bagaima merujuk kepada 'ulama salaf

12

Click here to load reader

Upload: ibnu-taqiyuddin-al-bassam

Post on 20-Jun-2015

69 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

'ulema ulama scholar's salaf how educational religion

TRANSCRIPT

Page 1: Bagaima Merujuk Kepada 'Ulama Salaf

(Pernah dimuat di al-Wa’ie No. 51 Tahun V, 1 – 30 November 2004)

Kita acapkali mendengar bahwa sudah selayaknya kaum Muslim merujuk kepada ‘ulama <i>salaf</i>. Lalu siapakah sebenarnya mereka..?

Jawab:<i>Salaf</i>, secara harfiah berarti <i>madha<i/> (berlalu), juga berarti generasi pendahulu

seseorang [1]. Menurut Ibn Manzhur, <i>salaf</i> mempunyai dua konotasi: Pertama, setiap amal shaolih yang dipersembahkan oleh seseorang sehingga amal tersebut menjadi peninggalannya. Kedua, nenek moyang yang telah mendahului Anda, atau kerabat Anda, yang usia dan kemuliaannya berada di atas Anda. Karena itu, generasi pertama Islam, yaitu para shahabat dan tabi’in disebut <i>salaf</i> shalih [2].

Prof. Dr. Muhammad Rawwas Qal’ah Ji, dalam <i>Mu’jam Lughat al-Fuqaha</i>, menyatakan bahwa istilah <i>salaf</i> bukan hanya untuk para shahabat dan tabi’in, melainkan para tabi’at tabi’in serta imam mujtahid terdahulu yang (ijtihadnya) bisa diterima [3].

Dengan konotasi seperti ini, ulama <i>salaf</i> itu meliputi generasi shahabat, generasi tabi’in dan para imam mujtahid. Selain generasi ini, dalam khazanah keilmuan Islam, disebut dengan istilah <i>khalaf</i>. Artinya, <i>khalaf</i> juga merupakan kebalikan <i>salaf</i>. <i>Khalaf</i> sendiri secara harfiah berarti pengganti, di belakang, atau yang ditinggalkan. Dari sini, Prof. Dr. Muhammad Rawwas Ji menyatakan bahwa <i>khalaf</i> berarti generasi ‘ulama pasca tabi’at tabi’in [4]. Dengan konotasi seperti ini, maka para ‘ulama klasik seperti Ibn Hazm (w. 1064 M), al-Ghazali (w. 1111 M), as-Sarahsi (w. 1112 M), ar-Razi (w. 1228 M), Ibn Qudamah (w. 1242 M), an-Nawawi (w. 1277 M), Ibn Taimiyyah (w. 1328 M), Ibn Hajar al-Asqalani (w. 1474 M), dan sebagainya termasuk dalam katagori ‘ulama <i>salaf</i>.

Hanya saja, persoalannya bukan terletak pada status <i>salaf</i> atau <i>khalaf</i> sehingga <i>salaf</i> pasti lebih baik dari <i>khalaf</i>. Sebab generasi <i>khalaf</i> pun berhak mendapatkan status kemuliaan sebagaimana yang diperoleh oleh generasi <i>salaf</i>, seperti yang telah dinyatakan dalam hadist Nabi Saw:

“Tahukah kalian, siapakah orang yang beriman yang paling baik keimanannya..? Beliau menjawab, suatu kaum yang datang setelahku sebagai orang-orang yang kuat; mereka mengimaniku, sekalipun tidak pernah melihatku; mereka menemukan kertas yang tergantung, lalu melaksanakan isinya” (HR. al-Hakim)

Hadist ini dengan jelas menyatakan status keimanan generasi pasca shahabat termasuk di dalamnya generasi <i>khalaf</i> yang dinobatkan sebagai generasi yang paling baik keimanannya, karena mereka melaksanakan isi kertas yang tergantung; yakni al-Quran dan as-Sunnah, dalam kehidupan mereka. Mereka memang tidak pernah hidup pada zaman Nabi Saw dan tidak sempat bertemu beliau, tetapi mereka mengimaninya dan dan melaksanakan seluruh ajarannya. Artinya, masalahnya bukan terletak pada status <i>salaf</i> (terdahulu) dan <i>khalaf</i> (belakangan) mereka, tetapi pada keteguhan mereka mengimplementasikan seluruh ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw.

