bahan ajar termodinamika kimia
TRANSCRIPT
BAB II. TERMODINAMIKA
Termodinamika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari transformasi dari
pelbagai bentuk energi, pembatasan-pembatasan dalam transformasi ini serta
penggunaannya. Termodinamika didasarkan atas dua postulat pokok yang dikenal
sebagai hukum pertama dan hukum kedua. Hukum pertama menyangkut masalah
pertukaran energi, sedangkan hukum kedua membahas arah dari pertukaran tersebut.
Bab ini berisi tentang konsep-konsep dasar termodinamika, kalor dan kerja,
perumusan hukum pertama termodinamika, fungsi entalpi, kapasitas kalor dan aplikasi
hukum pertama termodinamika (termokimia), serta kesetimbangan kimia.
A. KONSEP-KONSEP DASAR TERMODINAMIKA
1. Sistem dan Lingkungan
Sistem adalah sejumlah zat atau campuran zat-zat yang dipelajari sifat-sifat dan
perilakunya. Segala sesuatu di luar sistem disebut lingkungan. Suatu sistem terpisah dari
lingkungannya dengan batas-batas tertentu yang dapat nyata atau tidak nyata. Sebagai
contoh, bila dalam botol yang tertutup terdapat air yang terisi setengah, maka yang
menjadi sistem adalah air. Sedangkan dinding dan tutup botol merupakan batas-batas
sistem dan segala yang berada disekeliling botol adalah lingkungan.
Antara sistem dan lingkungan dapat terjadi pertukaran energi dan materi. Berdasarkan
pertukaran ini dapat dibedakan tiga jenis sistem, yaitu sistem tersekat, sistem tertutup,
dan sistem terbuka.
Sistem tersekat merupakan sistem yang tidak dapat melakukan pertukaran materi
maupun energi dengan lingkungannya. Sistem tersekat memiliki jenis energi yang tetap.
Contoh untuk sistem tersekat adalah botol termos ideal.
Sistem tertutup adalah sistem yang hanya dapat melakukan pertukaran energi
dengan lingkungannya. Contoh untuk sistem tertutup ini adalah sejumlah gas dalam
silinder tertutup.
Sistem terbuka adalah sistem yang dapat mempertukarkan materi dan energi dengan
lingkungannya. Akibatnya komposisi dari sistem terbuka tidak tetap (berubah). Contoh
untuk sistem terbuka ini adalah sejumlah zat-zat dalam wadah terbuka.
2. Keadaan sistem dan Fungsi keadaan
Keadaan sistem ditentukan oleh sejumlah parameter atau variabel, misalnya suhu,
tekanan, volume, massa dan konsentrasi. Variabel sistem dapat bersifat intensif,
artinya tidak bergantung pada ukuran sistem (tekanan, suhu, massa jenis, dan sebagai-
nya), atau bersifat ekstensif yang berarti bergantung pada ukuran sistem (massa,
volume, energi, entropi, dan sebagainya).
Setiap besaran atau variabel yang hanya bergantung pada keadaan sistem dan
tidak bergantung pada bagaimana keadaan sistem itu tercapai, disebut fungsi
keadaan. Fungsi keadaan, misalnya suhu, tekanan, volume, energi dalam, entropi,
dan lain-lain.
2
dx
3. Kalor dan Kerja
Kalor dan kerja adalah dua konsep penting dalam termodinamika. Oleh karena itu
pengertian tentang kedua konsep ini harus dipahami dengan baik. Kalor, q,
didefinisikan sebagai energi yang dipindahkan melalui batas-batas sistem sebagai
akibat langsung dari perbedaan temperatur antara sistem dan lingkungannya. Menurut
perjanjian, q dihitung positip bila kalor masuk sistem dan negatip bila kalor ke luar
dan sistem.
Kerja, w, adalah energi yang bukan kalor, yang dipertukarkan antara sistem dan
lingkungannya dalam suatu perubahan keadaan. Menurut perjanjian, w dihitung
positip, bila lingkungan melakukan kerja terhadap sistem (misalnya pada proses
pemampatan gas), dan negatip bila sistem melakukan kerja terhadap lingkungan
(misalnya bila gas memuai terhadap tekanan atmosfir).
Kerja memiliki berbagai bentuk (misalnya, kerja ekspansi, kerja listrik, kerja
mekanik, kerja permukaan, dan sebagainya). Salah satu bentuk kerja yang penting
adalah kerja yang berhubungan dengan perubahan volume sistem yang disebut kerja
ekspansi. Kerja ini dapat ditentukan sebagai berikut. Perhatikan sejumlah gas yang
berada dalam sebuah silinder yang dilengkapi dengan pengisap (lihat gambar.1).
Gambar 1. Proses ekspansi gas dalam sebuah silinder
3
gas
..……………………………..……………………………………....(4)
.…………………………………………………….……....(5)
.…………………………………………………….……....(6)
Bila Penghisap bergerak sepanjang jarak dx terhadap tekanan luar p, maka kerja yang
dilakukan oleh gas adalah,
kerja = gaya x jarak
δw = - p A dx..…………………………………………………………. ……..(1)
dimana A dx merupakan perubahan volume dV, sehingga
δw = - p dV..…………………………………………………………………...(2)
Tanda minus dalam persamaan (1) adalah sesuai dengan perjanjian bahwa kerja
yang dilakukan oleh gas dihitung negatip. Kerja yang dilakukan oleh gas bila volume
berubah dan V1 ke V2 dapat mengintegrasikan persamaan (2), sehingga diperoleh
persamaan berikut ini
δw = - P ∆V………………………………………………………..………… (3)
Untuk perubahan yang berlangsung secara reversibel, akan berlaku:
wrev = -
Dengan p adalah tekanan gas. Harga integral ini dapat dihitung bila persamaan keadaan
dari gas yang bersangkutan diketahui. Misalnya untuk gas ideal pada temperatur tetap,
wrev = -
= -nRT
wrev = - nRT ln (V2/V1) B. PERUMUSAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA
4
Keseluruhan energi potensial dan energi kinetik zat-zat yang terdapat dalam
suatu sistem, disebut energi dalam, U. Energi dalam merupakan fungsi keadaan
karena besarnya hanya bergantung pada keadaan sistem. Bila dalam suatu perubahan
sistem menyerap sejumlah (kecil) kalor, δq, dan melakukan kerja (kecil), δw, maka
sistem akan mengalami perubahan energi dalam, dU, sebesar
dU = δq + δw...………………………………………………………………………(7)
untuk perubahan yang besar pada suatu sistem dari keadaan 1 (energi dalam U1) ke
keadaan 2 (energi dalam U2), maka akan terjadi perubahan energi dalam (∆U),
sebesar
∆U = U2 - U1…………………………………………...……………………………(8)
sehingga diperoleh
U2 - U1 = q + w...……………………………….……………………………………(9)
∆U = q + w…………………………………………………………………………..(10)
Persamaan (10) merupakan bentuk matematik dari hukum pertama termodinamika.
