bab ii tinjauan pustaka 2.1 diare 2.2.1....

47
13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah (Simatupang, 2004). Pada literatur Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, neonatus dinyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali, sedangkan untuk bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak, frekuensinya lebih dari tiga kali (Simatupang, 2004). Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya, dan berlangsung dalam waktu kurang dari dua minggu atau kurang dari 14 hari. Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain (Ahlquist & Camilleri, 2005).

Upload: hoangnhi

Post on 03-Feb-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diare

2.2.1. Pengertian

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu

penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang

lembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih

dari biasa, yaitu tiga kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai

dengan muntah atau tinja yang berdarah (Simatupang, 2004).

Pada literatur Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, neonatus dinyatakan

diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari empat kali, sedangkan untuk

bayi berumur lebih dari satu bulan dan anak, frekuensinya lebih dari tiga kali

(Simatupang, 2004).

Diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan

konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair dan bersifat mendadak datangnya,

dan berlangsung dalam waktu kurang dari dua minggu atau kurang dari 14 hari.

Lebih dari 90% penyebab diare akut adalah agen penyebab infeksi dan akan

disertai dengan muntah, demam dan nyeri pada abdomen. 10% lagi disebabkan

oleh pengobatan, intoksikasi, iskemia dan kondisi lain (Ahlquist & Camilleri,

2005).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

14

2.2.2. Etiologi

Menurut Ngastiyah (2005) dan Hidayat (2006), berbagai macam faktor

yang dapat menjadi penyebab diare pada bayi :

a. Infeksi

Faktor ini dapat diawali adanya mikroorganisme (kuman) yang masuk

dalam saluran pencernaan yang kemudian berkembang dalam usus dan merusak

sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah permukaan usus. Selanjutnya

terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya mengakibatkan gangguan fungsi

usus dalam absorbsi cairan dan elektrolit. Atau juga dikatakan adanya toksin

bakteri akan menyebabkan sistem transport aktif dalam usus sehingga sel mukosa

mengalami iritasi yang kemudian sekresi cairan dan elektrolit akan meningkat.

1) Enteral yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan dan merupakan

penyebab utama terjadinya diare. Infeksi enteral meliputi:

a) Infeksi bakteri : Vibrio, E.coli, Salmonella, Shigella Compylobacter,

Yersenia dan Aeromonas.

b) Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie dan Poliomyelitis,

Adenovirus, Rotavirus dan Astrovirus).

c) Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichuris, Oxyuris, dan Strongylodies),

Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, dan Trichomonas

homonis), dan jamur (Candida albicans).

2) Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan,

seperti Otitis Media Akut (OMA), tonsilofaringitis, bronkopneumonia,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

15

ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama pada bayi dan anak dibawah

dua tahun.

b. Faktor Malabsorbsi

Merupakan kegagalan dalam melakukan absorbsi yang mengakibatkan

tekanan osmotik meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke

rongga usus yang dapat meningkatkan isi rongga usus sehingga terjadi diare.

1) Malabsorbsi kabohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),

monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa), pada bayi dan

anak yang terpenting dan tersering (intoleransi laktosa).

2) Maldigesti protein lengkap, karbihidrat dan trigliserida diakibatkan

insufisiensi eksokrin pankreas.

3) Gangguan atau kegagalan ekskresi pancreas menyebabkan kegagalan

pemecahan kompleks protein, karbohidrat dan terigliserida.

4) Pemberian obat pencahar; laktulosa, pemberian magnesium hydroxide

(misalnya susu magnesium).

5) Mendapat cairan hipertonis dalam jumlah besar dan cepat.

6) Pemberian makan atau minum yang tinggi karbohidrat, setelah mengalami

diare menyebabkan kekambuhan diare.

c. Faktor Makanan

Dapat terjadi apabila toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik.

Sehingga terjadi peningkatan peristaltik usus yang mengakibatkan penurunan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

16

kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare.

Contoh makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan.

d. Faktor Psikologis

Rasa takut dan cemas terutama pada bayi (jarang terjadi pada anak yang

lebih besar) dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan peristaltik usus yang

akhirnya mempengaruhi proses penyerapan makanan yang dapat menyebabkan

diare.

2.2.3. Faktor Resiko

Cara penularan diare melalui cara faecal-oral yaitu melalui makanan atau

minuman yang tercemar kuman atau kontak langsung tangan penderita maupun

orang sekitar yang bersentuhan atau tidak langsung melalui lalat ( melalui lima F :

faeces, flies, food, fluid, finger).

Faktor risiko terjadinya diare adalah:

a. Faktor Perilaku

1) Tidak memberikan ASI/ASI eksklusif dan memberikan Makanan

Pendamping (MP ASI) yang terlalu dini akan mempercepat bayi kontak

terhadap kuman.

2) Menggunakan botol susu terbukti meningkatkan risiko terkena penyakit

diare karena sangat sulit untuk membersihkan botol susu.

3) Tidak menerapkan kebiasaaan cuci tangan pakai sabun sebelum memberi

ASI/makan, setelah Buang Air Besar (BAB), dan setelah membersihkan

BAB anak.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

17

4) Penyimpanan makanan yang tidak higienis.

b. Faktor Lingkungan

1) Ketersediaan air bersih yang tidak memadai, kurangnya ketersediaan

fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK).

2) Kebersihan lingkungan dan kebiasaan pribadi yang buruk.

Disamping faktor risiko tersebut diatas ada beberapa faktor dari penderita

yang dapat meningkatkan kecenderungan untuk diare antara lain: kurang

gizi/malnutrisi terutama anak gizi buruk, penyakit imunodefisiensi/imunosupresi

dan penderita campak (Kemenkes RI, 2011).

Selain faktor resiko di atas teridentifikasi juga faktor-faktor yang dapat

menjadi penyebab maupun pencetus dan dapat mempengaruhi durasi terjadinya

diare, antara lain :

a. Faktor Orang Tua

Pendidikan orang tua adalah faktor yang sangat penting dalam keberhasilan

manajemen diare pada bayi atau anak. Orang tua dengan tingkat pendidikan

rendah, khususnya buta huruf tidak akan dapat memberikan perawatan yang tepat

pada bayi atau anak dengan diare karena kurangnya pengetahuan dan

ketidakmampuan menerima informasi (Khalili, 2006).

b. Faktor anak

Ada beberapa aspek yang dapat menjadi faktor resiko diare yang ada pada

anak, terutama yang berusia kurang dari dua tahun. Tidak diberikan ASI

Eksklusif, status imunisasi yang tidak lengkap, status gizi yang rendah, tidak

diberikan vitamin A dan penyakit yang diderita balita.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

18

1) Umur

Kebanyakan episode diare terjadi pada dua tahun pertama kehidupan

(Suraatmaja, 2007; Subagyo & Santoso, 2011). Insiden tertinggi pada golongan

umur 6-35 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping dan anak mulai aktif

bermain. Faktor-faktor yang mempengaruhi meningkatnya risiko diare pada anak

usia 6-35 bulan antara lain penurunan kadar antibodi ibu, kurangnya kekebalan

aktif bayi, pengenalan makanan yang mungkin terpapar bakteri tinja dan kontak

lansung dengan tinja manusia atau binatang pada saat bayi mulai merangkak

(Depkes, 1999; SDKI, 2007). Penelitian tentang aspek epidemiologi dan klinis

pasien dilakukan di Brazil oleh Cameiro, et.al (2005) menemukan bahwa 87 %

anak dirawat dengan gastroenteritis berumur kurang dari empat tahun.

2) Pemberian ASI

ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, selain komposisinya yang sesuai

dengan kebutuhan bayi, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat

menghindari bayi dari berbagai penyakit infeksi. Manfaat ASI pada kelainan

gastrointestinal terutama disebabkan adanya faktor peningkatan pertumbuhan sel

usus dan zat-zat imunologi sehingga vili-vili usus cepat mengalami penyembuhan

setelah rusak karena diare (Lubis, 2003). Anak dengan diare yang tidak mendapat

ASI lebih beresiko dirawat di rumah sakit, dan periode pemberian ASI pada anak

dengan diare akut yang dirawat di rumah sakit lebih pendek dibandingkan dengan

yang tidak dirawat di rumah sakit (Yalcin, Hiszli, Yurdakok dan Ozmert, 2005;

Khalili, 2006).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

19

3) Status Imunisasi Campak

Pada balita, 1-7% kejadian diare berhubungan dengan campak, dan diare

yang terjadi pada campak umumnya lebih berat dan lebih lama (sulit diobati,

cenderung menjadi kronis) karena adanya kelainan epitel usus (Suraatmaja, 2007;

WHO, 2009). Anak- anak yang menderita campak atau yang menderita campak

empat minggu sebelumnya mempunyai resiko lebih tinggi untuk mendapat diare

atau disentri yang berat dan fatal (WHO, 2009). Imunisasi campak yang diberikan

pada umur yang dianjurkan dapat mencegah sampai 25 % kematian balita yang

berhubungan dengan diare (Depkes RI, 2009).

