bab v - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/modul...

76
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI BAB V PERPETAAN, PENGINDERAAN JAUH, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Drs. Daryono, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN 2017

Upload: vuonghanh

Post on 01-Feb-2018

265 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017

MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN

GEOGRAFI

BAB V

PERPETAAN, PENGINDERAAN JAUH, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Drs. Daryono, M.Si.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

2017

Page 2: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

1

BAB V

PERPETAAN, PENGINDERAAN JAUH, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

Kompetensi Inti : Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

pengembangan diri

Kompetensi Dasar : 1. Menganalisis pemanfaatan peta dan Sistem Informasi Geografis (SIG)

untuk inventarisasi sumberdaya alam, perencanaan pembangunan,

kesehatan lingkungan, dan mitigasi bencana

2. Menganalisis citra penginderaan jauh untuk perencanaan kajian tata

guna lahan dan transportasi

3. Memahami pemanfaatan citra dan SIG sebagai wahana memvisualkan

geosfer

A. Perpetaan

1. Pengertian Peta

Manusia memiliki keterbatasan dalam mengobservasi fenomena-fenomena yang

terkait dengan kehidupan yang ada di lingkungannya. Beberapa fenomena terlalu kecil

untuk diamati secara langsung, mis PERPETAAN, PENGINDERAAN JAUH, DAN SISTEM

INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)alnya sel, bakteri, virus, kuman, dan lain-lain sehingga mata

manusia tidak bisa melihatnya. Oleh karena itu manusia menciptakan microskop, agar

benda yang sangat kecil dapat diperbesar dan dapat ditangkap dengan mata agar dapat

mempelajarinya dengan baik. Sebaliknya, ketika manusia ingin mengamati ruang di

permukaan bumi tempat mereka hidup, maka yang dapat diamati secara langsung

hanya sebagian kecil saja dari lingkungannya. Agar manusia dapat mempelajari

permukaan bumi secara lebih mudah, bumi tersebut digambarkan dalam bentuk yang

lebih kecil yang disebut peta. Dengan peta permukaan bumi yang demikian luas dapat

digambarkan menjadi beberapa lembar, bahkan seluruh permukaan bumi dapat

digambarkan dalam selembar peta.

Page 3: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

2

Dengan menggunakan peta, bermacam-macam fenomena yang ada dipermukaan

bumi yang sedemikian luas dapat disajikan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk

berbagai kepentingan. Peta yang menggambarkan fenomena geografiis tidak hanya

sekedar pengecilan dari ruang permukaan bumi, jika didesain dengan baik, peta dapat

merupakan alat yang baik untuk melaporkan (recording), memperagakan (displaying),

menganalisis (analysing), dan pemahaman adanya saling hubungan secara keruangan.

Beberapa pengertian peta dapat dikemukakan sebagai berikut.

a. Pengertian Peta menurut Ewin Raisz.

Peta adalah gambaran konvensional permukaan bumi seperti kenampakannya dilihat

dari atas secara tegak lurus, dan dibubuhi tulisan-tulisan serta keterangan-

keterangan untuk kepentingan pengenalan.

b. Pengertian Peta menurut International Cartographic Assosiation (ICA)

Peta adalah gambaran konvensional yang selektif dan yang diperkecil, yang dibuat

pada bidang datar, yang menggambarkan perwujudan permukaan bumi atau benda-

benda angkasa maupun data yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau

benda-benda angkasa.

2. Peta sebagai Suatu Sistem Komunikasi

Untuk berbagai kepentingan, manusia selalu mengadakan komunikasi. Komunikasi

dapat dilakukan secara lisan, tulisan, angka, isyarat, maupun secara grafis. Peta

merupakan salah satu cara berkomunikasi secara grafis. Melalui peta orang dapat

mengkomunikasikan ide atau gagasannya kepada orang lain melalui gambar. Peta

menggambarkan keruangan dan fenomena yang ada di permukaan bumi. Hal-hal yang

terkait dengan keruangan bisa dikomunikasikan dengan kata-kata atau dengan angka-

angka.

Namun dengan cara tersebut informasi yang dapat disampaikan sangat terbatas.

Kita tidak mungkin bisa menjelaskan misalnya mengenai bentuk, posisi, jaringan jalan di

dengan jelas hanya dengan kata-kata. Informasi-informasi tersebut hanya dapat

disampaikan kepada orang lain dengan jelas melalui sebuah peta. Secara umum suatu

sistem komunikasi terdiri dari elemen-elemen sebagai berikut.

Page 4: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

3

Sumber (source of information)

Saluran yang menyalurkan informasi (chanel)

Penerima informasi (recipient)

Sistem komunikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Gambar: sistem komuniasi

Misalnya dalam bahasa lisan:

• Source : sumber pesan

• Encoder : pesan

• Encoding : proses penuangan pesan ke dlm simbol komunikasi

• Decoding : proses penafsiran simbol-simbol komunikasi

• Channel : gelombang suara di udara/signal

• Decoder : kemampuan telinga dan otak penerima untuk dapat menangkap arti

sesuatu

• Recipient : si pendengar/orang yg diajak bicara

• Noise : elemen-elemen yang dapat menghambat komunikasi

Pada sistem komunikasi kartografis dapat dikemukakan sebagai berikut:

• Source : dunia nyata

• Encoder : gambar permukaan bumi yang berupa peta

• Encoding : proses penuangan pesan melalui simbol ke dlm peta

• Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta

• Channel : gelombang cahaya

Page 5: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

4

• Decoder : kemampuan mata dan otak penerima untuk dapat menangkap arti

simbol/informasi dari peta

• Recipient : pembaca peta

• Noise : elemen-elemen yang dapat menghambat pemahaman terhadap peta,

misalnya simbol yang jelek, penerangan yang kurang, keterbatasan kemampuan

mata, dll.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, secara singkat dapat dikatakan bahwa

sebagai bahan komunikasi melalui peta adalah permukaan bumi dengan berbagai

macam fenomenanya. Dari fenomena-fenomena nyata yang ada di permukaan bumi

dituangkan dalam bentuk peta. Agar ide yang ingin disampaikan kepada orang lain tidak

banyak mengalami noise, maka pembuat peta harus berhati-hati dalam

mempresentasikan kenampakan-kenampakan yang ada di permukaan bumi dalam

bentuk simbol dan tulisan pada pada peta.

3. Klasifikasi Peta

Peta dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, hal ini tergantung dari dasar

klasifikasi yang digunakan. Berikut akan dikemukakan dua cara untuk mengklasifikasikan

jenis peta, yaitu berdasarkan skala dan isinya.

a. Berdasarkan Skalanya

Berdasarkan skalanya, peta dapat dibedakan menjadi 5 macam, yaitu sebagai

berikut.

1) Peta Teknik/Peta Kadaster

1 : 100 sd 1 : 5.000

2) Peta Skala Besar

1 : 5000 sd 1 : 250.000

3) Peta Skala Sedang

1 : 250.000 sd 1 : 500.000

4) Peta Skala Kecil

1 : 500.000 sd 1.000.000

Page 6: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

5

5) Peta Geografi

Lebih kecil dari 1 : 1000.000

b. Berdasarkan Isinya

Atas dasar isinya, peta dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut.

1) Peta Umum

Peta umum adalah peta yang menggambarkan kenampakan-kenampakan

umum dari permukaan bumi, baik kenampakan yang bersifat alami maupun

buatan manusia.Termasuk dalam klasifikasi ini adalah peta chorografi. Peta

chorografi adalah peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan

bumi dengan skala yang lebih kecil dari 1 : 250.000, bahkan 1 : 1.000.000 atau

lebih. Peta chorografi menggambarkan daerah yang luas, misalnya, negara,

benua bahkan dunia. Dalam peta chorografi digambarkan semua kenampakan

yang ada pada suatu wilayah yang bersifat umum, seperti pegunungan, gunung,

sungai, danau, jalan raya, jalan kereta api, batas wilayah, kota, garis pantai, rawa

dan lain-lain. Atlas adalah kumpulan dari peta chorografi.

2) Peta Khusus

Peta khusus sering disebut dengan peta tematik, yaitu peta yang

menggambarkan kenampakan khusus/tema tertentu. ICA mengklasifikasikan

peta menjadi tiga jenis, yaitu Peta topografi (termasuk peta rencana dan peta

geografii), chart dan peta jalan (untuk navigasi dan orientasi), dan peta-peta

tematik

a) Peta Topografi

Peta topografi adalah peta yang menyajikan gambaran permukaan

bumi dengan seteliti mungkin, sejauh skalanya memungkinkan, dan

menunjukkan elemen-elemen baik alamiah maupun buatan manusia. Letak

elemen-elemen tersebut ditujukkan dengan posisi yang sesungguhnya, baik

lokasi maupun elevasinya. Pada saat ini di Indonesia dikenal adanya peta

Rupa Bumi, peta ini pada dasarnya sama dengan peta Topografi.

Page 7: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

6

Gambar: Peta Rupabumi (Bakosurtanal)

b) Chart

Chart dan peta jalan dibuat dengan tujuan untuk membantu navigasi

darat, laut maupun udara. Peta ini pada umumnya hanya menggambarkan

kenampakan-kenampakan yang penting untuk pengguna (sopir, pilot,

navigator). Chart untuk navigasi perairan sering disebut hydrographic charts

atau admiral charts. Chart untuk udara disebut aeronautical chart.

c) Peta Tematik

Boss (1977) menyatakan bahwa peta tematik adalah peta yang

menggambarkan informasi kualitatif maupun kuantitatif tentang

kenampakan-kenampakan atau konsep yang spesifik yang ada hubungannya

dengan detail topografi tertentu. Sementara itu, ICA menyatakan bahwa peta

tematik adalah suatu peta yang dibuat dan didesain untuk mengambarkan

kenampakan-kenampakan atau konsep-konsep khusus.

Page 8: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

7

Gambar 1.4: Contoh Peta Tematik (Sumber: http://perezmaps.blogspot.com/2011_03_01_archive.html). Diakses 21 Juli 2016

4. Syarat-syarat Peta

Sebuah peta terdiri dari dua bagian, yaitu muka peta dan informasi tepi peta.

Muka peta merupakan cakupan wilayah daerah yang digambar dalam peta. Pada muka

peta ini dijumpai berbagai macam gambar untuk mencerminkan unsur-unsur dari

permukaan bumi yang digambarkan dalam peta. Unsur-unsur permukaan bumi dalam

peta digambarkan dengan simbol, dan simbol inilah yang mencerminkan isi peta.

Informasi tepi peta adalah informasi atau keterangan yang biasanya terletak di

seputar muka peta yang terdiri dari judul peta, skala, orientasi, legenda,

penyusun/pembuat, sumber data, grid, inzet. Informasi yang terletak pada tepi peta ini

sering disebut juga dengan komponen-komponen peta.

1. Judul peta

Setiap peta harus mencantumkan judul peta. Karena isi sebuah peta tercermin

dari judul peta tersebut. Pada peta umum, judul peta menunjukkan nama wilayah

yang digambarkan, misalnya Propinsi Jawa Timur, Propinsi Jawa barat, dan

sebagainya. Sedangkan untuk peta tematik, kecuali menyebutkan wilayah yang

digambarkan juga menyebutkan subjek atau tema yang digambarkan, misalnya Peta

Page 9: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

8

Penggunaan lahan di Kabupaten Nganjuk, Peta Persebaran Penduduk di Kabupaten

Madiun, dan sebagainya.

2. Skala peta

Skala diartikan sebagai perbandingan antara jarak di peta dengan jarak yang

sebenarnya di permukaan bumi. Skala sangat penting sehingga harus dicantumkan

dalam peta, karena hanya dengan skala inilah pemakai peta inilah pembaca peta

dapat mengetahui ukuran-ukuran jarak dan luas di lapangan. Setiap peta hendaknya

mencantumkan skalanya agar pembaca dapat menghitung dan memperkirakan

perbesaran pada keadaan yang sebenarnya.

3. Orientasi peta

Orientasi adalah merupakan penunjuk arah pada peta. Pada umumnya peta

menggunakan orientasi/arah utara, bagian atas dari sebuah peta adalah

menunjukkan arah utara. Namun demikian, ada peta-peta tertentu yang

orientasinya bukan arah utara.

4. Legenda

Legenda merupakan keterangan dari simbol yang digambarkan dalam peta.

Simbol ini terletak diluar muka peta, dan harus ada pada peta, karena merupakan

kunci untuk memahami simbol yang tergambar dalam peta.

5. Penyusun/pembuat peta

Pembuat peta perlu dicantumkan dalam peta, karena dengan mengetahui

pembuat peta akan dapat mengetahui kualitas peta yang dibacanya. Peta-peta yang

dibuat oleh badan-badan resmi seperti BPN, Bakosurtanal, dan Jantop adalah

merupakan jaminan bahwa peta tersebut dapat dipertangungjawabkan, sehingga

dapat digunakan sebagai acuan untuk membuat peta-peta turunan ataupun untuk

mendapatkan informasi yang lain.

6. Sumber data

Untuk lebih memberi kepercayaan pada pengguna, pembuat peta sering

mencantumkan pula sumber data atau peta referensi yang digunakan sebagai dasar

pembuatan peta tersebut.

Page 10: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

9

7. Grid peta

Garis lintang dan garis bujur harus dicantumkan dalam peta, karena dengan

garis-garis tersebut posisi geografiis suatu tempat secara eksak dapat ditentukan.

8. Inzet

Inzet diperlukan pada peta untuk memberikan posisi wilayah yang digambar

dalam peta terhadap cakupan wilayah administrasi di atas maupun dibawahnya.

Inset dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.

a. Inset yang berskala lebih besar dari peta utama.

