bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan tentang air 2.1.1...

32
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan tentang Air 2.1.1 Definisi Air Air merupakan sumberdaya alam yang berlimpah di muka bumi, menutupi sekitar 71% dari permukaan bumi. Secara keseluruhan air di muka bumi, sekitar 98% terdapat di Samudera dan laut dan hanya 2% yang merupakan air tawar yang terdapat di sungai, danau dan bawah tanah. Diantara air tawar yang ada tersebut, 87% diantaranya berbentuk es, 12% terdapat di dalam tanah, dan sisanya sebesar 1% terdapat di danau dan sungai. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan maahkluk lainnya dengan fungsi yang tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Menurut peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengolahan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat. Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air), air merupakan satu-satunya zat secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus HO yaitu satu molekul air tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom

Upload: doantu

Post on 02-Mar-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan tentang Air

2.1.1 Definisi Air

Air merupakan sumberdaya alam yang berlimpah di muka bumi, menutupi

sekitar 71% dari permukaan bumi. Secara keseluruhan air di muka bumi, sekitar

98% terdapat di Samudera dan laut dan hanya 2% yang merupakan air tawar yang

terdapat di sungai, danau dan bawah tanah. Diantara air tawar yang ada tersebut,

87% diantaranya berbentuk es, 12% terdapat di dalam tanah, dan sisanya sebesar

1% terdapat di danau dan sungai.

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

manusia dan maahkluk lainnya dengan fungsi yang tidak akan dapat digantikan

oleh senyawa lainnya.

Menurut peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengolahan

kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air

adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah,

termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang

berada di darat.

Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air), air merupakan

satu-satunya zat secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya

tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H₂O yaitu satu molekul air

tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom

11

oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi

standar (Allafa, 2008).

Keberadaan air tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya

air yang dapat meresap ke dalam tanah. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau

batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan ke

dalam formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan dengan sedimentasi kuat akan

kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir

semua curah hujan akan mengalir sebagai limpahan (runnoff) dan terus kelaut.

Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan

industri, serta penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat

mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge area)

(Usmar dkk, 2006).

2.1.2 Karakteristik Air

Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa lain

menurut Effendi (2007), karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

a) Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C (32° F) –

100°C, air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point)

dan suhu 100°C merupakan titik didih (boiling point) air.

b) Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat

sebagai penyimpanan panas yang sangat baik. Perubahan suhu air yang

lambat mencegah terjadinya strees pada makhluk hidup karena adanya

perubahan suhu yang medadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai

bagi makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik

digunakan sebagai pendingin mesin.

12

c) Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan

(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini

memerlukan energi panas dalam jumlah besar. Sebaliknya, proses

perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas

yang besar. Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab

mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga

merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya

penyebaran panas secara baik di bumi.

d) Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis

senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah

yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia

hingga 35.000 mg/liter, (Tebbut, 1992). Sifat ini memungkinkan unsur

hara terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan

memungnkan bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh

makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga

memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer

bahan pencemar (polutan) yang masuk ke dalam air.

e) Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan

memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul

cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air

memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting

ability).

13

f) Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika

membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki

densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air.

Air mengalami sirkulasi yang disebut daur hidrologi. Proses ini berawal dari

permukaan tanah dan laut yang menguap ke udara kemudian mengalami kondensasi

yaitu berubah menjadi titik titik air yang mengumpul dan membentuk awan. Titik-

titik air itu memiliki kohesi sehingga titik- titik air menjadi besar dan dipengaruhi

gravitasi bumi sehingga jatuh disebut hujan. Air hujan yang jatuh dipermukaan

bumi sebagian diserap tanah dan sebagian lagi mengalir melalui sungai menuju ke

laut.

( Sumber : Suripin,2001) Gambar 2.1 Siklus Hidrologi

Menurut waktu dan tempat air dapat berubah kedalam tiga bentuk/sifat

yakni air sebagai bahan padat, air sebagai cairan, dan air sebagai uap seperti gas.

Berikut ini sifat-sifat fisik air antara lain:

a) Titik beku 0°C

b) Massa jenis es (0°C) 0,92 gr/cm3

14

c) Massa jenis air (0°C) 1,00gr/cm3

d) Panas lebur 80 kal/gr

e) Titik didih 100°C

f) Panas penguapan 540 kal/gr

g) Temperatur kritis 347°C

h) Tekanan kritis 217 Atm

i) Konduktivitas listrik spesifik (25°C)1x10-17/ohm-cm

j) Konstanta dielektri(25°C)78 ( Gabriel, 2001 )

2.1.3 Sumber Air

Air dapat bersumber dari air hujan yaitu air yang berasal dari proses

evaporasi, kondensasi, dan presipasi, sehingga air tersebut benar-benar murni

sebagai H₂O, dengan demikian tidak terlarut sebagai mineral. Sifat air yang

demikian itu disebut dengan air lunak (soft water) dan bila diminum rasanya relatif

kurang segar. Penggunaan air hujan sebagai sumber air minum dalam masyarakat

maupun secara perorangan adalah merupakan jalan terakhir, apabila sumber air lain

tidak bisa dimanfaatkan (Sanropie, 1984).