4) Status Gizi

Adisasmito (2007) melakukan kajian terhadap faktor risiko diare pada

beberapa penelitian di Indonesia dan dapat disimpulkan bahwa status gizi yang

rendah pada bayi dan balita merupakan faktor resiko terjadinya diare. Status gizi

yang buruk dapat mempengaruhi kejadian diare dan lamanya menderita diare.

Hubungan status gizi dengan lama diare bermakna secara statistik dimana

semakin buruk status gizi maka semakin lama diare yang diderita (Palupi, 2007).

Akan tetapi pada penelitian Wilunda dan Panza (2006) menemukan tidak ada

hubungan yang signifikan antara status gizi dan status imunisasi campak dengan

kejadian diare.

c. Faktor Sosial Ekonomi

Pendapatan keluarga dan status sosial ekonomi dapat menjadi faktor resiko

yang signifikan terhadap kejadian diare. Diare lebih sering muncul pada keluarga

dengan status sosial ekonomi yang rendah. Darmawan, et.al (2008), menemukan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

20

95% keluarga yang memiliki anak dengan diare berasal dari status sosial ekonomi

menengah ke bawah. Wiluda dan Panza (2006) juga menemukan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara status sosial dengan kejadian diare pada balita.

Status sosial ekonomi rendah meningkatkan resiko terjadinya diare pada balita

yang kemungkinan disebabkan oleh tidak adekuatnya fasilitas sanitasi lingkungan

dan lingkungan rumah yang kurang bersih serta kurangnya kebersihan diri

keluarga yang mempengaruhi balita.

2.2.4. Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi / patomekanisme

di bawah ini:

a. Diare Sekretorik

Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan

terjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya

diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus akan merangsang usus

untuk mengeluarkannya sehingga terjadi diare. Yang khas pada diare ini yaitu

secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali. Diare tipe

ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum (Simadibrata,

2006).

b. Diare Osmotik

Epitel usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan

elektrolit dengan cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus

dengan cairan ekastraseluler. Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak

dapat diserap seperti magnesium, glukosa, sukrosa, laktosa, dan maltosa

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

21

sehingga akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi,

sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga

usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga

timbul diare (Simadibrata, 2006).

c. Malabsorpsi Asam Empedu dan Lemak

Diare tipe ini didapatkan pada gangguan pembentukan/produksi micelle

empedu dan penyakit-penyakit saluran bilier dan hati (Simadibrata, 2006).

d. Defek Sistem Pertukaran Anion/Transport Elektrolit Aktif di Enterosit

Diare tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif NA+,

K+, ATPase di enterosit dan absorpsi Na

+ dan air yang abnormal (Simadibrata,

2006).

e. Motilitas dan Waktu Transit Usus yang Abnormal

Hipermotilitas (peningkatan pergerakan usus) dan iregularitas motilitas

usus akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap

makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan

mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan

diare pula. Penyebabnya antara lain: Diabetes Melitus, pasca vagotomi, hipertiroid

(Simadibrata, 2006).

f. Gangguan Permeabilitas Usus

Diare tipe ini disebabkan permeabilitas usus yang abnormal disebabkan

adanya kelainan morfologi membran epitel spesifik pada usus halus (Simadibrata,

2006).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

22

g. Diare Inflamasi

Proses inflamasi di usus halus dan kolon menyebabkan diare pada

beberapa keadaan. Akibat kehilangan sel epitel dan kerusakan tight junction,

tekanan hidrostatik dalam pembuluh darah dan limfatik menyebabkan air,

elektrolit, mukus, protein dan seringkali sel darah merah dan sel darah putih

menumpuk dalam lumen. Biasanya diare akibat inflamasi ini berhubungan dengan

tipe diare lain seperti diare osmotik dan diare sekretorik (Juffrie, 2010).

h. Diare Infeksi

Infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari diare. Dari sudut

kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif dan invasif (merusak

mukosa). Bakteri non-invasif menyebabkan diare karena toksin yang disekresikan

oleh bakteri tersebut (Simadibrata, 2006).

2.2.5. Gejala

Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi gelisah

dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak

ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan

lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah menjadi kehijau-

hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet

karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat

banyaknya asam laktat yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi oleh

usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare dan

dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang atau akibat gangguan

keseimbangan asam-basa dan elektrolit (Kliegman, 2006).

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

23

Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala

dehidrasi mulai tampak. Akan terjadi penurunan volume dan tekanan darah, nadi

cepat dan kecil, peningkatan denyut jantung, penurunan kesadaran dan diakhiri

dengan syok, berat badan menurun, turgor kulit menurun, mata dan ubun-ubun

cekung, dan selaput lendir dan mulut serta kulit menjadi kering (Ngastiyah,

2005).

2.2.6. Penanganan

Departemen Kesehatan mulai melakukan sosialisasi Panduan Tata Laksana

Pengobatan Diare pada balita yang baru didukung oleh Ikatan Dokter Anak

Indonesia, dengan merujuk pada panduan WHO. Tata laksana ini sudah mulai

diterapkan di rumah sakit-rumah sakit. Rehidrasi bukan satu-satunya strategi

dalam penatalaksanaan diare. Memperbaiki kondisi usus dan menghentikan diare

juga menjadi cara untuk mengobati pasien. Untuk itu, Departemen Kesehatan

menetapkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare yang diderita

anak balita baik yang dirawat di rumah maupun sedang dirawat di rumah sakit,

yaitu:

a. Rehidrasi dengan Menggunakan Oralit

Oralit disini adalah oralit dengan osmolaritas yang rendah, lebih mendekati

osmolaritas plasma, sehingga kurang menyebabkan risiko terjadinya

hipernatremia.. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang selama ini

digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama. Oralit

baru dengan osmolaritas rendah ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi

intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

24

kejadian muntah hingga 30%. Selain itu, oralit baru ini juga telah

direkomendasikan oleh WHO dan UNICEF untuk diare akut non-kolera pada

anak.

Tabel 2.1 Komposisi Oralit Baru

Sumber: Juffrie, 2010

Ketentuan pemberian oralit :

1) Larutkan satu bungkus oralit dalam satu liter air matang, persediaan 24 jam.

2) Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan

sebagai berikut:

a) Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB

b) Untuk anak dua tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB

3) Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa

larutan harus dibuang.

a. Zinc Diberikan Selama 10 Hari Berturut-Turut

Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan

nafsu makan anak.

Dasar pemikiran penggunaan zinc dalam pengobatan diare akut didasarkan

pada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

25

dan terhadap proses perbaikan epitel saluran cerna selama diare. Pemberian zinc

pada diare dapat meningkatkan aborpsi air dan elektrolit oleh usus halus,

meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush

border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan

patogen dari usus. Pengobatan dengan zinc cocok diterapkan di negara-negara

berkembang seperti Indonesia yang memiliki banyak masalah terjadinya

kekurangan zinc di dalam tubuh karena tingkat kesejahteraan yang rendah dan

daya imunitas yang kurang memadai. Pemberian zinc dapat menurunkan frekuensi

dan volume buang air besar sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya

dehidrasi pada anak.

Dosis zinc untuk anak-anak:

1) Anak di bawah umur enam bulan : 10 mg (setengah tablet) per hari

2) Anak di atas umur enam bulan : 20 mg (satu tablet) per hari

Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah

sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang,

ASI, atau oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau

dilarutkan dalam air matang atau oralit.

b. ASI dan Makanan Tetap Diteruskan

Pemberian makanan harus diteruskan selama diare dan ditingkatkan setelah

sembuh. Tujuannya adalah memberikan makanan kaya nutrien sebanyak anak

mampu menerima. Sebagian besar anak dengan diare cair, nafsu makannya timbul

kembali setelah dehidrasi teratasi. Meneruskan pemberian makanan akan

mempercepat kembalinya fungsi usus yang normal termasuk kemampuan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

26

menerima dan mengabsorbsi berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi

dapat dicegah atau paling tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan

menyebabkan penurunan berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan

kembalinya fungsi usus akan lebih lama. Makanan yang diberikan pada anak diare

tergantung kepada umur, makanan yang disukai dan pola makan sebelum sakit

serta budaya setempat. Pada umumnya makanan yang tepat untuk anak diare sama

dengan yang dibutuhkan dengan anak sehat. Bayi yang minum ASI harus

diteruskan sesering mungkin dan selama anak mau. Bayi yang tidak minum ASI

harus diberi susu yang biasa diminum paling tidak setiap tiga jam. Pengenceran

susu atau penggunaan susu rendah atau bebas laktosa secara rutin tidak

diperlukan. Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa mungkin diperlukan

untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau

bertambah hebat sehingga terjadi dehidrasi lagi, atau dibuktikan dengan

pemeriksaan terdapat tinja yang asam (pH < 6) dan terdapat bahan yang

mereduksi dalam tinja > 0,5%,. Setelah diare berhenti, pemberian tetap

dilanjutkan selama dua hari kemudian coba kembali dengan susu atau formula

biasanya diminum secara bertahap selama 2 – 3 hari.