Inset ini digunakan untuk menjelaskan bagian dari suatu wilayah yang

dianggap penting. Misalnya dalam peta Propinsi Jawa Timur digambarkan inset

kota Surabaya.

b. Inset yang berskala sama dengan peta utama.

Inset ini berguna untuk menggambarkan bagian dari peta utama yang tidak

termuat pada ruang (kertas) yang tersedia, karena jika wilayah tersebut

digambarkan akan terjadi ketidak seimbangan antara ukuran kertas yang ada

dengan peta yang digambarkan. Misalnya pada peta Propinsi Jawa Timur, jika

Pulau Bawean langsung digambarkan pada peta, ukuran kertasnya akan sangat

panjang. Untuk menghindari hal ini maka Pulau Bawean digambarkan pada peta

tersebut dalam sebuah inset.

Page 11: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

10

Gambar: Peta Propinsi Jawa Timur dengan Inset Pulau Bawean, kota Surabaya, dan Peta Indonesia

c. Inset yang berskala lebih kecil dari skala peta utama.

Inset ini dimaksudkan untuk menunjukkan lokasi lokasi peta utama pada

daerah yang lebih luas. Misalnya peta utamanya Propinsi Gorontalo dengan inset

peta wilayah Indonesia.

5. Fungsi Peta

Secara umum peta memiliki fungsi yang sangat luas, antara lain sebagai berikut.

1. Sebagai alat bantu untuk memberikan informasi yang bersifat keruangan (spatial)

dan spesifik dari suatu daerah.

2. Sebagai alat panduan yang penting untuk terjun di lapangan misalnya untuk

kepentingan penelitian, kepariwisataan, SAR, militer, dan lain-lain.

3. Sebagai alat untuk menganalisis maupun deskripsi dari suatu wilayah yang sedang

diteliti.

4. Sebagai alat untuk mendeskripsikan/menggambarkan lokasi suatu objek tertentu

serta memberikan gambaran data kualitatif maupun kuantitatif hasil penelitian.

5. Sebagai alat untuk menyampaikan/menuangkan ide/pikiran atau usulan-usulan

suatu perencanaan.

6. Sebagai media pembelajaran geografii.

Titik berat studi geografii adalah terletak pada orientasi keruangan (space

oriented) secara bulat. Fenomena-fenomena geografiis sangat luas, sehingga dengan

memandang secara langsung dengan mata, kita tidak mungkin untuk dapat

mencakupnya dalam batas pandangan kita. Oleh karena itu, terkait dengan

pembelajaran geografii, peta menempati posisi yang sangat penting. Orientasi

keruangan hanya dapat digambarkan dengan baik melui peta. Peta dapat memuat

berbagai kenampakan di permukaan bumi, baik yang menyangkut kenampakan fisikal

(physical features) maupun kenampakan kebudayaan (cultural features) dengan

cakupan daerah yang sangat luas. Bahkan seluruh permukaan bumi dapat digambarkan

pada selembar peta.

Page 12: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

11

Mengingat beberapa fungsi peta sebagaimana disebutkan di atas, maka peta

sangat penting bagi berbagai pihak untuk berbagai keperluan, terutama yang terkait

dengan keruangan. Dengan demikian peta bukan hanya monopoli geografii, tetapi juga

berbagai kalangan yang memerlukan informasi mengenai keruangan. Bedanya adalah

bahwa bagi geografii, kehadiran peta adalah merupakan keharusan.

Dari waktu ke waktu data geografii akan terus bertambah baik kualitas maupun

kuantitasnya. Hal ini memerlukan bermacam-macam peta. Untuk menganalisis

fenomena-fenomena geografiis yang ada di permukaan bumi secara mendalam

diperlukan peta-peta yang menggambarkan/menunjukkan satu topik tertentu (one topic

one map). Dengan demikian akan dijumpai bermacam-macam peta dengan topik-topik

tertentu.

Peta tidak hanya sekedar pengecilan kenampakan fenomena di permukaan bumi

saja, akan tetapi lebih dari itu. Peta yang dibuat dengan baik akan merupakan alat yang

baik pula untuk kepentingan melaporkan, meragakan, dan menganalisis fenomena-

fenomena yang ada di permukaan bumi, utamanya yang terkait dengan keruangan.

6. Skala Peta

Skala peta adalah perbandingan antara jarak yang diukur pada peta dengan jarak

yang sebenarnya di permukaan bumi. Skala pada umumnya dapat dinyatakan dengan

tiga cara, yaitu sebagai berikut:

a. Skala numerik atau skala angka, atau skala pecahan.

Skala ini dinyatakan dengan angka yang berupa perbandingan atau pecahan.

Contoh skala ini misalnya 1 : 25.000 atau dapat dinyatakan 1/25.000. Skala ini

menunjukkan perbandingan, yaitu satu satuan di peta sama dengan 25.000 satuan di

lapangan yang sebenarnya. Misalnya satu satuan bernilai 1 cm, maka skala tersebut

mengnadung arti jarak satu cm di peta sama dengan jarak 250 m (0,25 km) di

lapangan.

Page 13: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

12

b. Skala verbal.

Skala ini digunakan untuk peta-peta di Inggris. Skala ini dinyatakan dengan

kata-kata, misalnya 1 inchi to 12 miles, maksudnya adalah jarak satu inchi di peta

mewakili 12 mil di lapangan.

c. Skala grafis

Skala Garis (Line Scale)/Skala Grafik (Graphical Scale) / Skala Batang (Bar

Scale)/ Skala Jalan (Road Scale). Untuk skala ini dinyatakan dalam bentuk garis lurus

yang terbagi dalam beberapa bagian yang sama panjangnya. Pada garis tersebut

harus dicantumkan ukuran jarak yang sesungguhnya di lapangan, misalnya dalam

meter, kilometer, feet atau mil.

Dengan penyajian grafik tersebut maka dapat dibaca bahwa jarak antara dua

angka di peta = 100 km di lapangan. Jadi kalau misalnya jarak antara dua angka

tersebut pada grafik masing-masing 2 cm, maka jarak yang sebenarnya di lapangan

dari 1 cm di peta sama dengan 50 km di lapangan.

7. Paralel dan Meredian

Sejak abad ke 4 dan ke 5 sebelum Masehi para ahli Geografi telah mempunyai

gambaran bahwa bumi mempunyai bentuk kurang lebih bulat telur dengan ukuran

Barat-Timur 2 kali ukuran Utara-Selatan.

Wujud paralel dan meridian sebenarnya tidak ada di atas permukaan bumi., tetapi

sistem ini hanyalah suatu ide dari para kartograf/ geografii yaitu untuk keperluan

praktis, antara lain untuk menentukan letak (lokasi astronomis) suatu tempat di atas

permukaan bumi secara eksak, juga sebagai kerangka penggambaran peta 9penting

untuk proyeksi peta).

Untuk kepentingan kartografi praktis, bumi digambarkan bulat sempurna, contoh

globe. Bumi sebenarnya memiliki bentuk lonjong (ellipsoid), dengan ukuran-ukuran yang

km

Page 14: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

13

telah diperhitungkan dengan teliti. Ukuran-ukuran bumi yang dikemukakan oleh

Hayford adalah sebagai berikut:

1) Jari- jari lingkaran equator (jari-jari bumi terpanjang) = 6.378,38 km.

2) Jari- jari lingkaran meridian (jari-jari bumi terpendek) = 6.356,96 km

3) Panjang rata- rata jari – jari bumi = 6.370 km

4) Elipsitas (kelonjongan) bumi = 1/297

5) Keliling lingkaran equator = 40.075,30 km

6) Keliling lingkaran meridian = 40.008,19 km

7) Jarak 1˚ meridian di equator = 111,318 km

8) Jarak 1˚ paralel (lintang) di equator = 110,562 km

9) Jarak 1˚ paralel di kutub = 111,688 km

10) Luas permukaan bumi = 251.100.500 km2

Catatan: 1 mil = 1,60934 km; 1 km = 0,621 mil

1 meter = 39,37 inci = 3,2808 kaki (feet); 1 ft = 0,3048 m

a. Paralel

Paralel (garis lintang) adalah lingkaran-lingkaran yang sejajar (paralel) dengan

lingkaran equator. Posisi lingkaran-lingkaran paralel di belahan bumi utara/ selatan

dinyatakan dengan derajat sudut yang besarnya 0˚ - 90˚ (dihitung 0˚ dari equator

sampai 90˚ di kutub Utara/ Selatan.

Pada masa lalu, paralel suatu tempat dapat ditentukan di lapangan dengan

cara mengukur tinggi posisi sebuah bintang kutub terhadap bidang horizon, yang

diukur dengan sebuah alat yang desebut Sextant. Alat ini digunakan oleh para pelaut

(nahkoda) untuk menentukan posisi kapalnya. Namun dengan perkembangan

teknologi yang sangat cepat, pada saat ini paralel dan meredian dapat ditentukan

secara cepat dan akurat dengan menggunakan GPS

b. Meredian

Meridian (garis bujur) adalah lingkaran- lingkaran yang melalui kutub- kutub

bumi (as bumi) sebanyak 180˚ lingkaran, atau membagi lingkaran paralel menjadi

360 bagian yang sama.

Page 15: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

14

Posisi meridian juga dinyatakan dalam derajat sudut meridian, yang dihitung

mulai dari meridian yang melalui kota Greenwich sebagai titik Nol-nya (disebut pula

sebagai 0˚ meridian Greenwich). Dari 0˚ meridian Greenwich dihitung ke arah Timur

dan Barat sebesar 180˚ yang bertemu di samudra Pasifik dan merupakan batas

pergantian hari/tanggal internasional.

Garis meridian/bujur berfungsi sebagai pedoman untuk membedakan waktu

dari tempat satu ke tempat yang lain. Tiap tempat di permukaan bumi mempunyai

waktu yang berbeda-beda menurut letak meridiannya. Untuk menyederhanakan

perbedaan waktuyang sangat banyak itu, maka menurut persetujuan internasional,

waktu di atas permukaan bumi dibagi menjadi 24 wilayah waktu, yang masing-

masing seluas 15˚ (berasal dari :(360/24)˚ = 15˚) dengan perbedaan waktu 1 jam tiap

wilayah yang berdampingan. Ini berarti bahwa 1 meridian membawa perbedaan

waktu sebesar 4 menit (berasal dari 1 jam/15 = 60’/15 = 4’), dan setiap 1 menit

meridian membawa perbedaan waktu sebesar 4 detik (berasal dari 1 menit/15 = 4

detik).

Meridian 0˚ Greenwich dipakai sebagai waktu pangkal (waktu tolak), dan setiap

garis meridian yang menunjukkan kelipatan 15˚ ke arah timur dan ke arah barat dari

meridian 0˚ Greenwich (antara lain 15˚; 30˚; 45˚; 60˚; 75˚ BT/BB dst) dipakai sebagai

bujur standard, sedang waktu pada bujur standard disebut waktu standard. Waktu

standard ini mewakili setiap wilayah waktu meliputi wilayah seluas 7,5˚ di sebelah

Barat dan Timur bujur standard. Disamping waktu standard, dikenal juga waktu

setempat (waktu lokal). Yang dimaksud waktu setempat ialah waktu yang didasarkan

tinggi matahari (matahari mulai terbit jam 06.00 waktu setempat/lokal (WS),

matahari di zenith = jam 12.00 WS; matahari mulai terbenam jam 18.00 WS.

Page 16: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

15

Gambar: Pembagian Zona Waktu di Dunia (http://www.1blueplanet.com/world_time_zones/) Diakses 12 Maret 2015

Wilayah Indonesia terbentang melalui tiga bujur standard: 105˚ ; 120˚ ; 135˚ BT,

oleh karena itu wilayah Indonesia dibagi dalam 3 wilayah waktu:

(1) Wilayah Indonesia bagian Barat (WIB) dengan bujur standard 105˚ BT. Waktu

tolaknya = Waktu Greenwcih + (105/15) jam = Waktu Greenwich + 7 jam.

(2) Wilayah Indonesia bagian Tengah (WITA) dengan bujur standard 120˚ BT. Waktu

tolaknya = Waktu Greenwich + (120/15) jam = Waktu Greenwich + 8 jam.

(3) Wilayah Indonesia bagian Timur dengan bujur standard 135˚ BT. Waktu tolaknya

= Waktu Greenwich + (135/15) jam = Waktu Greenwich + 9 jam.

Waktu Greenwich (Greenwich Mean Time = G.M.T.)

Page 17: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

16

Gambar: Peta Pembagian Daerah Waktu di Indonesia (http://www.negeripesona.com/2013/04/pembagian-daerah-waktu-di-indonesia.html) Di akses 12 Maret 2015

Peta Topografi Indonesia menggunakan meridian Nol Jakarta (meridian yang

melalui Jakarta dipakai sebagai titik tolak = titik Nol), tetapi dalam menentukan lokasi

astronomisnya selalu harus dikembalikan ke meridian Nol Greenwich , yaitu harus

ditambah : 106˚48’27,79” karena Jakarta terletak pada meridian (bujur)

106˚48’27,79” BT, diperhitungkan 0˚ meridian Greenwich.

Page 18: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

17

Gambar: Koordinat Geografis (http://desktop.arcgis.com/en/arcmap/latest/map/projections/geographic-coordinate-system.htm) Diakses 24 Juli 2016

8. PROYEKSI PETA

a. Pendahuluan

Sebuah peta yang ideal, adalah peta yang dapat menggambarkan permukaan bumi

dengan bentuk, luas, jarak, dan arah sama dengan permukaan bumi yang digambarkan.

Jika daerah yang digambarkan sempit (<30 km x 30 km) tuntutan tersebut relatif dapat

dipenuhi karena dapat dianggap sebagai daerah yang datar. Pemetaan daerah tersebut

langsung dapat digambar dari hasil pengukuran di lapangan.Namun untuk

menggambarkan daerah yang luas, tuntutan tersebut di atas sulit dapat dipenuhi.

