bab ii (repaired)

47
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Dismenorea Primer 1. Pengertian Dismenorea Primer Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang paling sering. Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea, sangat mengganggu aktivitas wanita, bahkan acap kali mengharuskan wanita penderita beristirahat bahkan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam atau beberapa hari (Joseph dan Nugroho, 2010: 33). Dismenorea adalah istilah untuk rasa sakit waktu haid sebanyak 16% wanita yang mengalami dismenorea tidak bisa diatasi dengan obat-obat anti sakit dan memerlukan istirahat, 40% dismenorea terjadi pada tahun pertama mendapat haid, 20% berikutnya tahun kedua, 20% berikutnya tahun ketiga (Yatim, 2006). Dismenorea adalah menstruasi yang nyeri disebabkan oleh kejang otot uterus (Mitayani, 2009). Manuaba 9

Upload: shaun-martin

Post on 19-Jan-2016

24 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Dismenorea Primer

1. Pengertian Dismenorea Primer

Kram pada waktu haid atau nyeri haid merupakan suatu gejala yang

paling sering. Gangguan nyeri yang hebat, atau dinamakan dismenorea, sangat

mengganggu aktivitas wanita, bahkan acap kali mengharuskan wanita

penderita beristirahat bahkan meninggalkan pekerjaannya selama berjam-jam

atau beberapa hari (Joseph dan Nugroho, 2010: 33).

Dismenorea adalah istilah untuk rasa sakit waktu haid sebanyak 16%

wanita yang mengalami dismenorea tidak bisa diatasi dengan obat-obat anti

sakit dan memerlukan istirahat, 40% dismenorea terjadi pada tahun pertama

mendapat haid, 20% berikutnya tahun kedua, 20% berikutnya tahun ketiga

(Yatim, 2006). Dismenorea adalah menstruasi yang nyeri disebabkan oleh

kejang otot uterus (Mitayani, 2009). Manuaba mendifinisikan dismenorea

sebagai sakit atau yang dirasakan saat menstruasi yang mengakibatkan

aktivitas sehari-hari terganggu (Manuaba, 2007).

Dismenorea merupakan mentruasi yang disertai rasa sakit yang hebat

dan kram (Lastiko Bramantyo, 2008:11). Dismenorea merupakan rasa nyeri

saat menstruasi yang mengganggu kehidupan sehari-hari wanita dan

mendorong penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi kedokter,

9

puskesmas atau datang kebidan. Dismenorea primer dan dismenorea sekunder

(Manuaba, 2009:402)

Dismenorea adalah sejumlah ketidaknyamanan selama hari pertama

atau hari kedua mentruasi yang sangat umum terjadinya (Perry, et all., 2010).

Sedangkan menurut Bobak, et all., (2005), dismenorea adalah menstruasi

yang menimbulkan nyeri dan merupakan salah satu masalah ginekologis yang

paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia.

Menurut Hendrik (2006) dismenorea adalah nyeri (kram) pada daerah

yang mulai terjadi pada 24 jam sebelum terjadinya perdarahan haid dan dapat

bertahan selama 24 jam pertama saat terjadi selama 24-36 jam, meskipun pada

umumnya hanya berlangsung selama 24 jam pertama saat terjadi perdarahan

haid. Sedangkan menurut Andrews (2010) dismenorea adalah menstruasi

yang disertai dengan rasa nyeri.

2. Pembagian Dismenorea

Berdasarkan jenis nyerinya, dismenorea dibagi menjadi :

a. Dismenorea Spasmodik

Dismenorea spasmodik yaitu nyeri yang dirasakan dibagian bawah perut

dan berawal sebelum masa haid atau segera setelah masa haid mulai.

Beberapa wanita yang mengalami dismenorea spasmodik merasa

sangat mual, muntah bahkan pingsan. Kebanyakan yang menderita

dismenorea jenis ini adalah wanita muda, akan tetapi dijumpai pula

kalangan wanita berusia di atas 40 tahun yang mengalaminya (Mansjoer,

2001).

10

b. Dismenorea sekunder

Dismenorea ini sangat jarang terjadi biasanya, terjadi pada wanita yang

berusia sebelum 25 tahun dan dapat terjadi pada 25% wanita yang

mengalami dismenorea (Andira, 2010).

3. Gejala Klinis Dismenorea Primer

Gejala klinis yang sering ditemukan yaitu, sebagai berikut :

a. Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama dengan permulaan

haid dan berlangsung beberapa jam atau lebih.

b. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit

kepala, diare, dan sebagainya (Mitayani, 2009).

