bab iii deskripsi wilayah 3.1 gambaran lokasi penelitian...
TRANSCRIPT
38
BAB III
DESKRIPSI WILAYAH
3.1 Gambaran Lokasi Penelitian
3.1.1 Sejarah Desa Gubugklakah
Desa Gubugklakah merupakan sebuah desa yang berada di sekitar lereng
Gunung Bromo. Asal mula nama Desa Gubugklakah berasal dari sebuah cerita
yang berkembang di masyarakat. Berdasarkan informasi dari situs blog Desa
Gubugklakah (http://gubugklakah2017.blogspot.co.id/2017/04/sejarah-desa-
gubugklakah.html, diakses pada 15 Juni 2017 Pukul 11.35 WIB), masyarakat
meyakini bahwa pada jaman dahulu ada seorang pengembara bernama Radjiman
yang berasal dari Mataram. Beliau datang ke daerah ini dengan membawa dua
ekor kerbau dan kemudian membuat sebuah gubug dari batang pisang yang dalam
bahasa Jawa disebut dengan gedhebog atau dhebog. Karena gubug yang dibuat
dari dhebog inilah masyarakat menyebut wilayah tersebut menjadi Bokklakah.
Dari waktu ke waktu, batang pisang yang menjadi bahan gubug itu menjadi layu,
sehingga diganti dengan batang bambu. Atap yang tadinya terbuat dari batang
pisang diganti dengan batang bambu yang dibelah dua. Kemudian para pengikut
pengembara Radjiman meniru membuat gubug dengan batang bambu, dari sinilah
mereka bersepakat kalau daerah ini dinamakan Desa Gubugklakah.
Mula-mula Desa Gubugklakah terdiri dari 2 Perdukuhan yaitu Dukuh Kerto
Ayu dan Dukuh Kerto Sari. Karena beberapa sebab pedukuhan itu ditiadakan, lalu
dibagi beberapa RW ( Rukun Warga ) dan sekarang menjadi 7 RW. Bahasa
sehari-hari yang digunakan oleh warga desa adalah bahasa jawa Tengger.Pada
39
mulanya penduduk desa mayoritas menganut agama Hindu dan Budha. Karena
perkembangan jaman dan banyak pendatang dari daerah lain, lama kelamaan
penduduk desa menganut agama Islam hingga sekarang.
3.1.2 Letak Geografis Desa Gubugklakah
Ditinjau dari segi geografinya, Desa Gubugklakah berbatasan dengan empat
desa, dengan rincian sebagai berikut:
Sebelah utara : Desa Duwet Kecamatan Tumpang
Sebelah barat : Desa Wringinanom Kecamatan Poncokusumo
Sebelah selatan : Desa Poncokusumo Kecamatan Poncokusumo
Sebelah timur : Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo
Desa Gubugklakah terletak dilereng Gunung Bromo dengan ketinggian 900-
1100 Dpl. Karena berada di wilayah pegunungan, iklimnya terasa relatif sejuk
dengan suhu rata-rata 20-22 derajat celcius. Bentang wilayah yang berbukit dan
curah hujan 1.500-2.000 mm selama kurang lebih 6 bulan menjadikan daerah ini
memiliki banyak lahan yang subur untuk komoditi sayuran. Secara keseluruhan
luas Desa Gubugklakah yaitu 384 Ha, meliputi : tegal/ladang 332 Ha; pemukiman
12 Ha; perkantoran 1 Ha; dan lain-lain 39 Ha. Jarak desa dengan Kecamatan
Poncokusumo yaitu kurang lebih 10 Km, sedangkan ke Kabupaten Malang 35
Km, dan jarak ke Propinsi sejauh 125 Km.
3.1.3 Kondisi Geografis Desa Gubugklakah
1. Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk keseluruhan : 3645 jiwa
40
Jumlah Kepala Keluarga : 1050 KK
Penduduk laki-laki : 1848 jiwa
Penduduk perempuan : 1797 jiwa
2. Penduduk Menurut Agama
Seluruh penduduk Desa Gubugklakah menganut agama Islam.
Sebagaimana masyarakat Jawa kuno, masyarakat Desa Gubugklakah
pada mulanya menganut agama Hindu maupun Budha. Namun seiring
berjalannya waktu, Islam mulai masuk ke Desa Gubugklakah hingga saat
ini menjadikan seluruh masyarakatnya bergama Islam. Belum diketahui
sejak kapan Islam mulai masuk ke Desa Gubugklakah tetapi dapat
diketahui bahwa Islam membawa pengaruh yang sangat kuat.
Sebagaimana yang banyak diketahui, satu-satunya desa Tengger yang
ada di Malang yaitu Desa Ngadas (yang juga berbatasan langsung dengan
Desa Gubugklakah) dimana desa tersebut juga mendapatkan pengaruh
masuknya kepercayaan Islam pada tahun 1990-an yang dibawa oleh tiga
pendatang. Penganut Islam di Desa Ngadas kemudian berkembang
hingga kini mencapai sekitar 40 persen dari populasi di desa tersebut,
namun pemeluk agama lain yaitu Budha dan Hindu tetap ada hingga
sekarang. Masyarakat Desa Ngadas sangat memegang teguh identitasnya
sebagai Suku Tengger dengan cara memisahkan antara adat dan agama.
Lain halnya yang terjadi di Desa Gubugklakah di mana beberapa
masyarakat desa ini dipercaya bahwa leluhurnya juga merupakan Suku
Tengger, namun munculnya kepercayaan baru dan modernisasi membuat
41
budaya dan kepercayaan yang biasanya dianut Suku Tenggar semakin
hilang. Keberadaan Islam di Desa Gubugklakah semakin kuat dengan
adanya Pondok Pesantren Darussa’adah. Sarana ibadah yang ada di desa
tersebut diantaranya:
Tabel Sarana Ibadah di Desa Gubugklakah
Sarana Ibadah Jumlah
Masjid 2
Mushola 13
Tabel 3.1 Sarana Ibadah di Desa Gubugklakah
(Sumber : Profil Desa Gubugklakah 2017)
Tabel Kegiatan Jamaah di Desa Gubugklakah
Kegiatan Jumlah
Tahlil 15
Yasin 10
Tabel 3.2 Kegiatan Jamaah di Desa Gubugklakah
(Sumber : Profil Desa Gubugklakah 2017)
3. Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Tabel Mata Pencaharian Masyarakat Desa Gubugklakah
Jenis Mata Pencaharian Jumlah Prosentase
Petani 1.352 36,6%
Buruh Tani 960 26%
Wiraswasta 285 7,7%
42
PNS 8 0,21%
TNI 3 0,08%
Penjahit 5 0,1%
Supir 10 0,27%
Tukang Kayu 25 0,67%
Tukang Batu 30 0,8%
Guru swasta 17 0,45%
Pensiunan 3 0,08%
Lain-lain 1001 27%
Tabel 3.3 Mata Pencaharian Masyarakat Desa Gubugklakah
(Sumber : Profil Desa Gubugklakah 2017)
4. Penduduk Menurut Pendidikan
Mayoritas masyarakat Desa Gubugklakah hanya menyelesaikan
pendidikan dasar. Sedangkan pada tingkat Perguruan Tinggi sebanyak kurang
lebih 5 persen dari total jumlah penduduk desa tersebut.