Menurut ungkapan ini, energi suatu sistem dapat berubah melalui kalor dan kerja.
Bila kerja yang dilakukan oleh sistem hanya terbatas pada kerja ekspansi (misalnya
pada kebanyakan reaksi kimia), maka persamaan (10) dapat diubah menjadi
dU = δq – p dV.…….. ..……………………………………………………………(11)
pada volume tetap, dV = 0, maka
dU = δq..….……………………………………………………………………….. (12)
atau untuk perubahan besar,
∆U = q.....…………………………………………………………………………. (13)
5
Menurut persamaan (13) perubahan energi dalam adalah kalor yang diserap oleh
sistem bila proses berlangsung pada volume tetap.
1. Fungsi Entalpi dan Perubahan Entalpi
Kebanyakan reaksi-reaksi kimia dilakukan pada tekanan tetap yang sama
dengan tekanan atmosfir. Dalam hal ini, bila pada persamaan (11)
dU = δq – p dV diintegrasikan (dimana p ialah tekanan sistem) akan diperoleh
U2 – U1 = q - p(V2 - V1)……………………………………………………………..(14)
dan karena p1 = p2 = p,
(U2 + p2V2) - (U1 + p1V1) = q……………………………………………………… (15)
oleh karena U, p dan V adalah fungsi keadaan, maka (U + pV) juga merupakan fungsi
keadaan. Fungsi ini disebut entalpi, H,
H=U+pV . Jadi, menurut persamaan (15),
H2 - H1 = q
∆H = q……………………………………………………………………………...(16)
Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa, kalor yang dipertukarkan antara
sistem dan lingkungan pada tekanan tetap besarnya sama dengan perubahan entalpi
sistem. Mengingat entalpi, H merupakan fungsi keadaan, maka perubahan entalpi,
∆H, hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir sistem. Pada reaksi-
reaksi kimia, ∆H adalah kalor reaksi pada tekanan tetap.
.
6
2. Kapasitas Kalor
Kapasitas kalor suatu sistem didefinisikan sebagai jumlah kalor yang diperlukan untuk
menaikkan temperatur sistem sebanyak satu derajat. Secara matematik diungkapkan,
δqC = ─ ………………………………………………………………………………….(17) dT
Karena δq hanya bergantung pada jalannya perubahan, maka sistem mempunyai banyak
harga-harga untuk kapasitas kalor. Dua diantaranya yang paling penting, yaitu kapasitas
kalor pada volume tetap (Cv) dan pada tekanan tetap (Cp).
Apabila kerja yang dapat dilakukan oleh sistem terbatas pada kerja ekspansi, maka
δq = dU + pdV, sehingga persamaan (17) dapat diubah menjadi,
δq = d U + p d V …………………………………………………………………….…(18) dT
Pada volume tetap, C = Cv dan dV = 0, maka,
∂UCv = ﴾ ﴿v …………………………………………………………………………(19) ∂T
Kapasitas kalor pada tekanan tetap dapat diturunkan sebagai berikut,
δqp
Cp = ─ = d U + p d V dT dT
Pada p tetap,
dH = dU + pdV
dan ﴾ ∂H/∂T ﴿p = ﴾ ∂U/∂T ﴿p + p ﴾ ∂V/∂T ﴿p , sehingga ∂q ∂HCv = ﴾ ﴿p = ﴾ ﴿p ………………………………………………………………...(20) ∂T ∂T
7
Jadi, kapasitas kalor pada tekanan tetap adalah sama dengan penambahan entalpi sistem
perderajat kenaikan temperatur pada tekanan tetap. Baik kapasitas kalor pada volume
tetap maupun kapasitas kalor pada tekanan tetap biasanya dinyatakan per mol zat.
Pada umumnya kapasitas kalor merupakan fungsi dan temperatur, fungsi ini
biasanya dinyatakan secara empiris sebagai
Cp = a + bT + cT2 ……………………………………………………………………...(21)
dengan a, b, c adalah tetapan.
C. APLIKASI HUKUM PERTAMA PADA REAKSI KIMIA (TERMOKIMIA)
Termokimia mempelajari efek panas yang terjadi baik dalam perubahan secara kimia
(reaksi kimia) maupun secera fisika (proses penguapan, peleburan, dsb.). Efek panas
dapat bersifat eksoterm, yaitu bila terjadi pelepasan kalor, dan endoterm, yaitu bila proses
disertai dengan penyerapan kalor. Jumlah kalor yang bersangkutan dalam suatu reaksi
bergantung pada jenis dan jumlah zat-zat yang béreaksi, pada keadaan fisik zat-zat
pereaksi dan hasil reaksi, pada temperatur dan pada tekanan (terutama pada reaksi gas).
Oleh karena itu kalor reaksi dari suatu reaksi hendaknya dinyatakan bersama-sama
dengan persamaan reaksinya, dimana kondisi-kondisi reaksi tertera dengan jelas.
1. Kalor reaksi pada Volume Tetap dan pada Tekanan Tetap
Dalam termokimia ada dua kondisi khusus yang penting, yaitu volume tetap dan
tekanan tetap, oleh karena pada kedua kondisi ini kalor reaksi dapat dikaitkan dengan
fungsi-fungsi termodinamika tertentu. Bila reaksi dikerjakan pada volume tetap (misalnya
dalam kalorimeter bom), maka kalor reaksinya sama dengan perubahan energi dalam
8
sistem, qp = ∆U, sedangkan pada tekanan tetap, kalor reaksi sama dengan perubahan
entalpi, qv = ∆H. Hubungan antara kedua besaran ini dapat diturunkan sebagai berikut,
H= U+pV
dH =dU + d(pV) atau
∆H = ∆U + ∆(pV) …………………………………………………………………….. (22)
Bila semua zat-zat pereaksi dan hasil reaksi sebagai cairan atau padatan, maka harga
∆(pV) sangat kecil (kecuali bila tekanan sangat tinggi) dibandingkan terhadap ∆H atau
∆U sehingga dapat diabaikan, dalam hal ini ∆H ≈ ∆U. Dalam reaksi yang menyangkut
gas, harga ∆(pV) bergantung pada perubahan jumlah mol gas yang terjadi dalam reaksi.
