bab ii kajian pustaka a. sumber pustaka 1. rujukan...

18
4 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan (Konsep Sejenis) a. Tulisan Terdahulu Banyak tema tentang perempuan yang diangkat dengan berbagai penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain itu, banyak pula tulisan-tulisan yang menyertai karya seni, baik karya sendiri maupun untuk mengulas karya orang lain. Beberapa tulisan terdahulu yang membahas tentang tema perempuan di antaranya adalah (1) tulisan berjudul “Wanita Jawa” oleh Ambar Adrianto pada Jurnal Jantra Volume 1 Nomor 2, (2) tulisan berjudul “Citra Wanita Hendra Gunawan” oleh Ariesa Pandanwangi pada Jurnal Imaji Volume 4 Nomor 3, dan (3) tulisan berjudul “Ketubuhan Perempuan” oleh Luciana Wiyono pada Jurnal Imaji Volume 4 Nomor 3. a.1 Wanita Jawa Tulisan berjudul “Wanita Jawa” yang ditulis oleh Ambar Adrianto berisi tentang pandangan mengenai Wanita Jawa saat ini yang menunjukkan adanya kombinasi antara sifat mereka jaman dulu serta sifat-sifat lainnya yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman pendidikan dan tersediannya berbagai kesempatan dalam masyarakat saat ini. Muryantoro memandang Wanita Jawa tidak hanya setia, bakti,

Upload: lecong

Post on 02-Mar-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

4

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Sumber Pustaka

1. Rujukan (Konsep Sejenis)

a. Tulisan Terdahulu

Banyak tema tentang perempuan yang diangkat dengan berbagai

penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain itu,

banyak pula tulisan-tulisan yang menyertai karya seni, baik karya sendiri

maupun untuk mengulas karya orang lain. Beberapa tulisan terdahulu yang

membahas tentang tema perempuan di antaranya adalah (1) tulisan berjudul

“Wanita Jawa” oleh Ambar Adrianto pada Jurnal Jantra Volume 1 Nomor 2,

(2) tulisan berjudul “Citra Wanita Hendra Gunawan” oleh Ariesa

Pandanwangi pada Jurnal Imaji Volume 4 Nomor 3, dan (3) tulisan berjudul

“Ketubuhan Perempuan” oleh Luciana Wiyono pada Jurnal Imaji Volume 4

Nomor 3.

a.1 Wanita Jawa

Tulisan berjudul “Wanita Jawa” yang ditulis oleh Ambar Adrianto

berisi tentang pandangan mengenai Wanita Jawa saat ini yang

menunjukkan adanya kombinasi antara sifat mereka jaman dulu serta

sifat-sifat lainnya yang berhubungan dengan pengalaman-pengalaman

pendidikan dan tersediannya berbagai kesempatan dalam masyarakat

saat ini. Muryantoro memandang Wanita Jawa tidak hanya setia, bakti,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

5

sabar, tetapi juga cerdas dan kritis, berinisiatif, dan kreatif. (Adrianto,

2006: 114)

Ketika menghadapi permasalahan yang menyangkut

hubungannya dengan orang lain, Wanita Jawa cenderung lebih bersikap

mengalah demi menjaga hubungan harmonis dengan orang yang

bersangkutan. Namun bukan merupakan kelemahan melainkan sifat

kekuatan, karena memiliki kesediaan besar untuk menyesuaikan dan

menerima berbagai kejadian yang kurang menguntungkan

kehidupannya. (Adrianto, 2006: 146)

a.2 Citra Wanita Hendra Gunawan

Tulisan berjudul “Citra Wanita Hendra Gunawan” ditulis oleh

Ariesa Pandanwangi berisi analisis bahasa rupa terhadap karya lukis

Hendra Gunawan. Keistimewaan dibalik lukisan Hendra Gunawan

adalah penggambaran yang menarik dan khas, baik dari segi bentuk

maupun konsepnya. Melalui bentuk tubuh wanita yang terdapat dalam

sebagian besar karya Hendra banyak mengomunikasikan citra wanita

sesuai dengan interpretasi pribadi seniman. (Pandanwangi, 2008: 87)

