bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan teori medisrepository.ump.ac.id/1577/3/iis ariska bab ii.pdf ·...

36
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Pengertian IUD Copper T Cu-380 A IUD adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi (Saifuddin, 2006; h. MK-74). IUD Copper T Cu 380 A memiliki panjang 36mm, lebar 32mm, 314mm 2 . Kawat Cu dari bahan vertikal, dua selubung Cu seluas masing- masing 33mm 2 pada masing-masing lengan horisontal. Daya kerjanya delapan tahun. (Hanafi, 2004; h. 213). IUD CuT-380 A merupakan jenis IUD generasi ketiga berbentuk kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, bebentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (CU). Tersedia di Indonesia dan terdapat di mana – mana (BKKBN, 2009 h. 153). IUD merupakan alat berukuran kecil jenis IUD Copper T Cu 380A berbentuk seperti huruf T yang dimasukkan ke dalam rahim dan memiliki manfaat kontraseptif karena menghalangi sperma masuk ke dalam tuba falopii. 2. Cara kerja IUD adalah alat berukuran kecil yang ditempatkan di dalam rongga endometrium, IUD berlapis tembaga mengubah cairan endometrium dan cairan tuba, menghambat transport telur, pembuahan, motilitas sperma, dan integritasnya. Reaksi peradangan benda asing lokal mengganggu Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Upload: truongtram

Post on 02-Mar-2019

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

1. Pengertian IUD Copper T Cu-380 A

IUD adalah suatu alat atau benda yang dimasukkan ke dalam rahim

yang sangat efektif, reversibel dan berjangka panjang, dapat dipakai oleh

semua perempuan usia reproduksi (Saifuddin, 2006; h. MK-74).

IUD Copper T Cu 380 A memiliki panjang 36mm, lebar 32mm,

314mm2. Kawat Cu dari bahan vertikal, dua selubung Cu seluas masing-

masing 33mm2 pada masing-masing lengan horisontal. Daya kerjanya

delapan tahun. (Hanafi, 2004; h. 213).

IUD CuT-380 A merupakan jenis IUD generasi ketiga berbentuk

kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, bebentuk huruf T diselubungi

oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (CU). Tersedia di Indonesia

dan terdapat di mana – mana (BKKBN, 2009 h. 153).

IUD merupakan alat berukuran kecil jenis IUD Copper T Cu 380A

berbentuk seperti huruf T yang dimasukkan ke dalam rahim dan memiliki

manfaat kontraseptif karena menghalangi sperma masuk ke dalam tuba

falopii.

2. Cara kerja

IUD adalah alat berukuran kecil yang ditempatkan di dalam rongga

endometrium, IUD berlapis tembaga mengubah cairan endometrium dan

cairan tuba, menghambat transport telur, pembuahan, motilitas sperma,

dan integritasnya. Reaksi peradangan benda asing lokal mengganggu

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

endometrium dan miometrium, yang pada akhirnya mempengaruhi

oviduk, dan sekaligus serviks. IUD berisi progesteron sehingga

menyebabkan endometrium tidak cocok untuk implantasi, mempertebal

mucus serviks, dan dapat menghambat ovulasi (Sinclair, 2010; h. 687).

Mekanisme kerja IUD adalah mencegah kehamilan dan ion-ion

Copper yang berasal dari IUD tembaga mengubah isi saluran telur dan

cairan endometrium sehingga dapat mempengaruhi jalan sel telur di

dalam saluran telur serta fungsi sperma (Varney, 2007; h. 449-450).

IUD merupakan metode hormonal dengan kontra indikasi,

keuntungan, dan efek samping yang sama dengan alat kontrasepsi

hormonal yang hanya berisi progestin,

Alat ini merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif. Tetapi

menyebabkan pola perdarahan menstruasi berubah dan tidak teratur,

selama tiga sampai enam bulan pertama, jumlah hari perdarahan dan

bercak darah dapat meningkat, selama enam bulan kedua, jumlah hari

perdarahan dan bercak darah masih tidak teratur, tetapi berkurang.

Amenore dapat dialami oleh kurang lebih 20% wanita pada akhir tahun

pertama penggunaan alat kontrasepsi IUD. Seorang wanita dapat kembali

subur jika IUD dilepas, tetapi alat ini tidak melindungi wanita dari penyakit

menular seksual atau infeksi HIV (Varney, 2007; h. 458).

3. Macam – macam IUD

a. IUD Non- hormonal

Pada saat ini IUD telah memasuki generasi ke empat, IUD telah

dikembangkan mulai dari generasi pertama yang terbuat dari benang

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

sutra dan logam sampai generasi plastik (polietilen) baik yang

ditambah obat maupun tidak.

1) Menurut bentuknya IUD dibagi menjadi dua :

a) Bentuk terbuka (oven device)

Misalnya : Lippes loop, CUT, Cu-7, Margules, Spring Coil,

Multiload, Nova-T.

b) Bentuk tertutup (closed device)

Misalnya : Ota-Ring, Atigon, dan Graten berg ring.

2) Menurut tambahan atau metal

a) Medicated IUD

Misalnya : Cu T 200 (daya kerja 3 tahun), Cu T 220 (daya

kerja 3 tahun), Cu T 300 (daya kerja 3 tahun), Cu T

380 A (daya kerja 8 tahun), Cu-7, Nova T (daya

kerja 5 tahun), ML-Cu 375 (daya kerja 3 tahun).

Pada jenis Medicated IUD angka yang tertera di belakang IUD

menunjukkan luasnya kawat halus tembaga yang

ditambahkan, misalnya Cu T 220 berarti tembaga adalah

200mm2.

b) Un Medicated IUD

Misalnya : Lippes Loop, Marguiles, Saf-T Coil, Antigon.

c) IUD yang mengandung hormonal

b. IUD yang mengandung hormonal

1) Progestasert-T=Alza T

a) Panjang 36mm, lebar 32 mm, dengan 2 lembar benang ekor

warna hitam.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

b) Mengandung 38 mg progesterone dan barium sulfat,

melepaskan 65 mcg progesteron per hari.

c) Tabung insersinya berbentuk lengkung, dan memiliki daya

kerja 18 bulan.

d) Tekhnik insersi plunging (modified withdrawal).

