bahan ajar pengndalian bising 09

Upload: nurul-ferista

Post on 06-Jul-2015

494 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

BAHAN AJAR KULIAH PENGENDALIAN BISING TIK : Pada akhir pertemuan ini mahasiswa akan dapat menentukan alternatif metodepengendalian kebisingan Pokok Bahasan : Metode Pengendalian Tingkat Kebisingan Deskripsi Singkat : Dalam pertemuan ini mahasiswa akan diberikan ulasan dan tinjuan kasus sehingga mahasiswa akan memperoleh pengertian

pengendalian bising, metode-metode yang dapat digunakan untuk pengendalian bising terutama untuk bising perkotaan dan

lingkungan kerja. Hal ini akan berguna untuk dapat melakukan pemilihan metode pengendalian yang akan digunakan dalam rangka mengurangi kebisingan lingkungan I. Bahan Bacaan : 1. Davis, Mackenzie L and David A. C. 1991. Introduction Environmental

Engineering, Mc Graw-Hill,New York. 2. Doelle, Leslie.1993. Environmental Accoustics. McGraw-HillBook

Company, New York 3. Ehler & Steel, Municipal and Rural Sanitation, 1975 McGraw-HillWhite,

Our Accoustic Environment, Jhon Willey. 4. Suarni,S.A dan Hafidawati. 2000. Diktat Kuliah Pengendalian Kebisingan,

Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Andalas.

II. Pertanyaan Kunci : 1. 2. Apa yang dimaksudkan pengendalian kebisingan dan apa tujuan dilakukan hal ini ? Metode-metode apa yang dapat dipilih untuk melakukan pengendalian kebisingan 3. Tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan dalam menerapkan program pengendalian yang dipilih untuk mengendalikan kebisingan di perkotaan ataupun di lingkungan kerja. III. Tugas : Suatu perusahaan yang memproduksi karet dengan sistem produksi menggunakan proses basah, mengalami permasalah dengan suara yang ditimbulkan selama proses. Hal ini mempengaruhi kinerja kerja karyawan sehingga diperlukan analisa terhadap permasalah yang terjadi. Yang perlu dilakukan oleh mahasiswa adalah : 1. Menganalisa hal yang menjadi masalah oleh para karyawan meliputi Sumber suara yang menimbulkan kebisingan efek yang dirasakan oleh karyawan 2. Menentukan alternatif metode pengendalian yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak bising terhadap karyawan 3. Memilih metode yang tepat dan menentukan tindakan-tindakan yang akan dilakukan untuk metode tersebut.

Tinjauan Mata Kuliah Pengendalian Bising

Metode Pengendalian Bising1. Deskripsi Singkat : Dalam perkuliahan ini mahasiswa akan diberikan ulasan dan tinjuan kasus sehingga mahasiswa akan memperoleh

pengertian pengendalian bising, metode-metode yang dapat digunakan untuk pengendalian bising terutama untuk bising perkotaan dan lingkungan kerja. Hal ini akan berguna untuk dapat melakukan pemilihan metode pengendalian yang akan digunakan dalam rangka mengurangi kebisingan lingkungan 2. Relevansi : Dengan pemahaman mahasiswa terhadap pengertian

pengendalian bising dan alternatif metode-metode yang dapat digunakan, akan membantu mahasiswa untuk melakukan tindakan pengurangan dampak yang ditimbulkan dari

kebisingan terhadap masyarakat terutama terhadap pekerja di lingkungan kerja. 3. TIU : Mahasiswa diharapkan akan dapat melakukan analisis terhadap hasil pengukuran kebisingan yang diperoleh sehingga

mahasiswa dapat menentukan tindakan pengendalian yang akan dilakukan untuk mencegah dampak yang akan dirasakan terhadap lingkungan sekitarnya (pada akhir semester). 4. TIK : Mahasiswa akan dapat memahami dan menentukan alternatif metode pengendalian kebisingan

I.