Air juga dapat bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan atau

terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisisan/penambahan

secara terus menerus oleh alam. Menurut Sanropie (1984), keuntungan penggunaan

air tanah adalah :

1. Pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut

2. Praktis dan ekonomis untuk mendapatkannya dan membaginya.

3. Lapisan tanah yang menampung air dari mana air itu diambil biasanya

merupakan pengumpulan air alamiah.

15

Sedangkan kerugianya penggunaan air tanah adalah seringkali mengandung banyak

mineral Fe (besi), Ma (mangan), Ca (calsium), dan sebagainya, dan biasanya

membutuhkan pemompaan.

2.2 Kualitas Air

Syarat kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan

berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya

dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan-

persyaratan yang harus dipenuhi. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan

makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain dalam air yang mencangkup

kualitas fisik, kimia, dan biologis (Effendi, 2003).

2.2.1 Kualitas Fisik

Menurut Kusnaedi (2010), syarat-syarat sumber mata air yang bisa

digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut :

a) Tidak berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna

berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan, artinya

sebaiknya air minum tidak boleh berwarna untuk alasan esteris dan untuk

mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang

berwarna. Warna dapat disebabkan tanin dan asam humat atau zat organik,

senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan

pengguna air (Slamet, 2004).

16

b) Tidak berbau

Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun

dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang

mengalami penguraian oleh mikroorganisme.

c) Rasanya Tawar

Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis,

pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin

disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa

asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Air dengan

rasa yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang

membahayakan kesehatan, seperti rasa logam (Slamet, 2004).

d) Kekeruhan

Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut

jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh partikel bahan yang

tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor.

Untuk standar air bersih di tetapkan oleh Permenkes RI No. 416 / MENKES /

PER / IX / 1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU

(Depkes RI, 1995).

Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang

bersifat organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari

lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri juga berdampak terhadap

kekeruhan air, sedsngkan zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga

mendukung pembiakannya dan dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan

air. Air yang keruh sulit disinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat

17

tersuspensi tersebut, sehingga berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba

terlindung menjadi patogen (Soemirat, 2009).

e) Temperatur

Air yang baik harus memiliki temperatur yang sama dengan temperatur

udara (± 3°C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur diatas atau di

bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang

mengeluarkan atau menyerap energi dalam air. Berdasarkan aspek suhu air

yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak

langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air (Slamet,

2004).

f) Tidak mengandung zat padatan

Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada

penguapan dan pengeringan pada suhu 103-105°C.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan fisik air bersih adalah sebagai

berikut :

Tabel 2.1 Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih secara Fisik No. Parameter Satuan Kadar Maksimum yang

Diperbolehkan Keterangan

1 Bau - - Tidak berbau

2 Jumlah zat padat

terlarut (TDS) mg/L 1500 -

3 Kekeruhan Skala NTU 25 -

4 Rasa - - Tidak berasa

5 Suhu °C Suhu udara ± 3°C -

6 Warna Skala TCU - -

Sumber : Permenkes RI, 1990

18

2.2.2 Kualitas Kimia

Kualitas air tergolong baik apabila memenuhi persyaratan kimia sebagai

berikut ;

a. pH netral

pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas

keadaan asam atau basa suatu larutan (Sutrisno, 2004). Skala pH diukur

dengan pH meter atau lakmus. Air murni memiliki pH 7. Apabila dibawah 7

maka air bersifat asam, sedangkan apabila di atas 7 maka bersifat basa

(rasanya pahit) (Kusnaedi, 2010).

b. Tidak mengandung bahan kimia beracun

Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun

seperti sianida sulfida, fenolik (Kusnaedi, 2010).

c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam

Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion

logam (Kusnaedi, 2010).

1) Besi (Fe)

Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna abu-abu, liat, dan

dapat di bentuk. Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat di temukan

hampir di setiap tempat di bumi pada semua lapisan-lapisan geologis,

namun besi juga merupakan salah satu logam berat yang berbahaya

apabila kadarnya melebihi ambang batas (Soemirat,2009). Besi dapat

larut pada pH rendah. Kadar besi dalam air tidak boleh melebihi 1,0

mg/L, karena dapat menimbulkan rasa, bau dan dapat menyebabkan air

yang berwarna kekuningan, menimbulkan noda pakaian dan tempat

19

berkembang biaknya bakteri Creonothrinx yaitu bakteri besi (Soemirat,

2009).

Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin.

Banyaknya Fe di dalam tubuh di kendalikan pada fase absorbsi. Tubuh

manusia tidak dapat mengekskresikan Fe. Karenanya mereka yang sering

mendapat tranfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi

Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan oleh tubuh, tetapi dosis besar dapat

merusak dinding usus (Soemirat,2009).