Persoalan utama dalam penggambaran peta adalah bahwa permukaan bumi ini

merupakan bidang lengkung yang digambarkan menjadi sebuah peta pada bidang datar.

Bidang lengkung ketika dibentangkan menjadi bidang datar pastiakan mengalami

distorsi. Distorsi ini akan semakin besar seiring dengan semakin luas daerah yang

digambarkan. Cara yang dapat dilakukan adalah mengurangi distorsi sekecil mungkin

untuk memenuhi salah satu atau lebih syarat–syarat peta yang ideal. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara sebagai berikut.

1. Membagi daerah yang dipetakan menjadi bagian–bagian yang tidak begitu luas.

2. Menggunakan proyeksi sesuai dengan karakteristik daerah yang dipetakan.

b. Pengertian Proyeksi Peta

Proyeksi peta adalah suatu sistem yang memberikan hubungan antara posisi titik–

titik di bumi dan di peta atau dapat dikatakan bahwa proyeksi adalah suatu sistem

garis–garis parallel dan meredian yang teratur tempat digambarkan suatu peta.

Permukaan bumi secara fisik tidak teratur sehingga sulit untuk melakuan

perhitungan–perhitungan dari hasil pengukuran. Untuk itu dipilih suatu bidang yang

teratur yang mendekati bidang fisik bumi, yaitu bidang elipsoida dengan besaran–

besaran tertentu.

Page 19: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

18

Di dalam konstruksi suatu proyeksi peta, bumi biasanya digambarkan seperti bola

(dengan R = 6370,283 km) dengan volume elipsoida sama dengan volume bola. Bidang

bola inilah yang kemudian diambil sebagai bentuk matematis dari permukaan bumi, hal

ini digunakan untuk mempermudah suatu perhitungan.

c. Klasifikasi Proyeksi Peta

Jenis proyeksi peta sangat banyak, sehingga sulit untuk bisa mengklasifikasikannya

secara tepat. Berikut akan dijelaskan beberapa jenis proyeksi berdasarkan sudut

pandang tertentu.

1) Berdasarkan garis karakteristiknya

Garis karakteristik adalah garis yang merupakan sumbu bidang proyeksi.

Gambar: 4.3 garis kharakteristik

Keterangan: A = Bidang Proyeksi P = Garis kharakteristik

Berdasarkan hal ini, proyeksi dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu sebagai berikut.

a. Proyeksi Normal, yaitu proyeksi dengan garis karakteristik berimpit dengan

sumbu bumi.

A

Page 20: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

19

Gambar: Proyeksi Normal (Raisz Erwin. 1948)

b. Proyeksi Transversal, yaitu proyeksi dengan garis karakteristik berpotongan

tegak lurus dengan sumbu bumi.

Gambar: Proyeksi Transversal (Raisz Erwin. 1948)

c. Proyeksi Oblique yaitu proyeksi dengan garis karakteristik berpotongan secara

miring terhadap sumbu bumi.

Page 21: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

20

Gambar 4.7: Proyeksi Obilique (Raisz Erwin. 1948)

2) Berdasarkan sifat asli yang dipertahankan

a. Proyeksi Ekuivalen, yaitu proyeksi yang dapat mempertahankan kebenaran

mengenai luas (proyeksi equal area).

b. Proyeksi conform, yaitu proyeksi yang bias mempertahankan kebenaran

mengenai bentuk.

c. Proyeksi equidistant, yaitu proyeksi yang dapat mempertahankan kebenaran

mengenai jarak.

Gambar 4.8: Proyeksi silinder equal area untuk menggambarkan peta dunia.

(Raisz Erwin. 1948)

Page 22: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

21

3) Berdasarkan konstruksinya.

a) Proyeksi Perspektif, yaitu proyeksi yang konstruksinya diperoleh dengan

penyinaran globe. Dalam hal ini globe diasumsikan sebagai benda tembus

pandang.

Lebih lanjut proyeksi ini dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sebagai berikut.

(1) Proyeksi gnomonis, yaitu proyeksi yang konstruksinya diperoleh dengan

pusat penyinaran dari pusat bola bumi.

(2) Proyeksi stereografis, yaitu proyeksi yang konstruksinya diperoleh dengan

pusat penyinaran dari ujung bola bumi.

(3) Proyeksi orthografis, yaitu proyeksi yang konstruksinya diperoleh dengan

pusat penyinaran berasal dari tempat yang tidak terhingga, sehingga sinar

proyeksi berupa garis-garis yang sejajar.

b) Proyeksi Non Perspektif, yaitu proyeksi yang konstruksinya di peroleh tidak

dengan penyinaran (antara lain dengan perhitungan matematis).

4) Berdasarkan bidang proyeksinya.

Berdasarkan bidang proyeksinya, proyeksi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu

proyeksi azimuthal, proyeksi kerucut, dan proyeksi silinder.

a) Proyeksi azimuthal (zenithal).

Proyeksi ini, bidang proyeksinya berupa bidang datar, jadi permukaan bumi

diproyeksikan ke atas suatu bidang datar dari suatu titik sumber proyeksi.

Gambar 4.13: Proyeksi Azimuthal (Raisz Erwin. 1948)

Page 23: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

22

Proyeksi azimuthal dapat dibedakan sebagai berikut.

(1) Proyeksi Azimuthal Gnomonis: sumber proyeksi terletak di pusat bola bumi,

sehingga equator tidak terhingga.

Gambar: Proyeksi Azimuthal Gnomonis (Raisz Erwin. 1948)

(2) Proyeksi Azimuthal Stereografis: sumber proyeksi terletak dititik kutub yang

berlawanan dengan titik singgung bidang proyeksi dengan kutub bumi.

Gambar: Proyeksi Azimuthal Stereografis

(3) Proyeksi Azimuthal Orthografis: sumber proyeksi terletak pada tempat tak

terhinga sehingga sinar berupa garis–garis sejajar.

Page 24: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

23

Gambar: Proyeksi Azimuthal Orthografis

b) Proyeksi kerucut.

Konstruksi proyeksi ini diperoleh dengan cara meletakkan kerucut pada bola

bumi dengan menyinggung bola bumi pada suatu lingkaran.

Gambar: Bidang proyeksi kerucut (Raisz Erwin. 1948)

Proyeksi kerucut konstruksinya bermacam-macam, antara lain proyeksi kerucut

sederhana (simple conic) dan proyeksi perucut polyconic.

(1) Proyeksi Kerucut Sederhana

Konstruksi proyeksi sederhana konstruksinya dapat dilihat pada gambar

berikut.

Page 25: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

24

Gambar: Konstruksi Proyeksi Kerucut Sederhana (Simple Conic Projection) (Raisz Erwin. 1948)

Contoh penggunaan proyeksi kerucut sederhana dalam penggambaran peta

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar : Peta yang digambarkan dengan Proyeksi Kerucut Sederhana

(2) Proyeksi Polyconic

Konstruksi proyeksi kerucut sederhana dapat dilihat pada gambar berikut.

Proyeksi polyconic ini konstruksinya dapat dibuat sebagai berikut.

Page 26: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

25

Gambar: Cara Membuat Proyeksi Kerucut Polyconic. (Raisz Erwin. 1948)

Contoh penggunaan proyeksi Polyconic dalam penggambaran peta dapat

dilihat pada gambar berikut.

Gambar: Peta yang digambarkan dengan Proyeksi Polyconic

c) Proyeksi silinder. Bidang proyeksinya berupa silinder. Lingkaran–lingkaran

meredian dan paralel diproyeksikan menjadi garis–garis lurus yang saling

berpotongan secara tegak lurus. Contoh proyeksi silinder antara lain proyeksi

Mercator dan proyeksi Gall’s.

Page 27: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

26

5) Beberapa Proyeksi dengan Paralel Horizontal

a) Proyeksi Mercator

Proyeksi ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

- Merupakan proyeksi silinder normal konform, seluruh muka bumi dilukiskan

pada bidang silinder yang sumbunya berimpit dengan sumbu bumi,

kemudian silindernya dibuka menjadi bidang datar.

- Ekuator diproyeksikan ekuidestan.

- Interval paralel semakin ke kutub semakin melebar .

- Daerah kutub tak dapat digambarkan.

- Konstruksinya dapat dibuat dengan menggunakan rumus :

Y = R . 2,302585 log tan ( 45° + Q/2 )

Y: Jarak parallel dari equator

R: Radius bumi

Q: latitude

Gambar: Proyeksi Mercator

(http://en.wikipedia.org/wiki/Mercator_projection) Diakses 24 Juli 2016

Page 28: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

27

b) Proyeksi Gall’S

Merupakan proyeksi silinder yang konstruksinya diperoleh dengan

penyinaran secara stereografis dengan bidang proyeksi memotong lingkaran

globe pada 45° - 45° LS. Dengan menggunakan proyeksi ini distorsi ke arah kutub

yang terjadi tidak sebesar pada proyeksi stereografis yang biasa. Perluasan ke

arah kutub dari proyeksi ini bisa diperkecil karena bidang proyeksinya terletak

pada lintang 45° LU/LS.

Akibatnya titik-titik lintang pada globe akan diproyeksikan pada bidang

proyeksi tidak sejauh pada proyeksi yang bidangnya menempel pada 0°. Cara

membuat konstruksi proyeksi Gall’s dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar: Proyeksi Gall’s (Raisz Erwin. 1948)

c) Proyeksi Sinsoidal (Mercator-Sanson-Flamsteed Proyection)

Proyeksi ini memiliki meridian sentral berupa garis lurus vertical yang

berpotongan secara tegak lurus dengan garis-garis parallel. Bentuk konstruksi

proyeksi sinusoidal dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 29: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

28

Gambar: Proyeksi Sinusoidal (Raisz Erwin. 1948)

6) Proyeksi Universal Transverse Mercator ( UTM )

Proyeksi UTM mempunyai spesifikasi sebagai berikut.

a. Bidang silinder akan memotong bola bumi di dua buah meridian, yang disebut

meridian standard dengan factor skala (k) = 1

b. Lebar zone ( wilayah ) sebesar 6°, dengan demikian bumi dibagi dalam 60 zone.

c. Tiap zone memiliki meridian tengah sendiri.

d. Perbesaran di meridian tengah = 0,9996.

Zone nomor 1, dimulai dari daerah yang dibatasi oleh meridian 180° B dan 174°

B dilanjutkan ke arah Timur sampai nomor 60. Batas parallel tepi atas dan tepi

bawah adalah 84° Utara dan 80° Selatan. Dengan demikian untuk daerah kutub

harus diproyeksikan dengan proyeksi lain. Dalam proyeksi ini silinder memotong

(secant) bola bumi dengan lebar zone (wilayah) 6°.Hal ini dilakukan agar dapat

meredusir distorsi sekecil mungkin.

Pada gambar diatas equator tergambar sebagai garis lurus dan meridian-

meridian tergambar sedikit melengkung. Karena proyeksinya bersifat konform, maka

paralel-paralel juga tergambar sedikit melengkung agar perpotongan dengan

meridian tegak lurus.

Pada titik I, II, III dan IV, yaitu tempat silider memotong bola bumi, tidak

mengalami distorsi. Pada gambar terlihat bahwa selain equator sebagai garis lurus

juga ada garis tegak yang disebut dengan meridian tengah dari tiap-tiap zone yang

Page 30: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

29

tergambar melalui V dan VI pada gambar tersebut. Kedua garis tersebut dipakai

sebagai sumbu dari sistem grid untuk setiap zone.

Seperti terlihat pada gambar diatas, sistem grid terdiri dari garis lurus yang

sejajar meridian tengah. Lingkaran silinder yang memotong bola bumi digambar

sebagai garis lurus/putus–putus yang tebal. Pada gambar terlihat bahwa daerah I, V,

II, dan III, VI, IV adalah diperkecil apabila diproyeksikan pada silinder, sedang daerah

I A, II B, IIIC, dan IVD diperbesar.

Untuk menghindari koordinat negatif di dalam proyeksi UTM, setiap meridian

tengah di dalam setiap zone diberi harga 500.000 m East (Timur). Untuk harga–harga

ke arah utara, equator dipakai sebagai garis datum dan diberi harga 0 m North (

Utara ). Untuk perhitungan ke arah selatan equator diberi harga 10.000.000 m

North.

Pada sistem koordinat UTM ini faktor skala pada meredian tengah sebesar

0,99960. Hal ini berarti bahwa jarak sesungguhnya di bumi 1000 m akan tergambar

999,60 m di peta (ada reduksi skala 40 cm/1000 m). Untuk daerah dekat tepi zone,

yaitu sekitar 300.000 m, sebelah barat atau timur meridian tengah, untuk jarak 1000

m akan tergambar 1000,70 m. Berarti mengalami distorsi (perbesaran) 70 cm/1000

m.

Setiap zone berukuran 6° bujur x 8° lintang.Ada perkecualian pada lintang 72°

U dan 84° U dengan ukuran zone 6° bujur x 12° lintang.

Setiap zone (wilayah) pada UTM mempunyai overlap sekitar 40 km, jadi setiap

titik yang berada di daerah overlap akan mempunyai 2 harga koordinat. Setiap jalur

80° S - 72° S diberi huruf C dan berakhir dengan huruf X pada jalur 72° U dan 84° U

(huruf I dan O tidak digunakan).

Dalam penerapan sistem UTM bagi Peta Dasar Nasional seluruh wilayah

Indonesia terbagi dalam 9 wilayah (zone) yang masing–masing mempunyai lebar 6°

bujur, mulai dari meridian 90° sampai dengan meridian 144° bujur timur dengan

batas garis paralel 10° lintang utara dan 15° lintang selatan dengan 4 satuan daerah

yaitu L, M, N dan P.

