bab iii biografi dan karya wahbah az-zuhaili a. biografi ...eprints.unwahas.ac.id/980/4/bab...
TRANSCRIPT
39
BAB III
BIOGRAFI DAN KARYA WAHBAH AZ-ZUHAILI
A. Biografi Wahbah Az-Zuhaili
Nama lengkap dari Wahbah Az-Zuhaili adalah, Wahbah Musthafa az-
Zuhaili, namun biasa dipanggil dengan Wahbah Zuhaili. Beliau dilahirkan
di desa Dir „Athiyah, daerah Qalmun, Damaskus, Suriah pada tanggal 6
bulan Maret tahun 1932 M/1351 H, dan wafat pada hari Sabtu (8 Agustus
2015) di Damaskus Suriah pada usia 83 tahun.1 Beliau adalah seorang
intelektual muslim berkebangsaan Syria,2 Ayahnya bernama Syaikh
Musthafa az-Zuhaili, seorang ulama‟ yang terkenal kesalehan dan
ketaqwaannya serta hafal al-Qur'an dan ahli ibadah. Dalam kesehariannya,
beliau selalu memegang teguh al-Qur'an dan sunnah Nabi, serta hidup
sebagai seorang petani dan pedagang.3 Sedangkan Ibunya bernama
Fathimah Binti Musthafa Sa'dah seorang perempuan yang sangat wara'
dan berpegang teguh dengan syari'ah Islamiyah.
Wahbah Zuhaili memulai pendidikan al-Quran dan sekolah ibtidaiyah
di desanya dan lulus pada tahun 1946. Kemudian melanjutkan pada tingkat
menengah, beliau masuk pada jurusan Syariah di Damaskus selama 6
tahun.
1 Wahbah Zuhaili, Al-Tafsīr al-Munīr fi al-„Aqīdat wa al-Syarī‟at wa al-Manhāj , Juz XV
Damaskus: Dar al-Fikr, 2005, hal. 888
2 Mayoritas penduduk disana adalah petani yang menanam Gandrum, Kapas dan Zaitun. dan
sebagian lain beternak Lembu atau kambing. penghasilan lain Syria adalah dari minyak bumi yang
baru digali pada tahun 1956. Cadangan minyak disana diperkirakan 1,5 Milyar barrel. Disamping
penghasilan diatas, Syria juga mendapat penghasilan dari sektor lain yakni pajak transit dari pipa-
pipa minyak milik negeri tetangganya Irak dan Saudi Arabia yang melintasi negerinya untuk
disalurkan menuju Teluk Persia selanjutnya dibawa ke Negara-negara konsumen khususnya Eropa
dan Amerika. Ensiklopedi Indonesia, Jilid VI halaman 3408 - 3410, Jakarta : Ichtiar baru Van-
hoeve, 1986.
3 Badi' as-Sayyid al-Lahham, Wahbahaz-Zuhaili al-'alim al-Faqih al-Mufassir, dalam'Ulama‟
wa Mufakkirun Mu'asirun, Lamhah Min HayatihimwaTa'rif bi Mu'allafatihim, bagian XII, Cet.1
Damaskus: Dar al-Qalam, 2001, hlm., 12.
40
Pada tahun 1952 beliau mendapat ijazah menengahnya, yang
dijadikan modal awal dia masuk pada fakultas Syariah dan bahasa Arab di
al-Azhar dan fakultas Syariah di Universitas „Ain Syam dalam waktu yang
bersamaan.4 Ketika itu, Wahbah Zuhaili memperoleh tiga ijazah antara
lain :
1. Ijazah B.A dari fakultas Syariah universitas al-Azhar pada tahun
1956.
2. Ijazah Takhassus pendidikan dari fakultas bahasa Arab universitas
al-Azhar pada tahun 1957.
3. Ijazah B.A dari fakultas Syariah (hukum) universitas „Ain Syam
pada tahun 1957.
Setelah mendapatkan tiga ijazah, beliau meneruskan jenjang
pendidikannya ke tingkat pascasarjana di universitas Kairo, yang ditempuh
selama dua tahun dan memperoleh gelar MA dengan tesis yang berjudul
“al-Zirā‟i fi al-Siyāsat al-Syar‟iyyat wa al-Fiqh al-Islāmi”.5
Beliau belum merasa puas dengan pendidikannya, sehingga
melanjutkan pendidikannya ke program doktoral yang diselesaikannya
pada tahun 1963 dengan judul disertasi “Atsār al-Harb fi al-Fiqh al-
Islāmi-Dirasah Muqaranah baina al-Mazdahib as-Samaniyah wa al-
Qanun ad-Duwali al-‟am" (Pengaruh Perang dalam Fiqih Islam, Kajian
Perbandingan Antara Delapan Madzhab dan Undang-Undang
Internasional), di bawah bimbingan Dr. Muhammad Salam Madkur. pada
tahun 1963 dengan peringkat terbaik, predikat summa cum laude
(Martabat asy-Syaraf al-Ula).
Az-Zuhaili juga mendapatkan kesempatan untuk mengikuti
pertukaran pelajar dari universitas-universitas Barat. Adapun gelar
profesor disandangnya pada tahun 1975.6 Sungguh catatan prestasi yang
sangat cemerlang, satu catatan penting, bahwa Wahbah az-Zuhaili
4 Ibid,. Lihat juga Sayyid Muhammad „Ali Ayazi, Al-Mufassirun Hayatuhum wa
Manahijuhum, (Damaskus : Dar al-Fikr. T.th. ) hal,684-685.
5 Ibid,
6 Ibid,hal. 14-16. Lihat juga di http:/www.Zuhaili.com/biography.htm.
41
senantiasa menduduki ranking teratas pada semua jenjang pendidikannya.
Ini semua menunjukkan ketekunan beliau dalam belajar. Menurut Az-
Zuhaili, rahasia kesuksesannya dalam belajar terletak pada
kesungguhannya menekuni pelajaran dan menjauhkan diri dari segala hal
yang mengganggu proses belajar.7
Setelah memperoleh ijazah Doktor pada tahun 1963, beliau diangkat
sebagai dosen di fakultas Syariah universitas Damaskus dan secara
berturut–turut menjadi wakil dekan, kemudian dekan dan ketua jurusan
Fiqh al-Islāmi wa Madzāhibih di fakultas yang sama. Beliau mengabdi
selama lebih dari tujuh tahun dan dikenal alim dalam bidang Fiqih, Tafsir
dan Dirasah Islamiyah.8.
Setelah itu gelar profesor disandangnya pada tahun 1975. Beliau
sebagai guru besar, juga sering menjadi dosen tamu pada sejumlah
univesritas di negara-negara Arab, seperti pada Fakultas Syariah dan
Hukum serta Fakultas Adab Pascasarjana Universitas Benghazi, Libya;
pada Universitas Khurtum, Universitas Ummu Darman, Universitas Afrika
yang ketiganya berada di Sudan. Beliau juga pernah mengajar pada
Universitas Emirat Arab.
Beliau Az-Zuhaili juga sering menghadiri berbagai seminar
internasional dan mempresentasikan makalahnya dalam berbagai forum
ilmiah di negara-negara Arab termasuk di Malaysia dan Indonesia
khususnya Nahdlatul Ulama. Ia juga menjadi anggota tim redaksi berbagai
jurnal dan majalah, dan staf ahli pada berbagai lembaga riset fiqih dan
peradaban Islam di Syria, Yordania, Arab Saudi, Sudan, India dan
Amerika.
