bab iii identifikasi data a. fenomena anak sulit ... · penyakit akibat kekurangan mineral dan...

37
34 BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Fenomena Anak Sulit Mengkonsumsi Sayuran 1. Tinjauan Umum Sayuran Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur. Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya, sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus atau diuapkan, digoreng, dan seterusnya. Kandungan zat gizi alami dalam sayuran hijau sangat banyak, selain kaya dengan vitamin A dan C, sayuran hijau juga mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan fosfor. Sayuran yang berwarna hijau tua merupakan sumber karotenoid (pigmen dalam tanaman yang terdapat pada tumbuhan) terbaik dan tergolong penting untuk memerangi radikal bebas. Pro-vitamin A dalam sayuran diketahui berguna untuk pertumbuhan tulang, mata, rambut dan kulit anak-anak, disamping bermanfaat juga untuk mengganti sel-sel tubuh, mengganti selaput lendir mata, dan meningkatkan kekebalan tubuh terhadap infeksi. Pro-vitamin A hanyalah salah satu dari sekian banyak zat-zat berguna yang terdapat dalam sayuran, dimana semua vitamin dan mineral tersebut sangat diperlukan agar anak dapat tumbuh dengan baik. Peran

Upload: others

Post on 08-Sep-2019

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

34

BAB III

IDENTIFIKASI DATA

A. Fenomena Anak Sulit Mengkonsumsi Sayuran

1. Tinjauan Umum Sayuran

Sayuran merupakan sebutan umum bagi bahan pangan asal tumbuhan

yang biasanya mengandung kadar air tinggi dan dikonsumsi dalam keadaan segar

atau setelah diolah secara minimal. Sebutan untuk beraneka jenis sayuran disebut

sebagai sayur-sayuran atau sayur-mayur.

Sejumlah sayuran dapat dikonsumsi mentah tanpa dimasak sebelumnya,

sementara yang lainnya harus diolah terlebih dahulu dengan cara direbus, dikukus

atau diuapkan, digoreng, dan seterusnya. Kandungan zat gizi alami dalam sayuran

hijau sangat banyak, selain kaya dengan vitamin A dan C, sayuran hijau juga

mengandung berbagai unsur mineral seperti zat kapur, zat besi, magnesium dan

fosfor. Sayuran yang berwarna hijau tua merupakan sumber karotenoid (pigmen

dalam tanaman yang terdapat pada tumbuhan) terbaik dan tergolong penting untuk

memerangi radikal bebas.

Pro-vitamin A dalam sayuran diketahui berguna untuk pertumbuhan

tulang, mata, rambut dan kulit anak-anak, disamping bermanfaat juga untuk

mengganti sel-sel tubuh, mengganti selaput lendir mata, dan meningkatkan

kekebalan tubuh terhadap infeksi. Pro-vitamin A hanyalah salah satu dari sekian

banyak zat-zat berguna yang terdapat dalam sayuran, dimana semua vitamin dan

mineral tersebut sangat diperlukan agar anak dapat tumbuh dengan baik. Peran

35

orang tua sangat diperlukan untuk membuat anak mau memakan makanan bergizi

tersebut, namun seringkali orang tua dihadapkan pada masalah yang memang

telah terjadi sejak dulu.

2. Fenomena Sulit Mengkonsumsi Sayuran di Indonesia

Fenomena anak tidak suka makan sayur di Indonesia adalah masalah

klasik yang sejak lama belum terungkap secara benar, yang menimbulkan

berbagai opini dan pendapat spekulatif yang tidak sepenuhnya benar. Keadaan

anak yang tidak mau makan sayur harus diamati secara teliti dan cermat.

Secara nasional kekurangan asupan gizi pada anak masih tinggi. Hal ini

dapat dilihat dari hasil Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2010 pada subjek

rumah tangga dan anggota rumah tangga mewakili 33 provinsi yang tersebar di

441 kabupaten/kota di seluruh Indonesia dalam Riskesdas 2010 dipilih

berdasarkan listing Sensus Penduduk tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik

(BPS).

Tabel 3.1

Persentase Anak menurut Jenis Makanan serta Rata-rata (Median) Konsumsi Makanan

dan Kelompok Usia

(Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013)

36

Tabel 3.2

Persentase Anak menurut Jenis Minuman serta Rata-rata (Median) Konsumsi Minuman

Anak dan Kelompok Usia

(Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013)

Tabel 3.3

Distribusi Anak dilihat dari Tipe Sarapan dan Rata-rata (Median) Konsumsi Pangan Anak

dan Kelompok

(Sumber: Jurnal Gizi dan Pangan, 2013)

Tabel diatas menggambarkan tipe asupan gizi makanan subjek anak

Indonesia berdasarkan konsep gizi seimbang menghasilkan data bahwa anak usia

3—5 tahun meliputi pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman (36.2%);

anak usia 6—12 tahun meliputi pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman

(34.4%). Tipe sarapan lengkap yang terdiri dari pangan sumber karbohidrat,

protein, sayur, buah, dan minuman hanya dikonsumsi oleh 0.5% anak usia 3—5

tahun dan 0.6% anak usia 6—12 tahun.

Masih ditemukannya subjek yang memiliki kontribusi energi dan zat gizi

yang rendah dapat disebabkan karena rendahnya sumber karbohidrat dan ragam

37

jenis pangan saat dikonsumsi, padahal zat gizi yang cukup hanya bisa dipenuhi

dari makanan yang beragam terutama sayur atau buah-buahan.