Page 31: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

30

Gambar 4.37 : Sistem Koordinat U T M (http://www.dbartlett.com/) Diakses 24 Juli 2016

9. Simbol Peta

Peta merupakan gambaran dari fenomena-fenomena tertentu yang ada

dipermukaan bumi.Fenomena yang digambarkan di permukaan bumi diepresentasikan

dalam peta melalui simbol. Untuk membuat simbol yang digunakan untuk

menggambarkan fenomena tertentu pada peta tidak dapat dilakukan secara

sembarangan. Pada devinisi mengenai peta disebutkan bahwa peta adalah merupakan

gambaran konvensional dari permukaan bumi. Konvensional tersebut maknanya adalah

bahwa dalam penggambaran permukaan bumi, termasuk fenomena yang ada di atasnya

didasarkan pada suatu kesepakatan, yaitu kesepakatan masyarakat kartografi.

Beberapa simbol pokok yang ada pada peta, umumnya telah ada kesepakatan cara

membuatnya. Oleh karena itu dalam membuat simbol semacam itu, pembuat peta

harus mentaatinya.Sebagai contoh adalah bahwa untuk menggambarkan kenampakan

hidrologis, warna yang digunakan untuk simbol adalah warna biru. Laut Hitam, laut

Merah, maupun sungai Kuning, meskipun namanya mengacu pada warna tertentu,

tetapi dalam penggambaran simbol ketiga kenampakan tersebut tetap digambarkan

dengan warna biru.

Page 32: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

31

Simbol yang sifatnya khusus yang belum ditentukan dalam kesepakatan bisa

dikreasi sendiri oleh pembuat peta. Namun demikian pembuatan simbol tersebut tetap

harus mempertimbangkan aspek kejelasan suatu simbol untuk menggambarkan suatu

fenomena tertentu agar pesan yang ingin disampaikan oleh suatu peta dapat sampai

dan dipahami oleh pembaca peta. Di samping itu, akan lebih baik lagi jika simbol yang

dibuat juga menampakkan aspek keindahan.

Arti simbol yang ada di peta dijelaskan melalui legenda yang ada di luar peta.

Meskipun demikian tidak semua simbol harus dijelaskan dalam legenda.Simbol yang

sudah jelas dan bisa dipahami oleh pembaca peta pada umumnya, tidak perlu lagi

dicantumkan dalam legenda.Erwin Raisz menyatakan bahwa simbol yang baik adalah

simbol yang dapat dimengerti oleh pembaca peta tanpa harus membaca

keterangan/legenda.

Peta adalah suatu media komunikasi grafis, berarti komunikasi yang diberikan

dalam peta berupa gambar atau simbol.Dengan demikian simbol dalam peta memegang

peranan sangat penting. Bahkan dalam peta-peta khusus atau tematik, simbol

merupakan informasi utama untuk menunjukkan tema suatu peta.Secara sederhana

simbol dapat diartikan suatu gambar atau tanda yang mempunyai makna atau arti.

Simbol dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain sebagai berikut.

1. Berdasarkan kenampakan geografiis yang digambarkan.

a. Simbol untuk menggambarkan relief.

Dalam peta berwarna digambarkan dengan menggunakan warna coklat

bertingkat. Di samping menggunakan warna untuk menggambarkan simbol ada

beberapa metode yang lain untuk menggambarkan relief, yaitu sebagai berikut.

(1) Metode hachuring

Yaitu metode penggambaran relief dengan menempatkan garis-garis arsiran

yang paralel searah drainase. Tebal tipisnya garis arsiran menunjukkan

tingkat kemiringan lereng yang digambarkan.

Page 33: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

32

Gambar: Metode hachuring untuk menggambar relief pada peta. (Raisz Erwin. 1948)

(2) Metode plastic shading

Adalah metode pengambaran relief permukaan bumi dengan menganggap

bahwa bumi sebagai relief model. Dengan cara penyinaran akan diperoleh

bagian-bagian dari permukaan bumi tersebut yang menerima sinar dengan

intensitas yang tinggi dan ada pula yang rendah. Semakin besar intensitas

sinar yang diterima oleh suatu wilayah, maka akan semakin terang wilayah

tersebut digambarkan di dalam peta dan sebaliknya.

Page 34: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

33

Gambar: Permukaan bumi yang digambarkan dengan plastic shading (http://www2.hawaii.edu/~matt/104/Exercises/topo-map-use.html) Diakses 24 Juli 2016

(3) Metode contouring

Yaitu penggambaran simbol peta untuk menggambarkan relief permukaan

bumi dengan menggunakan garis-garis kontur. Garis kontur adalah garis pada

peta yang menghubungkan/menggambarkan tempat-tempat dipermukaan

bumi yang memiliki ketinggian yang sama.

Gambar: Peta yang menggambarkan relief dengan metode contouring

Page 35: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

34

Kelebihan peta topografi dibandingkan simbol yang lain untuk

menggambarkan relief adalah dapat dibaca ketinggian suatu tempat dan

kemiringan lereng secara eksak.

Pada peta topografi, ketinggian tempat dapat dilihat dari garis kontur

yang melalui tempat tersebut, sedangkan kemiringan lereng dapat dihitung

dengan menghitung tangen dari jarak vertikal dibagi jarak horizontal.

Kerapatan jarak antar garis kontur menunjukkan tingkat kemiringan suatu

lereng. Semakin rapat semakin curamlah kemiringan lereng tersebut.

Gambar: Topografi yang sesungguhnya yang digambarkan dengan garis kontur di atas (Raisz Erwin. 1948)

Page 36: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

35

Gambar 5.8: Angka pada garis kontur menunjukkan ketinggian suatu tempat dan jarak antar garis kontur menggambarkan tingkat kecuraman lereng.

Jarak vertikal antara kontur yang satu dengan yang lainnya disebut interval

kontur (contour interval). Untuk peta topografi di Indonesia besarnya interval

kontur = skala peta/2000.

(4) Metode Tanaka Kitiro

Yaitu metode penggambaran relief yang didasarkan pada garis kontur

dengan menempatkan garis-garis horizontal melalui kontur tersebut.

Selanjutnya antara titik potong garis-garis horizontal dengan kontur tersebut

dihubungkan dengan garis.

Page 37: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

36

Gambar: Cara membuat simbol relief dengan metode Kitiro (Raisz Erwin. 1948)

(5) Metode Morfografi

Yaitu penggambaran relief dengan bentuk yang sebenarnya dengan

mengutamakan tipe-tipe lanskap dan genesisnya.

Page 38: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

37

Page 39: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

38

Gambar: Simbol untuk menggambarkan beberapa bentuk relief permukaan bumi dengan metode morfografi. (Raisz Erwin. 1948)

b. Simbol untuk menggambarkan kenampakan hidrografi

Pada peta berwarna kenampakan hidrografi digambarkan dengan warna biru.

Untuk menggambarkan perbedaan kedalaman digunakan warna biru

bertingkat.Semakin dalam, warna biru yang digunakan semakin tua.

Page 40: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

39

Gambar: Beberapa contoh symbol untuk menggambar kenampakan hidrografi. (Raisz Erwin. 1948)

c. Simbol untuk menggambarkan hasil karya manusia

Dalam peta berwarna digambarkan dengan warna merah atau hitam.Beberapa

contoh pembuatan simbol untuk menggambarkan hasil karya manusia dapat

dilihat pada contoh berikut.

Gambar 5.14: Contoh symbol untuk menggambarkan kenampakan hasil karya manusia (Raisz Erwin. 1948)

Page 41: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

40

d. Simbol untuk menggambarkan vegetasi

Pada peta yang berwarna vegetasi digambarkan dengan warna hijau, sedangkan

untuk peta hitam putih dapat digambarkan dengan pictorial.

Gambar 1.15: Contoh symbol untuk menggambarkan beberapa jenis vegetasi. (Raisz Erwin. 1948)

2. Berdasakan Nilainya

Berdasarkan nilainya simbol dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu simbol

kualitatif dan simbol kuantitatif.

a Simbol kualitatif adalah semua simbol yang hanya menunjukkan jenis

kenampakan yang diwakili. Data kualitatif tidak menyebutkan jumlah atau nilai,

maka pencerminan dalam peta hanyalah mengungkapkan persebaran keruangan

dari unsur yang dipetakan saja. Simbol ini dapat menggambarkan data sebagai

berikut.

(1) Data posisional/titik. Simbol yang digunakan adalah bentuk simbol titik, yang

dalam pelaksanaannya dapat dipilih di antara pictorial, geometrik atau huruf.

(2) Data linier. Data linier ini misalnya jalan, sungai, batas, rute perjalanan dan

lain-lain.

(3) Data bidang atau luasan. Data bidang ini misalnya menggambarkan data

mengenai luasan jenis-jenis penggunaan lahan, jenis tanah, dan sebagainya.

b Simbol kuantitatif, yaitu simbol yang menunjukkan kecuali lokasi dari unsur yang

digambarkan juga menunjukkan jumlah atau kuantum data, baik secara relatif

maupun secara absolut. Simbol ini dapat menggambarkan data sebagai berikut.

(1) Data posisional/titik, data ini dapat dicerminkan dengan menggunakan

simbol atau dapat pula digambarkan dengan grafik dan diagram.

Page 42: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

41

Gambar: Simbol titik yang menggambarkan jumlah tertentu dari suatu fenomena.

(2) Data linier kuantitatif, data ini dapat dicerminkan dengan dua cara, yaitu

dengan simbol panah dan dengan simbol aliran.

Gambar: Simbol aliran yang menggambarkan pergerakan pengiriman jenis barang tertentu dari suatu wilayah ke wilayah lain. (Raisz Erwin. 1948)

(3) Data wilayah, data ini menggambarkan data kuantitatif untuk suatu luasan

tertentu, misalnya data kepadatan penduduk, data curah hujan di suatu

daerah, dan lain-lain.

Page 43: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

42

Gambar: Simbol untuk menggambarkan kepadatan penduduk di suatu wilayah. (Robinson Arthur, Randall Sale, Joel Morrison. 1978)

3. Berdasarkan klasifikasi yang lain

Menurut bentuknya, simbol dapat dikelompokkan menjadi simbol titik, simbol

garis dan simbol bidang. Sedangkan wujud simbol dalam kaitannya dengan unsur

yang digambarkan dapat dibedakan abstrak, setengah abstrak, dan nyata atau

pictorial.

Gambar 5.19: Contoh Simbol Piktorial (Robinson Arthur, Randall Sale, Joel Morrison. 1978)

Page 44: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

43

Di samping itu ada simbol yang menggunakan huruf atau angka. Simbol huruf

bisa diambil dari huruf pertama dan kedua dari nama unsur yang digambarkan

(misalnya gedung sekolah diberi simbol GS), atau dengan cara yang lain (misalnya

besi diberi simbol Fe).

10. Lettering

a. Tipe Huruf

Lettering merupakan problem pokok dalam kartografi, karena letter bukan

bagian kenampakan permukaan bumi tetapi harus digambarkan di atas peta.

Bahwasannya letter merupakan hal yang esensial dalam kartografi bukanlah hal

yang berlebihan karena bagaimanapun baiknya peta, tanpa keterangan yang jelas,

peta tersebut tidak akan dapat dibaca dengan baik. Begitu pentingnya letter ini,

sehingga letter dapat digunakan untuk menentukan kualitas peta.

Masalah lettering dalam peta jangan terlalu menonjol, karena bagaimanapun

juga yang dipentingkan adalah petanya bukan letternya, letter hanya sekedar

keterangan agar dapat dibaca dengan baik. Pemberian letter pada peta harus

diperhatikan karena:

1. Ukuran letter harus dipertimbangkan karena letter yang besar memberi kesan

bahwa penampakan tersebut lebih penting dari yang lain dan sebaliknya.

2. Penempatan letter harus diatur supaya tidak membingungkan yang membaca

peta, lebih-lebih dalam peta skala kecil.

3. Pemilihan tipe letter harus tepat sesuai dengan kenampakannya, agar dapat

,membantu dalam pembacaan peta dan dapat memberikan kenampakan yang

baik dan sistematis pada peta.

4. Letter yang jelas, baik dan rapi akan menambah keindahan peta.

Dalam penulisan peta dikenal tipe-tipe huruf sebagai berikut:

1. Roman

Bentuk tipe huruf roman adalah sebagai berikut: ROMAN, roman

Tipe ini digunakan untuk penulisan kenampakan kultural.

Page 45: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

44

2. Inclined ghotic

Bentuk tipe huruf inclined ghotic adalah sebagai berikut: INCLINED GHOTIC,

inclined ghotic

Tipe ini digunakan juga untuk penulisan kenampakan kultural.

3. Italic

Bentuk tipe huruf italic adalah sebagai berikut: ITALIC, italic

Tipe ini digunakan untuk penulisan kenampakan perairan.

4. Gotic

Bentuk tipe huruf ghotic adalah sebagai berikut: GHOTIC, ghotic

Tipe ini digunakan untuk penulisan kenampakan relief.

b. Penempatan Huruf

Masalah penempatan huruf merupakan masalah yang benar-benar menjadikan

hambatan yang harus diatasi oleh penggambar peta. Hal-hal yang perlu

diperhatikan:

1. Huruf harus ditempatkan sedekat mungkin dengan kenampakannya. Huruf harus

jelas, sederhana, mudah dibaca.