4. Penyebab Dismenorea

Menurut Winkjosastro (1999 dikutip dalam Arya, 2010), beberapa faktor

memegang peranan sebagai penyebab dismenorea primer, antara lain :

a. Faktor kejiwaan

Pada gadis yang secara emosional tidak stabil mudah timbul dismenorea.

Apalagi jika mereka tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses

haid.

b. Faktor konstitusi

Faktor ini erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat juga

menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor ini seperti

anemia, penyakit menular, dan sebagainya.

11

c. Faktor obstruksi kanalis servikalis

Salah satu teori paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenorea

primer adalah stenosis kanalis servikalis, akan tetapi hal ini sekarang tidak

dianggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenorea.

d. Faktor endokrin

Pada mulanya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenorea

primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin

mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktifitas otot usus

(winkjosastro, 1999 dikutip dalam Arya 2010) menyatakan bahwa

endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin yang

menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin yang

berlebihan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenorea,

dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea, muntah.

e. Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara

dismenorea dengan urtikaria, migraine, atau asma brongkhiale.

5. Diagnosa Dismenorea

Diagnosa dismenorea hanya didasarkan pada wanita yang mengeluh

kesakitan pada waktu haid, tetapi perlu juga pemeriksaan yang canggih,

seperti :

a. Ultrasonografi untuk mencari adanya kelainan dalm anatomi rahim

b. Hosterosalphingografi untuk mencari apakah terjadi kelainan dalam

rongga rahim.

12

c. Hysteroscope untuk membuat gambar dalam rongga rahim

d. Laparoscopy untuk melihat kemungkinan endometriosis dan penyakit-

penyakit lain dalam rongga panggul (Yatim, 2006).

6. Dampak Dismenorea Pada Wanita

Adapun dampak dismenorea pada wanita antara lain : bisa

mengakibatkan anemia, rasa takut dan stress dapat menghambat kegiatan

(aktivitas) yang dilakukan sehari-hari.

7. Upaya Penanganan Dismenorea

Upaya penanganan merupakan suatu cara yang dilakukan oleh

seseorang untuk mengatasi atau menangani suatu persoalan atau masalah

(Poerwadarmita, 2000 dikuti dalam Arya, 2010). Upaya penanganan keadaan

dismenore (Syaifuddin, 1999 dikuti dalam Arya, 2010), yaitu :

a. Pola hidup sehat

Dimana dengan menerapkan pola hidup sehat dapat membantu dalam

upaya menangani gangguan menstruasi khususnya dismenorea, yang

termasuk dalam pola hidup sehat yaitu olahraga secara teratur,

memperhatikan diit seimbang seperti buah, sayuran hijau, kacang-

kacangan, daging serta menerapkan istirahat yang cukup.

b. Pemberian obat analgetik

Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgetik yang dapat diberikan

sebagai terapi simptomatik, jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat

ditempat tidur.

13

c. Terapi hormonal

Mempunyai tujuan terapi hormonal ialah untuk menekan ovulasi.

Tindakan ini bersifat sementara dengan maksud membukakan bahwa

gangguan benar-benar dismenorea primer atau untuk memungkinkan

penderita melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa

gangguan. Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil

kombinasi kontrasepsi.

d. Terapi dengan obat nonsteroid dan tiprostaglandin

Terapi dengan obat nonsteroid dan tiprostaglandin memegang peranan

yang semakin penting terhadap dismenore primer termasuk diindometasin,

ibuprofen, naproksen. Kurang lebih 70% penderita dapat disembuhkan

atau mengalami banyak perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan

sebelum haid mulai 1 sampai 5 hari sebelum haid dan pada hari pertama

haid.

Selain cara diatas, ada beberapa pengobatan yang biasa dilakukan untuk

menghilangkan atau membantu mengurangi nyeri haid yang menganggu

yaitu :

1. Saat nyeri datang, mengkompres dengan menggunakan air hangat

didaerah perut bagian bawah.

2. Meningkatkan taraf kesehatan untuk mengurangi sensitivikasi terhadap

nyeri, misalnya dengan olahraga secara teratur untuk meningkatkan

hormone endorphine yang berperan sebagai natural pain killer.

14

Bisa juga dengan menyediakan waktu untuk istirahat agar tubuh tidak

terlalu rentan terhadap nyeri.