Cara penggambaran yang khas dari Hendra Gunawan dalam

menggambarkan obyek adalah melalui pembesaran bagian-bagian yang

dianggap penting dan menjadi pusat cerita. Sebagian besar karya Hendra

selalu mencitrakan wanita sebagai sosok yang kuat, hal tersebut dapat

dilihat dari penggambaran sepasang kaki telanjang dan diperbesar yang

secara tidak langsung menggambarkan kekuatan. Sedangkan bagian

tubuh lain yaitu dada diperbesar, pinggang diperkecil, pinggul kembali

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

6

diperbesar menggambarkan citra wanita yang subur dan bertanggung

jawab merawat dan membesarkan anak. (Pandanwangi, 2008: 96-97)

a.3 Ketubuhan Perempuan

Jurnal berjudul Ketubuhan Perempuan ditulis oleh Luciana

Wiyono, jurnal tersebut berisi tentang pemaknaan tubuh perempuan yang

dijadikan sebagai tema dalam penciptaan karya seni. Luciana

menekankan wanita dengan ciri feminitas, namun karena kemajuan

teknologi telah mengubah perilaku serta fungsi tubuh wanita yaitu wanita

cenderung berperilaku seperti laki-laki ketika melakukan pekerjaannya.

Meskipun sebenarnya wanita berhak secara utuh untuk menentukan

peran tubuh mereka dalam kehidupannya. (Wiyono, 2009: 162)

Pada karya-karya Luciana menampakan makna ketubuhan

perempuan sesuai dengan konteks lingkungan dan budaya yang

melingkupinya. Perempuan sebagai sosok yang feminis, yaitu lembut,

halus, lemah gemulai, namun dalam situasi tertentu dapat pula bersifat

maskulin. Konsep tersebut dituangkannya menggunakan mix-media,

yaitu dengan penggunaan resin cair serta fiber berupa plastik bening.

(Wiyono, 2009: 167)

Berdasarkan uraian di atas, ketiga konsep mengenai perempuan

dijadikan sebagai sumber rujukan dalam tema ini. Pada dasarnya antara

konsep penulis dan ketiga konsep yang diangkat tersebut sama-sama

memandang wanita saat ini sebagai sosok yang memiliki kekuatan. Namun

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

7

dalam konsep karya tugas akhir ini tidak sekedar memandang perempuan

sebagai suatu kekuatan, akan tetapi juga menampakkan keindahan perempuan

yang terpancar melalui ekspresinya.

b. Perempuan dan Keindahan

Manusia telah dianugerahi Tuhan dengan nikmat kesenangan akan

suatu keindahan dan kecantikan. Berbicara mengenai keindahan dan

kecantikan manusia, sering kali dikaitkan dengan perempuan. Sebab

perempuan memiliki kecantikan dan naluri yang cenderung senang

menampakkan kecantikan dari diri mereka, sehingga mendapatkan perhatian

yang lebih besar daripada laki-laki. Hal pokok yang menjadi daya tarik pada

perempuan adalah sesuatu yang sudah melekat pada dirinya, yaitu bentuk

badan dan wajah. Namun pada dasarnya kecantikan perempuan sangat relatif

serta berbeda baik antara satu masyarakat dan masyarakat lainnya maupun

antar individu. (Shihab, 2005: 65-67)

Lewat kajian di atas, dapat dipahami bahwa keindahan manusia sering

kali dikaitkan dengan kecantikan perempuan. Setiap detail dari bentuk tubuh

yang dimiliki perempuan selalu menampakkan keindahan sehingga menjadi

suatu daya tarik yang dapat memikat orang-orang di sekitarnya. Akan tetapi,

setiap budaya maupun individu memiliki acuan tersendiri untuk menilai

kecantikan tersebut. Penilaian ini sangat bergantung pada latar belakang

budaya serta seberapa tinggi penghargaan terhadap perempuan itu sendiri.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

8

c. Paham Feminisme

Banyak peristiwa dalam kehidupan keseharian yang menyudutkan

kaum perempuan membentuknya menjadi sosok pasif dan penurut, sehingga

perempuan sering kali dipandang lemah serta bodoh. Posisi perempuan yang

kurang kuat di masyarakat banyak berpengaruh terhadap prilakunya, karena

harus menyesuaikan diri dengan keinginan laki-laki yang berkuasa. Seiring

berkembangnya zaman, lahir psikologi feminis merupakan kritik untuk

memprotes hak istimewa dan kekuasaan yang hanya diberikan pada kaum

laki-laki. (Nurhayati, 2012: 19)

Berdasarkan hasil penelitian Wolley terhadap sejumlah mahasiswa

perempuan dan laki-laki, kemampuan indrawi dan motoris yang dimiliki

perempuan setara dengan laki-laki. Penelitian selanjutnya menemukan bahwa

secara keseluruhan ukuran antara otak perempuan lebih kecil dari laki-laki.