<b>Maksud Merujuk Kepada ‘Ulama <i>salaf</i></b>Allah memang menciptakan manusia dengan potensi intelektual yang berbeda satu sama lain.

Karena itu, Allah memerintahkan agar yang potensi intelektualnya kurang, bertanya kepada orang yang mempunyai potensi intelektual lebih. Allah SWT berfirman:

“”(TQS an-Nahl [16]: 43)

Nabi Saw juga bersabda:

Page 2: Bagaima Merujuk Kepada 'Ulama Salaf

“Bukankah obat bagi orang yang buta (tidak tahu) itu adalah bertanya..?” (HR al-Hakim)

Karena itu, taklid dalam keber-Islam-an seseorang memang telah dimaklumi kebolehannya. Hanya saja, tetap harus dibedakan antara persoalan akidah dan hukum. Dalam akidah, taklid tidak diperbolehkan, sementara dalam persoalan hukum diperbolehkan. Sebab, terdapat banyak nash yang melarang taklid dalam berakidah sementara dalam berhukum tidak, sekalipun tentu ini bukan merupakan perintah asal bagi setiap <i>mukallaf</i>.

Meski demikian, tetap harus dicatat, bahwa kebolehan taklid kepada orang bukan berarti mengikuti orangnya, melainkan mengikuti pendapat dan pandangan yang menjadi ijtihadnya. Sebab, setiap manusia wajib mengikat seluruh perbuatannya dengan hukum Allah, baik dengan cara berijtihad sendiri ataupun bertaklid kepada mujtahid lain. Jika seorang Abu Hanifah, Malik, as-Syafi’i atau Ahmad, misalnya, bukan mujtahid, maka taklid kepada mereka tentu tidak diperbolehkan.

Karena itu, status mengikuti ‘ulama bisa diklasifikasikan menjadi dua: (1) taklid; jika ‘ulama yang diikuti adalah seorang mujtahid, (2) <i>ta’lim wa ta’allum</i> (belajar-mengajar); jika ‘ulama yang diikuti bukanlah seorang mujtahid. Meski demikian, masing-masing ‘ulama tersebut tetap harus memenuhi kualifikasi adil dan <i>‘alim</i> (berilmu)

Dari sini, bisa disimpulkan, bahwa merujuk kepada ‘ulama <i>salaf</i> tidak lain adalah mengikuti pendapat dan pandangan mereka, bukan mengikuti individu mereka; atau mengikuti hukum dan pandangan yang menjadi ijtihad mereka, bukan pandangan yang lahir dari hawa nafsu mereka. Karena itu, keilmuan mereka yang digunakan untuk berijtihad, yang ditopang dengan keadilan mereka – sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Ghozali [6] – menjadikan mereka sebagai rujukan dan panduan generasi setelah mereka.

Mengikuti pendapat dan pandangan ‘ulama <i>salaf</i> tidak serta merta karena figur ke-<i>salaf</i>-annya, yang oleh imam Ali disebut <i>rijal</i>; tetapi karena aspek kebenaran pendapat dan pandangan (<i>al-Haqq</i>)-nya, dan baru bisa dinilai; apakah <i>rijal</i> (figur <i>salaf</i> atau <i>khalaf</i>) tersebut benar atau salah. Untuk mengetahui aspek kebenaran pendapat dan pandangan (<i>al-Haqq</i>)-nya itu tidak ada jalan lain melainkan dengan menganalisis kuat-lemahnya dalil yang menjadi sandarannya. Imam Ali pernah menyatakan:

“Sesungguhnya kebenaran itu tidak bisa diketahui melalui figur (orang)-nya. Ketahuilah kebenaran itu, baru kamu akan mengetahui orangnya.” (Dikeluarkan oleh al-Manawi dalam <i>Faydh al-Qadir</i>)

Kenyataan inilah yang menjadi alas an para ‘ulama ushul menolak menjadikan mazhab shahabat sebagai dalil syariat, tetapi hanya sebatas hukum yang dihasilkan oleh shahabat, sebagimana lazimnya mujtahid yang lain. Karena itu, statusnya sama; sama-sama mempunyai potensi benar dan salah. Ini berbeda dengan apa yang disepakati oleh para shahabat, yang kemudian dikenal dengan ijma’ shahabat. Yang terakhir ini merupakan dalil syariat yang pasti benar.