3. Apabila dismenorea sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri

muncul saat usia dewasa dan sebelumnya tidak pernah merasakannya,

maka harus pergi kedokter untuk mendapatkan pertolongan, jika yang

terjadi adalah dismenorea sekunder.

8. Komplikasi Dismenorea

Menurut mitayani (2009) komplikasi dismenorea yaitu :

a) Syok

b) Penurunan kesadaran

9. Derajat Dismenorea

Setiap menstruasi menyebabkan rasa nyeri, terutama pada awal

menstruasi namun dengan kadar nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea secara

siklik dibagi tiga tingkat keparahan, yaitu :

1. Dismenorea Ringan

Dismenorea yang berlangsung beberapa saat dan masih dapat

melaksanakan aktifitas sehari-hari dan biasanya berlangsung antara 1

sampai 2 hari.

2. Dismenorea Sedang

Dismenorea ini membuat klien memerlukan obat penghilang rasa nyeri

dan kondisi penderita masih dapat beraktifitas. Dismenorea ini biasanya

nyeri berlangsung antara 3 sampai 4 hari.

15

3. Dismenorea Berat

Dismenorea berat membuat remaja memerlukan istirahat beberapa hari

dan dapat disertai sakit kepala, migraine, pingsan, diare, rasa tertekan,

tertekan, mual.

(Manuaba, 1999)

10. Faktor Resiko Dismenore Primer

Faktor resiko terjadinya dismenorea primer adalah :

a. Siklus mentruasi ovulasi

Dismenorea hanya dapat terjadi pada siklus menstruasi ovulatorik

(Ehrethal, Hoffman, dan Hillard 2006). Karena setelah terjadinya ovulasi,

maka sel-sel folikel tua setelah ovulasi akan membentuk korpus luteum,

sewaktu korpus luteum berdegenerasi dan tidak terjadi pembuahan dan

implantasi, maka kadar estrogen dan progesterone di sirkulasi akan

menurun drastis. Penarikan kembali kedua hormon steroid tersebut

menyebabkan vasokontriksi pembuluh-pembuluh endometrium, serta

menyebabkan kontraksi uterus. Bila kadar prostaglandin berlebih akan

memicu dismenorea (Sherwood, 2001).

b. Usia menarche kurang dari 12 tahun

Menurut Widjanarko (2006) terdapat hubungan antara usia menarche

terhadap kejadian dismenorea primer dikarenakan saat menarche terjadi

lebih awal dari yang normal maka alat reproduksi belum siap untuk

mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim,

maka timbul rasa sakit saat menstruasi (Novia dan Puspitasari, 2008).

16

c. Adanya stress

Risiko untuk mengalami dismenorea meningkat pada wanita yang

mempunyai riwayat dismenorea dan stress tinggi sebelumnya

dibandingkan dengan wanita yang tidak mempunyai riwayat stress

sebelumnya (Ehrethal, Hoffman, dan Hillard 2006).

d. Seseorang dengan overweigh, obese dan underweigh

Menurut Widjanarko (2006) kelebihan berat badan dapat mengakibatkan

dismenorea primer, karena didalam tubuh orang mempunyai kelebihan

berat badan terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat

mengakibatkan hyperplasia pembuluh darah (terdesaknya pembuluh darah

oleh jaringan lemak) pada organ reproduksi wanita sehingga darah yang

seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan timbul

dismenorea primer (Novia dan Puspitasari, 2008). Status gizi underweight

dapat diakibatkan karena asupan makanan yang kurang, menderita suatu

penyakit, adanya perilaku yang salah, ataupun karena ketergantungan obat

dan alkohol. Karena asupan makanan yang kurang, dikhawatirkan asupan

dari dari zat besi juga akan kurang, maka dapat terjadi anemia (Gragnolati

dan Bank 2006). Anemia merupakan salah satu faktor konstitusi yang

dapat menyebabkan dismenorea (Prawirohardjo dan Widjosastro, 2008).

e. Olahraga

Dengan berolahraga maka akan menurunkan gejala dismenorea primer

(Ehrenthal, dkk, 2006). Dengan berolahraga akan menurunkan kadar

17

prostaglandin, serta melepaskan endorphin yang dapat memberikan

penurunan rasa sakit (Sinclair, 2010).

Kejadian dismenorea akan meningkatkan dengan kurangnya aktifitas

selama menstruasi dan kurangnya olahraga, hal ini dapat menyebabkan

sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran

darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri.