Kelebihan logam besi dalam tubuh dapat menimbulkan efek-efek

kesehatan seperti serangan jantung, gangguan pembuluh darah bahkan

kanker hati. Logam ini bersifat akumulatif terutama di organ penyaringan

sehingga dapat mengganggu fungsi fisiologis tubuh. Nilai estetika juga

dapat dirusak oleh keberadaan logam-logam ini karena dapat

menimbulkan bercak-bercak hitam pada pakaian. Air yang tercemar oleh

logam ini biasanya nampak pada intensitas warna yang tyinggi pada air,

berwarna kuning bahkan berwarna merah kecoklatan, dan terasa pahit

atau asam (Wardhana, 2004).

2) Nitrat , nitrit

Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan

GI (Gastro Intestinal), diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma,

dan bila tidak tertolong akan menyebabkan kematian. Keracunan kronis

menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental. Nitrit

terutama bereaksi dengan hemoglobin dan membentuk methemoglobin

(metHb). Dalam jumlah melebihi normal Methemoglobin akan

20

menimbulkan Methemoglobinemia. Pada bayi Methemoglobinemia

sering dijumpai karena pembentukan enzim untuk mengurai

Methemoglobinemia menjadi Haemoglobin masih belum sempurna.

Sebagai akibat Methemoglobinemia., bayi akan kekurangan oksigen

maka mukanya akan berwarna biru, karenanya penyakit ini juga dikenal

sebagai penyakit “blue babbies” (Wardhana, 2004).

Salah satu contoh sumber pencemaran nitrat terhadap air minum

yakni akibat kegiatan pertanian. Meskipun pencemaran nitrat juga dapat

terjadi secara alami, tetapi yang paling sering yakni akibat pencemaran

yang berasal dari air limbah pertanian yang banyak mengandung

senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk nitrogen (urea) (Wardhana,

2004).

Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar dapat

menyebabkan Methemoglobinemia, yakni kondisi dimana hemoglobin di

dalam darah berubah menjadi Methemoglobin sehingga darah menjadi

kekurangan oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal,

serta dapat mengakibatkan kematian khususnya pada bayi (Wardhana,

2004).

3) Mangan

Mangan (Mn) merupakan logam yang memiliki karakteristik kimia

serupa dengan besi. Mangan sebagian besar banyak terdapat di dalam

tanah. Mangan berada dalam bentuk manganous dan manganik. Apabila

manganik bereaksi dengan oksigen yang berkadar tinggi maka akan

menjadi manganous yang mudah larut di dalam air. Air yang

21

mengandung mangan biasanya berwarna coklat gelap sehingga air

menjadi keruh. Mangan dalam air berguna untuk menghambat

pertumbuhan microalgae Nitschia clostorium dan membuat air berwarna

hijau dan dapat meningkatkan kesadahan dalam air.

Sekitar 90% mangan di dunia digunakan untuk metalurgi, yaitu

untuk proses produksi besi-baja, sedangkan kegunaan lain untuk tujuan

non-metalurgi antara lain untuk produksi baterai, keramik dan gelas.

Kadar mangan yang diperkenankan pada air minum adalah 0,1 mg/liter

(Brown, 2001)

Dampak akumulasi mangan di dalam tubuh manusia menurut

(Eckenfelder, 1989 dalam Santosa 2010) yaitu:

1. Pertumbuhan tubuh terhambat

2. Penyumbatan pada sistem syaraf

3. Proses reproduksi terganggu

4. Pengeroposan tulang dini

d. Tidak mengandung bahan organik

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

461/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan kimia air bersih adalah sebagai

berikut ;

Tabel 2.2 Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih secara Kimia

No.

Parameter

Satuan Kadar Maksimum yang

diperbolehkan

1 Air raksa mg/L 0,001

2 Arsen mg/L 0,05

3 Besi mg/L 1,0

22

4 Fluorida mg/L 1,5

5 Kadmium mg/L 0,005

6 Kesadahan (CaCOɜ) mg/L 500

7 Klorida mg/L 600

8 Kromium, valensi 6 mg/L 0,05

9 Mangan mg/L 0.5

10 Nitrat mg/L 10

11 Nitrit mg/L 10

12 pH mg/L 6,5-9,0

13 Selenium mg/L 0,01

14 Seng mg/L 15

15 Sianida mg/L 0,1

16 Sulfat mg/L 400

17 Timbal mg/L 0,05

Sumber : Permenkes RI, 1990

2.2.3 Kualitas biologis

Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan

Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004).

Berdasarkan Kempenkes RI Nomor 907/ MENKES/SK/VII/2002, persyaratan

bakteriologis air minum adalah dilihat dari Coliform per 100 ml sampel air

dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50. Menurut peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, Air

bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya

memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air bersih

didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur

23

artetis atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang

dapat digunakan sebagai air baku air minum.

Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya

menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK

Pedoman Kualitas Air Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori

sebagai berikut.

1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total Coliform kurang dari 50

2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung Coliform 51-100

3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung Coliform 101-1000

4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung Coliform 1001-2400

5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung Coliform lebih

2400.

2.3 Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit

Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja

untuk sampai ke manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa

makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik

berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan

untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan

air yang diperlukan (Sutrisno,2004).