3.1.4 Kondisi Sumber Daya Manusia
Kondisi kualitas SDM di suatu masyarakat tidak terlepas dari beberapa
komponen, salah satu yang paling penting adalah pendidikan. Kesadaran
masyarakat terhadap pendidikan juga menjadi perhatian pemerintah desa agar
selalu memberikan dorongan kepada anak-anaknya agar bisa menempuh
pendidikan setinggi-tingginya. Adanya salah pengertian di kalangan masyarakat
terhadap pendidikan yakni pendidikan yang tinggi belum tentu menjamin
43
keberhasilan seseorang mendapat pekerjaan yang layak. Maka masyarakat yang
menyekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi sedikit sekali. Jika digambarkan
secara visual, tingkat pendidikan masyarakat Desa Gubugklakah ibarat sebuah
diagram segitiga dimana semakin tinggi semakin mengerucut, artinya semakin
tinggi tingkatan pendidikan semakin sedikit jumlahnya.
Relatif rendahnya tingkat pendidikan masyarakat tidak terlepas dari
beberapa faktor. Salah satunya adalah kondisi perekonomian masyarakat. Pada
dekade 1980-1990an Desa Gubugklakah sangat populer dengan pertanian
apelnya. Hasil pertanian apel dipasok ke beberapa daerah, sehingga sangat
menunjang perekonomian petani apel yang merupakan mata pencaharian
mayoritas masyarakat desa. Banyak warga yang beranggapan bahwa dari hasil
sektor pertanian apel saja sudah sangat menjanjikan bagi kesejahteraan hidup
anak-anaknya di masa depan, sehingga pendidikan tidaklah terlalu penting. Para
orang tua lebih menginginkan anak-anaknya untuk bertani dari pada menempuh
pendidikan tinggi.
Pertanian di Desa Gubugklakah setelah tahun 1990an rupanya mulai
mengalami penurunan. Gagal panen akibat serangan hama/penyakit, cuaca,
mahalnya harga pupuk, alih fungsi lahan, dan persaingan dengan produk impor
telah menjadikan surutnya masa-masa kejayaan petani apel. Dari sinilah banyak
petani yang beralih profesi. Tingkat kesadaran akan pentingnya pendidikan mulai
tumbuh yang juga dikarenakan upaya dari pemerintah desa dalam membangun
sektor pendidikan bagi masyarakat. Sejalan dengan waktu masyarakat mulai
paham tentang arti penting pendidikan. Sarana pendidikan di Desa Gubugklakah
yang ada saat ini diantaranya:
44
Tabel Sarana Pendidikan di Desa Gubugklakah
Sarana Pendidikan Jumlah
TK/RA 3
SDN 2
Madrasah Ibtidaiyah 1
Madrasah Tsanawiyah 1
SMPI 1
Madrasah Aliyah 1
SMK 1
Pondok Pesantren 1
Tabel 3.4 Sarana Pendidikan di Desa Gubugklakah
(Sumber : Profil Desa Gubugklakah 2017)
Upaya pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas selalu
dilakukan oleh pemerintah desa setempat, terlebih lagi baik sektor pertanian
maupun pariwisata di Desa Gubugklakah saat ini masih sangat memerlukan
konstribusi masyarakat sebagai pelaku pembangunan. Sebagaimana pada
umumnya desa di Indonesia, di Desa Gubugklakah juga terbentuk karang taruna
yang mewadahi para pemuda desa. Terbentuknya Katar (Karang Taruna) Pelangi
sebagai pusat kegiatan anak-anak atau generasi muda untuk mempersiapkan diri
sebagai generasi penerus. Adapun kegiatan yang dilakukan antara lain:
Olah raga sepak bola
Ketrampilan pembuatan souvenir
Pembuatan kripik buah
45
Pembuatan sari buah
Pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas juga dilakukan
mulai dari kelompok terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. Masalah KB dan
kesehatan merupakan masalah yang perlu diperhatikan demi terwujudnya
keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Untuk mewujudkan hal tersebut yang perlu
dilakukan di antaranya:
a. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat akan pentingnya
program KB
b. Melakukan penimbangan serta imunisasi untuk balita dan ibu hamil
c. Mewajibkan bagi calon mempelai putri untuk imunisasi TT 1
sebelum pernikahan dan TT 2 setelah pernikahan.
Adapun pencapaian program KB di Desa Gubugklakah sebagai berikut:
PUS : 350 orang
Peserta IUD : 150 orang
Peserta Suntik : 250 orang
Peserta Pil : 200 orang
46
3.1.5 Struktur Desa Gubugklakah
Struktur Organisasi Pemerintah Desa Gubugklakah
Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang
Bagan 3.1 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Gubugklakah
(Sumber : Profil Desa Gubugklakah 2017)
BPD Kepala Desa
(Ngadiono, SP)
Sekretaris Desa
(Puji Laksana, SE)
Kuwowo
(Imam Subari)
Kebayan
(Mualifah, S.Pd)
Kepetengan
(Abdul Rokim)
Modin
(Samsul Hadi)
Kaur Umum
(Puji Laksana,
SE)
Kaur Keuangan
(Heri Siswoyo)
Kamituwo
(Miskan)
47
3.1.6 Kondisi Sosial Budaya Masyarakat
Di bidang sosial budaya sampai saat ini kegiatan yang ada yaitu:
Tabel Kelompok Sosial Budaya di Desa Gubugklakah
Kelompok Jumlah
Terbang Jedor 1
Hadrah 1
Kuda Lumping 1
Bantengan 1
Band/dangdut 1
Ladesta 1
Tabel 3.5 Kelompok Sosial Budaya di Desa Gubugklakah
(Sumber : Profil Desa Gubugklakah 2017)
Kondisi sosial masyarakat Desa Gubugklakah menjadi salah satu aspek
yang mendukung pengembangan pariwisata. Penjelasan sistem kebudayaan Desa
Gubugklakah mengacu pada 7 unsur kebudayaan universal yang dikemukakan
oleh Kluckhohn (1953), dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Sistem bahasa (bahasa Jawa dengan dialek Tengger)
2. Sistem kesenian (seni Tari (kuda lumping, bantengan)
3. Sistem teknologi (berkembang seperti halnya masyarakat Jawa Modern)
48
4. Sistem religi (pada mulanya menganut agama Hindu-Budha, namun saat ini
seluruh masyarakat desa Gubugklakah menganut agama Islam)
5. Sistem Perkawinan (pola perkawinan endogami dengan adat jawa dan adat
menetap setelah menikah / neolokal)
6. Sistem Kemasyarakatan (diatur oleh pemerintahan desa yang dipimpin ileh
kepala desa)
7. Sistem mata pencaharian (petani) dengan sistem pengetahuan (masih tradisional
dan berorientasi pada kebudayaan lama, namun saat ini mulai mengacu ke sistem
pengetahuan yang modern)
49
3.2 Perintisan Desa Gubugklakah Menjadi Desa Wisata
Desa Wisata Gubugklakah (DWG) menyajikan panorama indah nan sejuk
khas pegunungan dikarenakan lokasinya yang berada di kaki Gunung Bromo.
