bab ii tuna grahita

23
6 BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Dasar (Masalah Utama) Tunagrahita Sedang B. Pengertian Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan nama : lemah pikiran, terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita. Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata.Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardation, mentally retarded, mental defisiency, mental defective, dan lain-lain (Somantri,2006). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah bagian dari anak luar biasa.Anak luar biasa yaitu anak yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual, sosial, emosi dan atau gabungan dari hal-hal tadi, sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus untuk mengembangkan potensinya secara optimal. C. Klasifikasi Pada umumnya pengelompokan anak tunagrahita didasarkan pada taraf intelegensinya. Mengenai

Upload: indra-kusuma

Post on 29-Dec-2015

57 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

keperawatan anak

TRANSCRIPT

Page 1: Bab II Tuna Grahita

6

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar (Masalah Utama)

Tunagrahita Sedang

B. Pengertian

Istilah untuk anak tunagrahita bervariasi, dalam

bahasa Indonesia dikenal dengan nama : lemah pikiran,

terbelakang mental, cacat grahita dan tunagrahita.

Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk

menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di

bawah rata-rata.Dalam kepustakaan bahasa asing

digunakan istilah mental retardation, mentally

retarded, mental defisiency, mental defective, dan

lain-lain (Somantri,2006).

Dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Mentally

Handicaped, Mentally Retardid. Anak tunagrahita adalah

bagian dari anak luar biasa.Anak luar biasa yaitu anak

yang mempunyai kekurangan, keterbatasan dari anak

normal. Sedemikian rupa dari segi: fisik, intelektual,

sosial, emosi dan atau gabungan dari hal-hal tadi,

sehingga mereka membutuhkan layanan pendidikan khusus

untuk mengembangkan potensinya secara optimal.

C. Klasifikasi

Pada umumnya pengelompokan anak tunagrahita

didasarkan pada taraf intelegensinya. Mengenai

klasifikasi/pengelompokan anak tunagrahita ini menurut

amin (1986) adalah sebagai berikut:

1. Tunagrahita Ringan

Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang

atau kondisi fisiknya tidak berbeda dengan anak

normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran

Page 2: Bab II Tuna Grahita

7

50 s/d 70.Anak yang paling cerdas diantara anak

tunagrahita mereka masih memiliki potensi untuk

mempelajari mata pelajaran seperti

membaca,berhitung, menulis.Mereka dikatakan

tunagrahita ringan pembendaharaan katanya terbatas

tetapi penguasaan bahasanya memadai, sekurang-

kurangnya memadai untuk situasi-situasi tertentu.

Kecerdasan anak tunagrahita ringan tidak akan lebih

dari anak berumur 8-12 tahun. Kecepatan

perkembangannya kira-kira tiga perempat kecepatan

anak normal.

2. Tunagrahita Sedang

Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok

latih.Tampang atau kondisi fisiknya sudah dapat

terlihat, tetapi ada sebagian anak tunagrahita yang

mempunyai fisik normal.Kelompok ini mempunyai IQ

antara 30 s/d 50.Anak tunagrahita sedang dapat

berkomunikasi dengan beberapa kata tetapi tidak

dapat berkomunikasi secara tertulis serta berhitung

sebenarnya, kemampuan bahasanya terbatas, kata-kata

sederhana, bisa diajarkan tetapi tanpa pengertian.

Mereka harus dibingbing sebab mereka harus

memerlukan pemeliharaan dan pengawasan serta bantuan

ekonomi dari orang lain. Tetapi mereka dapat

membedakan beberapa bahaya yang bersifat umum.

Kecerdasan anak limbesil tidak akan lebih dari anak

berumur 6 tahun. Kecepatan perkembangannya kira-kira

setengah kecepatan anak normal.

3. Tunagrahita Berat

Anak tunagrahita berat termasuk kelompok mampu

rawat, IQ mereka rata-rata 30 kebawah.Golongan ini

termasuk golongan paling rendah dan sama sekali

tidak dapat mengurus diri sendiri, melakukan

sosialisasi dan bekerja. Pekerjaan-pekerjaan

Page 3: Bab II Tuna Grahita

8

sederhana seperti memakai pakaian, membua pakaian

kebelakang, makan sama sekali tidak dapat mereka

pelajari. Mereka tidak dapat membedakan bahaya dan

bukan bahaya, sepanjang waktunya memerlukan uluran

dan bantuan dari orang lain. Pembendaharaan katanya

terbatas bahkan ada yang sama sekali tidak mempunyai

pembendaharaan kata. Kecerdasan anak tunagrahita

berat tidak akan lebih dari anak normal yang berumur

tiga tahun kecepatan perkembangan kecerdasan kira-

kira seperempat kecepatan anak normal.