Disamping air merupakan suatu bahan yang sangat dibutuhkan oleh manusia

juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terhadap pemakainya karena

mengandung mineral atau zat-zat yang tidak sesuai untuk dikonsumsi sehingga air

dapat menjadi media penular penyakit. Adapun penyakit-penyakit yang ditularkan

24

melalui air maupun yang berasal dari air dapat dibagi menjadi 4 bagian menutut

agen penularannya (Koesnoputranto, 1983):

1. Water Borne Disease, terjadi apabila kuman penyebab berada di dalam air. Jika

air yang mengandung kuman tersebut terminum, maka dapat terjadi

penjangkitan penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang

disebarkan oleh air secara langsungini seringkali dinyatakan sebagai penyakit

bawaan air atau “Water Borne Disease”. Penyakit tersebut diantaranya adalah

kolera, thypoid, hepatitis, infecsia, disentri, gastroentritis. Penyakit ini hanya

dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk kedalam sumber air

yang dipakai oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.

2. Water Washed Disease, cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air

bagi kebersihan umum, terutama lat-alat dapur, makanan dan kebersihan

perorangan. Kelompok penyakit ini adalah penyakit menular saluran

pencernaan, kulit dan mata. Hal ini dapat diatasi dengan terjaminnya kebersihan,

yaitu tersedianya air yang cukup untuk mencuci, mandi dan kebersihan

perorangan. Kelompok – kelompok penyakit ini banyak terdapat di daerah

tropis. Peranan terbesar air bersih dalam penularan cara water washed terutama

berada di bidang hygene sanitasi. Mutu air yang diperlukan tidak seketat mutu

air bersih untuk diminum, yang lebih menentukan dalam hal ini adalah

banyaknya air yang tersedia.

3. Water Based Disease, dalam siklus penyakit ini memerlukan pejamu sementara

( Intermediate Host ) yang hidup di dalam air.

4. Water Related Insect Vector, air merupakan salah satu unsur alam yang harus

ada di lingkungan manusia. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai tempat

25

perindukan dan perkembangbiakan bagi beberapa insecta sebagai vektor

penyebar penyakit, seperti malaria, dengue, dan tripanosomiasis.

2.4 Baku Mutu Air

Air merupakan sumber daya alam yang menjadi hajat hidup orang banyak,

sehingga perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat untuk manusia serta

mahluk hidup lainnya. Agar air dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan

tingkat mutu yang diinginkan, terutama untuk keperluan air minum dan rumah

tangga lainnya, maka kita perlu memelihara dan meningkatkan kualitasnya.

Penetapan baku mutu air didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor : 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air.

Sesuai PP RI Nomor 82 Tahun 2001 disebutkan bahwa Baku Mutu Air adalah

batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada atau harus

ada dan atau macam unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air

pada sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannya. Sesuai peraturan ini, air

yang dimaksud adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari

sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk air laut dan air

bawah tanah. Dalam PP RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas

Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pasal 8 ayat 1 ditetapkan pengkelasan air

sesuai dengan peruntukannya, yaitu :

1. Kelas I

Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan

atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut

26

2. Kelas II

Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi

air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut

3. Kelas III

Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air

tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang

mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

4. Kelas IV

Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman

dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan

kegunaan tersebut.

Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu

dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi

kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau pertanian,

peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Banyak cara yang digunakan

untuk menentukan status mutu air, diantaranya dengan metode STORET.

Dengan metode tersebut dapat diketahui parameter-parameter yang telah

memenuhi atau tidak memenuhi. Pada dasarnya metode STORET hanya

membandingkan antara data kualitas air yang di uji dengan standar baku mutu air

sesuai standart baku mutu air. Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik

dan kimia yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia

pertanian, industri, rekreasi dan pemanfaatan air lainnya, (Asdak, 2004).

27

Beberapa hasil penelitian terhadap kualitas air yang mengacu pada dasar

ketetapan yang ada, bahwa kualitas air minum di Indonesia lebih banyak masuk

sebagai air baku air minum, yaitu air yang perlu melalui pengolahan sebelum

dimanfaatkan sebagai air minum maupun keperluan rumah tangga lainnya. Air

yang dapat langsung dikonsumsi sebagai air minum adalah relatif sedikit, karena

banyak kualitas air menurun akibat pencemaran yang sebagian besar akibat

aktivitas manusia, baik akibat kegiatan rumah tangga, pertanian, dan juga industri.

Dasar yang digunakan untuk penetapan parameter kualitas air, khususnya untuk

keperluan air minum adalah :

a. Parameter-parameter yang berhubungan dengan sifat-sifat keamanan bagi suatu

peruntukan domestik (rumah tangga).

b. Parameter-parameter yang dapat dijadikan indikator terjadinya pencemaran

sampah domestik yang berhubungan dengan kesehatan manusia.

