bab ii tinjauan pustaka a. perkembangan motorik2. tahap perkembangan motorik anak usia dini...

40
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perkembangan Motorik 1. Pengertian Motorik Motorik berasal dari kata “motor” yang merupakan suatu dasar biologis atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak (Gallahue). Dengan kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan yang didasari oleh proses gerak motorik. Menurut Hurlock dalam Wuryani (2008: 2.14) perkembangan motorik adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. OTAK SARAF OTOT Ketiga unsur di atas melaksanakan masing-masing perannya secara interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang, saling melengkapi dengan unsurnya untuk mencapai kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Anak yang otaknya mengalami gangguan tampak kurang terampil menggerak-gerakkan tubuhnya. Berdasarkan tiga unsur di atas bentuk perilaku gerak yang dimunculkan terbagi menjadi dua bentuk yaitu: motorik kasar (melibatkan otot-otot besar, saraf dan otak) dan motorik halus (melibatkan otot-otot kecil, saraf dan otak). Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi 5

Upload: others

Post on 31-Dec-2019

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Perkembangan Motorik

1. Pengertian Motorik

Motorik berasal dari kata “motor” yang merupakan suatu dasar

biologis atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak (Gallahue).

Dengan kata lain, gerak (movement) adalah kulminasi dari suatu tindakan

yang didasari oleh proses gerak motorik.

Menurut Hurlock dalam Wuryani (2008: 2.14) perkembangan motorik

adalah perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat

syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.

OTAK SARAF OTOT

Ketiga unsur di atas melaksanakan masing-masing perannya secara

interaksi positif, artinya unsur yang satu saling berkaitan, saling menunjang,

saling melengkapi dengan unsurnya untuk mencapai kondisi motorik yang

lebih sempurna keadaannya. Anak yang otaknya mengalami gangguan tampak

kurang terampil menggerak-gerakkan tubuhnya.

Berdasarkan tiga unsur di atas bentuk perilaku gerak yang

dimunculkan terbagi menjadi dua bentuk yaitu: motorik kasar (melibatkan

otot-otot besar, saraf dan otak) dan motorik halus (melibatkan otot-otot kecil,

saraf dan otak).

Kemampuan motorik merepresentasikan keinginan anak. Misalnya

ketika anak melihat mainan dengan beraneka ragam, anak mempersepsikan

dalam otaknya bahwa dia ingin memainkannya. Persepsi tersebut memotivasi

5

2

anak untuk melakukan sesuatu, yaitu bergerak untuk mengambilnya. Akibat

gerakan tersebut, anak berhasil mendapatkan apa yang ditujunya yaitu

mengambil mainan yang menarik baginya.

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat

penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa

pengaruh perkembangan motorik terhadap konsitensi perkembangan individu

dipaparkan oleh Hurlock (1996) dalam Wuryani (2008: 2.17) sebagai berikut:

Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan

memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan

memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap

bola atau memainkan alat-alat mainan.

Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak

berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang

independent. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan

dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang

perkembangan rasa percaya diri.

Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan

lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal

Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, melukis

dan baris-berbaris.

Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat

bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak

normal akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman

sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menjadi anak yang fringer

(terpinggirkan)

3

Perkembangan keterampilan motorik sangat penting bagi perkembangan

self-concept atau kepribadian anak.

Perkembangan motorik sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah

yang mengendalikan setiap gerakan yang dilakukan anak. Semakin matangnya

perkembangan system syaraf otak yang mengatur otot memungkinkan

berkembangnya kompetensi atau kemampuan motorik anak. Perkembangan

motorik anak dibagi menjadi motorik kasar dan motorik halus.

2. Tahap Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

Perkembangan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur

kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Ada tiga unsur yang menentukan

dalam perkembangan motorik, yaitu otak, syaraf dan otot. Ketiga motorik

bekerja, ketiga unsur tersebut melakukan masing-masing perannya secara

interaktif positif, artinya unsur-unsur yang satu saling berkaitan, saling

menunjang, saling melengkapi dengan unsur yang lainnya untuk mencapai

kondisi motorik yang lebih sempurna keadaannya. Ketiga unsur tersebut

saling bekerja sama sehingga terbentuk suatu gerakan yang bertujuan,

misalnya berbicara, berjalan, menulis, menggambar dan sebagainya.

Proses perkembangan motorik sangat erat kaitannya dengan

perkembangan pusat motorik di otak. Keterampilan motorik berkembang

sejalan dengan kematangan syaraf dan otot. Oleh karena itu, setiap gerakan

yang dilakukan anak, sesederhana apapun sebenarnya merupakan hasil pola

interaksi kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang

dikontrol otak. Jadi otaklah sebagai bagian dari susunan saraf pusat yang

mengantur semua aktivitas fisik dan mental. Dengan kata lain, aktivitas anak

4

terjadi di bawah kontrol otak, secara simultan (berkesinambungan) otak terus

mengolah informasi yang diterimanya. Bersamaan dengan itu, otak bersama

jaringan saraf yang membentuk sistem saraf pusat yang mencakup lima pusat

kontrol akan mendiktekan setiap gerakan anak.

Menurut Hurlock dalam Wuryani (2008: 2.18) dapat dilihat pada

bagan yang menggambarkan fungsi lima pusat kontrol di otak tersebut.

Otak dan Pusat Kontrol Saraf

Fungsi

Cerebral Cortex (Otak Besar)

Merupakan pusat kontrol, yang menerima dan memproses informasi pengindraan.

Bagal Ganglia Kumpulan sel saraf di dalam sistem syaraf pusat yang menyebabkan gerakan tanpa direncanakan terlebih dahulu.

Cerebellum (otak kecil)

Bagian yang mengatur pergerakan seluruh tubuh dan koordinasi gerakan tubuh.

Batang Otak Merupakan bagian yang menghubungkan otak dengan jaringan saraf, memiliki fungsi menyeleksi informasi dan membiarkan otak bereaksi sesuai kebutuhan.

Jaringan Saraf Merupakan jalur transmisi bagi pesan-pesan yang datang menuju otak.

Semakin matangnya perkembangan sistem saraf otak yang mengatur

otot memungkinkan berkembangnya kompetensi atau keterampilan motorik

anak. Di samping keterampilan motorik, otak mempunyai pengaruh yang

sangat menentukan bagi perkembangan aspek-aspek perkembangan individual

lainnya, keterampilan intelektual, emosional, sosial, moral dan kepribadian.

Pertumbuhan otak yang normal dan sehat berpengaruh positif bagi

perkembangan aspek-aspek lainnya. Apabila pertumbuhan dan perkembangan

5

otak tidak normal cenderung akan menghambat perkembangan keseluruhan

aspek-aspek tersebut.

Asesmen perkembangan fisik anak dilaksanakan secara terus-menerus

dan berkesinambungan. Oleh karena itu, harus ada rekaman tingkah kemajuan

tiap anak untuk mengikuti perkembangan belajarnya. Mengingat bahwa

perkembangan anak usia dini berjalan sangat pesat, maka tiap aspek

perkembangan perlu dirincikan indikatornya untuk setiap rentangan usia

tertentu.

