bab iv perkembangan intelektual pada masa …digilib.uinsby.ac.id/883/7/bab 4.pdf · peradaban...

25
BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA ABBASIYAH Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan, pertumbuhan, kejayaan dan keruntuhannya. Dinamika ini selalu bertumpu pada aspek pendidikan dan kemajuan intelektual sebagai tolak ukur. Titik kulminasi Dinasti Abbasiyah dalam perkembangan intelektual yang didorong oleh kosmopolitanisme masyarakatnya, merupakan suatu representasi tersendiri terhadap tingginya peradaban dan kebudayaan Islam pada masa lalu. Akses berbagai gerakan intelektual dan proses transmisi keilmuan selonggar-longgarnya, menumbuhkan perkembangan intelektual yang signifikan pada masa ini, sehingga Muslim mampu meraih puncak kemajuan intelektual. A. Pendukung Perkembangan Intelektual Masa Abbasiyah Sebagai tinjauan kritis dalam menelaah kemajuan intelektual yang berlangsung pada masa Abbasiyah, perlu menyinggung faktor-faktor pendukung kemajuan intelektual masa Abbasiyah selain faktor kosmopolitanisme masyarakatnya. Yang perlu digaris bawahi, kosmopolitanisme masyarakat Islam Abbasiyah menjadi faktor khusus yang tak bisa dipisahkan. Sikap keterbukaan dan toleransi masyarakat Islam Abbasiyah sendiri untuk mempelajari dan menerima budaya-budaya taklukan dan daerah lainnya, ikut andil dalam menyemarakkan ilmu pengetahuan di lingkungan Islam. 1 1 Naqiyah Mukhtar, “Helenisasi atau Islamisasi Ilmu Pengetahuan di Masa Klasik”, 115.

Upload: vantram

Post on 21-May-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

BAB IV

PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA ABBASIYAH

Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam

perjalanannya, dimulai dari kemunculan, pertumbuhan, kejayaan dan

keruntuhannya. Dinamika ini selalu bertumpu pada aspek pendidikan dan

kemajuan intelektual sebagai tolak ukur. Titik kulminasi Dinasti Abbasiyah dalam

perkembangan intelektual yang didorong oleh kosmopolitanisme masyarakatnya,

merupakan suatu representasi tersendiri terhadap tingginya peradaban dan

kebudayaan Islam pada masa lalu. Akses berbagai gerakan intelektual dan proses

transmisi keilmuan selonggar-longgarnya, menumbuhkan perkembangan

intelektual yang signifikan pada masa ini, sehingga Muslim mampu meraih

puncak kemajuan intelektual.

A. Pendukung Perkembangan Intelektual Masa Abbasiyah

Sebagai tinjauan kritis dalam menelaah kemajuan intelektual yang

berlangsung pada masa Abbasiyah, perlu menyinggung faktor-faktor pendukung

kemajuan intelektual masa Abbasiyah selain faktor kosmopolitanisme

masyarakatnya. Yang perlu digaris bawahi, kosmopolitanisme masyarakat Islam

Abbasiyah menjadi faktor khusus yang tak bisa dipisahkan. Sikap keterbukaan

dan toleransi masyarakat Islam Abbasiyah sendiri untuk mempelajari dan

menerima budaya-budaya taklukan dan daerah lainnya, ikut andil dalam

menyemarakkan ilmu pengetahuan di lingkungan Islam.1

1 Naqiyah Mukhtar, “Helenisasi atau Islamisasi Ilmu Pengetahuan di Masa Klasik”, 115.

Page 2: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

78

Faktor-faktor kemajuan intelektual masa Abbasiyah disebabkan oleh

beberapa hal, diantaranya motivasi internal Islam sendiri untuk menuntut ilmu

dengan tanpa batasan waktu. Sekaligus, adanya faktor eksternal, yaitu terjadinya

kontak antara orang-orang Islam dan kalangan non-Islam atau lebih tepatnya

dengan kebudayaan lain yang jauh lebih maju jika dibandingkan dengan

kebudayaan yang dimiliki Islam sendiri, seperti di Bizantium, Persia, dan India.

Stabilitas sosial, ekonomi, dan politik, setelah kaum Muslimin mengembangkan

kekuasaannya ke daerah-daerah sekitarnya, juga turut menyumbangkan

semaraknya kondisi keilmuan ini.2

Faktor-faktor pendukung kemajuan intelektual Dinasti Abbasiyah

mempunyai dimensi yang sangat luas, oleh sebab itu, pembahasan mengenai

faktor-faktor pendukung kemajuan intelektual masa Abbasiyah akan dijelaskan

dalam beberapa faktor-faktor dominan yang mendukung tercapainya kemajuan

intelektual pada masa Abbasiyah. Faktor-faktor dominan tersebut merupakan

faktor-faktor yang bersifat khusus menjadi penentu majunya kemajuan intelektual

pada masa Abbasiyah dan secara khas hanya terjadi pada masa itu.

1. Dukungan Khalifah

Kemajuan intelektual Islam pada masa Abbasiyah sangat ditentukan

oleh dukungan maupun prioritas khalifah-khalifahnya. Namun, tidak serta-

merta ketiga puluh tujuh khalifah Abbasiyah yang pernah berkuasa,

memprioritaskan negara secara penuh dalam pengembangan intelektual

Muslim. Hanya beberapa khalifah yang mengapresiasi dan mendukung

secara serius kegiatan pengembangan intelektual.3

2 Sjechul Hadi Permono, Islam dalam Lintasan Sejarah Perpolitikan, 172.

3 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, 151.

Page 3: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

79

Diantara ketiga puluh tujuh khalifah-khalifah Abbasiyah yang pernah

berkuasa, ada dua nama khalifah yang disebut-sebut sebagai khalifah yang

sangat memprioritaskan Abbasiyah dalam perkembangan intelektual.