Dengan pengandaian gas bersifat ideal, ∆(pV) = ∆n(RT), sehingga persamaan (22)
menjadi;
∆H = ∆U + ∆n(RT) (T tetap) ……………………………………………………...(23)
dimana ∆n = jumlah mol gas hash reaksi — jumlah mol gas pereaksi. Persamaan ini
berlaku apabila sistem hanya dapat melakukan kerja volume.
2. Penentuan Kalor Reaksi Secara Eksperimen (Kalorimetri)
Hanya reaksi-reaksi berkesudahan yang berlangsung dengan cepat dapat ditentukan kalor
reaksinya secara eksperimen, seperti reaksi pembakaran, reaksi penetralan dan reaksi
pelarutan. Penentuan ini biasanya menyangkut pengukuran perubahan suhu dari larutan
atau dari air dalam kalorimeter.
9
3. Perhitungan Kalor Reaksi
Reaksi kimia kebanyakan dikerjakan pada tekanan tetap, sehingga pada
perhitungan ini hanya diperhatikan entalpi reaksi, ∆H.
Perhitungan kalor reaksi ini dapat dilaksanakan dengan cara;
1) Perhitungan dengan menggunakan Hukum Hess.
2) Perhitungan dari data Entalpi Pembentukan Standar.
3) Perkiraan Entalpi Reaksi dan data Energi Ikatan.
4. Kebergantungan Entalpi Reaksi pada temperatur.
Pada umumnya entapi reaksi merupakan fungsi dari temperatur dan tekanan.
Karena pengaruh tekanan cukup rumit, maka disini hanya akan diturunkan pengaruh
temperatur pada ∆H.
Perhatikan reaksi,
v1 A1 + v2 A2 → v3 A3 + v4 A4
Perubahan entalpi reaksi diberikan oleh,
∆H = Hhasil reaksi — Hpereaksi
∆H = ∑ vi Hi …………………………………………………………………………...(24)
Perubahan ∆H dengan temperatur diperoleh dengan cara mendeferensialkan persamaan
(24) terhadap temperatur pada tekanan tetap,
[∂(∆H)/∂T ]p = ∆Cp…………………………………………………………………….(25)
Persamaan ini dikenal sebagai persamaan Kirchhoff. Persamaan (25) dapat diintegrasi
apabila Cp, sebagai fungsi temperatur diketahui. Kalau Cp, dapat dianggap tetap antara T1
10
dan T2, misalnya kalau perbedaan antara kedua temperatur ini tidak besar, maka integrasi
dan persamaan (25) menghasilkan,
∆H2 - ∆H1 = ∆H (T2 – T1) …………………………………………………………. (26)
Kalau Cp tidak dianggap tetap, maka
∆H2 - ∆H1 = ∆Cp dT ……………………………………………………………
(27)
untuk dapat memudahkan perhitungan ∆H pada pelbagai temperatur, pada tekanan tetap,
sebaiknya terlebih dahulu ditentukan ∆H = f(T). Hal ini dapat dilakukan dengan,
∆HT = ∫∆Cp dT + I ……………………………………………………………………..(28)
dengan I ialah tetapan integrasi.
11
RANGKUMAN
Termodinamika merupakan ilmu yang mengkaji hubungan energi dari segala
bentuk, bersifat mendasar untuk semua ilmu. Daerah termodinamika kimia ialah
hubungan energi jenis-jenis tertentu dengan sistem kimia. Hukum pertama
termodinamika adalah suatu pernyataan hukum pelestarian energi. Energi total suatu
sistem adalah energi dalamnya, suatu fungsi keadaan. Suatu perubahan energi dalam, ∆U,
dilaksanakan dengan transfer kalor ataupun perlakuan kerja.
Termokimia menangani pengukuran dan penafsiran perubahan kalor yang
menyertai proses kimia. Kebanyakan pengukuran semacam itu dilakukan dengan sebuah
kalorimeter.
SOAL-SOAL LATIHAN
Petunjuk: pilih salah satu jawaban yang benar
1. Bagi suatu sistem pada volume tetap, ∆U sama dengan
A. ∆H
B. q
C. ∆H + w
D. P∆V
E. q+w
12
2. Jika gas ideal dimuaikan ke dalam ruang hampa, maka besaran yang mempunyai nilai
nol ialah
A.w
B.q
C. ∆U
D. ∆H
E. ∆S
3. Jika suatu proses berlangsung dalam sistem tersekat, maka yang tidak benar adalah
A. ∆U =0
B. q = 0
C. w = 0
D. ∆S = 0
E. ∆H = 0
4. Diketahui:
HCl (aq) + NaOH (aq) → NaCI (aq) + H20 (l), ∆H = - 56 kJ
Jika 10 cm3 larutan HCl 0,25 M direaksikan dengan 20 cm3 larutan NaOH 0,15M,
maka kalor yang dihasilkan ialah
A. 56 J
B. 5,5x56J
C. 3x 56 J
D. 2,5 x 5,6 J
E. 0,5 x 56 J
13
5. Jika kalor penguapan air ialah, ∆Hv= + 10,73 kkal/mol dan kalor pembekuan air ialah,
∆Hf = - 1,44 kkal/mol, maka kalor sublimasi es, ∆Hs, dalam kkal/mol, adalah
A. — 12,17
B. —9,30
C. + 1,44
D. + 9,30
E. +12,17
6. Sebanyak 2 x 1029 atom karbon bereaksi dengan hidrogen menghasilkan etuna
2 C (s) + H2 (g) → C2H2 (g), ∆H = + 54 kJ. Kalor yang diserap dalam reaksi ini ialah
A. 9 kJ
B. 10 kJ
C. 27 kJ
D. 36 kJ
E. 54 kJ
7. Pembakaran satu mol dengan oksigen dalam kalorimeter bom (volume tetap),
memberikan kalor sebanyak 393 kJ. Bagi reaksi ini
A. ∆H = - 393 kJ
B. ∆U = - 393 kJ
C. q = +393kJ
D. H = + 393 kJ
E. U = + 393 kJ
14
8. Dalam suatu proses sistem menyerap kalor 5100 J dan melakukan kerja 2800 J. Maka
energi dalam sistem ialah
A. 5100J
B. 2300 J
C. 7900 J
D.—7900J
E.—2300J
9. Untuk menaikkan suhu satu mol gas ideal (C = 3 kal/K.mol) dan 25 °C hingga
125 °C pada volume tetap, diperlukan kalor sebanyak
A. 100 kal
B. 200 kal
C. 300 kal
D. 450 kal
E. 600 kal
10. Suatu proses akan disertai dengan ∆U = 0, jika
A. Proses tersebut berlangsung isoterm
B. Pada proses tersebut kalor yang dilepaskan sama dengan kerja yang dilakukan oleh
sistem.