Indikator perkembangan anak sebenarnya merupakan langkah awal

yang harus disusun dan ditetapkan dalam proses asesmen perkembangan anak,

agar pelaporan menjadi objektif dan tepat sasaran. Indikator perkembangan

merupakan gambaran perilaku yang tampak pada anak sebagai derajat atau

tingkatan pencapaian suatu kemampuan tertentu. Gambaran perilaku ini harus

dapat diamati (observable) dan dapat diukur (measurable). Pengembangan

indikator membutuhkan pemahaman terhadap perkembangan tahun awal.

Tantangan koordinasi yang sebelum ini dihindarinya, seperti melompat

dengan satu kaki, melompat dengan kedua kaki diangkat bersama, dan

menjaga keseimbangan, sekarang dapat dilakukannya dan dia berusaha

melakukan banyak aktivitas. Tentu saja masih diperlukan waktu yang lama

sebelum dia mencapai kompetensi total dalam bidang-bidang ini. Tapi dia

secara bermakna lebih gesit dan atletik daripada sebelumnya. Perbedaan

dalam kemampuan bergerak antar anak yang baru berjalan dan anak

6

prasekolah amat mencolok. Anak senang mempraktekkan keterampilan fisik

baru ini, baik di rumah, di sekolah bermain atau di taman.

Berikut ini akan diuraikan tahap-tahap perkembangan motorik yang

meliputi perkembangan koordinasi mata – tangan pada anak usia 3 – 5 tahun

secara lebih rinci.

Transformasi fisik

Alasan utama penyebab kematangan keterampilan bergerak ini

adalah perubahan fisik yang penting terjadi antara usia 2,5 dan 5 tahun.

Tinggi tubuh anak-anak bertambah sekitar 8 cm lebih tinggi setiap

tahunnya dan berat badannya bertambah sekitar 3 kg. Ukuran kepalanya

menjadi lebih besar dibandingkan dengan bagian tubuh badan yang lain,

dan wajahnya menjadi lebih besar dalam persiapan untuk mengkoordinasi

rangkaian gigi kedua yang akan muncul dalam beberapa tahun. Perubahan

neurologi terjadi dalam otak, tulang belakang, dan juga sistem saraf.

Pengaruh gabungan dari semua perubahan fisik normal ini adalah

bahwa anak menjadi pembelajar dan lebih gesit. Badannya mempunyai

bentuk yang lebih baik dan lebih kuat, dengan jaringan lemak yang

berkurang sehingga tidak menghalangi gerakannya, dan dia dapat ikut

serta dalam aktivitas fisik dengan penuh semangat tanpa merasa lelah.

Kita juga akan menyadari bahwa dalam periode ini ukuran dari perutnya

berkurang, perubahan ini juga menambah kegesitan dari setiap gerakan

lengan dan tungkainya.

7

Banyak orang tua yang khawatir bahwa anak mereka tidak cukup

makan untuk mengimbangi transformasi fisik ini. Kekhawatiran seperti ini

biasanya tidak perlu. Anak yang sedang tumbuh hampir pasti mendapat

asupan makanan dan minuman setiap hari, dan memeriksakan anak ke

dokter secara rutin menjadi sangat penting.

Perkembangan gerakan

Keterampilan fisik anak menjadi semakin baik. Pada usia ini, anak

amat senang menggunakan keterampilan motoriknya yang semakin baik,

bahkan ketika beraktivitas itu berbahaya. Banyak orang tua merasa bahwa

anak mereka menjadi sedikit pemberani di tahap ini, sebagai hasil dari

antusiasme prasekolah yang biasa. Pastikan anak mempunyai banyak

peluang untuk menjajaki dengan aman, jadi anak tidak perlu mengambil

resiko yang membahayakan dirinya ketika berpetualang dan

bergembira.tempat bermain di luar rumah/sekolah yang dibangun dengan

baik dengan ayunan dan bagian yang dapat berputar-putar, kerangka untuk

dipanjat dan balok untuk melatih keseimbangan badan amat

menyenangkan anak dan dapat membantu menjaga rangsangan rasa ingin

tahunya dengan keindahannya. Sarana yang dirancang dengan

pertimbangan keselamatan anak-anak lebih diutamakan.

Bawalah anak untuk melakukan kegiatan pada waktu senggang,

seperti berenang, senam, atau olah raga lainnya. Jadikan kelas terawasi

dengan baik, dan mempunyai lingkungan yang aman. Energi dan

antusiasme didorong dalam aktivitas jenis ini, bukannya ditekan.

8

Walaupun anak mungkin mula-mula enggan mengikutinya, anak akan

segera menyesuakan diri setelah dia menyadari kegembiraanya yang akan

diperolehnya.

Berikan banyak pujian kepada anak kalau melihatnya bermain

dengan penuh semangat. Tunjukkan betapa kita senang bahwa anak

memanjat kerangka hanya sampai di tengah karena anak ragu-ragu cara

untuk turunnya nanti. Peluklah dia ketika anak ingin untuk berjalan di

trotoar, bukan berlari ke sana kemari.

Tidak mudah untuk memperoleh keseimbangan saat melindungi

anak sehingga ia menjadi takut ikut dalam permainan, atau

membiarkannya berkelana sampai dia mencapai titik yang membahayakan

dirinya. Kombinasi dari pedoman yang masuk akal mengenai menjaga

keselamatan, digabungkan dengan pengarahan positif mengenai cara

bertualang tanpa membahayakan diri, merupakan strategi yang paling

efektif.

Takut-takut

Beberapa anak mempunyai sifat takut-takut dan tidak berani

menjajaki ruang yang terbuka lebar di taman atau berpetualang di taman

bermain. Hal ini akan menghilangkan kesempatan anak untuk menikmati

aneka macam aktivitas yang menstimulasi.

Bila anak benar-benar takut dirinya akan terluka atau terjatuh maka

dia akan tetap tidak beranjak sekalipun ditekan untuk lebih berani

berpetualang. Jauh lebih baik menggunakan bujukan lembut. Sensitif,

9

bersikap sarkastis, atau mencemooh tingkah lakunya yang takut-takut

hanya akan membuat keadaan menjadi lebih buruk. Dia perlu merasa

bahwa orang dewasa ada di sisinya, siap membimbingnya bukan

menertawakannya. Ingat bahwa anak yang takut-takut akan lebih bersedia

mengeser batas-batas keterampilan fisiknya ketika ada pengawasan dari

orang dewasa. Misalnya, rasa takut untuk belajar berenang akan berkurang

bila ada pengawas, misalnya orang tua atau seorang guru berada dalam

kolam di sampingnya.