Akan tetapi, ini juga tidak berarti bahwa mengikuti mereka tidak penting, karena yang penting hanya mengikuti dalil. Sikap demikian hanya akan memutus mata rantai keilmuan syariat yang dibutuhkan untuk memahami dalil-dalil syariat tersebut, sebagimana yang lazim disuarakan oleh kalangan Muslim Liberal. Sebab, harus diakui bahwa untuk memahami dan menggali dalil agar bisa dikeluarkan menjadi produk hukum syariat hanya bisa dilakukan dengan metode berpikir <i>‘aqliyyah</i> (rasional), yang meniscayakan adanya informasi kesyariatan. Informasi kesyariatan itu sendiri meniscayakan peranan ‘ulama <i>salaf</i> yang telah berjasa mensistematisasikan khazanah keilmuan Islam yang luar biasa itu. Karena itu, apapun upaya yang dilakukan untuk memahami dan menggali dalil syaraiat, tanpa bantuan keilmuan mereka, hanyalah upaya yang sia-sia.

<i>Wallahua’lam</i>

Page 3: Bagaima Merujuk Kepada 'Ulama Salaf

Hadist Ahad Dalam Akidah..Dalil Zhan dan Hadist AhadZhan mengandung arti i’tiqad/keyakinan yang rajah (kuat/jelas), tetapi mengandung dua alternatif (yang bertentangan) sehingga harus meyakininya atau ragu/menolaknya [1]. Berdasarkan pengertian ini, zhan merupakan sesuatu yang mengandung lebih dari satu pengertian/kemungkinan, sehingga terdapat peluang bagi manusia untuk memilih pendapat yang dianggapnya mendekati kebenaran (yakin). Jadi, perkara zhan tidak bias dipastikan akan menghasilkan sesuatu yang yakin. Hal ini menjadi alasan mengapa dalil zhan tidak dapat digunakan sebagai dalil dan hujah dalam masalah akidah.Tidak seorangpun ragu bahwasanya ayat-ayat al-Quran dating dari Allah SWT. Sehingga derajatnya sebagai suatu sumber yang pasti tidak dipertentangkan lagi di antara kaum Muslim di setiap masa. Lain halnya dengan Sunnah Rasulullah Saw, selain hadist yang mutawatir (hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah shahabat yang mustahil bersepakat untuk berdusta), hadist-hadist lainnya yang tercakup dalam katagori masyhur atau ahad tidak sampai pada derajat yang pasti 100% berasal dari Rasulullah saw, meskipun ‘ulama-‘ulama dari golongan Hanafiah mengelompokkan hadist masyhur ke dalam hadist mutawatir yang tingkatannya sampai pada keyakinan. Namun, orang yang menolak (hadist masyhur) tidak dikafirkan [2].Memang, di kalangan ‘ulama terdapat perbedaan pendapat menyangkut status hadist ahad, apakah menghantarkan pada sesuatu yang yakin atau tidak..? dari sini muncul perselisihan penggunaannya dalam perkara akidah. Golongan yang berpendapat bahwa hadist ahad dapat menghantarkan pada derajat yakin, sehingga dapat dijadikan hujjah dalam perkara akidah adalah sebagian besar ‘ulama hadist, seperti Imam Abu Dawud, Ibnu Hazm, al-Karisi, al-Muhasibi, Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, dan Ibnu Shalah.Adapun jumhur ‘ulama ushul menetapkan bahwa hadist ahad menghantarkan pada zhan, namun hadist ini setelah diakui keshahihannya wajib diamalkan dalam perkara syar’i. berbeda halnya dengan perkara akidah, karena tidak sampai pada derajat yakin, tidak dapat diamalkan. Golongan yang berpendapat seperti ini antara lain Imam mazhab yang empat, Imam Ghazali, al-Bazdawi, Khatib