Mereka ialah Khalifah Harun Al-Rasyid yang berkuasa antara tahun 170

s.d. 193 H/ 78 s.d 89 M dan putranya, Khalifah Al-Makmun yang berkuasa

antara tahun 198 s.d 218 H/ 813 s.d 833 M, dimana keduanya sama-sama

berkuasa pada era Abbasiyah pertama.4

Sebelum pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid yang berhasil

membawa Muslim dalam puncak keilmuan secara gemilang, Muslim telah

terlebih dahulu menemui ketertarikannya dalam kemajuan intelektual

sejak masa pemerintahan Khalifah Al-Manshûr. Peran Khalifah Al-

Manshûr tersebut, secara nyata terlihat pada pemindahan ibukota

Abbasiyah dari wilayah Arab ke Baghdad, yang berdekatan dengan

ibukota Persia, Ctesiphon pada tahun 762 Masehi.5

Pada awalnya, pemindahan tersebut tidak didasari atas inisiatif untuk

mengembangkan gerakan intelektual, akan tetapi pemindahan tersebut

menitik beratkan pada masalah keamanan yang kurang kondusif atas

berlangsungnya pemerintahan Abbasiyah di tengah orang-orang Arab

yang selalu berebut kekuasaan. Sehingga, langkah Khalifah Al-Manshûr

memindahkan ibukota Abbasiyah ke wilayah Baghdad merupakan suatu

upaya awal dalam membuka gerbang ketertarikan Muslim terhadap

budaya-budaya asing, khususnya Hellenisme, sebab, perpindahan ibukota

4 Kemajuan intelektual pada era Abbasiyah pertama, merupakan cermin kedaulatan penuh khalifah

dalam menjalankan kepemimpinannya, tanpa ada campur tangan kekuatan lain. Situasi ini secara

otomatis mendorong terciptanya kebijakan dan penentuan prioritas negara secara bebas. Abuddin

Nata, Sejarah Pendidikan Islam, 153. Lihat juga Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, 100. 5 Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, 28.

Page 4: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

80

di dekat Persia, semakin mendekatkan orang-orang Muslim dengan

warisan Yunani yang sebelumnya telah akrab dengan Persia.

Khalifah Al-Manshûr lantas mengangkat tentara pengawal dan jabatan

penting pemerintahan dari orang-orang Persia, salah satunya ialah Khalid

bin Barmak yang berasal dari Balkh, Persia. Balkh (Bactra) merupakan

pusat ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani di Persia, sehingga sedikit

banyak, kontak Muslim dengan Persia menyebabkan Baghdad dipengaruhi

dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani.6

Pengangkatan keluarga Khalid bin Barmak tidak terbatas pada

pengangkatannya sebagai akan tetapi juga pendidik anak-anak

khalifah di istana. Jadi, bisa dipastikan, ilmu-ilmu yang diajarkan oleh

keluarga Barmak akan banyak dipengaruhi oleh ilmu-ilmu filsafat yang

memperoleh sentuhan budaya dari Yunani.

Khalifah Al-Manshûr merupakan khalifah yang mempunyai prioritas

tinggi dalam pemakaian tenaga-tenaga ahli spesialis untuk menyelesaikan

berbagai kehidupan pribadinya dan persoalan kenegaraan. Oleh sebab itu,

Khalifah Al-Manshûr mengaplikasikan bentuk kecintaannya pada ilmu

intelektual dengan mendukung segala bentuk-bentuk gerakan

intelektualisme yang tercermin dalam transfer karya-karya Yunani ke

Islam. Sebelum gerakan penerjemahan besar-besaran yang terjadi pada

masa pemerintahan Khalifah Al-Makmun, Khalifah Al-Manshûr telah

mengakomodir gerakan serupa. Namun, niat tersebut mengalami kendala

yang disebabkan oleh kelangkaan penerjemah handal dan bahan-bahan

6 Ibid., 29.

Page 5: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

81

ilmiah filosofi Yunani. Sehingga, gerakan penerjemahan tidak menemui

kemajuan seperti yang diharapkan, hingga permulaan abad ke 9 Masehi.7

Diceritakan, bahwa Khalifah Al-Manshûr mempunyai teks-teks filsafat

dan sains terjemahan dari Bahasa Yunani dalam jumlah besar, dan beliau

menggaji para penerjemah tersebut secara sukarela dan royal.8

Selanjutnya, pada kepemimpinan Khalifah Harun Al-Rasyid, yang

dianggap sebagai khalifah yang cemerlang membawa Dinasti Abbasiyah

ke zaman keemasan selama kurang lebih 23 tahun.9 Baghdad muncul

sebagai pusat kekuatan di dunia dengan kemakmuran dan peran

internasional yang luar biasa. Abad ke 9, dunia dikuasai oleh dua nama

raja yang menguasai Barat dan Timur, masing-masing Raja Charlemagne

dan Khalifah Harun Al-Rasyid.10

Dari kebudayaan tinggi yang

ditampilkan oleh Dinasti Abbasiyah, jelas Khalifah Harun Al-Rasyid

memiliki kekuasaan yang lebih besar dari Raja Charlemagne.

Dibawah kepemimpinan Khalifah Harun Al-Rasyid, Baghdad berhasil

menapaki puncak intelektual Muslim. Bahkan, Khalifah Harun Al-Rasyid

tidak hanya mampu mendukung maupun mengapresiasi perkembangan

intelektual saja, tetapi ikut terlibat langsung dalam perkembangan

intelektual dan sangat mencintai ilmu-ilmu Islam, maupun ilmu-ilmu yang

mengadopsi dari luar Islam.11

Puncaknya, Khalifah Harun Al-Rasyid mendirikan

yang berfungsi menjadi perpustakaan, dan pada

7 Ibid., 30.

8 C.A. Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World, 34.

9 Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, 149.

10 Philip K. Hitti, the History of Arabs, 370.

11 Ibid., 150.

Page 6: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

82

akhirnya berkembang menjadi pada pemerintahan

putranya, Khalifah Al-Makmun. Khalifah Harun Al-Rasyid memanfaatkan

kekayaan untuk keperluan sosial, seperti pendirian rumah sakit, lembaga

pendidikan dokter, dan laboratorium farmasi. Kesejahteraan rakyat

diperhatikan dalam bidang sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu

pengetahuan, dan kebudayaan sastra.12

Setelah Khalifah Harun Al-Rasyid, kepemimpinan selanjutnya jatuh ke

tangan putranya dari istri yang berdarah Persia, Khalifah Al-Makmun.

