bahan frozen shoulder

Upload: mia-sophia

Post on 09-Jan-2016

84 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

pengobatan frozen shoulder menggunakan akupunktur

TRANSCRIPT

PENATALAKSANAAN FROZEN SHOULDER MENGGUNAKAN TEHNIK PENJARUMAN PENETREATING PADA TITIK TE10, TE11 DAN TE12

I. PENDAHULUAN1. Latar belakang Frozen shoulder atau nyeri bahu adalah penyakit kronis dengan gejala khas berupa keterbatasan lingkup gerak sendi bahu secara aktif maupun pasif ke segala arah yang ditandai dengan nyeri dan kekakuan progresif bahu yang berlangsung 18 bulan sehingga mengganggu aktifitas kerja sehari-hari.1Frozen shoulder dibagi 2 klasifikasi, yaitu :1,2a.Primer/ idiopatikYaitu frozen yang tidak diketahui penyebabnya. Biasanya terjadi pada lengan yang tidak digunakan dan lebih memungkinkan terjadi pada orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan gerakan bahu yang lama dan berulang.bSekunder Yaitu frozen yang diikuti trauma yang terjadi pada bahu misal fraktur, dislokasi, luka bakar yang berat, meskipun cedera ini mungkin sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya.KapsulSendi mengalami peradangan

Capsulitis Adhesiva Bahu Kiri Tampak dari Anterior1Frozen shoulder lebih sering (60%) terjadi pada wanita (60%), biasanya unilateral, terjadi pada usia antara 4060 tahun, bersamaan dengan datangnya menopause. Penderita diabetes, peradangan kronis sendi bahu, atau setelah operasi dada maupun payudara, immobilitas dari bahu juga dapat menyebabkan frozen shoulde3

Secara patologis, frozen shoulder bisa diakibatkan oleh proses degeneratif berupa inflamasi sinovial sehingga terbentuknya infiltrasi seluler dalam bentuk fibrosis pada kapsul persendian bahSecara patologis, frozen shoulder bisa diakibatkan oleh proses degeneratif berupa inflamasi sinovial sehingga terbentuk infiltrat seluler dalam bentuk fibrosis di kapsul sendi bahu. Infiltrasi selular terdiri atas fibroblast dan miofibroblast yang akan menyebabkan penebalan matriks kolagen. 2,4

2. EtiologiEtiologi dari frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva masih belum diketahui dengan pasti. Adapun faktor predisposisinya antara lain periode immobilisasi yang lama, akibat trauma, over use, injuries atau operasi pada sendi, Dupuytren diseases, hyperthyroidisme, penyakit cardiovascular, clinical depression dan Parkinson. Kadang kadang muncul setelah menjalani operasi bedah syaraf.5,6Adapun beberapa teori yang dikemukakan AAOS tahun 2007 mengenai frozen shoulder, teori tersebut adalah :7a. Teori hormonal.Pada umumnya frozen shoulder terjadi 60% pada wanita bersamaan dengan datangnya menopause.b. Teori genetik.Beberapa studi mempunyai komponen genetik dari frozen shoulder, contohnya ada beberapa kasus dimana kembar identik pasti menderita pada saat yang sama.c. Teori auto immunDiduga penyakit ini merupakan respon auto immuno terhadap hasil-hasil rusaknya jaringan lokal.