Perkembangan koordinasi tangan-mata

Ketika anak sedang tumbuh melewati tahun-tahun prasekolah,

pengendalian tangan menjadi semakin penting, bukan hanya karena

kendali itu membantunya menjadi lebih mandiri. Tetapi juga karena ada

kaitannya dengan pemecahan masalah dan untuk belajar

Proses kematangan

Kemajuan anak dengan koordinasi tangan-mata tergantung pada

interaksi anak stimulasi dan dorongan yang diterimanya setiap hari,

perkembangan fisik dan sarafnya dan memotivasinya. Tiga dimensi yang

berbeda ini perlu diseimbangkan dengan hati-hati sebelum dia dapat

bergerak dari satu tahap ke tahap berikutnya. Secara khusus, anak tidak

akan mampu menulis seperti anak berumur 5 tahun ketika dia baru

berumur 3 tahun. Tidak peduli betapa keras usahanya karena kematangan

otot dan sarafnya memang belum memadai untuk melakukan gerakan

tangan demikian halus.

10

Bila orang tua memaksa anak, misalnya untuk menulis dengan rapi

seperti kakaknya, sebenarnya mengandung resiko dia akan kehilangan

minat untuk menulis. Jangan menetapkan target yang didasarkan pada

gambar dan tulisan yang dibuat oleh anak yang lebih tua, sebaliknya

cermati dengan seksama kemampuan anak dan kemudian didorong dia

untuk mengembangkannya sedikit lebih maju.

Penggunaan cat atau krayon

Mungkin kita juga menyadari bahwa anak lebih suka

menggunakan cat daripada krayon, dan juga menggambar garis lurus

seperti dasar yang kita inginkan. Kuas cat lebih menarik daripada pensil

atau krayon bagi seorang anak, dengan beberapa alasan. Pertama, lebih

mudah untuk membuat gambar berukuran besar dan berwarna-warni

dengan menyapukan kuas daripada dengan sebatang krayon. Gambar

tercipta dengan lebih cepat dengan cat. Kedua tangkai kuas yang gemuk

lebih mudah untuk dipegang dan tidak memerlukan kendali yang halus

dengan jari. Ketiga, menggambar menggunakan cat biasanya berakhir

dengan tangan, baju, meja dan sebagian kotor yang pada umumnya

disukai oleh anak-anak prasekolah.

Anak perlu merasakan sendiri pengalaman mengambar dengan cat

dan juga menggambar dan menulis. Setiap aktivitas mengembangkan

keterampilan yang membantu keterampilan lain. Jadi, biarkanlah dia

memilih antara cat, krayon dan pensil. Seiring dengan aktivitas mencoba-

11

coba pilihan di atas, koordinasi tangan-mata anak akan mengalami

kemajuan dengan kecepatan yang memuaskan.

Kiri atau kanan

Pilihan anak untuk menggunakan tangan kiri atau tangan kanannya

sudah terbentuk sepenuhnya pada waktu anak mulai sekolah walaupun

kira-kira 10 persen anak-anak balita masih berganti-ganti antara tangan

kiri dan tangan kanannya. Ahli psikologi tidak mengetahui dengan pasti

apakah kidal dan tidak merupakan sifat bawaan atau dipelajari, namun ada

beberapa bukti yang dihubungkan dengan kedua belah otak. Misalnya,

pada anak-anak yang tidak kidal, otak sebelah kiri mempunyai hubungan

yang lebih kuat dengan seluruh sisi kanan badan. Akan tetapi, apapun

penjelasannya yang sebenarnya, kita akan sudah mempunyai pilihan

menggunakan tangan kanan atau kiri mulai dari sekitar umur 2 tahun.

Tolak dorongan yang mungkin kita rasakan untuk mengubah anak yang

kidal menjadi tidak kidal sebelum dia mulai sekolah. Itu merupakan

tindakan yang keliru.

Perbandingan

Pada masa ini anak lebih banyak berbaur dengan anak-anak lain,

baik temah-temannya yang datang ke rumah untuk bermain maupun

bergabung dengan anak-anak lain di kelompok bermain. Dia

membandingkan dirinya sendiri dengan teman-temannya. Dia menilai

hasil mewarnai dan lukisannya dengan hasil dari anak-anak lain yang

bermain dengannya. Ini mempunyai pengaruh positif apabila dia

12

menganggap usaha kreatifnya paling sedikit sama, baik dengan hasil

teman-temannya dan pengaruh negatif bila dia yakin bahwa kemampuan

menggambarnya lebih rendah dibandingkan dengan bakat kreatif teman-

temannya.

Antusiasme anak berumur 4 tahun terhadap tantangan yang

melibatkan koordinasi tangan-mata akan menguap dengan cepat kalau

menghadapi temannya yang lebih baik. Ketika anak kehilangan keyakinan

pada kemampuannya sendiri, dia akan amat enggan untuk mewarnai,

melukis atau menulis bila kesempatan berikutnya datang. Itulah sebabnya

dia memerlukan banyak bujukan untuk melanjutkan aktivitas yang

memerlukan pengendalian tangan, seperti merangkai manik-manik kayu

kecil menggunakan benang, memotong kertas menjadi potongan-potongan

kecil menggunakan gunting, meniru tulisan namanya di atas secarik kertas,

mewarnai gambar, atau menggambar garis atau menyelesaikan teka-teki

menghubungkan titik-titik menjadi gambar. Komentar positif akan

meningkatkan motivasinya.

Perbaikan koordinasi tangan-mata biasanya terjadi dengan matang

secara berangsur-angsur antara umur 3 – 5 tahun. Namun, kemajuan

tersebut sulit dideteksi. Anak mungkin memerlukan petunjuk bahwa dia

sekarang jauh lebih pandai memotong makanan menggunakan pisau

daripada beberapa bulan yang lalu. Anak memerlukan orang dewasa untuk

mengarahkan perhatiannya pada langkah-langkah kecil.

13

3. Indikator Pencapaian Tahap Perkembangan Motorik Anak Usia Dini

Benyamin Bloom dalam Wuryani (2008: 2.23) menyatakan bahwa

rentangan penguasaan psikomotorik ditunjukkan oleh gerakan yang kaku

sampai kepada gerakan yang lancar dan luwes. Dave (1970) dalam Wuryani

(2008: 2.23) memperjelaskannya dengan mengklasifikasikan domain

psikomotorik ke dalam lima kategori mulai dari yang paling rendah sampai

pada tingkatan yang paling tinggi sebagai berikut:

Imitation (Peniruan)

Yaitu suatu keterampilan untuk menirukan suatu gerakan yang

telah dilihat, didengar atau dialaminya. Jadi kemampuan ini terjadi ketika

anak mengamati suatu gerakan, dimana ia mulai memberi respon serupa

dengan apa yang diamatinya. Gerakan meniru ini akan mengurangi

koordinasi dan kontrol otot-otot syaraf, karena peniruan gerakan

umumnya dilakukan dalam bentuk global dan tidak sempurna. Contoh

gerakan ini adalah menirukan gerakan binatang, menirukan gambar

tentang suatu gerakan dan menirukan langkah kaki.

Manipulation (Penggunaan Konsep)

Yaitu suatu keterampilan untuk menggunakan konsep dalam

melakukan kegiatan (gerakan). Keterampilan manipulasi ini menekankan

pada perkembangan kemampuan mengikuti arahan, penampilan gerakan-

gerakan pilihan dan menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Jadi

penampilan gerakan anak menurut petunjuk-petunjuk dan tidak hanya

meniru tingkah laku saja. Contohnya adalah menjalankan mesin,

14

menggergaji, dan melakukan gerakan senam kesegaran jasmani yang

didemontrasikan.