Khalifah Al-Makmun berhasil menjadi khalifah setelah merebut tahta dari

saudara tirinya, Al-Amin, putra Khalifah Harun Al-Rasyid yang berasal

dari istri berdarah Arab. Khalifah Al-Makmun merupakan pemimpin yang

berani, hebat, sabar dan cerdas.13

Tidak mengherankan, jika perebutan

kekuasaan antara Al-Makmun dan Al-Amin secara otomatis dimenangkan

oleh Al-Makmun yang dinilai sarat dengan kemampuan intelektual atas

ketangguhan watak Persia-nya.14

Dalam menjalankan roda pemerintahannya, Khalifah Al-Makmun

memelihara persamaan dan kedamaian kerajaan.15

Kecintaannya terhadap

ilmu pengetahuan mengantarkan pemerintahannya mencapai puncak

kemajuan intelektual, terutama setelah pendirian observatorium atau

12

Mehdi Nakosteen, History of Islamic Origins of Western Education (Colorado: University of

Colorado Press, 1964), 32. 13

PM. Holt, et.al., the Cambridge History of Islam, 120. 14 Pertikaian ini sebenarnya telah diprediksi oleh Khalifah Harun Al-Rasyid, dan mengantisipasi

kekhawatirannya tersebut dengan menulis surat wasiat yang ditulis tujuh tahun sebelum

kematiannya. Dalam surat wasiatnya, dia membagi kerajaan diantara kedua putranya. Putra

tertuanya, Al-Amin menerima gelar khalifahnya dan daratan Arab. Sedangkan Al-Makmun,

menerima daerah teritori Persia. Tetapi, pada kenyataannya pembagian ini mengalami intoleransi

dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. G. E. Von Grunebaum, Classical Islam, A History 600-

1258, 90. 15

PM. Holt, et.al., the Cambridge History of Islam., 123.

Page 7: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

83

perpustakaan fenomenal dalam sejarah pendidikan Islam,

yang merupakan pengembangan lanjut dari â.16

Gerakan penerjemahan masih tetap dilakukan dan didominasi oleh

penerjemah dari Aramaik. Gerakan penerjemahan tersebut sering

dilakukan secara bebas, tetapi jika menemui kasus pada bagian yang sulit,

penerjemahan kata per kata diusahakan, dan jika pada suatu kasus tidak

ditemukan suatu padanan kata atau terma yang tepat dari Bahasa Yunani,

maka kata “asli” dari Bahasa Yunani diadopsi dengan modifikasi kecil

yang disesuaikan dengan “warna” Bahasa Arab.17

Khalifah Al-Makmun merupakan penganut Mu’tazilah, bahkan,

Khalifah Al-Makmun menjadikan Mu’tazilah sebagai dasar negara.18

Mu’tazilah merupakan konsep keagamaan yang mana telah dikembangkan

pada kekhalifahan Harun Al-Rasyid dengan lima prinsip Mu’tazilah, yaitu

Mu’tazilah memungkinkan pengikutnya untuk

memandang mereka sendiri sebagai sebuah kesatuan yang lahir,

manifestasi dirinya sendiri yang tidak hanya sebagai sebuah pergerakan

teologi untuk penjagaan Islam terhadap doktrin-doktrin asing, tetapi juga

sebagai golongan yang mana menyampaikan sebuah solusi orisinal dari

masalah-masalah politik dengan menekankan kemasyhuran dari pemimpin

16

M. Abdul Karim, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, 177. 17

C. A. Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World, 35. 18

Rasionalisme Mu’tazilah yang kuat mendominasi pada era Abbasiyah pertama, menyebabkan

kemajuan intelektual. Sebaliknya, pasca melemahnya masa-masa dominasi Mu’tazilah dan

menguatnya tradisionalisme, membawa dampak terhadap kemunduran kebudayaan dan pendidikan

Islam. Sholihan, Pernik-pernik Pemikiran Filsafat Islam, 24.

Page 8: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

84

sebuah komunitas, dan kualitas yang mana bergantung dari pemimpin

tersebut.19

Wujud kecintaan Khalifah Al-Makmun terhadap Mu’tazilah,

ditunjukkan dengan aplikasi ajaran-ajaran Mu’tazilah dalam usaha-

usahanya memimpin Baghdad, terutama dalam pengembangan intelektual.

Khalifah Al-Makmun mendorong secara berkelanjutan pada

pengembangan sekolah Mu’tazilah yang secara khusus didirikannya.

didedikasikan pada gerakan penerjemahan dari filsafat

Yunani, dimana ajaran-ajaran Mu’tazilah sendiri merupakan metode-

metode yang sangat beralasan dan rasional.20

Peristiwa

menjadi peristiwa khas antara Mu’tazilah dengan

Khalifah Al-Makmun. Peristiwa memunculkan hal-hal negatif

berupa pemaksaan dan penyiksaan yang sarat akan konflik-konflik dan

kebencian. Akan tetapi, peristiwa sebagai ekses konflik politik

ternyata mampu merangsang munculnya integrasi sosial budaya dalam

bentuk komunitas keagamaan yang mempunyai kontrol sosial dan

agama.22

Sebab, komunitas yang terbentuk merupakan komunitas yang

direkatkan oleh tujuan-tujuan peribadatan, kekeluargaan, perniagaan,

pendidikan, dan hukum.23

19

PM. Holt, et.al., the Cambridge History of Islam, 123. 20

Ibid., 124. 21

merupakan kebijakan yang dilakukan oleh Khalifah Al-Makmun dengan melakukan

pemeriksaan terhadap pemuka masyarakat terkait dengan doktrin kemakhlukan Al-Qur’an, diikuti

pemaksaan dan penyiksaan bagi yang tidak menerima doktrin tersebut. Kebijakan Khalifah Al-

Makmun dalam memberlakukan, didasari oleh prinsip Mu’tazilah, tepatnya prinsip

dan M. Abdul Karim, Sejarah

Pemikiran dan Peradaban Islam, 23. 22

Sjechul Hadi Permono, Islam dalam Lintasan Sejarah Perpolitikan, 174. 23

Mahmud Arif, Pendidikan Islam Transformatif, 83.

Page 9: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

85

berlangsung selama kurang lebih 15 tahun, menimbulkan

kebencian terhadap Mu’tazilah. Karena Mu’tazilah menjadi dasar negara,

hal itu sama artinya dengan kebencian terhadap pemerintah Abbasiyah.

Pada akhirnya dihentikan pada kepemimpinan Khalifah Al-

Mutawakkil dan paham tradisionalis diterapkan.24

2. - Sebagai Perangsang Gerakan Intelektual

Keberadaan - dalam pentas gerakan intelektual, tidak

bisa diabaikan perannya. - merupakan wadah yang

memfasilitasi para ilmuwan-ilmuwan untuk mengeksplorasi dan

melakukan berbagai penelitian, sehingga keberadaan -

sedikit banyak menunjang dan melecut semangat ilmuwan-ilmuwan

Muslim untuk berkegiatan intelektual.25

Latar belakang didirikannya -salah satunya

berdasarkan penyiaran ilmu pengetahuan. Pada masa itu, buku-buku sulit

untuk dimiliki, karena masih belum tersedia percetakan, sehingga

penyebarannya melalui tulisan tangan. - dinilai sangat

membantu dan bermanfaat besar bagi orang-orang yang haus ilmu.

