bab ii tinjauan pustaka a. hakikat keluarga 1. pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/bab...

31
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan sumber inspirasi pertama dalam melakukan contoh tingkah laku baik buruk seseorang. Secara etimologis keluarga dalam istilah Jawa terdiri dari dua kata yakni kawula dan warga. Kawula berarti abdi dan warga adalah anggota. Artinya kumpulan individu yang memilik rasa pengabdian tanpa pamrih demi kepentingan seluruh individu yang bernaung di dalamnya. Hufad (dalam Aziz, 2015 : 15) menjelaskan bahwa keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ditandai oleh tempat tinggal bersama, kerjasama ekonomi, dan reproduksi yang dipersatukan oleh pertalian perkawinan atau adopsi yang disetujui secara sosial, yang saling berinteraksi sesuai dengan peranan-peranan sosial. Menurut Ahmadi (2007 : 108) menyatakan bahwa : keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan group, dan merupakan sosial yang pertama di mana anak-anak menjadi anggotanya. Dan keluargalah sudah barang tentu yang pertama-tama pula menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi kehidupan anak-anak. Ibu, ayah dan saudara-saudaranya serta keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang yang pertama di mana anak-anak mengadakan kontak dan yang pertama pula untuk mengajar pada anak-anak itu sebagaimana dia hidup dengan orang lain. Sampai anak-anak memasuki sekolah, mereka itu menghabiskan seluruh waktunya di dalam unit keluarga. Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Upload: phamtuyen

Post on 06-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

9

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan sumber inspirasi pertama dalam melakukan

contoh tingkah laku baik buruk seseorang. Secara etimologis keluarga

dalam istilah Jawa terdiri dari dua kata yakni kawula dan warga. Kawula

berarti abdi dan warga adalah anggota. Artinya kumpulan individu yang

memilik rasa pengabdian tanpa pamrih demi kepentingan seluruh individu

yang bernaung di dalamnya. Hufad (dalam Aziz, 2015 : 15) menjelaskan

bahwa keluarga adalah suatu kelompok sosial yang ditandai oleh tempat

tinggal bersama, kerjasama ekonomi, dan reproduksi yang dipersatukan

oleh pertalian perkawinan atau adopsi yang disetujui secara sosial, yang

saling berinteraksi sesuai dengan peranan-peranan sosial.

Menurut Ahmadi (2007 : 108) menyatakan bahwa :

keluarga adalah wadah yang sangat penting di antara individu dan

group, dan merupakan sosial yang pertama di mana anak-anak

menjadi anggotanya. Dan keluargalah sudah barang tentu yang

pertama-tama pula menjadi tempat untuk mengadakan sosialisasi

kehidupan anak-anak. Ibu, ayah dan saudara-saudaranya serta

keluarga-keluarga yang lain adalah orang-orang yang pertama di

mana anak-anak mengadakan kontak dan yang pertama pula untuk

mengajar pada anak-anak itu sebagaimana dia hidup dengan orang

lain. Sampai anak-anak memasuki sekolah, mereka itu

menghabiskan seluruh waktunya di dalam unit keluarga.

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

10

Menurut Sunarto (2008 : 193) menyatakan bahwa keluarga

merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-

anak dan remaja. Pendidikan keluarga lebih menekankan pada aspek moral

atau pembentulan kepribadian daripada pendidikan untuk menguasai ilmu

pengetahuan.

Menurut Mizal (2014 : 177) menyatakan bahwa :

keluarga salah satu tri pusat pendidikan, pendidikan pertama yang

dikenal anak adalah pendidikan dalam keluarga, kedua orang

tuanya menjadi pendidik pertama yang ia kenal, seorang anak anak

meniru setiap yang ia lihat, dengar, dan ia rasakan dari orang

tuanya. Seorang anak akan mengikut setiap hal-hal yang ia

dapatkan dalam lingkungan keluarga.

Dalam konsep Islam, sebagaimana dikemukakan Achmad Hufad

(dalam Aziz, 2015 : 17), menjelaskan bahwa kata keluarga dipresentasikan

melalui kata ahl. Kata ini terdapat dalam al-Qur‟an degan mempunyai arti

yang bermacam-macam. Misalnya dalam QS. al-Baqarah : 126, kata

keluarga diartikan sebagai penduduk suatu negeri. Dalam QS. An-Nisa :

58 mengartikan keluarga sebagai orang yang berhak menerima sesuatu.

Selebihnya kata ahl dalam al-Qur‟an ditujukkan pada arti kumpulan laki-

laki dan perempuan yang diikat oleh tali pernikahan dan di dalamnya

terdapat orang yang menjadi tanggungannya, seperti anak.

Sehingga keluarga merupakan lingkungan terdekat bagi anak sejak

anak dilahirkan. Di dalam keluarga anak memperoleh banyak pengalaman

dan stimulus untuk tumbuh dan berkembang. Pengaruh keluarga terhadap

perkembangan moral anak sangatlah besar. Dengan melihat perilaku orang

dewasa di dalam lingkungan keluarga dimana anak tinggal, anak akan

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

11

memperhatikan perilaku tersebut, kemudian menirunya dalam jangka

waktu tertentu. Dengan demikian keluarga merupakan tempat yang sangat

efektif untuk menginternalisasikan nilai moral kepada anak.

Peran orang tua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar

pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar, seperti agama, budi pekerti,

sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk

mematuhi peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan dalam

kebaikan, dan keluarga mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang

sesuai.

2. Fungsi Keluarga

Dari sisi fungsi, setiap keluarga pada hakikatnya memiliki berbagai

fungsi baik fungsi secara ekonomi, sosial, pendidikan, psikologis, hukum,

reproduksi dan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi ekonomi berarti keluarga

menjadi tulang punggung memperoleh sekaligus mengelola kegiatan

ekonomi secara profesional, antara penghasilan dan pengeluaran dapat

tersusun dan terencana secara tepat sehingga tidak besar pasak dari pada

tiang.

