bab ii tinjauan pustaka 2.1 deskripsi tanaman cabai besar ... ii.pdf · ... disajikan pada gambar...

24
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.) Tanaman cabai merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dengan batang berkayu dan bercabang banyak. Tinggi tanaman cabai bisa mencapai 120 cm dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm (Cahyono, 2003). Daun cabai pada umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya. Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai pertulangan daun menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur, lonjong, dan oval dengan ujung meruncing, tergantung pada jenis dan varietasnya. Foto tanaman cabai besar (Capsicum annuum L.) disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Tanaman cabai besar (Capsicum annuum L.) (Sumber : Koleksi pribadi, 2013)

Upload: phamnga

Post on 08-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar (Capsicum annuum L.)

Tanaman cabai merupakan tanaman semusim yang tumbuh tegak dengan

batang berkayu dan bercabang banyak. Tinggi tanaman cabai bisa mencapai 120

cm dengan lebar tajuk tanaman sampai 90 cm (Cahyono, 2003). Daun cabai pada

umumnya berwarna hijau muda sampai hijau gelap, tergantung pada varietasnya.

Daun cabai yang ditopang oleh tangkai daun mempunyai pertulangan daun

menyirip. Bentuk daun umumnya bulat telur, lonjong, dan oval dengan ujung

meruncing, tergantung pada jenis dan varietasnya. Foto tanaman cabai besar

(Capsicum annuum L.) disajikan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1

Tanaman cabai besar (Capsicum annuum L.)

(Sumber : Koleksi pribadi, 2013)

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

8

Menurut Tjitrosoepomo (2010) cabai besar termasuk dalam Famili

Solanaceae, dengan klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Sub Class : Asteridae

Ordo : Solanales

Family : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum annuum L.

Selain sebagai penyedap makanan, cabai juga banyak digunakan untuk

terapi kesehatan. Berbagai hasil penelitian membuktikan bahwa buah cabai dapat

membantu menyembuhkan kejang otot, rematik, sakit tenggorokan, dan alergi.

Cabai juga dapat membantu melancarkan sirkulasi darah dalam jantung. Selain

itu, cabai dapat digunakan untuk meringankan rasa pegal dan dingin akibat

rematik dan encok karena bersifat analgesik. Khasiat cabai yang begitu banyak

disebabkan oleh adanya senyawa kapsaikin (C18H27NO3) yang terkandung di

dalam buah cabai. Kapsaikin merupakan unsur aktif yang berkhasiat obat terdiri

dari lima komponen kapsaikinoid, yaitu nordihidro kapsaikin, kapsaikin, dihidro

kapsaikin, homo kapsaikin, dan homo dihidro kapsaikin (Cahyono, 2003).

Produksi cabai di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan cabai

nasional sehingga pemerintah harus mengimpor cabai yang mencapai lebih dari

16.000 ton per tahun (DJBPH, 2013). Rataan produksi cabai nasional baru

mencapai 6,19 ton/ha, sementara potensi produksi cabai dapat mencapai 10

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

9

ton/ha. Kendala biologis yang diakibatkan oleh serangan patogen pada cabai

masih merupakan penyebab utama kegagalan panen, maka usaha untuk mengatasi

penyakit pada tanaman cabai akibat hama dan penyakit sangat perlu mendapat

perhatian (Suryaningsih et al.,1996).

Cabai ditanam secara luas di Bali untuk memenuhi kebutuhan lokal dan

nasional. Kultivar cabai yang banyak ditanam di Bali adalah cabai besar

(Capsicum annum L) dan cabai rawit (Capsicum frutescens L). Sebagian besar

cabai ditanam pada lahan tanpa irigasi sehingga menyebabkan penurunan

produksi selama musim kemarau mencapai 50%. Selain akibat penanaman tanpa

irigasi penurunan produksi lebih banyak disebabkan oleh penyakit, terutama

penyakit antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum spp. (Duriat,

1990; Sulandari, 2004).

2.2 Penyakit Antraknosa pada Tanaman Cabai Besar

Salah satu jenis penyakit pada tanaman cabai besar adalah penyakit

antraknosa yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum spp. Adanya serangan

jamur Colletotrichum spp. pada tanaman cabai besar mempunyai arti ekonomi

yang sangat penting, karena dapat menurunkan hasil produksi cabai dan

merugikan para petani sampai 50% (Semangun, 2007). Menurut Suhardi (1989)

penyakit antraknosa di Kabupaten Demak menyebabkan kerugian sebesar 50-

65%. Penyakit antraknosa tersebar luas di Jawa, Madura, Bali dan Lombok

(Duriat, 1990).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

10

2.2.1 Penyebab penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar

Penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar disebabkan oleh jamur

Colletotrichum spp. Hannden and Black (1989) menyebutkan jenis jamur

Colletotrichum yang umum menyebabkan penyakit antraknosa pada buah cabai

terdiri atas empat spesies yaitu : C. gloeosporioides, C. capsici, C. acutatum, dan

C. coccodes. Menurut Kim et al. (1999) penyakit antraknosa pada tanaman cabai

disebabkan oleh jamur Colletotrichum terdiri atas lima spesies yaitu :

C. gloeosporioides, C. capsici, C. acutatum, C. dematium, dan C. coccodes.

Menurut hasil penelitian Sudiarta dan Sumiartha (2012) penyakit antraknosa pada

tanaman cabai di Bali kebanyakan disebabkan oleh jamur Colletotrichum

acutatum.

