bahan ajar ipb s2-agromet

60
PEMAHAMAN ASPEK EKOLOGI PHT BERKELANJUTAN Ir. Sarsito Wahono Gaib Subroto, MM.

Upload: khairullah-wahid

Post on 12-Apr-2017

337 views

Category:

Food


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bahan ajar ipb s2-agromet

PEMAHAMAN ASPEK EKOLOGIPHT BERKELANJUTAN

Ir. Sarsito Wahono Gaib Subroto, MM.

Page 2: Bahan ajar ipb s2-agromet

PHT Berkelanjutan

Pertanian Berkelanjutan

Produksi

Efisiensi

Kestabilan

Resiliensi

Perlu ditunjang pemahaman ekologi

Page 3: Bahan ajar ipb s2-agromet

Proses alami cenderung bergerak ke kanan

Pertanian umumnya berupaya menjaga ekosistem tetap di wilayah ini

Proses usahatani cenderung bergerak ke kiri

Page 4: Bahan ajar ipb s2-agromet

Pertanaman pangan: Ekosistem efemer Berumur singkat (3-4 bulan) Setiap awal tanam terjadi invasi hama Hama yang mobil Umumnya monofag

Areawide Pest Management/AWMP(PHT Skala Luas)

Page 5: Bahan ajar ipb s2-agromet

Gugus habitat

Metapopulasi

Source & sink

Beberapa konsep ekologi yang relevan dengan PHT Skala Luas

Page 6: Bahan ajar ipb s2-agromet

Filter

Koridor

Padi PadiPadiBera/

Palawija

PadiPadiPadiPadi

Page 7: Bahan ajar ipb s2-agromet

Pertanaman sebagai “pulau ekologi”• Setiap awal musim tanam, pertanaman yang baru ditanam terpapar untuk diinvasi oleh hama• Laju invasi tergantung pada

• Jarak pertanaman terhadap sumber invasi• Jumlah hama di sumber invasi• Daya tarik pertanaman terhadap hama

Page 8: Bahan ajar ipb s2-agromet

Kelimpahan populasi hama di pertanaman

Invasi(Dekat-Banyak)

Kematian

N1 N2 N3 N4

Amba

ng T

inda

kan

Invasi(Jauh-Banyak)

Invasi(Dekat-Sedikit)

Invasi(Jauh-Sedikit)

Laju

Page 9: Bahan ajar ipb s2-agromet

Ecosystem Services Penyediaan (provisioning)

Produksi bahan pangan Pendukung (supporting)

Siklus hara Penyediaan oksigen

Pengaturan (regulating) Ketahanan invasi Pengendalian hayati hama

Budaya (cultural) Estetika Pengetahuan

Page 10: Bahan ajar ipb s2-agromet

Keanekaragaman hayati - Kestabilan

Tanaman

Fitofag/Hama

Musuh Alami

Page 11: Bahan ajar ipb s2-agromet

Bahan OrganikTanaman padi Tanaman lain

Detritivora

Predator Parasitoid Parasitoid Predator

Herbivora HerbivoraNektar, pakan, tempat

berlindung

Lantai pertanaman Pertanaman padi Galengan

Siklus Mikrob

Filter Feeders

Page 12: Bahan ajar ipb s2-agromet

Ecosystem services terganggu

Ecosystem services bekerja dengan baik

Ambang Tindakan

Waktu

Kelim

paha

n po

pula

si h

ama

Page 13: Bahan ajar ipb s2-agromet

2. Pencegahan

4. Penanggulangan

AT

Waktu

1. Penangkalan

SumberOPT

Pendekatan “P4” dalam PHT

3. Pemantauan

Penguatan

ecosystem

services

Page 14: Bahan ajar ipb s2-agromet

DAMPAK VARIABILTAS IKLIM TERHADAP OPTVariabilitas iklim • Perubahan iklim• Anomali Iklim

Perubahan Budidaya• Pergantian komoditi• Tanam lambat/mundur• Tanam lebih cepat/maju

