bab ii tinjauan pustaka 2.1 tinjauan tentang air 2.1.1...
TRANSCRIPT
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan tentang Air
2.1.1 Definisi Air
Air merupakan sumberdaya alam yang berlimpah di muka bumi, menutupi
sekitar 71% dari permukaan bumi. Secara keseluruhan air di muka bumi, sekitar
98% terdapat di Samudera dan laut dan hanya 2% yang merupakan air tawar yang
terdapat di sungai, danau dan bawah tanah. Diantara air tawar yang ada tersebut,
87% diantaranya berbentuk es, 12% terdapat di dalam tanah, dan sisanya sebesar
1% terdapat di danau dan sungai.
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat
manusia dan maahkluk lainnya dengan fungsi yang tidak akan dapat digantikan
oleh senyawa lainnya.
Menurut peraturan pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengolahan
kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa yang dimaksud dengan air
adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun di bawah permukaan tanah,
termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan, dan air laut yang
berada di darat.
Air dapat berwujud padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air), air merupakan
satu-satunya zat secara alami terdapat di permukaan bumi dalam ketiga wujudnya
tersebut. Air adalah substansi kimia dengan rumus H₂O yaitu satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
11
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau pada kondisi
standar (Allafa, 2008).
Keberadaan air tanah sangat tergantung besarnya curah hujan dan besarnya
air yang dapat meresap ke dalam tanah. Kondisi tanah yang berpasir lepas atau
batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah infiltrasi air hujan ke
dalam formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan dengan sedimentasi kuat akan
kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam hal ini hampir
semua curah hujan akan mengalir sebagai limpahan (runnoff) dan terus kelaut.
Faktor lainnya adalah perubahan lahan-lahan terbuka menjadi pemukiman dan
industri, serta penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan sangat
mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge area)
(Usmar dkk, 2006).
2.1.2 Karakteristik Air
Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa lain
menurut Effendi (2007), karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :
a) Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C (32° F) –
100°C, air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point)
dan suhu 100°C merupakan titik didih (boiling point) air.
b) Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat
sebagai penyimpanan panas yang sangat baik. Perubahan suhu air yang
lambat mencegah terjadinya strees pada makhluk hidup karena adanya
perubahan suhu yang medadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai
bagi makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik
digunakan sebagai pendingin mesin.
12
c) Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan
(evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini
memerlukan energi panas dalam jumlah besar. Sebaliknya, proses
perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas
yang besar. Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab
mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga
merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya
penyebaran panas secara baik di bumi.
d) Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis
senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah
yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia
hingga 35.000 mg/liter, (Tebbut, 1992). Sifat ini memungkinkan unsur
hara terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan
memungnkan bahan-bahan toksik yang masuk ke dalam jaringan tubuh
makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga
memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer
bahan pencemar (polutan) yang masuk ke dalam air.
e) Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan
memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul
cairan tersebut tinggi. Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air
memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik (higher wetting
ability).
13
f) Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika
membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki
densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air.
Air mengalami sirkulasi yang disebut daur hidrologi. Proses ini berawal dari
permukaan tanah dan laut yang menguap ke udara kemudian mengalami kondensasi
yaitu berubah menjadi titik titik air yang mengumpul dan membentuk awan. Titik-
titik air itu memiliki kohesi sehingga titik- titik air menjadi besar dan dipengaruhi
gravitasi bumi sehingga jatuh disebut hujan. Air hujan yang jatuh dipermukaan
bumi sebagian diserap tanah dan sebagian lagi mengalir melalui sungai menuju ke
laut.
( Sumber : Suripin,2001) Gambar 2.1 Siklus Hidrologi
Menurut waktu dan tempat air dapat berubah kedalam tiga bentuk/sifat
yakni air sebagai bahan padat, air sebagai cairan, dan air sebagai uap seperti gas.
Berikut ini sifat-sifat fisik air antara lain:
a) Titik beku 0°C
b) Massa jenis es (0°C) 0,92 gr/cm3
14
c) Massa jenis air (0°C) 1,00gr/cm3
d) Panas lebur 80 kal/gr
e) Titik didih 100°C
f) Panas penguapan 540 kal/gr
g) Temperatur kritis 347°C
h) Tekanan kritis 217 Atm
i) Konduktivitas listrik spesifik (25°C)1x10-17/ohm-cm
j) Konstanta dielektri(25°C)78 ( Gabriel, 2001 )
2.1.3 Sumber Air
Air dapat bersumber dari air hujan yaitu air yang berasal dari proses
evaporasi, kondensasi, dan presipasi, sehingga air tersebut benar-benar murni
sebagai H₂O, dengan demikian tidak terlarut sebagai mineral. Sifat air yang
demikian itu disebut dengan air lunak (soft water) dan bila diminum rasanya relatif
kurang segar. Penggunaan air hujan sebagai sumber air minum dalam masyarakat
maupun secara perorangan adalah merupakan jalan terakhir, apabila sumber air lain
tidak bisa dimanfaatkan (Sanropie, 1984).
Air juga dapat bersumber dari air tanah yaitu air yang tersimpan atau
terperangkap di dalam lapisan batuan yang mengalami pengisisan/penambahan
secara terus menerus oleh alam. Menurut Sanropie (1984), keuntungan penggunaan
air tanah adalah :
1. Pada umumnya dapat dipakai tanpa pengolahan lebih lanjut
2. Praktis dan ekonomis untuk mendapatkannya dan membaginya.
3. Lapisan tanah yang menampung air dari mana air itu diambil biasanya
merupakan pengumpulan air alamiah.