Di antara karir pengabdian yang pernah digelutinya, yaitu:
1. Ketua bidang fiqih Islam dan aliran-alirannya di Fakultas Syariah
Universitas Damaskus
7 Ibid,
8 Surya Ningsih.Wordpress. Http://com diakses 30 Januari 2018.
42
2. Menjadi wakil dekan Fakultas Syariah Universitas Damaskus,
kemudian diangkat menjadi dekan selama empat tahun 1967-1970 M.
3. Ketua pusat Kontrol Muassasah Arab Bank Islam dan ketua Komite
Studi Bank Islam dan anggota Majelis Syar‟i Perbankan Islam.
4. Pada tahun 1989 dia kembali menduduki jabatan ketua bidang fiqih
Islam dan aliran-alirannya sekembalinya bertugas dari Uni Emirat
Arab.
5. Tenaga ahli/pakar dalam bidang fikih di Mekah, Jeddah, India,
Amerika, dan Sudan.
6. Menjadi ketua jurusan Syari‟ah Islamiyah di Fakultas Syariah dan
Hukum di Uni Emirat Arab, kemudian diangkat menjadi dekan
fakultas tersebut selama empat tahun.
7. Anggota riset peradaban Islam di kerajaan Yordania dan Muassasah
Ahl Bait.
8. Menjadi promotor di berbagai program Megister dan Doktor di
Universitas Damaskus dan Fakultas Imam al-A‟uza‟i di Libanon dan
menjadi penguji desertasi maupun tesis.
9. Menjadi peletak atau pencetus pertama dalam perencanaan
pembangunan studi Fakultas Syariah di Damaskus di awal tahun 70-an
dan perencana atau pencetus Fakultas Syariah dan Hukum jurusan
Syariah di Emirat Arab dan juga Institut Islam di Suriah tahun 1999 M.
10. Pendiri majalah al-Syari‟ah dan studi Islam di Universitas Kuwait
1988 M.
11. Mengisi siaran di radio-radio dengan materi tafsir dalam acara kisah-
kisah Al-Qur‟an, Al-Qur‟an dan kehidupan, serta seminar di program
televisi Damaskus, Emirat Arab, Kuwait, Arab Saudi, dan juga siaran-
siaran intermasional, dan yang tak ketinggalan adalah dialog dengan
wartawan dari suriah, Kuwait, Arab Saudi, dan Emirat.
12. Pendiri majalah Syariah dan Hukum di Universitas al-Emirat.
13. Ketua komite Kebudayaan tertinggi dan ketua komite manuskrip di
universitas Emirat.
43
14. Salah seorang anggota redaksi majalah Nahj al-Islam di Damaskus.
15. Pemimpin Redaksi majalah al-Syekh „Abd al-Qadir al-Qassab (al-
Sanawiyah al-Syar‟iyah) di Dir „Athiyah.
16. Salah seorang khatib di mesjid Al-„Usmani di Damaskus dan menjadi
khatib di Musim panas di Mesjid al-Iman di Dir ‟Athiyah.9
Karena keseriusannya dalam ilmu, Dr.Badi` As Sayyid Al Lahham
tentang biografi Syeikh Wahbah dalam bukunya yang berjudul, Wahbah
Az Zuhaili al -`Alim, Al Faqih, Al Mufassir dan mengumpamakannya
seperti Imam As Suyuthi (w. 1505 M) yang menulis 300 judul buku di
masa lampau.
B. Karaya dan Kontribusi Wahbah Az-Zuhaili Dalam Dunia Islam
1. Karya-karya dan Kontribusi Wahbah Az-Zuhaili dalam dunia Islam
Wahbah Az-Zuhaili sangat produktif menulis. Mulai dari diktat
perkuliahan, artikel untuk majalah dan koran, makalah ilmiah, sampai
kitab-kitab besar yang terdiri atas enam belas jilid, seperti kitab Tafsir
Al-Wasith. Ini menyebabkan az-Zuhaili juga layak disebut sebagai ahli
tafsir. Bahkan, ia juga menulis dalam masalah aqidah, sejarah,
pembaharuan pemikiran Islam, ekonomi, lingkungan hidup, dan
bidang lainnya, yang menunjukkan kemultitalentaannya dan
multidisiplinernya.
Wahbah az-Zuhhaili banyak menulis buku, kertas kerja dan
artikel dalam pelbagai ilmu Islam. Buku-bukunya melebihi 200 buah
buku dan jika digabungkan dengan tulisan-tulisan kecil melebihi dari
500 judul. Satu usaha yang jarang dapat dilakukan oleh ulama‟ saat ini.
Wahbah az-Zuhhaili diibaratkan sebagai al-Suyuti kedua (al-Sayuthi
al-Tsani) pada zaman ini jika dipadankan dengan Imam al-Sayuti.
Diantara buku-buku karya Wahbah az-Zuhhaili adalah:
9 http://www.zuhayli.net/biograp1. htm diakses tanggal, 20 januari 2018. Lihat juga
https://teguharafah.wordpress.com.2018/20/01/biografi-seputar-wahbah-al-zuhaili-dan-tafsirnya/.
44
a. Dalam Bidang al-Qur‟an dan 'Ulum al-Qur‟an;
1. At-Tafsir al-Munir fi al-'Aqidah wa asy-Syari‟ah wa al-
Manhaj10
2. At-Tartil at-Tafsir al-Wajiz 'ala Hamsy al-Qur‟an al-'Azhim
wa Ma'ahu
3. At-Tafsir al-Wajiz wa Mu'jam Ma‟ani al-Qur‟an al-'Aziz.
4. Al-Qur‟an al-Karim-Bunyatuhu at-Tasyri'iyah wa
Khashaishuhu al-Hadhariyah.
5. Al-'Ijaz al-'Ilmi fi al-Qur‟an al-Karim
6. Asy-Syar'iyyah al-Qira'at al-Mutawatirah wa Astaruha fi
ar-Rasm al-Qur‟ani wa al-Ahkam
7. Al-Qishsah al-Qur'aniyyah.
8. Al-Qismi al-Insaniyyah fi al-Qur‟an al-Karim
9. Al-Qur‟an al-Wajiz-Surah Yasin wa Juz 'Amma
b. Dalam Bidang Fiqh dan Ushul Fiqh ;
1. Astar al-Harb fi al-Fiqh al-Islami
2. Ushul al-Fiqh al-Islami 1-2
3. Al-'Uqud al-Musamah fi Qanun al-Mu‟amalat al-
Madaniyyah al-Imarati
4. Al-Fiqh al-Islami wa Adilatuhu al-Juz at-Tasi' al-
Mustadrak
5. Al-Fiqh al-IslamiwaAdilatuhu (8 jilid)11
10 Dalam hal ini, Ali Iyazi menambahkan bahwa tujuan penulisan Tafsir al-Munir ini adalah
memadukan keorisinilan tafsir klasik dan keindahan tafsir kontemporer, karena menurut Wahbah
az-Zuhaili banyak orang yang menyudutkan bahwa tafsir klasik tidak mampu memberikan solusi
terhadap problematika kontemporer, sedangkan para mufassir kontemporer banyak melakukan
penyimpangan interpretasi terhadap ayat al-Quran dengan dalih pembaharuan. Sayyid Muhammad
„Ali Ayazi, Al-Mufassirun Hayatuhum wa Manahijuhum, (Damaskus : Dar al-Fikr. T.th.