PENGERTIAN PENGENDALIAN BISING Pengendalian Bising adalah upaya untuk mengurangi tingkat kebisingan hingga pada tingkat dibawah baku mutu yang diterapkan. Hal ini mengacu kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 1993.Cara pengendalian kebisingan pada penerima dapat dilakukan secara teknik, yaitu tenik pengendaliannya dapat pada sumber maupun lintasan dengan menggunakan barrier. Pengendalian secara administrasi yaitu berupa kriteria atau baku tingkat kebisingan yang maksimum yang diperbolehkan dan lamanya kebisingan yang boleh diterima

Bertujuan untuk mengendalikan tingkat dan lamanya kebisingan yang diterima oleh audien dengan mengatur pola kerja sesuai lingkungannya. II. ALTERNATIF KEBISINGAN Beberapa alternatif metode pengendalian yang dapat dilakukan dalam mengurangi bahaya dari kebisingan adalah melakukan beberapa hal, diantaranya adalah : Koreksi secara teknis (Engineering Control) Control) yaitu dengan menurunkan tingkat kebisingan pada sumber dan PENGENDALIAN DAN PENCEGAHAN BAHAYA

mengisolir sumber kebisingan, penggunaan alat pelindung pendengaran, pengurangan waktu pemaparan, dan pemeriksaan kesehatan dan daya dengar secara berkala. Metode lain adalah dengan pengendalian pada medium rambatan suara yaitu dengan pemasangan alat peredam bising (PB). PB dapat berupa penghalang alami (natural barrier) berupa (natural barrier) kombinasi tanaman dengan gundukan tanah dan penghalang buatan (artificial barrier) yait (artificial barrier) penghalang buatan yang dibuat dari berbagai bahan seperti tembok, kaca, alumunium dan bahan lainnya.

A. PENGENDALIAN BISING PADA SUMBER Penurunan tingkat kebisingan pada sumber dapat dilakukan dengan : Pemilihan dan pemasangan mesin dengan tingkat kebisingan yang rendah. Pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin produksi dengan teratur. Menggunakan bahan-bahan peredam pada sumber getaran. Mengisolir Sumber kebisingan. kebisingan. Isolasi dilakukan dengan menempatkan sumber bunyi sedemikian rupa sehingga terpisah dari posisi tenaga kerja dengan menggunakan pemisah yang terbuat dari bahan atau konstruksi yang dapat mengurangi penjalaran suara, baik berupa tabir atau ruang tertutup. Penggunaan alat pelindung pendengaran (PAD) Penggunaan alat pelindng dengar bertujuan untuk menurunkan kerasnya bising yang melalui hantaran udara 30-40 dB dari sumber bising yang ada; Pelindung alat dengar, digolongkan menurut cara pemakaiannya; Terdapat tiga tipe PAD dengar, antara lain ear plug, ear muff, dan helem Pemeriksaan Pendengaran Tujuan pemeriksaan pendengaran adalah untuk menentukan apakah boleh atau tidak seorang pekerja bekerja di lingkungan yang bising serta menemukan gejala dini penyakit akibat kebisingan di tempat kerja. Pengaturan Lalu Lintas Pengaturan dimaksudkan untuk mengurangi volume lalu lintas kendaraan yang lewat. Hal ini dapat dilakkan dengan melakukan rekayasa lalu lintas, pembangunan jalan lingkar

untuk mengurangi beban jaringan jalan perkotaan, dll. Pengaturan lalu lintas yang baik Pengaturan dapat mengurangi tingkat kebisingan antara 2 s/d 5 dB(A) Pembatasan Kendaran Berat Kendaraan berat memberikan pengaruh terhadap kebisingan, dengan melakukan pembatasan jenis kendaraan berat dapat mengurangi dampak kebisingan pada kawasan sensitif .Pembatasan kendaran berta sebesar 0% dapat menurunkan tingkat kebisingan hingga 3,5 dB(A).Grafik hubungan kecepatan dengan proporsi kendaran berat dengan kebisingan dilihat pada gambar 1. Pengaturan kecepatan Pengaturan kecepatan lalu lintas pada rentang kecepatan 30 s/d 60 km/jam dapat mengurangi tingkat kebisingan 1 s/d 5 dB(A). Hubuangan kecepatan dengan pengurangan kebisingan dapat dilihat pada Gambar 1. Perbaikan Kelandaian Jalan Kelandaian jalan berpengaruh langsung terhadap tingkat kebisingan. Pengurangan kelandaian setiap 1 % dapat mengurangi tingkat kebisingan sebesar 0,3% Pemilihan Jalan Perkerasan Jalan Pada kecepatan di atas 80km/jam, pergantian perkerasan aspal beton padat (berbutir tidak seragam) dengan perkerasan aspal terbuka (berbutir seragam) dapat mengurangi tingkat kebisingan lalu lintas sampai 4 dB(A). Koreksi tingkat kebisingan akibat penggunaan kebisingan berbagai jenis perkerasan yang lain secara relatif terhadap lapis perkerasan aspal beton padat adalah sebagaimana tercantm pada Tabel 1.