d. Teori postur.Banyak studi yang belum diyakini bahwa berdiri lama dan berpostur tegap menyebabkan pemendekan pada salah satu ligamen bahu.3. Patologi Kapsul sendi terdiri dari selaput penutup fibrosa padat, suatu lapisan dalamnya terbentuk dari jaringan penyambung berpembuluh darah banyak dan sinovium, yang berbentuk suatu kantong yang melapisi seluruh sendi, dan membungkus tendon-tendon yang melintasi sendi, sinovium tidak meluas melampaui permukaan sendi tetapi terlipat sehingga memungkinkan gerakan secara penuh. Sinovium menghasilkan cairan yang sangat kental yang membasahi permukaan sendi. Cairan sinovium normalnya bening, tidak membeku, tidak berwarna. Jumlah yang di permukaan sendi relatif kecil (1-3 ml). Cairan sinovium juga bertindak sebagai sumber nutrisi bagi tulang rawan sendi. 1,4,6Capsulitis adhesiva merupakan kelanjutan dari lesi rotator cuff, karena terjadi peradangan atau degenerasi yang meluas ke sekitar dan ke dalam kapsul sendi dan mengakibatkan terjadinya reaksi fibrous. Adanya reaksi fibrous dapat diperburuk akibat terlalu lama membiarkan lengan dalam posisi impingement yang terlalu lama.1,2Sindroma nyeri bahu sangat komplek dan sulit untuk diidentifikasi satu persatu bagian secara detail. Guna memahami penyebab dan patologi sindroma nyeri bahu, maka dapat dikelompokkan menjadi:8,9,10a. Faktor Penyebab: 1) Faktor penyebab gerak dan fungsi, yang terkait dengan aktifitas gerak dan struktur anatomi2) Faktor penyebab secara neurogenik yang berkaitan dengan keluhan neurologik yang menyertai baik secara langsung maupun tidak langsung yang berupa nyeri rujukan.b. Berdasarkan sifat keluhan nyeri bahu dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu :(a) Kelompok spesifik, mengikuti pola kapsuler(b) Kelompok tidak spesifik sebagai kelompok yang bukan mengikuti pola kapsuler.4. Tanda dan gejala 1,3,5,7a. TandaTanda-tanda klinis yang khas dari frozen shoulder yaitu berkembang secara lambat dan terdiri dari 3 fase yaitu; 1. Fase nyeri atau pain (freezing): pada fase ini nyeri hebat terjadi pada semua gerakan bahu bahkan saat istirahat dan gerakan bahu mulai terbatas.2. Fase kaku atau stiffness (frozen) : ditandai dengan rasa nyeri saat bergerak, kekakuan atau perlengketan yang nyata dan keterbatasan gerak dari glenohumeral yang di ikuti oleh keterbatasan gerak scapula. Pada fase ini nyeri mulai berkurang, tapi kekakuan sendi bahu bertambah dan pergerakan berlebih pada sendi bahu akan menimbulkan rasa sakit.3. Fase penyembuhan atau recovery (thawing) : pada fase ini tidak ditemukan adanya rasa nyeri dan tidak ada synovitis tetapi terdapat keterbatasan gerak karena perlengketan yang nyata. Fase ini berakhir 6-24 bulan atau lebihb. Gejala1. Nyeri Pasien berumur 40-60 tahun, dapat memiliki riwayat trauma, seringkali ringan, diikuti sakit pada bahu dan lengan nyeri secara berangsur-angsur bertambah berat dan pasien sering tidak dapat tidur pada sisi yang terkena. Setelah beberapa lama nyeri berkurang, tetapi sementara itu kekakuan semakin terjadi, berlanjut terus selama 6-12 bulan setelah nyeri menghilang. Secara berangsur-angsur pasien dapat bergerak kembali, tetapi tidak lagi normal.Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus. Bila terjadi pada malam hari sering sampai mengganggu tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat bahunya (shrugging). 2. Keterbatasan lingkup gerak sendiCapsulitis adhesive ditandai dengan adanya keterbatasan lingkup gerak sendi glenohumeral yang nyata, baik gerakan aktif maupun pasif. Ini adalah suatu gambaran klinis yang dapat menyertai tendinitis, infark myokard, diabetes melitus, fraktur immobilisasi berkepanjangan atau radikulitis cervicalis. 3. Penurunan kekuatan otot dan atropi ototPada pemeriksaan fisik didsapat adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi) karena penurunan kekuatan otot. Nyeri dirasakan pada daerah otot deltoideus, bila terjadi pada malam hari sering menggangu tidur. Pada pemeriksaan didapatkan adanya kesukaran penderita dalam mengangkat lengannya (abduksi), sehingga penderita akan melakukan dengan mengangkat bahunya (shrugging). Juga dapat dijumpai adanya atropi bahu (dalam berbagai tingkatan). Sedangkan pemeriksaan neurologik biasanya dalam batas normal.4. Gangguan aktifitas fungsionalDengan adanya beberapa tanda dan gejala klinis yang ditemukan pada penderita frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva seperti adanya nyeri, keterbatasan lingkup gerak sendi, penurunan kekuatan otot dan atropi maka secara langsung akan mempengaruhi (mengganggu) aktifitas fungsional yang dijalaninya.5. Komplikasi5,7Pada kondisi frozen shoulder akibat capsulitis adhesiva yang berat dan tidak dapat mendapatkan penanganan yang tepat dalam jangka waktu yang lama, maka akan timbul problematik yang lebih berat antara lain : 1. Kekakuan sendi bahu 2. Kecenderungan terjadinya penurunan kekuatan otot-otot bahu 3. Potensial terjadinya deformitas pada sendi bahu 4. Atropi otot-otot sekitar sendi bahu 5. Adanya gangguan aktifitas keseharian

