bab ii tinjauan pustaka 1.1.1 minat berkunjung...

23
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 1.1.1 Minat Berkunjung Ulang Minat beli kembali di definisikan sebagai purchase intention yaitu keinginan yang kuat untuk membeli kembali (Fullerton dan Taylor dalam Basiya dan Rozak, 2012). Menurut Miller, Glawter, dan Primban dalam Basiya dan Rozak (2012) mendefinisikan purchase intention adalah keadaan mental seseorang yang mencerminkan rencana untuk melakukan beberapa tindakan dalam jangka waktu tertentu. Definisi ini diasumsikan sebagai anteseden langsung dari perilaku. Penerapannya dalam riset terhadap definisi purchase intention adalah pelanggan akan melakukan tindakan pembelian kembali diwaktu yang akan datang sebagai respon langsung dari perilaku paska pembelian dalam jangka waktu tertentu. Purchases intention dalam hubungannya dengan kunjungan wisatawan dalam pembelian jasa pariwisata disebut sebagai behavior attention to visit. Pengembangan konseptualisasi model hubungan antara kualitas pelayanan yang dirasakan, nilai layanan, dan kepuasan serta pengaruh relatifnya terhadap perilaku minat beli (Basiya dan Rozak, 2012). 1.1.2 Pengertian Pariwisata Pariwisata yang memegang peran penting dalam pembangunan negara didukung oleh sumber daya alam dan budaya harus dikelolah dengan manajemen yang baik. Diamati dari pemanfaatan sumber dayanya terhadap pengembangan pariwisata, pariwisata juga berperan penting dalam kemajuan perekonomian

Upload: lamthu

Post on 13-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

1.1.1 Minat Berkunjung Ulang

Minat beli kembali di definisikan sebagai purchase intention yaitu keinginan

yang kuat untuk membeli kembali (Fullerton dan Taylor dalam Basiya dan Rozak,

2012). Menurut Miller, Glawter, dan Primban dalam Basiya dan Rozak (2012)

mendefinisikan purchase intention adalah keadaan mental seseorang yang

mencerminkan rencana untuk melakukan beberapa tindakan dalam jangka waktu

tertentu. Definisi ini diasumsikan sebagai anteseden langsung dari perilaku.

Penerapannya dalam riset terhadap definisi purchase intention adalah pelanggan

akan melakukan tindakan pembelian kembali diwaktu yang akan datang sebagai

respon langsung dari perilaku paska pembelian dalam jangka waktu tertentu.

Purchases intention dalam hubungannya dengan kunjungan wisatawan dalam

pembelian jasa pariwisata disebut sebagai behavior attention to visit.

Pengembangan konseptualisasi model hubungan antara kualitas pelayanan yang

dirasakan, nilai layanan, dan kepuasan serta pengaruh relatifnya terhadap perilaku

minat beli (Basiya dan Rozak, 2012).

1.1.2 Pengertian Pariwisata

Pariwisata yang memegang peran penting dalam pembangunan negara

didukung oleh sumber daya alam dan budaya harus dikelolah dengan manajemen

yang baik. Diamati dari pemanfaatan sumber dayanya terhadap pengembangan

pariwisata, pariwisata juga berperan penting dalam kemajuan perekonomian

10

nasional dan regional. Baik sebagai pemasukan devisa negara maupun sumber

lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Pariwisata harus dikembangkan dan

diarahkan untuk lebih meningkatkan rasa cinta tanah air dan menananmkan nilai-

nilai luhur disamping untuk meningkatkan kegiatan ekonomi.

Menurut Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang

dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang

didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,

pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

1.1.3 Unsur-unsur Pariwisata

Menurut James J. Spillane dalam Dwi Hary Baskoro (2013), ada lima unsur

industri pariwisata yang sangat penting, yaitu:

1. Attractions (daya tarik)

Attractions dapat digolongkan menjadi site atractions dan event attractions.

Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen dengan lokasi yang

tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah tujuan wisata seperti kebun

binatang, keraton, dan museum. Sedangkan event attractions adalah atraksi yang

berlangusng sementara dan lokasinya dapat diubah atau dipindah dengan mudah

seperti festivalfestival, pameran, atau pertunjukan-pertunjukan kesenian daerah.

2. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)

Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena

fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan

wisata, wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum. Oleh karena itu sangat

dibutuhkan fasilitas penginapan. Jenis fasilitas penginapan ditentukan oleh

11

persaingan, setidaknya fasilitas yang ditawarkan harus sama dengan fasilitas yang

tersedia di tempat persaingan di pasar yang sama. Jenis fasilitas penginapan juga

ditentukan oleh jenis angkutan yang digunakan oleh wisatawan, misalnya

perkembangan lapangan pesawat terbang sering menciptakan kebutuhan hotel-

hotel yang bermutu. Selain itu ada kebutuhan akan Support Industries yaitu toko

souvenir, laundry, pemandu, daerah festival, dan fasilitas rekreasi (untuk

kegiatan).