C. Proses tersebut berlangsung dalam sistem tersekat
D. Proses tersebut berlangsung adiabatik
E. Pada proses tersebut entalpi sistem tidak berubah
Kunci Jawaban
1.B 2.A 3.E 4.D 5.E 6.A 7.B 8.B 9.C 10.C
15
HUKUM KEDUA DAN KETIGA TERMODINAMIKA
Pada umumnya perubahan yang teqadi di alam disertai dengan perubahan energi.
Dalam proses perubahan energi ini ada dua aspek penting, yaitu arah pemindahan energi
dan pengubahan energi dari satu bentuk ke bentuk yang lain.
Walaupun hukum pertama termodinamika menetapkan hubungan antara kalor yang
diserap dengan kerja yang dilakukan oleh sistem, tetapi hukum ini tidak menunjukkan
batas-batas mengenai sumber maupun arah aliran energi.
Hukum kedua termodinamika dirumuskan untuk menyatakan pembatasan-
pembatasan yang berhubungan dengan pengubahan kalor menjadi kerja, dan juga untuk
menunjukkan arah perubahan proses di alam. Dalam bentuknya yang paling umum,
hukum kedua termodinamika dirumuskan dengan mempergunakan suatu fungsi keadaan
yang disebut entropi.
A. PROSES LINGKAR CARNOT
Proses lingkar ialah deretan perubahan yang dqalankan sedemikian rupa sehingga
pada akhirnya sistem kembali lagi ke keadaan semula. Dari pengalaman diketahui bahwa
mesin kalor yang bekerja secara berkala menurut suatu proses lingkar hanya dapat
mengubah sebagian dari kalor yang diserap menjadi kerja, pengubahan ini hanya
mungkin dengan adanya suatu perbedaan temperatur.
Sadi Cannot (1824) berhasil menghitung kerja maksimum yang dapat diperoleh
dan suatu mesin yang bekerja secara reversibel. Pada mesin Carnot, sejumlah gas ideal
menjalani suatu proses lingkar yang terdiri atas empat langkah perubahan reversibel,
16
d
ekspansi isotermal
Pemampatan isotermal isoterm
p
pemampatan adiabatik
ekspansi adiabatik
yaitu ekspansi isotermal, ekspansi adiabatik, pemampatan isotermal dan pemampatan
adiabatik.
Gambar 2. Diagram proses lingkar Carnot
Kerja maksimum diungkapkan secara matematik adalah sebagai berikut ; T1 – T2
w = - q1 ……………………………..………………………………...(29) T1
dapat dilihat bahwa kerja yang dihasilkan dalam proses selalu lebih kecil dan kalor yang
diserap.
B. FUNGSI ENTROPI DAN PERUBAHAN ENTROPI
Entropi adalah suatu fungsi keadaan yang secara matematis didefinisikan sebagai,
dS = δqrev / T ………………………………………………………………………….. (30)
dalam ungkapan ini δqrev ialah kalor yang dipertukarkan antara sistem dan lingkungan
secara reversibel. Karena dS merupakan diferensial total, maka perubahan entropi yang
terjadi dalam setiap proses atau reaksi diberikan oleh,
dS = S2 - S1 ……………………………………………………………………………..(31)
dengan S1 dan S2 berturut-turut ialah entropi sistem dalam keadaan awal dan akhir.
17
a
b
c
V
C. PERHITUNGAN PERUBAHAN ENTROPI
a. Pada proses fisis
1) Proses yang tidak disertai dengan pengubahan fasa.
2) Proses pengubahan fasa secara revorsibel
3) Proses pengubahan fasa secara tak-reversibel
b. Perubahan entropi pada reaksi kimia
D. PERUMUSAN HUKUM KEDUA TERMODINAMIKA
Menurut hukum ini : Semua proses atau reaksi yang terjadi di alam semesta,
selalu disertai dengan peningkatan entropi. Jika ∆Sas ialah perubahan entropi yang terjadi
di alam semesta, maka bagi setiap proses spontan berlaku, ∆Sas > 0.
Dengan memandang alam semesta itu sebagai sistem dan lingkungan, maka dapat pula
dikatakan bahwa untuk semua proses spontan berlaku,
∆Ssistem + ∆Slingkungan > 0 ……………………………………………………………...(32)
dengan ∆Ssistem ialah perubahan entropi sistem dan ∆Slingkungan ialah perubahan entropi
lingkungan.
1. Perubahan Entropi Sebagai Persyaratan Kesetimbangan
Telah diuraikan bahwa setiap proses yang berlangsung secara spontan dalam
sistem tersekat selalu disertai dengan peningkatan entropi. Bila entropi sistem mencapai
harga yang maksimum, maka entropi tidak akan dapat berubah lagi dan bila ∆S = 0,
keadaan ini akan tercapai apabila proses berjalan reversibel atau apabila sistem mencapai
kesetimbangan. Jadi bagi setiap perubahan dalam ‘sistem tersekat’ berlaku:
∆S ≥ 0 ………………………………………………………………………………….(33)
18
dengan tanda > untuk proses spontan dan tanda = untuk reversibel dan sistem dalam
kesetimbangan.
2. Kebergantungan Entropi pada Temperatur
Entropi reaksi (S) bergantung pada suhu. Kebergantungan ini dapat diturunkan
sebagai berikut:
α A + β B → γ C + δD
∆S = γ SC + δ SD - α SA- β SB
diferensiasi terhadap suhu pada tekanan tetap memberikan,
dS = δqrev / T = dH / T = Cp dT / T
maka [∂S/∂T]p = Cp dT /T ……………………………………………………………(34)
ungkapan di atas dapat diubah menjadi,
[∂ (∆S) /∂T]p = ∆Cp /T……..……..……………………………………………..(35)
jika pada kurun suhu tertentu Cp , tidak banyak bergantung pada temperatur, sehingga
dapat dianggap tetap, maka persamaan (35) dapat diintegrasi menjadi,
∆S2 - ∆S1 = ∆Cp ln (T2/T1) ……………………………………………………………. (36)
dengan ∆S1 dan ∆S2 berturut-turut ialah perubahan entropi pada suhu T1 dan T2.