Fungsi sosial adalah keluarga merupakan sarana pertama dalam

proses interaksi sosial dan menjalin hubungan yang erat, baik dalam satu

keluarga ataupun secara luas. Begitu pula dengan fungsi psikologi, bahwa

keluaga memiliki pengaruh yang besar terhadap perkembangan dan

kematangan psikologis anggotanya, apabila orang tua menerapkan pola

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

12

pengasuhan secara keras, maka anak akan mengikuti pola dan irama atas

model pengasuhan tersebut sehingga terbentuklah karakter yang keras.

Sedangkan fungsi reproduksi, tanpa adanya ikatan yang sah dalam

sebuah keluarga tidak akan menghasilkan keturunan yang sah pula. Selain

beberapa fungsi diatas Helmawati (dalam Aziz, 2015 : 19) juga

menambahkan bahwa fungsi keluarga mencakup : pertama, fungsi agama.

Fungsi ini dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai keyakinan berupa

iman dan takwa. Kedua, fungsi biologis sebagai fungsi pemenuhan

kebutuhan agar berlangsung hidupnya tetap terjaga.

Ketiga, fungsi ekonomi yaitu berhubungan dengan peraturan

penghasilan yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah

tangga. Keempat, fungsi kasih sayang yakni bagaimana setiap anggota

keluarga harus menyayangi satu sama lain. Kelima, fungsi perlindungan

yaitu setiap anggota keluarga berhak mendapatkan perlindungan dari

anggota keluarga lainnya.

Helmawati (2016 : 45-49) mengemukakan bahwa fungsi dalam

keluarga yang hendaknya dilaksanakan agar tercipta keluarga bahagia

yang didambakan, yang diantaranya sebagai berikut :

1. Fungsi agama

Fungsi agama dilaksanakan melalui penanaman nilai-nilai keyakinan

berupa iman dan takwa. Penanaman keimanan dan ketakwaan

mengajarkan kepada anggota keluarga untuk selalu menjalankan

perintah Tuhan Yang Maha Esa dan menjauhi larangan-Nya.

2. Fungsi Biologis

Fungsi biologis adalah fungsi pemenuhan kebutuhan agar

keberlangsungan hidupnya tetap terjaga termasuk secara fisik.

Maksudnya pemenuhan kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani

manusia.

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

13

3. Fungsi ekonomi

Fungsi ini berhubungan dengan bagaimana peraturan penghasilan

yang diperoleh untuk memenuhi kebutuhan dalam rumah tangga.

4. Fungsi Kasih Sayang

Fungsi ini menyatakan bagaimana setiap anggota keluarga harus

menyayangi satu sama lain. Suami hdendaknya mencurahkan kasih

sayang kepada istrinya begitu juga sebaliknya. Dan jika telah memiliki

anak maka orang tua hendaknya menunjukkan dan mencurahkan kasih

sayang kepada anaknya secara tepat.

5. Fungsi Perlindungan

Setiap anggota berkeluarga berhak mendapat perlindungan dari

anggota lainnya. Sebagai seorang kepala keluarga dalam keluarga,

seirang ayah hendaknya melindungi istri dan anak-anaknya dari

ancaman yang akan merugikan di dunia dan di akhirat.

6. Fungsi Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk

meningkatkan martabat dan peradaban manusia. Sebagai seorang

pemimpin keluarga dalam keluarga, seorang kepala keluarga

hendaknya memberikan bimbingan dan pendidikan bagi setiap

anggota keluarganya; baik itu istri maupun anak-anaknya.

7. Fungsi Sosialisasi Anak

Selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk

sosial yang tidak dapat hidup sendiri untuk memenuhi semua

kebutuhan hidupnya. Dalam keluarga, anak pertama kali hidup

bersosialisai. Anak mulai belajar berkomunikasi dengan orang tuanya

melalui pendengaran dan gerakan atau isyarat hingga anak mampu

berbicara.

8. Fungsi Rekreasi

Rekreasi merupakan salah satu hiburan yang baik bagi jiwa dan

pikiran. Rekreasi dapata menyegarkan pikiran, menenangkan jiwa,

dan lebih mengakrabkan tali kekeluargaan. Rekreasi tidak harus

ketempat yang mewah, ramai, jauh dan dapat menghabiskan banyak

uang. Rekreasi bersama keluarga dapat dilakukan di tempat yang

meringankan keuangan (anggaran/biaya) tetapi bermanfaat banyak.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa keluarga satu dengan

yang lain memiliki fungsi yang berbeda, fungsi yang saling terkait antara

fungsi satu dengan fungsi yang lainnya. Bahwa keterkaitan itu pada

prinsipnya sebagai wahana untuk mengembangkan seluruh potensi

anggotanya agar dapat menjalankan fungsi di masyarakat dengan baik

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

14

serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna

tercapainya keluarga sejahtera.

3. Pendidikan dalam Keluarga

Pendidikan keluarga dipengaruhi oleh pola asuh orang tua.

Pendidikan menentukan perilaku seseorang. Orang yang berpendidikan

lumayan baik akan tampak pada sikap, ucapan, dan pergaulannya.

Keluarga secara realitas merupakan lembaga pendidikan pertama bagi

pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak dipersiapkan untuk mampu

berbahasa, berpendapat, berkreasi, berimajinasi, hingga mampu

memproduk sesuatu adalah berkat pendidikan pertama yang diterimanya

dalam keluarga. Aziz (2015 : 20) menyatakan bahwa keluarga adalah

pengantar atau bekal bagi setiap anak untuk memasuki pendewasaan

secara berpikir, bersikap, bergerak hingga memutuskan sesuatu secara

tepat.

Sehubungan dengan pernyataan tersebut, bentuk aktifitas dalam

keluarga sepenuhnya mendukung proses perkembangan anak baik secara

fisik, psikologis, spiritual serta penciptaan lingkungan yang lain. Sehingga

anak akan tumbuh dan berkembang secara optimal baik dari sisi

intelektual, emosional, spiritual maupun fisiknya.

Dengan kata lain, keluarga merupakan tulang punggung bangsa.

Segala aspek kehidupan masyarakat tidak pernah terlepas dari keluarga.

Penguatan fungsi-fungsi keluarga diharapkan memungkinkan setiap

keluarga makin mampu membangun dirinya menjadi keluarga sejahtera,

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

15

keluarga yang mandiri dan keluarga yang sanggup menghadapi tantangan

masa depan dengan lebih baik.