Presition (Ketelitian)

Yaitu suatu keterampilan yang berhubungan dengan kegiatan

melakukan gerakan secara teliti dan benar. Keterampilan ini sebenarnya

hampir sama dengan gerakan manipulasi tetapi dilakukan dengan kontrol

yang lebih baik dan kesalahan yang lebih sedikit. Keterampilan ini selain

membutuhkan kecermatan juga proporsi dan kepastian yang lebih tinggi

dalam penampilannya. Respons-respons lebih terkoreksi dan kesalahan

dibatasi sampai pada tingkat minimum. Contoh gerakan ini adalah gerakan

mengendarai/menyetir mobil dengan terampil, atau berjalan di atas papan

titian.

Articulation (Perangkaian)

Yaitu suatu keterampilan untuk merangkaikan bermacam-macam

gerakan secara berkesinambungan. Gerakan artikulasi ini menekankan

pada koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan tepat

dan mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal antara gerakan-

gerakan yang berbeda. Contoh keterampilan gerakan ini adalah mengetik

dengan ketepatan dan kecepatan tertentu, menulis dan menjahit.

Naturalization (Kewajaran/Pengalamiahan)

Yaitu suatu keterampilan untuk melakukan gerakan secara wajar.

Menurut tingkah laku yang ditampilkan, gerakan ini paling biasanya

dilakukan secara rutin sehingga telah menunjukkan keluwesannya.

15

Misalnya memainkan bola dengan mahir, menampilkan gaya yang benar

dalam berenang, mendemonstrasikan suatu gerakan, pantomim dan

sebagainya.

Apa yang dikemukakan oleh Dave di atas menggambarkan tentang

tingkatan yang terendah sampai tertinggi tentang keterampilan motorik

manusia. Artinya setiap aktivitas motorik yang dilakukan anak, pada

dasarnya memiliki ciri khas dan membutuhkan kecakapan yang berbeda.

Untuk sampai pada tingkat yang tertinggi yaitu naturalization

(kewajaran/pengalamiahan) membutuhkan proses yang panjang dan

prasyarat kemampuan awal/sebelumnya yang harus dikuasai anak. Oleh

karena itu setiap anak harus memiliki kemampuan akan berbagai

indikator-indikator pencapaian tahap perkembangan fisik/motorik yang

sesuai dengan tingkat usianya.

Berikut ini akan dijabarkan indikator-indikator pencapaian tahap

perkembangan fisik/motorik anak yang meliputi perkembangan motorik

kasar dan motorik halus usia 3 – 6 tahun. Indikator-indikator ini

diturunkan dari karakteristik yang terlihat pada tahap-tahap perkembangan

anak, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

16

Tabel 1 Indikator Pencapaian Tahap Perkembangan Motorik Kasar

Anak Usia 3 – 6 tahun

USIA INDIKATOR PENCAPAIAN Kegesitan dan koordinasi anak membuat dia cukup percaya diri untuk mencoba semua jenis permainan di area bermain di luar rumah, bukan membatasi diri sendiri hanya pada beberapa mainan yang sudah dikenal. Bergerak dengan gesit ketika menaiki anak tangga tidak lagi menjadi tugas yang demikian menantang bagi anak. Anak dapat secara matang naik-turun tangga dengan sikap yang lebih matang dan percaya diri.

3,5 - 4 tahun

Sekarang anak lebih tertarik pada permainan dengan bola. Keterampilan bergeraknya membuat dia dapat mengambil bagian dalam aktivitas yang berkaitan dengan bola yang sebelumnya dirasakan demikian sulit. Keseimbangan, kekuatan otot, tungkai, dan koordinasi anggota badan anak sudah memadai baginya untuk melakukan usaha yang masuk akal untuk melompat dengan satu kaki di lantai. Anak dapat juga berjalan mengikuti garis lurus yang sempit. Anak berusaha untuk melompat tali, walaupun aktivitas ini amat sulit karena kombinasi keterampilan gerakan, keseimbangan dan koordinasi.

4 - 4,5 tahun

Anak dapat mengendalikan gerakkannya ketika berlari sehingga dia dapat mempertahankan kecepatan dengan cukup mantap sementara dia dapat berbelok-belok untuk menghindari halangan yang menghadang di jalan. Kemampuan anak bergerak membuatnya dapat mengambil bagian dalam semua aktivitas permainan energik, paling sedikit sampai tingkat tertentu. Anak dapat menghadapi tes kegiatan dasar, karena percaya dirinya, keterampilannya bergerak dan kematangan secara umum.

4,5 – 6 tahun

Anak bersedia mencoba permainan dan mainan yang melibatkan gerakan, walaupun dia akan memerlukan dukungan dan dorongan ketika dia belajar cara menggunakannya.

17

Tabel 2 Indikator Pencapaian Tahap Perkembangan Motorik Halus

Anak Usia 3 – 6 tahun

USIA INDIKATOR PENCAPAIAN

Keterampilan menggambar anak mengalami kemajuan demikian pesat sehingga ia dapat meniru secara akurat banyak garis-garis dasar yang menjadi bagian dari huruf tertulis, walaupun ia belum dapat membentuk huruf yang lengkap.

3,5 – 4 tahun

Koordinasi tangan-matanya yang bertambah baik membuat dia dapat menggunakan satu macam alat makan di masing-masing tangan, untuk makan dengan cara yang lebih rapi dan untuk minum dari cangkir tanpa ada yang tumpah. Dia suka aktivitas menantang yang menggunakan koordinasi tangan-mata dan bersiap untuk mencobanya beberapa kali agar sukses. Pemahaman anak yang mengalami kemajuan ditambah dengan pengendalian tangannya yang lebih baik berarti bahwa dia ingin menulis namanya asalkan dia mempunyai contoh tulisan untuk ditiru. Dia sudah sepenuhnya mendahulukan kepentingan sendiri, berkehendak melakukan sendiri tugas dasar untuk dirinya tanpa bantuan. Anak lebih suka membasuh tangan, mengenakan baju, dan makan sendiri secara mandiri. Dia menggubah plastisin menjadi sebuah bentuk, menggunakan jari-jarinya untuk mencetaknya bukan membentuk dengan tekanan dari tangannya. Anak akan memperoleh banyak keterampilan menulis awal yang diperlukan untuk mengikuti kurikulum kelas balita, dan dia terus mengalami kemajuan dalam setiap bulan yang berlaku.

4 – 6 tahun

Kendalinya atas pensil lebih matang dan hal ini ditunjukkan dalam hal segala aspek dari kegiatan menggambar dan mewarnai. Hasil dari mewarnai gambar lebih rapi dan lebih dekat dengan baris batas. Dibandingkan dengan hasil setahun yang lalu, orang dan benda yang digambarnya mempunyai jauh lebih banyak rincian. Orang yang digambarnya mempunyai hidung, mata, telinga, rambut, kaki, tangan, dan bahkan jari-jari tangan.