2.5 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah

2.5.1 Persyaratan Umum Lokasi TPA

Penetapan lokasi TPA harus tepat dan penataan kawasan di sekitarnya juga

dilakukan secara seksama agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari,

terutama masalah sosial dan lingkungan. Keberadaan sampah juga dapat

mempengaruhi kesehatan masyarakat karena sampah merupakan sarana dan sumber

penularan penyakit

Berdasarkan SNI 03-3241-1997 tentang Tata Cara pemilihan lokasi TPA

sampah yang diterbitkan Badan Standarisasi Nasional, ketentuan pemilihan lokasi

TPA sampah diuraikan sebagai berikut :

28

a. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut

b. Disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu :

1). Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta berisi

daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa

zona kelayakan.

2). Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua

lokasi terbaik di antara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona

kelayakan pada tahap regional.

3). Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh

instansi yang berwenang.

c. Dalam hal suatu wilayah belum bisa memenuhi tahapan regional, pemilihan

lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemulihan lokasi TPA

sampah ini dapat dilihat pada lampiran kriteria yang berlaku pada tahap

penyisih.

2.5.2 Metode TPA

Pembuangan akhir sampah merupakan proses terakhir dalam siklus

pengelolaan persampahan formal. Fase inii dapat menggunakan berbagai metode

dari yang sederhana hingga tingkat teknologi tingkat tinggi. Metode pembuangan

akhir yang banyak dikenal adalah :

a. Open dumpling, metode ini merupakan cara pembuangan akhir yang sedrhana

karena sampah hanya ditumpuk di lokasi tertentu tanpa perlakuan khusus.

b. Control landfill, metode ini merupakan peralihan antara teknik open dumpling

dan sanitary landfill. Pada metode ini sampah ditimbun dan diratakan. Pipa –

pipa ditanam pada dasar lahan untuk mengalirkan air lindi (leachate) dan di

29

tanam secara vertikal untuk mengeluarkan metan ke udara. Setelah timbunan

sampah penuh lalu dilakukan penutupan terhadap hamparan sampah tersebut

dengan tanah yang dipadatkan.

c. Sanitary landfill, teknik ini adalah cara penimbunan sampah padat pada suatu

hamparan lahan dengan memperhatikan keamanan lingkungan karena telah ada

perlakuan terhadap sampah. Pada teknik ini, sampah dihamparkan hingga

mencapai ketebalan tertentu lalu dipadatkan, kemudian dilapisi tanah dan

dipadatkan kembali,, di atas lapisan tanah penutup tadi dapat dihamparkan lagi

sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah. Demikian seterusnya

berselang-seling antara lapisan tanah dan sampah. Metode ini lebih baik dari

metode lainnya. Konsekuensi dari pembuangan sampah ini adalah

dibutuhkannya lahan yang luas serta biaya pengelolaan yang besar.

2.5.3 Gambaran Umum TPA Sampah SUPIT URANG

TPA Supit Urang yang terletak di kelurahan Mulyorejo seluas 15 Ha. Setiap

hari ada sekitar 400 ton sampah yang masuk ke TPA sampah. Dari luasan tersebut,

sudah sebesar 75% sudah penuh dengan sampah. Menurut kepala dinas kebersihan

dan pertamanan kota Malang, secara de facto TPA Supit Urang sudah menjadi TPA

bersama karena setiap harinya juga melayani sampah dari kabupaten Malang seperti

dari daerah Wagir dan Pakis yang berada di perumahan Sawojajar II(Malang Post,

22 Agustus 2015).

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang merupakan salah satu contoh

TPA yang menerapkan sistem controlled landfill. TPA ini merupakan satu-satunya

TPA yang berada di dalam kota Malang. Layanan TPA ini mencakup seluruh

30

sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. TPA Supit Urang menjadi lokasi

TPA regional.

Dalam perspektif kabupaten Malang, kalau TPA Supit Urang dijadikan

sebagai lokasi TPA regional dikhawatirkan tidak bisa bertahan lama karena lahan

yang dimiliki sudah sempit. Kekhawatiran ini didasarkan pada pengalaman tahun

2000 dimana TPA Supit Urang pernah berhenti beroperasi akibat over load. Jumlah

sampah di lokasi penimbunan menjadi 172 040 ton pada tahun 2007. TPA

memiliki 4 sel yang sudah terisi penuh, 1 sel sedang operasional dan 1 untuk

persiapan selanjutnya. TPA memiliki 491.875 m3 dan 319.580 m3 yang masih

kosong. Diasumsikan tempat tersebut akan terisi penuh dan ditutup pada 2017,

produksi sampah pada tahun tersebut 39 980 541 ton/ tahun, akumulasi adalah

3,151,273,375 ton. Terlebih lagi jenis sampah yang dibuang di tempat ini

kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar. Hal ini

menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat

mencemari air tanah.

Suatu hal yang sangat penting berkaitan dengan lingkungan pada saat

pembuangan dan pengoperasian TPA adalah terbentuknya cairan yang mengandung

bahan pencemar yang mengandung bahan bahan pencemar dengan konsentrasi

tinggi disebut leachate (lindi). Lindi ini terbentuk pada saat air menembus melalui

timbunan sampah yang mengalami proses dekomposisi. Masuknya lindi ke dalam

perairan baik, air sungai maupun ait tanah akan dengan segera menyebabkan

turunnya kualitas air tersebut.