4. Tunagrahita Sangat Berat

Hampir semua anak yang cacat mental mempunyai

cacat ganda yang menghambat prosedur pengajaran

normal.Misalnya sebagai tambahan cacat mental

tersebut sianak lumpuh (karena cacat otak) dan

tuli.Tujuan pelatihan bagi anak-anak ini adalah

untukmembentuk suatu tingkatan penyesuaian sosial

dalam situasi lingkungan terbatas (terkendali).

D. Etiologi

1. Prenatal (sebelum lahir)

Yaitu terjadi pada waktu bayi masih ada dalam

kandungan, penyebabnya seperti : campak, diabetes,

cacar, virus tokso, juga ibu hamil yang kekurangan

gizi, pemakai obat-obatan (napza) dan juga perokok

berat.

2. Natal (waktu lahir)

Proses melahirkan yang sudah terlalu lama,

dapat mengakibatkan kekurangan oksigen pada bayi,

juga tulang panggul ibu yang terlalu kecil. Dapat

menyebabkan otak terjepit dan menimbulkan pendarahan

pada otak (anoxia), juga proses melahirkan yang

menggunakan alat bantu (penjepit, tang).

3. Pos Natal (sesudah lahir)

Page 4: Bab II Tuna Grahita

9

Pertumbuhan bayi yang kurang baik seperti gizi

buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai

kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak

(meningitis) dapat menyebabkan seorang anak menjadi

ketunaan (tunagrahita).

Page 5: Bab II Tuna Grahita

Faktor genetik Faktor prenatal Faktor perinatal Faktor pascanatal

Kelainan jumlah dan bentuk kromosom

campak, diabetes, cacar, virus tokso, juga ibu hamil yang kekurangan gizi, pemakai obat-obatan (napza) dan juga perokok berat.

Proses melahirkan yang sudah terlalu lama, tulang panggul ibu yang terlalu kecil, juga proses melahirkan yang menggunakan alat bantu (penjepit, tang).

gizi buruk, busung lapar, demam tinggi yang disertai kejang-kejang, kecelakaan, radang selaput otak (meningitis)

Kerusakan pada fungsi otak:Hemisfer kanan: keterlambatan perkembangan motorik kasar dan halus.Hemisfer kiri: keterlambatan perkembangan bahasa, social, dan kognitif.

Penurunan fungsi intelektual secara umumGangguan perilaku adaftasi sosial

keluarga Hubungan sosial perkembangan

Kecemasan keluarga.Kurang pengetahuan.Koping keluarga tak efektif

gangguan komunikasi.Gangguan bermainIsolasi social.Kerusakan interaksi social.

Fungsi intelektual menurun

Resiko ketergantunganResiko cidera.

10

E. Pathway

Page 6: Bab II Tuna Grahita

11

F. Manifestasi Klinis

Karakteristik atau ciri-ciri anak tunagrahita dapat

dilihat dari segi :

a. Fisik (Penampilan): Penampilan fisik tidak seimbang

misalnya kepala terlalu kecil/besar, mulut melongo,

mata sipit/mongoloid, badan bungkuk, kemungkinan

tonus otot abnormal, sering ngiler/keluar cairan

dari mulut.

b. Intelektual: Sulit mempelajari hal-hal akademik,

perkembangan bahasa/bicara lambat, kecerdasan

terbatas.

a. Anak tunagrahita ringan, kemampuan belajarnya

paling tinggi setaraf anak normal usia 12 tahun

dengan IQ antara 50 – 70.

b. Anak tunagrahita sedang kemampuan belajarnya

paling tinggi setaraf anak normal usia 7, 8 tahun

IQ antara 30 – 50

c. Anak tunagrahita berat kemampuan belajarnya

setaraf anak normal usia 3 – 4 tahun, dengan IQ

30 ke bawah.

c. Sosial dan Emosi: bergaul dengan anak yang lebih

muda, suka menyendiri, mudah dipengaruhi, kurang

dinamis, kurang pertimbangan/kontrol diri, kurang

konsentrasi, tidak dapat memimpin dirinya maupun

orang lain, tidak dapat mengurus diri sendiri tanpa

bantuan orang lain sesuai usia, arah minat sangat

terbatas kepada hal-hal yang terbatas dan sederhana

saja, tidak ada/kurang sekali perhatian terhadap

lingkungannya (pandangan kosong) dan perhatiannya

labil, sering berpindah-pindah.

d. Koordinasi gerakan kurang, gerakan kurang

terkendali.

