badan koordinasi penanaman modal | bkpm - 2019 · 2020. 8. 31. · vi | laporan kinerja 2019 badan...
TRANSCRIPT
LAPORAN KINERJA 2019 |
2019
ii | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | iii
2019
iv | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | v
Laporan Kinerja (LKj) Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
Tahun 2019 disusun sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 29
Tahun 2019 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (SAKIP) dan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan
Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah. Laporan
Kinerja ini merupakan komitmen Badan Koordinasi Penanaman
Modal dalam mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam
pengelolaan kinerja. Laporan tersebut antara lain menguraikan
rencana kinerja yang telah ditetapkan, pencapaian kinerja, realisasi
anggaran dan inovasi Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Berdasarkan hasil evaluasi kinerja tahun 2019, BKPM mencapai Nilai
Kinerja Organisasi (NKO) sebesar 102,48%. Salah satu pencapaian
kinerja yang sangat membanggakan yaitu pencapaian realisasi
investasi sepanjang tahun 2019 (Januari – Desember) yaitu sebesar
Rp809,6 Triliun atau 102,2% dari target realisasi investasi tahun
2019 sebesar Rp792 Triliun. Peningkatan realisasi investasi di tahun
2019 ini memperteguh komitmen BKPM untuk terus mengawal dan
mengeksekusi investasi yang ada sesuai dengan amanat Presiden
RI. Untuk mewujudkan Indonesia menjadi surga investasi, BKPM
bersama dengan stakeholder lainnya terus berupaya melakukan
perbaikan iklim investasi, peningkatan kemudahan berusaha,
percepatan realisasi investasi, mengatasi hambatan investasi, dan
peningkatan peran penanaman modal dalam negeri (PMDN)
terutama UMKM dalam perekonomian.
KATA PENGANTAR “
vi | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Pencapaian keberhasilan yang diperoleh oleh BKPM merupakan hasil
dari penguatan sumber daya, organisasi, dan perbaikan kinerja
internal secara konsisten, yang merupakan kontribusi seluruh
jajaran BKPM untuk berupaya mendorong tercapainya IKU yang
telah ditetapkan.
Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Bapak Thomas Lembong yang selama ini telah memberikan
sumbangsih, dedikasi dan pengabdiannya bagi kemajuan BKPM.
Saya juga mengapresiasi seluruh pihak yang telah bekerja sama
dengan BKPM baik seluruh Kementerian/Lembaga/Daerah maupun
seluruh masyarakat yang berkaitan dengan BKPM. Kami berharap
agar ke depannya kerja sama ini dapat dilanjutkan dengan baik dan
kami pun dapat melayani dengan lebih baik lagi.
Akhir kata, semoga laporan kinerja ini dapat memenuhi harapan
sebagai pertanggungjawaban kami kepada masyarakat atas mandat
yang diemban dan sebagai pendorong peningkatan kinerja
organisasi BKPM.
Jakarta, Februari 2020
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Bahlil Lahadalia
vi | LAPORAN KINERJA 2019
LAPORAN KINERJA 2019 | vii
KATA PENGANTAR | v
DAFTAR ISI | vii
DAFTAR TABEL | ix
DAFTAR GAMBAR | xiii
RINGKASAN EKSEKUTIF | xv
BAB 1 | 1 PENDAHULUAN
1.1 | 2 Latar Belakang
1.2 | 4 Tugas, Fungsi dan Struktur
Organisasi
1.3 | 16 Peran Strategis
1.4 | 17 Tantangan dan Permasalahan
1.5 | 20 Sistematika Laporan
BAB 2 | 23 PERENCANAAN DAN PENETAPAN
KINERJA
2.1 | 24 Perencanaan Kinerja
2.1.1 | 24 Rencana Strategis BKPM Tahun
2015-2019
2.1.2 | 28 Prioritas Nasional dan Rencana
Kerja Tahun 2019
2.1.3 | 32 Alokasi Anggaran
2.2 | 33 Penetapan Kinerja
BAB 3 | 37 AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 | 38 Capaian Kinerja Sasaran Strategis
BKPM Tahun 2019
3.1.1 | 40 Nilai Realisasi Penanaman Modal
3.1.2 | 41 Rasio Penanaman Modal di Luar
Jawa
3.1.3 | 42 Rasio Penanaman Modal Dalam
Negeri
3.1.4 | 45 Fasilitasi Permasalahan terhadap
Proyek-Proyek Mangkrak
3.1.5 | 45 Penjelasan Capaian Realisasi
Investasi Tahun 2019
3.2 | 53 Capaian Nilai Kinerja Organisasi
(NKO) BKPM Tahun 2019
3.2.1 | 54 Peta Strategi Badan Koordinasi
Penanaman Modal
3.2.2 | 55 Evaluasi dan Analisis Balanced
Scorecard
3.3 | 69 Capaian Kinerja BKPM Terhadap
Target Nasional dalam RPJMN
Tahun 2015 - 2019
3.4 | 70 Capaian Kinerja Anggaran
BAB 4 | 73 INISIATIF PENINGKATAN
AKUNTABILITAS KINERJA
4.1 | 74 Tindak Lanjut Atas Evaluasi AKIP
Tahun 2018
4.1.1 | 75 Penetapan Indikator Kinerja Yang
Lebih Relevan
4.1.2 | 76 Penyelarasan Kegiatan Organisasi
Dengan Renstra
4.1.3 | 76 Optimalisasi Evaluasi dan Reviu
Internal BKPM Dalam Upaya
Perbaikan Kinerja
4.1.4 | 77 Pemanfaatan Laporan Kinerja
Dalam Upaya Perbaikan Kinerja
BKPM
4.2 | 78 Penyesuaian Struktur Organisasi
4.3 | 80 Pengembangan Sistem
Pemerintahan Berbasis Elektronik
(SPBE)
4.3.1 | 80 Layanan KOPI MANTAP
(Koordinasi Pengawalan Investasi
Memanfaatkan Aplikasi)
4.3.2 | 83 Layanan Podcast BKPM
4.3.3 | 84 Pembangunan Fasilitas Command
Center BKPM
4.3.4 | 85 Pengembangan BIM (Business
Intelligence Mobile) BKPM
4.4 | 86 Penguatan Program Reformasi
Birokrasi BKPM
4.4.1 | 86 Proses Reformasi Birokrasi di
BKPM
4.4.2 | 86 Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di
BKPM Tahun 2019
BAB 5 | 97 PENUTUP
5.1 | 98 Kesimpulan
5.2 | 100 Rencana Tindak Lanjut
DAFTAR ISI
viii | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | ix
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 | 14 Perbandingan Tingkat
Kemudahan Berusaha (EODB)
dan Global Manufacturing
Competitiveness Index
Indonesia dengan Negara-
Negara ASEAN
Tabel 2.1 | 27 Keterkaitan Tujuan, Sasaran
Strategis dan Indikator Kinerja
BKPM Tahun 2015-2019
Tabel 2.2 | 28 Program Yang Dilaksanakan
Unit di BKPM
Tabel 2.3 | 29 Program/Kegiatan BKPM Yang
Mendukung Prioritas Nasional
Tahun 2019
Tabel 2.4 | 31 Rincian Rencana Kerja BKPM
Tahun 2019
Tabel 2.5 | 32 Alokasi Anggaran BKPM Tahun
2019 Berdasarkan Program
Tabel 2.6 | 32 Alokasi Anggaran BKPM Tahun
2019 Berdasarkan Jenis
Belanja
Tabel 2.7 | 33 Rincian Rencana Kerja BKPM
Tahun 2019
Tabel 2.8 | 34 Bobot Perspektif
Tabel 2.9 | 35 Kategorisasi Kinerja
Tabel 3.1 | 39 Capaian Sasaran Strategis
BKPM Tahun 2019
Tabel 3.2 | 40 Capaian Kinerja “Meningkatnya
Realisasi Penanaman Modal”
Tabel 3.3 | 41 Perbandingan Realisasi
Investasi Indonesia dengan
Negara-Negara ASEAN Tahun
2015-2018
Tabel 3.4 | 43 Target dan Realisasi PMA dan
PMDN Investasi Per Provinsi
Tahun 2019
Tabel 3.5 | 47 Nilai Rata-Rata (NRR) dan
Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM)
Tabel 3.6 | 48 Capaian Kinerja “Meningkatnya
Kualitas Pelayanan Penanaman
Modal yang Prima dan
Responsif melalui PTSP Pusat”
Tabel 3.7 | 48 Nilai Rata-Rata (NRR) dan
Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM)
Tabel 3.8 | 50 Perbedaan OSS 1.0 dengan
OSS 1.1
Tabel 3.9 | 51 Statistik OSS tahun 2019
Tabel 3.10 | 51 Daftar Sistem K/L/D Yang
Terintegrasi Dengan OSS
Tabel 3.11 | 52 Peraturan BKPM Terkait
Percepatan Investasi
Tabel 3.12 | 53 Nilai Kinerja Organisasi
Berdasarkan Perspektif
Tabel 3.13 | 54 Capaian Kinerja “Meningkatnya
Realisasi Penanaman Modal”
Tabel 3.14 | 56 Capaian Indikator Kinerja
Utama Badan Koordinasi
Penanaman Modal Tahun 2019
Tabel 3.15 | 57 Target dan Capaian Nilai
Realisasi Penanaman Modal
Tabel 3.16 | 58 Target dan Capaian Rasio
Realisasi Penanaman Modal di
Luar Jawa
Tabel 3.17 | 59 Target dan Capaian Rasio
Realisasi PMDN
Tabel 3.18 | 60 Target dan Capaian Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM)
atas Pelayanan Penanaman
Modal pada PTSP Pusat di
BKPM
x | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | xi
DAFTAR TABEL Tabel 3.19 | 61 Target dan Capaian Indeks
Kualitas Iklim Penanaman
Modal
Tabel 3.20 | 62 Target dan Capaian Perbaikan
Kemudahan Memulai Berusaha
Tabel 3.21 | 62 Peringkat EODB Indonesia
2016-2020
Tabel 3.22 | 64 Target dan Capaian Jumlah
Peta Potensi Penanaman Modal
Sektor Prioritas yang
Dimanfaatkan oleh Stakeholder
Tabel 3.23 | 64 Daftar Peta Potensi
Penanaman Modal Sektor
Prioritas yang Dimanfaatkan
oleh Stakeholder
Tabel 3.24 | 65 Target dan Capaian Jumlah
Rencana Investasi
Tabel 3.25 | 66 Persentase Kesepakatan /
Perjanjian / Perundingan
Kerjasama Penanaman Modal
yang Telah Diimplementasikan
Tabel 3.26 | 68 Capaian Kinerja Sasaran
Meningkatnya Akuntabilitas
Kelembagaan
Tabel 3.27 | 69 Capaian Rasio PMA dan PMDN
Dibandingkan Target RPJMN
Tahun 2015 – 2019
Tabel 3.28 | 69 Capaian Rasio PMDN
Dibandingkan Target RPJMN
Tahun 2015 – 2019
Tabel 3.29 | 70 Realisasi Anggaran BKPM TA
2019 Berdasarkan Program
Tabel 3.30 | 70 Realisasi Anggaran BKPM TA
2019 Berdasarkan Jenis
Belanja
Tabel 3.31 | 71 Realisasi Belanja per Sasaran
Strategis/Sasaran Program
Tahun 2019
Tabel 4.1 | 87 Capaian Kinerja Proram
Penguatan Manajemen
Perubahan Reformasi Birokrasi
BKPM Tahun 2019
Tabel 4.2 | 89 Capaian Kinerja Program
Penguatan Pengawasan Tahun
2019
Tabel 4.3 | 90 Capaian Kinerja Program
Penguatan Akuntabilitas
Kinerja Reformasi Birokrasi
BKPM Tahun 2019
Tabel 4.4 | 90 Capaian Kinerja Program
Penguatan Akuntabilitas
Kinerja Reformasi Birokrasi
BKPM Tahun 2019
Tabel 4.5 | 91 Capaian Kinerja Program
Penguatan Tatalaksana
Reformasi Birokrasi BKPM
Tahun 2019
Tabel 4.6 | 93 Capaian Kinerja Program
Penguatan Sistem Manajemen
SDM Aparatur Sipil Negara
Tahun 2019
Tabel 4.7 | 94 Capaian Kinerja Program
Penguatan Peraturan
Perundang-Undangan
Reformasi Birokrasi BKPM
Tahun 2019
Tabel 4.8 | 95 Capaian Kinerja Program
Peningkatan Kualitas
Pelayanan Publik Reformasi
Birokrasi BKPM Tahun 2019
xii | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | xiii
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 | 5 Struktur Organisasi Badan
Koordinasi Penanaman Modal
Gambar 1.2 | 15 Proporsi Pegawai BKPM
Tahun 2019
Gambar 1.3 | 15 Komposisi Tingkat Pendidikan
Pegawai BKPM
Gambar 2.1 | 32 Alokasi Anggaran BKPM
Tahun 2019
Gambar 2.2 | 33 Peta Strategis BKPM Tahun
2019
Gambar 3.1 | 41 Perkembangan Nilai Realisasi
Investasi Periode 2015 –
2019 (Rp triliun)
Gambar 3.2 | 42 Persebaran Nilai Realisasi
Investasi Luar Jawa dan Jawa
Gambar 3.3 | 42 Rasio Realisasi PMDN dan
PMA
Gambar 3.4 | 53 Perkembangan Nilai Kinerja
Organisasi (NKO) BKPM
Tahun 2015-2019
Gambar 3.5 | 54 Peta Strategis BKPM Tahun
2019
Gambar 3.6 | 58 Perkembangan Nilai Realisasi
Investasi Periode 2015 –
2019 (Rp triliun)
Gambar 3.7 | 58 Perkembangan Rasio
Penanaman Modal di Luar
Jawa
Gambar 3.8 | 59 Perkembangan Rasio PMDN
Gambar 3.9 | 60 Perkembangan Capaian IKM
atas Pelayanan Penanaman
Modal pada PTSP Pusat di
BKPM
Gambar 3.10 | 64 Jumlah Peta Potensi
Penanaman Modal Sektor
Prioritas yang Dimanfaatkan
oleh Stakeholder
Gambar 3.11 | 65 Perkembangan Rencana
Investasi PMA
Gambar 3.12 | 66 Kesepakatan / Perjanjian /
Perundingan Kerjasama
Penanaman Modal yang Telah
Diimplementasikan
Gambar 4.1 | 78 Struktur organisasi pada
Kedeputian Bidang Pelayanan
Penanaman Modal (Sebelum
Perubahan)
Gambar 4.2 | 49 Struktur organisasi pada
Kedeputian Bidang Pelayanan
Penanaman Modal (Setelah
Perubahan)
xiv | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | xv
Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) merupakan bentuk
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsi BKPM selama
tahun 2019 dalam rangka mendukung pencapaian visi dan misi Presiden
periode 2015 – 2019. Penyusunan Laporan Kinerja Badan Koordinasi
Penanaman Modal mengacu pada Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah.
Dalam rangka mengukur Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM pada tahun 2019
digunakan metode Balanced Scorecard yang mempunyai keunggulan
kemudahan dan lebih realistis dalam melakukan penilaian tingkat capaian
kinerja. Pengukuran NKO BKPM tahun 2019 dilakukan dengan cara
membandingkan antara target (rencana) dan realisasi Indikator Kinerja Utama
(IKU) pada masing-masing perspektif yang dalam sistem pengelolaan
kinerjanya ditetapkan dalam 2 (dua) Sasaran Strategis dan 5 (lima) Sasaran
Program dengan pendekatan 4 perspektif dalam metode Balanced
Scorecard, yakni: (1) stakeholders perspective; (2) customer perspective;
(3) internal process perspective; (4) learning and growth perspective.
Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM yang diperoleh tahun 2019 adalah sebesar
102,48% atau masuk dalam kategori “Sangat Baik”. Secara umum NKO BKPM
menunjukkan perbaikan yang ditandai dengan semakin meningkatnya
capaian Kinerja beberapa Indikator Kinerja Utama (IKU). Namun demikian,
masih terdapat 1 (satu) IKU yang belum tercapai atau memerlukan kerja
keras dalam pencapaiannya di tahun 2020. Penjelasan terkait capaian target
IKU BKPM tahun 2019 antara lain sebagai berikut:
1) Capaian nilai realisasi investasi tahun 2019 memperoleh nilai sebesar
Rp809,6 Triliun atau 102,22% dari target yang telah ditetapkan yaitu
sebesar Rp792,0 Triliun. Nilai realisasi investasi tersebut terdiri dari realisasi
investasi PMDN sebesar Rp 386,5 triliun (47,7%) dan PMA sebesar Rp 423,1
triliun (52,3%).
RINGKASAN EKSEKUTIF “
xvi | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
2) Capaian realisasi investasi PMDN
tahun 2019 memperoleh nilai
sebesar Rp386,5 triliun atau
47,70% dari target yang telah
ditetapkan sebesar 37,00%.
3) Capaian realisasi investasi di luar Jawa
tahun 2019 memperoleh nilai sebesar
Rp375,0 triliun atau 46,3% dari target,
namun capaian tersebut mengalami
peningkatan sebesar 18,7% apabila dibandingkan
dengan tahun 2018, dimana pada periode yang sama
diperoleh nilai realisasi investasi di luar Jawa sebesar
Rp315,9 triliun.
4) Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan
penanaman modal pada Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
Pusat di BKPM memperoleh nilai 3,27 dari skala 4 dengan target
kinerja sebesar 3,25 dari skala 4.
5) Capaian kemudahan berusaha di Indonesia sesuai dengan Indeks Ease of
Doing Business (EoDB) adalah peringkat 73 berdasarkan Laporan Doing
Business 2020 atau berada dalam peringkat yang sama dari tahun
sebelumnya. Namun, Indonesia telah melakukan 4 (empat) jenis reformasi
yang dicatat dan diakui oleh Bank Dunia, yaitu dealing with construction
permits, paying taxes, enforcing contract dan protecting minority investors.
Pada tahun 2019, Badan Koordinasi Penanaman Modal mengelola anggaran
sebesar Rp640.600.156.000,- (enam ratus empat puluh miliar enam ratus juta
seratus lima puluh enam ribu rupiah) dengan pada TA 2019 dengan realisasi
anggaran sebesar Rp597.118.142.460,- (lima ratus sembilan puluh tujuh miliar
seratus delapan belas juta seratus empat puluh dua ribu empat ratus enam
puluh rupiah) yang terbagi menjadi 2 (dua) program, yaitu Program Dukungan
Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKPM (Generik) dan Program
Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal (Teknis). Periode tahun 2015-2019
realisasi anggaran BKPM menunjukkan capaian tertinggi pada tahun 2019 yaitu
sebesar 93,21%.
BKPM juga telah melakukan beberapa inisiatif kegiatan perbaikan
selama tahun 2019 dalam upaya untuk meningkatkan kinerja
institusi secara optimal dan berkesinambungan selaras dengan
program pembangunan nasional. Beberapa inisiatif kegiatan
perbaikan yang dijalankan BKPM antara lain:
menindaklnajuti evaluasi AKIP Tahun 2018 melalui
penetapan indikator kinerja yang lebih relevan
dengan pendekatan Balanced Scorecard (BSC);
penyelarasan kegiatan organisasi dengan
xvi | LAPORAN KINERJA 2019
LAPORAN KINERJA 2019 | xvii
Renstra; optimalisasi
evaluasi dan reviu internal
BKPM dalam upaya perbaikan
kinerja; dan pemanfaatan laporan
kinerja dalam upaya perbaikan kinerja
BKPM.
Inisiatif lain adalah penyesuaian struktur
organisasi atas konsekuensi dikeluarkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2019
tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik, sehingga diperlukan perubahan mendasar
pada struktur organisasi di Kedeputian Bidang Pelayanan
Penanaman Modal dalam rangka mengakomodir pelaksanaan
OSS di BKPM. Selain itu BKPM juga turut mengimplementasikan
pengembangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
melalui layanan KOPI MANTAP (Koordinasi Pengawalan Investasi
Memanfaatkan Aplikasi) dengan mengembangkan 3 (tiga) aplikasi, yaitu:
Office 365, Workplace by Facebook, dan CISCO WebEx Meetings.
Selain itu juga BKPM telah mengembangkan diseminasi informasi melalui
layanan podcast dalam rangka meningkatkan informasi terbaru mengenai BKPM.
Untuk mendukung SPBE terkait informasi teknologi, BKPM juga sedang
membangun fasilitas Command Center sebagai pusat visualisasi dan integrasi
data, baik yang diperoleh melalui online, offline, internal maupun eksternal yang
juga berfungsi sebagai monitoring room. Command center juga dapat
membantu memastikan setiap keputusan penting, respon dan aksi yang diambil
seakurat mungkin sesuai data yang ada. BKPM juga telah mengembangkan
Business Intelligence Mobile (BIM), sistem aplikasi pengolahan data penanaman
modal berbasis mobile (gadget). Aplikasi ini memungkinkan penggunanya dapat
mengetahui dan menganalisa data investasi di Indonesia melalui smartphone
berbasis iOS ataupun Android. Data yang ditampilkan dalam aplikasi ini adalah
data investasi dari tahun 2010 sampai dengan triwulan terakhir tahun berjalan.
Berbagai kebijakan, program dan kegiatan Badan Koordinasi Penanaman
Modal tahun 2019 telah dilaksanakan dan memberikan dampak positif
bagi stakeholders penanaman modal. Permasalahan yang dihadapi
dan menyebabkan belum tercapainya target beberapa IKU akan
menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan program dan
kegiatan tahun 2020. Melalui laporan kinerja ini diharapkan
dapat memberikan informasi yang komprehensif atas
capaian kinerja BKPM dalam menghadapi tantangan
yang akan datang. Selain itu juga dapat menjadi
bahan evaluasi dalam meningkatkan capaian
kinerja BKPM yang lebih baik lagi kedepannya.
xviii | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan
PENDAHULUAN
BAB 1 1.1 Latar Belakang
1.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
1.3 Peran Strategis
1.4 Tantangan dan Permasalahan
1.5 Sistematika Laporan
2 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemerintah melalui Kabinet Kerja periode 2015-
2019 telah menetapkan visi “Terwujudnya
Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan
berkepribadian berlandaskan gotong-royong”.
Dalam mewujudkan visi tersebut, fokus agenda
kerja Pemerintah tahun 2019 sebagai tahun terakhir
pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019, diarahkan
pada upaya pembangunan sumber daya manusia
dan pemerataan wilayah, yang dapat
menggerakkan pertumbuhan ekonomi melalui
investasi dan ekspor. Dalam kaitannya dengan
investasi, Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM) memiliki peran strategis sebagai
penghubung utama antara dunia usaha dan
Pemerintah, yang diberi mandat untuk mendorong
investasi langsung, baik dari dalam negeri maupun
luar negeri melalui penciptaan iklim investasi yang
kondusif.
Sejalan dengan hal tersebut, dalam RPJMN 2015-
2019 penguatan investasi menjadi agenda prioritas
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 3
nasional yang ditempuh melalui 2 (dua) pilar
kebijakan yaitu peningkatan iklim investasi dan iklim
usaha untuk meningkatkan efisiensi proses
perizinan bisnis, serta peningkatan investasi yang
inklusif terutama dari investor domestik. Dalam
melaksanakan 2 (dua) pilar kebijakan, penanaman
modal diarahkan pada pengembangan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu (PTSP) di pusat dan daerah,
penyederhanaan pelayanan perizinan dan
nonperizinan, fasilitasi penyelesaian masalah-
masalah yang dihadapi penanam modal
(debottlenecking), serta melaksanakan pemasaran
penanaman modal yang lebih terfokus dan
targetted.
Dalam perannya untuk meningkatkan investasi
berkualitas yang dapat menggerakkan
perekonomian dan menyerap banyak tenaga kerja,
BKPM dituntut untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya secara transparan, akuntabel, efektif, dan
efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good
governance. Salah satu azas penyelenggaraan good
governance yang tercantum dalam Undang-Undang
4 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Nomor 28 Tahun 1999 adalah azas akuntabilitas
yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil
akhir dari kegiatan penyelenggaraan negara harus
dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat
atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi
negara sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Akuntabilitas
tersebut salah satunya diwujudkan dalam bentuk
penyusunan Laporan Kinerja (LKj).
Laporan Kinerja (LKj) juga merupakan amanat
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan
Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi
Pemerintah.
Laporan Kinerja BKPM Tahun 2019 juga disusun
sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban
BKPM atas pelaksanaan tugas dan fungsi selama
Tahun 2019 dalam rangka melaksanakan misi dan
mencapai visi BKPM. Laporan Kinerja dapat
digunakan sebagai upaya perbaikan untuk
peningkatan kinerja di lingkungan BKPM, serta
untuk mendapatkan masukan dari stakeholders
demi perbaikan kinerja BKPM yang berkelanjutan.
1.2 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal, sebagai
lembaga pemerintah yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden, BKPM mempunyai
tugas melaksanakan koordinasi kebijakan dan pelayanan di bidang penanaman modal. Dalam melaksanakan
tugas tersebut BKPM menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:
1) pengkajian dan pengusulan perencanaan
penanaman modal nasional;
2) koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional di
bidang penanaman modal;
3) pengkajian dan pengusulan kebijakan
pelayanan kebijakan penanaman modal;
4) penetapan norma, standar dan prosedur
pelaksanaan kegiatan dan pelayanan
penanaman modal;
5) pengembangan peluang dan potensi
penanaman modal di daerah dengan
memberdayakan badan usaha;
6) pembuatan peta penanaman modal di
Indonesia;
7) koordinasi pelaksanaan promosi serta kerja
sama penanaman modal;
8) pengembangan sektor usaha penanaman
modal melalui pembinaan penanaman modal,
antara lain meningkatkan kemitraan,
meningkatkan daya saing, menciptakan
persaingan usaha yang sehat, dan
menyebarkan informasi yang seluas-luasnya
dalam lingkup penyelenggaraan penanaman
modal;
9) pembinaan pelaksanaan penanaman modal,
dan pemberian bantuan penyelesaian berbagai
hambatan dan konsultasi permasalahan yang
dihadapi penanam modal dalam menjalankan
kegiatan penanaman modal;
10) koordinasi dan pelaksanaan pelayanan terpadu
satu pintu;
11) koordinasi penanaman modal dalam negeri
yang menjalankan kegiatan penanaman
modalnya di luar wilayah Indonesia;
12) pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas
penanaman modal;
13) pembinaan dan pelayanan administrasi umum
di bidang perencanaan umum, ketatausahaan,
organisasi dan tatalaksana, kepegawaian
pendidikan dan pelatihan, keuangan, hukum,
kearsipan, pengolahan data dan informasi,
perlengkapan dan rumah tangga; dan
14) pelaksanaan fungsi lain di bidang penanaman
modal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BKPM
mempunyai wewenang sebagai berikut:
1) menyusun rencana umum dan rencana
strategis di bidang penanaman modal;
2) merumuskan kebijakan nasional di bidang
penanaman modal;
3) merumuskan kebijakan dan koordinasi
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 5
pelaksanaan di bidang promosi dan kerja sama
penanaman modal;
4) memberikan izin dan melaksanakan
pengendalian penanaman modal untuk bidang
usaha yang menjadi kewenangan pemerintah;
5) memberikan fasilitas penanaman modal;
6) membangun dan mengembangkan sistem
informasi penanaman modal; dan
7) kewenangan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yaitu
perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu
di bidang penanaman modal.
Sebagai tindak lanjut Peraturan Presiden Nomor 90
Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman
Modal dan dalam rangka mengatur tugas dan fungsi
pada masing-masing unit organisasi di lingkungan
BKPM telah ditetapkan Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Nomor 90/
SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana telah
diubah terakhir oleh Peraturan Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 10 Tahun 2018 tentang
tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/
SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Koordinasi Penanaman Modal.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi BKPM, Kepala
BKPM dibantu oleh Wakil Kepala, 7 (tujuh) Unit
Eselon I, yaitu: (1) Sekretaris Utama; (2) Deputi
Bidang Perencanaan Penanaman Modal; (3) Deputi
Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal; (4)
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal; (5)
Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal; (6)
Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal; dan
(7) Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal. BKPM juga memiliki Unit Kerja
Eselon II Mandiri, yaitu: (1) Inspektorat; (2) Pusat
Pengolahan Data dan Informasi; (3) Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Penanaman Modal; dan
(4) Pusat Bantuan Hukum. Struktur organisasi
BKPM berdasarkan Peraturan Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 10 Tahun 2018 tentang
tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Kepala
Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 90/
SK/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan
Koordinasi Penanaman Modal adalah sebagai
berikut:
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Badan Koordinasi Penanaman Modal
6 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Bahlil Lahadalia, S.E.
Kepala BKPM
Kepala BKPM mempunyai tugas:
1) Memimpin BKPM sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
2) Menyiapkan kebijakan nasional dan kebijakan umum
sesuai dengan tugas BKPM;
3) Menetapkan kebijakan teknis pelaksanaan tugas BKPM
yang menjadi tanggung jawabnya; dan
4) Membina dan melaksanakan kerjasama dengan instansi
dan organisasi lain.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 7
Wakil Kepala BKPM
Wakil Kepala BKPM mempunyai tugas:
1) Mewakili Kepala BKPM dalam memimpin pelaksanaan
tugas dan fungsi BKPM dalam hal Kepala BKPM
berhalangan;
2) Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi kegiatan
seluruh Unit Eselon I di lingkungan BKPM; dan
3) Melaksanakan tugas lain atas petunjuk Kepala BKPM.
8 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Andi Maulana, S.E., M.M.
Sekretaris Utama
Sekretaris Utama mempunyai tugas mengoordinasikan
pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan
tatalaksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan,
keuangan, hukum, kehumasan, kearsipan, pengolahan data
dan informasi, perlengkapan dan rumah tangga di lingkungan
BKPM. Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Utama
BKPM menyelenggarakan fungsi:
1) Pengkoordinasian, sinkronisasi, dan integrasi di
lingkungan BKPM;
2) Pengkoordinasian perencanaan dan perumusan kebijakan
teknis BKPM;
3) Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi dan
tatalaksana, kepegawaian, pendidikan dan pelatihan,
keuangan, hukum, kehumasan, kearsipan, pengolahan
data dan informasi, perlengkapan dan rumah tangga
BKPM;
4) Pengkoordinasian penyusunan peraturan perundang-
undangan, pelayanan dan bantuan hukum yang
berkaitan dengan tugas BKPM;
5) Pengkoordinasian dalam penyusunan laporan BKPM; dan
6) Pelaksanaan fungsi lain sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Kepala BKPM.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 9
Ir. Ikmal Lukman, M.B.A.
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal
Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal mempunyai
tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
perencanaan penanaman modal. Dalam melaksanakan
tugasnya, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal
menyelenggarakan fungsi:
1) Pengkajian dan perumusan perencanaan penanaman
modal nasional;
2) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang perencanaan penanaman modal;
3) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang
perencanaan penanaman modal;
4) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan
kegiatan di bidang perencanaan penanaman modal;
5) Pembuatan peta penanaman modal di Indonesia; dan
6) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Kepala BKPM.
10 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Ir. Yuliot, M.M.
Plt. Deputi Bidang Pengembangan Iklim
Penanaman Modal
Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal
mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan
di bidang pengembangan iklim penanaman modal. Dalam
melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Pengembangan Iklim
Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi:
1) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengembangan iklim penanaman modal;
2) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang
pengembangan iklim penanaman modal;
3) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan
kegiatan di bidang pengembangan iklim penanaman
modal;
4) Pengembangan potensi dan peluang penanaman modal
di daerah dengan memberdayakan badan usaha melalui
pembinaan penanaman modal, antara lain meningkatkan
kemitraan, meningkatkan daya saing, menciptakan
persaingan usaha yang sehat serta menyebarkan
informasi yang seluas-luasnya dalam lingkup
penyelenggaraan penanaman modal; dan
5) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Kepala BKPM.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 11
Ir. Farah Ratna Dewi Indriani, M.B.A.
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal mempunyai tugas
merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
promosi penanaman modal. Dalam melaksanakan tugasnya,
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal
menyelenggarakan fungsi:
1) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang promosi penanaman modal;
2) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang promosi
penanaman modal;
3) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan
kegiatan di bidang promosi penanaman modal;
4) Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan promosi
penanaman modal; dan
5) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Kepala BKPM.
12 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Ir. Wisnu Wijaya Soedibjo, M.M.
Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal
Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal mempunyai
tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
kerjasama penanaman modal. Dalam melaksanakan
tugasnya, Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal
menyelenggarakan fungsi:
1) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang kerjasama penanaman modal;
2) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang
kerjasama penanaman modal;
3) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan
kegiatan di bidang kerjasama penanaman modal;
4) Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan kerjasama
penanaman modal;
5) Koordinasi penanam modal dalam negeri yang
menjalankan kegiatan penanaman modalnya di luar
wilayah Indonesia; dan
6) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Kepala BKPM.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 13
Husen Maulana, S.I.P., M.Si.
Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal
Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal mempunyai
tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan di bidang
pelayanan penanaman modal. Dalam melaksanakan
tugasnya, Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal
menyelenggarakan fungsi:
1) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pelayanan penanaman modal;
2) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang
pelayanan penanaman modal;
3) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan
kegiatan di bidang pelayanan penanaman modal;
4) Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan pelayanan
penanaman modal terpadu satu pintu;
5) Koordinasi pelaksanaan penempatan perwakilan/
pejabat dari sektor terkait dan daerah dalam pelayanan
penanaman modal terpadu satu pintu;
6) Pemberian pelayanan perizinan dan fasilitas penanaman
modal; dan
7) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Kepala BKPM .
14 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Ir. Farah Ratna Dewi Indriani, M.B.A .
Plt. Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
mempunyai tugas merumuskan dan melaksanakan kebijakan
di bidang pengendalian pelaksanaan penanaman modal.
Dalam melaksanakan tugasnya, Deputi Bidang Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal menyelenggarakan fungsi:
1) Koordinasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengendalian pelaksanaan penanaman modal;
2) Pengkajian dan pengusulan kebijakan di bidang
pengendalian pelaksanaan penanaman modal;
3) Penetapan norma, standar dan prosedur pelaksanaan
kegiatan di bidang pengendalian pelaksanaan penanaman
modal;
4) Pembinaan pelaksanaan penanam modal, pemberian
bantuan penyelesaian berbagai hambatan dan konsultasi
permasalahan yang dihadapi penanam modal dalam
menjalankan kegiatan penanaman modal serta evaluasi
peraturan daerah; dan
5) Pelaksanaan tugas sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Kepala BKPM.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 15
Dalam menjalankan tugasnya, BKPM didukung oleh
656 orang pegawai (per 31 Desember 2019) dari
berbagai bidang keahlian dan disiplin ilmu, yang
terdiri dari laki-laki 339 orang atau 51,68% dan
perempuan 317 orang atau 48,32%. Pegawai BKPM
tersebut tersebar pada 7 (tujuh) Unit Eselon I
dengan komposisi pegawai sebagai berikut:
Sekretaris Utama 204 orang, Deputi Bidang
Perencanaan Penanaman Modal 67 orang, Deputi
Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal 47
orang, Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal 68
orang, Deputi Bidang Kerjasama Penanaman Modal
50 orang, Deputi Bidang Pelayanan Penanaman
Modal 96 orang, Deputi Bidang Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal 75 orang. Selain itu
pada 31 Desember 2019 juga tercatat data pegawai
BKPM yang melaksanakan tugas belajar sebanyak
20 orang, diperbantukan pada Instansi lain
sebanyak 18 orang, dan Cuti di Luar Tanggungan
Negara (CLTN) sebanyak 11 orang. Keragaan
sumber daya manusia BKPM tahun 2019
berdasarkan jumlah pegawai per unit kerja seperti
pada diagram berikut ini.
Apabila dilihat menurut tingkat pendidikan,
komposisi sumber daya manusia BKPM adalah
sebagai berikut: S-3 sebanyak 3 orang (0,46%); S2
sebanyak 217 orang (33,03%); S1/D4 sebanyak
367 orang (56,01%); D3 sebanyak 14 orang
(2,13%); SLTA sebanyak 54 orang (8,22%); dan di
bawah SLTA sebanyak 1 orang (0,15%) Keragaan
sumber daya manusia BKPM menurut pendidikan
seperti pada diagram berikut ini.
Gambar 1.2 Proporsi Pegawai BKPM Tahun 2019
Gambar 1.3 Komposisi Tingkat Pendidikan Pegawai BKPM
16 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
1.3 Peran Strategis
Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, BKPM mempunyai peran
yang strategis yaitu mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan penanaman modal baik koordinasi antar instansi
Pemerintah, antara instansi Pemerintah dengan Bank Indonesia, antara instansi Pemerintah dengan Pemerintah
Daerah, maupun antar Pemerintah Daerah. Selain bertindak sebagai advokat yang proaktif di bidang investasi,
BKPM juga berperan sebagai fasilitator antara pemerintah dan investor.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 97
Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi
Penanaman Modal, Instruksi Presiden Nomor 4
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Pusat di Badan Koordinasi
Penanaman Modal, dan Peraturan Kepala BKPM
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pusat di BKPM, BKPM
telah menyelenggarakan Pelayanan Terpadu Satu
Pintu (PTSP) Pusat di BKPM sejak 26 Januari 2015.
Dalam menyelenggarakan PTSP di bidang
penanaman modal, BKPM mendapat pendelegasian
atau pelimpahan wewenang dari Kementerian
Teknis/Lembaga yang memiliki kewenangan
perizinan dan nonperizinan yang merupakan urusan
Pemerintah di bidang penanaman modal. Selain itu,
BKPM juga dapat melimpahkan wewenang yang
diberikan oleh Kementerian Teknis/Lembaga
dengan hak substitusi kepada PTSP Provinsi, PTSP
Kabupaten/Kota, PTSP Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas, atas Administrator
Kawasan Ekonomi Khusus.
Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah, serta Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 100 Tahun 2016 tentang
Pedoman Nomenklatur Dinas Penanaman Modal dan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi dan
16 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 17
Kabupaten/Kota, diamanatkan juga bahwa
pembinaan teknis atas penyelenggaraan pelayanan
perizinan dan nonperizinan penanaman modal di
daerah guna meningkatkan realisasi investasi
dilakukan oleh Kepala Badan Koordinasi Penanaman
Modal.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik dan Peraturan
Menteri Koordinator Perekonomian Nomor 13 Tahun
2018 tentang Pengalihan Pelayanan Perizinan
Berusaha dan Pengelolaan Sistem Online Single
Submission kepada Badan Koordinasi Penanaman
Modal, seluruh pelayanan perizinan berusaha
meliputi pendaftaran berusaha dalam bentuk Nomor
Induk Berusaha (NIB), izin usaha, dan izin
operasional komersial melalui lembaga OSS yang
ditegaskan dilaksanakan oleh BKPM.
Untuk memperkuat pelayanan dan percepatan
penerbitan perizinan berusaha yang masih sebagian
besar dilakukan oleh Kementerian/Lembaga
terutama proses notifikasi pemenuhan komitmen
investasi pada sistem OSS, Presiden telah
mengeluarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7
Tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan
Berusaha yang antara lain menetapkan BKPM
sebagai satu-satunya lembaga yang
mengoordinasikan perizinan berusaha serta
menugaskan BKPM untuk mengoordinasikan
langkah-langkah yang diperlukan guna
meningkatkan peringkat kemudahan berusaha di
Indonesia.
Berdasarkan laporan World Bank mengenai indeks
kemudahan berusaha atau Ease of Doing Business
(EoDB) 2020, peringkat Indonesia masih stagnan
dibandingkan tahun sebelumnya di posisi 73 dari
190 negara. Untuk memperbaiki peringkat
Indonesia di EoDB, Presiden Jokowi mengambil
langkah dengan menerbitkan Instruksi Presiden No
7 Tahun 2019 tentang Percepatan Kemudahan
Berusaha. Dalam Inpres tersebut, terdapat 5 (lima)
poin yang memberikan kewenangan kepada BKPM
untuk mengoordinasikan perbaikan kemudahan
berusaha, peningkatan pelayanan perizinan
berusaha dan pemberian insentif investasi:
1) Mengoordinasikan langkah-langkah perbaikan
yang diperlukan dalam rangka peningkatan
peringkat Ease of Doing Business;
2) Melakukan evaluasi pelaksanaan perizinan
berusaha dan pemberian fasilitas investasi yang
dilakukan dan diberikan oleh Kementerian/
Lembaga;
3) Menyampaikan rekomendasi hasil evaluasi
sebagaimana dimaksud pada angka 2 kepada
Menteri/Kepala Lembaga;
4) Memfasilitasi dan memberikan layanan kepada
pelaku usaha dalam pengurusan perizinan
berusaha dan pemberian fasilitas investasi; dan
5) Atas pendelegasian kewenangan perizinan
berusaha dan fasilitasi investasi, BKPM
membuat Norma, Standar, Prosedur, dan
Kriteria (NSPK).
1.4 Tantangan dan Permasalahan
Selama tahun 2019, perekonomian dunia diliputi ketidakpastian yang ditandai dengan menurunnya pertumbuhan
perekonomian di negara-negara maju sebagai akibat dari perang dagang antara Amerika Serikat dan Cina,
berlarut-larutnya permasalahan Brexit, ketidakstabilan politik dan ekonomi di Amerika Latin, yang secara
keseluruhan menyebabkan penurunan permintaan ekspor global.
Dengan terbatasnya sumber investasi global yang
menjadi pasar tradisional investor utama Indonesia,
maka perlu dilakukan berbagai terobosan untuk
meningkatkan daya saing Indonesia sebagai tujuan
investasi. Negara-negara kompetitor utama di
ASEAN seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia
termasuk pendatang baru seperti Myanmar dan
Laos, telah melakukan berbagai kebijakan yang
lebih kompetitif untuk menarik investasi, maka
Indonesia juga perlu membuat terobosan kebijakan
yang lebih kompetitif dibandingkan negara-negara
pesaing lainnya.
Sebagai perbandingan, pada Tabel 1.1 dapat dilihat
tingkat kemudahan berusaha Indonesia dan Global
Manufacturing Competitiveness Index Indonesia
dengan negara-negara ASEAN lainnya pada tahun
2018.
18 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Berdasarkan tantangan-tantangan yang dihadapi,
BKPM telah mengidentifikasi beberapa
permasalahan utama khususnya dalam upaya
meningkatkan realisasi investasi, antara lain dalam
hal:
1) Perbaikan peringkat kemudahan berusaha (Ease
of Doing Business)
a) Banyaknya regulasi di Kementerian/
Lembaga dan Daerah yang mengatur
perizinan dan rekomendasi perizinan
berusaha yang menghambat perbaikan
kemudahan berusaha dan perlunya
pengawalan implementasi pelaksanaan
perizinan berusaha yang tidak sesuai
dengan regulasi sehingga mengakibatkan
banyaknya prosedur, waktu penyelesaian
lebih lama, dan biaya lebih tinggi.
b) Belum terintegrasinya pelayanan perizinan
dan insentif investasi dalam satu sistem
pelayanan perizinan dan masih ada
perizinan berusaha yang dilaksanakan
secara manual (offline).
c) Pendekatan perbaikan peringkat kemudahan
berusaha tidak struktural dan hanya berupa
koreksi data.
2) Eksekusi realisasi penanaman modal besar
a) Belum terkoordinasinya perencanaan
pengembangan sektor usaha yang menjadi
prioritas investasi di antaranya
pengembangan investasi sektor industri
manufaktur termasuk ekosistem
pendukungnya.
b) Investasi yang sudah disetujui terhambat
dalam pelaksanaannya sehingga
menghambat percepatan realisasi investasi
nasional.
c) Permasalahan pengadaan lahan di daerah,
salah satunya adalah sulitnya pembebasan
lahan ulayat dan cagar budaya.
d) Belum semua daerah memiliki Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR).
e) Permasalahan dalam memperoleh perizinan
izin lokasi, izin mendirikan bangunan,
pengurusan sertifikat laik fungsi, dan
perizinan lainnya.
f) Permasalahan ketenagakerjaan.
g) Permasalahan mengenai pengenaan pajak
kepada pengusaha.
3) Penanaman modal besar bermitra dengan usaha
mikro, kecil dan menengah
a) Sulitnya mendapatkan data perusahaan
besar (PMDN/PMA) yang membutuhkan
pasokan bahan baku atau menampung
barang produksi (supply chain),
mendapatkan data pelaku usaha nasional
khususnya UMKM yang potensial untuk
menjadi mitra usaha yang siap untuk
melakukan kemitraan, serta belum
tervalidasinya data perusahaan besar
(PMDN/PMA) yang wajib bermitra.
b) Belum optimalnya koordinasi K/L, instansi
daerah, dan asosiasi terkait peningkatan
pengembangan usaha nasional (PMDN)
khususnya UMKM.
c) Belum adanya skema pola kemitraan untuk
perusahaan PMDN/PMA dengan UMKM.
4) Penyebaran penanaman modal berkualitas
a) Percepatan pengembangan Kawasan
Ekonomi dan Investasi termasuk
infrastruktur pengembangan wilayah
khususnya peningkatan pemerataan
investasi ke luar Jawa.
b) Banyak daerah yang belum memahami
pentingnya dokumen Rencana Umum
Tabel 1.1 Perbandingan Tingkat Kemudahan Berusaha (EODB) dan Global Manufacturing Competitiveness Index Indonesia dengan Negara-Negara
ASEAN
Negara Laporan EoDB 2019
Global Manufacturing Competitiveness Index
Distance To Frontier (DTF) Peringkat
Singapura 85,24 2 9
Malaysia 80,60 15 13
Thailand 78,45 27 12
Vietnam 68,36 69 14
Indonesia 67,96 73 15
Sumber: Laporan EoDB 2019 dan Laporan Survei Global Manufacturing Competitiveness Index 2018
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 19
Penanaman Modal (RUPM) dan belum
menetapkan dokumen RUPM.
c) Keterbatasan infrastruktur daerah.
d) Koordinasi antara pemerintah pusat dan
daerah yang belum maksimal.
e) Insentif fiskal/non fiskal yang ditawarkan
selama ini belum cukup menarik untuk
investor.
f) Belum optimalnya pemberian insentif daerah
yang disesuaikan dengan kebutuhan
investor.
g) Belum lengkapnya data peta potensi dan
peluang investasi di seluruh Kabupaten/
Kota.
h) Kurangnya koordinasi antar daerah dalam
menyusun peta potensi dan peluang
investasi.
5) Promosi penanaman modal terfokus
berdasarkan sektor dan negara
a) Ketatnya persaingan antar negara dalam
menarik investor potensial dari negara-
negara maju yang mengekspor modal dan
teknologi.
b) Belum lengkapnya informasi sektor-sektor
usaha prioritas berdasarkan wilayah/daerah
yang siap ditawarkan kepada investor
(Investment Project Ready to Offer) maupun
potensi investasi regional.
c) Inovasi dalam kegiatan promosi melalui
teknologi digital yang harus dilakukan
bersama daerah belum didukung dengan
infrastruktur pendukung yang andal.
d) Masih kurangnya koordinasi antara
pemerintah pusat, daerah dan perwakilan RI
di luar negeri dalam melakukan kegiatan
promosi penanaman modal.
e) Kurangnya kualitas informasi terkait proyek
yang siap ditawarkan oleh masing-masing
sektor dan daerah.
6) Peningkatan penanaman modal dalam negeri
khususnya usaha mikro, kecil dan menengah
a) Kurangnya insentif bagi pelaku usaha mikro,
kecil dan menengah.
b) Terbatasnya akses pembiayaan untuk
pelaku usaha mendapatkan kredit dengan
bunga rendah.
c) Masih terbatasnya kompetensi
kewirausahaan pelaku usaha.
d) Kurangnya pelatihan teknis dan
kewirausahaan untuk pelaku usaha.
e) Terbatasnya akses pasar.
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 19
20 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
1.5 Sistematika Laporan
Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman
Modal Tahun 2019 disusun dengan sistematika
sebagai berikut:
1) RINGKASAN EKSEKUTIF
Menyajikan gambaran menyeluruh secara
ringkas tentang capaian kinerja BKPM selama 1
(satu) tahun
2) BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini disajikan penjelasan umum
organisasi, dengan penekanan kepada aspek
strategis organisasi, penjabaran mandat dan
peran strategis BKPM.
3) BAB II PERENCANAAN DAN PENETAPAN
KINERJA
Pada bab ini diuraikan penjelasan rinci
mengenai rencana strategis, prioritas nasional
dan penyusunan rencana kerja dan anggaran.
Lebih lanjut diuraikan pula mengenai
pengukuran kinerja organisasi.
4) BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
a) Capaian Kinerja Sasaran Strategis BKPM
Tahun 2019
Pada sub bab ini disajikan capaian kinerja
Sasaran Strategis BKPM sesuai dengan hasil
pengukuran kinerja organisasi.
b) Capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO)
BKPM Tahun 2019
Pada sub bab ini, capaian kinerja organisasi
dianalisis dengan menggunakan empat
perspektif Balanced Scorecard.
c) Capaian Kinerja Anggaran
Pada sub bab ini diuraikan realisasi
anggaran yang telah digunakan untuk
mewujudkan kinerja organisasi sesuai
dengan dokumen Perjanjian Kinerja.
20 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 21
5) BAB IV INISIATIF PENINGKATAN
AKUNTABILITAS KINERJA
a) Tindak Lanjut Atas Evaluasi AKIP Tahun
2018
Pada sub bab ini berisi hasil evaluasi
eksternal dan internal BKPM.
b) Penyesuaian Struktur Organisasi
Pada sub bab ini diuraikan kewenangan
untuk menerbitkan izin telah beralih kepada
Lembaga Online Single Submission (OSS)
yaitu BKPM merupakan lembaga yang
ditunjuk sebagai penyelenggara OSS.
c) Pengembangan Sistem Pemerintahan
Berbasis Elektronik (SPBE)
Pada sub bab ini diuraikan pemanfaatan
SPBE dalam upaya meningkatkan kinerja
untuk memberikan pelayanan terbaik
kepada para stakeholder baik internal
maupun eksternal.
d) Penguatan Program Reformasi Birokrasi
BKPM
Pada sub bab ini disajikan pentahapan-
pentahapan reformasi birokrasi yang jelas
dan terukur serta adanya program
monitoring dan evaluasi akan memperbesar
kemungkinan susksesnya pelaksanaan
Reformasi Birokrasi menuju pemerintahan
yang baik.
6) BAB V PENUTUP
Menyajikan keberhasilan, kegagalan serta
permasalahan dan kendala utama dalam
pencapaian kinerja indikator utama serta upaya
perbaikan kedepan.
7) LAMPIRAN
a) Perjanjian Kinerja Tahun 2019.
b) Daftar Penghargaan.
c) Pernyataan Telah Direviu.
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 1 Pendahuluan 21
22 Bab 1 Pendahuluan | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja
BAB 2
2.1 Perencanaan Kinerja
2.1.1 Rencana Strategis BKPM Tahun 2015-2019
2.1.2 Prioritas Nasional dan Rencana Kerja Tahun 2019
2.1.3 Alokasi Anggaran
2.2 Penetapan Kinerja
PERENCANAAN DAN
PENETAPAN KINERJA
24 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
PERENCANAAN DAN
PENETAPAN KINERJA
2.1 Perencanaan Kinerja
2.1.1 Rencana Strategis BKPM Tahun
2015-2019
Rencana Strategis (Renstra) BKPM Tahun 2015-
2019 telah ditetapkan melalui Peraturan BKPM
Nomor 4 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua
Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2015 tentang
Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman
Modal Tahun 2015-2019. Penyusunan Renstra
BKPM Tahun 2015-2019 berpedoman pada
Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis
Kementerian/Lembaga Tahun 2015-2019. Renstra
BKPM memuat visi, misi, tujuan, sasaran strategis,
arah kebijakan dan strategi, kerangka regulasi,
kerangka kelembagaan, serta target kinerja dan
kerangka pendanaan BKPM untuk tahun 2015
sampai 2019.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja 25
Sesuai dengan arahan Presiden terpilih Republik
Indonesia periode 2014-2019, visi BKPM tahun
2015-2019 adalah visi Pemerintahan Kabinet Kerja
yaitu:
“Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri
dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”
BKPM menjabarkan dan melaksanakan visi dan misi
Presiden sesuai dengan tugas dan fungsi BKPM
yang diamanatkan dalam UU Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal.
Untuk mewujudkan kedaulatan ekonomi, BKPM
bersama Kementerian/Lembaga terkait diupayakan
lebih berperan aktif dalam forum kerjasama
ekonomi internasional untuk melindungi
kepentingan Indonesia. Berbagai kesepakatan
internasional khususnya Bilateral Investment
Agreement/BIT (Perjanjian Peningkatan dan
Perlindungan Penanaman Modal/P4M) dievaluasi
untuk dilakukan penyesuaian dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan kepentingan
Indonesia khususnya hak negara untuk mengatur
26 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
perekonomiannya. Perjanjian internasional
meskipun ditujukan untuk mendorong penanaman
modal namun tidak boleh mengurangi kedaulatan
negara dalam mengambil keputusan-keputusan
ekonomi untuk kepentingan nasional.
Terkait dengan kemandirian, UU Nomor 25 Tahun
2007 mengamanatkan bahwa asas kemandirian
dalam penyelenggaraan penanaman modal yaitu
mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan
tidak menutup diri pada masuknya modal asing
demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.
Kemandirian dalam penanaman modal tercermin
dari makin tingginya peran Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMDN). Kemampuan berdaya saing
menjadi kunci untuk mencapai kemandirian dan
pembangunan dengan semangat gotong royong.
Semangat gotong royong dalam kegiatan ekonomi
dapat diwujudkan dalam bentuk kerjasama dua
pihak atau lebih pelaku usaha berdasarkan
kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan
sehingga dapat memperkuat keterkaitan diantara
berbagai skala pelaku usaha (misalnya Usaha Mikro,
Kecil, Menengah dan Koperasi/UMKMK dengan
Usaha Besar baik PMA maupun PMDN). Kegiatan
penanaman modal di beberapa bidang bidang usaha
telah diwajibkan bermitra dengan UMKMK sesuai
Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang
Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang
Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang
Penanaman Modal. Untuk mendorong pelaksanaan
ketentuan tersebut lebih efektif, BKPM akan lebih
intensif menginventarisasi UMKMK yang potensial,
memfasilitasi promosi dan mempertemukan dengan
mitra usaha besar potensial.
Dalam rangka pencapaian visi, BKPM juga
memformulasikan misinya agar mencerminkan
kegiatan inti dan mandatnya dengan lebih baik. Misi
BKPM juga mengacu pada 3 (tiga) dari 7 (tujuh)
Misi Kabinet Kerja periode 2015-2019 yang
selanjutnya dijabarkan sesuai tugas dan fungsi
BKPM sebagai berikut:
1) Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia
yang tinggi, maju dan sejahtera
Penanaman modal merupakan bagian penting
untuk mewujudkan misi tersebut. Melalui
penanaman modal akan tercipta pertumbuhan
ekonomi, lapangan kerja dan pendapatan yang
selanjutnya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Kemampuan perekonomian untuk
menciptakan lapangan kerja, kesejahteraan dan
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
sangat dipengaruhi oleh kualitas kegiatan
penanaman modal.
2) Mewujudkan bangsa yang berdaya saing
Kegiatan penanaman modal pada sektor-sektor
yang produktif dan memperkuat struktur
ekonomi akan dapat meningkatkan daya saing
bangsa. Peningkatan daya saing bangsa tidak
hanya pada kapasitas untuk bersaing dalam
memproduksi serta memperdagangkan barang
dan jasa namun juga dalam menarik arus
penanaman modal. Daya saing bangsa dalam
menarik penanaman modal ditentukan oleh
banyak faktor antara lain iklim usaha, kondisi
ekonomi, stabilitas politik dan keamanan,
potensi market, ketersediaan sumber daya
alam, kualitas dan ketersediaan sumber daya
manusia, ketersediaan infrastruktur dan energi,
sistem perpajakan dan insentif.
3) Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim
yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional
Peran ekonomi maritim dalam struktur
perekonomian Indonesia belum berkembang
dengan baik bila dibandingkan dengan potensi
kelautan Indonesia. Pertumbuhan PDB bidang
kelautan memerlukan dukungan kebijakan
melalui peraturan yang mendorong para pelaku
bisnis tertarik melakukan penanaman modal
pada bidang ekonomi yang berbasiskan
maritim. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah melalui kebijakan fiskal dan
moneter yang progresif berbasiskan
kepentingan nasional sehingga penanaman
modal dapat berkembang dan mendorong
pertumbuhan ekonomi di bidang kemaritiman.
Tujuan yang ingin dicapai BKPM didasarkan pada
hasil identifikasi potensi, permasalahan dan
tantangan yang akan dihadapi dalam rangka
mewujudkan Visi dan Misi Presiden periode 2015-
2019. Berdasarkan tugas dan fungsi BKPM
sebagaimana disebutkan pada UU Nomor 25 Tahun
2007 tentang Penanaman Modal serta Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2012 tentang Rencana
Umum Penanaman Modal, BKPM menetapkan
tujuan yang akan dicapai pada tahun 2015-2019,
yaitu:
“Mewujudkan Iklim Penanaman Modal yang
Berdaya Saing Dalam Rangka Mendorong
Penanaman Modal yang Berkualitas dan
Berkelanjutan”
Tujuan ini diarahkan pada upaya untuk memberikan
kemudahan, kepastian dan transparansi proses
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja 27
pelayanan perizinan dan nonperizinan,
mengembangkan sistem perizinan nasional (Online
Single Submission) untuk mendukung
penyelenggaraan kemudahan berusaha di Pusat dan
Daerah, meningkatkan kepastian hukum dan
penyederhanaan prosedur perizinan dan
nonperizinan, memberikan insentif fiskal dan non
fiskal yang lebih menarik dan transparan, serta
memfasilitasi penyelesaian permasalahan dan
hambatan dalam pelaksanaan penanaman modal
(debottlenecking).
Selain itu, tujuan ini juga disusun dalam rangka
mendorong peningkatan penanaman modal pada
sektor-sektor prioritas, peningkatan penanaman
modal di luar Jawa, peningkatan peran UKM dalam
perekonomian melalui kemitraan dengan usaha
besar PMA dan PMDN, peningkatan efektivitas
strategi dan upaya promosi penanaman modal,
memfasilitasi percepatan penanaman modal dengan
skema Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS),
peningkatan pemanfaatan kerjasama ekonomi
internasional untuk kepentingan nasional, serta
peningkatan peran perencanaan sebagai nerve
kegiatan di unit-unit BKPM agar lebih efektif dan
terintegrasi.
Untuk mendukung pencapaian tujuan agar terukur
dan dapat dicapai secara nyata, telah ditetapkan 2
(dua) sasaran strategis yang merupakan kondisi riil
yang diinginkan/dicapai oleh BKPM pada akhir
periode perencanaan (tahun 2019). Adapun Tujuan,
Sasaran Strategis serta Indikator Kinerja BKPM
Tahun 2019 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Keterkaitan Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja BKPM Tahun 2015-2019
Tujuan Sasaran
Strategis Indikator
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Meningkatnya
realisasi
penanaman
modal
Nilai realisasi
penanaman
modal
(Rupiah Triliun)
519,5 594,8 678,8 765,0 792,0*
Mewujudkan iklim
penanaman modal
yang berdaya saing
dalam rangka
mendorong
penanaman modal
yang berkualitas
dan berkelanjutan
Rasio realisasi
penanaman
modal di luar
Jawa
(Persentase)
45,60 49,10 52,80 57,00 57,00
Rasio Realisasi
PMDN
(Persentase)
33,80 35,00 36,30 37,00 37,00
Meningkatnya
kualitas
pelayanan
penanaman
modal yang
prima dan
responsif
Indeks
Kepuasan
Masyarakat
(IKM) atas
pelayanan
penanaman
modal di BKPM
(dari skala 4)
3,10 3,15 3,20 3,25 3,25
Sumber: Rencana Strategis BKPM 2015-2019
Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan
28 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
2.1.2 Prioritas Nasional dan Rencana
Kerja Tahun 2019
Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun
2019 telah disepakati 5 (lima) Prioritas Nasional
yang meliputi: (1) pembangunan manusia melalui
pengurangan kemiskinan dan peningkatan
pelayanan dasar; (2) pengurangan kesenjangan
antar wilayah melalui penguatan konektivitas dan
kemaritiman; (3) peningkatan nilai tambah ekonomi
dan penciptaan lapangan kerja melalui pertanian,
industri, pariwisata dan jasa produktif lainnya; (4)
pemantapan ketahanan energi, pangan, dan
sumber daya air; serta (5) stabilitas keamanan
nasional dan kesuksesan pemilu. Prioritas Nasional
tersebut selanjutnya diterjemahkan lebih lanjut
dalam Program-Program Prioritas, untuk kemudian
didetilkan kembali ke dalam Kegiatan-Kegiatan
Prioritas serta dijabarkan dalam bentuk Proyek
Prioritas Nasional yang akan didukung oleh Proyek
Pendukung Pro-PN pada setiap Kementerian/
Lembaga yang terkait.
Berdasarkan hasil pembahasan dengan
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
disepakati bahwa BKPM mendukung 2 (dua)
Prioritas Nasional yang diwujudkan dalam proyek
prioritas dan menjadi output pada Renja Tahun
2019, yaitu Prioritas Nasional 3 dan 5. Penjabaran
pencapaian 2 (dua) Prioritas Nasional 2019 terkait
tugas dan fungsi BKPM dapat dilihat pada Tabel 2.3.
BKPM memiliki 2 (dua) program yang dilaksanakan
oleh 7 (tujuh) unit Eselon I, yaitu Program
Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal (Teknis)
dan Program Dukungan Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKPM (Generik)
dengan penjelasan sebagai berikut:
Tabel 2.2 Program Yang Dilaksanakan Unit di BKPM
No. Program Unit Eselon I
1 Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal (Teknis)
Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal
Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal
Deputi Bdang Kerjasama Penanaman Modal
Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal
Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
2 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya BKPM (Generik) Sekretariat Utama
Sumber: Rencana Strategis BKPM 2015-2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja 29
Tab
el 2
.3 P
rog
ram
/Keg
iata
n B
KP
M Y
an
g M
end
uku
ng
Pri
ori
tas
Na
sio
na
l Ta
hu
n 2
01
9
No.
Priorita
s N
asi
onal
Pro
gra
m P
riorita
s
Kegia
tan P
riorita
s
Pro
yek P
riorita
s
Nasi
onal
Pro
gra
m/K
egia
tan B
KPM
Mendukung
Priorita
s N
asi
onal
Anggara
n
(Rp)
Unit E
selo
n I
1
Penin
gkata
n n
ilai ta
mbah
ekonom
i dan p
enci
pta
an
lapangan k
erj
a m
ela
lui
pert
ania
n,
industr
i,
pariw
isata
dan jasa
pro
duktif la
innya
Perc
epata
n p
enin
gkata
n
eksp
or
dan n
ilai ta
mbah
indust
ri p
engola
han
Perb
aik
an iklim
usaha d
an
penin
gkata
n invest
asi
Pengem
bangan S
iste
m P
ela
yanan
Info
rmasi
dan P
erizi
nan I
nvesta
si
Seca
ra E
lektr
onik
(SPIP
ISE)
126.6
95.8
57.0
00
Sekre
tariat
Uta
ma
Penin
gkata
n
fasi
lita
si invest
asi
Pengem
bangan p
ote
nsi penanam
an
modal daera
h
4.9
60.7
00.0
00
Deputi B
idang P
engem
bangan
Iklim
Penanam
an M
odal
Penin
gkata
n k
ualita
s st
rate
gi pro
mosi
di bid
ang p
enanam
an m
odal
44.9
40.4
96.0
00
Deputi B
idang P
rom
osi
Penanam
an M
odal
Pro
mosi
penanam
an m
odal te
rfokus
dan t
erinte
gra
si b
erb
asi
s se
kto
r dan
negara
50.9
56.3
70.0
00
Fasi
lita
si d
aera
h d
ala
m r
angka
kegia
tan p
rom
osi
penanam
an m
odal
5.4
93.0
00.0
00
Penyele
nggara
an p
am
era
n d
an
penyedia
an s
ara
na p
rom
osi
penanam
an m
odal untu
k k
egia
tan d
i
dala
m d
an luar
negeri
15.0
00.0
00.0
00
Penyele
nggara
an P
ela
yanan T
erp
adu
Satu
Pin
tu (
PTSP)
penanam
an m
odal
800.0
00.0
00
Deputi B
idang K
erj
asa
ma
Penanam
an m
odal
Penyele
nggara
an P
ela
yanan T
erp
adu
Satu
Pin
tu (
PTSP)
Pusat
1.0
85.9
75.0
00
Deputi B
idang P
ela
yanan
Penanam
an M
odal
Penin
gkata
n k
ualita
s pela
yanan
peri
zinan p
enanam
an m
odal
218.3
59.0
00
Penin
gkata
n k
ualita
s pela
yanan
fasi
lita
s beru
saha
2.8
88.7
00.0
00
Penin
gkata
n k
ualita
s pela
yanan
priorita
s penanam
an m
odal
82.1
55.0
00
Pengendalian p
ela
ksa
naan p
enanam
an
modal W
ilayah I
3.2
11.6
02.0
00
Deputi B
idang P
engendalian
Pela
ksa
naan P
enanam
an
Modal
Pengendalian p
ela
ksa
naan p
enanam
an
modal W
ilayah I
I
1.2
01.5
00.0
00
Pengendalian p
ela
ksa
naan p
enanam
an
modal W
ilayah I
II
1.7
05.0
00.0
00
Pengendalian p
ela
ksa
naan p
enanam
an
modal W
ilayah I
V
1.6
20.0
00.0
00
Sum
ber:
RKP 2
019 d
an R
enja
BKPM
2019
30 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Tab
el 2.3 P
rog
ram
/Keg
iata
n B
KP
M Ya
ng
Men
du
kun
g P
riorita
s Na
sion
al Ta
hu
n 2
019 (la
nju
tan
)
No.