Menurut Alexopoulos et al. (1996) jamur Genus Colletotrichum termasuk

dalam Family Melanconiaceae, Class Deuteromycetes dengan klasifikasi sebagai

berikut :

Kingdom : Fungi

Phylum : Deuteromycota

Class : Deuteromycetes

Subclass : Coelomycetidae

Ordo : Melanconiales

Family : Melanconiaceae

Genus : Colletotrichum

Species : Colletotrichum spp.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

11

Jamur Colletotrichum spp. merupakan jamur parasit fakultatif dari Ordo

Melanconiales dengan ciri-ciri konidia (spora) tersusun dalam aservulus (struktur

aseksual pada jamur parasit, Gambar 2.2). Jamur dari Genus Colletotrichum

termasuk dalam Class Deuteromycetes yang merupakan bentuk anamorfik (bentuk

aseksual), dan pada saat jamur tersebut dalam telemorfik (bentuk seksual) masuk

dalam Class Ascomycetes yang dikenal dengan jamur dalam Genus Glomerella

(Alexopoulos et al., 1996). Struktur aservulus jamur Colletotrichum spp. disajikan

pada Gambar 2.2.

Struk

(A

(S

Ciri-ciri umum

bersekat dan menghasilk

membulat atau merunci

Massa dari konidia ber

1993).

Jamur Colletotri

ujung spora tumpul, uku

tur aservu

= setae, B

umber : B

jamur da

an konidi

ng panjan

warna hit

chum gloe

ran spora

A

Gambar 2.2lus jamur Colletotr

= konidia, C = ko

arnett and Hunter,

ri Genus Colletot

a yang transparan d

gnya antara 10-16

am dan hifanya b

osporioides memp

16,1 x 5,6 m de

B

ichum spp.

nidiofor)

1998)

richum yaitu memiliki hifa

an memanjang dengan ujung

µm dan lebarnya 5-7 µm.

erwarna abu-abu (Dickman,

unyai bentuk spora silendris,

ngan kecepatan tumbuh 12,5

C

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

12

mm per hari. Jamur Colletotrichum acutatum mempunyai bentuk spora silendris,

ujung spora meruncing, ukuran spora 16,1 x 5,3 m dengan kecepatan tumbuh 6,8

mm per hari. Jamur Colletotrichum coccodes mempunyai bentuk spora silendris,

ujung spora runcing, ukuran spora 14,9 x 4,2 m dengan kecepatan tumbuh 8,4

mm per hari. Sedangkan jamur Colletotrichum capsici mempunyai bentuk spora

seperti bulan sabit, ujung spora runcing, ukuran spora 24,3 x 4,4 m dengan

kecepatan tumbuh 9,8 mm per hari (AVRDC, 2010). Bentuk spora beberapa jenis

jamur Colletorichum spp. tersaji dalam Gambar 2.3.

C. gloeosporioides C. acutatum C. cocodes C. capsici

Gambar 2.3

Bentuk spora beberapa jenis jamur Colletotrichum spp.

(Sumber : AVRDC, 2010)

2.2.2 Gejala penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar

Jamur Colletotrichum dapat menginfeksi cabang, ranting, daun dan buah

cabai. Infeksi pada buah cabai besar terjadi biasanya pada buah menjelang tua dan

sesudah tua. Gejala diawali dengan adanya bintik-bintik kecil berwarna kehitam-

hitaman dan sedikit melekuk pada permukaan buah. Gejala lebih lanjut buah

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

13

mengkerut, kering, membusuk dan jatuh (Rusli dan Zulpadli, 1997). Bercak

berbentuk bundar atau cekung dan berkembang pada buah yang belum

dewasa/matang dari berbagai ukuran. Biasanya bentuk bercak beragam pada satu

buah cabai dan ketika penyakit semakin parah, bercak akan bersatu. Gejala pada

buah cabai yang sudah menua tampak seperti pada Gambar 2.4. Spora terbentuk

dan memencar secara cepat pada buah cabai, sehingga mengakibatkan kehilangan

hasil sampai 100%. Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai

dan menimbulkan bercak seperti bintik yang tidak beraturan berwarna merah tua

(Damm et al., 2010).