15
Sedangkan kerugianya penggunaan air tanah adalah seringkali mengandung banyak
mineral Fe (besi), Ma (mangan), Ca (calsium), dan sebagainya, dan biasanya
membutuhkan pemompaan.
2.2 Kualitas Air
Syarat kualitas air bersih dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan
berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 yang biasanya
dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan-
persyaratan yang harus dipenuhi. Kualitas air adalah sifat air dan kandungan
makhluk hidup, zat energi, atau komponen lain dalam air yang mencangkup
kualitas fisik, kimia, dan biologis (Effendi, 2003).
2.2.1 Kualitas Fisik
Menurut Kusnaedi (2010), syarat-syarat sumber mata air yang bisa
digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut :
a) Tidak berwarna
Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna
berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan, artinya
sebaiknya air minum tidak boleh berwarna untuk alasan esteris dan untuk
mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang
berwarna. Warna dapat disebabkan tanin dan asam humat atau zat organik,
senyawa kloroform yang beracun, sehingga berdampak terhadap kesehatan
pengguna air (Slamet, 2004).
16
b) Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Air yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang
mengalami penguraian oleh mikroorganisme.
c) Rasanya Tawar
Secara fisik, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis,
pahit, atau asin menunjukkan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan rasa
asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik. Air dengan
rasa yang tidak tawar dapat menunjukkan kehadiran berbagai zat yang
membahayakan kesehatan, seperti rasa logam (Slamet, 2004).
d) Kekeruhan
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut
jernih atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh partikel bahan yang
tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor.
Untuk standar air bersih di tetapkan oleh Permenkes RI No. 416 / MENKES /
PER / IX / 1990, yaitu kekeruhan yang dianjurkan maksimum 25 NTU
(Depkes RI, 1995).
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik yang
bersifat organik, maupun anorganik. Zat anorganik biasanya berasal dari
lapukan tanaman atau hewan, dan buangan industri juga berdampak terhadap
kekeruhan air, sedsngkan zat organik dapat menjadi makanan bakteri, sehingga
mendukung pembiakannya dan dapat tersuspensi dan menambah kekeruhan
air. Air yang keruh sulit disinfeksi karena mikroba terlindung oleh zat
17
tersuspensi tersebut, sehingga berdampak terhadap kesehatan, bila mikroba
terlindung menjadi patogen (Soemirat, 2009).
e) Temperatur
Air yang baik harus memiliki temperatur yang sama dengan temperatur
udara (± 3°C). Air yang secara mencolok mempunyai temperatur diatas atau di
bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang
mengeluarkan atau menyerap energi dalam air. Berdasarkan aspek suhu air
yang normal akan mempermudah reaksi zat kimia, sehingga secara tidak
langsung berimplikasi terhadap keadaan kesehatan pengguna air (Slamet,
2004).
f) Tidak mengandung zat padatan
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada
penguapan dan pengeringan pada suhu 103-105°C.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan fisik air bersih adalah sebagai
berikut :
Tabel 2.1 Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih secara Fisik No. Parameter Satuan Kadar Maksimum yang
Diperbolehkan Keterangan
1 Bau - - Tidak berbau
2 Jumlah zat padat
terlarut (TDS) mg/L 1500 -
3 Kekeruhan Skala NTU 25 -
4 Rasa - - Tidak berasa
5 Suhu °C Suhu udara ± 3°C -
6 Warna Skala TCU - -
Sumber : Permenkes RI, 1990
18
2.2.2 Kualitas Kimia
Kualitas air tergolong baik apabila memenuhi persyaratan kimia sebagai
berikut ;
a. pH netral
pH merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas
keadaan asam atau basa suatu larutan (Sutrisno, 2004). Skala pH diukur
dengan pH meter atau lakmus. Air murni memiliki pH 7. Apabila dibawah 7
maka air bersifat asam, sedangkan apabila di atas 7 maka bersifat basa
(rasanya pahit) (Kusnaedi, 2010).
b. Tidak mengandung bahan kimia beracun
Air yang berkualitas baik tidak mengandung bahan kimia beracun
seperti sianida sulfida, fenolik (Kusnaedi, 2010).
c. Tidak mengandung garam-garam atau ion-ion logam
Air yang berkualitas baik tidak mengandung garam atau ion-ion
logam (Kusnaedi, 2010).
1) Besi (Fe)
Besi atau Ferrum (Fe) adalah metal berwarna abu-abu, liat, dan
dapat di bentuk. Besi merupakan elemen kimiawi yang dapat di temukan
hampir di setiap tempat di bumi pada semua lapisan-lapisan geologis,
namun besi juga merupakan salah satu logam berat yang berbahaya
apabila kadarnya melebihi ambang batas (Soemirat,2009). Besi dapat
larut pada pH rendah. Kadar besi dalam air tidak boleh melebihi 1,0
mg/L, karena dapat menimbulkan rasa, bau dan dapat menyebabkan air
yang berwarna kekuningan, menimbulkan noda pakaian dan tempat
19
berkembang biaknya bakteri Creonothrinx yaitu bakteri besi (Soemirat,
2009).
Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin.
Banyaknya Fe di dalam tubuh di kendalikan pada fase absorbsi. Tubuh
manusia tidak dapat mengekskresikan Fe. Karenanya mereka yang sering
mendapat tranfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi
Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan oleh tubuh, tetapi dosis besar dapat
merusak dinding usus (Soemirat,2009).
Kelebihan logam besi dalam tubuh dapat menimbulkan efek-efek
kesehatan seperti serangan jantung, gangguan pembuluh darah bahkan
kanker hati. Logam ini bersifat akumulatif terutama di organ penyaringan
sehingga dapat mengganggu fungsi fisiologis tubuh. Nilai estetika juga
dapat dirusak oleh keberadaan logam-logam ini karena dapat
menimbulkan bercak-bercak hitam pada pakaian. Air yang tercemar oleh
logam ini biasanya nampak pada intensitas warna yang tyinggi pada air,
berwarna kuning bahkan berwarna merah kecoklatan, dan terasa pahit
atau asam (Wardhana, 2004).
