bahan praktikum eko 1

Upload: jia-ji

Post on 13-Jul-2015

382 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat tiada habisnya kepada umatnya terutama pada kami tim penyusun sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah untuk mata kuliah Ekologi Tumbuhan. Shalawat serta salam tetap kami curahkan junjungan nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya dari jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang yakni ajaran agama islam. Selanjutnya ucapan terimakasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada bapak Husamah, S.Pd. yang telah membimbing kami pada mata kuliah Ekologi Tumbuhan dan kepada seluruh anggota kelompok atas kerja samanya yang kompak dalam menyelesaikan tugas ini serta kepada pihak pihak lain yang memberi dukungan demi terselesaikanya makalah ini. Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, tidak ada kata yang dapat kami ucapkan selain kata maaf yang sebesar besarnya apabila dalam penulisan makalah ini terdapat kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi dari penulisan makalah ini. Kami sangat membutuhkan kritik dan saran para pembaca yang bersifat membangun demi penulisan makalah selanjutnya. Besar harapan kami semoga apa yang kami sajikan dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi seluruh pihak yang membaca. Dan semoga Allah senantiasa memberi hidayah kepada setiap hambanya yang mau selalu berusaha dan belajar. Malang, 15 Desember 2010 Tim Penyusun

BAB 1 PENDAHULUAN

a. Latar Belakang Vegetasi di definisikan sebagai mosaik komunitas tumbuhan dalam lansekap dan vegetasi alami diartikan sebagai vegetasi yang terdapat dalam lansekep yang belum dipengaruhi oleh manusia (Kuchler, 1967). Ilmu vegetasi sudah dimulai hampir tiga abad yang lalu. Mula-mula kegiatan utama yang dilakukan lebih diarahkan pada diskripsi dari tentang alam dan vegetasinya. Dalam abad ke XX usaha-usaha diarahkan untuk menyederhanakan eskripsi dari vegetasi dengan tujuan untuk untuk meningkatkan keakuratan dan untuk mendapatkan standart dasar dalam evaluasi secara kuantitaif. Berbagai metode analisis vegetasi dikembangkan, dengan penjabaran data secara detail melalui cara coding dan tabulasi. Berbagai metode yang digemari dan banyak diterima oleh banyak pakar adalah dari Raun kiaer (1913, 1918), Clements (1905, 1916), Du Rietz (1921, 1930), Braun (1915), dan Braun Bienquet (1928). Deskripsi umum dari vegetasi dan komunitas tumbuhan melalui bentuk hidup dan species dominan adalah tekanan pada zaman yang telah lalu. Dalam mendiskripsikan suatu vegetasi haruslah dimulai dari suatu titik pandang bahwa vegetasi merupakan suatu pengelompokan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup bersama dalam suatu terutama yang mungkin dikarakterisasi baik oleh spesies sebagai komponenya. Maupun oleh kombinasi dan struktur sifat-sifatnya yang mengkarakterisasi gambaran vegetasi secara umum atau fungsional. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis dan juga sintesis sehingga akan membantu dan mendiskripsikan suatu vegetasi sesuai dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda; (2) menduga tentang

keragaman jenis dalam suatu areal; dan (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983). Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kwadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma, 1997). Berdasarkan model geometrik yang dihasilkan dari hasil analisis, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa titik yang saling berdekatan merupakan unit-unit sampling yang mempunyai pola kesamaan dalam komunitas, sedangkan titik-titik yang saling berjauhan adalah unit-unit sampling yang mempunyai perbedaan komunitas. Berdasarkan perbedaan tersebut hasil analisis ordinasi dapat dilanjutkan dengan mengkorelasikan pola komunitas pada unit-unit sampling dengan faktor lingkungan dari unit-unit sampling tersebut, sehingga dapat diketahui penyebab perbedaan pola komunitas di antara unit-unit sampling tersebut . Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. b. Rumusan Masalah a. Apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi? b. Apa yang dimaksud dengan metode kuadrat dan kuarter, kerapatan, frekuensi, dominasi, nilai penting, dan teknik ordinasi pada analisis vegetasi? c. Bagaimana penerapan dengan menggunakan metode kuadrat dan kuarter? d. Bagaimana penerapan kerapatan, frekuensi, dominasi, nilai penting, dan teknik ordinasi pada analisis vegetasi? c. Tujuan

a. Mengetahui pengertian metode kuadrat dan kuarter. b. Mengetahui pengertian kerapatan, frekuensi, dominasi, nilai penting, dan teknik ordinasi pada analisis vegetasi. c. Mengetahui penerapan dengan menggunakan metode kuadrat atau kuarter. d. Mengetahui penerapan kerapatan,, frekuensi, dominasi, nilai penting,dan teknik ordinasi pada analisis vegetasi. BAB II PEMBAHASAN Vegetasi tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan kedalam 3 kategori yaitu (1) pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda (2) menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal (3) melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983).

Untuk mempelajari komposisi vegetasi dapat dilakukan dengan Metode Berpetak (Teknik sampling kuadrat : petak tunggal atau ganda, Metode Jalur, Metode Garis Berpetak) dan Metode Tanpa Petak (Metode berpasangan acak, Titik pusat kuadran, Metode titik sentuh, Metode garis sentuh, Metode Bitterlich) (Kusuma, 1997). Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Mueller-Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien uketidaksamaan. Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan mempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenisjenis dengan perubahan faktor lingkungan. Pada metode garis ini, system analisis melalui variable-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi

diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001). Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990). a. Metode kuadrat dan metode kuarter b. Kerapatan c. Frekuensi d. Indeks Dominansi e. Nilai penting f. Teknik ordinasi 2.1 Metode Kudrat dan Kuadran Dalam Analisis Vegetasi Metode Kuadrat, bentuk sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran dengan luas tertentu. Hal ini tergantung pada bentuk vegetasi. Berdasarkan metode pantauan luas minimum akan dapat di tentukan luas kuadrat yang di perlukan untuk setiap bentuk vegetasi tadi. Untuk setiap plot yang di sebarkan di lakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan dan frekuensi. Variabel kerimbunan dan kerapatan di tentukan berdasarkan luas kerapatan. Dari spesies yang di temukan dari sejumlah kuadrat yang di buat (Rahardjanto, 2001). Metode kuadrat, bentuk percontoh atau sampel dapat berupa segi empat atau lingkaran yang menggambarkan luas area tertentu. Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu luas minimumnya. Untuk analisis yang menggunakan metode ini dilakukan perhitungan terhadap variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi (Surasana, 1990). Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).