) hlm.685
11
Kitab al-Fiqh al-Islami wa Adillatuh, merupakan sebuah kitab fiqh agung zaman mutaakhir
ini yang terdiri dari 8 jilid, yang masyhur menjadi telaah para ulama dan rujukan di pusat-pusat
pengajian Islam. Kitab yang dianggap sebagai sebuah ensiklopedia fiqh dan perundangan Islam
saat ini.
45
6. Nazhariyat adh-Dhaman au Ahkam al-Mas‟aliyyah al-
Madaniyyah wa al-Jinaiyyah.
7. Al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh
8. Al-Washayawa al-Waqaf fi al-Fiqh al-Islami
9. Al-Istinsakhjadl al-'Ilmwa ad-Din wa al-Akhlaq
10. Nadhriyat ad-Dharurahasy-Syar'iyyah12
11. At-TamwilwaSaq al-Awraq al-Maliyah - al-Barshah
12. Khitbat ad-Dhaman
13. Bai' al-Asham
14. Bai' at-Taqsith
15. Bai' ad-Dain fi asy-Syari'ah al-Islamiyyah
16. Al-Buyu' waAstaruha al-Ijtima'iyyah al-Mu‟ashirah
17. Al-Amwalallati Yasihhu Waqfuha wa Kaifiyat Sharfiha
18. Asbab al-IkhtilafwaJihat an-Nazhr al-Fiqhiyyah
19. Idarah al-Waqf al-Khairi
20. Ahkam al-Mawad an-Najsahwa al-Muhramah fi al-Gaza'
wa ad-Dawa'
21. Ahkam at-Ta‟amulma'a al-Masharif al-Islamiyyah
22. Al-Ijtihad al-Fiqhi al-Hadist Munthalaqatuhu wa
Itijahatuhu
23. Al-Ibra' min ad-Dain
24. Ad-Dain wa Tufu'iluhu ma'a al-Hayah
25. Az-zara'i' fi as-Siyasah asy-Syar'iyyah wa al-Fiqh al-Islami
26. Shir min 'Urudh at-Tijarah al-Mu‟ashirah wa Ahkam az-
Zakah
27. Al-'Urfwa al-'Adah
12 Dalam kitab ini ini az-Zuhaili sendiri ketika membahas ad-dharurah selalu mengaitkannya
dengan term al-hajah. Namun secara teoritis az-Zuhaili memposisikan al-hajah sebagai turunan
dari keberadaan ad-dharurah. Hal ini dapat dilihat dari pemetaan beliau tentang kaidah-kaidah
yang berhubungan dengan konsep ad-dharurah. Az-Zuhaili, Nazariyah ad-dharurah al-syar‟iyah,
t.t., t.p., t.th., hlm. 72, 170-173. Lihat juga dalam karya beliau at-Tamwil wa suq al-awraq al-
maliyah, cet ke-1 (Damskus: Dar al-Maktaby, 1997), hlm. 8.
46
28. Al-'Ulum asy-Syar'iyyah baina al-Wahidah wa al-Istiqlal
29. Al-Mazhab asy-Syafi'i wa Mazahabuhu al-Wasith baina al-
Mazahib al-Islamiyyah
30. Nuqath al-Iltiqa' baina al-Mazahib al-Islamiyyah
31. Manahij al-Ijtihad fi al-Mazahib al-Mukhtalifah
32. Al-Hadits al-'Alaqat ad-Dauliyyah fi al-Islam Muqaranah
bi al-Qanun ad-Dauli
33. Ar-Rakhsasy-Syar'iyyah
34. Tajdid al-Fiqhi al-Islami
35. Al-Fiqh al-Maliki al-Yasr juz 1,juz2
36. Hukm Ijra' al-'Uqud bi Wasa'il al-It ishal al-Hadistah
37. Zakat al-Mal al-'Am
38. Al-'Alaqat al-Dauliyyah fi al-Islam
39. 'A'id al-Istismar fi al-Fiqh al-Islami
40. Tagayyur al-Ijtihad
41. Tathbiq asy-Syari'ah al-Islami
42. Ushul al-FiqhwaMadaris al-Bahtsafihi
43. Bai' al-'Urbun
44. At-Taqlid fi al-Mazdahib al-Islami 'inda as-Sunnahwaasy-
Syi'ah
45. Ushul at-Taqribbaina al-Mazahib al-Islamiyyah
46. Ahkam al-Harb fi al-IslamiwaKhasaisuha al-Insaniyah
47. Ijtihad at-Tabi'in
48. Al-Ba'ist 'ala al-'Uqud fi al-Fiqh al-IslamiwaUshulihi
49. Al-Islam Din al-Jihad la al-'Udwan
50. Al-Islam Din asy-Syura wa ad-Dimuqrathiyyah.13
c. Karya-Karya di Bidang Hadits dan 'Ulum al-Hadits
1. Al-Muslimin as-Sunnah an-Nabawiyyah asy-Syarifah
13 Karya ini diajarkannya di beberapa Universitas di Sudan, Pakistan dan lainnya.Karyanya
yang lain yaitu Ushul al-Fiqh al-Islami, diajarkan az-Zuhaili pada Universitas Islam di Madinah
dan Riyad.
47
2. Haqiqatuha wa Makanatuha 'inda Fiqh as-Sunnah an-
Nabawiyyah
d. Karya-Karya Wahbah az-Zuhaili di Bidang Aqidah Islam
Al-Iman bi al-Qada' wa al-Qadr
Ushul Muqaranah Adyan al-Bad'i al-Munkarah
e. Karya-Karya Wahbah az-Zuhaili di Bidang Dirasah Islamiyyah
Al-Khasais al-Kubra li Huquq al-Insan fi al-Islam wa
Da'aim ad-Dimuqrathiyyah al-Islamiyyah
Ad-Da'wah al-Islamiyyah wa Gairu al-Muslimin, al-
Manhaj wa al-Wasilah wa al-Hadfu
Tabsir al-Muslimin li Goirihim bi al-Islami, Ahkamuhu wa
Dawabituhu wa Adabuhu
Al-Amn al-Gaza'i fi al-Islam
Al-Imam as-SuyuthiMujadid ad-Da'wahila al-Ijtihad
Al-Islam wa al-Imanwa al-Ihsan
Al-Islam waTahdiyat al-'Ashri, at-Tadhakhum an-Naqdi
min al-Wajhahasy-Syar'iyyah
Al-Islam waGairu al-Muslimin
Al-MujaddidJamaluddin al-AfganiwaIshlahatuhu fi al-
'alam al-Islami
Al-MuharramatwaAtsaruha as-Sai'ah 'ala al-Mujtama'
Ad-Da'wah 'ala Manhaj an-Nubuah
Thariq al-Hijratainwa Bab as-Sa'adatain
Al-Usrah al-Muslimah fi al-'Alam al-Ma'ashir
Haq al-Hurriyyah fi al-'Alam
Ats-Saqafahwa al-Fikr
Al-Qim al-Islamiyyahwa al-Qim al-Iqtishadiyyah
Ta'adudaz-Zaujah - al-Mabda' wa an-Nazhriyyahwa at-
Tathbiq
Manhaj ad-Da'wah fi as-Sirah an-Nabawiyyah
Al-'llmwa al-ImanwaQadhayaasy-Syabab
48
Ddikr Allah Ta'ala
Ruhaz-Zamanjuz 1Al-'Ashab
Selain itu Az-Zuhaili juga turut berperan serta dalam penulisan
berbagai penelitian seperti Ensiklopedia Fiqih di Kuwait, Mawsu‟ah
al-„Arabiyah al-Kubra (Ensiklopedia Besar Arab) di Damaskus,
Ensiklopedia Peradaban Islam di Yordania, dan Ensiklopedia Islam di
Halb.14
Karya intelektual az-Zuhaili yang lain adalah berupa jurnal ilmiah
dan majalah-majalah yang diterbitkan di berbagai negara. Dari
kesekian banyak karya az-Zuhaili ini, Nampak karya az-Zuhaili dalam
bidang fiqih lebih dominan dibanding dengan karya-karyanya yang
lain.
