bab ii tinjauan pustaka a. tinjauan kriminologi tentang...

16
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang Kejahatan 1. Pengertian Kejahatan Seperti yang sudah diketahui kriminologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari kejahatan sebagaimana yang sudah dikemukakan oleh P. Topinard (1830-1911) seorang antropologi Perancis, secara harfiah berasal dari kata “crimen yang berarti kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat. 1 Sesuai dengan definisi diatas, kriminologi terutama ditujukan untuk mencari sebab-sebab kejahatan, disamping itu juga meneliti latar belakang kelakuan jahat. Oleh karena itu, secara sederhana kriminologi dapat juga disebut sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan yang timbul dari gejala-gejala social (fenomena social). Kejahatan dapat dikatakan sebagai suatu perilaku manusia yang menyimpang, bertentangan dengan hukum, dan merugikan masyarakat, untuk itulah maka maka para penegak hukum berupaya untuk menanggulanginya. Untuk menaggulangi kejahatan maka harus diketahui penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan dapat dijumpai dalam berbagai faktor, dimana suatu faktor dapat menimbulkan kejahatan tertentu, sedangkan faktor lain dapat menimbulkan jenis kejahatan yang lain pula. 1 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa. 2002. Kriminologi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Halaman 3-9

Upload: others

Post on 07-Nov-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Kriminologi Tentang Kejahatan

1. Pengertian Kejahatan

Seperti yang sudah diketahui kriminologi merupakan cabang

ilmu yang mempelajari kejahatan sebagaimana yang sudah

dikemukakan oleh P. Topinard (1830-1911) seorang antropologi

Perancis, secara harfiah berasal dari kata “crimen yang berarti

kejahatan atau penjahat dan “logos” yang berarti ilmu pengetahuan,

maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau

penjahat.1

Sesuai dengan definisi diatas, kriminologi terutama ditujukan untuk

mencari sebab-sebab kejahatan, disamping itu juga meneliti latar belakang

kelakuan jahat. Oleh karena itu, secara sederhana kriminologi dapat juga

disebut sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan

yang timbul dari gejala-gejala social (fenomena social).

Kejahatan dapat dikatakan sebagai suatu perilaku manusia yang

menyimpang, bertentangan dengan hukum, dan merugikan masyarakat,

untuk itulah maka maka para penegak hukum berupaya untuk

menanggulanginya. Untuk menaggulangi kejahatan maka harus diketahui

penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

dapat dijumpai dalam berbagai faktor, dimana suatu faktor dapat

menimbulkan kejahatan tertentu, sedangkan faktor lain dapat

menimbulkan jenis kejahatan yang lain pula.

1 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa. 2002. Kriminologi. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada.

Halaman 3-9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

16

2. Teori Sebab-sebab Kejahatan

Secara garis besar faktor-faktor penyebab kejahatan dapat

dibagi dalam dua bagian, yang pertama faktor yang bersumber dari

dalam diri individu (intern) yang mana dibagi lagi menjadi factor

intern yang bersifat umum dan factor intern yang bersifat

khusus.Sedangkan faktor yang kedua yaitu factor yang bersumber

dari luar individu (ekstern). Faktor intern yang bersifat khusus

berkaitan dengan keadaan psikologis (masalah kepribadian sering

menimbulkan perilaku menyimpang). Sifat khusus yang menjadi

penyebab timbulnya kejahatan adalah mental dan daya inlegensi

yang rendah, faktor intern yang bersifat umum meliputi pendidikan

sedangkan faktor yang bersumber dari luar luar diri individu adalah

faktor lingkungan.2

Orang yang memiliki mental rendah apabila terus mengalami

tekanan dari luar maka cenderung akan melakukan penyimpangan atau

kejahatan, rendahnya mental berhubungan erat dengan daya Intelegensi,

Intelegensi yang tajam dapat menilai realitis, maka semakin mudah dalam

menyesuaikan diri dengan masyarakat, sebaliknya apabila seseorang

memiliki intelegensi yang rendah maka akan sulit untuk menyesuaikan diri

dengan masyarakat, sehingga orang itu akan merasa semakin jauh dari

kehidupan masyarakat, dan tidak sanggup melakukan sesuatu, sehingga

orang tersebut akan merasa tertekan dan mencari jalan sendiri yang

menyimpang dari norma yang ada di masyarakat.