- yang didirikan Khalifah Al-Makmun merupakan

penggabungan fungsi perpustakaan, pusat pendidikan tinggi, sanggar

sastra, lingkaran studi, dan observatorium yang kesemuanya dibawah

pengawasan Khalifah Al-Makmun.26

Posisi - dinilai sangat

penting sebagai lembaga penerjemah demi kesinambungan dan pelestarian

24

Sholihan, Pernik-pernik Pemikiran Filsafat Islam, 29-30. 25

George Makdisi, the Rise of Colleges: Institutions of Learning in Islam and the West, 28. 26

Salahudin, “Bayt Al-Ḥikmah Dan Kontribusinya Dalam Perkembangan Tradisi Keilmuan Islam

Pada Era Abbasiyah” Hunafa Vol. 8 No. 1 (Juni 2011), 62.

Page 10: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

86

prestasi budaya manusia. Dalam kedudukannya sebagai perpustakaan,

- merupakan perpustakaan yang pertama kali didirikan di

dunia Islam yang mempunyai kedudukan tinggi.

- pada dasarnya merupakan kelanjutan dari

yang didirikan Khalifah Harun Al-Rasyid, tetapi

sebagai perpustakaan yang profesional dibuka untuk umum, para penulis

sejarah sepakat, bahwa itu dimulai pada masa Khalifah Al-Makmun, dan

sebagai perpustakaan, fungsinya sangat terkait dengan -

sebagai lembaga penerjemahan. Kelak, - akan menjadi

“teladan” bagi dinasti-dinasti Islam lainnya untuk menciptakan konsep

serupa dalam memfasilitasi kegiatan intelektual.

Keberadaan - sangat didukung oleh faktor internal,

yaitu terciptanya stabilitas politik, kemakmuran ekonomi dan adanya

dukungan dari khalifah, adanya kebebasan intelektual dan interaksi yang

positif antara orang-orang Arab Muslim dan non-Muslim secara toleran

dan penuh keterbukaan, adanya respon umat Islam terhadap usaha

pengembangan ilmu pengetahuan yang diikuti dengan adanya semangat

keagamaan dan pemikiran rasional, pertentangan yang terjadi antara

Mu’tazilah dan tradisionalis, dimana demi keperluan untuk

mempertahankan diri, sehingga memerlukan bahan-bahan dalam

perdebatan, dan perpaduan antara fungsi-fungsi -sebagai

lembaga penerjemahan, akademi, perpustakaan dan observatorium,

Page 11: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

87

menyebabkan lembaga ini secara optimal memainkan perannya dalam

transmisi ilmu pengetahuan.27

Keterlibatan berbagai bangsa-bangsa dalam berkegiatan intelektual di

-yang sangat menghargai persamaan di kalangan umat,

dipersepsikan sama dengan penanaman konsep multikulturalisme.

Keterlibatan ilmuwan-ilmuwan dan pelajar-pelajar non-Muslim dan non-

Arab menjadikan - lembaga pendidikan pertama dalam

Islam yang mengusung persamaan dalam perbedaan. Mereka datang dari

kawasan Timur Tengah, Asia, Afrika, bahkan Eropa. Keberadaan mereka

menyebabkan kota Baghdad menjadi masyarakat multi etnis yang

kosmopolit. Interaksi antar pelajar dengan latar belakang berbeda,

menyebabkan timbulnya atmosfer akademik dan tradisi ilmiah luar biasa.28

Konsep demokrasi dan pluralitas sudah begitu kental dalam kehidupan

sehari-hari termasuk dalam kegiatan pendidikan di institusi ini. Nilai-nilai

kebebasan berekspresi, keterbukaan, toleransi dan kesetaraan dapat

dijumpai pada proses pengumpulan manuskrip-manuskrip dan

penerjemahan buku-buku sains Yunani. Selain itu, Khalifah Al Makmun

memberikan kebebasan dan kesetaraan kepada sarjana muslim dan non-

Muslim. Perbedaan etnik kultural dan agama bukan menjadi halangan

dalam penerjemahan berbagai kitab dari Barat. Para penerjemah itu berasal

dari berbagai suku bangsa dan agama.29

Perpustakaan dibangun untuk umum yang terdiri atas ruangan-ruangan

yang dilengkapi dengan karpet-karpet dan meja-meja mewah, tinta dan

27

Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam (Jakarta: Logos, 1998), 57. 28

Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, 176. 29

Soewito, et. al. Sejarah Sosial Pendidikan Islam, 30-31.

Page 12: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

88

kertas yang tersedia bagi para ilmuwan dan mahasiswa. Manuskrip-

manuskrip ditata di rak-rak, sehingga para pengunjung dengan mudah

menemukannya. Perpustakaan-perpustakaan itu menyimpan buku-buku

dari semua bidang, dari buku-buku yang berasal dari bangsa Timur dalam

bahasa Sansekerta sampai karya-karya terjemahan bahasa Arab atas buku-

buku sains dan filsafat bangsa Yunani.

B. Kemajuan Intelektual yang Dicapai Muslim Pada Masa Abbasiyah

Pada masa klasik, diskursus keilmuan Islam mencapai tingkat yang tinggi,

sehingga kemudian dapat disumbangkan pada perkembangan ilmu pengetahuan di

masa-masa sesudahnya. Islam dinilai membuka tabir-tabir ilmu intelektual yang

belum pernah terungkap, meskipun dalam pencapaiannya, tabir-tabir intelektual

yang disingkap oleh Islam tersebut mengadopsi dari beberapa budaya-budaya

asing, terutama dari Yunani. Semangat humanisme yang dimiliki masyarakat

Islam Abbasiyah, pada akhirnya membangkitkan kembali warisan-warisan Yunani

yang telah lama tidur.30

Kemajuan intelektual tersebut, secara otomatis merangsang

berkembangnya lembaga atau institusi pendidikan Islam, sesuai dengan kebutuhan

dan perubahan masyarakat Muslim pada waktu itu. Menurut Maksum,

perkembangan dan kebutuhan masyarakat itu ditandai oleh perkembangan ilmu

dan perkembangan kebutuhan. Perkembangan ilmu dibutuhkan kaum Muslim

pada masa awal membutuhkan pemahaman Al-Qur’an sebagai apa adanya, begitu

juga membutuhkan keterampilan membaca dan menulis. Pada masa Abbasiyah,

sangat mungkin masyarakat Muslim mulai berhubungan dengan

30

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, 65.