Gambar 2.4Buah cabai besar terserang penyakit antraknosa dengan gejala berat (A)

(Sumber : Koleksi pribadi, 2013)

Menurut Kim et al. (1984) gejala penyakit antraknosa pada buah cabai

besar dimulai dengan kulit buah akan tampak mengkilap, diikuti dengan

pelunakan jaringan, kemudian permukaan buah akan menjadi cekung dan

berwarna kecoklatan, sehingga terlihat adanya seperti luka atau lebih dikenal

dengan sebutan lesio. Lesio muncul sedikit demi sedikit kemudian pada akhirnya

A

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

14

dapat menutupi sebagian besar permukaan buah. Permukaan buah cabai yang

terserang penyakit antraknosa akan berair dan aservulus jamur Colletotrichum

spp. terlihat seperti bercak kehitaman yang kemudian meluas dan membusuk.

Pada buah cabai dengan gejala penyakit antraknosa berat buah mengering dan

keriput, sehingga buah yang seharusnya berwarna merah menjadi berwarna seperti

jerami.

2.2.3 Mekanisme terjadinya penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar

Gejala serangan jamur Colletotrichum spp. penyebab penyakit antraknosa

pada buah cabai besar secara umum hampir sama dengan gejala serangan jamur

patogen lainnya. Gejala serangan jamur Colletotrichum spp. diawali dengan

adanya inokulasi jamur Colletotrichum spp. pada buah cabai, kemudian diikuti

dengan proses penetrasi, infeksi, kolonisasi, dan diseminasi. Inokulasi merupakan

proses deposisi atau kontaknya inokulum (spora) pada permukaan jaringan inang.

Proses penetrasi yaitu proses masuknya organisme patogen ke dalam tubuh inang.

Kemudian setelah organisme patogen tersebut masuk ke dalam tubuh inang, maka

akan terjadi proses perkecambahan spora (Sinaga, 2006).

Proses perkecambahan spora pada tubuh inang dapat digambarkan sebagai

berikut : pada mulanya spora patogen membentuk tabung kecambah (germ tube).

Bagian spora yang memproduksi germ tube bertambah panjang dan menembus

dinding sel inang. Kemudian germ tube akan termodifikasi menjadi apresorium

yang berfungsi untuk melekat dengan kuat pada permukaan jaringan inang

(Yudiarti, 2007). Proses infeksi terjadi setelah proses penetrasi yaitu patogen

sudah berada pada jaringan inang dan memproleh makanan dari inangnya.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

15

Kolonisasi merupakan proses kelanjutan dari infeksi yaitu patogen melanjutkan

pertumbuhan dan perluasan aktivitas patogen melalui jaringan inang. Proses

kolonisasi tersebut akan merusak seluruh jaringan pada tubuh inang (Wharton dan

Uribeondo, 2004). Periode inkubasi merupakan waktu yang dibutuhkan patogen

sejak mulai inokulasi sampai timbul gejala penyakit. Bila gejala penyakit telah

timbul berarti patogen telah melakukan reproduksi inokulum sekunder.

Sedangkan proses diseminasi merupakan proses penyebaran inokulum sekunder

yang dihasilkan oleh patogen melalui agen penyebar seperti angin, air dan

serangga (Sinaga, 2006).

Terdapat tiga jalan atau cara yang digunakan oleh patogen dalam

melakukan penetrasi yaitu, luka, lubang alami, dan penetrasi langsung. Luka yang

ada pada tanaman dapat disebabkan oleh manusia, faktor fisik seperti angin, air

hujan, atau serangan dari hama. Lubang alami yang biasa digunakan oleh patogen

untuk masuk ke dalam tubuh tanaman inang antara lain, stomata, hidatoda dan

lenti sel. Sedangkan untuk cara penetrasi langsung, dibutuhkan usaha dari patogen

antara lain dengan memproduksi zat kimia berupa enzim atau toksin yang

berfungsi untuk mendegradasi dinding sel dan atau merubah permeabilitas

membran sel tanaman. Keadaan cuaca yang lembab sangat cocok untuk

pembentukan spora dan terjadinya infeksi sehingga diameter lesio akan cepat

membesar (Martinez et al., 2009).

2.2.4 Siklus hidup jamur Colletotrichum spp.

Spora jamur Colletotrichum spp. dapat disebarkan oleh angin dan percikan

air hujan dan pada inang yang cocok akan berkembang dengan cepat (Dickman,

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

16

1993). Pertumbuhan awal jamur Colletotrichum spp. membentuk koloni miselium

yang berwarna putih dengan miselium yang timbul di permukaan. Kemudian

perlahan-lahan berubah menjadi hitam dan akhirnya berbentuk aservulus.

Aservulus berwarna merah muda sampai coklat muda merupakan kumpulan

massa konidia (Rusli dan Zulpadli, 1997). Tahap awal infeksi Colletotrichum

umumnya dimulai dari perkecambahan spora pada permukaan jaringan tanaman,

menghasilkan tabung kecambah. Setelah penetrasi maka akan terbentuk jaringan

hifa, hifa intra dan interseluler menyebar melalui jaringan tanaman (Yudiarti,

2007). Siklus penyakit antraknosa pada tanaman cabai yang disebabkan oleh

jamur Colletotrichum spp. disajikan pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5Siklus penyakit antraknosa pada tanaman cabai yang disebabkan

oleh jamur Colletotrichum spp.