Namun secara spesifik ukuran otak frontal lobes perempuan lebih kecil dari

pria, sedangkan parietal lobes perempuan lebih besar. Hasil penelitian

terhadap struktur otak manusia tersebut, menjelaskan bahwa kemampuan

intelektual manusia berhubungan dengan pariental lobes bukan frontal lobes.

Hasil penelitian ini akhirnya dapat mematahkan anggapan bahwa perempuan

lebih bodoh dibandingkan laki-laki. (Nurhayati, 2012: 21)

Selama ini masih banyak anggapan bahwa perempuan ‘lebih rendah’

atau ‘tidak sederajat’ dengan laki-laki. Hal tersebut sering kali menyudutkan

posisi perempuan dan memaksanya menjadi sosok yang dianggap lemah,

bodoh, dan derajatnya lebih rendah dari pada laki-laki. Padahal sebenarnya

perempuan memiliki potensi yang sama dengan laki-laki, hanya saja selama

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

9

ini kaum perempuan belum mendapatkan kesempatan dan kebebasan yang

lebih untuk mengasah kemampuannya.

d. Bahasa Non-Verbal

Bahasa non-verbal adalah istilah umum yang digunakan

mengindikasikan komunikasi melalui isyarat, postur, sinyal, serta tanda

tubuh lainnya baik sadar maupun tidak sadar. Bahasa tubuh

mengomunikasikan informasi yang tidak terucapkan mengenai identitas,

hubungan, pikiran, suasana hati, motivasi dan sikap seseorang. Bahasa ini

memiliki peran yang sangat penting dalam hubungan antarpribadi. (Danesi,

2004: 61)

Bahasa non-verbal berupa mengedipkan mata, wajah memerah, marah,

terkejut, jijik, senang serta emosi-emosi dasar lainnya sering kali terjadi tanpa

sadar namun sinyal ini dapat dipahami oleh orang-orang di berbagai budaya.

Isyarat tertawa, menangis dan mengangkat bahu adalah contoh sinyal

campuran yang mungkin berasal dari tindakan lahiriah namun aturan budaya

membentuk pemilihan waktu dan penggunaannya. Sedangkan isyarat

acungan jempol atau kedipan mata merupakan sinyal yang dipelajari. (Marcel

Danesi, 2004: 62)

Berdasarkan uraian tersebut, bahasa non-verbal merupakan suatu

bentuk komunikasi berupa isyarat ekspresi wajah maupun gerak tubuh yang

dapat dimengerti orang lain tanpa adanya kata-kata.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

10

2. Referensi (Kajian Teoritis Seni Rupa)

a. Seni Grafis

Seni grafis berasal dari kata graphein (bahasa Yunani) yang berarti

‘menulis’ atau ‘menggambar’. Seni grafis merupakan pengolahan gambar

yang melalui proses cetak manual dengan menggunakan material tertentu.

(Susanto, 2012: 165)

Cetak dalam adalah suatu teknik cetak dengan posisi garis atau bidang

yang menerima tinta berada lebih rendah dari permukaan cetak. proses

pencetakan harus melalui tekanan yang kuat, sehingga tinta dapat

dipindahkan ke permukaan kertas. Torehan yang dibuat pada plat cetak dapat

dibentuk dengan digores secara langsung (drypoint atau mezzotint), bisa juga

dengan bantuan bahan kimiawi berupa larutan asam (etching dan aquatint).

(Rusmadi, 2007: 19).