Page 13: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

89

atau ilmu alam, seperti kedokteran, filsafat dan

matematika.31

Sedangkan perkembangan kebutuhan, waktu itu lebih disebabkan

oleh kebutuhan utama Islam dalam berdakwah. Karena itu, sasaran pun pada

mulanya ditujukan pada orang-orang dewasa. Ketika keadaan semakin baik,

penganut Islam semakin banyak dan kuat, terdapatlah kebutuhan untuk melakukan

pendidikan untuk anak-anak. Selanjutnya timbul kebutuhan untuk mendidik guru,

untuk pengembangan ilmu, dan untuk kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang

lebih maju.32

Perkembangan intelektual yang berhasil dicapai merupakan range atau

hasil dari berbagai kajian intelektual yang dilakukan oleh masyarakat Abbasiyah.

Perkembangan intelektual yang tercapai, tidak sebatas pada keberhasilan Muslim

dalam merespon ilmu-ilmu keislaman saja, akan tetapi ilmu-ilmu umum yang

mendapatkan sumbangan dari budaya asing, khususnya Yunani.

Peradaban Yunani merupakan peradaban dari Barat yang sengaja diimpor

umat Muslim. Yunani sebagai masyarakat paling awal dalam sejarah,

memisahkan lembaga-lembaga kebudayaan, seni dan berbagai cabang

pengetahuan lainnya dari agama. Bangsa Yunani merupakan bentuk masyarakat

yang sangat sekuler. Falsafahnya didasarkan pada opini, bahwa kesempurnaan,

masyarakat harmonis yang penuh dengan keindahan serta keadilan hanya dapat

dicapai dengen intelegensi dan tanpa ada campur tangan supranatural lain.33

Berbagai penyesuaian dan penyelarasan terhadap peradaban yang tidak

sesuai dengan Islam, dilakukan untuk menciptakan kultur baru yang lebih baik.

Penyelarasan dan penyesuaian terhadap peradaban asing yang diasimilasikan

31

Maksum, Madrasah: Sejarah dan Perkembangannya, 54. 32

Ibid., 56. 33

Maryam Jameelah, Islam dan Modernisme, 23.

Page 14: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

90

dalam Islam, menghasilkan berbagai keilmuan-keilmuan yang kemudian

berkembang menjadi ilmu-ilmu baru. Ilmu-ilmu tersebut berkembang seiring

dengan kontribusinya dalam peradaban manusia.

Gerakan penerjemahan karya-karya Hellenisme tidak hanya meninggalkan

karya-karya terjemahan atau saduran saja, tetapi juga memunculkan ikhtisar atau

interpretasi buku-buku yang bersumber dari Yunani karya orang Muslim.34

Muslim tidak hanya melakukan penerjemahan, akan tetapi juga mengembangkan

dengan melakukan perenungan, pengamatan ilmiah, dan memadukan dengan

ajaran-ajaran Islam. Sehingga, penerjemahan tersebut tidak terbukti sebagai

carbon copy Hellenisme.

Terlepas dari beberapa faktor-faktor dominan pendukung kemajuan

intelektual dunia Muslim pada masa Abbasiyah, keadaan tersebut lantas tidak

menemui kontinuitasnya, akan tetapi berbanding terbalik dengan berujung pada

kemunduran intelektual Muslim yang telah dicapai. Kemunduran tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor politik yang akut, sehingga kejayaan intelektual

Muslim tidak bisa diselamatkan. Uraian singkat mengenai kemunduran kejayaan

intelektual Muslim, akan disinggung di akhir bagian pembahasan, yang

sebelumnya didahului dengan uraian mengenai perkembangan intelektual yang

telah dicapai Muslim pada masa Abbasiyah.

Perkembangan intelektual Muslim pada masa Abbasiyah, sedianya terjadi

secara masif dan mengisi berbagai sendi-sendi kehidupan masyarakatnya. Maka,

dengan berbagai pertimbangan dan sesuatu hal, penjabaran mengenai kemajuan

intelektual Muslim pada masa Abbasiyah akan dijelaskan secara garis besar dan

34

Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, 34.

Page 15: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

91

menjadi pokok penting dalam kemajuan intelektual Muslim. Penjabaran mengenai

kemajuan intelektual Muslim, menyinggung kemajuan-kemajuan intelektual

dalam bidang filsafat, kedokteran, farmasi, optalmologi, geografi, matematika,

kebahasaan, teologi, kimia, seni rupa, metodologi penelitian, dan lain-lain.

Kepercayaan orang Arab terhadap karya-karya Aristoteles yang

merupakan kodifikasi filsafat Yunani yang lengkap, seperti halnya karya milik

Galen yang mewakili ilmu kedokteran Yunani. Dengan demikian, sebenarnya

filsafat dan kedokteran Yunani merupakan ilmu milik Barat, sebagai Muslim,

orang Arab mempercayai bahwa Al-Qur’an dan teologi Islam merupakan

rangkuman dari hukum dan pengalaman agama. Oleh sebab itu, kontribusi orisinal

Arab terletak di antara filsafat dan agama di satu sisi, dan di antara filsafat dan

kedokteran di sisi lainnya. Diakui, ilmu filsafat memang mendapat masukan

berupa pengaruh dari budaya luar, yaitu Hellenisme atau orang-orang Yunani.35

Filsafat merupakan pengetahuan tentang kebenaran dalam arti yang

sebenarnya, sejauh hal itu bisa dipahami oleh pikiran manusia. Perkembangan

filsafat berakar dari tradisi filsafat Yunani yang dimodifikasi dengan para

penduduk wilayah taklukan, serta pengaruh-pengaruh Timur lainnya, yang

disesuaikan dengan nilai-nilai Islam, dan diungkapkan dalam Bahasa Arab.36

Ali ibn Sahl Rabban Al-Thabari yang hidup pada pertengahan abad ke 9,

merupakan penulis buku , salah satu kompendium obat-obatan

tertua dalam bahasa Arab, dimana karya ini bertitik pada cakupan kajian filsafat

dan astronomi dan didasarkan atas sumber-sumber Yunani dan Hindu.37

Ketika

Islam menaklukan kerajaan Sasania, Islam mengenal ilmu kedokteran Yunani di

35

Sholihan, Pernik-pernik Pemikiran Filsafat Islam, 4. 36

Mehdi Nakosteen, History of Islamic Origins of Western Education, 79. 37

Philip K. Hitti, the History of the Arabs, 457.

Page 16: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

92

pusat-pusat pendidikan Nestoris dan Neo-Platonisme di Mesopotamia Utara.

Kedokteran Yunani sebagai satu sistem teori dan praktik berasal dari Hippocrates

yang menggunakan pendekatan rasional terhadap penyembuhan melalui observasi

dan pengalaman.