Sumber air yang memicu timbulnya lindi berasal umumnya dari rembesan air

hujan ke dalam timbunan sampah atau air tanah yang tinggi di samping cairan yang

31

terkandung dalam sampah. Pada saat air menembus dalam timbunan sampah akan

terjadi reaksi dengan sampah baik secara kimiawi maupun biologis. Proses biologis

akan berlangsung secara terus menerus di dalam timbunan sampah sampai jangka

waktu yang panjang tergantung pada tahap penguraian yang ada dan ketersediaan

oksigen. Hasil dari proses kimia maupun biologis tersebut akan menambah

kandungan zat pencemar dalam air yang dilaluinya.

Tujuan dan fungsi dari pengolahan lindi di TPA adalah untuk mengolah lindi

yang telah terkumpul sehingga dapat dibuang secara aman ke dalam air penerima

dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap sekitarnya baik sungai maupun air

tanah. Karakteristik kimiawi dari air lindi tergantung pada komposisi dan

karakteristik sampah serta kondisi dalam TPA seperti temperatur, kelembapan,

tahap dekomposisi, kedalaman TPA dan lain-lain. Struktur dan teknologi

pembuangan lindi juga secara langsung akan mempengaruhi kualitas lindi yang

dihasilkan. Dalam perencanaan TPA perlu dipertimbangkan jumlah lindi yang akan

timbul terutama dalam perencanaan fasilitas pengolahannya. Secara umum jumlah

lindi tergantung pada beberapa hal :

a. Air yang jatuh di atas tumpukan sampah pada saat operasi TPA

b. Air yang mengalir ke dalam TPA dari sekelilingnya.

c. Air yang terkandung dalam sampah.

d. Rembesan air melalui lapisan tanah penutup.

e. Ari yang menembus dinding TPA.

f. Air yang mengalir ke dalam timbunan sampah dari air tanah.

32

( Sumber : Dokumen Pribadi )

Gambar 2.2 : Pintu masuk TPA Supit Urang

( Sumber : Dokumen Pribadi )

Gambar 2.3 : Tumpukan sampah di TPA Supit Urang

(Sumber : Dokumen Pribadi )

Gambar 2.4 : Lahan yang tertutupi oleh sampah di TPA

33

Analisa kualitas air tanah di sekitar daerah Tempat Penmbuanngan Akhir

Supit Urang harus mengetahui data geografis dari daerah tersebut. Data geografis

digunakan sebagai penentuan titik sampling untuk pengambilan sampel air tanah.

Penentuan lokasi titik sampling kualitas air tanah diutamakan pada lokasi TPA

Supit Urang. Setelah dilakukan observasi awal di daerah tersebut di dapatkan hasil

sebagai berikut :

- Sebelah utara : berbatasan dengan sungai Sumber Songo dengan jarak

sekitar kurang lebih 300 meter

- Sebelah timur : tempat pemukiman penduduk dengan jarak kurang lebih

500 meter

- Sebelah selatan : berbatasan dengan sungai Gandulan dengan jarak kurang

lebih 200 meter

- Sebelah barat : merupakan perbukitan atau lembah (kebun tebu)

Dari data geografis tersebut dapat ditentukan tempat pengambilan sampel air

dapat dilakukan di sebelah timur TPA Supit Urang yang merupakan tempat

pemukiman warga. Pola sampling yang diatur dengan jarak terdekat dari Tempat

Pembuangan Akhir (TPA) yaitu 300m, 400m, dan 500m. Setiap jarak terdekat

diambil masing-masing sebanyak 3 sampel air tanah.

Pemukiman di sekitar TPA Supit Urang sudah di aliri oleh air bersih yang

disediakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Saluran air dari PDAM

ini dapat di dapat oleh masyarakat yang disediakan oleh pengelola TPA Supit

Urang yang diajukan langsung dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

(BPPD) Kota Malang akan tetapi banyak warga yang masih menggunakan air

34

sumur tanah karena warga merasa terbebani dengan biaya bulanan meskipun biaya

pembuatan saluran air ini gratis.

Keadaan sumur air di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Supit Urang masih

sangat tradisional hanya menggunakan batu bata sebagai tandon air. Banyak

masyarakat yang menggunakan kerek dan timba sebagai alat untuk mengambil air

dan hanya beberapa menggunakan pompa air atau biasanya disebut SANYO oleh

masyarakat sekitar.

Dari observasi yang dilakukan dari 9 sampel yang diteliti 7 sampel sumur air

masih menggunakan ember dan kerek dan 2 sampel sumur air menggunakan pompa

air. Semua sumur yang diteliti hanya menggunakan batu bata dengan lapisan semen

hanya di bagian atas tandon air saja.