Repro Gambar 2.3 Proses Cetak Dalam

Sumber: Buku Seni Cetak Cukil Kayu

Dwi Marianto, 1988: 16

Cetak dalam adalah salah satu teknik seni grafis dengan media acuan

plat yang kemudian ditorehkan langsung dengan jarum atau melalui proses

pengasaman, sehingga terbentuk cekungan pada plat yang merupakan tempat

tinta cetak. (Mikke Susanto, 2012: 194)

Plat Tinta

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

11

Monoprint merupakan salah satu dari sekian jenis seni cetak yang

dibuatsecara unik dengan aplikasi warna, alternatif, atau pencampuran teknik

dalamsatu cetakan saja. (Susanto, 2012:264)

Berdasarkan pemahaman, seni grafis dapat diartikan sebagai bagian

dari seni rupa yang mana dalam proses penciptaannya menggunakan teknik

cetak. Salah satu teknik dalam seni grafis yaitu drypoint, merupakan bagian

dari cetak dalam dengan menggunakan plat sebagai acuan cetak, sedangkan

proses penggarapannya dengan digores secara langsung.

b. Komponen Karya Seni

Karya seni yang bernilai harus memiliki komponen-komponen yang

baik pula, komponen tersebut bisa ditampakkan karya namun bisa juga

terkandung di dalam karya. Beberapa komponen yang terdapat dalam karya

seni adalah subject metter atau tema, bentuk, dan isi.

1. Subject Matter atau Tema

Tema merupakan gagasan berdasarkan pada wacana kebudayaan

serta menjadi ciri utama keragaman dalam sebuah kurun waktu. Tema

dalam karya seni berarti gagasan yang menjadi dasar penciptaan sebuah

karya seni. (Sachari, 2002: 129)

2. Bentuk

Bentuk merupakan totalitas atau keseluruhan dari unsur seni yang

diwujudkan penciptaan suatu karya seni. Bentuk bisa juga diartikan

sebagai organisasi dari segenaap unsur yang mewujudkan suatu karya

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

12

seni. Adapun unsur-unsur yang dimaksud meliputi: garis, shape, gelap

terang, dan warna. (Mulyadi, 1998: 26)

3. Isi

Isi merupakan arti yang bernilai daripada bentuk dan seringkali

dinyatakan sebagai bentuk emosi. Apabila ada suatu usaha untuk

menghayati atau menganalisa mengapa bentuk dari suatu karya seni

menimbulkan emosi, maka sebenarnya kita sedang berhadapan dengan

isi atau arti. (Mulyadi, 1998: 16)

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa komponen tema

bentuk dan isi memiliki pengertian yang berbeda. Namun, sebagai suatu

komponen penciptaan karya seni ketiganya merupakan satu kesatuan

yang tidak dapat dipisah-pisahkan.

c. Unsur-Unsur Rupa

Karya seni rupa mengacu pada suatu bentuk visual yang merupakan

susunan atau komposisi dari unsur-unsur rupa. Unsur-unsur rupa yang

membentuk suatu karya seni adalah unsur garis, unsur shape (bangun),

unsur tekstur, dan unsur warna.

1. Garis

Garis adalah perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama

besar. Garis memiliki dimensi memanjang juga punya arah, bisa panjang,

pendek, halus, tebal, berombak melengkung, maupun lurus. Garis

memiliki ukuran yang bersifat nisbi, yakni ukuran yang panjang-pendek,

tinggi-rendah, besar-kecil, tebal-tipis. Sedangkan arah garis ada tiga:

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

13

horizontal, vertikal, diagonal, meskipun garis bisa melengkung, bergerigi

maupun acak (Susanto, 2012: 148).

Garis dimulai dari sebuah titik, merupakan jejak yang ditimbulkan

oleh titik-titik yang digerakkan atau merapatkan titik-titik yang

berhimpit. Garis juga merupakan goresan atau sapuan yang sempit dan

panjang sehingga membentuk seperti benang. (Hakim, 1978: 42)

Garis merupakan titik-titik yang saling berhubungan. Keberadaan

garis dalam karya seni dapat memunculkan makna atau karakter

tersendiri. Garis juga dapat dijadikan sebagai kekuatan karakter dalam

karya dan menjadi ciri khas antara seniman satu dengan seniman lain.

2. Bidang

Bidang adalah suatu bentuk raut pipih, datar sejajar dengan dimensi

panjang dan lebar serta menutup permukaan. Bidang dapat diartikan

sebagai bentuk yang menempati ruang, dan bentuk bidang sebagai

ruangnya sendiri disebut dwimatra (Sanyoto, 2010: 103)

Bidang adalah suatu bentuk yang sekelilingnya dibatasi oleh garis.