Penggunaan obat-obatan untuk penyembuhan telah mengalami kemajuan

yang berarti, sehingga dibukalah apotek pertama, sekolah farmasi pertama, dan

menghasilkan buku daftar obat-obatan pertama. Untuk menghindari malpraktik,

maka para tenaga medis yang terlibat dalam bidang kesehatan dibekali dengan

ijazah atau sertifikat, yang diperoleh dengan mengikuti semacam ujian dan tes.

Concern pemerintah terhadap dunia kesehatan publik yang begitu besar,

diwujudkan lebih lanjut dengan pengembangan sistem administrasi rumah sakit

Baghdad yang efisien dan peningkatan standar ilmiah profesi kedokteran.

Pendirian rumah sakit Islam pertama dengan meniru model Persia pada abad ke 9

dibawah kepemimpinan Khalifah Harun Al-Rasyid, yang dinamakan dengan

menjadi pionir bagi berdirinya rumah sakit serupa seantero Islam.38

Di tengah pembatasan pengembangan ilmu anatomi, bisa dipastikan

pengembangannya menemui sedikit kemajuan, kecuali pada kemajuan kajian

tentang struktur anatomi mata. Kemajuan tentang struktur anatomi mata dilatar

belakangi oleh cuaca panas yang ada di Baghdad dan daerah Timur Tengah

lainnya yang seringkali menyebabkan penyakit mata. Maka, fokus kedokteran

paling awal diarahkan untuk menangani penyakit tersebut. Yahya Ibn Mâsawaih

menulis sebuah risalah sistematik berbahasa Arab paling tua yang berisi tentang

optalmologi. Buku yang berjudul (Sepuluh Risalah

38

Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, 158.

Page 17: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

93

Tentang Mata) tersebut kemudian diterbitkan dalam Bahasa Inggris sebagai buku

teks optalmologi yang paling awal dimiliki dalam perkembangan anatomi mata.39

Dalam bidang hukum, teologi, filologi, dan bahasa, sebagai orang Arab

dan Muslim, Dinasti Abbasiyah berhasil mengembangkan pemikiran dan

penelitian yang rasional.40

Karya-karya terjemahan yang dihasilkan, banyak

dipengaruhi oleh pemikiran Arab selama beberapa abad, serta berbagai kontribusi

baru mereka, masuk melalui daratan Eropa melalui Suriah, Spanyol, Sisilia,

kemudian membangun dasar-dasar ilmu yang mendominasi pemikiran Eropa

Pertengahan. Transmisi pengetahuan ini, tidak kalah pentingnya dengan

penemuan ilmu baru.41

Terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dalam bidang

Bahasa Arab yang menentukan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan.

Berkembangnya Bahasa Arab tersebut, tidak terlepas dari masa Dinasti Umayyah

yang menjadikan Bahasa Arab sebagai bahasa administrasi maupun bahasa ilmu

pengetahuan.42

Perkembangan teologi kian mantap pada masa Dinasti Abbasiyah.

Terutama, setelah Mu’tazilah mendominasi dan mendapat sentuhan dari

pemikiran Yunani, sehingga membawa pemikiran yang rasional dalam Islam.

Perkembangan literatur Arab banyak dipengaruhi oleh karya-karya filsafat

Aristoteles, karya komentator Neo-Platonis, dan tulisan-tulisan kedokteran Galen,

juga karya-karya ilmiah Persia dan India. Estetisme masyarakat Iran, pada

gilirannya mempengaruhi pada bidang kesenian. Karya sastra yang paling awal

39

Philip K. Hitti, the History of the Arabs, 455. 40

Ibid., 454. 41

Ibid., 454. 42

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam 55.

Page 18: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

94

ialah , karya terjemahan dari Bahasa Persia Tengah. Selain itu,

sebelum pertengahan abad ke 10, draf pertama dari sebuah karya yang dikenal

dengan (Seribu Satu Malam) yang disusun di Irak, menjadi

acuan utama penulisan sastra serupa lainnya. diterjemahkan

pertama kali dalam Bahasa Perancis, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa

utama Eropa dan Asia. Sehingga, kemudian menjadi sangat

terkenal di Barat sebagai karya sastra Arab paling populer, melebihi

kepopulerannya sendiri di dunia Timur Islam sendiri.

Demikian halnya, perkembangan intelektual Muslim tidak terlepas dari

metode penelitian yang menjadi tonggak utama bagi perkembangan intelektual

Muslim. Secara tersirat, penelitian oleh Muslim dilakukan dengan mengusung

metode yang diadaptasi dari pengetahuan Yunani.43

Namun, Muslim secara

karakteristik berbeda sama sekali dengan pengetahuan Yunani. Sarjana Muslim

telah mengembangkan metodologi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dari

sumber tertinggi, dengan mendapatkan pengalaman dan hubungan langsung

dengan Tuhan sebagai realitas mutlak.44

Pengetahuan Yunani didasarkan pada hipotesis dan opini, sedangkan

Muslim mendasarkan investigasi mereka pada observasi dan eksperimen. Ilmu

pengetahuan Yunani disusun atas alasan dan menekankan intelektualisme

melebihi apapun. Hal ini dikarenakan Yunani tidak membangun laboratorium,

sehingga mereka cenderung untuk mengabaikan proses observasi dan eksperimen.

Sebagai pembeda dari ilmu pengetahuan Yunani, Muslim tidak pernah menyetujui

hasil akhir, kecuali sebelumnya disertai dengan proses observasi dan eksperimen.

43

W. Montgomery Watt, the Majesty that Was Islam, 201. 44

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, 108.

Page 19: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

95

Oleh sebab itu, Muslim melengkapinya dengan membangun laboratorium. Jabir

Ibn Hayyan mempunyai laboratorium pribadi, dimana beliau mempersiapkan

macam-macam asam mineral dan campuran kimia. Demikian juga, Al-Birûni,

Umar Khayyam, Ibn Sina, Ibn Yunus, Tusi, Al-Khazimi, dan ilmuwan Muslim

lainnya mempunyai laboratorium atau bekerja di dalamnya. Hasil dari penelitian

mereka dibangun berdasarkan atas hasil eksperimen dan tidak hanya berdasar

pada alasan-alasan intelektual.45

Perkembangan ilmu matematika dipengaruhi oleh budaya India. Seorang

pengembara India memperkenalkan naskah astronomi ke Baghdad yang berjudul

. Dengan perintah Al-Manshur, naskah tersebut diterjemahkan ke dalam

Bahasa Arab oleh Muhammad ibn Ibrahim Al-Fazari dan menjadikannya sebagai

astronom Islam pertama. Pengembara India tersebut juga membawa naskah

tentang matematika, yang darinya bilangan-bilangan yang di Eropa disebut

sebagai bilangan Arab, dan oleh orang Arab disebut bilangan Hindia, masuk ke

dunia Arab. Pengaruh India memberikan kontribusi lanjut pada matematika Arab,

yaitu sistem desimal pada abad ke 9.