Metode garis juga merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990). Ada dua fase dalam kajian vegetasi ini, yaitu mendiskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagi konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih yang penting adalah harus disesuaikan dengan tujuan kajian, luas atau sempitnya yang ingin diungkapkan, keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistimatik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Webb, 1954). Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran. 2.1.1Metode kuadrat juga ada beberapa jenis: a. Liat quadrat Spesies di luar petak sampel dicatat. b. Count/list count quadrat Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki. c. Cover quadrat (basal area kuadrat) Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada). d. Chart quadrat Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiap-tiap spesies

yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya. 2.1.2Cara kuadran ini memiliki keunggulan yaitu terlanjur lebih mudah dan sedehana. Cara pengambilan datanya yaitu sebagai berikut : 1. Cara kuadran point Buat garis kompas Tentukan titik pengamatan (plat) Buat garis silang yang tegak lurus sehingga terbagi empat kuadran (daerah) Pilih satu pohon yang terldekat dari titik pengamatan untuk masing-masing kuadran sesuai dengan criteria (pohon,poles/tiang,sapling) Ukur diameternya Ukur jaraknnya terhadap titik pengamatan Keragaman spesies dapat diambil untuk menanadai jumlah spesies dalam suatu daerah tertentu atau sebagai jumlah spesies diantara jumlah total individu dari seluruh spesies yang ada. Hubungan ini dapaat dinyatakan secara numeric sebagai indeks keragaman atau indeks nilai penting. Jumlah spesies dalam suatu komunitas adalah penting dari segi ekologi karena keragaman spesies tampaknya bertambah bila komunitas menjadi makin stabil (Michael, 1994). Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuarter (Rugayah et al., 2005). Sebanyak 100 petak ukur dibuat secara berurutan dalam satu baris dengan jarak antar petak ukur sepanjang 10 m. Petak-petak ukur dibuat memotong garis kontur agar perubahan komposisi jenis tumbuhan dapat teramati (Shukla dan Chandel, 1996). 2.1.3 Berikut langkah - langkah kerja jikaakan melakukan penelitian/analisis vegetasi metode kudrat: 1. Menyebarkan 5 kuadrat ukuran 1 m2 secara acak di suatu vegetasi tertentu. 2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. 3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan. 4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan.

5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas. 6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar. 2.2 Kerapatan Didalam Analisis Vegetasi Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekwensi suatu jenis tumbuhan adalah jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase. Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter batang (Kusuma, 1997). Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass, penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq and Reynolds, 1988). 2.2.1 Berdasarkan data kerapatan, dapat diketahui symbol atau singkatan pada kerapatan pada analisis vegetasi: Kerapatan Mutlak (KM) = Kerapatan Nisbi (KN) = Berat Kering Mutlak (BKM) = Berat Kering Nisbi (BKN) = Frekuensi Mutlak (FM) = Frekuensi Nisbi (FN) = Nilai Penting (NP) =

Nisbah Jumlah Dominasi (NJD) = Kerapatan dapat juga dapat diartikan banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung. Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat( Ishernat Soerianegara dan Andry indrawan, 1982). Jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan (Odum 1975) yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha. 2.3 frekuensi terhadap Analisis Vegetasi Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekwensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasiny terhadap lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi fekwensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase. Frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies di dalam suatu habitat. Jumlah unit contoh di mana sp. A ditemukan FK A = ---------------------------------------------------------- x 100% Jumlah semua unit contoh Apabila FK = 0%-25% : Kehadiran sangat jarang (aksidental) FK = 25%-50% : Kahadiran jarang (assesori) FK = 50%-75% : Kehadiran sedang (konstan) FK = 75%-100% : Kehadiran absolut 2.4 Dominasi dalam Analisis Vegetasi Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. Untuk menentukan nilai indeks dominasi digunakan rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973) sebagai berikut :

Dimana : C : Indeks dominasi ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n N : Total nilai penting dari seluruh jenis Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks Nilai Penting menggunakan rumus Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) sebagai berikut: Kerapatan = Jumlah individu ................................................... 1) Luas petak ukur Kerapatan relatif = Kerapatan satu jenis x 100% .................................2) Kerapatan seluruh jenis Dominansi = Luas penutupan suatu jenis ................................... 3) Luas petak Dominansi relatif = Dominansi suatu jenis x 100% ............................. 4) Dominansi seluruh jenis Frekuensi = Jumlah petak penemuan suatu jenis ...... 5) Jumlah seluruh petak Frekuensi relatif = Frekuensi suatu jenis x 100% .....6) Frekuensi seluruh jenis 2.5 Nilai Penting dalam Analisis Vegetasi

Nilai penting merupakan penjumlahan dari kerapatan relatif, frekuensi relatif dan dominansi relatif, yang berkisar antara 0 dan 300 (Mueller-Dombois dan Ellenberg, 1974). Untuk tingkat pertumbuhan sapihan dan semai merupakan penjumlahan Kerapatan relatif dan Frekwensi relatif, sehingga maksimum nilai penting adalah 200. INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan analisis vegetasi dengan nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis , INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan analisis vegetasi dengan nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis. INP diperoleh dengan formula sebagai berikut: INP = FR + KR + DR FR (frekuensi relatif) = FM/Ftotalx100% KR (kerapatan relatif) = KM/Ktotalx100% DR (dominansi relatif) = DM/Dtotalx100% Indeks Nilai Penting ini menunjukkan jenis pohon yang mendominasi di lokasi penelitian. FM merupakan jumlah petak ukur ditemukannya suatu jenis pohon dibagi jumlah total petak ukur yang dicacah. Ftotal adalah jumlah nilai frekuensi semua jenis pohon. KM adalah jumlah individu suatu jenis dibagi luas total petak ukur, sedangkan Ktotal adalah jumlah nilai kerapatan semua jenis pohon. DM merupakan luas basal area suatu jenis dibagi luas total petak ukur. Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekuensi relatif serta Indeks Nilai Penting menggunakan rumus Mueller-Dombois dan Ellenberg (1974) sebagai berikut: Kerapatan = Jumlah individu ................................................... 1) Luas petak ukur Kerapatan relatif = Kerapatan satu jenis x 100% .................................2)

