bab ii tinjauan pustaka 2.1 ikan...

23
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Tuna Tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies dari famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan ini adalah perenang andal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya. Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru (Thunnus thynnus), dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan dalam kondisi yang beragam. Kebanyakan bertubuh besar, tuna adalah ikan yang memiliki nilai komersial tinggi. Gambar 2.1 Ikan Tuna Tingginya nilai jual tuna, jenis ikan yang paling banyak dicari dan dicuri dari laut Indonesia, disebabkan karena rasanya yang lezat. Selain itu, banyak kandungan zat gizi yang mampu menyehatkan orang dewasa dan mencerdaskan anak-anak. Ikan merupakan bahan pangan yang sangat tinggi peminatnya. Salah satu jenis ikan yang banyak diminati, baik di pasar lokal maupun internasional, adalah ikan tuna, yang dalam bahasa latinnya dikenal sebagai Thunnus sp dan

Upload: others

Post on 04-Jan-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ikan Tuna

Tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies dari famili

Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan ini adalah perenang andal (pernah

diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki

daging berwarna putih, daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Hal

ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya.

Beberapa spesies tuna yang lebih besar, seperti tuna sirip biru (Thunnus thynnus),

dapat menaikkan suhu darahnya di atas suhu air dengan aktivitas ototnya. Hal ini

menyebabkan mereka dapat hidup di air yang lebih dingin dan dapat bertahan

dalam kondisi yang beragam. Kebanyakan bertubuh besar, tuna adalah ikan yang

memiliki nilai komersial tinggi.

Gambar 2.1 Ikan Tuna

Tingginya nilai jual tuna, jenis ikan yang paling banyak dicari dan dicuri

dari laut Indonesia, disebabkan karena rasanya yang lezat. Selain itu, banyak

kandungan zat gizi yang mampu menyehatkan orang dewasa dan mencerdaskan

anak-anak. Ikan merupakan bahan pangan yang sangat tinggi peminatnya. Salah

satu jenis ikan yang banyak diminati, baik di pasar lokal maupun internasional,

adalah ikan tuna, yang dalam bahasa latinnya dikenal sebagai Thunnus sp dan

6

dalam bahasa Inggris disebut skipjack. Ikan tuna mempunyai daerah penyebaran

sangat luas atau hampir disemua daerah tropis maupun subtropis. Nilai gizi tuna

yang sangat baik, kandungan omega-3-nya membuat tuna mempunyai seribu satu

manfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, hal itu harus didukung dengan pemilihan,

pengolahan, dan penyimpanan tuna yang baik. Ikan tuna yang masih segar

sebaiknya disimpan di lemari es (jika akan segera digunakan) atau dibekukan (jika

ingin disimpan untuk beberapa lama). Dilihat dari komposisi gizinya, tuna

mempunyai nilai gizi yang sangat luar biasa. Kadar protein pada ikan tuna hampir

dua kali kadar protein pada telur yang selama ini dikenal sebagai sumber protein

utama. Kadar protein per 100 gram ikan tuna dan telur masing-masing 22 g dan

13 g. Ikan tuna juga kaya berbagai mineral penting yang esensial bagi tubuh.

Kandungan iodium pada ikan tuna mencapai 28 kali kandungan iodium pada ikan

air tawar. Iodium sangat berperan penting untuk mencegah penyakit gondok dan

meningkatkan kecerdasan anak. Selain itu, ikan tuna juga kaya akan selenium.

Konsumsi 100 gram ikan tuna cukup untuk memenuhi 52,9 persen kebutuhan

tubuh akan selenium. Selenium mempunyai peran penting di dalam tubuh, yaitu

mengaktifkan enzim antioksidan glutathione peroxidase. Enzim ini dapat

melindungi tubuh dari serangan radikal bebas penyebab berbagai jenis kanker.