Desa ini memang jauh dari pusat Kota Malang dan terpencil, tetapi desa ini cukup
ramai untuk ukuran desa kecil. Penyebutan nama Gubugklakah mengandung
makna tersendiri. Gubug adalah tempat tinggal yang sangat sederhana dan klakah
berarti bambu yang dibelah dua. Jadi, Gubugklakah adalah tempat tinggal yang
terbuat dari bambu yang dibelah, sebagai simbol kemiskinan yang membelit
penduduknya pada jaman dahulu.
Geliat desa wisata dapat langsung dirasakan pengunjung ketika memasuki
gapura perbatasan desa sebagai pintu masukmenuju Desa Gubugklakah. Tempat
penginapan berupa homestay akan dengan mudah dijumpai di sisi kanan dan kiri
sepanjang jalan utama di desa tersebut. Beberapa usaha kreatif seperti penjualan
souvenir dan apel terdapat di sepanjang rute jalan di Desa Gubugklakah yang
dilalui untuk menuju Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Setidaknya setiap
beberapa menit sekali minimal ada satu mobil jeep ukuran 4x4 yang melintas di
jalanan desa, baik untuk masuk atau meninggalkan Desa Gubugklakah.
50
Gb. 3.1 Kendaraan jeep banyak dijumpai di sepanjang jalan desa
(Sumber : dokumentasi pribadi)
Sejak beberapa tahun ini perkembangan wisata di Gubugklakah terus
menunjukkan perkembangan yang pesat seiring dengan ramainya wisatawan yang
berkunjung ke Gunung Bromo. Selain ke Bromo, banyak juga wisatawan yang
sengaja berwisata ke sejumlah objek yang ada di Desa Gubugklakah. Wisatawan
yang akan berkunjung ke Gunung Bromo maupun ke Gubugklakah sendiri juga
sering menginap di homestay yang ada di Desa Gubugklakah. Homestay di desa
ini sedikit berbeda dengan yang ada di daerah lainnya, yaitu tamu yang datang
akan tinggal dalam satu rumah dengan pemilik sehingga dapat terlibat dengan
aktivitas penduduk desa.
Desa Gubugklakah telah menjadi sebuah desa wisata sejak tahun 2010.
Berdasarkan data yang diperoleh, penulis membagi proses perintisan Desa
Gubugklakah menjadi desa wisata ke dalam beberapa periode:
51
Periode 1
Di periode ini (sekitar tahun 1980-1990an) Desa Gubugklakah merupakan
desa yang mengandalkan pertanian apel. Hasil produksi apelnya memenuhi
permintaan pasar ke beberapa daerah. Bertani adalah mata pencaharian mayoritas
masyarakat desa, meskipun tidak seluruhnya bertani apel, tetapi juga sayur mayur
seperti daun bawang; wortel; dan sebagainya. Hasil dari sektor pertanian rupanya
cukup menjanjikan secara ekonomi bagi masyarakat. Seperti yang banyak
diketahui bahwa Kota Malang terkenal sebagai kota apel. Kecamatan
Poncokusumo, khususnya Desa Gubugklakah, adalah salah satu yang memasok
buah apel paling banyak yang ada di Malang.
“pada tahun 80-90an bertani apel di sini sangat maju, jadi jarang
ada orang yang mau menyekolahkan anaknya tinggi-tinggi. Mereka
berpikir untuk apa sekolah, kalau dengan bertani apel saja sudah
bisa makmur.” (hasil wawancara dengan Puji Leksono, Sekertaris
Desa Gubugklakah, pada 5 Juni 2017)
Periode 2
Periode ini adalah periode di mana pertanian di Gubugklakah mengalami
penurunan. Pada tahun 1998 terjadi krisis ekonomi nasional di Indonesia. Krisis
ini berimbas pada hampir seluruh sendi-sendi ekonomi, tidak terkecuali pertanian
di Gubugklakah. Harga kebutuhan pokok melonjak namun distribusi apel
terganggu. Hal ini membuat beberapa petani banting setir menjadi tukang/kuli
bangunan hingga tukang kayu. Situasi semakin sulit ketika beberapa tahun
kemudian banyak tanaman apel yang terkena penyakit.
Periode 3
52
Pada masa ini setelah surutnya pertanian di Desa Gubugklakah,
masyarakat mulai mencoba sektor lain khususnya pariwisata. Desa Gubugklakah
adalah desa yang dilalui para pengunjung untuk menuju kawasan wisata Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Setiap harinya banyak sepeda motor
maupun jeep yang lalu lalang melewati Desa Gubugklakah untuk menuju ke
kawasan TNBTS. Namun tidak banyak pengaruh yang dirasakan masyarakat
karena rata-rata wisatawan hanya lewat saja dan tidak berhenti di desa tersebut.
Selain itu di Desa Gubugklakah sendiri juga memiliki potensi wisata yang sudah
maupun belum tereksplorasi, sehingga dapat menjadi peluang bagi warga desa.
Pada tahun 2007, di Desa Gubugklakah dibangun sebuah rest area bagi
wisatawan yang akan berkunjung ke kawasan TNBTS. Sejumlah pemuda Desa
Gubugklakah memanfaatkannya untuk mencoba usaha berdagang di rest area
tersebut guna menyediakan beberapa kebutuhan bagi para wisatawan yang
berhenti di rest area. Pada tahun 2010, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari
Universitas Gadjah Mada menginisiasikan sejumlah pemuda desa tersebut untuk
membentuk Lembaga Desa Wisata (Ladesta) Gubugklakah. Setelah menjalani
proses yang panjang, seperti pelatihan; penguatan; hingga legalisasi, keberadaan
Ladesta sebagai penggerak pariwisata di Desa Gubugklakah semakin berkembang
dan sekaligus menandai berdirinya Desa Wisata Gubugklakah. Sejumlah
pembangunan non-fisik dilakukan, yaitu berupa pemberdayaan terhadap
masyarakat terkait pengembangan pariwisata.
Desa Gubugklakah dahulu hanyalah sebagai desa yang dilewati oleh
wisatawan-wisatawan yang menuju ke Bromo. Namun masyarakat telah mencoba
menangkap peluang dengan mengembangkan sektor pariwisata. Melalui
53
pembentukan Ladesta secara otomatis telah menstranformasikan identitas Desa
Gubugklakah menjadi Desa Wisata Gubugklakah. Usaha yang telah dilakukan
Pokdarwis/Ladesta diantaranya memberdayakan masyarakat dengan membangun
homestay, mempekerjakan warga menjadi guide wisata ke Bromo, ke lahan petik
apel, dan melibatkan warga menjadi guide penjemputan wisatawan dari stasiun
menuju lokasi wisata, serta mengkoordinasi jasa transportasi wisata. Setelah
berdirinya Pokdarwis ini roda perekonomian Gubugklakah semakin menggeliat.
Pada 27 September 2014, Desa Wisata Gubugklakah meraih penghargaan
sebagai juara III Desa Wisata Nasional 2014. Penghargaan itu diterima langsung
oleh Purnomo Anshori (Ketua Lembaga DWG) dari Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari Elka Pangestu. Penghargaan tersebut
diberikan di Balai Banjar Desa Pakraman Jasri, Kabupaten Karangasem, Bali.