Timbunan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), akan mengalami

proses penguraian secara alami. Pada saat itulah aliran air yang melintas melalui

tumpukan sampah akan meresap ke dalam timbunan sampah dan menghasilkan

cairan rembesan dengan kandungan polutan dan kebutuhan oksigen yang sangat

tinggi. Keberadaan tersebut oleh Clark (1977) dalam Yuli Nuraini, (2009) disebut

dengan istilah “leachate” atau air lindi. Lebih jauh dikatakan bahwa keberadaan air

lindi tersebut akan mempengaruhi kondisi air di permukaan dan air tanah dangkal

disekitar tempat pembuangan akhir (TPA) karena kualitas air menjadi rendah.

Air Lindi merupakan sumber utama pencemar air permukaan dan air tanah

yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan mikroba air. Keberadaan lindi

tersebut menyebabkan turunnya kualitas air. Akibat yang ditimbulkan tercemarnya

air tanah disekitar tempat pembuangan akhir (TPA) dikarenakan air sumur

penduduk sebagai sumber air baku (air minum, memasak, mandi dan cuci) akibat

35

akumulasi air lindi. Tercemarnya air sumur warga juga disebabkan oleh sumur-

sumur sederhana yang tidak menggunakan beton sebagai tandon air yang

mempermudah proses perembesan cemaran air baik pada saat hujan ataupun hari

biasa.

Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah membutuhkan ruang atau tempat

yang luas dan disyaratkan jauh dari pemukiman penduduk. Dengan adanya

keterbatasan lahan di berbagai kota besar, maka tempat pembuangan akhir (TPA)

sampah lambat laun akan menjadi masalah bagi masyarakat sekitar (Srikandi F,

2011 ). Kondisi demikian seharusnya warga menaati peraturan yang sudah

diberikan oleh petugas setempat dengan menggunakan saluran air yang disediakan

oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk kebaikan bersama dan agar air

yang akan dikonsumsi setiap hari terhindar dari berbagai penyakit.

2.6 Tinjauan tentang Sumber Belajar

Pembelajaran merupakan keterpaduan dua proses yaitu, belajar dan mengajar

(Purnomo, 2012). Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran dapat diartikan sebagai

proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan

sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri

seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar

maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber

belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Sebagai suatu proses

kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau

kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha

mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, kesadaran

dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus dicapai dalam proses

36

pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar, sehingga dalam

prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan

belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil

belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar

(output) namun juga dilihat dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai

macam sumber yang dapat merangsang siswa untuk belajar dan mempercepat

pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya. (Sanjaya, 2008). Dari

berbagai sumber belajar yang ada dan mungkin didayagunakan dalam pembelajaran

sedikitnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: manusia, bahan, lingkungan, alat

atau peralatan, dan aktivitas (Mulyasa, 2007).

Suhardi (2007) dalam Kusuma (2012) mendefinisikan sumber belajar biologi

adalah sesuatu baik benda maupun gejalanya yang dapat dipergunakan untuk

memperoleh pengalaman dalam rangka pemecahan permasalahan biologi tertentu.

Sumber belajar biologi dalam proses pembelajaran biologi dapat diperoleh di

sekolah ataupun di luar sekolah. Penggunaan sumber belajar sebagai bahan ajar

tergantung dari macam sumber belajarnya. Dilihat dari pembuatan dan

peruntukannya, menurut Sitepu (2008) sumber belajar dikategorikan ke dalam

sumber belajar yang dirancang dan dikembangkan secara khusus (by design) untuk

mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan sumber belajar karena dimanfaatkan (by

utilization). Dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar by design

diterapkan proses rekayasa yang sistematis dan berurutan dengan menggunakan

berbagai disiplin ilmu serta hasil-hasil penelitian. Sedangkan sumber belajar by

utilization bukan dirancang dan dibuat khusus untuk keperluan belajar dan

37

membelajarkan, tetapi dapat dimnfaatkan untuk mencapai tujuan belajar dan

membelajarkan tertentu.

2.6.1 Macam-Macam Sumber Belajar

Penggunaan sumber belaja rsebagai bahan ajar tergantung dari macam

sumber belajarnya.Pada prinsipnya sumber belajar dibedakan menjadi dua macam

menurut Suhardi dalam Kusuma (2012) yaitu:

1. Sumber belajar yang siap digunakan dalam proses pembelajaran tanpa ada

penyederhanaan dan atau modifikasi (by utilization).

2. Sumberbelajar yang disederhanakan dan atau dimodifikasi (dikembangkan atau

by design).

Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk :

a. Buku, yakni lembar kertas yang berjilid, baik berisi tulisan maupun kosong.