(Sumber, Agrios 2005)

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

17

Infeksi terjadi setelah apresorium dihasilkan, apresorium mempenetrasi

kutikula dan tumbuh dibawah dinding kutikula dan dinding periklinal dari sel

epidermis. Kemudian, hifa tumbuh dan menghancurkan dinding sel utama. Hal ini

terjadi karena matinya sel yang berdampingan secara meluas. Ketika jaringan

membusuk, hifa masuk ke pembuluh sklerenkim dan langsung tumbuh menembus

dinding sklerenkim (Pring et al., 1995).

2.2.5 Pengendalian penyakit antraknosa pada tanaman cabai besar

Pengendalian penyakit antraknosa pada tanaman cabai yang sering

dilakukan oleh petani adalah dengan menggunakan fungisida, karena sampai saat

ini belum ada tanaman cabai merah yang tahan terhadap penyakit antraknosa.

Prinsip penggunaan fungisida didasarkan pada prinsip antibiotik terhadap

tanaman. Cara lainnya yang digunakan untuk mengendalikan penyakit yaitu

penggunaan bahan kimia sintetik yang mampu memicu ketahanan tanaman

(Suhendro et al., 2000).

Bila patogen sudah menginfeksi jaringan tanaman, umumnya fungisida

tidak efektif dalam pengendalian penyakit. Dalam banyak kasus, informasi

spesifik tentang siklus penyakit sangat dibutuhkan dalam aplikasi fungisida yang

tepat untuk melindungi tanaman. Dalam label fungisida memberikan petunjuk

pengaplikasian, biasanya dengan jarak interval 7-14 hari. Jika kelembaban tinggi

atau pertumbuhan tanaman cepat, maka interval terendah antar aplikasi yang

sering digunakan, dan jika kelembaban rendah maka digunakan interval tertinggi

(Suryaningsih dan Suhardi, 1993).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

18

Cara aplikasi dan jenis fungisida berpengaruh nyata terhadap masa

inkubasi dan intensitas penyakit antraknosa pada buah cabai selama di

penyimpanan. Fungisida dari kelompok sistemik menunjukkan yang terbaik

dibandingkan dengan fungisida kontak. Tetapi tidak ada interaksi antara waktu

aplikasi dan fungisida dalam mempertahankan masa inkubasi dan menekan

intensitas penyakit tersebut (Sudarmo, 2005). Jenis fungisida yang digunakan

seperti Dithane M-45 80 WP merupakan jenis fungisida bersifat sistemik karena

cara kerjanya ditranslokasikan ke dalam jaringan tanaman dan fungisida Dakonil

500 F merupakan jenis fungisida kontak atau non sistemik (Semangun, 2007).

2.3 Identifikasi Spesies Colletotrichum spp. dengan Gen 18S rRNA

Mikroorganisme Eukaryota memiliki 3 jenis DNA ribosomal yaitu 5.8S

rDNA, 18S rDNA dan 28S rDNA. Diantara ketiganya, ribosomal 18S rDNA yang

paling sering digunakan dalam identifikasi suatu spesies jamur. Analisis gen

penyandi 18S rDNA dapat digunakan sebagai penanda molekuler dengan fungsi

yang identik pada seluruh organisme yang sejenis. Pendekatan secara molekular

dengan metode Polimerase Chain Reaction (PCR) dengan menggunakan gen 18S

rDNA berkembang secara cepat dan akurat. Pada penelitian ini digunakan primer

Internal Transcript Spacer (ITS) yaitu ITS 1 dan ITS 4 yang digunakan untuk

mendeteksi gen 18S DNA dari DNA gen komplek ribosom dari jamur

Colletotrichum spp. sehingga dapat digunakan untuk proses identifikasi secara

tepat sampai ke tingkat spesies (Nishizawa et al., 2010).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

19

2.4 Deskripsi Tumbuhan Awar-Awar (Ficus septica Burm.f)

Awar-awar (Ficus septica Burm.f.) berhabitus perdu dari Family

Moraceae dengan tinggi tanaman dapat mencapai ± 6 meter. Awar-awar

merupakan tumbuhan liar yang tumbuh pada lahan kosong, semak-semak dan

hutan. Tumbuhan ini dapat hidup pada ketinggian dari 0-1.800 meter dari

permukaan laut. Batangnya berkayu, berongga, bergetah, bulat, bercabang

berwarna coklat muda. Daunya tunggal, berseling atau berhadapan, bulat telur,

ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata, panjang 10-30 cm, lebar 6-16 cm,

permukaan daun mengkilat, pertulangan menyirip, tangkai panjangnya 2-5 cm,

berwarna hijau keputih-putihan. Bunganya majemuk, pada batang dan ranting,

kelopak dan mahkota kecil, berwarna hijau keputih-pulihan. Buahnya berupa buah

buni, bulat, tangkai pendek, diameter ± 2 cm, masih muda berwarna hijau setelah

tua berwarna hitam. Bijinya kecil, keras, berwarna coklat. Akarnya berupa akar

tunggang, berwarna putih kecoklatan (de Padua et al., 1999). Foto tumbuhan

awar-awar (Ficus septica Burm.f.) disajikan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6

Tumbuhan awar-awar (Ficus septica Burm.f.)