Sementara peraih juara I yaitu Desa Dieng Kulon, Kabupaten Banjarnegara, dan
Juara II diraih oleh Desa Panglipuran, Kabupaten Bangli.
Pada 21 Oktober 2014, atau berselang satu bulan kemudian, Kelompok
Sadar Wisata (Pokdarwis) Gubugklakah selaku pengelola desa wisata meraih
juara I lomba Pokdarwis yang digelar di Kecamatan Kete Kesu, Kabupaten Tana
Toraja Utara, Sulawesi Selatan. Pokdarwis Gubugklakah menyisihkan Pokdarwis
LA Adventure Padang Pariaman, Sumatera Barat yang merebut juara II dan
Pokdarwis Kauman, Solo, Jawa Tengah yang merebut juara III.
Kiprah Desa Wisata Gubugklakah semakin dikenal secara nasional, tidak
hanya sebagai tujuan wisata, tetapi juga oleh beberapa lembaga atau akademisi
yang ingin studi banding ke Desa Wisata Gubugklakah. Hal ini mengingat akan
54
prestasi yang diperoleh Ladesta dalam skala nasional. Tidak berhenti sampai di
situ, DWG juga selalu berinovasi untuk semakin maju. Setiap wisatawan yang
datang dapat memesan kaos sebagai souvenir khas Desa Wisata Gubugklakah.
Kaos itu bergambar foto wisatawan ketika mengunjungi objek-objek wisata,
misalnya foto dengan background Gunung Bromo. Desa Wisata Gubugklakah
juga memiliki souvenir khas yang disebut apel kaligrafi, karena dipermukaan apel
terdapat tulisan/gambar berdasar pesanan.
Gb. 3.2Apel Kaligrafi
(Sumber: Tc DWG Sakti)
Sebagai desa wisata, DWG memiliki beberapa destinasi wisata yang
lokasinya berada di desa tersebut. Di antaranya Agro wisata apel, Coban Pancut,
dan Coban Gereja. Sayangnya untuk dua coban tersebut masih terkendala akses
yang hanya berupa jalan setapak. Namun dalam paket wisata yang ditawarkan,
DWG juga memasukkan tujuan wisata seperti Gunung Bromo, arung jeram
Sungai Amprong, dan Coban Pelangi. Untuk wisata petik apel dikenai biaya Rp.
15 ribu per orang dan diperkenankan makan apel sepuasnya. Apabila ingin
55
membeli apel dari penduduk, dikenai harga Rp. 15 ribu per kilogram. Sedangkan
jika ingin membeli apel dengan cara memetik sendiri di kebun harganya menjadi
Rp 20 ribu per kilogram. Jenis apel yang ditanam warga adalah rome beauty,
manalagi, dan apel australia.
Lembaga Desa Wisata menawarkan beberapa paket wisata. salah satu
paket wisata yang paling banyak diminati adalah paket Bromo dua hari satu
malam dengan biaya Rp 2,75 juta untuk 1-6 orang. Objek wisata yang akan
dikunjungi adalah Alun-alun Balai Kota Malang, Candi Jago, Coban Pelangi,
Bromo Sunrise, Savana, dan Bukit Teletubies. Fasilitas yang didapatkan wisawan
adalah transportasi penjemputan dari stasiun, terminal, atau bandara di Malang;
homestay tinggal bersama warga desa; tiket destinasi wisata; makan tiga kali
(pagi, siang, malam); minuman teh atau kopi; dan transportasi menuju objek
wisata.
Objek wisata di Desa Gubugklakah yang paling diandalkan adalah Coban
Pelangi. Coban Pelangi adalah objek wisata air terjun dengan ciri khas biasan
cahaya pelangi. Kemunculan pelangi bisa dilihat ketika cuaca tidak mendung dan
matahari bercahaya cerah yang tepat mengenai air terjun. Coban Pelangi dapat
dicapai setelah wisatawan lebih dulu melewati perkampungan Desa Gubugklakah,
kemudian meneruskan perjalanan hingga sampai pada pintu masuk sebelah kanan
jalan bertuliskan nama objek wisata tersebut. Untuk dapat masuk ke wisata ini
pengunjung dikenai tiket sebesar Rp. 11 ribu. Setelah itu, pengunjung harus
berjalan kaki dengan rute jalan yang menurun, dan melewati sebuah jembatan.
Panjang keseluruhan perjalanan sampai Coban Pelangi sekitar 1,5 km.
56
Sepanjang perjalanan, pengunjung dapat menikmati pepohonan menghijau,
bunga-bunga tanaman liar, dan sesekali tupai dan burung-burung terlihat muncul
di dahan-dahan pohon. Sesampai di Coban Pelangi, guyuran air terjun begitu
dingin menyentuh kulit. Apabila hari belum beranjak siang, pengunjung dapat
melihat kabut yang menyelimuti di sekitar air terjun. Pada musim hujan, jam
berkunjung ke Coban Pelangi dibatasi hingga pukul 16.00 WIB, karena
dikhawatirkan sewaktu-waktu muncul air bah dari pegunungan. Di dalam lokasi
wisata, pengunjung disediakan beberapa fasilitas, diantaranya toilet, tempat
makan, dan lain-lain.
Gb. 3.3 Air Terjun Coban Pelangi
(Sumber : Dokumentasi Pribadi)
Destinasi wisata di Desa Wisata Gubugklakah juga bertambah dengan
adanya kawasan wisata agropolitan sapi perah. Hasil susu dari sapi perah itu akan
diolah menjadi beragam produk olahan, seperti keripik susu, permen, yoghurt
serta keju di satu titik pengolahan. Wisata edukasi sapi perah ini melengkapi
sejumlah tujuan wisata lainnya yang ada di Poncokusumo, selain wisata pertanian,
57
juga ada perkebunan apel serta rest area yang dibangun untuk tempat singgah
wisatawan sebelum menuju Gunung Bromo.
Gb. 3.4 Rest Area Poncokusumo
(Sumber : Dokumentasi pribadi)
Untuk kunjungan ke Bromo diluar paket wisata, pengunjung dikenai tiket
masuk ke kawasan wisata Gunung Bromo. Sejak 5 Mei 2014, bagi wisatawan
Nusantara yang ingin menuju Gunung Bromo dikenai biaya Rp 27.500,00 pada
hari biasa. Pada saat liburan, biaya naik menjadi Rp 32.500,00. Lain halnya
dengan tarif bagi wisatawan asing yang dikenai tarif Rp 217.500,00 dan akan
melonjak menjadi Rp 317.500,00 ketika musim liburan. Sementara itu, pendakian
ke Gunung Semeru untuk wisatawan lokal dikenai biaya Rp 17.500,00 dan naik
menjadi Rp 22.500,00 saat liburan. Khusus wisatawan asing, biaya pendakian
pada hari biasa sebesar Rp 207.500,00 dan akan naik menjadi Rp 307.000,00
ketika liburan tiba.
