bahan bacaan peserta tkhi 2a

32
MATERI INTI UMUM 4 (MIU.4) PENGEMBANGAN TIM DALAM JEJARING KERJA PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI KLOTER DESKRIPSI SINGKAT Pelayanan terhadap jamaah haji merupakan kegiatan yang memerlukan seni dan keterampilan tersendiri, karena dilakukan dengan jumlah jamaah yang begitu banyak serta dalam waktu yang bersamaan serta berada di negeri orang. Khusus bagi tenaga kesehatan yang tergabung dalam Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) memegang peranan yang sangat vital karena berurusan dengan keslamatan jiwa jamaah. Disisi lain ratio jumlah tenaga kesehatan dan jumlah jamaah terlihat kurang memadai, oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya TKHI harus mampu memanfaatkan unsur-unsur jejaring kerja yang ada. Pemanfaatan unsur jejaring kerja ini dapat optimal jika petugas kesehatan dapat mengembangkan tim kerja dengan baik. Pengembangan tim dalam jejaring kerja merupakan keterampilan tersendiri yang harus dipersiapkan melalui pelatihan sebelum yang bersangkutan melaksanakan tugas. Dalam materi ini akan dibahas tentang (1) konsep dasar tim efektif dalam jejaring kerja, (2) komponen – komponen jejaring kerja dalam penyelenggaraan kesehatan haji di kloter, (3) pengembangan tim efektif dalam jejaring kerja dan (4) penyelesaian konflik dalam tim jejaring kerja secara “win – win” URAIAN MATERI A. Konsep Dasar Tim Efektif dalam Jejaring Kerja Selama ini orang beranggapan bahwa “tim” dan “kelompok” adalah sama, ternyata dalam kenayataannya sangatlah berbeda. Hal ini dapat tegambar dalam pengertian beberap ahli seperti di bawah ini : Kurt Lewin berpendapat bahwa "The essence of a group is not the similarity or dissimilarity of its members but their interdepence"; " W. H. Y. Sprott memberikan pengertian kelompok sebagai beberapa orang yang bergaul satu dengan yang lain H. Smith menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatu an persepsi. Juni Pranoto berpendapat bahwa yang dinamakan kelompok adalah sekumpulan dua oraryg atau lebih yang satu sarna lain saling berinteraksi dalam mencapai tujuan bersama.

Upload: cahyo-priambodo

Post on 09-Jul-2016

359 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

MATERI INTI UMUM 4 (MIU.4)PENGEMBANGAN TIM DALAM JEJARING KERJA

PENYELENGGARAAN KESEHATAN HAJI KLOTER

DESKRIPSI SINGKATPelayanan terhadap jamaah haji merupakan kegiatan yang memerlukan seni dan keterampilan tersendiri, karena dilakukan dengan jumlah jamaah yang begitu banyak serta dalam waktu yang bersamaan serta berada di negeri orang. Khusus bagi tenaga kesehatan yang tergabung dalam Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) memegang peranan yang sangat vital karena berurusan dengan keslamatan jiwa jamaah. Disisi lain ratio jumlah tenaga kesehatan dan jumlah jamaah terlihat kurang memadai, oleh karena itu dalam melaksanakan tugasnya TKHI harus mampu memanfaatkan unsur-unsur jejaring kerja yang ada. Pemanfaatan unsur jejaring kerja ini dapat optimal jika petugas kesehatan dapat mengembangkan tim kerja dengan baik. Pengembangan tim dalam jejaring kerja merupakan keterampilan tersendiri yang harus dipersiapkan melalui pelatihan sebelum yang bersangkutan melaksanakan tugas. Dalam materi ini akan dibahas tentang (1) konsep dasar tim efektif dalam jejaring kerja, (2) komponen – komponen jejaring kerja dalam penyelenggaraan kesehatan haji di kloter, (3) pengembangan tim efektif dalam jejaring kerja dan (4) penyelesaian konflik dalam tim jejaring kerja secara “win – win”

URAIAN MATERI

A. Konsep Dasar Tim Efektif dalam Jejaring Kerja Selama ini orang beranggapan bahwa “tim” dan “kelompok” adalah sama, ternyata dalam kenayataannya sangatlah berbeda. Hal ini dapat tegambar dalam pengertian beberap ahli seperti di bawah ini : Kurt Lewin berpendapat bahwa "The essence of a group is not the similarity or

dissimilarity of its members but their interdepence"; " W. H. Y. Sprott memberikan pengertian kelompok sebagai beberapa orang yang

bergaul satu dengan yang lain H. Smith menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok adalah suatu

unit yang terdapat beberapa individu, yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatu an persepsi.

Juni Pranoto berpendapat bahwa yang dinamakan kelompok adalah sekumpulan dua oraryg atau lebih yang satu sarna lain saling berinteraksi dalam mencapai tujuan bersama.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kelompok adalah suatu unit yang merupakan sekelompok/ sekumpulan dua orang atau lebih yang satu sama lain saling berinteraksi dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan secara bersama-sama dalam suatu wadah tertentu. Dari pengertian itu, maka kelompok memiliki ciri – ciri sebagai berikut : Keberadaannya memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas-tugas

organisasi atau pekerjaan-pekerjaan yang mungkin saling berkaitan atau tidak berkaitan sama sekali

Page 2: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Orang-orang yang ditunjuk oleh organisasi yang bersangkutan untuk menjalankan peran resmi tertentu yang sudah dirinci misalnya sebagai Ketua Kloter, Dokter kloter dan lain sebagainya

Memiliki struktur, hubungan tugas dan hirarkis yang telah digariskan secara jelas.

Dari pengertian di atas muncul dalam benak kita “apakah kelompok sama dengan Tim?” Dari beberapa kajian mendalam didapatkan “Kelompok” belum tentu merupakan “Tim”, namun Tim pasti merupakan suatu kelompok. Ini berarti bahwa kelompok akan menikmati keberhasilan yang luar biasa jika menjadi satu kesatuan yang lebih produktif yang disebut dengan “Tim” yang membentuk jejaring kerja. Tim lebih merupakan kumpulan orang-orang yang memiliki kebutuhan tertentu dalam jalinan jejaring kerja. Lalu apakah perbedaan antara kelompok dengan Tim? Robert B. Maddux dalam bukunya "Team Building" membedakan ke duanya seperti uraian di bawah ini.KELOMPOK, cenderung memiliki ciri – ciri sebagai berikut : Anggota menganggap pengelompokan mereka semata-mata untuk kepentingan

administratif. Individu bekerja secara mandiri, kadang-kadang berbeda tujuan dengan individu yang lainnya walaupun berada dalam suatu jejaring kerja

Anggota cenderung memperhatikan dirinya sendiri karena tidak dilibatkan dalam penetapan sasaran. Kadang-kadang pendekatannya hanya sebagai tenaga yang menerima bayaran untuk menjalankan salah satu fungsi yang terdapat dalam jejaring kerja

Anggota diperintah untuk mengerjakan pekerjaan, bukan diminta saran untuk mencapai sasaran yang terbaik dan anggota tidak di dorong untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan yang terjadi di jejaring kerja

Anggota tidak percaya pada motiv rekan-rekan sekerjanya karena tidak memahami peran anggota lainnya, walaupun mereka sama-sama dalam suatu jejaring kerja, oleh karena itu menyatakan pendapat atau menyampaikan kritik dianggap sebagai upaya memecah belah, karena kurangnya rasa toleransi dalam pelaksanaan tugas. Sehingga anggota terkadang berada dalam suatu konflik tanpa mengetahui sebab dan cara pemecahan masalahnya.