Buku sebagai sumber belajar adalah buku yang berisi teks tertulis yang

mengandung ilmu pengetahuan. Ada berbagai jenis buku, seperti buku ajar,

ilmiah, populer, fiksi, nonfiksi, novel, komik, dan lain sebagainya.

b. Majalah, yakni terbitan berkala yang isinya mencakup berbagai liputan

jurnalistik dan pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca.

c. Brosur, yakni bahan informasi tetulis mengenai suatu masalah yang disusun

secara sistematis. Misalnya, brosur tentang organisasi atau institusi sekolah.

d. Poster, yakni plakat yang di pasang ditempat umum, biasanya berupa

pengumuman atau iklan.

e. Ensiklopedia, yakni buku (serangkaian buku) yang menghimpun keterangan atau

uraian tentang berbagai hal dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, yang

38

disusun menurut abjad atau lingkungan ilmu. Contohnya, ensiklopedia flora,

ensiklopedia hewan.

f. Film, yakni selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif

(yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di

dalam bioskop) contoh, film kartun, film seri, film dokumentar dan sebagainya.

g. Model, yakni barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang

ditiru. Contohnya, model manusia, model pesawat terbang.

h. Transparansi, yakni barang (plastik dan sejenisnya) yang tembus cahaya, yang

akan dipakai untuk menayangkan tulisan (gambar) pada layar proyektor.

i. Studio, yakni ruang tempat bekerja atau ruangan yang dipakai untuk menyiarkan

acara radio atau televisi.

j. Permainan, yakni sesuatu yang digunakan untuk bermain, barang atau sesuatu

yang dipermainkan (Prastowo, 2011).

2.7 Handout

Handout adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada siswa ketika

mengikuti pembelajaran. Handout dimaksudkan untuk memperlancar dan

memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi

siswa. Handout dapat digunakan untuk beberapa kali pertemuan, tergantung dari

disain dan lama waktu penyelesaian suatu materi pembelajaran tersebut (Badan

Pengembangan Akademik UII, 2009).

Handout berasal dari bahasa Inggris yang berarti informasi, berita atau surat

lembaran. Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan yang

disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar. Biasanya diambil

dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau

39

kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.

Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung

bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Untuk memperolehnya, handout bisa

didapatkan melalui berbagai cara, misalnya dengan mengunduh dari internet atau

menyadur dari sebuah buku (Kamila, 2009).

Tabel 2.3 Struktur bahan Ajar Cetak (Printed)

No. Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf Wch F/Gb Mo/M

1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √

2. Petunjuk belajar - √ √ - - - - -

3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **

4. Informasi pendukung √ √ √ √ √ ** ** **

5. Latihan - √ √ - - - - - -

6. Tugas/langkah kerja - √ √ - - - ** **

7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** ** Keterangan:Ht: handout, Bu:Buku, Ml:Modul, LKS:Lembar Kegiatan Siswa, Bro:Brosur,

Lf:Leaflet, Wch:Wallchart, F/Gb:Foto/ Gambar, Mo/M: Model/Maket. (Sumber: Depdiknas, 2008)

Komponen di dalam penyusunan handout menurut Direktorat Pembinaan

SMA (2014) adalah:

1. Judul/identitas

2. SK/KD

3. Materi Pembelajaran

4. Informasi pendukung

5. Paparan isi materi

Menurut Depdiknas (2008) langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh

seorang guru dalam menyusun handout adalah sebagai berikut:

40

a. Melakukan analisis kurikulum.

b. Menentukan judul handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan

dicapai.

c. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi terkini

dan relevan dengan materi pokoknya.

d. Menulis handout, dalam menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak

terlalu panjang, untuk siswa SMA diperkirakan jumlah kata per kalimatnya

tidak lebih dari 25 kata dan dalam satu paragraf usahakan jumlah kalimatnya 3-

7 kalimat saja.

e. Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang, bila perlu dibaca orang

lain terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan.

f. Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.

g. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout

misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.

Dengan demikian, keberadaan handout memiliki arti penting bagi kegiatan

pembelajaran. Karena melalui handout, keingintahuan peserta didik terhadap ilmu

pengetahuan meningkat, sehingga mereka selalu terdorong untuk belajar dan terus

belajar.

2.8 Kerangka Konsep Dan Hipotesis

2.8.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini mengacu kepada teori yang ada dimana variabel

yang diteliti terdiri dari variabel kualitas air tanah secara fisikyang terdiri dari

parameter warna, bau, rasa, zat padatan terlarut (TDS) dan kekeruhan. Variabel

41

kualitas air tanah secara kimia yaitu parameter pH, besi , nitrat, nitrit dan mangan.

Serta variabel kualitas air tanah secara biologi yaitu total coliform.

2.8.2 Hipotesis

1. Kualitas air tanah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah

Dusun Supit Urang Kelurahan Mulyorejo Sukun Kota Malang yang

ditinjau dari sifat fisik, kimia dan mikrobiologi tidak sesuai dengan

standart Baku Mutu Air Bersih pada Peraturan Menteri Kesehatan RI

No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan

Kualitas Air Bersih pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah

Dusun Supit Urang Kelurahan Mulyorejo Sukun Kota Malang

2. Hasil penelitian dapat dikembangkan menjadi sumber belajar biologi

SMA.

Sampel air tanah

Kualitas air tanah secara fisik :

- Warna - Bau - Rasa - Zat padatan terlarut - Kekeruhan

Kualitas air tanah secara kimia : - pH - Besi - Nitrat dan Nitrit - Mangan

Kualitas air secara biologis : - Total coliform