2. Nama sungai harus menempel pada sungai.

a. Bila sungai mengalir arah barat – timur, huruf ditempatkan disebelah

utaranya.

b. Bila sungai mengalir arah utara – selatan, huruf ditempatkan di sebelah

baratnya dan ditulis dari selatan ke utara.

c. Bila sungai berbentuk meander tempatkanlah huruf pada bagian-bagian

yang agak lurus.

d. Jika sungai digambarkan dengan garis dobel (dalam skala besar), nama sungai

daat digambar di dalam dua garis tersebut.

3. Nama samudera/laut harus ditempatkan membentang sepanjang laut pada

gambar itu. Untuk samudera dengan menggunakan huruf besar semua,

sedangkan untuk laut hanya bagian depan saja yang hurufnya besar.

Page 46: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

45

4. Nama selat, terusan, teluk, ditempatkan mengikuti bentuk kenampakan

tersebut.

5. Nama kota, huruf harus ada salah satu yang menempel pada kota tersebut.

Huruf dapat ditempatkan di atas, di bawah atau di samping. Untuk kota-kota

pelabuhan huruf ditempatkan di laut.

6. Penulisan nama kota/wilayah sebaiknya tidak memotong batas dengan wilayah

lain.

7. Nama negara/bagian negara ditempatkan membentang sepanjang negara bagian

negara tersebut dengan huruf besar semua, dan kurang lebih sejajar dengan

paralel yang ada di daerah itu.

8. Untuk nama-nama pegunungan, huruf ditempatkan membentang sepanjang

pegunungan dengan huruf besar semua.

Untuk nama-nama gunung dengan puncak tunggal huruf ditempatkan melengkung

di atasnya, ditulis dengan huruf besar semua, tanpa satuan tinggi untuk

mencantumkan ketinggiannya.

B. Penginderaan Jauh

1. Pengertian Penginderaan Jauh

Untuk menjelaskan pengertian penginderaan jauh, berikut pendapat dari

beberapa pakar.

a. Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh informasi

tentang objek, daerah atau gejala, dengan jalan menganalisis data yang

diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak langsung dengan objek,

daerah atau gejala yang akan dikaji (Lillesand dan Kiefer, 1998).

b. Penginderaan jauh yaitu suatu pengukuran atau perolehan data pada objek di

permukaan bumi dari satelit atau instrumen lain di atas atau jauh dari objek

yang diindera Menurut Sabin (1987).

c. Penginderaan jauh merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh

dan menganalisis informasi tentang bumi. Informasi itu berbentuk radiasi

Page 47: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

46

elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari permukaan bumi

(Lindgren, 1985).

d. Penginderaan Jauh merupakan kegiatan penafsiran citra pemginderaan jauh

berupa pengenalan objek dan elemen yang tergambar pada citra

penginderaan jauh serta penyajiaanya ke dalam bentuk peta tematik (Sutanto ,

1988).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa penginderaan

jauh merupakan upaya memperoleh informasi tentang objek dengan

menggunakan alat yang disebut “sensor” tanpa kontak langsung dengan objek,

yaitu cara memperoleh data dari jarak jauh dengan menggunakan peralatan

tertentu. Data yang diperoleh itu kemudian dianalisis dan dimanfaatkan untuk

berbagai keperluan tertentu.

Pada hakekatnya Penginderaan jauh adalah ilmu tentang perolehan

informasi permukaan bumi tanpa kontak langsung dengan objeknya. Hal ini

dilakukan dengan cara perabaan atau perekaman energi yang dipantulkan atau

dipancarkan, memproses, menganalisa dan menerapkan informasi tersebut.

Pada dasarnya teknologi pemotretan udara dan penginderaan jauh

berteknologi satelit adalah suatu teknologi yang merekam interaksi sinar/berkas

cahaya yang berasal dari sinar matahari dan benda/objek di permukaan bumi.

Pantulan sinar matahari dari benda/objek di permukaan bumi ditangkap oleh

kamera/sensor, tiap benda/objek memberikan nilai pantul yang berbeda sesuai

dengan sifatnya. Pada pemotretan udara rekaman dilakukan dengan media

seluloid/film, sedangkan penginderaan jauh melalui media pita magnetik dalam

bentuk sinyal-sinyal digital. Dalam perkembangannya batasan tersebut menjadi

tidak jelas karena rekaman potret udarapun seringkali dilakukan dalam bentuk

digital pula.

Page 48: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

47

2. Komponen Penginderaan Jauh

Secara skematik menunjukkan gambaran umum proses dan komponen yang

terkait di dalam sistem remote sensing dengan energi elektromagnetik untuk suatu

sumber daya alam. Hal ini meliputi dua proses utama, yaitu pengumpulan data dan

analisis data. Elemen proses pengumpulan data meliputi sumber energi, perjalanan

energi melalui atmosfer, interaksi antara energi dengan kenampakan di muka bumi,

sensor wahana pesawat terbang dan/atau satelit, dan hasil pembentukan data dalam

bentuk piktorial dan/atau bentuk numerik.

Proses analisis data meliputi pengujian data dengan menggunakan alat

interpretasi dan alat pengamatan untuk menganalisis data piktorial, dan atau

komputer untuk menganalisis data sensor numerik. Data rujukan tentang sumber

daya yang dipelajari (seperti peta tanah, data statistik tanaman, atau data uji medan)

digunakan untuk membantu analisis data. Dengan bantuan data rujukan analisis

mengambil informasi tentang jenis, bentangan, lokasi, dan kondisi berbagai sumber

daya yang dikumpulkan sensor. Informasi ini kemudian disajikan, biasanya dalam

bentuk peta, tabel, dan suatu bahasan tertulis atau laporan. Akhirnya informasi

tersebut diperuntukkan bagi para pengguna yang memanfaatkannya untuk proses

pengambilan keputusan.

Penginderaan jauh terdiri dari serangkaian komponen yang berupa tenaga,

objek, sensor, data (citra), dan pengguna data.

a. Sumber Tenaga

Sumber tenaga dalam penginderaan jauh dapat dibedakan dua macam,

yaitu sumber tenaga alamiah (sistem pasif) maupun sumber tenaga buatan

(sistem aktif). Tenaga ini mengenai objek di permukaan bumi yang kemudian

dipantulkan ke sensor.

Sistem pasif adalah sensor penginderaan jauh untuk mendeteksi objek

dengan menggunakan pantulan sinar matahari yang mengenai objek tersebut.

Oleh karena menggunakan energi matahari, sistem pasif hanya bias digunakana

pada siang hari. Contoh sistem pasif adalah sensor Tematic Mapper dari satelit

Page 49: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

48

landsat. Sistem aktif sensor penginderaan jauh untuk mendeteksi objek dengan

menggunakan energi yang dipantulkan dari energi generator yang mengenai

objek teresbut. Contoh sistem aktif adalah laser beam remote sensing sistem,

yang mengirim energi dari sensor, energi akan mengenai objek di permukaan

bumi dan dipantulkan kembali ke sensor. Contoh lain dari sistem aktif adalah

radar yang memancarkan gelombang elektromagnetik.

Jumlah tenaga matahari yang mencapai bumi dipengaruhi oleh waktu (jam,

musim), lokasi, dan kondisi cuaca. Jumlah tenaga yang diterima pada siang hari

lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah pada pagi atau sore hari.

Kedudukan matahari terhadap tempat di bumi berubah sesuai dengan perubahan

musim. Pada musim di saat matahari berada tegak lurus di atas suatu tempat,

jumlah tenaga yang diterima lebih besar bila dibanding dengan pada musim lain

di saat matahari kedudukannya condong terhadap tempat itu. Di samping itu,

jumlah tenaga yang diterima juga dipengaruhi oleh letak tempat di permukaan

bumi. Tempat-tempat di ekuator menerima tenaga lebih banyak bila

dibandingkan terhadap tempat-tempat di lintang tinggi.

Gambar: komponen-komponen sistem penginderaan jauh (http://www.slideshare.net/Ashokatmum/fundamentals-of-remote-sensing) Diakses 23 Juli 2016

Page 50: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

49

Kondisi cuaca juga berpengaruh terhadap jumlah sinar yang mencapai bumi.

Semakin banyak penutupan oleh kabut, asap, dan awan, maka akan semkin

sedikit tenaga yang dapat mencapai bumi.

Gelombang elektromagnetik memiliki spektrum yang sangat luas. Hanya

sebagian kecil dari spektrum gelombang elektromagnetik yang berupa berkas

cahaya dapat dilihat oleh mata manusia, yaitu yang dikenal sebagai gelombang

tampak (visible spectrum). Spektrum yang dapat dilihat oleh mata manusia ini

terrentang dari 0,4 µm hingga 0,7 µm yang dapat dilihat pada warna pelangi.

Dalam aplikasi di lapangan, penginderaan jauh dimanfaatkan untuk

membantu analisis morfologi lahan, sumberdaya bawah permukaan, serta

militer. Pada sistem penginderaan ini digunakan spektrum gelombang yang lebih

panjang. Spekrum ini adalah spektrum gelombang mikro (Micro wave) atau

sering disebut dengan gelombang radar. Spektrum ini dapat ”melihat” objek

dibawah permukaan, yang jauhnya ditentukan oleh panjang gelombang itu

sendiri. Spektrum tersebut terbagi dalam beberapa saluran yang masing-masing

memiliki kemampuan menembus suatu objek. Berdasarkan tipe dari sumber

energi penginderaan jauh dibagi menjadi,

• Penginderaan Jauh Pasif : Penginderaan jauh dengan cara mendeteksi objek

menggunakan energi yang dipantulkan dari sinar matahari yang mengenai

objek tersebut. Misalnya satelit penginderaan jauh seperti Landsat, Ikonos,

SPOT dsb. Sensornya disebut sensor pasif.

• Penginderaan Jauh Aktif : Penginderaan Jauh dengan cara mendeteksi objek

menggunakan energi yang dipantulkan dari energi generator (misalnya radar)

yang mengenai objek tersebut.

Sensornya disebut sensor aktif.

b. Atmosfer

Sebelum mengenai objek, energi yang dihasilkan sumber tenaga

merambat melewati atmosfer. Atmosfer membatasi bagian sektrum

Page 51: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

50

elektromagnetik yang dapat digunakan dalam penginderaan jauh. Pengaruh

atmosfer merupakan fungsi panjang gelombang dan bersifat selektif terhadap

panjang gelombang.

Atmosfer bersifat selektif terhadap panjang gelombang sehingga hanya

sebagian kecil tenaga elektromagnetik dari radiasi sinar Matahari yang dapat

mencapai permukaan bumi dan dimanfaatkan untuk penginderaan jauh. Bagian

spektrum elektromagnetik yang mampu melalui atmosfer dan dapat mencapai

permukaan bumi disebut jendela atmosfer (atmospheric window).

Kisaran panjang gelombang yang paling banyak digunakan dalam

penginderaan jauh adalah sebagai berikut.

(a) Spektrum Gelombang Cahaya Tampak (Visible), yaitu spektrum

gelombang cahaya yang memiliki panjang gelombang antara 0,4µm–

0,7µm. Cahaya tampak yang paling panjang adalah merah, sedangkan

yang paling pendek adalah violet.

(b) SpektrumGelombang Cahaya Inframerah (Infrared), yaitu spektrum

gelombang cahaya yang memiliki panjang gelombang antara 0,7µm–

1,0µm.

(c) Spektrum Gelombang Mikro, yaitu spektrum gelombang yang memiliki

panjang gelombang antara 1,0µm–1,0µm. Tenaga berupa gelombang

elektromagnetik dari radiasi Matahari tidak dapat mencapai permukaan

bumi secara utuh. Gelombang elektromagnetik mengalami hambatan oleh

atmosfer. Hambatan ini terutama disebabkan penyerapan, pantulan, dan

hamburan oleh butir-butir yang ada di atmosfer, seperti debu, uap air, gas

karbon dioksida, dan ozon.

c. Interaksi antara Tenaga dan Objek

Tiap objek mempunyai karakteristik tertentu dalam memantulkan atau

memancarkan tenaga ke sensor. Pengenalan objek pada dasarnya dilakukan

dengan menyidik (tracing) karakteristik spektral objek yang tergambar pada citra.

Page 52: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

51

Interaksi antara tenaga atau radiasi dengan objek yang terdapat di

permukaan Bumi dapat dikelompokkan menjadi tiga bentuk, yaitu sebagai

berikut.

a. Absorption (A), yaitu proses diserapnya tenaga oleh objek.

b. Transmission (T), yaitu proses diteruskannya tenaga oleh objek.

c. Reflection (R), yaitu proses dipantulkannya tenaga oleh objek.

d. Sensor

Tenaga yang datang dari objek di permukaan bumi diterima dan direkam

oleh sensor. Sensor adalah alat yang digunakan untuk melacak, mendeteksi, dan

merekam suatu objek dalam daerah jangkauan tertentu. Tiap sensor mempunyai

kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum elektromagnetik. Di samping itu

juga kepekaan berbeda dalam mereka objek terkecil yang masih dapat dikenali

dan dibedakan terhadap objek lain atau terhadap lingkungan sekitarnya.

Kemampuan sensor untuk menyajikan gambaran objek terkecil ini disebut resolusi

spasial. Semakin kecil objek yang dapat direkam oleh sensor menandakan semakin

baik kualitas sensor tersebut.

Objek permukaan bumi dikumpulkan dan direkam oleh sensor dengan tiga

cara, yaitu sebagai berikut.

(a) Distribusi Daya (force) direkam dengan Gravitometer, yaitu alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan gaya tarik Bumi.

(b) Distribusi Gelombang Bunyi direkam dengan sonar yang diguna kan untuk

mengumpulkan data gelombang suara dalam air.

(c) Distribusi Gelombang Elektromagnetik direkam dengan kamera untuk Tiap

sensor memiliki kepekaan tersendiri terhadap bagian spektrum

elektromagnetik. Kemampuan sensor untuk merekam gambar terkecil disebut

resolusi spasial. Semakin kecil objek yang dapat direkam oleh sensor, semakin

baik kualitas sensor itu dan semakin baik resolusi spasial dari citra yang

dihasilkan.