Kontribusi besar lainnya ialah dalam bidang kimia. Orang Arab telah

memperkenalkan tradisi penelitian objektif, sebuah perbaikan penting terhadap

tradisi pemikiran spekulatif Yunani. Meskipun akurasinya dikenal akurat dalam

mengamati fenomena alam dan giat dalam menghimpun berbagai fakta, orang

Arab tetap saja sulit dalam memberikan hipotesis yang memadai. Menghasilkan

kesimpulan-kesimpulan yang sangat ilmiah, dan menjelaskan sistem yang sudah

baku merupakan titik lemah tradisi intelektual Arab.46

45

C.A. Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World, 110. 46

Philip K. Hitti, the History of the Arabs, 476.

Page 20: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

96

Perkembangan ilmu geografi menjadi satu disiplin ilmu yang banyak

dipengaruhi oleh khazanah Yunani. Buku Geography karya Ptolomius yang

menyebutkan berbagai tempat berikut garis bujur dan lintang bumi, diterjemahkan

beberapa kali ke dalam Bahasa Arab dari bahasa aslinya secara langsung. Ahli

geografi Arab pertama telah mengadopsi dari budaya India mengenai sebuah

keyakinan tentang adanya pusat dunia yang disebut dengan

Larangan para teolog mengenai semua bentuk-bentuk senirupa, tidak

cukup kuat menghentikan perkembangannya pada masa Dinasti Abbasiyah. Hal

ini tidak lepas dari penggunaan produk-produk seni rupa untuk menghiasi istana

yang indah dan mewah oleh khalifah-khalifah Abbasiyah. Perkembangan seni

rupa, sebenarnya belum berkembang penuh hingga abad 14. Perkembangan seni

rupa terjadi, kebanyakan mendapatkan pengaruh kuat dari gaya seni gereja-gereja

Kristen Timur, khususnya Gereja Yakobus dan Nestor.48

Perkembangan intelektual yang terjadi melahirkan banyak ilmuwan

Muslim yang sangat mempengaruhi perkembangan ilmu-ilmu rasional, bahkan

ilmuwan-ilmuwan Muslim tersebut dikenal di Barat dan menggunakan hasil karya

dan pemikiran mereka dalam perkembangan intelektual Barat. Filosof Al-Kindi,

bergelar filosof Bangsa Arab, karena memang keturunan asli Arab dan

merupakan representasi pertama dan terakhir dari seorang Aristoteles di dunia

Timur. Sistem pemikirannya yang ekletisme, menggunakan pola Neo-Platonis

untuk menggabungkan pemikiran Plato dan Aristoteles, serta menjadikan Neo-

Pythagorean sebagai landasan semua ilmu. Harmonisasi antara filsafat Yunani

47

Ibid., 480-481. 48

Ibid., 529.

Page 21: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

97

dengan Islam, kemudian dilanjutkan oleh Al-Farabi berketurunan Turki, dan

disempurnakan oleh Ibn Sina seorang Suriah.

Al-Farabi yang pernah dididik sebagai seorang sufi, mengkombinasikan

sistem filsafatnya dengan Platonisme, Aristotelianisme, dan mistisisme. Sehingga,

Al-Farabi dijuluki sebagai guru kedua setelah Aristoteles. Dalam karya Al-Farabi

yang berjudul Politik Madani, Al-Farabi terilhami oleh karya Republic milik Plato

dan Politics karya Aristoteles yang mengungkap konsep tentang sebuah kota

ideal, yang dipandang sebagai organisme hirarkis, serupa dengan struktur tubuh

manusia. Dalam konsepnya tentang kota ideal, tujuan dari sebuah organisasi

adalah untuk kebahagiaan warganya, dan pemegang kedaulatan adalah pihak yang

paling sempurna dari sisi moral dan intelektual.

Dalam puncak kemajuan intelektual tersebut, Muslim meninggalkan

berbagai karya-karya berharga, terutama buku-buku yang ditulis oleh para

ilmuwan Muslim dengan jumlah ratusan, hingga ribuan buku-buku penting dari

bermacam-macam cabang ilmu pengetahuan. Ibnu Sina menulis sekitar 246 buku,

diantaranya bukunya yang berjudul terdiri dari 20 seri. Karya Al- Birûni

yang berjudul , dan . Karya Ibn Al-

Haitam yang berjudul merupakan karya terkenal dan abadi, serta

diakui baik oleh teman maupun musuh-musuhnya sebagai karya yang

monumental. Sebagian besar dari mereka, bahkan menjadikan karya Ibn Al-

Haitam tersebut sebagai buku rujukan utama.49

49

C.A. Qadir, Philosophy and Science in the Islamic World, 111.

Page 22: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

98

C. Kemunduran Intelektual Muslim Masa Abbasiyah

Kemunduran dunia intelektual Muslim identik dengan peristiwa jatuhnya

kota Baghdad di tangan Hulagu Khan pada tahun 1258 Masehi. Peristiwa tersebut,

bukan saja pertanda yang awal dari berakhirnya supremasi Khilafah Abbasiyah

dalam dominasi politiknya, tetapi berdampak sangat luas bagi perjalanan sejarah

umat Islam yang dikenal sebagai titik awal kemunduran umat Islam di bidang

politik dan peradaban Islam yang selama berabad-abad lamanya menjadi

kebanggaan Muslim. Dengan dibumihanguskannya kota Baghdad berikut

kekayaan intelektual yang ada didalamnya, maka berakhirlah kebesaran

pemerintahan Islam masa lalu, baik dalam wilayah kekuasaan maupun

intelektual.50

Penghancuran pusat kebudayaan Islam itu juga berakibat hilangnya dan

putusnya akar sejarah intelektual yang telah dengan susah payah dibangun pada

masa awal-awal Islam.51

Adanya kekalahan politik itu berpengaruh besar pada

cara pandang dan berpikirnya umat Islam yang telah mulai mengalihkan

pandangan dan pemikiran umat Islam yang semula berpaham dinamis berubah

menjadi berpaham fatalis.52

Maka, diluar faktor-faktor eksternal sebagai penyebab kemunduran

intelektual Islam, ada faktor internal yang sangat mendasari kemunduran

intelektual Muslim, jauh sebelum penyerangan Bangsa Mongol ke Baghdad.