Selain itu az-Zuhaili juga menulis artikel-artikel keislaman di Kuwait,
Damaskus, Riyad, Tunisia, Mesir, dan Mekah al-Mukarramah. Pernah
mengikuti lebih dari 100 seminar Islam internasional di Damaskus, Rabat,
Riyad, Kairo, Turki, Karachi, Bahrain, Jeddah, Kuwait, al-Jazair, dan
lainnya.15
Ia juga pernah menjadi narasumber pada siaran-siaran radio dan
televisi di Damaskus, Dubai, Kuwait, Kairo, Abu Dhabi dan lain-lain.
Sekarang menjabat sebagai ketua jurusan fiqih dan mazhab Islam Fakultas
Syariah Universitas Damaskus.16
Keberhasilan az-Zuhhaili di bidang akademik dan lainnya tidak
lepas dari guru-guru yang telah membimbingnya baik yang ada di
Syria sendiri ataupun yang berada di luar Syria. Guru-guru di
Damaskus antara lain dalam bidang hadis dan 'ulum al-hadis, yaitu
Syekh Mahmud Yasin,17
Syaikh 'Abd ar-Razzaq al-Humshi dan Syaikh
Hasyim al-Khathib, guru di bidang fiqih dan fiqh Syafi'i, Syaikh Luthfi
al-Fayumi, di bidang Ushûl Fiqh, mushthalah al-hadîts dan 'llm al-
14 http://www.zuhayli.net/biograp1. htm , diakses tanggal, 20-01-2018; 21;30
15
Ibid
16 Ibid. Lihat juga Muhammad „Ali Ayazi, al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajuhum, hlm.4
17
Syaikh Mahmud Yasin merupakan salah satu Muassis (pemimpin) Jam'iyah an-Nahdlah al-
adabiyah, Jam'iyah al-'Ulama‟, Rabithah al-'Ulama, Jam'iyah al-Hidayah al-Islamiyah, beliau
wafat pada tahun 1367 H / 1948 M. Badi'i al-Sayyid al-Lahham, Op.Cit. hlm., 20.
49
Nahw, Syaikh Hasan al-Syatthy, guru dalam ilmu faraidl, hukum
keluarga dan hukum waqaf, Syaikh Shalih al-Farfuri dalam ilmu
Bahasa Arab seperti balaghah dan sastra, Syaikh Mahmud ar-Rankusi
Ba'yun.
2. Sumber hukum Wahbah Az-Zuhaili dalam kitab Al-Fiqhul Islami wa
Adillatuhu.
Dalam setiap buku karangan yang ditulis Wahbah Az-Zuhaili
selalu di dasarkan atas dalil yang benar dari Al-Qur‟an, Sunnah, Ijma‟
dan Qiyas.
Namun dalam melengkapi proses ijtihad yang dilakukan oleh
Wahbah Az-Zuhaili, sebaigai seorang ulama kontemporer, beliau
terlebih dahulu melakukan kajian terhadap nash-nash yang terdapat
dalam al-qur‟an dengan menggunakan pendekatan disiplin ilmu yang
berhubungan seperti ilmu bahasa dengan memperhatikan kata-kata
mujmal, musytarak, atau lafazh yang diragukan termasuk lafazh yang
„amm atau khashsh, haqiqah atau majaz, haqiqah atau ‟urf, muthlaq
atau muqayyad, jika ia menemukan nash yang jelas mengenai masalah
yang dikajinya, maka ia berpegang teguh pada nash tersebut dan
menghukumi masalah yang sedang dikajinya dengan ketentuan yang
ada dalam nash-nash itu.
Sedangkan apabila ia tidak menemukannya dalam Al-Qur‟an,
maka ia mencari dalam sunnah Rasul yang berupa perkataan
(Qauliyah). Apabila ia tidak menemukannya dalam hadits qauliyah, ia
mencarinya dalam hadits yang berupa perbuatan (amaliyah) yang
mencakup perilaku Nabi SAW, seperti tata cara shalat, puasa, haji, dan
sebagainya.
Jika ia tidak menemukannya dalam keduanya maka ia mengambil
hadits yang berupa penetapan (taqririyah) atau penilaian Nabi SAW
terhadap apa yang diucapkan atau dilakukan para sahabat yang
perkataan atau perbuatan mereka tersebut diakui dan dibenarkan oleh
Nabi SAW. Contohnya hadits berikut, seorang sahabat berkata;
50
“Kami (Para sahabat) melakukan shalat dua rakaat sesudah
terbenam matahari (sebelum shalat maghrib), Rasulullah SAW
terdiam ketika melihat apa yang kami lakukan, beliau tidak menyuruh
juga tidak melarang kami ” (HR. Muslim).
Apabila ia menemukan dalam hadits tersebut tentang hukum dari
masalah yang sedang dikajinya maka ia menggunakan hadits amaliyah
atau taqririyah itu sebagai dalil atau sumber hukum.
Jika dari kedua sumber tersebut ia tidak menemukan kepastian
hukum dari masalah yang sedang dikaji, Az-Zuhaili kemudian
memperhatikan beberapa pendapat-pandapat ulama dengan
memperhatikan hadits yang dijadikan dalil oleh para ulama tersebut
antara shahih dan dhoifnya dengan cara ia melakukan pen-takhrij-an
dan pentahqiq-kan agar hadits-hadits tersebut dapat diketahui shahih
dan dhoifnya sehingga bisa memilih pendapat yang bersandar pada
hadits shahih.18
Kemudian Al-Zuhaili melakukan tarjih19
terhadap pendapat yang
mengacu pada sandaran dalil yang shahih, atau jika hadits yang
digunakan sebagai dalil oleh para ulama tersebut mempunyai kekuatan
yang sama dalam derajat hadits, maka beliau lebih memilih pendapat
yang mempunyai potensi lebih untuk menimbulkan kemaslahatan dan
menolak kerusakan.