3. Penyebab dan Dampak Kurang Konsumsi Sayuran

Dari hasil penelitian dan pengalaman klinis1, didapatkan sekitar 30% anak

yang mengalami gangguan proses makan di mulut yang selanjutnya akan

mengakibatkan gangguan mengunyah dan menelan. Tampilan klinis yang terjadi

adalah mengalami kesulitan dalam makan bahan makanan yang berserat atau

bertekstur kasar seperti sayur atau daging sapi (empal). Analisa kejadian ini

berkembang bahwa apakah anak memang “tidak mau” makan sayur atau memang

“tidak bisa” makan sayur. Informasi diatas memang belum begitu banyak

diketahui para orang tua, tapi ada baiknya orang tua mengetahui penyebab anak

tidak mau makan sayur berdasarkan observasi sehari-hari. Berikut beberapa

penyebab anak-anak menyisihkan sayuran pada piring makan mereka:

a. Faktor fisik yakni terganggunya organ pencernaan anak atau bida

karena infeksi dalam tubuh anak

b. Faktor Psikis yakni yang berkaitan dengan psikologi anak. Seperti

beberapa hal dibawah ini:

1) Bosan dengan menu makan ataupun penyajian makanan.

Menu makan saat bayi (>6 bulan) yang itu-itu saja akan membuat

anak bosan dan malas makan, apalagi cara penyajian makanan yang

campur aduk antara lauk pauk seperti makanan yang diblender jadi

satu.

38

2) Memakan cemilan padat kalori menjelang jam makan.

Makanan seperti permen, minuman ringan, coklat, hingga snack

ber-MSG yang dimakan anak-anak sebelum jam makan seringkali

membuat anak merasa kenyang.

3) Minum susu terlalu banyak.

Orangtua cenderung kurang sabar memberikan makanan kasar, atau

orang tua sering takut anaknya kelaparan, sehingga makanan

diganti dengan susu. Fakta menyebutkan setelah anak berusia satu

tahun, kehadiran susu dalam menu sehari-hari bukanlah hal wajib

karena secara gizi, susu hanya untuk memenuhi kebutuhan kalsium

dan fosfor.

4) Terpengaruh kebiasaan orang tuanya.

Anak suka meniru apa yang dilakukan oleh anggota keluarga

lainnya, terutama orang tuanya. Perilaku orang tua memilih-milih

makanan atau menyukai junk food, akan sangat mudah ditiru oleh

anak. Perilaku lainnya seperti kebiasaan mengiming-imingi jajanan

pada anak yang rewel, membuat anak lebih memilih makanan-

makanan yang memang lebih terasa lezat di lidah tersebut.

5) Munculnya sikap negativistik.

Pada usia >2 tahun, Sikap negativistik merupakan fase normal

yangg dilalui tiap anak usia balita. Sikap ini juga suatu bagian dari

tahapan perkembangannya untuk menunjukkan keinginan untuk

“independen”. Orang tua yang kurang memahami hal ini merasa

39

khawatir kecukupan gizi anak tidak terpenuhi, sehingga dengan

keras memaksa anaknya makan. Hal ini dapat berujung pada

penolakan terhadap makanan tertentu, bahkan kadang sampai anak

beranjak dewasa.

6) Pengenalan sayuran pada anak yang sangat rendah/kurang.

Orang tua yang terlalu sibuk, seringkali melupakan pentingnya

proses pengenalan berbagai hal baru pada anak. Kurangnya

wawasan orang tua di era teknologi informasi sekarang ini sudah

tidak bisa lagi menjadi alasan kurangnya pengenalan makanan-

makanan bergizi pada anak.

Di lain pihak orang tua dipenuhi rasa cemas dan takut anak menjadi

kurang gizi mengingat sayur adalah salah satu sumber vitamin dan mineral yang

sangat baik. Jika anak kekurangan vitamin dan mineraltentunya akan mengalami

masalah bagi pertumbuhanya. Dalam keadaan normal anak usia di atas 2 tahun

seharusnya terjadi peningkatan berat badan 2 kilogram dalam setahun.

Nama Penyakit

Kekurangan/

Defiseiensi

Gejala dan Tanda Klinis

1

Buta Senja

(xeroftalmia)

Vitamin A Mata kabur atau buta

2 Beri-beri Vitamin B1

Badan bengkak, tampak rewel,

gelisah, pembesaran jantung kanan

40

3 Ariboflavinosis Vitamin B2

Retak pada sudut mulut, lidah

merah jambu dan licin

4 Defisiensi B6 Vitamin B6

Cengeng, mudah kaget, kejang,

anemia (kurang darah), luka di

mulut

5 Defisiensi Niasin Niasin

Gejala 3 D (dermatitis /gangguan

kulit, diare, deementia), Nafsu

makan menurun, sakit di lidah dan

mulut, insominia, diare, rasa

bingung.

6

Defisiensi Asam

Folat

Vasam Folat Anemia, diare

7 Defisiensi B12 Vitamin B12

Anemia, sel darah membesar, lidah

halus dan mengkilap, rasa mual,

muntah, diare, konstipasi

8 Defisiensi C Vitamin C

Cengeng, mudah mara, nyeri

tungkai bawah, pseudoparalisis

(lemah) tungkai bawah, perdarahan

kulit

9 Defisiensi Fosfor Vitamin D

Pembekakan persendian tulang,

deformitas tulang, pertumbuhan

gigi melambat, hipotoni, anemia

41

10 Defisiensi Lodium Vitamin K

Perdarahan, berak darah,

perdarahan hidung dsb

Tabel 3.4

Penyakit Akibat Kekurangan Vitamin

(Sumber: Laporan Depkes 2012)