Dilihat dari perbandingan kalium dan natrium, ikan tuna baik untuk penderita

jantung. Makanan ini tergolong makanan sehat untuk jantung dan pembuluh darah

bila mengandung rasio kalium dan natrium minimal 5 berbanding 1. Perbandingan

kalium dan natrium mencapai 6,4:1 pada tuna sirip biru; 11:1 pada tuna jenis

skipjack; dan 12:1 pada tuna yellow fin. Kalium diketahui bermanfaat untuk

mengendalikan tekanan darah, terapi darah tinggi, serta membersihkan

karbondioksida di dalam darah. Kalium juga bermanfaat untuk memicu kerja otot

7

dan simpul saraf: Kalium yang tinggi akan memperlancar pengiriman oksigen ke

otak dan membantu memperlancar keseimbangan cairan tubuh. Kandungan

vitamin pada ikan tuna, terutama jenis sirip biru sangat tinggi, yaitu mencapai

2,183 IU. Konsumsi 100 gram ikan tuna sirip biru cukup untuk memenuhi 43,6

persen kebutuhan tubuh akan vitamin A setiap hari. Vitamin A sangat baik untuk

pemeliharaan sel epitel, peningkatan imunitas tubuh, pertumbuhan, penglihatan,

dan reproduksi. Ikan tuna juga merupakan sumber yang baik untuk vitamin B6

dan asam folat. World's Health Rating dari The George Mateljan Foundation

menggolongkan kandungan vitamin B6 tuna ke dalam kategori sangat bagus

karena mempunyai nutrient density yang tinggi, yaitu mencapai 6,7 (batas

kategori sangat bagus adalah 3,4-6,7). Vitamin B6 bersama asam folat dapat

menurunkan level homosistein. Homosistein merupakan komponen produk antara

yang diproduksi selama proses metilasi. Homostein sangat berbahaya bagi

pembuluh arteri dan sangat potensial untuk menyebabkan terjadinya penyakit

jantung. Meskipun ikan tuna mengandung kolesterol, kadarnya cukup rendah

dibandingkan dengan pangan hewani lainnya. Kadar kolesterol pada ikan tuna 38-

45mg per 100gr daging.

Kandungan gizi yang tinggi membuat tuna sangat efektif untuk

menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya stroke. Sebuah studi yang

pernah dilakukan selama 15 tahun menunjukkan bahwa konsumsi ikan tuna 2-4

kali setiap minggu, dapat mereduksi 27% resiko penyakit sroke daripada yang

hanya mengkonsumsi 1 kali dalam sebulan. Konsumsi 5 kali atau lebih dalam

setiap minggunya dapat mereduksi penyakit stroke hingga 52 persen. Konsumsi

tuna 13 kali per bulan dapat mengurangi risiko tubuh dari ischemic stroke, yaitu

stroke yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah ke otak. Sebuah penelitian

8

yang dipublikasikan pada 6th Congress of The International Society for the Study

of Fatty Acids and Lipid pada Desember 2004 membuktikan bahwa ikan tuna

dapat mencegah obesitas dan sangat baik untuk penderita diabetes melitus tipe 2.

Hal itu disebabkan kandungan EPA (eicosapentaenoic acid) yang tinggi pada ikan

tuna dapat menstimulasi hormon leptin, yaitu sebuah hormon yang membantu

meregulasi asupan makanan. Dengan regulasi tersebut, tubuh akan terhindar dari

konsumsi makanan secara berlebihan, penyebab obesitas.

2.2 Motor Penggerak

Motor adalah suber tenaga untuk menggerakkan suatu mesin. Putaran yang

dihasilkan motor ditransmisikan ke puli dengan menggunakan sabuk. Motor yang

digunakan pada mesin ini adalah motor dengan pertimbangan:

a. Getaran yang ditimbulkan halus

b. Pengoperasiannya mudah

c. Perawatannya mudah

d. Ringan

e. Hemat

Rumus yang dipakai untuk menetukan daya motor yaitu:

KWnT

P102

)60/2).(1000/( (Sularso 1997:7)

dimana: P = Daya motor yang dibutuhkan (W)

T = Torsi (Kg.mm)

n = Putaran motor dalam rpm

Pd = Fc . P ( Kw ) ( Sularso. 1997: 7)

9

Daya yang di Transmisikan Fc

Daya rata – rata yang diperlukan 1.2 – 2.0

Daya maksimum yang direncanakan 0.8 – 1.2

Daya normal 1.0 – 1.5

Sumber : ( Sularso, 1997 : 7 )

2.3 Poros

Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.

Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama dengan putaran. Peranan utama

dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros (Sularso dan Suga, 1997:1).

Memilih bahan dan perhitungan poros, maka diperlukan pertimbangan sebagai

berikut:

a. Klasifikasi poros

Poros dalam meneruskan daya diklasifikasikan menurut pembebanannya

sebagai berikut (Sularso, 1997:1) .