Jika Al-Zuhaili tidak melakukan tarjih terhadap beberapa pendapat
ulama, ia lebih mengutamakan untuk mengamalkan pendapat jumhur
ulama, alasannya dukungan para ulama terhadap satu pendapat dapat
dijadikan alasan kuat dalam pen-tarjih-an. Jika tidak menemukannya
18 Wahbah Zuhayli, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, juz 1 (Damaskus, Dar al-Fikr 2006), hal 10
19
Imam Asy-Syaukani berpendapat bahwa pen-tarjih-an dapat dilakukan melalui 42 cara,
diantara caranya adalah dengan menguatkkan hadist murawattir daripada hadist masyhur atau
menguatkan hadist masyhur daripada hadist ahad. Bisa juga dengan melihat persambungan
sanadnya, misalnya hadist yang sampai kepada Rasulullah di-rajih dari pada hadist yang tidak
sampai kepada Rasulullah. Rahmat Syafe‟I, Ilmu Ushul Fiqih, cet.5, Bandung, Pustaka Setia,
2015, hal.243-244
51
dalam beberapa pendapat ulama, ia melakukan qiyas dengan ilhaq atau
mempertemukan masalah yang sedang dikajinya dengan masalah yang
sudah mempunyai ketentuan hukum dari sumbernya yang mempunyai
kesamaan illat.
Kemudian ia menghukumi masalah yang dikajinya, dengan
hukum yang sama dengan masalah yang sudah mempunyai ketentuan
hukum dari sumbernya. Selain dari itu kemudian ia juga menggunakan
logika yang sesuai dengan aturan dalam hukum Islam.
Demikian cara atau metode ijtihad yang ia lakukan, adakalanya
merujuk kepada makna lahiriyah nash, jika memang nash tersebut
sesuai dengan realitas masalah yang sedang dikajinya. Adakalanya ia
juga menganalogikan masalah tersebut dari nash-nash yaitu qiyas, atau
dengan menimbang realitas maslahah yang dihadapinya dengan
menggunakan kaidah-kaidah umum yang digali dari dalil-dalil al-
Qur‟an dan as-Sunnah seperti istihsan , maslahah mursalah, urf, sad
adz-Dzari‟ah dan yang lainnya.20
Adapun cara istihsan21
yang digunakan Al-Zuhaili yaitu dengan
mengunggulkan (memakai) qiyas khafi dan meninggalkan qiyas jali
karena ada petunjuk untuk itu, dimana istihsan ini disebut dengan
istihsan qiyasi. Atau dengan cara Pengecualian masalah juz‟iyah dari
Ashal yang bersifat Kully atau dari kaidah-kaidah yang berlaku umum
karena ada dalil (petunjuk) khusus yang mengharuskan hal tersebut
yang disebut dengan istihsan istisna‟i.22
Sedangkan Az-Zuhaili di dalam metode maslahah mursalah23
yaitu dengan menentukan sebuah hukum yang dapat memperbaiki
20 Ibid hal.199
21
imam Al-Ghozali memberi penjelasan tentang istihsan yaitu, semua hal yang dianggap baik
oleh imam mujtahid dengan menurut akal pikirannya. Al-Ghozali, Al-Mustashfa, Beirut Lebanon,
juz 1, hal, 137
22 Wahbah Az-Zuhaily. Usulul Fiqh Al-Islamy. Dimasq Syria. Darul Fikri. Cet-II tahun 2001.
Juz II, h. 739
23 madzhab Malikiyah mengatakan bahwa Al-Maslahah Al-Mursalah adalah setiap prinsip
syara‟ yang tidak disertai bukti nash khusus, namun sesuai dengan tindakan syara‟ serta maknanya
diambil dari dalil-dalil syara‟. Lihat Rahmat Syafi‟, Ilmu Ushul Fiqih, Op.Cit. hal.120.
52
peraturan syariat atau tujuan syariat (maqasyid al-syariah) yang
sebelumnya tidak ada ketentuan dalil dalam syariat, sehingga dapat
terwujud menarik kebaikan (jalbu al-mashalih) dan menolak
kerusakan (dar‟u al-mafasid).24
Sedangkan dalam urf yang digunakan oleh Al-Zuhaili adalah urf
yang sudah berlaku secara umum dari masa sahabat dan sesudahnya
yang tidak bertentangan dengan nash syara‟ dan kaidah-kaidah dasar.
Adapun sadd az-Dzari‟ah yang digunakan az-Zuhaili yaitu untuk
menentukan apakah suatu perbuatan dilarang atau tidak, karena ia bisa
menjadi sarana (adz-dzariah) terjadinya suatu perbuatan lain yang
dilarang.25
C. Pemikiran Wahbah Az-Zuhaili Tentang Zakat Hasil Investasi
Properti 1. Corak Hukum dan Pemikiran Wahbah Az-Zuhaili
Sebagai seorang ulama kontemporer yang disegani berbagai
kalangan, yang semasa dengan rekannya yaitu Yusuf al-Qardhawi,
tentunya memiliki peran dalam kancah intelektualisme Islam, baik
sebagai seorang pemikir maupun aktivis. Untuk melacak itu semua
perlu diketengahkan secara sekilas proses perkembangan pemikiran
yang dialami dan aktivitas karir dan pengabdiannya.
Az-Zuhaili adalah seorang pemikir yang memiliki integritas
keilmuwan di beberapa bidang, khususnya bidang hukum Islam yang
banyak dijadikan rujukan oleh kalangan akademis maupun masyarakat
umum. Pemikiran Az-Zuhaili berarah moderat, yang memadukan
pemikiran salaf dengan khalaf dan pemikiran modern. Dan dalam
melaksanakan syariat tidak boleh melupakan maqashid syariah-nya.
Agama tidak semata soal halal-haram, tapi sarat berbagai pesan moral
yang kadang dilupakan.
24 Wahbah Az-Zuhaily. Usulul Fiqh Al-Islamy, Op.Cit. hal.757
25
Ibid hal.831
53
Az-Zuhaili menyadari bahwa modernisasi dalam segala bidang
tidak menutup kemungkinan akan memunculkan inovasi baru dan
industrialisasi.26
Namun Ia menekankan bahwa pembaharuan yang
dilakukan harus tidak bertentangan dengan nilai-nilai syari'ah Islam.
Menurutnya pintu ijtihad terbuka lebar bagi setiap orang yang
memiliki keahlian yang didukung dengan kecerdasan intelektual,
penguasaan bahasa dan memiliki wawasan yang luas dalam
menetapkan suatu produk hukum dengan dasar yang argumentatif dan
penggalian sumber hukum yang otentik.
Meski demikian az-Zuhaili berpandangan bahwa ruang lingkup
ijthad terbatas pada hal-hal tertentu; pertama, tidak berkaitan dengan
pembahasan bidang aqidah, ibadah, akhlaq dan syari'at yang qath'i,
karena hukumnya terdapat dalam nash yang jelas dan bersifat
'ubudiyah semata. Kedua, sesuatu yang tidak terdapat dalam nash yang
qath'i atau dalilnya yang menjadi pijakan bersifat dzanni.27
Corak terpenting metodologi Wahbah Az-Zuhaili dalam setiap
karyanya adalah metode ijtihadnya yang lebih mengarah pada Taysir
(memudahkan) dalam pemahaman dan praktik keagamaan. Metode ini
akan dapat membebaskan dari belenggu madzhab tertentu (fanatis).
Karna Az-Zuhhaili merupakan ulama kontemporer yang sangat
membenci fanatisme (ta'ashshub) mazdhab.