al-baghdadi hingga generasi terakhir, seperti Muhammad Abduh, Sayyid Qutb, dan lain-lain.Agar akidah yang kita anut betul-betul bersih dan lurus, jauh dari keraguan dan syak meskipun sedikit, sumber dan makna dalilnya harus bersifat pasti. Syekh Jamaluddin al-Qasimi berkata: “sesungguhnya jumhur kaum Muslim dari kalangan shahabat, tabi’in, golongan setelah mereka dari kalangan fuqaha, ahli hadist, dan ‘ulama ushul berpendapat bahwasanya khabar ahad yang terpercaya dapat dijadikan hujjah dalam masalah tasyri’ yang wajib diamalkan, tetapi (khabar ahad ini) menghantarkanpada zhan yang tidak sampai pada derajat al-‘Ilmu (yakin) [3]”. Imam Kassani berpendapat: “dengan demikian, pendapat sebagian besar fuqaha menerima hadist ahad yang terpercaya dan adil serta (hadist ahad ini) diperlukan dalam perkara amal (tasyri’) kecuali perkara akidah, sebab i’tiqad wajib dibangun berdasarkan dalil-dali yang yakin, yang tidak ada keraguan di dalamnya, sementara dalam masalah amal (tasyri’) cukup dengan dalil yang rajah (kuat) saja [4]”. Adapun Imam asy-Syahid Sayyid Qutb berpendapat tatkala menafsirkan surat al-Falaq berkenaan dengan hadist bahwa Lubaid bin A’sham al-Yahudi telah menyihir Rasulullah Saw sementara status hadist tersebut tergolong shahih: “…hadist ahad tidak dapat dijadikan sumber yang dipercaya (dalam perkara akidah) karena sumebr yang dapat dijadikan rujukan dalam keyakinan adalah hadist yang mutawatir” [5].Dari lontaran-lontaran pendapat tadi menunjukkan bahwa iman yang dituntut oleh Allah SWT haruslah iman yang yakin, pembenaran (tashdiq) yang bersifat pasti (jazm) dan berasal dari dalil yang qoth’i (pasti). Berkenaan dengan hal ini, al-Ghazali mengemukakan: “Iman adalah suatu pembenaran yang pasti, yang tidak ada keraguan ataupun perasaan bersalah yang dirasakan oleh pemeluknya [6]”. Pendapat ini senada dengan Imam an-Nafasi: “Iman adalah pembenaran hati yang sampai pada tingkat kepastian dan ketundukan [7]”Yang dimaksud dengan pembenaran (tashdiq) adalah sekedar membenarkan sehingga belum mencapai derajat iman (I’tiqad). Oleh karena itu, tashdiq dapat diterima berdasarkan dalil-dali yang zhan. Akibatnya, suatu khabar/hadist yang tidak sampai pada derajat mutawatir tidak boleh ditolak dalam

Page 4: Bagaima Merujuk Kepada 'Ulama Salaf

perkara tashdiq. Meskipun demikian, sesuai dengan definisi iman yaitu pembenaran yang pasti (tashdiqul jazm), maka kepastian itu mengharuskan kita hanya mengambil hujjah/dalil yang bersifat qath’i saja agar akidah itu tergolong akidah yang selamat, lurus, serta tidak menjadi ajang perbedaan pendapat atau ajang ijtihad, karena dalil zhan mengandung perbedaan, baik dari aspek tsubutnya (sumber dalilnya) maupun dalalahnya (penunjukan dalilnya).Perlu dipahami, bahwa tidak diterimanya hadist ahad sebagai dalil dalam perkara akidah bukan berarti menolak dan mengingkari hadist-hadist ahad dalam perkara tasyri’, bahkan kedudukan hadist ahad dalam perkara tasyri’ sudah disepakati oleh seluruh fuqaha. Atas dasar ini, tidak adanya i’tiqad bukan berarti ingkar/menolak, tetapi menerima, hanya tidak jazm (pasti), terutama dalam perkara akidah.