2) Nitrat , nitrit
Nitrat dan nitrit dalam jumlah besar dapat menyebabkan gangguan
GI (Gastro Intestinal), diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma,
dan bila tidak tertolong akan menyebabkan kematian. Keracunan kronis
menyebabkan depresi umum, sakit kepala, dan gangguan mental. Nitrit
terutama bereaksi dengan hemoglobin dan membentuk methemoglobin
(metHb). Dalam jumlah melebihi normal Methemoglobin akan
20
menimbulkan Methemoglobinemia. Pada bayi Methemoglobinemia
sering dijumpai karena pembentukan enzim untuk mengurai
Methemoglobinemia menjadi Haemoglobin masih belum sempurna.
Sebagai akibat Methemoglobinemia., bayi akan kekurangan oksigen
maka mukanya akan berwarna biru, karenanya penyakit ini juga dikenal
sebagai penyakit “blue babbies” (Wardhana, 2004).
Salah satu contoh sumber pencemaran nitrat terhadap air minum
yakni akibat kegiatan pertanian. Meskipun pencemaran nitrat juga dapat
terjadi secara alami, tetapi yang paling sering yakni akibat pencemaran
yang berasal dari air limbah pertanian yang banyak mengandung
senyawa nitrat akibat pemakaian pupuk nitrogen (urea) (Wardhana,
2004).
Senyawa nitrat dalam air minum dalam jumlah yang besar dapat
menyebabkan Methemoglobinemia, yakni kondisi dimana hemoglobin di
dalam darah berubah menjadi Methemoglobin sehingga darah menjadi
kekurangan oksigen. Hal ini dapat mengakibatkan pengaruh yang fatal,
serta dapat mengakibatkan kematian khususnya pada bayi (Wardhana,
2004).
3) Mangan
Mangan (Mn) merupakan logam yang memiliki karakteristik kimia
serupa dengan besi. Mangan sebagian besar banyak terdapat di dalam
tanah. Mangan berada dalam bentuk manganous dan manganik. Apabila
manganik bereaksi dengan oksigen yang berkadar tinggi maka akan
menjadi manganous yang mudah larut di dalam air. Air yang
21
mengandung mangan biasanya berwarna coklat gelap sehingga air
menjadi keruh. Mangan dalam air berguna untuk menghambat
pertumbuhan microalgae Nitschia clostorium dan membuat air berwarna
hijau dan dapat meningkatkan kesadahan dalam air.
Sekitar 90% mangan di dunia digunakan untuk metalurgi, yaitu
untuk proses produksi besi-baja, sedangkan kegunaan lain untuk tujuan
non-metalurgi antara lain untuk produksi baterai, keramik dan gelas.
Kadar mangan yang diperkenankan pada air minum adalah 0,1 mg/liter
(Brown, 2001)
Dampak akumulasi mangan di dalam tubuh manusia menurut
(Eckenfelder, 1989 dalam Santosa 2010) yaitu:
1. Pertumbuhan tubuh terhambat
2. Penyumbatan pada sistem syaraf
3. Proses reproduksi terganggu
4. Pengeroposan tulang dini
d. Tidak mengandung bahan organik
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
461/MENKES/PER/IX/1990, persyaratan kimia air bersih adalah sebagai
berikut ;
Tabel 2.2 Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih secara Kimia
No.
Parameter
Satuan Kadar Maksimum yang
diperbolehkan
1 Air raksa mg/L 0,001
2 Arsen mg/L 0,05
3 Besi mg/L 1,0
22
4 Fluorida mg/L 1,5
5 Kadmium mg/L 0,005
6 Kesadahan (CaCOɜ) mg/L 500
7 Klorida mg/L 600
8 Kromium, valensi 6 mg/L 0,05
9 Mangan mg/L 0.5
10 Nitrat mg/L 10
11 Nitrit mg/L 10
12 pH mg/L 6,5-9,0
13 Selenium mg/L 0,01
14 Seng mg/L 15
15 Sianida mg/L 0,1
16 Sulfat mg/L 400
17 Timbal mg/L 0,05
Sumber : Permenkes RI, 1990
2.2.3 Kualitas biologis
Air tidak boleh mengandung Coliform. Air yang mengandung golongan
Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia (Sutrisno, 2004).
Berdasarkan Kempenkes RI Nomor 907/ MENKES/SK/VII/2002, persyaratan
bakteriologis air minum adalah dilihat dari Coliform per 100 ml sampel air
dengan kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 50. Menurut peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002, Air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air bersih
didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur
23
artetis atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang
dapat digunakan sebagai air baku air minum.
Kualitas air bersih apabila ditinjau berdasarkan kandungan bakterinya
menurut SK. Dirjen PPM dan PLP No. 1/PO.03.04.PA.91 dan SK JUKLAK
Pedoman Kualitas Air Tahun 2000/2001, dapat dibedakan ke dalam 5 kategori
sebagai berikut.
1. Air bersih kelas A ketegori baik mengandung total Coliform kurang dari 50
2. Air bersih kelas B kategori kurang baik mengandung Coliform 51-100
3. Air bersih kelas C kategori jelek mengandung Coliform 101-1000
4. Air bersih kelas D kategori amat jelek mengandung Coliform 1001-2400
5. Air bersih kelas E kategori sangat amat jelek mengandung Coliform lebih
2400.