Tidak tanam serentakBerbagai stadia tanaman

Serangan OPT

Perubahan pola hidup OPT Perubahan ekobiologi Perubahan pola makan Daur hidup semakin pendek

Perubahan daur hidup OPT

Page 15: Bahan ajar ipb s2-agromet

BAHANORGANIK

MICROORGANISME

plankton

chyromidae

Musuh alami

silikat memperkuatketahanan tanamanterhadap pemakan

tanaman

nutrisiN,P,K

- cacing- belut

OPTCOLEOMBOLA

B O

CUACA

matahari

hujansuhu

kelembaban

Page 16: Bahan ajar ipb s2-agromet

OPT merupakan fenomena ekologis. Eksistensi dan pemunculan OPT tidak dapat dilepaskan dari dinamika ekosistem lokal, nasional dan global.

Organisme dan kumpulan organisme yang oleh manusia dianggap sebagai hama hidup dan berkembang bersama-sama dan berinteraksi dengan organisme-organisme lain termasuk tanaman inang pengganti, serangga predator dan parasitoid yang mengendalikan populasi mereka pada lokasi dan waktu tertentu.

Page 17: Bahan ajar ipb s2-agromet

Tidak semua jenis serangga dalam agroekosistem merupakan serangga hama, malahan sebagian besar jenis serangga yang kita jumpai merupakan musuh alami hama [parasit, parasitoid, predator] atau serangga lain seperti serangga penyerbuk dan serangga penghancur sisa bahan organik.

Adanya banyak jenis serangga di ekosistem tidak dapat diartikan bahwa tanaman dalam keadaan bahaya. Pertanaman yang kaya dapat mendatangkan kestabilan pada populasi hama sehingga tidak membahayakan pertanaman.

Page 18: Bahan ajar ipb s2-agromet

Penyebab terjadinya ledakan OPT :

Pola sebaran varietas / klon tanaman (pertanaman monokultur, hasil pemuliaan tanaman, jarak tanam, penanaman tidak serentak)

Faktor musuh alami Faktor abiotik Sarana pengendalian yang digunakan (merubah

fisiologi tanaman, pestisida yang kurang tepat)

Page 19: Bahan ajar ipb s2-agromet

Populasi setiap organisme pada ekosistem tidak pernah sama dari waktu ke waktu lainnya, tetapi naik turun yang berkisar dari suatu garis asymtot yang dinamakan kedudukan keseimbangan populasi

Naik turunnya populasi organisme ditentukan oleh dua kekuatan di ekosistem, yaitu kemampuan hayati [potensi hayati] dan hambatan lingkungan

Potensi hayati: kemampuan organisme untuk berkembangbiak dalam kondisi yang optimal, sehingga mampu melipatgandakan jumlahnya sesuai kemampuannya.

Page 20: Bahan ajar ipb s2-agromet

Hambatan lingkungan: berbagai macam faktor biotik dan abiotik di ekosistem yang cenderung menurunkan fertilitas dan kelangsungan hidup individu-individu dalam populasi organisme. Faktor-faktor tersebut menghalangi suatu organisme untuk berkembang sesuai potensi biotiknya.

Populasi organisme selalu diusahakan berada pada kedudukan idealnya / keseimbangannya [‘equilibrium position’] karena berfungsinya mekanisme umpan balik negatif yang dilakukan oleh Hambatan Lingkungan terhadap Potensi Biotik

Page 21: Bahan ajar ipb s2-agromet

POPULASI

Kumpulan individu sejenis yang hidup padasuatu daerah dan waktu tertentu disebut populasi

Ukuran populasi berubah sepanjang waktu. Perubahan ukuran dalam populasi ini disebut

dinamika populasi. Perubahan ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus perubahan jumlah

dibagi waktu. Hasilnya adalah kecepatan perubahan dalam populasi (laju pertumbuhan).

Page 22: Bahan ajar ipb s2-agromet

Ada beberapa faktor penyebab kecepatan rata-rata dinamika populasi OPT. Dari alam mungkin

disebabkan oleh dampak fenomena iklim (el-nino & la-nina), sedangkan dari manusia misalnya penggunaan

pestisida yang tidak bijaksana (resurgensi & resistensi).

Populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompoknya yang tidak dimiliki oleh masing-masing

individu anggotanya.

Karakteristik ini antara lain : kepadatan (densitas), laju kelahiran (natalitas), laju kematian (mortalitas), potensi

biotik, penyebaran umur, dan bentuk pertumbuhan. Natalitas dan mortalitas merupakan penentu utama

pertumbuhan populasi.

Page 23: Bahan ajar ipb s2-agromet

Dinamika populasi dapat juga disebabkan imigrasi dan emigrasi

Hal ini khusus untuk organisme yang dapat bergerak, misalnya WBC dan Belalang

Kembara.

Imigrasi adalah perpindahan satu atau lebih organisme kedaerah lain atau peristiwa

didatanginya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme; didaerah yang didatangi sudah terdapat kelompok dari jenisnya.

Imigrasi ini akan meningkatkan populasi.

Page 24: Bahan ajar ipb s2-agromet

Emigrasi adalah peristiwa ditinggalkannya suatu daerah oleh satu atau lebih organisme, sehingga populasi akan

menurun.

Secara garis besar, imigrasi dan natalitas akan meningkatkan jumlah populasi, sedangkan mortalitas

dan emigrasi akan menurunkan jumlah populasi.

Populasi organisme dapat berubah, namun perubahan tidak selalu menyolok.

Pertambahan atau penurunan populasi dapat menyolok bila ada gangguan drastis dari lingkungannya, misalnya

adanya perubahan iklim.

Page 25: Bahan ajar ipb s2-agromet

No Fase kritis patogen Faktor iklim Pengamatan

1 Infeksi Kebasahan daun (embun, hujan, kabut)SuhuKelembabanCahaya

Kebasahan daun per hariSuhu saat daun basahLama RH>90% per hari (jam)Lama penyinaran matahari

2 Inkubasi Suhu Standar suhu harian = DD (oC)3 Inokulum Kebasahan daun

SuhuCahayaAnginHujan

Kecepatan angin (m/m)Intensitas hujan (mm/jam)Lama penyinaran matahari

4 Perkembangan penyakit

SuhuKebasahan daunHujanCahaya

Jumlah infeksiJumlah inokulumLama suhu tertentu

5 Daya tahan hidup SuhuCahayaKebasahan daun

Jumlah suhu, lama suhu ekstrim (jam)Kalori/hariKebasahan daun

Faktor iklim yang dapat digunakan sebagai prediktor perkembangan patogens berdasarkan fase kritis

Page 26: Bahan ajar ipb s2-agromet
Page 27: Bahan ajar ipb s2-agromet
Page 28: Bahan ajar ipb s2-agromet

DAMPAK PERUBAHAN IKLIMSuhu udara meningkat 0,74oC dalam kurun waktu 100 tahun (1906-2005)(IPCC, 2007).Permukaan laut naik 0,7 mm/tahun (1961-2003)(dalam 100 tahun, ± tahun 2061 menjadi 70 mm)(IPCC, 2007).Perubahan spesies flora dan fauna (mis. NSK).Frekuensi dan volume hujan pada musim hujan semakin menurun sebaliknya pada musim kemarau semakin meningkat.Perubahan pola dan musim tanam.Siklus hidup organisme semakin cepat, sehingga dalam setahun dapat menyelesaikan beberapa generasi.Frequensi timbulnya hama atau penyakit manusia, hewan dan tumbuhan meningkat.

DENGAN DEMIKIAN DATA DAN INFORMASI IKLIM/CUACA MENJADI SANGAT PENTING

Page 29: Bahan ajar ipb s2-agromet

Dampak perubahan iklim, baik iklim makro maupun mikro terhadap serangga hama

proses biologi (keperidian, siklus hidup, ukuran tubuh, kemampuan makan),

kondisi inang (morfofisiologi, ketahanan), dan lingkungan (faktor biologi musuh alami, keefektifan),

patogen (reproduksi, patogenisitas, penularan, bertahan hidup),

inang (ketahanan/morfofisiologi, ekspresi gejala), dan lingkungan (sifat fisikokimia tanah, perkembangan dan

dominasi mikroba tanah, filosfer, dan simbion).