1) Poros transmisi

Poros semacam ini mencapai beban puntir murni dan lentur. Daya

ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli sabuk atau

sprocket, rantai, dan lain-lain. (Sularso, 1997:1)

2) Spindel

Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin

perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran. Syarat yang harus

dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta

ukurannya harus teliti. (Sularso, 1997:1)

10

3) Gandar

Poros ini biasanya dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana

tidak mendapatkan beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh

berputar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika digerakkan

untuk penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.

Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus umum,

poros engkol, dan poros fleksibel. Poros engkol sebagai poros utama dari torak

sedangkan poros fleksibel untuk transmisi daya yang kecil agar mempunyai

kebebasan untuk perubahan arah. (Sularso, 1997:1)

b. Hal penting dalam merancang poros

1) Kekuatan poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur atau

gabungan antara keduanya. Selain itu ada juga poros yang mendapat beban

tarik dan tekan seperti yang terjadi pada poros baling-baling kapal atau

turbin. Kelelahan timbul akibat tumbukan atau pengaruh konsentrasi

tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila poros mempunyai alur

pasak harus diperhatikan. Dalam perencanaan sebuah poros, kekuatan poros

terhadap beban-beban seperti tersebut di atas harus diperhatikan. (Sularso,

1997:1)

2) Kekakuan poros

Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup, tetapi jika

terjadi lenturan atau defleksi yang terlalu besar akan mengakibatkan ketidak

telitian atau getaran dan suara. Karena itu, di samping kekuatan poros,

kekakuannya juga harus diperhatikan. (Sularso, 1997:2)

11

3) Putaran kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran

tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut

putaran kritis. Hal ini dapat terjadi pada turbin, motor torak, motor listrik,

dan lain-lain, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian-

bagian lainnya. Jika mungkin, poros harus direncanakan sedemikian rupa

hingga putaran kerjanya lebih rendah dari putaran kritisnya. (Sularso,

1997:2)

4) Bahan poros

Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik

dingin dan difinish. Baja karbon dari konstruksi mesin disebut baja S-C dari

baja yang dioksidasi dengan ferisilikon dan dicor, kadar karbon terjamin.

Penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan

kekuatannya bertambah besar. Poros yang dipakai untuk meneruskan

putaran tinggi dan beban, umumnya dibuat dari baja paduan dengan

pengerasan kulit yang sangat tahan terhadap keausan. (Sularso, 1997:2)

5) Korosi

Bahan-bahan yang tahan korosi harus dipilih untuk poros propeller

dan pompa bila terjadi kontak dengan fluida yang korosif. Demikian pula

untuk poros-poros yang direncanakan akan terjadi sampai pada batas-batas

tertentu dapat pula dilakukan perlindungan terhadap poros, kavitasi, dan

poros-poros mesin yang sering berhenti lama. (Sularso, 1997:2).

12

c. Perhitungan dalam perancangan poros

1) Momen Puntir Pada Poros (T)

1

5 .10.74,9n

PT d (Sularso, 1997:7)

dimana, T = momen puntir ( kg.mm )

Pd = daya rencana ( KW )

n1 = putaran dalam ( rpm )

2) Tegangan Pada Poros

a) Tegangan geser ( τ )

τ = 3

.1,5

sd

T (Sularso, 1997:7)

dimana, T = momen puntir (kg.mm)

ds = diameter poros ( mm )

b) Tegangan geser yang diijinkan ( τa )

τa =

21.SfSf

t (Sularso, 1997: 8)

dimana: t

= tegangan tarik

1Sf = faktor keamanan

2Sf = faktor keamanan

c) Diameter Poros (Ds)

3

1

22..

1,5

TKtMKm

ads

(Sularso, 1997:18)

dimana, K = faktor koreksi (1,5 untuk beban dengan tumbukan ringan)

Kt = faktor koreksi (1 untuk beban dikenakan secara halus)

M = momen lentur gabungan maksimum (kg.mm)

T = momen puntir (kg.mm)

13

d) Putaran Kritis (Ncr)

W

L

ll

dN s

cr ..

