatan ini adalah

berkelanjutan.

Macam-macam evaluasi :

1. Evaluasi proses (formatif)

a. Evaluasi yang dilakukan setiap selesai tindakan.

b. Berorientasi pada etiologi.

c. Dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah

ditentukan tercapai.

2. Evaluasi hasil (somatif)

a. Evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan

secara paripurna.

b. Berorientasi pada masalah keperawatan.

c. Menjelaskan keberhasilan/ketidakberhasilan.

d. Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai

dengan kerangka waktu yang ditetapkan.

Komponen SOAP/SOAPIER :

Untuk memudahkan perawat mengevaluasi atau memantau

perkembangan klien, digunakan komponen SOAP/SOAPIER.

Penggunaannya tergantung dari kebijakan setempat.

Yang dimaksud dengan SOAPIER adalah :

1. S : Data Subjektif

Perawat menuliskan keluhan pasien yang masih dirasakan

setelah dilakukan tindakan keperawatan.

2. O : Data Objektif

Yaitu data berdasarkan hasil pengukuran atau observasi

perawat secara langsung kepada klien, dan yang dirasakan

klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Page 68: Basalioma Atun Edit

3. A : Analisis

Interpretasi dari data subjektif dan data objektif. Merupakan

suatu masalah atau diagnosis keperawatan yang masih terjadi,

atau juga dapat dituliskan masalah/diagnosis baru yang terjadi

akibat perubahan status kesehatan klien yang telah

teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif.

4. P : Planning

Perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan,

dimodifikasi, atau ditambahkan dari rencana tindakan

keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya. Tindakan

yang telah menunjukkan hasil yang memuaskan dan tidak

memerlukan tindakan ulang pada umumnya dihentikan.

Tindakan yang perlu dilanjutkan adalah tindakan yang masih

komperen untuk menyelesaikan masalah klien dan

membutuhkan waktu untuk mencapai keberhasilannya.

Tindakan yang perlu dimodifikasi adalah tindakan yang dirasa

dapat membantu menyelesaikan masalah klien tetapi perlu

ditingkatkan kualitasnya atau mempunyai alternative pilihan

yang diduga dapat membantu mempercepat proses

penyembuhan. Sedangkan rencana tindakan yang

baru/sebelumnya tidak ada dapat ditentukan bila timbul

masalah baru atau rencana tindakan yang ada sudah tidak

kompeten lagi untuk menyelesaikan masalah yang ada.

5. I : Implementasi

Adalah tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan

instruksi yang telah teridentifikasi dalam komponen P

(perencanaan). Jangan lupa menuliskan tanggal dan jam

pelaksanaan.

6. E : Evaluasi

Adalah respon klien setelah dilakukan tindakan keperawatan.

Page 69: Basalioma Atun Edit

7. R : Reassesment

Adalah pengkajian ulang yang dilakukan terhadap

perencanaan setelah diketahui hasil evaluasi, apakah dari

rencana tindakan perlu dilanjutkan, dimodifikasi, atau

dihentikan.

Komponen tahap evaluasi antara lain pencapaian kriteria hasil,

keefektifan tahap-tahap proses keperawatan rencana dan revisi atau

terminasi rencana keperawatan.

Menurut Ali (2003), sasaran evaluasi mempunyai 2 hal :

1. Evaluasi proses evaluasi yang berdasarkan rencana yang telah di

susun pada setiap sift.

2. Evaluasi yang berdasarkan kriteria keberhasilan yang telah di

tetapkan dalam perencanaan.

Ada 4 kriteria yang di pakai untuk melakukan tujuan yang telah

di tetapkan itu telah tercapai yaitu:

1. Tujuan tercapai apabila klien menunjukan perubahan sesuai

standar yang telah di tetapkan perawat.

2. Tujuan tercapai sebagian

Apabila klien menunjukan perubahan sebagian standar kriteria

yang telah di tetapkan.

3. Tujuan tidak tercapai apabila klien tidak memperlihatkan

perubahan dan kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.

2.2.6 Dokumentasi keperawatan

Menurut Harnawatiaj (2008), dokumentasi keperawatan adalah

kegiatan keperawatan mencakup rencana secara sistematis. Semua

kegiatan dalam kegiatan kontrak perawat klien dalam kurun waktu

tertentu, secara jelas, lengkap dan objektif.