Bila anak berumur empat bulan atau lebih dan sudah mendapatkan

makanan lunak atau padat, makanan ini harus diteruskan. Paling tidak 50% dari

energi diit harus berasal dari makanan dan diberikan dalam porsi kecil atau sering

(enam kali atau lebih) dan anak dibujuk untuk makan. Kombinasi susu formula

dengan makanan tambahan seperti serealia pada umumnya dapat ditoleransi

dengan baik pada anak yang telah disapih. Pada anak yang lebih besar, dapat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

27

diberikan makanan yang terdiri dari : makanan pokok setempat, misalnya nasi,

kentang, gandum, roti, atau bakmi. Untuk meningkatkan kandungan energinya

dapat ditambahkan 5 – 10 ml minyak nabati untuk setiap 100 ml makanan.

Minyak kelapa sawit sangat bagus dikarenakan kaya akan karoten. Campur

makanan pokok tersebut dengan kacang-kacangan dan sayur-sayuran, serta

ditambahkan tahu, tempe, daging atau ikan. Sari buah segar atau pisang baik

untuk menambah kalium. Makanan yang berlemak atau makanan yang

mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan, minuman

ringan, sebaiknya dihindari.

c. Antibiotik Selektif

Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah

atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang

lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium

difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu,

pemberian antibiotik yang tidak rasional akan mempercepat resistensi kuman

terhadap antibiotik, serta menambah biaya pengobatan yang tidak perlu. Pada

penelitian multipel ditemukan bahwa telah terjadi peningkatan resistensi terhadap

antibiotik yang sering dipakai seperti ampisilin, tetrasiklin, kloramfenikol, dan

trimetoprim sulfametoksazole dalam 15 tahun ini. Resistensi terhadap antibiotik

terjadi melalui mekanisme berikut: inaktivasi obat melalui degradasi enzimatik

oleh bakteri, perubahan struktur bakteri yang menjadi target antibiotik dan

perubahan permeabilitas membran terhadap antibiotik.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

28

d. Nasihat Kepada Orang Tua

Nasihat pada ibu atau pengasuh: Kembali segera ke pelayanan kesehatan

jika demam, tinja berdarah dan berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus,

diare makin sering, atau belum membaik dalam tiga hari.

Berdasarkan penelitian epidemiologis di Indonesia dan negara berkembang

lainnya, diketahui bahwa sebagian besar penderita diare biasanya masih dalam

keadaan dehidrasi ringan atau belum dehidrasi. Hanya sebagian kecil dengan

dehidrasi lebih berat dan memerlukan perawatan di sarana kesehatan. Perkiraan

secara kasar menunjukkan dari 1000 kasus diare yang ada di masyarakat, 900

dalam keadaan dehidrasi ringan, 90 dalam keadaan dehidrasi sedang dan 10 dalam

keadaan dehidrasi berat, satu diantaranya disertai komplikasi serta penyakit

penyerta yang penatalaksanaannya cukup rumit. Berdasarkan data diatas, sesuai

dengan panduan WHO, pengobatan diare akut dapat dilaksanakan secara

sederhana yaitu dengan terapi cairan dan elektrolit per-oral serta melanjutkan

pemberian makanan, sedangkan terapi non spesifik dengan anti diare tidak

direkomendasikan dan terapi antibiotika hanya diberikan bila ada indikasi.

Pemberian cairan dan elektrolit secara parenteral hanya untuk kasus dehidrasi

berat.

a. Pengobatan Diare Tanpa Dehidrasi (Terapi Rehidrasi Oral)

Penderita diare tanpa dehidrasi harus segera diberi cairan rumah tangga

untuk mencegah dehidrasi, seperti: air tajin, larutan gula garam, kuah sayur-

sayuran dan sebagainya. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh keluarga

penderita. Jumlah cairan yang diberikan adalah 10 ml/kgBB atau untuk anak usia

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

29

< 1 tahun adalah 50 – 100 ml, 1 – 5 tahun adalah 100 – 200 ml, 5 – 12 tahun

adalah 200 – 300 ml dan dewasa adalah 300 – 400 ml setiap BAB.

Untuk anak dibawah umur dua tahun cairan harus diberikan dengan sendok

dengan cara satu sendok setiap satu sampai dua menit. Pemberian dengan botol

tidak boleh dilakukan. Anak yang lebih besar dapat minum langsung dari cangkir

atau gelas dengan tegukan yang sering. Bila terjadi muntah hentikan dulu selama

10 menit kemudian mulai lagi perlahan-lahan misalnya satu sendok setiap 2 – 3

menit. Pemberian cairan ini dilanjutkan sampai dengan diare berhenti. Selain

cairan rumah tangga ASI dan makanan yang biasa dimakan tetap harus diberikan.

Makanan diberikan sedikit-sedikit tetapi sering (lebih kurang enam kali sehari)

serta rendah serat. Buah-buahan diberikan terutama pisang. Makanan yang

merangsang (pedas, asam, terlalu banyak lemak) jangan diberikan dulu karena

dapat menyebabkan diare bertambah berat. Bila dengan cara pengobatan ini diare

tetap berlangsung atau bertambah hebat dan keadaan anak bertambah berat serta

jatuh dalam keadaan dehidrasi ringan-sedang, obati dengan cara pengobatan

dehidrasi ringan – sedang (Juffrie, 2010)

b. Pengobatan Diare Dehidrasi Ringan-Sedang (Terapi Rehidrasi Oral)

Penderita diare dengan dehidrasi ringan–sedang harus dirawat di sarana

kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit

yang diberikan tiga jam pertama 75 cc/kgBB. Bila berat badannya tidak diketahui,

meskipun cara ini kurang tepat, perkiraan kekurangan cairan dapat ditentukan

dengan menggunakan umur penderita, yaitu : untuk umur < 1 tahun adalah 300

ml, 1 – 5 tahun adalah 600 ml, > 5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa adalah 2400

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

30

ml. Rentang nilai volume cairan ini adalah perkiraan, volume yang sesungguhnya

diberikan ditentukan dengan menilai rasa haus penderita dan memantau tanda-

tanda dehidrasi.

Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi lagi.

Sebaliknya bila dengan volume diatas kelopak mata menjadi bengkak, pemberian

oralit harus dihentikan sementara dan diberikan minum air putih atau air tawar.

Bila oedem kelopak mata sudah hilang dapat diberikan lagi.

Apabila oleh karena sesuatu hal pemberian oralit tidak dapat diberikan

secara per-oral, oralit dapat diberikan melalui nasogastrik dengan volume yang

sama dengan kecepatan 20 ml/kgBB/jam. Setelah tiga jam keadaan penderita

dievaluasi, apakah membaik, tetap atau memburuk. Bila keadaan penderita

membaik dan dehidrasi teratasi pengobatan dapat dilanjutkan dirumah dengan

memberikan oralit dan makanan dengan cara seperti pada pengobatan diare tanpa

dehidrasi. Bila memburuk dan penderita jatuh dalam keadaan dehidrasi berat,

penderita tetap dirawat di sarana kesehatan dan pengobatan yang terbaik adalah

pemberian cairan parenteral.

c. Pengobatan Diare Dehidrasi Berat (Terapi Rehidrasi Parenteral)

Penderita diare dehidrasi berat harus dirawat di puskesmas atau Rumah

Sakit. Pengobatan yang terbaik adalah dengan terapi rehidrasi parenteral.