Menurut Mizal (2014 : 168) menyatakan bahwa :

pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan

dasar, agama, dan kepercayaan, nilai moral, norma sosial dan

pandangan hidup yang diperlukan peserta didik untuk dapat

berperan dalam keluarga dan dalam masyarakat.

Pendidikan dalam keluarga pada subtansinya berisi nilai-nilai yang

terkait dengan fungsi dasar yang melekat dalam keluarga. Aziz (2015 : 20)

menyatakan bahwa pendidikan dalam keluarga berisi nilai-nilai

diantaranya memuat nilai kasih sayang, mengatur dan melatih anak,

pembebanan tugas dalam keluarga, nilai tanggung jawab, nilai

pelaksanaan beribadah (spiritual), nilai hidup cermat dan bermanfaat, nilai

akhlak, dan sebagainya. Cakupannya tersebut dapat diperluas tanpa terkait

oleh rencana baku pendidikan keluarga.

Sedangkan Menurut Murati (2016 : 61) mengatakan bahwa the

family as a cell acts only with love and respect and it dominates the

understanding, affection, sacrifice and childcare.

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa pendidikan dalam keluarga

mengatur, mendidik, memahami dan bertanggung jawab kepada anak

dengan memberikan kasih sayang, dan menanamkan akhlak. Menurut

Endang Purwaningsih (dalam Aziz, 2015 : 21) menjelaskan bahwa

keluarga sebagai lembaga pendidikan pertama memiliki peran yang amat

penting khususnya dalam penyadaran, penanaman dan pengembangan

nilai moral sosial dan budaya.

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

16

Menurut Helmawati (2016 : 50) menyatakan bahwa :

Keluarga sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat

berpengaruh dalam membentuk pola kepribadian anak. Di dalam

keluarga anak pertama kali berkenalan dengan nilai dan norma.

Pendidikan keluarga memberikan pengetahuan dan keterampilan

dasar, agama, kepercayaan, nilai-nilai moral, norma sosial dan

pandangan hidup yang diperlukan anak.

Menurut Fuad Ihsan (dalam Wahyu, 2012 : 247) menyatakan

bahwa keluarga bertanggung jawab membahagiakan anak untuk dunia dan

akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan tuntunan

Allah sebagai tujuan akhir hidup muslim. Tanggung jawab ini

dikategorikan juga sebagai tanggung jawab kepada Allah.

Bahwa keluarga mendidik anaknya mendasakan pada kaidah-

kaidah agama dan menekankan proses pendidikan pada pendidikan agama

dengan tujuan menjadikan anak-anaknya menjadi orang yang saleh dan

senantiasa takwa dan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan

demikian pendidikan keluarga pada hakikatnya merupakan fungsi dari

istitusi keluarga itu sendiri yang harus terlaksana secara menyeluruh.

Sehingga anggota keluarga memiliki pengalaman yang banyak yang

diperoleh dari proses pendidikan keluarga yang dilaksanakan. Pendidikan

keluarga yang mencakup berbagai nilai dan ruang lingkup secara alami

dalam kehidupan sehari-hari.

4. Tujuan Pendidikan dalam Keluarga

Dunia pendidikan semakin dipertanyakan tingkat keberhasilannya

dalam masyarakat yang berakhlak mulia dan matang tingkat

spritualitasnya, ketika berbicara kegagalan dunia pendidikan nasional

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

17

secara umum maka letak kegagalan yang utama pada hakikatnya lahir dari

pendidikan dalam keluarga. Menurut Aziz (2015 : 23) menjelaskan bahwa

pendidikan keluarga merupakan dasar untuk mengembangkan

pendidikan secara umum yang nantinya diperoleh di sekolah

ataupun perguruan tinggi. Bahkan pendidikan karakter, pendidikan

ahlak, ataupun budi pekerti pada tahap pertama adalah tanggung

jawab dalam keluarga.

Sehingga keluarga memegang peranan penting dalam menciptakan

anggotannya dalam insan yang berkarakter. Disitulah letak pentingnya

pendidikan keluarga sebagai dasar penciptaan manusia Indonesia yang

unggul secara intelektual maupun emosional.

Keluarga merupakan unit dasar sosial terkecil di masyarakat yang

menentukan suatu kelompok masyarakat menjadi kelompok yang kuat,

yang berdampak pula pada suatu bangsa dan negara yang kuat. (Dewi,

2011 : 163). Dengan kata lain, keluraga merupakan tulang punggung

bangsa. Segala aspek kehidupan masyarakat tidak pernah terlepas dari

keluarga. Maka pendidikan dalam keluarga pada hakikatnya bertujuan

menanamkan dasar-dasar pengetahuan secara lahiriah maupun batiniah

melalui berbagai upaya agar terlahir manusia yang berakhlak mulia dan

unggul dalam berbagai bidang.

Pendidikan keluarga pada ranah kognitif dan psikomotorik lebih

menekankan pada pembekalan manusia yang kreatif, kritis, dan terampil

melalui kepemilikan life skills yang matang serta memiliki kesiapan

bersaing secara global, melalui pendidikan dalam keluarga seseorang akan

menjadi manusia unggul, berkarakter, cerdas, berkualitas dan mampu

menjawab berbagai problem yang ada dalam setiap sisi kehidupan.

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

18

5. Pola Pengasuhan Anak dalam Keluarga

Pola pengasuhan anak erat kaitannya dengan kemampuan suatu

keluarga atau rumah tangga dalam hal memberikan perhatian, waktu, dan

dukungan untuk memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial anak-anak

yang sedang dalam masa pertumbuhan. Orang tua yang berperan dalam

melakukan pengasuhan pada kasus ini terdiri dari beberapa definisi yaitu

ibu, ayah, atau seseorang yang berkewajiban membimbing atau

melindungi. Orang tua merupakan seseorang yang mendampingi dan

membimbing anak dalam beberapa tahap pertumbuhan, yaitu mulai dari

merawat, melindungi, mendidik, mengarahkan dalam kehidupan baru anak

dalam setiap tahapan perkembangannya untuk masa berikutnya.