Nama Penyakit

Kekurangan/

Defiseiensi

Gejala dan Tanda Klinis

1

Anemia Defisiensi

Besi

Zat besi Pucat, lemah, rewel

2 Defisiensi Seng Seng

Mudah terserang penyakit,

pertumbuhan lambat, nafsu makan

berkurang, dermatitis

3 Defisiensi Tembaga Tembaga

Pertumbuhan otak terganggu,

rambut jarana dan mudah patah,

kerusakan pembuluh darah nadi,

kelainan tulang

4 Hipokalemi Kalium Lemah otot, gangguan jantung

5 Defisiensi Klor Klor Rasa lemah, cengeng

6 Defisiensi Fluor Fluor

Resiko karies dentis (kerusakan

gigi)

7 Defisiensi Krom Krom Pertumbuhan kurang, sindroma

42

like diabetes melitus

8 Hipomagnesemia Magnesium Defisiensi hormon paratiroid

9 Defisiensi Fosfor Fosfor Nafsu makan menurun, lemas

10 Defisiensi Lodium Lodium

Pembesaran kelenjar gondok,

gangguan fungsI mental,

perkembangan fisik

Tabel 3.5

Penyakit Akibat Kekurangan Mineral dan Elektrolit

(Sumber: Laporan Depkes 2012)

Tabel diatas menunjukan macam-macam penyakit sebagai dampak dari

kekurangan vitamin dan mineral. Padahal vitamin dan mineral dikenal sebagai

mikronutrients, merupakan salah satu komponen yang penting dari nutrisi. Tanpa

komponen tersebut, akan banyak anak-anak yang mengalami cacat lahir,

kebutaan, dan mengalami ketidakmampuan untuk belajar dengan baik.

Usia dua tahun pertumbuhan dan perkembangan anak membutuhkan gizi

cukup yang dipengaruhi oleh faktor internal berupa genetik dan faktor eksternal

berupa asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Berdasarkan data WHO

2011, prevalensi anak gizi kurang di Indonesia mencapai 13% dan untuk angka

kematian akibat gizi buruk mencapai 54%. Menurut data Riskesdas tahun 2010,

prevalensi kasus gizi kurang pada anak di propinsi Jawa Tengah sebesar 17,9%

dan untuk gizi buruk mencapai angka 4,9%. Salah satu penyebab gizi kurang pada

anak adalah praktik pemberian makanan pada anak yang tidak tepat. Berdasarkan

43

data WHO 2010, 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak

tepat dan 90% diantaranya terjadi di negara berkembang.

B. Analisis Situasi

Pemberian makanan pada anak dapat dipengaruhi oleh pengetahuan dan

sikap ibu serta adanya dukungan keluarga dan lingkungan. Pengetahuan dan sikap

ibu akan mempengaruhi asupan makanan yang ada di dalam keluarga terutama

anak.

Pendidikan gizi pada orang tua atau keluarga yang mempunyai anak dapat

merubah perilaku dari keluarga terutama dalam pemberian makan. Pemberian

asupan makan yang tepat akan banyak dipengaruhi oleh keluarga sehingga dapat

mempengaruhi asupan makan dan status gizi anak. Pemberian makanan yang

tepat meliputi pemberian makan utama dan camilan pada anak. Sikap ibu

mengenai makanan pada anak akan mempengaruhi praktik ibu dalam pemberian

makan anaknya. Sikap ibu dalam pemberian makan pada anak dapat mempunyai

risiko 2,7 kali terhadap praktik ibu, dibandingkan dengan pengetahuan ibu yang

tidak mempengaruhi perilaku.

No

Umur

Subjek

(Bulan)

Perilaku Ibu

1 20 Anak tidak suka mengkonsumsi sayur sehingga ibu akan

menyuapi anak dengan tambahan lauk dan kuah sayur. Ibu

44

tidak mau mencoba menyuapi anak dengan sayur, dengan

alasan anak anak tidak suka. Ibu tidak mencoba

memperkenalkan sayur pada anak, dengan anggapan anak akan

suka sayur bila sudah besar.

2 12

Anak terbiasa diberikan makanan camilan sebelum

mengonsumsi makanan utama, sehingga anak tidak terlalu

banyak menghabiskan makanan utamanya. Hal ini dilakukan

agar anak terpancing mengonsumsi makanan utama, walau

terkadang makanan utama sering tidak habis dikarenakan anak

sudah kenyang karena telah mengonsumsi makanan jajajanan.

3 12

Anak terbiasa mengonsumsi bakwan setiap harinya. Hal ini

dikarenakan anak hanya mau mengonsumsi sayur dalam bentuk

bakwan. Namun sayur yang digunakan di dalam bakwan hanya

berupa kubis dan wortel. Ibu tidak mencoba modifikasi

makanan lain dikarenakan ibu beranggapan ribet bila hanya

mempersiapkan makanan untuk anak saja sedangkan tugas 11

rumah yang harus ibu lakukan cukup banyakk. Sehingga

menurut ibu, bakwan merupakan pemilihan yang praktis.

4 16

Anak lebih suka mengonsumsi makanan camilan sehingga anak

susah untuk makan utama. Ibu hanya menyuapi anak tidak

lebih dari 3-4 sendok. Selebihnya anak diberikan makan

krupuk, biskuit, roti yang biasa di jual di warung, Ibu tidak

45

pernah memaksa anak untuk makan dikarenakan anak suka

untuk memberontak sehingga ibu akan menunggu anak untuk

minta makan.

5 15

Ibu hanya memberikan makan bila anak meminta, hal ini

dikarenakan ibu menganggap bila anak tidak meminta makan

berarti anak tidak lapar. Selain itu ibu hanya masak di pagi hari

saja namun untuk dimakan dari pagi hingga malam. Ibu

memberikan makan anak sesuai dengan saran dari tetangga

dikarenakan disekitar rumah mengatakan bahwa anak balita

lebih suka mengonsumsi camilan dibandingkan mengonsumsi

makanan utama. Sehingga ibu tidak melarang anak dalam

memilih makanan yang diinginkan. Pemilihan makanan jajanan

anak biasanya dilakukan sesuai dengan keinginan anak seperti

coklat dan biskuit yang biasa di jual di warung.