Pasien yang masih dapat minum meskipun hanya sedikit harus diberi oralit

sampai cairan infus terpasang. Disamping itu, semua anak harus diberi oralit

selama pemberian cairan intravena (± 5 ml/kgBB/jam), apabila dapat minum

dengan baik, biasanya dalam 3 – 4 jam (untuk bayi) atau 1 – 2 jam (untuk anak

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

31

yang lebih besar). Pemberian tersebut dilakukan untuk memberi tambahan basa

dan kalium yang mungkin tidak dapat disuplai dengan cukup dengan pemberian

cairan intravena. Untuk rehidrasi parenteral digunakan cairan Ringer Laktat

dengan dosis 100 ml/kgBB. Cara pemberiannya untuk < 1 tahun satu jam pertama

30 cc/kgBB, dilanjutkan lima jam berikutnya 70 cc/kgBB. Diatas satu tahun ½

jam pertama 30 cc/kgBB dilanjutkan dua setengah jam berikutnya 70 cc/kgBB.

Lakukan evaluasi tiap jam. Bila hidrasi tidak membaik, tetesan I.V. dapat

dipercepat. Setelah enam jam pada bayi atau tiga jam pada anak lebih besar,

lakukan evaluasi, pilih pengobatan selanjutnya yang sesuai yaitu : pengobatan

diare dengan dehidrasi ringan sedang atau pengobatan diare tanpa dehidrasi

(Juffrie, 2010)

2.2.7. Perawatan Bayi Diare di Rumah

Peran keluarga terutama orang tua dalam penanganan apabila bayi atau

anak diare di rumah sangat penting untuk mencegah terjadinya dehidrasi,

mengurangi risiko kematian akibat diare dan mengurangi risiko bayi atau

anak dirawat di rumah sakit. Menurut Suraatmaja (2007) tindakan yang

harus dilakukan keluarga jika bayi atau anak menderita diare adalah :

a. Memberikan bayi atau anak cairan lebih banyak dari biasanya untuk

mencegah dehidrasi. Cairan yang dapat diberikan di rumah yaitu larutan

gula garam, air tajin, air sayur bagi yang sudah mendapat MP-ASI. ASI

harus terus diberikan.

b. Melanjutkan pemberian makanan. Ibu hendaknya membujuk bayi atau anak

untuk tetap makan dan memberikan makanan yang baru disiapkan sesuai

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

32

dengan usia. Memberikan makanan pada bayi atau anak setiap 3-4 jam

(enam kali sehari). Makanan yang dapat diberikan yaitu bubur dengan ikan

atau daging dengan porsi kecil tetapi sering pisang, sari buah segar.

c. Membawa bayi atau anak ke petugas kesehatan apabila buang air besar

bertambah sering, sangat haus, mata menjadi cekung atau kering, bayi

atau anak demam, tidak mau makan atau minum seperti biasa, dan adanya

darah dalam tinja.

d. Memberikan bayi atau anak oralit dengan benar. Banyaknya oralit yang harus

diberikan untuk anak umur < 2 tahun =50-100 ml ( ½-1/4 gelas) setiap

buang air besar. Anak umur > 2 tahun diberikan oralit 100-200 ml (1/2-1

gelas) setiap kali buang air besar. Anak yang lebih besar diberikan minum

sebanyak mungkin. Apabila anak muntah, tunggu 10 menit kemudian

pemberian oralit diteruskan tetapi lebih lambat yaitu satu sendok makan

setiap 2-3 menit.

2.2.8. Komplikasi

Penderita diare dapat sembuh tanpa mengalami komplikasi, namun

sebagian kecil mengalami komplikasi dari dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit

atau pengobatan yang diberikan. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi

antara lain (Depkes RI, 1999; Suraatmaja, 2007; Subagyo & Santoso, 2011) :

a. Gangguan Keseimbangan Elektrolit

Gangguan keseimbangan elektrolit dapat terjadi karena elektrolit ikut

keluar dalam tinja cair saat diare terjadi. Gangguan keseimbangan elektrolit akibat

diare ada tiga yang sering terjadi yaitu hipo/hipernatremia dan hipokalemia.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

33

Hiponatremia dapat terjadi pada anak yang diare yang hanya minum air

putih atau cairan yang hanya mengandung sedikit garam. Hiponatremia sering

terjadi pada anak dengan shigellosis dan anak malnutrisi berat dengan oedema.

Kejadian hiponatremia ditemukan sebanyak 44,8% pada diare akut dengan

dehidrasi berat.

Hipernatremia biasanya terjadi pada diare yang disertai muntah dengan

intake cairan/makanan yang kurang, atau cairan yang diminum terlalu banyak

mengandung natrium. Ditemukan 10,3% anak yang menderita diare akut dengan

dehidrasi berat mengalami hipernatremia.

Penggantian Kalium selama rehidrasi yang tidak cukup, akan

menyebabkan terjadinya hipokalemia yang ditandai dengan kelemahan otot, ileus

paralitik, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemia ditemukan

pada sebanyak 62% anak yang menderita diare akut dengan dehidrasi berat

(Jurnalis, Sayoeti & Dewi, 2008)

b. Demam

Infeksi shigella disentriae dan rotavirus sering menyebabkan demam. Pada

umumnya demam timbul bila penyebab diare masuk dalam sel epitel usus.

Demam juga dapat terjadi karena dehidrasi. Demam yang timbul karena dehidrasi

biasanya tidak tinggi dan akan turun setelah mendapat hidrasi yang cukup.

Demam dan muntah ditemukan sebanyak 41,3% pada anak dengan diare akut

yang disebabkan oleh rotavirus (Grace & Jerald, 2010).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

34

c. Oedema atau Overhidrasi

Oedema (penumpukan cairan) dapat terjadi jika pemberian hidrasi tidak

diamati sehingga cairan yang diberikan lebih dari yang seharusnya.

d. Asidosis Metabolik

Asidosis metabolik ditandai dengan bertambahnya asam atau hilangnya

basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi, terjadi alkalosis respiratorik, yang

ditandai dengan pernapasan kusmaul. Sinuhaji (2007) menemukan 6,6%-7%

bayi/anak yang dirawat dengan diare akut mengalami asidosis metabolik.

Komplikasi diare akut dengan dehidrasi berat yang ditemukan terbanyak adalah

asidosis metabolik sebesar 75,9% (Jurnalis, Sayoeti & Dewi, 2008) .

e. Ileus Paralitik

Ileus paralitik dapat terjadi akibat penggunaan obat antimotalitas. Ileus

paralitik ditandai dengan perut kembung, muntah, dan peristaltik usus berkurang

atau tidak ada.

f. Kejang

Kejang dapat terjadi pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi

atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut dapat disebabkan oleh

hipoglikemia, kebanyakan terjadi pada anak dengan malnutrisi berat,

hiperpireksia, hipernatremia atau hiponatremia.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

35

g. Gagal Ginjal Akut

Dapat terjadi pada penderita dehidrasi berat dan syok. Bila pengeluaran

kencing belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah hidrasi cukup, maka dapat

didiagnosis gagal ginjal akut.

2.2 Dehidrasi

2.2.1. Pengertian

Dehidrasi adalah suatu gangguan dalam keseimbangan cairan yang disertai

“output” yang melebihi “intake” sehingga jumlah air pada tubuh berkurang.

Meskipun yang hilang cairan tubuh ,tetapi dehidrasi juga seringkali disertai

gangguan elektrolit (Price, 2006).

Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena

nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi

bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air

kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan

ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan perubahan

status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala (Wingate,2001).

2.2.2. Patofisiologi

Kekurangan cairan atau dehidrasi terjadi jika cairan yang dikeluarkan

tubuh melebihi cairan yang masuk. Tentu, mekanisme tubuh manusia yang sangat

dinamis menjaga manusia untuk terhindar dari kekurangan banyak cairan. Ketika

keseimbangan cairan dalam tubuh mulai terganggu, misalnya rasa haus akan

muncul. Tubuh lalu menghasilkan hormon anti-diuretik (ADH) untuk mereduksi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

36

produksi kencing diginjal. Tujuannya menjaga agar cairan yang keluar tidak

banyak. Air yang kita minum umumnya cukup untuk mengganti cairan yang

hilang saat beraktivitas normal seperti bernapas, berkeringat, buang air kecil, atau

buang air besar. Dehidrasi kebanyakan disebabkan kondisi tertentu. Misalnya

penyakit macam diare, muntah, dan diabetes, atau berkeringat berlebihan dan

tidak segera menggantinya dengan minum. Saat dehidrasi, tubuh tidak hanya

kehilangan air, tapi juga kehilangan elektrolit dan glukosa.

Kehilangan sekitar 2 % cairan tubuh. Mulanya adalah rasa haus yang

teramat sangat. Mulut dan lidah kering, air liur pun berkurang. Produksi kencing

pun menurun.