3. Infrastructure (infrastruktur)

Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada

infrastruktur dasar. Infrastruktur termasuk semua konstruksi dibawah dan diatas

tanah dari suatu wilayah atau daerah, bagian penting dari infrastruktur pariwisata

termasuk:

a. Sistem pengairan

b. Jaringan komunikasi

c. Fasilitas kesehatan

d. Sumber listrik dan energi

e. Sistem pembuangan kotoran/air

f. Jalan-jalan/jalan raya

Jika semakin lama suatu tempat tujuan menarik semakin banyak wisatawan,

maka dengan sendirinya akan mendorong perkembangan infrastruktur. Dalam

kasus lain hal yang sebaliknyalah yang berlaku, perkembangan infrastruktur perlu

untuk mendorong perkembangan pariwisata, infrastruktur dari suatu daerah

sebenarnya dinikmati baik oleh wisatawab maupun rakyat yang juga tinggal

12

disana, maka ada keuntungan bagi penduduk yang bukan wisatawan. Pemenuhan

atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara untuk menciptakan suasana yang

cocok bagi perkembangan pariwisata.

4. Transportations (transportasi)

Dalam pariwisata, kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat

dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu perjalanan

pariwisata, transportasi baik transportasi darat, udara, maupun laut merupakan

suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap dinamis gejala-gejala

pariwisata, yang menyebabkan pergerakan seluruh roda industri pariwisata mulai

dari tempat sang wisatawan tinggal menuju tempat dimana obyek wisata berada

sampai kembali lagi ke tempat asal.

5. Hospitality (keramahtamahan)

Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal

memerlukan kepastian jaminan keaman khususnya untuk wisatawan asing yang

memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan mereka datangi.

Situasi yang kurang aman mengenai makanan, air, atau perlindungan

memungkinkan orang menghindari berkunjung ke suatu lokasi. Maka kebutuhan

dasar akan keamanan dan perlindungan harus disediakan dan juga keuletan serta

keramahtamahan tenaga kerja wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan

merasa aman dan nyaman selama perjalanan wisata.

1.1.4 Sadar Wisata

Sadar Wisata adalah pemahaman mendalam dan kesadaran pemikiran untuk

menjadi tuan rumah yang baik dari seseorang atau kelompok yang terwujud dari

13

sikap dan tingkah laku yang mendukung pengembangan pariwisata. Program

Sadar Wisata dapat ditingkatkan melalui pembinaan, workshop yang menyangkut

penerapan Sadar Wisata dan peningkatan citra obyek wisata.

Pemberian penyuluhan Sadar Wisata memiliki tujuan: meningkatkan kadar

pemahaman masyarakat tentang pariwisata, bertanggung jawab berperan serta

dalam mencapai sasaran pengembangan pariwisata. Menggalang sikap dan prilaku

menjadi tuan rumah yang baik, menerapkan sapta pesona dalam kehidupan sehari-

hari sehingga mutu dan citra obyek wisata semakin meningkat.

Sapta pesona adalah tujuh unsur atau kondisi yang dapat meningkatkan daya

tarik pariwisata, yaitu:

1. Aman

Menciptakan keadaan lingkungan dan suasana yang membuat seseorang

merasa tentram, tidak merasa takut atas keselamatan jiwa dan raga, serta bebas

dari tindak pidana, kekerasan, dan ancaman, misalnya pencopetan, penipuan,

penjarahan dan pemerkosaan. Wajib mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku.

2. Tertib

Kondisi yang tertib merupakan sesuatu yang sangat didambakan oleh setiap

orang termasuk wisatawan. Kondisi tersebut tercermin dari suasana yang teratur,

rapi dan lancar serta menunjukkan disiplin yang tinggi dalam semua segi

kehidupan masyarakat. Seperti pemberian informasi yang benar dan tidak

membingungkan.

3. Bersih

Bersih merupakan suatu keadaan/kondisi lingkungan yang menampilkan

14

suasana bebas dari kotoran, sampah, limbah, corat-coret, penyakit dan

pencemaran. Wisatawan akan merasa betah dan nyaman bila berada di tempat-

tempat yang bersih dan sehat. Seperti pakaian dan penampilan petugas bersih, rapi

dan tidak mengeluarkan bau yang tidak sedap dan lain sebagainya.

4. Sejuk

Lingkungan yang serba hijau, segar, rapi memberi suasana atau keadaan

sejuk, nyaman dan tentram. Kesejukan yang dikehendaki tidak saja harus berbeda

di luar ruangan atau bangunan, akan tetapi juga di dalam ruangan, misalnya

ruangan kerja/belajar, ruangan makan, ruangan tidur dan lain sebagainya.