6 19

Anak susah untuk makan meskipun ibu sudah berusaha

membujuk anak untuk makan. Ibu sudah berusaha menyuapi

anak agar anak dapat menghabiskan makanannya. Anak

cenderung suka membeli camilan di warung dikarenakan

tetangga rumah yang juga mempunyai anak seumuran suka

mengajaknya untuk membeli jajanan di warung.

7 15 Ibu hanya memberikan lauk ayam goreng pada anak, karena

anak hanya mau makan bila ada lauk ayam. Ibu pernah

46

mencoba memperkenalkan anak dengan lauk lain, tapi anak

susah untuk menerimanya. Sehingga ibu lebih suka

memberikan anak makanan dengan lauk ayam dikarenakan ibu

menganggap anak dapat makan dengan lahap.

8 14

Ibu terbiasa membeli makan di warung untuk lauk, hal ini

dikarenakan jumlah anak yang banyak di rumah sehingga ibu

malas untuk masak dalam jumlah banyak. Anak susah makan,

hanya mau makan 5-6 sendok makan saja.Sehingga ibu akan

membujuk anak agar dapat makan dengan jajanan yang ada di

warung seperti coklat atau kue. Bila anak sudah kenyang

dengan jajanan, anak biasa tidak makan siang dan ibu tidak

mempermasalahkannya dikarenakan ibu menganggap anak

sudah kenyang.

9 15

Ibu membiasakan anak untuk makan dengan lauk yang

seadanya seperti tahu atau tempe goreng, selain itu ibu

menambahkan sayur bayam walau anak hanya mau makan 2

suap saja. Anak susah makan sayur selain sayur bayam.

10 16

Anak lebih suka mengkonsumsi mie goreng dengan telur

goreng. Anak tidak suka mengkonsumsi makan sayur. Anak

mau makan nasi namun hanya habis 5-6 sendok saja. Ibu

mengikuti keinginan anak untuk makan mie goreng

dikarenakan anak dapat menghabiskan makanannya.

47

11 20

Ibu suka membujuk anak untuk makan dengan membelikannya

camilan di warung seperti coklat atau makanan ringan. Apabila

anak sudah mengkonsumsi camilan, anak tidak menghabiskan

makanan utamanya. Namun bila ibu tidak membelikan

camilan, anak tidak mau makan.

12 18

Ibu tidak dapat membeli lauk yang cukup dalam keluarga

sehingga tidak ada lauk yang khusus untuk anak. Ibu akan

menyuapi anak dengan krupuk, bakwan atau kue yang ada di

warung bila anak masih lapar.

Tabel 3.6

Gambaran Perilaku Ibu dalam Pemberian Makan Anak

(Sumber: Laporan Penelitian 2002)

Hasil wawancara pada 12 ibu yang mempunyai anak usia 12-24 bulan di

wilayah kerja Puskesmas menunjukkan ibu masih berperilaku kurang dalam

memberikan makan pada anak mereka.

Sikap ibu mengenai pemberian makanan pada anak merupakan faktor yang

menentukan seseorang untuk berperilaku memberikan makanan yang tepat untuk

anak. Makanan yang tepat buat anak diberikan agar anak dapat memenuhi

kebutuhan gizinya. Sikap ibu yang yang di dapat dari interaksi sosial seperti

lingkungan, dapat dengan mudah mempengaruhi perilaku ibu dalam memberikan

makanan di rumah. Kebiasaan makan yang diajarkan ibu kepada anak akan

mempengaruhi pola makan anak sehingga anak dapat memutuskan makanan yang

dikonsumsinya. Data di Indonesia menunjukkan 13% baduta mengalami

48

keterlambatan perkembangan dikarenakan pendapatan yang kurang membuat

keluarga tidak dapat membeli makanan yang dapat dimakan seluruh anggota

keluarga. Namun status ekonomi pada keluarga kurang berpengaruh terhadap

perkembangan anak (31,5%). Status ekonomi pada keluarga akan berpengaruh

terhadap sikap ibu dalam pemberian makanan yang tepat pada keluarga khususnya

anak.

Pada wawancara mendalam yang dilakukan, sikap ibu dalam memberikan

makanan masih banyak dipengaruhi oleh keinginan anak mereka. Jika balita tidak

mau makan makanan keluarga dan lebih memilih makanan camilan, maka ibu

menganggap hal tersebut merupakan hal biasa. Hal ini juga di dukung dengan

sikap ibu dalam memilih makanan camilan buat anak, pembelian camilan seperti

makanan ringan, coklat atau krupuk dianggap dapat menggantikan posisi makanan

utama karena anak akan merasa kenyang.

C. Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Perancangan cergam dan flashcard Olin suka Sayur-sayuran ini akan

dipublikasikan dan diterbitkan Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan disebarkan ke

beberapa PAUD di Surakarta sebagai bentuk kampanye mengenai pengenalan

manfaat serta dampak dari kurangnya mengkonsumsi sayuran bagi anak usia pra-

sekolah. Berikut adalah data dari Dinas Kesehatan Surakarta:

49

1. Logo

Gambar 3.1 Logo Dinas Kesehatan Kota Surakarta

(Sumber: Dinas Kesehatan Kota Surakarta)

2. Visi dan Misi

Dalam melaksanakan kegiatannya, Dinas Kesehatan Surakarta mempunyai

visi dan misi. Visi Dinas Kesehata Surakarta adalah "Terwujudnya budaya

perilaku hidup bersih dan sehat serta mutu pelayanan untuk menyangsong Solo

Sehat 2010", sedangkan misinya adalah:

a. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat

b. Memberikan kontribusi nyata dalam perberdayaan masyarakat di bidang

kesehatan

c. Memelihara dan meningkatkan pelayaan kesehatan yang bermutu, merata

dan terjangkau

d. Memelihara dan meningkatkan kesehatn individu, keluarga dan masyarakat

beserta lingkungannya.

e. Meningkatkan mutu pelayanan menuju Surakarta Sehat.