Faktor intern sebab timbulnya kejahatan yang bersifat umum adalah

rendahnya pendidikan, seseorang yang memiliki pendidikan rendah kurang

memahami norma dan aturan yang berlaku di masyarakat, minimnya

pengetahuan mengenai norma dan aturan membuat orang tersebut tidak

2 Made Darma Weda, Kriminologi, rajawali Press, 1996, hal 12

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

17

dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah dari persepektif

norma yang ada di masyarakat.

Rendahnya tingkat pendidikan berbanding terbalik dengan

intelegensi seseorang yang mana terkadang menjadi faktor pendukung

individu dalam melakukan kejahatan, dalam beberapa jenis kejahatan

tertentu dibutuhkan intelegensi yang tinggi untuk melakukannya, contoh

begal, keterampilan yang dimiliki individu untuk melakukan kejahatan

tersebut terkadang memang tidak berkaitan dengan tingkat pendidikan

yang rendah, keterampilan untuk melakukan kejahatan tersebut bisa

didapat melalui interaksi dengan masyarakat disekitarnya atau melalui

sarana belajar yang lain. Dengan menguasai kemampuan khusus, maka

individu akan tergoda untuk melakukan kejahatan, dikarenakan

keterampilan yang dimilikinya dapat dengan mudah digunakan untuk

melakukan tindakan kejahatan tersebut.

Sedangkan berkaitan dengan faktor yang bersumber dari luar

individu (ektern), terdapat teori yang menyatakan bahwa kejahatan

berkaitan dengan faktor lingkungan manusia dan faktor inilah yang

berpengaruh besar. Mazhab lingkungan seperti yang dikatakan oleh A.

Lacassagne, G. Tarde, F. Turatti, N.N. Colajani, Von Myr, Bonger dan

Shuterland bersemboyan “Die welt ist shuld an mir als ich” (Dunia lebih

bertanggung jawab atas jadinya saya daripada saya sendiri), Teori ini

berpendapat bahwa seseorang dapat berbuat kejahatan apabila terdapat :

a. Lingkungan yang memberi kesempatan akan timbulnya kejahatan

b. lingkungan pergaulan yang memberi contoh atau tauladan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

18

c. lingkungan ekonomi (kemiskinan, kesengsaraan)

d. lingkungan pergaulan yang berbeda-beda (differential association)3

Terhadap lingkungan ekonomi mazhab sosialis memandang “bahwa

kejahatan timbul karena tekanan ekonomi”, seseorang menjadi jahat

karena terlilit ekonomi seperti misalnya miskin, pengangguran dan baru di

PHK. ditambah lagi menurut Harvey Bremner, terdapat tujuh macam

pandangan teoritis yang berkenaan dengan sebab-sebab kejahatan yang

berhubungan langsung dengan masalah pengaruh perubahan ekonomi

terhadap perilaku jahat teori ini mencakup :

a. Kemrosotan ekonomi

Menurunnya tingkat pendapat nasional dan lapangan kerja

b. kemunduran komparatif dalam keadaan sosial ekonomi sebagai

akibat tersebarnya sebagian besar keuntungan ekonomi pada

sebagian besar penduduk

c. meningkatnya perbuatan pelanggaran sebagai akibat berkurangnya

kesempatan dalam sektor-sektor formal ekonomi

d. teori frustasi agresi

berkaitan dengan tindak kekerasan tanpa faedah. hipotesa ini berasal

dari ilmu jiwa

e. perkembangan penyimpangan sub budaya, baik dalam nilai-nilai

maupun pola normative sebagai “reaksi formasi” terhadap tiadanya

integrasi sosial ekonomi

f. Teori Asosiasi diferential

menggambarkan mekanisme bagaimana seorang individu menjadi

akrab dengan sub-kultur kriminal

g. Urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi yang secara potensial

menimbulkan integrasi masyarakat yang lebih miskin4

Terhadap lingkungan ekonomi yang buruk seperti diatas, misal

minimnya kesempatan kerja maka akan menimbulkan banyak

pengangguran, orang yang tidak mendapatkan pekerjaan akan terdorong

untuk melakukan kejahatan agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya,

3 Op Cit hal 29 4 Made Darma Weda, Kriminologi, rajawali Press, 1996, hal 15

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

19

sehingga dapat dikatakan pengangguran memberi dampak yang besar

timbulya suatu kejahatan.