5. Indah

Keadaan atau suasana yang menampilkan lingkungan yang menarik dan

sedap dipandang disebut indah. Indah dapat dilihat dari berbagai sagi, seperti dari

sagi tata warna, tata letak, tata ruang bentuk ataupun gaya dan gerak yang serasi

dan selaras, sehingga memberi kesan yang enak dan cantik untuk dilihat. Indah

selalu berjalan dengan bersih dan tertib serta tidak terpisahkan dari lingkungan

hidup baik berupa ciptaan Tuhan YME maupun hasil karya manusia. Karena itu

kita wajib memelihara lingkungan hidup agar lestari dan dapat dinikmati oleh

umat manusia.

6. Ramah Tamah

Ramah tamah merupakan suatu sikap dan perilaku seseorang yang

menunjukkan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik

hati. Ramah tamah tidaklah berarti bahwa kita harus kehilangan kepribadian kita

ataupun tidak tegas dalam menentukan suatu keputusan atau sikap. Ramah,

15

merupakan watak dan budaya bangsa Indonesia pada umumnya, yang selalu

menghormati tamunya dan dapat menjadi tuan rumah yang baik. Sikap ramah

tamah ini merupakan satu daya tarik bagi wisatawan, oleh karena itu harus kita

pelihara terus.

7. Kenangan

Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan dan perasaan

seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang diperolehnya. Kenangan dapat

berupa yang indah dan menyenangkan, akan tetapi dapat pula yang tidak

menyenangkan. Kenangan yang ingin diwujudkan dalam ingatan dan perasaan

wisatawan dari pengalaman berpariwisata di Indonesia, dengan sendirinya adalah

yang indah dan menyenangkan. Seperti cendramata yang mungil yang

mencerminkan ciri-ciri khas daerah bermutu tinggi, mudah dibawa adn dengan

harga yang terjangkau mempunyai arti tersendiri dan dijadikan bukti atau

kenangan dari kunjungan seseorang ke suatu tempat.

1.1.5 Teori Berbasis Sumber Daya

Teori RBV (Resources Based View) memandang perusahaan sebagai

kumpulan sumber daya dan kemampuan yang dimiliki perusahaan. Perbedaan

sumber daya dan kemampuan perusahaan dengan perusahaan pesaing akan

memberikan keuntungan kompetitif bagi perusahaan. Asumsi RBV (Resources

Based View) yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain

untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dalam mengelola sumber daya yang

dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan.

16

Sumber daya harus memenuhi kriteria “VRIN” agar dapat memberikan

keunggulan kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan. Kriteria VRIN adalah

sebagai berikut :

a. Valuable (V): Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan nilai

strategis pada perusahaan.

b. Langka (R): Sumber daya yang sulit untuk ditemukan diantara para pesaing dan

menjadi potensi perusahaan.

c. Imperfect Imitability (I): Sumber daya dapat menjadi sumber keunggulan

kompetitif yang berkelanjutan hanya jika perusahaan yang tidak memegang

sumber daya ini tidak bisa mendapatkan mereka atau tidak dapat meniru sumber

daya tersebut.

d. Non-Substitution (N): Non-substitusi berarti bahwa sumber daya tidak dapat

disubstitusikan oleh sumber daya alternatif lainnya.

Michael A. Hitt & R. Duane Ireland & Robert E. Hoslissom (1997,18)

mengatakan, terdapat beberapa model penting yang ditunjukkan untuk

menggambarkan input strategis bagi langkah suatu perusahaan, dan salah satu

diantaranya adalah model berbasis sumber daya untuk profitabilitas tinggi. Pada

Gambar 1 dijelaskan model ini mengansumsikan bahwa tiap organisasi

merupakan kumpulan sumber daya dan kemampuan unik yang merupakan dasar

untuk memperoleh sumber daya yang berbeda serta mengembangkan

kemampuannya yang unik. Karenanya seluruh perusahaan bersaing dalam industri

tertentu mungkin tidak memiliki sumber daya atau kemampuan strategis yang

sama. Model ini juga mengansumsikan bahwa sumber daya tidak terlalu mudah

17

berpindah antar perusahaan. Perbedaan dalam sumber daya, yang tidak mungkin

didapatkan atau ditiru perusahaan lain, serta cara penggunaannya merupakan

dasar keunggulan bersaing.

Sumber daya adalah input bagi proses produksi perusahaan, seperti barang,

modal, kemampuan para pekerjanya, paten, keuangan dan manajer yang berbakat.

Umumnya sumber daya perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori,

yaitu modal fisik, sumber daya manusia dan organisasi.

Satu jenis sumber daya saja mungking tidak dapat menghasilkan keunggulan

bersaing yang berkesinambungan, misalnya sepotong mesin canggih hanya dapat

menjadi sumber daya yang relevan secara strategis jika digunakan bersama aspek

operasi lainnya (seperti pemasaran dan pekerjaan pegawai).