2) LNG-20

a) Mengandung 46-60 mg Levonorgestrel, dengan pelepasan

20 mcg er hari

b) Angka kegagalan atau kehamilan, angka terendah kurang

dari 0,5 per 100 wanita per tahun.

c) Penghentian pemakaian oleh karena persoalan-persoalan

perdarahan ternyata lebih tinggi dibandingkan IUD lainnya,

karena 25% mengalami amenore atau perdarahan haid yang

sangat sedikit (Handayani, 2010; h. 140-141).

4. Keuntungan dan Kerugian KB IUD.

a. Keuntungan :

1) Efektifitasnya tinggi

2) IUD sangat efektif segera setelah pemasangan

3) Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ingat kapan harus

ber KB

4) Tidak mempengaruhi hubungan seksual

5) Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil

6) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

7) Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus

(apabila tidak terjadi infeksi)

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

8) Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah

haid terakhir).

9) Mencegah kehamilan ektopik (Saifuddin, 2003; h. MK-75).

b. Kerugian :

1) Perubahan siklus haid (pada tiga bulan pertama dan akan

berkurang setelah tiga bulan)

2) Haid lebih lama dan banyak

3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi

4) Saat haid lebih sakit

5) Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau

perempuan yang berganti-ganti pasangan (Saifuddin, 2003; h.

MK-75).

5. Kontraindikasi, indikasi, dan efek samping

a. Kontraindikasi :

1) Wanita hamil atau diduga hamil, misalnya jika seorang wanita

melakukan senggama tanpa menggunakan metode kontrasepsi

yang valid sejak periode menstruasi normal yang terakhir.

2) Penyakit inflamasi pelfik (PID) diantaranya : riwayat PID kronis,

riwayat PID akut atau subakut, riwayat PID dalam tiga bulan

terakhir, termasuk endometritis pasca melahirkan atau aborsi

terinfeksi.

3) Riwayat kehamilan ektopik atau kondisi yang dapat

mempermudah ektopik

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

4) Ukuran uterus dengan alat periksa (sonde uterus) berada diluar

batas yang telah ditetapkan yaitu ukuran uterus yang normal 6

sampai 9cm.

5) IUD sudah ada dalam uterus dan belum dikeluarkan (Varney

Helen, 2007; h. 450-451).

b. Indikasi :

1) Usia reproduksi.

2) Keadaan nullipara.

3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

4) Wanita yang sedang menyusui.

5) Setelah abortus dan tidak terlihat adanya tanda-tanda infeksi.

6) Tidak mengehendaki metode kontrasepsi hormonal (Handayani,

2010; h. 145).

c. Efek samping

1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan.

2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab terjadinya anemia.

3) Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan IMS

jika memakai IUD, penyakit radang panggul dapat memicu

terjadinya infertilitas.

4) Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi segera setelah

pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari

(Saifuddin, 2006; h. MK-75 – MK-76).

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

6. Cara Pemasangan

a. Konseling pra pemasangan

1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

2) Menjelaskan keuntungan dan kerugian KB IUD

3) Menjelaskan cara pemasangan KB IUD

4) Menjelaskan jadwal kunjungan ulang pra pemasangan atau

setelah pemasangan yaitu satu minggu setelah pemasangan,

enam bulan setelah pemasangan, satu tahun setelah

pemasangan.

5) Sedang hamil (diketahui hamil atau sedang hamil).

6) Perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya

7) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servitis)

8) Diketahui menderitaTBC pelvic

9) Kanker alat genital

10) Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (BKKBN, 2009 h. 159).

b. Pemasangan

1) Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan.

2) Masukan lengan IUD di dalam kemasan sterilnya, pakai kembali

sarung tangan yang baru.

3) Pasang spekulum vagina untuk melihat serviks.

4) Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada vagina dan serviks

5) Jepit bibir serviks dengan tenakulum

6) Masukan IUD ke kanalis servikalis dengan tekhnik tanpa sentuh,

kemudian dorong ke dalam kavum uteri hingga mencapai fundus.

7) Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah

sehingga lengan IUD bebas

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

8) Setelah pendorong ditarik ke luar, baru keluarkan selubung.

9) Gunting benang IUD, keluarkan tenakulum dan spekulum dengan

hati-hati.

10) Dekontaminasi dan pencegahan pasca tindakan

c. Konseling dan instruksi pasca insersi

1) Buat rekam medik.

2) Mengkaji perasaan akseptor pasca pemasangan IUD Copper T

Cu-380A.

3) Menjelaskan komplikasi yang mungkin timbul pasca pemasangan

IUD Copper T Cu-380A (Sakit dan kejang selama 3-5 hari pasca

pemasangan, perdarahan berat waktu haid atau diantarnya yang

mungkin penyebab anemia, perforasi uterus).

4) Ajarkan klien cara pemeriksaan mandiri benang IUD.

a. Mencucui tangan.

b. Ibu jongkok kemudian memasukkan jari tengah ke dalam

vagina ke arah bawah dan ke dalam sehingga dapat

menemukan lokasi serviks.

c. Merasakan benang IUD pada ujung serviks, jangan menarik

benang tersebut.

d. Memeriksa IUD pada setiap akhir menstruasi dan sesering

mungkin di antara bulan-bulan kunjungan ulang.

e. Menjelaskan kemungkinan IUD keluar atau ekspulsi.

f. Menjelaskan bahwa IUD Copper T Cu380A segera efektif

setelah pemasangan.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

g. Menjelaskan waktu kunjungan ulang (control pertama 1minggu

pasca pemasangan, selanjutnya 4-6minggu, saat menstruasi

yang akan datang, atau jika ada keluhan).

h. Menjelaskan bahwa akseptor dapat melepas IUD 10 tahun

atau apabila klien menghendaki.

5) Lakukan observasi selam 15menit sebelum memperbolehkan klien

pulang (Prawiroharjo, 2006; h. 493- 494).