Walter C Reckless menyebut profesional criminal sebagai

pelaku yang memiliki very skilled career, dengan keahlian yang

dimiliki maka profesional criminal dikategorikan sebagai pelaku

kejahatan tingkat atas (upper class), mereka digolongkan demikian

bukan saja karena memiliki keahlian khusus, tetapi memiliki konsep

perencanaan untuk melakukan kejahatan5

Minimnya mata pencaharian sangat mempengaruhi perkembangan

kejahatan, Individu yang memiliki keahlian dalam hal ini menggunakan

keahliannya untuk melakukan kejahatan, individu tersebut menggunakan

keahliannya untuk mencari pencaharian dengan cara menyimpang dari

aturan yang ada, misalnya pencurian dengan kekerasan atau biasa disebut

dengan begal, individu tersebut memiliki keahlian dan memiliki konsep

perencanaan dalam melakukan kejahatan. Oleh karena kejahatan

digunakan sebagai mata pencaharian maka faktor ekonomilah yang

memiliki dampak besar sebab terjadinya tindak kejahatan.

B. Upaya Penanggulangan Kejahatan Oleh Kepolisian

Upaya Polri dalam menanggulangi kejahatan merupakan

penanggulangan kriminalitas untuk dapat menemukan sifat-sifat, bentuk-

bentuk, serta perkembangan perilaku manusia dalam hubungannya dengan

kriminalitas. Kejahatan dapat dikatakan sebagai suatu perilaku manusia

yang menyimpang, bertentangan dengan hukum dan merugikan

masyarakat.

5 G.W. Bawengan, Pengantar Psikologi Kriminal, PT Pradnya Paramita, Jakarta, 1991, hal.32

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

20

Menurut Noach, bahwa “Kejahatan sesungguhnya tidak dapat

dihilangkan dalam masyarakat, yang mungkin hanyalah mengurangi atau

membatasi adanya kejahatan tersebut.”6 Pernyataan tersebut senada

dengan apa yang diungkapkan oleh Barnes dan Teeters, bahwa “Kejahatan

akan selalu ada, seperti adanya penyakit dan kematian pada manusia yang

selalu pasti terjadi serta berulang-ulang adanya seperti halnya musim yang

akan berganti –ganti dari tahun ke tahun”.7 untuk itulah maka perilaku

aparat penegak hukum, masyarakat dan para ilmuwan, terutama ahli dalam

kriminologi, kemudian berkehendak untuk menanggulanginya.

Dalam upaya untuk mengatasi masalah pencurian dengan kekerasan,

Kepolisian melakukan upaya-upaya yang diharapkan dapat mengatasi

masalah-masalah tersebut dengan langkah preventif dan represif seperti

dijelakan sebagi berikut :

a. Langkah Preventif

yang dimaksud dengan langkah preventif adalah tindakan yang

diarahkan kepada usaha pencegahan terhadap kejahatan. Tindakan

tersebut diarahkan sebelum kejahatan tersebut dilakukan. dengan

tindakan-tindakan preventif diharapkan dapat mengurangi timbulnya

kejahatan-kejahatan baru, setidaknya bisa memperkecil jumlah

pelaku-pelakunya.

b. Langkah Represif

Langkah terakhir ini merupakan tindakan penaggulangan yang

dilakukan setelah suatu kejahatan dilakukan,. Tindakan yang

dimaksud tersebut adalah tindakan yang berupa pengusutan,

penyidikan, penghukuman, dan rehabilitasi.Upaya penaggulangan ini

adalah berupa tindakan langsung yang dilakukan oleh satuan fungsi

reserse yang dikedepankan dan dibantu oleh satuan fungsi intel,

yaitu tindakan tindakan secara hukum yang ditujukan kepada pelaku

kejahatan. Perlakuan tersebut dimaksudkan sebagai suatu rangkaian

pembalasan atas perbuatan si pelanggar hukum. Penghukuman

merupakan tindakan untuk memberikan penderitaan terhadap pelaku

kejahatan yang sebanding atau mungkin lebih berat dari akibat yang

ditimbulkan oleh perbuatan kejahatan tersebut, apakah ia berupa

hukuman pemenjaraan ataupun hukuman yang bersifat penderitaan8.