50

3. Lokasi, kontak, dan website Dinas Kesehatan Surakarta

a. Komplek Balaikota Jl. Jendral Sudirman No. 2 Surakarta

b. Nomor Telepon. (0271) 642020,

c. Website: www.surakarta.go.id/konten/profil-dinas-kesehatan-kota-surakarta

4. Website

Gambar 3.2 Website Profil Dinas Kesehatan Kota Surakarta

(Sumber: www.surakarta.go.id/konten/profil-dinas-kesehatan-kota-surakarta. Di akses 15

Januari 2015)

D. Data Referensi

Referensi adalah sumber berupa literatur yang berfungsi sebagai contoh

serta pembanding dalam pembuatan objek perancangan. Berikut adalah data buku-

buku yang dijadikan referensi pembuatan konsep ilustrasi dan cerita cergam “Olin

Suka Makan Sayur”:

51

1. Aku Bisa Makan Sendiri

Gambar 3.3 Buku cerita “Aku Bisa Makan Sendiri” oleh Eka Wardhana

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

a. Penulis : Nasri Alam Rifani

b. Ilustrator : Tim Ilustrator Dar! Mizan

c. Penerbit : DAR! Mizan

d. Editor : Ali Muakhir

e. Halaman : 24 halaman

f. Teks Bahasa : Indonesia, English

g. Tahun Terbit : November 2009

h. ISBN : 9789790661189

52

2. Aku Hebat dan Berbakat

Gambar 3.4 Buku cerita “Aku Hebat dan Berbakat”

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

a. Penulis : Zhizhi Siregar

b. Ilustrator : Arrahmanrendi

c. Editor : Wicha SB dan Suryaning Wulan

d. Layouter : Omenemo Muhsinul Fajri

e. Penerbit : Bestari Kids

f. Halaman : 40 halaman

g. Tahun Terbit : 2014

h. ISBN : 978-979-063-649-1

53

3. Mengenal Sayuran

Gambar 3.5 Buku Pintar Mengenal Buah & Sayur Pertamaku

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

a. Penulis : Kak Intan Putri

b. Penerbit : Idea World Kidz (Distributor Suka Buku)

c. Halaman : 42 halaman

d. Tahun Terbit : September - 2012

e. ISBN : 978-602-7728-07-3

4. Hantu Lucu

Gambar 3.6 Buku cerita “Hantu Lucu”

(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

54

a. Penulis : A. J. Wood

b. Ukuran : 22 x 27 cm

c. Tebal : 40 halaman

d. Penerbit : Erlangga for Kids

e. ISBN : 978-979-075-729-5

E. Data Flash Card

Glenn Doman adalah pendiri The Institutes for the Achievement of Human

Potential ( IAHP ). Beliau telah mengembangkan cara untuk mengajar bayi dan

anak-anak sejak usia dini, serta telah membantu anak yang normal, sehat, dan juga

anak-anak yang menderita cedera otak atau berkebutuhan khusus. Glenn Doman

percaya bahwa mengajar anak-anak sejak usia dini dan 6 tahun pertama kehidupan

dapat sangat membantu meningkatkan IQ mereka.

Metode Glenn Doman adalah metode yang berfungsi untuk menstimulasi

otak anak dengan mengajarkan membaca, matematika, pengetahuan ensiklopedia

dan aktifitas fisik sambil bermain. Metode ini dapat diterapkan sejak bayi lahir.

Metode Glenn Doman menggunakan alat peraga yang disebut bits of

intelligence atau biasa dikenal dengan nama flashcards. Flashcards ini diajarkan

kepada anak dengan cara flashing dengan kecepatan yang sangat cepat sekali,

yaitu 1 kartu = 1 detik ; dengan total waktu kurang lebih 5 - 10 menit / hari. Dan

tujuan utama dari Metode Glenn Doman ini adalah menjadikan anak percaya diri,

dan imajinatif.

55

Dalam buku Glenn Doman yang berjudul How to Teach Your Baby Math

dan How to Teach Your Baby to Read, diungkapkan bahwa umur keemasan adlah

1-5 tahun. Usia ini adalah jenjang yang paling terbaik dalam mengajarkan

membaca, bahasa, dan menghitung. Membaca, bahasa, dan menghitung dapat

diberikan melalui media flash card. Semakin dini diberikan akan semakin cepat

anak dalam memahami materi pembelajaran.

Kartu baca atau flash card akan berfungsi dengan sangat baik hingga umur

4 tahun. Setelah itu akan mulai melambat. Karna fase umur 1-3 tahun

pertumbuhan otak anak sangat cepat. Dalam menyerap informasi yang ada, otak

anak seperti spons kering yang menyerap air, sangat cepat. Karna itulah usia balita

sangat baik dalam memberikan pembelajaran baca dan bahasa.

Glenn Doman juga menyatakan bahwa memberikan materi kepada anak

melalui media flash card harus dengan konsep bermain. Jadi orang tua dapat

bermain-main seperti tebak kata dengan anak-anak. Tim Pendidikan Nasional juga

menyatakan agar anak pra-sekolahharuslah bermain, tidak dianjurkan untuk

belajar Berikut adalah cara Bermain flashcard dalam metode Glenn Doman:

1. Persiapan

a. Memastikan ruangan cukup terang, dan tidak ada suara-suara bising yang

mengganggu.

b. Untuk melatih kecepatan, sebaiknya orang tua berlatih cara memainkan

flashcards sebelum menunjukkannya kepada anak.