Tabel 1. Koreksi tingkat kebisingan perkerasan jalan dibandingkan dengan perkerasan aspal padat

B. PENGENDALIAN BISING PADA JALUR PERAMBATAN Pengendalian bising dengan menggunakan Bangunan Peneredam Bising (BPB) yaitu bangunan berupa penghalang pada jalur rambatan suara dengan bentuk tertentu yang diperuntukkan sebagai alat untk menurunkan tingkat kebiaingan yang diakibatkan lalu lintas kendaraan bermotor. BPB bekerja dengan memberikan efek pemantulan (insulation), (insulation), penyerapan (absorption) dan pembelokan (diffraction) jalur perambatan suara, seperti (absorption) (diffraction) terlihat pada gambar berikut ini.

Gambar 1. Prinsip kerja BPB

Efektifitas Penghalang Ditentukan dengan indikator tingkat reduksi kebisingan (insertion loss: IL), yang kebisingan (insertion IL), merupakan nilai selisih antara tingkat kebisingan yang diterima pada kondisi tanpa penghalang dengan kondisi menggunakan penghalang. a.Penghalang dengan tanaman a.Penghalang Tanaman yang digunakan sebagai penghalang memiliki karakteristik sebagai berikut : penghalang Memiliki kerimbunan dan kerapatan daun yang cukup dan merata (dari tanah hingga ketinggian yang diharapkan) Diatur kombinasi antara tanaman penutup tanah , perdu dan pohon atau kombinasi dengan bahan lainnya sehingga efek penghalang menjadi optimum. Penghalang dengan tanaman harus cukup tinggi untuk dapat memotong garis perambatan gelombang suara dari sumber ke penerima. Kedalam tanaman serta persentase kerimbunan daun disesuaikan dengan jenis tanaman yang digunakan untuk penghalang. Tanaman-tanaman yang dapat digunakan adalah 1. penutup tanah (cover crops) a. b. rumput leguminose

2. perdu a. b. c. d. bambu pringgodani (Bambusa sp) likuan yu (Vermenis Obtusifolia) anak nakal (Durante Repens) Soka (Ixora sp)

e. f. g.

Kakretan (Ficus pumila) Sebe (Heliconia sp) Teh-tehan (Durante)

3. pohon a. Akasia (Acacia Mangium) b. johar (Casia Siamea) c.pohon-pohon yang rimbn dengan cabang rendah Efektifitas pengurangan bising oleh macam tanaman, diberikan pada tabel 1. Tabel 1 Efektifitas pengurangan kebisingan oleh berbagai macam tanaman Jenis tanaman Volume kerimbunan daun (m3)114,39 118,23 Bambu pringgodani Johar Likuan-yu Anak nakal Soka Kekaretan Sebe Teh-tehan Disisipkan a. Teh-tehan b. Heliconia sp 122,03 366,08 60,74 83,24 2,464 1,680 1,350 1.05 1,792 11.10 13,88 2.75 16.65 33,3

Jarak dari Sumber bising ke tanaman (m)18,20 30,20 18,20 24,60 7,0 16,40 9,8 17,0 8,20 9,80 11,20 4,60 3,2 6 6 9 6 9

Ketinggian pengukuran (m)1,20 4,00 1,20 4,00 1,20 2,50 1,20 3,60 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20 1,20

Rata-rata Reduksi kebisingan IL (dBA)2,5 4,1 2,7 4,4 1,1 4,9 0,3 3,2 2,3 0,8 0,9 0,9 3,4 2,1 2,7 3,8 4,2 5,0