6 Noach, Simanjuntak dan Pasaribu, Kriminologi, Tarsito, Bandung. 1983, Hal 6 7 Ibid hal 7 8 Djoko Prakoso, Polri sebagai Penyidik dalam Penegakan Hukum, Bina Aksara, Jakarta, Hal 22

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

21

Menurut pendapat penulis langkah preventif merupakan yang

dilakukan oleh Kepolisian untuk mencegah timbulnya suatu tindak

kejahatan, contoh dari langkah preventif yang dilakukan oleh kepolisian

adalah melakukan patroli secara terarah dan teratur, melakukan

pengintaian di tempat-tempat yang rawan baik yang dilakukan oleh polisi

berseragam, ataupun polisi yang tidak berseragam (Intel). Sedangkan

langkah represif merupakan tindakan pencegahan oleh kepolisian pada

saat sedang atau setelah terjadinya sutu kejahatan, misal dari tindakan

represif adalah dilakukan penangkapan, menghimpun bukti-bukti

sehubungan dengan pengusutan perkara dan bahkan berusaha untuk

menemukan kembali barang-barang hasil curian, melakukan penahanan

untuk kemudian diserahkan ke tangan kejaksaan yang kelak akan

meneruskannya ke Pengadilan.

Upaya penanggulangan kejahatan yang sebaik-baiknya harus

memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a) Sistem dan operasi Kepolisian yang baik.

b) Peradilan yang efektif.

c) Hukum dan perundang-undangan yang berwibawa.

d) Koodinasi antar penegak hukum dan aparatur pemerintah

yang serasi.

e) Partisipasi masyarakat dalam penangulangan kejahatan.

f) Pengawasan dan kesiagaan terhadap kemungkinan

timbulnya kejahatan.

g) Pembinaan organisasi kemasyarakatan. 9

9 Mirza Wilanda. teori penaggulangan kejahatan. http://mirzabrexs.blogspot.co.id. Diakses 22

Agustus 2016. Jam 21.53 WIB

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

22

Persyaratan diatas jika tidak dipenuhi salah satunya maka dalam

pelaksanaannya akan terasa pincang, maka dengan itu persyaratan diatas

haruslah memenuhi syarat dalam pelaksanannya.

C. Tinjauan Umum Tentang Kendala yang Dihadapi Oleh Kepolisian

Kendala yang dihadapi oleh kepolisian adalah sulitnya untuk

merumuskan sebab-sebab timbulnya kejahatan, penyebab kejahatan

memang sulit untuk dirumuskan secara pasti karena itu bukanlah hal yang

mudah dapat menggali sebab-sebab kejahatan, terhadap hal ini

dikarenakan :

a. Adanya kesulitan dalam menentukan factor-faktor yang menjadi

penyebabnya.

b. Karena terdapat berbagai faktor yang saling mempengaruhi (multiple

factor approacg), dimana suatu faktor tidaklah cukup untuk

menimbulkan kejahatan.

c. sebab kejahatan tidak mengenal generasi , yang berarti bila sebab

tersebut telah diketahui tidak serta merta berlaku bagi kejahatan

lainnya.10

Keanekaragaman faktor penyebab timbulnya kejahatan ini diakui

pula oleh Sutherland dan cressey, mereka menyatakan bahwa :

Kejahatan adalah hasil dari faktor-faktor yang beraneka ragam dan

bermacam-macam dan bahwa factor-faktor dewasa ini dan untuk

selanjutnya tidak bisa disusun menurut suatu ketentuan yang berlaku

umum tanpa ada pengecualian, atau dengan perkataan lain, untuk

menerangkan kelakuan criminal memang tidak ada teori ilmiah.11

Selanjutnya kendala yang dihadapi oleh kepolisian adalah

kurangnya personil kepolisian. Achmad Ali (1998:211) menyatakan :

Memang tidak dapat disangka kendala yang dihadapi pihak kepolisian kita

adalah keterbatasan kepolisian Indonesia menanggulangi berbagai jenis

kriminalitas. Faktor penyebabnya salah satu adalah tidak terlepas dari

10 Made Darma Weda, 1996, Kriminologi, Raja Grafindo Persada, hal 16 11 ibid hal 44

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

23

belum berimbangnya antara jumlah personil polisi dengan jumlah warga

masyarakat yang harus dilayani.12

Luasnya wilayah kota Pasuruan dengan jumlah personil yang

terbatas menjadi kendala kepolisian dalam melakukan pengawasan. Selain

itu biaya operasional yang terbatas dalam memburu pelaku kejahatan juga

ikut memiliki andil dalam menghambat upaya penanggulangan pencurian

dengan kekerasan.