Page 7: Bab II Tuna Grahita

12

e. Daya ingatannya lemah, emosi sangat miskin dan

terbatas, apatis dan acuh tak acuh terhadap

sekitarnya.

G. Penatalaksanaan Medis

Berikut ini adalah obat-obatan yang dapat

digunakan :

1. Obat-obat psikotropika (misalnya, Tioridazin,

Mellaril, Haloperidol/Haldol) untukremaja dengan

perilaku yang membahayakan diri sendiri.

2. Pikostimulan untuk remaja yang menunjukkan tanda-

tanda deficit perhatian atauhiperaktivitas

(misalnya, metilfenidat atau Ritalin).

3. Antidepresan (misalnya, fluoksetin atau Prozac).

4. Obat untuk perilaku agresif (misalnya,

karbamazepin atau Tegretol)

H. Pemeriksaan Diagnostik

1. Radiologi

2. Pemeriksaan EEG

3. Pemeriksaan CT scan

4. Thoraks AP/PA

5. Laboratorium: SE (serum elektrolit), FL, UL, DL, BUN,

LED, serum protein, IgG/IgM

6. Konsultasi: bidang THT, jantung, paru, bidang mata,

rehabilitasi medis.

7. Program Terapi, meliputi: gizi seimbang,

multivitamin, AB sesuai dengan infeksi penyerta.

I. Komplikasi

1. Kelainan pada mata (misalnya, katarak, kornea keruh,

dll)

2. Kejang

3. Kelainan kulit

Page 8: Bab II Tuna Grahita

13

4. Kelainan rambut (rambut rontok dan rambut cepat

memutih)

5. Kepala (mikrosefali dan makrosefali)

6. Masalah-masalah prilaku atau psikiatri

7. Disfungsi tiroid

8. Konstipasi (akibat penurunan motilitas usus akibat

obat-obatan antikonvulsi,kurang mengkonsumsi

makanan berserat dan cairan)

9. Kelainan kongenital yang berkaitan seperti

malformasi esophagus, obstruksi usus halus dan

defek jantung

J. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1.Pengkajian

Anamnesa

a. Identitas klien, meliputi nama, umur, jenis

kelamin, nama orang tua, alamat, umur, pendidikan,

pekerjaan, agama, dan suku.

b. Keluhan utama, yaitu pertumbuhan dan perkembangan

anak terlambat dari kelompok seusianya.

c. Riwayat penyakit saat ini, biasanya diawali dari

pengalaman dan perasaan cemas ibu klien yang

melihat pertumbuhan dan perkembangan anaknya yang

terlambat tidak sesuai dengan kelompok seusianya.

d. Riwayat penyakit dahulu, penyakit seperti Rubella,

tetanus, difteri, meningitis, morbili, polio,

pertusis, varicella, dan ensefalitis dapat

berkaitan atau mempengaruhi pertumbuhandan

perkembangan baik secara enteral maupun parenteral.

e. Riwayat antenatal, natal, dan pascanatal

1) Antenatal. Kesehatan ibu selama hamil, penyakit

yang pernah diderita serta upaya yang dilakukan

untuk mengatasi penyakitnya, berapa kali

perawatan antenatal, kemana serta kebiasaan

Page 9: Bab II Tuna Grahita

14

minum jamu-jamuan dan obat yang pernah diminum

serta kebiasaan selama hamil.

2) Natal. Tanggal, jam, tempat pertolongan

persalinan, siapa yang menolong, cara ersalinan

(spontan, ekstraksi vakum, ekstraksi forceps,

sectio sesaria, dan gamelli), presentasi kepala,

dan komplikasi atau kelainan kongenital. Keadaan

saat lahir dan morbiditas pada hari pertama

setelah lahir, masa kehamilan (cukup, kurang,

lebih) bulan.