Gambar 1

Model Berbasis Sumber Daya Untuk Profitabilitas Tinggi

Sumber: Reverensi Michael A. Hitt & R. Duane Irland & Robert E. Hoslissom

(1997:18)

1. Mengidentifikasikan sumber daya

perusahaan. Mempelajari kekuatan dan kelemahannya dibanding dengan

pesaing

2. Menentukan kemampuan perusahaan apa yang dimiliki sehingga

memungkinkan perusahaan untuk

lebih baik dari pada pesaingnya

3. Tentukan sumber daya dan

kemampuan perusahaan dalam hal

keunggulan bersaing yang

berkesinambungan

4. Memilih strategi yang terbaik yang

memungkinkan perusahaan

mengeksplorasi sumber daya dan kemampuan relatif terhadap peluang

dalam lingkungan eksternal

5. Profitabilitas perusahaan tinggi

dan mencapai laba diatas rata-rata

Keunggulan Bersaing Yang Berkesinambungan

Kemampuan perusahaan untuk mengungguli

pesaingnya dalam profitabilitas

Pemilihan dan Penerapan Strategi

Tindakan yang diambil untuk memperoleh laba yang

tinggi

Profitabilitas Tinggi

Mencapai laba diatas rata-rata

Sumber Daya

Input bagi proses produksi perusahaan

Kemampuan

Kapasitas sekumpulan sumber daya yang terintegrasi

18

Melalui kombinasi dan integrasi sekelompok sumber daya dapat mencapai

keunggulan bersaing. Kemampuan adalah kapasitas sekumpulan sumber daya

untuk secara integratif melakukan suatu tugas atau aktiivitas. Kemampuan adalah

hasil dari suatu kelompok sumber daya terintegrasi. Tidak seluruh sumber daya

dan kemampuan perusahaan memiliki potensi seagai dasar keunggulan bersaing

yang berkesinambungan. Potensi ini direalisasikan apabila sumber daya dan

kemampuan tersebut berharga, langka, tidak dapat ditiru dan tidak dapat

digantikan. Sumber daya (istilah sumber daya juga mencakup kemampuan) adalah

berharga hanya jika memungkinkan perusahaan menggunakan kesempatan dan

atau menetralisir ancaman dalam lingkungan eksternalnya; Sumber daya disebut

langka apabila, jika ada, hanya dimiliki oleh sedikit pesaing yang ada maupun

yang mungkin ada, Sumber daya disebut tak dapat ditiru apabila perusahaan lain

tidak dapat memperolehnya, serta tidak dapat digantikan jika tidak memiliki

equivalen yang strategis. Apabila kriteria-kriteria tersebut dipenuhi, sumber daya

dan kemampuan menjadi kompetensi inti dan dapat berlaku sebagi dasar

keunggulan bersaing perusahaan, daya saing strategis, dan kemampuannya untuk

mendapat laba diatas rata-rata.

Trisna Eka Putri, I.A dan N. M. Ariani (2011) dalam skripsinya yang berjudul

“Penerapan Sadar Wisata dan Penguatan Citra Wisata Melalui Penanaman

Tanaman Upakara di Kerambitan Kabupaten Tabanan” menyatakan bahwa Sadar

Wisata adalah pengertian yang mendalam pada orang, seorang atau sekelompok

orang yang terwujud dalam pemikiran, sikap dan tingkah laku yang mendukung

pengembangan pariwisata. Jadi pemberian penyuluhan Sadar Wisata memiliki

19

tujuan: meningkatkan kadar pemahaman masyarakat tentang peranan pariwisata

bertanggung jawab berperan serta dalam mencapai sasaran pengembangan

pariwisata, menggalang sikap dan prilaku masyarakat untuk menjadi tuan rumah

yang baik.

Lenwi Maya Tati Tanjung (2011) dalam skripsinya yang berjudul

“Pentingnya Sadar Wisata Untuk Menunjang Kepariwisataan Di Kabupaten

Padang Lawas Utara : Studi Candi Portibi” menyatakan bahwa Portibi merupakan

suatu daerah atau kawasan yang memiliki potensi, baik untuk dikembangkan

menjadi salah satu daerah tujuan wisata di Kabupaten Padang Lawas Utara.

Portibi mempunyai daya tarik berupa peninggalan bersejarah yang sangat

autentik, memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi, merupakan peninggalan agama

Budha yang dipadukan dengan agama Hindu dari India. Terdapat tiga bangunan

berupa 3 candi yang tidak berjauhan dan memiliki kesejajaran pada stupa-stupa

nya.

Disayangkan pemerintah daerah Kabupeten Padang Lawas Utara kurang

memperhatikan kawasan Candi yang sanagat potensial. Percandian ini sudah

menjadi kawasan wisata, tapi tidak berkembang, karena hanya dijadikan objek

wisata di saat hari-hari besar saja, misalnya hari raya dan ini di kelola penduduk

sekitar berganti-gantian tiap tahunnya, tergantung desa manakah yang sanggup

untuk memborong tiket yang disediakan. Sangat disayangkan peninggalan sejarah

ini di anggur-anggurkan, pemeritah memeng kurang peka akan potensi wisata

yang daerah mereka miliki sehingga banyak sekali hal-hal yang menjadi simpang

siur dikarenakan sejarah candi tersebut mulai tidak diketahui kebenarannya.