2.3 Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit
Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja
untuk sampai ke manusia. Supaya air yang masuk ketubuh manusia baik berupa
makanan dan minuman tidak menyebabkan penyakit, maka pengolahan air baik
berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan
untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan
air yang diperlukan (Sutrisno,2004).
Disamping air merupakan suatu bahan yang sangat dibutuhkan oleh manusia
juga dapat menimbulkan berbagai gangguan kesehatan terhadap pemakainya karena
mengandung mineral atau zat-zat yang tidak sesuai untuk dikonsumsi sehingga air
dapat menjadi media penular penyakit. Adapun penyakit-penyakit yang ditularkan
24
melalui air maupun yang berasal dari air dapat dibagi menjadi 4 bagian menutut
agen penularannya (Koesnoputranto, 1983):
1. Water Borne Disease, terjadi apabila kuman penyebab berada di dalam air. Jika
air yang mengandung kuman tersebut terminum, maka dapat terjadi
penjangkitan penyakit pada yang bersangkutan. Penyakit menular yang
disebarkan oleh air secara langsungini seringkali dinyatakan sebagai penyakit
bawaan air atau “Water Borne Disease”. Penyakit tersebut diantaranya adalah
kolera, thypoid, hepatitis, infecsia, disentri, gastroentritis. Penyakit ini hanya
dapat menyebar apabila mikroba penyebabnya dapat masuk kedalam sumber air
yang dipakai oleh masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari.
2. Water Washed Disease, cara penularan penyakit ini berkaitan erat dengan air
bagi kebersihan umum, terutama lat-alat dapur, makanan dan kebersihan
perorangan. Kelompok penyakit ini adalah penyakit menular saluran
pencernaan, kulit dan mata. Hal ini dapat diatasi dengan terjaminnya kebersihan,
yaitu tersedianya air yang cukup untuk mencuci, mandi dan kebersihan
perorangan. Kelompok – kelompok penyakit ini banyak terdapat di daerah
tropis. Peranan terbesar air bersih dalam penularan cara water washed terutama
berada di bidang hygene sanitasi. Mutu air yang diperlukan tidak seketat mutu
air bersih untuk diminum, yang lebih menentukan dalam hal ini adalah
banyaknya air yang tersedia.
3. Water Based Disease, dalam siklus penyakit ini memerlukan pejamu sementara
( Intermediate Host ) yang hidup di dalam air.
4. Water Related Insect Vector, air merupakan salah satu unsur alam yang harus
ada di lingkungan manusia. Selain itu juga dapat dijadikan sebagai tempat
25
perindukan dan perkembangbiakan bagi beberapa insecta sebagai vektor
penyebar penyakit, seperti malaria, dengue, dan tripanosomiasis.
2.4 Baku Mutu Air
Air merupakan sumber daya alam yang menjadi hajat hidup orang banyak,
sehingga perlu dipelihara kualitasnya agar tetap bermanfaat untuk manusia serta
mahluk hidup lainnya. Agar air dapat bermanfaat secara berkelanjutan dengan
tingkat mutu yang diinginkan, terutama untuk keperluan air minum dan rumah
tangga lainnya, maka kita perlu memelihara dan meningkatkan kualitasnya.
Penetapan baku mutu air didasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor : 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
Sesuai PP RI Nomor 82 Tahun 2001 disebutkan bahwa Baku Mutu Air adalah
batas atau kadar mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain yang ada atau harus
ada dan atau macam unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air
pada sumber air tertentu sesuai dengan peruntukannya. Sesuai peraturan ini, air
yang dimaksud adalah semua air yang terdapat di dalam dan atau berasal dari
sumber air, dan terdapat di atas permukaan tanah, tidak termasuk air laut dan air
bawah tanah. Dalam PP RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air, pasal 8 ayat 1 ditetapkan pengkelasan air
sesuai dengan peruntukannya, yaitu :
1. Kelas I
Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan
atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut
26
2. Kelas II
Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi
air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman,
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut
3. Kelas III
Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air
tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut
4. Kelas IV
Air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman
dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut.
Kualitas air menyatakan tingkat kesesuaian air terhadap penggunaan tertentu
dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, mulai dari air untuk memenuhi
kebutuhan langsung yaitu air minum, mandi dan cuci, air irigasi atau pertanian,
peternakan, perikanan, rekreasi dan transportasi. Banyak cara yang digunakan
untuk menentukan status mutu air, diantaranya dengan metode STORET.
Dengan metode tersebut dapat diketahui parameter-parameter yang telah
memenuhi atau tidak memenuhi. Pada dasarnya metode STORET hanya
membandingkan antara data kualitas air yang di uji dengan standar baku mutu air
sesuai standart baku mutu air. Kualitas air dalam hal ini mencakup keadaan fisik
dan kimia yang dapat mempengaruhi ketersediaan air untuk kehidupan manusia
pertanian, industri, rekreasi dan pemanfaatan air lainnya, (Asdak, 2004).
27
Beberapa hasil penelitian terhadap kualitas air yang mengacu pada dasar
ketetapan yang ada, bahwa kualitas air minum di Indonesia lebih banyak masuk
sebagai air baku air minum, yaitu air yang perlu melalui pengolahan sebelum
dimanfaatkan sebagai air minum maupun keperluan rumah tangga lainnya. Air
yang dapat langsung dikonsumsi sebagai air minum adalah relatif sedikit, karena
banyak kualitas air menurun akibat pencemaran yang sebagian besar akibat
aktivitas manusia, baik akibat kegiatan rumah tangga, pertanian, dan juga industri.
Dasar yang digunakan untuk penetapan parameter kualitas air, khususnya untuk
keperluan air minum adalah :
a. Parameter-parameter yang berhubungan dengan sifat-sifat keamanan bagi suatu
peruntukan domestik (rumah tangga).
b. Parameter-parameter yang dapat dijadikan indikator terjadinya pencemaran
sampah domestik yang berhubungan dengan kesehatan manusia.