Gambar 2.1 Cara pemasangan IUD CuT380A

7. Cara melepas IUD

a. Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan

b. Akseptor dipersilahkan untuk buang air kecil (BAK) terlebih dahulu

dan membersihkan daerah genitalnya, kemudian dipersilahkan

berbaring di tempat periksa dalam posisi litotomi.

c. Gunakan sarung tangan steril, lakukan vulva hygiene.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan menentukan besar,

bentuk, dan posisi rahim.

e. Masukan spekulum ke dalam liang senggama posisikan sedemikian

rupa sehingga mulut rahim terlihat dengan baik.

f. Bersihkan serviks dengan dengan larutan antiseptik 3 kali secara

merata pada daerah serviks dan vagina.

g. Identifikasi benang IUD, jika terlihat, jepit benang dengan forsep, tarik

benang IUD perlahan-lahan ke arah bawah hingga keluar dari liang

senggama. Bila terasa ada tahanan terlalu kuat, cobalah lakukan

manuver dengan menarik-narik secara halus benang tersebut.

h. Apabila benang tidak terlihat, masukan sonde sesuai dengan posisi

rahim pada pemeriksaan dalam. Ukur dalam rahim dan putar gagang

sonde secara perlahan-lahan dalam bentuk lingkaran, benturan sonde

dengan IUD akan terasa bila IUD terdapat di dalam rahim. Tarik IUD

keluar dengan memakai IUD removel/pengait IUD.

i. Lepaskan spekulum, kemudian lakukan disinfeksi daerah vagina.

j. Lakukan dekontaminasi peralatan dan bahan pakai ulang dengan

bahan klorin 0,5%.

8. Komplikasi pasca pemasangan IUD

a. Infeksi

IUD atau alat kontrasepsi dalam rahim yang berada didalam vagina,

tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan

dan tekhnik pemasangan dilakukan secara steril, jika terjdi infeksi hal

ini mungkin disebabkan sudah terdapat infeksi yang subakut pada

traktus genitalis sebelum pemasangan IUD (Prawirohardjo, 2007; h.

559).

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

b. Perforasi

Umumnya perforasi terjadi saat pemasangan IUD, pada permulaan

hanya ujung IUD saja yang menembus dinding uterus, tetapi jika

uterus berkontraksi IUD dapat terdorong lebih jauh menembus dinding

uterus, sehingga akhirnya sampai ke rongga perut. Kemungkinan

adanya perforasi harus diperhatikan apabila pada pemeriksaan

dengan spekulum benang IUD tidak terlihat (Prawirohardjo, 2007; h.

559).

c. Kehamilan

Seorang klien yang mengalami kehamilan dengan IUD masih

terpasang perlu di berikan konseling tentang resiko yang akan terjadi

jika kehamilan dilanjutkan dengan IUD tetap terpasang. Resiko yang

dapat terjadi antara lain infeksi intrauterus, sepsis, aborsi spontan,

aborsi sepsis spontan, plasenta previa, dan persalinan prematur.

Apabila benang IUD tidak terlihat pada tulang serviks atau tidak

teraba pada saluran serviks, maka perlu dilakukan pemeriksaan

ultrasonografi atau USG untuk memastikan apakah IUD masih berada

didalam uterus. (Varney, 2007; h. 459).

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

Penerapan Manajemen Kebidanan menurut Varney Helen (2007),

meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial dan tindakan

antisipasi segera untuk mencegahnya, penyusunan rencana tindakan,

pelaksanaan dan evaluasi.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

Tujuh Langkah Manajemen Kebidanan Menurut Varney

I. Pengkajian

Merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi dengan

menggunakan metode wawancara secara langsung dan pemeriksaan

fisik.

Identifikasi dan analisa data (pengkajian) pengumpulan data untuk

menilai kondisi klien yang termasuk data dasar adalah biodata atau

identitas baik pasien maupun suami, data subjektif dan data objektif terdiri

dari pemriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan

penunjang. Biodata yang dikumpulkan dari pasien dan suami meliputi

nama, umur, agama, suku atau bangsa pendidikan, pekerjaan, dan

alamat lengkap, riwayat kesehatan klien, serta catatan tentang kesehatan

lalu dan sekarang. Semua data di atas harus memberikan informasi yang

saling berhubungan (relevan) dan menggambarkan kondisi klien yang

sebenarnya.

1. Langkah I : Pengumpulan data dasar

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan

semua informasi yang akurat yang berkaitan dengan kondisi klien.

Pada langkah ini di lakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien

secara lengkap :

a. Identitas pasien

b. Riwayat kesehatan

c. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan

d. Meninjau data laboratorium

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

Data Subjektif

a. Identitas pasien

Nama : untuk kebenaran dalam memberikan asuhan pada

pasien dan membedakan dengan pasien lain

(Saifuddin, 2002; h. N-35).

Umur : untuk mengetahui usia reproduksi, usia reproduksi

yang ideal untuk wanita yaitu usia 15-44 tahun,

karena sasaran KB yaitu wanita usia subur.

(Prawiroharjo, 2007; h. 22).

Agama : untuk mengetahui perilaku seseorang tentang

kesehatan dan penyakit yang berhubungan dengan

agama, kebiasaan dan kepercayaan. Di berbagai

daerah kepercayaan religius dapat mempengaruhi

akseptor dalam memilih metode kontrasepsi

(Handayani, 2010 ; h. 17).

Pendidikan : Pendidikan berpengaruh pada tingkat penerimaan

pasien terhadap konseling yang diberikan, serta

tingkat kemampuan pengetahuan ibu terhadap alat

kontrasepsi yang akan digunakan ( Handayani,

2010 ; h. 17).

Pekerjaan : Pekerjaan akseptor juga mempengaruhi dalam

pemakaian alat kontrasepsi karena pada akseptor

yang memiliki pekerjaan berat dapat meningkatkan

angka terjadinya ekspulsi pasca pemasangan

(Handayani, 2010 ; h. 16).

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

Alamat : untuk mengetahui alamat yang lebih jelas dan

Identitas penanggung jawab.

b. Identitas penanggung jawab

Nama : untuk mengetahui nama suami harus dituliskan

dengan jelas agar tidak keliru dengan orang lain.