Alfiana (2013 : 7) menjelaskan bahwa pola asuh yaitu sistem, cara

atau pola yang digunakan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

terhadap anak. Sistem atau cara tersebut meliputi cara mengasuh,

membina, mengarahkan, membimbing dan memimpin anak. Pola ini tentu

saja dalam setiap keluarga mempunyai pola yang berbeda antara satu

keluarga dengan keluarga yang lainnya.

Pengasuhan merupakan sebuah proses interaksi yang terus menerus

antara orang tua dengan anak yang bertujuan untuk mendorong

pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal, baik secara fisik,

mental maupun sosial, sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi yang

tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak dibesarkan.

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

19

Menurut Rakhmawati (2015 : 6-7) menjelaskan bahwa pola

pengasuhan anak dalam garis besarnya, didefinisikan menjadi tiga macam,

antara lain sebagai berikut.

a. Pola asuh Otoriter

Pola asuh otoriter merupakan pengasuhan yang dilakukan dengan cara

memaksa, mengatur, dan bersifat keras. Orang tua menuntut anaknya

agar mengikuti semua kemauan dan perintahnya. Jika anak melanggar

perintahnya berdampak pada konsekuensi hukuman atau sanksi. Pola

asuh otoriter dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan

psikologis anak. Anak kemudian cenderung tidak dapat mengendalikan

diri dan emosi bila berinteraksi dengan orang lain. Bahkan tidak

kreatif, tidak percaya diri, dan tidak mandiri. Pola pengasuhan ini akan

menyebabkan anak menjadi stres, depresi, dan trauma. Oleh karena itu,

tipe pola asuh otoriter tidak dianjurkan.

b. Pola asuh Permisif

Pola asuh permisif dilakukan dengan memberikan kebebasan terhadap

anak. Anak bebas melakukan apapun sesuka hatinya. Sedangkan orang

tua kurang peduli terhadap perkembangan anak. Pengasuhan yang

didapat anak cenderung di lembaga formal atau sekolah. Pola asuh

semacam ini dapat mengakibatkan anak menjadi egois karena orang

tua cenderung memanjakan anak dengan materi. Keegoisan tersebut

akan menjadi penghalang hubungan antara sang anak dengan orang

lain. Syafie (Rakhmawati, 2015 : 6). Pola pengasuhan anak yang

seperti ini akan menghasilkan anak-anak yang kurang memiliki

kompetensi sosial karena adanya kontrol diri yang kurang.

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

20

c. Pola asuh demokratis

Pola asuh ini, orang tua memberikan kebebasan serta bimbingan

kepada anak. Anak dapat berkembang secara wajar dan mampu

berhubungan secara harmonis dengan orang tuanya. Anak akan

bersifat terbuka, bijaksana karena adanya komunikasi dua arah.

Sedangkan orang tua bersikap obyektif, perhatian, dan memberikan

dorongan positif kepada anaknya. Pola asuh demokratis ini mendorong

anak menjadi mandiri, bisa mengatasi masalahnya, tidak tertekan,

berperilaku baik terhadap lingkungan, dan mampu berprestasi dengan

baik. Pola pengasuhan ini dianjurkan bagi orang tua. Rakhmawati

(2015 : 6-7)

Berdasarkan demikian, dapat disimpulkan bahwa pola asuh

keluarga saling keterkaitan antara pola asuh satu dengan yang lainnya.

Pola asuh keluarga yang memiliki cara berbeda-beda dalam mendidik

anak merupakan awal dari keluarga dapat mempengaruhi sifat

kepribadian dan perilaku anak. Anak menjadi baik atau buruk

tergantung orang tua dalam mendidik anak-anaknya atau pola asuh

keluarga terhadap anak.

B. Hakikat Moral

1. Pengertian Moral

Moral meminta untuk melaksanakan apa yang sebaiknya

dilakukan, bahkan apa yang sebenarnya tidak ingin melakukannya. Moral

berasal dari bahasa latin mos, artinya „tata-cara‟, „adat-istiadat‟ atau

„kebiasaan‟. Sedangkan jamaknya adalah mores. Dalam arti adat-istiadat

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

21

atau kebijaksanaan, kata moral mempunyai arti yang sama dengan ethos

(Yunani) yang kemudian menurunkan kata etika. Dalam bahasa Arab kata

moral berarti “budi pekerti”, adalah sama dengan akhlak. Dalam bahasa

Indonesia moral dikenal dengan arti “kesusilaan”.

Moral atau kesusilaan adalah keseluruhan norma yang mengatur

tingkah laku manusia di masyarakat untuk melaksanakan perbuatan-

perbuatan yang baik dan benar. Perlu diingat baik dan benar menurut

seseorang, tidak pasti baik dan benar bagi orang lain. Moral dipakai untuk

memberikan penilaian atau predikat terhadap tingkah laku seseorang.

Widjaja (dalam Samsuri, 2015 : 1) menjelaskan bahwa moral

adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak).

Menurut Kaur (2015 : 22) menyatakan bahwa :

Moral is defined as right conduct, not only in our immediate social

relations, but also in our dealings with our fellow citizens and with

the whole of human race.

Bouman (Daroeso, 1989 : 22) menyatakan bahwa moral adalah

suatu perbuatan atau tingkah laku manusia yang timbul karena adanya

interaksi antara individu-individu di dalam pergaulan. Pendapat

Kusrahmadi (2007 : 123) menjelaskan bahwa moral adalah bidang

kebidupan manusia dilihat dari kebaikan manusia. Norma moral dipakai

sebagai tolak ukur segi kebaikan manusia.

Berdasarkan pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa moral adalah

perbuatan atau tingkah laku baik dan buruk berdasarkan pergaulan dan

interaksi dengan orang lain.

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

22

2. Objek Moral

Perbuatan yang akan dilakukan merupakan obyek yang ada dalam

suara hati manusia. Menurut Daroeso (1989 : 25) dalam diri manusia ada

dua suara :

a. Suara hati yang mengarah ke kebaikan.

b. Suara was-was yang mengajak ke keburukan.

Menurut Driyakarya (dalam Daroeso, 1989 : 26) meskipun pada

dasarnya manusia itu selalu cenderung berbuat baik, tetapi kesadaran

seperti di uraikan di atas tidaklah datang dengan sendirinya. Kesusilaan

harus di ajarkan dengan contoh yang baik, sehingga dengan demikian

dapatlah terbentuk manusia susila lahir dan batin.