Sebagaimana kawasan wisata pada umumnya, Desa Gubugklakah
menyediakan penginapan bagi para wisatawan. Penginapan yang ditawarkan
58
berupa homestay. Sejauh ini, sudah ada 67 rumah warga yang dibuka untuk
homestay. Bahkan jika pada saat high season, rumah warga yang lain juga bisa
digunakan sebagai homestay. Rata-rata setiap bulannya, ada 200 wisatawan yang
berkunjung dan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang disediakan oleh Desa
Wisata Gubugklakah. Ketika masuk high season, jumlahnya bisa meningkat lebih
dari 1.000 wisatawan, dengan omzet hingga Rp 500 juta per bulan. Jadi, bila akan
ke Gunung Bromo sempatkan juga untuk bermalam di Desa Wisata Gubugklakah
(http://ngalam.id/read/5019/desa-wisata-gubugklakah/, minggu 16 Juni 2017
pukul 19.40 wib).
59
Gb. 3.5 Peta Wisata Desa Gubugklakah
(Sumber : Tc DWG Sakti)
60
3.3 Lembaga Desa Wisata (Ladesta) Gubugklakah
Ladesta adalah sebuah kelembagaan kecil yang berada di desa lereng
Pegunungan Tengger tepatnya berada di desa Gubugklakah Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang. Ladesta berdri pada tanggal 20 Agustus 2010
yang diprakarsai oleh pemuda Desa Gubugklakah yang dibantu oleh tim KKN
UGM. Lembaga ini didirikan dalam rangka untuk mengembangkan wisata desa
dan membangun perekonomian masyarakat dari sektor pariwisata. Mayoritas
penduduk Gubugklakah pada dasarnya adalah petani apel dan sayur, bahkan
hingga saat ini. Iklim dan kondisi wilayah di Desa Gubugklakah ternyata sangat
menguntungkan bagi pertanian apel dan sayur-sayuran. Usaha pertanian pun
sangat menjanjikan, apalagi pada sekitar awal 1990an. Para petani sangat makmur
secara ekonomi dari hasil bertani, Desa Gubugklakah juga dikenal didaerah lain
sebagai pemasok apel dan sayur. Keadaan mulai berubah sejak tahun 1998 saat
krisis moneter terjadi dan imbas perekonomian juga terjadi pada petani di Desa
Gubugklakah.
Pertanian merupakan sektor andalan di Desa Gubugklakah kala itu,
setelah terjadi penurunan maka pengaruh bagi roda perekonomian di desa tersebut
menjadi sangatlah besar. Roda perekonomian semakin tidak karuan, khususnya
bagipetani. Tidak hanya krisis pada tahun1998,awal tahun 2000 sampai tahun
2004 tanaman apel di Desa Gubugklakah mengalami kahancuran di mana
tanaman apel diserang virus. Para petani menyebutnya dengan penyakit kanker.
Pada tahun 2005 banyak pemuda di desa tersebut yang bekerja keluar desa untuk
menjadi kuli bangunan dan merantau ke Kalimantan untuk bekerja di perkebunan
sawit, dan akhirnya banyak di antara mereka yang meninggalakan pertanian.
61
Pembangunan Rest Area Poncokusumo, yang tepatnya berada di Desa
Gubugklakah pada sekitar tahun 2007 membuat sekumpulan pemuda di desa
tersebut menjadi tertegun. Mereka tidak tahu apa fungsi dari rest area tersebut.
Bukannya mereka bersifat terlalu apatis atau tidak peduli, tetapi karena mereka
belum dapat memahami program-program tersebut. Mereka mengaku hanya
lulusan SD dan SMP dan dididik oleh keluarganya untuk bertani. Namun pada
tahun 2008, para pemuda Desa Gubugklakah tersebut mulai berfikir tentang
ramainya desa mereka oleh lalu lalang kendaraan jeep yang berwisata ke Gunung
Bromo. Tetapi para kendaraan-kendaraan yang membawa para wisatawan tersebut
tidak membawa banyak pengaruh positif bagi warga Gubugklakah. Mereka hanya
melewati jalan desa dan tidak pernah berhenti di Gubugklakah. Para pemuda desa
kemudian mulai membaca peluang. Sekumpulan pemuda yang sering berkumpul
dan berdiskusi santai itu pun berfikir matang untuk membentuk sebuah group
kecil yang waktu itu terdiri dari 16 orang, diantaranya :
1. Anang
2. Rahmat Sutrisno
3. Yudi besge
4. Mbah Mat
5. Dolaji
6. Harianto
7. Muliono Kceng
8. Agus Tri Subagyo/ Gimo
9. Rul gagak
10. Dwi Ableh
62
11. Tuangkat
12. Budi Dayon
13. Saipul Gondo
14. Juni Dono
15. Dulloh
16. Heri Siswoyo
Perkumpulan itu kemudian diberi nama oraganisasi Gubug Pelangi.
Tujuan dari organisasi ini sebenarnya sederhana, yaitu sebagai wadah untuk
membuat usaha kecil-kecilan bagi para pemuda tersebut. Usaha yang dilakukan
pada awalnya adalah berjualan peracangan di depan rest area Poncokusumo
sambil menunggu wisatawan yang beristirahat sebelum ke Bromo atau Semeru,
sehingga para wisatwan tersebut dapat membeli makanan kecil.Lambat laun
jobdespun diberikan pada tiap anggota yang ada, diamana mereka bergilir untuk
jualan sambil memasang bener di rest area setiap pagi. Bisnis perkumpulan para
pemuda ini semakin lama semakin berkembang.Dari modal pertama iuran Rp
25.000 per orang terkumpul Rp 400.000 , kemudian menjadi Rp 800.000 selama 4
bulan. Aktivitas organisasi tersebut tetap berjalan hingga tahun 2009. Pada bulan
Maret tahun 2009 seorang anggota mendapat berita akan diadakannya gelar karsa
di rest area secara besar - besaran oleh pemerintah Kabupaten Malang yang akan
dihadiri Bupati Malang yaitu Sujud. Hal ini membuat para anggota Gubug Pelangi
mulai semangat denganmembuat beberapa gagasan, salah satunya adalah apel
kaligrafi, yang kini menjadi souvenir khas Desa Gubugklakah.
Pada akhir tahun 2009, gelar karsa di rest area di selenggarakan dengan
mewahnya dan tak hanya Bupati Malang saja yang hadir bahkan dari perwakilan
63
luar negeripun hadir.Perhelatan ini begitu istimewa bagi masyarakat Desa
Gubugklakah, begitu pula bagi para anggota Gubug Pelangi. Namun pada saat itu
mereka sempat dilanda dilema karena apel buatan mereka tak ada yang melirik
dan yang paling pahit lagi, mereka mulai dilanda perpecahan di kerenakan modal
yang dipakai untuk berusaha mengalami kerugiaan. Hal itu membuat mental
beberapa anggotasempat down dan memilih untuk keluar dari organisasi Gubug
Pelangi. Beberapa anggota yang masih bergabung tersisa 9 orang yang mencoba
untuk terus berlanjut.
Hari demi hari berlanjut hingga berganti tahun 2010,para pemuda yang
tergabung di Gubug Pelangi hanya berjualan di depan rest area setiaphari Sabtu
dan Minggu sambil memasang baner wisata, yaitu Agro Wisata Petik Apel dan
Coban Pelangi serta homestay. Pada bulan Juli 2010, tim KKN UGM yang
pertama,menetap di Desa Gubugklakah selama 45 hari. Kemudian pada
bulanAgustus, para mahasiswa tersebut membentuk sebuah organisasi bersama
tokoh masyarakat, pemuda desa, serta pemerintah desa. Organisasi tersebut diberi
namaLadesta (Lembaga Desa Wisata).