Dampak perubahan iklim, baik iklim makro maupun mikro terhadap penyakit tumbuhan

Page 30: Bahan ajar ipb s2-agromet

IKLIM

CUACA

KOMPETISI

Langsung

Tidak langsung

Mortalitas a.l. banjir, badai

Natalitas a.l. kemampuan bertelur, laju pertumbuhan

Pertumbuhan dan kondisitanaman inang

Efek diferensial padaserangga hama melaluimortalitas dan natalitasmusuh alami

Dengan musuh alami

Dengan spesies lain

Dengan sesama spesies

IKLIM

CUACA

KOMPETISI

Langsung

Tidak langsung

Mortalitas a.l. banjir, badai

Natalitas a.l. kemampuan bertelur, laju pertumbuhan

Pertumbuhan dan kondisitanaman inang

Efek diferensial padaserangga hama melaluimortalitas dan natalitasmusuh alami

Dengan musuh alami

Dengan spesies lain

Dengan sesama spesies

Klasifikasi faktor lingkungan (density independence dan density dependence) yang menentukan kelimpahan spesies di lapang (Van

Emden, 1974)

Page 31: Bahan ajar ipb s2-agromet

Erni Susanti dkk., 2010

Variasi serangan hama wereng pada periode 1989-2005 di Indonesia Sumber: Direktorat Perlindungan Tanaman (2006)

Page 32: Bahan ajar ipb s2-agromet

Kekurangan air hujan dapat menyebabkan nimfa wereng coklat, wereng hijau, dan wereng punggung putih hidupnya meranaHujan yang lebat (banjir) dapat membersihkan nimfa dari tanamanSecara umum serangan WBC lebih dominan terjadi pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau serangannya terjadi di daerah-daerah yang curah hujannya tinggi

Curah hujan vs Wereng

Larva diapause penggerek batang padi putih pada musim kemarau akan aktif kembali jika curah hujan mencapai 10 mm dan turun secara teratur.

Curah hujan vs Penggerek batang padi putih

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 33: Bahan ajar ipb s2-agromet

Hubungan tidak langsung curah hujan dengan serangan tungro di Kalimantan Selatan

Curah hujan vs Tungro

Log Yma = 0,445 + 0,0358 Yjj + 0,000000025 X2on

Yma = Luas serangan Maret + April tahun tanam yang akan datangYjj = Luas serangan Juni-Juli tahun iniXon = Rata-rata curah hujan Oktober-Nopember tahun ini.

Peramalan intensitas serangan Tungro pada pola tanam serempakLog (Y+1,02) = 0,19 √ X1 + 0,44 (X2+0,1)2 – 1,97

Y = Ramalan intensitas serangan tungro pada dekade berikutnya.X1 = Curah hujan pada satu dekade terakhir (mm) pada awal musim, dengan

kisaran 0 < X1 ≤ 100 mm.

X2 = Populasi wereng hijau (Nephotetix virescens) per 25 ayunan tunggal dengan jaring (sweeping) pada awal musim, dengan kisaran 0 ≤ X2 ≤ 2 ekor.

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 34: Bahan ajar ipb s2-agromet

Peramalan luas serangan HDB pada stadia pengisian

Y = (X1 * log X2 ) 0,46

Curah hujan vs Hawar daun bakteri

Y = Proporsi luas serangan penyakit HDB pada stadia pengisianX1 = Proporsi luas serangan penyakit HDB pada stadia awal pembungaan

X2 = Curah hujan harian pada stadia awal pembungaan

Peramalan intensitas serangan HDB pada stadia pengisian

Y2 = 3,31 Log (X1+5) + 0,69 (X2) + 1,09Y = Intensitas penyakit HDB pada stadia pengisian malai.X1 = Intensitas penyakit HDB pada stadia pembungaan.X2 = Curah hujan harian pada stadia pembungan.