(Sumber : Koleksi pribadi, 2013)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

20

Tumbuhan awar-awar (Ficus septica Burm.f.) jarang dimanfaatkan secara

ekonomis, buah awar-awar sering dimakan sebagai makanan burung dan

kelelawar. Penyebarannya oleh burung atau kelelawar melalui feses yang dibuang

yang didalamnya terdapat biji tumbuhan awar-awar, sehingga distribusi tumbuhan

ini mempunyai kisaran yang sangat luas dari ketinggian 0 – 1.800 di atas

permukaan laut.

2.4.1 Kandungan kimia tumbuhan awar-awar

Sukadana (2010) melaporkan bahwa ekstrak kulit akar awar-awar (Ficus

septica Burm.f.) mengandung senyawa flavonoid dari golongan flavanon dan

senyawa tersebut dapat menghambat pertumbuhan bakteri Vibrio cholera dan

Escherichea coli. sedangkan Damu et al. (2005) melaporkan bahwa ekstrak

batang awar-awar mengandung senyawa dari golongan alkaloid phenanthro-

indolizidine yang terdiri atas ficuseptines B-D (1-3), 10R,13aR-tylophorine N-

oxide (4), 10R,13aR-ylocrebrine N-oxide (5), 10S,13aR-tylocrebrine N-oxide (6),

10S,13aR-isotylocrebrine N-oxide (7), dan 10S,13aS-isotylocrebrine N-oxide (8).

Senyawa golongan alkaloid tersebut bersifat sitotoksik. Menurut Nugroho et al.

(2011) hasil fraksinasi etanol dan heksan dari ekstrak daun awar-awar berpotensi

sebagai senyawa antikanker. Disamping itu daun dan akar awar-awar

mengandung saponin dan flavonoid, buahnya mengandung alkaloid dan tanin

sedangkan akarnya mengandung polifenol (de Padua et al., 1999).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

21

2.4.2 Pemanfaatan tumbuhan awar-awar

Sampai saat ini awar-awar belum dimanfaatkan secara ekonomi oleh

masyarakat. Pemanfaatan awar-awar hanya terbatas untuk pengobatan tradisional

yaitu daun awar-awar biasanya digunakan sebagai obat bisul, luka, borok dan

sebagai penawar racun binatang berbisa, sedangkan akarnya biasanya digunakan

untuk obat sesak nafas. Pemanfaatan daun awar-awar sebagai obat bisul, borok

dan luka yaitu dengan cara diambil sebanyak 5 gram daun awar-awar segar,

ditumbuk sampai halus kemudian ditempelkan pada bagian tubuh yang luka, bisul

ataupun borok (Asgar.or.id, 2013).

Buah awar-awar yang sudah masak biasanya akan dimakan oleh burung

dan kelelawar, sehingga penyebaran atau distribusi tumbuhan awar-awar dibantu

oleh burung dan kelelawar melalui biji yang terdapat di dalam feces burung

ataupun kelelawar yang memanfaatakan buah awar-awar sebagai makanannya

(Asgar.or.id, 2013).

2.5 Pestisida Nabati

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berupa tumbuhan.

Penggunaan pestisida nabati telah berlangsung dari sejak tahun 1690 oleh para

petani di Perancis dengan menggunakan perasan daun tembakau untuk

mengendalikan hama kepik pada tanaman buah persik. Penggunaan pestisida

nabati selain dapat mengurangi pencemaran lingkungan harganya relatif lebih

murah apabila dibandingkan dengan pestisida kimia (Sudarmo, 2005).

Menurut Kardinan (2002), pestisida nabati mudah terurai di alam karena

terbuat dari bahan alami. Pada saat diaplikasikan pestisida nabati akan dapat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

22

mengendalikan hama dan penyakit secara spesifik dan kemudian dengan cepat

akan terurai oleh lingkungan sehingga tidak ada residu pada tanaman dan tanaman

aman untuk dikonsumsi. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :

merusak perkembangan telur, larva dan pupa, menghambat pergantian kulit

serangga, menyebabkan serangga menolak makan, menghambat reproduksi

serangga betina, mengurangi nafsu makan pada serangga, mengusir serangga dan

menghambat perkembangan patogen.

Tumbuhan pada dasarnya mengandung banyak senyawa kimia yang

merupakan hasil dari metabolit sekunder yang dimanfaatkan oleh tumbuhan

sebagai alat pertahanan dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT).

Metabolit sekunder yang dihasilkan dan digunakan oleh tumbuhan sebagai

senyawa pertahanan tersebut terdiri atas senyawa golongan terpenoid, alkaloid

dan fenol. Senyawa-senyawa tersebut berpotensi digunakan sebagai pestisida

nabati untuk mengendalikan OPT, sehingga akan dapat membantu masyarakat

petani untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman secara ramah

lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada disekitarnya (Kardinan,

2002).