Lembaga ini sempat vacum karena tidak diajari apapun tentang
keorganisasian.Merekapun hanya melanjutkan aktifitasnyaseperti biasanya, yaitu
bertani dan berjualan di depan rest area. Pada suatu kesempatan, para anggota
Ladesta diajak untuk mengikuti kegiatan Bupati Rendra Kresna saat berkampanye
untuk menjadi bupati periode selanjutnya. Para anggota Ladesta mengikuti
kegiatan tersebut di rest area Poncokusumo, mereka juga menyampaikan
pertanyaan dan harapan yang langsung ditanggapi oleh Bupati Rendra.Pada kala
itu Bupati rendra menyampaikan sebaris kalimat yang menyemangati para
64
anggota Ladesta, “Nanti kalau aku sudah punya tanduk akan aku kembangkan
desa kalian”.
H. Rendra Kresna kemudian menepati janjinya tersebut. Beberapa bantuan
pun diberikan kepada Desa Gubugklakah dalam rangka pengembangan menjadi
desa wisata. Bantuan tidak hanya diberikan melalui SKPD saja, tetapi melalui
bawahannya yang turunlangsung ke masyarakat. Salah satu bantuan tersebut
adalah beberapa perangkat komputer yang berguna sebagai opersional Ladesta.
Gb 3.6 Sekretariat Ladesta Gubugklakah
(Sumber: Tc DWG Sakti)
Setahun berselang, tepatnya tahun 2011, tim KKN UGM yang ke dua
datang ke Desa Gubugklakah. Tim KKN tersebut melaksanakan sejumlah
program kerja di antaranya mengajari Ladesta Gubugklakah tentang
keorganisasian; mengajak terjun langsung mulai dari pembuatan proposal sampai
mengajukannya ke dinas-dinas; brosur; web; facebook dan membuatkan logo.
Lembaga Desa Wisata Gubugklakah semakin bangkit dan mendedikasikan Desa
Gubugklakah menjadi Desa Wisata Gubugklakah.
65
Gb.3.7 Ladesta Gubugklakah
(Sumber : Tc DWG Sakti)
66
3.4 Tc DWG Sakti
Tc Dwg Sakti adalah tele center yang berada di Desa Wisata Gubugklakah
yang didirikan dengan tujuan untuk pengembangan masyarakat dan sebagi pusat
media pemasaran dan informasi masyarakat desa. Setelah terbentuknya Ladesta,
tim kelembagaan yang beranggotakan seluruh pemuda Desa Gubugklakah:
Penasehat : Suyono H.M Dimyati ( Kepala Desa)
Ketua : H.Moch.Anshori, SE
Wakil Ketua : Muchamad Muksin. SH
Sekretaris : Heri Siswoyo
Bendahara : Anang Fauzi
Seksi-seksi/Divisi :
Divisi Wisata :
Ketua : Hari Anto
Pokja Edukasi : Riska
Pokja Alam : Dulloh
Pokja Budaya : Robi
Pokja Out Bond : Muliono
Divisi Fasilitas :
Ketua : Bambang Wahyudi
Home Sta : Lia Amalia
Rest Area : Sukirman
Transportasi : Wartono
Tour Guide : Dwi Nur Cahyo
Divisi Kewirausahaan :
67
Ketua : Agus Tri Subagyo
Kuliner : Deni
Pedagang : Ponimat
Souvenir : Ngateksan
Divisi Development :
Riset : Efendi
SDM : Sutrisno
Divisi Humas : Puji Laksana, SE
Divisi Promosi: Vivin
Drs. H. Japari
Ita Nurmiasih
Isnawati
Imam Syaiful Jazuli
Mia Hanifatur Rohma
Kelompok tersebut bersama tim KKN mencoba mengajukan proposal
kurang lebih 34 proposal yang diajukan pada tahun 2011 tetapi hanya 1 proposal
yang ter acc, yaitu legalisasi kelembagaan oleh Dinas PariwisataMalang. Hal
tersebut membuat merekasangat bahagia dikarenakan sudah dilegalkan mulai dari
desa sampai kabupaten. Kemudian Tc DWG Sakti memulai usaha wisata yang
menggunakan jaringan internet dengan facebook dan web yang diajari dan
difasilitasi tim KKN UGM. Proses tersebut bukannya tanpa kendala, sulitnya
jaringan telekomunikasi di Desa Gubugklakah menjadi hambatan bagi mereka.
Berbagai solusipun dicoba, mulai dari penggunaan modem. Modem yang dipakai
68
mulai modem CDMA Fleksi sampai GSM yaitu Telkomsel namun masih saja
sulit untuk browsing. Tanpa sengaja mereka menggunakan jaringan 3 tapi harus
memakai kabel usb yang panjangnya 15 meter untuk dapat browsing internet di
desa tersebut. Dan yang paling unik adalah untuk mencari jaringan mereka harus
memanjat atap basecamp agar sinyal 3g muncul, cara tersebut berhasil dan bisa di
pakai untuk satu CPU saja.
Dalam promosi desa wisataTc DWG Sakti menggunakan sistem facebook
setan. Awal mulanya tim bertujuan melaksanakan kegiatan sosial dengan
membuka pelatihan komputer untuk anak-anak Desa Gubugklakah dan
mewajibkan membayar Rp. 2000 per bulan untuk perawatan peralatan. Teryata
banyak respon yang mendalam dari kegiatan tersebut termasuk dari TIM LPMD
desa yang menyubang monitor 2 dan teman - teman komunitas anak -anak jalanan
yang menyubang CPUuntuk pelatihan tersebut. Lambat laun pelatihan berjalan
selama 1 tahun dan tim yang dahulunya tidak bisa menggunakan komputer mulai
mengerti dan bisa menggunakan facebook.
Kemudian, peserta yang mengikuti pelatihan diwajibkan untuk membuat
akun facebook sebanyak 3 akun bayangan dan 1 akun pribadi.Akun bayangan ini
digunakan untuk mencari pertemanan dengan orang di luar Malang dan travel
agent di luar Malang. Setiap jam wajib share status facebook Desa Wisata yang
mempromosikan wisata Desa Gubugklakah. Sebanyak 24 peserta pelatihan dapat
memakai facebookmelalui telepon genggam maupun CPU. Setiap individu rata-
rata memiliki 4 akunfacebook, jadi jika setiap akun memiliki 1000 pertemanan
maka sangat banyak kemungkinan orang lain yang akan membaca tentang Desa
69
Wisata Gubugklakah dan sistem ini pun berhasil. Inilah yang mereka sebut
sebagai strategi facebook setan, karena banyaknya akun bayangan.
Di tahun 2012 tim mendapat program tentang pengajuan peralatan internet
ke dinas KPDE. Walaupun peralatan yang diterima adalah pindahan dari Tc Sakti
di desa Wonomulyo tapi mereka sangat senang dan bangga karena dapat memiliki
fasilitas internet dari Pemerintah Kabupaten Malang secara gratis, tim lembaga
hanya menyediakan tempat dan listrik. Peralatan tersebut dikirim dan dikawal
oleh Bapak Nugroho dan tim KPDE sehingga terbentuk tc DWG SAKTI yang
maknanya apapun yang akan menyerang tim akan tetap kokoh dan berjaya seperti
para punggawa kerajaan jaman dahulu.