Kerapatan seluruh jenis Dominansi = Luas penutupan suatu jenis ................................... 3) Luas petak Dominansi relatif = Dominansi suatu jenis x 100% ............................. 4) Dominansi seluruh jenis Frekuensi = Jumlah petak penemuan suatu jenis ...... 5) Jumlah seluruh petak Frekuensi relatif = Frekuensi suatu jenis x 100% .....6) Frekuensi seluruh jenis Dan juga nilai penting merupakan suatu harga yang didapatkan dari penjumlahan nilai relative dari sejumlah variabel yang telah diukur (kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relatif). Jika disususn dalam bentuk rumus maka akan diperoleh: Nilai Penting = Kr + Dr + Fr Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100% dalam table. Jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harga nilai penting, dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dan dua jenis tumbuhan yang memiliki harga nilai penting terbesar dapat digunakan untuk menentukan penamaan untuk vegetasi tersebut (Surasana, 1990). Nilai penting = Kerapatan relatif +Frekuensi relatif + Dominansi relatif ..7) Keanekaragaman jenis dan kemantapan komunitas setiap areal dapat digambarkan dengan indeks Shannon (Ludwig & Reynold, 1988) : s H' = - (pi) ln pi .................................................... 8) i=1

Keterangan : H' = Indeks Keranekaragaman Jenis pi = ni/N ni = Nilai Penting Jenis ke i N = Jumlah Nilai Penting Semua Jenis Makin besar H' suatu komunitas maka semakin mantap pula komunitas tersebut. Nilai H' = 0 dapat terjadi bila hanya satu spesies dalam satu contoh (sampel) dan H' maksimal bila semua jenis mempunyai jumlah individu yang sama dan ini menunjukkan kelimpahan terdistribusi secara sempurna. Kesimpulan Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari masyarakat tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990). g. Metode kuadrat dan metode kuarter h. Kerapatan i. Frekuensi j. Indeks Dominansi k. Nilai penting

l. Teknik ordinasi

Daftar PustakaAnonymous. 2009. http://www.asterpix.com/tagcloudclick/?id.com (diakses tanggal 11 Desember 2010) Anonymous. 2009. http://id.wordpress.com/tag/vegetasi/ ( diakses tanggal 11 desember 2010) Anonymous 2009. http://zaifbio.wordpress.com/ ( diakses tanggal 09 desember 2010) Anonymous 2010. http://elfisuir.blogspot.com/ (diakses tanggal 10 desember 2010 ) Anonymous 2009. http://mei-smart.blogspot.com/ ( diakses tanggal 10 desember 2010) Anonymous 2009. http://cuchuz.blogspot.com/2009/12/penggunaan-teknik-inderaja-untuk-

kajian.html (diakses tanggal 11 desember 2010) Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara : Jakarta. Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Umm Press: Malang. Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA: Malang. Richard & Steven, 1988. Forest Ecosystem : Academic Press. San Diego. California. Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung.

DAFTAR PUSTAKA Jumin, Hasan Basri. 1992. Ekologi Tanaman. Rajawali Press: Jakarta Michael, P. 1995. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press: Jakarta. Rahardjanto, Abdulkadir. 2001. Ekologi Umum. Umm Press: Malang. Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. JICA: Malang. Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB: Bandung. Wolf, Larry dan S.J McNaughton. 1990. Ekologi Umum. UGM Press: Jogjakarta. .

Makalah Analisa VegetasiANALISIS VEGETASI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh - tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan: 1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu pohon dan permudaannya. 2. Mempelajari tegakan tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat di bawah tegakan hutan kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput atau alang-alang dan vegetasi semak belukar. Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara random sampling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai systematic sampling, bahkan purposive sampling pun boleh digunakan pada keadaan tertentu. Karena titik berat analisis vegetasi terletak pada komposisi spesies, maka dalam menetapkan besarnya atau banyaknya petak-petak sampling perlu digunakan suatu kurva (lengkung) spesiesnya. Kurva spesies tersebut diperlukan untuk: 1. Luas atau besar minimum suatu petak yang dapat mewakili tegakan. 2. Jumlah minimal petak-petak sampling kecil yang diperlukan agar hasilnya mewakili tegakan. 1.2 Rumusan Masalah 1.Apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi? 2. Bagaimana cara membuat kurva lurus minimum? 3. Apa yang dimaksud metode titik dan garis? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan analisis vegetasi. 2. Untuk mengetahui cara membuat kurva lurus minimum. 3. Untuk mengetahui metode titik dan garis.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Analisis Vegetasi Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu : 1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda. 2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal. 3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983). Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petakpetak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono, 1987). Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan. Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kuarter. 2.2 Kurva Luas Minimum Pada cara ini kita hanya mempelajari satu petak sampling yang mewakili suatu tegakan hutan. Besarnya petak contoh ini tidak boleh terlalu kecil hingga tidak menggambarkan tegakan yang dipelajari. Ukuran minimum dari suatu petak tunggal tergantung pada kerapatan tegakan dan banyaknya jenis-jenis pohon yang terdapat. Makin jarang tegakannya atau makin banyak jenisnya makin besar ukuran petak tunggal yang digunakan. Ukuran minimum ini ditetapkan dengan menggunakan kurva spesies-area. Caranya dengan mendata jenis-jenis pohon yang terdapat dalam suatu petak kecil. Ukuran petak ini lalu diperbesar dua kali dan jenis-jenis pohon yang terdapat didata pula. Pekerjaan ini dilanjutkan sampai saat dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Biasanya, luas minimum ini ditetapkan

dengan dasar: penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 10% atau 5%. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur. Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis. Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 510% (Oosting, 1958; Cain & Castro, 1959). Untuk luas petak awal tergantung surveyor, bisa menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting adalah konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan. Untuk lebih jelas bagan pekerjaan dapat dilihat pada gambar 1. Sebagai contoh, hasil pengukuran KSA tumbuhan bawah dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini : Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa penambahan jenis pada ukuran petak 8m x 16m sudah mencapai angka dibawah 5% (sesuai syarat Oosting, 1958; Cain & Castro, 1959), maka dapat ditetapkan bahwa luas petak ukur yang dapat mewakili komunitas pada rumput tersebut adalah adalah 8m x 16m atau 0.128 ha. Luasan ini bukanlah harga mutlak bahwa luas petak ukur yang harus kita gunakan adalah 0.128 ha, tapi nilai tersebut adalah nilai minimum, artinya kita bisa menambah ukuran petak contoh atau bahkan memodifikasinya karena yang harus kita perhatikan bahwa petak contohnya tidak kurang dari hasil KSA. Contoh untuk memudahkan pekerjaan dilapangan, sebaiknya ukuran petak tersebut berbentuk persegi, sehingga petak hasil KSA tersebut dapat diubah menjadi ukuran 12m x12m. Jika sudah dapat ditentukan luas petak minimum, maka juga harus dapat ditentukan jumlah petak contoh keseluruhan. Hitungann sederhananya, tergantung kita menginginkan berapa luas total sampling yang kita inginkan. Sebagai contoh luas kawasan yang akan kita eksplorasi adalah 10 ha, ukuran petak contoh yang ditentukan 12m x 12m dan kita menginginkan intensitas sampling (IS) 5% (artinya, kita hanya akan mengukur 1% dari luas total 10 ha). Maka jumlah petak contoh yang harus kita gunakan adalah : Dik : N = 10 ha IS = 5% = 5% x 10ha = 0.5 ha LPC = 12m x12m = 0.0144 ha Ditanya : Jumlah petak contoh (n) ? Jawab : n = 0.5 ha / 0.0144 ha