II. DIAGNOSIS 1,2,3,5,9,11

Diagnosis frozen shoulder dapat ditegakkan berdasarkan:

1. AnamnesisPada anamnesis didapatkan gambaran perjalanan klinis yang muncul berangsur-angsur atau akut tergantung riwayat luka atau cedera yang pernah terjadi pada pasien sebelumnya atau bisa juga idiopatik. Data yang harus dicari apakah ada riwayat arthritis, post traumatic atau post operative sebelumnya.

2. Pemeriksaan fisik Terdapat kerterbatasan lingkup gerak sendi bahu dan rasa nyeri. Data klinis bisa dijadikan acuan untuk menegakan diagnosis, berdasarkan karakteristik sebagai berikut : 1. Gerakan yang terbatas dan nyeri dengan hasil pemeriksaan x ray yang normal.2. Progressivitas yang sesuai dengan 3 fase penyakit

3. Pemeriksaan penunjangPemeriksaan penunjang dapat dilakukan untuk menemukan adanya fraktur, dislokasi sendi dan kerusakan jaringan serta perubahan degenerative. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis antara lain: Pemeriksaan darah rutin: tidak di temukan adanya leukositosis dan peningkatan LED (Laju Endap Darah) atau CRP (C Reactive Protein). Foto x ray bahu: untuk melihat apakah adanya kelainan pada tulang atau tanda tanda kalsifikasi. Bisa ditemukan fraktur, subluksasi atau dislokasi sendi glenohumeral maupun calcifying tendinitis. Biasanya pada frozen shoulder tidak ditemukan kelainan pada tulang. Magnetic Resonance Imaging (MRI) : terdapat jaringan ekstra artikular di regio sendi bahu, sinovitis bagian anterosuperior dari sendi bahu dan perlengketan ligamentum di korakohumeralis

4. Diagnosis banding Tidak semua nyeri bahu atau kaku tergolong frozen shoulder. Adapun diagnosis pembanding dari kondisi frozen shoulder yang diakibatkan capsulitis adhesiva antara lain: bursitis subacromial, tendinitis bicipitalis, acromio-clavicular osteoatritis, nekrosis vaskular kaput humerus, artritis gout dan lesi rotator cuff. Adapun beberapa kondisi yang harus diperhatikan antara lain : infeksi, post traumatic stiffness, difuse stiffness dan reflex symphatetic dystrophy

Tabel 1 penyebab nyeri bahu1Reffered pain syndromesCervical spondylosisMediatinal pathologyCardiac ischaemiaRotator Cuff DisordersTendinitisRuptureFrozen shoulder

Joint disordersGlenohumeral arthritisAcromioclavicular arthritisInstabilityDislocationSubluxation

Bone lesionsInfectionTumoursNerve InjurySuprascapular nerve entrapment

III. TERAPI 3,5,9,11Terapi frozen shoulder harus dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari terjadinya kekakuan sendi bahu. Tujuan terapi adalah menghilangkan nyeri dan memperbaiki gerakan sendi bahu. Terapi terdiri atas farmakologi dan non-farmakologi. Terapi farmakologi yaitu: obat analgesik golongan NSAID, golongan pelemas otot dan suntikan kortikosteroid untuk mengurangi inflamasi pada sendi bahu. Sedangkan terapi non farmakologi terdiri atas terapi invasif pembedahan, manipulasi dalam anesthesia, fisioterapi untuk melemaskan tonus otot dan akupunktur. Pada sebagian kecil kasus frozen shoulder, tindakan pembedahan menjadi pilihan terapi yang bertujuan untuk menghilangkan jaringan parut dan perlengketan di sendi bahuIV. PENELITIAN AKUPUNKTUR PADA FROZEN SHOULDER