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 35: Bahan ajar ipb s2-agromet

Curah hujan vs Belalang Kembara

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 36: Bahan ajar ipb s2-agromet

Curah hujan vs Ledakan Belalang Kembara di Lampung

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 37: Bahan ajar ipb s2-agromet

Model Peramalan Serangan Belalang Kembara di Lampung

Y = Luas serangan belalang kembara (ha)K = Koloni belalang kembaraC = Rata-rata curah hujan (mm)t = bulan

Peramalan luas serangan (Yt) dari luas serangan, koloni (K) lag 1 bulan dan curah hujan lag 1-3

bulan ( Ct-13 )

Log Yt = 4,976 + 0,2121 Log Yt-1 + 0,5093 Log Kt-1 – 2,0537 C

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 38: Bahan ajar ipb s2-agromet

Penyakit Embun Tepung (Peronospora destructor ) pada Bawang Merah

pembentukan spora dapat terjadi pada Suhu 4o – 26oCRH sangat tinggi (>95%), suhu 14o – 18oC spora terbentuk mulai dari 5 – 7 jam setelah inokulasi, suhu rendah 6o – 10oC mulai dari 2 jamJika suhu >27oC selama ≥8 jam, 28oC selama 4 jam, 29oC selama 2 jam tidak dapat membentuk sporaSurvival spora P. destructor tergantung dari suhu, kelembaban nisbi, dan radiasi matahariSpora yang disimpan pada suhu 10oC dengan RH >76% masih mampu berkecambah >50% setelah 72 jamPeningkatan suhu dapat menekan kelangsungan hidup spora, pada suhu 35oC masih mampu berkecambah <10% setelah 10 jam.

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Suhu meningkat = Waktu untuk 1 siklus hidup lebih panjang

Page 39: Bahan ajar ipb s2-agromet

Suhu optimum atau efektif

(hidup normal)

AMBANG SUHU

Suhu rendah inaktif atau hibernasi

(bertahan hidup)

Suhu minimum(mati)

Suhu maksimum

(mati)

Suhu tinggi inaktif atau

estivasi (bertahan

hidup)

Zona Suhu (oC)

Suhu Udara hyphothermal Suhu lingkungan vs OPT

eury-thermal (kisaran suhu luas)steno-thermal (kisaran suhu sempit)

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Ambang suhu terendah (base T) untuk perkembangan organisme

Page 40: Bahan ajar ipb s2-agromet

Maka perlu Analisis Degree Days(Suhu Konstan)

Suhu badan organisme menyesuaikan pada suhu lingkungan (Hyphothermal)

Kisaran suhu optimum yang dibutuhkan untuk perkembangan setiap organisme berbeda-beda

Pola suhu tidak konstan, mempunyai pola stasioner – seasonal yang beregerak pada suhu minimum malam hari dan maksimum siang hari

Suhu di tiap-tiap lokasi atau daerah berbeda-beda

Karena:

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 41: Bahan ajar ipb s2-agromet

(T max + T min)Day-Degrees (DD) = ----------------------- – base T

2

Base temperature (T) adalah minimum temperatur (ambang suhu terendah) yang diperlukan untuk perkembangan

fisiologi organisme. Contoh : Ambang suhu rendah untuk perkembangan telur, larva, pupa ulat bawang S. exigua

adalah 13,2, 15,4, dan 15,4oC

Kalkulasi Day-Degrees (DD) dengan metode sederhana

menggunakan rata-rata temperatur harian

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 42: Bahan ajar ipb s2-agromet

Suhu dan Kelembaban Harian Pola Stasioner - SeasonalSumber: Data AWS BPPT Serpong, 28 Januari 2010

20

22

24

26

28

30

32

34

36

00:

00:0

4

02:

00:0

4

04:

00:0

4

06:

00:0

4

08:

00:0

4

10:

00:0

5

12:

00:0

4

14:

00:0

4

16:

00:0

4

18:

00:0

4

20:

00:0

4

22:

00:0

5

Menit, Jam

Suhu

( o C

)

20

30

40

50

60

70

80

90

100

Kele

mba

ban

( % )

Kelembaban

Suhu

Page 43: Bahan ajar ipb s2-agromet

Suhu udara vs GanjurLedakan serangan ganjur terjadi terjadi pada kisaran suhu 25o – 27oC

Suhu udara vs Tungro dan wereng hijau Transmisi virus meningkat mulai suhu 10o – 30oC dan akan menurun mulai 31o - 38oC. Perkembangan wereng hijau akan meningkat apabila suhu menurun dari 34o ke 13oC

Suhu udara vs Penggerek batang jagung

Hidup normal pada suhu udara 14,4oC dan jika dalam 2 hari suhu meningkat menjadi 22,8oC, lalu dalam 3 hari meningkat menjadi 26,7oC maka mortalitas meningkat menjadi 92,4%

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 44: Bahan ajar ipb s2-agromet

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Suhu vs Penyakit kudis Apel Penyakit kudis apel,Venturia inaequalis berkembang memproduksi miselia.Kemunculan pertama miselia setelah 4 mng pada daun yang jatuhFaktor berpengaruh adalah suhu dan embun, faktor utamanya adalah suhu

Y = 0,08017 + 0,009 W i-b (sk) + 0,00211 H 2(i-10)

Y = Peluang laju intensitas serangan penyakit kudisW i-b (sk) = masa bertunas spora cendawan pada tanggal ke-i

dikurangi periode inkubasi (hari) sampai dengan n jumlah jam lamanya daun basah dan f(xi) suhu

H 2(i-10) = frekuensi jam dengan suhu 18-20oC, 10 hari sebelum menginfeksi

Model peramalan penyakit kudis:

Page 45: Bahan ajar ipb s2-agromet

Suhu vs Penyakit Embun Tepung Suhu paling cocok dalam pembentukan spora (4o – 26oC)RH sangat tinggi (>95%), suhu 14o – 18oC spora terbentuk mulai dari 5 – 7 jam setelah inokulasi, suhu rendah 6o – 10oC mulai dari 2 jamJika suhu >27oC selama ≥8 jam, 28oC selama 4 jam, 29oC selama 2 jam tidak dapat membentuk sporaSurvival spora P. destructor tergantung dari suhu, kelembaban nisbi, dan radiasi matahariSpora yang disimpan pada suhu 10oC dengan RH >76% masih mampu berkecambah >50% setelah 72 jamPeningkatan suhu dapat menekan kelangsungan hidup spora, pada suhu 35oC masih mampu berkecambah <10% setelah 10 jam.

Page 46: Bahan ajar ipb s2-agromet

Suhu vs Penetasan NSK

0

20

40

60

80

100

7 9 12 15 18 21 24 27

Suhu (C)

Pene

tasa

n (%

)

G. rostochiensisG. pallida

Page 47: Bahan ajar ipb s2-agromet

Suhu vs Multiplikasi NSK

0

10

20

30

40

50

60

7 9 12 15 18 21 24 27

Suhu (C)

Fakt

or m

ultip

likas

i

G. rostochiensisG. pallida

Page 48: Bahan ajar ipb s2-agromet

Ulat Bawang

Suhu: faktor utama perkembangan S. exiguaSurvival larva dikendalikan oleh makanan dan kondisi suhu. Pada suhu 20oC perlu 32,2 hari, 25oC perlu 17,3 hari dan 30oC perlu 10,5 hari (semakin panas semakin pendek)Masa pertumbuhannya selama 10-12 hari pada suhu 28oC, pada 16oC sampai 35 hari.Jika kondisi cocok dengan suhu berkisar antara 24-28oC dalam 1 musim tanam terjadi beberapa generasi (Rivnay, 1962). Preoviposisi berkurang dan mortalitas larva meningkat pada suhu tinggi. Ambang suhu rendah untuk telur, larva, pupa adalah 13,2, 15,4, dan 15,4oC. Suhu konstan (Days-Degree) untuk telur, larva, pupa, dan telur - dewasa berturut-turut 37,2, 155,8, 78,5, dan 271,0 (Lee et al., 1991)