n = 34.72 n = 35 petak Hitungan diatas adalah perhitungan sederhana tanpa mempertimbangkan tingkat ketelitian dan tingkat eror pada pengambilan sampling. Gbr 1. Bentuk Pertambahan Petak Kurva Spesies Area Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling) dan cara sistematik (systematic sampling), random sampling hanya mungkin digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutan tanaman atau padang rumput (artinya, kita bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang menemukan jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil). Sedangkan untuk penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematik sampling, karena lebih mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat representative. Bahkan dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposive sampling . Perhatikan kurva berikut:

2.3 Metode garis dan titik Dalam ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada. (Syafei, 1990). Metodologi-metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam makalah ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode garis dan metode intersepsi titik (metode tanpa plot) (Syafei, 1990). Metode garis merupakan suatu metode yang menggunakan cuplikan berupa garis. Penggunaan metode ini pada vegetasi hutan sangat bergantung pada kompleksitas hutan tersebut. Dalam hal ini, apabila vegetasi sederhana maka garis yang digunakan akan semakin pendek. Untuk hutan, biasanya panjang garis yang digunakan sekitar 50 m-100 m. sedangkan untuk vegetasi semak belukar, garis yang digunakan cukup 5 m-10 m. Apabila metode ini digunakan pada vegetasi yang lebih sederhana, maka garis yang digunakan cukup 1 m (Syafei, 1990). Di bawah ini dapat dilihat pengaturan hutan mangrove berdasarkan pantulan spektral Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat (Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001). Sedangkan metode intersepsi titik merupakan suatu metode analisis vegetasi dengan menggunakan cuplikan berupa titik. Pada metode ini tumbuhan yang dapat dianalisis

hanya satu tumbuhan yang benar-benar terletak pada titik-titik yang disebar atau yang diproyeksikan mengenai titik-titik tersebut. Dalam menggunakan metode ini variablevariabel yang digunakan adalah kerapatan, dominansi, dan frekuensi (Rohman, 2001). Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatife. Dari nilai relative ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupak INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati.Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994). Metode Garis 1. Menyebarkan 10 garis masing-masing sepanjang 1 meter secara acak atau sistematis. 2. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi. 3. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan. 4. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan. 5. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas. 6. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar. Metode Intersepsi Titik 1. Membuat 10 titik yang masing-masing titik berjarak 10 cm pada seutas tali raffia. 2. menancapkan kawat atau lidi pada setiap titik dan menebar tali raffia tersebut secara acak atau sistematis. 3. Melakukan analisis vegetasi berdasarkan variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi pada setiap tumbuhan yang mengenai setiap kawat atau lidi tersebut. 4. Melakukan 10 kali pengamatan, sehingga akan diperoleh 10 seri titik. 5. Melakukan perhitungan untuk mencari harga relatif dari setiap variabel untuk setiap tumbuhan. 6. Melanjutkan perhitungan untuk mencari harga nilai penting dari setiap jenis tumbuhan. 7. Menyusun harga nilai penting yang sudah diperoleh pada suatu tabel dengan ketentuan bahwa tumbuhan yang nilai pentingnya tertinggi diletakkan pada tempat teratas. 8. Memberi nama vegetasi yang telah digunakan berdasarkan 2 jenis / spesies yang memiliki nilai penting terbesar Cuplikan berupa garis, untuk vegetasi sangat dipengaruhi oleh komleksitas dari hutan tersebut. Makin sederhana makim pendek garisnya. Pada dasarnya garis sebesar 50 M samapai 100 M berdasarkan pengalaman sudah memperlihatkan hasil yang memadai. Vegetasi semak belukar diperlukan garis sepanjan 5M sampai 10M, dan untuk vegetasi yang sederhana cukup dengan garis sepanjang 1M. Sistem analisis garis meliputi: Kerapatan, didasarkan pada perhitungan jarak antara individu-individu sejenis yang dilewati garis, atau bila dinyatakan dengan jumlah individu yang terlewati garis. Dapat dihitung dengan rumus: Kerapatan = Jumlah individu suatu jenis Luas petak ukur

Kerapatan relative (%) = Kerapatan suatu jenis x 100 Kerapatan seluruh jenis Kerimbunan, didasarkan pada panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, atau bila dinyatakan dalam prosen dapat dilakuan berdasarkan sperbandingan panjang penutupan garis yang terlewat individu tumbuhan terhadap panjang garis yang dibuat. Frekuensi, pada dasarnya agak sulit menentukan apabila garis yang dibuat merupakan garis tunggal. Apabila garis itu dibagi dalam beberapa sektor garis maksa perhitungan frekuensi ini dinyatakan dengan kekerapan jenis yang dijumpai dalam sektpr sektor garis tadi. Atau bila garisnya majemuk maka perhitungan tidak berbeda seperti pada metode kuadrat. Nilai penting, harga ini didapatkan berdasarkan penjumlahan dari nilai relative dari sejumlah variabel yang telah diukur ( kerapatan relative, kerimbunan relative, dan frekuensi relative). Harga relative ini dapat dicari dengan perbandingan antara harga suatu variabel yang didapat dari suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk suatu jenis terhadap nilai total dari variabel itu untuk seluruh jenis yang didapat, dikalikan 100%. Dalam tabel. jenis-jenis tumbuhan disusun berdasarkan urutan harag nilai penting ini yang biasanya dari harga besar kekecil. Dan dua jenis tumbuhan yang terbesar harga nilai pentingnya dapat dipergunakan untuk menentukan penamaan bentuk vegetasi tadi. Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari : 1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai. 2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit. 3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun. 4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun. 5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar. 6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras. 7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu : a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m. b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm. c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.

2BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Metode kuadran umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yagng jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menksir volumenya. Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis. Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Hutan merupakan komponen habitat terpenting bagi kehidupan oleh karenanya kondisi masyarakat tumbuhan di dalam hutan baik komposisi jenis tumbuhan, dominansi spesies, kerapatan nmaupun keadaan penutupan tajuknya perlu diukur. Selain itu dalam suatu ekologi hutan satuan yang akan diselidiki adalah suatu tegakan, yang merupakan asosiasi konkrit. Ada berbagai metode yang dapat di gunakan untuk menganalisa vegetasi ini. Diantaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vcegetasi kompleks lainnya

1.2 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah yang ingin diketahui pada praktikum ini adalah:1. Seperti apakah komposisi dan dominansi pohon di daerah yang diamati. 2. Berapakah frekuensi dan kerapatan relatif dari vegetasi tersebut. 3. Adakah keragaman / diversitas di daerah itu.

1.3 Maksud, Tujuan dan Kegunaan Praktikum Maksud dari praktikum ini adalah ingin mengetahui komposisi dan dominansi suatu spesies serta struktur komunitas di suatu daerah. Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat memahami dan mempraktekan metode kuarter ini dengan baik di lapangan. Kegunaan praktikum ini adalah dapat melatih mahasiswa untuk menganalisa struktur komunitas dan komposisi tumbuhan yang terdapat di suatu daerah. 1.4 Waktu dan Tempat Praktikum analisis vegetasi dengan metode kuarter dilakukan pada hari Selasa tanggal 26 Oktober 2010 pada pukul 08.22 sampai 11.00 WIB di Arboretum Universitas Padjadjaran dekat menara burung. 1.5 Metode Pengamatan Metode yang digunakan adalah metode survey dengan teknik pengumpulan data dengan metode kuadran. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Lokasi Arboretum berasal dari bahasa latin arboreta (pohon) dan rium (tempat), dengan demikian arboretum merupakan tempat atau wilayah untuk menanam pohon. Arboretum Universitas Padjadjaran (UNPAD) tidak hanya menanam pohon tetapi juga terna, semak yang tumbuh di darat (terrestrial) maupun di lahan basah atau berair (aquatik) yang ditujukan sebagai koleksi dan konservasi tumbuhan,terutama tumbuhan langka Jawa Barat. Arboretum seluas 12,5 ha merupakan suatu model yang kompleks. Wilayah arboretum terbagi dalam beberapa ekosistem yaitu ekosistem kolam, sawah, kebun, ladang dan hutan.

Arboretum terbagi ke dalam beberapa zona, diantaranya zona tanaman obat, tanaman langka, tanaman jati diri, tanaman bahan bangunan daan zona budidaya. 2.2 Tinjauan Umum Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang digunakan. Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur ( Marpaung andre, 2009). Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk populasinya, dimana sifat sifatnya bila di analisa akan menolong dalam menentukan struktur komunitas. Sifat sifat individu ini dapat dibagi atas dua kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan (frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance). Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah (Dedy 2010) :1. 2. 3. 4. Ukuran petak. Bentuk petak. Jumlah petak. Cara meletakkan petak di lapangan.

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh serta dinamis (Marsono, 1977). Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan vegetasi di tempat 1ain karena

berbeda pula faktor lingkungannya. Vegetasi hutan merupakan sesuatu sistem yang dinamis, selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya. Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan. Unsur struktur vegetasi adalah bentuk pertumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk. Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penvusun komunitas hutan tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan. Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu vegetasi umumnya terdiri dari (Andre, 2009) : - Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai. - Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain (biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemi-parasit. - Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai daun. - Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari 1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun. - Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau belukar. - Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang kadang-kadang keras. - Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm. Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya, yaitu : - Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari 1.5 m. - Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm. - Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm.

Sedikit berbeda dengan inventarisasi hutan yang titik beratnya terletak pada komposisi jenis pohon. Perbedaan ini akan mempengaruhi cara sampling. Dari segi floristis-ekologis randomsampling hanya mungkin digunakan apabila langan dan vegetasinya homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman. Pada umumnya untuk keperluan penelitian ekologi hutan lebih tepat dipakai systimatic sampling, bahkan purposive sampling pun boleh digunakan pada keadaan tertentu (Irwanto, 2010). Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono, 1987). Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan (Simanung, 2009). Dalam analisa vegetasi ini terdapat banyak ragam metode analisa diantaranya yaitu: 1. Dengan cara petak tunggal 2. Dengan cara petak berganda 3. Dengan cara jalur (Transek) dengan cara garis berpetak 4. Dengan cara-cara tanpa petak Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadran (Simanung, 2009). - Metode Kuadran Pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Ada dua macam metode yang umum digunakan (Simanung, 2009) : a. Point-quarter Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon

yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. b. Wandering-quarter Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90) yang berpusat pada titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif . Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung adalah (Andre, 2009) : 1) Nama jenis (lokal atau botanis) 2) Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan 3) Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap lahan 4) Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk menghitung volume pohon. 5) Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC), penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat diketahui ditaksir ukuran volume pohon. Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Beberapa rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu (Gapala, 2010) ; 1. kerapatan (Density)

Banyaknya (abudance) merupakan jumlah individu dari satu jenis pohon dan tumbuhanlain yang besarnya dapat ditaksir atau dihitung.Secara kualitatif kualitatif dibedakan menjadi jarang terdapat ,kadang-kadang terdapat,sering terdapat dan banyak sekali terdapat jumlah individu yang dinyatakan dalam persatuan ruang disebut kerapatan yang umunya dinyatakan sebagai jumlah individu,atau biosmas populasi persatuan areal atau volume,missal 200 pohon per Ha 2. Dominasi

Dominasi dapat diartikan sebagai penguasaan dari satu jenis terhadap jenis lain (bisa dalam hal ruang ,cahaya danlainnya),sehingga dominasi dapat dinyatakan dalam besaran: a) Banyaknya Individu (abudance)dan kerapatan (density)

b) persen penutupan (cover percentage) dan luas bidang dasar(LBD)/Basal area(BA) c) Volume d) Biomas e) Indek nilai penting(importance value-IV)

Kesempatan ini besaran dominan yang digunakan adalh LBH dengan pertimbangan lebih mudah dan cepat,yaitu dengan melakukan pengukuran diameter pohon pada ketinggian setinggi dada (diameter breas heigt-dbh) 3. Frekuensi

Frekuensi merupakan ukuran dari uniformitas atau regularitas terdapatnya suatu jenis frekuensi memberikan gambaran bagimana pola penyebaran suatu jenis,apakah menyebar keseluruh kawasan atau kelompok.Hal ini menunjukan daya penyebaran dan adaptasinya terhadap lingkungan. Raunkiser dalam shukla dan Chandel (1977) membagi frekuensi dalm lima kelas berdasarkan besarnya persentase,yaitu:

Kelas A dalam frekuensi 01 20 % Kelas B dalam frekuensi 21-40 % Kelas C dalm frekuensi 41-60% Kelas D dalam frekuensi 61-80 % Kelas E dalam frekuensi 81-100%

4.