11. Gejala Dismenorea

Pada perempuan yang mengalami dismenorea primer akan merasakan :

a. Nyeri pada perut yang timbul tidak lama sebelumnya bersamaan dengan

awal haid, dapat berlangsung beberapa jam, 24 jam atau bahkan sampai

beberapa hari.

b. Rasa nyeri kejang berjangkit-jangkit yang dirasakan diarea perut bawah

dan dapat menyebar kepinggang dan paha.

c. Selain adanya rasa nyeri juga dapat terjadi rasa mual, muntah, sakit

kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya (Prawirohardjo dan Wikjosastro

2008).

12. Dampak Dismenorea Pada Remaja

Dismenorea yang berat seringkali menjadi alasan bagi perempuan

untuk mencari bantuan tenaga kesehatan. selain itu, dismenorea juga

berdampak pada ketidakhadiran ditempat kerja dan sekolah dan juga

mempengaruhi kehidupan seseorang termasuk aspek ekonomi. Diperkirakan

dismenorea berat menyebabkan kerugian produktifitas sebanyak 600 juta jam

kerja dan 2 milyar dolar setiap tahun, dismenorea terutama dengan kondisi

18

yang berat, akan berdampak pada aktifitas remaja. Pada penelitian yang

dilakukan oleh Shama et all., (2008), dari total responden remaja yang

bersekolah sebanyak 35% mengatakan biasanya mereka tidak datang ke

sekolah selama episode dismenorea, 5% mengatakan walaupun mereka datang

kesekolah tapi mereka tidur dikelas. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan

bahwa dismenorea pada remaja harus dapat ditangani dengan tepat untuk

menghindari dampak negatif yang timbul.

B. Tinjauan Umum Tentang Remaja Putri

1. Pengertian Remaja Putri

Remaja putri adalah seorang remaja yang menempuh pendidikan

setara dengan SMP atau SMA. Seorang remaja putri identik dengan

perubahan dan permasalahan yang terjadi pada dirinya diusia remaja. Masa

remja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa,

selama masa remaja akan terjadi penambahan kecepatan pertumbuhan atau

pacu tumbuh (Growth Spurt) mulai munculnya tanda-tanda seks sekunder,

perubahan psikososial (soetjiningsih, 2007).

2. Tahap-Tahap Masa Remaja

Tahap-tahap masa remaja menurut Kartono (1999, dikutip oleh Arya,

2010) dibagi menjadi 3 bagian yaitu :

a. Remaja awal / dini (Early Adolosceace)

Umur 12-15 tahun. Pada masa ini remaja mengalami perubahan jasmani

yang sangat pesat dan perkembangan intelektual yang intensif sehingga

minat anak pada dunia luar sangat besar dan pada saat ini remaja tidak

19

mau dianggap kanak-kanak lagi namun, sebelum bisa meninggalkan pola

kanak-kanaknya. Selain itu pada masa ini remaja sering merasa sunyi,

ragu, dan tidak stabil, tidak puas dan merasa kecewa.

b. Masa remaja akhir

Dalam masa remaja akhir, yang berlangsung antara usia 16 sampai 21

tahun, anak remaja anda mulai menyadari bahwa dia sudah mengatasi

masalah ketidak tergantungan, dan pada waktu itu gambaran dirinya

berubah menjadi gambaran diri seseorang yang dewasa.

Masa remaja akhir, bagi banyak orang tua merupakan masa yang sulit

untuk ditangani, Karena masa itu sering bertepatan dengan masa krisis

dari orang tua, yaitu krisis usia pertengahan, karena dalam tahun-tahun ini

anak masih melawan orang tua secara emosional (Fitzhugh Dodson,

2006:371-373).

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

1. Pengertian pengetahuan

Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan terhadap proses

pembelajaran. Proses ini dipengaruhi berbagai faktor dari dalam seperti

motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang tersedia serta keadaan

sosial budaya (Kamus Besar Bahas Indonesia (KBBI, 2007).

Pengetahuan atau kognitif merupakan kemampuan yang dimiliki

seseorang didalam menilai suatu obyek yang didasarkan kepada penalaran

secara ilmiah, logis, sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan

(Nursalam, 2009: 63).

20

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam

membentuk perilaku seseorang. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang

terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan melalui indera yang

dimilikinya (seperti mata, hidung, dan telinga) terhadap suatu objek tertentu

(Notoatmodjo, 2003; Taufik, 2007).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil

penggunaan panca inderanya (Mubarak. Wl,dkk, 2007). Pengetahuan adalah

hasil pengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah

dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah

orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu

(Wahit.dkk,2006).