Prio
ritas N
asio
nal
Pro
gra
m P
riorita
s
Kegia
tan P
riorita
s
Pro
yek P
riorita
s Nasio
nal
Pro
gra
m/K
egia
tan B
KPM
Mendukung
Prio
ritas N
asio
nal
Anggara
n
(Rp)
Unit E
selo
n I
Pere
nca
naan p
engem
bangan
penanam
an m
odal se
kto
r industri
agrib
isnis d
an su
mber d
aya a
lam
lain
nya
2.2
54.4
20.0
00
Deputi B
idang P
ere
ncanaan
Penanam
an M
odal
Pere
nca
naan p
engem
bangan
penanam
an m
odal se
kto
r industri
manufa
ktu
r
2.4
63.9
10.0
00
Pere
nca
naan p
engem
bangan
penanam
an m
odal d
i bid
ang ja
sa d
an
kaw
asa
n
1.9
87.2
28.0
00
Pengem
bangan p
enanam
an m
odal
Kaw
asa
n E
konom
i Khusus (K
EK)
1.0
00.0
00.0
00
Fasilita
si perc
epata
n in
vesta
si
Kerja
sam
a P
em
erin
tah S
wasta
1.8
63.0
90.0
00
Pere
nca
naan p
engem
bangan
penanam
an m
odal d
i bid
ang
infra
struktu
r
2.2
00.0
00.0
00
Perb
aik
an re
gula
si,
harm
onisa
si, dan
simplifi
kasi p
erizin
an
Penin
gkata
n d
ere
gula
si kebija
kan
penanam
an m
odal
10.3
58.4
33.0
00
Kerja
sam
a sta
ndard
isasi p
erizin
an
dan n
onperizin
an p
enanam
an m
odal
daera
h
1.9
49.9
00.0
00
Kerja
sam
a p
em
bin
aan te
knis
perizin
an d
an n
onperiz
inan
penanam
an m
odal d
aera
h
1.8
32.8
44.0
00
2
Sta
bilita
s keam
anan
nasio
nal d
an k
esu
ksesa
n
pem
ilu
Efe
ktiv
itas d
iplo
masi
Penguata
n d
iplo
masi
ekonom
i dan
kerja
sam
a
pem
bangunan
inte
rnasio
nal
Penguata
n k
erja
sam
a
pem
bangunan
inte
rnasio
nal u
ntu
k
mendukung p
enin
gkata
n
perd
agangan d
an
investa
si (KSST, re
verse
linkage, k
erja
sam
a g
lobal
dan la
in-la
in d
iasp
asa
f)
Kerja
sam
a p
enanam
an m
odal lu
ar
negeri
5.0
00.0
00.0
00
Deputi B
idang K
erja
sam
a
Penanam
an M
odal
Tota
l 165.0
73.6
82.0
00
Sum
ber: P
2019 d
an R
enja
BKPM
2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja 31
Rencana Kerja (Renja) BKPM memuat visi, misi,
prioritas nasional/program prioritas, sasaran
strategis, program, kegiatan (kegiatan pokok dan
pendukung) untuk mencapai sasaran hasil sesuai
program induk. Renja dirinci menurut indikator
keluaran pada tahun rencana, prakiraan sasaran
tahun berikutnya, lokasi, dan pagu indikatif sebagai
indikasi pagu anggaran, serta cara pelaksanaannya.
Adapun rincian Renja BKPM Tahun 2019
berdasarkan hasil trilateral meeting dengan
Bappenas dan Kementerian Keuangan c.q. DJA
adalah sebagai berikut.
Tabel 2.4 Rincian Rencana Kerja BKPM Tahun 2019
No. Satuan Kerja Sasaran Program Indikator Kinerja Utama (IKU) Target
I. Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal
1 Sekretariat Utama Opini Badan Pemeriksa Keuangan WTP Meningkatnya akuntabilitas
kelembagaan
Indeks Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP)
BB
II. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKPM
2 Deputi Bidang Perencanaan
Penanaman Modal
Terwujudnya perencanaan
penanaman modal dan
penyusunan rekomendasi
kebijakan yang terintegrasi,
kolaboratif, dan implementatif
dalam rangka peningkatan daya
saing penanaman modal
Jumlah peta potensi penanaman
modal sektor prioritas yang
dimanfaatkan oleh stakeholders
12 peta potensi
3 Deputi Bidang Pengembangan
Iklim Penanaman Modal
Meningkatnya iklim penanaman
modal dalam rangka peningkatan
daya saing penanaman modal
Perbaikan kemudahan memulai
berusaha
Menuju peringkat 40
Indeks kualitas iklim penanaman
modal
3,5 dari skala 5
4 Deputi Bidang Promosi
Penanaman Modal
Meningkatnya daya tarik
penanaman modal di Indonesia
melalui promosi yang terpadu
dan efektif bagi penanam modal
dalam dan luar negeri yang
berpijak pada peningkatan daya
saing penanaman modal
Jumlah rencana investasi Rp1,416.67 Triliun
5 Deputi Bdang Kerjasama
Penanaman Modal
Meningkatnya kerjasama
internasional untuk mendorong
investasi dan melindungi
kepentingan nasional dalam
rangka peningkatan daya saing
penanaman modal
Persentase kesepakatan /
perjanjian / perundingan
kerjasama penanaman modal
yang telah diimplementasikan
87% dari 50 kesepakatan /
perjanjian / perundingan
6 Deputi Bidang Pelayanan
Penanaman Modal
Meningkatnya kualitas pelayanan
penanaman modal yang prima
dan responsif melalui PTSP Pusat
dalam rangka peningkatan daya
saing penanaman modal
Tingkat mutu pelayanan
penanaman modal di PTSP Pusat
(IKM)
3,25 dari skala 4
7 Deputi Bidang Pengendalian
Pelaksanaan Penanaman Modal
Meningkatnya realisasi
penanaman modal melalui
kegiatan pemantauan,
pembinaan dan pengawasan
pelaksanaan penanaman modal
dalam rangka peningkatan daya
saing penanaman modal
Nilai realisasi penanaman modal Rp792,0 Triliun*
Sumber: Rencana Strategis BKPM 2015-2019
Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan
32 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
2.1.3 Alokasi Anggaran
Dalam rangka mewujudkan akuntabilitas, BKPM
selalu berusaha menjamin bahwa setiap rupiah
yang dibelanjakan, digunakan secara efektif, efisien,
dan akuntabel. BKPM sebagai lembaga pemerintah
dituntut untuk senantiasa meningkatkan tata kelola
keuangan negara, tidak hanya untuk mendukung
pencapaian sasaran dan tujuan organisasi, namun
juga untuk mewujudkan pengelolaan negara yang
bersih dan bebas korupsi. Adapun alokasi anggaran
BKPM tahun 2019 rinciannya sebagai berikut:
Anggaran BKPM
Rp640.600.156.000
Alokasi 7 Unit Eselon I
Rp640.600.156.000
Operasional
Rp193.980.524.000
Non Operasional
Rp446.619.632.000
Belanja Pegawai
Rp142.611.778.000000
Belanja Barang
Rp51.368.746.000
Belanja Modal
Rp67.585.573.000
Belanja Barang
Rp379.034.059.000
Gambar 2.1 Alokasi Anggaran BKPM Tahun 2019
BKPM mendapatkan dukungan anggaran dari APBN
TA 2019 sebesar Rp640.600.156.000 (enam ratus
empat puluh miliar enam ratus juta seratus lima
puluh enam ribu rupiah) yang digunakan untuk
melaksanakan 37 kegiatan yang terangkum dalam 2
(dua) program sebagaimana dalam Tabel 2.5, selain
itu, alokasi anggaran BKPM Tahun 2019
berdasarkan jenis belanja dapat dirinci menurut
jenis belanja seperti yang tercantum dalam Tabel
2.6.
Tabel 2.5 Alokasi Anggaran BKPM Tahun 2019 Berdasarkan Program
No. Program Pagu 2019 (Rp)
1 Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal (Teknis) 302.183.349.000
2 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya BKPM (Generik) 338.416.807.000
640.600.156.000 Total
Sumber: Rencana Kerja BKPM 2019
Tabel 2.6 Alokasi Anggaran BKPM Tahun 2019 Berdasarkan Jenis Belanja
No. Jenis Belanja Pagu 2019 (Rp)
1 Belanja Pegawai 142.611.778.000
2 Belanja Barang 430.402.805.000
3 Belanja Modal 67.585.573.000
640.600.156.000 Total
Sumber: Rencana Kerja BKPM 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja 33
2.2 Penetapan Kinerja
Penetapan kinerja atau perjanjian kinerja pada
dasarnya adalah pernyataan komitmen pimpinan
yang merepresentasikan tekad dan janji untuk
mencapai kinerja yang jelas dan terukur dalam
rentang waktu satu tahun tertentu dengan
mempertimbangkan sumber daya yang dikelolanya.
Tujuan khusus Perjanjian Kinerja antara lain untuk
meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan
kinerja aparatur sebagai wujud nyata komitmen
antara penerima amanah dengan pemberi amanah.
Penetapan kinerja digunakan sebagai dasar
penilaian keberhasilan/kegagalan pencapaian tujuan
dan sasaran organisasi, menciptakan tolak ukur
kinerja sebagai dasar evaluasi kinerja aparatur.
Penetapan Kinerja BKPM tahun 2019 merupakan
pelaksanaan target kinerja tahun keempat Renstra
BKPM Tahun 2015-2019, yang memuat Sasaran
Strategis, Indikator Kinerja Utama (IKU) dan
indikator lainnya yang terkait dengan tugas fungsi
BKPM. Perjanjian Kinerja BKPM Tahun 2019 tersaji
dalam tabel berikut.
Tabel 2.7 Rincian Rencana Kerja BKPM Tahun 2019
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama (IKU) Target
1 Nilai realisasi penanaman modal Rp792,0 Triliun* Meningkatnya realisasi penanaman modal
Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa 57,00%
Rasio realisasi PMDN 37,00%
2 Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang
prima dan responsif melalui PTSP Pusat
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan
penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM
3,25 dari skala 4
Sumber: Rencana Strategis BKPM 2015-2019
Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan
Dalam pengukuran Nilai Kinerja Organisasi (NKO),
BKPM menggunakan pendekatan metode Balanced
Scorecard (BSC) sebagaimana diatur dalam Surat
Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun 2016
tentang Pengelolaan Kinerja di Badan Koordinasi
Penanaman Modal. Metode BSC tersebut
menerjemahkan tugas, fungsi, tujuan dan strategi
ke dalam suatu peta strategi. Peta strategi tersebut
menjabarkan strategi secara visual, melalui
sejumlah sasaran strategis/sasaran program yang
terangkai dalam hubungan sebab akibat dan
dikelompokkan ke dalam empat perspektif yaitu
stakeholder perspective, customer perspective,
internal process perspective dan learning and
growth perspective sebagaimana tersaji dalam peta
strategi BKPM sebagai berikut.
Gambar 2.2 Peta Strategis BKPM Tahun 2019
34 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Keempat perspektif memiliki bobot yang ditentukan sebagai berikut:
Tabel 2.8 Bobot Perspektif
No. Perspektif Bobot
1 Stakeholder 30%
2 Customer 30%
3 Internal Process 20%
4 Learning and Growth 20%
Sumber: Surat Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Kinerja di Badan Koordinasi Penanaman Modal
Sesuai dengan Surat Keputusan Sekretaris Utama
Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Kinerja
di Badan Koordinasi Penanaman Modal, BKPM
melakukan evaluasi secara berkala atas
perencanaan kinerja yang ditetapkan. Salah satu
outputnya adalah Nilai Kinerja Organisasi (NKO)
yang diperoleh melalui penghitungan dengan
menggunakan data target dan realisasi IKU yang
tersedia. Dengan membandingkan antara data
target dan realisasi, akan diperoleh indeks capaian
IKU. Perhitungan NKO mengacu pada Perjanjian
Kinerja dengan formula sebagai berikut:
34 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja 35
NKO = ∑ (% Capaian Kinerja x Bobot Perspektif)
Selanjutnya, penghitungan indeks capaian kinerja
tersebut adalah sebagai berikut:
1) Apabila realisasi IKU melebihi target, dimana
target yang ditetapkan merupakan target
maksimal yang dapat dicapai, maka indeks
capaian IKU tersebut dikonversi menjadi 120.
2) Apabila realisasi IKU sama dengan target atau
tidak memenuhi target, maka indeks capaian
IKU tersebut tidak dilakukan konversi.
Tingkat capaian kinerja masing-masing sasaran
strategis dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori
sebagai berikut.
Tabel 2.9 Kategorisasi Kinerja
No. Nilai Kode Kategori
1 100 – keatas Hijau Sangat Baik
2 76 – 99 Hijau Muda Baik
3 61 – 75 Kuning Cukup
4 51 – 60 Oranye Kurang
5 50 – kebawah Merah Buruk
Sumber: Surat Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Kinerja di Badan Koordinasi Penanaman Modal
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja 35
36 Bab 2 Perencanaan dan Penetapan Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja
BAB 3
3.1 Capaian Kinerja Sasaran Strategis BKPM Tahun 2019
3.1.1 Nilai Realisasi Penanaman Modal
3.1.2 Rasio Penanaman Modal di Luar Jawa
3.1.3 Rasio Penanaman Modal Dalam Negeri
3.1.4 Fasilitasi Permasalahan terhadap Proyek-Proyek
Mangkrak
3.1.5 Penjelasan Capaian Realisasi Investasi Tahun 2019
3.2 Capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM Tahun 2019
AKUNTABILITAS
KINERJA
38 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 Capaian Kinerja Sasaran Strategis
BKPM Tahun 2019
Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)
selama tahun 2019 dapat dilihat dari beberapa
perspektif yang meliputi pencapaian Indikator
Kinerja Utama (IKU), pelaksanaan agenda prioritas,
penyerapan anggaran dan kinerja lainnya yang
menunjukkan achievement yang diperoleh BKPM
selama 2019 dan memberikan manfaat kepada
masyarakat secara luas. Selain itu pelaksanaan
evaluasi internal dan berbagai inisiatif kebijakan
yang dilakukan BKPM dalam upaya meningkatkan
pengelolaan kinerja.
Pengukuran capaian kinerja Badan Koordinasi
Penanaman Modal tahun 2019 dilakukan dengan
cara membandingkan antara target (rencana)
dengan realisasi Indikator Kinerja Utama (IKU) pada
masing-masing sasaran strategis yang telah
ditetapan dalam Rencana Strategis BKPM Tahun
2015-2019. Rincian tingkat capaian sasaran
strategis BKPM Tahun 2019 dapat dilihat dalam
Tabel 3.1 berikut ini.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 39
Tabel 3.1 Capaian Sasaran Strategis BKPM Tahun 2019
Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Capaian Kinerja Tahun 2019
Target Realisasi % Kategori
Meningkatnya realisasi penanaman modal
Nilai realisasi penanaman modal (rupiah triliun) 792,0* 809,6 102,2 Sangat Baik
Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa
(persentase) 57,0 46,3 81,2 Baik
Rasio Realisasi PMDN (persentase) 37,0 47,7 126,5 Sangat Baik
Meningkatnya kualitas pelayanan
penanaman modal yang prima dan
responsif
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan
penanaman modal di BKPM (dari skala 4) 3,25 3,27 100,0 Sangat Baik
Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan
40 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Tingkat capaian Sasaran Strategis 1 yaitu
“Meningkatnya realisasi penanaman modal”
ditunjukkan dengan 3 (tiga) Indikator Kinerja
Utama (IKU) yaitu nilai realisasi penanaman modal,
rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa, dan
rasio realisasi PMDN. BKPM telah berhasil mencapai
Sasaran Strategis 1 Tahun 2019 sebagaimana
terlihat dalam tabel di bawah ini.
Sasaran Strategis 1:
Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal
Tabel 3.2 Capaian Kinerja “Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal”
No. Indikator Kinerja Utama Capaian Kinerja Tahun 2019
Satuan Target Realisasi Kinerja (%) Kategori
1 Nilai realisasi penanaman
modal 792,0* 809,6 102,2 Sangat Baik rupiah triliun
2 Rasio realisasi penanaman
modal di luar Jawa 57,0 46,3 81,2 Baik persentase
3 Rasio Realisasi PMDN 37,0 47,7 126,5 Sangat Baik persentase
Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan
Penjelasan dari capaian masing-masing Indikator
Kinerja Utama (IKU) tersebut dijabarkan dalam
uraian berikut ini.
3.1.1 Nilai Realisasi Penanaman Modal
Untuk mencapai nilai realisasi penanaman modal
sesuai target yang telah ditetapkan di dalam
Renstra BKPM, dan sebagai pelaksanaan tugas dan
fungsi BKPM maka dilakukan kegiatan pengendalian
pelaksanaan penanaman modal kepada proyek-
proyek investasi PMDN/PMA di seluruh Indonesia.
Memperhatikan kondisi perekonomian negara-
negara berkembang pada kuartal ketiga tahun
2018, seperti krisis ekonomi yang terjadi di Turki
dan Argentina, serta prediksi perubahan kondisi
politik dalam negeri dengan adanya Pemilihan
Umum Presiden dan Wakil Presiden pada tahun
2019 dapat sedikit banyak berpengaruh pada iklim
kepastian berusaha di Indonesia, maka Kepala
BKPM melakukan revisi target kinerja investasi
untuk tahun 2019 melalui surat yang ditujukan
kepada Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan
pada tanggal 5 September 2018, dari awalnya
Rp850,0 triliun sebagaimana Renstra BKPM 2015-
2019 menjadi Rp792,0 triliun.
Beberapa langkah yang telah diupayakan dalam
peningkatan realisasi investasi pada tahun 2019
antara lain:
1) Melakukan pemantauan terhadap proyek-proyek
investasi bernilai besar dan yang mendapatkan
fasilitas penanaman modal;
2) Mengalokasikan dana dekonsentrasi kepada 33
instansi DPMPTSP Provinsi untuk memperluas
jangkauan pemantauan atas seluruh proyek-
proyek investasi yang telah mendapatkan
perizinannya;
3) Mengingatkan pelaku usaha secara kontinu
tentang kewajiban penyampaian Laporan
Kegiatan Penanaman Modal (LKPM) online pada
setiap periode melalui media cetak maupun
surat elektronik;
4) Melakukan sosialisasi/workshop tentang
pengendalian pelaksanaan penanaman modal,
baik itu yang terkait dengan pemenuhan
komitmen perizinan sektoral maupun tentang
tata cara pengisian Laporan Kegiatan Penanman
Modal (LKPM) serta workshop pencabutan
perizinan berusaha secara online agar pelaku
usaha membuat laporan LKPM secara benar dan
tepat waktu;
5) Meningkatkan intensitas kegiatan fasilitasi
penyelesaian permasalahan yang menghambat
realisasi investasi (pengawalan proyek
investasi).
Capaian nilai realisasi penanaman modal sampai
dengan tahun 2019 terus mengalami peningkatan.
Hal ini dapat dilihat bahwa pada tahun 2014 terjadi
tercatat investasi sebesar Rp463,1 triliun. Nilai
realisasi investasi terus meningkat pada tahun 2015
mencapai Rp545,4 triliun atau 17,8% dari tahun
2014. Realisasi investasi tahun 2016 mencapai
Rp612,8 triliun atau meningkat 12,4% dari realisasi
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 41
tahun 2015. Realisasi investasi pada tahun 2017
mencapai Rp692,8 triliun atau meningkat 13% dari
realisasi tahun 2016. Realisasi investasi pada tahun
2018 mencapai Rp721,3 triliun atau meningkat
4,1% dari realisasi tahun 2017. Realisasi investasi
pada tahun 2019 mencapai Rp809,6 triliun atau
meningkat 12,2% dari realisasi tahun 2018. Apabila
capaian nilai realisasi investasi dilihat per-periode
pelaporan sejak tahun 2015 maka dapat dilihat
bahwa capaian realisasi investasi bergerak positif
pada setiap periode tersebut sebagaimana
ditunjukkan pada Gambar 3.1 di bawah ini.
Gambar 3.1 Perkembangan Nilai Realisasi Investasi Periode 2015 – 2019 (Rp triliun)
Berdasarkan data dari United Nations Conference on
Trade and Development (UNCTAD, 2019), performa
Indonesia dalam pencapaian realisasi investasi
dibandingkan dengan negara ASEAN periode 2010 –
2018 adalah tercermin pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Perbandingan Realisasi Investasi Indonesia dengan Negara-Negara ASEAN Tahun 2015-2018
Negara 2015 2016 2017 2018
Brunei Darusalam 0,2 0,2 0,5 0,5
Kamboja 1,7 2,3 2,7 3,1
Indonesia 16,6 3,9 20,6 22,0
Laos 1,1 1,1 1,7 1,3
Malaysia 10,2 11,3 9,3 8,1
Myanmar 2,8 3,0 4,0 3,6
Filipina 5,6 8,3 10,3 9,8
Singapura 59,7 73,9 75,7 77,6
Thailand 8,9 2,8 8,0 13,2
Vietnam 11,8 12,6 14,1 15,5
ASEAN 118,7 119,0 146,9 154,7
Sumber: ASEAN Secretariat, ASEAN FDI Database, UNCTAD (2019)
3.1.2 Rasio Penanaman Modal di Luar
Jawa
Pada periode Januari–Desember tahun 2019,
realisasi investasi di Jawa sebesar Rp434,6 triliun
(53,7%) dan realisasi investasi di luar Jawa sebesar
Rp375,0 triliun (46,3%). Apabila dibandingkan
dengan periode yang sama pada Tahun 2018 yaitu
investasi luar Jawa sebesar Rp315,9 triliun, terjadi
peningkatan realisasi investasi di luar Jawa sebesar
18,7%. Grafik persebaran realisasi investasi Jawa
dan luar Jawa pada tahun 2018 dibandingkan
dengan tahun 2019 dapat dilihat pada Gambar 3.2
berikut ini.
42 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Grafik diatas memberikan gambaran bahwa upaya
pemerintah dalam mendorong pemerataan investasi
di luar Jawa menunjukkan hasil yang positif
(kenaikan sebesar 18,7% dari tahun sebelumnya),
meskipun masih jauh dari target yang ada di
Perjanjian Kinerja 2019 dimana target proporsi
investasi di luar Jawa sebesar 57%. Capaian
indikator kinerja untuk realisasi penanaman modal
di luar Jawa tahun 2019 yaitu sebesar 46,3%.
Namun capaian indikator kinerja tersebut masih
dikategorikan “Baik” dengan persentase capaian
sebesar 81,2%.
Faktor yang dapat menentukan minat para investor
untuk berinvestasi di suatu daerah selain
pemerataan infrastruktur adalah pemasaran potensi
sumber daya alam, tingkat pendidikan dan angka
korupsi suatu daerah, sehingga diperlukan sinergi
bukan hanya antara pusat dengan daerah, namun
juga lintas sektor terkait. Sinergi ini menjadi
penting, karena investasi yang merata dapat
mendorong pemerataan kesejahteraan terutama di
luar Jawa.
Usulan pemecahan permasalahan dalam mencapai
kinerja realisasi penanaman modal di luar Jawa :
1) Perlunya meningkatkan intensitas kegiatan
fasilitasi penyelesaian permasalahan yang
menghambat investasi, khususnya di luar Jawa;
2) Perlunya meningkatkan koordinasi antara
pemerintah pusat dan daerah dalam mengawal
proyek-proyek investasi di luar Jawa agar
realisasi investasi dapat berjalan dengan lancar.
3.1.3 Rasio Penanaman Modal Dalam
Negeri
Pada periode Januari–Desember tahun 2019,
realisasi investasi PMDN sebesar Rp386,5 triliun
(47,7%) dan realisasi investasi PMA sebesar
Rp423,1 triliun (52,3%). Apabila dibandingkan
dengan periode yang sama pada Tahun 2018
sebesar Rp 328,6 triliun terjadi peningkatan
realisasi investasi untuk PMDN sebesar 17,6%. Hal
ini melebihi target Perjanjian Kinerja 2019 dimana
rasio realisasi PMDN ditargetkan sebesar 37%.
Meskipun PMA dan PMDN sama-sama berpengaruh
terhadap pertumbuhan ekonomi, namun PMDN
memiliki keunggulan sebagai salah satu komponen
aliran modal yang relatif stabil dan mempunyai
risiko yang kecil dibandingkan dengan aliran modal
lainnya, sehingga dapat dijadikan alternatif sumber
dana yang digunakan untuk pembiayaan
pembangunan.
Selain itu, peningkatan rasio PMDN juga merupakan
langkah yang perlu dilaksanakan dalam pencapaian
Nawa Cita Presiden “Mewujudkan kemandirian
ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor
strategis ekonomi domestik”.
Grafik realisasi investasi PMDN dan PMA pada tahun
2018 dibandingkan dengan tahun 2019 dapat dilihat
pada Gambar 3.3 dibawah ini.
Gambar 3.2 Persebaran Nilai Realisasi Investasi Luar Jawa dan Jawa
Tahun 2018 Tahun 2019
Tahun 2018 Tahun 2019
Gambar 3.3 Rasio Realisasi PMDN dan PMA
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 43
Target nilai realisasi investasi tahun 2019 yang
ditetapkan didalam Renstra BKPM 2015-2019
merupakan target bersama yang harus dicapai
dengan seluruh DPMPTSP Provinsi dan Kabupaten/
Kota. Dari potensi minat/komitmen investasi masing
-masing daerah maka ditetapkan target nilai
realisasi investasi untuk tahun 2019 pada setiap
provinsi yang dihitung berdasarkan perbandingan
potensi rencana investasi kumulatif (Januari 2015
s.d Desember 2018) per provinsi terhadap target
realisasi investasi nasional pada tahun 2019
(Rp792,0 Triliun). Adapun target dan realisasi
investasi per provinsi tersebut dapat dilihat pada
Tabel 3.4 berikut ini.
Tabel 3.4 Target dan Realisasi PMA dan PMDN Investasi Per Provinsi Tahun 2019
No. Provinsi Target
(Rp triliun)
Realisasi (Rp triliun) Persentase Kategori
PMA PMDN Total
1 Aceh 3,7 2,1 3,6 5,7 152,5 Sangat Baik
2 Bali 13,9 6,4 7,4 13,8 99,2 Baik
3 Banten 70,3 28,0 20,7 48,7 69,3 Cukup
4 Bengkulu 7,4 2,2 5,5 7,6 102,6 Sangat Baik
5 Daerah Istimewa Yogyakarta 4,5 0,2 6,3 6,5 144,9 Sangat Baik
6 Daerah Khusus Ibukota Jakarta 93,7 61,9 62,1 123,9 132,2 Sangat Baik
7 Gorontalo 3,4 2,6 0,8 3,4 99,6 Baik
8 Jambi 6,6 0,8 4,4 5,3 80,3 Baik
9 Jawa Barat 113,5 88,2 49,3 137,5 121,2 Sangat Baik
10 Jawa Tengah 44,2 40,9 18,7 59,5 134,6 Sangat Baik
11 Jawa Timur 56,7 13,0 45,5 58,5 103,0 Sangat Baik
12 Kalimantan Barat 31,9 8,0 7,7 15,7 49,2 Buruk
13 Kalimantan Selatan 23,6 5,6 10,1 15,7 66,4 Cukup
14 Kalimantan Tengah 25,7 4,3 8,6 12,8 49,9 Buruk
15 Kalimantan Timur 33,8 12,9 22,0 34,9 103,0 Sangat Baik
16 Kalimantan Utara 8,5 1,2 4,4 5,6 66,2 Cukup
17 Kepulauan Bangka Belitung 6,4 1,3 2,9 4,3 66,8 Cukup
18 Kepulauan Riau 18,6 20,5 5,7 26,1 140,5 Sangat Baik
19 Lampung 5,6 2,3 2,4 4,8 85,4 Baik
20 Maluku 7,0 0,5 0,3 0,8 11,1 Buruk
21 Maluku Utara 9,2 15,1 0,7 15,8 171,9 Sangat Baik
22 Nusa Tenggara Barat 13,0 4,1 3,5 7,6 58,3 Kurang
23 Nusa Tenggara Timur 6,6 1,9 3,8 5,7 86,2 Baik
24 Papua 14,1 14,1 0,6 14,7 104,2 Sangat Baik
25 Papua Barat 6,2 0,7 0,4 1,1 17,4 Buruk
26 Riau 22,4 15,5 26,3 41,8 186,6 Sangat Baik
27 Sulawesi Barat 7,6 0,2 1,2 1,3 17,6 Buruk
28 Sulawesi Selatan 18,4 4,5 5,7 10,2 55,5 Kurang
29 Sulawesi Tengah 18,7 27,1 4,4 31,5 168,6 Sangat Baik
30 Sulawesi Tenggara 14,2 14,8 3,8 18,6 131,4 Sangat Baik
31 Sulawesi Utara 10,7 3,3 8,3 11,6 108,5 Sangat Baik
32 Sumatera Barat 10,5 2,4 3,0 5,4 51,4 Kurang
33 Sumatera Selatan 29,8 11,1 16,9 28,0 93,7 Baik
34 Sumatera Utara 31,6 5,7 19,8 25,4 80,5 Baik
792 423,1 386,5 809,6 102,2 Sangat Baik Total
44 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Berdasarkan Tabel 3.4, terdapat beberapa Provinsi
yang tidak mencapai target realisasi investasi dan
berada pada kategori Buruk. Seperti yang terlihat pada
Tabel 3.4, capaian realisasi investasi beberapa provinsi
di Jawa yang sudah tergolong sangat baik telah
memberi kontribusi terhadap realisasi investasi 2019,
namun prestasi ini tidak dapat diikuti oleh beberapa
provinsi lain yang masih memerlukan peningkatan.
Sehingga untuk mencapai rasio investasi di luar Jawa
yang lebih baik, serta memenuhi target realisasi
investasi 2019, diperlukan fokus yang lebih terhadap
faktor-faktor pendukung investasi di luar Jawa, seperti
penambahan infrastruktur, sarana dan prasarana,
pemetaan dan pemasaran potensi yang lebih baik,
sosialisasi terhadap perubahan atas ketentuan
penanaman modal serta peningkatan kualitas sumber
daya manusia DPMPTSP Provinsi/Kabupaten/Kota.
Realisasi investasi berdasarkan wilayah pada periode
Januari sampai dengan Desember 2019 adalah sebagai
berikut:
1) Wilayah Sumatera dengan realisasi investasi
sebesar Rp154,3 triliun (19,0%), terdiri dari PMDN
sebesar Rp90,5 triliun dan PMA sebesar US$4,3
miliar.
2) Wilayah Jawa dengan realisasi investasi sebesar
Rp434,6 triliun (53,7%), terdiri dari PMDN sebesar
Rp202,5 triliun dan PMA sebesar US$15,5 miliar.
3) Wilayah Kalimantan dengan realisasi investasi
sebesar Rp84,7 triliun (10,5%), terdiri dari PMDN
sebesar Rp52,7 triliun dan PMA sebesar US$2,1
miliar.
4) Wilayah Sulawesi dengan realisasi investasi sebesar
Rp76,7 triliun (9,5%), terdiri dari PMDN sebesar
Rp24,2 triliun dan PMA sebesar US$ 3,5 miliar.
5) Wilayah Bali dan Nusa Tenggara dengan realisasi
investasi sebesar Rp 27,0 triliun (3,3%), terdiri dari
PMDN sebesar Rp14,7 triliun dan PMA US$0,8
miliar.
6) Wilayah Maluku dan Papua dengan realisasi
investasi Rp32,3 triliun (4,0%), terdiri dari PMDN
sebesar Rp1,9 triliun dan PMA sebesar US$2,0
miliar.
Pemecahan permasalahan yang dilakukan dalam
mencapai kinerja nilai realisasi penanaman modal,
antara lain:
1) Meningkatkan frekuensi pemberitahuan kewajiban
LKPM bagi pelaku usaha setiap triwulan melalui
media cetak maupun email; dan
2) Meningkatkan koordinasi antara DPMPTSP Provinsi,
Kabupaten dan Kota untuk pemantauan perusahaan
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 45
-perusahaan yang telah mendapatkan perizinan
baru.
3.1.4 Fasilitasi Permasalahan terhadap
Proyek-Proyek Mangkrak
Setelah dilantik oleh Bapak Presiden RI sebagai Kepala
BKPM yang baru pada Bulan Oktober 2019, Kepala
BKPM menetapkan program kerja prioritas dalam
bentuk fasilitasi terhadap proyek-proyek penanaman
modal yang mangkrak. Proyek-proyek penanaman
modal yang mangkrak adalah rencana investasi oleh
perusahaan baik PMA maupun PMDN yang telah
diwujudkan dalam bentuk perizinan usaha, tetapi dalam
pelaksanaannya mengalami kondisi stagnan selama
bertahun-tahun dan belum ada pemecahannya. Hal ini
menjadi penting karena proyek-proyek yang mangkrak
tersebut seharusnya dapat berjalan sesuai rencana
sehingga bisa memberikan dampak positif bagi
perekonomian nasional. Nilai yang telah ditetapkan
untuk kegiatan fasilitasi permasalahan tersebut sebesar
Rp708 triliun, yang dimulai pada bulan Oktober 2019
sampai bulan Juni tahun 2020. Nilai Rp708 triliun
tersebut telah menjadi salah satu Key Performance
Indicator (KPI) Kepala BKPM kepada Presiden RI.