TIM EFEKTIF, merupakan sebuah kelompok dengan ciri-ciri yang dapat digambarkan sebagai berikut : Anggota menyadari ketergantungan diantara mereka dan memahami bahwa

sasaran pribadi maupun Tim paling baik dicapai dengan cara saling mendukung. Waktu akan sangat efektif karena masing-masing sangat memahami dan tidak mencari keuntungan diatas anggota Tim yang lain;

Anggota Tim ikut merasa memiliki pekerjaan dan organisasinya karena mereka memiliki komitmen terhadap sasaran yang akan dicapai, oleh karena itu anggota memiliki kontribusi terhadap keberhasilan organisasi;

Anggota bekerja dalam suasana saling percaya dan didorong untuk mengungkapkan ide, pendapat, ketidak setujuan serta mencetuskan perasaan secara terbuka. Pertanyaan yang muncul akan disambut dengan baik, dengan demikian anggota akan menjalankan komunikasi dengan tulus karena mereka saling memahami sudut pandang masing-masing;

Page 3: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Para anggota didorong untuk menambah ketrampilan dan mene-rapkannya dalam Tim, mereka menerima dukungan penuh dari Tim sehingga anggota akan berpartisipasi aktif dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi Tim. Meskipun demikian mereka tetap menyadari bahwa keputusan tetap ditangan pemimpin apabila Tim menemui jalan buntu.

Mereka menyadari bahwa konflik dalam Tim merupakan hal yang wajar, karena dengan konflik merupakan kesempatan bagi mereka untuk mengembangkan ide dan kreativitas. Apabila terjadi suatu konflik akan diselesaikan secara konstruktif;

B. Komponen–Komponen Jejaring Kerja dalam Penyelenggaraan Kesehatan Haji di KloterTim Kesehatan Haji di kloter merupakan bagian dari Tim Pelayanan Haji secara keseluruhan yang secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

Komponen Jejaring Kerja dalam penyelenggaraan kesehatan haji

KETUA KLOTER (TPHI)

TKHI DokterPerawat/ Bidan

TPHI/ TPIH

Ketua Rombongan(Ka. Rom)

Ketua Regu(Ka. Ru)

Kepala SektorKoord. BPHI

Koord. Apt & Alkes

Koord. San-Sur

Ka. Daker

Waka. Daker Bid. Yan Umum

Waka. Daker Bid. Yan

Kesehatan

Waka. Daker Bid. Yan Bim

Ibadah

Waka Sektor

Bid Yanum

Waka Sektor Bid YanBimDa

h

Waka Sektor Bid

Yan KesBP SektorApt. SektrSansur

Page 4: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Kloter sebagai sebuah tim yang akan bertugas melayani jamaah haji dalam melaksanakan prosesi ibadah terdiri dari :

1. TPHI (Tenaga Pembimbing Haji Indonesia)Tenaga ini direkrut oleh Departemen Agama dengan tugas pokok melayani kebutuhan jamaah haji di kloter selama melaksanakan prosesi ibadah

2. TKHI (Tim Kesehatan Haji Indonesia)Tenaga ini terdiri dari dokter dan perawat/ bidan yang direkrut oleh Kementrian Kesehatan dengan tugas memberikan pelayanan bidang kesehatan semenjak embarkasi hingga debarkasi

3. Ka Rom (Ketua Rombongan)Tenaga ini diambil dari jamaah haji yang diperkirakan mampu menjadi pemimpin setiap 50 jamaah dalam melaksanakan prosesi ibadahnya

4. Ka Ru (Ketua Regu)Tenaga ini diambil dari jamaah haji yang diperkirakan mampu menjadi pemimpin setiap 10 jamaah dalam melaksanakan prosesi ibadahnya yang dikoordinasikan dengan Ka Rom

Keberhasilan organisasi kloter ini sangat ditentukan oleh kerjasama diantara anggota tim kloter dan antara tim kloter dengan jejaring kerja pelayanan jamaah haji secara keseluruhan. Dalam tim kloter sebagai suatu kelompok harus memiliki keterikatan dan interaksi yang harmonis agar dapat memacu terjadinya perubahan, pertumbuhan dan perkembangan pribadi maupun tim sebagai organisasi. Keterikatan dan interaksi yang harmonis tersebut akan muncul dalam bentuk keterpaduan pola pikir (way of Thinking), pola emosi dan motivasi (way of feeling) dan pola tindak (way of Action) (Prajudi Atmosoedirdjo : 1989). Adanya keterpaduan pola pikir, pola emosi, motivasi dan persepsi serta pola tindak, akan memudahkan terjadinya titik temu berbagai keinginan dan interest kedalam tujuan bersama (common goal), yakni terlayaninya kebutuhan jemaah akan rasa aman, nyaman, dan kesehatan secara optimal. Masalah paling rawan dalam organisasi tim kloter adalah apabila keinginan dan interes individu petugas dalam organisasi tim kloter saling menganggap dirinya yang paling berkuasa terhadap suatu persoalan yang muncul atau sebaliknya justru lepas tanggung jawab ketika terjadi permasalahan. Jika hal ini terjadi maka sebenarnya secara fakta petugas kloter hanyalah kumpulan beberapa orang yang masing-masing mempunyai otorita untuk mempertahankan kekuasaannya. Dengan demikian tujuan diadakannya Tim Petugas pendamping Kloter menjadi sia-sia belaka, karena jamaah haji tidak akan mendapat pelayanan sebagaimana mestinya. Bahkan lebih jauh yang akan terjadi adalah tiada hari tanpa protes jamaah sebagai bentuk manifestasi rasa kekecewaannya terhadap pelayanan petugas dan hal ini sangat merugikan citra bersama. Untuk mengantisipasi kejadian di atas ada baiknya kita gunakan “tujuh resep habits” yang perlu dimiliki oleh individu yang ingin memiliki keefektifan yang tinggi dari Steven Covey (1997) yaitu : (1) Pro aktif, (2) Mendahulukan yang utama, (3) Selalu memulai dengan tujuan akhir, (4) Pendekatan menang-menang, (5) Berusaha mengerti orang lain sebelum dimengerti oleh orang-orang lain, (6) Selalu menciptakan sinergi, keterpaduan dan kebersamaan serta, (7) Selalu mengasah dan

Page 5: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

mengembangkan diri baik fisik, sosial maupun nilai-nilai. Dari ketujuh habits tersebut yang menonjolkan adanya Tim adalah pendekatan menang-menang, mengerti orang lain dan selalu bersinergi.Tidak ada manusia yang sempurna, oleh karena itu manusia perlu melaksanakan kegiatan bersama secara efektif sehingga pekerjaan akan berjalan dengan efektif, oleh karena itu diperlukan sebuah Tim yang efektif.

Page 6: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

C. Membangun Tim Efektif dalam Jejaring KerjaDalam membangun tim efektif yang ada dalam jejaring kerja dilakukan dengan cara (1) memahami manfaat membangun tim dinamis, (2) membangun kebersamaan dan (3) membangun kebanggaan tim 1. Manfaat Membangun Tim Dinamis

Mengapa ada Tim yang mampu bertahan lama dan ada yang tidak dapat bertahan lama? Apabila berbicara tentang Tim, maka ada Tim yang dapat mencapai suatu prestasi yang tinggi, namun juga ada yang hanya bertahan beberapa hari saja. Untuk itu maka diperlukan suatu usaha bersama secara optimal untuk menciptakan Tim yang dinamis. Tim Dinamis adalah Tim yang memiliki kinerja yang sangat tinggi dengan memanfaatkan segala energi yang ada dalam Tim tersebut untuk menghasilkan sesuatu. Tim dinamis merupakan Tim yang penuh dengan rasa percaya diri, Tim yang para anggotanya menyadari kekuatan dan kelemahannya untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama. Untuk mencapai tim dinamis seperti yang diuraikan di atas maka sebaiknya setiap anggota hendaknya menyadari dan memahami akan manfaat tim dinamis seperti berikut :a. Beroperasi secara kreatif