Hal ini bertujuan untuk memberi kemudahan dalam

memberikan asuhan keperawatan dan jaminan mutu, di samping

pencatatan kegiatan pendokumentasian keperawatan juga mencakup

penyimpangan atau pemeliharaan hasil pencatatan dan

Page 70: Basalioma Atun Edit

pendokumentasian pada anggota sesama tim kesehatan untuk

kepentingan pengobatan klien serta kepada aparat penegak hukum bila

di perlukan untuk pembuktian.

1. Kegiatan pedokumentasian meliputi :

a. Komunikasi

Keterampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan

perawat untuk mengkomunasikan kepada tenaga kesehatan

lainya dan menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan yang akan

di kerjakan oleh perawat.

b. Dokumentasi proses keperawatan

Pencatatan proses keperawatan merupakan metode yang

tepat untuk pengambilan keputusan yang sistematis, problem

solving, dan riset lebih lanjut. Doumentasi proses keperawatan

mencakup pengkajian, identifikasi masalah, perencanaan dan

tindakan. Perawat kemudian mengobservasi dan mengevaluasi

respon klien terhadap tindakan yang di berikan dan

mengkomunikasikan informasi tersebut kepada tenaga

kesehatan lainya.

c. Standar dokumentasi

Perawat perlu menampilkan keterampilan untuk

memenuhi standar dokumentasi adalah suatu peryataan tentang

kualitas dan kwantitas dokumentasi yang di pertimbangkan

secara adekuat dalam suatu situasi tertentu standar dokumentasi

berguna untuk memperkuat pola pencatatan sebagai petunjuk

atau pedoman praktik pendokumentasian dalam memberikan

tindakan keperawatan.

2. Tujuan Dokumentasi Keperawatan

Tujuan utama dari pendokumentasian adalah

mengindentifikasi status kesehatan klien dalam rangka mencatat

kebutuhan klien, merencanakan, melaksanakan tindakan

keperawatan dan mengevaluasi tidakan.

3. Manfaat dan Pentingnya Pendokumentasian

Page 71: Basalioma Atun Edit

Dokumentasi mempunyai makna yang penting bila di lihat dari

berbagai aspek:

a. Hukum

Bila terjadi suatu masalah yang berhubungan dengan

profesi keperawatan, di mana perawat sebagai pemberi jasa dan

klien sebagai penguna jasa. Dokumentasi dapat di pergunakan

sebagai barang bukti di pengadilan.

b. Jaminan Mutu (Kualitas Pelayanan)

Pencatatan data klien yang lengkap dan akurat, akan

memberikan kemudahan bagi perawat dalam membantu

menyelesaikan masalah klien. Dan untuk mengetahui sejauh

mana masalah klien dapat teratasi dan seberapa jauh masalah

baru dapat di idetifikasi dan dimonitor melalui catatan yang

akurat. Hal ini akan membantu meningkatkan mutu pelayanan

keperawatan (yankep).

c. Komunikasi

Dokumentasi keadan klien merupakan alat perekam

terhadap masalah yang berkaitan dengan klien. Perawat atau

tenaga kesehatan lain akan bisa melihat catatan yang ada dan

sebagai alat komuikasi yang di jadikan pedoman dalam

memberikan asuhan keperawatan.

d. Keuangan

Semua tindakan keperawatan yang belum, sedang dan

telah di berikan di catat dengan lengkap dan dapat di gunakan

sebagai acuan atau pertimbangan dalam biaya keperawatan.

e. Pendidikan

Isi pendokumentasian menyagkut kronologis dari

kegiatan asuhan keperawatan yang dapat dipergunakan sebagai

bahan atau referensi pembelajaran bagi siswa atau profesi

keperawatan.

Page 72: Basalioma Atun Edit

f. Penelitian

Data yang terdapat di dalam dokumentasi keperawatan

mengandung informasi yang dapat di jadikan sebagai bahan

objek riset dan pengembangan profesi keperawatan.

g. Akreditasi

Melalui dokumentasi keperawatan dapat di lihat sejauh

mana peran dan fungsi keperawatan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klie dengan demikian dapat di ambil

kesimpulan tingkat keberhasilan pemberian asuhan

keperrawatan yang di berikan, guna pembinaan lebih lanjut.

Menurut Nursalam (2001), Dokumentasi masalah,

perencanaan, tindakan, dan evaluasi.