E. HUKUM KETIGA TERMODINAMIKA
1. Entropi zat mumi pada titik not absolut
Perhatikan persamaan Planck-Boltzmann,
S = k lnW …………….………………………………………………….…… (37)
Entropi dapat dihubungkan dengan ‘kekacauan’ atau ketidakteraturan sistem. Keadaan
sistem yang kacau ialah keadaan di mana partikel-partikel (molekul, atom atau ion)
19
tersusun secara tidak teratur. Makin kacau susunan keadaan sistem, makin besar
kebolehjadian keadaan sistem dan makin besar entropi. Oleh karena itu zat padat kristal
pada umumnya mempunyai entropi yang relatif rendah dibandingkan dengan cairan atau
gas. Gas mempunyai entropi yang paling tinggi karena keadaan sistem paling tidak
teratur.
Diuraikan di atas bahwa makin kacau atau tidak teratur susunan molekul, makin
tinggi harga W dan entropi. Sebaliknya makin teratur susunan molekul sistem, makin
rendah harga W dan entropi. Kalau suatu zat murni didinginkan hingga dekat 0 K, semua
gerakan translasi dan rotasi terhenti dan molekul-molekul mengambil kedudukan tertentu
dalam kisi kristal. Molekul hanya memiliki energi vibrasi yang sama besar sehingga
berada dalam keadaan kuantum tunggal. Ditinjau dan kedudukan dan distribusi energi,
penyusunan molekul-molekul dalam suatu kristal yang sempurna pad 0 K hanya dapat
dilaksanakan dengan satu cara. Dalam hal ini W = 1 dan ln W = 0, sehingga menurut
persamaan boltzmann S = 0. Jadi, entropi suatu kristal murni yang sempurna ialah nol
pada 0 K. Pernyataan ini terkenal sebagai Hukum Ketiga Temomedinamika. Ungkapan
matematik nya adalah
0
ST=0 == 0 ………………………………………………………………………….(38)
2. Perhitungan Entropi Mutlak
Entropi zat murni, pada temperatur T, dapat dihitung dengan dua cara, yaitu
dengan menggunakan hukum ketiga termodinamika dan data termokimia dan dengan
metoda mekanika statistik dari data spektroskopi. Di sini hanya dibicarakan cara yang
pertama.
Daripersamaan (34),
20
[∂S/∂T]p = Cp dT /T (p tetap) jika diintegrasi persamaan ini menghasilkan,
0 T
ST = ∫ Cp d lnT ……………………………………………………….…………(39) 0
Secara eksperimen, kapasitas kalor Cp hanya dapat ditentukan hingga 15 K. Untuk
memudahkan ektrapolasi hingga 0 °C biasanya dipergunakan ‘hukum pangkat tiga’
Debye,
Cp = α T3 ………………………………………………………………..………………(40)
Substitusi dari persamaan mi ke dalam persamaan (39) menghasilkan,
dS0 = α T2 dT ( p tetap) ……………………………………………………………….(41)
yang dapat diintegrasi dari temperatur 0 hingga T menjadi
dS° = 1/3 α T3 …………………………………………………………………………(42)
persamaan (42) mengungkapkan bahwa, pada temperatur rendah, entropi standar sama
dengan sepertiga harga Cp.
3. Fungsi Energi Bebas Helmholtz
Bagi suatu perubahan kecil yang berlangsung tak reversibel pada temperatur T berlaku:
dS > δq/T atau δq - TdS <0 …………………………………………………………….(43)
kalau sistem hanya dapat melakukan kerja volume, maka persamaan (43) dapat diubah
menjadi
dU + pdV -TdS < 0 …………………………………………………………………….(44)
pada volume tetap, dV = 0, sehingga
dU - TdS < 0 atau d(U —TS)T,p < 0 ……………………………………………………(45)
fungsi U - TS, yang merupakan fungsi keadaan, disebut energi bebas Helmholtz,A,
21
A=U-TS ………………………………………………………………………………..(46)
Bila persamaan (46) dideferensiasi, diperoleh
dA = dU - TdS - SdT
bagi proses yang berjalan reversibel dan isoterm,
dA = δW ……………………………………………………………………………….(47)
jadi penurunan energi bebas helmholtz, - ∆A, ialah kerja maksimum yang dapat
dihasilkan dan suatu proses yang dikerjakan secara isoterm.
4. Fungsi Energi Bebas Gibbs
Kebanyakan proses biasanya dikerjakan pada temperatur dan tekanan tetap.
Pada kondisi ini, persamaan (44) dapat ditulis dalam bentuk,
d(U ÷ pV — TS)T,p < 0 …………………………………………………………………(48)
besaran U + PV — TS, yang merupakan fungsi keadaan, disebut energi bebas Gibbs, G.
G =U+PV—TS =H -TS =A + PV ……………………………………………………..(49)
Jadi, suatu proses yang berlangsung pada temperatur dan tekanan tetap disertai dengan
penurunan energi bebar Gibbs,
(dG)T,p < 0 (hanya kerja volume) ……………………………………………………...(50)
Suatu persamaan penting yang mengkaitkan ∆H, ∆S dan ∆G dapat diturunkan sebagai
berikut,
∆G = ∆H - T ∆S ………………………………………………………………………(51)
22
RANGKUMAN
Apakah suatu reaksi kimia tertentu dapat terjadi secara sertamerta (spontan) atau
tidak, tidak hanya bergantung pada perubahan entalpi, ∆H, tetapi juga pada temperatur
dan perubahan entropi, ∆S, yang mengukur perubahan dalam derajat ketidakteraturan
suatu sistem. Kecendrungan entropi yang selalu mencapai harga maksimum yang
dimungkinkan oleh energi dalam sistem. Hal ini diungkapkan dalam hukum kedua
termodinamika dan adanya harga positif dari entropi mutlak dan semua zat nyata adalah
suatu akibat dari hukum ketiga termodinamika.
Dalam suatu proses yang berlangsung pada temperatur dan tekanan konstan,
komponen perubahan entalpi total yang dihubungkan dengan perubahan dalam entropi
sistem dianggap sebagai energi yang tak dapat melakukan kerja yang berguna.
Komponen sisanya, yang dianggap sebagal energi yang dapat melakukan kerja yang
berguna, adalah perubahan energi bebas Gibbs, ∆G, dari sistem. Perubahan ini dapat
dihitung dan harga-harga energi bebas pembentukan standar dan pereaksi dan produk.