2.5 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
2.5.1 Persyaratan Umum Lokasi TPA
Penetapan lokasi TPA harus tepat dan penataan kawasan di sekitarnya juga
dilakukan secara seksama agar tidak menimbulkan permasalahan di kemudian hari,
terutama masalah sosial dan lingkungan. Keberadaan sampah juga dapat
mempengaruhi kesehatan masyarakat karena sampah merupakan sarana dan sumber
penularan penyakit
Berdasarkan SNI 03-3241-1997 tentang Tata Cara pemilihan lokasi TPA
sampah yang diterbitkan Badan Standarisasi Nasional, ketentuan pemilihan lokasi
TPA sampah diuraikan sebagai berikut :
28
a. TPA sampah tidak boleh berlokasi di danau, sungai, dan laut
b. Disusun berdasarkan 3 tahapan yaitu :
1). Tahap regional yang merupakan tahapan untuk menghasilkan peta berisi
daerah atau tempat dalam wilayah tersebut yang terbagi menjadi beberapa
zona kelayakan.
2). Tahap penyisih yang merupakan tahapan untuk menghasilkan satu atau dua
lokasi terbaik di antara beberapa lokasi yang dipilih dari zona-zona
kelayakan pada tahap regional.
3). Tahap penetapan yang merupakan tahap penentuan lokasi terpilih oleh
instansi yang berwenang.
c. Dalam hal suatu wilayah belum bisa memenuhi tahapan regional, pemilihan
lokasi TPA sampah ditentukan berdasarkan skema pemulihan lokasi TPA
sampah ini dapat dilihat pada lampiran kriteria yang berlaku pada tahap
penyisih.
2.5.2 Metode TPA
Pembuangan akhir sampah merupakan proses terakhir dalam siklus
pengelolaan persampahan formal. Fase inii dapat menggunakan berbagai metode
dari yang sederhana hingga tingkat teknologi tingkat tinggi. Metode pembuangan
akhir yang banyak dikenal adalah :
a. Open dumpling, metode ini merupakan cara pembuangan akhir yang sedrhana
karena sampah hanya ditumpuk di lokasi tertentu tanpa perlakuan khusus.
b. Control landfill, metode ini merupakan peralihan antara teknik open dumpling
dan sanitary landfill. Pada metode ini sampah ditimbun dan diratakan. Pipa –
pipa ditanam pada dasar lahan untuk mengalirkan air lindi (leachate) dan di
29
tanam secara vertikal untuk mengeluarkan metan ke udara. Setelah timbunan
sampah penuh lalu dilakukan penutupan terhadap hamparan sampah tersebut
dengan tanah yang dipadatkan.
c. Sanitary landfill, teknik ini adalah cara penimbunan sampah padat pada suatu
hamparan lahan dengan memperhatikan keamanan lingkungan karena telah ada
perlakuan terhadap sampah. Pada teknik ini, sampah dihamparkan hingga
mencapai ketebalan tertentu lalu dipadatkan, kemudian dilapisi tanah dan
dipadatkan kembali,, di atas lapisan tanah penutup tadi dapat dihamparkan lagi
sampah yang kemudian ditimbun lagi dengan tanah. Demikian seterusnya
berselang-seling antara lapisan tanah dan sampah. Metode ini lebih baik dari
metode lainnya. Konsekuensi dari pembuangan sampah ini adalah
dibutuhkannya lahan yang luas serta biaya pengelolaan yang besar.
2.5.3 Gambaran Umum TPA Sampah SUPIT URANG
TPA Supit Urang yang terletak di kelurahan Mulyorejo seluas 15 Ha. Setiap
hari ada sekitar 400 ton sampah yang masuk ke TPA sampah. Dari luasan tersebut,
sudah sebesar 75% sudah penuh dengan sampah. Menurut kepala dinas kebersihan
dan pertamanan kota Malang, secara de facto TPA Supit Urang sudah menjadi TPA
bersama karena setiap harinya juga melayani sampah dari kabupaten Malang seperti
dari daerah Wagir dan Pakis yang berada di perumahan Sawojajar II(Malang Post,
22 Agustus 2015).
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Supit Urang merupakan salah satu contoh
TPA yang menerapkan sistem controlled landfill. TPA ini merupakan satu-satunya
TPA yang berada di dalam kota Malang. Layanan TPA ini mencakup seluruh
30
sampah yang ada di dalam kota dan sekitarnya. TPA Supit Urang menjadi lokasi
TPA regional.
Dalam perspektif kabupaten Malang, kalau TPA Supit Urang dijadikan
sebagai lokasi TPA regional dikhawatirkan tidak bisa bertahan lama karena lahan
yang dimiliki sudah sempit. Kekhawatiran ini didasarkan pada pengalaman tahun
2000 dimana TPA Supit Urang pernah berhenti beroperasi akibat over load. Jumlah
sampah di lokasi penimbunan menjadi 172 040 ton pada tahun 2007. TPA
memiliki 4 sel yang sudah terisi penuh, 1 sel sedang operasional dan 1 untuk
persiapan selanjutnya. TPA memiliki 491.875 m3 dan 319.580 m3 yang masih
kosong. Diasumsikan tempat tersebut akan terisi penuh dan ditutup pada 2017,
produksi sampah pada tahun tersebut 39 980 541 ton/ tahun, akumulasi adalah
3,151,273,375 ton. Terlebih lagi jenis sampah yang dibuang di tempat ini
kebanyakan adalah sampah organik yang berasal dari pasar-pasar. Hal ini
menyebabkan sampah lebih cepat membusuk dan menghasilkan polutan yang dapat
mencemari air tanah.