Dalam pelaksanaan kerja Tim sangat kreatif dan dinamis dengan memperhitungkan resiko yang ada dan selalu mencoba cara berbeda dalam melakukan sesuatu. Mereka tidak takut menghadapi kegagalan-kegagalan dan selalu mencari-cari peluang untuk mengimplementasikan tehnik yang baru

b. Memfokuskan pada hasilTim yang dinamis mampu menghasilkan melampaui kemampuan jumlah individu yang menjadi anggotanya. Para anggota Tim secara terus menerus memenuhi komitmen waktu, anggaran, produktivitas dan mutu. "Produktivitas Optimum" merupakan tujuan bersama

c. Memperjelas peran dan tanggungjawabPeran dan tanggung jawab anggota Tim jelas. Setiap anggota Tim mengetahui dengan jelas apa yang diharapkan dari dirinya, dan mengetahui dengan jelas peran temannya dalam Tim. Tim yang dinamis selalu memperbaharui peran dan tanggungjawab anggotanya sesuai dengan perubahan tuntutan, sasaran dan teknologi.

d. Diorganisasikan dengan baik .Tim dinamis menjalankan fungsi-fungsi manajemen dengan baik, menetapkan prosedur secara jelas serta kebijakan dengan jelas, Tim juga menginventarisir jenis ketrampilan yang dimiliki oleh para anggota Timnya.

e. Dibangun diatas kekuatan individuKompetensi individu sangat diperhatikan, sehingga pimpinan Tim memahami betul kekuatan dan kelemahan anggota Timnya. Pimpinan Tim sangat memperhatikan bagaimana memberdayakan Timnya, sehingga dalam pemberdayaan disesuaikan dengan kompetensi masing–masing anggota Tim.

f. Saling mendukung kepemimpinan anggota yang lain Dalam Tim yang dinamis kepemimpinan dibagi diantara para anggotanya. Dalam hal ini tidak ada pimpinan yang mutlak. Setiap anggota Tim memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi Pimpinan Tim manakala dibutuhkan

Page 7: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

g. Mengembangkan iklim TimTim yang berkinerja tinggi memiliki anggota yang secara antusias bekerja bersama dengan tingkat keterlibatan dan energi kelompok yang tinggi (bersinergi).

h. Menyelesaikan ketidak sepakatanPerbedaan persepsi dan ketidak sepakatan akan terjadi dalam setiap Tim. Tim dinamis menganggap bahwa konflik merupakan suatu wahana untuk pembelajaran hal-hal yang lebih positif. Segala konflik akan diselesaikan dengan pendekatan secara terbuka dengan teknik kolaborasi.

i. Berkomunikasi secara terbukaPembicaraannya secara “asersi” yakni bicara yang lugas, jujur tetapi tidak melukai pihak lain. Masing-masing anggota kelompok saling memberi dan menerima saran dari anggota kelompok yang lain, komunikasi dilakukan secara timbal balik dan selalu berpikir untuk kepentingan bersama.

j. Membuat keputusan secara obyektifDalam pemecahan masalah menggunakan pendekatan yang proaktif. Keputusan dicapai melalui konsesus. Setiap anggota kelompok bersedia dan mendukung keputusan tersebut. Anggota kelompok bebas mengutarakan pendapat dan ide-idenya dan mendukung rencana yang telah ditetapkan.

k. Mengevaluasi efektifitasnya sendiriEvaluasi dilaksanakan secara terus menerus dengan tujuan untuk melihat bagaimanakah pelaksanaan rencana salama ini. Penyempurnaan dilaksanakan secara berkelanjutan dengan manajemen proaktif. Apabila muncul masalah kinerja, mereka bisa segera memecah kannya sebelum berkembang menjadi permasalahan yang serius

2. Membangun Rasa Kebersamaan TimTahapan-tahapan dalam membangun Tim yang dinamis akan berjalan dengan seksama, apabila anggota-anggota Tim mampu membangun rasa kebersamaan secara efektif. Untuk membangun rasa kebersamaan dalam suatu Tim, maka setiap anggota kelompok harus mampu untuk menerima keragaman anggota Tim. Mengapa demikian? Hal ini disebabkan setiap Tim terdiri dari berbagai Individu yang memiliki latar belakang, perilaku, pengalaman yang berbeda-beda. Tidak ada seorang manusiapun yang diciptakan sama persis termasuk orang yang kembar sekalipun. Oleh karena itu Tim akan efektif apabila dibangun berdasarkan kebersamaan, tidak memandang pangkat, asal usul tenaga dan lain – lain, sehingga menunjukkan rasa saling percaya, saling menghargai yang dilandasi oleh keterbukaan. Oleh karena itu dalam membangun rasa kebersamaan tim hal – hal dibawah ini perlu mendapat perhatian :a. Berorientasi pada Opini

Orientasi utamanya adalah membangun opini, bukan dogmatis, dan tidak mengarahkan pada tindakan mengutuk orang lain

Memperkenalkan gagasannya tanpa mengusulkan atau bahkan mengisyaratkan agar orang lain memberi posisi istimewa pada gagasannya

Saling meminta ide dari anggota kelompok yang lain, bukan berorientasi pada gagasan perorangan

Page 8: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Tidak hanya memfokuskan pada idenya sendiri, tetapi menginvestigasi pendapat orang lain.

b. Berorientasi pada Persamaan Anggota Tim yang berorientasi pada persamaan melihat keragaman

sebagai suatu keunggulan. Perbedaan yang dimiliki dapat dipakai untuk mengecek setiap sisi, sudut, puncak dan dasar suatu permasalahan

Mengandalkan pada kekuatan energi semua anggota Kepercayaan kepada anggota Tim akan meningkatkan produktivitas/

kinerjac. Berorientasi pada Tujuan

Anggota kelompok yang berorientasi pada tujuan kelompok kecil kemungkinan akan menimbulkan konflik, hal ini disebabkan oleh adanya keunikan masing masing kelompok

Keseluruhan anggota Tim berorientasi pada tujuan yang sarna Anggota Tim mengakui bahwa masing-masing anggota Tim memiliki

tujuan, dan kemungkinan tujuan tersebut bertentangan dengan tujuan Tim Keunikan anggota kelompok yang muncul sesegera mungkin diatasi, tidak

dibiarkan sehingga melahirkan permasalahan baru.3. Membangun Kebanggaan Tim

Tim dinamis akan senantiasa mempertahankan prestasinya secara maksimal. Oleh karena itu mempertahankan rasa bangga sebagai Tim sangat diharapkan. Ini berarti bahwa perlu ada suatu usaha untuk memotivasi Tim secara efektif agar mampu membangun kebanggaan Tim. Faktor-faktor yang harus di perhatikan dalam pemeliharaan Tim agar anggota Tim mampu membangun kebanggaanya adalah sebagai berikut :

a. “Memotivasi" Anggota Tim untuk berkomitmenDalam memotivasi ini terlebih dahulu tentukan faktor-faktor apakah yang dapat mempengaruhi orang tersebut termotivasi dengan baik. Tanpa mengetahui hal tersebut proyek besarpun belum tentu merupakan faktor stimulus. Setiap individu memiliki motif yang berbeda-beda, misalnya ada orang timbul harga dirinya dengan menghargai kinerjanya, tetapi orang lain belum tentu demikian.

b. Memotivasi anggota Tim yang tidak termotivasi;Tidak setiap anggota Tim memiliki motivasi yang sama. Ada anggota Tim yang produktif, ada pula yang enggan berpartisipasi secara aktif. Untuk itu diperlukan beberapa strategi yang jitu. Strategi tersebut antara lain (1) dapatkan nasihat dari mereka, (2) jadikan mereka guru (3) libatkan mereka dalam presentasi dan delegasikan kepada mereka untuk menyelesaikan suatu masalah.