1. Dokumentasi pengkajian Keperawatan

a. Dokumentasi pengkajian di tunjukan pada data klien di mana

perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisir dalam catatan

kesehatan. Format pengkajian meliputi data dasar, flow sheetv

dan catatan perkembangan lainnya yang memungkinkan dapat

sebagai alat komunikasi bagi tenaga keperawatan atau

kesehatan lainnya.

b. Gunakan format yang sistimatis untuk mencatat pengkajian

yang meliputi:

1) Riwayat klien masuk rumah sakit

2) Respon klien yang berhubungan dengan persepsi kesehatan

klien

3) Riwayat pengobatan

4) Data klien rujukan

5) Gunakan format yang telah tersusun untuk mencatat

pengkajian

6) Kelompokan data-data berdasarkan model pendekatan yang

digunakan.

Page 73: Basalioma Atun Edit

7) Tulis data objektif tanpa hias (tanpa mengartikan), menilai,

memasukan data pribadi. Sertakan pernyataan yang

mendukung interprestasi data objektif .

8) Jelaskan observasi dan temuan secara sistimatis, termasuk

difinisi karakteristiknya.

9) Ikuti aturan atau prosedur yang dipakai dan disepakati di

instalasi

10) Tuliskan secara jelas dan singkat.

2. Dokumentasi diagnosa keperawatan

Sebagai bukti ukuran pencatatan perawat pernyataan

diagnosa keperawatan bahwa mengidentifikasi masalah actual atau

potensial penyebab maupun tanda dan gejala sebagai indikasi perlu

untuk pelayanan perawatan, Contoh:

a. Proses dan pencatatan diagnosa keperawatan dalam rencana

pelayanan catatan perkembangan.

b. Pemakaian format problem, etiologi untuk tiap masalah

potensial.

c. Pengkajian data pada dokumen, semua faktor mayor untuk

setiap diagnosa.

d. Dokumen dari pengkajian atau mengikuti diagnosa

keperawatan yang tepat.

e. Ulangi data salah satu informasi pengkajian perawatan, sebagai

perawat prefisional dari kerja sama dengan staf pembuat

diagnosa.

3. Dokumentasi rencana keperawatan

Dokumentasi intervensi mengidentifikasi mengapa sesuatu

terjadi terhadap klien, apa yang terjadi, kapan, bagaimana, dan

siapa yang melakukan intervensi.

a. Why: Harus di jelaskan alasan tindakan dan data yang ada dari

hasil dokumentasi pengkajian dan diagnosa keperawatan.

Page 74: Basalioma Atun Edit

b. What: Di tulis secara jelas, ringkas dari pengobatan/tindakan

dalam bentuk action verbs.

c. When: Mengandung asfek penting dari dokumen intervensi.

d. Who: Tindakan di laksanakan dalam pencatatan yang lebih

detail.

e. Who: Siapa yang melaksanakan intervensi harus selalu di

tuliskan pada dokumen serta tanda tangan sebagai pertanggung

jawab.

4. Dokumentasi Evaluasi

Pernyataan evaluasi perlu di dokumentasikan dalam catatan

kemajuan, di revisi dalam perencanaan perawatan atau di masukan

pada ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan dalam bentuk

perencanaan.

Page 75: Basalioma Atun Edit

BAB 3

PENUTUP

3.1 Simpulan

Basalioma merupakan keganasan kulit yang paling sering ditemukan

umumnya di daerah wajah dan paling banyak timbul pada orang kulitnya

miskin pelindung terhadap sinar ultraviolet dari cahaya matahari. Tumor ini

berasal dari sel lapisan basal atau dari luar sel folikel rambut (R.

Sjamsuhidayat, 2004). Penyebabnya adalah terpapar sinar matahari atau

penyinaran ultraviolet lainnya.

Bagian tubuh yang terserang Kanker Sel Basal biasanya di wajah dan

leher. Meskipun jarang dapat pula di jumpai pada lengan, tangan, badan, kaki

dan kulit kepala (Marwali, 2002).

Penyakit ini dimulai dengan papula kecil, warna kuning abu-abu

mengkilat, meninggi di atas permukaan kulit, jika kena trauma mudah

berdarah. Papula makin lama makin membesar menjadi makula dan bagian

tengah dapat timbul siklus atau tida ada ulkus (Siregar, 2005).

Pemeriksaan diagnostik yang biasa dilakukan pada penderita

basalioma adalah : anamnesis, pemeriksaan fisik, dan biopsi (Putra, 2008).

3.2 Saran

Page 76: Basalioma Atun Edit

DAFTAR PUSTAKA