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan antara lain:1. Penelitian Green S.12Green menyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dari perbaikan jangka pendek antara terapi akupuntur dan efek placebo. Penelitian dilakukan pada 9 pasien dengan diagnosis frozen shoulder dan beberapa penyebab penyakit bahu lainnya seperti rotator cuff dan osteoarthiritis. Hal ini bisa saja terjadi karena ukuran sampel yang kecil. Tetapi akupunktur memiliki keunggulan dari plasebo dalam meningkatkan Constant Skor Murley (ukuran fungsi bahu) pada 4 minggu (dengan WMD (weighted mean difference) 17, 3, 95% CI 7, 79-26, 81). Setelah 4 Bulan, perbedaan antara akupunktur dan kelompok plasebo masih signifikan secara statistik, tetapi tidak signifikan secara klinis (WMD 3.53, 95% CI 0,74-6,32). Tidak ada perbedaan efek samping yang ditimbulkan akibat akupunktur jika dibandingkan dengan plasebo. Green menyimpulkan bahwa, karena sejumlah kecil uji klinis dan metodologis beragam, sedikit dapat disimpulkan dari tinjauan mereka, dan bahwa ada sedikit bukti untuk mendukung atau menyangkal penggunaan akupunktur untuk nyeri bahu walaupun dimungkinkan terdapat keuntungan pada jangka pendek sehubungan dengan pengurangan rasa sakit.

2. Penelitian Cheing 13Penelitian bertujuan menguji efek electroacupuncture untuk mengatasi gejala frozen shoulder. Sebanyak 70 subjek yang telah dipilih secara acak dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama yang diberikan terapi (10 sesi) electroacupuncture atau interferential electrotherapy selama 4 minggu dan kelompok kedua yang tidak diberikan perlakuan tambahan apapun (sebagai pembanding). Hasil dari kedua kelompok tersebut diamati secara kualitatif dengan nilai Constant Murley Assessment (CMA) dan secara visual pada saat pasca-terapi dan 6 bulan pasca terapi. Pada kelompok yang diberikan terapi, nilai CMA meningkat dan penilaian secara visual terukur menunjukan penurunan (mejadi lebih baik) secara signifikan (dengan masing-masing p 0,05). Peningkatan yang diamati pada kedua kelompok intervensi bertahan sampai 6 bulan pasca terapi. Peneliti menyimpulkan bahwa electroacupuncture atau interferential electrotherapy yang dikombinasi dengan latihan bahu efektif untuk kasus frozen shoulder.3. Penelitian Ma T et al.14Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan akupunktur dengan terapi fisik untuk mengobati frozen shoulder pada 75 pasien dengan usia rata-rata 54,8 tahun dan durasi rata-rata frozen shoulder adalah 25,8 minggu. Sebanyak 30 pasien kelompok pertama diobati dengan terapi fisik dan 30 pasien pada kelompok kedua diberikan akupunktur serta 15 pasien diberikan kedua terapi. Sebelum pengobatan, semua pasien dievaluasi untuk nyeri statis, nyeri gerak aktif dan pasif, rentangan tangan dan kualitas hidup. Penilaian lanjutan dilakukan pada minggu ke-2 dan ke-4. Semua pasien menunjukkan perbaikan dalam kualitas hidup (Short Form-36). Gejala nyeri bahu menjadi lebih baik dengan akupunktur sementara rentangan tangan membaik setelah terapi fisik. Akan tetapi pasien yang diobati dengan kedua metode menunjukkan hasil terbaik. Peneliti menyimpulkan bahwa kombinasi akupunktur dan terapi fisik untuk mengobati frozen shoulder memberikan hasil yang lebih baik daripada hanya menggunakan satu terapi saja.

4. Peneliitian Sun Ko, et al15 Penelitian ini membagi penderita frozen shoulder secara acak menjadi dua kelompok yaitu kelompok fisioterapi dan kelompol fisioterapi ditambah dengan akupunktur pada titik Zhongping kontralateral. Terapi diberikan selama 6 bulan. Dibandingkan dengan kelompok yang diberi fisioterapi saja, kelompok yang diberikan fisioterapi plus akupunktur memberikan hasil perbaikan yang lebih signifikan. Pada penilaian setelah 6 minggu kelompok fisioterapi memberikan perbaikan sebesar 39,8%, kelompok fisioterapi ditambah akupunktur sebesar 76,4% dan pada evaluasi 20 minggu didapat pada kelompok fsioterapi 40,3% dan pada kelompok fisioterapi ditambah akupunktur 77.2%.