Menurut Dixit et al. (1995), dari 30 spesies tumbuhan tingkat tinggi yang

berpotensi digunakan sebagai fungisida nabati diuji aktivitas antijamurnya

terhadap pertumbuhan jamur Penicilium italicum penyebab penyakit busuk

kapang biru (blue mold ) pada jeruk Mandarin. Ekstrak Ageratum conyzoides

menunjukkan toksisitas tertinggi dalam menghambat pertumbuhan miselia jamur

yang diuji. Perendaman buah dengan minyak atsiri dan melalui fumigasi berhasil

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

23

mengendalikan blue mold (kapang biru) pada jeruk mandarin dan tidak

menimbulkan bahaya pada buah.

Tripathi et al. (2008) melaporkan bahwa dari 26 jenis tanaman yang diuji

aktivitas antijamurnya terhadap jamur Botrytis cinerea penyebab penyakit kapang

biru (blue mold ) pada tanaman anggur, ditemukan 10 jenis tanaman yang mampu

menghambat pertumbuhan jamur uji. Kesepuluh jenis tanaman tersebut

diantaranya Chenopodium ambrosioides, Eucalyptus citriodora, Eupatorium

cannabinum, Lawsonia inermis, Ocinum canum, Ocinum gratissimum, Ocinum

sanctum, Prunus persica, Zingiber cassumunar dan Zingiber officinale. Nilai

minimum inhibitory concentration (MIC) dari minyak atsiri Ocinum sanctum,

Prunus persica dan Zingiber officinale masing-masing 200, 150 dan 100 ppm

(mg/l). Sifat minyak atsiri ini stabil terhadap panas dan menunjukkan aktivitas

antijamur terhadap 15 jamur lainnya. Potensi antijamurnya bahkan lebih besar

dari fungisida sintetis. Buah anggur yang diberi perlakuan minyak atsiri Ocinum

sanctum dan Prunus persica daya simpannya dapat diperpanjang sampai 5 dan 4

hari, sementara yang diberi perlakuan minyak atsiri Zingiber officinale daya

simpannya bisa diperpanjang sampai 6 hari. Minyak atsiri yang diuji ini tidak

menimbulkan kerusakan pada kulit buah anggur.

Minyak atsiri yang diisolasi dari 5 jenis tanaman yang tumbuh di Iran

yaitu Urtica dioica, Thymus vulgaris, Eucalyptus spp., Ruta graveolens dan

Achillea millefolium diuji aktivitas antijamurnya terhadap jamur patogen

Alternaria alternata yang menyebabkan penyakit pasca panen pada tomat. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa minyak atsiri dari Urtica dioica dan Thymus

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

24

vulgaris menunjukkan aktivitas antijamur terhadap jamur Alternaria alternate.

Minyak atsiri dari Thymus vulgaris menunjukkan daya hambat terhadap

perkecambahan spora sebesar masing-masing 68,5% dan 74,8% pada konsentrasi

1500 dan 2000 ppm. Minyak atsiri dari Urtica dioica pada konsentrasi 1500 ppm

secara signifikan menghambat perkecambahan dan elongasi dari tabung kecambah

dan mampu melindungi kerusakan buah tomat pasca panen, baik melalui

inokulasi buatan maupun infeksi alamiah (Hadizadeh et al., 2009).

Cassia alata dan Dennetia tripetala diekstrak daunnya dan diuji sifatnya

sebagai antijamur terhadap jamur Sclerotium rolfsii, penyebab penyakit busuk

pada Cocoyam selama penyimpanan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

tepung daun dan ekstrak daun dari Cassia alata dan Dennetia tripelata secara

nyata mengurangi pertumbuhan koloni jamur secara in vitro dan perkembangan

penyakit pada umbi Cocoyam secara in vivo. Tepun daun ditemukan lebih efektif

dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen baik in vitro maupun in vivo

dibandingkan dengan ekstrak daun. Tepung daun dan ekstrak daun lebih efektif

diberikan sebagai bioprotektan pada umbi Cocoyam (Nwachukwu dan Osuji,

2008).

Bobbarala et al. (2009) meneliti 49 jenis tumbuhan yang digunakan dalam

obat tradisional di India diuji aktivitas antijamurnya terhadap jamur Aspergillus

niger. Jamur ini merupakan saprofit di dalam tanah menyebabkan busuk hitam

pada bawang merah dan bawang putih serta menyebabkan beberapa jenis penyakit

pada beberapa jenis tanaman seperti pada kapas, kacang tanah, dan buah vanili.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 49 jenis tumbuhan yang diuji, 86%

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

25

menunjukkan aktivitas antijamaur terhadap Aspergillus niger sementara 14%

tidak menunjukkan aktivitas antijamur. Ekstrak Grewia arborea menunjukkan

aktivitas antijamur yang tertinggi.

