bab ii tinjauan pustaka 2.1 deskripsi tanaman cabai besar ... ii.pdf · pdf file......
Post on 08-Mar-2019
229 views
Embed Size (px)
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.)
Tanaman cabai merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dengan
batang berkayu dan bercabang banyak. Tinggi tanaman cabai bisa mencapai 120
cm dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm (Cahyono, 2003). Daun cabai pada
umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya.
Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai pertulangan daun
menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur, lonjong, dan oval dengan ujung
meruncing, tergantung pada jenis dan varietasnya. Foto tanaman cabai besar
(Capsicum annuum L.) disajikan pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1
Tanaman cabai besar (Capsicum annuum L.)
(Sumber : Koleksi pribadi, 2013)
8
Menurut Tjitrosoepomo (2010) cabai besar termasuk dalam Famili
Solanaceae, dengan klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Sub Class : Asteridae
Ordo : Solanales
Family : Solanaceae
Genus : Capsicum
Species : Capsicum annuum L.
Selain sebagai penyedap makanan, cabai juga banyak digunakan untuk
terapi kesehatan. Berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa buah cabai dapat
membantu menyembuhkan kejang otot, rematik, sakit tenggorokan, dan alergi.
Cabai juga dapat membantu melancarkan sirkulasi darah dalam jantung. Selain
itu, cabai dapat digunakan untuk meringankan rasa pegal dan dingin akibat
rematik dan encok karena bersifat analgesik. Khasiat cabai yang begitu banyak
disebabkan oleh adanya senyawa kapsaikin (C18H27NO3) yang terkandung di
dalam buah cabai. Kapsaikin merupakan unsur aktif yang berkhasiat obat terdiri
dari lima komponen kapsaikinoid, yaitu nordihidro kapsaikin, kapsaikin, dihidro
kapsaikin, homo kapsaikin, dan homo dihidro kapsaikin (Cahyono, 2003).
Produksi cabai di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan cabai
nasional sehingga pemerintah harus mengimpor cabai yang mencapai lebih dari
16.000 ton per tahun (DJBPH, 2013). Rataan produksi cabai nasional baru
mencapai 6,19 ton/ha, sementara potensi produksi cabai dapat mencapai 10
9
ton/ha. Kendala biologis yang diakibatkan oleh serangan patogen pada cabai
masih merupakan penyebab utama kegagalan panen, maka usaha untuk mengatasi
penyakit pada tanaman cabai akibat hama dan penyakit sangat perlu mendapat
perhatian (Suryaningsih et al.,1996).
Cabai ditanam secara luas di Bali untuk memenuhi kebutuhan lokal dan
nasional. Kultivar cabai yang banyak ditanam di Bali adalah cabai besar
(Capsicum annum L) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L). Sebagian besar
cabai ditanam pada lahan tanpa irigasi sehingga menyebabkan penurunan
produksi selama musim kemarau mencapai 50%. Selain akibat penanaman tanpa
irigasi penurunan produksi lebih banyak disebabkan oleh penyakit, terutama
penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum spp. (Duriat,
1990; Sulandari, 2004).
2.2 Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai Besar
Salah satu jenis penyakit pada tanaman cabai besar adalah penyakit
antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum spp. Adanya serangan
jamur Colletotrichum spp. pada tanaman cabai besar mempunyai arti ekonomi
yang sangat penting, karena dapat menurunkan hasil produksi cabai dan
merugikan para petani sampai 50% (Semangun, 2007). Menurut Suhardi (1989)
penyakit antraknosa di Kabupaten Demak menyebabkan kerugian sebesar 50-
65%. Penyakit antraknosa tersebar luas di Jawa, Madura, Bali dan Lombok
(Duriat, 1990).
10
2.2.1 Penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar
Penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar disebabkan oleh jamur
Colletotrichum spp. Hannden and Black (1989) menyebutkan jenis jamur
Colletotrichum yang umum menyebabkan penyakit antraknosa pada buah cabai
terdiri atas empat spesies yaitu : C. gloeosporioides, C. capsici, C. acutatum, dan
C. coccodes. Menurut Kim et al. (1999) penyakit antraknosa pada tanaman cabai
disebabkan oleh jamur Colletotrichum terdiri atas lima spesies yaitu :
C. gloeosporioides, C. capsici, C. acutatum, C. dematium, dan C. coccodes.
Menurut hasil penelitian Sudiarta dan Sumiartha (2012) penyakit antraknosa pada
tanaman cabai di Bali kebanyakan disebabkan oleh jamur Colletotrichum
acutatum.
Menurut Alexopoulos et al. (1996) jamur Genus Colletotrichum termasuk
dalam Family Melanconiaceae, Class Deuteromycetes dengan klasifikasi sebagai
berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Deuteromycota
Class : Deuteromycetes
Subclass : Coelomycetidae
Ordo : Melanconiales
Family : Melanconiaceae
Genus : Colletotrichum
Species : Colletotrichum spp.