Apabila hilangnya air meningkat menjadi 3-4 % dari berat badan, terjadi

penurunan gangguan performa tubuh. Suhu tubuh menjadi panas dan naik,

biasanya diikuti meriang. Tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Nafsu makan

hilang, kulit kering dan memerah, dan muncul rasa mual.

Ketika cairan yang hilang mencapai 5%-6% dari berat badan, frekuensi

nadi meningkat, denyut jantung menjadi cepat. Frekuensi pernapasan juga makin

tinggi, napas jadi memburu. Yang terjadi selanjutnya adalah penurunan

konsentrasi, sakit kepala, mual, dan rasa mengantuk yang teramat sangat.

Kehilangan cairan tubuh 10%-15% dapat menyebabkan otot menjadi kaku,

kulit keriput, gangguan penglihatan, gangguan buang air kecil, dan gangguan

kesadaran.

Apabila mencapai lebih dari 15% akan mengakibatkan kegagalan

multiorgan dan mengakibatkan kematian (Price, 2006).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

37

2.2.3. Cara Menentukan Derajat Dehidrasi

Cara objektif menentukan derajat dehidrasi adalah membandingkan berat

badan sebelum dan selama diare dan secara subyektif menggunakan kriteria

WHO, kriteria Mortality Morbidity Weekly Review (MMWR).

Table 2.2 Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut WHO 2005

Cara membaca tabel untuk menentukan kesimpulan derajat dehidrasi :

a. Baca tabel penilaian derajat dehidrasi dari kolom kanan ke kiri (C ke A)

b. Kesimpulan derajat dehidrasi penderita ditentukan dari adanya satu gejala

kunci (yang diberi tanda bintang) ditambah minimal satu gejala yang lain

(minimal satu gejala) pada kolom yang sama.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

38

Table 2.3 Penentuan Derajat Dehidrasi Menurut MMWR 2003

Sumber: Juffrie, 2010

2.2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Derajat Dehidrasi

a. Umur

Kebutuhan cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan

berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Bayi dan

anak-anak lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding usia dewasa. Resiko

dehidrasi pada anak balita menjadi lebih besar karena komposisi cairan tubuh

yang besar dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan sendiri secara bebas

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

39

(Huang dkk., 2012). Pada usia lanjut juga lebih rentan mengalami dehidrasi

maupun gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dikarenakan penurunan

atau gangguan fungsi ginjal atau jantung sehingga hal tersebut dapat

meningkatkan keparahan dari dehidrasi.

b. Iklim

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban

udaranya rendah mengalami peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit

melalui keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas

dapat kehilangan cairan sampai dengan lima liter per hari. Maka dari itu kondisi

lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kejadian dehidrasi

maupun tingkat keparahan dehidrasi.

c. Diet

Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika

intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak

sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal

keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini

akan menyebabkan edema.

Apalagi saat mengalami diare, asupan cairan dan nutrisi yang tidak adekuat

dapat memperparah kondisi diare dan dehidrasi itu sendiri. Peningkatan peristaltik

menyebabkan makanan dan cairan tidak terserap dengan baik, sehingga tubuh

mengalami kekurangan, maka diharapkan saat mengalami dehidrasi maupun

diare, asupan nutrisi dan cairan ditingkatkan untuk tetap menjaga keseimbangan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

40

cairan dan nutrisi sampai tubuh kembali pulih dan dapat menyerap nutrisi dengan

baik.

d. Stres

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan

glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air

sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.

Stress juga dapat mempengaruhi tingkat dehidrasi melalui peningkatan

metabolisme sel dan pengeluaran keringat sehingga pemakaian dan pengeluaran

cairan dalam tubuh meningkat dan jika tidak dibarengi dengan asupan cairan yang

adekuat, tubuh akan mengalami dehidrasi.

e. Kondisi Sakit

Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan

dan elektrolit sehingga sangat berpengaruh terhadap kejadian dan tingkat

keparahan dehidrasi misalnya:

1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.

2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator

keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.

3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami ganguan

pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemapuan untuk memenuhinya

secara mandiri.

4) Diare dapat menjadi penyebab terjadinya dehidrasi. Selama diare akan terjadi

peningkatan kehilangan cairan dan elektrolit melalui feses. Kehilangan cairan

yang terus berlangsung dan tidak diimbangi dengan penggantian yang cukup,

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

41

maka akan berakhir menjadi dehidrasi. Dan jika keadaan ini berlangsung

terus maka dapat terjadi dehidrasi berat dan bahkan kematian (WHO, 2005).

f. Orang Tua

Khalili (2006) menjelaskan pendidikan orang tua adalah faktor yang

sangat penting dalam keberhasilan manajemen diare terutama dalam pencegahan

maupun penaganan dehidrasi pada anak. Orang tua dengan tingkat pendidikan

rendah, khususnya buta huruf tidak akan dapat memberikan perawatan yang

tepat pada anak diare dengan dehidrasi karena kurangnya pengetahuan dan

kurangnya kemampuan untuk menerima informasi.

g. Pengobatan

Pengobatan seperti pemberian diuretik, laksatif dapat berpengaruh pada

kondisi cairan dan elektrolit tubuh.

Ketepatan penanganan dehidrasi juga dapat mempengaruhi derajat

dehidrasi itu sendiri, jika penanganan dehidrasi tidak tepat sesuai kondisi

dehidrasi dan gagal, maka derajat dehidrasi akan tetap atau mungkin meningkat.

2.2.5. Dehidrasi pada Diare

Penderita dengan diare mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion

natrium, klorida, dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila

ada muntah dan kehilangan air juga meningkat bila ada panas. Hal ini dapat

menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan hipokalemia. Dehidrasi

merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat menyebabkan

hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan tepat.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

42

Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,

dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik.

Diare juga dapat diklasifikasilan menurut derajat dehidrasinya, bisa tanpa

dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat (Juffrie, 2010).

a. Diare Tanpa Dehidrasi

Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena frekuensi

diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda dehidrasi.

b. Diare dengan Dehidrasi Ringan-Sedang (3%-10%)

Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare tiga kali atau lebih,

kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang, nafsu makan

menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi masih normal atau

takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik dalam batas normal.

Jika dehidrasi sudah sampai pada tingkat sedang penderita akan mengalami

takikardi, kencing yang kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu,

mata dan ubun-ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir

bibir dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa pengisian

kapiler memanjang (≥ dua detik) dengan kulit yang dingin yang dingin dan pucat.

c. Diare dengan Dehidrasi Berat (10%-15%)

Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh dan

biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan pulsasi yang

melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak ada penghasilan urin,

mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung, tidak ada produksi air mata,

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

43

tidak mampu minum dan keadaannya mulai apatis, kesadarannya menurun dan

juga masa pengisian kapiler sangat memanjang (≥ tiga detik) dengan kulit yang

dingin dan pucat.

2.3 Pijat Bayi

2.3.1. Pengertian Pijat Bayi

Salah satu stimulasi yaitu stimulasi taktil (perabaan dan sentuhan) adalah

suatu jenis rangsangan sensori yang paling penting untuk perkembangan bayi

yang optimal. Sensasi sentuhan adalah yang paling berkembang pada saat lahir,

karena sensasi ini telah berfungsi sejak dalam kandungan sebelum sensasi yang

lain berkembang. Contoh rangsang taktil yang dapat dilakukan dan penting antara

lain memegang, menimang, mengurut, menepuk, menggoncang dan gerakan

termasuk memijat dan memandikan bayi. Cara lain yang dapat digunakan untuk

merangsang dengan taktil adalah melalui mainan yang mempunyai permukaan

yang lembut, licin, fleksibel dan kaku (Hammer dan Turner, dalam Soedjatmiko,

2006).

Salah satu bentuk terapi sentuhan adalah pijat bayi. Sentuhan alamiah pada

bayi sesungguhnya sama artinya dengan tindakan mengurut atau memijat. Apabila

tindakan ini dilakukan secara teratur dan sesuai dengan tata cara dan teknik

pemijatan bayi, maka terapi ini bisa menjadi terapi untuk mendapatkan banyak

manfaat bagi bayi (Nadjibah Yahya, 2011).

Pijat bayi adalah suatu terapi atau seni perawatan kesehatan yang sudah

lama dikenal oleh manusia dan merupakan pengobatan yang dipraktekkan sejak

awal manusia diciptakan ke dunia, karena prosesnya berhubungan dengan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

44

kehamilan dan kelahiran manusia. Manusia mengalami pengalaman pertama

dipijat pada saat dilahirkan di dunia dengan adanya proses kelahiran dimana harus

meninggalkan rahim yang hangat dan melewati jalan lahir yang sempit sehingga

menimbulkan pengalaman traumatik dan kecemasan. Sentuhan dan pijat bayi

yang dilakukan segera setelah lahir akan membuat bayi mempertahankan rasa

aman setelah mendapat jaminan adanya kontak tubuh bayi (Roesli, 2001).