Satish et al. (2007), melakukan penelitian pada 52 jenis tumbuhan yang

tumbuh di India dari berbagai famili diuji potensi aktivitas antijamurnya terhadap

8 spesies Aspergillus yaitu Aspergillus candidus, A. columnaris, A. flavipes,

A. flavus, A. fumigatus, A. niger, A. pchraceus dan A. tamari yang diisolasi dari

biji sorghum, jagung dan padi. Kedelapan jenis jamur ini sering dijumpai sebagai

patogen pada biji selama penyimpanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari

52 jenis tumbuhan yang diuji, sebanyak 12 jenis tumbuhan menunjukkan aktivitas

antijamur terhadap Aspergillus. Tanaman tersebut adalah : Acacia nilotica, Achras

zapota, Datura stramonium, Emblica officinalis, Eucalyptus globules, Lawsonia

inermis, Mimusops elengi, Peltophorum pterocarpum, Polyalthia longifolia,

Prosopis juliflora, Punica granatum dan Sygigium cumini. Aspergillus flavus

ditemukan paling peka terhadap ekstrak. Diantara solven yang diuji, ekstrak

metanol memberikan hasil yang lebih baik dari etanol, kloroform, petroleum ether

dan benzene, kecuali untuk Polyathia longifolia, dimana petrolium ether

memberikaan hasil yang terbaik di antara solven yang diuji.

Ekstrak tumbuhan Mimusops elengi (Family Sapotaceae) diuji aktivitas

antijamurnya terhadap beberapa jenis jamur patogen tanaman yang bersifat

sebagai tular benih (seed borne). Jamur yang diuji adalah Alternaria alternata,

Drechslera (2 spesies), Fusarium (8 spesies), Aspergillus (10 spesies) dan

Penicillium (3 spesies). Semua jenis jamur ini sering berasosiasi dengan benih

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

26

tanaman sorghum (Sorghum bicolor), jagung (Zea mays) dan padi (Oryza sativa).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air, ekstrak metanol dan ekstrak

etanol memiliki daya hambat yang nyata terhadap semua jenis jamur yang diuji.

Senyawa alkaloid yang terdapat di dalam ekstrak tumbuhan ini secara nyata lebih

tinggi dibandingkan dengan Dithane M-45 dan fungisida yang lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian tumbuhan Mimusops elengi dapat dimanfaatkan

untuk mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh jamur patogen yang bersifat

tular benih dan mencegah kerusakan biji-bijian (grain) dari kerusakan oleh jamur

serta mencegah terbentuknya mikotoksin selama penyimpanan (Satish et al.,

2008).

Suprapta et al. (2008), melaporkan bahwa dari 45 jenis tumbuhan yang

diuji aktivitas antijamurnya terhadap jamur Phytophthora palmivora penyebab

penyakit bercak hitam (black pod) pada tanaman cacao, ditemukan 5 jenis

tumbuhan yang mampu menghambat pertumbuhan jamur uji yaitu Eugenia

aromatica, Piper betle, Pometia pinata, Alpinia galanga dan Sphaeranthus

indicus. Diantara kelima jenis tumbuhan tersebut E. aromatica dan P. betle

memiliki aktivitas antijamur yang kuat terhadap jamur P. palmivora pada

konsentrasi 0,05% dan 0,1%. Sementara itu pemanfaatan kombinasi ekstrak daun

sirih (Piper betle) dan rimpang lengkuas (Alpinia galanga) mampu meningkatkan

ketahanan benih tanaman pisang sampai 90-93% dari serangan jamur Fusarium

oxysporum dan atau Ralstonia solanacearum penyebab penyakit layu pada

tanaman pisang. Sedangkan pada kontrol dan perlakuan fungisida sintetik

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

27

(cholothalonil) kemampuan tumbuh sehat benih pisang berkisar antara 11-18%

dan 77-81% (Suprapta et al., 2005).

2.5.1 Keunggulan dan kelemahan pestisida nabati

Upaya untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia sintetik akhir-akhir

ini banyak mendapat perhatian dunia dan sering kali dibicarakan di dalam seminar

dan ditulis dalam naskah jurnal, khususnya yang berkaitan dengan penyakit

tanaman. Adanya kekhawatiran masyarakat dengan penggunaan pestisida kimia

sintetis, dan didukung oleh permintaan produk pertanian yang sehat dan aman

bagi konsumen, maka diperlukan cara untuk mengendalikan penyakit tanaman

yang lebih aman (Soesanto, 2008).

Menurut Sudarmo (2005), keunggulan pestisida nabati adalah murah dan

mudah dibuat oleh petani, relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan

resistensi hama, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, tidak meninggalkan

residu pada tanaman. Sedangkan beberapa kelemahannya adalah daya kerja relatif

lambat, tidak membunuh organisme target secara langsung, tidak tahan terhadap

sinar matahari, dan tidak dapat disimpan dalam waktu yang lama.