Suatu hal yang sangat penting berkaitan dengan lingkungan pada saat
pembuangan dan pengoperasian TPA adalah terbentuknya cairan yang mengandung
bahan pencemar yang mengandung bahan bahan pencemar dengan konsentrasi
tinggi disebut leachate (lindi). Lindi ini terbentuk pada saat air menembus melalui
timbunan sampah yang mengalami proses dekomposisi. Masuknya lindi ke dalam
perairan baik, air sungai maupun ait tanah akan dengan segera menyebabkan
turunnya kualitas air tersebut.
Sumber air yang memicu timbulnya lindi berasal umumnya dari rembesan air
hujan ke dalam timbunan sampah atau air tanah yang tinggi di samping cairan yang
31
terkandung dalam sampah. Pada saat air menembus dalam timbunan sampah akan
terjadi reaksi dengan sampah baik secara kimiawi maupun biologis. Proses biologis
akan berlangsung secara terus menerus di dalam timbunan sampah sampai jangka
waktu yang panjang tergantung pada tahap penguraian yang ada dan ketersediaan
oksigen. Hasil dari proses kimia maupun biologis tersebut akan menambah
kandungan zat pencemar dalam air yang dilaluinya.
Tujuan dan fungsi dari pengolahan lindi di TPA adalah untuk mengolah lindi
yang telah terkumpul sehingga dapat dibuang secara aman ke dalam air penerima
dan tidak menimbulkan pencemaran terhadap sekitarnya baik sungai maupun air
tanah. Karakteristik kimiawi dari air lindi tergantung pada komposisi dan
karakteristik sampah serta kondisi dalam TPA seperti temperatur, kelembapan,
tahap dekomposisi, kedalaman TPA dan lain-lain. Struktur dan teknologi
pembuangan lindi juga secara langsung akan mempengaruhi kualitas lindi yang
dihasilkan. Dalam perencanaan TPA perlu dipertimbangkan jumlah lindi yang akan
timbul terutama dalam perencanaan fasilitas pengolahannya. Secara umum jumlah
lindi tergantung pada beberapa hal :
a. Air yang jatuh di atas tumpukan sampah pada saat operasi TPA
b. Air yang mengalir ke dalam TPA dari sekelilingnya.
c. Air yang terkandung dalam sampah.
d. Rembesan air melalui lapisan tanah penutup.
e. Ari yang menembus dinding TPA.
f. Air yang mengalir ke dalam timbunan sampah dari air tanah.
32
( Sumber : Dokumen Pribadi )
Gambar 2.2 : Pintu masuk TPA Supit Urang
( Sumber : Dokumen Pribadi )
Gambar 2.3 : Tumpukan sampah di TPA Supit Urang
(Sumber : Dokumen Pribadi )
Gambar 2.4 : Lahan yang tertutupi oleh sampah di TPA
33
Analisa kualitas air tanah di sekitar daerah Tempat Penmbuanngan Akhir
Supit Urang harus mengetahui data geografis dari daerah tersebut. Data geografis
digunakan sebagai penentuan titik sampling untuk pengambilan sampel air tanah.
Penentuan lokasi titik sampling kualitas air tanah diutamakan pada lokasi TPA
Supit Urang. Setelah dilakukan observasi awal di daerah tersebut di dapatkan hasil
sebagai berikut :
- Sebelah utara : berbatasan dengan sungai Sumber Songo dengan jarak
sekitar kurang lebih 300 meter
- Sebelah timur : tempat pemukiman penduduk dengan jarak kurang lebih
500 meter
- Sebelah selatan : berbatasan dengan sungai Gandulan dengan jarak kurang
lebih 200 meter
- Sebelah barat : merupakan perbukitan atau lembah (kebun tebu)
Dari data geografis tersebut dapat ditentukan tempat pengambilan sampel air
dapat dilakukan di sebelah timur TPA Supit Urang yang merupakan tempat
pemukiman warga. Pola sampling yang diatur dengan jarak terdekat dari Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) yaitu 300m, 400m, dan 500m. Setiap jarak terdekat
diambil masing-masing sebanyak 3 sampel air tanah.
Pemukiman di sekitar TPA Supit Urang sudah di aliri oleh air bersih yang
disediakan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Saluran air dari PDAM
ini dapat di dapat oleh masyarakat yang disediakan oleh pengelola TPA Supit
Urang yang diajukan langsung dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BPPD) Kota Malang akan tetapi banyak warga yang masih menggunakan air
34
sumur tanah karena warga merasa terbebani dengan biaya bulanan meskipun biaya
pembuatan saluran air ini gratis.
Keadaan sumur air di sekitar Tempat Pembuangan Akhir Supit Urang masih
sangat tradisional hanya menggunakan batu bata sebagai tandon air. Banyak
masyarakat yang menggunakan kerek dan timba sebagai alat untuk mengambil air
dan hanya beberapa menggunakan pompa air atau biasanya disebut SANYO oleh
masyarakat sekitar.
Dari observasi yang dilakukan dari 9 sampel yang diteliti 7 sampel sumur air
masih menggunakan ember dan kerek dan 2 sampel sumur air menggunakan pompa
air. Semua sumur yang diteliti hanya menggunakan batu bata dengan lapisan semen
hanya di bagian atas tandon air saja.
Timbunan sampah di tempat pembuangan akhir (TPA), akan mengalami
proses penguraian secara alami. Pada saat itulah aliran air yang melintas melalui
tumpukan sampah akan meresap ke dalam timbunan sampah dan menghasilkan
cairan rembesan dengan kandungan polutan dan kebutuhan oksigen yang sangat
tinggi. Keberadaan tersebut oleh Clark (1977) dalam Yuli Nuraini, (2009) disebut
dengan istilah “leachate” atau air lindi. Lebih jauh dikatakan bahwa keberadaan air
lindi tersebut akan mempengaruhi kondisi air di permukaan dan air tanah dangkal
disekitar tempat pembuangan akhir (TPA) karena kualitas air menjadi rendah.