Dalam membahas aturan-aturan Syariah Islamiyah, Az-Zuhaili
menyandarkannya kepada dalil-dalil yang shahih. Diantara
keistimewaan corak pemikiran, baik dalam segi penulisan, pembaban,
26 Faktor Pendorong Pembaharuan Hukum Islam diantaranya adalah : Pertama; Perubahan
situasi dan kondisi zaman membawa perubahan cara berfikir ulama,maka berubah pula cara
memberi interpretasi atas kehendak Allah, lalu membawa perlunya perubahan dalam merumuskan
fiqh(hukum islam. Kedua ; Banyaknya masalah hukum dalam kehidupan sosial masa kini yang
belum terjangkau oleh rumusan fiqh lama. ,Jaih Mubarok. Sejarah dan Perkembangan Hukum
Islam. Bandung : PT Remaja Rosdakarya 2000. Hlm 83.
27
Wahbah Zuhaili, Al-Qur'an dan Paradigma Peradaban, alih bahasa M. Thahir, cet.1
(Yogyakarta: Dinamika, 1996),. hlm 78.
54
sistematika, maupun dalil-dalilnya dalam setiap karyanya adalah
sebagai berikut ;
a. Menguraian syariat Islam yang di dasarkan atas dalil yang benar
dari al-Qur‟an dan as-Sunnah, dan akal.28
Menurutnya orang yang membatasi hukum Islam hanya
diambil dari al-Qur‟an saja, berarti ia telah menyelewengkan atau
me-nasakh (melepaskan) Islam dari akar-akarnya, dan lebih dekat
kepada musuh agama. Barang siapa membatasi fiqih hanya dengan
memahami as-Sunnah saja, maka ia telah mereduksi
(mempersempit) Islam dan berbuat aniaya.29
pemikiran akan
pincang dan tidak dapat merelevansikannya dengan zaman
sehingga tidak akan memberikan kemaslahatan kepada manusia.
Oleh sebab itu pemikiran Az-Zuhaili selalu disertai dengan
dalil-dalil hukumnya dengan tujuan agar terlepas dari taklid
menuju kedudukan ittiba‟, menurutnya dalil-dalil hukum
merupakan ruh dari fiqih itu sendiri, sehingga dengan mempelajari
dalil-dalil hukum akal bisa menjadi terlatih dan keahlian seorang
pakar fiqih dapat terbentuk.30
b. Az-Zuhaili juga menekankan metode perbandingan antara
pendapat-pendapat empat mazdhab (Hanafiyah, Malikiyah,
Syafiiyah, dan Hanabilah) dan kadang-kadang dengan madzhab
lain. Dalam menganalisis pendapat setiap madzhab, beliau benar-
benar bersandar pada buku dari mazhab masing-masing yang
paling otoritatif,31
dengan disertai penyimpulan hukum (istinbaath
al-ahkam) dari sumber-sumber hukum Islam baik yang naqli (al-
Qur‟an, as-Sunnah, ijma‟ dan qiyas) ataupun yang aqli.
28 Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh, juz 1, Op.Cit, hal.8. Lihat juga Wahbah
Zuhaili, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, terj. Agus Efendy dan Bahruddin Fananny, Bandung:
Remaja Rosdakarya,2008 cet.7, hal. 5
29 Ibid hal.9
30
Ibid hal.8
31 Wahbah Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Madzhab.. hal.6
55
Az-Zuhaili menganggap bahwa, mengutip pendapat suatu
madzhab dari rujukan yang tidak sama madzhabnya akan
menyebabkan kesalahan penisbatan, terutama dalam pendapat yang
paling unggul (rajih) dalam madzhab tersebut. Oleh sebab itu
menurut beliau mempelajari hukum-hukum fiqh dengan sebatas
bersandaran pada definisi atau identifikasi masalah atau
berdasarkan kemungkinan-kemungkinan atas sesuatu yang bisa
terjadi tidak akan dapat diterima oleh akal dan tidak pula
menenteramkan jiwa.32
c. Berusaha menjelaskan kesahihan hadist, men-takhrij dan menilai
hadist-hadist yang dijadikan dalil oleh para ahli fiqih, sehingga
akan jelas mendapatkan dalil yang benar.33
Dengan demikian,
beliau dapat mengambil dalil yang benar (sahih) itu dan
meninggalkan pendapat yang bersandar pada hadist yan dhoif.
d. Berupaya memperluas berbagai hukum fiqih mengenai persoalan
pokok, menimbang asumsi-asumsi hukum fiqih dari setiap
madzhab yang lain, sehingga terjadi sikap saling menghormati. Az-
Zuhaili juga berupaya mengungkapkan pendapat yang tidak
terungkap untuk mengetahui hukum yang dikehendaki oleh suatu
madzhab sehingga bisa dijadikan sandaran,34
yang selanjutnya oleh
Az-Zuhaili melihat kecenderungan pendapat suatu madzhab
kepada madzhab yang lain dan menimbang berbagai pendapat.
e. Berfokus pada dimensi-dimensi praktis, dan mengesampingkan
permasalah-permasalahan yang tidak riil, seperti membahas
persoalan yang berkaitan dengan perbudakan dan hamba sahaya,
yang pada era saat ini sudah di hapuskan dari seluruh dunia.35
f. Pemikiran Al-Zuhaili lebih fokus pada sisi praktikal, sehingga
dalam penulisan karyanya ia tidak menyinggung masalah yang
32 Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islam wa Adillatuh Op.cit. hal 8
33
Wahbah Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, Op.Cit. hal.6
34 Ibid. hal.7
35
Ibid.
56
bersifat rekaan atau khayalan yang tidak mungkin dapat terjadi. Ia
juga melakukan analisis dari beberapa argumentasi para ulama dan
mengambil kesimpulan dari pendapat yang paling unggul (rajih)
menurutnya, terutama jika salah satu dari pendapat ulama tersebut
merujuk pada hadits dhaif, atau suatu pendapat itu lebih berpotensi
memberikan kemaslahatan bagi masyarakat.
Metode pemikiran yang seperti ini digunakan oleh Az-Zuhaili
dalam tujuan untuk menghindari penafsiran yang salah serta
fanatisme madzhab yang sempit.
g. Az-Zuhaili dalam memaparkan hal yang dibahas, beliau selalu
menggunakan ungkapan-ungkapan yang sederhana dan mudah,
dijelaskan dengan contoh, dan sistematika yang mudah di pahami
oleh orang-orang yang hidup pada abad ini.36
Dengan demikian
fiqih lebih bisa diterima dengan metode, sistematika, dan
penyusunan per babnya.
h. Dalam karya az-Zuhaili, beliau tidak melewatkan untuk membahas
sebagian dari asumsi-asumsi baru, sehingga orang islam dapat
hidup dengannya, dengan diilhami oleh kaidah-kaidah syari‟ah dan
prinsip-prinsipnya serta pernyataan-pernyataan oleh fuqoha.37
Dengan demikian, pintu ijtihad tetap terbuka bagi mereka yang
mau terus mengembangkan pembahasan berijtihad, karna karunia
Allah tidak pernah putus, dan pemberianNya kepada setiap orang tidak
dibatasi oleh zaman tertentu.