Penggunaan pestisida nabati mengalami beberapa kendala diantaranya

adalah penggunaan pestisida sintetis (kimia) tetap lebih disukai dengan beberapa

alasan mudah didapat, praktis dalam aplikasinya, hasilnya relatif lebih cepat

terlihat, tersedia dalam jumlah banyak, Disamping itu tidak tersedianya bahan

tanaman secara berkesinambungan dalam jumlah yang memadai saat diperlukan

dan sulitnya registrasi pestisida nabati di komisi pestisida karena bahan aktif tidak

mudah untuk dideteksi. Tetapi dengan dikembangkannya sistem pertanian organik

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

28

maka penggunaan pestisida nabati lebih meningkat dan semakin berpotensi untuk

dikembangkan (Kardinan, 2002).

Menurut Suprapta (2014) pestisida nabati memiliki beberapa kelebihan

dan kekurangan, kelebihan pestisida nabati diantaranya pestisida nabati

mengandung senyawa fenol, alkaloid, saponin, quinon, xanthone yang mudah

terurai di alam sehingga tidak mengandung bahaya residu yang besar baik hasil

pertanian maupun pada lingkungan; pestisida nabati tidak berbahaya bagi

organisme bukan target karena pestisida nabati bersifat spesifik terhadap hama

dan patogen tertentu; persistensi pestisida nabati relatif singkat sehingga dapat

digunakan beberapa saat menjelang panen; pestisida nabati mengandung senyawa

aktif dan senyawa kurang aktif sering keberadaannya bersifat sinergis dan patogen

tidak mudah menjadi resisten terhadap pestisida nabati karena pestisida nabati

bersifat komplek. Sedangkan beberapa kekurangan pestisida nabati diantaranya

persistensi pestisida nabati umumnya sangat singkat sehingga harus diaplikasikan

secara berulang-ulang; biaya produksi yang tinggi sehingga tidak dapat bersaing

dengan pestisida sintetis dan kosistensi pestisida nabati umumnya kurang

dibandingkan dengan pestisida sintetis karena bahan aktif pestisida nabati dari

ekstrak tumbuhan sangat bervariasi menurut musim dan tempat tumbuh.

Pestisida nabati tidak dapat berlaku secara umum dan bersifat spesifik,

karena satu jenis tanaman yang ditanaman pada tempat dengan lingkungan yang

berbeda kemungkinan besar akan mengandung bahan aktif yang berbeda pula,

akibatnya dosis dan konsentrasi dan efektifitas pestisida nabati akan berbeda

bergantung pada lokasi setempat. Disamping itu aplikasi pestisida nabati sangat

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

29

dipengaruhi oleh lingkungan setempat, pestisida nabati yang digunakan pada

daerah tertentu belum tentu cocok untuk daerah yang lain walaupun digunakan

untuk mengendalikan penyakit yang sama pada tanaman yang sama. Hal ini dapat

disebabkan oleh kondisi lingkungan pada masing-masing tempat atau daerah

berbeda seperti kondisi pH, kelembaban, suhu, dan musim pada masing-masing

tempat atau daerah belum tentu sama (Kardinan, 2002).

2.5.2 Prospek pengembangan pestisida nabati

Terjadinya keracunan pada hewan dan manusia, pencemaran air, tanah,

udara, terjadinya resistensi hama, terjadinya resurgensi merupakan beberapa

kelemahan dari penggunaan pestisida sintetis, sehingga peluang untuk

mengembangkan pestisida nabati semakin meningkat. Peluang pengembangan

pestisida nabati semakin meningkat dengan meningkatnya pendidikan masyarakat

disertai dengan kebutuhan hidup sehat. Dalam lingkungan yang sehat

menyebabkan peranan pestisida nabati dalam pertanian semakin meningkat,

karena tidak mungkin pertanian bisa berlangsung dan berproduksi dengan baik

tanpa pestisida (Suprapta, 2014).

Berkembangnya sistem pertanian organik akan dapat meningkatkan

kebutuhan terhadap pestisida alami termasuk pestisida nabati karena sistem

pertanian organik, masalah hama dan penyakit selalu muncul dan menjadi kendala

produksi utama terutama pada tahap awal pengembangan sistem pertanian

organik. Karena sistem pertanian organik hanya menggunakan bahan organik

alam untuk proses produksi, dan tidak menggunakan senyawa kimia sintetis

seperti pupuk kimia sintetis dan pestisida kimia sintetis. Menurut Suprapta ( 2014)

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Tanaman Cabai Besar ... II.pdf · ... disajikan pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 ... Penyakit dapat menginfeksi sampai ke tangkai buah cabai ... biasanya

30

saat ini sharing pasar pestisida alam masih sangat kecil yaitu kurang dari 2%,

sedangkan pertumbuhan pasar pestisida alam meningkat cukup besar yaitu sekitar

10-15% setiap tahun. Sehingga pertumbuhan permintaan yang cukup besar

merupakan peluang yang cukup besar dalam pengembangan pestisida nabati

untuk masa yang akan datang.