56

c. Sebelum bermain flashcards, dianjurkan mengajak anak bermain permainan

yang lain yang membuat anak rileks, seperti membaca buku, menyusun

balok, mendengarkan musik/lagu anak, dsb.

d. Permainan ini harus bisa dinikmati oleh orang tua dan anak anda dalam

suasana yang menyenangkan. Jadi, bukan hanya anak. Namun orang tua

juga harus dalam keadaan rileks tanpa stress dan rasa terpaksa.

e. Jika sudah siap, orang tua harus menginstruksikan dengan antusias dan

wajah senang bahwa ia mempunyai kartu flashcards, dan tanyakan apakah

anak mau bermain bersama.

2. Belajar membaca

a. Orang tua berhadapan dengan anda mereka dengan jarak kira-kira 1 s.d. 1,5

meter.

b. Pastikan anak dalam keadaan rileks dan mau bermain flashcards.

c. Menyiapkan 10 kartu dari kelompok yang sama, misalnya kelompok

“buah”, ditumpuk dan dipegang dengan tangan kiri. Halaman kartu yang

bergambar berada di bagian depan menghadap ke anak anda.

d. Untuk menarik perhatian anak (untuk tahap awal), tunjukkan halaman kartu

yang bergambar dengan cara mengambil kartu yang paling belakang dan

meletakkannya ke urutan paling depan, sambil mengucapkan dengan jelas

nama gambar tersebut, misalnya “APEL”.

57

e. Kemudian baliklah gambar apel tersebut sehingga tulisan “apel” berada di

bagian depan, sambil mengucapkan “APEL”. Lakukan tindakan ini dengan

cepat, masing-masing tidak lebih dari 1 detik.

f. Jangan meminta anak anda mengikuti/mengulang apa yang anda ucapkan.

g. Setelah itu, ambil kartu kedua dari kartu yang di urutan paling belakang,

kemudian lakukan seperti langkah no. e dan f.

h. Lakukan secara berurutan sampai dengan kartu kesepuluh, dengan

kecepatan tidak lebih dari 1 detik untuk tiap-tiap gambar dan tulisan yang

ditunjukkan. Menunjukkan kartu dengan cepat ini akan memicu otak kanan

untuk bekerja menerima informasi yang ada di kartu. Jika anak anda sudah

kelihatan mengerti nama-nama gambar dan juga hubungan antara gambar

dengan tulisan, maka langkah no.5 tidak perlu lagi dilakukan, tapi langsung

menunjukkan tulisan saja dengan kecepatan 1 detik/kartu.

i. Tunjukkan rasa senang anda ketika permainan ini selesai dengan cara

memuji anak anda atau memeluk dan menciumnya.

j. Permainan bisa diteruskan dengan kelompok kartu yang lain, tetapi

sebaiknya hentikan permainan ini ketika anak masih ingin bermain. Hal ini

akan membuat anak mau bermain secara berkelanjutan.

3. Mengecek kemajuan anak

a. Untuk anak yang belum bisa berbicara

1) Pilih 2 kartu yang sudah pernah dimainkan oleh anak anda. Misalnya

kartu “apel” dan “pepaya”. Pegang kedua kartu tersebut di tangan kanan

58

dan kiri anda, kemudian tunjukkan halaman tulisan kata “apel” dan

“pepaya” di depan anak anda.

2) Mintalah anak anda mengambil salah satu nama kartu, misalnya, anda

mengatakan, “Yang mana apel ?”

3) Tunjukkan rasa senang anda dengan cara memuji ataupun memeluknya,

jika anak anda mengambil kartu yang benar.

4) Jika anak anda mengambil kartu yang salah, katakan “Ini pepaya”.

Jangan mengatakan, “Salah !”.

b. Untuk anak yang sudah bisa berbicara

1) Ambil 1 kartu yang sudah pernah dimainkan oleh anak anda. Misalnya

kartu “apel”.

2) Tunjukkan di depan anak anda, dan tanyakan, “Ini apa ?”

3) Berikan waktu beberapa saat kepada anak untuk berpikir, tapi jangan

terlalu lama (kira-kira 5 s.d. 10 detik).

4) Jika anak anda mengatakan dengan benar, tunjukkan rasa senang anda

dengan cara memuji ataupun memeluknya.

5) Jika anak anda menyebutkan nama yang salah, katakan “Ini apel”. Jangan

mengatakan, “Salah !”.

Catatan :

1. Permainan ini cukup singkat, hanya memerlukan sekitar 10 detik untuk 1 kali

permainan. Jika dilakukan dengan benar dan dalam suasana yang

59

menyenangkan, hasilnya akan sangat efektif untuk perkembangan otak kanan

dan kemampuan membaca anak anda.

2. Sebaiknya lakukan permainan flashcards ini 3 kali dalam 1 hari, pagi, siang

dan malam.

3. Jika anak anda kelihatan cepat bosan, lakukan 2 kali sehari, ataupun 1 kali

sehari. Intinya, sedapat mungkin lakukan supaya anak tetap tertarik

melakukannya secara konsisten.

4. Jika anak anda tidak memperhatikan kartu yang anda tunjukkan, kemungkinan

dia sudah mengerti informasi kartu tersebut. Jadi, gantilah dengan

seri/kelompok kartu yang lain.

5. Jika anak anda sudah kelihatan bosan dan tidak mau bermain lagi, hentikan

untuk beberapa hari.