Ikhwan fillah yang dimuliakan Allah..Ketahuilah.., bahwa musuh-musuh Islam dan kaum Muslim telah berhasil dalam melaksanakan strategi mereka yang pertama; yaitu menyibukkan kaum Muslim dengan berbagai pembahasan yang akan memicu perselisihan dan fitnah di antara sesama mereka, agar perselisihan tersebut menjadi idealitas mereka, menggantikan kesepahaman di antara sesama mereka, juga menggantikan aktivitas untuk mengembalikan kejayaan umat Islam dalam naungan pemerintahan Islam yang sesuai dengan manhaj kenabian yang akan melindungi mereka

‘Ala kulli hal…, kiranya kita perlu mengingat kembali kaidah syara’ yang sangat masyhur:

“Perintah Imam dapat mengatasi perselisihan”

“Perintah Imam harus dilaksanakan, baik secara lahir maupun bathin”

[1] al-Istidlaalu bi Zhann fi al-Aqidah, Fathi Salim, hlm: 20[2] Ushul at-Tasyri’ al-Islami, Ali Hasbullah, hal: 35-40[3] Qawaa’idu at-Tahdits, al-Qasiim, hal: 147-148[4] Badaa’iu Shanaa’iu, al-Kassani, jilid I, hal: 20[5] Fi Zhilal al-Quran, jilid VIII, hal: 710[6] Iljam al-Awam ‘an ‘Ilmi al-Kalam, Imam al-Ghazali, hal: 112[7] al-‘Aqaaid an-Nasafiah, Imam an-Nasafiah, hal: 27-43Sumber: Gerakan Dakwah Formal, Ir. Syamsu Hilal, hal: 56-57Ditulis:Gerakan paling bungsu dari Timur Tengah yang masuk ke Indonesia adalah gerakan Salafy. Sejarah gerakan ini berawal dari Muhammad bin Abdul Wahab yang lahir di Uyainah, sebuah desa di Riyadh, Saudi Arabia..Ibnu mau kroscek aja..

Sementara itu, Imam al-Asnawi berkata: “Pada sarnya jika riwayat hadist ahad mendatangkan sesuatu, maka yang dihasilkannya hanyalah berupa sangkaan. Allah sendiri membolehkan persangkaan seperti ini, namun terbatas hanya dalam perkara amaliah, yaitu cabang-cabang kewajiban agama, bukan hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah, seperti kaedah-kaedah pokok hukum agama”

081939080035 Haydar ahmad Defhttp://www.facebook.com/profile.php?ref=profile&id=1781456975Pers kita .. Integritas dan kredibilitas atau bias dari para pembuat keputusan?Sejak pengumuman Dr Mohamed ElBaradei (mantan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional), niatnya untuk mencalonkan diri untuk pemilihan presiden berikutnya, dan Arab dan global tekan urutan kejadian, dan berlomba dalam menyebarkan berita dan dirumuskan sehingga untuk mempromosikan agenda dan tujuan. Tidaklah aneh bahwa tumpukan surat kabar oposisi pujian dan dukungan kepadanya dan ia membawa kekhawatiran bangsa di pundaknya dan akan bertindak sebagai tiran manja Mesir dan bahwa jalan menuju kebebasan dan kemajuan untuk Mesir .....) .. Tidak