Pijat bayi berbeda dengan pijat yang dilakukan terhadap orang dewasa.

Perbedaan ini terletak pada besarnya tekanan yang diberikan. Pada pijat bayi

biasanya lebih cenderung berupa sentuhan-sentuhan lembut, sehingga disebut juga

stimulus touch (Prasetyono, 2009).

Sentuhan dan pandangan mata yang terjadi pada saat pijat bayi

berlangsung dapat mengalirkan kasih sayang di antara ibu atau yang memijat

dengan bayi yang merupakan dasar untuk meningkatkan rasa aman, mengurangi

kecemasan, menciptakan hubungan emosi yang baik antara keduanya, dan

meningkatkan kemampuan fisik (Prasetyono, 2009). Semakin padat frekuensi

sentuhan, semakin dekat hubungan batin yang terjalin, lebih dari itu, sentuhan,

belaian, dan pijatan akan memperat ikatan kasih sayang orang tua dengan anak

namun bila dilakukan secara berlebihan, hal tersebut justru akan menimbulkan

ketergantungan pada bayi. Oleh sebab itu, pemijatan sebaiknya juga dilakukan

oleh ayah kakek atau nenek agar bayi tidak semakin tinggi ketergantungannya

hanya terhadap ibu (Subakti, 2008).

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

45

2.3.2. Fisiologi Pijat Bayi

Secara umum mekanisme fisiologis dasar dari terapi sentuhan (pijat bayi)

ada tiga, yaitu pengeluaran beta endorphin, peningkatan aktivitas nervus vagus

dan peningkatan produksi serotonin. Masing-masing akan dijelaskan sebagai

berikut :

a. Beta Endorphin Mempengaruhi Mekanisme Pertumbuhan.

Penelitian mengungkapkan bahwa pijatan akan meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Tahun 1989, Scanberg dari Duke

University Medical School melakukan penelitian pada bayi-bayi tikus. Pakar ini

menemukan bahwa jika hubungan taktil (jilatan-jilatan) ibu tikus ke bayinya

terganggu akan menyebabkan terjadinya penurunan enzim ODC (ornithine

decarboxylase) suatu enzim yang menjadi petunjuk bagi pertumbuhan sel dan

jaringan, dan terjadinya penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan.

b. Aktivitas Nervus Vagus Mempengaruhi Mekanisme Penyerapan

Makanan.

Penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi yang

dipijat atau dilakukan terapi sentuhan mengalami peningkatan tonus nervus vagus

(saraf otak ke-10) yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan

gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih

baik. Itu sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat meningkat lebih banyak

daripada yang tidak dipijat.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

46

c. Aktivitas Nervus Vagus Meningkatkan Konsumsi ASI

Penyerapan makanan menjadi lebih baik karena peningkatan aktivitas

Nervus Vagus menyebabkan bayi cepat lapar sehingga akan lebih sering menyusu

pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih banyak diproduksi. Seperti diketahui,

ASI akan semakin banyak diproduksi jika semakin banyak diminta. Selain itu, ibu

yang memijat bayinya akan merasa lebih tenang dan hal ini berdampak positif

pada peningkatan volume ASI.

d. Produksi Serotonin Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

Pemijatan akan meningkatkan aktivitas neurotransmiter serotonin, yaitu

meningkatkan kapasitas sel reseptor yang berfungsi mengikat glucocorticoid

(adrenalin, suatu hormon stres). Proses ini akan menyebabkan terjadinya

penurunan kadar hormon kortisol. Penurunan kadar hormon stres ini akan

meningkatkan daya tahan tubuh, terutama IgM dan IgG selain itu penurunan kadar

hormon stres ini akan menyebabkan keadaan rileks.

e. Mengubah Gelombang Otak

Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan meningkatkan

kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Hal ini disebabkan pijatan dapat mengubah

gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan cara menurunkan gelombang

alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang dapat dibuktikan

dengan penggunaan EEG (electro encephalogram) (Roesli, 2001; Nadjibah

Yahya, 2011).

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

47

2.3.3. Manfaat Pijat Bayi

Pijat bayi menurut Roesli (2001) juga memiliki efek biokimia yang positif,

antara lain menurunkan kadar hormon stres (catecholamine) dan meningkatkan

kadar serotonin. Selain itu, ada beberapa hasil laporan penelitian para pakar

tentang manfaat pijat bayi, antara lain; 1) Meningkatkan berat badan, 2)

Meningkatkan pertumbuhan, 3) Meningkatkan daya tahan tubuh, 4)

Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap, 5) Membina

ikatan kasih sayang orangtua dan anak, 6) Meningkatkan produksi ASI.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sleuwen, dkk (2007)

menunjukkan pembedongan yang juga diikuti pemijatan pada bayi membuat

tangis bayi berkurang dan mengurangi nyeri pada bayi. Begitu banyak manfaat

dari pijat bayi sehingga disarankan kepada orangtua memberikan pijat bayi

kepada bayinya, semakin dini pijat bayi yang dilakukan secara terus menerus

maka semakin besar manfaat yang dapat dirasakan. Setelah mengetahui manfaat

pijat bayi, untuk dapat melaksanakan pijat bayi ada waktu terbaik untuk

melakukan pijat bayi dan beberapa persiapan sebelum memijat bayi (Roesli,

2001).

2.3.4. Faktor-Faktor Yang Diperhatikan dalam Melakukan Pijat Bayi

a. Waktu Pemijatan

Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan, sesuai dengan

keinginan orang tua. Dengan lebih cepat mengawali pemijatan, bayi akan

mendapat keuntungan yang lebih besar. Apalagi jika pemijatan dapat dilakukan

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

48

setiap hari dari sejak kelahiran sampai bayi berusia enam sampai tujuh bulan

(Roesli, 2009 ; Nadjibah Yahya, 2011).

Waktu terbaik untuk memijat bayi ketika bayi terjaga dan senang.

Demikian pula dengan orang tua sendiri harus dalam kondisi tenang dan santai,

sehingga bayi juga merasa tenang (Heath dan Bainbridge, 2007).

Menurut Roesli (2009) bayi dapat dipijat pada waktu-waktu yang tepat,

meliputi:

1) Pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk memulai hari baru

2) Malam hari, sebelum tidur. Ini sangat baik untuk membantu bayi tidur lebih

nyenyak

b. Cara Memijat Sesuai Usia

1) 0 - 1 bulan, disarankan gerakan yang lebih mendekat usapan-usapan halus.

Sebelum tali pusat lepas sebaiknya tidak dilakukan pemijatan di daerah perut.

2) 1 - 3 bulan, disarankan gerakan halus disertai dengan tekanan ringan dalam

waktu yang singkat.

3) 3 bulan - 3 tahun, disarankan seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan

waktu yang semakin meningkat (Roesli, 2009).

c. Hal yang Dilakukan dan Diperhatikan Selama Pemijatan

1) Memandang mata bayi, disertai pancaran kasih sayang selama pemijatan

berlangsung.

2) Bernyanyilah atau putarkanlah lagu-lagu yang tenang atau lembut, guna

membantu menciptakan suasana tenang selama pemijatan berlangsung.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

49

3) Awalilah pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan, kemudian secara

bertahap tambahkanlah tekanan pada sentuhan yang dilakukan, khususnya

apabila pemijat sudah merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan

pemijatan yang sedang dilakukan.

4) Sebelum melakukan pemijatan, lumurkanlah baby oil atau lotion yang lembut

sesering mungkin.

5) Sebaiknya, pemijatan dimulai dari kaki karena umumnya bayi lebih menerima

apabila dipijat sebelum bagian lain dari badannya disentuh. Urutan pemijatan

bayi dianjurkan dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka dan

diakhiri pada bagian punggung.

6) Tanggaplah pada isyarat yang diberikan oleh bayi. Jika bayi menangis,

cobalah untuk menenangkannya sebelum melanjutkan pemijatan. Jika bayi

menangis lebih keras, hentikanlah pemijatan karena mungkin bayi

mengharapkan untuk digendong, disusui atau sudah mengantuk dan sangat

ingin tidur.

7) Mandikan bayi segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa segar dan

bersih setelah terlumuri minyak bayi (baby oil). Namun, kalau pemijatan

dilakukan pada malam hari, bayi cukup diseka dengan air hangat agar bersih

dari minyak.