Secara umum bidang dikenal dalam dua jenis, bidang yaitu bidang

geometris dan organis. Bidang geometris seperti lingkaran atau bulatan,

segi empat, segitiga dan segi-segi lainnya, sedangkan bidang organis

dengan bentuk bebas yang terdiri dari berbagai macam bentuk yang tidak

terbatas (Bahari, 2008:100).

Bidang merupakan daerah yang terbentuk akibat adanya batasan

garis, tekstur, warna, atau gelap terang. Bidang dalam seni dua dimensi

dibagi menjadi dua yaitu bidang geometris dan bidang organis. Bidang

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

14

geometri merupakan bidang yang terukur misalnya bulat, segi tiga,

ataupun tabung. Kemudian bidang organis merupakan bidang yang

terbentuk secara bebas dan tidak terpaku ukuran.

3. Tekstur

Tekstur adalah nilai atau ciri khas suatu permukaan yang dapat

terasa kasar, halus, licin, keras, ataupun lunak. Terdapat dua jenis

tekstur yaitu tekstur raba dan tekstur lihat. Tekstur raba adalah tekstur

yang bersifat nyata, yaitu dapat ditangkap melalui indera penglihat

maupun peraba. Sedangkan tekstur lihat adalah tekstur yang bersifat

semu, karena tekstur akan nampak saat dilihat namun tidak terasa ketika

diraba. (Sanyoto, 2009: 120)

Tekstur merupakan kesan halus dan kasarnya, atau perbedaan

tinggi rendahnya suatu permukaan suatu lukisan atau gambar.

Pengertian tekstur juga dapat diartikan sebagai rona visual yang

menegaskan karakter suatu benda yang dilukis atau digambar. Ada dua

macam jenis tekstur yaitu tekstur nyata, yaitu nilai permukaanya nyata

atau cocok antara tampak dengan nilai rabanya, dan tekstur semu yang

muncul karena penguasaan teknik gelap terang namun tidak terasa

ketika diraba. (Bahari, 2008:101-102).

Tekstur dalam seni rupa merupakan nilai raba dari suatu

permukaan karya seni. Unsur tekstur terbagi menjadi dua macam yaitu

tekstur nyata dan tekstur semu. Tekstur nyata adalah tekstur yang dapat

ditangkap oleh indera penglihat maupun indra peraba. Sedangkan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

15

tekstur semu terbentuk karena penguasaan teknik, sehingga hanya dapat

ditangkap oleh indera penglihat.

4. Warna

Warna merupakan pantulan cahaya yang menimpa pada suatu

benda, tanpa adanya cahaya maka tidak akan terjadi warna. Sama

halnya pada karya seni, tanpa adanya cahaya maka karya tersebut tidak

akan menampakan warna. (Sanyoto. 2009:12).

Setiap warna memiliki dampak visual serta makna yang berbeda

terhadap manusia. Secara umum, makna positif dan makna negatif pada

warna yaitu:

Warna Makna Positif Makna Negatif

Merah Kekuatan, cinta, energi, darah,

kehangatan, persahabatan, api,

kegairahan, kecepatan,peringatan.

Nafsu, agresi,

kesombongan, ambisi,

peperangan,

kemrahan.

Kuning Kehangatan, keceriaan, semangat,

keseimbangan, kecerahan,

keinginan.

Homoseksualitas,

naif, kelemahan,

kekurangan

Biru Kepercayaan, air, setia, damai,

kesejukan, loyalitas, percaya diri,

keamanan, kehebatan, harmoni,

kelembutan, kasih, kebijaksanaan,

kebenaran, perdamaian.

Sedih, dingin, depresi.

Hitam Kokoh, anggun, kuat, misteri,

mewah, modern, keseriusan,

Penyesalan, kematian,

ketakutan, kesedihan,

pemberontakan.

Putih Disiplin, suci, bersih, kebaikan,

kemurnian, kerendahan hati,

kepolosan, kesederhanaan.

Hampa, kematian,

menyerah, penakut.