D. Menyelesaikan konflik dalam tim jejaring kerja secara “win – win”Dalam suatu Tim yang berinteraksi satu sarna lain dalam mencapai tujuannya selalu mengalami perbedaan pendapat. Perbedaan Pendapat yang berlarut-larut akan menyebabkan konflik. Anggota Tim perlu memahami bahwa konflik atau ketidak-sepakatan adalah sesuatu yang tidak bisa dihindarkan dan tidak memiliki sifat baik atau buruk (konflik bersifat netral).

Page 9: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Konflik akan menghancurkan kemajuan Tim jika dibiarkan atau tidak dkelola dengan baik. Tetapi konflik juga dapat mengarah pada pengambilan keputusan yang baik jika dikelola secara efektif. Hasil dari suatu konflik sangat tergantung pada bagaimana Tim mengelolanya. Lalu apa sebanarnya yang dimaksud dengan konflik ? Isyarat apakah yang merupakan gejala konflik dalam suatu Tim? Bagaimana konflik merebak dan bagaimanakah respon terhadap konflik? Dalam uraian di bawah ini akan membahas hal tersebut.Kata konflik menimbulkan kesan tidak menyenangkan. Reaksi kita pada umumnya adalah negatif. Pada umumnya konflik merupakan bahaya dan menyakiti perasaan orang lain. Kita cenderung menghubungkan konflik dengan kekerasan, krisis, perkelahian, perang, kalah, menang, kehilangan kendali dan lain sebagainya.Konflik selalu melibatkan dua orang atau lebih (perorangan atau kelompok) yang terjadi apabila salah satu pihak merasa kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi. Selanjutnya Hanmer dan Hogan dalam bukunya How to Manage Conflik mengatakan bahwa yang dimaksud dengan konflik adalah segala macam bentuk pertikaian yang terjadi dalam organisasi, baik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok yang bersifat antagonis.Dari pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa konflik terkait dengan “persepsi” pihak yang bersangkutan yang merasa kepentingannya dihalang-halangi atau akan dihalang-halangi, terlepas dari ada atau tidak ada halangan tersebut secara nyata. Apabila konflik ini kita biarkan maka akan menghancurkan kemajuan Tim, tetapi konflik juga dapat mengarahkan pada pengambilan keputusan yang baik bila dikelola dengan baik dan tepat.Hasil dari suatu konflik tergantung pada bagaimana mengelolanya. Untuk itu perlu mengenali isyarat – isyarat adanya konflik secara dini sebagai berikut : Anggota Tim memberikan komentar dan saran dengan penuh emosi Anggota Tim menyerang gagasan orang lain sebelum gagasan tersebut dijelaskan

secara tuntas Anggota Tim saling menuduh bahwa mereka tidak memahami masalah yang

sebenamya Anggota Tim selalu menolak untuk berkompromi Anggota Tim saling menyerang secara langsung pada pribadinya Suasana yang terbangun mengarah pada tindakan bermusuhan :

Anggota Tim memasuki permainan menang kalah Mereka lebih senang memenangkan kemenangan pribadi dari pada

memecahkan masalah Suasana yang ditonjolkan pihak yang sedang berkonflik masing-masing

memegang teguh pada posisinya (I’m in my position) sehingga mempersempit celah komunikasi dan membatasi keterlibatan yang lain. Anggota Tim tidak melihat perlunya mencapai tujuan yang menguntungkan, mereka bersikukuh dan berdiri teguh pada posisinya

Page 10: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Tidak setiap orang merespon terhadap konflik dengan cara yang sama, respon-respon tersebut antara lain : (1) konfrontasi agresif, (2) melakukan manufer negatif, (3) penundaan terus menerus serta (4) bertempur secara pasif. Namun terkadang ada pula anggota Tim meresponnya dari segi positif dan apabila hal ini yang terjadi maka pemecahan konflik mengarah ke hal yang positif. Dengan demikian konflik diarahkan dengan menggunakan energi secara sehat dan langsung untuk memecahkan masalah dengan kata lain tidak ada reaksi secara emosional, melakukan upaya dengan menanggapinya secara rasional. Respon yang tepat ini akan memperkuat Tim kerja dan melancarkan jalan untuk mengatasi konfllk.Menurut Bolton dalam bukunya “Manajemen Konflik” sumber-sumber konflik adalah sebagaiberikut: Menghalangi pencapaian sasaran perorangan; Kehilangan status; Kehilangan otonomi atau kekuasaan; Kehilangan Sumber-sumber; Merasa diperlakukan tidak adil; Mengancam nilai dan norma; Perbedaan persepsi dan lain sebagainya

Page 11: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Langkah – langkah menyelesaikan konflik

Langkah 1: Mengakui adanya koflik.Langkah ini merupakan langkah awal untuk penyelesaian konflik, tanpa ada yang mengakui adanya suatu konflik maka masalah tidak akan terpecahkan. Tim yang dinamis akan membahas konflik secara dini karena kearifan dari semua pihak sangat diperlukan.Langkah 2 : Mengidentifikasi konflik secara benar.Langkah ini dalam kegiatan penelitian sering disebut dangan identifikasi masalah. Kegiatan ini sangat diperlukan dan memerlukan keahlian khusus. Mengapa demikian ? Konflik dapat muncul dari akar masalah, tetapi juga karena masalah emosi. Oleh karena itu perlu memilah antara masalah inti dangan masalah emosional. Masalah inti adalah masalah yang mendasari suatu konflik (misalnya ketidak sepakatan adanya tugas) sedangkan isu emosional merupakan masalah yang akan memperumit masalah tersebut. Misalnya salah satu anggota Tim mendapat tugas yang sangat penting (masalah inti), orang lain merasa tersinggung (masalah emosional), Untuk hal ini maka hendaknya kita "mengatasi masalah yang inti” terlebih dahulu.Langkah 3: Dengar semua pendapat.Lakukan kegiatan sumbang saran. Libatkan mereka yang terlibat dalam konflik untuk megungkapkan pendapatnya, hindarilah pendapat benar dan salah. Bahas juga mengenai dampak konflik terhadap Tim serta kinerja Tim. Fokuskan pembicaraan pada fakta dan perilaku bukan pada perasaan atau unsur pribadi. Hindari mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi temukan mana yang terbaik jika dipandang dari sisi positif.Langkah 4: Bersama-sama mencari cara menyelesaikan konflikDalam kegiatan ini dilakukan melalui diskusi terbuka sangat diharapkan. Karena dengan diskusi terbuka dapat memperluas informasi dan alternatif serta dapat mengarahkaan pada rasa percaya dan hubungan yang sehat diantara yang terlibat konflik. Dalam Tim yang efektif tidak seluruh anggota kelompok menyukai satu sama lain, tetapi yang utama adalah mampu bekerja sarna secara efektif.

Page 12: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Langkah 5: Mendapatkan kesepakatan dan tanggung jawab untuk menemukan solusi.

Memaksakan kesepakatan akan berakibat fatal. Oleh karena itu doronglah mereka untuk bekerjasama memecahkan permasalahan secara jitu. Buatlah semua anggota Tim senang terhadap solusi yang dihasilkan. Oleh karena itu solusi harus diusahakan secara bersama-sama. Salah satu cara yang disarankan agar orang lain menerima saran yang diajukan adalah memposisikan dirinya pada peran orang lain, dengan kata lain setiap anggota mempresentasikan pendapat orang lain.