Menurut Jan Hidayat Tjakraatmadja dan Donal Crestofel lantu dalam

bukunya Knowledge management disebutkan bahwa pengetahuan diperoleh

dari sekumpulan informasi yang saling terhubung secara sistematik sehingga

memiliki makna. Informasi diperoleh dari data yang sudah diolah (disortir,

dianalisis, dan ditampilkan dalam bentuk yang dapat dikomunikasikan melalui

bahasa, grafik dan tabel) sehingga memiliki arti. Selanjutnya data ini akan

dimiliki seseorang dan akan tersimpan dalam neuron-neuron (menjadi

memori) diotaknya. Kemudian ketika manusia tersebut dihadapkan pada suatu

masalah maka informasi-informasi yang tersimpan dalam neuron-neuronnya

dan yang terkait dengan permasalahan tersebut, akan saling terhubungkan dan

tersusun secara sistematik sehingga ia memiliki model untuk memahami atau

memiliki pengetahuan yang terkait dengan permasalahan yang dihadapnya.

21

Kemampuan memiliki pengetahuan atas obyek masalah yang dihadapi sangat

ditentukan oleh pengalaman, latihan atau proses belajar (proses berfikir) (Jan

Hidayat Tjakraatmadja dan Donal Crestofel lantu, 2006).

2. Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007:49) pengetahuan mencangkup

didalamnya domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni:

a. Tahu

Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkatan ini

adalah pengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh

karena itu tahu merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur orang bahwa tahu tentang materi yang telah dipelajari antara

lain : menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat mengiterprestasikan

materi tersebut secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar orang yang telah

paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan

contoh menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang

dipelajari misalnya harus menjelaskan mengapa harus melakukan

pemeriksaan payudara sendiri

22

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diuraikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

Aplikasi dapat diartikan pula sebagai hukum-hukum, rumus-rumus,

metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

Misalnya, dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan hasil

penelitian dapat menggunakan prinsip-prinsip didalam pemecahan

masalah kesehatan yang diberikan.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

subyek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis dapat digunakan pada penggunaan kata kerja, dapat

menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan,

mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merujuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang

yang baru dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya

dapat menyusun, merencanakan, dapat meringkas, dapat menyesuaikan

dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah

ada.

23

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan justifikasi atau

pemikiran terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian itu didasarkan

suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria

yang ada.

3. Cara memperoleh pengetahuan

Dalam upaya memperoleh pengetahuan dan memahami suatu,

umumnya manusia melakukan satu atau lebih metode untuk memperoleh

pengetahuan. Secara garis besar, metode yang biasa dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan berjumlah empat metode. Keempat metode ini biasa

disebut sebagai metode memperoleh pengetahuan atau methods of knowing,

yaitu:

a. Tenacity yaitu cara memperoleh pengetahuan yang dilakukan dengan

sangat meyakini sesuatu, meski bisa jadi apa yang diyakininya belum

tentu benar, keyakinan ini disebabkan karena hal yang diyakini tersebut

umunya terjadi.

b. Authority yaitu metode memperoleh pengetahuan dengan mempercayakan

pada pihak yang dianggap kompoten. Contoh: seseorang percaya bahwa

besok akan turun hujan karena ia percaya dengan informasi yang

diberikan oleh prakiraan cuaca esok hari.

c. Apriory yaitu suatu metode memperoleh pengetahuan dengan

menitikberatkan pada kemauan nalar dan intuisi diri sendiri, tanpa

mempertimbangkan informasi dari pihak luar. Contoh: seseorang yang

24

tengah tersesat namun mempercayakan dirinya untuk menemukan jalan

keluar tanpa ada keinginan untuk bertanya.

d. Secience yaitu cara memperoleh pengetahuan dengan melakukan

serangkaian cara-cara ilmiah, seperti mengajukan dugaan, pengujian

dugaan, mengontrol variabel, hingga penyimpulan. Cara ini dianggap

sebagai cara yang paling dapat diyakini kebenarannya atas pengetahuan

yang diperoleh. Hal ini karena pada science yang telah dilakukan

serangkaian percobaan akhirnya memperoleh pengetahuan berupa

kesimpulan, yang mana pengujian-pengujian seperti ini tidak ditemukan

pada ketiga metode sebelumnya.