Akasia

Kett. Jarak dari penghalang ke penerima = 1 m dari

Penempatan penghalang tanaman adalah sebagai berikut : 1. Tanaman penghalang ditempatkan pada jalan tol, arteri dan kolektor yang memiliki sisa badan jalan lebar badan 2. Dapat digunakan pada ruang milik jalan-jalan lokal sepanjang ruang yang ada mencukupi 3. Kawasan yang dituju adalah kawasan pemukiman, perkantoran dan kawasankawasan yang tingkat interaksi orang tinggi dan daerah yang butuh estetika tinggi. 4. Penghalang ditempatkan pada posisi sekurang-kurangnya 3 meter dari tepi perkerasn tapi diluar ruang manfaat jalan 5. Penghalang dengan tanaman diterapkan apabila tidak diperlukan penuruan kebisingan yang terlalu besar

Gambar 3. kombinasi tanaman dengan tanaman lain c. Timbunan Karakteristik timbunan : 1. Penghalang berupa tanah yang tidak mudah longsor 2. Dapat dikombinasikan dengan tanaman 3. penampilan yang alamiah dan indah

4. memungkinkan terjadinya sirklasi udara yang baik 5. dapat digunakan sebagai lokasi pembuangan sisa material bangunan 6. tidak membutuhkan proteksi untuk keselamatan 7. biaya pembuatan dan pemeliharaannnya murah Efektifitas pengurangan bising, dapat menurunkan tingkat kebisingan hingga 3 dB(A). Bila dikombinasikan dengan tanaman perdu dan pohon setebal 6 sampai dengan 7 meter dapat memberikan tingkat reduksi kebisingan 4 sampai dengan 8 dB(A).

Gambar 4.Kombinasi tanaman perdu dengan timbunan d. Panghalang Buatan Penghalang buatan dapat dibuat dengan menggunakan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Kayu Panel beton pracetak Beton ringan berongga (aerated) Panel fiber semen Panel acrylic transparan Baja profil

Kriteria material yang digunakan sebagai bahan penghalang kebisingan adalah sebagai kebisingan berikut : 1. Nilai standar material untuk rgi transmisi suara (Transmission Loss) ditentukan dengan syarat minimal nilai STC (Sound Transmission Class) adalah 25 2. Nilai standar material untuk penyerap sara (absorpsi) adalah antara 0,30 0,60. 3. Pemilihan bahan untuk penghalang disesuaikan dengan lokasi (jalan tol, arteri, jembatan, dsb) 4. Bangunan harus cukup tinggi dan panjang untuk mengurangi propoagi suara ke pendengar Tinggi dan lokasi peredam bising terhhadap jalan raya adalah penting dalam pertimbangan desain. Pada jarak yang tetap terhadap smber bising pertambahan tinggi banguann akan meningkatkan kemampuan redamannya. Efektifitas pengurangan kebisingan dipengaruhi oleh bahan dan dimensi bangunan. Perubahan orientasi bangunan dapat mengurangi jarak efektif sumber ke penerima hingga 64%. d.Insulasi pada bangunan Metode insulasi digunakan apabila upaya lain untuk mengurangi kebisingan tidak memungkinkan. Diterapkan pada daerah dengan kepadatan tinggi, seperti pusat kota Beberapa upaya yang dilakukan : a. penggantian jendela dengan jendela ganda. Mengurangi kebisingan 15 s.d 25 dB(A) didalam ruangan sehingga dapat tercapai tingkat kebisingan 35 s.d 44 dB(A). b. c. pemasangan dinding peredam pemasangan sistem ventilasi khusus.

Efektifitas pengurangan bising dengan peredam buatan ditampilkan pada tabel 2 Tabel 2. Efektifitas pengurangan tingkat kebisingan dari penghalang buatan

C. PROGRAM PENCEGAHAN/ PROGRAM KONSERVASI PENDENGARAN Program pencegahan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal berikut (NIOSH, 1996): 1. Monitoring paparan bising 2. Kontrol engineering dan administrasi 3. Evaluasi audiometer 4. Penggunaan Alat Pelindung Diri (PPE)