20

Padahal apabila pemerintah kabupaten dan pemerintah daerah lebih jeli

melihat aset pariwisata ini, tentu pasti menjadi pemasukan khas pemerintah daerah

dan masyarakat setempat. Harapannya kedepan Pemerintah Daerah maupun

masyarakat setempat kawasan Candi Portibi bersama-sama berkontribusi untuk

kawasan candi yang sangat potensial ini.

Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal

diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut.

H1 : Terdapat pengaruh positif signifikan Sadar Wisata pihak pengelolah Masjid

Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek

wisata Masjid Agung Jawa Tengah.

1.1.6 Teori Mill

Menurut Mill (2000) dimana produk pariwisata itu sendiri dibagi menjadi 3

(tiga) yaitu:

1. Atraksi (Kemenarikan)

Mill (2000) mengatakan “ Attractions, yaitu semua yang menjadi daya tarik

mengapa wisatawan tertarik datang dan berkunjung pada suatu Daerah Tujuan

Wisata (DTW) ”.

2. Fasilitas (Suasana Fisik)

Mill (2000) mengatakan facilities of the tourism destination. Bila accessibility

fungsinya memberi kemudahan untuk berkunjung, maka dalam hal ‘facilities’

fungsinya adalah memenuhi kebutuhan wisatawan selama tinggal untuk sementara

waktu di DTW (Daerah Tujuan Wisata) yang dikunjungi. Fasilitas merupakan

21

faktor yang secara nyata mempengaruhi konsumen untuk mengkonsumsi produk

yang ditawarkan.

3. Aksesibilitas

Mill (2000) mengatakan “ accessibities of the tourism destination, yaitu

semua yang dapat memberi kemudahan kepada wisatawan untuk datang

berkunjung pada suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW).

2.1.7 Daya Tarik Wisata (Destination Attraction)

Produk wisata merupakan sebuah paket yang tidak hanya tentang keindahan

atau eksotisme suatu tempat wisata, tapi dalam arti yang lebih luas. produk wisata

mencakup daya tarik, fasilitas dalam saat berwisata, dan juga akses menuju tempat

wisata tersebut (Ali, 2012).

Menurut Basiya dan Rozak (2012), daya tarik tempat tujuan wisata

merupakan motivasi utama bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan wisata.

Menurutnya destinasi wisata dikelompokkan menjadi empat daya tarik, yaitu :

1. Daya tarik wisata alam (natural attraction) yang meliputi pemandangan alam

daratan, pemandangan alam lautan, pantai, iklim atau cuaca.

2. Daya tarik wisata berupa arsitektur bangunan (building attraction) yang

meliputi bangunan dan arsitektur bersejarah, bangunan dan arsitektur

modern, arkeologi.

3. Daya tarik wisata yang dikelola khusus(managed visitor attractions), yang

meliputitempat peninggalan kawasan industiseperti yang ada di Inggris,

Theme Park diAmerika, Darling Harbour di Australia.

22

4. Daya tarik wisata budaya (culturalattraction) yang meliputi teater,

musium,tempat bersejaah, adat-istiadat, tempat-tempatreligius, peristiwa-

peristiwa khusus seperti festival dan drama bersejarah(pageants), dan

heritage seperti warisan peninggalan budaya.

5. Daya tarik wisata sosial seperti gaya hidup penduduk di tempat tujuan wisata.

Elemen-elemen daya tarik tempat tujuan wisata merupakan pilihan

pengunjung dan yang mendorong bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan

wisata. Daya tarik tempat tujuan wisata ini terdiri dari :

1. Daya tarik wisata alam yang meliputi pemandangan alam daratan,

pemandangan alam lautan, pantai, iklim, dan ciri kas geografis lainnya dari

tempat tujuan wisata.

2. Daya tarik wisata berupa bangunan-bangunan yang meliputi bangunan-

bangunan dengan arsitektur modern, arsitektur bersejarah, monumen,

promenades, taman dan kebun, convention center, arkeologi, manage visitor

attractions generally, lapangan golf, toko-toko khusus, dan themed

retailareas.

3. Daya tarik wisata budaya yang meliputi history and folklore, religion and art,

teater, musik, tari-tarian (dance) dan entertainment lainnya, museum, dan

peristiwa-peristiwa khusus sepertifestival dan drama bersejarah(pageants).