18

USIA INDIKATOR PENCAPAIAN Tugas rumit seperti memotong kertas menggunakan gunting menjadi lebih mudah, dan dia melakukan ini dengan akurat kalau dia diberi waktu dan bersiap untuk bersikap sabar.

4. Jenis Motorik

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan halus. Motorik

kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian

besar atau seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu

sendiri. Contohnya kemampuan duduk, menendang, berlari, naik turun tangga

dan sebagainya.

Sedangkan menurut Sumantri (2005: 11) motorik halus adalah gerakan

yang menggunakan otot-otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu, yang

dipengaruhi oleh kesempatan untuk belajar dan berlatih. Misalnya,

kemampuan memindahkan benda dari tangan, mencorat-coret, menyusun

balok, menggunting, menulis dan sebagainya. Kedua kemampuan tersebut

sangat penting agar anak bisa berkembang dengan optimal.

a. Motorik Kasar

1) Pengembangan Motorik Kasar

Motorik kasar adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-

otot besar atau sebagian besar atau seluruh anggota tubuh yang

dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri. Perkembangan motorik

kasar meliputi penggunaan otot-otot kasar seperti tangan, kaki dan

badan.

19

Pertumbuhan dan perkembangan masing-masing anak berbeda,

ada yang cepat dan ada yang lambat, tergantung faktor bakat (genetik),

lingkungan (gizi dan cara perawatan kesehatan), dan konvergensi

(perpaduan antara bakat dan lingkungan). Oleh karena itu perlakukan

terhadap anak tidak dapat disamaratakan, sebaiknya dengan

mempertimbangkan tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak

(Diteknis Diklusepa, 2003: 8)

Pada prinsipnya, motorik kasar merupakan gerakan otot-otot

besar. Yakni gerakan yang dihasilkan otot-otot besar seperti otot

tungkai dan lengan. Misalnya gerakan menendang, menjejak, meraih

dan melempar.

Tujuan pendidikan fisik motorik atau disebut motorik kasar ini

agar anak-anak yang masih kecil adalah untuk mengembangkan

keterampilan dan ketertarikan fisik jangka panjang.

Seperti halnya teori Karl Groos dalam Izzaty (2005: 27), yang

teorinya bermana teori biologis mengatakan:

“Anak-anak bermain oleh karena anak-anak harus mempersiapkan diri dengan anak-anak binatang, yang bermain sebagai latihan mencari nafkah, maka anak manusiapun bermain untuk melatih organ-organ jasmani dan rohaninya untuk menghadapi masa depannya.”

Hakekatnya, perkembangan motorik anak berkaitan erat

dengan faktor lainnya. Selain berkaitan erat dengan fisik dan

intelektual anak, kemampuan motorikpun berhubungan dengan aspek

psikologis anak.

20

Damon & Hart menyatakan bahwa kemampuan fisik berkaitan

dengan self imager anak. Anak yang memiliki kemampuan fisik yang

lebih baik di bidang olah raga akan menyebabkan dia dihargai teman-

temannya. Hal ini juga seiring dengan hasil penelitian yang dilakukan

Ellerman bahwa kemampuan motorik yang baik berhubungan erat

dengan self-esteem. (Sumantri, 2005: 25)

Anak-anak menyenangi latihan keterampilan. Anak akan

berdiri pada papan keseimbangan atau menendang bola, mencoba

beberapa teknik berbeda sampai menentukan suatu pekerjaan yang

benar. Hal ini memberikan rasa percaya diri untuk mengembangkan

keterampilan selanjutnya seperti aktif berinisiatif ketika anak bermain

sendiri. Banyak aktivitas permainan yang melibatkan motorik kasar

anak pada usia 0 – 6 tahun yang dilakukan di lembaga Pendidikan

Usia Dini antara lain bermain ayunan, memanjat, menggali

terowongan di pasir, melempar dan menangkap bola, melompat tali,

berjalan lambat pada papan keseimbangan, mengendarai sepeda roda

tiga, meluncur diperosotan, menarik gerobak mainan, mendorong

kereta dorong, melukis dengan cat air, berlari di atas rumput,

mengetuk palu, menggergaji, menanam, bermain pasir dan lain

sebagainya.

21

Sebagai gerakan dasar motorik kasar adalah sebagai berikut:

Berjalan, meliputi jalan cepat, jalan lambat, jalan mundur, jalan

dengan ujung jari, jalan dengan tangan di pinggang dan lain-lain.

Berdiri, meliputi berdiri dengan ujung kaki dan dihitung

sampai 5, berdiri dengan satu kaki dan menghitung sampai 5,

berdiri dengan cara sebelumnya dengan mata tertutup.

Keseimbangan. Aktivitas ini dapat dilakukan pada papan titian.

Pertama berdiri di atas papan titian, berjalan dengan satu kaki pada

papan titian dan satu kaki lainnya di lantai, berjalan pada papan

titian dengan dua kaki, berjalan perlahan ( ke depan), berjalan

menyamping (dimulai dengan kaki yang dominan), berjalan

dengan tas (benda lain) di atas kepala, berjalan perlahan (mundur)

dan berjalan mundur dengan tas (sesuatu) di atas kepala.

Berlari, meliputi berlari cepat, berlari perlahan, berlari dengan

ujung jari, berlari dengan tangan ke belakang, berlari dengan

langkah pendek dan langkah panjang, berlari ke arah tertentu yang

disebutkan guru dan seterusnya.

Melompat, meliputi, melompat di tempat ke atas dan ke bawah,

melompat dengan satu kaki (engklek), melompat ke depan,

melompat ke belakang, melompat ke udara dan melompat dengan

membuat putaran (memutar), melompat dengan mata tertutup dan

seterusnya. Melompat dengan ketinggian tertentu (mulai dari

22

melompat rendah), melompat seperti binatang (katak, belalang atau

kanguru).

Mencongklang, yaitu gerakan dengan langkah maju pada satu

kaki dan satu kaki lainnya mengikuti namun dengan posisi tetap di

belakang. Gerakan ini dilakukan seperti gerakan kuda atau rusa

berlari. Sebaiknya anak-anak dibantu melakukan gerakan dengan

prosedur/cara yang benar.

Meloncat. Meloncat mungkin merupakan gerakan tubuh yang

cukup sulit bagi anak usia dini. Sebelum melakukan, pendidik

harus menjelaskan cara melakukan gerakan meloncat. Gerakan ini

dilakukan dengan cara melangkahkan satu kaki, ketika kaki

tersebut berada di udara, kaki lainnya melangkah maju.

Bermain bola, seperti melempar, menangkap, menendang,

menyepak, menggiring, menggelinding, melambungkan, memukul

bola yang dilambungkan dan menyebak bola.