Adapun capaian kegiatan fasilitasi permasalahan
terhadap proyek-proyek mangkrak yang telah selesai
dilaksanakan sampai pada tanggal 31 Desember 2020
sebesar Rp163,9 triliun (23,2%). Nilai tersebut terdiri
atas 6 (enam) proyek penanaman modal yang bergerak
di bidang usaha pembangkit tenaga listrik, industri
kimia, industri logam dasar, industri kendaraan
bermotor dan perkebunan, yang lokasi usahanya
tersebar di seluruh Indonesia.
3.1.5 Penjelasan Capaian Realisasi Investasi
Tahun 2019
Dari capaian realisasi investasi tahun 2019 dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
1) Kumulatif realisasi investasi periode Januari sampai
dengan Desember sebesar Rp809,6 triliun, terdiri
dari realisasi PMDN sebesar Rp386,5 triliun dan
realisasi PMA sebesar Rp423,1 triliun.
a) Realisasi PMDN berdasarkan sektor usaha (5
besar) adalah: Sektor Transportasi, Gudang dan
Telekomunikasi (Rp68,1 triliun); Sektor
Konstruksi (Rp55,1 triliun); Sektor Tanaman
Pangan, Perkebunan, dan Peternakan (Rp43,6
triliun); Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp37,2
triliun); dan Sektor Industri Makanan (Rp36.6
46 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
triliun).
b) Realisasi PMDN berdasarkan lokasi proyek (5
besar) adalah: Provinsi DKI Jakarta (Rp62,1
triliun); Provinsi Jawa Barat (Rp49,3 triliun);
Provinsi Jawa Timur (Rp45,5 triliun);
Provinsi Riau (Rp26,3 triliun); dan Provinsi
Kalimantan Timur (Rp22,0 triliun).
c) Realisasi PMA berdasarkan sektor usaha
(5 besar) adalah: Sektor Listrik, Gas dan Air
(US$5,9 miliar); Sektor Transportasi,
Gudang dan Telekomunikasi (US$4,7
miliar); Sektor Industri Logam Dasar,
Barang Logam, Bukan Mesin dan
Peralatannya (US$3,6 miliar); Sektor
Perumahan, Kawasan Industri dan
Perkantoran (US$2,9 miliar); dan Sektor
Pertambangan (US$2,3 miliar). Apabila
seluruh sektor industri digabung maka dapat
dilihat bahwa sektor industri memberikan
konstribusi terhadap realisasi investasi
sebesar US$9,6 miliar atau 33,9% dari total
PMA.
d) Sedangkan Realisasi PMA berdasarkan lokasi
proyek (5 besar) adalah: Provinsi Jawa
Barat (US$5,9 miliar), Provinsi DKI Jakarta
(US$4,1 miliar); Provinsi Jawa Tengah
(US$2,7 miliar); Provinsi Banten (US$1,9
miliar); dan Provinsi Sulawesi Tengah
(US$1,8 miliar).
e) Realisasi PMA berdasarkan asal negara
(5 besar) adalah: Singapura (US$6,5
miliar), R.R Tiongkok (US$4,7 miliar);
Jepang (US$4,3 miliar); Hongkong, RRT
(US$2,9 miliar); dan Belanda (US$2,6
miliar).
2) Sebaran lokasi proyek pada Tahun 2019
realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar
Rp434,6 triliun dan realisasi investasi di luar
Jawa sebesar Rp375,0 triliun. Apabila
dibandingkan dengan periode yang sama di
tahun 2018, maka terjadi peningkatan realisasi
investasi di Jawa sebesar 7,2% dan di luar Jawa
sebesar 18,7%.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 47
Capaian kinerja Sasaran Strategis 2 “meningkatnya
kualitas pelayanan penanaman modal yang prima
dan responsif melalui PTSP Pusat” diukur melalui
survei Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) terhadap
stakeholders (pengguna layanan) di BKPM pada
bulan Juni 2019 untuk periode Semester I dan
pada bulan Desember Tahun 2019 untuk periode
Semester II. Survei tersebut disebarkan kepada
100 responden kemudian dianalisis dan diambil
kesimpulan dengan menggunakan Method of
Successive Interval (MSI).
Survei tersebut dilaksanakan mengacu pada
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 14 Tahun 2017
tentang Pedoman Penyusunan Survei Kepuasan
Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik.
Tujuan pelaksanaan Survei Indeks Kepuasan
Masyarakat (IKM) Badan Koordinasi Penanaman
Modal adalah:
1) Mengidentifikasi kelemahan atau kekuatan dari
masing-masing unit penyelenggara pelayanan
publik dan menganalisis unsur layanan apa yang
sudah dilaksanakan dan faktor layanan apa yang
perlu ditingkatkan;
2) Mengukur secara berkala tingkat kepuasan
pengguna layanan pada penyelenggaraan
pelayanan yang telah dilaksanakan oleh semua
unit layanan publik di badan koordinasi
penanaman modal;
3) Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu
diambil dan langkah perbaikan pelayanan;
4) Menganalisis keterkaitan antara kinerja unsur-
unsur layanan dan tingkat kepuasan pengguna
layanan (stakeholders) Badan Koordinasi
Penanaman Modal;
5) Sebagai umpan balik dalam memperbaiki
layanan sehingga masyarakat dapat terlibat
secara aktif dalam mengawasi pelaksanaan
penyelenggaraan pelayanan publik.
Berdasarkan penilaian terhadap survei IKM yang
telah dilaksanakan pada Semester I dan II Tahun
2019 diperoleh hasil Nilai Rata-Rata (NRR) dan
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) tahun 2019
sebagai berikut.
Sasaran Strategis 2:
Meningkatnya Kualitas Pelayanan Penanaman Modal Yang Prima dan Responsif
Tabel 3.5 Nilai Rata-Rata (NRR) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
No. Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan NRR 2019
Semester I Semester II Semester III
1 Persyaratan Pelayanan 3,210 3,204 3,207
2 Prosedur Pelayanan 3,180 3,136 3,158
3 Waktu Pelayanan 2,820 2,780 2,800
4 Biaya/Tarif Pelayanan 4,000 4,000 4,000
5 Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan 3,340 3,358 3,349
6 Kompetensi Pelaksana 3,130 3,177 3,154
7 Perilaku Pelaksana 3,330 3,424 3,377
8 Maklumat Pelayanan 3,310 3,312 3,311
9 Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan 3,310 3,108 3,209
Nilai Rata-rata (NRR) IKM Tertimbang 3,260 3,272 3,270
81,27 81,81 81,54 IKM Unit Pelayanan
Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019
Berdasarkan Tabel 3.5 diatas, dapat dijelaskan hasil
survei IKM Tahun 2019 sebagai berikut:
1) Adanya peningkatan nilai hasil survei dari
Semester I ke Semester II, dimana capaian IKM
pada periode Juli 2019 adalah sebesar 81,27
(setara 3,26 dari skala 4) dan pada periode
Desember 2019 adalah sebesar 81,81 (setara
3,27 dari skala 4). Nilai IKM tersebut masuk
dalam kategori penilaian “Baik” (76,61 –
88,30).
48 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Tabel 3.6 Capaian Kinerja “Meningkatnya Kualitas Pelayanan Penanaman Modal yang Prima dan Responsif melalui PTSP Pusat”
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi Kinerja Kategori
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas
pelayanan penanaman modal pada PTSP
Pusat di BKPM
Indeks
(dari skala 4) 3,25 dari skala 4 3,27 dari skala 4 100,6% Sangat Baik
Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019
2) Ruang lingkup (unsur) Pelayanan yang
mendapat Nilai Rata-Rata (NRR) tertinggi
adalah biaya/tarif pelayanan dengan indeks
Semester I adalah 4.000 dan Semester II
sebesar 4.000. Hal ini dikarenakan layanan
berbantuan perizinan berusaha yang
diselenggarakan oleh BKPM tidak berbayar.
3) Ruang lingkup (unsur) Pelayanan yang
mendapat Nilai Rata-Rata (NRR) terendah
adalah waktu pelayanan dengan indeks
Semester I adalah 2.820 dan Semester II
sebesar 2.780. Pada tahun 2019, BKPM
mengembangkan sistem OSS versi 1.1 dan pada
saat migrasi data ke OSS versi 1.1 berakibat
pada lamanya akses dalam sistem OSS. Hal ini
mempengaruhi waktu layanan meskipun sudah
ditetapkan setiap orang dilayani maksimal 20
menit. Guna mengantisipasi hal ini, BKPM
menerapkan sistem kuota antrian yang dibuka
selama 24 jam dan pengguna layanan
konsultasi dapat memilih tanggal konsultasi
sesuai dengan tanggal yang diinginkan selama
kuota antrian pada tanggal tersebut masih
tersedia.
Dengan demikian, dari penjabaran nilai IKM
tertimbang per semester Tahun 2019 diperoleh data
Capaian Kinerja Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat
di BKPM pada tahun 2019 sebesar 3,27 dari skala 4.
Persentase nilai capaian kinerja tersebut apabila
dibandingkan dengan target kinerja sebesar 3,25
dari skala 4 maka akan diperoleh hasil sebesar
100,6% atau masuk ke dalam kategori kinerja
“Sangat Baik” sesuai dengan klasifikasi kategori
Surat Keputusan Sekretaris Utama Nomor 40 Tahun
2016 tentang Pengelolaan Kinerja di Badan
Koordinasi Penanaman Modal. Hal ini tergambar
pada Tabel 3.6 sebagai berikut.
Persandingan Nilai Rata-Rata (NRR) IKM
Tertimbang berdasarkan hasil survei yang telah
dilaksanakan pada periode Tahun 2015-2019 dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3.7 Nilai Rata-Rata (NRR) dan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM)
No. Ruang Lingkup (Unsur) Pelayanan NRR 2015 NRR 2016 NRR 2017 NRR 2018 NRR 2019
(Skala 4) (Skala 4) (Skala 4) (Skala 4) (Skala 4)
1 Persyaratan Pelayanan 3,053 3,095 3,078 2,940 3,207
2 Prosedur Pelayanan 2,860 2,905 2,888 2,639 3,158
3 Waktu Pelayanan 2,827 2,871 2,721 2,464 2,800
4 Biaya/Tarif Pelayanan 3,913 3,960 3,950 3,944 4,000
5 Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan 3,020 3,084 3,090 2,858 3,349
6 Kompetensi Pelaksana 3,073 3,046 3,064 2,886 3,154
7 Perilaku Pelaksana 3,298 3,275 3,283 3,202 3,377
8 Maklumat Pelayanan 2,967 2,980 3,101 2,784 3,311
9 Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan 2,940 2,884 2,955 2,534 3,209
Nilai Rata-rata (NRR) IKM Tertimbang 3,088 3,095 3,102 2,909 3,270
77,19 77,38 77,56 Setara ({NRR: 4} x 100) 72,72 81,54
Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada Tahun
2019 mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Secara
keseluruhan penilaian masyarakat terhadap ruang
lingkup pelayanan penanaman modal PTSP Pusat di
BKPM pada umumnya sudah baik dan masyarakat
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 49
sudah merasa puas dengan unsur-unsur pada ruang
lingkup (unsur) pelayanan, meskipun terdapat 1
(satu) ruang lingkup (unsur pelayanan) yang masuk
ke dalam kategori “Kurang Baik”, yaitu unsur Waktu
Pelayanan. Hal ini disebabkan oleh adanya masa
transisi peralihan sistem Online Single Submission
(OSS) dari Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian kepada Badan Koordinasi Penanaman
Modal. Oleh karena itu, BKPM akan melakukan
perbaikan untuk meningkatkan pelayanan
percepatan kemudahan berusaha, terutama untuk
mendukung pelaksanaan Peraturan Presiden
Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan
Pelaksanaan Berusaha dan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan
Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. BKPM
mengembangkan sistem OSS versi 1.1 dan pada
saat migrasi data ke OSS versi 1.1 berakibat pada
lamanya akses dalam sistem OSS. Hal ini
mempengaruhi waktu layanan meskipun sudah
ditetapkan setiap orang dilayani maksimal 20 menit.
Selain itu, dilakukan upaya perbaikan untuk
menunjang peningkatan pelayanan antara lain:
1) Re-sertifikasi dan upgrading ISO dari SNI ISO
9001:2008 menjadi SNI ISO 9001:2015
Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal
yang meliputi Direktorat Pelayanan Aplikasi,
Pelayanan Fasilitas, Pelayanan Perizinan, serta
Pelayanan Prioritas, pada tahun 2017 telah
memperoleh resertifikasi dan upgrading dari SNI
ISO 9001:2008 menjadi SNI ISO 9001:2015
“Quality Management Systems Requirements”
dari Sucofindo International Certification
Services dengan masa berlaku dari tanggal 5
Desember 2017 sampai dengan tanggal 4
Desember 2020. Pada Tahun 2019, telah
dilaksanakan surveillance yang kedua pada
tanggal 4-5 November 2019. Surveillance ini
dilakukan dalam rangka mempertahankan
standar SNI ISO 9001:2015 di Kedeputian
Bidang Pelayanan Penanaman Modal.
Pelatihan Sumber Daya Manusia kepada petugas
yang terlibat langsung dalam pelayanan publik
seperti mengikuti Diklat Sistem Online Single
Submission (OSS) dan Diklat PTSP, mengadakan
briefing/sharing knowledge secara berkala
antara lain tentang peningkatan pelayanan,
peraturan terbaru dari K/L terkait dan
pemecahan masalah yang dihadapi serta untuk
meningkatkan kualitas mutu pelayanan yang
berkesinambungan (continous improvement).
2) Tingkat Maturitas Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) BKPM
Capaian maturitas SPIP BKPM Tahun 2019 telah
mencapai level 3 (Terdefinisi) dengan nilai
3,1649 (dari skala 5 tingkat maturitas SPIP),
sesuai laporan BPKP Nomor LQA-124/
D101/2/2017 tanggal 20 Desember 2017
tentang Laporan Penjaminan Kualitas atas
Penilaian Tingkat Maturitas Penyelenggaraan
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
pada BKPM Tahun 2017. Capaian tersebut telah
melampaui target waktu pencapaian secara
nasional sebagaimana amanah langsung
Presiden terhadap K/L bahwa minimal sebanyak
85% K/L mencapai level 3 pada Tahun 2019.
3) Pengembangan Sistem OSS
Perizinan Berusaha Terintegrasi secara
Elektronik atau yang biasa disebut OSS adalah
sistem perizinan berusaha yang diterbitkan atas
nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur,
atau bupati/walikota kepada pelaku usaha oleh
BKPM melalui sistem elektronik yang terintegrasi
sebagaimana tercantum dalam Peraturan
Presiden Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Secara Elektronik.
Melalui OSS, seluruh data perizinan dan
pemenuhan persyaratan berusaha pada
kementerian/lembaga (K/L) dan pemerintah
daerah (pemda) berada di satu sistem perizinan
berusaha yang terintegrasi secara elektronik,
sehingga pelaku usaha/investor hanya perlu
mengajukan permohonannya kepada PTSP
Pusat dan PTSP daerah melalui portal OSS.
Tujuan utama diimplementasikannya OSS
adalah untuk percepatan dan peningkatan
penanaman modal guna meningkatkan
pertumbuhan ekonomi sehingga dapat
menambah daya saing nasional.
Tahun 2019 menjadi awal diberlakukannya OSS
di BKPM. Pengembangan sistem OSS menjadi
salah satu agenda utama BKPM pada tahun
2019. Pengembangan aplikasi OSS Tahun 2019
mencakup melaksanakan pengembangan
sistem aplikasi OSS, melaksanakan pengadaan
lisensi, melaksanakan pengadaan infrastruktur,
serta melaksanakan pengadaan pendukung
integrasi sistem.
Aplikasi OSS sendiri sebelumnya dikembangkan
oleh Kementerian Koordinator (Kemenko)
Bidang Perekenomian, kemudian pada tahun
2019 dikembangkan oleh BKPM dengan tetap
mendapat dukungan dari Kemenko Bidang
Perekenomian. Pengembangan aplikasi OSS
50 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Tabel 3.8 Perbedaan OSS 1.0 dengan OSS 1.1
No. Proses OSS Versi 1.0 OSS Versi 1.1
1 Registrasi Akun Kurang informatif, karena Pelaku Usaha
menentukan sendiri jenis Pelaku Usaha
tanpa ada penjelasan
Lebih informatif dengan menampilkan
penjelasan mengenai definisi jenis Pelaku
Usaha
2 Tahapan Perizinan Berusaha Tahapan dalam satu siklus digabung Tahapan terpisah sesuai output, sehingga
lebih user friendly
3 Format Isian Data Legalitas Hanya berdasarkan data legalitas PT Sudah disiapkan format isian data legalitas
berdasarkan jenis badan usaha (CV, Firma,
dll) dan badan hukum (PT, Yayasan dan
Koperasi)
4 Kegiatan Utama dan Kegiatan Penunjang Belum dapat dibedakan antara kegiatan
utama dan kegiatan penunjang
Sistem sudah didesain untuk membedakan
kegiatan utama dan kegiatan penunjang
5 Izin Lokasi Hanya dapat mengakomodir Izin Lokasi
Daratan
Sudah didesain untuk penerbitan Izin Lokasi
Daratan, Perairan dan Kawasan Hutan
6 Izin Usaha Status Efektif/Belum Efektif Tidak tertulis status efektif/belum efektif,
namun terdapat list persyaratan/izin
prasarana yang belum terpenuhi dalam Izin
Usaha tersebut, Akan dilengkapi dengan
lampiran yang berisi informasi list sarana
dan prasarana yang harus dipenuhi dan
akan dilakukan update secara otomatis
ketika sudah dipenuhi.
7 Izin Operasional / Komersial (IOK) Hanya List Komitmen List komitmen dan dilengkapi dengan cover
letter OSS yang menjelaskan bahwa
komitmen telah dipenuhi
8 Validasi NIK, Akta AHU, NPWP (Perusahaan,
Pemegang Saham, NPWP Suami), RDTR,
DNI, KBLI, Tax Holiday
Sama dengan V1.0 ditambahkan dengan
KBLI terintegrasi, validasi KEK, validasi
terkait akta perusahaan
9 Perwakilan KP3A, BUJKA, STPW Luar Negeri
(Waralaba)
Sama seperti V1.0 ditambah dengan KPPA
10 Pencabutan Izin Pencabutan Berdasarkan Likuidasi
(mencabut entity)
Pencabutan Berdasarkan Likuidasi dan Non
Likuidasi (mencabut izin usaha / proyek)
11 Total Investasi Berdasarkan KBLI 2 digit Berdasarkan KBLI 5 digit
12 Kantor Cabang Belum terdapat fitur untuk
mengakomodir kantor cabang
Sudah terdapat fitur untuk mengakomodir
kantor cabang
13 LKPM Belum SSO dengan LKPM Sudah SSO dengan LKPM
Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019
meliputi analisis dan perancangan aplikasi OSS
dengan memperhatikan kebutuhan seluruh
pemangku kepentingan termasuk dari sudut
pandang pelaku usaha maupun petugas
pemroses perizinan sampai dengan
mengoperasikan layanan aplikasi OSS untuk
menjamin ketersediaan layanan yang berjalan.
OSS yang dikembangkan oleh Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian dikenal
dengan OSS versi 1.0, sedangan OSS yang
dikembangkan oleh BKPM dikenal dengan
sebutan OSS versi 1.1. Beberapa
pengembangan OSS dari versi 1.0 menjadi 1.1
ditampilkan dalam Tabel 3.8 berikut ini.
Pengembangan OSS dari versi 1.0 ke 1.1
diharapkan dapat lebih memudahkan para
investor dalam mengajukan perizinan dan
nonperizinan sehingga memberi kenyamanan
berinvestasi di Indonesia, serta dapat
membantu pemangku kepentingan dalam
menganalisis data OSS.
Antusiasme penanam modal terhadap OSS
cukup besar. Terbukti dari jumlah pengguna
OSS yang sangat besar. Selama tahun 2019,
yang melakukan registrasi di OSS sebanyak
731.481 orang/penanam modal. Berikut
ditampilkan data jumlah penggunaan OSS
selama tahun 2019.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 51
4) Jumlah Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi
Secara Elektronik yang Terstandarisasi
BKPM menargetkan integrasi sistem Online
Single Submission (OSS) dengan 56 sistem K/L/
D. Namun demikian, dari target tersebut, sejak
April sampai dengan Desember 2019 tercapai
pengintegrasian OSS dengan 34 sistem K/L/D
dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3.9 Statistik OSS tahun 2019
No. Aktivitas Jumlah
1 Registrasi 731.481
2 Aktivasi akun 690.472
3 NIB 734.124
4 Izin Usaha 908.657
5 Izin Komersial/Operasional 229.826
Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019
Tabel 3.10 Daftar Sistem K/L/D Yang Terintegrasi Dengan OSS
No. Sistem Pendukung K/L/D No. Sistem Pendukung K/L/D
1 Dukcapil Kementerian Dalam Negeri 18 SIINAS Kementerian Perindustrian
2 AHU Online
Kemenkumham
19 Sistem ESDM
Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral
3 Akta Badan Usaha (SABU) 20 Sistem Kemenhub Kementerian Perhubungan
4 SIMKIM
21 Webform OSS Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan
5 KSWP Kementerian Keuangan
22 Sistem Kemenkes Kementerian Kesehatan
6 INSW 23 Webform OSS Kementerian Agama
7 Sistem RDTR Kementerian ATR/BPN
24 Sistem KKP
Kementerian Kelautan dan
Perikanan
8 Sistem Pertek 25 Webform OSS Kementerian Pariwisata
9 SIMBG Kementerian PUPR
26 Webform OSS Kementerian Koperasi dan
Usaha Kecil Menengah
10 WLKP
Kementerian Tenaga Kerja
27 Sistem Kominfo
Kementerian Kementerian
Komunikasi dan Informatika
11 RPTKA
28 Sistem Binmas Online System
(BOS)
Kepolisian Republik
Indonesia
12 Webform OSS
29 Sistem BPOM Badan Pengawas Obat dan
Makanan
13 Sistem BPJS Kesehatan BPJS Kesehatan
30 SPIPISE Badan Koordinasi
Penanaman Modal
14 Sistem BPJS Ketenagakerjaan BPJS Ketenagkerjaan
31 Sistem Bapeten Badan Pengawas Tenaga
Nuklir
15 Izin Lingkungan (Webform OSS) Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan /
PTSP
32 Sistem Kemendag Kementerian Perdagangan
16 Sistem Hub KLHK
33 Izin Lokasi Darat (Webform
OSS) PTSP
17 Sistem Kementan Kementerian Pertanian 34 Jakevo Pemprov DKI Jakarta
Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019
Kendala yang dihadapi dalam pengintegrasian
sistem adalah pemerintah daerah dalam hal ini
DPMPTSP yang semula sistem perizinannya
akan diintegrasikan secara langsung dengan
OSS mendapatkan surat edaran dari Menteri
Dalam Negeri untuk menggunakan aplikasi
siCANTIK Cloud bagi seluruh daerah di
Indonesia.
52 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Tabel 3.11 Peraturan BKPM Terkait Percepatan Investasi
No. Kategori Nomor Tentang
1 Peraturan BKPM 9 Tahun 2019 Pelimpahan dan Pedoman Penyelenggaraan Dekonsentrasi Bidang Pengendalian Pelaksanaan
Penanaman Modal Tahun Anggaran 2020
2 Peraturan BKPM 8 Tahun 2019
Perubahan Kedua atas Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1 Tahun 2019
tentang Rincian Bidang Usaha dan Jenis Produksi Industri Pionir yang dapat diberikan Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan serta Pedoman dan Tata Cara Pemberian Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
3 Peraturan BKPM 7 Tahun 2019 Tata Cara Penunjukan Pelaksana Tugas dan Pelaksana Harian di Lingkungan Badan Koordinasi
Penanaman Modal
4 Peraturan BKPM 6 Tahun 2019
Perubahan atas Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 1 Tahun 2019 tentang
Rincian Bidang Usaha dan Jenis Produksi Industri Pionir yang dapat diberikan Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan serta Pedoman dan Tata Cara Pemberian Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
5 Peraturan BKPM 5 Tahun 2019 Perubahan atas Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Pedoman dan Tata Cara Perizinan dan Fasilitas Penanaman Modal
6 Peraturan BKPM 4 Tahun 2019
Perubahan Kedua atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal
Tahun 2015-2019
7 Peraturan BKPM 3 Tahun 2019 Pedoman Tata Cara Promosi Penanaman Modal
8 Peraturan BKPM 2 Tahun 2019 Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Kinerja di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal
9 Peraturan BKPM 1 Tahun 2019
Rincian Bidang Usaha dan Jenis Produksi Industri Pionir yang dapat diberikan Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan serta Pedoman dan Tata Cara Pemberian Fasilitas
Pengurangan Pajak Penghasilan Badan
Sumber: Laporan Kinerja Deputi Bidang Pelayanan Penanaman Modal Tahun 2019
5) Penerbitan Peraturan BKPM
Penerbitan peraturan pada 2019 mempengaruhi
baik pelaksanaan tugas BKPM secara internal,
maupun kepada para stakeholder terutama di
kalangan bisnis. Peraturan-peraturan yang
dikeluarkan hubungannya dengan dunia usaha
ditujukan untuk mempercepat realisasi
investasi. Upaya BKPM dalam mencapai target
realisasi investasi melalui penerbitan Peraturan
BKPM dapat dilihat pada tabel berikut ini.
52 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 53
3.2 Capaian Nilai Kinerja Organisasi
(NKO) BKPM Tahun 2019
Dalam rangka melakukan penilaian kinerja
organisasi yang dicapai selama tahun 2019, Badan
Koordinasi Penanaman Modal menggunakan metode
Balanced Scorecard (BSC) yang mempunyai
keunggulan kemudahan dan lebih realistis dalam
melakukan penilaian tingkat capaian kinerja.
Pengukuran capaian kinerja BKPM tahun 2019
dilakukan dengan cara membandingkan antara
target (rencana) dan realisasi Indikator Kinerja
Utama (IKU) pada masing-masing perspektif. Dari
hasil pengukuran kinerja tersebut, diperoleh data
bahwa capaian Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM
tahun 2019 adalah sebesar 102,48. Nilai tersebut
berasal dari capaian kinerja pada masing-masing
perspektif sebagaimana pada tabel berikut ini.
Tabel 3.12 Nilai Kinerja Organisasi Berdasarkan Perspektif
Perspektif Bobot Sasaran Jumlah
IKU Nilai Sasaran Skor NKO
Stakeholder 30% Meningkatnya realisasi penanaman modal 3 101,15 101,15 30,35
Customer 30% Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima dan
responsif melalui PTSP Pusat 1 100,62 100,62 30,19
Internal
Process 20%
Meningkatnya iklim penanaman modal dalam rangka peningkatan daya
saing penanaman modal 2 98,86
107,39 21,48
Terwujudnya perencanaan penanaman modal dan penyusunan
rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif, dan implementatif
dalam rangka peningkatan daya saing Penanaman modal
1 116,67
Meningkatnya daya tarik penanaman modal Indonesia melalui promosi
yang terpadu dan efektif bagi penanam modal dalam dan luar negeri
yang berpijak pada peningkatan daya saing penanaman modal
1 105,98
Meningkatnya kerjasama internasional untuk mendorong investasi dan
melindungi kepentingan nasional dalam rangka peningkatan daya saing
penanaman modal
1 108,05
Learning and
Growth 20% Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan 2 100,00 100,00 20,00
Nilai Kinerja Organisasi (NKO) 102,48
Nilai kinerja BKPM tahun 2019 mengalami
peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada
tahun 2019, terdapat beberapa penajaman IKU
melalui reformulasi IKU dan penetapan target yang
lebih challenging. Selain itu, terdapat beberapa IKU
baru yang dirumuskan untuk lebih mendukung
pencapaian Sasaran Strategis. Perubahan-
perubahan ini yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap nilai kinerja BKPM. Selama
tahun 2019, dari 11 IKU BKPM terdapat 10 IKU
berstatus hijau tua (kategori “Sangat Baik”) dan 1
IKU berstatus hijau muda (kategori “Baik”).
Perkembangan NKO BKPM tahun 2015-2019 dapat
dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 3.4 Perkembangan Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM Tahun 2015-2019
54 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Nilai Kinerja Organisasi (NKO) merupakan
gambaran nilai kinerja suatu organisasi secara
terukur keseluruhan. NKO selama 5 (lima) tahun
dari tahun 2015-2018 adalah sebagai berikut.
Tabel 3.13 Capaian Kinerja “Meningkatnya Realisasi Penanaman Modal”
No. Perspektif Tahun Δ
2018-2019 2015 2016 2017 2018 2019
1 Stakeholder 30,24 29,83 28,92 27,91 30,35 8,74
2 Customer 32,97 33,84 29,87 30,45 30,19 -0,85
3 Internal Process 21,62 24,00 22,67 19,05 21,48 12,76
4 Learning and Growth 22,36 21,52 20,36 20,38 20,00 -1,87
107,18 109,19 101,82 97,79 102,48 4,80 NKO
Realisasi Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM tahun
2019 sebesar 102,48 yang merupakan penjumlahan
dari pencapaian empat perspektif dengan capaian
nilai masing-masing yaitu stakeholder perspective
sebesar 30,35, customer perspective sebesar 30,19,
internal process perspective sebesar 21,48 dan
learning and growth perspective sebesar 20,00.
Capaian NKO tahun 2019 mengalami kenaikan
sebesar 4,80% jika dibandingkan capaian NKO pada
tahun 2018. Hal ini disebabkan oleh beberapa
indikator kinerja utama yang realisasinya
melampaui target yaitu pada stakeholder
perspective dan internal process perspective.
Indikator kinerja pada stakeholder perspective yang
melampaui target adalah nilai realisasi penanaman
modal dan rasio realisasi PMDN, sedangkan pada
internal process perspective indikator kinerja yang
melampaui target yaitu: indeks kualitas iklim
penanaman modal, jumlah peta potensi penanaman
modal sektor prioritas yang dimanfaatkan oleh
stakeholder, jumlah rencana investasi, dan
persentase kesepakatan / perjanjian / perundingan
kerjasama penanaman modal yang telah
diimplementasikan.
3.2.1 Peta Strategi Badan Koordinasi
Penanaman Modal
Gambaran peta strategi dalam upaya mencapai Visi
BKPM 2015-2019 dapat dilihat pada Gambar 3.x
berikut ini. Peta Strategi dilakukan melalui 4
(empat) perspektif penilaian dimulai dari
stakeholder, costumer, internal process, dan
learning and growth atas IKU BKPM Tahun 2019
untuk mencapai target realisasi investasi. Peta
strategi Badan Koordinasi Penanaman Modal
digambarkan dalam ilustrasi berikut ini.
Gambar 3.5 Peta Strategis BKPM Tahun 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 55
3.2.2 Evaluasi dan Analisis Balanced
Scorecard
Dalam rangka mencapai target investasi Tahun
2019 senilai Rp792,3 triliun dilakukan melalui
Sasaran Kinerja, Indikator Kinerja Utama (IKU) dan
Kinerja Pendukung yang secara bersama-sama
berkontribusi terhadap tercapainya target investasi
tersebut.
Berdasarkan peta strategi Badan Koordinasi
Penanaman Modal Tahun 2019, capaian kinerja
tersebut dianalisis menggunakan empat perspektif
balanced scorecard yang masing-masing diukur
dengan bobot tertentu yaitu:
1) Stakeholder Perspective dengan bobot 30%,
mencakup sasaran yang ingin diwujudkan
organisasi untuk memenuhi harapan
stakeholders (pemangku kepentingan) yang
secara langsung atau tidak langsung baik
swasta maupun pemerintah memiliki
kepentingan atas output atau outcome dari
suatu organisasi. Perspektif ini ditetapkan
melalui sasaran strategis “Meningkatnya
realisasi penanaman modal” untuk mendorong
pertumbuhan ekonomi, penyerapan tenaga
kerja, dan mengurangi kesenjangan
pembangunan antar wilayah. Sasaran tersebut
diukur dengan 3 (tiga) IKU yaitu :
a) Nilai realisasi penanaman modal
b) Rasio realisasi penanaman modal di luar
Jawa
c) Rasio realisasi PMDN
2) Customers Perspective dengan bobot 30%,
mencakup sasaran yang ingin diwujudkan
organisasi untuk memenuhi harapan customers
dan/atau harapan organisasi terhadap
customers. Customers (pengguna layanan)
merupakan pihak yang terkait dengan
pelayanan suatu organisasi. Perspektif ini
ditetapkan melalui sasaran strategis
“Meningkatnya Kualitas Pelayanan Penanaman
Modal yang Prima dan Responsif melalui PTSP
Pusat” dan diukur dengan 1 (satu) IKU yaitu
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas
pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat
di BKPM.