Indek Nilai Penting(importance value Indeks)

Merupakan gambaran lengkap mengenai karakter sosiologi suatu spesies dalam komunitas(Contis dan Mc Intosh, 1951) dalam Shukla dan chandel (1977).Nilainya diperoleh dari menjumlahkan nilai kerapatan relatif, dominasi relaif dan frekuensi relatif,sehingga jumlah maksimalnya 300%. Praktik analisis vegetasi sangat ditunjang oleh kemampuan mengenai jenis tumbuhan (nama). Kelemahan ini dapat diperkecil dengan mengajak pengenal pohon atau dengan membuat herbarium maupun foto yang nantinya dapat diruntut dengan buku pedoman atau dinyatakan keahlian pengenal pohon setempat,ataupundapat langsung berhubungan dengan lembaga Biologi Nasional Bogor. Analisis vegetasi dapat dilanjutkan untuk menentukan indeks keanekaragaman ,indeks kesamaan, indeks asosiasi, kesalihan, dll, yang dapat banyak memberikan informasi dalam pengolahan suatu kawasan, penilaian suatu kawasan. Data penunjang seperti tinggi tempat, pH tanah warna tanah, tekstur tanah dll diperlukan untuk membantu dalam menginterpretasikan hasil analisis.

Berdasarkan tujuan pendugaan kuantitatif komunitas vegetasi dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu : 1. Pendugaan komposisi vegetasi dalam suatu areal dengan batas-batas jenis dan membandingkan dengan areal lain atau areal yang sama namun waktu pengamatan berbeda. 2. Menduga tentang keragaman jenis dalam suatu areal. 3. Melakukan korelasi antara perbedaan vegetasi dengan faktor lingkungan tertentu atau beberapa faktor lingkungan (Greig-Smith, 1983). Untuk mempelajari komposisi vegetasi perlu dilakukan pembuatan petak-petak pengamatan yang sifatnya permanen atau sementara. Menurut Soerianegara (1974) petak-petak tersebut dapat berupa petak tunggal, petak ganda ataupun berbentuk jalur atau dengan metode tanpa petak. Pola komunitas dianalisis dengan metode ordinasi yang menurut Dombois dan E1lenberg (1974) pengambilan sampel plot dapat dilakukan dengan random, sistematik atau secara subyektif atau faktor gradien lingkungan tertentu. Untuk memperoleh informasi vegetasi secara obyektif digunakan metode ordinasi dengan menderetkan contoh-contoh (releve) berdasar koefisien ketidaksamaan (Marsono, 1987). Variasi dalam releve merupakan dasar untuk mencari pola vegetasinya. Dengan ordinasi diperoleh releve vegetasi dalam bentuk model geometrik yang sedemikian rupa sehingga releve yang paling serupa mendasarkan komposisi spesies beserta kelimpahannya akan rnempunyai posisi yang saling berdekatan, sedangkan releve yang berbeda akan saling berjauhan. Ordinasi dapat pula digunakan untuk menghubungkan pola sebaran jenis jenis dengan perubahan faktor lingkungan. Beberapa metodologi yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot dan metode kwarter. Akan tetapi dalam praktikum kali ini hanya menitik beratkan pada penggunaan analisis dengan metode kuadran. Metode Kuadran Pada umumnya dilakukan jika hanya vegetasi tingkat pohon saja yang menjadi bahan penelitian. Metode ini mudah dan lebih cepat digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir volumenya. Ada dua macam metode yang umum digunakan :a. Point-quarter Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara acak atau sistematis. Masingmasing titik dianggap sebagai pusat dari arah kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas

penutupan satu pohon yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara pohon terdekat dengan titik pusat kuadran. b. Wandering-quarter Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan kompas ditentukan satu kuadran (sudut 90) yang berpusat pada titik awal tersebut dan membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon terdekat dengan titik pusat kuadran (Soegianto, 1994). Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif. Analisis vegetasi hutan Lindung Aek nauli dalam kegiatan P3H dilakukan dengan metoda kombinasi antara metoda jalur dan metoda garis berpetak dengan panjang jalur minimum adalah 12.500 m yang bisa terdiri dari beberapa jalur, tergantung kondisi di lapangan. Di dalam metoda ini risalah pohon dilakukan dengan metoda jalur dan permudaan dengan metoda garis berpetak (Onrizal & Kusmana, 2005). Ukuran permudaan yang digunakan dalam kegiatan analisis vegetasi hutan adalah sebagai berikut: a. Semai : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan setinggi kurang dari 1,5 m. b. Pancang : Permudaan dengan tinggi 1,5 m sampai anakan berdiameter kurang dari 10 cm. c. Pohon : Pohon berdiameter 10 cm atau lebih. d. Tumbuhan bawah : Tumbuhan selain permudaan pohon, misal rumput, herba dan aaaaaaaaaaaaaaaaaaa semak belukar. Selanjutnya ukuran sub-petak untuk setiap tingkat permudaan adalah sebagai berikut: (a) Semai dan tumbuhan bawah : 2 x 2 m. (b) Pancang : 5 x 5 m. (c) Pohon : 10 x 10 m. Menurut Weaver dan Clements (1938) kuadrat adalah daerah persegi dengan berbagai ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari 1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak sampel dapat persegi, persegi panjang atau lingkaran. Metode kuadrat juga ada beberapa jenis: a. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.

b. Count/list count quadrat: Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak. Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki. c. Cover quadrat (basal area kuadrat): Penutupan relatif dicatat, jadi persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada). d. Chart quadrat: Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf. Metode ini terutama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi vegetasi dan menentukan letak tiaptiap spesies yang vegetasinya tidak begitu rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya diikuti dengan jarumnya (Wahyu,2009). BAB III METODOLOGI 3.1. Metode Umum Metode yang digunakan yaitu metode titik pusat kuarter (point centre of quarter method): analisa vegetasi tumbuhan dengan mengukur diameter batang pohon yang terdekat dengan titik pusat pengamatan. Tumbuhan yang diukur tidak hanya pohon, tetapi juga tiang, pancang, dan semai. 3.2 Teknik Pengumpulan Data Teknik yang digunakan pada praktikum kali ini adalah teknik survey yaitu dengan mencari lokasi yang mewakili komposisi tumbuhan yang ada di suatu daerah, sedangkan pengumpulan data digunakan metode kuarter. Seperti cara Bitterlich, dibuat dulu garis kompas. Pada tiap titik pengamatan (pengukuran) dibuat garis-garis kuadran. Dari tiap kuadran didaftarkan dan diukur satu pohin yang terdekat dengan titik pengukuran dan diukur jaraknya masing-masing ke titik pengukuran. 3.3. Alat dan Bahan

Patok berfungsi untuk menandai daerah pengamatan. Tali rapia berfungsi untuk membatasi garis transek. Kompas berfungsi untuk menentukan arah garis transek. Meteran berfungsi untuk mengukur lebar plot, panjang garis transek dan mengukur keliling batang pohon. Alat tulis berfungsi untuk mencatat data yang diperoleh.