Umur : untuk mengetahui usia produktif pada suami

berhubungan dengan pekerjaan suami.

Agama : untuk mengetahui perilaku seseorang tentang

kesehatan dan penyakit yang berhubungan dengan

agama, kebiasaan dan kepercayaan.

Pendidikan : untuk mengetahui berapa jauh pengetahuan suami

dalam kesehatan dan konseling yang diberikan

untuk mendukung kesehatan istrinya.

Alamat : untuk mengetahui alamat yang lebih jelas dan

identitas penanggung jawab

c. Alasan datang

Untuk mengetahui alasan ibu saat datang ke puskesmas

d. Keluhan utama

Keluhan ditanyakan untuk mendukung data diagnosa dan

mengetahui apa yang dirasakan ibu pada waktu pengkajian,

karena pasien dengan keluhan memiliki varises dikaki, hipertensi,

ibu menyusui dan ibu dengan riwayat TBC non pelvik, maka klien

dianjurkan untuk menggunakan alat kontrasepsi nonhormonal

(Saifuddin, 2006 ; h. MK-62).

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

e. Riwayat kesehatan

1) Riwayat kesehatan yang pernah diderita

Riwayat kesehatan yang pernah diderita ditujukan pada

pengkajian penyakit yang diderita pasien, seperti, jantung,

hepatitis, hipertensi, DM, malaria, ibu dengan riwayat penyakit

jantung, hepatitis, hipertensi, DM, malaria, diperbolehkan

menggunakan KB IUD karena tidak mempengaruhi dan bukan

merupakan kontraindikasi untuk pemasangan KB IUD, khusus

untuk penyakit keputihan, serviksitis dan vaginitis perlu dikaji

untuk mengetahui apakah ibu mempunyai penyakit menular

seksual terutama pada infeksi seviksitis atau pada vaginitis,

karena penyakit-penykit tersebut merupakan kontra indikasi

untuk menggunakan KB IUD (Saifuddin, 2006; h. MK-77).

2) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan yang sekarang dikaji untuk

mengetahui adakah penyakit yang diderita. Jika pasien

sedang menderita penyakit seperti, jantung, TBC, DM,

malaria, hepatitis, hipertensi, diperbolehkan menggunakan KB

IUD karena tidak mempengaruhi alat kontrasepsi yang akan

digunakan. Untuk penyakit keputihan, penyakit menular

seksual terutama pada serviksitis dan vaginitis. Jika klien

menderita vaginitis harus diobati sebelum klien menggunakan

KB IUD karena akan mempengaruhi terhadap alat kontrasepsi

yang akan digunakan oleh ibu (Saifuddin, 2006; h. PK-5).

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

3) Riwayat kesehatan keluarga

Riwayat kesehatan keluarga dikaji untuk mengetahui

apakah ada penyakit keturunan yang dapat mempengaruhi

kesehatan ibu disaat ibu menggunakan alat kontrasepsi IUD.

Misalnya penyakit keturunan seperti hipertensi, jantung, DM,

penyakit keturunan tersebut tidak mempengaruhi terhadap

pemakaian KB IUD (Saifuddin, 2006 ; h. MK-77).

4) Riwayat Obstetri

a) Riwayat Haid

Riwayat haid dikaji untuk mengetaui apakah siklus

menstruasi pada ibu teratur karena berhubungan dengan

efek samping KB IUD yaitu perubahan siklus haid pada

tiga bulan pertama dan akan berkurang setelah tiga bulan,

haid lebih lama dan banyak, dan dapat menyebabkan

resiko terjadinya anemia (BKKBN, 2009; h. 155).

b) Nasehat

Untuk mengetahui nasehat-nasehat yang diberikan

bidan kepada ibu sebagai pedoman ibu untuk

menggunakan KB IUD.

5) Riwayat perkawinan

Untuk mengetahui status perkawinan ibu, usia

perkawinan ibu apakah kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35

tahun karena berhubungan dengan kematangan organ

reproduksi dan juga kesiapan organ reproduksi (Prawiroharjo,

2007; h. 23).

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

6) Riwayat KB

Riwayat KB perlu dikaji karena disesuaikan dengan

kondisi dan keluhan yang di alami oleh klien sebelumnya

untuk menganjurkan alat kontrasepsi yang sesuai dengan

kebutuhan klien (Saifuddin, 2006; h. MK-62).

7) Pola kebutuhan sehari-hari

a) Pola nutrisi

Pola nutrisi perlu dikaji untuk mengetahui kebutuhan

nutrisi ibu, karena kebutuhan nutrisi sangat berpengaruh

terhadap fungsi reproduksi, jika kebutuhan nutrisi ibu

terpenuhi maka dapat mengurangi resiko terjadinya

anemia karena brhubungan dengan efek samping KB IUD

yaitu haid lebih banyak dan lama dan dapat menyebabkan

anemia (BKKBN, 2009; h. 155).

b) Pola eliminasi

Pola eliminasi perlu dikaji untuk mengetahui

Kebiasaan BAB (terakhir BAB, warna, konsistensi,

keluhan) dan kebiasaan BAK (terakhir BAK, warna,

konsistensi dan keluhan), terutama BAK perlu dikaji untuk

mengetahui ada keluhan atau tidak karena KB IUD dapat

menimbulkan gejala infeksi traktus genitalia pada wanita

yaitu buang air kecil sukar atau sakit dan adanya rasa

panas atau terbakar (Hanafi, 2004; h. 220).