3) Internal Process Perspective dengan bobot 20%,
mencakup sasaran yang ingin diwujudkan
melalui rangkaian proses yang dikelola
organisasi dalam memberikan layanan serta
menciptakan nilai bagi stakeholder dan
customer (value chain). Perspektif ini ditetapkan
melalui 4 (empat) sasaran program sebagai
berikut:
a) Sasaran “Meningkatnya iklim penanaman
modal dalam rangka peningkatan daya
saing penanaman modal” diukur dengan
dengan 2 (dua) IKU yaitu: indeks kualitas
iklim penanaman modal dan perbaikan
kemudahan memulai berusaha;
b) Sasaran “Terwujudnya perencanaan
penanaman modal dan penyusunan
rekomendasi kebijakan yang terintegrasi,
kolaboratif, dan implementatif dalam
rangka peningkatan daya saing Penanaman
modal” yang diukur melalui 1 (satu) IKU
yaitu jumlah peta potensi penanaman
modal sektor prioritas yang dimanfaatkan
oleh stakeholder;
c) Sasaran “Meningkatnya daya tarik
penanaman modal Indonesia melalui
promosi yang terpadu dan efektif bagi
penanam modal dalam dan luar negeri
yang berpijak pada peningkatan daya saing
penanaman modal” yang diukur melalui 1
(satu) IKU, yaitu Jumlah rencana investasi;
d) Sasaran “Meningkatnya kerjasama
internasional untuk mendorong investasi
dan melindungi kepentingan nasional dalam
rangka peningkatan daya saing penanaman
modal” yang diukur melalui 1 (satu) IKU,
yaitu presentase kesepakatan/perjanjian/
perundingan kerjasama penanaman modal
yang telah diimplementasikan.
4) Learning and Growth Perspective dengan bobot
20%, mencakup sasaran yang berupa kondisi
ideal atas sumber daya internal organisasi yang
ingin diwujudkan atau yang seharusnya dimiliki
oleh organisasi untuk menjalankan proses bisnis
guna menghasilkan output atau outcome
organisasi yang sesuai dengan harapan
customer dan stakeholder. Perspektif ini
ditetapkan melalui sasaran program
“Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan” dan
diukur yang diukur melalui 2 (dua) IKU, yaitu:
Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan
Indeks Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP).
Tingkat keberhasilan capaian kinerja IKU Tahun
2019 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
didukung oleh keberhasilan capaian kinerja unit
kerja tingkat Eselon I sebagaimana tercantum
dalam tabel berikut ini.
56 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Tabel 3.14 Capaian Indikator Kinerja Utama Badan Koordinasi Penanaman Modal Tahun 2019
No. Sasaran Indikator Kinerja Target Realisasi %
Capaian Kategori
Rata-
Rata Skor
STAKEHOLDER PERSPECTIVE (30%)
1 Meningkatnya realisasi
penanaman modal
Nilai realisasi penanaman
modal
Rp792,0
Triliun*
Rp809,6 Triliun
102,22 Sangat Baik 101,13 30,35
Rasio realisasi penanaman
modal di luar Jawa
57,00% 46,3% 81,23 Baik
Rasio realisasi PMDN 37,00% 47,70% 120,00 Sangat Baik
CUSTOMER PERSPECTIVE (30%)
2 Meningkatnya kualitas
pelayanan penanaman
modal yang prima dan
responsif melalui PTSP Pusat
Indeks Kepuasan Masyarakat
(IKM) atas pelayanan
penanaman modal pada
PTSP Pusat di BKPM
3,25 dari
skala 4
3,27 dari
skala 4
100,62 Sangat Baik 100,62 30,19
INTERNAL PROCESS PERSPECTIVE (20%)
3 Meningkatnya iklim
penanaman modal dalam
rangka peningkatan daya
saing penanaman modal
Indeks kualitas iklim
penanaman modal;
3,5 dari skala
5
4,12 dari
skala 5
117,71 Sangat Baik 109,68 21,94
Perbaikan kemudahan
memulai berusaha;
Menuju
peringkat 40
Peringkat 73 100,00 Sangat Baik
4 Terwujudnya perencanaan
penanaman modal dan
penyusunan rekomendasi
kebijakan yang terintegrasi,
kolaboratif, dan
implementatif dalam rangka
peningkatan daya saing
penanaman modal
Jumlah peta potensi
penanaman modal sektor
prioritas yang dimanfaatkan
oleh stakeholder
12 peta
potensi
14 peta
potensi
116,67 Sangat Baik
5 Meningkatnya daya tarik
penanaman modal
Indonesia melalui promosi
yang terpadu dan efektif
bagi penanam modal dalam
dan luar negeri yang
berpijak pada peningkatan
daya saing penanaman
modal
Jumlah rencana investasi Rp1.416,67
Triliun
Rp. 1.501,38 Triliun
105,98 Sangat Baik
6 Meningkatnya kerjasama
internasional untuk
mendorong investasi dan
melindungi kepentingan
nasional dalam rangka
peningkatan daya saing
penanaman modal
Persentase kesepakatan/
perjanjian/perundingan
kerjasama penanaman
modal yang telah
diimplementasikan.
87% dari 50
kesepakatan/
perjanjian/
perundingan
94% dari 50
kesepakatan/
perjanjian/
perundingan
108,05 Sangat Baik
LEARNING AND GROWTH PERSPECTIVE (20%)
7 Meningkatnya akuntabilitas
kelembagaan
Opini Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK);
WTP WTP 100,00 Sangat Baik 100,00 20,00
Indeks Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP)
BB BB 100,00 Sangat Baik
Nilai Kinerja Organisasi (NKO) Sangat Baik
102,48
Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 57
Berdasarkan Tabel 3.14, dari sisi Stakeholder Perspective, sasaran strategis “Meningkatnya Realisasi Penanaman
Modal” memperlihatkan capaian kinerja 101,13% (Sangat Baik). Peningkatan capaian kinerja ini didukung oleh 3
(tiga) Indikator Kinerja Utama, yaitu:
Tabel 3.15 Target dan Capaian Nilai Realisasi Penanaman Modal
Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori
Nilai realisasi penanaman modal Rp792,0 Triliun* 809,6 Triliun 102,22 Sangat Baik
Keterangan: *) Target 2019 sesuai dengan surat Kepala BKPM No. 371/A.1/2018 tanggal 5 September 2018 perihal Revisi Target Investasi 2018-2019 kepada Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas dan Menteri Keuangan
1) Nilai realisasi penanaman modal
Perhitungan jumlah target investasi tahun
2019 mengalami perubahan dari target yang
telah ditetapkan dalam renstra BKPM tahun
2014-2019. Hal ini mempertimbangkan iklim
investasi pada kuartal ketiga tahun 2018
dimana kondisi perekonomian global yang
kurang kondusif dan prediksi perubahan
kondisi politik dalam negeri pada tahun 2019
yang dapat berpengaruh pada iklim kepastian
berusaha di Indonesia. Perubahan tersebut
telah dituangkan dalam surat Kepala BKPM
kepada Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/ Kepala Bappenas dan Menteri
Keuangan pada tanggal 5 September 2018,
yang merevisi target realisasi investasi pada
tahun 2019 dari Rp 850,0 triliun menjadi Rp.
792,0 triliun (Tabel 3.15).
Capaian realisasi penanaman modal tahun
2019 telah memenuhi target dikarenakan hal-
hal sebagai berikut:
a) Kegiatan pemantauan telah dilaksanakan
dengan baik, terlebih didukung dengan
alokasi dana dekonsentrasi yang
memperluas jangkauan pemantauan
realisasi proyek di seluruh Indonesia. Hal
ini terlihat dari capaian realisasi
pemantauan proyek yang dilimpahkan
melalui Dekonsentrasi sebanyak 3.307
proyek dari 2.448 proyek yang telah
ditetapkan atau sebesar 135,1% dari
target pemantauan (meningkat dari
prosentase capaian tahun 2018 sebesar
108,5%).
b) Sosialisasi tentang kewajiban pelaporan
LKPM online maupun tata cara pengisian
LKPM online telah cukup efektif meski
tetap perlu ditingkat di masa mendatang.
Hal ini terlihat dari output kegiatan
sosialisasi tentang kewajiban pelaporan
LKPM online yaitu laporan LKPM online
yang disampaikan oleh pelaku usaha pada
tahun 2019 (sebanyak 30.451 laporan dari
proyek PMDN dan 30.354 laporan dari
proyek PMA), meningkat dibandingkan
tahun 2018 (sebanyak 10.815 laporan dari
proyek PMDN dan 21.972 laporan dari
proyek PMA).
c) Telah terjalin koordinasi yang lebih baik
antara aparatur pengendalian di tingkat
pusat dengan aparatur pengendalian di
tingkat provinsi maupun kabupaten dan
kota dalam melakukan tugas dan fungsi
pengendalian pelaksanaan penanaman
modal. Hal ini terlihat pada output jumlah
kegiatan pengawasan ke lokasi proyek
yang berada di seluruh pelosok
kabupaten, dimana pada setiap kegiatan
pengawasan tersebut, aparatur BKPM
akan berkoordinasi dan melibatkan
aparatur instansi DPMPTSP Provinsi dan
Kabupaten/Kota. Pada tahun 2019 ini
telah dicapai kegiatan sebanyak 498
kegiatan, meningkat menjadi 130,4%
dibandingkan dengan capaian pada tahun
2018 sebanyak 382 kegiatan.
d) Semakin intensifnya pelaksanaan kegiatan
fasilitasi penyelesaian permasalahan yang
dihadapi oleh pelaku usaha dalam
merealisasikan penanaman modalnya. Hal
ini terlihat dari penambahan kegiatan
fasilitasi penyelesaian proyek-proyek
mangkrak yang telah terealisasi sampai
dengan Desember 2019 sebesar Rp 163,9
triliun (23,2%) dari target Key
Performance Indicator Kepala BKPM
kepada Presiden, disamping capaian
jumlah kegiatan fasilitasi penyelesaian
permasalahan pada tahun 2019 sebesar
159,3 % dari target.
Perkembangan “Nilai realisasi penanaman
modal” dari tahun 2015 sampai dengan 2019
dapat dilihat pada Gambar 3.16.
Stakeholder Perspective
58 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Gambar 3.6 Perkembangan Nilai Realisasi Investasi Periode 2015 – 2019 (Rp triliun)
2) Rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa
Perhitungan rasio penanaman modal di luar
Jawa pada tahun 2019 mengalami perubahan
dari target yang telah ditetapkan dalam
Renstra BKPM tahun 2014-2019 dari yang
awalnya sebesar 62% diubah menjadi 57%.
Hal ini dengan mempertimbangkan capaian
rasio realisasi penanaman modal di luar Jawa
pada tahun 2018 hanya sebesar 43,8%.
Tabel 3.16 Target dan Capaian Rasio Realisasi Penanaman Modal di Luar Jawa
Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori
Nilai realisasi penanaman modal di luar Jawa 57,00% 46,3% 81,23 Baik
Capaian rasio realisasi penanaman modal
tahun 2019 belum dapat memenuhi target
dikarenakan hal-hal sebagai berikut:
a) Masih banyaknya hambatan yang dihadapi
oleh perusahaan penanaman modal dalam
merealisasikan investasinya di luar Jawa,
baik dari segi kondisi geografis, sosio
kultural masyarakat, perizinan maupun
infrastruktur pendukung.
b) Kurangnya pemahaman aparatur daerah
terhadap kebijakan penanaman modal
maupun perubahan peraturan dari
kementerian sektor, dan masa transisi
penerapan peraturan baru di tingkat
daerah yang ditetapkan oleh instansi di
tingkat pusat.
Perkembangan “Rasio realisasi penanaman
modal di luar Jawa” dari tahun 2015 sampai
dengan 2019 dapat dilihat pada grafik di
bawah ini.
Gambar 3.7 Perkembangan Rasio Penanaman Modal di Luar Jawa
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 59
Pada periode Januari–Desember tahun 2019,
realisasi investasi di Pulau Jawa sebesar
Rp434,6 triliun (53,7%) dan realisasi investasi
di luar Jawa sebesar Rp375,0 triliun (46,3%).
Pada periode Januari–Desember tahun 2019,
realisasi investasi PMDN sebesar Rp386,5
triliun (47,7%) dan realisasi investasi PMA
sebesar Rp423,1 triliun (52,3%). Apabila
dibandingkan dengan periode yang sama pada
Tahun 2018 sebesar Rp328,6 triliun terjadi
peningkatan realisasi investasi untuk PMDN
sebesar 17,6%. Hal ini melebihi target
Perjanjian Kinerja 2019 dimana rasio realisasi
PMDN ditargetkan sebesar 37%. Meskipun PMA
dan PMDN sama-sama berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi, namun PMDN memiliki
keunggulan sebagai salah satu komponen
aliran modal yang relatif stabil dan mempunyai
risiko yang kecil dibandingkan dengan aliran
modal lainnya, sehingga dapat dijadikan
alternatif sumber dana yang digunakan untuk
pembiayaan pembangunan.
Gambar 3.8 Perkembangan Rasio PMDN
Capaian rasio realisasi PMDN tahun 2019 dapat
memenuhi target dikarenakan hal-hal sebagai
berikut:
a) Realisasi PMDN didominasi oleh sektor
transportasi, komunikasi dan perumahan
yang masih didominasi oleh perusahaan-
perusahaan dalam negeri.
b) Meningkatnya kemudahan perizinan
berusaha yang dilaksanakan melalui sistem
elektronik.
Perkembangan “Rasio realisasi PMDN” dari
tahun 2015 sampai dengan 2019 dapat dilihat
pada grafik berikut ini.
Tabel 3.17 Target dan Capaian Rasio Realisasi PMDN
Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori
Rasio realisasi PMDN 37,00% 47,70% 126,5 Sangat Baik
3) Rasio Realisasi PMDN
Perhitungan rasio realisasi PMDN pada tahun
2019 mengalami perubahan dari target yang
telah ditetapkan dalam Renstra BKPM tahun
2014-2019, dari yang awalnya sebesar 38,9%
diubah menjadi 37,0%. Meskipun lebih rendah
dari yang telah ditargetkan, tetapi capaian
rasio realisasi PMDN pada tahun 2019 yaitu
sebesar 47,7% (jauh melebihi target yang
telah ditetapkan).
60 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Tabel 3.18 Target dan Capaian Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM
Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori
Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas
pelayanan penanaman modal pada PTSP Pusat
di BKPM
3,25 dari skala 4 3,27 dari skala 4 100,62 Sangat Baik
Dari sisi Customer Perspective, sasaran strategis “Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman modal yang prima
dan responsif melalui PTSP Pusat” memperlihatkan capaian kinerja BKPM 100% (Sangat Baik). Peningkatan
capaian kinerja ini didukung oleh Indikator Kinerja Utama “Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) atas pelayanan
penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM” yang dijelaskan pada Tabel 3.18.
Customer Perspective
Hasil survei IKM ini meningkat dari tahun-tahun
sebelumnya dan juga ada peningkatan nilai hasil
survei dari Semester I ke Semester II, dimana
capaian IKM pada periode Juli 2019 adalah sebesar
81,27 (setara 3,26 dari skala 4) dan pada periode
Desember 2019 adalah sebesar 81,81 (setara 3,27
dari skala 4). Nilai IKM tersebut masuk dalam
kategori penilaian “Baik” (76,61 – 88,30).
Perkembangan capaian IKM atas pelayanan
penanaman modal pada PTSP Pusat di BKPM selama
periode 2015 sampai dengan 2019 dapat dilihat
pada Gambar 3.9 di bawah ini.
Gambar 3.9 Perkembangan Capaian IKM atas Pelayanan Penanaman Modal pada PTSP Pusat di BKPM
60 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 61
Berdasarkan Internal Process Perspective, capaian kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukkan
capaian 105,54 (Sangat Baik). Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan kinerja Badan Koordinasi
Penanaman Modal melalui peningkatan kerjasama internasional untuk mendorong iklim investasi yang melindungi
kepentingan nasional, mewujudkan penyusunan rekomendasi kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif dan
implementatif serta meningkatkan daya tarik penanaman modal melalui promosi yang terpadu dan efektif.
Capaian indikator kinerja tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Internal Process Perspective
Tabel 3.19 Target dan Capaian Indeks Kualitas Iklim Penanaman Modal
Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori
Indeks kualitas iklim penanaman modal 3,5 dari skala 5 4,12 dari skala 5 117,71 Sangat Baik
1) Indeks Kualitas Iklim Penanaman Modal
Dari Tabel 3.19 dapat dilihat bahwa capaian
indikator kinerja indeks kualitas iklim
penanaman modal melampaui target sebesar
4,12 dari skala 5 atau 117,71% dan masuk ke
dalam kategori “Sangat Baik”.
BKPM melakukan survei kinerja Tahun
Anggaran 2019 untuk mendapatkan masukan
yang dibutuhkan khususnya bagi peningkatan
kualitas iklim penanaman modal. Survei kinerja
ini ditujukan kepada pejabat dan staf yang
berasal dari Badan Koordinasi Penanaman
Modal dan stakeholder lainnya seperti
Kementerian/Lembaga, asosiasi, daerah yang
terlibat dengan kegiatan perumusan dan
harmonisasi kebijakan di bidang penanaman
modal. Atas dasar latar belakang di atas telah
dilakukan survei kinerja Badan Koordinasi
Penanaman Modal terkait deregulasi
penanaman modal.
Survei tersebut diatas dilakukan pada bulan
Desember Tahun 2019 dengan jumlah
responden sebanyak 50 orang. Dalam survei
terbagi menjadi 2 kelompok pertanyaan
sebagai berikut:
a) Kelompok kelembagaan dan kegiatan
Deputi Bidang Pengembangan Iklim
Penanaman Modal;
b) Kompetensi dan profesionalisme SDM di
Kedeputian Bidang Pengembangan Iklim
Penanaman Modal
Dari hasil survei yang didapat, indeks iklim
penanaman modal mendapatkan nilai 4,1 dari
target 3,5 dari skala 5. Indeks iklim
penananaman modal tersebut terdiri dari
kelompok kelembagaan dan kegiatan Badan
Koordinasi Penanaman Modal sebesar 4,09 dan
kompetensi dan profesionalisme SDM di
Kedeputian Bidang Pengembangan Iklim
Penanaman Modal sebesar 4,14.
Pada kelompok kelembagaan dan kegiatan
Deputi Bidang Pengembangan Iklim
Penanaman Modal, 3 unsur yang mendapatkan
skor tertinggi yaitu unsur penyusunan dan
perumusan kebijakan penanaman modal
(4,28), perumusan dan harmonisasi melalui
koordinasi (4,08), dan informasi permasalahan
(4,08).
Pada kelompok kompetensi dan
profesionalisme SDM di Kedeputian Bidang
Pengembangan Iklim Penanaman Modal, 3
unsur yang mendapatkan skor tertinggi yaitu
unsur integritas (4,2), konsep yang baik dalam
melihat aspek kebijakan (4,2), dan
pemahaman SDM terkait ketentuan sektoral
(4,14).
Kedepannya, Kedeputian Pengembangan Iklim
Penanaman Modal akan terus meningkatkan
kompetensi SDM dalam perumusan kebijakan,
serta lebih meningkatkan partisipasi publik
dalam perumusan dan pembuatan kebijakan
penanaman modal.
2) Perbaikan Kemudahan Memulai Berusaha
Dari Tabel 3.20 dapat dilihat bahwa capaian
indikator kinerja perbaikan kemudahan
memulai berusaha mencapai peringkat 73 atau
100,00% dan masuk ke dalam kategori
“Sangat Baik”.
Pada tanggal 31 Mei 2019, Lembaga
pemeringkat utang S&P menaikkan peringkat
utang (rating) Indonesia satu tingkat menjadi
BBB, dengan outlook stable. Kenaikan
peringkat kredit Indonesia ini merupakan
capaian yang sangat membanggakan karena
melompat naik dari BBB- / stable menjadi
BBB / stable, tanpa melalui BBB- / positive.
62 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Tabel 3.20 Target dan Capaian Perbaikan Kemudahan Memulai Berusaha
Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori
Perbaikan kemudahan memulai berusaha Menuju peringkat 40 Peringkat 73 100,00 Sangat Baik
Dalam laporannya, S&P menyatakan ekonomi
Indonesia secara konsisten lebih baik dari
negara-negara peers pada tingkat pendapatan
yang sama. Pertumbuhan PDB per kapita riil di
Indonesia mampu tumbuh 4,1% berdasarkan
rata-rata tertimbang 10 tahun. Sementara rata
-rata pertumbuhan PDB per kapita riil seluruh
dunia yang hanya sekitar 2,2%.
Selanjutnya, S&P menyatakan peringkat
Indonesia juga didukung oleh tingkat beban
utang pemerintah yang rendah dan kinerja
fiskal yang moderat. S&P juga meyakini beban
utang luar negeri Indonesia masih sangat
aman karena Indonesia masih sangat menarik
bagi Foreign Direct Investment (FDI) serta
kuatnya akses Indonesia di pasar keuangan
internasional meskipun terjadi gejolak dan
ketidakpastian. Kenaikan peringkat ini juga
menunjukkan kebijakan Pemerintah Indonesia
selama ini sudah berada pada jalur yang tepat
dimana kebijakan defisit diambil untuk
memberikan stimulus perekonomian melalui
strategi counter cyclical untuk
mempertahankan pertumbuhan ekonomi di
atas 5%.
Di sisi lain, peringkat kredit Moody’s untuk
Indonesia terakhir ditetapkan pada 13 April
2018 di Baa2 dengan prospek stabil. Peringkat
kredit Fitch untuk Indonesia terakhir dilaporkan
pada 21 Desember 2017 di BBB dengan
prospek stabil. Secara umum, peringkat kredit
Indonesia masuk dalam kategori layak
investasi yang menunjukkan kepercayaan
lembaga internasional terhadap kinerja
perekonomian Indonesia. Peringkat kredit
digunakan oleh dana kekayaan negara, dana
pensiun dan investor lain untuk mengukur
kelayakan kredit Indonesia sehingga memiliki
dampak besar pada biaya pinjaman negara.
Peningkatan iklim penanaman modal dilakukan
melalui perumusan kebijakan penanaman
modal, harmonisasi dan koordinasi kebijakan
penanaman modal, penyebaran informasi dan
potensi penanaman modal, serta peningkatan
kemitraan penanaman modal.
Melalui surat Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional/Kepala Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor
0078/M.PPN/02/2013 tanggal 28 Februari
2013 sesuai arahan Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian melalui rapat TimNas
PEPI tanggal 13 Februari 2013, menugaskan
Kepala BKPM selaku Ketua Pokja Investasi
untuk mengkoordinasikan perbaikan
kemudahan berusaha di Indonesia. Deputi
Bidang Pengembangan Iklim lebih lanjut
ditugaskan oleh Kepala BKPM untuk menyusun
rencana aksi dalam rangka perbaikan
Tabel 3.21 Peringkat EODB Indonesia 2016-2020
No. Indikator TA 2015 /
DB 2016
TA 2016 /
DB 2017
TA 2017 /
DB 2018
TA 2018 /
DB 2019
TA 2019 /
DB 2020
Peringkat Indonesia 109 91 72 73 73
58,12 61,52 66,47 68,20 69,60 DTF Score
1 Starting a Business 173 151 144 134 140
2 Dealing with Construction Permits 107 116 108 112 110
3 Registering Property 131 118 106 100 106
4 Paying Taxis 148 104 114 112 81
5 Trading Across Borders 105 108 112 116 116
6 Enforcing Contract 170 166 145 146 139
7 Getting Electricity 46 49 38 33 33
8 Getting Credit 70 62 55 44 48
9 Protecting Minority Investors 88 70 43 51 37
10 Resolving Insolvency 77 76 38 36 38
Sumber: World Bank, 2020
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 63
kemudahan berusaha melalui survey Ease of
Doing Business.
Survei kemudahan berusaha berfokus pada
sektor formal, usaha domestik skala kecil
menengah (UKM). Pengukuran didasarkan
pada kasus asumsi standar agar dapat
diperbandingkan di 190 negara yang disurvei
dan diukur di kota dengan populasi terbanyak
di masing-masing negara dan kota terbesar
kedua jika negara memiliki penduduk lebih dari
100 juta (seperti Indonesia, dimana survei
dilakukan di Jakarta dan Surabaya). Pada
laporan Doing Business 2017, Indonesia
sempat menjadi top reformer dengan
perbaikan di tujuh indikator.
Berdasarkan laporan SurveyEase of Doing
Business yang dipublikasikan oleh IFC / World
Bank setiap tahunnya posisi daya saing
Indonesia pada tahun 2010 – 2015 berada di
peringkat 115 (2010), 121 (2011), 129
(2012), 128 (2013), 117 (2014), dan 114
(2015). Selanjutnya perkembangan peringkat
kemudahan berusaha Indonesia 2016-2020
secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.21.
Arah kebijakan perbaikan kemudahan
berusaha di Indonesia diharapkan dapat
menciptakan iklim investasi yang kondusif
serta ramah terhadap kegiatan usaha.
Reformasi perbaikan kemudahan berusaha
mencakup seluruh aspek kegiatan berusaha
secara holistik mulai dari memulai usaha,
operasionalisasi usaha hingga penutupan
usaha dengan upaya pengurangan prosedur,
percepatan waktu dan pengurangan biaya
serta perbaikan kerangka regulasi.
Terdapat beberapa faktor penghambat
perbaikan peringkat Kemudahan Berusaha:
a) Banyaknya regulasi yang mengatur
persyaratan tambahan untuk
mendapatkan perizinan tanpa
memperhatikan kemudahan bagi pelaku
usaha.
b) Implementasi pelaksanaan perizinan tidak
sesuai dengan regulasi sehingga
banyaknya prosedur, waktu penyelesaian
lebih lama, dan biaya lebih tinggi.
c) Tersebarnya perizinan di Kementerian/
Lembaga dan Daerah dan beberapa
perizinan terdapat duplikasi persyaratan
rekomendasi.
d) Dalam dua tahun terakhir, pendekatan
perbaikan peringkat Kemudahan Berusaha
tidak struktural hanya berupa koreksi
data. Tidak fokusnya koordinasi perbaikan
peringkat kemudahan berusaha
Untuk mengatasi permasalahan dan hambatan
tersebut, langkah-langkah yang dilakukan
BKPM antara lain adalah:
a) Reformasi struktural dengan penerbitan
Peraturan Kementerian/ Lembaga yang
terkait dengan reformasi struktural
kemudahan berusaha untuk 10 indikator,
yang secara berkala dilakukan evaluasi
terhadap peraturan tersebut.
b) Pengawalan Implementasi Perbaikan
Kemudahan Berusaha pada Kementerian/
Lembaga dan Daerah (Jakarta dan
Surabaya) sesuai dengan regulasi pada 10
indikator
c) Pembuatan buku panduan bagi responden
sebagai acuan dalam pengisian kuesioner
survei.
d) Sosialisasi dan diseminasi kebijakan
perbaikan kemudahan berusaha kepada
responden, Kementerian/Lembaga, dan
Daerah.
e) Penyampaian reformasi EODB 2020
(reform update) kepada Bank Dunia.
f) Fokus penugasan BKPM sebagai
koordinator perbaikan kemudahan
berusaha dengan Kementerian/Lembaga
dan Daerah.
3) Jumlah Peta Potensi Penanaman Modal Sektor
Prioritas yang Dimanfaatkan oleh Stakeholder
Capaian indikator kinerja jumlah peta potensi
penanaman modal sektor prioritas yang
dimanfaatkan oleh stakeholder tahun 2019
adalah 14 peta potensi atau 116,67%, yang
melebihi target sejumlah 12 peta potensi
(Tabel 3.22). Hal tersebut menunjukkan
bahwa capaian realisasi kinerja tahun 2019
sama dengan capaian pada tahun 2017 dan
2018. Selama periode 5 (lima) tahun terakhir
(2015-2019), secara umum terlihat bahwa
realisasi kinerja indikator peta potensi
penanaman modal sektor prioritas mampu
mencapai bahkan melebihi target kinerja yang
telah ditetapkan seperti tercermin pada
Gambar 3.10.
64 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Tabel 3.22 Target dan Capaian Jumlah Peta Potensi Penanaman Modal Sektor Prioritas yang Dimanfaatkan oleh Stakeholder
Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori
Jumlah peta potensi penanaman modal
sektor prioritas yang dimanfaatkan oleh
stakeholder
12 peta potensi 14 peta potensi 116,67 Sangat Baik
Adapun kendala atau permasalahan yang
masih dihadapi dalam merealisasikan
penyusunan peta potensi penanaman modal
sektor prioritas tahun 2019 yaitu ketersediaan
data dan informasi pendukung yang kurang
memadai, serta kurangnya respon untuk
berkoordinasi dari stakeholder terkait.
Sehingga diharapkan adanya pengendalian
yang dilakukan dengan membuka ruang akses
yang lebih banyak terhadap data dan informasi
yang diperlukan, serta melakukan komunikasi
yang lebih intensif dengan stakeholder terkait.
Pembuatan dokumen peta potensi sektor
prioritas penanaman modal dilakukan secara
swakelola serta bekerja sama dengan pihak
ketiga melalui tahapan kegiatan antara lain
Focus Group Discussion (FGD), studi literatur,
mapping analysis, serta survei lapangan.
Secara umum, peta potensi penanaman modal
sektor prioritas menawarkan hal-hal yang
menarik bagi stakeholder terkait antara lain
lokasi investasi yang potensial, insentif, skema
kerja sama, perkiraan biaya investasi, peluang
investasi, dan informasi lainnya di bidang
industri agribisnis dan sumber daya alam
lainnya, industri manufaktur, jasa dan
Gambar 3.10 Jumlah Peta Potensi Penanaman Modal Sektor Prioritas yang Dimanfaatkan oleh Stakeholder
Tabel 3.23 Daftar Peta Potensi Penanaman Modal Sektor Prioritas yang Dimanfaatkan oleh Stakeholder
No. Judul Peta Potensi
1 Perencanaan Pengembangan Investasi pada Perkebunan dan Industri Pengolahan Kopi
2 Pengembangan Investasi Mineral Bahan Baku Industri Cell Battery (Nikel, Kobalt, dan Litium)
3 Perencanaan Pengembangan Investasi Energi Baru Terbarukan Biofuel Berbasis Kelapa Sawit Industri
4 Kajian Peningkatan Daya Saing Investasi Industri Tekstil dan Produk Tekstil Indonesia
5 Kajian Pengembangan Investasi Industri Petrokimia Berbasis Gas dan Batubara di Indonesia
6 Kajian Pengembangan Investasi Industri Kendaraan Listrik berbasis Baterai di Indonesia
7 Kajian Peningkatan Daya Saing Industri Nasional Melalui Industri Semikonduktor dan Komponen Elektronik
8 Kajian Pengembangan Investasi Sektor Pariwisata di KSPN Bromo Tengger Semeru
9 Kajian Kawasan Pendidikan dalam Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Sains dan Teknologi (KST)
10 Kajian Identifikasi Branding KEK Pariwisata Dalam Pengembangan Investasi
11 Peluang Investasi Industri Furnitur di Provinsi Jawa Tengah
12 Kajian Potensi dan Permasalahan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah Skema KPBU
13 Kajian Potensi Investasi pada Sektor Angkutan Massal Berbasis Rel
14 Kajian Peluang Investasi terkait Pembangunan dan Pengembangan Bandar Udara
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 65
Tabel 3.24 Target dan Capaian Jumlah Rencana Investasi
Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori
Jumlah Rencana Investasi Rp1.416,67 triliun Rp1.501,38 triliun 105,59 Sangat Baik
kawasan, serta infrastruktur, yang dapat
dilihat secara rinci pada lampiran. Sehingga
peta potensi penanaman modal sektor prioritas
termanfaatkan oleh stakeholder terkait secara
optimal yang dapat mendorong persebaran
investasi berkualitas; peningkatan investasi
dalam negeri/PMDN, serta kemitraan investor
besar dengan Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM); dalam rangka peningkatan
realisasi investasi di Indonesia. Daftar peta
potensi penanaman modal sektor prioritas
yang dimanfaatkan oleh stakeholder secara
lengkap disajikan pada Tabel 3.23.
4) Jumlah Rencana Investasi
Berdasarkan data pada Tabel 3.24, capaian
rencana investasi sebesarl Rp1.501,38 triliun
terdiri dari Rp1.036,10 triliun yang bersumber
dari fasilitasi investor oleh TPT dan Rp465,28
triliun yang bersumber dari fasilitasi investor
oleh IIPC. Dengan capaian tersebut, kinerja
BKPM dikategorikan sangat baik dengan
persentase 105,59% karena melampaui target
sebesar Rp1.416,67 triliun.
Perhitungan jumlah rencana investasi tahun
2019 mengalami perubahan jika dibandingkan
tahun-tahun sebelumnya, yaitu hanya
memperhitungkan nilai rencana investasi yang
difasilitasi oleh Tim Promosi Terpadu (TPT) dan
IIPC. Sementara pada tahun sebelum data
rencana investasi selain berasal dari TPT dan
IIPC juga berasal dari nilai Izin Prinsip yang
dikeluarkan oleh Sistem Pelayanan Informasi
dan Perizinan Investasi Secara Elektronik
(SPIPISE).
Dalam rangka mencapai target rencana
investasi PMA yang telah ditetapkan,
Kedeputian Promosi Penanaman Modal melalui
TPT melakukan kegiatan promosi yang bersifat
end-to-end, melalui kegiatan dan pertemuan
pro-active terhadap investor potensial,
matchmaking dengan partner potensial hingga
pendampingan dan fasilitasi selama proses
realisasi rencana investasi. Beberapa
perusahaan besar yang telah di fasilitasi antara
lain Hyundai Motor Company, LG Lotte
Chemical Indonesia, CPC, Krakatau POSCO,
HBIS, dan Mistubishi.