Dalam kondisi terpaksa (ad-dharuurah), sangat butuh (al-haajah),
tidak mampu (al-ajz) atau ada alasan yang lain (al-udzur), maka taqlid
terhadap semua madzhab dibenarkan walaupun sampai pada tahap
talfiq.38
Menurutnya mencari rukhshakh (tatabbu‟ ar-rukhas)39
36 Ibid. hal.9
37
Ibid.
38 Wahbah Al-Zuhaily, Fiqih Islam wa Adillatuhu,Op.Cit hal.10
39 yaitu sikap seseorang yang memilih pendapat yang paling mudah tentang beberapa masalah
diantara pendapat semua madzhab.
57
sewaktu dibutuhkan dan mengandung nilai kemaslahatan, karena
agama Allah adalah agama yang mudah, bukan agama yang sulit.
Allah SWT. Berfirman:
ر س ع ال م ك ب د ي ر ي ل و ر س ي ال م ك ب الل د ي ر ي Allah menghendaki kemudahan bagimu,, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu, (al-Baqarah, 185)
م ك ي ل ع ل ع اج م و ج ر ح ن م ن ي الد ف
… dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam hal
agama suatu kesempitan…(al-Hajj,72)
افي ع ض ان س ن ال ق ل خ و م ك ن ع ف ف ي ن ا الل د ي ر ي Allah hendak memberimu keringanan kepadamu, dan
sesungguhnya manusia dijadikan bersifat lemah, (an-Nisa‟, 28)
Mengikuti rukhshoh tidak dibolehkan dengan tujuan main-main
dan atas dasar semata-mata mengikuti hawa nafsunya, seperti apabila
seseorang mengambil pendapat yang paling ringan baginya dari setiap
madzhab, sedangkan tidak ada kondisi terpaksa (ad-dharuurah),
sangat butuh (al-haajah), tidak mampu (al-ajz) atau ada alasan yang
lain (al-udzur).40
Talfiq juga tidak dibolehkan jika bertentangan
dengan keputusan hakim dalam menghilangkan sengketa, begitu pula
talfiq tidak boleh jika bertentangan dengan tradisi masyarakat atau
bertentangan dengan pendapat yang disepakati bersama yang sesuai
dengan ketentuan perintah-perintah syariah.
Oleh sebab itu pemikiran az-Zuhaili selalu disertai dengan dalil-
dalil hukumnya dengan tujuan agar terlepas dari taklid menuju
kedudukan ittiba‟, selain dari menurutnya dalil-dalil hukum
40 Wahbah Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Madzhab.. hal.8. LIhat juga Wahbah Zuhayli, al-
Fiqh al-Islam wa Adillatuh, juz 1 (Damaskus, Dar al-Fikr 2006), hal 11
58
merupakan ruh dari fiqih itu sendiri, sehingga dengan mempelajari
dalil-dalil hukum akal bisa menjadi terlatih dan keahlian seorang pakar
fiqih dapat terbentuk.41
Motto hidup dari Wahbah Az-Zuhaili adalah, “Inna sirra an-najah
fi al-hayah ihsan ash-shilah billah `azza wa jalla”, (Sesungguhnya,
rahasia kesuksesan dalam hidup adalah membaikkan hubungan dengan
Allah `Azza wa Jalla).
2. Pemikiran Wahbah Az-Zuhaili Tentang Zakat Hasil Investasi Properti
Wahbah Az-Zuhaili adalah seorang cendikiawan muslim („alim
„allamah) yang menguasai berbagai disiplin ilmu, beliau adalah
seorang ulama‟ muslim kontemporer yang mendunia, yang mana
pemikirannya dalam berbagai disiplin ilmu telah menyebar ke berbagai
belahan dunia islam melalui kitab-kitab karyanya. Diantara sekian
banyak kitab-kitabnya adalah Al-Fiqhul Islam wa Adillatuhu, yang
menjadi rujukan sekaligus sumber utama dalam penelitian skripsi ini.
Az-Zuhaili menyatakan bahwa pintu ijtihad terbuka lebar bagi
setiap orang yang memiliki keahlian yang didukung dengan
kecerdasan intelektual, penguasaan bahasa dan memiliki wawasan
yang luas dalam menetapkan suatu produk hukum dengan dasar yang
argumentatif dan penggalian sumber hukum yang otentik.42
Az-Zuhaili dalam kitabnya tersebut, selain membahas properti
dalam kategori harta yang mewajibkan untuk di bayarkan zakatnya,
juga membahas tentang properti dalam beberapa bab dari kesekian
banyak bab yang dibahas di dalam kitab tersebut, yang diantaranya
adalah dalam bab jual beli, kegiatan muamalah dan juga dalam bab
Wakaf.
41 Ibid
42 Az-Zuhaili, Al-Qur'an dan Paradigma Peradaban ........... hlm 78.
59
ك الدو ر آخ ر إ ل م ك ان ل ه و ت و ي ل ه أ ص الم ن ي ك ن ن ق ل ا لذ ي الثاب ت :ه و و ال ع ق ار
ي و ال ر اض
Properti adalah suatu barang tetap yang tidak dapat
dipindahkan dan dikonversikan dari suatu tempat ke tempat yang
lainnya seperti rumah dan tanah.43
az-Zuhaili dalam kitabnya Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu,
menjelaskan :
و م ن ب ق :ع ن ذ ل ك ا و ال ع م ار ات ا ق ام ة ال م ب ان ص د ال ك ر اء ,و ال م ص ان ع ط ر ي ق “ Harta kekayaan berupa bangunan, pabrik, kapal, pesawat
terbang, dan sebagainya tidak diwajibkan untuk dikeluarkan zakatnya
yang diambil dari bagian benda-benda tersebut, akan tetapi
keuntungan bersihnya perlu di zakati jika keuntungan tersebut sudah
mencapai nisabnya.”44
Sedangkan nishab dari hasil zakat investasi properti, menurut az-
Zuhaili itu disamakan pada zakat harta (emas dan perak) dan
prdagangan, hal ini dilakukan karna pada dasarnya modal yang
digunakan dalam berinvestasi adalah berupa uang yang ditukar
menjadi saham atau surat berharga lainnya. Az-Zuhaili membagi
kewajiban zakat atas hasil investasi properti menjadi dua bagian, yaitu:
1. Kewajiban zakat perorangan, yaitu ketika seseorang mengelola
investasi propertinya secara mandiri, dengan demikian maka
perhitungan zakatnya adalah sesuai dari pendapatnya :
43 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu ibid, juz. IV, 404
44
Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami Wa Adillatuhu, Cet. II, juz II, Damaskus: Daar al-
Fikri, 1997, hal. 774. Lihat juga Wahbah Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, Op.Cit.
hal.274
60
ب ة ال ات ار ق ع ل ا ه اب ن س أ ر ب اح ت غ لة ت ز كىم ن ات ر ج أ ن م ر ش ع ال س ي ل و ۵،۲%م س
Zakat atas investasi properti adalah 2,5% dari keuntungan yang
didapatkan, bukan 10% dari pembayaran pembiayaan.
2. Pengelolaan investasi properti secara barsama-sama (Syirkah),
maka kewajiban zakat atasnya, melalui pembagian keutungan
terlebih dahulu kepada tiap orang dalam kelompoknya,
kemudian jika keutungan yang diperoleh setiap orang itu
melebihi dari nishab yang sudah ditentukan atas zakat investasi
properti, maka zakatnya harus di keluarkan bersamaan dengan
harta lain yang dimilikinya.