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

c) Pola aktivitas

Untuk mengetahui apakah pekerjaan ibu sehari-hari

terlalu berat, sehingga dapat berpengaruh terhadap alat

kontrasepsi yang akan ibu gunakan, karena pekerjaan ibu

yang berat dapat mempengaruhi penggunaan alat

kontrasepsi yang akan digunakan karena dapat

menyebabkan ekspulsi (Handayani, 2010 ; h. 16).

d) Pola istirahat

Menggambarkan tentang pola istirahat ibu, yaitu

berapa jam ibu tidur siang dan berapa jam ibu tidur malam,

karena berpengaruh terhadap kesehatan fisik ibu.

e) Pola personal hygiene

Menggambarkan pola hygiene pasien, misalnya

berapa kali ganti pakaian dalam, membersihkan alat

kelaminnya agar tidak terjadi keputihan. Pola ini perlu dikaji

untuk mengetahui apakah pasien menjaga kebersihan alat

kelaminnya, karena jika pasien tidak menjaga personal

hygiene dengan baik maka akan berpengaruh pada

kesehatan alat reproduksinya karena berhubungan dengan

KB IUD yaitu terdapat cairan putih yang berlebihan, terjadi

akibat produksi cairan rahim yang berlebihan, hal ini tidak

berbahaya apabila cairan tersebut tidak berbau, tidak

terasa gatal, dan tidak terasa panas (BKKBN, 2008; h.

105).

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

f) Pola seksual

Pola seksual perlu dikaji untuk mengetahui kapan ibu

terakhir melakukan hubungan seksual dengan suami, dan

memberitahu ibu hal-hal yang harus diketahui ibu timbul

rasa nyeri sesudah melakukan hubungan seksual dan

suami mengeluh mengalami perasaan kurang enak

sewaktu melakukan hubungan seksual (BKKBN, 2009; h.

151).

8) Psikososial, kultural dan spiritual

a) Psikososial

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana

respon dan dukungan yang diberikan suami dan keluarga

kepada ibu untuk menggunakan KB IUD.

b) Kultural

Hal ini perlu dikjaji karena setiap daerah memiliki

kebudayaan yang berbeda-beda dan dapat mempengaruhi

penggunaan alat kontrasepsi (Varney, 2007; h. 44-45).

c) Spiritual

Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui ketaatan

ibu dalam menjalankan ibadahnya maupun aktifitas

keagamaan.

Data Objektif

a. Keadaan umum :

Keadaan umum dikaji untuk mengetahui kesadaraan umum klien,

pada akseptor yang mengalami anemia umumnya keadaan

akseptor lemah. Efek samping dari pemakaian KB IUD adalah

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

perubahan siklus haid dan perdarahan spooting, sehingga dapat

mempengaruhi aksetor KB IUD jika menderita anemia maka dapat

memperparah terjadinya anemia sedang atau berat (Saifuddin,

2006 ; h. MK-75).

b. Tingkat kesadaran

Untuk menilai status kesadaran ibu, ini dilakukan dengan penilaian

composmentis, apatis, somnolen, sopor, koma, delirium. Tingkat

kesadaran yang baik adalah composmetis dimana ibu dalam

keadaan sadar penuh, dan dapat menggunakan KB IUD

(Muttaqin, 2010 ; h. 32).

c. Tanda Vital

1) Tekanan darah : untuk mengetahui tekanan darah ibu ketika

akan menggunakan KB IUD, karena IUD

copper T Cu380-A merupakan jenis IUD

non hormonal, dan dapat digunakan pada

penderita tekanan darah tinggi (Saifuddin,

2006; h. MK-77).

2) Nadi : untuk mengetahui nadi ibu normal atau

tidak, nilai normal nadi orang dewasa 69-

100x/menit, dalam keadaan demam dapat

menyebabkan peningkatan denyut nadi

dan mempengaruhi tingkat kesadaran

(Muttaqin, 2010 ; 53).

3) Pernafasan : Pada penderita asma dan gangguan sistem

respirasi, diperbolehkan menggunakan IUD

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

Copper T Cu 380A, karena bukan termasuk

kontra indikasi pemasangan IUD Copper T

Cu380A (Saifuddin, 2006 ; h. MK-77).

4) Suhu : untuk mengetahui keadaan suhu pada ibu

normal atau tidak. Suhu normal orang

dewasa yaitu 360-380C. Suhu tubuh yang

lebih dari 380C merupakan tanda dan gejala

terjadinya infeksi pada tubuh dan dapat

mempengaruhi pemakaian KB IUD, karena

kontraindikasi KB IUD adalah infeksi alat

genitalia (seriksitis, vaginitis), penyakit

radang panggul (PRP), yang ditandai

dengan demam (Muttaqin, 2010 ; h 42).

d. Berat badan : untuk mengetahui tingkat kenormalan berat badan

ibu, berkaitan dengan keadaan nutrisi ibu (Muttaqin, 2010 ; h. 31).

e. Tinggi badan : untuk mengetahui tinggi badan ibu normal atau

tidak.

f. LILA : Untuk mengukur lingkar lengan atas bagian kiri untuk

indikasi apakah ibu dinyatakan kurang gizi, jika diketahui ukuran

lila ibu kurang dari 23,5 cm (Mufdlilah, 2009; h. 15) gunanya untuk

mengetahui status gizi pada ibu normal atau tidak, karena

berhubungan dengan alat kontrasepsi yang akan digunakan yaitu

KB IUD yang dapat menyebabkan terjadinya anemia.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

g. Status present

1) Bentuk kepala : untuk mengetahui bentuk kepala dan

keadaan kebersihan kulit kepala

(Muttaqin, 2010 ; h. 92).

2) Rambut : untuk mengetahui apakah rambut ibu

rontok atau tidak, karena penggunaan alat

kontrasepsi IUD Copper T cu380A tidak

menyebabkan kerontokan pada rambut

(Saifuddin, 2006 ; h. MK-75).

3) Muka : Penggunaan IUD Copper T Cu380A tidak

berpengaruh pada muka, oedema pada

muka merupakan tanda dari penyakit

tekanan darah tinggi, pada penderita

tekanan darah tinggi disarankan untuk

menggunakan alat kontrasepsi IUD

Copper T Cu 380A, karena tidak

mengandung hormon (Saifuddin, 2006 ; h.

MK-76).

4) Mata : untuk mengetahui adanya anemis dengan

menilai sclera dan konjungtiva (Saifuddin,

2006; h. MK-72). Pada penderita anemia

dianjurkan tidak memakai KB IUD karena

efek samping KB IUD adalah terjadi

perubahan siklus haid, haid lebih banyak

dan lama. Sehingga apabila akseptor

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

dengan anemia melakukan pemasangan

KB IUD maka akan berpotensi terjadi

anemia sedang atau berat (Saifuddin,

2006 ; h. MK-75).