3) Pascanatal. Lama dirawat dirumah sakit, masalah-

masalah yang berhubungan dengan gangguan system,

masalah nutrisi, perubahan berat badan, warna

kulit, pola eliminasi, dan respon lainnya.

Selama neonatal perlu dikaji adanya asfiksia,

trauma, dan infeksi.

f. Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan. Berat badan,

lingkar kepala, lingkar lengan, kiri atas, lingkar

dada terakhir, tingkat perkembangan anak yang telah

dicapai motorik kasar, motorik halus, kemempuan

bersosialisasi, dan kemampuan bahasa.

g. Riwayat Kesehatan Keluarga. Sosial, perkawinan

orang tua, kesejahteraan dan ketentraman, rumah

tangga yang harmonis, dan pola asuh, asah, dan

asih. Ekonomi dan adat istiadat berpengaruh dalam

pengelolaan lingkungan internal yang dapat

memepengaruhi perkembangan intelektual dan

pengetahuan serta keterampilan anak. Disamping itu

juga berhubungan dengan persediaan dan pengaduan

bahan pangan, sandang, dan papan.

h. Pola Fungsi Kesehatan

1) Pola Nutrisi. Makanan pokok utama, apakah ASI

atau PASI pada umur anak tertentu. Jika

diberikan PASI ditanyakan jenis, takaran, dan

Page 10: Bab II Tuna Grahita

15

frekuensi pemberian, serta makanan tambahan yang

diberikan. Adakah makanan yang disukai, alergi,

atau masalah makanan lainnya.

2) Pola Eliminasi. Sistem pencernaan dan perkemihan

pada anak perlu dikaji BAB atau BAK

(konsistensi, warna, frekuensi, jumlah, serta

bau). Bagaimana tingkat toilet training sesuai

dengan tingkat perkembangan anak.

3) Pola Aktifitas. Kegiatan dan gerakan yang sudah

dicapai anak pada usia sekelompoknya mengalami

kemunduran atau percepatan.

4) Pola Istirahat. Kebutuhan istirahat setiap hari

adalah gangguan tidur, hal-hal yang mengganggu

tidur dan yang mempercepat tidur.

5) Pola kebersihan diri. Bagaimana perawatan pada

diri anak, apakah sudah mandiri atau masih

ketergantungan sekunder pada orang lain atau

orang tua.

Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan umum klien saat dikaji, kesan kesadaran,

dan tanda vital (perubahan suhu, frekuensi

pernapasan, sistem sirkulasi, dan perfusi

jaringan). Kepala dan lingkar kepala hendaknya

diperiksa sampai anak usia 2 tahun dengan

pengukuran diameter oksipito-frontalis terbesar.

Ubun-ubun normal: besar rata atau sedikit cekung

sampai anak usia 18 bulan.

b. Mata, refleks mata baik, ada tidaknya ikterus pada

sklera, konjungtiva anemis/tidak, penurunan

penglihatan/visus, mikroftalmia, juling, nistagmus.

c. Telinga, simetris, fungsi pendengaran baik.

d. Mulut/Leher, bentuk “V” yang terbalik dari bibir

atas, langit-langit lebar/melengkung tinggi keadaan

Page 11: Bab II Tuna Grahita

16

faring, tonsil (adakah pembesaran, hiperemia),

adakah pembesaran kelenjar limfe, lidah dan gigi

(kotor atau tidak, adakah kelainan, bengkak, dan

gangguan fungsi). Kelenjar tiroid adakah

pembesaran/gondok yang dapat mengganggu proses

pertumbuhan dan perkembangan anak.

e. Kulit, keadaan warna, turgor, edema, keringat, dan

infeksi.

f. Thoraks, bentuk simetris, gerakan.

g. Paru, normal vesikular, adakah kelainan pernapasan

(ronkhi, wheezing).

h. Jantung, pembesaran, irama, suara jantung, bising.

i. Genitalia, testis, jenis kelamin, apakah labia

mayor menutupi labia minor, pada perempuan.

j. Ekstremitas, refleks fisiologis, refleks patologis,

refleks menegang, sensibilitas, tonus, dan motorik.