SOAL-SOAL LATIHAN
23
Petunjuk : Pilih salah satu jawaban yang benar
1. Reaksi, A (g) + B (g) → 2 C (g), yang berlangsung pada T dan p tetap,
merupakan reaksi endoterm. Maka dapat dikatakan bahwa
A. ∆H>O, ∆S > 0
B. ∆H<O,∆S >0
C. ∆H=0,∆S >0
D. ∆H <0, ∆S < 0
E. ∆H>0,∆S = 0
2. Dan data : - entalpi sublimasi grafit = 725 kJ/mol
- energi disosiasi ikatan H-H = 436 kJ/mol
- entalpi pembentukan metana = - 76 kJ/mol
dapat dihitung energi ikatan rata-rata C-H sebesar
A. + 418 kJ/mol
B. —255 kJ/mol
C. + 255 kJ/mol
D. + 76 kJ/mol
E. —418 kJ!mol
3. Untuk proses spontan selalu berlaku
A. ∆G<O
B. ∆Sas>O
C. ∆H<O
D. ∆S>O
E. AH <O, ∆S>O
24
4. Jika suatu proses, pada I atm dan 500 K, disertai dengan penurunan entalpi sebesar 42
kJ dan penurunan entropi sebesar 84 J/K, maka proses tersebut adalah
A. spontan
B. tidak spontan
C. adiabatis
D. reversibel
E. tidak reversibel
5. Pada reaksi, Na (g) + Cl (g) → NaCl (s),
A. entropi berkurang, entalpi berkurang
B. entropi berkurang, entalpi meningkat
C. entropi berkurang, entalpi tetap
D. entropi meningkat, entalpi meningkat
E. entropi meningkat, entalpi berkurang
6. Jika entalpi penguapan dan entropi penguapan HCl berturut-turut ialah 16,15 kJ/mol
dan 85,8 JK-1, pada 1 atm, maka titik didih normal HCl adalah
A. 188°C
B. 5,3°C
C. -34°C
D. -85°C
E. —110°C
7. Jika bagi reaksi, A + 2 B —, 3 C, S > 0, maka hal ini berarti
A. reaksi tersebut spontan C. produk C harus merupakan gas
B. reaksi tersebut endoterm D. ∆G < 0
E. bukan salah satu jawaban di atas
25
8. Pada reaksi manakah ∆S < 0?
A. 2 H20 (g) → 2 H2 (g) + 02 (g)
B. Na (s) + ½ Cl2 (g) → NaCl (s)
C. H2O (s) → H20 (l)
D. 2 NH3 (g) → N2 (g) + CO2 (g)
E. CaCO3 (s) → CaO (s) + CO2 (g)
9. Suatu proses yang dikerjakan pada suhu tetap 27 °C disertai peningkatan entalpi
sebesar 900 J. Pernyataan bahwa ∆S = 3 J/K hanya benarjika proses tersebut
berlangsung
A. tanpa ada kerja yang dilakukan
B. reversibel
C. dalam sistem tersekat
D. isobar
E. reversibel dan isobar
10. Suatu proses tidak akan terjadi jika
A. ∆G>O
B. ∆S<O
C. ∆H>O
D. ∆G=O
E. bukan salah satu jawaban di atas
Kunci Jawaban
l.A 2.A 3.B 4.D 5.A 6.D 7.E 8.B 9.E lO.E
26
KESETIMBANGAN KIMIA
Studi dari peristiwa kimia menyangkut tiga aspek penting, yaitu mengapa suatu
reaksi dapat berjalan pada kondisi tertentu, bagaimana dan dengan kecepatan apa reaksi
berjalan dan bilamana reaksi itu selesai. Suatu reaksi akan mencapai kesetimbangan
apabila memiliki kecepatan reaksi yang sama besar dalam kedua arah. Dalam hal ini
rekasi masih berjalan terus, sehingga konsentrasi hasil reaksi dan pereaksi tidak berubah
dengan waktu.
Kesetimbangan kimia merupakan suatu kesetimbangan dinamik. Suatu aspek
penting dalam kesetimbangan kimia ialah kedudukan kesetimbangan. Kedudukan
kesetimbangan menentukan jumlah hasil reaksi yang dapat diperoleh dari suatu reaksi
dan dinyatakan secara kuantitatif dengan tetapan kesetimbangan.
1. Reaksi Kimia sebagai Sistem dengan Komposisi yang Berubah-ubah
a. Koordinat reaksi
Dalam sistem dimana terjadi reaksi kimia, komposisi selalu berubah-ubah oleh karena
ada zat yang berkurang (pereaksi). Pada setiap saat, jumlah mol dan tiap zat dalam
campuran reaksi bergantung pada jumlah reaksi yang terjadi
Perhatikan reaksi umum, va A + vb B ↔ vc C + vd D
dengan A dan B ialah zat-zat pereaksi, C dan D ialah zat-zat hasil reaksi, dan va, vb , vc
dan vd adalah koefisien stoikiometri. Bila va mol A bereaksi dengan vb mol B, maka akan
terbentuk vc mol C dan vd mol D.
b. Syarat bagi Kesetimbangan Kimia
Sistem berada dalam kesetimbangan, bila ∆G = ∑ vi μi = 0 …………………………. (52)
27
contoh reaksi,
N2 (g) + 3H2 (g) ↔ 2NH3 (g)
mencapai kesetimbangan pada T dan P tetap, kalau
∆G = 2 μ - 2 μ + 3 μ = 0 NH
3 N2 H
2
μ = potensial kimia
c. Isotermal Reaksi
Dalam raksi kimia yang dikerjakan pada p dan T tetap, energi bebas Gibbs ditentukan
oleh konsentrasi atau keaktifan zat-zat dalam campuran reaksi. Kaitan antara ∆G reaksj
dengan keaktifan dapat diturunkan sebagai berikut.
Perhatikan kembali reaksi umum,
va A + vb B ↔ vc C + vd D
∆G = vc μ C + vd μ D - va μ A + vb μ B
karena μi = μio + RT ln vi, maka pada tekanan dan temperatur tetap,
vc v
d va v
b
∆G = ∆G ° + RT ln {(aC aD )/( aA . aB)}…………………………………………. (53)
Persamaan ini terkenal sebagai ‘reaksi isotermal van’t Hoff’ yang menyatakan perubahan
energi bebas Gibbs, pada setiap saat, sebagai fungsi dan keaktifan zat-zat dalam reaksi,
bila reaksi berjalan pada T dan P tetap. ∆G ° ialah perubahan energi babas Gibbs standar,
yaitu harga ∆G pada ai, = 1.
Untuk reaksi antara gas-gas ideal, ai, = pi, sehingga persamaan (53) mengambil bentuk:
vc vd va vb
∆G = ∆G ° + RT In {(pc pd ) / (pa pb)}……………………………………………... (54)
28
Dalam persamaan ini ∆G° ialah perubahan energi bebas Gibbs pada tekanan parsial dan
semua gas sama dengan 1 atm.