Adanya kemandegan dan kemunduran dalam segala bidang secara praktis sangat

mempengaruhi juga bidang kajian pendidikan Islam. Kalau pendidikan Islam di

50

Nasarudin Yusuf, “Sketsa Pendidikan Islam Pada Masa Kemunduran Islam Dan Kontribusinya

Bagi Kebangkitan Kembali Eropa”, Iqra Vol.2, (Juli-Desember 2006), 2. 51 Sjechul Hadi Permono, Islam dalam Lintasan Sejarah Perpolitikan, 177. 52

Syafiq A. Mughni, Dinamika Intelektual Muslim di Abad Kegelapan (Surabaya: LPAM, 2004),

2.

Page 23: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

99

masa kemajuannya telah berhasil memberikan sumbangan dalam melahirkan

sumber daya manusia unggulan melalui lembaga-lembaga pendidikannya yang

belum pernah dikenal di masa itu, maka pada masa kemunduran Islam semua itu

telah harus terhenti atau minimal beralih fungsi.53

Perubahan sistem pengajaran

dan materi pelajaran terjadi di lembaga-lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan

telah dibatasi oleh para syaikh yang hanya melahirkan dan mencetak seorang sufi

yang menyakini segala fatwa sang syaikh adalah suatu dogma.54

Literatur Islam sejak masa kemunduran ini sudah tidak lagi menonjolkan

sisi orisinalitasnya, atau melahirkan sesuatu yang “baru”, tetapi lebih banyak

menggambarkan pengulangan-pengulangan dari apa yang pernah ditulis

pendahulunya. Tidak terbatas pada itu saja, dalam cara bersikap terhadap hasil

dari tulisan-tulisan para ulama diyakini sekali sebagai kebenaran mutlak yang

tidak dapat digugat oleh sembarang orang. Tulisan para ulama itu mereka pandang

adalah sebagai fatwa yang baku dan mutlak.55

Faktor politis yang mengiringi mundurnya intelektual Muslim juga dilatar

belakangi oleh meredupnya paham rasionalisme dan menguatnya paham

tradisionalisme. Faktor ini pada gilirannya membawa dampak pada kemunduran

kebudayaan Islam, terutama aspek kajian intelektual Islam.56

Perkenalan filosof

dan teolog Muslim dengan tradisi pemikiran Yunani kuno, di satu sisi telah

merangsang timbulnya pemikiran rasional dalam mendekati teks-teks suci, dan di

53

Ibid., 3. 54

Nasaruddin Yusuf, “Sketsa Pendidikan Islam Pada Masa Kemunduran Islam Dan Kontribusinya

Bagi Kebangkitan Kembali Eropa”, 4. 55

Syafiq A. Mughni, Dinamika Intelektual Muslim di Abad Kegelapan, 4. 56

Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, 31.

Page 24: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

100

sisi lain, telah menimbulkan bangkitnya kalangan tradisionalis yang sangat

membela “kemurnian teks”.57

Pola pemikiran tradisional dan rasional yang senantiasa dalam sejarahnya

dibawa pada suatu pola dikotomis-antagonistik, yang akan sangat sulit mencari

titik temunya. Tradisionalisme memberikan tempat dan ruang yang sempit bagi

peranan akal dan peluang yang luas diberikan pada wahyu, sedangkan pola

pemikiran rasional bersifat sebaliknya, memberikan tempat dan ruang yang luas

bagi akal dan ruang yang sempit pada wahyu. Rasionalisme yang sangat dijunjung

tinggi oleh Mu’tazilah, secara otomatis mulai melumpuhkan rasionalitas Muslim

dalam melakukan kegiatan intelektual. Runtuhnya Mu’tazilah sama artinya

dengan mundurnya intelektual Muslim dalam kajian ilmu-ilmu rasional. Ilmu-

ilmu rasional tersebut terwakili dalam ilmu-ilmu yang secara penuh didukung oleh

Khalifah Al-Makmun dalam penyelenggaraan pendidikan di .58

Praktis, pasca wafatnya Khalifah Al-Makmun, keberadaan -

kurang mendapat perhatian dari khalifah-khalifah sesudahnya, terutama

setelah menguatnya tradisionalisme. Selain itu, dari sudut politik, madrasah

merupakan media efektif untuk memenangkan pengaruh ulama sebagai

representasi dari gerakan kaum tradisionalis untuk mengkristalkan pandangan dan

ajarannya, sebab, penyebaran madrasah-madrasah Nizhamiyah sebagai ancaman

ulama tradisionalis terhadap ilmu-ilmu falsafah yang diusung -.59

Bahkan, pada masa kebangkitan madrasah-madrasah Nizhamiyah pada kejayaan

tradisionalisme, ilmu-ilmu rasional sangat dicurigai, sehingga tidak hanya ilmu-

ilmu rasionalnya saja yang mengalami pengekangan, akan tetapi juga lembaga

57

Affandi Mochtar, Membedah Diskursus Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalimah, 2001), 83. 58

Azyumardi Azra, Esei-esei Intelektual Muslim dan Pendidikan Islam, 59. 59

Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, 11.

Page 25: BAB IV PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA …digilib.uinsby.ac.id/883/7/Bab 4.pdf · Peradaban Islam masa Abbasiyah mengalami dinamika panjang dalam perjalanannya, dimulai dari kemunculan,

101

yang ikut mentransmisikan keilmuannya, yaitu -yang

keberadaannya seolah-olah ditindas pada waktu itu.60

Keruntuhan Mu’tazilah menyebabkan pengekangan, sebab hukum

mempelajari ilmu-ilmu tersebut dihukumi “makruh”. Sehingga, ilmu-ilmu

rasional tersebut dipelajari secara sembunyi-sembunyi. Sebab, dengan

“pemakruhan” penggunaan nalar setelah runtuhnya Mu’tazilah, ilmu-ilmu umum

atau filsafat yang sangat dicurigai tersebut, dihapus dari kurikulum madrasah yang

sebelumnya telah ada. Untuk memenuhi hasrat akan haus untuk mempelajari ilmu

umum-umum itu, terpaksa dipelajari secara sendiri-sendiri, atau bahkan secara

sembunyi-sembunyi, mengingat ilmu-ilmu tersebut dipandang sebagai ilmu-ilmu

subversif yang dapat menggugat kemapanan doktrin mapan aliran Sunni dalam

bidang teologi dan fiqih. Kemajuan sains tersebut, dikarenakan hasil dari

pengembangan dan penelitian individu ilmuwan Muslim yang didorong oleh

semangat penyelidikan ilmiah untuk membuktikan ajaran-ajaran Al-Qur’an.61

60

Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam: dari Abad Pertengahan Hingga Masa Klasik, 50. 61

Azyumardi Azra, Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru, ix-x.