k. Kepala : Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk

kepala tdk simetris)

l. Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus,

mudah putus dan cepat berubah

m. Hidung: jembatan/punggung hidung mendatar, ukuran

kecil, cuping melengkung ke atas, dll

n. Telinga : keduanya letak rendah; dll

o. Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia

p. Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil

meruncing, ibujari gemuk dan lebar, klinodaktil,

dll

q. Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll

r. Kaki: jari kaki saling tumpang tindih, panjang &

tegap/panjang kecil meruncing diujungnya, lebar,

besar, gemuk

2.DiagnosaKeperawatan

Page 12: Bab II Tuna Grahita

17

a. Gangguan tingkat perkembangan (personal sosial,

bahasa, dan kognitif) b/d atrofi hemisfer kiri

(disfungsi otak).

b. Gangguan aktifitas fisik dan ketergantungan

sekunder b/d disfungsi otak.

c. Keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan sosial,

bahasa, bermain, dan pendidikan sekunder b/d

kurangnya informasi tentang pertumbuhan dan

perkembangan anak.

d. Kecemasan orang tua b/d keadaan pertumbuhan dan

perkembangan anak yang lambat.

3.Intervensi Keperawatan

Gangguan tingkat perkembangan (personal sosial, bahasa, dan

kognitif) b/d atrofi hemisfer kiri (disfungsi otak).

Ditandai dengan:

Data subjektif: klien tidak bisa mengucapkan kata-kata pada

usia yang seaya, kemampuan mendengar menurun, pengulangan kata

terganggu.

Data Objektif: pembicaraan spontan (-), tidak mengenal benda,

tidak mampu mengikuti pengulangan kata-kata, tidak bisa meniru

pengucapan kata.

Tujuan: dalam waktu 2x24 jam klien memperlihatkan tingkat

perkembangan (personal sosial, bahasa, dan kognitif) seoptimal

mungkin sesuai dengan kelompok usianya.

Kriteria Hasil: perilaku sangat ingin tahu dan lebih

memungkinkan melakukan kegiatan secara mandiri, belajar dengan

kata-kata melalui perabaan bahasa, pengucapan verbal meningkat

1-2 kata, dapat berbicara pada diri sendiri dan/atau orang

lain, keluarga mau melakukan stimulan terhadap tugas-tugas

perkembangan anak.

INTERVENSI RASIONAL

Page 13: Bab II Tuna Grahita

18

Monitor tingkat

pertumbuhan dan

perkembangan anak pada

area fungsi motorik kasar

dan halus (BB, TB, ligkar

kepala, lingkar dada, dan

lingkar lengan atas)

Diskusikan dan ajarkan

keluarga dan pengasuh

tentang tugas-tugas

perkembangan anak yang

sesuai dengan kelompok

usia dan stimulasinya.

Ajarkan dan beri

kesempatan pada anak untuk

memenuhi tugas

perkembangan sesuai dengan

kelompok usianya.

Cari pengasuh yang

konsisten

Ajarkan dan tingkatkan

perkembangan kata-kata

dengan pengulangan kata-

Pertumbuhan dan perkembangan

individu tergantung pada

sensitivitas suatu organ dalam fase

cepat seperti fungsi biologis,

gizi, dan faktor lingkungan serta

pola asuh, asah, dan asih, yang

dapat menilai tingkat kenormalan

fisik individu yang sesuai dengan

usianya.

Anak harus lebih diperlakukan

sebagai pribadi anak yang aktifyang

perlu distimulasi untuk menghadapi

dan mampu mengatasi masalah melalui

interaksi dan komunikasi antara

orang tua-klien, dan pengasuh.

Tindakan pemberian stimulasi untuk

ungkapkan rasa kasih sayang yang

dilakukan secara bertahap dan

berkelanjutan dimulai dari tahap

yang sudah dicapai oleh anak secara

wajar atau tanpa paksaan serta beri

pujian bila hal yang dilakukan itu

mencapai keberhasilan.

Peran aktif pengasuh diperlukan

untuk adaptasi anak dalam pola

asuh, asih, dan asah terutama pada

balita.

Stimulasi pendengaran dengan

memanggil nama anak, mengulangi

kata-kata yang diucapkan dengan

Page 14: Bab II Tuna Grahita

19

kata yang digunakan anak.