3.4 Prosedur Pengumpulan Data 1. Bidiklah arah tertentu dengan menggunakan kompas untuk mebuat transek. 2. Garis transek dibuat sepanjang 30 meter untuk setiap kelompok kemudian ditentukan titik pusat pengamatan tiap 10 meter. 3. Tentukan pohon yang terdekat dari titik pusat sesuai dengan arah mata angin dari keempat penjuru. 4. Jarak pohon ke titik pusat diukur, dan diameter pohon tersebut dihitung berdasarkan data keliling batang pohon yang telah diukur setinggi dada. 5. Kemudian tabulasi data dibuat, dan dianalisis. 3.4. Analisis Data 3.4.1. Analisis Data Lapangan Dari hasil pengukuran, diperoleh besaran-besaran sebagai berikut: Jarak pohon rata-rata (d) = d1 + d2 + d3 +.+ dn n d1, d2, .., dn = jarak masing-masing n = banyaknya pohon Luas

Kerapatan seluruh jenis = (jarak pohon rata-rata)

Kerapatan mutlak = Jumlah pohon suatu jenis x Kerapatan dalam luas area yang Jumlah pohon semua jenis ditentukan

Kerapatan relative (%) = Jumlah pohon suatu jenis x 100% Jumlah pohon semua jenis Dominansi mutlak = Rata-rata basal area tiap jenis x kerapatan mutlak tiap jenis Dominanasi relative (%) = Dominansi mutlak suatu jenis x 100 % Jumlah total dominansi mutlak

Basal area dihitung dari tiap diameter pohon, kemudian menggunakan rumus: Basal area = pr atau pD Keterangan : r = jari-jari pohon D = diameter batang pohon p = 3,14 Frekuensi = Jumlah plot ditemukannya suatu jenis Jumlah seluruh plot Frekuensi relative = Frekuensi dari suatu jenis x 100% Frekuensi seluruh jenis Nilai penting = Kr + Dr + Fr 3.4.2. Analisis Perkiraan, Korelasi, Evaluasi Data Dari data yng diperoleh, dapat dianalisis struktur komunitasnya dengan menggunakan indeks kesamaan, indeks keragaman, dan Evenness. Untuk mengetahui indeks kesamaan komunitas dipergunakan rumus dari Sorensen berikut ini : ISs = 2c x 100% a+b Keteranagn : ISs = Indeks kesamaan a = Jumlah jenis pada lokasi pertama b = Jumlah jenis pada lokasi kedua c = Jumlah jenis yang ada pada kedua lokasi Jika nilai ISs > 50%, maka pada daerah tersebut memiliki kesamaan komunitas. Jika nilai ISs < 50%, maka pada daerah tersebut ada perbedaan komunitas atau bahkan tidak memiliki kesamaan komunitas. Untuk mengetahui diversitas jenis di suatu daerah digunakan rumus:

ID = 100 % ISs H = - pi log pi Dimana, pi = ni/ N

Pi = perbandingan antara jumlah individu spesies ke-I dengan jumlah total individu BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL Tanggal Waktu Lokasi Koordinat : 26 Oktober 2010 : 08.22 selesai : Arboretum Unpad dekat menara burung : Garis lintang 65541.83S

Garis bujur 1074618.43T Tabel 4.1.1 Analisis Vegetasi dengan metode kuadranNo 1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 1 Titik Kuarter Titik Kuadran Nama spesies 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Tectona grandis Tectona grandis Citrus maxima Syzigium cuminii Tectona grandis Tectona grandis Arthocarpus integra Delonix regia Sp A Jarak pengamat ke pohon (m) 10,4 8 5,7 8,86 8 6,8 7 9 13,40 Diameter pohon (m ) 0,1848 0,4458 0,1146 0,452 0,1201 0,2101 0,1433 0,2707 0,0637

10 11 12

3

2 3 4

Tectona garndis Tectona grandis Tectona grandis

3,5 6,3 2,5

0,2182 0,2182 0,2070

Tabel 4.1.2 Analisis DataRataNama spesies rata d Tectona grandis Citrus maxima Syzigium cuminii 0,2292 Ratarata jarak

No

BA

KM

Kerapatan DM

FM

KR (%)

DR (%)

FR (%)

IN

1

0,041

0,583

0,0239

1

58,41

27,28

37,74

2

0,1146

0,01

0,083

8,310-4

0,33

8,31

0,95

12,45

3

0,452

0,16

0,083

7,455

13,41

0,01328

0,33

8,31

15,16

12,45

29

4

Arthocarpus 0,1433 integra Delonix regia 0,2707 Sp A Total 0,0637 1,274

0,016

0,083

1,32810-3 0,33

8,31

1,52

12,45

5 6

0,58 0,003 0,81

0,083 0,083 0,998 7,455 13,41

0,048 2,4910-4 0,0876

0,33 0,33 2,65

8,31 8,31 99,96

54,79 0,28 99,98

12,45 12,45 99,99

29

Indeks Kesamaan Sorensen Iss = = = 36,36% Indeks Diversitas ID = 100%- Iss = 100%- 36,36% = 63,64%