.5270021

2

(Sularso, 1997:19)

dimana : L = panjang poros antara bantalan penumpu

l1,l2 = jarak dari bantalan yang bersangkutan ke titik pembebanan

W = berat total benda yang berputar

2.4 Pasak

Menurut Sularso (1987;25), Pasak merupakan suatu elemen mesin yang

digunakan untuk menetapkan bagian-bagian mesin seperti roda gigi, pulli, dan

kopling pada poros. Pasak berfungsi sebagai pengunci antara roda gigi atau puli

pada poros sehingga daya yang ada dapat diteruskan, selain itu pasak berfungsi

untuk:

a. Menyambung beberapa mesin bagian yang satu terhadap bagian yang lain

dengan memakai pasak bertingkat.

b. Untuk memindahkan mesin yang satu dengan yang lain dalam satu arah

tertentu dengan menggunakan pasak penyetel.

c. Untuk menjaga agar elemen mesin tidak berputar (slip)

Pasak pada umumnya dapat digolongkan atas beberapa macam menurut

letaknya pada poros, antara lain; pasak pelana, pasak rata, pasak benam, dan

pasak singgung, yang umumnya berpenampang segi empat. Dalam arah

memanjang dapat berbentuk prismatis atau berbentuk tirus. Pasak benam

prismatis ada yang khusus dipakai sebagai pasak luncur. Disamping macam diatas

ada pula pasak tembereng dan pasak jarum (Sularso, 1997:24). Untuk

perencanaan pasak yang akan digunakan pasak benam.

14

Gambar 2.2 Macam-macam Pasak (Sumber : Sularso 1997:24)

Hal –hal Penting Dalam Perencanaan Pasak

Hal-hal yang haruss diperhatikan dalam perencanaan pasak, khususnya jenis

pasak rata adalah :

a. Gaya Tangensial (Ft)

Dari Momen rencana pada poros T (Kg/mm) dan diameter poros ds

(mm), maka gaya tangensial Ft (kg) pada permukaan poros adalah :

Kgds

TFt

)2/( (Sularso, 1997:25)

Dimana :

T = Momen Torsi Rencana ( Kg.mm)

ds = Diameter Poros (mm)

b. Tegangan Geser (τa)

Akibat dari gaya tangensial yang bekerja pada penampang B x L (mm²),

maka tegangan geser τa (Kg/mm²) yang ditimbulkan adalah :

)/(

.

2mmKgLB

Fta (Sularso,1997 : 25)

Dimana : B = Lebar Pasak (mm)

L = Panjang Pasak (mm)

15

c. Panjang Pasak

Dari tegangan yang diijinkan τa (Kg/mm²), maka panjang pasak yang

diperlukan dapat diperoleh dengan rumus sebagai berikut :

)(.

mmLB

Fta (Sularso,1997 : 25)

Sedangkan untuk tegangan geser yang diijinkan (τka) dapat diperoleh

dari rumus sebagai berikut :

)/(.

2

21

mmKgSfSf

akk

b (Sularso,1997 : 25)

Dimana :

b = Teganagn Tarik

Sfk1 = Harga yang di ambil (6)

Sfk2 = untuk beban yang dikenakan perlahan-lahan (1 sampai dengan 1,5)

Untuk beban dengan tumbukan ringan (1,5 sampai 3)

d. Tekanan Permukaan

Untuk menghindari kerusakan bidang samping pasak akibat tekanan

bidang, maka diperhitungkan pula tekanan permukaan dalam satuan (Kg/mm²),

sebagai berikut :

)/().(

2

21

mmKgtatautL

FtP (Sularso, 1997 : 27)

Dimana :

t1 = Kedalaman alur pasak pada poros (mm)

t2 = Kedalaman alur pasak pada naf (mm)

Dari harga tekanan yang diijinkan Pa sebesar 8 (Kg/mm²) untuk poros

diameter kecil dan 10 (Kg/mm²) untuk poros diameter besar. Sehingga pan-

jang pasak yang ditentukan dapat dihitung dengan rumus :

16

)/().(

2

21

mmKgtatautL

FtPa (Sularso,1997 : 27)

Dimana :

L = Panjang Pasak antara 0,75 sampai 1,5 mm dari diameter poros.

Pa = 8 kg/mm², untuk poros dengan diameter kecil (ds<100) dan,

Pa = 10 kg/mm², untuk diameter poros besar.

Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak hendaknya antara 25% -35% dari

diameter poros, dan panjang pasak sebaiknya jangan terlalu panjang ( antara

0,75 – 1,5 dari diameter poros ).