Page 53: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

52

Berdasarkan proses perekamannya sensor dibedakan menjadi dua, yaitu sensor

fotografi dan sensor elektrik.

1) Sensor Fotografi

Proses perekaman ini berlangsung secara kimiawi. Tenaga

elektromagnetik diterima dan direkam pada emulsi film yang apabila

diproses akan menghasilkan foto. Apabila pemotretan dilakukan dari

pesawat udara atau balon udara, fotonya disebut foto udara. Apabila

pemotretan dilakukan dari antariksa, fotonya disebut foto orbital atau

foto satelit.

2) Sensor Elektronik

Sensor ini menggunakan tenaga elektrik dalam bentuk sinyal

elektrik. Alat penerima dan perekamannya berupa pita magnetik. Sinyal

elektrik yang direkam pada pita magnetik kemudian diproses menjadi data

visual maupun menjadi data digital yang siap diolah menjadi data digital

yang siap dikomputerkan. Pemrosesannya menjadi citra dapat dilakukan

dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.

(a) Dengan memotret data yang direkam dengan pita magnetik yang

diwujudkan secara visual pada layar monitor.

(b) Dengan menggunakan film perekam khusus hasilnya berupa foto yang

disebut citra penginderaan jauh.

Kendaraan yang membawa sensor atau alat pemantau dinamakan

wahana. Berdasarkan ketinggian peredaran wahana, tempat pemantauan

atau pemotretan dari angkasa ini dapat diklasifikasikan menjadi tiga

kelompok wahana, yaitu sebagai berikut.

(a) Pesawat terbang rendah sampai medium dengan ketinggian antara

1.000 meter sampai 9.000 meter dari permukaan Bumi. Citra yang

dihasilkan adalah citra foto (foto udara).

Page 54: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

53

(b) Pesawat terbang tinggi dengan ketinggian sekitar 18.000 meter dari

permukaan Bumi. Citra yang dihasilkan ialah foto udara dan

Multispectral Scanner Data.

(c) Satelit dengan ketinggian antara 400 km sampai 900 km dari

permukaan bumi. Citra yang dihasilkan adalah citra satelit.

Lillesand dan Kiefer (1979) mengemukakan beberapa kelebihan sistem

fotografik dan sistem elektronik. Keuntungan sistem fotografik yakni: (1)

caranya sederhana, (2) tidak mahal, (3) resolusi spasialnya baik, dan (4)

integritas geometriknya baik. Sistem elektronik mempunyai kelebihan dalam

hal penggunaan spektrum elektromagnetik yang lebih luas, kemampuan yang

lebih besar dan lebih pasti dalam membedakan karakteristik spektral objek,

dan proses analisis yang lebih cepat karena digunakannya komputer.

e. Perolehan data

Perolehan data dapat dilakukan dengan cara manual yakni dengan

interpretasi secara visual, dan dapat pula dilakukan dengan cara numerik atau

cara digital yaitu dengan menggunakan komputer. Foto udara umumnya

diinterpretasi secara manual, sedang data hasil penginderaan secara elektronik

dapat diinterpretasi secara manual maupun secara numerik.

f. Pengguna data

Keberhasilan aplikasi penginderaan jauh terletak pada dapat diterima atau

tidaknya hasil penginderaan jauh itu oleh para pengguna data. Kerincian,

keandalan, dan kesesuainnya terhadap kebutuhan pengguna sangat menentukan

diterima atau tidak diterimanya data penginderaan jauh oleh para penggunanya.

Berdasarkan cara pengumpulan datanya, sistem penginderaan jauh dapat

dibedakan atas tenaga dan wahana yang digunakan dalam penginderaaan.

Berdasarkan tenaga yang digunakan, sistem tersebut dibedakan atas yang

menggunakan tenaga pantulan dan yang menggunakan tenaga pancaran. Sedang

Page 55: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

54

berdasarkan wahananya maka sistem penginderaan jauh dibedakan atas sistem

penginderaaan dari dirgantara (airborne sistem) dan dari antariksa (spaceborne

sistem) (Sutanto, 1994:60). Berdasarkan analisis datanya maka penginderaan jauh

dibedakan atas cara interpretasinya, yaitu interpretasi secara visual dan

interpretasi secara numerik.

3. Klasifikasi Citra Penginderaan Jauh

Citra merupakan gambaran suatu gejala atau objek hasil rekaman dari sebuah sensor,

baik dengan cara optik, elektrooptik maupun elektronik. Citra merupakan salah satu jenis

data hasil penginderaan jauh yang berupa data visual/gambar. Citra sering disebut dengan

Image atau Imagery. Hasil penginderaan jauh selain citra misalnya adalah data digital atau

data angka/numerik.

Hasil proses rekaman data penginderaan jauh berupa:

- Data digital atau data numerik untuk dianalisis dengan menggunakan komputer.

- Data visual dibedakan lebih jauh atas data citra dan data non citra untuk dianalisis

dengan cara manual. Data citra berupa gambaran mirip aslinya, sedangkan data non

citra berupa garis atau grafik.

Citra penginderaan jauh dapat dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto dan citra non

foto.

a. Citra foto

Citra foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Lebih

lanjut citra foto dibedakan berdasarkanhal-hal sebagi berikut.

1) Spektrum Elektromagnetik yang digunakan

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dapat dibedakan

atas:

a) Foto ultra violet yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum ultra

violet dekat dengan panjang gelombang 0,29 mikrometer.

b) Foto ortokromatik yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum

tampak dari saluran biru hingga sebagian hijau (0,4 - 0,56 mikrometer).

Page 56: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

55

c) Foto pankromatik yaitu foto yang dengan menggunakan spektrum tampak mata.

d) Foto infra merah yang terdiri dari foto warna asli (true infrared photo) yang

dibuat dengan menggunakan spektrum infra merah dekat sampai panjang

gelombang 0,9 mikrometer hingga 1,2 mikrometer dan infra merah modifikasi

(infra merah dekat) dengan sebagian spektrum tampak pada saluran merah dan

saluran hijau.

2) Arah sumbu kamera ke permukaan bumi.

Berdasarkan hal ini, foto udara dapat dibedakan sebagai berikut.

a) Foto vertikal atau foto tegak (orto photograph), yaitu foto yang dibuat dengan

sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi.

b) Foto condong atau foto miring (oblique photograph), yaitu foto yang dibuat

dengan sumbu kamera menyudut terhadap garis tegak lurus ke permukaan

bumi. Sudut ini pada umumnya sebesar 10 derajat atau lebih besar. Tapi apabila

sudut condongnya masih berkisar antara 1 - 4 derajat, foto yang dihasilkan masih

digolongkan sebagai foto vertikal.

3) Jenis kamera yang digunakan

Berdasarkan jenis kamera yang digunakan foto dapat dibedakan atas

a) Foto tunggal, yaitu foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Tiap daerah liputan

foto hanya tergambar oleh satu lembar foto.

b) Foto jamak, yaitu beberapa foto yang dibuat pada saat yang sama dan

menggambarkan daerah liputan yang sama.

4) Warna yang digunakan

Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto dapat dibedakan atas:

a) Foto berwarna semu (false colour).

Warna citra pada foto tidak sama dengan warna aslinya. Misalnya pohon-pohon

yang berwarna hijau dan banyak memantulkan spketrum infra merah, pada foto

tampak berwarna merah.

b) Foto berwarna asli (true colour).

Contoh: foto pankromatik berwarna.

Page 57: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

56

5) Wahana yang digunakan

Berdasarkan wahana yang digunakan, ada 2 (dua) jenis citra, yakni:

1) Foto udara, dibuat dari pesawat udara atau balon

2) Foto satelit/orbital, dibuat dari satelit

b. Citra Non Foto

Citra non foto adalah gambaran yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera citra non

foto dibedakan atas:

1) Spektrum elektromagnetik yang digunakan

Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan dalam penginderaan, citra

non foto dibedakan atas:

a) Citra infra merah thermal, yaitu citra yang dibuat dengan spektrum infra merah

thermal. Penginderaan pada spektrum ini mendasarkan atas beda suhu objek

dan daya pancarnya pada citra tercermin dengan beda rona atau beda

warnanya. Penginderaan jauh system infra merah termal memanfaatkan

pancaran suhu suatu benda. Semua benda memancarkan panas yang disebabkan

oleh gerak acak partikelnya. Gerak acak ini menyebabkan geseran antara partikel

benda dan menimbulkan peningkatan suhu sehingga permukaan benda itu

memancarkan panasnya.

Tenaga elektromagnetik yang dipancarkan oleh benda disebut tenaga

pancaran yang besarnya diukur dengan Watt.cm-2.

Meskipun semua benda di permukaan bumi memancarkan panas, jumlah panas

yang dipancarkan tidak sama bagi tiap benda. Jumlah panas yang dipancarkan

oleh tiap benda dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : panjang gelombang yang

digunakan untuk mengukur atau menginderanya, suhu permukaan benda, dan

nilai pencarannya.

Suhu pancaran yang yang berasal dari objek di permukaan bumi direkam

oleh suatu sensor termal. Hasil rekaman tersebut bisa diproses menjadi citra

Page 58: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

57

maupun non citra. Yang dimaksud dengan citra disini ialah citra inframerah

termal yang berupa gambaran dua dimensiobel atau gambaran piktorial.

Sedangkan hasil non-citra berupa garis atau kurva spektral, satu angka, atau

serangkaian angka yang mencerminkan suhu pancaran objek yang terekam oleh

sensor termal.

Dengan Sistem penginderaan jauh termal ini, maka perekaman data dapat

dilakukan baik pada siang maupun malam hari. Tentusaja, perekaman harus

dilakukan pada kondisi cuaca yang memungkinkan. Keunggulan lain dari sistem

penginderaan jauh tenaga termal ini adalah menghasilkan citra yang mampu

merekam ujud yang tak tampak oleh mata sehingga menjadi gambaran yang

cukup jelas. Misalnya kebocoran pipa gas bawah tanah, kebakaran tambang batu

bara bawah tanah, perbedaan suhu air, dan lain-lain. Kelemahan citra

inframerah termal terletak pada aspek geometrinya yang penyimpangannya

lebih besar dari penyimpangan pada foto udara.

b) Citra radar dan citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan spectrum

gelombang mikro. Citra radar merupakan hasil penginderaan dengan sistim aktif

yaitu dengan sumber tenaga buatan, sedang citra gelombang mikro dihasilkan

dengan sistim pasif yaitu dengan menggunakan sumber tenaga alamiah.

2) Sensor yang digunakan

Berdasarkan sensor yang digunakan, citra non foto terdiri dari:

a) Citra tunggal, yakni citra yang dibuat dengan sensor tunggal, yang salurannya

lebar.

b) Citra multispektral, yakni citra yang dibuat dengan sensor jamak, tetapi

salurannya sempit, yang terdiri dari:

• Citra RBV (Return Beam Vidicon), sensornya berupa kamera yang hasilnya

tidak dalam bentuk foto karena detektornya bukan film dan prosesnya non

fotografik.

Page 59: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

58

• Citra MSS (Multi Spektral Scanner), sensornya dapat menggunakan spektrum

tampak maupun spektrum infra merah thermal. Citra ini dapat dibuat dari

pesawat udara.

3) Wahana yang digunakan

Berdasarkan wahana yang digunakan, citra non foto dibagi atas:

1) Citra Dirgantara (Airborne Image), yaitu citra yang dibuat dengan wahana yang

beroperasi di udara (dirgantara). Contoh: Citra infra merah thermal, citra radar

dan citra MSS. Citra dirgantara ini jarang digunakan.

2) Citra Satelit (Satellite/Spaceborne Image), yaitu citra yang dibuat dari antariksa

atau angkasa luar. Citra ini dibedakan lagi atas penggunaannya, yakni:

a) Citra satelit untuk penginderaan planet. Contoh: Citra satelit Viking (AS),

Citra satelit Venera (Rusia).

b) Citra satelit untuk penginderaan cuaca. Contoh: NOAA (AS), Citra Meteor

(Rusia).

c) Citra satelit untuk penginderaan sumber daya bumi. Contoh: Citra Landsat

(AS), Citra Soyuz (Rusia) dan Citra SPOT (Perancis).

c. Interpretasi Citra

a. Pengertian Interpretasi

Interpretasi citra merupakan upaya mengkaji citra untuk mengidentifikasi

ataupun mengenali objek dan gejala, serta menilai arti pentingnya objek dan semua

gejala yang terekam. Interpretasi citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji,

mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya menilai arti penting

dari objek tersebut.

Dalam menginterpretasi citra, pengenalan objek merupakan bagian yang

sangat penting, karena tanpa pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang

tergambar pada citra tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra

didasarkan pada karakteristiknya pada citra. Karakteristik yang tergambar pada

citra dan digunakan untuk mengenali objek disebut unsur interpretasi citra.

b. Tahapan Interpretasi

Page 60: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

59

Dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek

melalui tahapan kegiatan, yaitu:

• deteksi

• identifikasi

• analisis

• deduksi

• Idealisasi

Setelah mengalami tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan

ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografii, geologi, lingkungan hidup

dan sebagainya.

1) Deteksi

Deteksi adalah usaha penyadapan data secara global baik yang tampak maupun

yang tidak tampak. Di dalam deteksi ditentukan ada tidaknya suatu objek.

Misalnya objek berupa savana.