8) Lakukan konsultasi pada dokter atau perawat untuk mendapatkan keterangan

lebih lanjut tentang pemijatan bayi.

9) Hindarkan mata bayi dari baby oil/ lotion (Roesli, 2009).

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

50

2.3.5. Kontra Indikasi Pijat Bayi

a. Memijat bayi langsung setelah makan.

b. Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan.

c. Memijat bayi pada saat bayi dalam keadaan tidak nyaman.

d. Memijat bayi pada saat bayi tak mau dipijat.

e. Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi (Roesli, 2009).

2.3.6. Efek Samping Pijat Bayi

Efek samping pijat bayi terjadi apabila pemijatan dilakukan dengan cara

yang salah dan tidak sesuai dengan ketentuan medis/ teknik pemijatan yang telah

ada.

Efek samping dari kesalahan pemijatan diantaranya adalah pembengkakan,

terdapatnya lebam, adanya rasa sakit pada bayi sehingga bayi menjadi rewel,

pergeseran urat dan cedera. Oleh karena itu, banyak orang tua yang enggan

melakukan pijat bayi, mereka takut akan terjadi resiko pijat payi pada buah

hatinya.

Resiko pijat bayi tersebut biasanya disebabkan oleh kelalaian praktisi pijat

dalam memijat, salah pijat, dan kurangnya pengetahuan pemijat. Untuk

memperkecil resiko pijat bayi, sebaiknya orang tua mengetahui dan melakukan

cara pijat bayi yang sesuai dengan ketentuan pemijatan serta lebih teliti dalam

memilih praktisi pijat untuk bayinya (Roesli, 2009).

2.3.7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ibu Melakukan Pijat Bayi

Faktor-faktor yang mempengaruhi ibu melakukan pijat bayi antara lain ibu

yang enggan untuk melakukan pemijatan secara rutin kepada bayinya apalagi

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

51

diawal kelahirannya. Para ibu beranggapan bahwa bayi tidak boleh sering dipijat,

badannya masih lemah atau alasan lain seperti tidak berani memijat karena takut

salah akibat tidak tahu mengenai teknik memijat yang baik dan benar yang tidak

pernah dibuktikan kebenarannya (Subakti ; Anggraini, 2009). Selain itu faktor

pengetahuan, sosial budaya, alat, waktu, dukungan suami serta keluarga dan peran

petugas kesehatan juga mempengaruhi ibu untuk melakukan pemijatan kepada

bayinya.

2.3.8. Persiapan Sebelum Melakukan Terapi Pijat Bayi

a. Sebelum memijat, tangan dipastikan bersih dan hangat. Hindari kuku panjang

dan perhiasan dilepaskan untuk menghindari goresan pada kulit bayi. Bayi

sebaiknya sudah makan atau tidak sedang lapar. Akan tetapi, jangan memijat

segera setelah bayi selesai makan atau membangunkan bayi hanya untuk

dipijat. Pemijatan pada bayi jangan dilakukan bila bayi sedang tidak merasa

nyaman atau tidak mau dipijat. Tidak boleh memaksakan posisi pijat tertentu

pada bayi.

b. Sebelum pijat dimulai, handuk, popok, baju ganti, dan baby oil/baby lotion

disiapkan kemudian bayi dibaringkan diatas permukaan kain rata, lembut, dan

bersih. Pilih ruangan yang nyaman, hangat, dan tidak pengap.

c. Sebelum memijat, mintalah izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan

dengan cara memberikan gerakan pembuka berupa sentuhan ringan di

sepanjang sisi wajah bayi dan mengusap-usap rambut kepala, sambil

mengajak bayi berbicara. Sebelum dan selama pemijatan, kulit bayi perlu

sesering mungkin dilumuri baby oil atau baby lotion (Febriani, 2008).

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

52

2.3.9. Prosedur Pijat Bayi

a. Melakukan Pemijatan pada Daerah Kaki

Gerakan tangan dari pangkal paha sampai ke pergelangan kaki seperti

memerah susu atau memeras.

Mengurut telapak kaki bayi secara bergantian, pijat jari kaki dengan

gerakan memutar dan diakhiri dengan tarikan lembut pada setiap ujungnya. Untuk

punggung kaki secara bergantian kemudian buat gerakan menggulung dari

pangkal paha ke pergelangan kaki.

b. Melakukan Usapan pada Daerah Perut

Lakukan gerakan seperti mengayuh pedal sepeda, dari atas kebawah perut.

Letakkan kedua ibu jari di samping kanan dan kiri pusar perut, gerakkan kedua

ibu jari ke arah tepi kanan dan kiri perut. Lakukan gerakan “I LOVE U” mengusap

dari kanan atas perut bayi kemudian ke kiri bawah membentuk “L” terbalik.

“YOU” mengusap dari kanan bawah ke atas kemudian ke kiri dan berakhir di

perut kiri bawah membentuk huruf “U”.

c. Melakukan Pemijatan pada Daerah Dada

Lakukan pijatan kupu-kupu. Letakkan kedua tangan kita di tengah dada

bayi kita dan gerakan keatas kemudian ke sisi luar tubuh dan kembali ke ulu hati

tanpa mengangkat tangan seperti membentuk hati. Lalu dari tengah dada bayi

dipijat menyilang dengan telapak tangan kita kearah bahu seperti membentuk

kupu-kupu.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

53

d. Melakukan Pijatan pada Daerah Tangan

Buatlah gerakan memijat ketiak dari atas ke bawah, jika terdapat

pembengkakan kelenjar di daerah ketiak jangan lakukan gerakan ini. Gerakan

tangan seperti memerah susu atau seperti memeras dari pundak ke pergelangan

tangan. Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan tangan kearah

jari-jari. Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju ke arah ujung jari dengan

gerakan memutar, akhiri dengan tarikan lembut pada setiap ujung jari. Bentuklah

gerakan menggulung dari pangkal lengan menuju kearah pergelangan tangan.

e. Melakukan Pemijatan pada Daerah Wajah

Gerakan tangan kita dari tengah wajah samping seperti membasuh mata.

Tekankan jari-jari kita dari tengah dahi kesamping seperti menyetrika dahi.

Letakkan kedua ibu jari anda pada pertengahan alis, tekankan ibu jari anda dari

pertengahan kedua alis turun melalui tepi hidung ke arah pipi dengan membuat

gerakan kesamping dan ke atas seolah membuat bayi tersenyum (senyum I).

Letakkan kedua ibu jari anda diatas mulut didaerah sekat hidung. Gerakkan

kedua ibu jari dari tengah kesamping dan ke atas daerah pipi seolah membuat bayi

tersenyum (senyum II).

Letakkan kedua ibu jari anda di tengah dagu. Tekankan kedua ibu jari pada

dagu dengan gerakan dari tengah ke samping, kemudian ke atas ke arah pipi

seolah membuat bayi tersenyum (senyum III). Buatlah lingkaran-lingkaran kecil

di daerah rahang bayi dengan kedua jari telunjuk tangan anda, berikan tekanan

lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

54

f. Melakukan Pemijatan pada Daerah Punggung

Menggerakkan tangan kita maju mundur dari bawah leher ke pantat bayi.

Pegang dan tahan pantat bayi dengan tangan kanan, kemudian usapkan telapak

tangan kiri kita seperti menyetrika punggung, dari leher ke pantat (Roesli, 2009).

2.3.10. Gerakan Relaksasi dan Gerakan Peregangan Lembut

Membuat goyangan-goyangan ringan, tepukan-tepukan halus dan

melambung-lambungkan secara lembut. Teknik sentuhan relaksasi mudah dan

sederhana. Dapat dikerjakan bersama-sama pijat bayi atau terpisah dari pijat bayi.

Misalnya, waktu ibu mulai memijat bagian kaki bayi ternyata kakinya tegang dan

kaku.

Gerakan-gerakan sederhana yang meregangkan tangan dan kaki bayi,

memijat perut dan pinggul, serta meluruskan tulang belakang bayi. Peregangan

lembut ini dilakukan di akhir pemijatan atau diantara pijatan, setiap gerakan

peregangan dapat dilakukan sebanyak empat sampai lima kali.

a. Tangan Disilangkan

1) Pegang kedua pergelangan tangan bayi dan silangkan keduanya di dada.

2) Luruskan kembali kedua tangan bayi ke samping

b. Membentuk Diagonal Tangan-Kaki

1) Pertemukan ujung kaki kanan dan ujung tangan kiri bayi diatas tubuh bayi

sehingga membentuk garis diagonal. Selanjutnya, tarik kembali kaki kanan

dan tangan kiri bayi ke posisi semula.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

55

2) Pertemukan ujung kaki kiri dengan ujung tangan kanan bayi diatas tubuh bayi.