Langkah 6 : Menjadwal sesi tindak lanjut untuk mengkaji solusi.Pemberian tanggung jawab untuk melaksanakan komitmen sangat dihargai oleh anggota Tim. Mengkaji resolusi sangat diperlukan untuk mengetahui tingkat keefektifan resolusi yang telah diberikan.Gaya Tanggapan seseorang terhadap KonflikKonflik apabila dihindari maka akan berdampak terhadap keefektifan suatu Tim sehingga produktivitas Tim akan menurun. Sebaliknya konflik akan menjadi sehat apa bila pihak-pihak yang terlibat mau menjajaki ide-ide baru, menguji posisi dan keyakinan mereka serta memperluas wawasan imajinasi mereka. Konflik yang ditangani secara “konstruktif” akan merangsang anggota Tim lebih kreatif sehingga akan memperoleh hasil yang terbaik. Oleh karena itu setiap anggota Tim dalam menghadapi suatu konflik menurut Robert B. Maddux dalam bukunya Team Building mengklasifikasikan ke dalam 5 (lima) gaya tanggapan sebagai berikut:

Page 13: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Gaya tanggapan sesorang terhadap konflikGAYA CIRI PERILAKU ALASAN PENYESUAIAN

Menghindar

Tidak mau berkonfrontasi. Mengabaikan atau melewatkan pokok

permasalahan. Menyangkal bahwa hal tersebut

merupakan masalah

Perbedaan yang ada terlalu kecil atau terlalu besar untuk diselesaikan.

Usaha penyelesaian mungkin mengakibatkan rusaknya hubungan atau justru menciptakan masalah yang lebih kompleks

Mengakomodasi

Bersikap menyetujui dan tidak agresif

Kooperatif bahkan terkadang dengan mengorbankan keinginan priadi.

Tidak sepadan risikonya, jika mengambil resiko justru akan merusak hubungan dan menimbulkan ketidak-selarasan secara keseluruhan

Menang/Kalah

Konfrontatif, menuntut dan agresif Harus menang dengan cara apapun.

Yang kuat menang. Harus membuktikan superioritas Paling benar secara etis dan profesi.

Kompromi

Mementingkan pencapaian sasaran utama semua pihak serta memelihara hubungan baik.

Agresif namun kooperatif

Tidak ada ide perorangan yang sempurna.

Seharusnya ada lebih dari satu cara yang baik dalam melakukan sesuatu.

Anda harus barkorban untuk dapat menerima.

Penyelesaian Masalah (Kolaborasi win-win)

Kebutuhan kedua belah pihak adalah sah dan penting.

Penghargaan yang tinggi terhadap sikap saling mendukung.

Tegas dan kooperatif

Jika pihak-pihak yang terlibat mau membicarakan secara terbuka pokok permasalahannya, biasanya solusi yang saling menguntungkan dapat ditemukan tanpa satu pihakpun merasa dirugikan.

Page 14: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

MATERI INTI UMUM 5 (MIU.5)PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT MEDIK DAN BEDAH DI

LAPANGAN SERTA EVAKUASI DENGAN ATAU TANPA ALAT

PRINSIP PPGD1. Istilah

“Kasus Gawat Darurat” Perlu pertolongan segera karena ancaman kematian.

“Critical ILL Patient”a. Immediatelly life threatening.b. Potentially life threatening.c.

“Kasus Gawat Darurat”“Emergency Patient”(Perlu pertolongan segera).

2. Tindakan PPGDa. Oleh siapa saja (dokter, perawat, awam) yang pertama mengetahui.b. Tindakan pertolongan pertama (first action) bukan terapi definitif.c. Terdiri dari BHD (Bantuan Hidup Dasar)/Basic Life Support dan BHL

(Bantuan Hidup Lanjut) /Advanced Life Support.d. Penanganan melibatkan multi disiplin, multi profesi dan lintas sektoral bukan

merupakan penjumlahan masing-masing disiplin/spesialisasi.e. Pendekatan dalam upaya pertolongan berdasarkan problem dan pendekatan

fungsi-fungsi.f. Bila resusitasi yang bersifat life saving berhasil, diperlukan pengetahuan

tambahan (spesialistis) sesuai kasus untuk menunggu rujukan.g. Kegiatan meliputi :

- Pra rumah sakit.- Intra rumah sakit.- Antar rumah sakit.

KEGAWATAN1. Definisi :

Suatu keadaan yang menimpa seseorang yang dapat menyebabkan sesuatu yang mengancam jiwanya dalam arti memerlukan pertolongan tepat, cermat dan cepat bila tidak maka seseorang tersebut dapat mati atau menderita cacat.

2. Prioritas utama penyebab kegawatan :Banyak sebab dapat berakibat kematian atau cacat dalam waktu singkat dapat berupa sebab-sebab bidang medik ataupun trauma.Yang mengakibatkan kegawatan menyangkut :a. Jalan nafas dan fungsi nafasb. Fungsi sirkulasic. Fungsi otak dan kesadaran

Page 15: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

PENYEBAB MEDIK ANTARA LAIN :1. Penyakit

Infeksi otak : Gangguan kesadaran Gangguan pusat-pusat vital.

Diabetes : Koma diabetikumHepar : Koma hepatikumGinjal : Koma uremikumJantung : Serangan jantungTek. Darah tinggi : Serangan otakKelemahan otot : Tidak dapat bernafas

2. Obat-ObatanNarkotika : tidak dapat bernafas (henti nafas)Anafilaksis : shock berat (henti jantung)

3. Penyebab Trauma Trauma kepala : Gangguan kesadaran Trauma muka : Gangguan jalan nafas Trauma dada : Perdarahan : Shock

Pneumothorak : Sesak Patah tulang dada atau iga: sesak, nyeri

Trauma perut : Perdarahan : Shock Trauma anggota gerak : Perdarahan/nyeri : Shock Trauma pada kehamilan : Bahaya untuk ibu dan bayi Terbakar : sesak, shock

TRIAGE1. Definisi

Pengelompokan korban yang berdasarkan atas berat-ringannya trauma / penyakit serta kecepatan penanganan/pemindahannya

2. Macam:a. Korban Masal (Multiple Patient)

Kejadian atau timbulnya kedaruratan yang mengakibatkan lebih dari 1 korban yang harus dikelola oleh lebih dari satu penolong, bukan akibat bencana

b. Korban Bencana (Mass Casualty Disaster)Kedaruratan yang memerlukan penerapan Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu Sehari-hari dan Bencana (SPGDT-S dan SPGDT-B

3. Prinsip: Seleksi korban berdasarkan:a. Ancaman jiwa yang dapat mematikan (dalam ukuran menit)b. Dapat mati (dalam ukuran jam)c. Ruda paksa ringand. Sudah meninggal

4. PRIORITASI. BiruII. MerahIII. KuningIV. HijauV. Hitam

5. PEDOMAN :

Page 16: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

a. Pemimpin triage hanya melakukan : Primary survey Menentukan prioritas penanganan dan pemindahan Menentukan pertolongan apa yang harus diberikan

b. Tanggung jawab tim triage Mencegah kerusakan berlanjut/bertambah parah Memilah-milah korban Melindungi korban

CATATAN : Dalam hal bencana lebih baik meminta bantuan lebih dari pada kurang. Utamakan pertolongan untuk korban yang potensial selamat. Pikirkan kemungkinan yang jelek sehingga dapat mempersiapkan lebih baik.

PRIORITAS1. Definisi

Penentuan mana yang harus didahulukan mengenai penanganan dan pemindahan yang mengacu tingkat ancaman jiwa yang timbul.

2. Tingkat prioritas a. Prioritas Pertama, (I, Tertinggi, Emergency).

Mengancam jiwa / mengancam fungsi vital. Penanganan dan pemindahan bersifat SEGERA.

b. Prioritas Kedua (II, Medium, Urgent).Potensial mengancam jiwa/fungsi vital bila tidak segera ditangani dalam waktu singkat.Penanganan dan pemindahan bersifat JANGAN TERLAMBAT.

c. Prioritas Ketiga (III, Rendah, non Emergency)Perlu penanganan seperti pelayanan biasa.Tidak perlu segera.Penanganan dan pemindahan bersifat TERAKHIR.