2.5 Sabuk

Pulli adalah suatu alat transmisi untuk dudukan sabuk dalam memindahkan

putaran dari pulli penggerak ke pulli yang digerakan. Transmisi dengan sabuk

menggunakan pulli sebagai dudukan sabuk. Dalam hal ini bentuk dari pulli yang

direncanakan harus sesuai dengan kebutuhan mesin. Dimana diameter pulli harus

diperhatikan agar perbandingan putaran yang diinginkan dapat diperoleh.

Kedudukan pulli harus sejajar agar pada waktu terjadi putaran antara sabuk dan

pulli tidak mengalami kerugian mekanis yang besar. Poros-poros tersebut harus

dipisah pada suatu jarak minimum tertentu yang tergantung pada jenis pemakaian

sabuk, agar bekerja secara efisien. Sabuk dibuat dengan bahan karet, kulit dan

campuran getah.

Menurut bentuk dari sabuk sebagai sistem transmisi, sabuk dapat dibagi

menjadi 4 macam, yaitu:

a. Sabuk Rata (Flat Belt):

Sabuk jenis ini biasanya dipasang pada pully silinder dan meneruskan

momen antara dua poros. Sabuk ini umumnya tidak menimbulkan suara (tidak

17

berisik), efisien pada putaran tinggi, dan dapat mentransmisikan daya besar

dengan jarak yang panjang.

b. Sabuk Penampang Trapesium (V-Belt)

Sabuk ini biasanya dipasang dengan cara membelitkannya dikeliling alur

pully berbentuk V dan meneruskan putaran dua poros. Sabuk jenis ini biasanya

digunakan pada jarak pendek dan daya yang dihasilkan besar pada tegangan

yang relatif rendah serta tidak ada sambungan pada sabuknya.

Gambar 2.3 Kontruksi Sabuk -V

Keterangan Gambar 2.3

1. Fabric and rubber cover

2. Fabric

3. Cords

4. Rubber

Gambar 2.4 Ukuran penampang sabuk V

18

c. Sabuk dengan Gigi (Timing Belt)

Sabuk jenis ini biasanya dipasang secara berpasangan dengan jenis

pully, untuk meneruskan putaran secara tepat. Sabuk jenis ini memiliki

kecenderungan selip yang kecil, daya yang ditransmisikan konstan dan dengan

adanya gigi memungkinkan untuk mendapatkan putaran rendah atau tinggi.

Gambar 2.5 Macam – macam sabuk

Diagram pemilihan sabuk

Sumber: Sularso dan Kiyokatsu Suga. Elemen Mesin (1987:164)

A. Sabuk V standart

B. Sabuk V unggul

C. Sabuk V penampang pendek

D. Sabuk V tugas ringan (Tipe L)

E. Sabuk V sempit

F. Sabuk V sudut lebar

G. Sabuk V putaran variabel

H. Sabuk gigi penampang pendek

I. Sabuk segi enam

J. Sabuk gilir

K. Sabuk berusuk banyak

L. Sabuk berlapis kulit dan nilon

19

Perhitungan yang digunakan untuk merencanakan sabuk yaitu:

a. Kecepatan Linier Sabuk

100060

ndπV

p

(Sularso,1997:166)

Dimana: V = Kecepatan linier sabuk (m/det)

dp = Diameter penggerak (m)

n = Putaran motor (rpm)

b. Jarak Sumbu Poros

8

)(8 22

pdDbbC

p

(Sularso, 1997:170)

Dimana :

)(14,32 pp dDLb

(Sularso, 1997:170)

c. Panjang Sabuk

2)(4

1)(

22 dpDp

CdpDpCL

(Sularso, 1997:170)

Dimana : C = jarak antara poros dua puli (mm)

L = panjang sabuk (mm)

Dp = Diameter puli yang digerakan (mm)

dp = Diameter puli penggerak (mm)

d. Sudut Kontak

.)(57

180C

dD pPo

(Sularso, 1997:172)

Dimana: α = Sudut kontak (rad)

Dp = Diameter Pully yang digerakkan (mm)

dp = Diameter Pully penggerak (mm)

C = Jarak sumbu poros (mm)

20

e. Berat Sabuk

ρLAWsb (Khurmi, 2005: 722)

Dimana: Wsb = Berat Sabuk (kg)

A = Luas Sabuk (m2)

ρ = Massa jenis sabuk (kg/m3)