Air Lindi merupakan sumber utama pencemar air permukaan dan air tanah
yang berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan mikroba air. Keberadaan lindi
tersebut menyebabkan turunnya kualitas air. Akibat yang ditimbulkan tercemarnya
air tanah disekitar tempat pembuangan akhir (TPA) dikarenakan air sumur
penduduk sebagai sumber air baku (air minum, memasak, mandi dan cuci) akibat
35
akumulasi air lindi. Tercemarnya air sumur warga juga disebabkan oleh sumur-
sumur sederhana yang tidak menggunakan beton sebagai tandon air yang
mempermudah proses perembesan cemaran air baik pada saat hujan ataupun hari
biasa.
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah membutuhkan ruang atau tempat
yang luas dan disyaratkan jauh dari pemukiman penduduk. Dengan adanya
keterbatasan lahan di berbagai kota besar, maka tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah lambat laun akan menjadi masalah bagi masyarakat sekitar (Srikandi F,
2011 ). Kondisi demikian seharusnya warga menaati peraturan yang sudah
diberikan oleh petugas setempat dengan menggunakan saluran air yang disediakan
oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk kebaikan bersama dan agar air
yang akan dikonsumsi setiap hari terhindar dari berbagai penyakit.
2.6 Tinjauan tentang Sumber Belajar
Pembelajaran merupakan keterpaduan dua proses yaitu, belajar dan mengajar
(Purnomo, 2012). Menurut Sanjaya (2008) pembelajaran dapat diartikan sebagai
proses kerja sama antara guru dan siswa dalam memanfaatkan segala potensi dan
sumber yang ada baik potensi yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri
seperti minat, bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar
maupun potensi yang ada di luar diri siswa seperti lingkungan, sarana dan sumber
belajar sebagai upaya untuk mencapai tujuan belajar tertentu. Sebagai suatu proses
kerja sama, pembelajaran tidak hanya menitikberatkan pada kegiatan guru atau
kegiatan siswa saja, akan tetapi guru dan siswa secara bersama-sama berusaha
mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan demikian, kesadaran
dan keterpahaman guru dan siswa akan tujuan yang harus dicapai dalam proses
36
pembelajaran merupakan syarat mutlak yang tidak bisa ditawar, sehingga dalam
prosesnya, guru dan siswa mengarah pada tujuan yang sama.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan
belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil
belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat tidak hanya dari hasil belajar
(output) namun juga dilihat dari proses berupa interaksi siswa dengan berbagai
macam sumber yang dapat merangsang siswa untuk belajar dan mempercepat
pemahaman dan penguasaan bidang ilmu yang dipelajarinya. (Sanjaya, 2008). Dari
berbagai sumber belajar yang ada dan mungkin didayagunakan dalam pembelajaran
sedikitnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: manusia, bahan, lingkungan, alat
atau peralatan, dan aktivitas (Mulyasa, 2007).
Suhardi (2007) dalam Kusuma (2012) mendefinisikan sumber belajar biologi
adalah sesuatu baik benda maupun gejalanya yang dapat dipergunakan untuk
memperoleh pengalaman dalam rangka pemecahan permasalahan biologi tertentu.
Sumber belajar biologi dalam proses pembelajaran biologi dapat diperoleh di
sekolah ataupun di luar sekolah. Penggunaan sumber belajar sebagai bahan ajar
tergantung dari macam sumber belajarnya. Dilihat dari pembuatan dan
peruntukannya, menurut Sitepu (2008) sumber belajar dikategorikan ke dalam
sumber belajar yang dirancang dan dikembangkan secara khusus (by design) untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan sumber belajar karena dimanfaatkan (by
utilization). Dalam merancang dan mengembangkan sumber belajar by design
diterapkan proses rekayasa yang sistematis dan berurutan dengan menggunakan
berbagai disiplin ilmu serta hasil-hasil penelitian. Sedangkan sumber belajar by
utilization bukan dirancang dan dibuat khusus untuk keperluan belajar dan
37
membelajarkan, tetapi dapat dimnfaatkan untuk mencapai tujuan belajar dan
membelajarkan tertentu.
2.6.1 Macam-Macam Sumber Belajar
Penggunaan sumber belaja rsebagai bahan ajar tergantung dari macam
sumber belajarnya.Pada prinsipnya sumber belajar dibedakan menjadi dua macam
menurut Suhardi dalam Kusuma (2012) yaitu:
1. Sumber belajar yang siap digunakan dalam proses pembelajaran tanpa ada
penyederhanaan dan atau modifikasi (by utilization).
2. Sumberbelajar yang disederhanakan dan atau dimodifikasi (dikembangkan atau
by design).
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk :
a. Buku, yakni lembar kertas yang berjilid, baik berisi tulisan maupun kosong.