1) Jenis-Jenis Motorik Kasar

Motorik kasar mencakup gerakan otot-otot besar seperti otot

tungkai dan lengan. Adapun jenis perkembangan motorik kasar

menurut Sumantri (2005: 26) pada anak adalah:

Menangkap sesuatu

Meraih sebuah benda

Berjalan

Melompat

23

Memainkan jari-jari

Melempar benda

Meremas-remas kertas

Menirukan sesuatu berjalan

Duduk

Berdiri

Menendang sesuatu

Naik dan turun tangga

Merangkak

Memukul

Mengayunkan tangan

Berguling ke kanan dan ke kiri

2) Motorik Halus

a) Pengembangan Motorik Halus

Perkembangan motorik halus anak usia dini ditekankan

pada koordinasi gerak motorik halus dalam hal ini berkaitan

dengan kegiatan meletakkan atau memegang suatu objek dengan

menggunakan jari tangan. Pada anak usia 4 tahun koordinasi gerak

motorik halus anak sangat berkembang bahkan hampir sempurna.

(Sumantri, 2005: 28) Walaupun demikian anak usia ini masih

mengalami kesulitan dalam menyusun balok-balok menjadi suatu

bangunan. Hal ini disebabkan oleh keinginan anak meletakkan

24

balok secara sempurna sehingga kadang-kadang meruntuhkan

bangunan itu sendiri.

Pada usia 5-6 tahun koordinasi gerakan motorik halus

sangat berkembang pesat. Pada masa ini anak telah mampu

mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti

mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan, dan

tubuh secara bersamaan antara lain dapat dilihat pada anak waktu

menulis atau menggambar.

Anak-anak usia prasekolah harus dikenalkan dengan

kegiatan motorik halus di samping kegiatan motorik kasarnya. Hal

ini dikarenakan kegiatan motorik halus adalah sebuah awalan

pematangan dalam hal menulis dan menggambar.

Anak-anak butuh sebuah persiapan yang matang sebelum

bersekolah sehingga dia akan mampu menguasai gerakan-gerakan

yang akan dilakukan nantinya pada saat dia bersekolah.

b) Jenis-Jenis Motori Halus

Persiapan dan alat-alatnyapun sangat mudah didapatkan di

sekitar kita bahkan itu adalah sesuatu yang tanpa kita sadari bisa

dijadikan sebagai sebuah pembelajaran buat si anak. Adapun

aktivitas-aktivitas yang bisa dilakukan adalah:

Senam Tangan

Kegiatan membuka dan menutup tangan secara

berulang-ulang disertai dengan nyanyian adalah sesuatu yang

25

sangat disenangi oleh si anak dan ini adalah sebuah pemanasan

awal buat anak sebelum dia melakukan aktivitas menulisnya.

Cara ini digunakan untuk melenturkan otot-otot tangan agar si

anak mudah melakukan gerakan-gerakan yang lebih rumit.

Menggunting Kertas

Kegiatan ini sangat baik sekali karena melatih otot-otot

tangan, usahakan posisi dalam memegang gunting tepat karena

kegiatan memegang dan menggerakkan gunting sama halnya

dengan menulis, maka jikalau salah maka akan berpengaruh

dengan cara anak menulis.

Menempel

Menempel adalah kegiatan yang melibatkan visual,

imajinasi dan motorik halus anak. Cobalah dengan gambar

yang lebih sederhana seperti gambar sebuah mobil kemudian

anak disuruh menempel pada bidang kertas yang kosong.

Setelah anak mulai terbiasa dengan hal ini maka naiklah

tingkat kesulitan tempelan dengan cara membuat gambar

kemudian si anak menempel pada kertas yang sebelumnya

sudah diberikan pola yang sama dengan gambar yang akan

ditempel.

Meronce

Untuk kegiatan meronce bahan yang digunakan pun

lebih murah dan bervariasi. Contohnya saja sedotan yang

26

banyak sekali kita temui di toko-toko atapun warung-warung.

Sedotan dipotong kecil-kecil kemudian potongan tersebut

dimasukkan ke dalam sebuah benang maka terbentuklah

sebuah kalung bertahtah plastik atapun gelang dan cincin.

Bahan tidak mesti dengan sedotan, kertas origami pun bisa

yaitu dengan cara kertas origami digunting bulat-bulat

kemudian tengahnya diberi bolongan (memakai pembolong

kertas) lalu dimasukkan ke dalam benang atau lidi. Kegiatan

meronce sangat berpengaruh terhadap konsentrasi anak dan

juga anak memegang benang/lidi untuk dimasukkan ke dalam

sedotan atau kertas sama dengan ketika anak memegang pensil

untuk menulis.

Menyambung titik-titik

Kegiatan menyambung titik-titik ini mengajarkan

kepada anak untuk melatih kekuatan tangan, ketelitian,

konsentrasi dan kesabaran, untuk anak yang masih belajar

maka jangan terlalu memaksakan untuk mendapatkan hasil

yang baik tapi teruslah berikan dia latihan dan semangat agar

dia bisa menyelesaikan dengan baik.

Melipat kertas

Melipat kertas dengan menggunakan kertas origami

adalah sesuatu yang sangat menyenangkan bagi anak karena

bisa dibuat apa saja, mulailah dengan kegiatan melipat yang

27

sederhana seperti melipat bentuk segitiga, segiempat kemudian

ke bentuk yang agak sulit. Yang dilatih dari kegiatan melipat

ini adalah bagaimana anak menekan lipatan-lipatan itu karena

kegiatan ini akan memperkuat otot-otot telapak dan jari tangan

anak.

Plastisin

Plastisin sering dipakai dalam kegiatan mengasah

keterampilan motorik dan kreatifitas karena bahannya yang

lunak dan liat serta berwarna warni sangatlah cocok untuk anak.

Selain mudah dibentuk, tekstur plastisin yang khas memberi

stimulasi tersendiri terhadap saraf-saraf di ujung jemari si kecil.

Buatlah yang sederhana contohnya bola, mie dan lain-lain.

Plastisin juga sangat bagus untuk terapi bagi anak yang

mengalami permasalahan temperamen keras karena leturnya

bahan ini sehingga anak harus ekstra hati-hati agar bentuk

yang diinginkan sesuai dengan keinginan.

B. Standar Kompetensi

Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pengajaran. Dalam Proses Belajar

Mengajar (PBM) akan terjadi interaksi antara peserta didik dan pendidik. Peserta

didik adalah seseorang atau sekelompok orang sebagai pencari, penerima

pelajaran yang dibutuhkannya, sedangkan pendidik adalah seseorang atau

28

sekelompok orang yang berprofesi sebagai pengolah kegiatan belajar mengajar

dan seperangkat peranan lainnya yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan

belajar mengajar yang efektif.

Dalam pembelajaran ada sebuah standar yang dijadikan sebuah titik

pencapaian dan itulah standar kompetensi yaitu target pembelajaran. Standar

kompetensi yang ingin dicapai pada pembelajaran ini adalah dapat menggerakkan

badan dan kaki dalam rangka keseimbangan, kekuatan, koordinasi dan melatih

keberanian.

1. Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar merupakan suatu ketercapaian suatu pembelajaran

yang mana harus dicapai, Kompetensi dasar adalah sebuah keterkaitan antara

standar kompetensi dengan peserta didik. Cronbach (1954) berpendapat :

Learning is shown by a change in behavior as result of experience, yang

artinya belajar dapat dilakukan secara baik dengan jalan mengalami. Sehingga

dengan kompetensi dasar dapat menjembatani peserta didik dengan belajar

untuk mencapai hasil.