4. Pengukuran pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden (Notoatmodjo, 2007). Kedalam pengetahuan yang ingin

diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

Pertanyaan (test) yang dapat dipergunakan untuk pengukuran pengetahuan

dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu sebagai berikut;

a. Pertanyaan subjektif ; untuk pertanyaan berupa essay.

b. Pertanyaan objektif ; jenis pertanyaan berupa pilihan ganda, betul/salah dan

pertanyaan menjodohkan.

Pertanyaan berupa essay disebut pertanyaan subjektif karena penilaian

untuk pertanyaan ini melibatkan faktor subjektif dari penilaian, sehingga

nilainya akan berbeda dari seseorang nilai dibandingkan dengan yang lain

25

dan dari satu waktu kewaktu lainnya. Pertanyaan pilihan ganda,

betul/salah, menjodohkan, disebutkan pertanyaan objektif karena

pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat dinilai secara pasti oleh penilainnya

tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari penilai (Notoatmodjo, 2007).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:

a. Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin mudah dalam menerima

konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan berkesinambungan.

Pendidikan dapat meningkatkan kematangan intelektual seseorang,

semakin tinggi pendidikan formal akan semakin baik pengetahuan tentang

kesehatan (Hastono, 2008). Tingkat pendidikan turut pula menentukan

mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang

mereka peroleh, pada umunya semakin tinggi pendidikan seseorang

semakin baik pula pengetahuannya (Lukman, 2008).

b. Umur

Bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu atau

menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau mengingat suatu

pengetahuan akan berkurang (Lukman, 2008).

c. Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir

abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru.

26

Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari

proses belajar (Lukman, 2008).

d. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang,

dimana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga buruk

tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan

memperoleh pengalaman yang akan berpengaruh pada cara berpikir,

menurut (Lukman, 2008).

e. Kultur /budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperolah suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan

orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu proses belajar

dan memperoleh suatu pengalaman pengetahuan (Lukman, 2008).

f. Sosial ekonomi

Seseorang memiliki tingkat ekonomi tinggi biasanya tingkat pendidikannya

tinggi, tingkat pengetahuannya juga tinggi (Lukman, 2008)

g. Informasi

Imformasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan. Dengan

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radia

atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan

seseorang (Lukman, 2008).

27

h. Pengalaman

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain

(Notoatmodjo, 2005). Pengetahuan berpangkal dari pengalaman-

pengalaman, jadi semakin banyak pengalaman semakin tinggi pula tingkat

pengetahuan (Lukman, 2008).

D. Tinjauan Umum Tentang Sikap

1. Pengertian sikap

Sikap merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus

atau objek. Menurut Newcomb dalam notoadmodjo (2003) sikap merupakan

kesiapan atau kesediaaan untuk bertindak, yang menjadi predisposisi tindakan

suatu perilaku, bukan pelaksanaan motif tertentu.

Sikap merupakan reaksi yang tertutup tidak dapat dilihat secara

langsung dapat ditafsirkan melalui perilaku yang tampak (Notoadmodjo,

2005). Menurut Athinson dalam Riyanto (1999) sikap meliputi rasa suka atau

tidak suka, mendekati atau menghindari situasi, orang, kelompok dan aspek

lingkungan yang dapat lainnya termasuk gagasan abstrak kebijakan sosial.

Nilai (value) dan opini atau pendapat sangat berat berkaitan dengan

sikap, bahkan kedua konsep tersebut seringkali digunakan dalam difinisi

mengenai sikap. Nilai lebih bersikap mendasar dan stabil sebagai bagian dari

ciri kepribadian, sedangkan sifat bersifat evaluative dan berakar pada nilai

atau norma yang dianut dan terbentuk dalam kaitannya dengan suatu obyek

(Azwar, 2000).

28

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa

yang ditandai dengan timbulnya tanda-tanda pubertas dan berlangsungnya

pematangan fungsi seksual, pada remaja putri ditandai dengan timbulnya

tanda-tanda pubertas menstruasi yang pertama, sedangkan ada remaja laki-laki

ditandai dengan mimpi basah. Masa remaja sebagai periode strum und drang,

yaitu periode peralihan dari anak-anak menuju masa dewasa yang penuh

gejolak (Purwanto, 2000).