Permasalahan lain adalah terjadinya perbedaan persepsi antara polisi

dengan penegak hukum lainnya dalam memperlakukan penjahat. Polisi

selaku garda paling depan dalam memburu penjahat berorientasi pada

perlindungan korban kejahatan. Polisi berusaha semaksimal mungkin

memelihara kantibmas dengan melibas segala bentuk perilaku

menyimpang yang diperangi masyarakat.

Sedangkan aparat hukum lainya (Hakim dan Penasehat Hukum)

lebih banyak berorientasi pada perlindungan hukum dan HAM pelaku

kejahatan. Hak-hak yang dipenuhi oleh penjahat dipenuhi secara optimal.

Sehingga, tidak jarang jika polisi (sakit hati) kepada penjahat yang telah

dengan susah payah ditangkap (seringkali perlaku yang tertangkap

bungkam mengenai jaringannya), kemudian dibebaskan oleh pengadilan,

baik karena tidak terbukti atau karena sang penjahat solid dan ia mampu

membeli keadilan. hal ini merupakan hambatan yang paling besar dalam

memberantas tindak pidana pencurian dengan kekerasan, dengan

12 Syafri, http://syafrifaisal-syafri.blogspot.co.id, kendala yang diahadapi kepolisian dalam

mencegah kejahatan diakses tanggal 01 November 2016

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

24

dilindunginya hak-hak pelaku maka menurut penulis tidak memberikan

efek jera terhadap si pelaku, sehingga memungkinkan si pelaku untuk

mengulangi tindak pidana yang sama.

D. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan

Tindak pidana pencurian menurut KUHP terbagi menjadi 3, yaitu:

a. Pencurian Biasa

Pencurian biasa dalam KUHP diatur dalam pasal 362 yang berbunyi

“Barang siapa mengambil sesuatu barang, yang seluruhnya

atau sebagian milik orang lain dengan maksud untuk dimiliki

secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan

pidana penjara paling lama lima tahun atau denda paling banyak

enam puluh rupiah”

Dalam pasal 362 KUHP dapat dilihat unsur-unsur Tindak pidana

pencurian biasa yang terbagi menjadi 2, yaitu unsur obyektif dan

subyektif. Unsur obyektif meliputi, mengambil, suatu barang, yang

seluruhnya atau sebagian milik orang lain. Sedangkan Unsur subyektif

meliputi dengan maksud, untuk memiliki barang/benda tersebut untuk

dirinya sendiri, secara melawan hukum.

b. Pencurian Dengan Pemberatan

Pencurian dengan pemberatan diatur dalam pasal 363 dan pasal

365 KUHP13. Dikatakan pencurian dengan pemberatan dikarenakan

pencurian tersebut merupakan pencurian yang dilakukan dengan cara-

cara tertentu dan dalam keadaan tertentu yang bersifat memberatkan.

Maka dalam persidangan pembuktian terhadap unsur-unsur tindak pidana

harus diawali dengan membuktikan pencurian dalam pokoknya14

13 Lihat pasal 363 dan 365 KUHP

14 Op.Cit, Tongat Hal 23

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

25

Perbedaan pasal 363 dan 365 adalah, pasal 363 KUHP atau

disebut juga dengan istilah pencurian dengan pemberatan (Curat)

memiliki unsur pencurian biasa dengan pemberatan tanpa melibatkan

korban, sedangkan dalam pasal 365 KUHP biasa disebut dengan istilah

pencurian dengan kekerasan (Curas) memiliki unsur pencurian yang

melibatkan penodongan, perampasan menggunakan senjata tajam dan

menyakiti korban.

c. Pencurian Ringan

Pencurian ringan adalah pencurian yang memiliki unsur-unsur

dari pencurian dalam bentuk pokok. Pencurian ringan dalam KUHP

diatur

dalam ketentuan pasal 364.15 Yang berbunyi

“Perbuatan yang diterangkan dalam pasal 362 dan pasal 363

ke-4, begitupun perbuatan yang diterangkan dalam pasal 363

ke-5, apabila tidak dilakukan dalam sebuah rumah atau

pekarangan tertutup yang ada rumahnya, jika harga barang

yang dicuri tidak lebih dari dua puluh lima rupia,

dikenai,karena pencurian ringan, pidana penjara paling lama

tiga bulan atau denda paling banyak enam puluh rupiah”