2) Identifikasi

Identifikasi adalah kegiatan untuk mengenali objek yang tergambar pada citra

yang dapat dikenali berdasarkan ciri yang terekam oleh sensor. Kegiatan ini

sering disebut pembacaan foto (photo reading). Ada tiga ciri utama yang dapat

dikenali, yaitu ciri spectral, ciri spasial dan ciri temporal

3) Analisis

Analisis berarti proses untuk merujuk kelompok-kelompok objek yang

mempunyai kekhususan tersendiri. Identitas setiap objek ditentukan terlebih

dahulu, kemudian dikalsifikasi. Kegiatan dilanjutkan dengan penelaahan dan

penguraian data hasil identifikasi sehingga dapat dihasilkan dalam bentuk tabel,

grafik, atau peta tematik.

4) Deduksi

Deduksi merupakan proses yang didasarkan pada bukti-bukti yang mengarah

pada satu titik.

Page 61: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

60

- Setiap objek dikenali berdasarkan karakteristik spasial dan unsur

temporalnya.

- Objek yang sudah dikenali diklasifikasikan sesuai dengan tujuan

interpretasinya.

- Digambarkan ke dalam peta kerja atau peta sementara.

- Untuk menjaga ketelitian dan kebenarannya dilakukan pengecekan medan

(lapangan).

- Interpretasi akhir adalah pengkajian atas pola atau susunan keruangan

(objek).

5) Idealisasi

Idealisasi merupakan pekerjaan kartograf, yaitu menyajikan hasil

interpretasi citra kedalam bentuk peta yang siap pakai. Untuk penelitian murni,

kajiannya diarahkan pada penyusunan teori, dan analisisnya digunakan untuk

penginderaan jauh; sedangkan untuk penelitian terapan, data yang diperoleh

dari citra digunakan untuk analisis dalam bidang tertentu. Pengenalan objek

dalam menginterpretasi citra merupakan bagian yang sangat penting. Tanpa

pengenalan identitas dan jenis objek, maka objek yang tergambar pada citra

tidak mungkin dianalisis. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan pada

penyelidikan karakteristiknya pada citra.

Dalam menginterpretasi citra, juga tidak kalah pentingnya mengenal

bentuk fisik foto udara dan menentukan skalanya. Bentuk fisik foto udara adalah

persegi dengan ukuran standar 23 cm × 23 cm. Setiap lembaran foto udara

memiliki informasi tepi, yaitu sebagai berikut.

a) Tanda fiducial, yaitu titik tengah pada setiap tepi foto udara.

b) Titik prinsipal, yaitu representasi dari posisi kamera yang tegak lurus

terhadap objek permukaan bumi. Titik prinsipal merupakan titik tengah yang

diperoleh dari pertemuan garis lurus yang ditarik dari setiap titik fiducial.

Page 62: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

61

c) Waterpass, untuk mengetahui tegak atau miringnyaobjek yang direkam. Jika

dalam informasi waterpass terliht lebih kecil dari angka 3, foto udara

dianggap tegak.

d) Jam terbang, yaitu informasi tentang waktu pemotretan dilakukan. Jam

terbang dapat menunjukkan arah mata angin dari foto udara.

e) Fokus kamera, yaitu untuk mengetahui panjang fokus kamera yang

digunakan dalam menghitung skala foto udara. Fokus kamera dinyatakan

dalam satuan milimeter.

f) Altimeter, yaitu informasi untuk mengetahui ketinggian pesawat pada objek

yang dipotret. Satuan yang digunakan yaitu meter dan kilometer.

g) Informasi lembaga, yaitu nama lembaga yang melakukan pemotretan.

d. Unsur Interpretasi Citra

Pengenalan objek merupakan bagian vital dalam interpertasi citra. Prins

pengenalan objek pada citra didasarkan pada penyelidikan karakteristiknya atau

atributnya pada citra. Karakteristik objek yang tergambar pada citra dan yang digunakan

untuk mengenali objek disebut unsure interpretasi citra. Dalam unsur interperatsi citra,

ada 3 ciri utama yang dapat dikenali yaitu:

1) Ciri spektral

Yaitu ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan

objek. Ciri spektral dinyatakan dengan rona dan warna. Rona atau tone adalah tingkat

kegelapan atau kecerahan objek pada citra. Adapun faktor yang mempengaruhi rona

adalah:

(1) Karakteristik objek (permukaan kasar atau halus).

(2) Bahan yang digunakan (jenis film yang digunakan).

(3) Pemrosesan emulsi (diproses dengan hasil redup, setengah redup dan gelap).

(4) Keadaan cuaca (cerah/mendung).

(5) Letak objek (pada lintang rendah atau tinggi).

(6) Waktu pemotretan (penyinaran pada bulan Juni atau Desember).

Page 63: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

62

2) Ciri spasial

Ciri spasial adalah ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi:

(1) Bentuk

Bentuk-bentuk atau gambar yang terdapat pada foto udara merupakan

konfigurasi atau kerangka suatu objek. Bentuk merupakan variabel kualitatif

yang memerikan konfigurasi atau kerangka suatu objek (Lo, 1996).Bentuk

merupakan ciri yang jelas, sehingga banyak objek yang dapat dikenali hanya

berdasarkan bentuknya saja.

Ada dua istilah di dalam bahasa Inggris yang artinya bentuk, yaitu shape

dan form. Shape ialah bentuk luar atau bentuk umum, sedang form merupakan

susunan atau struktur yang bentuknya lebih rinci. Contoh shape atau bentuk

luar:

- Bentuk bumi bulat

- Bentuk wilayah Indonesia memanjang sejauh sekitar 5.100 km.

Contoh form atau bentuk rinci:

- Pada bumi yang bentuknya bulat terdapat berbagai bentuk relief atau bentuk

lahan seperti gunungapi, dataran pantai, tanggul alam, dsb.

- Wilayah Indonesia yang bentuk luarnya memanjang, berbentuk (rinci) negara

kepulauan. Wilayah yang memanjang dapat berbentuk masif atau bentuk

lainnya, akan tetapi bentuk wilayah kita berupa himpunan pulaupulau.

Baik bentuk luar maupun bentuk rinci, keduanya merupakan unsur

interpretasi citra yang penting. Banyak bentuk yang khas sehingga memudahkan

pengenalan objek pada citra.

(2) Ukuran

Ukuran merupakan ciri objek yang antara lain berupa jarak, luas, tinggi

lereng dan volume. Ukuran objek pada citra berupa skala, karena itu dalam

memanfaatkan ukuran sebagai interpretasi citra, harus selalu diingat skalanya.

Page 64: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

63

(3) Tekstur

Tekstur adalah frekwensi perubahan rona pada citra. Ada juga yang

mengatakan bahwa tekstur adalah pengulangan pada rona kelompok objek yang

terlalu kecil untuk dibedakan secara individual. Tekstur dinyatakan dengan:

kasar, halus, dan sedang.

Pabrik dapat dikenali dengan bentuknya yang serba lurus dan ukurannya

yang besar (a), jauh lebih besar dari ukuran rumah mukim pada umumnya.

Pabrik itu berasosiasi dengan lori yang tampak pada foto dengan bentuk empat

persegi panjang dan ronanya kelabu, mengelompok dalam jumlah besar (b). Lori

pada umumnya digunakan untuk mengangkut tebu dari sawah ke pabrik gula.

Oleh karena itulah maka pabrik itu diinterpretasikan sebagai pabrik gula. Pada

saat pemotretannya, pabrik itu sedang aktif menggiling tebu. Hal ini dapat

diketahui dari asapnya yang mengepul tebal dan tertiup angin ke arah barat

daya. Pola perumahan yang teratur dan letaknya yang berdekatan dengan pabrik

gula mengisyaratkan bahwa perumahan itu merupakan perumahan karyawan

pabrik gula (c). Atap pabrik gula maupun atap perumahan karyawannya yang

berona cerahmengisyaratkan bahwa bangunannya merupakan bangunan baru.

Hal ini diperkuatoleh kenyataan bahwa pohon-pohonan di sekitar rumah

tersebut baru mulai tumbuh.

Tanaman pada (a) bertekstur halus, tanaman tebu (b) yang tampak pada

tepi kanan dan tepi atas foto bertekstur sedang, tanaman pekarangan (c) dan

kebun kelapa bertekstur kasar. Di samping bertekstur sedang, tanaman tebu juga

ditandai dengan tekstur yang seragam untuk daerah cukup luas. Hal ini

disebabkan karena penggarapannya dan penanaman dapat dilakukan secara

serentak. Bagi tekstur tanaman lain pada sawah yang diusahakan oleh petani,

teksturnya berbeda dari petak yang satu ke petak lainnya. Pada (d) terdapat

pohon kelapa yang dapat dikenali berdasarkan tajuknya yang berbentuk bintang.

Berbeda dengan bagian lain yang tanaman pekarangannya berupa campuran

berbagai jenis pohon, pada bagian (d) ini yang dominan adalah pohonkelapa.

Page 65: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

64

Bayangan juga merupakan salah satu unsur interpretasi citra yang penting.

Di dalam contoh ini, bayangan dapat digunakan untuk mengetahui beda tinggi

relatif antara tanaman tebu dan tanaman pekarangan. Tinggi pohon kelapa

tampak sekitar 5 – 6 kali tinggi tanaman teb.

(4) Pola

Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai bagi banyak

objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek alamiah. Contoh: Pola aliran

sungai menandai struktur geologis. Pola aliran trelis menandai struktur lipatan.

Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu ukuran rumah

dan jaraknya seragam, dan selalu menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun

kelapa, kebun kopi mudah dibedakan dari hutan atau vegetasi lainnya dengan

polanya yang teratur, yaitu dari pola serta jarak tanamnya.

(5) Bayangan

Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di

daerah gelap. Meskipun demikian, bayangan juga dapat merupakan kunci

pengenalan yang penting bagi beberapa objek yang justru dengan adanya

bayangan menjadi lebih jelas. Contoh: Lereng terjal tampak lebih jelas dengan

adanya bayangan, begitu juga cerobong asap dan menara, tampak lebih jelas

dengan adanya bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya

memperlihatkan bayangan objek yang tergambar dengan jelas, sedangkan pada

foto tegak hal ini tidak terlalu mencolok, terutama jika pengambilan gambarnya

dilakukan pada tengah hari.

(6) Situs

Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Situs juga

diartikan sebagai letak objek terhadap bentang darat, seperti situs suatu objek di

rawa, di puncak bukit yang kering, dan sebagainya. Itulah sebabnya, site dapat

untuk melakukan penarikan kesimpulan (deduksi) terhadap spesies dari vegetasi

di sekitarnya. Banyak tumbuhan yang secara karekteristik terikat dengan site

tertentu tersebut. Misalnya hutan bakau ditandai dengan rona yang telap, atau

Page 66: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

65

lokasinya yang berada di tepi pantai. Kebun kopi ditandai dengan jarak

tanamannya, atau lokasinya yaitu ditanam di daerah bergradien

miring/pegunungan. Situs lain misalnya permukiman pada umumnya memanjang

pada pinggir beting pantai, tanggul alam atau sepanjang tepi jalan. Juga

persawahan, banyak terdapat di daerah dataran rendah, dan sebagainya.

(7) Asosiasi

Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang

lainnya. Contoh: Stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang

jumlahnya lebih dari satu (bercabang), fasilitas listrik yang besar sering menjadi

petunjuk bagi jenis pabrik alumunium. gedung sekolah berbeda dengan rumah

ibadah, rumah sakit, dan sebagainya karena sekolah biasanya ditandai dengan

adanya lapangan olah raga.

(8) Konvergensi Bukti

Konvergensi bukti ialah penggunaan beberapa unsur interpretasi citra

sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit ke arah satu kesimpulan

tertentu. Semakin ditambah jumlah unsur interpretasi citra yang digunakan,

maka semakin menciut lingkupnya ke arah titik simpul tertentu. Pengenalan

objek dengan cara ini disebutcerverging evidence/convergence of evidence

.Contoh: Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan

pohon palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah

becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu. Untuk

lebih jelasnya

e. Ciri Temporal

Ciri temporal adalah ciri yang terkait dengan benda pada saat perekaman,

misalnya; rekaman sungai musim hujan tampak cerah, sedang pada musim kemarau

tampak gelap. Penilaian atas fungsi objek dan kaitan antar objek dengan cara

menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju ke

arah teorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada

Page 67: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

66

tahapan ini interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena

hasilnya sangat tergantung pada kemampuan menafsir citra.

C. SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

1. Pendahuluan

Menurut Aronoff (1989), SIG adalah suatu sistem yang berbasis komputer yang

memiliki kemampuan dalam menangani data bereferensi geografii yaitu pemasukan

data, manajemen data (penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan

analisis data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir (output) dapat

dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada masalah yang berhubungan

dengan geografii.

Berdasarkan definisi di atas SIG dapat di dipandang sebagai seperangkat peralatan

yang dipergunakan untuk mengoleksi, menyimpan, membuka, mentransformasi dan

menampilkan data spasial dari dari permukaan bumi, sebagai sebuah sistim pangkalan

data (database) yang sebagian besar datanya diindex secara spatial dan dioperasikan

dengan menggunakan seperangkat prosedur yang ditujukan untuk menjawab

pertanyaan yang berkaitan dengan data spasial, dan dipandang sebagai seperangkat

fungsi yang dapat digunakan oleh untuk menyimpan, menampilkan, dan memanipulasi/

mengoreksi data geografiis/spasial. Data Spasial adalah data representasi permukaan

bumi baik dalam bentuk titik, garis ataupun area yang mempunyai referensi keruangan

atau data yang memiliki orientasi geografii. Orientasi geografii dicirikan dengan adanya

informasi koordinat.

Menurut Budiyanto (2004), SIG mengaitkan data atributal dengan data spasial. SIG

memberi analisis keruangan terhadap data atribut. SIG menjelaskan di mana,

bagaimana, dan apa yang akan terjadi secara keruangan yang diwujudkan dalam

gambaran peta dengan berbagai penjelasan secara deskriptif, tabular dan grafis.