و ل إ ر ظ ن ي ل ات ك ر الش ف ام ل إ ر ظ ن اي ن إ ،و ات ك ر الش اح ب ر أ ع و م
ة دىح ل ع ك ي ر ش لك ص ي
Dan dalam investasi properti yang dikelola bersama
(syirkah) maka kewajiban zakat tidak dihitung dari suluruh
keuntungan yang di dapat secara global, namun dengan
melihat bagian dari tiap orang yang berserikat.
Investasi properti adalah harta yang berupa tanah, bangunan,
sarana dan prasarana yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
tanah atau bangunan. Properti pada dasarnya adalah tidak wajib
dizakati, namun pengelolaan dan pengembangan yang memberikan
penghasilan bagi pemiliknya dengan cara disewakan atau dijual
hasilnya, itulah yang menjadi alasan diwajibkannya zakat, yaitu
adanya perkembangan pada harta.45
Dalam hal zakat properti ini, az-Zuhaili menggunakan metode
qiyas yaitu menyamakan hukumnya dengan hukum zakat atas barang-
barang yang sudah ada hadistnya dari Rasulullah, dengan melihat
45 Fahrur Mu‟is, Zakat A-Z Panduan Mudah, Lengkap, dan Praktis tentang Zakat, Cet.1, Tinta
Medina Solo, hal,93
61
aspek-aspek yang mewajibkan untuk diperintahkannya melaksanakan
zakat, yaitu pertumbuhan, pertambahan atau perkembangan ( النماء ). Az-Zuhaili juga ber-ijtihad dengan melihat dari keumuman firman
Allah dalam surah Al-Baqarah, yaitu:
ا م ن و اأ ن ف ق و ا ي اا ي ه االذ ي ن ط ي ب ات ن ال ك م م ن م ن ر ج ك س ب ت م و م اا خ م ا
... ال ر ض Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah (dijalan Allah)
sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik, begitupun sebagian dari
apa-apa yang telah kami keluarkan untukmu dari perut bumi… (Q.S.
Al-Baqarah; 267)46
Meskipun jumhur fuqoha kita tidak memberikan pernyataan atas
wajibnya zakat untuk harta kekayaan seperti yang disebutkan diatas, --
mereka mengatakan “Tidak ada zakat dalam Real Estate, perabot
rumah tangga, alat-alat kerja dan kendaraan...”.
Pada era Rasulullah, sahabat dan generasi setelahnya, belum ada
perkembangan yang menjadikan uang berkembang seperti di zaman
kita saat ini, Investasi properti adalah salah satu dana pembangunan
terbesar dan paling popular saat ini. Namun karna kebiasaan dari
sebagian kelompok saat ini sering menganggap bid‟ah atas penetapan
hukum suatu hal baru yang belum ada dimasa Rasulullah dan generasi
setelahnya, maka kita jarang menemukan kata kecuali menggemakan
Syari‟at yang pertama (menetapkan hukum sesuatu sesuai hukum
awal).
Senada dengan pendapat az-Zuhaili yaitu beberapa pendapat dari
para ulama‟ kontemporer diantaranya adalah yang dikemukakan oleh
Yusuf al-Qardhawi:
46 Wahbah Zuhaily, Zakat Kajian Berbagai Madzhab, Op.Cit. hal.181. Lihat juga, Sayyid
Sabiq, Fiqus Sunnah, Terj. Mahyuddin Syaf “ Fiqhus Sunnah 3, Cet V, Bandung: PT. Al-Maarif,
1986, , hal.52
62
ت ك و ن ز ك اة ال ع م ا ن ن ر ىا نال و ل و ن و ه اف غ لت ه م ا.و ف اة و ال م ص ان ع
خ ذ ت ؤ ن ق و ل ,ف ف يال م و الثاب ت ن ق و ل ال م ب ي ع ص ر ن ا,ن ف ر ق ال م ن ت ج ة ف ا م و ال
ت ؤ خ ذ ر ,و الثاب ت ال ع ش ار ر ب ع ب ق د ال م ال ر أ س ار الزك اة م ن غ لت ه ب ق د الزك اة م ن
ر . ال ع ش ن ص ف ر ا و ال ع ش “Kami berpedapat bahwa yang lebih baik adalah memungut zakat
dari hasil investasi gedung atau pabrik dan sebangsanya. Dan kami
juga membedakan antara harta yang memberikan hasil itu ke dalam
harga bergerak dan tidak bergerak. Atas kekayaan yang bergerak
dikenakan atas modal sebesar 2.5% sedangkan atas kekayaan yang
tidak bergerak dikenakan zakat atas hasilnya sebesar 10% atau 5%.
Dan nishabnya berdasarkan nishab uang, yaitu seharga 85 gram
emas”. 47
Beberapa fuqaha (mujtahid) adalah "penemu" yang tetap sama dan
memperbaharui kegunaan hukum islam yang pertama. Selain hal-hal
yang dianggap diperdagangkan di mata, yaitu yang berpindah dari satu
tangan ke tangan lainnya. Inilah yang dapat kita lihat di zaman kita
pada bangunan, apartemen, tempat tinggal dan pabrik yang
memproduksi serta menjual produk mereka di pasar.
Ibn ‟Uqayl al-Hanbali, dan al-Hadawayh dari madzhab zaydiyah
berpendapat bahwa zakat barang-barang konsumsi, seperti barang tak
bergerak untuk disewakan serta semua barang yang disewakan wajib
di zakati seperti halnya zakat perdagangan yang harus dikeluarkan
zakatnya setiap tahun.48
47
Yusuf Qardhawi, Fiqh Zakat, op-cit., hlm. 474 dan 478
48 Wahbah Az-Zuhaili, zakat kajian…, Op.Cit.hal, 274. Lihat juga Bada‟I‟ al-Fawaid
karangan Ibn al-Qayyim, hal.143
63
Sedikit berbeda dengan pendapat bebrapa ulama‟ yang di gelaskan
diatas yaitu pendapat Az-Zuhaili sendiri, yang menganalogkan kadar
yang harus dikeluarkan dalam zakat investasi properti seperti zakat
perdagangan dan zakat mal (nuqud atau uang).
ن اي ر ف ر ب ع ال ع ش الزك اة :ه و ار ك ز ك اة الت ج ار ة و الن ق و د و م ق د , ة ال و ل Dan kadar zakat dari investasi properti adalah 2,5 dari
keuntungan yang harus dikeluarkan pada akhir tahun (haul), seperti
kadar zakat perdagangan dan uang (mal).49
Alasan az-Zuhaili dalam menetapkan kadar zakat investasi properti
disamakan dengan kadar zakat perdagangan dan zakat mal (nuqud)
adalah melihat keumuman dari surah Al-Baqarah;267, yaitu setiap
harta yang kitamiliki dan dihasilkan dari usaha yang baik, serta
berijtihad mengkomparasikan antara pendapat ulama yang mewajibkan
dan tidak mewajibkan atas zakat invetasi properti, dan menggali
hukum baru yang di sesuaikan dengan muamalah pada saat ini dengan
mengambil jalan tengah dari perbedaan pendapat tersebut namun
masih dalam koridor syari‟at agama islam.
49 Wahbah Az-Zuhaili, Al-Fiqhul Islami …Op.Cit. juz II, 775