6. Setelah itu tawarkan untuk bermain lagi. Akan lebih baik jika anda punya

seri/kelompok lain yang baru.

7. Jika anda punya dotcards, sebaiknya diberi jarak minimal sekitar 30 menit s.d.

1 jam, dan di antara waktu itu anda bermain dengan anak untuk menunjukkan

rasa kasih sayang anda. Itu saran dari Glenn Doman, penggagas pertama

permainan flachcards ini.

F. Target Cergam dan Flashcard “Olin Suka Makan Sayur”

1. Target Market

a. Segmentasi Geografi

Wilayah yang dicakup khususnya meliputi wilayah kota Surakarta.

60

b. Segmentasi Demografi

1) Umur(age) : 22-40 tahun

2) Jenis kelamin : Laki – laki dan perempuan

3) Status : Guru

4) Ekonomi : Semua kalangan

c. Segmentasi Psikografi

Anak-anak tetap membutuhkan dorongan dan bimbingan dari orang

dewasa untuk mengenalkan dan mengajarkan buku dan flashcard tersebut.

Karena penyebaran buku dan flashcard ini dikhususkan pada TK dan

Playgroup maka, guru dipilih sebagai target market.

2. Target Audience

Target audiens merupakan masyarakat yang mempunyai minat

terhadap cergam dan flashcard yaitu sebagai berikut:

a. Segmentasi Geografis : Kota Solo

b. Segmentasi Demografis

1) Umur(age) : 3-5 tahun

2) Jenis kelamin : Laki – laki dan perempuan

3) Pendidikan : Anak usia pra-sekolah.

4) Ekonomi : Semua kalangan

c. Segmentasi Psikografis

Alasan memilih kelompok umur antara 3-5 tahun adalah dikarenakan

anak-anak usia tersebut telah memiliki kecenderungan sulit mengkonsumsi

61

sayur sayuran. Selain itu, dengan disisipkannya metode flashcard atau kartu

bergambar dalam perancangan ini akan menjadi pembelajaran yang sangat

efektif dalam melatih serta meningkatkan pemahaman kata dan dan

kemampuan baca anak.

G. Analisis SWOT

Cergam dan flashcard “Olin suka makan sayur” memiliki kekuatan,

kelemahan, kesempatan dan ancaman.

Data – data diperoleh berdasarkan observasi data dan konsep yang akan

divisualisasikan ke dalam cergam dan flashcard untuk mengenalkan anak

mengenai pentingnya mengkonsumsi sayuran. Berikut adalah tabel analisis

SWOT kekuatan, kelemahan, kesempatan dan ancaman yang dimiliki oleh

cergam dan flashcard “Olin suka makan sayur-sayuran.

Analisis SWOT Cergam & flashcard Olin Suka Makan Sayur

Strength

1. Tema cerita yang fiktif dan imajinatif dapat

mengembangkan imajinasi anak dan membuat anak

lebih antusias mengetahui isi cerita.

2. Konsep storyline yang menggambarkan dampak dari

kurangnya mengkonsumsi sayur, dapat memberikan

kesadaran pada anak untuk merubah sikap serta

perilakunya dalam mengkonsumsi sayuran.

3. Buku Cergam dilengkapi dengan flashcard yang dapat

melatih pemahaman anak terhadap kata dan melatih

serta meningkatkan kemampuan baca anak.

4. Manfaat sayuran yang ditampilkan pada flashcard

sebagai wacana edukasi untuk menambah wawasan

62

anak mengenai pentingnya mengkonsumsi sayuran.

5. Flashcard menampilkan nama sayuran dalam 2

bahasa. Yaitu bahasa Inggris dan Indonesia yang dapat

melatih kemampuan 2 bahasa (bilingual) anak sejak

dini.

Weakness

1. Penyampaian makna cerita melalui teks atau narasi

dalam buku tergolong banyak untuk anak usia 3-5

tahun.

2. Flashcard yang disediakan terbatas, hanya

bertemakan sayur-sayuran.

3. Buku hanya sebagai materi peraga pembelajaran di

sekolah, sehingga tidak diperjual belikan.

4. Tidak menonjolkan unsur budaya lokal.

Opportunity

1. Masyarakat masih membutuhkan buku sebagai media

utama yang dipercaya sebagai sumber pembelajaran

(edukasi).

2. Beberapa TK dan Playgroup di kota Surakarta telah

terbiasa dalam menggunakan media pembelajaran

dengan menggunakan buku cergam dan flashcard.

Threat

1. Buku edukasi sejenis yang menggunakan sarana media

yang lebih interaktif, yang dapat ditemukan di toko-

toko buku.

2. Tersedianya materi edukasi lain yang interaktif

berbentuk CD program komputer yang menampilkan

animasi, hal ini lebih menarik bagi anak-anak.

Tabel 3.7 Analisis SWOT

Kesimpulan :

Dari hasil analisis diatas, perancangan cergam dan flashcard “Olin

suka makan sayur” mendapatkan hasil yang bagus dalam pemasarannya.

63

Untuk itu, dengan dirancangnya Cergam dan flashcard ini diharapkan

mampu mencapai tujuan awal media ini dibuat, yaitu untuk menanamkan

kedaran anak sejak dini mengenai pentingnya mengkonsumsi sayur,

sekaligus dapat melatih kemampuan baca anak melalui perancangan

flashcard.