Dengan demikian SIG memilikikemampuan untuk memberikan dua bentuk model

informasi, yaitu dalam bentuk spasial dan deskriptif.

Hubungan antara bentuk spasial dan deskriptif dijelaskan secara topologis.

Dalam SIG terdapat berbagai peran dari berbagai unsur, yaitu manusia sebagai

Page 68: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

67

ahli/operator, perangkat keras dan perangkat lunak, serta objek permasalahan. SIG

merupakan sebuah sistem yang yang memanfaatkan teknologi digital untuk melakukan

analisis spasial. Sistem ini memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak dari

komputer untuk melakukan pengolahan data.

Menurut Paryono (1994), penggunaan Sistem Informasi Geografis yang

menggunakan alat komputer, akan memberikan keuntungan untuk menyimpan data.

Keuntungan tersebut, memudahkan analisis data keruangan apabila diperlukan pada

waktu berikutnya, dan bahkan dapat digunakan untuk memprediksi model keruangan

yang mungkin akan terjadi.

Manfaat SIG antara lain adalah untuk menjelaskan lokasi suatu tempat,

menjelaskan kondisi ruang suatu wilayah, menjelaskan kecebderungan suatu fenomena

tertentu, menjelaskan tentang pola persebaran fenomene tertentu, dan untuk

pemodelan.

Secara umum terdapat dua jenis data yang dapat digunakan untuk

mempresentasikan atau memodelkan fenomena-fenomena yang terdapat di dunia

nyata, yaitu sebagai berikut ( Prahasta, 2005).

a) Data yang merepresentasikan aspek-aspek keruangan dan fenomena yang

bersangkutan. Data ini sering disebut sebagai data posisi, koordinat, ruang atau

spasial.

b) Data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang

dimodelkan. Aspek deskriptif ini mencakup items atau properti dari fenomena yang

bersangkutan hingga demensi waktunya. Jenis data ini sering disebut data atribut

atau data non spasial.

2. Data SIG

Pekerjaan SIG dapat dibedakan menjadi 4 tahapan utama, yaitu (1) pengumpulan

data dan input; (2) pengelolaan database; (3) analisis untuk mencapai tujuan

pembangunan data SIG; dan (4) pelaporan. SIG dapat dibangun dari berbagai jenis

data, yaitu berupa data peta analog, peta dijital, data statistik, data hasil survai

lapangan, foto udara ataupun satelit.

Page 69: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

68

Gambar: Data vektor dan data raster (mhttp://inyo-monowater.org/resources/giswhat/)

Peta analog adalah peta dalam bentuk cetakan/hard print. Pada umumnya peta

analog ini dibuat berdasarkan kaidah-kaidah kartografi, sehingga sudah mempunyai

referensi spasial seperti koordinat, skala, arah mata angin dsb. Peta analog ini dapat

dikonversi menjadi peta digital dengan cara mendigitasi atau dengan menyecan peta

tersebut. Dari proses digitasi akan dihasilkan data vector sedangkan dari proses scan

akan dihasilkan data berupa raster. Data raster terdiri dari kumpulan piksel yang

diwujudkan dalamnilai-nilai spektral, sedangkan data vektor ada beberapa tipe, yaitu

titik, garis, dan poligon. Tipe titik digunakan untuk menggambarkan fenomena yang

berkaitan dengan lokasi, seperti kota, lokasi industri, mataair, dan sebagainya. Tipe

garis digunakan untuk menggambarkan kenampakan yang wujutnya berupa garis,

seperti sungai, jalan, dan lain-lain. Tipe poligon digunakan untuk menggambarkan

fenomena yang terkait dengan ruang. Contohnya adalah lahan perkebunan, hutan, dan

lain-lain.

Data pengindraan jauh merupakan data yang memegang peranan penting karena

ketersediaannya secara berkala dapat diperbarui. Selain itu data pengindraan jauh

Page 70: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

69

mempunyai berbagai tingkat ketelitian, dari ketelitian dari kurang satu meter hingga 1

km.

Data hasil pengukuran/observasi yang langsung dikumpulkan juga merupakan

data yang sangat penting peranannya di dalam SIG. Data ini terutama terkait dengan

data yang tidak dapat diperoleh melalui foto udara atau citra satelit. Data lapangan

hasil pengukuran dan survai ini dilengkapi dengan koordinat geografii dengan

menggunakan GPS.

3. Subsistem SIG

Prahasta (2005) menjelaskan sub sistem SIG meliputi hal-hal sebagai berikut.

a) Data input

Subsistem ini bertugas untuk mengumpulkan data dan mempersiapkan data spasial

dan atribut dari berbagai sumber. Subsistem ini pula yang bertanggungjawab dalam

mengkonversi atau mentransformasikan format-format data aslinya ke dalam format

yang bisa digunakan oleh SIG.

b) Data output

Subsitem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh atau sebagaian basis

data baik dalam bentuk shoftcopy atau dalam bentuk hardcopy, sperti tabel, grafik,

peta, dan lain-lain.

c) Data management

Subsistem ini mengorganisasikan data spasial dan data atribut ke dalam sebuah basis

data sedemikian rupa sehingga mudah dipanggil, di edit atau di update

d) Data manipulasi dan anailisis

Subsistem ini menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Selain

itu, sub sistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk

menghasilkan informasi yang diharapkan.

Sub sistem SIG tesebut dapat digambarkan sebagai berikut.

Page 71: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

70

Gambar: Subsistem- subsistem SIG (Prahasta, 2005)

Selanjutnya, jika sub sistem diatas diperjelas berdasarkan uraian jenis masukan, proses

dan jenis keluaran yang ada di dalamnya, maka sub sistem SIG dapat digambarkan

sebagi berikut.

Gambar: Uraian subsistem-susbsistem SIG (Prahasta, 2005)

4. Komponen SIG

Menurut John E. Harmon, Steven J. Anderson, 2003, secara rinci SIG dapat

beroperasi dengan komponen- komponen sebagai berikut :

Page 72: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

71

a. Orang yang menjalankan sistem meliputi orang yang mengoperasikan,

mengembangkan bahkan memperoleh manfaat dari sistem. Kategori orang yang

menjadi bagian dari SIG beragam, misalnya operator, analis, programmer, database

administrator bahkan stakeholder.

b. Aplikasi merupakan prosedur yang digunakan untuk mengolah data menjadi

informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi, koreksi geometri, query,

overlay, buffer, jointable, dsb.

c. Data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis dan data atribut.

d. Software adalah perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang memiliki

kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan, analisis dan penayangan data

spasial (contoh : ArcView, Idrisi, ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dll)

e. Hardware, perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem berupa

perangkat komputer, printer, scanner, digitizer, plotter dan perangkat pendukung

lainnya.

5. Analisis SIG (http://www.ssbelajar.net/2012/10/manipulasi-dan-analisis-data.html)

Ada beberapa teknik analisis dalam SIG, dua di antaranya adalah buffering dan overlay. a) Buffering

Buffering digunakan untuk membuat poligon baru berdasarkan jarak yang telah ditentukan dari titik, garis atau poligon tertentu. Hal ini misalnya digunakan untuk menentukan kawasan sempadan sungai, sempadan jalan dan lain-lain.

Gambar: Teknik buffer dalan SIG (http://catalog.flatworldknowledge.com/bookhub/reader/28653?e=campbell_1.0-ch07_s01). 25 Juli 2016

Page 73: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

72

b) Overlay

Overlay di lakukan dengan cara menggabungkan dua atau lebih data grafis untuk memperoleh data grafis baru yang memiliki satuan pemetaan (unit pemetaan). Jadi, dalam proses tumpang susun akan diperoleh satuan pemetaan baru (unit baru). Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan overlay, yaitu peta yang digunkan harus mempunyai sistem koordinat yang sama.

Berikut adalah contoh ilustrasi cara melalukukan teknik overlay peta untuk mengetahui

kualitas air.

Gambar: Contoh penggunaan teknik overlay untuk menentukan kualitas air di suatu wilayah. (http://www.fao.org/docrep/006/y4816e/y4816e0g.htm) 25 Juli 2016.

5. Alasan Pengunaan SIG

Ada beberapa alasan penggnaan SIG yang menyebabkan konsep-konsep SIG

beserta aplikasinya menarik untuk digunakan menurut Prahasta (2005), diantaranya

adalah sebagai berikut.

a. SIG angat efektif dalam membantu proses-prose pembentukan, pengembangan SIG

sangat efektif dalam membantu proses-proses pembentukan, pengembangan, atau

perbaikan peta mental yang telah dimiliki oleh setiap orang yang selalu

berdampingan dengan lingkungan dunia nyata.

Page 74: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

73

b. SIG dapat digunakan sebagai alat bantu utama yang effektif, menarik, dan

menantang dalam usaha-usaha untuk meningkatkan pemahaman, pengertian, dan

pendidikan mengenai ide atau konsep lokasi, ruang (spasial), kependudukan dan

unsur-unsur geografiis yang terdapat dipermukaan bumi berikut data atribut terkait

yang menyertainya.

c. SIG menggunakan data spasial maupun atribut secara terintregasi hingg sistemnya

dapat menjawab baik pertanyaan spasial (berikut pemodelannya) maupun non

spasial – memiliki kemampuan analisis spasial dan non spasial.

d. SIG dapat memisahkan dengan tegas antara bentuk presentasi dengan data-datanya

(basis data) sehingga memiliki kemampuan-kemampuan untuk merubah presentasi

dalam berbagai bentuk.

e. SIG memiliki kemampuan-kemampuan untuk menguraikan unsur-unsur yang

terdapat dipermukaan bumi ke dalam bentuk beberapa layer atau cverage data

spasial. Dengan layer ini permukaan bumi dapat drekonstruksi kembali atau

dimodelkan dalam bentuk nyata dengan menggunakan data ketinggian berikut layer

tematik yang diperlukan.

f. SIG memiliki kemampuan-kemampuan yang sangat baik dalam emvisualkan data

spasial berikut atribut-atributnya. Modivikasi warna, bentuk dan ukuran simbol yang

diperlukan untuk mempresentasikan unsur-unsur permukaan bumi dapat dilakukan

dengan mudah. Hampir semua perangkat lunak SIG memiliki gallery atau pustaka

yang menyediakan simbol-simbol standar yang sering diperlukan untuk kepentingan

kartografis atau produksi peta. Karena itu, pengguna tidak perlu membuat sendiri

simbol-simbol yang diperlukan. Selain itu transformasi koordinat, rektifikasi, dan

registrasi data spasial sangat didukung. Dengan demikian, manipulasi bentuk dan

tampilan data spasial dalam berbagai skala yang berbeda dapat dilakukan dengan

mudah dan fleksibel.

g. Hampir semua operasi (termasuk analisis-analisisnya) yang dimiliki oleh perangkat

SIG (terutama desktop SIG) dapat dilakukan nsecara interaktif dengan bantuan

menu-menu dan help yang bersifat user friendly).

Page 75: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

74

h. SIG dapat menrunkan data-data secara otomatis tanpa keharusan untuk melakukan

interpretasi secara manual (terutama interpretasi secara visual dengan

menggunakan mata manusia). Dengan demikian, SIG dengan mudah dapat

menghasilkan peta-peta tematik yang merupakan turunan dari peta-peta yang lain

dengan hanya memanipulasi atribut-atributnya.

i. Hampir semua aplikasi SIG dapat dikustomisasi, dengan menggunakan perintah-

perintah dalam bahasa skrip yang dimiliki oleh perangkat lunak SIG yang

bersangkutan, sedemikian rupa untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengguna

nsecara otomatis, cepat, lebih enarik, informatif, dan user frendly.

6. Manfaat SIG

Berdasarkan alasan penggunaan SIG seperti diutarakan di atas, maka SIG memiliki

kegunaan yang sangat luas diberbagai bidang, antara lain sebagai berikut.

a. Di bidang pertanian, SIG antara lain dapat dimanfaatkan untuk mengetahui

kesesuaian lahan untuk usaha pertanian dan perencanaan tataguna lahan.

b. Di bidang kebencanaan, SIG antara lain dapat digunakan untuk menentukan daerah

rawan bencana dan menentukan jalur evakuasi jika terjadi bencana.

c. Di bidang ekonomi dan bisnis, SIG dapat digunakan untuk menentukan pusat-pusat

perbelanjaan, lokasi bank, lokasi pasar, dan lokasi ATM.

d. Di bidang lingkungan, SIG antara lain dapat digunakan untuk memantau

pencemaran.

e. Di bidang kehutanan, SIG antara lain dapat digunakan untuk pemantauan luas dan

kondisi hutan.

f. Di bidang kepariwisataan, SIG antara lain digunakan untuk inventarisasi daerah-

daerah potensi wisata dan usaha pengembangannya.

g. Di bidang transportasi, Transportasi SIG antara lain dapat digunakan untuk

inventarisasi jaringantransportasi, menentukan lokasi terminal, analisis rawan

kemacetan dan kecelakaan, dan manajemen transit perencanaan rute.

h. Di bidang pendidikan, SIG antara lain dapat digunakan untuk menentukan lokasi

gedung sekolah.

Page 76: BAB V - sertifikasi.fkip.uns.ac.idsertifikasi.fkip.uns.ac.id/file_public/2017/MODUL 2017/Geografi/BAB... · • Decoding : proses penafsiran simbol-simbol pada peta • Channel :

75

i. Telekomunikasi, SIG antara lain dapat digunakan untuk inventarisasi jaringan, lokasi

beserta pemodelan spasialnya, sistem informasi pelanggan, perencanaan

pemeliharaan dan analisis perluasan jaringan.