Berdasarkan pasal 364 KUHP diatas, maka unsur-unsurnya adalah

pencurian dalam bentuk yang pokok, pencurian yang dilakukan oleh

dua orang atau lebih secara bersama-sama, pencurian yang diklakukan

dengan membongkar, merusak atau memanjat, dengan anak kunci,

perintah palsu atau seragam palsu, tidak dilakukan dalam sebuah

rumah, tidak dilakukan dalam pekarangan tertutup yang ada

15 Ibid, Hal 41

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

26

rumahnya, apabila harga barang yang dicurinya tidak lebih dari dua

puluh lima rupiah.

Dalam hal ini penulis akan membahas pencurian dengan

pemberatan yang diatur pada pasal 365 KUHP. Istilah “pencurian

dengan kekerasan” atau popular dengan istilah “curas”. Pada dasarnya

pencurian dengan kekerasan memang sangat berbeda dengan

pencurian, namun substansi yang ada dalam pencurian dengan

kekerasan sama dengan pencurian. Letak perbedaan keduanya berada

pada teknis di lapangan, pencurian dengan kekerasan adalah tindakan

pencurian yang berlangsung saat diketahui sang korban, sedangkan

pencurian identik dilakukan saat tidak diketahui korban. Berikut

ketentuan dalam pasal 365 KUHP selengkapnya adalah :

Ayat 1 :Diancam dengan pidana penjara paling lama

Sembilan tahu, pencurian yang didahului, disertai, atau diikuti

dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang,

dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah

pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk

memungkinkan melarikan diri sendiri atau peserta lainnya,

atau untuk tetap menguasai barang yang dicurinya.

Berdasarkan pasal 365 ayat 1, maka unsur-unsurnya adalah :

Pencurian, Didahului, disertai atau diikuti, Kekerasan atau ancaman

kekerasan, Terhadap orang, Dilakukan dengan maksud untuk :

a. Mempersiapkan,

b. Memudahkan,

c. Dalam hal tertangkap tangan,

d. Untuk memungkinakan melarikan diri bagi dirinya atau peserta

lain,

e. Untuk menjamin tetap dikuasainya barang yang dicuri

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

27

Unsur “didahului” atau “disertai” atau “diikuti” kekerasan atau

ancaman kekerasan haruslah terkait erat dengan upaya untuk

mempermudah atau mempersiapkan atau dalam hal tertangkap tangan

untuk memungkinkan melarikan diri bagi diri sendiri atau peserta lain

atau untuk menjamin tetap dikuasainya barang yang dicuri, sedangkan

penjelasan atas pengertian “kekerasan” dapat dilihat dalam pasal 89

KUHP, yang menyatakan bahwa membuat orang pingsan atau tidak

berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan. Apabila unsur

kekerasan atau ancaman kekerasan diatas dapat dihubungkan dengan

unsur lain dalam pasal 365 KUHP, yaitu unsur “luka berat atau mati”,

maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “kekerasan

atau ancaman kekerasan” dalam pasal 365 KUHP adalah kekerasan

dalam arti fisik.16 Begal dalam melakukan aksinya seingkali

melakukan kekerasan untuk mempermudah menjalankan aksinya,

sehingga dapat dikatakan begal telah memenuhi unsur yang ada pada

pasal 365 KUHP.

Ayat 2 Diancam dengan pidana penjara paling lama dua

belas tahun :

Ke-1 jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam

sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada

rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau

trem yang sedang berjalan.

Ke-2 jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih

secara bersama-sama

Ke-3 jika masuknya ke tempat melakukan kejahatan, dengan

membongkar, merusak, atau memanjat, atau memakai

anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan

palsu.

16 Ibid Hal 36-37

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

28

Ke-4 jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

Berdasarkan pasal 365 ayat 2, maka unsur-unsurnya adalah :

Ke-1 : Waktu malam hari, dalam sebuah rumah atau pekarangan

tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, dalam kereta api

atau trem yang sedang berjalan

Ke-2 : Dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama- sama.