5. Penelitian Jaung GL et al16 Peneliti melakukan evaluasi kuantitatif pada pergerakan pasien frozen shoulder yang di terapi pada titik Tiaokou (ST38) ke arah Chengshan (BL67). Terapi dilakukan hanya satu kali. Pengukuran perubahan pergerakan sendi bahu dilakukan dengan bantuan video based stereophotogrammery. Akupunktur dapat menaikan pergerakan sendi secara signifikan, dengan rata-rata kenaikan sebesar 8.34 derajat.

Penetration of Acupoint atau dikenal juga teknik penjaruman penetreating ialah teknik akupuntur dengan menggunakan satu jarum akupunktur untuk menusuk beberapa titik akupunktur secara bersamaan dengan tujuan memperkuat efek akupunktur dan efek penyembuhan. Teknik ini dilakukan dengan menusukan jarum pada satu titik akupuntur, lalu ujung dari jarum tersebut diarahkan sehingga menyuntuh beberapa titik akupuntur lain tanpa melakukan penusukan pada kulit di tempat lain. Teknik penjaruman penetrating secara garis besar dapat dilakukan secara horizontal dan tegak lurus. Terdapat sangat banyak variasi dari teknik penjaruman penetrating untuk mendapatkan efek yang berbeda-beda di antaranya; vertex needling, implusive needling, tangtian needling, tongtianzhen duifengci needling, neeling of hardness, dan lain-lain.Pada penelitian yang saya lakukan, saya melakukan teknik penjaruman degan variasi needling of hardness, yaitu memasukan jarum dari titik Tianjing menuju Qinglengyuan menuju titik yang lebih atas, Xiaoluo.

Selain memperkuat dari efek akupuntur, teknik penjaruman penetrating ini juga memiliki keunggulan; penggunaan jarum yang lebih sedikit, menstimuliasi lebih banyak titik akupuntur, serta mengurangi rasa sakit yang ditimbulkan akibat pensukan jarum.

V. KASUSA. IDENTITASNama : Ny. MUmur : 51 tahunAlamat : Jorong Tanjuang Batuang, Mungka Lima Puluh Koto, Sumatera BaratPekerjaan : Tidak BekerjaJenis kelamin : PerempuanAgama : IslamTanggal pertama berobat: 17 september 2014

B. ANAMESIS1. Keluhan utama:Bahu kanan tidak dapat digerakkan dan terasa sakit sejak 9 bulan sebelum berobat.2. Riwayat penyakit sekarang:Tujuh belas tahun yang lalu pasien terjatuh dengan posisi menahan pada telapak tangan. Pasien menyatakan akibat jatuh tersebut tulang tangannya pada sisi kelingking pada pergelangan tangannya menonjol, tidak ada luka terbuka. Pasien berobat ketukang urut di Padang dan tulang tetap menonjol tetapi nyeri hilang.Sebelas bulan sebelum berobat ke RSCM, pasien mulai merasa nyeri pada jari jari tanganya dan tangan menjadi tidak dapat digerakkan, pasien berobat ke dokter bedah di dhamasraya, dan dilakukan operasi kista (menurut keterangan dokter bedah kepada pasien) pada lengan bawah pasien, beberapa saat setelah operasi pasien merasa pergelangan tangannya semakin membengkak dan sakit, sehingga pasien tidak dapat mengunakan tangan kanannya.Sejak 9 bulan yang lalu pasien tidak dapat menggerakkan bahu kanan dan terasa sakit sepanjang waktu sehingga menganggu waktu istirahat. Nyeri dirasakan menjalar kebelakang dan ke lengan bawah. Keluhan nyeri dirasakan semakin hari semakin hebat diikuti dengan pergerakan bahu yang semakin terbatas. Keluhan kesemutan atau rasa baal ditangan dan tanda peradangan di bahu disangkal. Sejak 4 bulan sebelum berobat ke RSCM, pasien mengatakan nyeri di pergelangan tangan semakin hebat, pasien kemudian berobat ke bagian Orthopaedi dan Traumatologi divisi Hand. 3. Riwayat penyakit dahulu :Riwayat penyakit DM, hipertensi, rheumatik disangkal oleh pasien4. Riwayat pengobatan : Operasi di Padang November 2013 (dicurigai Ganglion, tetapi tulang dipotong)Operasi Ulnar Nerve Exploration di RSCM September 2014 5. Riwayat penyakit keluarga:Orang tua tidak ada yang mempunyai penyakit DM, hipertensi6. Profil pasien: Pasien merupakan seorang janda 1 anak dan ibu rumah tangga