3. Penilaian:a. Primary Survey (A,B,C)

Menghasilkan prioritas I dan selanjutnyab. Secondary Survey (Head to Toe)

Menghasilkan prioritas I,II,III, selanjutnyac. Monitoring korban atau pasien kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan

pada Jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi Derajat kesadaran Tanda-tanda vital yang lain

d. Perubahan prioritas yang dikarenakan berubahnya kondisi korban atau pasien4. Perhatian khusus :

a. Meningkatnya derajat distres nafas, shockb. Turunnya kualitas nadi/pulse pressurec. Cepatnya penurunan derajat kesadarand. Koma yang timbul setelah lucid periodee. Timbulnya masalah jalan nafas dan rongga thorakf. Perubahan mendadak hemodinamik/hipotensi, mungkin perdarahan internalg. Luka tembus kepala, dada, perut

CATATAN:

Page 17: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Perlu adanya team leader serta anggota tim yang telah terdidik dan terlatih Prioritas, menggambar tingkat bahaya yang mengancam jiwa.

CONTOH-CONTOH PRIORITAS DAN KODE WARNA

1. PRIORITAS I : MERAHa. Sumbatan jalan nafas atau distress nafasb. Luka tusuk dadac. Hipotensi/shockd. Perdarahan pembuluh nadie. Problem kejiwaan yang seriusf. Tangan/kaki yang terpotong dengan perdarahang. Combustio Tk II>25%h. Combustio Tk III>25%

2. PRIORITAS II : KUNINGa. Combustio Tk II/Tk III>25%b. Patah tulang besarc. Trauma thorak/abdomentd. Laserasi luase. Trauma bola mata

3. PRIORITAS III : HIJAUa. Contusio dan laserasi otot ringanb. Combustio Tk. II < 20 % ( kecuali daerah muka dan tangan

4. PRIORITAS 0 : HITAMa. Henti jantung yang kritisb. Trauma kepala yang kritisc. Radiasi tinggi

PRIMARY SURVEY

1. Definisi Deteksi cepat dan koreksi segera terhadap kondisi yang mengancam jiwa

Page 18: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

2. Cara Pelaksanaan a. Jalan Nafas

Lihat, Dengar, Raba (Look, Listen, Feel). Buka jalan nafas, yakinkan adekuat. Atasi segera, bebaskan jalan nafas.(Head Tilt, Chin Lift, Jaw Thrust; hati-hati pada korban trauma) Penghisapan (Suctioning)

b. PernafasanApakah pertukaran hawa panas adekuat ? Tidak ada, lakukan resusitasi Frekuensi Kualitas Teratur / tidak Capillary Refill Time

c. Perdarahan1) Eksternal

Hentikan segera : Dengan bebat tekan pada luka Elevasi Kompres es

Tourniquet (hanya pada luka / trauma khusus)2) Internal

Segera kirim (lihat protokol khusus)d. Tulang Belakang

Apakah sadar ? (lihat protokol khusus), Adakah trauma kepala? (lihat protokol khusus), Stabilisasi leher dan tulang belakang sebelum dikirim

e. ShockTanda-tanda shock (lihat protokol khusus), Stabilitas segera dikirim

CATATAN :Primary survey harus selalu dilaksanakan pada tiap pasien/korban saat itu.

INGAT : Hindari hal-hal yang dapat mengancam jiwa penolong setiap akan memberikan pertolongan

SECONDARY SURVEY

1. Definisi Mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan dapat mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi.

2. Peralatan : Stetoscope, tensi meter, jam, lampu pemeriksaan, gunting, thermometer, catatan, alat tulis

3. Cara pelaksanaan:a. Periksa kondisi umum menyeluruh

Posisi saat ditemukan Tingkat kesadaran Sikap umum, keluhan Ruda paksa, kelainan Keadaan kulit

b. Periksa kepala dan leher Rambut dan kulit kepala

Perdarahan, pengelupasan, perlukaan, penekanan cedera tulang belakang Telinga

Perlukaan, darah, cairan Mata

Perlukaan pembengkaan, perdarahan,

Page 19: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Refleks pupil, kondisi kelopak mata, kemerahan perdarahan sclera/alrian antrum anterior, benda asing, pergerakan abnormal

HidungPerlukaan, darah, cairan, nafas cuping hidung kelainan anatomi karena ruda paksa

MulutPerlukaan, darah, muntahan, benda asing, gigi, bau, dapat buka mulut / tidak

BibirPerlukaan, perdarahan, cyanosis, kering

RahangPerlukaan, stabilitas, krepitasi

KulitPerlukaan, basah / kering, darah, warna goresan-goresan, suhu

Leher Perlukaan, bendungan vena, deviasi trachea, spasme otot, stoma, tag, stabilitas tulang leher

c. Periksa DadaFlailchest, nafas diafragma, kelainan bentuk, tarikan antar iga, nyeri tekan, perlukaan, suara ketuk, suara nafas

d. Periksa PerutPerlukaan, distensi, tegang, kendor, nyeri tekan, undulasi

e. Periksa tulang belakangKelainan bentuk, nyeri tekan, spasme otot

f. Periksa pelvic/genetaliaPerlukaan, nyeri, pembengkaan, krepitasi, priapismus, inkontinensia

g. Periksa ekstermitas atas dan bawahPerlukaan, angulasi, hambatan pergerakan gangguan rasa, bengkak, denyut nadi, warna luka

CATATAN : Perhatikan tanda-tanda vital Pada kasus trauma, pemeriksaan setiap tahap selalu dimulai dengan pertanyaan

adakah : D-E-C-A-P-B-L-SD : DeformitasE : EkskoriasiC : ContusiA : AbrasiP : PenetrasiB : Bullae/BurnL : LaserasiS : Swelling/Sembab

Pada dugaan patah tulang, pemeriksaan setiap tahun selalu dimulai dengan pertanyaan Adakah : P-I-CP : Pain/nyeriI : InstabilitasC : Crepitasi

MATERI MEDIS TEKNIS STANDAR

Pencegahan dapat dikelompokkan sebagai berikut :1. PENCEGAHAN PRIMER

Page 20: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Usaha-usaha mengindentifikasi faktor-faktor resiko dan menghilangkan faktor-faktor tersebut jika dimungkinkan.Jika tidak mungkin, maka diupayakan untuk mengurangi jumlah atau beratnya faktor resiko tersebut.Minimal melakukan monitoring dengan sangat hati-hati agar faktor resiko tersebut tidak berkembang menjadi pencetus terjadinya henti jantung dan atau henti nafas

2. PENCEGAHAN SEKUNDERMelakukan diagnosa dini dan tindakan dini pada kejadian-kejadian atau masalah-masalah yang akan berkembang menuju henti jantung dan atau henti nafas.

3. PENCEGAHAN TERTIERApabila terjadi henti jantung dan henti nafas segera melakukan resusitasi jantung paru dengan tepat cermat dan cepat, untuk mencegah kematian dan kecacatan.

Pada kasus henti nafas dan henti jantung hal yang penting untuk diingat adalah melakukan tindakan dengan cepat dan tepat sebelum terjadi kekurangan suplai oksigen, karena kekurangan oksigen lebih dari 4-8 menit akan menyebabkan kerusakan jaringan otak yang irreversible.Tetapi pengelolaan dini yang dilakukan sebelum terjadinya henti nafas dan henti jantung akan memberikan hasil yang lebih baik.Kasus gawat darurat terutama kasus-kasus dengan Permasalahan pada Jalan Nafas (Airway). Permasalahan pada Ventilasi Pernafasan (Breathing). Permasalahan pada Sirkulasi Darah (Circulation).yang akan menyebabkan kematian dalam waktu singkat maka penanganan pertama ditujukan kepada ketiga permasalahan tersebut diatas (life threatening).

Untuk memudahkan mempelajari penanganan kasus gawat darurat tersebut maka digunakan singkatan berupa huruf A-B-C dan seterusnya. Maka penanganannyapun menggunakan urutan A-B-C (untuk Bantuan Hidup Dasar) yang mungkin harus dilanjutkan dengan urutan D-E (untuk Bantuan Hidup Lanjut).