Kompetensi dasar yang ingin dicapai adalah anak mampu melakukan

aktivitas fisik secara terkoordinasi dalam rangka kelenturan dan persiapan

menulis, keseimbangan, kelincahan dan melatih keberanian.

2. Indikator

Indikator adalah suatu tugas pencapaian yang diharapkan pendidikan

dengan suatu cara. Menurut Breen dan Candlin (dalam Sheldon ed. 1987)

tugas pembelajaran adalah rencana kerja yang dirancang secara sistematis

29

mulai dari latihan yang paling sederhana dengan tingkat kesulitan paling

rendah sampai dengan kegiatan komunikasi total atau pemecahan masalah.

Sehingga indikator dalam pencapaian dari tugas pembelajaran. Indikator

dalam pembelajaran ini adalah anak bersedia mencoba permainan dan mainan

yang melibatkan gerakan, walupun ia akan memerlukan dukungan dan

dorongan ketika dia belajar cara menggunakannya.

C. Materi / Bahan Ajar

Materi yang digunakan adalah standar materi Anak Usia Dini yang

menjadi pengetahuan bahan ajar bagi anak. Cara belajar yang dilakukan pada usia

prasekolah ini melalui bermain serta rangsangan dari lingkungannya, terutama

lingkungan rumah. Terdapat pula pendidikan di luar rumah yang melakukan

kegiatan belajar lebih terprogram dan terstruktur, walau tidak selamanya lebih

baik.

Materi atau bahan ajar untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar

melalui sarana permainan bebas di luar kelas adalah dengan disediakannya sarana

permainan di luar kelas serta diberinya motivasi dan arahan dalam bermain bebas.

D. Metode

a. Pengertian Metode

Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan

untuk mengaplikasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan

nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa

30

metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan

strategi pembelajaran diantaranya:

2. Jenis Metode

Ceramah

Metode ceramah yaitu sebuah metode mengajar dengan

menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah

siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. (Muhibbin Syah, 2000:

76)

Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode

yang paling ekonomis untuk menyampaikan informasi dan paling efektif

dalam mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan

jangkauan daya beli dan paham siswa.

Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara

memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu

kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media

pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang

dikaji. (Muhibbin Syah, 2000: 76).

Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk

memperlihatkan sesuatu proses atau cara kerja suatu benda yang

berkenaan dengan bahan pelajaran. (Djamarah, 2000: 97)

Metode demonstrasi adalah suatu strategi pengembangan dengan

cara memberikan pengalaman belajar melalui perbuatan melihat dan

31

mendengarkan yang diikuti dengan meniru pekerjaan yang

didemonstrasikan. Metode demonstrasi dapat juga dikatakan sebagai

metode untuk memperagakan serangkaian tindakan berupa gerakan yang

menggambarkan suatu cara kerja atau urutan proses sebuah peristiwa atau

kejadian. Biasanya metode demonstrasi dipakai untuk membuktikan

sesuatu atau gerakan untuk dicontoh.

Diskusi

Muhibbin Syah (2000: 77) mendefinisikan bahwa metode diskusi

adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan

memecahkan masalah (problem solving). Metode ini lazim juga disebut

sebagai diskusi kelompok (group discussion) dan resitas bersama

(socialized recitation)

Percobaan atau Eksperimen

Metode percobaan adalah metode pemberian kesempatan kepada

anak didik perorangan atau kelompok, untuk dilatih melakukan suatu

proses atau percobaan. Syaiful Bahri Djamarah (2000: 97), menyatakan

metode percobaan adalah suatu metode mengajar yang menggunakan

bahan tertentu dan dilakukan lebih dari satu kali. Misalnya di laboratorium.

Metode eksperimen menurut Djamarah (2000: 98) adalah cara

penyajian pelajaran, di mana siswa melakukan percobaan dengan

mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar

dengan metode eksperimen siswa mengikuti suatu proses, mengamati

suatu objek, keadaan atau proses sesuatu.

32

Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri,

mencari kebenaran, atau mencoba mencari sesuatu hukum atau dalil, dan

menarik kesimpulan dari proses yang dialaminya itu.

Resitasi

Metode resitasi adalah suatu metode mengajar dimana siswa

diharuskan membuat resume dengan kalimat sendiri. Anak didik

berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil

inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri. (Djamarah, 2000: 98)

Karya Wisata

Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang

dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat

laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta

didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan.

Kadang-kadang dalam proses belajar mengajar siswa perlu diajak

ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang lain.

Menurut Roestiyah dalam Sudjana (2001: 85), karya wisata bukan sekedar

rekreasi, tetapi untuk belajar atau memperdalam pelajarannya dengan

melihat kenyataan. Karena itu dikaitkan teknik karya wisata ialah cara

mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau

objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu

seperti meninjau pabrik sepatu, suatu bengkel mobil, toko serba ada, dan

sebagainya.

33

Menurut Djamarah (2002: 105), pada saat belajar siswa perlu

diajak ke luar sekolah, untuk meninjau tempat tertentu atau objek yang

lain. Hal itu bukan sekedar rekreasi tetapi untuk belajar atau

memperdalam pelajarannya dengan melihat kenyataan. Karena itu,

dikatakan teknik karya wisata merupakan cara mengajar yang

dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat atau objek tertentu

di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu seperti

meninjau pegadaian.

Latihan Keterampilan

Menurut Martiningsih metode latihan keterampilan adalah suatu

metode mengajar dimana siswa diajak membuat sesuatu, bagaimana cara

menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya.

Contoh latihan keterampilan membuat tas dari mute/pernik-pernik.

(Sudjana, 2001: 34)

Discovery

Metode discovery menurut Suryosubroto (2002: 192) diartikan

sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran

perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada

generalisasi.

Metode discovery merupakan komponen dari praktek pendidikan

yang meliputi metode mengajar yang memajukan cara belajar aktif,

berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri dan

refleksi. Menurut Encyclopedia of Educational Research, penemuan

34

merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam

berbagai cara, termasuk mengajarkan keterampilan menyelidiki dan

memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan

pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa metode

discovery adalah suatu metode dimana dalam proses belajar mengajar

guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi

yang secara tradisional bisa diberitahukan atau diceramahkan saja.

Suryobroto (2002: 193) mengutip pendapat Sund (1975) bahwa

discovery adalah proses metal dimana siswa mengasimilasi sesuatu

konsep atau suatu prinsip. Proses metal tersebut misalnya mengamati,

menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur,

membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Metode mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk

melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri

dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan

suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti

tujuan pengajaran tercapai.

3. Bermain Outdoor

a. Pengertian Bermain Outdoor

Selama ini kita sering terikat dengan satu sistem pembelajaran

yang sangat formal dan membosankan terutamanya bagi kanak-kanak.