Indeks Shannon wiener HI = HI = (-1,349) = 1,349 4.2 PEMBAHASAN Praktikum ini mengenai analisis vegetasi dengan metode kuadran dimana pada metode ini menggunakan titik kuarter untuk menghitung jarak dari pengamat ke pohon. Metode ini biasa digunakan untuk vegetasi berbentuk hutan atau vegetasi kompleks lainnya. Praktikum ini dilaksanakan tanggal 26 oktober 2010 pada pukul 08.22 WIB dengan kondisi cuaca cerah. Praktikum ini bertujuan supaya mahasiswa dapat memahami dan mempraktikan metode kuartaer ini dengan baik di lapangan. Tiap kelompok mendapat tansek sepanjang 30 m. Transek tersebut dibagi menjadi 3 buah kuarter dengan tiap plot berjarak 10 m. Di tiap titik pusat plot tersebut dibuat garis khayal sehingga membagi plot menjadi 3 kuarter, pada masing-masing kurter terdapat 4 kuadran. Dalam satu kuadran hanya didaftarkan satu jenis dari vegetasi pohon (termasuk didalamnya kategori semai, pancang, tiang dan pohon), yang jaraknya paling dekat dengan titik pusat kuadran. I II Kuarter 1 IV III II I II Kuarter 2 IV III I II Kuarter 3 IV III IV I I II

Karena metode kuadran ini merupakan metode plot less method, yang berarti Metode ini merupakan salah satu metode yang tidak memerlukan luas tempat pengambilan contoh atau suatu luas kuadrat tertentu. Oleh karena itu, bila dalam suatu kuadran dalam jarak yang dekat tidak terlihat adanya suatu vegetasi pohon, maka pencarian bisa diteruskan sejauh mungkin sampai ditemukan jenis pohon yang dimaksud, tetapi pohon tersebut masih berada di dalam daerah kuadran tersebut. Cara ini terdiri dari suatu seri titik-titik yang telah ditentukan di lapang, dengan letak bisa tersebar secara random atau merupakan garis lurus (berupa deretan titik-titik). Umumnya dilakukan dengan susunan titik-titik berdasarkan garis lurus yang searah dengan mata angin (arah kompas). Titik pusat kuadran adalah titik yang membatasi garis transek setiap jarak 10 m. Dari ketiga plot tersebut dapat diketahui ada spesies dominan seperti Tectona grandis karena jenis spesies tersebut terdapat hampir di setiap plot.

Dari hasil perhitungan, didapatkan bahwa FR terbesar ada pada jenis jati (Tectona grandis) dengan nilai 37,74 %. Nilai ini menunjukkan bahwa jati (Tectona grandis) memiliki kehadiran yang tinggi di tiap plot dibandingkan dengan spesies yang lainnya di mana jati di temukan di titik kuarter 1, 2, dan 3. KR terbesar ada pada jenis jati (Tectona grandis) dengan nilai 58,41 % . nilai ini menunjukkan bahwa jati memiliki kerapatan yang tinggi bila dibandingkan dengan spesies yang lainnya. Sedangkan nilai DR terbesar ada pada flamboyan (Delonix regia) dengan nilai sebesar 54,79 %. Nilai ini menunjukkan penutupan tajuknya besar. Sedangkan nilai INP nya adalah 299,93. Indeks Kesamaan Sorensen memiliki nilai 36,36% (< 50%), maka lokasi tersebut memiliki komunitas berbeda atau vegetasi penyusun pada masing-masing lokasi beragam. Sedangkan indeks diversitasnya adalah 63,64%, nilai ini menunjukan keragaman yang tinggi. Spesies Syzigium cuminii dan Tectona grandis kuarter 1 kuadran 2 termasuk kategori pohon dewasa karena memiliki diameter lebih dari 35 cm, spesies Tectona grandis di kuarter dan kuadran lainnya, Citrus maxima, Delonix regia, Arthocarpus integra termasuk kategori tiang, yaitu pohon dengan diameter antara 10-35 cm, dan spesies A termasuk kategori pancang (sampling) . Bentuk kehidupan dari spesies tumbuhan biasanya memiliki karakteristik yang tetap. Namun spesies yang sama dapat menerima bentuk kehidupan yang berbeda ketika tumbuh dibawah kondisi lingkungan yang berbeda. Vegetasi dapat diklasifikasikan kedalam struktur tanpa menunjuk pada nama spesies. Ini telah dibuktikan terutama dalam floristik lokasi yang belum dijamah, dan dalam lokasi dimana vegetasi tidak dapat diklasifikasikan dengan mudah dengan spesies yang dominan. Ketinggian tumbuhan digunakan sebagai kriteria dalam klasifikasi bentuk kehidupan. Walaupun, berbagai bentuk kehidupan dapat memberikan pemikiran khusus dari stratifikasi atau pelapisan dalam komunitas. Arboretum bukan merupakan ekosistem alami, melainkan ekosistem semi atau buatan sehingga ada campur tangan manusia yang menyebabkan tumbuhan dalam arboretum tersebut beragam (heterogen). Walaupun pada awalnya penanaman pohon di arboretum dilakukan secara merata menurut komunitas yang akan diciptakan. Ternyata bila dianalisis secara vertical, strata atau penyebaran kanopi tidak merata kerapatannya. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kompetisi antar species tumbuhan di arboretum (selain oleh kerusakan manusia) dalam memperoleh sinar matahari, air dan nutrisi-nutrisi yang ada dalam tanah. KESIMPULAN 1. Komposisi vegetasi tumbuhan dari Analisis vegetasi dengan metode kuadran adalah Tectona grandis. Citrus maxima,Sizygium cuminii,Delonix regia, Arthocarpus integra dan Sp A. sedangkan dominansinya adalah Tectona grandis. 2. Frekuensi relatif total dari vegetasi tersebut adalah 99,99 % sedangkan kerapatan relativ total dari vegetasi tersebut adalah 99,96%. 3. Terdapat keragamannya dilihat dari nilai Iss ( indeks kesamaan sorensen ) sebesar 36,36% yang menunjukkan bahwa lokasi tersebut memiliki komunitas berbeda atau vegetasi penyusun pada masing-masing lokasi beragam.

DAFTAR PUSTAKA Ande marpaung. 2009. http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan- bagaimanamempelajari-analisa-vegetasi/ diakses tanggal 9 november 2010 Andre.2009.Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.http://boymarpaung.wordpress.com/ 2009/04/20/apa-dan-bagaimana-mempelajarianalisa-vegetasi/. Diakses pada 8 November 2010. Dedy 2010 http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi diakses tanggal 9 aaaaaanovember 2010 Michael, M. 1992. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia. Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Simanung. 2009.Analisis Vegetasi. http://bpkaeknauli.org/index.php?option=comcontent&task=view&id =18&Itemid=5 Diakses pada 8 November 2010. Swanarmo, H, dkk. 1996. Pengantar Ilmu Lingkungan. Malang: Universitas Muhammadyah. Wahyu, Ikhsan. 2009. Analisis Vegetasi. http://biologi08share.blogspot.com/2009_04_01_ archive.html. Diakses pada 22 Oktober