Tindakan Medis Penanggulangan Penderita Gawat darurat – PPGD

A = Airway Management (Pengelolaan gangguan jalan nafas)

B = Breathing Management (Pengelolaan gangguan ventilasi/pernafasan)

C = Circulation Management (Pengelolaan gangguan sirkulasi)D = Drug (Penggunaan obat-obat kasus GD) Defibrilator (Mengatasi fibrilasi jantung)

Disability/Dysfunction of CNS (Mengatasi gangguan SSP) Differential Diagnosis (Diagnosa banding)E = EKG (Mengetahui gambaran EKG yang mengancam jiwa), Exposure &

Environment Control

Page 21: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

A : AIRWAY MANAGEMENT( PENGELOLAAN JALAN NAFAS )

1. TujuanMembebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara secara normal.

2. DiagnosaCara melakukan diagnosis terhadap adanya gangguan jalan nafas dapat diketahui dengan cara

L = Look L = Listen yang dilakukan secara simultan, dengan satu gerak.F = Feel L = melihat gerakan nafas/pengembangan dada dan adanya retraksi sela iga.L = mendengar aliran udara pernafasan.F = merasakan adanya aliran udara pernafasan.

3. Tindakan :a. Tanpa alat

1) Membuka jalan nafasDapat dilakukan : head-tilt (dorong kepala ke belakang). chin-lift manouver (tindakan mengangkat dagu). jaw-thrust manouver (tindakan mengangkat sudut rahang bawah).Cara melakukan lihat lampiran – 1 halaman 86Tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leher dan kepala, hanya dilakukan jaw-thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher Bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga

mulut dilakukan pembersihan manual dengan sapuan jari. Kegagalan membuka jalan nafas dengan cara ini perlu dipikirkan hal

lain yaitu adanya sumbatan jalan nafas daerah faring atau adanya henti nafas (apnea)

Bila hal itu terjadi dan pasien menjadi tidak sadar, lakukan peniupan udara melalui mulut, bila dada tidak tampak mengembang, maka kemungkinan adanya sumbatan pada jalan nafas dan dilakukan Heimlich Manouver (perasat Heimlich).

2) Membersihkan jalan nafasSapuan jari (finger sweep)

Dilakukan bila jalan nafas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut belakang atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan nafas hilang.Cara melakukannya Miringkan kepala pasien (kecuali pada dugaan fraktur tulang leher)

kemudian buka mulut dengan jaw thrust dan tekan dagu kebawah. Bila otot rahang lemas (emaresi manouvre).

Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih atau dibungkus dengan sarung tangan/kassa untuk membersihkan mengorek/mengait semua benda asing dalam rongga mulut.

3) Mengatasi sumbatan nafas parsialDapat digunakan tehnik manual thrust Abdominal thrust. Chest thrust. Back blow.

Page 22: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

b. Dengan menggunakan alat :Cara ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat tidak berhasil sempurna.1) Pemasangan pipa (tube)

Dipasang jalan nafas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Bila dengan pemasangan jalan nafas tersebut pernafasan belum juga baik, dilakukan pemasangan pipa endotrachea

Pemasangan pipa endotrachea akan menjamin jalan nafas tetap terbuka, menghindari aspirasi dan memudahkan tindakan bantuan pernafasan.

2) Pengisapan benda cair (suctioning)Bila terdapat sumbatan jalan nafas karena benda cair, maka dilakukan pengisapan (suctioning).Pengisapan digunakan dengan alat bantu pengisap (pengisap manual portable, pengisap dengan sumber listrik).

3) Membersihkan benda asing padat dalam jalan nafasBila pasien tidak sadar dan terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang tak mungkin dilakukan dengan sapuan jari, maka digunakan alat bantu berupa :

- laringoskop- alat pengisap (suction)- alat penjepit (forcep)

4) Mempertahankan jalan nafas agar tetap terbukaPenggunaan pipa orofaring : yang digunakan untuk mempertahankan jalan nafas tetap terbuka dan menahan pangkal lidah agar tidak jatuh ke belakang yang dapat menutup jalan nafas terutama untuk pasien-pasien tidak sadar.

5) Membuka jalan nafas dengan krikotirotomDapat dilakukan 2 jenis krikotirotomi- Krikotirotomi dengan jarum.- Krikotirotomi dengan pembedahan (dengan pisau).Cara ini dipilih bila pada kasus pemasangan pipa endotracheal tidak mungkin dilakukan, dipilih tindakan krikotirotomi dengan jarum. Untuk petugas medis yang terlatih dan terampil dapat melakukan krikotirotomi dengan pisau.

B : BREATHING MANAGEMENT( PENGELOLAAN FUNGSI PERNAFASAN )

1. TujuanMemperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan pengeluaran gas CO2.

2. DiagnosaDitegakkan bila tidak didapatkan tanda-tanda adanya pernafasan pada pemeriksaan dengan metode Look Listen Feel dan telah dilakukan pengelolaan pada jalan nafas, tetapi tetap tidak didapatkan adanya pernafasan.

3. Tindakan :a. Tanpa alat :

Memberikan pernafasan buatan dari mulut ke mulut atau dari mulut ke hidung sebanyak 2 (dua) kali tiupan dan diselingi ekshalasi.

b. Dengan menggunakan alat :Memberikan pernafasan buatan dengan alat “ambu bag” (self inflating bag). Pada alat tersebut dapat pula ditambahkan oksigen.Pernafasan buatan dapat pula diberikan dengan menggunakan ventilator mekanik (ventilator/ respirator).

Page 23: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Bantuan pernafasan dan terapi oksigen :1) Penggunaan masker.2) Penggunanan pipa bersayap (flange tube).3) Penggunaan balon otomatis & katup searah (The self inflating bag and valve device).4) Penggunaan ventilator mekanik.

Untuk kasus-kasus henti nafas disertai henti jantung dilakukan resusitasi jantung paru (memberikan pernafasan buatan dengan/tanpa alat disertai tindakan pijat jantung luar)

TERAPI OKSIGEN

1. DefinisiPemberian tambahan oksigen pada pasien agar kebutuhan oksigen,(untuk kehidupan sel-sel yang mempertanggungjawabkan sempurnanya fungsi organ) dapat terpenuhi.Kondisi yang memerlukan oksigen antara lain :Sumbatan jalan nafas, Henti nafas, Henti jantung, Nyeri dada,Trauma thorax, Tenggelam, Hypoventilasi (< 10 kali permenit), Distres nafas, Hiperthermia, Shock, Stroke (CVA), Keracunan gas, asap, CO, Pasien tidak sadar

2. Peralatan :Nasal kanulaFace maskPartial rebreather maskNon rebreather maskVenturi maskBag Valve maskFlowmeter, regulatorOksigen Konsentrasi oksigen tergantung dari jenis alat dan flowrate (liter permenit) yang diberikan. Kondisi pasien menentukan keperluan alat dan konsentrasi oksigen yang diperlukan.

JENIS ALAT KONSENTRASI OKSIGEN

ALIRAN OKSIGEN

Nasal kanulaSimple Face MaskPartial RebreatherNon RebreaterVenturi

Bag. Valve Mask : Tanpa OksigenDengan OksigenDengan Reservoir

24% - 32%35% - 60%35% - 80%50% - 95%24% - 50%

21% (udara)50% - 100%

100%

2-4 LPM 6-8 LPM 6-10 LPM 8-12 LPM 4-10 LPM

3. PERHATIAN :Pemberian oksigen atas indikasi tepat, Awas pasien muntah, siapkan penghisap, Pantau pernafasan & aliran oksigen (lpm)

Page 24: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

CATATAN : Oksigen menyebabkan mukosa kering Pergunakan hummidifier pada pemberian O2 > 30 menit Terangkan pada pasien apa yang diterapkan.

PERALATAN UNTUK PEMBERIAN OKSIGENDAN MANAGEMENT BREATHING

1. Definisi : Berbagai komponen peralatan untuk memberikan oksigen, baik yang fixed, mobile maupun portable unit

2. KOMPONEN :1. SILINDER OKSIGEN tekanan 2000 PSI

UKURAN VOL (LITER) KONSTANTE DURASI

DURASI /KECEPATAN.