5. Pendidikan dan Motivasi 6. Evaluasi Program 7. Audit Program Manfaat utama program ini adalah mencegah kehilangan pendengaran akibat kerja; kehilangan pendengaran akan mengurangi kualitas hidup seseorang dalam pekerjaannya. Untuk melaksanakan program ini diperlukan hal-hal sebagai berikut : 1. Dukungan manajemen 2. Berupa policy statement 3. Integrated dengan program K3 4. Ada penanggung jawab program yang ditunjuk resmi Penanggung jawab bekerja sama dengan manajemen dan karyawan membuat Hearing Lost Prevention Plan and Policy. Manajemen dan karyawan konsisten melaksanakan program. 5. SOP dari setiap langkah dalam plan & policy harus jelas 6. Kontraktor dan vendor harus taat pada plan & policytersebut. Dalam menyusun program konservasi pendengaran ini perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain: 1. Berpedoman bahwa pekerja tetap sehat dalam lingkungan bising. 2. Dilaksanakan oleh semua jajaran, dari pimpinan tertinggi sampai pekerja pelaksana. ng. 3. Mengurangi dosis paparan kebisingan dengan memperhatikan tiga unsur : a. Sumber: mengurangi intensitas kebisingan (disain akustik, menggunakan mesin/alat yang kurang bising dan mengubah metode proses). b. Media: mengurangi transmisi kebisingan (menjauhkan sumber bising dari pekerja, mengaborsi dan mengurangi pantulan kebisingan secara akustik pada dinding, langit-langit dan lantai, menutup sumber kebisingan dengan barrier.

c. Tenaga kerja: mengurangi penerimaan bising (penggunaan alat pelindung diri, ruang isolasi. rotasi kerja, jadwal kerja , dan lain-lain). 4. Mempertimbangkan kelayakan teknis dan ekonomis. 5. Utamakan pencegahan bukan pengobatan, proaktif bukan reaktif, kesejahteraan bukan santunan. 6. NAB bukanlah garis pemisah antara sakit dan sehat, namun merupakan pedoman. Penilaian dilakukan dengan memantau kebisingan lingkungan dan kesehatan pendengaran tenaga kerja (IDKI, 1994). Program selengkapnya adalah sebagai berikut : 1. MONITORING PAPARAN BISING Tujuan monitoring paparan bising, yang sering juga disebut survei bising, bertujuan untuk : 1. Memperoleh informasi spesifik tentang tingkat kebisingan yang ada pada setiap tempat kerja. 2. Menetapkan tempat-tempat yang akan diharuskan menggunakan APD. 3. Menetapkan pekerja yang harus (compulsory) menjalani pemeriksaan audiometri secara periodik. 4. Menetapkan kontrol bising (baik administratif maupun teknis). 5. Menilai apakah perusahaan telah memenuhi persyaratan UU yang berlaku. Prinsip monitoring paparan bising : Pengukuran dilakukan oleh pegawai yang mempunyai kualifikasi sebagai berikut : 1. SOP pengukuran harus ada dan jelas. 2. Hasil dikomunikasikan pada manajemen dan pegawai,paling lama dalam waktu 2 minggu

Ada 2 macam monitoring paparan bising : 1. Monitoring pendahuluan Pengukuran bising pendahuluan untuk menentukan masalah yang potensial berbahaya untuk pendengaran, berdasarkan lokasi tempat kerja. Survei ini dilaksanakan jika terdapat kesulitan dalam berkomunikasi, adanya keluhan pekerja bahwa telinga berdengung setelah bekerja. 2. Monitoring bising terperinci Dilakukan berdasarkan hasil monitoring bising pendahuluan, dengan menetapkan lokasi khusus yang memerlukan penelitian lebih lanjut. Pemeriksaan dilakukan secara terperinci di setiap lokasi. Monitoring bising terperinci dilakukan dalam tiga tahap : a. Pengukuran lingkungan kerja slow response dengan skala A (dB). Buat gambar peta bising (luas < = 93 meter). Bila hasil lebih dari 80 dB maka lingkungan tersebut cukup aman untuk bekerja, sedangkan bila antara 80 ? 92 dB perlu pengukuran dan tindakan lebih lanjut (skala b). b. Pengukuran di tempat kerja ( 85 dB 4. Saat pindah tugas keluar dari tempat bising 5. Saat pensiun/purna tugas Tipe audiogram :