2. Tetapan Kesetimbangan
a. Pelbagai Bentuk Tetapan Kesetimbangan
Pada bagian terdahulu sudah dijelaskan bahwa reaksi akan mencapai kesetimbangan, jika
∆G = ∑ vi μi = 0
pada kondisi ini,
vc v
d va v
b
∆G = ∆G ° + RT ln {(aC aD )/( aA . aB)} kesetimbangan = 0 atau
vc v
d va v
b
∆G ° = - RT ln {( aC aD )/( aA . aB)}kesetimbangan …………………………………(55)
∆G° hanya fungsi temperatur, jadi pada temperatur tetap harganya tetap. ini berarti bahwa
pada temperatur tetap, besaran dibelakang tanda ln dalam persamaan (55) juga tetap.
Besaran ini disebut tetapan kesetimbangan termodinamika, K.
vc v
d va v
b
K = {( aC aD )/( aA . aB)} ………………………………………………………………(56)
Substitusi dari persamaan (56) ke dalam persamaan (55) memberikan suatu persamaan
yang mengkaitkan tetapan kesetimbangan dengan perubahan energi bebas Gibbs standar
∆G° = - RT ln K …… ………………………………………………………………….(57)
Persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung tetapan kesetimbangan kalau ∆G°
diketahui.
Untuk reaksi antara gas-gas ideal, persamaan (57) mengambil bentuk;
∆G° = - RT ln Kp ……………………………………………………………………….(58)
29
dengan Kp ialah tetapan kesetimbangan yang dinyatakan dalam tekanan parsial. Jika untuk
gas ideal,
pi =( ni / v ) RT, maka :
∑vi
Kp = Kc (RT) …………………………………………………………………………...(59)
Dengan Kp ialah tetapan kesetimbangan, dinyatakan dalam konsentrasi molar. Tekanan
parsial suatu komponen dalam campuran gas ideal dapat dihubungkan dengan fraksi
molnya melalui hukum Dalton,
pi = xi p
Dengan p ialah tekanan total campuran gas. Jika persamaan ini disubstitusikan ke dalam
persamaan (56) diperoleh:
∑vi
Kp = Kx p …………...………………………………………………………………...(60)
Dengan Kx ialah tetapan kesetimbangan, dinyatakan dalam fraksi mol. K menjadi sama
dengan Kp kalau ∑vi = 0.
3. Sifat-sifat Tetapan Kesetimbangan
Pada perhitungan kesetimbangan ada beberapa hal tentang tetapan kesetimbangan yang
perlu diperhatikan.
a. Dari pelbagai bentuk tetapan kesetimbangan yang dibahas di atas, hanya tetapan
kesetimbangan termodinamika, K, yang benar-benar merupakan
tetapan. K hanya bergantung pada temperetur dan tidak bergantung pada tekanan atau
konsentrasi. Kp atau Kc hanya merupakan tetapan pada sistem ideal.
b. Prinsip tetapan kesetimbangan hanya berlaku pada sistem dalam kesetimbangan.
30
c. Tetapan kesetimbangan bergantung pada temperatur. Kalau temperatur berubah, K
akan berubah pula.
d. Besarnya tetapan kesetimbangan menentukan sampai seberapa jauh reaksi telah
berlangsung. Harga K yang besar menunjukkan konsentrasi hasil reaksi yang lebih
besar dari pada konsentrasi pereaksi dalam sistem. Jadi K yang besar menguntungkan
pembentukan hasil reaksi.
e. Besarnya tetapan kesetimbangan bergantung pada cara menuliskan reaksinya.
f. Tetapan kesetimbangan menyatakan secara kuantitatif pengaruh konsentrasi pereaksi
dan hasil reaksi terhadap tingkat selesai reaksi.
4. Pengaruh Temperatur terhadap Tetapan Kesetimbangan
Persamaan (57) dapat disusun ulang menjadi,
ln K = -∆G° / RT
kalau persamaan inididiferensiasikan terhadap T pada tekanan tetap diperoleh,
d ln K = - 1 d( ∆ G °) sehingga, dT R RT
d ln K = ∆ H ° (p tetap) ……………………………………………..……………(61) dT RT 2
untuk reaksi gas dan dengan pengandaian bahwa gas bersifat ideal, K = Kp, dan
persamaan (61) menjadi,
d ln K p = ∆ H ° (p tetap) ………………………………………...…..……………(62) dT RT 2
Persamaan (61) dan (62) terkenal sebagai isobar reaksi van’t Hoff. Kedua persamaan ini
digunakan untuk menghitung kesetimbangan sebagai fungsi dari temperatur. Pada selang
31
temperatur yang cukup kecil, ∆H° dapat dianggap tetap dan integrasi dari persamaan (62)
memberikan,
ln Kp = ∆ H ° + I (p tetap) ……………………………………...…..……………(63) RT
dengan I ialah tetapan integrasi yang dapat dievaluasi kalau harga Kp pada suatu
temperatur diketahui.
Persamaan (61) dapat pula diintegrasikan antara dua temperatur T1 dan T2. Hasilnya,
dengan pengandaian bahwa AH° antara kedua temperatur mi bukan fungsi dan
temperatur, ialah
ln K 2 = ∆ H ° (T2 – T1)... ………………………………………...…..……………(64) K1 R T1 T2
dengan K1 dan K2 masing-masing ialah harga Kp pada T1 dan T2. Persamaan ini digunakan
untuk menghitung ∆H° rata-rata antara T1 dan T2 atau untuk menghitung Kp pada T2 kalau
harganya pada T1 dan ∆H° diketahui.
5. Kesetimbangan pada Sistem Serbasama
a. Kesetimbangan dalam Fasa Gas
Sebagai contoh reaksi dalam fasa gas, perhatikan reaksi pembentukan amoniak dari
nitrogen dan hidrogen,
½N2 (g) + 3/2H2 (g) ↔ NH3 (g)
tetapan kesetimbangan reaksi ini diberikan oleh,
aK = NH
3 ……………………………………………………………..(65) a1/2 a3/2 N
2 H
2
Atau, karena untuk gas, keaktifan, ai, sama dengan fugasitas, fi
32
fK = NH
3 ……………………………………………………………..(66) f1/2 f3/2 N
2 H
2
b. Kesetimbangan dalam Fasa Cair
Pembahasan ini terbatas pada reaksi antara zat-zat bukan elektrolit yang terlarut dalam
pelarut tertentu. Perhatikan reaksi umum,
va A + vb B ↔ vc C + vd D
vc v
d va v
b
K = {( aC aD )/( aA . aB)}
Evaluasi dari keaktifan dalam persamaan ini memerlukan pengetahuan tentang keadaan
standar yang digunakan. Oleh karena keaktifan merupakan ukuran dan selisih antara
potensial kimia dalam keadaan tertentu dan dalam keadaan standar.