Gambar 2.5 Tabel Makna Positif dan Makna Negatif Warna

Sumber: Buku Pengenalan Teori Warna

Eko Nugroho. 2008:18

Warna merupakan pantulan cahaya dari suatu benda yang terarah

menuju ke arah indera penglihat atau mata. Warna dalam seni rupa

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

16

merupakan salah satu unsur yang penting, karena pengolahan warna

yang tepat dapat menjadi daya tarik serta memunculkan karakter khas

pada suatu karya seni.

d. Prinsip-Prinsip Rupa

Penyusunan atau komposisi dari unsut-unsur estetik merupakan prinsip

pengorganisasian unsur dalam karya. Kehadiran prinsip rupa dalam

penyusunan suatu karya akan memberikan hasil yang memuaskan dan dapat

dinikmati. Terdapat beberapa prinsip-prinsip daalam penyusunan unsur

dalam karya yaitu keselarasan, kesatuan, aksentuasi, keseimbangan dan

proporsi.

1. Keselarasan dan Irama

Harmoni tatanan atau proporsi yang dianggap seimbang dan

memiliki keserasian merujuk pada pemberdayagunaan ide-ide dan

potensi-potensi bahan dan teknik tertentu dengan berpedoman pada

aturan-aturan yang ideal (Susanto. 2012:175).

Irama atau ritme adalah gerak pengulangan atau gerak mengalir

yang ajeg, teratur, dan terus-menerus. Ajeg yang dimaksud dalam hal ini

bisa keajegan dalam kesamaan-kesaamaan, keajegan dalam perubahan-

perubahan, atau bisa keajegan dalam kontras/pertentangan yang

dilakukan secara teratur dan terus-menerus seperti sebuah aliran.

(sSanyoto, 2010: 157)

Harmoni merupakan kesesuaian penyusunan unsur-unsur dalam

penciptaan karya seni. Sedangkan irama merupakan pengulangan-

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

17

pengulangan yang dilakukan secara teratur sehingga memunculkan kesan

seperti sebuah aliran. Apabila prinsip harmoni sudah terpenuhi dalam

suatu karya, maka akan nampak kesan yang hidup pada karya tersebut

ketika dinikmati.

2. Kesatuan

Kesatuan atau keutuhan merupakan salah satu prinsip dasar seni

rupa. Kesatuan dapat juga disebut keutuhan seluruh bagian-bagian atau

semua unsur menjadi satu kesatuan. Tanpa adanya satu kesatuan, sebuah

karya seni tidak sempurna atau tidak enak untuk dilihat. Prinsip kesatuan

sesungguhnya "adanya saling hubungan" antar unsur yang disusun di

dalam karya seni. (Sanyoto, 2009: 213).

Mengacu pada teori di atas, dapat dipahami bahwa kesatuan adalah

hubungan serta kesesuaian antara unsur karya satu dengan yang lainnya,

sehingga terwujud suatu karya seni yang memiliki nilai keutuhan. Jika

satu atau beberapa unsur dalam susunan sudah saling berhubungan,

maka kesatuan telah dapat tercapai.

3. Keseimbangan (Balance)

Keseimbangan merupakan salah satu prinsip dasar seni rupa yang

berarti setara. Karya seni harus memiliki keseimbangan agar tidak

terkesan tidak berat sebelah. (Sanyoto, 2009: 237)

Keseimbangan dalam seni rupa adalah suatu keadaan dimana karya

seni nampak setara, tidak belah sebelah, sehingga enak ketika dipandang.

Terdapat dua macam keseimbangan yaitu keseimbangan simetris dan

keseimbangan asimetris.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

18

4. Aksentuasi dan Dominasi

Dominasi berasal dari kata Inggris domination yang artinya

penjajah. Pengertian dominasi dalam seni rupa merupakan keunggulan,

keistimewaan, keunikan, dan penyimpangan agar menarik perhatian.

(Sanyoto, 2010: 225).

Aksentuasi dan dominasi dalam seni rupa merupakan sesuatu yang

mencolok dalam suatu karya, sehingga dapat menarik perhatian. Prinsip

ini dapat dilakukan melalui repetisi, kontras, atau susunan.