Kini Tc DWG Sakti berkibar dalam pemasaran pariwisata di Desa
Gubugklakah dan sebagai sarana komunikasi dengan klien. Tc DWG Sakti
menjadi tumpuan masyarakat Gubugklakah dalam ajang lomba tingkat nasional
sehingga dapat meraih juara 1 kelembagaan pariwisata tingkat Nasional
(dirangkum dari situs blog Lembaga Desa Wisata Gubugklakah
ladestagubugklakah.blogspot.com/2015/06/ladesta-gubugklakah-history.htmpada
17 Juli 2017 Pukul 18.00 WIBdan hasil wawancara dengan pengurus Ladesta )
Gb. 3.8 Prestasi Desa Gubugklakah di tingkat nasional
(Sumber : Tc DWG Sakti)
70
3.5 Objek Wisata di Desa Gubugklakah dan Paket Wisata yang disediakan
Desa Gubugklakah merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan
Poncokusumo Kabupaten Malang. Desa Gubugklakah adalah salah satu desa
penghasil apel di Indonesia. Apel diolah menjadi beberapa jenis makanan,
diantaranya adalah keripik apel; sarang apel; dan sari apel. Gubugklakah juga
merupakan desa wisata yang memiliki beberapa destinasi wisata yang menarik,
seperti Coban Pelangi; Coban Trisula; Tubing; Rafting; Agro Wisata Petik Apel;
Agro Wisata Sapi Perah Nusa Pelangi; dan beberapa destinasi wisata yang masih
dalam proses pengembangan. Selain itu, Desa Gubugklakah merupakan rute
utama di wilayah Malang menuju kawasan wisata Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru. Berikut beberapa destinasi wisata yang diambil dari katalog
wisata Desa Gubugklakah:
1. Air Terjun Coban Pelangi
Coban pelangi adalah destinasi wisata pertama di Desa Gubugklakah
sebelum ada destinasi yang lain. Keistimewaan air terjun ini ada pada saat
cuaca cerah akan muncul pelangi dari cahaya yang membiaskan air terjun.
Gb. 3.9 Air Terjun Coban Pelangi
71
(Sumber : dokumentasi pribadi)
2. Air Terjun Coban Trisula
Coban Trisula adalah air terjun tiga tingkat yang unik dan layak
dikunjungi. Wilayah Coban Trisula termasuk dalam kawasan Taman
Nasional Bromo Tengger Semeru. Setiap tingkatannya menawarkan
keindahan yang berbeda.
Gb. 3.10 Air Terjun Coban Trisula
(Sumber : http://surabaya.panduanwisata.id/wisata-alam/coban-trisula-air-
terjun-3-tingkat-yang-unik-dan-menyegarkan/, diunduh pada 7 Agustus
2017 Pukul 13.45 WIB)
3. Tubing
Tubing adalah single rafting yang menggunakan ban truk dan merupakan
destinasi wisata terbaru di Desa Gubugklakah. Menggunakan jalur Sungai
Amprong dengan jarak 500 meter yang dapat ditempuh dalam waktu 15
menit. Ladesta selaku pengelola wisata di Gubugklakah bekerja sama
dengan Perhutani dan pemuda Karang Taruna Desa Wringin Anom,
72
sehingga paket tubing yang ditawarkan sudah satu paket dengan out bond.
Destinasi ini sangat diminati terutama oleh para pemuda.
Gb. 3.11 Wisata Tubing
(Sumber : Tc DWG Sakti)
4. Rafting
Rafting adalah kegiatan rekreasi outdoor yang menantang, menggunakan
raket tiup untuk menyusuri sungai. Ladesta bekerja sama dengan objek
wisata Ndayung yang memiliki jarak tempuh 5-7 km yang bisa ditempuh
dengan durasi waktu 2,5 jam. Kegiatan rafting yang ditawarkan ini dapat
melatih kesiapan, kemampuan, dan kepercayaan diri, serta kekompakan
peserta rafting.
73
Gb. 3.12 Wisata Rafting
(Sumber : Tc DWG Sakti)
5. Agro Wisata Apel
Agro wisata petik apel merupakan salah satu destinasi wisata yang paling
diunggulkan. Waktu berbuah dan memanen sudah diatur sedemikian rupa
sehingga parawisatawan dapat memetik apel kapanpun tanpa
memperhitungkan waktu panen. Selain itu juga tersedia paket edukasi
perawatan apel sampai proses produksi menjadiolahan rumah tangga.
Gb. 3.13 Agro Wisata Petik Apel
(Sumber : TC DWG Sakti)
Selain beberapa objek wisata andalan yang disebutkan diatas, Ladesta juga
menawarkan paket edutrip. Paket berupa edukasi pertanian, apel, sayur, dan
stroberi, serta tour ke Bromo. Paket ini adalah paket live in dengan ending wisata
kawasan Bromo.
74
1. Edukasi perawatan apel sampai proses hasil produksimenjadi olahan
bahan rumah tangga.
Di sini pengunjung akan belajar bertani tentang apel muali dari
pembibitan, perawatan, hingga panen. Akan diajarkan pula pembuatan
sari apel, kripik apel, jenang apel, dan sarang apel.
2. Edukasi sayuran
Pengunjung akan diajak belajar tentang pertanian ala Tengger, yaitu
daun bawang dan wortel.
3. Seni Tradisional Bantengan
Seni Tradisional Bantengan adalah sebuah pertunjukan seni budaya
tradisional yang menggabungkan unsur sendra tari, olah kanuragan,
musik, syair/mantra yang sangat kental dengan nuansa magis. Pelaku
bantengan yakin bahwa permainannya akan semakin menarik apabila
telah masuk tahap “trans” yaitu tahapan pemain pemegang kepala
menjadi kesurupan arwah leluhur banteng (dhanyangan).
4. Topeng Malang
Topeng Malang adalah kesenian tari topeng dari daerah Malang, Jawa
Timur. Kisah yang dibawakan biasanya berasal dari kisah Panji yang
menceritakan kisah asmara Raden Panji Asmara Bangun (Inu
Kertapati) dan Putri Sekartaji (Chandra Kirana)
5. Kuda Lumping
Tari Kuda Lumpingmenghadirkan 4 fragmen tarian, yaitu 2 kali tarian
Buto Lawas, Tari Senterewe, dan Tari Begon Putri. Pada fragmen Buto
Lawas biasanya ditarikan oleh para pria saja yang terdiri dari 4-6
75
orang. Beberapa orang penari muda menunggangi kuda anyaman
bambu dan menari mengikuti alunan musik. Pada bagian inilah para
penari Buto Lawas dapat mengalami kesurupan atau kerasukan roh
halus. Para penonton pun tidak luput dari fenomena kerasukan ini.
Banyak warga yang menonton pagelaran merasakan kesurupan dan
ikut menari bersama para penari. Dalam keadaan tidak sadar, mereka
terus menari dengan gerakan enerjik dan terlihat kompak dengan
penari lainnya.