Kesimpulan dari uraian di atas, bahwa obyek moral adalah tingkah

laku perbuatan baik buruk manusia. Menurut Daroeso (1989:26) objek

moral adalah tingkah laku manusia, tindakan manusia, baik secara

individu maupun kelompok. Dalam melakukan perbuatan tersebut manusia

didorong oleh tiga unsur, yaitu :

a. Kehendak, yaitu pendorong pada jiwa manusia yang memberi alasan

pada manusia untuk melakukan perbuatan;

b. Perwujudan dari kehendak yang berbentuk cara melakukan perbuatan

dalam segala situasi dan kondisi;

c. Perbuatan tersebut dilakukan dengan sadar dan kesadaran inilah yang

memberikan corak dan warna perbuatan tersebut.

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

23

3. Perkembangan Moral Anak

Manusia sejak lahir mempunyai potensi moral yang merupakan

peralatan hidup sebagai makhluk sosial. Potensi moral tersebut tumbuh

dan berkembang dalam hubungan pergaulan dalam sesama manusia alam

dan masyarakat dan akhirnya terbentuklah kesadaran moral dengan tahap-

tahap perkembangan seperti :

a. Teori Perkembangan Moral menurut Jean Piaget

Jean Piaget menyusun teori perkembangan moralnya yang

dikenl sebagai teori struktural-kognitif. Teori ini melihat

perkembangan moral sebagai suatu hasil interaksi antara pelaksana

aturan, pengikut atau pembuatnya secara individual dengan kerangka

jalinan aturan yang bersangkutan yang menunjukkan esensi moralitasi

itu. Fokus teori ini ada pada sikap, perasaan (afeksi), serta kognisi dari

individu terhadap perangkat aturan yang bersangkutan, Kurtines

(Samsuri, 2015 : 50).

Menurut Atmaka (Samsuri, 2015 : 51-52) mengatakan bahwa

Pengamatan Piaget tersebut dapat diringkaskan dalam skema sebagai

berikut.

Secara rinci skema tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1) Pada level 1

Pada anak sekitar usia 1 sampai 2 tahun, pelaksanaan peraturan

masih bersifat motor activity, belum ada kesadaran akan adanya

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

24

peraturan. Semua geraknya masih belum dibimbing oleh pikiran

tentang adanya peraturan yang harus ditaatinya.

2) Pada level II

Pada usia sekitar 2 sampai 6 tahun, sudah mulai ada kesadaran

akan adanya peraturan, namun menganggap peraturan itu bersifat

suci, tidak boleh diganggu gugat oleh siapa pun, merubah

peraturan merupakan kesalahan besar. Dalam pelaksanaan

peraturan mereka ini masih bersifat egosentrik, berpusat pada

dirinya.

3) Pada level III

Pada usia sekitar 7 sampai 10 tahun pelaksanaan peraturan sudah

mulai bersifat sebagai aktivitas sosial, sifat egosentrik sudah mulai

ditinggalkan. Dalam tahap ini sudah ada keinginan yang kuat

untuk memahami peraturan, dan setia mengikuti peraturan

tersebut. Sifat heteronomi mulai bergeser pada sifat otonomi.

4) Pada level IV

Pada usia sekitar 11 sampai 12 tahun kemampuan berpikir anak

sudah mulai berkembang. Pada tahap ini sudah ada kemampuan

untuk berpikir abstrak, sudah ada kesadaran bahwa peraturan

merupakan hasil kesepakatan bersama. Tahap ini merupakan tahap

kodifikasi atau tahap pemantapan peraturan.

Dari kesimpulan di atas bahwa keputusan moral anak berubah

seiring dengan pertumbuhan usianya. Dengan demikian, dapat

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

25

dikatakan bahwa perkembangan moral terdapat pergeseran yang

sifatnya alami, yang terjadi secara bersamaan dengan atau segera

setelah peralihan koginitif dari pemikiran praoperasional ke arah

pemikiran operasional, di sekitar usia tujuh tahun. Pergeseran

berlangsung, sehingga anak yang bersangkutan untuk pertama kalinya

menyadari maksud sendiri, dan memanfaatkan informasi daam

mengadakan pertimbangan moral yang menyangkut orang lain.

b. Teori Perkembangan Moral menurut Lawrence Kohlberg.

Menurut Kohlberg (Budiningsih, 2013 : 28) menjelaskan

bahwa tahap perkembangan penalaran moral sebenarnya dipostulatkan

pada pemikiran Dewey, yang memandang perkembangan moral ke

dalam 3 tingkatan yaitu : (1) tingkat pra-moral atau pre-conventional,

(2) tingkat conventional, dan (3) tingkat autonomous.

Adapun tahap-tahap perkembangan moral menurut Kohlberg

yang disarikan oleh Hardiman (Budiningsih, 2013 : 29) sebagai

berikut:

1. Tingkat Pra-Konvensional

Pada tingkat ini seseorang sanggap tanggap terhadap aturan-aturan

kebudayaan dan penilaian baik atau buruk, tetapi ia menafsirkan

baik atau buruk ini dalam rangka maksimalisasi kenikmatan atau

akibat-akibat fisik dari tindakannya (hukuman fisik, penghargaan,

tukar-menukar kebaikan). Kecenderungan utamanya dalam

interaksi dengan orang lain adalah menghindari hukuman atau

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

26

mencapai maksimalisasi kenikmatan (hedonistis). Tingkat ini

dibagi 2 tahap :

Tahap 1 : Orientasi hukuman dan kepatuhan

Pada tahap ini, baik atau buruknya suatu tindakan ditentukan

oleh akibat-akibat fisik yang akan dialami, sedangkan arti atau nilai

manusiawi tidak diperhatikan. Menghindari hukuman dan

kepatuhan buta terhadap penguasa dinilai baik pada dirinya.

Tahap 2 : Orientasi instrumentalistis

Pada tahap ini tindakan seseorang selalu diarahkan untuk

memenuhi kebutuhannya sendiri dengan memperalat orang lain.

Hubungan antara manusia dipandang seperti hubungan dagang.