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

(CABI, 2007)

Suhu meningkat = waktu semakin pendek dalam menyelesaikan 1 siklus

Page 49: Bahan ajar ipb s2-agromet

Planococcus citri Risso

Arai ( 1996) menyimpulkan bahwa perkembangan yang tertinggi terjadi pada sekitar ambang suhu 30°C. Perkembangan akan rendah jika suhu 7,7oC atau 401 DD sepanjang periode nimfa dan 8oC atau 378 DD sepanjang masa preoviposisi.Di P. Jawa, P. citri meningkat dengan nyata pada saat kering

panjang ((Bernard, 1926) terutama pada musim kemarau. (Betrem, 1936).Infestasi di lapang akan mulai meningkat jika kelembaban <70%, biasanya pada awal musim kemarau dan mencapai puncak populasi akan terjadi setelah 3 – 4 bulan kemudian.

Vektor Dioscorea alata bacilliform virus (DaBV), Schefflera ringspot virus (SRV), Grapevine leafroll associated virus 3 (GLRaV-3), Banana streak virus and Cucumber mosaic virus

Suhu meningkat dapat meningkatkan infestasi dan perkembangan populasi

Page 50: Bahan ajar ipb s2-agromet

Thrips tabaci Lindeman, 1889

Van Rijn et al. (1995) mencatat laju reproduksi setiap betina mencapai 26 telur, dengan puncak laju 5,5 telur per hari pada suhu 25°CLama perkembangan dari telur hingga menjadi dewasa dari 11 hari pada suhu 30°C sampai 23 hari pada suhu 22.4°C. Van Rijn et al. (1995) mencatat perkembangan dari telur hingga dewasa 12.9 hari pada suhu 25°C dengan masa pre-oviposition 1,9 hari.Median lamanya siklus hidup dewasa betina adalah 11,9 hari pada timun pada 25°C (van Rijn et al., 1995).

Suhu meningkat akan memperpendek periode perkembangan

Page 51: Bahan ajar ipb s2-agromet

Bemisia tabaci (Gennadius, 1889)

Setiap betina meletakkan telur >160. Penetasan terjadi setelah 5-9 hari pada suhu 30°C tergantung dari tanaman inang, suhu dan kelembaban.

Liriomyza sp.Telur menetas dalam 2-5 hari tergantung suhu. Lamanya perkembangan larva berkisat antara 4-7 hari pada rata-rata suhu di atas 24°C (Harris and Tate, 1933). Penurunan jumlah populasi terjadi jika suhu harian maksimum meningkat hingga 40°C (Lange et al., 1957). Pembentukan pupa kurang baik jika terjadi kering dan kelembaban tinggi. Dewasa terbentuk 7-14 hari setelah terbentuk pupa pada suhu antara 20 dan 30°C (Leibee, 1982). Jika temperatur rendah maka pembentukan dewasa akan terlambat.

Page 52: Bahan ajar ipb s2-agromet

Perkecambahan spora (germinasi) terjadi pada suhu optimum 20°C (Walker, 1969).

Colletotrichum sp.Terjadinya infeksi dan berkembangnya penyakit pada suhu optimum sekitar 26°C (Walker, 1921; 1969).

Pada cuaca panas dan basah, pathogen dapat menyelesaikan siklus hidupnya (dari infeksi hingga terbentuknya konidia) dalam 5-6 hari. Cuaca sangat panas dan kering dapat menekan perkembangan pathogen.Sejak cendawan berkembang dalam tanah, suhu tanah selama musim tanam adalah faktor yang sangat penting dalam menentukan tingkat kerusakan oleh penyakit ini. Suhu tanah antara 20-30°C adalah kondisi terbaik untuk berkembang cepat penyakit ini (Walker, 1921) .