Perkara ini perlahan-lahan akan mengurangkan minat untuk belajar dan

35

perkembangan anak juga menjadi sangat perlahan. Guru perlu lebih kreatif

dalam menjadikan proses pembelajaran menarik dan efektif.

Cara belajar yang dilakukan pada anak usia prasekolah adalah

melalui bermain serta rangsang dari lingkungannya, terutama lingkungan

rumah. Terdapat pula pendidikan di luar rumah yang melakukan kegiatan

belajar lebih terprogram dan terstruktur, walau tidak selamanya lebih baik.

Kegiatan bermain di lingkungan atau di luar ruangan ini yang dinamakan

bermain outdoor.

Penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong

anak untuk mengembangkan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian

bawah. Stimulasi-stimulasi tersebut akan membantu pengoptimalkan

motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan

stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan latihan sehari-hari.

Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak untuk membangun

semua keterampilan.

b. Jenis Bermain Outdoor

Bermain outdoor ini lebih bersifat untuk menyegarkan anak agar

tidak bosan dengan pembelajaran yang ada di kelas. Bermain outdoor

cenderung melibatkan kekuatan anak untuk melakukan sesuatu dengan

bersenang-senang sehingga dapat membantu tumbuh kembang motorik

kasar.

Dalam hal ini guru harus berusaha agar anak-anak betah berada di

lingkungan, salah satu triknya yaitu dengan membuat tempat bermain di

36

halaman atau sering disebut dengan outdoor play. Dengan outdoor play

otomatis anak-anak akan senang dan guru sebagai orang tua menjadi

senang karena dapat memantau. Adapun jenis-jenis outdoor play antara

lain:

Jungkat-jungkit

Ayunan

Prosotan

Tangga majemuk

Meniti tali

Trampoline

Terowongan

Arena untuk meloncat-loncat

Apabila ada anak yang pemberani dapat dikenalkan dengan flying fox.

Dengan demikian permainan ataupun pembelajaran yang

disediakan guru dapat memanfaatkan fasilitas yang sudah ada dalam

sekolah atau bersifat kreatifitas guru sehingga perkembangan motorik

anak dapat berkembang secara baik.

E. Media

Secara etimologi kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”,

yang berasal dari Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam

Bahasa Indonesia kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang”

sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau

37

meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan.

Media dapat diartikan sebagai suatu bentuk dan saluran yang dapat digunakan

dalam suatu proses penyajian informasi (AECT, 1977: 162). Media pembelajaran

diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara dalam terjadinya

pembelajaran. Berdasarkan fungsinya media ini dapat menjadi alat peraga

ataupun sarana.

Media pembelajaran merupakan media sebagai segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan,

sehingga dapat merangsang perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa

sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif

dan efisien sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk., 2002: 6).

Media pembelajaran ada bermacam-macam yang mana semuanya pasti

mengedepankan perkembangan anak secara maksimal. Dari proses bermain bebas

dengan sarana permainan yang ada di luar kelas pastinya perpengaruh pada

perkembangan motorik kasar anak.

F. Evaluasi

1. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah proses penilaian. Penilaian ini bisa menjadi netral,

positif atau negatif atau merupakan gabungan dari keduanya. Saat sesuatu

dievaluasi biasanya orang yang mengevaluasi mengambil keputusan tentang

nilai atau manfaatnya. (Dikutip dari http://wikipedia.org ). Evaluasi

merupakan proses akhir setelah melakukan sesuatu. Setiap pembelajaran

38

memerlukan evaluasi untuk mengetahui sejauhmana ketercapaian hasil yang

didapat sehingga evaluasi perlu dilakukan.

2. Tujuan Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah:

Pengambilan putusan tentang hasil belajar

Pemahaman tentang peserta didik

Perbaikan dan pengembangan program pengajaran

Pengambilan putusan tentang hasil belajar merupakan suatu keharusan

bagi seorang guru agar ia dapat mengetahui berhasil atau tidaknya siswa

dalam proses belajar mengajar tersebut. Jika berhasil, maka tentu ini yang

diharapkan. Sebaliknya jika tidak berhasil, maka banyak faktor yang harus

diselidiki antara lain:

Kemampuan anak didik memang rendah

Kualitas pembelajaran tidak sesuai dengan tingkat usia anak.

Jumlah bahan pelajaran tertalu banyak, sehingga tidak sesuai dengan

waktu yang tersedia.

Komponen proses belajar mengajar yang kurang sesuai dengan tujuan.

Disamping itu pengambilan putusan juga diperlukan untuk memahami

anak didik dan untuk mengetahui sejauhmana terhadap kekurangan-

kekurangan anak didik dapat diberikan bantuan. Dengan evaluasi

dimaksudkan agar memperbaiki dan mengembangkan proses pengajaran

(Sudirman, dkk., 1987: 242).

39

Menetapkan Penilaian Kegiatan Demonstrasi

Penilaian kegiatan demonstrasi dapat dilakukan dengan penilaian

proses.

a. Penilaian proses

Oleh karena metode demonstrasi berkaitan dengan proses dan

bersifat langsung (direct), maka penilaian proses sesuai untuk digunakan.

Penilaian proses ini dilakukan dengan cara observasi dimana guru

mengamati reaksi dan kemampuan anak yang ditujukan pada saat itu.

Observasi dapat dilakukan dengan teknik check list atau skala sikap.

Sebaiknya format observasi telah disiapkan sebelum kegiatan

dilaksanakan.

b. Daftar Isian (Check List)

Check list dilakukan untuk melihat apakah indikator yang telah

diperkirakan, yaitu kemampuan anak muncul atau tidak muncul pada saat

proses kegiatan berlangsung. Daftar isian ini dibuat sebelum kegiatan

demonstrasi diadakan. Jumlah item tergantung keluasan cakupan

kemampuan anak yang akan terjadi dalam kegiatan itu. Semua anak perlu

diamati. Oleh karena metode demonstrasi lebih cocok menggunakan

sistem kelompok yang terdiri dari delapan sampai 10 anak, maka guru

tidak akan kesulitan mengamati sejumlah anak tersebut yang berarti satu

orang guru mengisi delapan sampai 10 format check list.

40

c. Skala Sikap

Skala sikap digunakan untuk melihat tingkat frekuensi atau

kemunculan kemampuan yang diharapkan. Skala bersifat kualitatif,

terentang dari tingkat yang terbaik sampai yang terburuk, terbanyak

sampai yang paling sedikit atau sebaliknya. Kegiatan penilaian ini

dilakukan oleh guru pada saat proses kegiatan berlangsung. Format skala

sikap ini dibuat sebelum demonstrasi diadakan. Jumlah item tergantung

keluasan cakupan kemampuan anak yang akan terjadi dalam kegiatan itu.

Semua anak diamati, sehingga guru perlu mengisi format skala sikap

sebanyak jumlah anak.

G. Hipotesis

Hipotesis yang peneliti ajukan adalah “Melalui bermain dengan sarana

permainan di luar kelas kelompok bermain “Mekar” Sokanegara Kecamatan

Kejobong Kabupaten Purbalingga dalam kemampuan motorik kasar dapat

ditingkatkan.”