1. Pre-employment/preplacement/Baseline 2. Annual monitoring 3. Exit Policy mengenai audiogram : 1. Baseline atau data dasar : dalam 6 bulan mulai bekerja di tempat bising (85 dA) untuk baseline 14 jam bebas bising, atau menggunakan APD 2. Annul audiogram : Bagi yang TWA > 85 dBA 3. Evaluasi : setiap tahun dibandingkan dengan base-line bila STS (Significant Threshold Shift) > 10 dB (rata-rata pada 2000-3000-4000 Hz), maka disebut + (positif) Bila STS (+) maka yang dilakukan adalah : - periksa dokter - periksa tempat kerja - periksa data kalibrasi alat - komunikasikan dengan karyawan tersebut - jika karena penyakit, konsulkan ke dokter THT - periksa ulang dalam waktu 1 (satu) tahun . Bila STS (+) karena pekerjaannya : - Bila belum menggunakan APD, diharuskan memakai - Bila sudah memakai, beri petunjuk ulang - Komunikasikan dengan pegawai dan atasan secara tertulis - Bila perlu, konsul THT 4. PENGGUNAAN APD Beberapa faktor yang mempengaruhi penggunaan alat pelindung telinga :

1. Kecocokan; alat pelindung telinga tidak akan memberikan perlindungan bila tidak dapat menutupi liang telinga rapat-rapat. 2. Nyaman dipakai; tenaga kerja tidak akan menggunakan APD ini bila tidak nyaman dipakai. Penyuluhan khusus, terutama tentang cara memakai dan merawat APD tersebut. Jenis-jenis alat pelindung telinga : 1. Sumbat telinga (earplugs/insert device/aural insert protector) Dimasukkan ke dalam liang telinga sampai menutup rapat sehingga suara tidak mencapai membran timpani. Sumbat telinga bisa mengurangi bising s/d 30 dB lebih Beberapa tipe sumbat telinga : a. formable type b. custom-molded type c. premolded type 2. Tutup telinga (earmuff/protective caps/circumaural protectors) Menutupi seluruh telinga eksternal dan dipergunakan untuk mengurangi bising s/d 40- 50 dB frekuensi 100 ? 8000 Hz. 3. Helmet/ enclosure Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi maksimum 35 dBA pada 250 Hz sampai 50 dpada frekuensi tinggi Pemilihan alat pelindung telinga : 1. Earplug bila bising antara 85 ? 200 dBA 2. Earmuff bila di atas 100 dBA 3. Kemudahan pemakaian, biaya, kemudahan membersihkan dan kenyamanan Pedoman yang sering digunakan adalah sebagai berikut :

TWA/dBA 100

APDpemilihan Tidak wajib Optional Wajib Wajib Wajib

APD Bebas memilih Bebas memilih Bebas memilih Pilihan terbatas Pilihan sangat terbatas

V. PENDIDIKAN DAN MOTIVASI Program pendidikan dan motivasi menekankan bahwa program konservasi pendengaran sangat bermanfaat untuk melindungi pendengaran tenaga kerja, dan mendeteksi perubahan ambang pendengaran akibat paparan bising. Tujuan pendidikan adalah untuk menekankan keuntungan tenaga kerja jika mereka memelihara pendengaran dan kualitas hidupnya. Lebih lanjut penyuluhan tentang hasil audiogram mereka, sehingga tenaga kerja termotivasi untuk berpartisipasi melindungi pendengarannya sendiri. Juga melalui penyuluhan diharapkan tenaga kerja mengetahui alasan melindungi telinga serta cara penggunaan alat pelindung telinga 5. EVALUASI PROGRAM Evaluasi program ditujukan untuk mengevaluasi hasil program-program konservasi, dengan sasaran : 1. Review program dari sisi pelaksanaan serta kualitasnya, misalnya pelatihan dan penyuluhan, kesertaan supervisor dalam program, pemeriksaan masing-masing area untuk meyakinkan apakah semua komponen program telah dilaksanakan. 2. Hasil pengukuran kebisingan, identifikasikan apakah ada dikontrol lebih lanjut. 3. Kontrol engineering dan administratif. daerah lain yang perlu