5) Leher : untuk mengetahui apakah terdapat

kelainan seperti terdapat pembesaran

kelenjar tyroid, limfe dan vena jugularis,

pada penggunaan IUD Copper T Cu 380A

tidak mempengaruhi kelenjar tyroid, limfa

dan vena jugularis (Muttaqin, 2010 ; h.

130)

6) Dada dan axilla : Pada penderita tumor jinak payudara

disarankan untuk menggunakan IUD

Copper T Cu 380A, karena tidak

mengandung hormon. Pada wanita yang

sedang menyusui, penggunaan IUD

Copper T Cu 380A tidak berpengaruh

pada kualitas atau volume ASI (Saifuddin,

2006 ; h. MK-76).

7) Abdomen : untuk mengetahui bentuk abdomen,

adakah luka bekas operasi, pembesaran

kelenjar limfe/hati dan nyeri tekan, untuk

mengetahui adanya PRP (penyakit radang

panggul) karena penyakit radang panggul

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

merupakan kontraindikasi KB IUD

(Saifuddin, 2006; h. MK-72).

8) Genetalia : Pada pemeriksaan genetalia perlu dikaji

ada tidaknya infeksi pada vagina dan

serviks. Infeksi pada vagina dan serviks

ditandai dengan adanya peradangan,

pengeluaran pervagina yang berlebihan,

berwarna putih, kuning hijau, atau abu-

abu, berbau amis, disuria, disparenia, dan

perdarahan pasca coitus (Varney, 2001 ;

h. 59).

9) Ekstremitas : untuk mengetahui apakah terdapat oedem

dan varices, oedema pada kaki dan

tangan merupakan tanda penderita

tekanan darah tinggi disarankan untuk

menggunakan alat kontrasepsi IUD

Copper T Cu 380A (Saifuddin, 2006 ; h.

MK-76).

II. Interpretasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi yang benar terhadap

diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan data-data yang

telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan

sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik, masalah lebih

sering berhubungan dengan bagaimana klien menguraikan keadaan yang

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

ia rasakan, sedangkan diagnosa lebih sering diidentifikasi oleh bidan

yang difokuskan pada apa yang dialami oleh klien.

A. Diagnosa Kebidanan

Diagnosa ditentukan berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil

anamnesa dan pemeriksaan pada akseptor sehingga diperoleh data

yang mendukung diagnose tersebut. Berdasarkan data yang

diperoleh, interpretasi data yang didapatkan adalahn :

Ny…. umur…. P… Ah….Ab…., calon akseptor baru KB IUD Copper

T Cu 380A.

Data dasar

1. Dasar Subyektif :

a. Hasil dari anamnesa identitas akseptor yang dibutuhkan untuk

mendukung diagnosa yang dibuat.

b. Riwayat obstetrik akseptor meliputi : paritas, jumlah anak

hidup, dan riwayat abortus.

c. Riwayat kesehatan akseptor meliputi : riwayat kesehatan yang

berhubungan dengan penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS),

gangguan siklus menstruasi, dan keputihan.

d. Keluhan dari akseptor untuk menggunakan alat kontrasepsi

IUD Copper T Cu 380A.

2. Dasar Obyektif :

Data obyektif diperoleh dari hasil pemerioksaan fisik pada

akseptor untuk mendapatkan data yang mendukung diagnosa

diatas. Pada akseptor tersebut tidak terdapat kontra indikasi

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

pemasangan IUD Copper T Cu 380A. pemeriksaan fisik tersebut

meliputi :

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi,

nadi)

b. Pada pemeriksaan abdomen tidak ada massa dan nyeri tekan.

Adanya massa pada abdomen merupakan tanda dari kelainan

bawaan uterus atau tumor jinak rahim yang dapat

mempengaruhi kavum uteri. Nyeri tekan pada abdomen

bagian bawah merupakan tanda dari penyakit radang panggul

(PRP) yang merupakan kontra indikasi dari pemasangan IUD

Copper T Cu 380A (Saifuddin, 2006 ; h. MK-77).

c. Pemeriksaan dalam

Jika pada pemeriksaan dalam tidak terdapat nyeri tekan

gerakan serviks pada penderita penyakit radang panggul

(Varney, 2001; h. 68).

III. Diagnosa Potensial

Dari kumpulan masalah dan diagnosa, identifikasi dan faktor-faktor

potensial yang memerlukan antisipasi segera. Hal-hal yang perlu di

antisipasi pada akseptor baru KB IUD Copper T Cu 380A, masalah dan

diagnosa yang diantisipasi adalah terjadinya perforasi uterus, infeksi,

karena akseptor dengan riwayat memiliki infeksi tidak diperbolehkan

menggunakan KB IUD, kehamilan pasca pemasangan IUD (Saifuddin,

2006 ; h. MK-79).

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

IV. Tindakan Antisipasi Segera

Langkah tindakan antisipasi segera mengidentifikasi situasi gawat dimana

bidan harus bertindak atau berkolaborasi dengan dokter kandungan untuk

penanganan selanjutnya. Misalnya jika terjadi perforasi uterus dalam

keadaan ini IUD harus dikeluarkan melalui laparoskopi atau laparotomi,

jika terjadi infeksi yang ringan dapat diobati dengan antibiotika. Jika

terjadi infeksi berat IUD harus dikeluarkan dan diberikan antibiotika

(Prawirohardjo, 2007 ; h. 914).

V. Rencana tindakan

Rencana tindakan. Harus didiskusikan dengan klien. Semua tindakan

yang diambil harus berdasarkan nasional yang relevan dan diakui

kebenarannya serta situasi dan kondisi tindakan harus dianalisa secara

teroritis. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan

menyeluruh ini haruslah rasional dan benar-benar valid berdasarkan

pengetahuan dan teori yang terbaru.