Kegiatan pendampingan rencana investasi
prioritas dan perusahaan besar di lakukan
melalui berbagai pertemuan dan fasilitasi
kunjungan baik di negara asal maupun
Indonesia. TPT juga memfasilitasi pertemuan
dengan Bapak Presiden, Menteri terkait,
Pejabat Tinggi Kementerian/Lembaga dan
beberapa pihak lain seperti kawasan industri,
calon mitra lokal dan pihak terkait lain sebagai
upaya merealisasikan rencana investasinya.
Perkembangan “Jumlah rencana investasi” dari
tahun 2015 sampai dengan 2019 dapat dilihat
pada grafik di bawah ini.
Gambar 3.11 Perkembangan Rencana Investasi PMA
Keterangan: Capaian tahun 2018 berdasarkan Izin Prinsip hanya tercatat sampai Juni 2018 Asumsi nilai tukar US$: 1. 2015: 1 US$=Rp10.500 2. 2016: 1 US$=Rp13.500 3. 2017: 1 US$=Rp13.300 4. 2018: 1 US$=Rp13.400 5. 2019: 1 US$=Rp14.000
66 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Apabila melihat perkembangan selama 5 (lima)
tahun (2015 – 2019), rencana investasi PMA
tidak mencapai target hanya pada tahun 2018.
Sementara capaian rencana investasi PMA
pada tahun 2015, tahun 2016, tahun 2017 dan
tahun 2019 selalu berada di atas target yang
ditetapkan.
Capaian rencana investasi tahun 2018 yang
tidak mencapai target disebabkan perubahan
metode pencatatan sistem pendaftaran
Investasi. Sejak bulan Juli 2018 pencatatan
pendaftaran investasi dilakukan melalui sistem
perizinan berusaha secara terintegrasi atau
Online Single Submission (OSS) yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik. Selama masa
transisi OSS pada bulan Juli-Desember 2018,
perizinan dan pencatatan nilai investasi melalui
OSS dilaksanakan di Kementerian Koordinator
Bidang Perekonomian. Hal ini menyebabkan
tidak adanya data akurat dari rencana investasi
PMA.
5) Persentase Kesepakatan / Perjanjian /
Perundingan Kerjasama Penanaman Modal
yang Telah Diimplementasikan
Keberhasilan juga ditandai oleh meningkatnya
persentase jumlah kesepakatan/perjanjian/
perundingan yang telah diimplementasikan
sebesar 94% atau sebanyak 47 kesepakatan/
perjanjian/perundingan dari 87% target telah
ditetapkan atau sebanyak 44 kesepakatan/
perjanjian/perundingan (Tabel 3.25).
Adapun kerjasama penanaman modal yang
telah di implementasikan antara lain meliputi:
Perjanjian Peningkatan dan Perlindungan
Penanaman Modal (P4M) dan Economic
Partnership Agreement (EPA) yang masih
berlaku hingga saat ini, kerjasama investasi di
lingkup regional baik di Asia Tenggara, Asia
Pasifik, maupun multilateral. Jumlah tersebut
juga mencakup forum kerjasama bilateral yang
dilakukan oleh Indonesia dengan beberapa
negara mitranya.
Tabel 3.25 Persentase Kesepakatan/Perjanjian/Perundingan Kerjasama Penanaman Modal yang Telah Diimplementasikan
Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori
Persentase kesepakatan / perjanjian /
perundingan kerjasama penanaman modal
yang telah diimplementasikan
87% dari 50 kesepakatan /
perjanjian / perundingan 94% dari 50 kesepakatan /
perjanjian / perundingan 108,05 Sangat Baik
Pada tahun 2019, BKPM telah melaksanakan
kesepakatan / perjanjian / perundingan
kerjasama penanaman modal di berbagai
forum kerjasama internasional antara lain:
a) Pertemuan Perundingan Bilateral
Investment Treaty (BIT) dan Free Trade
Agreement (FTA) / Comprehensive
Economic Partnership Agreement (CEPA)
Pertemuan Perundingan BIT Indonesia-
Swiss, Pertemuan Perundingan
Amandemen Bilateral Investment
Agreement (BIA) IETO-TETO, Perundingan
Indonesia-European Union Comprehensive
Economic Partnership Agreement,
Perundingan Indonesia-Korea CEPA,
Pertemuan General Review Indonesia-
Jepang EPA, Perundingan Regional
Gambar 3.12 Kesepakatan/Perjanjian/Perundingan Kerjasama Penanaman Modal yang Telah Diimplementasikan
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 67
Comprehensive Economic Partnership
(RCEP) dan Pertemuan Sidang Sesi ke-38
Working Group III Investor-State Dispute
Settlement Reform UNCITRAL.
b) Pertemuan Penandatanganan Perjanjian
Pertemuan Penandatanganan Perjanjian
BIT Indonesia-Persatuan Emirat Arab dan
Pertemuan Penandatanganan Perjanjian
Indonesia-Australia CEPA.
c) Pertemuan Forum Kerjasama di Bidang
Penanaman Modal
Working Group on Investment RI-
Singapura, yaitu pertemuan bilateral Joint
Commission on Trade and Investment
(JCTI) Meeting Indonesia-Taiwan,
Pertemuan Trade and Investment Working
Group (TIWG) G-20, Pertemuan ASEAN
Economic Minister-ASEAN Investment
Area Council dan Pertemuan Coordinating
Committee on Investment di lingkup
ASEAN.
Sejak UU PM terbit pada tahun 2007, BKPM
telah diberikan kepercayaan untuk memimpin
sejumlah perundingan investasi pada berbagai
fora perjanjian internasional.
Pada perundingan perjanjian bidang investasi,
BKPM berperan sebagai leader/focal point yang
didampingi oleh Kementerian/Lembaga teknis
terkait, melakukan negosiasi dengan negara
mitra untuk membahas pasal dan ketentuan di
dalam perjanjian hingga dicapai kesepakatan
oleh masing-masing negara. Perjanjian
investasi yang dibuat mencakup elemen
proteksi, promosi, fasilitasi dan liberalisasi,
dimana umumnya bersifat binding (mengikat).
Dengan disepakatinya perjanjian tersebut,
maka akan lebih meningkatkan jaminan
perlindungan dan kepastian hukum yang
komprehensif kepada investor kedua negara.
Perjanjian/kesepakatan kerjasama tersebut
lebih jauh juga akan meningkatkan nilai
kompetitif Indonesia dibandingkan negara-
negara pesaing untuk merebut dan menarik
para investor asing, bahkan di negara-negara
maju seperti: Jerman dan Amerika Serikat,
adanya perjanjian investasi (bilateral, regional
ataupun multilateral) menjadi salah satu
prasyarat/pertimbangan disetujuinya sebuah
proposal pembiayaan keuangan dan asuransi
bagi para calon investor asing untuk
melakukan investasi di negara-negara
berkembang, sehingga perjanjian yang telah
berlaku tersebut secara langsung akan menjadi
daya tarik tersendiri bagi calon investor untuk
berinvestasi di sektor-sektor unggulan di
Indonesia.
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 67
68 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Tabel 3.26 Capaian Kinerja Sasaran Meningkatnya Akuntabilitas Kelembagaan
Sasaran Indikator Kinerja Target Capaian % Kategori
Opini Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK)
WTP WTP 100% Sangat Baik Meningkatnya
akuntabilitas
kelembagaan Indeks Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP)
BB BB 100% Sangat Baik
Dari sisi Learning and Growth Perspective yang diukur dengan bobot 20%, capaian kinerja Badan Koordinasi
Penanaman Modal menunjukkan capaian 100% (Sangat Baik) seperti ditunjukkan pada tabel berikut.
Learning and Growth Perspective
Indeks capaian tersebut menunjukkan keberhasilan
kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam
mempertahankan kualitas dan akuntabilitas
kelembagaan, keberhasilan tersebut antara lain
ditandai dengan:
1) Opini Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
Peningkatan pengelolaan dan
pertanggungjawaban kinerja anggaran
sehingga BKPM mempertahankan opini WTP
dari BPK RI selama 11 (sebelas) tahun
berturut-turut sejak tahun 2008 sampai tahun
2018, yang menunjukkan capaian 100%
(Sangat Baik).
Untuk memperoleh opini “Wajar Tanpa
Pengecualian” (WTP), BKPM telah melakukan
penerapan sistem pengendalian intern
terhadap semua unit kerja yang mencakup
penataan administrasi pengelolaan anggaran,
perencanaan kinerja yang sistematis
disesuaikan dengan kebutuhan unit kerja
dalam memperoleh outcome yang telah
ditetapkan, pelaksanaan pengadaan barang/
jasa yang transparan serta pengawasan dan
pengendalian yang intensif baik oleh atasan
langsung di lingkungan unit kerja terkait
maupun pengawasan oleh aparat pengawas
internal (Inspektorat), sehingga mengurangi
terjadinya kesalahan-kesalahan dalam
pelaksanaan pengelolaan anggaran.
2) Indeks Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (AKIP)
Pencapaian kategori BB atas Indeks
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(AKIP) BKPM. Berdasarkan hasil evaluasi
Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) atas
Akuntabilitas Kinerja BKPM Tahun 2018 yang
disampaikan melalui Surat Menteri PANRB
Nomor B/831/M.AA.05/2018 tanggal 31
Desember 2018 tentang Hasil Evaluasi atas
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Tahun 2018, BKPM mendapatkan nilai 74,05
dengan predikat BB. Selanjutnya, BKPM
menargetkan peringkat BB atas hasil evaluasi
Akuntabilitas Kinerja BKPM Tahun 2019.
68 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 69
3.3 Capaian Kinerja BKPM Terhadap
Target Nasional dalam RPJMN Tahun
2015 - 2019
Tabel 3.27 menunjukkan capaian realisasi investasi
PMA dan PMDN setiap tahun dari tahun 2015
sampai tahun 2019 yang dibandingkan dengan
target realisasi investasi PMA dan PMDN
berdasarkan RPJMN tahun 2015-2019. Pada tahun
2015 sampai tahun 2017 terlihat bahwa capaian
realisasi investasi PMA dan PMDN setiap tahunnya
telah melampaui target RPJMN yang ditetapkan.
Namun pada tahun 2018 dan 2019, capaian
realisasi investasi PMA dan PMDN belum mencapai
target RPJMN. Hal ini telah diperkirakan
sebelumnya, tepatnya pada triwulan II 2018
dimana pertumbuhan investasi year on year (y-o-y)
pada triwulan tersebut (3,1%) jauh lebih rendah
dibandingkan dengan periode yang sama pada
tahun 2017 (12,7%).
Dengan adanya perlambatan pertumbuhan investasi
tersebut, kemudian diusulkan adanya perubahan
target realisasi PMA dan PMDN untuk tahun 2018
dan 2019, sebagaimana surat Kepala BKPM kepada
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Bappenas nomor 371/A.1/2018 tanggal 5
September 2018. Adapun penyebab perlambatan
pertumbuhan tersebut antara lain dimulainya
perang dagang Amerika Serikat dengan Republik
Rakyat Tiongkok dan pelaksanaan pemilihan umum
legislatif, Kepala Daerah dan Presiden-Wakil
Presiden. Namun, secara kumulatif 5 (lima) tahunan
dari tahun 2015 sampai dengan 2019, maka
capaian realisasi PMA dan PMDN sebesar 96,12%
dari target RPJMN (kategori baik).
Tabel 3.27 Capaian Rasio PMA dan PMDN Dibandingkan Target RPJMN Tahun 2015 – 2019
Rasio PMDN Total Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target RPJMN (Rp Triliun) 519,5 594,8 678,8 792,5 933,0 3.518,6
Capaian (Rp Triliun) 545,5 612,8 692,8 721,3 809,6 3.382,0
Berdasarkan Tabel 3.28, capaian rasio PMDN setiap
tahun dari tahun 2015 sampai tahun 2019 yang
dibandingkan dengan target RPJMN tahun 2015-
2019. Pada tahun 2015 terlihat bahwa capaian rasio
PMDN belum melampaui target RPJMN yang
ditetapkan (97,3% dari target). Namun pada tahun
2016 sampai tahun 2019, capaian rasio PMDN telah
melampaui target RPJMN yang ditetapkan.
Tabel 3.28 Capaian Rasio PMDN Dibandingkan Target RPJMN Tahun 2015 – 2019
Rasio PMDN Tahun
2015 2016 2017 2018 2019
Target RPJMN (%) 33,8 35,0 36,3 37,6 38,9
Capaian (%) 32,9 35,3 37,9 45,6 47,7
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 69
70 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Tabel 3.29 Realisasi Anggaran BKPM TA 2019 Berdasarkan Program
No. Program Pagu 2019 Realisasi %
1 Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya BKPM (Generik)
Rp338.416.807.000 Rp321.857.842.329 95,11
2 Program Peningkatan Daya Saing Penanaman Modal (Teknis) Rp302.183.349.000 Rp275.260.300.131 91,09
Rp640.600.156.000 Rp597.118.142.460 93,21 Jumlah
3.4 Capaian Kinerja Anggaran
Realisasi Anggaran Badan Koordinasi Penanaman
Modal pada TA 2019 adalah sebesar
Rp597.118.142.460 (lima ratus sembilan puluh
tujuh miliar seratus delapan belas juta seratus
empat puluh dua ribu empat ratus enam puluh
rupiah) atau 93,21% dari alokasi anggaran sebesar
Rp640.600.156.000 (enam ratus empat puluh miliar
enam ratus juta seratus lima puluh enam ribu
rupiah). Komposisi anggaran dan realisasi BKPM TA
2019 berdasarkan program dapat dilihat dalam
Tabel 3.29, sedangkan realisasi anggaran BKPM TA
2019 berdasarkan jenis belanja dijelaskan pada
Tabel 3.30.
Tabel 3.30 Realisasi Anggaran BKPM TA 2019 Berdasarkan Jenis Belanja
No. Program Pagu 2019 Realisasi %
1 Belanja Pegawai Rp142.611.778.000 Rp131.854.948.448 92,46
2 Belanja Barang Rp430.402.805.000 Rp401.061.835.511 93,18
3 Belanja Modal Rp67.585.573.000 Rp64.201.358.501 94,99
Rp640.600.156.000 Rp597.118.142.460 93,21 Jumlah
Berdasarkan Tabel 3.31 dan Tabel 3.32, pada
periode tahun 2015-2019 realisasi anggaran BKPM
menunjukkan capaian tertinggi pada Tahun 2019
yaitu sebesar 93,21%. Hal ini antara lain
dikarenakan peningkatan capaian nilai Reformasi
Birokrasi BKPM sehingga nilai tunjangan kinerja
pegawai pada tahun anggaran 2019 mengalami
peningkatan. Selain itu pada tahun 2019 juga
terdapat peningkatan realisasi belanja modal dalam
rangka penyediaan sarana dan prasarana kerja
untuk mendukung kegiatan seluruh unit kerja pada
kantor BKPM, dan telah dilaksanakannya rapat-
rapat koordinasi dengan pengelola anggaran secara
rutin dalam rangka monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan anggaran dan kegiatan untuk mencari
solusi atas permasalahan-permasalahan yang dapat
menghambat realisasi penyerapan anggaran BKPM
tahun 2019.
70 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 3 Akuntabilitas Kinerja 71
Tabel 3.31 Perbandingan Pagu dan Realisasi Anggaran BKPM TA 2015-2019
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
Pagu Rp635.922.699.000 Rp488.465.562.000 Rp470.942.523.000 Rp548.229.840.000 Rp640.600.156.000
Realisasi Rp572.399.412.270 Rp437.560.634.835 Rp438.035.283.180 Rp480.686.624.859 Rp597.118.142.460
% 90,01% 89,58% 93,01% 87,68% 93,21%
Tabel 3.32 Realisasi Belanja per Sasaran Strategis/Sasaran Program Tahun 2019
No. Sasaran Anggaran (Rp)
%
Pagu Realisasi
1 Meningkatnya realisasi penanaman modal 43.560.940.000 40.244.133.694 92,39
2
Meningkatnya kualitas pelayanan penanaman
modal yang prima dan responsif melalui
PTSP Pusat
10.338.714.000 10.105.908.114 97,75
3
Meningkatnya iklim penanaman modal dalam
rangka peningkatan daya saing penanaman
modal
17.435.663.000 16.175.015.032 92,77
4
Terwujudnya perencanaan penanaman
modal dan penyusunan rekomendasi
kebijakan yang terintegrasi, kolaboratif, dan
implementatif dalam rangka peningkatan
12.768.648.000 12.443.583.400 97,45
5
Meningkatnya daya tarik penanaman modal
Indonesia melalui promosi yang terpadu dan
efektif bagi penanam modal dalam dan luar
negeri yang berpijak pada peningkatan daya
208.496.640.000 187.079.557.294 89,73
6
Meningkatnya kerjasama internasional untuk
mendorong investasi dan melindungi
kepentingan nasional dalam rangka
peningkatan daya saing penanaman modal
9.582.744.000 9.212.102.597 96,13
7 Meningkatnya akuntabilitas kelembagaan 338.416.807.000 321.857.842.329 95,11
640.600.156.000 597.118.142.460 93,21 Jumlah
72 Bab 3 Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja
4.1 Tindak Lanjut Atas Evaluasi AKIP Tahun 2018
4.1.1 Penetapan Indikator Kinerja Yang Lebih Relevan
4.1.2 Penyelarasan Kegiatan Organisasi Dengan Renstra
4.1.3 Optimalisasi Evaluasi dan Reviu Internal BKPM Dalam Upaya Perbaikan Kinerja
4.1.4 Pemanfaatan Laporan Kinerja Dalam Upaya Perbaikan Kinerja BKPM
4.2 Penyesuaian Struktur Organisasi
4.3 Pengembangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
4.3.1 Layanan KOPI MANTAP (Koordinasi Pengawalan Investasi Memanfaatkan Aplikasi)
4.3.2 Layanan Podcast BKPM
4.3.3 Pembangunan Fasilitas Command Center BKPM
4.3.4 Pengembangan BIM (Business Intelligence Mobile) BKPM
4.4 Penguatan Program Reformasi Birokrasi BKPM
4.4.1 Proses Reformasi Birokrasi di BKPM
4.4.2 Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di BKPM Tahun 2019
BAB 4 INISIATIF PENINGKATAN
AKUNTABILITAS KINERJA
74 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
INISIATIF PENINGKATAN
AKUNTABILITAS KINERJA
BKPM telah melakukan beberapa inisiatif kegiatan
perbaikan selama tahun 2019 dalam upaya untuk
meningkatkan kinerja institusi secara optimal dan
berkesinambungan selaras dengan program
pembangunan nasional. Inisiatif tersebut disusun
dengan mengacu pada hasil evaluasi eksternal (dari
KemenPAN-RB) atas akuntabilitas kinerja, hasil
evaluasi internal (Inspektorat BKPM), arahan
pimpinan, program reformasi birokrasi, dan reviu
pengelolaan kinerja BKPM. Beberapa inisiatif
perbaikan yang dijalankan BKPM antara lain:
4.1 Tindak Lanjut Atas Evaluasi AKIP
Tahun 2018
Evaluasi terhadap AKIP yang dilakukan oleh pihak
eksternal maupun internal merupakan bagian yang
sangat penting dalam rangka peningkatan kualitas
akuntabilitas kinerja BKPM. Untuk itu, BKPM
berupaya menindaklanjuti hasil evaluasi tersebut
dengan melakukan beberapa inisiatif untuk
memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya sebagai
berikut:
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 75
4.1.1 Penetapan Indikator Kinerja Yang
Lebih Relevan
Tahun 2019, BKPM telah menganggarkan kegiatan
untuk penyusunan program/kegiatan dan indikator
kinerja BKPM Tahun 2020-2024 dengan pendekatan
Balanced Scorecard (BSC). Penggunaan metode
BSC ini bertujuan agar kinerja BKPM menjadi lebih
terukur dan terarah. Metode BSC digunakan untuk
mengeksekusi strategi dalam Renstra BKPM menjadi
kerangka operasional yang dapat dilaksanakan oleh
seluruh unit di lingkungan BKPM. Penyusunan
program/kegiatan dan indikator kinerja BKPM Tahun
2020-2024 dengan pendekatan Balanced Scorecard
(BSC) dilakukan dengan membentuk tim kerja yang
tertuang dalam Keputusan Kepala BKPM Nomor 196
Tahun 2019.
Berdasarkan pendekatan BSC, strategi dalam
Renstra diekstraksi menjadi Sasaran Strategis (SS)
yang kemudian divisualisasikan dalam Peta Strategi.
Untuk mengukur pencapaian setiap Sasaran
Strategis ditetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU)
yang dirumuskan dengan memperhatikan prinsip
76 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
SMART-C (Spesific, Measurable, Achievable,
Realistic, Time-bounded dan Continuously
Improved). IKU harus bersifat spesifik, yaitu
mampu menyatakan sesuatu secara definitif (tidak
normatif), tidak bermakna ganda, relevan dan khas/
unik dalam menilai dan mendorong pencapaian
kinerja atau SS. Measurable yaitu IKU dapat diukur
dan jelas cara pengukurannya. Achievable yaitu
dapat dicapai sebagai instrumen pengukuran SS
oleh pemilik IKU dan atasan. Realistic yaitu IKU
yang dirumuskan harus memiliki target yang
menantang namun tetap dapat dicapai. Time-
bounded yaitu IKU harus memiliki horison jangka
waktu pengukuran tertentu. Contiuously Improved
yaitu kualitas dan target IKU disesuaikan dengan
perkembangan strategi organisasi dan selalu
disempurnakan.
Selanjutnya, untuk memastikan pencapaian sasaran
organisasi, BKPM juga menerapkan manajemen
risiko sejak tahun 2017 dengan ditetapkannya
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Risiko di
Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal.
Implementasi manajemen risiko juga dilakukan
dengan menetapkan seluruh Sasaran Strategis
dalam Peta Strategi sebagai sasaran organisasi dan
identifikasi risiko mengacu pada indikator kinerja
dalam rangka mengawal pencapaian target IKU
tersebut.
4.1.2 Penyelarasan Kegiatan Organisasi
Dengan Renstra
Renstra merupakan salah acuan utama dalam
merancang kegiatan tahunan BKPM. Dengan
demikian, kegiatan yang berimplikasi terhadap
suatu tujuan strategis menjadi hal krusial untuk
dijalankan dan diselaraskan dengan Renstra.
Namun demikian, agar dapat menyesuaikan
dinamika lingkungan organisasi yang senantiasa
berubah setiap saat dimana Renstra merupakan
dokumen strategis yang relatif tidak berubah dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun, beberapa kegiatan
yang bersifat inovatif dan strategis dapat dijalankan
sebagai upaya untuk mencapai tujuan strategis
yang telah ditetapkan dalam Renstra.
Pada tahun 2019, BKPM melakukan revisi pada
Renstra 2015-2019 terkait dengan diterbitkannya
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2019
tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
Elektronik, yang menugaskan BKPM sebagai
lembaga Online Single Submission (OSS).
Menindaklanjuti hal tersebut, BKPM melakukan
restrukturisasi organisasi khsususnya pada
Kedeputian Pelayanan Penanaman Modal. Revisi
Renstra BKPM 2015-2019 tersebut dituangkan
dalam Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2019 tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun 2015
tentang Rencana Strategis Badan Koordinasi
Penanaman Modal Tahun 2015-2019.
4.1.3 Optimalisasi Evaluasi dan Reviu
Internal BKPM Dalam Upaya
Perbaikan Kinerja
Untuk meningkatkan kualitas pengelolaan kinerja,
BKPM telah melakukan evaluasi internal pada tahun
2018. Evaluasi internal dilakukan oleh Inspektorat
76 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 77
sebagai Aparat Pengawasan Internal Pemerintah
(APIP), pengelola kinerja pusat dan pengelola
kinerja eselon I. Hasil evaluasi tersebut dijadikan
bahan pertimbangan untuk melakukan perbaikan
terhadap pengelolaan kinerja di lingkungan BKPM.
Tujuan evaluasi yang dilakukan APIP BKPM adalah
untuk memperoleh informasi terkait implementasi
SAKIP, menilai tingkat implementasi SAKIP,
memberikan saran perbaikan untuk peningkatan,
implementasi SAKIP dan memonitor tindak lanjut
rekomendasi hasil evaluasi atas implementasi SAKIP
periode sebelumnya.
Dari hasil evaluasi tahun 2017, APIP BKPM
mengapresiasi upaya perbaikan pengelolaan kinerja
yang telah dilakukan oleh BKPM diantaranya:
1) Melakukan reviu secara berkala atas dokumen
Renstra BKPM Tahun 2015-2019 sebagaimana
terakhir diubah melalui Peraturan Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Nomor 4 Tahun
2019 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 4 Tahun 2015 tentang Rencana
Strategis Badan Koordinasi Penanaman Modal
Tahun 2015-2019.
2) Melakukan pengembangan teknologi informasi
untuk penilaian kinerja melalui pengembangan
aplikasi e-Office Kinerja BKPM yang didalamnya
memuat fitur Perjanjian Kinerja, Pengukuran
Kinerja dan Pemeringkatan Kinerja.
3) Menyempurnakan penjenjangan (cascading)
indikator kinerja yang ada di dalam Renstra
sampai dengan level Eselon IV yang dapat
menggambarkan proses pencapaian kinerja
menggunakan pendekatan Balanced Scorecard.
4.1.4 Pemanfaatan Laporan Kinerja Dalam
Upaya Perbaikan Kinerja BKPM
Setiap tahun BKPM menyusun laporan kinerja dalam
rangka akuntabilitas kinerja organisasi. Tujuan
pelaporan kinerja tersebut adalah untuk
memberikan informasi yang memadai dan terukur
atas capaian kinerja BKPM. Selain itu, laporan
kinerja digunakan sebagai pertimbangan dalam
upaya perbaikan berkesinambungan untuk
meningkatkan capaian kinerja. Beberapa informasi
Laporan Kinerja (LKj) BKPM yang dijadikan
pertimbangan, antara lain:
1) Dari hasil evaluasi yang dilakukan
KemenPANRB, nilai kualitas LKj BKPM setiap
tahun mengalami peningkatan. Pada tahun
2017 BKPM memperoleh predikat BB dengan
skor 73,68, lalu pada tahun 2018 BKPM
memperoleh predikat BB juga dengan skor
74,05. Nilai tersebut menjadi acuan dalam
melakukan perbaikan pengelolaan kinerja pada
tahun berikutnya. Pada tahun 2019 BKPM terus
melakukan perbaikan pengelolaan kinerja
dengan harapan nilai LKj tahun 2019 dapat
lebih meningkat lagi.
2) Informasi evaluasi dan reviu atas AKIP yang
dilakukan oleh pihak eksternal maupun internal
BKPM akan menjadi salah satu pedoman dalam
melakukan perbaikan pengelolaan kinerja.
Rekomendasi yang diberikan beberapa telah
ditindaklanjuti oleh BKPM. Tindak lanjut
tersebut akan terus di-monitoring dan
dievaluasi untuk untuk memastikan tindak
lanjut telah sesuai dengan yang
direkomendasikan.
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 77
78 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
4.2 Penyesuaian Struktur Organisasi
Dalam rangka percepatan dan peningkatan realisasi investasi, Pemerintah telah menerapkan pelayanan perizinan
berusaha terintegrasi secara elektronik. Untuk mendukung hal tersebut, telah diterbitkan Peraturan Pemerintah
Nomor 24 Tahun 2019 tentang Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik. Dengan disahkannya PP
tersebut, terjadi beberapa perubahan pada sistem perizinan yang diantaranya adalah perubahan kewenangan
lembaga dan bentuk perizinan yang harus dimiliki oleh pelaku usaha.
Dalam PP Nomor 24 Tahun 2019, kewenangan
untuk menerbitkan izin telah beralih kepada
Lembaga Online Single Submission (OSS). Lembaga
pengelola dan penyelenggara OSS merupakan
lembaga pemerintah non kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang
koordinasi penanaman modal. Jika dikaji dari beleid
tersebut, BKPM merupakan lembaga yang ditunjuk
sebagai penyelenggara OSS. Dalam hal ini, BKPM
selaku lembaga OSS bertanggung jawab untuk
mengeluarkan Nomor Induk Berusaha (NIB), izin
lokasi usaha, hingga izin usaha.
Perubahan kewenangan mengeluarkan izin
bertujuan untuk dapat mempermudah pelaku usaha
dalam mendapatkan dan mengurus perizinan yang
dibutuhkan. Dengan didirikannya Lembaga OSS,
pelaku usaha tidak perlu datang ke beberapa
instansi untuk mengurus perizinan yang diperlukan.
Gambar 4.1 Struktur organisasi pada Kedeputian Bidang Pelayanan Penanaman Modal (Sebelum Perubahan)
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 79
Gambar 4.2 Struktur organisasi pada Kedeputian Bidang Pelayanan Penanaman Modal (Setelah Perubahan)
Hal tersebut dikarenakan sistem perizinan yang
diterbitkan oleh Lembaga OSS telah terintegrasi
dengan K/L, Daerah dan lembaga lainnya yang
berwenang untuk mengeluarkan izin. Selain itu,
terkait penerbitan izin usaha, Lembaga OSS juga
berwenang untuk menetapkan kebijakan
pelaksanaan perizinan berusaha melalui sistem
OSS, menetapkan petunjuk pelaksanaan izin usaha
pada sistem, mengelola dan mengembangkan
sistem OSS, serta bekerja sama dengan pihak lain
dalam pelaksanaannya.
Memperhatikan dinamika perubahan serta melihat
berbagai tantangan yang ada, organisasi BKPM
dinilai perlu untuk mengembangkan diri dengan
membentuk unit-unit baru sebagai konsekuensi
eskalasi tugas dan kewajiban yang diberikan.
Melalui serangkaian proses internal dengan
berkoordinasi beberapa pihak eskternal sebagai
bagian pengayaan perspektif, pada tanggal 28
Desember 2019 BKPM telah mengesahkan
Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 10 Tahun 2019 tentang Perubahan Keempat
Atas Peraturan Kepala Badan Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 90/SK/2007 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi
Penanaman Modal. Perubahan mendasar terjadi
pada struktur organisasi di Kedeputian Bidang
Pelayanan Penanaman Modal dalam rangka
mengakomodir pelaksanaan OSS di BKPM. Berikut
ini adalah perubahan struktur organisasi pada
Kedeputian Bidang Pelayanan Penanaman Modal.
80 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
4.3 Pengembangan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE)
Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) memberi peluang untuk mendorong dan mewujudkan
penyelenggaraan pemerintahan yang terbuka, partisipatif, inovatif,dan akuntabel, meningkatkan kolaborasi antar
instansi pemerintah dalam melaksanakan urusan dan tugas pemerintahan untukmencapai tujuan bersama,
meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan publik kepada masyarakat luas, dan menekan tingkat
penyalahgunaan kewenangan dalam bentuk kolusi, korupsi, dan nepotisme melalui penerapan sistem
pengawasan dan pengaduan masyarakat berbasis elektronik.
BKPM sebagai lembaga pemerintahan menilai
pentingnya pemanfaatan SPBE dalam upaya
meningkatkan kinerja untuk memberikan pelayanan
terbaik kepada para stakeholder baik internal
maupun eksternal. Beberapa layanan berbasis
elektronik yang telah dimanfaatkan oleh pihak-pihak
yang terkait dengan BKPM, antara lain seperti
dijabarkan di bawah ini.
4.3.1 Layanan KOPI MANTAP (Koordinasi
Pengawalan Investasi
Memanfaatkan Aplikasi)
KOPI MANTAP ditujukan untuk memudahkan
koordinasi lintas satgas (Satgas Nasional, Satgas
Provinsi, dan Satgas Kabupaten/Kota) dalam upaya
fasilitasi pemenuhan komitmen dan penyelesaian
masalah investasi. KOPI MANTAP memungkinkan
efektivitas dan efisiensi koordinasi dengan
menggunakan platform berbasis teknologi informasi
yang didukung fitur kolaborasi, knowledge sharing,
serta pertemuan jarak jauh melalui video/audio
conference. KOPI MANTAP diresmikan pada tanggal
12 Maret 2019 oleh Presiden Joko Widodo pada
Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Investasi
2019 diharapkan selanjutnya ada percepatan yang
signifikan dalam hal fasilitasi dan penyelesaian
masalah investasi sehingga seluruh rencana
investasi yang sudah mendapatkan perizinan
berusaha melalui Online Single Submission (OSS)
dapat direalisasikan seluruhnya dengan lancar.
KOPI MANTAP dimanfaatkan untuk mengawal
proses investasi oleh pelaku usaha yang telah
memperoleh izin melalui Online Single Submission
(OSS). Aplikasi KOPI MANTAP selayaknya aplikasi
Whatsapp yang selama ini menjadi sarana
koordinasi dan komunikasi di lingkup pemerintahan.
Hanya saja, KOPI MANTAP menjadi sarana yang
lebih resmi dan profesional, serta dilengkapi dengan
aspek kemananan, arsip, dan back-up yang lebih
terjamin.
80 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 81
Platform tersebut akan membantu pemerintah
pusat dalam mengawal pelaksanaan investasi
hingga di tingkat pemerintah daerah (pemda). Hal
ini sesuai dengan yang diingatkan Presiden Joko
Widodo, yakni menjaga investasi dari hulu ke hilir.