Berikan waktu bermain

dengan anak sebaya

Kolaborasi dengan

rehabilitasi medis dan

audiologi

jelas, dengan menyebutkan anggota

badan dapat melatih memori sel otak

anak.

Usia toddler dengan karakteristik

bermain parael dan soliter, bermain

secara spontan dan bebas.

Latihan bicara dapat merangsang

otot-otot bicara dan memori sel

otak, sekaligus memberi pelajaran

pada orang tua tentang cara

menstimulasi anaknya.

Gangguan aktifitas fisik dan ketergantungan sekunder b/d

disfungsi otak.

Ditandai dengan:

Data subjektif: semua kebutuhan dan perawatan klien dibantu

oleh keluarga, tingkat kemampuan aktivitas sehari-hari masih

minim.

Data objektif: tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak dalam

koordinasi motorik kasar dan motorik halus mengalami

keterlambatan.

Tujuan: dalam waktu 2x24 jam aktivitas fisik dan kemandirian

klien dalam batas optimal.

Kriteria Hasil: klien mampu melakukan aktifitas sesuai dengan

kemampuan dan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak pada

usia yang sama, tingkat ketergantungan sekunder minimal,

stimulasi pada anak dalamaktivitas efektif dan adekuat.

INTERVENSI RASIONAL

Page 15: Bab II Tuna Grahita

20

Monitor tingkat

pertumbuhan dan

perkembangan anak pada

area fungsi motorik halus

(BB, TB, lingkar kepala,

lingkar dada, dan lingkar

lengan atas).

Diskusikan dan ajarkan

keluarga dan pengasuh

tentang tugas perkembangan

anak yang sesuai dengan

kelompo usia dan

stimulasinya.

Ajarkan dan beri

kesempatan pada anak untuk

memenuhi tugas

perkembangan sesuai dengan

kelompok usianya.

Berikan reinforcement

terhadap keberhasilan anak

dalam aktifitas tertentu.

Dukung anak untuk

melakukan aktivitas

Pertumbuhan dan perkembangan

individu tergantung pada

sensitivitas suatu organ dalam fase

cepat seperti fungsi biologis,

gizi, dan faktor lingkungan serta

pola asuh, asah, dan asih, yang

dapat menilai tingkat kenormalan

fisik individu yang sesuai dengan

usianya.

Anak harus lebih diberlakukan

sebagai pribadi anak yang aktif

yang perlu dirangsang atau

stimulasi untuk menghadapi dan

mampu mengatasi masalah melalui

interaksi dan komunikasi antara

orang tua-klien, dan pengasuh.

Tindakan pemberian stimulasi untuk

ungkapkan rasa kasih sayang yang

dilakukan secara bertahap dan

berkelanjutan dimulai dari tahap

yang sudah dicapai oleh anak secara

wajar atau tanpa paksaan serta beri

pujian bila hal yang dilakukan itu

mencapai keberhasilan.

Reinforcement dapat meningkatkan

semangat dan rasa percaya diri anak

dalam perkembangan dan

aktivitasnya.

Tingkatkan kemampuan motorik kasar

dan halus pada usia 1-3 tahun

Page 16: Bab II Tuna Grahita

21

perawatan diri.

Berikan area yang aman, di

mana anak dapat bermain

bebas menggerakkan alat

bantu jalan, pegangi

tangan saat melangkah.

Kolaborasi rehabilitasi

medis (latihan fisik)

diberi stimulasi untuk membantu

anakmencapai tingkat perkembangan

yang optimal.

Tempat aman di mana anak bermain

hendaknya diperhatikan, sehingga

terhindar dari cedera fisikm,

keracunan bahan mainan, dll.

Fasilitas fisik untuk mendapatkan

kemampuan yang optimal.

Keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan sosial, bahasa, bermain,

dan pendidikan sekunder b/d kurangnya informasi tentang

pertumbuhan dan perkembangan anak.

Ditandai dengan:

Data subjektif: keluarga menanyakan tentang cara perawatan di

rumah, apa yang dapat dikerjakan. Keluarga mengatakan belum

mempunyai pengalaman dalam mengasuh anak, klien adalah anak

pertamanya, tingkat pendidikan menengah, status sosial dan

ekonomi kurang mendukung.

Data objektif: keluarga belum mengetahui tentang tugas-tugas

perkembangan dan stimulasi sesuai dengan tingkat usia.