Rencana ini meliputi :

1. Berikan konseling pra pemasangan IUD Copper T Cu380A

a. Jelaskan pengertia IUD

b. Jelaskan cara kerja IUD

c. Jelaskan efektifitas IUD

d. Jelaskan indikasi dan kontra indikasi IUD

e. Jelaskan cara pemasangan IUD

f. Jelaskan efek samping IUD

g. Jelaskan waktu penggunaan IUD

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

2. Lakukan inform consent

3. Lakukan pemasangan IUD Copper T Cu380A

4. Observasi keadaan umum akseptor

5. Beritahu jadwal control IUD dan waktu pelepasan

Konseling pasca pemasangan :

a. Mengkaji perasaan klien setelah dipasang IUD

b. Menjelaskan daya guna IUD Copper T Cu 380A yaitu 10 tahun

c. Menjelaskan cara memeriksa benang IUD Copper T Cu 380A

dengan cara memasukkan satu jari tengah ke dalam vagina

sambil jongkok

d. Klien dianjurkan untuk tidak pulang 15 menit setelah pemasangan

e. Menjelaskan IUD Copper T Cu 380A langsung efektif segera

setelah pemasangan

f. IUD dapat dilepas setiap saat jika klien menghendaki

g. IUD tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual (PMS)

h. Kemungkinan ketidaknyamanan ketika melakukan hubungan

seksual

VI. Pelaksanaan

Pelaksanaan merupakan aplikasi dari rencana tindakan pada

akseptor KB IUD Copper T Cu 380 A, pelaksanaan yang dapat dilakukan

sesuai dengan rencana yang telah dibuat.

1. Memberikan konseling pra pemasangan IUD Copper T Cu 380 A

a. Menjelaskan pengertian IUD

IUD adalah alat berukuran kecil berbentuk seperti huruf T yang

dimasukkan ke dalam rahim dan memiliki efek kontrseptif

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

b. Menjelaskan cara kerja KB IUD

Cara kerja KB IUD adalah menghalangi sperma masuk ke dalam

tuba falopii

c. Menjelaskan efektifitas KB IUD

IUD efektif segera setelah pemasangan

d. Menjelaskan indikasi dan kontraindikasi KB IUD

Indikasi pemasangan IUD adalah wanita usia subur, wanita yang

sedang menyusui, wanita yang memiliki varises dikaki.

Kontraindikasi pemasangan IUD adalah wanita hamil atau diduga

hamil, wanita dengan riwayat penyakit radang panggul (PRP),

riwayat kehamilan ektopik.

e. Menjelaskan efek samping KB IUD

1) Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah

pemasangan.

2) Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang

memungkinkan penyebab terjadinya anemia.

3) Penyakit radang panggul dapat terjadi pada wanita dengan

IMS jika memakai IUD, penyakit radang panggul dapat

memicu terjadinya infertilitas.

Sedikit nyeri dan perdarahan (spooting) terjadi segera setelah

pemasangan IUD, biasanya menghilang dalam 1-2 hari

(Saifuddin, 2006; h. MK-75 – MK-76).

f. Menjelaskan waktu penggunaan KB IUD

1) Dalam siklus haid atau diantara siklus haid

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

2) Setelah melahirkan, 4 minggu setelah melahirkan dan 6 bulan

setelah melahirkan

3) Pasca abortus

7 hari pasca abortus, dan apabila tidak ada gejala infeksi

(Saifuddin, 2006 ; h. MK-80).

2. Melakukan informed consent

Informed consent dilakukan sebagai syarat bahwa klien menyetujui

tindakan yang akan dilakukan terhadap dirinya.

3. Melakukan pemasangan IUD

a. Memberikan penjelasan bahwa pemasangan IUD akan

dilaksanakan, akseptor dipersilahkan BAK.

b. Mempersilahkan akseptor berbaring dalam posisi litotomi untuk

mempermudah pemasangan IUD.

c. Mencuci tangan menggunakan sabun, menyalakan dan

mengarahkan lampu sorot ke arah genetalia.

d. Memakai sarung tangan steril, membersihkan vagina atau vulva

hygiene menggunakan kapas DTT.

e. Memasukan speculum memberesihkan dinding vagina dan mulut

rahim dengan kapas disinfektan, perhatikan dinding vagina dan

mulut rahim apakah terdapat kelainan dan tanda-tanda infeksi.

f. Membersihkan portio dengan larutan antiseptik, menenjepit

serviks dengan tenakulum tepat pada sebelah atas portio.

g. Masukkan sonde uterus sesuai dengan arah rahim, untuk

menentukan dalamnya rahim, mengukur kedalaman uterus

dengan sonde uterus dan menyesuaikan tabung inserter sesuai

hasil pengukuran dengan menggeser leher biru.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

h. Memegang tenakulum dengan tangan kiri, masukkan IUD sesuai

dengan arah dan dalamnya sonde, menarik sedikit pendorong dari

tabung inserter, kemudian inserter di dorong kembali ke arah

kranial sampai leher biru menyentuh serviks dan merasa ada

tahanan.

i. Memegang ujung bawah dari inserter dengan tangan kiri dan

pendorong dengan tangan kanan, bersamaan dengan tarikan

tetap pada tenakulum, pada saat ini pendorong IUD tidak

bergerak.

j. Mengeluarkan pendorong lalu menarik inserter sepanjang benang

yang akan di potong dengan benar, menggunting benang IUD 2-

3cm di depan portio dan mengeluarkan inserter.

k. Mengeluarkan tenakulum dengan hati-hati, menekan dengan

kassa pada bekas jepitan tenakulum selama 30-60 detik,

mengeluarkan spekulum dengan hati-hati.

l. Membereskan alat-alat dan merendam ke dalam larutan klorin,

melepas sarung tangan dan merendam dalam larutan klorin 0,5%

dalam keadaan terbalik, mencuci tangan menggunakan sabun.

m. Memberitahukan kepada klien bahwa tindakan telah selesai

dilakuakan.