4. Daya tarik wisata sosial seperti gaya hidup, bahasa penduduk di tempat tujuan

wisata, serta kegiatan sehari-hari. Produk jasa dikatakan berkualitas atau

tidak berkualitas tergantung padapersepsi individu (konsumen) dalam

menginterpretasikan jasa yang dibeli atau dikonsumsi. Menurut Koskela

23

(2002) kualitas adalah persepsi pelanggan terhadap evaluasi atribut produk,

kinerja atribut, dan upaya meningkatkan fasilitas-fasilitas yang digunakan

untuk mencapai pelanggan yang baik pada berbagai situasi. Sedangkan

persepsi didefinisikan sebagai proses di mana individu memilih,

mengorganisir dan menginterpretasikan stimuli (rangsangan) di dalam

gambaran tentang dunia yang masuk akal dan berarti (Schiffman dan

Kanuk, 2000). Keputusan konsumen didasarkan pada persepsi bukan pada

kualitas secara realitas.

Suatu produk tidak hanya memiliki mutu bila produk tersebut hanya menahan

produk bebasnya saja, namun mutu dipengaruhi oleh berbagai aspek seperti daya

tarik (attractiveness), daya tahan (maintainability) dan mudah dalam penggunaan

(ease of use) dan pada khususnya suatu produk harus memuaskan keinginan dari

konsumen (Kotler, 2000:112) yaitu dapat memenuhi segala ekspektasi konsumen

terhadap sebuah produk.

Basiya dan Rozak ( 2012) menyatakan bahwa daya tarik tempat wisata

merupakan motivasi utama bagi pengunjung untuk melakukan kunjungan wisata.

Lebih lanjut Witt (1994) mengelompokkan destinasi wisata menjadi 4 daya

tarik, yaitu :

1. Daya tarik wisata alam (natural attraction) yang meliputi pemandangan alam

daratan, pemandangan alam lautan, pantai, iklim atau cuaca.

2. Daya tarik wisata berupa arsitektur bangunan (building attraction) yang

meliputi bangunan dan arsitektur bersejarah, bangunan dan arsitektur modern,

arkeologi.

24

3. Daya tarik wisata yang dikelola khusus (managed visitor attractions), yang

meliputi tempat peninggalan kawasan industi seperti yang ada di Inggris,

Theme Park di Amerika, Darling Harbour di Australia.

4. Daya tarik wisata budaya (cultural attraction) yang meliputi teater, musium,

tempat bersejaah, adat-istiadat, tempat-tempat religius, peristiwa-peristiwa

khusus seperti festival dan drama bersejarah (pageants), dan heritage seperti

warisan peninggalan budaya.

5. Daya tarik wisata sosial seperti gaya hidup penduduk di tempat tujuan wisata.

Penelitian yang dilakukan oleh Basiya R dan Hasan A R (2012)

menyimpulkan bahwa daya tarik wisata alam (natural attraction), daya tarik

wisata berupa arsitektur bangunan (building attraction), daya tarik wisata budaya

(cultural attraction), dan daya tarik wisata sosial (social attraction) masing-

masing memiliki pengaruh langsung dan positif terhadap kepuasan pengunjung.

Basiya R dan Hasan A R (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa

kualitas daya tarik wisata alam (natural attraction), kualitas daya tarik wisata

berupa arsitektur bangunan (building attraction), daya tarik wisata budaya

(cultural attraction), dan daya tarik wisata sosial (social attraction) memiliki

hubungan langsung dan positif terhadap minat berkunjung ulang para pengunjung.

Monang Sitorus (2008) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Atraksi,

Fasilitas dan Aksesibilitas Terhadap Nilai Pelanggan dan Citra Objek Wisata

Danau Toba di Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara” menyatakan

bahwa atraktivitas dan fasilitas objek wisata dipinggiran Danau Toba Kabupaten

Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara sesuai tanggapan pengunjung berada pada

25

kategori menarik namun kurang memadai seperti tenaga pemandu pariwisata

masih kurang profesional, kondisi penginapan dan kondisi rumah makan/restoran

yang masih dirasakan kurang. Secara parsial atraktivitas memiliki pengaruh yang

lebih besar terhadap nilai pengunjung, artinya kontribusi terhadap nilai maupun

terhadap citra yang dirasakan oleh pengunjung lebih tinggi. Atraksi, Fasilitas,

Aksesibilitas berpengaruh positif signifikan terhadap citra objek wisata Danau

Toba Di Kabupaten Toba Samosir Provinsi Sumatra Utara.

Sopyan (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Analisis Pengaruh Daya

Tarik Wisata Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Berkunjung Ulang

Pengunjung Dengan Kepuasan Pengunjung Sebagai Variabel Intervening (Studi

Cagar Budaya Gedung Lawang Sewu)” menyatakan bahwa Hasil analisis

deskriptif menunjukkan bahwa daya tarik wisata, kualitas pelayanan, kepuasan

pengunjung, dan minat berkunjung ulang pengunjung Cagar Budaya Gedung

Lawang Sewu tergolong sedang. Hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa

variabel kepuasan pengunjung berpengaruh positif terhadap minat berkunjung

ulang (hipotesis 1 diterima), variabel daya tarik berpengaruh positif terhadap

kepuasan pengunjung (hipotesis 2 diterima), variabel kualitas pelayanan

berpengaruh positif terhadap kepuasan pengunjung (hipotesis 3 diterima), variabel

daya tarik berpengaruh positif terhadap minat berkunjung ulang (hipotesis 4

diterima), variabel kualitas pelayanan berpengaruh positif terhadap minat

berkunjung ulang pengunjung (hipotesis 5 diterima).

Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal

diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut.

26

H2 : Terdapat pengaruh positif signifikan Kemenarikan Fasilitas di Masjid Agung

Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada Objek Wisata

Masjid Agung Jawa Tengah.

2.1.8 Surplus Konsumen

Surplus konsumen dalam artian Jarak disini adalah memperkirakan nilai

tempat wisata tersebut akan menyangkut waktu dan biaya yang dikorbankan oleh

para wisatawan dalam menuju dan meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin

jauh Jarak wisatawan ke tempat wisata tersebut, akan semakin rendah

permintaannya terhadap tempat wisata tersebut. Para wisatawan yang lebih dekat

dengan lokasi wisata tentu akan lebih sering berkunjung ke tempat wisata tersebut

dengan adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya perjalanan yang

dikeluarkan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa wisatawan mendapatkan

surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan kelebihan kesediaan membayar

atas harga yang telah ditentukan. Oleh karena itu surplus konsumen yang dimiliki

oleh wisatawan yang jauh tempat tinggalnya dari tempat wisata akan lebih rendah

dari pada mereka yang lebih dekat tempat tinggalnya dari tempat wisata tersebut

(Suparmoko, 2000:117).

Jarak pada penelitian ini dibagi menjadi 2 yaitu Jarak mutlak dan Jarak dalam

arti relatif. Jarak mutlak yaitu Jarak yang dapat ditung dengan jelas dengan satuan

(km), sedangkan Jarak dalam artian relatif adalah Jarak yang jauh dapat menjadi

dekat karena menggunakan berbagai macam pilihan transportasi darat, laut, udara

yang membuat Jarak yang jauh menjadi dekat dan cepat untuk sampai ke objek

wisata.

27

Fanita Osha Tazkia, Banatul Hayati (2012) dalam skripsinya yang berjudul

“Analisis Permintaan Objek Wisata Pemandian Air Panas Kalianget, Kabupaten

Wonosobo Dengan Pendekatan Travel Cost” menyatakan bahwa Distance (Jarak)

mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap jumlah permintaan secara

statistik.

Bramantyo Wicaksono (2014) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Biaya Perjalanan (Travel Cost), Biaya Perjalanan Ke Objek Wisata Lain, Umur,

Penghasilan Perbulan, Dan Jarak Terhadap Permintaan Pengunjung Objek Wisata

Pantai Widuri Kabupaten Pemalang” menggunakan metode analisis regresi linier

berganda dengan jumlah kunjungan individu sebagai variabel dependen dan lima

variabel sebagai variabel independen yaitu variabel biaya perjalanan ke Pantai

Widuri, biaya perjalanan ke obyek wisata lain ( Pantai Blendung ), penghasilan

perbulan, umur, dan Jarak. Hasil penelitian menyatakan empat variabel

berpengaruh siginifikan terhadap jumlah permintaan pariwisata ke pantai Widuri,

biaya perjalanan ke objek wisata lain ( pantai Blendung ), penghasilan perbulan,

umur, dan Jarak. Sedangkan variabel biaya perjalanan ke Pantai Widuri tidak

berpengaruh terhadap jumlah permintaan pariwisata ke Pantai Widuri.

Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal

diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut.

H3 : Terdapat pengaruh positif signifikan Jarak yang harus ditempuh para

wisatawa menuju objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah terhadap

Minat Berkunjung Kembali pada Objek Wisata Masjid Agung Jawa

Tengah.

28

Alfattory Rheza Syahrul (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh

Daya Tarik, Fasilitas Dan Aksesibilitas Terhadap Keputusan Wistawan Asing

Berkunjung Kembali Ke Aloita Resort Di Kab. Kep. Mentawai” menyatakan

bahwa Daya Tarik (X1) berpengaruh signifikan terhadap keputusan wisatawan

asing berkunjung. Fasilitas (X2) berpengaruh signifikan terhadap wisatawan asing

untuk berkunjung dan Aksesibilitas (X3) berpengaruh signifikan terhadap

keputusan wisatawan asing berkunjung .

Dhita Triana Dewi (2010) dalam skripsinya berjudul “Analisis Kunjungan

Objek Wisata Water Blaster Kota Semarang” Metode yang digunakan dalam

pengumpulan data primer dengan menggunakan metode purposive sampling. Alat

analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda dengan

jumlah kunjungan sebagai variabel dependen dan lima variabel independen yaitu

variabel harga tiket di obyek wisata lain yang sejenis (Rp), variabel fasilitas,

variabel permainan, variabel penghasilan rata-rata per bulan (Rp) dan variabel

jarak (km).