Page 5: Bagaima Merujuk Kepada 'Ulama Salaf

mengherankan, berbeda dengan surat kabar membombardir ubin banding dan bahwa ia tidak cocok untuk presiden Mesir, dan tidak memiliki pengalaman politik dan jauh dari situasi di negara itu. Dan ancaman yang saat ini tidak memungkinkan untuk amandemen konstitusi, karena konstitusi Mesir mengharuskan mereka yang ingin mencalonkan diri sebagai presiden untuk menjadi anggota tubuh tertinggi dari salah satu pihak setidaknya satu tahun sebelum pemilu, dan harus untuk membangun partai ini lima tahun. Dan itu mendapatkan calon independen untuk presiden pada dukungan dari 250 anggota terpilih di kedua majelis parlemen dan dewan provinsi yang akan termasuk setidaknya 65 anggota parlemen dan 25 anggota Dewan Shoura anggota dan 10 provinsi ....) Inilah pers kita dan ini adalah mari kita tahu. . keadilan dan ketidakberpihakan dalam perekrutan berita untuk melayani kepentingan mereka yang mendukung, dan kredibilitas dan bias dari seluruh pengambil keputusan .. Ini adalah arti dari slogan-slogan mereka dalam iman mereka. Tidak mengherankan, berjuang koran dan lembaga-lembaga lain, media lokal dalam penyebaran berita dan selaras dengan kepentingan mereka, tetapi untuk menemukan surat kabar Eropa, yang berkisar sekitar balap dalam memoles citra ElBaradei, ia adalah laki-laki untuk memimpin Mesir. Dan tirani Mesir akan menghadapi tantangan seperti yang diungkapkan begitu populer Guardian dan ElBaradei akan mendukung langkah reformasi di negeri ini, dalam kata-kata dari The Telegraph, dan ia lebih baik daripada banyak politisi juga mengatakan The Independent.Di sisi lain menemukan pers AS, yang berkisar sekitar latihan penghinaan dan sindiran di artikel tentang pertanyaan Ellat setelah memperlihatkan aspek-aspek yang mengesankan pro-Baradei Vtads akhir New York Times Will ElBaradei, yang tinggal sebagian besar hidupnya di Eropa untuk memimpin semua perubahan ORP di Mesir?? Harian n Allowacnt Post membenarkan bahwa pencalonan dirinya tunduk pada perubahan konstitusi untuk memungkinkan pengawasan peradilan penuh pemilu dan untuk menghapus item yang membatasi pencalonan independen Konstitusi Mesir. juga menekankan Los Angeles Times bahwa dia tidak akan berhasil dalam menekan rezim Mesir untuk mengubah pasal-pasal konstitusi, yang tidak mengizinkan menghindari independen untuk presiden yang kompleks hanya setelah serangkaian tindakan yang akan datang. The Wall Street Journal bahwa ElBaradei akan menggunakan posisinya dalam tekanan internasional pada rezim Mesir untuk menerima amandemen konstitusi Mesir yang diadopsi pada tahun 2005. Sebagai The Christian Science Monitor menegaskan bahwa rezim Mesir dapat menanggapi beberapa tuntutan seperti mengizinkan IAEA untuk memantau pemilu tetapi tidak akan menerima dengan cara apapun agar independen untuk kontes pemilihan. Majalah bernama «Foreign Policy» Kembali ElBaradei sebagai «sakit kepala» Presiden Mubarak rezim, percaya bahwa El Baradei pernyataan tentang pencalonannya sebagai presiden telah menjadi «bom» menghambat rencana presiden. Dalam skenario ini menjadi pembicaraan di Arab pers dan pusat politik. Untuk melengkapi bab-bab dari kesetiaan dan subsidiaritas. Sunrise Baru negara dan besok dan Konstitusi dan Ilaf Yordania dan Lebanon sekarang, Arab Saudi, dan berita ekonomi dan Yerusalem Arab dan Arab bbc dan surat kabar lain, yang cenderung Uni sendi sedang berusaha memoles ElBaradei. Suriah Al-Watan dan matahari terbit dari baru dan daerah sekitar Arab Times dan beberapa situs Canyon Berita dan Hain dan situs lainnya yang menyatakan kemerdekaan pada berita ElBaradei Balhmz dan sindiran di kali, tantangan dan pertanyaan pada waktu lain.Dalam kesimpulan ini dan keadaan ini tidak mengesampingkan bahwa sudah ElBaradei bom akan meledak dalam menghadapi Amerika Eropa jika dia dapat mengubah konstitusi Mesir. Sebagai kesimpulan, kami mengucapkan terima kasih kepada surat kabar di Arab ideal peran dalam afiliasi dan kesetiaan kepada kekuatan-kekuatan dari barat .. di mana antara yang melihat dan bahwa berita tidak menemukan menyebutkan dalam setiap dari berita ini adalah apa yang dia ingin Muslim di Mesir, dengan memperhitungkan bahwa ada statistik menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Mesir ingin meninggalkan Islam dan sekuler dan demokratis ElBaradei. Karena Barat telah mendorong politisi tertentu yang benar-benar ingin untuk tidak membayar perhatian kepada rakyat Mesir, itu berarti bahwa tidak ada demokrasi ketika mereka mengklaim bahwa media berkolaborasi dengan Barat dalam jangkauan ini dan tidak terpapar