Dalam hal ini yang berkaitan dengan menstruasi adalah yang

ditampilkan seseorang dalam memperlihatkan reaksi dismenore yang meliputi

sikap terhadap perilaku dalam menghadapi kodratnya sebagai perempuan,

mengalami kontraksi setiap mendapat haid behkan merasakan rasa sakit yang

sangat hebat selama masa menstruasi. Seseorang dalam menyikapi dismenore

berbeda-beda tergantung dari pengetahuan yang ada pada remaja. Kesehatan

reproduksi meliputi kesehatan sesama remaja ketika secara biologis kehidupan

seksualnya mulai aktif dan ketika kaum wanita mulai mengalami haid. Dalam

hal ini pengetahuan tentang kesehatan reproduksi khususnya yang berkaitan

dengan fungsi reproduksi akan meningkatkan kemampuan mereka dalam

mencegah penyakit dan ketepatan dalam mengambil tindakan (Kartono,

1999).

Manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan

terlebih dahulu dari setiap perilaku yang tertutup. Dalam bagian lain Allport

(2000) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yakni

kepercayaan suatu objek, kehidupan emosional, atau evaluasi emosional

29

terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen

ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Seperti halnya dengan

pengetahuan sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yakni :

a. Menerima (receiving)

Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperahtikan stimulus yang

diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Dimana memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indkasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi (Notoadmodjo, 2007).

2. Pembentukan dan pengubahan sikap

faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengubahan sikap yaitu sebagai

berikut :

a. Faktor Internal

Faktor internal berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini individu

menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari luar,

serta menentukan mana yang akan diterima dan mana yang tidak. Hal-hal

yang diterima atau tidak berkaitan erat dengan apa yang ada dalam diri

30

individu. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor penentu

pembentukan sikap. Faktor intern ini menyangkut motif dan sikap yang

bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta yang mengarahkan minat

dan perhatian (faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar, dan haus

(faktor fisologis).

b. Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membentuk

dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat langsung, misalnya

individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu

melalui perantara, seperti : alat komunikasi dan media masa baik

elektronik maupun nonelektronik. (Azwar,2003:23) Menurut Azwar

(2003), ada beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap

individu, yaitu : a) Adopsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan

sikap melalui kejadian yang terjadi berulang dan terus-menerus sehingga

lama kelamaan secara bertahap hal tersebut akan diserap oleh individu,

dan akan mempengaruhi pembentukan serta perubahan terhadap sikap

individu. b) Deferensiasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan

sikap karena sudah dimilikinya pengetahuan, pengalaman, intelegensi,

dan bertambahnya umur. Oleh karena itu, hal-hal yang tadinya dianggap

sejenis, sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari jenisnya sehingga

membentuk sikap tersendiri.

c) Integrasi

31

Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi

secara tahap demi tahap, diawali dari macam-macam pengetahuan dan

pengalaman yang berhubungan dengan objek sikap tertentu sehingga pada

akhirnya akan terbentuk sikap terhadap objek tersebut.

d) Trauma

Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui suatu

kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan sehingga meninggalkan kesan

mendalam dalam diri individu tersebut. Kejadian tersebut akan

membentuk atau mengubah sikap individu terhadap kejadian sejenis.

e) Generalisasi

Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena

pengalaman traumatik pada diri individu terhadap hal tertentu, dapat

menimbulkan sikap negatif terhadap semua hal yang sejenis atau

sebaliknya.

E. Tinjauan Umum Tentang Penanganan

1. Pengertian penanganan

Ada banyak hal yang dapat dilakukan untuk menangani dismenore

sehingga menurunkan angka kejadian dismenore tidak bertambah berat,

diantaranya :

a. Penerangan dan nasehat

Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore primer adalah

gangguan siklus menstruasi yang tidak berbahaya bagi kesehatan.

hendaknya dalam masalah ini diadakan penjelasan dan diskusi mengenai

32

informasi dismenore tidak mengarah pada tingkat yang sedang bahkan

ketingkat berat. Penerangan tentang pemenuhan nutrisi yang baik perlu

diberikan, karena dengan pemenuhan nutrisi yang baik maka status gizi

remaja menjadi baik. Dengan status gizi baik tersebut maka ketahanan

tubuh meningkat dan gangguan menstruasi dapat dicegah. Nasehat

mengenai makan bergizi, istirahat dan olahraga cukup dapat berguna.

b. Pemberian obat analgesik

Obat analgesic yang sering digunakan adalah preparat kombinasi aspirin,

fenastin. Contoh obat paten yang beredar antara lain postan, novalgin.

c. Pola hidup sehat

Penerapan pola hidup sehat dapat membentu dalam upaya menangani

gangguan menstruasi, khususnya dismenorea. Yang termasuk dalam pola

hidup sehat adalah olahraga cukup dan teratur, mempertahankan diit

seimbang seperti peningkatan pemenuhan sumber nutrisi yang beragam.

d. Terapi dengan obat nonsteroid antiprostaglandin

Obat ini memegang peranan penting terhadap dismenore primer.