L = Panjang sabuk (m)

f. Gaya Keliling Sabuk

(Dobrovolsky,tt:251)

Dimana : N = Daya Rencana (Kw)

v = kecepatan linier sabuk (m/s)

g. Beban Tarik Sabuk terhadap Poros

25,1

PSinR

(Dobrovolsky, tt:250)

Dimana : P = gaya keliling sabuk (kg)

θ = Sudut kontak puli (º)

2.6 Puli

Pully adalah suatu elemen mesin yang berfungsi untuk mengaitkan atau

meletakkan sabuk. Pada dasarnya pully mempunyai prinsip kerja yang sama

dengan sproket, perbedaannya terletak pada media yang dikaitkan. Jika pully yang

dikaitkan adalah sabuk, sedangkan sproket media yang dikaitkan adalah rantai.

Pully banyak dibuat dari bahan besi cor, baja cor, baja tempa dan paduan

alumunium. Pully dari bahan besi cor memiliki nilai koefisien gesek yang lebih

tinggi dibandingkan dengan pully dari bahan baja tempa. Kedudukan pully

v

NPrated

.102

21

penggerak dan pully yang digerakkan pada poros harus senter (lurus) agar sabuk

tidak mudah lepas dari kedudukan pully.

Perhitungan yang digunakan untuk merencanakan pully yaitu:

a. Diameter Pully Mesin

in

n

d

D

2

1

p

p (Sularso, 2004: 166)

Dimana: Dp = Diameter pully mesin (mm)

dp = Diameter pully penggerak (mm)

n1 = Putaran pully penggerak (rpm)

n2 = Putaran pully mesin (rpm)

i = Angka reduksi

b. Diameter Luar Puli

dk = dp + ( kt x 0,5 x lebar sabuk ) (Sularso, 1997:177)

c. ketebalan puli

B = (z-1) . t + 2.s ( Dobrovolsky,tt:231 )

d. Volume Pully

BD

4

πV 2

kp

Dimana: Vp = Volume pully (mm3)

B = Lebar pully (mm)

Dk = Diameter luar pully besar (mm)

e. Berat pully

pp VρW

Dimana: Wp = Berat pully (kg)

ρ = Massa jenis (kg/mm3)

Vp = Volume pully (mm3)

22

2.7 Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga

putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus dan aman.

Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin

lainnya bekerja dengan baik, maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau

tidak dapat bekerja secara semestinya (Sularso dan Suga, 1997:103). Selain itu

bantalan juga mempunyai peran sebagai pembatas gerak dari poros agar poros

selalu berada pada posisi yang benar. (Sularso, 1997:103)

Klasifikasi bantalan :

Pada dasarnya bantalan dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Sularso,

1997:103) :

a. Klasifikasi bantalan berdasarkan gerak bantalan

1) Bantalan Luncur

Pada bantalan ini terjadi gerakan luncur antara poros dan bantalan

karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan

perantaraan lapisan pelumas. Kelebihan dari bantalan luncur adalah

menghemat tempat arah radial, lebih tahan terhadap gaya-gaya kejutan

(tumbukan), gaya sentrifugal dan putaran tinggi, pembuatan mudah dan

daya tahan lama. Sedangkan kekurangannya adalah sering mengalami

kesulitan percobaan setelah dipasang, pemasangan sulit, system pelumas,

dan gesekan yang terjadi besar.

2) Bantalan Gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang

berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru),

23

rol atau rol jarum dan rol bulat. Kelebihan dari bantalan gelinding ini adalah

gesekan sangat kecil dan suhu yang ditimbulkan tidak terlalu tinggi,

perlawanan gesekan permulaan berputar dan setelah berputar hampir sama,

sedikit memerlukan pelumas tidak mengalami kesulitan mengenai

percobaan jalan, penggantian mudah, keausan poros tidak ada, menghemat

tempat arah aksial sehingga ukuran poros dapat diperpendek. Sedangkan

kekurangannya adalah memerlukan tempat agak besar arah radial, daya

tahan pendek, kurang tahan terhadap gaya tumbukan dan putaran tinggi,

serta pembuatannya sulit dan teliti.

Gambar 2.6 Macam-Macam Bantalan Gelinding (Sularso, 1997:129

b. Pemilihan bantalan berdasarkan arah beban

Maksudnya adalah pemposisian letak bantalan apakah sejajar dengan

poros atau tegak lurus dengan poros atau bahkan kedua-duanya artinya tegak

lurus dan sejajar dengan poros.