C. PEMERIKSAAN FISIK1. Pemeriksaan Fisik Umum1.1. Keadaan Umum dan Tanda Vital Kesadaran: Kompos mentis Tekanan darah: 120/80 mmHg Frekwensi nadi: 78 kali/menit Suhu: afebris Pernafasan: 20 kali/menit Keadaan gizi: baik Tinggi: 155 Cm Berat Badan: 49 Kg 1.2. Pemeriksaan kulit Lesi primer : (-) tidak ada Perubahan lokal : (-) tidak ada Warna kulit : (-) tidak ada

1.3. Pemeriksaan fisik Kepala : normochephali, Rambut hitam Mata : Pupil bulat, isokhor, konjungitiva tidak Anemis, sklera tidak ikterik Telinga : Normotia, Serumen-/- Hidung : Devisiasi septum -/-, hipertropi konka-/- Mulut dan tenggorokan : Bibir dan rongga mulut: tidak pucat, Gigi geligi : karies( - ) Lidah : otot lidah ; warna merah, pergerakan bebas, selaput (-) Tenggorokan : Tidak hiperemis,tonsil T1 T11.4. Pemeriksaan LeherSimetris, kaku kuduk (-), kelenjar ; tidak membesar1.5. Pemeriksaan Thorak Paru: vesikuler , ronkhi -/-, wheezing -/- Jantung: Bj I-II normal, gallop(-), mumur (-)1.6. Pemeriksaan abdomen dan pelvis Hati: tidak teraba membesar Limpa : tidak teraba membesar Ginjal : nyeri ketok -/-, ballottement -/- Usus : bising usus (+) normal Perenium : tidak dilakukan pemeriksaan Dubur: tidak dilakukan pemeriksaan Genetalia : tidak dilakukan pemeriksaan 1.7. Pemeriksaan ekstremitas:Akral hangat Status Lokalis Regio Shoulder KananLook : deformitas tidak ada, sulcus sign tidak ada, muscle wasting ada, skar tidak ada, luka tidak adaFeel : nyeri tekan VAS 5-6, edema tidak ada, sensorik baikMove : ROM shoulder kanan terbatas karena nyeriActive Range of Movement (ROM) : Abduksi 450Forward Flexion 700Backward Extension 100Internal Rotation S1

Pasive Range of Movement (ROM) :Abduksi 600Forward Flexion 800Backward Extension 150Internal Rotation S1

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Electromyography (EMG) tanggal 26 Juni 2014Kesimpulan : sesuai dengan lesi fungsional n. ulnaris kanan tipe demielinisasi letak lesi sangat mungkin pada pergelangan tangan Pemeriksaan X Ray Shoulder Kanan tanggal 25 September 2014Kesimpulan : kedudukan tulang masih baik, Tampak sklerotik dan osteofit minimal di inferior acromion kanan. Struktur tulang intak, tidak tampak fraktur/ destruksi. Sendi glomerohumeral dan akromiovaskuler tidak menyempit, tidak tampak dislokasi. Jaringan lunak tidak tampak kalsifikasi. Pemeriksaan Darah tanggal 08 Agustus 2014PemeriksaanHasilSatuanNilai Rujukan

Laju Endap Darah11.3Mn/jam0-20

Hemoglobin12.1g/dl12,0-14,0

Eritrosit4.0810 6/4-5

Leukosit4.95I035,0-i0

Trombosit302103150-400

Hitung jenisBasofil EosinofilNeutrofilLimfositMonosit0.50.368.527.23.5%%%%%0-11-352,0-76,020-402-8

Hematokrit36.5%40-43

SGOT18U/L