Suhu semakin panas dapat menekan perkembangan

Page 53: Bahan ajar ipb s2-agromet

Lengas/kelembaban udara

Kelembaban mikro oleh curah hujan/keadaan air berpengaruh terhadap perkembangan OPT

Trips tabaci dapat bertahan hidup dalam lengas udara nisbi dibawah 50%.

Dalam lengas udara nisbi 10% kumbang bubuk kacang hijau bertelur rata-rata 44,4 butir, namun pada 25% bertelur 49,8 butir, tertinggi pada 90% mencapai 75,4 butir setiap individu betina. Jika lengas nisbi mencapai 98% jumlah telur yang dihasilkan akan menurun menjadi rata-rata 60,8 butir.

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 54: Bahan ajar ipb s2-agromet

Kelembaban vs Busuk daun cendawan pada kentang

Model peramalan:

YU = [a0 – a1 hm ] (n-i)b

YU = Pengaruh periode kering terhadap kelangsungan hidup spora

hm = Frekuensi jam dengan kelembaban di bawah 70% a0 dan a1 = jumlah spora pada awal dan akhir periode keringi = periode inkubasi dalam harin = tanggalb = 7 hari

Page 55: Bahan ajar ipb s2-agromet

Cahaya dan radiasi matahari

Umumnya serangga sangat tertarik dengan cahaya

Untuk hidupnya memerlukan energi cahaya matahari atau bulan

Ngengat serangga nokturnal akan aktif pada malam hari.

Belalang kembara, mengembaranya seringkali mengkuti arah cahaya matahari. Gregraria terbang pada siang hari dan malamnya akan berkumpul pada tanaman untuk makan, kawin dan meletakkan telur. Soliter terbang pada malam hari dan siangnya tinggal di pepohonan.

Periodisitas radiasi matahari berpengaruh terhadap suhu udara, lengas udara dan lamanya pengembunan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri, virus dan sporalisasi cendawan

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 56: Bahan ajar ipb s2-agromet

Intensitas radiasi matahari berpengaruh thd kuantitas spora cendawan P. destructor menyebar ke udara dari sumber inokulumRadiasi merah/inframerah dan getaran daun (tiupan angin 0,3 – 1 m/detik) sebagai faktor pentingPenyebaran spora terjadi sekitar 1,5 jam konsisten setelah terbit matahariRadiasi matahari juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup spora; penyinaran spora dengan kekuatan tinggi (630-900 W/m2) dan menengah (280-630 W/m2) radiasi matahari, tidak ada spora yang mampu berkecambah

Radiasi matahari vs Penyakit Embun Tepung

Page 57: Bahan ajar ipb s2-agromet

Angin dan gerakan udara

Tidak berpengaruh langsung, namun merupakan faktor penting dalam menyebarkan hama dan penyakit tumbuhan.

Membantu kecepatan terbang belalang kembara, pada saat angin spoy2 akan terbang melawan arah angin tapi jika angin kencang terbang mengikuti arah angin.

Serangga ordo Hymenoptera, Diptera, Coleoptera dan Orthoptera umumnya terbang pada cuaca cerah tanpa angin atau angin spoy2. Jika kecepatan angin >15 km/jam, aktivitas terbang akan terhenti.

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

Page 58: Bahan ajar ipb s2-agromet

KESIMPULAN

BALAI BESAR PERAMALAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN

1) Iklim merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan dan penyebaran serangga hama dan penyakit tumbuhan.

2) Pengetahuan tentang hubungan keadaan dan perubahan iklim makro, anomali iklim terhadap perubahan karakteristik populasi dan serangan hama/penyakit sangat penting.

3) Analisis dan penguatan basis data OPT dan iklim perlu ditingkatkan.

4) Iklim adalah kejadian alam yang sulit dikelola dan diatur oleh manusia dengan demikian maka manusia harus mampu menyesuaikan dan memanfaatkannya.

Page 59: Bahan ajar ipb s2-agromet

BBPOPT

Page 60: Bahan ajar ipb s2-agromet

Terima Kasih