Tujuan: dalam 2x24 jam keluarga dapat memenuhi kebutuhan

sosial, bahasa, bermain, dan pendidikan sekunder anak.

Kriteria Hasil: keluarga mengetahui dan mengenal tugas

perkembangan anak dan stimulasinya.

INTERVENSI RASIONAL

Ajarkan dan diskusikan

pada keluarga tentang

Tugas-tugas perkembangan dan

stimulasi yang diberikan dapat

Page 17: Bab II Tuna Grahita

22

tugas-tugas perkembangan

dan stimulasinya pada

kelompok usia yang sama.

Berikan buku panduan atau

petunjuk tentag tugas

perkembangan anak dan

stimulasinya.

Kolaborasi dengan

rehabilitasi medisdan

audiologi.

dilaksanakan oleh keluarga dalam

perawatan sehari-hari di rumah

setelah mengetahui maksud dan

tujuan tindakan tersebut.

Buku petunjuk sangat membantu dalam

proses pembelajaran dan pendidikan

sekunder anak di rumah.

Latihan bicara dapat merangsang

otot-otot bicara dan memori sel

otak, sekaligus memberi pelajaran

pada orang tua tentang cara

menstimulasi anaknya.

Kecemasan orang tua b/d keadaan pertumbuhan dan perkembangan

anak yang lambat.

Ditandai dengan:.

Data subjektif: keluarga merasa cemas dengan pertumbuhan dan

perkembangan anaknya yang tidak sesuai dengan kelompok usianya,

klien sering menanyakan apakah keadaan tersebut dapat

disembuhkan/dilatih seperti anak yang sehat.

Data objektif: keluarga tamak gelisah, berkeringat dingin,

keluarga klien sering bertanya tentang keadaan dan prognosis

anaknya.

Tujuan: dalam waktu 1x24 jam kecemasan orang tua berkurang.

Kriteria hasil: keluarga mau menerima keadaan pertumbuhan dan

perkemangan anaknya yang dialami sekarang, keluarga mengerti

tentang pertumbuhan dan perkembangan, serta faktor-faktor yang

mempengaruhi, keluarga tampak tenang dan mau bekerja sama dalam

perawatan dan penatalaksanaan.

INTERVENSI RASIONAL

Page 18: Bab II Tuna Grahita

23

Bina hubungan saling

percaya antara dokter-

perawat-keluarga dalam

pengumpulan

data/pengkajian dan

penatalaksanaan.

Diskusikan dan

informasikan dengan jelas

sesuai tingkat pengetahuan

dan pengalaman keluarga:

tingkat pertumbuhan dan

perkembangan anaknya.

Jelaskan tentang tingkat

pertumbuhan dan

perkembangan yang dicapai

saat dikaji.

Beri kesempatan keluarga

untuk bertanya dan

mengungkapkan perasaan

cemasnya.

Beri reinforcement

terhadap kemauan dan

kemampuan keluarga untuk

semangat dan tanggapan

yang positif serta benar

Rasa percaya yang terbina antara

perawat-keluarga klien/klien-dokter

merupakan modala dasar komunikasi

efektif dalam pengumpulan data,

menemukan masalah, dan alternatif

pemecahan masalah.

Diskusi merupakan metode efektif

untuk menyampaikan informasi untuk

diterima dan dipertimbangkan oleh

keluarga, sehingga informasi

tersebut mendapat tanggapan,

kooperatif serta partisipatif yang

berkesinambungan.

Penjelasan yang diterima cenderung

memberikan jalan pikiran terbuka,

sehingga mau menerima keadaan

anaknya dan sedikit menekan stres.

Asertivitas dalam menghadapi

sesuatu dengan segala perasaan dan

kepuasan akan mendorong atau

memberi semangat untuk

memfasilitasi tingkat pertumbuhan

dan perkembangan anaknya mencapai

tingkat optimal sesuai dengan

kelompok sebayanya.

Reinforcement sebagai kekuatan

untuk meningkatkan tingkat

psikologis yang baik dan positif

sehingga termotivasi untuk

menstimulasi pertumbuhan dan

Page 19: Bab II Tuna Grahita

24

tentang persepsi keadaan

anaknya.

perkembangan anaknya.

Page 20: Bab II Tuna Grahita

25