Unsur-unsur keterbukaan, kesalingan dan tukar-menukar

merupakan prinsip tindakannya dan hal-hal itu ditafsirkan dengan

cara fisik dan pragmatis. Prinsip kesalingannya adalah, “kamu

mencakar punggungku dan aku akan ganti mencakar

punggungmu”.

2. Tingkat Konvensional

Pada tingkat ini seseorang menyadari dirinya sebagai

seorang individu di tengah-tengah keluarga, masyarakat dan

bangsanya. Keluarga, masyarakat, bangsa dinilai memiliki

kebenarannya sendiri, karena jika menyimpang dari kelompok ini

akan terisolasi. Maka itu, kecenderungan orang pada tahap ini

adalah menyesuaikan diri dengan aturan-aturan masyarakat dan

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

27

mengindentifikasi dirinya terhadap kelompok sosialnya. Kalau

pada tingkat pra-konvensional perasaan dominan adalah takut, pada

tingkat ini perasaan dominan adalah malu. Tingkat ini terdiri dari 2

tahap :

Tahap 3 : Orientasi kerukunan atau orientasi good boy-nice girl.

Pada tahap ini orang berpandangan bahwa tingkah laku

yang baik adalah yang menyenangkan atau menolong orang-orang

lain serta diakui oleh orang-orang lain. Orang cenderung bertindak

menurut harapan-harapan lingkungan sosialnya, hingga mendapat

pengakuan sebagai “orang baik”. Tujuan utamanya, demi hubungan

sosial yang memuaskan, maka ia pun harus berperan sesuai dengan

harapan-harapan keluarga, masyarakat atau bangsanya.

Tahap 4 : Orientasi ketertiban masyarakat.

Pada tahap ini tindakan seseorang didorong oleh

keinginannya untuk menjaga tertib legal. Orienasi seseorang adalah

otoritas, peraturan-peraturan yang ketat dan ketertiban sosial.

Tingkah laku yang baik adalah memenuhi kewajiban, mematuhi

hukum, menghormati otoritas, dan menjaga tertib sosial merupakan

tindakan moral yang baik pada dirinya.

3. Tingkat Pasca-Konvensional atau Tingkat Otonom

Pada tingkat ini, orang bertindak sebagai subyek hukum

dengan mengatasi hukum yang ada. Orang pada tahap ini sadar

bahwa hukum merupakan kontrak sosial demi ketertiban dan

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

28

kesejahteraan umum, maka jika hukum tidak sesuai dengan

martabat manusia, hukum dapat dirumuskan kembali. Perasaan

yang muncul pada tahap ini adalah rasa bersalah dan yang menjadi

ukuran keputusan moral adalah hati nurani.tingkat ini terdiri dari 2

tahap :

Tahap 5 : Orientasi kontrak sosial

Tindakan yang benar pada tahap ini cenderung ditafsirkan

sebagai tindakan yang sesuai dengan kesepakatan umum. Dengan

demikian orang ini menyadari relativitas nilai-nilai pribadi dan

pendapat-pendapat pribadi. Ada kesadaran yang jelas untuk

mencapai konsensus lewat peraturan-peraturan prosedural. Di

samping menekankan persetujuan demokratis dan konstitusional,

tindakan benar juga merupakan nilai-nilai atau pendapat pribadi.

Akibatnya, orang pada tahapan ini menekankan pandangan legal

tapi juga menekankan kemungkinan mengubah hukum lewat

pertimbangan rasional. Ia menyadari adanya yang mengatasi

hukum, yaitu persetujuan bebas antara pribadi. Jika hukum

menghalangi kemanusiaan, maka hukum dapat diubah.

Tahap 6 : Orientasi prinsip etis universal.

Pada tahap ini orang tidak hanya mengundang dirinya

sendiri sebagai subyek hukum, tetapi juga sebagai pribadi yang

harus dihormati. Respect for person adalah nilai pada tahap ini.

Tindakan yang besar adalah tindakan yang berdasarkan keputusan

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

29

yang sesuai dengan suara hati dan prinsip moral universal. Prinsip

moral ini abstrak, misalnya : cintailah sesamamu seperti mencintai

dirimu sendiri, dan tidak kongkrit. Di dasar lubuk hati terdapat

prinsip universal yaitu keadilan, kesamaan hak-hak dasar manusia,

dan hormat terdapat martabat manusia sebagai pribadi.

Selanjutnya dengan adanya tahap-tahap perkembangan moral,

Lawrence Kohlberg mengemukakan empat sifat dalam perkembangan

moral itu. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut :

a) Pekembangan setiap tahap selalu sama (stage development is

invariant).

Seseorang harus mengikuti tahap demi tahap secara berurutan dan

seseorang tidak dapat mencapai suatu tahap dengan tidak melalui

tahap-tahap sebelumnya.

b) Dalam perkembangan tahap, seseorang tidak dapat memahami

penalaran moral.

Dalam perkembangan moral seseorang, orang yang berada dalam

tahap kedua, kiranya tidak dapat memahami penalaran pada tahap

keempat; paling bisa tahap ketiga.

c) Dalam perkembangan tahap, seseorang secara kognitif tertarik

untuk berfikir satu tahap di atas tahapnya sendiri.

Seseorang yang berasa dalam tahap pertama akan dirangsang untuk

berfikir pada tahap kedua, dan tahap kedua oleh tahap ketiga dan

seterusnya, menurut Lawrence Kohlberg bahwa berfikir secara

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

30

kognitif pada tahap yang lebih tinggi lebih memadai bilamana

dibandingkan dengan cara berfikir pada tahap di bawahnya, sebab

dapat memecahkan masalah secara lebih baik.

d) Dalam tahap perkembangan ini, tindakan dari tahap ketahap

disamping oleh terciptanya oleh cognitive disequeilibrium.

Bilamana seseorang merasa tidak cukup mampu untuk

menyelesaikan suatu dilema moral yang dihadapinya, ia akan

dirangsang untuk melakukan pertimbangan-pertimbangan yang

lebih memadai dalam memecahkan dilema moral yang

dihadapinya.

Akhirnya tahapan-tahapan dari Jean Piaget dan Lawrence

Kohlberg mengandung 3 karakteristik sebagai berikut :

1) Tahapan itu adalah keseluruhan yang terstruktur atau sistim

berfikir yang terorganisasi. Setiap individu konsisten pada tingkat

pertimbangan moral.