1) Bantalan radial

Arah beban bantalan radial ini tegak lurus dengan sumbu poros.

24

2) Bantalan aksial

Arah beban bantalan aksial ini sejajar dengan sumbu poros.

3) Bantalan kombinasi

Bantalan kombinasi ini mampu menumpu beban yang arahnya sejajar dan

tegak lurus dengan sumbu poros.

c. Perhitungan Bantalan

Dalam perencanaan ini dipakai bantalan gelinding karena gesekannya

sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur dan arah beban vertikal.

Menurut Sularso (1997:129) bantalan gelinding mempunyai karakteristik yaitu

cocok untuk beban kecil, gesekannya sangat rendah, pelumasannya sederhana,

dan ketelitiannya sangat tinggi.

1) Beban Ekivalen Dinamis (Pr)

Untuk bantalan radial (kecuali bantalan rol silinder) :

FaYFrvx ...Pr (Sularso, 1997:135)

Untuk bantalan aksial :

FaYFrxP .. (Sularso, 1997:135)

Dimana : x = faktor beban radial

v = faktor beban putaran cincin dalam

Y = faktor beban aksial

Fr = gaya radial pada tumpuan beban terbesar ( kg.m/s2 )

Fa = gaya aksial, untuk puli = 0 ( kg.m/s2 )

2) Faktor Kecepatan (fn)

3

1

3,33

nfn (Sularso, 1997:136)

25

3) Faktor Umur Bantalan (fh)

P

Cfnfh . (Sularso, 1997:136)

dimana : C = beban nominal spesifik (kg)

P = beban ekivalen dinamis (kg)

4) Umur Nominal Bantalan (Lh)

Bantalan bola Lh = 3)(500 fh

Bantalan rol Lh = 3

10

)(500 fh (Sularso, 1997:136)

5) Keadaan Umur Nominal

𝐿𝑛 = 𝐿ℎ. 𝑎1. 𝑎2. 𝑎3 (Sularso, 1997:136)

2.8 Roda Gigi

Roda gigi adalah salah satu elemen mesin yang berfungsi untuk mentransfer

daya dari satu poros ke poros lain tanpa terjadi slip. Tranmisi roda gigi

mempunyai keunggulan dibandingkan dengan sabuk atau rantai dimana lebih

ringkas,putaran lebih tinggi, tepat dan daya lebih besar.

Untuk lebih jelas bentuk dari roda gigi dapat dilihat pada gambar dibawah

ini:

Gambar 2.7 Nama-nama bagian roda gigi

Sumber: Sularso dan Kiyokatsu suga. Elemen Mesin (1987:214)

a. Menghitung gaya tangensial yang terjadi

26

Untuk menghitung besarnya gaya tangensial yang terjadi dapat

menggunakan persamaan yaitu sebagai berikut :

𝐹𝑡 =102𝑥𝑝𝑑

𝑉

Besarnya kecepatan dari roda gigi dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan :

𝑉 =𝜋 . 𝑑𝑜. 𝑛

60.1000(

𝑚

𝑑𝑡)

Dimana : do = Diameter lingkaran jarak bagi

n = putaran poros

b. Menghitung gaya radial

Untuk menghitung gaya radial yang terjadi dapat mengunakan persamaan

yaitu :

𝐹𝑟 = 𝐹𝑡 tan Ө

Gambar 2.8 Macam-macam roda gigi Sumber: Sularso (1987:214)

2.9 Saluran Masuk

27

Hopper merupakan saluran masuk ikan tuna yang akan digiling dan

dipisahkan daging dan tulangnya, bahan yang akan digunakan untuk perencanaan

hopper adalah plat besi yang tahan terhadap korosi.

Menurut Verlag Dr.-Ing. P. Chirstiani (1988:14) volume benda yang

berbentuk pyramid puntung dapat ditentukan volumenya dengan persamaan:

𝑉 =ℎ

3. (𝐴1 + 𝐴2 + √𝐴1 + 𝐴2

Dimana : V = Volume benda

h = Tinggi

A1 = Area dasar

A2 = Area permukaan puncak

Gambar 2.9 Pyramid punting

Luas area dasar dan permukaan puncak dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan :

𝐴 = 1. 𝑃

Dimana : A = Area

l = lebar

P = panjang