11
Jamur Colletotrichum spp. merupakan jamur parasit fakultatif dari Ordo
Melanconiales dengan ciri-ciri konidia (spora) tersusun dalam aservulus (struktur
aseksual pada jamur parasit, Gambar 2.2). Jamur dari Genus Colletotrichum
termasuk dalam Class Deuteromycetes yang merupakan bentuk anamorfik (bentuk
aseksual), dan pada saat jamur tersebut dalam telemorfik (bentuk seksual) masuk
dalam Class Ascomycetes yang dikenal dengan jamur dalam Genus Glomerella
(Alexopoulos et al., 1996). Struktur aservulus jamur Colletotrichum spp. disajikan
pada Gambar 2.2.
Struk
(A
(S
Ciri-ciri umum
bersekat dan menghasilk
membulat atau merunci
Massa dari konidia ber
1993).
Jamur Colletotri
ujung spora tumpul, uku
tur aservu
= setae, B
umber : B
jamur da
an konidi
ng panjan
warna hit
chum gloe
ran spora
A
Gambar 2.2lus jamur Colletotr
= konidia, C = ko
arnett and Hunter,
ri Genus Colletot
a yang transparan d
gnya antara 10-16
am dan hifanya b
osporioides memp
16,1 x 5,6 m de
B
ichum spp.
nidiofor)
1998)
richum yaitu memiliki hifa
an memanjang dengan ujung
m dan lebarnya 5-7 m.
erwarna abu-abu (Dickman,
unyai bentuk spora silendris,
ngan kecepatan tumbuh 12,5
C
12
mm per hari. Jamur Colletotrichum acutatum mempunyai bentuk spora silendris,
ujung spora meruncing, ukuran spora 16,1 x 5,3 m dengan kecepatan tumbuh 6,8
mm per hari. Jamur Colletotrichum coccodes mempunyai bentuk spora silendris,
ujung spora runcing, ukuran spora 14,9 x 4,2 m dengan kecepatan tumbuh 8,4
mm per hari. Sedangkan jamur Colletotrichum capsici mempunyai bentuk spora
seperti bulan sabit, ujung spora runcing, ukuran spora 24,3 x 4,4 m dengan
kecepatan tumbuh 9,8 mm per hari (AVRDC, 2010). Bentuk spora beberapa jenis
jamur Colletorichum spp. tersaji dalam Gambar 2.3.
C. gloeosporioides C. acutatum C. cocodes C. capsici
Gambar 2.3
Bentuk spora beberapa jenis jamur Colletotrichum spp.
(Sumber : AVRDC, 2010)
2.2.2 Gejala penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar
Jamur Colletotrichum dapat menginfeksi cabang, ranting, daun dan buah
cabai. Infeksi pada buah cabai besar terjadi biasanya pada buah menjelang tua dan
sesudah tua. Gejala diawali dengan adanya bintik-bintik kecil berwarna kehitam-
hitaman dan sedikit melekuk pada permukaan buah. Gejala lebih lanjut buah
13
mengkerut, kering, membusuk dan jatuh (Rusli dan Zulpadli, 1997). Bercak
berbentuk bundar atau cekung dan berkembang pada buah yang belum
dewasa/matang dari berbagai ukuran. Biasanya bentuk bercak beragam pada satu
buah cabai dan ketika penyakit semakin parah, bercak akan bersatu. Gejala pada
buah cabai yang sudah menua tampak seperti pada Gambar 2.4. Spora terbentuk
dan memencar secara cepat pada buah cabai, sehingga mengakibatkan kehilangan
hasil sampai 100%. Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai
dan menimbulkan bercak seperti bintik yang tidak beraturan berwarna merah tua
(Damm et al., 2010).
Gambar 2.4Buah cabai besar terserang penyakit antraknosa dengan gejala berat (A)
(Sumber : Koleksi pribadi, 2013)
Menurut Kim et al. (1984) gejala penyakit antraknosa pada buah cabai
besar dimulai dengan kulit buah akan tampak mengkilap, diikuti dengan
pelunakan jaringan, kemudian permukaan buah akan menjadi cekung dan
berwarna kecoklatan, sehingga terlihat adanya seperti luka atau lebih dikenal
dengan sebutan lesio. Lesio muncul sedikit demi sedikit kemudian pada akhirnya
A
14
dapat menutupi sebagian besar permukaan buah. Permukaan buah cabai yang
terserang penyakit antraknosa akan berair dan aservulus jamur Colletotrichum
spp. terlihat seperti bercak kehitaman yang kemudian meluas dan membusuk.
Pada buah cabai dengan gejala penyakit antraknosa berat buah mengering dan
keriput, sehingga buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti
jerami.
2.2.3 Mekanisme terjadinya penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar
Gejala serangan jamur Colletotrichum spp. penyebab penyakit antraknosa
pada buah cabai besar secara umum hampir sama dengan gejala serangan jamur
patogen lainnya. Gejala serangan jamur Colletotrichum spp. diawali dengan
adanya inokulasi j