2) Tahapan membentuk satu keteraturan gerakan dari satu tahap

kepada tahap yang lebih tinggi dan tidak pernah mundur. Setiap

individu tidak pernah meloncati sesuatu tahap. Ini berarti

keseluruhan tahapan itu dialami dan dilalui secara maju dari

tingkat terendah sampai kepada tingkat tertinggi.

3) Tahapan berintegrasi secara hirarkis. Bersifat pada tahapan yang

lebih tinggi termasuk atau lengkap di dalamnya berfikir dalam

tahapan yang lebih rendah. Seorang berfikir pada tahap keempat,

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

31

yakni “Orientasi pada hukum dan ketertiban”, berarti dalam

konteks itu secara serempak ia juga berfikir dalam tahap-tahap

satu, dua dan tiga. Tetapi belum berfikir pada tahap lima dan

enam.

Demikianlah perkembangan moral seseorang yang diteliti oleh

Jean Piaget dan Lawrence Kohlberg setelah mengadakan penelitian

perkembangan moral dengan tahap-tahapnya selama puluhan tahun.

Dari dua teori perkembangan moral diatas sebagaimana yang telah

dipaparkan dapat dijadikan pengetahuan dan membuka pemahaman

terhadap perkembangan moral.

4. Kondisi Moral Anak di Indonesia

Masalah yang terjadi pada pemuda Indonesia pada saat ini terdiri

atas 2 masalah, yaitu masalah sosial dan masalah kebangsaan, kedua

masalah tersebut dijabarkan dalam tabel sebagai berikut.

1) Masalah Sosial

No. Masalah Sosial Angka Penyimpangan Tahun Sumber

1.

2.

Penyalahgunaan

Narkoba

Hubungan seksual

pranikah dan aborsi

- 1,5% pemakai narkoba

- 78% korban tewas akibat

narkorba berusia antara 19-

21 tahun

- 17% kehamilan di luar

nikah

- 2,4 jiwa pelaku bermuara

2004

2010

Badan Narkoba

Nasional (BNN)

BKKBN Jurnal

Nasional

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

32

No. Masalah Sosial Angka Penyimpangan Tahun Sumber

3.

4.

Perkelahian, tawuran,

dan kekerasan

Kriminalitas remaja

pelaku aborsi hamil diluar

nikah

- 21.77 kasus HIV/AIDS

- 48,1% HIV positif perilaku

usia 20-29 tahun

- 49,3% penular di kalangan

heteroseksual

- 40,4% penular melalui

jarum

- 54% berkelahi

- 87% berbohong

- 8,9% mencoba narkoba

- 28% merasakan kekerasan

adalah hal biasa

- 17% melukai diri sendiri

- 13% ketergantungan obat

atau minuman

- 12% depresi

- 47% remaja mengaku nakal

di sekolahan

- 33% tidak memedulikan

peraturan sekolah

- 93% anak pernah

mengalami tindakan

kekerasan dirumah dan

disekolah

- 82% remaja menganggap

orangtua otoriter

2003

2013

Hasil survei

FEKMI

Salahudin (2013

: 33)

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

33

No. Masalah Sosial Angka Penyimpangan Tahun Sumber

- 50% mendapatkan

hukuman fisik

- 39% mengatakan orangtua

pemarah

Tabel 2.1 Masalah Sosial di Indonesia (dalam Salahudin, 2013 : 32-33)

Begitu mengerikan permasalah sosial terjadi karena terdapat

perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku yang

menyimpang disengaja maupun tidak disengaja, diantaranya karena pelaku

kurang perhatian dari orang tua, dan ingin diperhatian, sehingga mencari

sensasi membuat permasalahan yang merugikan dirinya sendiri dan

bahkan merugikan orang lain. Bentuk pelanggaran seringkali terjadi pada

remaja-remaja yang gagal menjalani proses perkembangan jiwanya.

2) Masalah Kebangsaan

Adapun masalah kebangsaan yang terjadi saat ini, yaitu:

1) Solidaritas sosial rendah;

2) Semangat kebangsaan rendah;

3) Semangat bela negara rendah

4) Semangat persatuan dan kesatuan rendah.

Adapun menurut Lickona, profesor pendidikan dari Cortland

University mengungkapkan sepuluh tanda kehancuran bangsa :

1) Meningkatnya kekerasan di kalangan remaja;

2) Penggunaan kata-kata yang buruk;

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

34

3) Pengaruh peer group yang kuat dalam tindakan kekerasan;

4) Meningkatnya perilaku merusak diri;

5) Semakin kaburnya pedoman moral;

6) Menurunnya etos kerja;

7) Rendahnya rasa hormat kepada guru dan orang tua;

8) Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan masyarakat;

9) Membudayanya ketidakjujuran;

10) Adanya rasa curiga dan kebencian di antara sesama.

Perilaku amoral dan inkonstitusional itu menyebabkan

ketidakmampuan dalam hal :

1) Mengembalikan emosi;

2) Mengontrol perilaku;

3) Menganalisis masalah;

4) Mencari solusi;

5) Belajar dari pengalaman;

6) Berpikir panjang;

7) Berpikir kreatif. (Salahudin, 2013 : 35)

Berdasarkan penjelasan di atas, sudah saatnyaorang tua menjaga

dan mendidik anak dengan pendidikan keluarga untuk membina moral

yang baik untuk anak-anaknya, sehingga anak tidak terjerumus dalam

penyimpangan remaja.

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

35

C. Kerangka Berpikir

Bagan 2.2 Kerangka berfikir

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan-pertanyaan adalah salah satu cara untuk mendapatkan data

dari informan. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada informan

sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk perhatian yang diberikan keluarga kaitannya dengan

membina moral anak ?

2. Bagaimana pendidikan agama yang diberikan keluarga kaitannya dengan

membina moral anak ?

3. Bagaimana kebiasaan keluarga dalam membina moral anak ?

4. Bagaimana peraturan yang diberikan keluarga kaitanya dengan membina

moral anak ?