Buku sebagai sumber belajar adalah buku yang berisi teks tertulis yang
mengandung ilmu pengetahuan. Ada berbagai jenis buku, seperti buku ajar,
ilmiah, populer, fiksi, nonfiksi, novel, komik, dan lain sebagainya.
b. Majalah, yakni terbitan berkala yang isinya mencakup berbagai liputan
jurnalistik dan pandangan tentang topik aktual yang patut diketahui pembaca.
c. Brosur, yakni bahan informasi tetulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara sistematis. Misalnya, brosur tentang organisasi atau institusi sekolah.
d. Poster, yakni plakat yang di pasang ditempat umum, biasanya berupa
pengumuman atau iklan.
e. Ensiklopedia, yakni buku (serangkaian buku) yang menghimpun keterangan atau
uraian tentang berbagai hal dalam bidang seni dan ilmu pengetahuan, yang
38
disusun menurut abjad atau lingkungan ilmu. Contohnya, ensiklopedia flora,
ensiklopedia hewan.
f. Film, yakni selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif
(yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di
dalam bioskop) contoh, film kartun, film seri, film dokumentar dan sebagainya.
g. Model, yakni barang tiruan yang kecil dengan bentuk (rupa) persis seperti yang
ditiru. Contohnya, model manusia, model pesawat terbang.
h. Transparansi, yakni barang (plastik dan sejenisnya) yang tembus cahaya, yang
akan dipakai untuk menayangkan tulisan (gambar) pada layar proyektor.
i. Studio, yakni ruang tempat bekerja atau ruangan yang dipakai untuk menyiarkan
acara radio atau televisi.
j. Permainan, yakni sesuatu yang digunakan untuk bermain, barang atau sesuatu
yang dipermainkan (Prastowo, 2011).
2.7 Handout
Handout adalah “segala sesuatu” yang diberikan kepada siswa ketika
mengikuti pembelajaran. Handout dimaksudkan untuk memperlancar dan
memberikan bantuan informasi atau materi pembelajaran sebagai pegangan bagi
siswa. Handout dapat digunakan untuk beberapa kali pertemuan, tergantung dari
disain dan lama waktu penyelesaian suatu materi pembelajaran tersebut (Badan
Pengembangan Akademik UII, 2009).
Handout berasal dari bahasa Inggris yang berarti informasi, berita atau surat
lembaran. Handout termasuk media cetakan yang meliputi bahan-bahan yang
disediakan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi belajar. Biasanya diambil
dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau
39
kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.
Handout biasanya merupakan bahan ajar tertulis yang diharapkan dapat mendukung
bahan ajar lainnya atau penjelasan dari guru. Untuk memperolehnya, handout bisa
didapatkan melalui berbagai cara, misalnya dengan mengunduh dari internet atau
menyadur dari sebuah buku (Kamila, 2009).
Tabel 2.3 Struktur bahan Ajar Cetak (Printed)
No. Komponen Ht Bu Ml LKS Bro Lf Wch F/Gb Mo/M
1. Judul √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. Petunjuk belajar - √ √ - - - - -
3. KD/MP - √ √ √ √ √ ** ** **
4. Informasi pendukung √ √ √ √ √ ** ** **
5. Latihan - √ √ - - - - - -
6. Tugas/langkah kerja - √ √ - - - ** **
7. Penilaian - √ √ √ √ √ ** ** ** Keterangan:Ht: handout, Bu:Buku, Ml:Modul, LKS:Lembar Kegiatan Siswa, Bro:Brosur,
Lf:Leaflet, Wch:Wallchart, F/Gb:Foto/ Gambar, Mo/M: Model/Maket. (Sumber: Depdiknas, 2008)
Komponen di dalam penyusunan handout menurut Direktorat Pembinaan
SMA (2014) adalah:
1. Judul/identitas
2. SK/KD
3. Materi Pembelajaran
4. Informasi pendukung
5. Paparan isi materi
Menurut Depdiknas (2008) langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
seorang guru dalam menyusun handout adalah sebagai berikut:
40
a. Melakukan analisis kurikulum.
b. Menentukan judul handout, sesuaikan dengan KD dan materi pokok yang akan
dicapai.
c. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Upayakan referensi terkini
dan relevan dengan materi pokoknya.
d. Menulis handout, dalam menulis upayakan agar kalimat yang digunakan tidak
terlalu panjang, untuk siswa SMA diperkirakan jumlah kata per kalimatnya
tidak lebih dari 25 kata dan dalam satu paragraf usahakan jumlah kalimatnya 3-
7 kalimat saja.
e. Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang, bila perlu dibaca orang
lain terlebih dahulu untuk mendapatkan masukan.
f. Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.
g. Gunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi handout
misalnya buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian.
Dengan demikian, keberadaan handout memiliki arti penting bagi kegiatan
pembelajaran. Karena melalui handout, keingintahuan peserta didik terhadap ilmu
pengetahuan meningkat, sehingga mereka selalu terdorong untuk belajar dan terus
belajar.
2.8 Kerangka Konsep Dan Hipotesis
2.8.1 Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu kepada teori yang ada dimana variabel
yang diteliti terdiri dari variabel kualitas air tanah secara fisikyang terdiri dari
parameter warna, bau, rasa, zat padatan terlarut (TDS) dan kekeruhan. Variabel
41
kualitas air tanah secara kimia yaitu parameter pH, besi , nitrat, nitrit dan mangan.
Serta variabel kualitas air tanah secara biologi yaitu total coliform.
2.8.2 Hipotesis
1. Kualitas air tanah di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Dusun Supit Urang Kelurahan Mulyorejo Sukun Kota Malang yang
ditinjau dari sifat fisik, kimia dan mikrobiologi tidak sesuai dengan
standart Baku Mutu Air Bersih pada Peraturan Menteri Kesehatan RI
No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat-syarat dan Pengawasan
Kualitas Air Bersih pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah
Dusun Supit Urang Kelurahan Mulyorejo Sukun Kota Malang
2. Hasil penelitian dapat dikembangkan menjadi sumber belajar biologi
SMA.
Sampel air tanah
Kualitas air tanah secara fisik :
- Warna - Bau - Rasa - Zat padatan terlarut - Kekeruhan
Kualitas air tanah secara kimia : - pH - Besi - Nitrat dan Nitrit - Mangan
Kualitas air secara biologis : - Total coliform