ALIRAN

KecilSedangBesar

300650

3000

0.160.281.56

29 menit50 menit

4 jam 41 menit

Perhitungan Lama Pemakaian

(Tek .pada manometer – 200) X konstante_________________________________ = .... Menit Kecepatan Aliran

2. REGULATOR TEKANAN Yang menurunkan tekanan dari dalam tangki Jarum manometer menunjukan sisa tek. dalam tangki Atur flowmeter untuk flowrate (0-15 LPM)

3. HUMIDIFIER Untuk kelembaban oksigen

4. ALAT PENGISAP Untuk menghisap / membersihkan jalan nafas dari darah,

muntahan, lendir Dihidupkan dengan listrik, manual, vacum / gas Fixed / portable

PERHATIAN :

Jangan bekerja tanpa perlengkapan oksigen yang lengkap dan berfungsi, Jangan melakukan pengisapan > 15 detik.

INGAT : Pergunakan humidifier pada pemberian O2>30 menit

PERHATIKAN UNTUK KESELAMATAN

Page 25: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Jangan pergunakan minyak / pelumas pada alat-alat oksigen (silinder, regulator, fitting, valve, kran)

Dilarang merokok dan nyalakan api dekat area oksigen Jangan simpan oksigen pada > 1250 F Pergunakan sambungan-sambungan regular / valve yang tepat Tutup rapat-rapat katup / kran bila tak dipakai Jaga silinder tidak jatuh Pilih posisi yang tepat pada saat menghubungkan katup / kran Yakinkan oksigen selalu ada Periksa dan pelihara alat-alat yang sedang dalam perbaikan Pakailah oksigen dengan benar (USP-United States Pharmacopeia)

Page 26: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

C : CIRCULATION( PENGELOLAAN SIRKULASI )

1. TujuanMengembalikan fungsi sirkulasi darah.

2. DiagnosaGangguan sirkulasi yang mengancam jiwa terutama bila terjadi henti jantung dan shock.a. Diagnosis henti jantung ditegakkan dengan tidak adanya denyut nadi karotis

dalam 5 – 10 detik.Henti jantung dapat disebabkan karena kelainan jantung (primer) dan kelainan jantung di luar jantung (sekunder) yang harus segera dikoreksi.

b. Diagnosis shock secara cepat dapat ditegakkan dengan tidak teraba atau melemahnya nadi radialis/nadi karotis, pasien tampak pucat, perabaan pada ekstremitas mungkin teraba dingin, basah dan memanjangnya waktu pengisian kapiler (capilary refill time > 2 detik).

3. TINDAKAN :a. Pada henti jantung lakukan pijat jantung luar minimal 100 kali/menit.b. Pada pasien shock, letakkan pasien dalam “posisi shock” yaitu mengangkat

kedua tungkai lebih tinggi dari jantung. Bila pasien shock karena perdarahan, lakukan penghentian sumber

perdarahan yang tampak dari luar dengan melakukan penekanan, di atas sumber perdarahan kemudian dilakukan pemasangan jalur intra vena (iv access). Dan pemberian cairan infus kristaloid berupa ringer lactat atau larutan garam faali (NaCl 0,9 %). Pada pasien dewasa pemasangan jalur vena dilakukan dengan pilihan

menggunakan jarum besar ( > 16 G) di daerah lengan atas - ante cubiti (lokasi lebih proximal). Sebaiknya dipasang 2 jalur intra vena bila terdapat perdarahan masif.

Page 27: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Catatan : Pada pasien-pasien trauma dengan fraktur tulang extremitas, maka

pemasangan jalur intra vena tak dilakukan pada bagian distal trauma tersebut.

Bagi petugas medis terlatih dan terampil dapat dilakukan pemasangan jalur intravena pada vena subclavia / vena jugularis untuk itu harus diketahui komplikasinya.

Pada pasien anak dengan kesulitan melakukan pemasangan jalur intravena dapat dilakukan segera pemasangan jalur intraosseus pada tuberositas tibia.Catatan : perhatikan arah jarum tak menuju ke sendi lutut.

Pada pasien-pasien dengan shock terdapat beberapa hal yang harus diketahui setelah dilakukan pemasangan jalur intravena yaitu

a. Karakteristik dari jenis-jenis shock.b. Pada shock hipovolemik terutama karena pedarahan (terdapat

klasifikasi berat-ringannya) dan karena dehidrasi (muntah, diare).

JENIS – JENIS SHOCK

1. Shock hipovolemikPenyebab : Muntah, diare yang sering (frekuensi). Dehidrasi karena berbagai sebab. Luka bakar gr II-III yang luas. Trauma dengan perdarahan. Perdarahan masif karena sebab lain.Diagnosa : Perubahan pada perfusi ekstremitas : dingin, basah dan pucat. Takikardia. Pada keadaan lanjut.

Takipneu. Penurunan tekanan darah. Penurunan produksi urine. Tampak pucat, lemah, apatis.

Tindakan :Pemasangan 2 jalur intravena dengan jarum besar dan diberikan infus cairan kristaloid ( dengan jumlah lebih dari yang hilang ).Catatan :Untuk pendarahan dengan shock kelas III-IV selain diberikan infus kristaloid sebaiknya disiapkan tranfusi darah segera setelah sumber perdarahan dihentikan.

2. Shock kardiogenikPenyebab :Dapat terjadi pada keadaan-keadaan antara lain : Kontusio jantung. Tamponade jantung. Tension pneumotoraks.Diagnosa : Hipotensi disertai gangguan irama jantung. Mungkin terdapat peninggian tekanan vena jugularis (JVP).

Page 28: Bahan Bacaan Peserta Tkhi 2a

Lakukan pemeriksaan fisik pendukung pada tamponade jantung (bunyi jantung menjauh/redup), pada tension pneumotoraks (hipersonor dan pergeseran trakea).

Tindakan : Pemasangan jalur intravena dan pemberian infus kristaloid (hati-hati dengan

jumlah cairan). Pada aritmia mungkin diperlukan obat-obat inotropik. Perikardiosentesis untuk tamponade jantung dengan monitoring EKG. Pemasangan jarum torakostomi pada ICS II untuk mengurangi udara dalam

rongga pleura.Catatan :Pada pembagian jenis shock ada pula yang membagi bahwa shock kardiogenik hanya karena gangguan pada fungsi myokard (misal : karena kontusio jantung) sedangkan tamponade jantung dan tension pneumotoraks dikelompokkan dalam shock obstruktif (shock karena obstruksi mekanik).

3. Shock SeptikPenyebab :Karena proses infeksi berlanjut.Diagnosa :a. Fase dini tanda klinis hangat, vasodilatasi.b. Fase lanjut tanda klinis dingin, vasokontriksi.Tindakan :Ditujukan agar tekanan sistolik > 90 – 100 mmHg (Mean Arterial Pressure 60 mmHg). Tindakan awal.

Infus cairan kristaloid, pemberian antibiotik, membuang sumber infeksi (pembedahan).

Tindakan lanjut.Penggunaan cairan koloid lebih baik dengan diberikan vasopresor (Dopamine atau dikombinasi dengan Noradrenalin).

4. Shock anafilaktik Penyebab : Reaksi anafilaktik berat.Diagnosa : Tanda-tanda shock (penurunan tekanan darah yang tiba-tiba) dengan riwayat

adanya alergi (makanan atau hal-hal lain) atau setelah pemberian obat-obatan.Tindakan :

Resusitasi cairan dan pemberian epinefrin subcutan.Catatan :Tak semua kasus hipotensi adalah tanda-tanda shock.Tetapi denyut nadi abnormal, irama jantung abnormal dan bradikardia biasanya merupakan tanda hipotensi.