Termasuk di sini indomestamin, ibuprofen dan naproksen. Kurang lebih

70 % penderita mengalami perbaikan. Hendaknya pengobatan diberikan

sebelum haid dan pada hari pertama haid.

(Winkjosastro, 1999).

Selain beberapa cara diatas, Menurut Taruna (2003) ada cara pengobatan

lain yang dilakukan untuk membantu mengurangi rasa nyeri haid yaitu :

33

1) Ketika nyeri haid datang, lakukan pengompresan menggunakan air

hangat diperut bagian bawah karena dapat membantu merilekskan

otot-otot dan system saraf.

2) Apabila dismenore sangat mengganggu aktivitas atau jika nyeri haid

muncul secara tiba-tiba saat usia dewasa dan sebelumnya tidak pernah

merasakannya, maka periksakan kondisi anda untuk mendapatkan

pertolongan segera, terlebih jika dismenore yang dirasakan mengarah

ke dismenore sekunder.

Menurut Akatri (2000), nyeri haid dapat diatasi dengan :

a) Melakukan posisi knee chest, yaitu menelungkupkan badan ditempat

datar. Lutut ditekuk dan didekatkan kedada.

b) Istirahat cukup untuk mengurangi ketegangan

c) Meningkatkan konsumsi sayur, buah, ikan sebagai sumber makanan

yang mengandung vitamin B6.

Tujuan pengobatan dismenore primer adalah mengurangi nyeri atau

gejala yang timbul oleh karena peningkatan produksi prostaglandin (Proctor

dan Farquhar, 2007), sehingga pemberian obat yang menghambat sintesis

prostaglandin dan mempunyai efek analgesik merupakan pilihan (Kamir,

2009).

Pengobatan lain yang umum dipakai adalah latihan fisik, pemanasan

daerah pelvis, intervensi tingkah laku, suplemen diet obat tradisional. Latihan

fisik dapat meningkatkan aliran darah daerah pelvis sehingga menstimulasi

pelepasan β endorfin yang bekerja sebagai analgesic nonspesifik. Penempelan

34

panas dengan suhu 39℃ selama 12 jam terbukti efektifnya dengan

penggunaan ibuprofen (Proctor dan Fraquhar, 2006).

F. Tinjauan Umum Tentang Tindakan

1. Pengertian tindakan

Tindakan dalam hal ini adalah suatu upaya atau gerakan yang

dilakukan oleh seseorang setelah mengetahui dan menyikapi penanganan

dismenore, hal ini sangat berpengaruh pada suatu keadaan dimana apabila

dalam pengambilan tindakan mengenai penanganan dismenore. Menurut

Notoatmodjo (2003), praktek terdiri dari berbagai tingkatan :

a. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai obyek sehubungan dengan

tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

b. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu dengan urutan yang benar

sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

c. Mekanisme, dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau

sesuatu itu merupakan kebiasaan maka ia akan mencapai praktek tingkat

ke tiga

d. Adaptasi,suatu praktek/tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

G. Kerangka Konsep

1. Dasar Pemikiran

Berdasarkan penjelasan hal tersebut diatas penelitian bertujuan untuk

mengetahui apakah terdapat hubungan pengetahuan dan sikap terhadap

35

Pengetahuan

Sikap

Tindakan penanganan Dismenorea Primer

tindakan penananganan dismenorea primer. Pengetahuan merupakan faktor

predisposisi dalam pembentukan sikap yang dilakukan merupakan perilaku

kesehatan bagi seorang siswi.

2. Skema Kerangka Konsep

Independen Dependen

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel terikat

: Hubungan

H. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran penelitian di atas maka hipotesis yang

diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan terhadap tindakan penanganan

dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.

36

Ha : Ada hubungan pengetahuan terhadap tindakan penanganan

dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.

b. H0 : Tidak ada hubungan sikap terhadap tindakan penanganan

dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.

Ha : Ada hubungan sikap terhadap tindakan penanganan dismenorea

primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.

c. H0 : Tidak ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan

penanganan dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun

2013.

Ha : ada hubungan pengetahuan dan sikap terhadap tindakan penanganan

dismenorea primer pada siswi SMAN 1 Wawonii tahun 2013.

37