4. Memberikan konseling pasca pemasangan

Konseling pasca pemasangan :

a. Mengkaji perasaan klien setelah dipasang IUD

b. Menjelaskan daya guna IUD Copper T Cu 380A yaitu 10 tahun

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

c. Menjelaskan cara memeriksa benang IUD Copper T Cu 380A

dengan cara memasukkan satu jari tengah ke dalam vagina

sambil jongkok

d. Klien dianjurkan untuk tidak pulang 15 menit setelah pemasangan

e. Menjelaskan IUD Copper T Cu 380A langsung efektif segera

setelah pemasangan

f. IUD dapat dilepas setiap saat jika klien menghendaki

g. IUD tidak melindungi klien dari penyakit menular seksual (PMS)

h. Kemungkinan ketidaknyamanan ketika melakukan hubungan

Seksual

i. Mengobservasi keadaan umum akseptor

j. Memberitahu jadwal control dan waktu pelepasan

VII. Evaluasi

Mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan asuhan yang

diberikan kepada klien. Pada tahap evaluasi ini bidan harus melakukan

pengamatan dan observasi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

Manajemen kebidanan yang terdiri atas tujuh langkah ini merupakan

proses berfikir dalam mengambil keputusan klinis dalam memeberikan

asuhan kebidanan yang dapat diaplikasikan atau diterapkan dalam setiap

situasi.

Manajemen kebidanan metode SOAP

S : Subjektif berhubungan dengan masalah dari sudut pandang pasien.

Pengkajian data yang diperoleh merupakan ungkapan langsung

tentang keluhan atau masalah akseptor (Fauziah, 2010 ; h. 139).

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

O : Objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi, hasil

pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium, informasi dari

keluarga dapat dimasukkan dalam data objektif sebagai data

penunjang. Data ini akan memberikan bukti gejala klinis pasien dan

fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

e. Keadaan umum dan tingkat kesadaran akseptor

f. Pengkajian berat badan dan tinggi badan

g. Tanda-tanda vital (tekanan darah, suhu, nadi, respirasi)

h. Pemeriksaan inspekulo untuk mengetahui keadaan benang IUD

A : Assessment merupakan kesimpulan dari data subjektif dan data

objektif, karena keadaan pasien yang setiap saat bisa mengalami

perubahan. Assessment pada data perkembangan diperoleh :

Ny….., umur…., P…, Ah…., Ab…., akseptor KB IUD Copper T Cu

380 A, ….. hari pemasangan

P : Planning adalah membuat rencana asuhan yang disusun

berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, rencana asuhan ini

bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi pasien

seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya.

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksan

2. Memberitahu ibu bagaimana cara untuk melakukan pemeriksaan

sendiri keadaan benang IUD yaitu dengan mencuci tangan

terlebih dahulu kemudian jongkok seperti akan buang air kecil,

lalu masukan dua jari kedalam vagina secara perlahan,

kemudian rasakan apakah benang IUD teraba, jika tidak teraba

maka segera periksa ke tenaga kesehatan.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

3. Memberitahu ibu untuk kunjungan ulang satu minggu pasca

pemasangan dan enam bulan setelah pemasangan.

C. Landasan Hukum Kewenangan Bidan

Kewenangan Bidan Dalam Pelayanan KB, Bidan dalam memberikan

asuhan kebidanan melalui proses pengambilan keputusan dan tindakan

dilakukan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup prakteknya

berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.

Area kewenangan Bidan dalam pelayanan keluarga berencana

tercantum dalam Kepmenkes 900/Menkes/SK/VII/2002 yaitu bidan dalam

memberikan pelayanan keluarga berencana harus memperhatikan

kompetensi dan protap yang berlaku diwilayahnya meliputi :

1. Memberikan pelayanan keluarga berencana yakni pemasangan IUD,

AKBK, pemberian suntikan, tablet, kondom, diagfragma, jelly dan

melaksanakan konseling.

2. Memberikan pelayanan efek samping pelayanan kontrasepsi.

3. Melakukan pencabutan AKBK tanpa penyulit. Tindakan ini dilakukan atas

dasar kompentensi dan pelaksanaanya berdasarkan protap. Pencabutan

AKBK tidak dianjurkan untuk dilaksanakan melalui pelayanan KB keliling.

4. Dalam keadaan darurat, untuk penyelamatan jiwa Bidan berwewenang

melakukan pelayanan kebidanan selain kewenangan yang diberikan bila

tidak mungkin memperoleh pertolongan dari tenaga ahli.

5. Kewajiban Bidan yang perlu diperhatikan dalam menjalankan

kewenangan:

a. Meminta persetujuan yang akan dilakukan.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

b. Memberikan informasi.

c. Melakukan rekam medis dengan baik.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

NOMOR 1464/MENKES /PERIX/2010 Tentang penyelenggaraan praktik

Bidan. BAB III penyelenggaraan praktik pasal 9 Bidan dalam memberikan

pelayanan berwenang memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana. Pasal 13 Bidan yang menjalankan

program pemerintah berwenang melakukan pelayanan kesehatan meliputi :

Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD,

dan memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit atau AKBK.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2010 tentang

kewenangan Bidan dalam pelayanan keluarga berencana.

NOMOR 146/MENKES/PERIX/2010 Tentang izin dan penyelenggaraan

praktik Bidan. BAB III pasal 9 Bidan dalam menjalankan praktik berwenang

untuk memberikan pelayanan yang meliputi :

a. pelayanan kesehatan ibu

b. pelayanan kesehatan anakdan

c. pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana.

Pasal 12

Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan

keluarga berencana sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c,

berwenang untuk :

a. Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana dan

b. Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom.

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medisrepository.ump.ac.id/1577/3/Iis Ariska BAB II.pdf · 6. Cara Pemasangan a. Konseling pra pemasangan 1) Menjelaskan cara kerja KB IUD

Pasal 13

Selain kewenangan sebagaimana dimaksud dalam pasal 10, pasal 11, dan

pasal 12, Bidan yang menjalankan program Pemerintah berwenang

melakukan pelayanan kesehatan meliputi :

Pemberian alat kontrasepsi suntikan, alat kontrasepsi dalam rahim, dan

memberikan pelayanan alat kontrasepsi bawah kulit

Asuhan Kebidanan Akseptor..., Iis Ariska, Kebidanan DIII UMP, 2011