Pengertian “bersama-sama” menunjuk pada suatu kerjasama

dimana antara dua orang atau lebih mempunyai maksud untuk

melakukan pencurian secara bersama-sama. Hal ini sesuai

dengan pengertian yang diberikan oleh yurisprudensi. Dalam

Arrest HR 10 Desember 1894 secara eksplisit dinyatakan,

bahwa pencurian yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

secara bersama-sama itu haruslah dilakukan dalam

hubungannya sebagai bentuk “turut serta melakukan tindak

pidana (mededaderschap) dan bukan sebagai “membantu

melakukan tindak pidana (medeplichtigheid)”.

Ke-3 : membongkar, merusak, memanjat, anak kunci palsu, perintah

palsu, pakaian jabatan (seragam palsu)

Ke-4 : Mengakibatkan luka-luka berat. Tentang pengertian luka berat

sudah diatur dalam pasal 90 KUHP.

Ayat 3 Jika perbuatan mengakibatkan mati, maka dikenakan

penjara paling lama lima belas tahun

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

29

Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal 365 KUHP ayat (3)

kiranya sudah cukup jelas adanya. Pencurian yang didahulu, disertai

atau diikuti oleh kekerasan atau ancaman kekerasan dan sebagainya

apabila mengakibatkan kematian, maka terhadap pelakunya diancam

dengan pidana yang lebih berat, yaitu berupa pidana penajara paling

lama lima belas tahun.

Ayat 4 Diancam dengan pidana mati atau pidana seumur

hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh

tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau mati dan

dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama

dengan disertai oleh salah satu hal yang diterangkan dalam

ayat 2 ke-1 dan ke-3.

Dalam ketentuan ini ditegaskan, bahwa apabila pencurian yang

diatur dalam pasal 365 ayat (1) dan ayat (2) KUHP mengakibatkan

luka atau mati dan dilakukan oleh dua orang atau lebih secara

bersama-sama juga disertai salah satu hal yang dimaksud dalam

ketentuan no. 1 dan 3, ancaman pidananya berupa pidana mati atau

pidana seumur hidup atau pidana selama waktu terntu paling lama dua

puluh tahun. Jenis tindak pidana pencurian ini merupakan tindak

pidana pencurian yang paling berat diantara berbagai jenis tindak

pidana pencurian yang lain.

Unsur – unsur dalam Pasal 365 KUHP meliputi unsur objektif

dan unsur subjektif , unsur Objektif dalam pasal 365 KUHP adalah

Pencurian dengan didahului, disertai, diikuti kekerasan atau ancaman

kekerasan terhadap seseorang, sedangkan unsur subjektif dalam pasal

365 KUHP yaitu dengan maksud untuk mempersiapkan atau

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Kriminologi Tentang ...eprints.umm.ac.id/37856/3/jiptummpp-gdl-adityaghul-51263...penyebab timbulnya kejahatan, Adapun sebab-sebab timbulnya kejahatan

30

mempermudah pencurian itu atau jika tertangkap tangan memberi

kesempatan bagi diri sendiri atau peserta lainnya dalam kejahatan itu.

Yang dikatakan dengan kekerasan adalah setiap perbuatan

yang mempergunakan tenaga badan atau fisik yang tidak ringan.

Penggunaan kekerasan terwujud dalam bentuk memukul dengan

sengaja, memukul dengan senjata, menyekap, mengikat, menahan.,

dsb.

Tindak pidana pencurian disertai kekerasan pada dasarnya

identik sekali dengan tindak pidana pembegalan atau

perampokan, hal ini berkaitan dengan cara pengambilan harta

itu sendiri, yaitu dilakukan dengan cara terang-terangan dan

menggunakan unsur-unsur kekerasan didalamnya.17

Begal dapat dikategorikan sebagai pencurian dengan kekerasan

hal tersebut dapat dilihat bahwa pelaku tidak bekerja sendirian

melainkan dilakukan oleh beberapa orang dan dilakukan pada saat

malam hari, Hal tersebut sesuai dengan unsur-unsur pidana yang

dirumuskan dalam pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP).

17 Djazuli,1992, Fiqih Jinayah (upaya menanggulangi kejahatan dalam Islam), Raja Grafindo

Persada, Jakarta, Hal 86