H. Riset

3. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis data

1) Data Primer

a) Penyebaran angket

Angket diseberkan kepada 20 orang tua balita terkait perihal konsumsi

masalah anak dalam mengkonsumsi sayur-sayuran di wilayah

surakarta dengan mengajukan daftar pertanyaan berikut:

ANGKET PERTANYAAN

Nama: Umur:

Pekerjaan: Alamat:

Ya/ Tidak

1. Apakah anak anda mengalami sulit makan ?

a.Ya b. Tidak

2. Apakah anak anda mau mengkonsumsi sayur-sayuran ?

a.Ya b. Tidak

64

3. Apakah anak anda mengetahui nama sayur-sayuran yang biasa

mereka konsumsi ?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah anda sudah mengenalkan Bahasa Inggris kepada anak

anda?

a . Sudah b. Belum

5. Apakah anda telah menanamkan manfaat sayuran pada anak anda?

a. Ya b. Tidak

6. Apakah anda sudah mengenal metode Glenn Doman?

a. Sudah b. Belum

7. Sudah pernahkah anda mengajak anak anda bermain sambil belajar

menggunakan flashcard ?

a. Sudah b. Belum

NO

NAMA

RESPONDEN

PERTANYAAN

1 2 3 4 5 6 7

Y T Y T Y T S B Y T S B S B

1 Yuni Irawan

2 Astrini

Wijayanti

3 Deliana

Pradita

65

4 Desi Nursita

5 Dwi Wulan

6 Dewi Ruth

7 Fatikatul

Inayah

8 Sandra Dewi

9 Yosi Erviana

10 Pandu Satria

11 Erwin

Febrianto

12 Andri Rahmat

13 Triswanto

Susilo

14 Wulan

Roudatul

15 Anisa Rahma

16 Uswatun

Khasanah

17 Ani

Susilowati

18 Rudy

Setiawan

19 Wiwid Juliani

66

20 Chandra

Wayani

Tabel 3.8

Jawaban dari 20 Responden

No

Variabel

(Pertanyaan)

Jawaban Pertanyaan

Simpulan

Terbanyak

Presentase

Terbanyak

Ya/

Sd

h

Tidak/

Blm

Abstein

1

Apakah anak

anda

mengalami

sulit makan ?

14 6 -

Dari 20 responden

terdapat 14

memilih YA.

Jadi kesimpulannya

anak-anak

mengalami sulit

makan.

70%

2

Apakah anak

anda mau

mengkonsumsi

sayur-sayuran

?

3 17 -

Dari 20 responden

terdapat 3 memilih

YA.

Anak-anak tidak

menyukai sayur-

sayuran.

15%

67

3

Apakah anak

anda

mengetahui

nama sayur-

sayuran yang

biasa mereka

konsumsi ?

5 15 -

Dari 20 responden

terdapat 5 memilih

YA.

Anak-anal belum

mengetahui nama

sayur sayuran.

25%

4

Apakah anda

sudah

mengenalkan

manfaat

sayuran

kepada anak

anda ?

10 10 -

Dari 20 responden

terdapat 10

memilih SUDAH.

Orangtua banyak

yang belum

mengenalkan

manfaat kepada

anak mereka

50%

5

Apakah anda

telah

menanamkan

manfaat

sayuran pada

anak anda?

8 12 -

Dari 20 responden

terdapat 8 memilih

SUDAH.

Masih banyak

orang tua yang

belum

menanamkan

40%

68

manfaat sayuran

pada anak mereka.

6

Apakah anda

sudah

mengenalkan

metode belajar

menggunakan

flashcard

untuk anak

anda?

3 17 -

Dari 20 responden

terdapat 3 memilih

SUDAH.

Orang tua belum

mengetahui metode

belajar

menggunakan

flashcard.

15%

7

Sudah

pernahkah

anda mengajak

anak anda

bermain

sambil belajar

menggunakan

flashcard ?

4 16 -

Dari 20 responden

terdapat 4 memilih

YA.

Orang tua belum

pernah

menggunakan flash

card sebegai

metode bermain

sambil belaja

20%

Tabel 3.9

Rekapitulasi Angket

69

Grafik 3.1

Jawaban Ya/Sudah Tidak/Belum

Hal tersebut terbukti dari hasil pengumpulan data melalui

kuisoner, menunjukkan bahwa anak-anak prasekolah termasuk usia 3-

5 tahun, sebanyak 70% anak mengalami sulit makan, sedangkan 15%

yang menyukai sayur-sayuran. Dari pengumpulan data ini juga

terbukti hanya 25% anak sudah mengetahui nama sayur-sayuran yang

mereka konnsumsi, 50% orang tua belum mengenalkan bahasa inggris

kepada anak mereka dan hanya 15% yang mengetahui tentang metode

Gleen Doman, sedangkan yang sudah mengenalkan cara belajar

sambil bermain menggunakan flashcard pada anak mereka hanya ada

20%. Maka dari itu, perlu media informasi guna untuk memberikan

metode belajar bahasa inggris kepada anak usia dini sekaligus dapat

0 5 10 15 20

Pertanyaan 1

Pertanyaan 2

Pertanyaan 3

Pertanyaan 4

Pertanyaan 5

Pertanyaan 6

Pertanyaan 7

Tidak/Belum

Ya/Sudah

70

sebagai pengenalan nama sayur-sayuran sehingga anak dapat lebih

tertarik mengkonsusi sayyur-sayuran yang baik bagi tubuh mereka.

b) Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan terhadap laporan Riset Kesehatan

Dasar (Riskesdas) Jurnal Gizi dan Pangan, Maret 2013.

2) Data sekunder

Data dari internet berupa artikel pada situs berita online.

b. Sumber data

1) Literatur dari buku, artikel, jurnal, maupun internet yang mencangkup

tentang perihal obesitas pada anak dan segala resiko penyakit yang

menyertainya, serta kajian teori yang mendukung judul penelitian ini.

2) Kuisioner adalah sumber data yang digunakan dalam pencarian data dari

pihak ahli maupun target konsumen mengenai respon mereka terhadap

masalah sulitnya anak mengkonsumsi sayuran.