4. Hasil pemantauan audiometrik dan pencatatannya; bandingkan data audiogram dengan baseline untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program. 5. APD yang digunakan D. PENGENDALIAN BISING PERKOTAAN 1. Elemen penyubang bising yang utama di perkotaan adalah: 2. Jalan lau lintas yag miring 3. Persimpangan yang datar 4. Lampu lalu lintas 5. Jalur lalu lintas yang sempit 6. Daerah parkir, 7. Urat nadi lalu lintas dengan gedung-gedung sepanjang kedua sisi jalan/bangunan yang terlampau dekat ke jalan Metode pengendalian untuk perencanaan kota adalah sebagai berikut : 1. Mengikuti cara-cara perencanaan kota, penataan masyarakat untuk mengurangi bising pada derajat yang diinginkan 2. Membentuk dan memaksakan peraturan penetapan wilayah/zoning dan daerah anti bising 3. Mengharuskan pengusahan pabrik untuk mencoba produksi sanmemberikan penilaian bising pada peralatan merkanik dan elektrik 4. Mendidik anggota pengurus untuk mengamati dasar-dasar pengendalian bising 5. Mendorong masyarakat untuk melaporkan bising yang tidak dapat diterima pada polisi, pejabat bandara, stasiun radio, dsb 6. Mendidik masyarakat untuk sadar bahwa sejumlah bising yang dapat menyebabkan gangguan dan tekanan hebat dapat ditiadakn dengan perencanaan dan peramalan

Menilai dan mengevaluasi bising lalu lintas : Menggunakan kriteria bising lalu lintas dengan melihat hubungan tingkat bising dan reaksi ketidakpuasan Kriteria bising yang digunakan adalah dengan : Traffic Noise Index (TNI) atau Indeks bising lalu lintas TNI = 4 (L10-L90) + L90 30 dBA Nilai TNI memperhitungkan : Tingkat intensitas dan karakteristik bising Pengaruh pada manusia dan gangguan sosial yang dihasilkan Perbedaan yang besar dalam derajat toleransi manusia terhadap bisingStandar TNI di Indonesia adalah < 24 DBA

Latihan untuk Mahasiswa Menjelaskan pengertian dari pengendalian kebisingan dan metode-metode yang bisa

digunakan untuk melakukan pengendalian kebisingan Menjelaskan tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan dalam menerapkan program

pengendalian/konservasi yang dipilih untuk mengendalikan kebisingan di lingkungan kerja. Rangkuman : 1. Pengertian pengendalian kebisingan adalah upaya untuk mengurangi tingkat kebisingan hingga pada tingkat dibawah baku mutu yang diterapkan 2. Alternatif pengendalian dan pencegahan bahaya kebisingan dilakukan dengan beberapa alternatif, yait Koreksi secara teknis (Engineering Control) (menurunkan (menurunkan tingkat kebisingan pada sumber dan mengisolir sumber kebisingan), penggunaan alat pelindung pendengaran, pengurangan waktu pemaparan, dan pemeriksaan kesehatan dan daya dengar secara berkala.

3. Program pencegahan yang dapat dilakukan meliputi beberapa hal berikut monitoring paparan bising, kontrol engineering dan administrasi, evaluasi audiometer, penggunaan alat pelindung diri (PPE) , pendidikan dan motivasi, evaluasi program, dan audit Program Tes Formatif Mahasiswa diberikan pertanyaan mengenai materi yang telah diberikan, yang dijawab secara tertulis selama 5 menit. Pertanyaan: 1. Apa yang dimaksudkan pengendalian kebisingan dan apa tujuan dilakukan hal ini ? 2. Metode-metode apa yang dapat dipilih untuk melakukan pengendalian kebisingan 3. Tindakan-tindakan apa yang perlu dilakukan dalam menerapkan program pengendalian yang dipilih untuk mengendalikan kebisingan di perkotaan ataupun di lingkungan kerja. Daftar Pustaka 1. Davis, Mackenzie L and David A. C. 1991. Intoduction Environmental Engineering, Mc Graw-Hill,New York. 2. Doelle, Leslie.1993. Environmental Accoustics. McGraw-HillBook Company, New York 3. Ehler & Steel, Municipal and Rural Sanitation, 1975 McGraw-HillWhite, Our Accoustic Environment, Jhon Willey. 4. Suarni,S.A dan Hafidawati. 2000. Diktat Kuliah Pengendalian Kebisingan, Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Andalas.

Senarai : 1. Barrier : Penghalang 2. Hearing Lost Prevention Plan and Policy : Kebijakan untuk pencegahan bahaya terhadap kehilangan pendengaran akiat kebisingan 3. Transmisi kebisingan : Penyebaran Kebisingan 4. NAB : Nilai Ambang Batas : Baku tingkat kebisingan yaitu batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang ke lingkungan dari usaha atau kegiatan sehingga tidak menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan

.