Setelah dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik, hasilnya menunjukkan

data terdistribusi normal dan tidak diperoleh suatu penyimpangan. Berdasarkan

hasil perhitungan SPSS 17.0 diperoleh nilai F hitung sebesar 21,272 dengan

signifikansi F sebesar 0.000. Dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05

diperoleh nilai F tabel sebesar 2,31, maka F hitung (21,272) > F tabel (2,31), atau

signifikansi F sebesar 0,000 menunjukkan lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ke lima variabel independen yaitu harga tiket di obyek wisata

lain yang sejenis, fasilitas, permainan, penghasilan rata-rata per bulan dan jarak

29

secara bersama-sama berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan obyek

wisata Water Blaster diterima. Secara parsial variabel fasilitas, permainan,

penghasilan rata-rata per bulan dan jarak berpengaruh signifikan, sedangkan

variabel harga tiket di obyek wisata lain yang sejenis tidak berpengaruh

signifikan. Dari ke lima variabel tersebut yang paling dominan pengaruhnya

terhadap jumlah kunjungan wisatawan adalah variabel permainan. Dengan nilai t

hitungsebesar 5,406 dan probabilitas signifikasi sebesar 0,000.

Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal

diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut.

H4 : Terdapat pengaruh positif signifikan secara bersama-sama Sadar Wisata,

Kemenarikan Fasilitas, dan Jarak terhadap Minat Berkunjung Kembali

pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah.

Suwarti, SE. M.Par. (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Daya Tarik Wisata Terhadap Minat Kunjungan Wisatawan Pantai Cahaya Lumba-

Lumba Kendal” Analisis yang digunakan adalah uji T-test dan F-test hasil nilai T-

test pada masing-masing ini indikator atau unsur car and natural beauty sebesar

2,62, Variatif sebesar 5,597, scarcity sebesar 4,534, Wholeness sebesar 4,083≥

Ttabel1661 dan sigifikansi 0,00. Terdapat pengaruh daya tarik wisata terhadap

minat kunjung wisata pantai cahaya lumba-lumba Kendal. Dan unsur Variatif

yang paling berpengaruh terhadap Daya Tarik Wisata Pantai Cahaya Lumba-

lumba Kendal.

Irma Dwiyanti (2015) dalam skripsinya yang berjudul “Pengaruh Atribut

Produk Wisata Terhadap Kepuasan Wisatawan (Studi Pada Batu Night

30

Spectacular Kota Batu)” Alat uji yang digunakan untuk menguji instrumen

penelitian ini berupa uji validitas, uji reliabilitas, dan uji asumsi klasik. Uji

hipotesis dilakukan menggunakan uji t. Teknik analisis data menggunakan analisis

regresi linier berganda. Dari hasil pengujian ini dapat disimpulkan bahwa variabel

kepuasan wisatawan (Y) lebih banyak dipengaruhi oleh variabel destination

attractions (X1) sebesar 0,394 daripada variabel lain yaitu destination facilities

and services (X2) sebesar 0,014, accessibilities to the destinations (X3) sebesar

0,026, image of the destinations (X4) sebesar 0,203, dan price to the customers

(X5) sebesar 0,338. Dalam penelitian ini menunjukkan pengaruh atribut produk

wisata sebesar 47,5% terhadap kepuasan wisatawan.

Atas dasar beberapa pandangan akademik dan berbagai dukungan jurnal

diatas, dapat diangkat dalam hipotesis berikut.

H5 : Terdapat pengaruh positif signifikan dan secara dominan Kemenarikan

Fasilitas terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid

Agung Jawa Tengah.

1.2 Kerangka Pemikiran

SADAR

WISATA

KEMENARIKAN

FASILITAS

JARAK

MINAT

BERKUNJUNG

KEMBALI

H1

H2

H3

H4

31

1.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan singkat yang disimpulkan dari telaah

pustaka (yaitu berdasarkan teori dan penelitian terdahulu), serta merupakan

jawaban sementara terhadap masalah yang diteliti. Berdasarkan uraian diatas dan

perumusan masalah yang telah dijabarkan maka hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Terdapat pengaruh positif signifikan Sadar Wisata pengelolah Masjid Agung

Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid

Agung Jawa Tengah.

H2 : Terdapat pengaruh positif signifikan Kemenarikan Fasilitas di Masjid

Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata

Masjid Agung Jawa Tengah.

H3 : Terdapat pengaruh positif signifikan Jarak yang ditempuh pengunjung

menuju Masjid Agung Jawa Tengah terhadap Minat Berkunjung Kembali

pada objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah.

H4 : Terdapat pengaruh positif signifikan secara bersama-sama Sadar Wisata,

Kemenarikan Fasilitas, dan Jarak terhadap Minat Berkunjung Kembali pada

objek wisata Masjid Agung Jawa Tengah.

H5 : Terdapat pengaruh positif signifikan dan secara dominan Kemenarikan

Fasilitas terhadap Minat Berkunjung Kembali pada objek wisata Masjid

Agung Jawa Tengah.