Peran Keluarga dalam membina

moral anak di Desa Mandiraja

Wetan

Pola asuh

keluarga

Pendidikan

Agama

Penerapan

norma sosial Peraturan

keluarga

Hasil yang diharapkan dapat Membina moral

anak melalui proses Pendidikan dalam

lingkungan keluarga

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

36

5. Bagaimana fungsi keluarga dalam membina moral anak ?

6. Bagaimana tujuan pendidikan dalam keluarga dalam membina moral anak ?

7. Bagaimana pola pengasuhan anak dalam membina moral anak ?

E. Penelitian yang Relevan

1. Peran Keluarga

Darosy Endah Hysocyamina (UNDIP : 2011) dalam skripsinya yang

berjudul “Peran Keluarga dalam Membangun Karakter Anak”,

mengungkapkan bahwa peran keluarga faktor yang penting dalam

pembentukan kepribadian anak. Anak dapat diibaratkan seperti selembar

kertas putih kosong yang harus diisi, dalam hal ini peran orang tualah yang

sangat dominan. Orang tua harus mendidik anak semenjak dini agar

mereka dapat berperilaku sesuai dengan yang diharapkan. Komunikasi dua

arah yang efektif sangat diperlukan untuk membentuk hubungan yang

harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua harus berusaha mendengar

dan memahami kemauan anak, dan orang tua harus mampu mengarahkan

dan membimbing anak, karena perilaku, tindakan dan sikap anak berawal

dari keluarga. Ciptakan suasana agamis di rumah sehingga akan lebih

mudah membentuk Kecerdasan Emosi (EQ) dan Kecerdasan Spiritual

(SQ) anak. Pilihkan sekolah untuk anak tingkat TK dan SD di sekolah

yang dasar agama Islamnya bagus sehingga dia akan terbiasa dengan

ibadah, doa-doa dan akhlak mulia. Berikan perhatian dan kasih sayang,

serta kejujuran dan saling pengertian dalam keluarga. Seni dan minat

belajar harus ditanamkan pada anak sejak usia dini (pra sekolah) agar anak

lebih peka, tidak egois dan tidak malas belajar.

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

37

2. Pembinaan Moral

Fajar Wahyu Ningrum (UNNES : 2010) dalam skripsinya yang berjudul

“Pembinaan Moral Remaja dalam Keluarga di Lingkungan Lokalisasi

Pekerja Seks Komersial Sunan Kuning Kalibanteng Kulon Kecamatan

Semarang Barat ”, mengungkapkan bahwa pembinaan moral remaja dalam

keluarga di lingkungan lokalisasi Sunan Kuning melalui empat cara yaitu

penanaman etika sejak dini, keteladanan orang tua, penanaman nilai agama

sejak dini, dan kejujuran dengan menggunakan model klarifikasi nilai dan

analisis nilai yaitu orang tua mengarahkan remaja untuk menjadi dirinya

sendiri dengan melihat apa yang baik dan apa yang buruk untuk dilakukan

dan memberi kebebasan untuk memahami permasalahan-permasalahan

yang berkaitan dengan moral. Perilaku remaja yang ada di lingkugan

lokalisasi Sunan Kuning mayoritas mereka pernah berbicara kotor atau

kurang sopan, merokok, keluar rumah tanpa ijin selama masih terdekat.

Selain itu mereka juga mempunyai sifat individual dengan kata lain tidak

ikut campur, cuek atau masa bodoh urusan dengan para WPS (Wanita

Pekerja Seks) maupun masalah pribadi tetangganya, tetapi saling

mengormati dan menghargainya cukup tinggi, rasa sosialnya juga cukup

baik. Perilaku remaja yang seperti itu terbentuk melalui kebiasaan yang

dilakukan remaja, pengertian dari orang tua, dan model yang dilihat setiap

harinya. Faktor peghambat pembinaan moral remaja dalam keluarga di

lingkungan lokalisasi Sunan Kuning karena faktor dari dalam (internal)

dan faktor dari luar (eksternal). Faktor dari dalam diri sendiri (internal)

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

38

seperti rasa malas untuk berubah, gengsi, individualis, dan mudah

terpengaruh. Sedangkan faktor yang berasal dari luar (eksternal) seperti

lingkungan lokalisasi penuh dengan perilaku menyimpang yang

ditunjukkan oleh para WPS maupun pelanggannya menjadi faktor terbesar

dalam menghambat pembinaan moral, selain itu media massa (seperti

televisi dan internet) juga menjadi faktor penghambat orang tua dalam

melakukan pembinaan moral bagi remaja.

3. Peran Keluarga dalam Membina Moral Anak

Ahmad Choyruddin (UMS : 2015) dalam skripsinya yang berjudul

“Pendidikan Moral Remaja dalam Keluarga Single Parent di Desa

Moggot Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan Tahun 2015”,

mengungkapkan bahwa pendidikan moral dalam keluarga single parent

bisa berjalan dengan baik apabila orang tua tersebut mampu menerapkan

menerapkan metode sesuai dengan kepribadian anaknya serta memiliki

solusi yang bervariasi dalam menangani berbagai kendala, baik itu kendala

intern maupun ekstern. Metode atau cara yang digunakan oleh responden

dalam mendidik moral dalam keluarga mereka adalah menggunakan

metode teladan, metode pembiasaan yang baik, metode nasihat, metode

pengamatan pengawasan dan metode hukuman. Sebagian besar faktor

yang menghambat pendidikan moral dalam keluarga single parent adalah

karena faktor anak yang sering mengabaikan perkataan orang tua, sifat

anak yang cenderung pendiam, kesibukan dan keterbatasan waktu orang

tua single parent, rendahnya pengetahuan agama orang tua single parent,

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian ...repository.ump.ac.id/4346/3/BAB II_CORRY NUR ISTHO RINI_PPKn'17.pdf · A. Hakikat Keluarga 1. Pengertian Keluarga

39

dan keterbatasan ekonomi yang menyebabkan anak mengalami krisis

moral akibat tidak adanya biaya untuk mengenyam pendidikan lebih

tinggi. Diharapkan studi tentang pendidikan moral dalam keluarga single

parent di Desa Monggot Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan ini, dapat

disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lain,

sehingga dapat memberikan gambaran yang lengkap pada pendidikan

moral.

Peran Keluarga Dalam…, Corry Nur Istho Rini, FKIP UMP, 2017