6. Peternakan sapi perah
Pengunjung diajak untuk belajar membudidayakan sapi perah hingga
diajak membuat hasil perahan susu menjadi produk minuman susu.
7. Fun game dan wisata air terjun
Pengunjung akan diajak untuk bermain di area outbond, dimulai dari
permainan tradisional sambil menikmati panorama air terjun pelangi.
Ladesta Gubugklakah menyediakan beberapa jenis paket wisata, baik
untuk tour ke Bromo maupun untuk wisata di wilayah Desa Gubugklakah sendiri,
bahkan juga paket wisata ke luar daerah dengan cara bekerja sama dengan travel
agent dari luar. Usaha penyediaan paket wisata ini cukup potensial. Dalam satu
bulan rata-rata Ladesta Gubugklakah mendapatkan pesanan paket wisata untuk
kurang lebih 600 orang, baik untuk ke wisata Gunung Bromo maupun di dalam
Desa Gubugklakah sendiri.
Berikut ini beberapa paket wisata yang ditawarkan:
76
Paket 1( 2 hari 1 malam :Bromo; Coban Pelangi; Agro Apel Desa Wisata
Gubugklakah Rp.395.000/ Orang, Minimal 8 Orang, ,Paket Keluarga maksimal5
Orang Rp 2.500.000)
Destinasi wisata:
1. Cadi Jago Tumpang
2. Agro Apel Desa Wisata Gubugklakah
3. Coban Pelangi
4. Bromo sunrise Seruni Point
5. Kawah Bromo
6. Pasir berbisik
7. Bukit teletubies
Include:
1. Transpotasi Antar Jemput Stasiun/bandara Malang
2. Transpotasi menuju destinasi wisata
3. Homestay
4. Makan 3x
5. Transpotasi menuju Bromo ( hartop/jeep )
6. Tiket menuju destinasi wisata
Paket 2.(2 hari 1malam :Bromo; Rafting Desa Wisata Gubugklakah Rp 475.000 /
Orang Minimal 8 Orang, Paket Rafting saja Rp250.000 minimal 4 Orang)
Include rafting:
1. Welcome drink
2. Snack
77
3. Makan
4. Asuransi
Exclude :Biaya Lain ( Foto )
Destinasi wisata:
1. Rafting Desa Wisata Gubugklakah
2. Bromo sunrise Seruni Point
3. Kawah Bromo
4. Pasir berbisik
5. Bukit teletubies
Include:
1. Transpotasi Antar Jemput Stasiun/bandara Malang
2. Transpotasi menuju destinasi wisata
3. Homestay
4. Makan 3x
5. Transpotasi menuju Bromo ( hartop/jeep )
6. Tiket menuju destinasi wisata
Paket 3. (2 hari 1 malam : Bromo; war game Paint Ball/ Air soft gun Desa
Wisata Gubugklakah Rp 400.000 / Orang Minimal 20 Orang, Paket War game
175.000 Minimal 20 ( Durasi 1-2 Jam ) Bulet 30 Pcs)
Destinasi wisata:
1. War Game Desa Wisata Gubugklakah
2. Bromo sunrise Seruni Point
78
3. Kawah Bromo
4. Pasir berbisik
5. Bukit teletubies
Include:
1. Transpotasi Antar Jemput Stasiun/bandara Malang
2. Transpotasi menuju destinasi wisata
3. Homestay
4. Makan 3x
5. Transpotasi menuju Bromo ( hartop/jeep )
6. Tiket menuju destinasi wisata
Paket 4. (2 hari 1 malam :Bromo; River Tubing Desa Wisata Gubugklakah Rp
385.000 / Orang Minimal 10 Orang, paket River Tubing Rp 175.000/ minimal
10pack durasi 2jam)
Destinasi wisata:
1. River Tubing Desa Wisata Gubugklakah
2. Bromo sunrise Seruni Point
3. Kawah Bromo
4. Pasir berbisik
5. Bukit teletubies
Include:
1. Transpotasi Antar Jemput Stasiun/bandara Malang
2. Transpotasi menuju destinasi wisata
3. Homestay
79
4. Makan 3x
5. Transpotasi menuju Bromo ( hartop/jeep )
6. Tiket menuju destinasi wisata
Paket 5. (2 hari 1 malam :Bromo; Out Bond Wisata Gubugklakah Rp 450.000 /
Orang Minimal 20 Orang, Out Bond Rp225.000/ Fun Game Rp 175.000 minimal
20 pack)
Destinasi wisata:
1. Out bound
2. Bromo sunrise Seruni Point
3. Kawah Bromo
4. Pasir berbisik
5. Bukit teletubies
Include:
1. Transpotasi Antar Jemut Stasiun/bandara Malang
2. Transpotasi menuju destinasi wisata
3. Homestay
4. Makan 3x
5. Transpotasi menuju Bromo ( hartop/jeep )
6. Tiket menuju destinasi wisata
Paket 6.(2 hari 1 malam : Bromo; Edukasi Pertanian Wisata Gubugklakah Rp
400.000 / Orang Minimal 20 Orang, Edukasi Pertanian Rp 175.000 min 20 pack)
Destinasi wisata:
80
1. Edukasi Pertanian Desa Wisata Gubugklakah
2. Bromo sunrise Seruni Point
3. Kawah Bromo
4. Pasir berbisik
5. Bukit teletubies
Include:
1. Transpotasi Antar Jemput Stasiun/bandara Malang
2. Transpotasi menuju destinasi wisata
3. Homestay
4. Makan 3x
5. Transpotasi menuju Bromo ( hartop/jeep )
6. Tiket menuju destinasi wisata
Paket 7Full(3 hari 2 malam:paket Desa Wisata Gubugklakah; Bromo; Ranu
Pani; Ranu Regulo . 750.000/Orang Minimal Pack 8 Orang)
Destinasi wisata:
1. Candi Jago
2. Agro apel Desa wisata Gubugklakah
3. Air Terjun Coban Pelangi
4. Bromo sunrise Seruni Point
5. Kawah Bromo
6. Pasir berbisik
7. Bukit teletubies
8. Danau Ranu Pani
81
9. Danau Ranu Regulo.
10. Rafting
Include:
1. Transpotasi Antar Jemput Stasiun/bandara Malang
2. Transpotasi menuju destinasi wisata
3. Homestay
4. Makan 7x
5. Transpotasi menuju Bromo ( hartop/jeep )
6. Tiket menuju destinasi wisata
Paket 7 Full. (2 hari 1 malam: paket Desa Wisata Gubugklakah; Bromo; 2
waterfall out bond . 550.000/Orang Minimal Pack 7 Orang)
Destinasi wisata:
1. Candi Jago
2. Agro apel Desa wisata Gubugklakah
3. Air Terjun Coban Pelangi
4. Coban Trisula
5. High rope 3 permainan ( Flying Fox )
6. Bromo sunrise Seruni Point
7. Kawah Bromo
8. Pasir berbisik
9. Bukit teletubies
Include:
1. Transpotasi Antar Jemput Stasiun/bandara Malang
82
2. Transpotasi menuju destinasi wisata
3. Homestay
4. Makan 8 x
5. Transpotasi menuju Bromo ( hartop/jeep )