Selanjutnya, tarik kembali tangan dan kaki bayi ke posisi semula. Gerakan

membentuk diagonal ini dapat diulang empat sampai lima kali.

c. Menyilangkan Kaki

1) Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi, lalu silangkan ke atas. Buatlah

silangan sehingga mata kaki kanan luar bertemu dengan mata kaki kiri dalam.

Setelah itu, kembalikan pada posisi semula.

2) Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi, lalu silangkan ke atas. Buatlah

silangan sehingga mata kaki kanan dalam bertemu dengan mata kaki kiri luar.

Setelah itu, kembalikan pada posisi semula. Gerakan ini dapat diulang

sebanyak empat sampai lima kali.

d. Menekuk Kaki

Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi dalam posisi kaki lurus, lalu

tekuk kaki perlahan menuju ke arah perut. Gerakan menekuk lutut ini dapat

diulang sebanyak empat sampai lima kali.

e. Menekuk Kaki Bergantian

Gerakan sama seperti menekuk kaki, tetapi dengan mempergunakan kaki

secara bergantian (Roesli, 2008).

2.4 Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Derajat Dehidrasi Pada Bayi

Diare erat hubungannya dengan kejadian dehidrasi dan kurang gizi. Setiap

episode diare dapat menyebabkan dehidrasi akibat ketidakseimbangan antara

cairan yang masuk dan cairan yang keluar akibat diare serta dapat terjadi

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

56

kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan berkurangnya kemampuan

menyerap sari makanan, sehingga apabila episodenya berkepanjangan akan

berdampak terhadap pertumbuhan dan kesehatan bayi (Firmansyah, 1992).

Ketidaknyamanan yang dirasakan bayi saat diare dapat mengakibatkan

nafsu makan menurun atau bahkan menghilang dan bayi cenderung rewel dan

gelisah. Padahal di saat bersamaan bayi membutuhkan asupan nutrisi yang

adekuat untuk membantunya dalam proses penyembuhan dan pemulihan dari

diare. Pemberian asupan nutrisi yang adekuat akan mempercepat kembalinya

fungsi usus yang normal termasuk kemampuan menerima dan mengabsorbsi

berbagai nutrien, sehingga memburuknya status gizi dapat dicegah atau paling

tidak dikurangi. Sebaliknya, pembatasan makanan akan menyebabkan penurunan

berat badan sehingga diare menjadi lebih lama dan kembalinya fungsi usus akan

lebih lama (Brown & Lean, 1984; Sandhu, 2001; WH0, 1995).

Pijat bayi sebagai terapi sentuhan memiliki banyak manfaat positif yang

dapat mendukung bayi dalam pertumbuhan dan perkembangannya serta dapat

menjadi terapi pendukung pada bayi diare. Pijat bayi memiliki manfaat

meningkatkan nafsu makan bayi dan membantu bayi untuk relaksasi sehingga

bayi merasa nyaman dan tidak rewel.

Melalui pijat bayi, dimana ibu memberikan sentuhan disertai dengan

penekanan lembut pada bayi akan menyebabkan ujung-ujung saraf yang terdapat

dipermukaan kulit bereaksi terhadap sentuhan. Pijatan pada tubuh diyakini dapat

menstimulasi sirkulasi darah lokal. Pembuluh darah pada bagian tubuh yang

dipijat akan mengalami dilatasi dan aliran darah pada daerah ini akan meningkat.

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

57

Peningkatan aliran darah dapat dinilai dengan membandingkan suhu dari daerah

pemijatan sebelum dan sesudah dipijat menggunakan tangan (Field, 1998 dalam

Field, 2001). Berdasarkan teori tersebut, diasumsikan bahwa dengan menstimulasi

sirkulasi darah, maka dapat melancarkan juga peredaran darah ke organ

pencernaan. Mekanisme diare diakibatkan karena masuknya patogen yang

menyebabkan rusaknya mukosa usus dan mengganggu proses absorpsi. Dengan

peredaran yang lancar, dapat mengatasi infeksi yang terjadi di dalam organ

pencernaan dan memperbaiki kemampuan absorpsi usus. Meningkatnya derajat

dehidrasi pada bayi dengan diare akut salah satunya disebabkan karena

kemampuan absorpsi usus terganggu, maka apabila kemampuan absorpsi usus

membaik, bayi akan cepat merasa lapar atau nafsu makan meningkat sehingga

dapat mempermudah pemberian asupan nutrisi, pemberian ASI dan rehidrasi oral

untuk mencegah perburukan kondisi dan memperbaiki kondisi dehidrasi.

Sinclair (2005) menyatakan bahwa pijat dapat merangsang sistem saraf dan

hormon. Pijatan merupakan rangsangan taktil di permukaan kulit dan merangsang

persarafan di sekitarnya. Sel-sel saraf akan bekerja memberikan informasi ke otak,

sehingga otak dapat menginstruksikan enzim ODC (ornithin decarboxylase) untuk

meningkatkan produksinya. Enzim ini bekerja untuk menjadi petunjuk peka bagi

pertumbuhan sel dan jaringan. Pada anak diare, pertumbuhan sel dan jaringan

bermanfaat untuk memperbaiki kondisi saluran pencernaan yang rusak akibat

invasi mikroorganisme. Kondisi saluran cerna yang membaik menyebabkan daya

serap saluran pencernaan menjadi baik juga, sehingga keadaan dehidrasi yang

biasanya terjadi pada bayi dengan diare diharapkan dapat teratasi.

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

58

Penelitian yang dilakukan Field dan Schanberg (1986) dalam Roesli (2008)

menunjukkan bahwa pada bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus

vagus yang akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan

insulin. Dengan demikian penyerapan makanan akan menjadi lebih baik. Anak

dengan diare mendapatkan terapi cairan baik oral maupun intravena. Terapi

tersebut bertujuan untuk mengatasi dehidrasi akibat diare. Dengan peningkatan

kadar enzim penyerapan akan membantu kerja cairan tersebut untuk cepat diserap

dalam tubuh anak, dengan begitu keadaan dehidrasi menjadi cepat teratasi.

Meningkatnya kadar enzim penyerapan juga membuat asupan makanan menjadi

cepat terserap oleh tubuh, sehingga tubuh memiliki energi yang cukup untuk

memperbaiki kerusakan yang terjadi pada organ pencernaan. Sistem pencernaan

mendapatkan nutrisi yang cukup untuk memperbaiki kerusakan akibat invasi

mikroorganisme yang menyebabkan terjadinya diare.

Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pijat bayi

terhadap diare. Peneliti Vonda K. Jump (2006) dalam penelitian yang

dilakukannya pada anak-anak yang tinggal di dua panti asuhan di Quito, Ecuador

dengan membandingkan pengaruh terapi pijat dengan terapi bermain. 37 bayi

dengan usia 10-11 bulan secara acak dibagi dalam kelompok intervensi yang

diberikan pijat bayi dan kelompok control yang diberikan terapi bermain.

Kelompok intervensi diberikan pijat bayi selama 15 menit setiap harinya,

khususnya pada pagi hari sedangkan kelompok kontrol diberikan terapi bermain

selama 15 menit tiap harinya. Hasil yang didapatkan pijat bayi mengurangi lama

hari anak-anak di panti asuhan merasakan gejala sakit dan juga pjat bayi memiliki

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertianerepo.unud.ac.id/9915/3/5560e5d924dc070038358c7d83b3e240.pdf · 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diare 2.2.1. Pengertian Menurut World

59

efek positif terhadap gejala sakit yang mereka alami. Untuk lebih mudah dipahami

gejala individual dari fase sakit dikategorikan sama dengan yang biasa dokter

pakai. Bayi pada kelompok pijat bayi memiliki rata-rata rendah kejadian gejala

infeksi. Ketika gejala individual dianalisa, kelompok pijat bayi memiliki frekuensi

diare yang lebih rendah dan memiliki temperamen yang lebih positif jika

dibandingkan dengan kelompok terapi bermain.

Di Indonesia sendiri juga terdapat penelitian yang dilakukan oleh Sri

Wulandari Novianti (2010) mengenai pengaruh terapi pijat dalam penurunan

frekuensi BAB dan tingkat dehidrasi pada anak usia nol sampai dua tahun dengan

diare di RSUD Cibabat Cimahi, hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan

kondisi pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol yaitu kelompok

intervensi lebih tenang, rileks, tidur lebih nyenyak dan mengalami peningkatan

nafsu makan.