Jika konsentrasi dinyatakan dalam mol per liter, ai = χi Ci, dan persamaan (65) dapat
diubah menjadi,
K =Kχ.Kc …………………………………………………………………………...….(67)
dengan Kc ialah tetapan kesetimbangan yang dinyatakan dalam konsentrasi molar,
vc v
d va v
b
K = {( CC CD )/( CA . CB)}…………………………………………………………(68)
6. Kesetimbangan dalam Sistem Serbaneka
Sistem serbaneka (heterogen) ialah menyangkut fasa padat dan fasa gas. Perhatikan
reaksi penguraian kalsium karbonat,
CaCO3 (s) →CaO (s) + CO2 (g)
Perubahan energi bebas reaksi mi diberikan oleh isoterm reaksi van’t Hoff;
∆G = ∆G° + RT ln (aCaO. aCO2)/( aCaCO3) ..……………………………………………(69)
33
Seperti pada cairan, sebagai keadaan standar padatan diambil padatan murni pada tekanan
1 atm dan temperatur percobaan. Jadi untuk padatan murni pada 1 atm, a = 1. pada
umumnya pengaruh tekanan terhadap keaktifan padatan dapat diabaikan sehingga
keaktifan padatan sama dengan satu pada semua tekanan. Karena dalam reaksi di atas
CaO dan CaCO3 berada sebagai padatan murni, aCaO = 1 dan aCaCO3 = 1, sehingga
persamaan (69) dapat diubah menjadi,
∆G = ∆G° + RT ln aCO2 ………………... ..……………………………………………(70)
kesetimbangan akan tercapai jika AG = 0, jadi
∆G° + RT ln ( aCO2 )kstb = 0 atau
∆G° + RT ln ( aCO2 )kstb = - RT ln K ……………………………………………………(71)
dengan tetapan kesetimbangan K, diberikan sebagai tetapan kesetimbangan yang
dinyatakan dalam tekanan parsial. Karena tekanan gas dalam sistem biasanya rendah,
keaktifan dapat disamakan dengan tekanan, sehingga persamaan (72) berubah menjadi,
K = (pCO2)kstb …………………………………………………………………………..(72)
34
RANGKUMAN
Perubahan kimia reversibel membentuk produk-produk yang dapat bertindak untuk
menghasilkan (kembali) produk aslinya. Suatu keadaan kesetimbangan kimia terjadi
dalam suatu sistem reversibel bila reaksi maju dan balik memiliki laju yang sama.
Kesetimbangan yang melibatkan hanya satu fasa homogen disebut kesetimbangan
homogen. Sedangkan kesetimbangan yang melibatkan dua atau lebih fasa yang berbeda
adalah kesetimbangan heterogen.
LATIHAN SOAL
Petunjuk: Pilih salah satu jawaban yang benar
1. Perhatikan lima buah reaksi, dalam keadaan standar, masing-masing dengan perubahan
entalpi yang tertera di bawah. Dalam hal manakah temperatur mempunyai pengaruh
yang paling besar terhadap tetapan kesetimbangan?
A. —20 kkal/mol
B. — 10 kkal/mol
C. 0 kkal/mol
D. 10 kkal/mol
E. 15 kkal/mol
2. Kedudukan kesetimbangan dan suatu reaksi, pada temperatur tertentu, dapat
ditentukan dari harga
A. ∆E° D. ∆S° dan ∆H°
B. ∆H° E. ∆S°dan ∆E°
C. ∆S°
35
3. Tetapan kesetimbangan untuk reaksi, A + B ↔ C + D Kc = 100. Jumlah mol B yang
harus dicampurkan pada 4 mol A untuk menghasilkan 2 mol C pada kesetimbangan
ialah
A. 1 mol D. 4 mol
B. 2 mol E. 5 mol
C. 3 mol
4. Bila tetapan kesetimbangan dari reaksi N2 (g) + 3 H2 (g) ↔2 NH3 (g) adalah Kp = K1,
maka tetapan kesetimbangan dari reaksi, 1/2 N2 (g) + 3/2 H2 (g) ↔ NH3 (g), adalah
A. 2K1 D. K12
B. K1 E. √K1
C. 1/2 K1
5. Untuk reaksi kesetimbangan, 2 NO (g) + O2 (g) ↔ 2 NO2 (g) berlaku
A. Kx = Kp / p C. Kx = Kc
B. Kx = Kp p D. Kc= Kp . p E. Kc = Kp / RT
6. Pada temperatur, harga tetapan kesetimbangan dan reaksi 2 NO (g) + O2 (g) ↔ 2 NO2 (g)
sebesar 16, maka tetapan kesetimbangan dari reaksi NO (g) + 1/2 O2 (g) ↔ NO2 (g)
adalah
A. 1/16 B. 1/4 C.4 D. 8 E. 1/8
7. Jika tetapan kesetimbangan K suatu reaksi adalah K < 1, maka bagi reaksi tersebut
berlaku
A. ∆G° > 1 B. ∆H° > 1 C. ∆ H° < 1
D. ∆G° <O E. ∆G° >O
36
8. Suatu reaksi kesetimbangan A (g) ↔ B (g) + C (g)
Mempunyai harga Kp = 0,328 pada suhu 127 °C. Harga Kc sama dengan
A. 1 x 10-2 D. 3,2x10-2
B. 2x10-2 E. 1,6x10-2
C. 4x10-2
9. Pada suatu temperatur, harga tetapan kesetimbangan dari reaksi
N2 (g) + 2 O2(g) ↔ 2NO2 (g) adalah 36, maka tetapan kesetimbangan dan reaksi
NO2 (g) ↔ N2 (g) + O2 (g) adalah
A. 1/36 B. 1/8 C. 1/6 D.6 E. 9
10. Suatu reaksi kimia mempunyai kalor reaksi, ∆H = + a kal pada suhu T1 dengan
tetapan kesetimbangan K1. Bila suhu dinaikkan menjadi T2, tetapan kesetimbangan
menjadi K2. Dalam hal ini
A. K2 > K1
B. K2 < K1
C. K2 = K1
D. K2 = ∆H/RT2
E. K2 = ∆/RT22
Kunci Jawaban
l.A 2.D 3.D 4.E 5.B 6.B 7.E 8.A 9.C l0.D
37