Menko Perekonomian dan BKPM akan mendorong
pemanfaatan Aplikasi KOPI MANTAP untuk
diterapkan dalam proses pengawalan investasi oleh
Satgas Pusat dan Daerah sesuai dengan amanat
Perpres No. 91 Tahun 2017 dan Permenko No. 8
Tahun 2017. Peluncuran KOPI MANTAP ini
diharapkan selanjutnya ada percepatan yang
signifikan dalam fasilitas dan penyelesaian masalah
investasi. Sehingga, seluruh rencana investasi yang
sudah mendapatkan perizinan berusaha melalui
Online Single Submission (OSS) dapat direalisasikan
dengan lancar. KOPI MANTAP merupakan payung
dari 3 (tiga) aplikasi yang dikembangkan oleh BKPM
pada tahun 2019 yang terdiri dari:
1) Office 365
Kehadiran Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun
2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis
Elektronik (SPBE) merupakan babak baru bagi
tata kelola atau manajemen pemerintahan di
Indonesia. Berdasarkan kebijakan tersebut,
seluruh instansi pemerintah wajib menerapkan
SPBE atau yang lebih dikenal dengan e-
government.
Salah satu upaya untuk mencapai maksud
tersebut diperlukan optimalisasi penggunaan
teknologi informasi. Berbagai kemudahan yang
ditawarkan oleh teknologi informasi diharapkan
mampu menciptakan lingkungan kerja yang
efisien dan efektif, yang pada akhirnya akan
menunjang kinerja organisasi, termasuk BKPM
dalam memberikan pelayanan kepada semua
pihak, baik dalam hubungannya dengan tata
kerja aparatur itu sendiri, pelayanan kepada
dunia usaha, pelayanan publik, atau pelayanan
antar instansi pemerintah dan stakeholder
lainnya.
Dalam kaitannya dengan teknologi informasi,
sejak tahun 2017 BKPM telah memanfaatkan
Office 365 dalam menjalankan kegiatan
operasional perkantoran sehari-hari. Aplikasi e-
office adalah suatu sistem yang berhubungan
dengan administrasi, secara maya memusatkan
komponen-komponen sebuah organisasi dimana
data, informasi, dan komunikasi dibuat melalui
media telekomunikasi. Electronic dalam e-office
dapat berarti bahwa semua pekerjaan yang
berhubungan dengan administrasi perkantoran
dikerjakan secara elektronik serta menggunakan
bantuan alat komunikasi dan sistem informasi.
Pekerjaan kantor yang selama beberapa dekade
dilakukan secara manual telah berubah menjadi
elektronik bahkan beberapa sudah menerapkan
kantor maya. Kantor elektronik menggunakan
teknologi komunikasi untuk menyediakan
layanan administrasi perkantoran secara
elektronik kepada siapa saja, dimana saja, dan
setiap saat.
Tujuan diterapkannya sistem aplikasi e-office
BKPM adalah sebagai berikut:
a) Modernisasi birokrasi Badan Koordinasi
Penanaman Modal yang antisipatif dan
proaktif.
b) Optimalisasi pemaanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk
pelaksanaan tugas dan fungsi.
c) Pengembangan budaya nilai dan perilaku
kerja yang positif.
d) Penyederhanaan sistem, prosedur,
mekanisme, dan kontrol kerja yang efektif.
e) Peningkatan mutu layanan administrasi.
Aplikasi yang ada dalam e-Office BKPM yang
sedang dikembangkan juga antara lain: Aplikasi
Persuratan, Aplikasi Sasaran Kinerja Pegawai
(SKP), Aplikasi Obrolan, Aplikasi Notula, Aplikasi
Memo, Aplikasi Kinerja, Aplikasi Investori,
Aplikasi IAM, dan Aplikasi Agenda.
Terkait upaya meningkatkan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP), BKPM sedang mengembangkan
Aplikasi Kinerja BKPM dalam rangka
melaksanakan evaluasi internal yang
didalamnya memuat fitur Perjanjian Kinerja,
Pengukuran Kinerja dan Pemeringkatan Kinerja.
Melalui pengembangan fitur Pemeringkatan
Kinerja, akan sangat berguna untuk mendorong
kinerja unit dalam merencanakan program dan
anggaran dengan baik, serta merealisasikannya
sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Dengan adanya sistem evaluasi berupa
pemeringkatan, diharapkan setiap unit akan
terpicu untuk terus bekerja secara optimal agar
tidak berada pada peringkat kinerja yang
rendah. Konsekuensi dari evaluasi ini terhadap
unit dapat mempengaruhi dalam hal
pengambilan keputusan berupa keberlanjutan
program/kegiatan, revisi, atau penghentian
82 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
serta pertimbangan dalam alokasi anggaran
kepada unit di lingkungan BKPM. Kinerja setiap
unit di lingkungan BKPM akan terpantau
kinerjanya karena ada evaluasi berupa
pemeringkatan kinerja setiap triwulannya.
2) Layanan Workplace by Facebook
Permasalahan dan kendala dalam pengawalan
investasi yang dihadapi BKPM dan instansi
terkait lainnya diantaranya adalah belum ada
metode untuk berinteraksi dengan seluruh
perwakilan Kementerian/Lembaga/Daerah
secara efisien, belum ada metode untuk
tracking progress perkembangan realisasi
proyek tiap daerah, dan belum ada metode
inteaksi yang transparan sehingga bisa
dilakukan peers review, dimana setiap
pengguna bisa memantau kinerja pengguna
lain. Adapun solusi yang ditawarkan dalam
rangka pengawalan investasi salah satunya
dengan menggunakan teknologi kekinian yaitu
Workplace by Facebook. Workplace adalah
platform konektifitas dengan fitur yang sudah
dikenal seperti grup, pesan instan atau berbagi
dokumen untuk meningkatkan kerja tim dan
budaya kerja yang baik.
Melalui pemanfaatan Workplace, terdapat
perubahan paradigma pengawalan realisasi
investasi dari cara manual beralih ke
pemanfaatan sistem informasi dengan
menggunakan aplikasi Workplace dapat
dijadikan sebagai learning center, media
sosialisasi menggunakan format video singkat
dan animasi, live streaming/talkshow dengan
narasumber pemerintah pusat maupun daerah,
online meeting untuk diskusi dua arah, dan
Workplace Group bisa dijadikan tempat untuk
menerima feedback dari daerah. Dengan fitur
koordinasi grup diharapkan seluruh provinsi,
kabupaten/kota dan juga K/L dapat saling
berkoordinasi dan berkomunikasi melalui media
Workplace. Grup terdiri dari: Provinsi (DPMPTSP
dan Setda), Kabupaten/Kota (DPMPTSP dan
Setda), Kementerian/Lembaga, dan BKPM (Unit
Pengendalian Pelaksanaan, Unit Pelayanan, Unit
Promosi, Unit Kerjasama, dan Unit Deregulasi),
dan grup akan dimoderatori oleh BKPM.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 83
3) CISCO WebEx Meetings
WebEx adalah sebuah aplikasi online yang
dikembangkan oleh Cisco yang membuat para
pengguna saling berkolaborasi lewat gambar,
video, dan suara dari mana pun secara lebih
mudah. WebEx mengkombinasikan komunikasi
lewat telepon dengan tampilan di layar
komputer, sehingga tidak perlu menghabiskan
biaya untuk perjalanan dan melakukan
pertemuan, cukup melalui penjelajah web di
meja masing-masing dan lebih produktif
dibandingkan mengirim file yang akan
didiskusikan lewat email. Dengan aplikasi ini,
BKPM bisa mengurangi biaya operasional dan
membuat pekerjaan lebih efisien.
Penggunaan dan mekanisme WebEx di BKPM
ditujukan untuk kebutuhan, antara lain:
a) Menyelenggarakan pertemuan secara online
antar anggota Satgas dan DPMPTSP;
b) Undangan rapat dapat dikirimkan
menggunakan email atau menggunakan
meeting link yang di-posting pada grup
Workplace;
c) BKPM memiliki beberapa akun WebEx (untuk
host meeting) yang dapat dipinjamkan kepada
anggota Satgas untuk keperluan rapat; dan
d) WebEx juga dapat digunakan untuk kebutuhan
seminar / sosialisasi dan online training / e-
learning dengan jumlah peserta yang besar.
4.3.2 Layanan Podcast BKPM
Podcast merupakan suatu rekaman suara atau
video, tetapi bisa juga merupakan rekaman siaran
televisi atau program radio, kuliah, pertunjukan,
atau acara lain. Media podcast dinilai efektif dalam
menjangkau banyak pendengar, karena media ini
dapat menjangkau ke seluruh dunia. Podcast juga
sebuah cara yang menarik bagi pendengar karena
dapat menikmati konten secara mudah dan gratis.
Setiap episode podcast biasanya ditawarkan dalam
format file yang sama, seperti audio atau video,
sehingga pendengar selalu bisa menikmati program
tersebut dengan cara yang sama.
Di era industri 4.0 seperti saat ini, penting sekali
bagi instansi pemerintah dalam mengikuti
perkembangan zaman terutama dalam hal metode
diseminasi informasi, baik untuk kepentingan
internal institusi tersebut, maupun untuk eksternal.
Atas dasar tersebut, perlu bagi BKPM untuk
melakukan diseminasi informasi dalam bentuk
84 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
konten podcast, karena dapat menjangkau lebih
banyak pendengar dan konten tersebut akan
dikemas dengan menarik sehingga lebih banyak
meraih pendengar.
BKPM menilai perlunya pengelolaan dan pembuatan
konten podcast BKPM sebagai salah satu metode
diseminasi informasi yang dapat sewaktu-waktu
didengar apabila dibutuhkan baik oleh pihak internal
BKPM seperti pembuatan laporan, menciptakan
lingkungan kerja yang lebih baik dan efisian, serta
untuk pihak eksternal, seperti masyarakat umum,
yang ingin mendapatkan informasi terbaru
mengenai BKPM.
4.3.3 Pembangunan Fasilitas Command
Center BKPM
Command center adalah salah satu fasilitas yang
diperlukan oleh institusi untuk menyediakan
perintah, koordinasi, dan pembuatan keputusan
dalam mendukung respon suatu kejadian penting
dan menjalankan Crisis Management atau Business
Continuity Management. Berdasarkan jenisnya,
Command Center yang dibutuhkan di BKPM adalah
sebagai data center management yang berfungsi
untuk pengelolaan Big Data untuk
memvisualisasikan data dan informasi eksekutif
terkait data penanaman modal, antara lain:
pemantauan penerbitan Nomor Induk Berusaha
(NIB), komitmen Izin Usaha dan Izin Komersial,
data potensi, perkembangan dan realisasi investasi
di Indonesia yang diperlukan dalam menentukan
kebijakan penanaman modal. Command Center
sebagai business application management yang
berfungsi menjamin berbagai aplikasi di BKPM yang
sangat penting bagi para pengguna sistem OSS
yang selalu tersedia dan bekerja sesuai desain yang
ditetapkan.
Command Center BKPM berupa ruangan pusat
visualisasi dan integrasi data, baik yang diperoleh
melalui online, offline, internal maupun eksternal
yang disajikan secara bersamaan di sebuah layar
lebar video wall yang juga berfungsi sebagai
monitoring room. Command center sangat
membantu dalam mempermudah jalannya meeting
84 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 85
dan koordinasi antar bidang. Command center juga
dapat membantu memastikan setiap keputusan
penting, respon dan aksi yang diambil seakurat
mungkin sesuai data yang ada. Command center
sangat penting bagi kantor instansi pemerintahan
dan perusahaan-perusahaan yang memerlukan
manajemen krisis.
4.3.4 Pengembangan BIM (Business
Intelligence Mobile) BKPM
Dalam upaya memberikan akses kemudahan bagi
para stakeholder terkait untuk memperoleh
informasi data penanaman modal, BKPM telah
mengembangkan sistem informasi pelayanan
berbasis website dan mobile. Sejauh ini BKPM telah
memiliki informasi pelayanan data penanaman
modal berbasis website yaitu Business Intelligence
(BI). Tetapi seiring perkembangan zaman serta
tuntutan efisiensi dan efektifitas kecepatan
informasi, BKPM mengembangkan Business
Intelligence Mobile (BIM), sistem aplikasi
pengolahan data penanaman modal berbasis mobile
(gadget).
BIM (Business Intelligence Mobile) BKPM adalah
aplikasi Business Intelligence investasi di Indonesia
dalam bentuk mobile yang dikembangkan oleh
BKPM. Aplikasi ini memungkinkan penggunanya
dapat mengetahui dan menganalisa data investasi
di Indonesia melalui smartphone berbasis iOS
ataupun Android. Data yang ditampilkan dalam
aplikasi ini adalah data investasi dari tahun 2010
sampai dengan triwulan terakhir tahun berjalan.
Data yang ditampilkan merupakan data realisasi
berdasarkan Laporan Kegiatan Penaman Modal
(LKPM) yang dilaporkan oleh perusahaan secara
berkala.
Tagline yang diusung BKPM adalah “With Self
Service BI Everyone Can be a Data Chef“, yang
maksudnya, dengan menggunakan BI dan BIM kita
bisa mengolah bahkan meracik data menjadi sajian
data yang matang dan siap saji sesuai selera kita,
selayaknya Chef yang mengolah dan meracik bahan
makanan untuk membuat hidangan yang istimewa.
86 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
4.4 Penguatan Program Reformasi Birokrasi BKPM
4.4.1 Proses Reformasi Birokrasi di BKPM
Reformasi Birokrasi pada pelaksanaannya merupakan tranformasi segenap aspek manajemen pemerintahan
menuju pemerintahan yang baik. Oleh karena kompleksnya program/kegiatan Reformasi Birokrasi, maka
diperlukan pentahapan-pentahapan yang jelas untuk menuju pemerintahan yang baik tersebut. Pentahapan yang
jelas dan terukur serta adanya program monitoring dan evaluasi akan memperbesar kemungkinan susksesnya
pelaksanaan Reformasi Birokrasi. Terdapat 3 (tiga) tahap proses Reformasi Birokrasi di BKPM yang telah dan akan
dilaksanakan, yaitu proses perencanaan, proses pelaksanaan dan proses monitoring dan evaluasi.
Pentahapan proses Reformasi Birokrasi
dimaksudkan untuk memudahkan dalam
pelaksanaan dan penganggaran serta monitoring
dan evaluasi. Melalui pentahapan proses juga
diharapkan dapat dengan mudah memantau
kemajuan dan capaian dari kegiatan-kegiatan di
dalam tiap tahapan yang pada akhirnya dapat
dipastikan akan memperkecil kegagalan,
mengantisipasi potensi hambatan, mengurangi
pengerjaan ulang (rework), memudahkan
pengendalian serta waktu pelaksanaan dapat
dipantau dan terukur. Tahapan tersebut terdiri dari:
1) Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan Reformasi Birokrasi
yang dilakukan oleh BKPM adalah kegiatan-
kegiatan sebagai berikut:
a) Membentuk Tim Reformasi Birokrasi BKPM.
b) Internalisasi target, output, dan outcome
dari kegiatan dan program dari Reformasi
Birokrasi ke semua komponen organisasi.
c) Melakukan review organisasi dan
menentukan isu kunci pada masing-masing
komponen Reformasi Birokrasi.
d) Menentukan gap antara keadaan sekarang
dengan keadaan yang diinginkan.
e) Menyusun Roadmap Reformasi Birokrasi.
f) Menyiapkan dokumen usulan.
2) Tahap Pelaksanaan
Sebelum tahap pelaksanaan dilakukan,
diperlukan pengkoordinasian terlebih dahulu
yang terkait dalam penyusunan kebijakan
Reformasi Birokrasi dan pelaksanaan Training
for The Trainer, Focus Group Discussion,
sosialisasi dan rapat koordinasi dengan pihak
terkait. Fokus pada tahap pelaksanaan ini
dititikberatkan kepada pelaksanaan setiap
kegiatan Reformasi Birokrasi sesuai dengan
Roadmap yang terdapat pada dokumen usulan
yang telah disetujui.
3) Tahap Monitoring dan Evaluasi
Pada tahap monitoring dan evaluasi, kegiatan-
kegiatan yang dilaksanakan adalah:
a) Melakukan monitoring untuk memastikan
bahwa pelaksanaan setiap Reformasi
Birokrasi sesuai dengan Roadmap yang telah
disetujui dan memberikan laporan hasil
monitoring yang disusun setiap 6 (enam)
bulan sekali (per semester).
b) Mengolah hasil monitoring.
c) Memberikan masukan guna perbaikan
berkelanjutan kepada pelaksanaan kegiatan
Reformasi Birokrasi.
d) Melakukan evaluasi untuk setiap
pelaksanaan aktivitas Reformasi Birokrasi
sesuai dengan sasaran pencapaian yang
telah disepakati dalam Roadmap, evaluasi
dilakukan setiap 1 (satu) tahun sekali.
e) Mengolah hasil evaluasi dan memberikan
catatan-catatan yang diperlukan bila hasil
capaian tidak sesuai dengan yang
direncanakan.
4.4.2 Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di
BKPM Tahun 2019
1) Quick Wins Yang Telah Dilaksanakan
Program percepatan (quick wins) di bidang
pelayanan penanaman modal yang sedang
dilakukan oleh BKPM pada tahun 2019 adalah
evaluasi atas pelaksanaan pelayanan
penanaman modal 3 jam. Kegiatan quick wins
sebagaimana tersebut di atas merupakan tugas
dan fungsi BKPM yang diharapkan memperoleh
momentum yang positif pada pelaksanaan
Reformasi Birokrasi di BKPM yang akan
dilaksanakan secara konsisten dan
berkelanjutan.
Quick wins dalam rangka Reformasi Birokrasi
akan mendorong terwujudnya penerapan
prinsip-prinsip clean government dan good
governance secara universal yang diyakini akan
menjadi prinsip dasar yang diperlukan untuk
memberikan pelayanan prima kepada
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 87
masyarakat. Di dalam Reformasi Birokrasi
terdapat 8 (delapan) area perubahan yang
setiap perubahannya dapat memberikan
dampak antara lain pada penurunan praktek
KKN, meningkatnya kualitas pengelolaan
kebijakan dan pelayanan publik, meningkatnya
produktifitas aparatur, meningkatnya
kesejahteraan pegawai negeri dan hasilnya
dapat dirasakan secara nyata oleh seluruh
masyarakat.
2) Penguatan Manajemen Perubahan
Tujuan dilaksanakannya program Penguatan
Manajemen Perubahan adalah mengubah
secara sistematis dan konsisten dari sistem dan
mekanisme kerja organisasi serta pola pikir dan
budaya kerja individu atau unit kerja di
dalamnya menjadi lebih baik sesuai dengan
tujuan dan sasaran reformasi.
Dalam rangka untuk mencapai tujuan
sebagaimana tersebut di atas dilakukan
kegiatan-kegiatan seperti pengembangan nilai-
nilai untuk menegakkan integritas, dan
pembentukan agen perubahan yang dapat
mendorong terjadinya perubahan pola pikir.
Sebagaimana telah dicanangkan pada roadmap
BKPM tahun 2015-2019, disebutkan bahwa
kegiatan-kegiatan pada area perubahan akan
diselenggarakan secara bertahap sebagaimana
tertera pada tabel roadmap kegiatan.
Pelaksanaan penguatan manajemen perubahan
dengan melakukan kegiatan pengembangan
nilai-nilai untuk menegakkan integritas pada
tahun 2019 diselenggarakan dengan
menyelenggarakan sosialisasi dan internalisasi
nilai-nilai dan budaya kerja positif dengan
harapan akan terjadi peningkatan penerapan
nilai, kode etik, budaya kerja, dan budaya
pelayanan serta meningkatnya integritas
aparatur.
Pelaksanaan kegiatan pembentukan agen
perubahan yang dapat mendorong terjadinya
perubahan pola pikir di lingkungan BKPM pada
tahun 2019 diselenggarakan dengan
melaksanakan pemantauan dan pembinaan
terhadap pelaksanaan tugas agen perubahan
dan pelatihan bagi para agen perubahan. Hasil
akhir yang diharapkan apabila kegiatan
tersebut dilaksanakan dengan baik adalah
meningkatnya profesionalisme aparatur,
meningkatnya citra positif aparatur sebagai
pelayan masyarakat dan meningkatnya
kepuasan masyarakat. Dibawah ini dapat dilihat
tabel capaian kinerja program penguatan
manajemen perubahan dalam rangka
Reformasi Birokrasi di BKPM Tahun 2019.
Tabel 4.1 Capaian Kinerja Proram Penguatan Manajemen Perubahan Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019
No. Program / Kegiatan Rencana Aksi dan Realisasi
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase
1 Pengembangan nilai-nilai untuk
menegakkan integritas Sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan
budaya kerja positif 1 Laporan 1 Laporan 100%
Pemantauan dan pembinaan terhadap
pelaksanaan tugas agen perubahan 1 Laporan 1 Laporan 100%
2 Pembentukan Agen Perubahan yang dapat
mendorong terjadinya perubahan pola pikir Perbaikan sistem agen perubahan 1 Paket 1 Paket 100%
Berdasarkan Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa
capaian target Tahun 2019 pada kegiatan
Sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dan
budaya kerja positif telah mencapai target
sebesar 100% dari target yang telah
ditentukan. Sedangkan kegiatan pemantauan
dan pembinaan terhadap pelaksanaan tugas
agen perubahan juga telah tercapai sebesar
100% yang dilaksanakan pada Semester II
Tahun 2019.
Kegiatan pemantauan dan pembinaan terhadap
pelaksanaan tugas agen perubahan dan
pelatihan bagi agen perubahan dalam rangka
Reformasi Birokrasi Tahun 2019 capaian
kinerjanya adalah sebesar 100%.
3) Penguatan Pengawasan
Tujuan dilaksanakannya program penguatan
pengawasan adalah penerapan pengawasan
yang independen, profesional dan sinergis
untuk menciptakan birokrasi yang bersih dan
akuntabel di lingkungan BKPM. Untuk mencapai
sasaran tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan
88 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
yaitu pembangunan unit kerja untuk
memperoleh predikat menuju WBK/WBBM,
pelaksanaan pengendalian gratifikasi,
pelaksanaan whistle blowing system,
pelaksanaan pemantauan benturan
kepentingan, Pembangunan SPIP, dan
penanganan pengaduan masyarakat. Pada
periode tahun 2015-2019, kegiatan-kegiatan
tersebut dilaksanakan secara serentak dimulai
tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
Pelaksanaan kegiatan tersebut, pada tahun
2019 diselenggarakan dengan melakukan aksi
sebagai berikut:
a) Penetapan unit kerja sebagai Zona
Integritas menuju WBK/WBBM;
b) Pelaksanaan Sosialisasi Pengendalian
Gratifikasi kepada seluruh pegawai BKPM
secara berkala;
c) Pelaporan implementasi pengendalian
gratifikasi secara berkala;
d) Pelaksanaan Sosialisasi Whistle Blowing
System (WBS) kepada seluruh pegawai
BKPM secara berkala;
e) Pelaporan secara berkala implementasi
WBS di BKPM;
f) Pengembangan aplikasi WBS disesuaikan
dengan kebutuhan dan peraturan;
g) Pelaksanaan sosialisasi terkait benturan
kepentingan kepada seluruh pegawai BKPM
secara berkala;
h) Pelaporan secara berkala tentang
implementasi benturan kepentingan di
BKPM;
i) Evaluasi dan Pengembangan SAKIP
disesuaikan dengan perkembangan;
j) Pelaksanaan sosialisasi tentang SPIP pada
seluruh unit di BKPM secara berkala;
k) Peningkatan kapasitas APIP melalui diklat;
l) Pelaksanaan sosialisasi terkait pengaduan
masyarakat kepada seluruh pegawai BKPM
secara berkala; dan
m) Melaporkan secara berkala tentang
implementasi penanganan pengaduan
masyarakat di BKPM.
Hasil yang diharapkan apabila kegiatan-
kegiatan tersebut dilaksanakan dengan baik
adalah sebagai berikut:
a) Meningkatnya kapasitas APIP;
b) Meningkatnya penerapan sistem
pengawasan yang independen, profesional
dan sinergis;
c) Meningkatnya penerapan penyelenggaraan
pemerintahan yang bersih dan bebas KKN;
d) Meningkatnya efisiensi penyelenggaraan
birokrasi;
e) Menurunnya tingkat penyimpangan oleh
aparatur; dan
f) Mempertahankan opini WTP-BPK.
Berdasarkan Tabel 4.2 tersebut dapat dilihat
bahwa kegiatan Reformasi Birokrasi pada
program penguatan pengawasan Tahun 2019
adalah berupa pembangunan unit kerja untuk
memperoleh predikat menuju wilayah bebas
korupsi (WBK) / wilayah birokrasi bersih dan
melayani (WBBM) dapat tercapai, yaitu Deputi
Bidang Pelayanan Penanaman Modal.
Pelaksanaan pengendalian gratifikasi,
pelaksanaan pemantauan benturan kepentingan
telah terlaksana dengan baik telah mencapai
target 100%. Sedangkan untuk kegiatan
pelaksanaan Whistle Blowing System (WBS)
realisasi pencapaian targetnya adalah sebesar
100% dari target yang telah ditentukan.
Sedangkan pengembangan aplikasi WBS
disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan
telah terlaksana dengan baik mencapai target
100%.
Pembangunan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) pada BKPM untuk aksi
evaluasi dan pengembangan SAKIP disesuaikan
perkembangan pencapaian target kinerjanya
adalah sebesar 100%. Sedangkan aksi
pelaksanaan sosialisasi tentang SPIP pada
seluruh unit di BKPM secara berkala pencapaian
target kinerjanya adalah sebesar 100%. Dan
peningkatan kapabilitas APIP melalui diklat
pencapaian target kinerjanya sebesar 250%.
Sosialisasi Peraturan Kepala BKPM tentang
penerapan SPIP dan Kode Etik Pegawai BKPM
dengan target pemahaman terhadap Peraturan
Kepala BKPM tentang penerapan SPIP dan Kode
Etik Pegawai BKPM, realisasi pencapaian
kinerjanya adalah sebesar 100%.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 89
Tabel 4.2 Capaian Kinerja Program Penguatan Pengawasan Tahun 2019
No. Program / Kegiatan Rencana Aksi dan Realisasi
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase
1 Pembangunan Unit Kerja Untuk
Memperoleh Predikat Menuju WBK/
WBBM
Penetapan unit kerja sebagai Zona Integritas
menuju WBK/WBBM 1 Satuan
Kerja
1 Satuan
Kerja
100%
2 Pelaksanaan Pengendalian Gratifikasi Pelaksanaan Sosialisasi Pengendalian
Gratifikasi kepada seluruh pegawai BKPM
secara berkala
2 kali 2 kali 100%
Pelaporan implementasi pengendalian
gratifikasi secara berkala
2 kali 2 kali 100%
3 Pelaksanaan Whistle Blowing System Pelaksanaan Sosialisasi Whistle Blowing
System (WBS) kepada seluruh pegawai
BKPM secara berkala
2 kali 2 kali 100%
Pelaporan secara berkala implementasi WBS
di BKPM
2 kali 2 kali 100%
Pengembangan aplikasi WBS disesuaikan
dengan kebutuhan dan peraturan
1 Paket 1 Paket 100%
4 Pelaksanaan Pemantauan Benturan
Kepentingan
Pelaksanaan sosialisasi terkait benturan
kepentingan kepada seluruh pegawai BKPM
secara berkala
2 kali 2 kali 100%
Pelaporan secara berkala tentang
implementasi benturan kepentingan di BKPM
2 kali 2 kali 100%
5 Pembangunan SPIP Evaluasi dan Pengembangan SAKIP
disesuaikan dengan perkembangan
1 kali 1 kali 100%
Pelaksanaan sosialisasi tentang SPIP pada
seluruh unit di BKPM secara berkala
2 kali 2 kali 100%
Peningkatan kapasitas APIP melalui diklat 2 orang 5 orang 250%
6 Pelaksanaan sosialisasi terkait pengaduan
masyarakat kepada seluruh pegawai BKPM
secara berkala
2 kali 2 kali 100% Penanganan Pengaduan Masyarakat
Melaporkan secara berkala tentang
implementasi penanganan pengaduan
masyarakat di BKPM
2 kali 2 kali 100%
4) Penguatan Akuntabilitas Kinerja
Tujuan dilaksanakannya program penguatan
akuntabilitas kinerja adalah peningkatan
kualitas pelaksanaan dan integrasi antara
sistem akuntabilitas keuangan dan kinerja,
serta peningkatan fairness, transparansi, dan
profesionalisme dalam pengadaan barang dan
jasa.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
kegiatan pembangunan / pengembangan
teknologi informasi dalam manajemen kinerja.
Pelaksanaan kegiatan tersebut pada periode
2015-2019 akan dilakukan secara bertahap
sebagaimana tertera / tercantum pada tabel
roadmap reformasi birokrasi BKPM. Pada tahun
2019, kegiatan pembangunan/pengembangan
teknologi informasi dalam manajemen kinerja
akan dilakukan aksi-aksi sebagai berikut:
a) Pengembangan dan Penyempurnaan Sistem
Pengadaan Secara Elektronik (SPSE);
b) Pengembangan dan Penyempurnaan Sistem
Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi
Secara Elektronik (SPIPISE);
c) Pengembangan dan Penyempurnaan Sistem
Kepegawaian;
d) Penerapan dan pemeliharaan Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP); dan
e) Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sistem
Informasi Pegawai (SIMPEG).
Hasil yang diharapkan apabila kegiatan-
kegiatan tersebut dilaksanakan dengan baik
adalah:
a) Meningkatnya kualitas penerapan sistem
90 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
akuntabilitas keuangan dan kinerja yang
terintegrasi;
b) Meningkatnya kualitas penerapan sistem
pengadaan barang dan jasa yang adil,
transparan, dan profesional;
c) Meningkatnya penerapan sistem
manajemen kinerja lembaga; dan
d) Meningkatnya akuntabilitas aparatur.
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa
pada Tahun 2019, kegiatan pembangunan/
pengembangan teknologi informasi dalam
manajemen kinerja untuk seluruh aksi
pencapaian target kinerja telah mencapai 100%
dari rencana yang telah ditetapkan.
Tabel 4.3 Capaian Kinerja Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019
Program / Kegiatan Rencana Aksi dan Realisasi
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase
Pembangunan/Pengembangan Teknologi
Informasi Dalam Manajemen Kinerja
Pengembangan dan Penyempurnaan SPSE 1 Paket 1 Paket 100%
Pengembangan / Penyempurnaan SPIPISE 1 Paket 1 Paket 100%
Pengembangan / Penyempurnaan Sistem
Kepegawaian
1 Paket 1 Paket 100%
Penerapan dan pemeliharaan SAKIP 1 Paket 1 Paket 100%
Pemanfaatan dan Pemeliharaan SIMPEG 1 Paket 1 Paket 100%
5) Penguatan Kelembagaan
Tujuan dilaksanakan program penguatan
kelembagaan adalah penataan kelembagaan
Badan Koordinasi Penanaman Modal yang tepat
ukuran, tepat fungsi dan sinergis. Untuk
mencapai tujuan tersebut dilakukan kegiatan
evaluasi dan restrukturisasi kelembagaan ASN
di BKPM. Untuk periode tahun 2015-2019,
kegiatan tersebut diselenggarakan secara
bertahap sebagaimana tertera pada tabel
roadmap Reformasi Birokrasi BKPM.
Pada tahun 2019, pelaksanaan kegiatan
evaluasi dan restrukturisasi kelembagaan ASN
di BKPM akan diselenggarakan aksi
meningkatkan peranan jabatan fungsional di
setiap unit kerja. Hasil yang diharapkan apabila
kegiatan tersebut dilakukan dengan baik adalah
sebagai berikut:
a) Meningkatnya kualitas pelaksanaan agenda
reformasi birokrasi;
b) Meningkatnya ketepatan ukuran, ketepatan
fungsi dan sinergisme kelembagaan;
c) Menurunnya tumpang tindih tugas dan
fungsi;
d) Meningkatnya kejelasan pembagian
kewenangan;
e) Meningkatnya sinergisme kelembagaan
antara instansi pusat dan daerah; dan
f) Meningkatnya kinerja aparatur.
Berdasarkan Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa
capaian kinerja pada kegiatan evaluasi dan
restrukturisasi kelembagaan ASN di BKPM
untuk aksi meningkatkan peranan jabatan
fungsional di setiap unit kerja pada tahun 2019
telah mencapai target 100%.
Tabel 4.4 Capaian Kinerja Program Penguatan Akuntabilitas Kinerja Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019
Program / Kegiatan Rencana Aksi dan Realisasi
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase
Evaluasi dan Restrukturisasi Kelembagaan
ASN di BKPM
Meningkatkan peranan jabatan fungsional
di setiap unit kerja 1 Dokumen
Kajian 1 Dokumen
Kajian
100 %
6) Penguatan Tatalaksana
Tujuan dilaksanakannya program penguatan
tatalaksana adalah penataan bisnis proses yang
sederhana, transparan, partisipatif, dan
berbasis e-government. Untuk mencapai tujuan
tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai
berikut:
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 91
a) Perluasan Penerapan e-Government yang
Terintegrasi Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan dan Pembangunan di BKPM;
b) Penerapan Efisiensi Penyelenggaraan
Pemerintah di BKPM;
c) Implementasi Undang-undang Keterbukaan
Informasi Publik di BKPM; dan
d) Penerapan Sistem Kearsipan yang andal di
BKPM.