5. Proporsi

Proporsi berasal dari kata Inggris proportion yang artinya

perbandingan. Proporsi ideal adalah suatu ukuran perbandingan dari

penciptaan karya seni yang dibuat atas dasar kaidah-kaidah perbandingan

yang paling dianggap sesuai sehingga menghasilkan karya seni yang

menarik. (Sanyoto, 2009: 251)

Proporsi merupakan suatu perbandingan antar satu bagian dengan

keseluruhan bagian. Proporsi ideal berarti kesesuaian perbandingan suatu

bagian dengan keseluruhan bagian sehingga karya nampak pas.

B. Sumber Ide

Banyak seniman yang telah melahirkan karya-karya luar biasa, baik dari

dalam negeri maupun luar negeri. Keberhasilan seniman dalam menciptakan karya

seni, secara tidak langsung telah memberi motivasi dan inspirasi saat berkarya.

Berikut beberapa sumber referensi dalam penciptaan karya tugas akhir ini adalah:

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

19

1. Lukisan berjudul “Mona Lisa”, 2. Karya berjudul “Donkey, dan 3. Karya grafis

berjudul “The Four Horsemen of the Apocalypse”

1. Lukisan “Mona Lisa” Karya Leonardo da Vinci

Lukisan “Mona Lisa”adalah lukisan cat minyak di atas kayu poplar yang

dibuat oleh Leonardo da Vinci pada abad ke-16. Lukisan ini merupakan salah

satu lukisan paling terkenal di dunia yang menjadi pusat perhatian, studi, parodi

dan mitologi.

Gambar 2.5 Lukisan “Mona Lisa” Leonardo da Vinci

Sumber: www.google.image.co.id

20/09/2015, 01.00 PM

Lukisan ini menggambarkan seorang perempuan yang menatap

pengunjung dengan ekspresi senyuman yang misterius. Keistimewaan yang

menjadi daya tarik pada lukisan berjudul “Mona Lisa” adalah penggambaran

ekspresi yang khas dari seniman. Ekspresi senyuman figur perempuan

digambarkan dengan begitu misterius, menimbulkan rasa penasaran serta

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

20

menimbulkan banyak presepsi mengenai ekspresi figur lukisan tersebut

sehingga tertarik untuk mengamatinya lebih jauh lagi.

2. Karya Gabriel Moreno Berjudul “Donkey”

Karya berjudul “Donkey” dibuat oleh seniman asal Andalusian

bernama Gabriel Moreno pada tahun 2014. Karya ini dibuat dengan teknik

drawing dari pensil dikombinasikan dengan brush. Karya berjudul “Donkey”

menggambarkan figur perempuan yang memegang putung rokok bertopeng

keledai.

Gambar 2.6 Karya “Donkey” Gabriel Moreno

Sumber: www.google.image.co.id

29/11/2015, 11.28 AM

Keistimewaan yang terdapat pada karya berjudul “Donkey” adalah

penggambaran figur perempuan yang berkarakter kuat dan garang, berbeda

dengan pandangan perempuan selama ini. Karya ini didominasi dengan unsur

garis-garis tegas yang sangat kuat serta menampilkan penekanan garis hitam

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan …abstrak.ta.uns.ac.id/wisuda/upload/C0612020_bab1.pdf · penafsiran, serta cara memvisualisasikan ke dalam karya seni. Selain

21

dipadu dengan efek warna yang terkesan mentah dan kontras namun tetap

seimbang.

3. “The Four Horsemen of the Apocalypse” Albrecht Durer

Karya Albrecht Durer berjudul “The Four Horsemen of the Apocalypse”

menggambarkan empat penunggang kuda yang gagah berani sedang

mengangkat senjata untuk berperang. Pada latar belakang terlihat sesosok

malaikat bersayap yang sedang terbang menyaksikan kejadian ini.

Gambar 2.7 Karya “The Four Horsemen of the Apocalypse” Albrecht Durer

Sumber: www.google.image.co.id

01/12/2015, 10.00 AM

Keistimewaan dari karya berjudul The Four Horsemen of the Apocalypse

adalah penguasaan teknik dengan baik dari seniman dalam menggambarkan

berbagai ekspresi wajah serta penampakkan gelap terang sehingga

memunculkan volume. Selain itu ketelitian seniman dalam pengolahan unsur

garis sangat detail, memunculkan kesan yang relistik pada karya tersebut.