Page 6: Bagaima Merujuk Kepada 'Ulama Salaf
Page 7: Bagaima Merujuk Kepada 'Ulama Salaf

SURAT KETERANGANUNTUK MENDAPATKAN PEMBAYARAN TUNJANGAN KELUARGA

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

1. Nama lengkap : Wawan Rusnawan (NIP: 198502272010011003)2. Tempat/Tanggal Lahir : Sumedang, 27 Februari 19853. Jenis Kelamin : Laki-laki4. Agama : Islam5. Status Kepegawaian : Calon Pegawai Negeri Sipil6. Jabatan Struktural Fungsional : Pelaksana7. Pangkat/Golongan : Pengatur Muda II/a8. Pada Instansi, Dep/Lembaga : Kantor Kecamatan Tanjungsari9. Masa Kerja Golongan : ………………………….Masa Kerja Tambahan

………………………….Masa Kerja seluruhnya10. Digaji Menurut : 06 Tahun 00 Bulan11. Alamat/Tempat Tinggal : Dusun Sukaluyu RT 13/05 Desa Sukarapih

Kec. Sukasari Kab. Sumedang Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa saya:

a. di samping jabatan utama tersebut, bekerja pula sebagai;…………………………………………………………………………………….dengan mendapatkan penghasilan sebesar Rp…………………../bulan

b. mempunyai pension/pension janda Rp…………………../bulanc. Mempunyai susunan keluarga sebagai berikut;

No.Nama istri/suami/anak

tanggungan

TanggalPekerjaan /

sekolahKeterangan

(AK.AT/AA)Kelahiran

(umur)Perkawinan

1.2.3.

d. Jumlah anak seluruhnya…….. (yang menjadi tanggungan termasuk yang tidak masuk dalam daftar gaji)

Keterangan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila keterangan ini tidak benar (palsu), saya bersedia dituntut di muka pengadilan berdasarkan Undang-undang yang berlaku, dan bersedia mengembalikan semua penghasilan yang saya terima yang seharusnya bukan menjadi hak saya.

Mengetahui,Camat Kecamatan Tanjungsari

DENI TANRUS, S.IPNIP. 196309241985031009

Tanjungsari, 04 Januari 2010Yang menerangkan

WAWAN RUSNAWANNIP. 198502272010011003

Catatan:AK = anak kandung DT = dapat tunjanganAT = anak tiri TDT = tidak dapat tunjangan

Page 8: Bagaima Merujuk Kepada 'Ulama Salaf

AA = anak angkat*) = coret yang tidak perluPekerjaan istri/suami pada dinas/instansi: - NIP. –

ANAK LAMPIRAN-b : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARANOMOR : 11 TAHUN 2002TANGGAL: 17 JUNI 2002

SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGASNomor: / /Kec./2010

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : DENI TANRUS, S.IPNIP : 196309241986031009Pangkat/Gol Ruang : Penata, Tk I III/dJabatan : Camat Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang

Dengan ini menerangkan, bahwa:

Nama : WAWAN RUSNAWANNIP : 198502272010011003Pangkat/Gol Ruang : Pengatur Muda II/a

Surat keputusan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil*)

a. Pejabat mengangkat : Bupati SumedangNomor : 813/Kep.148.b/BKD/2009Tanggal : 21 Desember 2009

b. Tanggal mulai berlakuPengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil*)

Telah secara nyata melaksanakan tugasnya sejak tanggal 04 Januari 2010.Demikian pernyataan ini di buat dengan sesungguhnya untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Sumedang, 04 Januari 2010Yang membuat pernyataan

DENI TANRUS, S.IPNIP. 196309241985031009