Untuk periode tahun 2015-2019, kegiatan
tersebut diselenggarakan secara bertahap
sebagaimana tertera pada tabel roadmap
Reformasi Birokrasi BKPM. Pada tahun 2019,
dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan
tersebut dilakukan aksi-aksi sebagai berikut:
a) Melakukan integrasi e-Government dengan
K/L dan Daerah (Provinsi dan Kab/Kota);
b) Konsolidasi data dengan Badan Informasi
Geospasial (BIG);
c) Melakukan sosialisasi penggunaan e-office
dan email BKPM;
d) Melakukan pemutakhiran informasi publik:
1. Wajib disediakan dan diumumkan
secara berkala
2. Wajib tersedia setiap saat
3. Mekanisme pelayanan masyarakat
e) Melakukan alih dokumen perizinan dan
nonperizinan yang diterbitkan tahun 2019
ke dalam media elektronik.
Hasil yang diharapkan apabila kegiatan tersebut
dilakukan dengan baik adalah sebagai berikut:
a) Meningkatnya penerapan sistem, proses
dan prosedur kerja yang jelas, efektif,
efisien, cepat, terukur sederhana,
transparan, partisipatif, dan berbasis e-
Government;
b) Meningkatnya kualitas tata hubungan
antara pemerintah pusat dan daerah;
c) Meningkatnya penerapan keterbukaan
informasi publik;
d) Meningkatnya penerapan sistem pengadaan
barang dan jasa secara elektronik;
e) Meningkatnya penerapan manajemen
kearsipan yang handal; dan
f) Meningkatnya kualitas pelayanan.
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat dilihat bahwa
capaian kinerja kegiatan perluasan penerapan e
-Government yang terintegrasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan di BKPM; penerapan efisiensi
penyelenggaraan pemerintah di BKPM;
implementasi undang-undang keterbukaan
informasi publik di BKPM; penerapan sistem
kearsipan yang handal di BKPM, telah mencapai
100% dari target yang telah ditentukan.
Tabel 4.5 Capaian Kinerja Program Penguatan Tatalaksana Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019
No. Program / Kegiatan Rencana Aksi dan Realisasi
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase
1 Perluasan Penerapan e-Government yang
Terintegrasi Dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan dan Pembangunan di BKPM
Melakukan integrasi e-Government
dengan K/L dan Daerah (Provinsi dan
Kab/Kota)
4 K/L dan 5
Daerah
(Provinsi dan
Kab/kota)
4 K/L dan 5
Daerah
(Provinsi dan
Kab/kota)
100%
Konsolidasi data dengan BPS 1 Laporan 1 Laporan 100%
2 Penerapan Efisiensi Penyelenggaraan
Pemerintah di BKPM
Melakukan sosialisasi penggunaan e-
office dan email BKPM 1 Laporan 1 Laporan 100%
3 Implementasi Undang-undang Keterbukaan
Informasi Publik di BKPM Melakukan pemutakhiran informasi
publik:
a. Wajib disediakan dan diumumkan
secara berkala
b. Wajib tersedia setiap saat
1 Laporan 1 Laporan 100%
4 Penerapan Sistem Kearsipan yang Handal
di BKPM Melakukan alih dokumen perizinan dan
nonperizinan yang diterbitkan tahun
2019 kedalam media elektronik
1 Laporan 1 Laporan 100%
92 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
7) Penguatan Sistem Manajemen Sumber Daya
Manusia Aparatur Sipil Negara
Tujuan dilaksanakannya program penguatan
sistem manajemen sumber daya manusia
aparatur sipil negara adalah penerapan
manajemen ASN yang transaparan, kompetitif,
dan berbasis merit untuk mewujudkan ASN
yang profesional dan bermartabat; penerapan
sistem manajemen kinerja nasional yang
efektif; peningkatan kualitas kebijakan publik;
pengembangan kepemimpinan untuk
perubahan dalam birokrasi untuk mewujudkan
kepemimpinan yang visioner, berkomitmen,
dan transformatif; peningkatan efisiensi
(belanja aparatur) penyelenggaraan birokrasi;
penerapan manajemen kearsipan yang handal,
komprehensif, dan terpadu.
Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
a) Perbaikan berkelanjutan sistem
perencanaan kebutuhan pegawai ASN;
b) Perumusan dan penetapan kebijakan sistem
rekrutmen dan seleksi secara transparan
dan berbasis kompetensi;
c) Perumusan dan penetapan kebijakan sistem
promosi secara terbuka;
d) Perumusan dan penetapan kebijakan
pemanfaatan assessment center;
e) Perumusan dan penetapan kebijakan
penilaian kinerja pegawai;
f) Perumusan dan penetapan kebijakan
reward and punishment berbasis kinerja;
g) Pembangunan / pengembangan sistem
informasi ASN di BKPM;
h) Perumusan dan penetapan kebijakan sistem
pengkaderan pegawai ASN;
i) Perumusan dan penetapan kebijakan
pemanfaatan / pengembangan database
profil kompetensi calon dan pejabat tinggi
ASN;
j) Perumusan dan penetapan kebijakan
pengendalian kualitas diklat;
k) Penerapan sistem promosi secara terbuka,
kompetitif, dan berbasis kompetensi
didukung oleh makin efektifnya
pengawasan oleh komisi aparatur sipil
negara (KASN);
l) Menyusun dan menetapkan pola karir ASN;
m) Pengukuran gap competency antara
pemangku jabatan dan syarat kompetensi
jabatan; dan
n) Penguatan sistem dan kualitas pendidikan
dan pelatihan untuk mendukung kinerja.
Untuk periode tahun 2015-2019, kegiatan
tersebut diselenggarakan secara bertahap
sebagaimana tertera pada tabel roadmap
Reformasi Birokrasi BKPM. Pada tahun 2019,
dalam rangka melaksanakan kegiatan-kegiatan
tersebut dilakukan aksi-aksi sebagai berikut:
a) Melaksanakan rekrutmen melalui seleksi
pegawai secara online berbasis kompetensi;
b) Melaksanakan pengisian jabatan struktural
dan fungsional tertentu secara terbuka;
c) Melaksanakan penempatan ASN
berdasarkan hasil assesment;
d) Melaksanakan penilaian kinerja pegawai
sesuai dengan peraturan yang berlaku;
e) Melakukan penyesuaian dan
penyempurnaan peraturan tentang reward
and punishment berbasis kinerja;
f) Melaksanakan reward and punishment
berbasis kinerja;
g) Mengembangkan dan menyempurnakan
sistem informasi ASN BKPM;
h) Melaksanakan penggunaan sistem informasi
ASN di BKPM;
i) Melaksanakan pengkaderan pegawai ASN;
j) Pemanfaatan database profil kompetensi
calon dan pejabat tinggi ASN pada promosi
jabatan pegawai;
k) Penyesuaian dan penyempurnaan peraturan
kebijakan pengendalian kualitas diklat;
l) Melaksanakan kebijakan pengendalian
kualitas diklat;
m) Melaksanakan sistem promosi jabatan
secara terbuka, kompetitif dan berbasis
kompetensi;
n) Melaksanakan pola karir ASN;
o) Melaksanakan assesment pada setiap
pemangku jabatan dengan mengacu pada
standar kompetensi yang telah disusun;
p) Melaksanakan sistem dan kualitas
pendidikan dan pelatihan untuk mendukung
kinerja.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 93
Tabel 4.6 Capaian Kinerja Program Penguatan Sistem Manajemen SDM Aparatur Sipil Negara Tahun 2019
No. Program / Kegiatan Rencana Aksi dan Realisasi
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase
1 Perumusan dan Penetapan Kebijakan
Sistem Rekrutmen dan Seleksi
Secara Transparan dan Berbasis
Kompetensi
Melaksanakan rekrutmen melalui seleksi pegawai secara
online berbasis kompetensi 1 Laporan 1 Laporan 100%
2 Perumusan dan Penetapan Kebijakan
Sistem Promosi Secara terbuka Melaksanakan pengisian jabatan struktural dan
fungsional tertentu secara terbuka 1 Laporan 1 Laporan 100%
3 Perumusan dan Penetapan Kebijakan
Pemanfaatan Assessment Center Melaksanakan penempatan ASN berdasarkan hasil
assesment 1 Laporan 1 Laporan 100%
4 Perumusan dan Penetapan kebijakan
Penilaian Kinerja Pegawai Melaksanakan penilaian kinerja pegawai sesuai dengan
peraturan yang berlaku 1 Laporan 1 Laporan 100%
5 Perumusan dan Penetapan Kebijakan
Reward and Punishment Berbasis
Kinerja
Melakukan penyesuaian dan penyempurnaan peraturan
tentang reward and punishment berbasis kinerja
1 Laporan 1 Laporan 100%
Melaksanakan reward and punishment berbasis kinerja 1 Laporan 1 Laporan 100%
6 Melakukan penyesuaian sistem informasi ASN BKPM 1 Laporan 1 Laporan 100% Pembangunan / Pengembangan
Sistem Informasi ASN di BKPM Melaksanakan penggunaan sistem informasi ASN BKPM 1 Laporan 1 Laporan 100%
7 Perumusan dan Penetapan Kebijakan
Sistem Pengkaderan Pegawai ASN Melaksanakan pengkaderan pegawai ASN 1 Laporan
1 Laporan
100%
8 Perumusan dan Penetapan Kebijakan
Pemanfaatan / Pengembangan
Database Profil Kompetensi Calon
dan Pejabat Tinggi ASN
Pemanfaatan database profil kompetensi calon dan
pejabat tinggi ASN pada promosi jabatan pegawai. 1 Laporan
1 Laporan
100%
Hasil yang diharapkan apabila kegiatan tersebut
dilakukan dengan baik adalah sebagai berikut:
a) Meningkatnya kemampuan unit yang
mengelola SDM ASN untuk mewujudkan
aparatur yang kompeten dan kompetitif;
b) Meningkatnya kepatuhan dalam penerapan
manajemen aparatur yang berbasis merit;
c) Menerapkan manajemen kinerja individu
untuk mengidentifikasi dan meningkatkan
kompetensi SDM aparatur;
d) Membentuk Talent Pool (kelompok sukses)
untuk pengembangan karir pegawai;
e) Mewujudkan sistem informasi manajemen
SDM yang terintegrasi;
f) Meningkatnya penerapan sistem
pengembangan kepemimpinan untuk
periubahan;
g) Meningkatnya pengendalian penerapan
sistem merit dalam manajemen SDM
aparatur; dan
h) Meningkatnya profesionalisme aparatur.
Berdasarkan Tabel 4.6, dapat dilihat bahwa
capaian kinerja pada Tahun 2019 untuk
kegiatan perumusan dan penetapan kebijakan
sistem promosi secara terbuka; perumusan dan
penetapan kebijakan penilaian kinerja pegawai;
perumusan dan penetapan kebijakan sistem
pengkaderan pegawai ASN; perumusan dan
penetapan kebijakan pemanfaatan /
pengembangan database profil kompetensi
calon dan pejabat tinggi ASN; penerapan
sistem promosi secara terbuka, kompetitif, dan
berbasis kompetensi didukung oleh makin
efektifnya pengawasan oleh komisi aparatur
sipil negara (KASN); menyusun dan
menetapkan pola karir ASN; pengukuran gap
competency antara pemangku jabatan dan
syarat kompetensi jabatan; serta penguatan
sistem dan kualitas pendidikan dan pelatihan
untuk mendukung kinerja, telah mencapai
target 100% dari rencana yang ditetapkan.
Sedangkan untuk kegiatan perumusan dan
penetapan kebijakan pengendalian kualitas
diklat telah mencapai target sebesar 100%.
Kegiatan perumusan dan penetapan kebijakan
reward and punishment berbasis kinerja telah
mencapai 100%. Kegiatan perumusan dan
penetapan kebijakan pemanfaatan assessment
center telah mencapai 100%. Kegiatan
perumusan dan penetapan kebijakan sistem
rekrutmen dan seleksi secara transparan dan
berbasis kompetensi serta pembangunan /
pengembangan sistem informasi ASN di BKPM
telah direalisasikan atau capaiannya 100%.
94 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
8) Penguatan Peraturan Perundang-Undangan
Tujuan dilaksanakan program penguatan
peraturan perundang-undangan adalah
meningkatkan efektifitas pengelolaan peraturan
perundang-undangan yang dikeluarkan oleh
BKPM. Untuk mencapai tujuan tersebut
dilakukan kegiatan evaluasi secara berkala
berbagai peraturan perundang-undangan yang
sedang diberlakukan; menyempurnakan atau
mengubah berbagai peraturan perundang-
undangan yang dipandang tidak relevan lagi,
tumpang tindih, atau disharmonis dengan
peraturan perundang-undangan lain; serta
melakukan deregulasi untuk memangkas
peraturan perundang-undangan yang
dipandang menghambat pelayanan.
Pada tahun 2019 dalam melaksanakan kegiatan
-kegiatan tersebut dilakukan aksi-aksi
sebagai berikut:
a) Mengevaluasi regulasi dengan melibatkan
unit internal BKPM dan K/L;
b) Penyempurnaan atau merubah peraturan
Kepala BKPM yang sudah tidak relevan,
tumpang tindih dan disharmonis; dan
c) Melakukan penyederhanaan perizinan yang
menghambat investasi.
Hasil yang diharapkan apabila kegiatan tersebut
dilakukan dengan baik adalah sebagai berikut:
a) Meningkatnya keterlibatan publik dalam
proses perumusan kebijakan;
b) Meningkatnya kualitas regulasi yang
melindungi, berpihak pada publik,
harmonis,tidak tumpang tindih dan
mendorong iklim kondusif bagi publik.
Berdasarkan Tabel 4.7 tersebut di atas, dapat
dilihat bahwa capaian kinerja Tahun 2019 pada
kegiatan evaluasi secara berkala berbagai
peraturan perundang-undangan yang sedang
diberlakukan; menyempurnakan atau
mengubah berbagai peraturan perundang-
undangan yang dipandang tidak relevan lagi,
tumpang tindih, atau disharmonis dengan
peraturan perundang-undangan lain; serta
melakukan deregulasi untuk memangkas
peraturan perundang-undangan yang
dipandang menghambat pelayanan telah
mencapai target 200% dari rencana target
yang telah ditetapkan.
Tabel 4.7 Capaian Kinerja Program Penguatan Peraturan Perundang-Undangan Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019
No. Program / Kegiatan Rencana Aksi dan Realisasi
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase
1 Evaluasi secara berkala berbagai peraturan perundang-
undangan yang sedang diberlakukan Mengevaluasi regulasi
penanaman modal dengan
melibatkan unit internal BKPM
dan K/L
5
Peraturan 10
Peraturan 200%
2 Menyempurnakan atau mengubah berbagai peraturan
perundang-undangan yang dipandang tidak relevan lagi,
tumpeng tindih, atau disharmonis dengan peraturan
perundang-undangan lain
Penyempurnaan atau merubah
peraturan Kepala BKPM yang
sudah tidak relevan, tumpang
tindih dan disharmonis
5
Peraturan 10
Peraturan 200%
3 Melakukan deregulasi untuk memangkas peraturan
perundang-undangan yang dipandang menghambat
pelayanan
Melakukan penyederhaan
perizinan yang menghambat
investasi
5
Peraturan 10
Peraturan 200%
9) Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
Tujuan dilaksanakannya program peningkatan
kualitas pelayanan publik adalah penguatan
kelembagaan dan manajemen pelayanan
melalui implementasi UU Pelayanan Publik,
pemanfaatan ICT, integritas dan kualitas SDM
pelayanan, budaya pelayanan, quick wins, serta
penguatan kapasitas pengelolaan kinerja
pelayanan publik melalui penguatan monev
kinerja, efektivitas pengawasan, sistem
pengaduan, penerapan reward dan
punishment. Pada periode tahun 2015-2019
kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan secara
bertahap sebagaimana tertera pada tabel
roadmap RB BKPM. Untuk mencapai tujuan
tersebut dilakukan kegiatan-kegiatan:
a) Pelayanan terpadu satu pintu;
b) Percepatan pelayanan menjadi lebih
singkat;
c) Deregulasi dalam rangka mempercepat
proses pelayanan; dan
d) Pembangunan atau pengembangan
teknologi informasi dalam pelayanan.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 95
Tabel 4.8 Capaian Kinerja Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Reformasi Birokrasi BKPM Tahun 2019
No. Program / Kegiatan Rencana Aksi dan Realisasi
Rencana Aksi Target Realisasi Persentase
1 Percepatan pelayanan menjadi
lebih singkat Penyederhanaan pelayanan perizinan penanaman modal 1 Laporan 1 Laporan 100%
Evaluasi atas pelaksanaan pelayanan penanaman modal 1 Laporan 1 Laporan 100%
2 Deregulasi dalam rangka
mempercepat proses pelayanan Perubahan pedoman tata cara perizinan dan nonperizinan
penanaman modal 1
Peraturan 1
Peraturan 100%
3 Pembangunan atau pengembangan
penggunaan teknologi informasi
dalam pelayanan
Pengembangan sistem pelayanan fasilitas secara online 1 Laporan 1 Laporan 100%
Pada tahun 2019, dalam rangka kegiatan-
kegiatan tersebut dilakukan aksi-aksi sebagai
berikut:
a) Penyederhanaan pelayanan perizinan
penanaman modal;
b) Evaluasi atas pelaksanaan tata cara
perizinan dan nonperizinan penanaman
modal;
c) Perubahan pedoman tata cara perizinan
dan nonperizinan penanaman modal;
d) Pengembangan sistem pelayanan fasilitas
secara online.
Hasil yang diharapkan apabila kegiatan-
kegiatan tersebut dilaksanakan dengan baik
adalah sebagai berikut:
a) Meningkatnya sistem monitoring dan
evaluasi terhadap kinerja pelayanan publik;
b) Meningkatnya kualitas pelayanan publik
sesuai kebutuhan dan harapan masyarakat;
c) Meningkatnya profesionalisme apartur.
Berdasarkan Tabel 4.8, dapat dilihat bahwa
tahun 2019 kegiatan pelayanan terpadu satu
pintu; percepatan pelayanan menjadi lebih
singkat; deregulasi dalam rangka mempercepat
proses pelayanan; serta pembangunan atau
pengembangan teknologi informasi dalam
pelayanan telah mencapai target 100% dari
rencana yang telah ditetapkan. Dengan
demikian bahwa pelaksanaan pelayanan
perizinan dan nonperizinan di PTSP Pusat
dilaksanakan dengan baik.
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja 95
96 Bab 4 Inisiatif Peningkatan Akuntabilitas Kinerja | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 5 Penutup
5.1 Kesimpulan
5.2 Rencana Tindak Lanjut
BAB 5 PENUTUP
98 Bab 5 Penutup | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
P E N U T U P
5.1 Kesimpulan
Laporan Kinerja Badan Koordinasi Penanaman
Modal disusun sebagai salah satu bentuk
pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan
fungsi BKPM selama tahun 2019 dalam rangka
melaksanakan misi dan mencapai visi. Laporan
Kinerja ini telah memasuki tahun kelima
pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun
2015 tentang RPJMN 2015-2019. Penyusunan
Laporan Kinerja BKPM mengacu pada Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014
tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan
Kinerja Instansi Pemerintah.
Penetapan indikator kinerja merupakan salah satu
instrumen manajemen dalam mencapai tujuan dan
sasaran strategis menuju terwujudnya visi dan misi
BKPM. Pencapaian kinerja merupakan wujud sinergi
seluruh jajaran BKPM dalam menghadapi berbagai
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 5 Penutup 99
tantangan di tahun 2019. Namun demikian, upaya
penyempurnaan dan perbaikan indikator kinerja
harus terus dilakukan melalui penetapan indikator
kinerja yang lebih terukur, berkualitas, dan memiliki
target yang menantang. Selain itu, setiap risiko
yang berpotensi menghambat pencapaian kinerja
harus dapat diidentifikasi dan dilakukan upaya
penyelesaiannya.
Capaian Nilai Kinerja Organisasi BKPM tahun 2019
(102,48%) mengalami peningkatan sebesar 4,80%
dibandingkan tahun 2018 (97,79%). Sepanjang
tahun 2019, kinerja BKPM telah menunjukkan
perbaikan dengan semakin meningkatnya capaian
kinerja beberapa Indikator Kinerja Utama (IKU).
Penilaian kinerja organisasi dilakukan dengan
metode Balanced Scorecard melalui pengukuran 4
(empat) indikator kinerja utama. Secara umum,
Nilai Kinerja Organisasi (NKO) BKPM menunjukkan
hasil yang “Sangat Baik” dengan realisasi anggaran
sebesar 93,21%. Selama tahun 2019, dari 11 IKU
BKPM terdapat 10 IKU dengan kategori “Sangat
Baik” dan 1 IKU dengan kategori “Baik”.
100 Bab 5 Penutup | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Laporan Kinerja BKPM ini diharapkan dapat
memberikan informasi atas capaian kinerja
organisasi dalam menghadapi tantangan yang akan
datang dan dapat menjadi bahan evaluasi dalam
meningkatkan capaian kinerja BKPM dalam rangka
mewujudkan Indonesia sebagai tujuan investasi.
5.2 Rencana Tindak Lanjut
Memperhatikan analisis capaian kinerja
sebagaimana diuraikan pada bagian-bagian
sebelumnya dan dalam rangka upaya untuk
meningkatkan kinerja BKPM pada Tahun 2020,
beberapa rekomendasi dan upaya tindak lanjut
yang dapat dilakukan untuk mengatasi tantangan
dan permasalahan, antara lain:
1) Perbaikan peringkat kemudahan berusaha (Ease
of Doing Business)
Perbaikan kebijakan investasi melalui
harmonisasi dan sinkronisasi regulasi baik di
tingkat pusat maupun daerah untuk
meningkatkan kemudahan berusaha.
a) Penyederhanaan regulasi yang mengatur
berbagai persyaratan dan rekomendasi
perizinan berusaha di K/L dan daerah;
b) Reformasi struktural dengan penerbitan
peraturan K/L yang terkait dengan
reformasi struktural kemudahan berusaha
untuk 11 indikator yang secara berkala
dilakukan evaluasi terhadap peraturan
tersebut;
c) Sosialisasi dan diseminasi kebijakan
perbaikan kemudahan berusaha kepada
responden, K/L dan Daerah serta
penyediaan buku panduan bagi responden
sebagai acuan dalam pengisian kuesioner
survei kemudahan berusaha;
d) Pengawalan implementasi perbaikan
kemudahan berusaha pada K/L dan Daerah
(Jakarta dan Surabaya) sesuai dengan
regulasi pada 11 indikator;
e) Penyampaian reformasi kemudahan
berusaha tahun 2021 (reform update)
kepada Bank Dunia;
f) BKPM sebagai koordinator perbaikan
kemudahan berusaha melaksanakan
koordinasi secara intensif dengan K/L/D
sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi
Presiden No. 7 Tahun 2019 tentang
Percepatan Kemudahan Berusaha; dan
g) Pengembangan Online Single Submission
(OSS) versi 1.1. dalam rangka
mempermudah dan mempercepat proses
pelayanan perizinan berusaha.
2) Eksekusi realisasi penanaman modal besar
a) Melakukan pengawalan realisasi penanaman
modal besar secara end to end services;
b) Melakukan koordinasi dan fasilitasi
penyelesaian permasalahan dengan
melibatkan stakeholder pusat dan daerah
secara komprehensif dan tuntas dengan
cara formal maupun informal; dan
100 Bab 5 Penutup | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 5 Penutup 101
c) Peningkatan penyelenggaraan
dekonsentrasi kepada pemerintah provinsi
dalam rangka kegiatan pemantauan
penanaman modal untuk percepatan
realisasi penanaman modal.
3) Mendorong penanaman modal besar bermitra
dengan usaha mikro, kecil dan menengah
a) Melakukan pemutakhiran data perusahaan
besar (PMDN/PMA) yang wajib bermitra;
b) Melaksanakan koordinasi dan konsolidasi
dengan K/L, pemerintah daerah dan
asosiasi nasional, untuk pemutakhiran data
perusahaan besar (PMDN/PMA) dalam
rangka:
1. Pemenuhan kebutuhan rantai pasok
produksi (supply chain);
2. Penguatan data pelaku usaha nasional
(PMDN) khususnya UMKM untuk
menjadi mitra usaha potensial;
3. Peningkatan pengembangan usaha
nasional (PMDN) khususnya UMKM agar
dapat naik kelas; dan
c) Melakukan pengawalan rencana kemitraan
yang telah dihasilkan dari program
matchmaking hingga terlaksananya
kemitraan usaha dan kerjasama
perusahaan besar (PMDN/PMA) dengan
UMKM.
4) Penyebaran penanaman modal berkualitas
a) Mendorong percepatan penerbitan
peraturan daerah mengenai Rencana Detil
Tata Ruang (RDTR);
b) Melakukan kegiatan workshop penyusunan
Rencana Umum Penanaman Modal (RUPM)
Provinsi dan evaluasi dokumen RUPM;
c) Fasilitasi percepatan penanaman modal
Proyek Strategis Nasional (PSN), baik
melalui skema Kerjasama Pemerintah dan
Badan Usaha (KPBU) maupun swasta
nasional;
d) Menyusun analisis kebijakan penanaman
modal terkait pemberian insentif fiskal/non
fiskal kepada perusahaan; dan
e) Mendorong daerah untuk merumuskan
kebijakan pemberian insentif daerah
mengacu pada Peraturan Pemerintah No.
24 Tahun 2019 tentang Pemberian Insentif
dan Kemudahan Investasi di Daerah.
5) Promosi penanaman modal terfokus
berdasarkan sektor dan negara
a) Melaksanakan promosi terfokus pada sektor
dan negara melalui pengembangan bisnis
yang akan dieksekusi;
b) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan
penyelenggaraan pameran terpadu
bekerjasama dengan K/L, pemerintah
daerah dan asosiasi usaha baik dalam
maupun luar negeri;
c) Meningkatkan koordinasi dengan
pemerintah daerah terutama untuk
mendukung ketersediaan sarana dan
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 5 Penutup 101
102 Bab 5 Penutup | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
prasarana (infrastruktur) promosi melalui
teknologi digital yang andal;
d) Berkolaborasi dengan asosiasi bisnis dan
perbankan untuk menyiapkan daftar calon
mitra yang sudah diseleksi;
e) Mendapatkan data informasi terkait proyek
yang siap ditawarkan secara langsung
dengan mendatangi lokasi proyek serta
berkoordinasi dengan pemerintah daerah
juga berkomunikasi langsung dengan
pengusaha lokal;
f) Memanfaatkan perjanjian Indonesia dengan
negara-negara mitra dan MoU Indonesia
dengan dunia usaha di bidang investasi
untuk mendorong peningkatan investasi
asing ke Indonesia dan pengembangan
kapasitas investasi dalam negeri; dan
102 Bab 5 Penutup | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 5 Penutup 103
g) Melaksanakan kerjasama investasi yang
lebih selektif kepada negara-negara sumber
modal (exporting capital countries) untuk
pemberian perlindungan yang memadai bagi
investor asal negara tersebut dan
mendapatkan calon investor yang potensial.
6) Peningkatan penanaman modal dalam negeri
khususnya usaha mikro, kecil dan menengah
a) Memberikan insentif yang menarik bagi
pelaku usaha mikro, kecil dan menengah;
b) Mempermudah akses pembiayaan untuk
pelaku usaha mendapatkan kredit dengan
bunga rendah;
c) Meningkatkan kompetensi pelaku usaha
melalui pelatihan teknis kewirausahaan; dan
d) Memperluas akses pasar.
LAPORAN KINERJA 2019 | Bab 5 Penutup 103
104 Bab 5 Penutup | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran
LAMPIRAN Lampiran I PERJANJIAN KINERJA BKPM TAHUN 2019
Lampiran II PENGHARGAAN YANG DITERIMA BKPM TAHUN 2019
Lampiran III PERNYATAAN TELAH DIREVIU
106 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
PERJANJIAN KINERJA
BKPM TAHUN 2019
106 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 107 LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 107
108 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Perjanjian Kinerja BKPM Tahun 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 109
110 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
PENGHARGAAN YANG
DITERIMA BKPM TAHUN
2019
110 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 111 LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 111
112 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
1. Laporan Keuangan Dengan Opini WTP dari BPK
Opini Badan Pemeriksa Keuangan merupakan pernyataan
profesional pemeriksa mengenai kewajaran informasi
keuangan yang disajikan dalam laporan keuangan yang
didasarkan pada empat kriteria yakni: kesesuaian dengan standar
akuntansi pemerintahan, kecukupan pengungkapan (adequate
disclosures), kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, dan
efektivitas sistem pengendalian intern. Opini Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) adalah opini audit yang diterbitkan jika laporan keuangan dianggap telah
menyelenggarakan prinsip akuntansi yang berlaku umum dengan baik, dan
kalaupun ada kesalahan, kesalahannya dianggap tidak material dan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengambilan keputusan.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 113
2. Opini WTP dari BPK 5 Kali Berturut-turut
BKPM meraih penghargaan Opini Wajar
tanpa Pengecualian (WTP) atas Laporan
Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP)
tahun 2018 berdasarkan hasil
audit Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) selama
lima tahun berturut-
turut pada periode
2014-2018.
114 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
3. Juara III BMN Awards
BKPM memperoleh penghargaan BMN Awards Juara 3
Kategori Kualitas Pelaporan Barang Milik Negara (BMN)
untuk Kelompok K/L dengan Jumlah Satuan Kerja 11 sampai
dengan 100. Penghargaan BMN Awards diberikan kepada K/L
yang memiliki kinerja terbaik dalam lima kategori yakni: (1) utilisasi
BMN, (2) kualitas pelaporan BMN, (3) sertipikasi BMN berupa tanah,
(4) peningkatan tata kelola berkelanjutan (continuous improvement), dan
(5) kerjasama tata kelola antar K/L (peer collaboration).
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 115
4. Juara III Stand Terbaik
Pada acara Trade Expo Indonesia
(TEI) 2019, booth BKPM
memperoleh penghargaan
sebagai Juara Ketiga
Booth Terbaik dengan
luas lahan 28 - 54 m2.
Kriteria penghargaan ini
berdasarkan desain booth,
kesesuaian dengan tema, informasi
yang ditampilkan pada booth baik media
cetak dan elektronik, penyampaian
informasi kepada pengunjung oleh penjaga
booth dan jumlah pengunjung di booth. Sebagai
salah satu ajang promosi investasi, TEI dipercaya
sebagai acara pameran perdagangan terbesar di
Indonesia yang juga mampu untuk mempromosikan
investasi Indonesia karena setiap tahunnya Kementerian
Perdagangan bekerjasama dengan BKPM dan K/L lain membawa
buyer dan calon investor dari dalam dan luar negeri. BKPM pada
TEI 2019 membuka booth pameran seluas 36 m2. Booth BKPM ini
dimanfaatkan untuk membuka klinik investasi bagi para pengunjung dan
calon investor maupun investor yang ingin berkonsultasi terkait penanaman
modal di Indonesia terutama terkait Online Single Submission (OSS).
116 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
5. Juara II Lomba Klinik Pratama Sehat Tingkat Lembaga Tahun 2019
Klinik Pratama Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) meraih
peringkat kedua Lomba Klinik Pratama Sehat Tingkat Lembaga Tahun 2019
dalam acara Anugerah Menteri Kesehatan Tahun 2019, yang diselenggarakan
dalam rangka peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-55 di Auditorium Prof. Dr.
G.A. Swabessi, Kantor Kementerian Kesehatan pada Hari Selasa tanggal 12 November
2019. Keberhasilan Klinik Pratama Badan Koordinasi Penanaman Modal mendapatkan
penghargaan tidak lepas dari usaha promosi Gerakan Masyarakat Sehat (Germas) melalui
program ASN Sehat, pengukuran kebugaran jasmani, kantin sehat dan bakti sosial.
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 117
6. Sertifikat Penerapan Sistem Manajemen Mutu yang Memenuhi SNI ISO 9001:2015
BKPM berhasil meraih Sertifikat SNI ISO 9001:2015 Quality Management
Systems-Requirements dari Sucofindo International Certification Services pada
tahun 2017 yang masa berlakunya berakhir sampai dengan 4 Desember 2020.
BKPM dinyatakan berhasil memenuhi standar pelayanan internasional karena telah
memenuhi penilaian seperti, program Peningkatan Kualitas PTSP, Kegiatan
Pengembangan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan berupa pelaksanaan audit terkait
dengan standar manajemen, uji Prosedur Operasi Standard atau SOP, kualitas pelayanan,
dan lain sebagainya.
118 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
PERNYATAAN TELAH
DIREVIU
118 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 119
120 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 121
122 Lampiran | LAPORAN KINERJA 2019
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta 12190
P.O. Box 3186, Indonesia
P. +62 21 5252 008 (hunting)
P. 08071002576 atau 1500765 (Contact Center)
F. +62 21 520 2050
BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL
LAPORAN KINERJA 2019 | Lampiran 123
LA
PO
RA
N
KI
NE
RJ
A
20
19